TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jamur Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah atau pepohonan (Tjitrosoepomo, 1991). Jamur atau fungi merupakan organisme eukariotik. Jamur tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa, memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof, menyerap nutrisi melalui dinding selnya, mengekskresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungan melalui spora, dan melakukan reproduksi seksual dan aseksual (Gandjar et al., 2006). Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan, yaitu dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora. Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora jamur, terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora tumbuhan tingkat tinggi dari segi bentuk dan metode produksinya (Alexopoulos dan Mims, 1979). Jamur tidak seperti organisme heterotrof lainnya yang menelan makanannya kemudian mencernanya sebelum diserap. Jamur mendapatkan makanan dengan mengambil bahan organik di sekitar tempat tumbuh. Bahan organik tersebut kemudian diubah menjadi molekul-molekul sederhana dan diserap langsung oleh hifa (Gunawan, 2000).

2 Bagian penting tubuh jamur yaitu struktur hifa berbentuk tabung menyerupai seuntai benang panjang, ada yang tidak bersekat dan ada yang bersekat. Hifa dapat tumbuh bercabang-cabang sehingga membentuk jaring-jaring yang dinamakan miselium. Pada satu koloni jamur ada hifa yang menegak dan ada hifa yang menjalar. Biasanya hifa yang menegak ini menghasilkan alat-alat pembiak yang disebut spora, sedangkan hifa yang menjalar berfungsi untuk menyerap nutrisi dari substrat dan menyangga alat-alat reproduksi. Hifa yang menegak disebut hifa fertil dan hifa yang menjalar disebut hifa vegetatif. Pertumbuhan hifa berlangsung terus-menerus di bagian apikal, sehingga panjangnya tidak dapat ditentukan secara pasti. Diameter hifa umumnya berkisar 3 30 µm. Spesies yang berbeda memiliki diameter yang berbeda pula, yang mana ukuran diameter tersebut biasanya dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Carlile dan Watkinson, 1994). Menurut Santoso (2004), jamur umumnya berukuran lebih besar dibandingkan bakteri. Diameter sel jamur dapat berukuran 1 30 µm, sementara diameter sel bakteri rata-rata hanya berukuran 0,5 µm. Berdasarkan bentuk sel dan struktur yang menyusun tubuhnya, jamur terbagi ke dalam tiga kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Khamir (yeast atau gist), merupakan jamur bersel tunggal (uniseluler). Contoh khamir adalah Saccharomyces cerevisiae yang berperan dalam pembuatan minuman beralkohol. 2. Kapang (mold), merupakan jamur yang selnya berbentuk filamen. Filamen yang merupakan sel vegetatif tersebut dinamakan hifa. Hifa dari koloni kapang akan tumbuh bercabang-cabang membentuk jalinan massa hifa yang

3 disebut miselium. Contoh kapang adalah Rhizopus oryzae yang berperan dalam fermentasi tempe. 3. Cendawan (mushroom) atau jamur makroskopis (makrofungi), merupakan jamur berfilamen dan membentuk tubuh buah yang besar sehingga dapat dilihat dengan mata, tanpa bantuan alat. Contohnya adalah jamur merang (Volvariella volvaceae). Jamur makroskopis mencakup banyak jamur yang berukuran besar dengan tubuh buah yang kompleks. Sebagian besar spesiesnya hidup pada habitat daratan (teresterial). Jamur makroskopis yang dikenal sebagian besar termasuk ke dalam divisi Basidiomycota dan sebagian kecil termasuk ke dalam divisi Ascomycota (Gandjar et al., 2006). Tubuh buah jamur makroskopis yang berukuran besar merupakan struktur reproduksi yang terbentuk untuk menghasilkan dan menyebarkan spora. Jamur makroskopis dapat dijumpai di hutan, tanah lapang, padang rumput, bahkan di halaman rumah (Kibby, 1992). Klasifikasi Jamur Tubuh buah suatu spesies jamur dapat berbeda dengan spesies jamur lainnya, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai (stipe), lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran, warna, serta bentuk dari tudung dan tangkai merupakan ciri penting dalam melakukan identifikasi suatu spesies jamur (Smith dan Weber, 1980). McKane dan Kandel (1996) menyatakan bahwa setiap jamur tercakup dalam suatu kategori taksonomi, dan dibedakan atas dasar tipe spora, morfologi hifa serta siklus seksualnya. Menurut Santoso (2004), klasifikasi jamur daratan

4 (terrestrial fungi) dilakukan dengan mempertimbangkan pola reproduksi seksualnya. Ada empat divisi pada jamur daratan, yaitu: 1. Zygomycota yang membentuk zygospora, 2. Ascomycota yang membentuk askospora, 3. Basidiomycota yang membentuk basidiospora, dan 4. Deuteromycota (fungi imperfecti) yang merupakan taksa sementara. 1. Zygomycota Istilah Zygomycota mengacu pada zygospora yang diproduksi dalam kantung spora yang dinamakan zygosporangium (Alexopoulos dan Mims, 1979). Zygomycota memiliki hifa yang tidak bersekat dan memiliki banyak inti yang disebut hifa koenositik (dari bahasa latin coenocytic). Kebanyakan divisi ini bersifat saprofit. Zygomycota berkembang biak secara aseksual dengan spora yang menghasilkan sporangiospora dan secara seksual dengan zygospora (Moore-Landecker, 1982). 2. Ascomycota Kelompok jamur ini memiliki ciri berupa spora yang terdapat di dalam kantung yang disebut askus. Askus adalah sel yang membesar yang di dalamnya terdapat spora yang disebut askospora. Setiap askus biasanya memiliki 2 8 askospora. Kebanyakan Ascomycota bersifat mikroskopis, hanya sebagian kecil yang bersifat makroskopis dan memiliki tubuh buah (Dwidjoseputro, 1978). 3. Basidiomycota Basidiomycota dicirikan dengan produksi spora seksual yang disebut basidiospora. Kebanyakan anggota Basidiomycota adalah jamur payung dan cendawan berbentuk bola yang disebut jamur berdaging, yang spora seksualnya

5 menyebar di udara dengan cara yang berbeda dari jamur berdaging lainnya (McKane dan Kandel, 1996). Santoso (2004) menyatakan bahwa Basidiomycota sering dipresentasikan sebagai jamur makroskopis yang biasa disebut cendawan atau mushroom. Contoh divisi ini adalah jamur merang (Volvariella volvaceae), jamur kuping (Auricularia auricula), dan jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Struktur tubuh buah Basidiomycota secara umum dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Struktur tubuh buah Basidiomycota (Tampubolon, 2010) Dwidjoseputro (1978) menerangkan bahwa, karakteristik dari Basidiomycota antara lain kebanyakan makroskopis, sedikit yang mikroskopis. Basidium berisi 2 4 basiodiospora, yang masing-masing pada umumnya mempunyai satu inti. Beberapa spesies Basidiomycota bermanfaat karena dapat dimakan, tetapi banyak juga yang merugikan karena merusak tumbuhan, kayu dan perabot rumah tangga.

6 Tubuh buah Basidiomycota terdiri dari hifa yang bersekat dan berkelompok padat menjadi semacam jaringan, dan tubuh buahnya lebih menonjol dibandingkan Ascomycota. Miseliumnya terdiri dari hifa dan sel-sel yang berinti satu, hanya pada tahap tertentu saja terdapat hifa yang berinti dua. Pembiakan vegetatif dengan konidia (Tjitrosoepomo, 1991). Reproduksi seksual dimulai dengan bertemunya dua hifa homokariot yang bersesuaian dan melebur (terjadi peristiwa plasmogami) membentuk satu kompartemen sel berinti dua (dikariot) yang berbeda muatannya (heterokariot). Sel dikariot tersebut akan berkembang membentuk miselium sekunder yang memiliki inti heterokariot yang bersesuaian. Miselium sekunder dengan inti dikariot berkembang membentuk tubuh buah (basidiokarp). Sel berinti dikariot membelah secara mitosis sehingga membentuk struktur reproduksi (basidium). Pada saatnya nanti inti dikariot akan melebur (kariogami) membentuk zigot berinti diploid. Selanjutnya, inti diploid akan mengalami proses meiosis menjadi haploid yang dikemas dalam basidiospora (Santoso, 2004). 4. Deuteromycota Banyak jamur yang tidak memperlihatkan fase reproduksi seksualnya sehingga tidak dikelompokkan ke dalam suatu divisi, baik Zygomycota, Ascomycota ataupun Basidiomycota. Sebagai alternatif, jamur tersebut dimasukkan ke dalam kelompok jamur tidak sempurna (fungi imperfecti). Divisi ini merupakan taksa artifisial (taksa buatan), bukan berdasarkan karakter sebenarnya dan dibuat hanya untuk menampung jamur-jamur yang belum diketahui fase reproduksi seksualnya (Santoso, 2004). Anggota kelompok ini

7 berkembang biak dengan klamidospora, arthrospora, konidiospora, dan juga pertunasan (McKane dan Kandel, 1996). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Pertumbuhan jamur dipengaruhi oleh berbagai fakor. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antara lain adalah faktor ketersediaan air, suhu, derajat keasaman (ph), cahaya, aerasi, CO 2 dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya (Garraway dan Evans, 1984). 1. Ketersediaan air Sama seperti organisme lainnya, jamur memerlukan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jamur umumnya menyerap air dari lingkungan sekitarnya melalui hifa. Air digunakan oleh jamur dalam proses difusi nutrisi dan enzim. Air juga merupakan produk sampingan dalam reaksi metabolisme. Namun demikian, terlalu banyak air juga dapat merugikan bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur, terutama pada proses sporulasi (Garraway dan Evans, 1984). 2. Suhu Menurut Carlile dan Watkinson (1994), suhu maksimum kebanyakan jamur untuk tumbuh berkisar 30 0 C 40 0 C dan optimalnya pada suhu 20 0 C 30 0 C. Beberapa spesies jamur dapat tumbuh pada keadaan suhu yang ekstrim hingga 5 0 C. Namun meskipun jamur dapat hidup di lingkungan yang sangat dingin, pertumbuhan jamur pada suhu yang rendah kurang optimal. Jamur tertentu dapat tumbuh dengan subur pada suhu di atas 50 0 C. Jamur tersebut dapat dijumpai di tumpukan kompos, pupuk kandang, gudang pertanian, dan berbagai produk kehutanan (Garraway dan Evans, 1984).

8 3. Derajat keasaman (ph) Derajat keasaman sangat penting untuk pertumbuhan jamur, karena enzimenzim tertentu hanya akan menguraikan suatu substrat yang sesuai dengan aktivitasnya pada ph tertentu. Jamur umumnya menyukai ph di bawah 7,0. Spesies khamir tertentu bahkan tumbuh pada ph cukup rendah yaitu ph 4,5 5,5 (Gandjar et al., 2006). Kebanyakan jamur tumbuh dengan baik pada ph yang asam sampai netral (Carlile dan Watkinson, 1994). Dengan demikian, ph optimum bagi pertumbuhan jamur bervariasi, tergantung spesies dan ketersediaan nutrisi di lingkungannya (Garraway dan Evans, 1984). 4. Cahaya Spektrum cahaya dengan panjang gelombang nm relatif berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur, juga berpengaruh terhadap sporulasi. Pengaruh cahaya terhadap reproduksi jamur cukup kompleks. Tingkat perkembangan yang berbeda membutuhkan cahaya yang berbeda. Intensitas, durasi, dan kualitas cahaya menentukan besarnya pengaruh cahaya terhadap jamur. Umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap pembentukan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur. Walaupun proses reproduksi memerlukan cahaya, hanya fase tertentu saja dalam proses reproduksi tersebut yang memerlukan cahaya, atau secara bergantian struktur yang berbeda di dalam sporokarp dapat memberi respon berbeda terhadap cahaya (Purdy, 1956). 5. Aerasi Pertumbuhan jamur umumnya meningkat seiring dengan peningkatan aerasi. Level oksigen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal mungkin sangat rendah. Pengaruh aerasi terhadap pertumbuhan berhubungan dengan

9 perubahan kuantitatif dan kualitatif pada fisiologi jamur, yang mempengaruhi hifa (Garraway dan Evans, 1984). 6. CO 2 Pengaruh spesifik CO 2 bervariasi pada setiap spesies jamur. CO 2 merupakan hasil sampingan dari proses metabolisme jamur dan organisme lain di habitat jamur tersebut. Akumulasi CO 2 dalam media biakan akan menghalangi pertumbuhan jamur. Hal ini biasanya diatasi dengan meningkatkan aerasi atau dengan memberi variasi ph pada media (Garraway dan Evans, 1984). Sifat Jamur Berdasarkan Perolehan Makanan 1. Mutualistik Banyak jamur yang berinteraksi positif dengan serangga dan tumbuhan, mereka bersimbiosis saling menguntungkan atau mutualistik. Sekitar 10% dari seluruh spesies jamur yang telah diketahui adalah anggota dari asosiasi mutualistik yang disebut lichens. Lichens tersusun dari jamur, alga dan cyanobakteri. Jamur juga membentuk asosiasi mutualistik yang bermanfaat dengan akar tumbuhan, membentuk mikoriza. Jamur ini mengkoloni buluh akar dan berfungsi memperluas permukaan sentuh antara akar tumbuhan dengan permukaan tanah, sehingga mempengaruhi kemampuan tumbuhan untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah, meningkatkan aktivitas metabolisme tumbuhan, serta meningkatkan angka pertumbuhan dan produksi tumbuhan (McKane dan Kandel, 1996). 2. Saprofit Jamur saprofit menghasilkan bermacam-macam enzim ekstraseluler yang bisa mendegradasi kebanyakan makromolekul alam. Kebanyakan jamur saprofit

10 berperan sebagai dekomposer yang penting dalam siklus biogeokimia. Jamur berperan sebagai organisme awal yang mendegradasi kayu (McKane dan Kandel, 1996). Hal ini dikarenakan hanya jamur, terutama dari divisi Basidiomycota, yang mampu memecahkan lignin. Walaupun beberapa bakteri diketahui dapat mendegradasi lignin, tetapi bakteri yang dapat mendegradasi lignin secara kompleks belum pernah dilaporkan (Munir, 2006). Lignin mengisi sekitar 25% dari material yang terdapat di hutan. Selain itu jamur juga mencerna material hewan mati (McKane dan Kandel, 1996). 3. Parasit Banyak sekali penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut mempengaruhi proses perkembangan tumbuhan, menyebabkan tumbuhan menjadi sakit, bahkan mati. Jamur-jamur parasit ini juga menyerang tanaman pertanian dan menyebabkan tanaman tersebut rusak, bahkan menyebabkan gagal panen. Jamur parasit umumnya menyerang inang secara spesifik. Selain itu jamur parasit adalah faktor utama yang memperpendek usia penyimpanan bahan pangan dan makanan di dunia, terkecuali jika diawetkan (Pacioni dan Lincoff, 1981). Keanekaragaman Spesies Jamur Makroskopis Hasil eksplorasi yang dilakukan oleh Suharna (1993), di Cagar Alam Bantimurung, Cagar Alam Karaenta dan sekitarnya menemukan 24 genus jamur makroskopis yang umumnya ditemukan berada pada bagian-bagian tumbuhan yang telah mati, seperti dedaunan, ranting-ranting, dan batang pohon yang tumbang. Dari 24 genus yang berhasil diidentifikasi, Polyporus spp., Mycroporus sp., dan Marasmius spp. adalah genus jamur makroskopis yang sering ditemukan.

11 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Asnah (2010) di Kawasan Ekowisata Tangkahan, Taman Nasional Gunung Leuser, ditemukan 87 spesies jamur makroskopis. Spesies-spesies tersebut termasuk ke dalam 25 famili dan 7 ordo dari 2 divisi, yakni Ascomycota dan Basidiomycota. Dari 25 famili yang ditemukan, Tricholomataceae merupakan famili terbesar yang terdiri dari 24 spesies, diikuti oleh Polyporaceae dengan 18 spesies. Hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Tampubolon (2010) di Kawasan Ekowisata Bukit Lawang, Taman Nasional Gunung Leuser, menemukan 83 spesies jamur makroskopis. Spesies-spesies tersebut termasuk ke dalam 19 famili dan 8 ordo dari 2 divisi, yakni Ascomycota dan Basidiomycota. Dari 19 famili yang ditemukan, Polyporaceae merupakan famili terbesar yang terdiri dari 25 spesies, diikuti oleh Tricholomataceae dengan 21 spesies. Penelitian sejenis yang telah dilakukan oleh Nugroho (2004) di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit menemukan 97 spesies jamur makroskopis. Spesies-spesies tersebut termasuk ke dalam 18 famili dan 8 ordo dari 2 divisi, yakni Ascomycota dan Basidiomycota. Dari 18 famili yang ditemukan, Tricholomataceae merupakan famili terbesar yang terdiri dari 29 spesies jamur makroskopis. Penelitian lain tentang keanekaragaman spesies jamur makroskopis juga telah dilakukan oleh Nurtjahja dan Widhiastuti (2009) di kawasan TWA Sibolangit dan TWA Sicikeh-cikeh. Hasil identifikasi dan koleksi spesies jamur makroskopis di TWA Sibolangit dan TWA Sicikeh-cikeh menemukan 89 spesies jamur makroskopis, dimana di TWA Sibolangit ditemukan 47 spesies jamur

12 makroskopis dan di TWA Sicikeh-cikeh ditemukan 56 spesies jamur makroskopis. Berikut adalah deskripsi beberapa spesies jamur makroskopis berdasarkan beberapa hasil penelitian-penelitian tersebut: 1. Auricularia auricula Tubuh buah berukuran 6 10 cm, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis, transparan, dalam keadaan segar bertekstur seperti gelatin, berwarna cokelat. Spora berwarna putih, silindris, licin, berukuran x 4 7 µm. Jamur ini dapat dikonsumsi. Habitatnya pada kayu lapuk, biasanya hidup dalam koloni terutama pada musim penghujan (Tampubolon, 2010). 2. Calocera cornea Tubuh buah berukuran ± 1 cm, berbentuk silindris pada waktu muda, menjadi pipih pada bagian ujungnya saat dewasa. Tubuh buah berwarna kuning dan elastis. Spora berwarna kuning kecokelatan, berbentuk elip, licin dengan ukuran 7 9 x 4 4,5 µm. Jamur ini kurang bermanfaat karena ukurannya yang kecil. Habitatnya pada kayu lapuk (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009). 3. Coprinellus disseminatus Tudungnya berwarna putih berukuran 1 2 cm, bagian bawah tubuh buah (himenium) berwarna putih kemudian menjadi hitam saat jamur berukuran dewasa. Tinggi tangkai 2,5 6 cm, berwarna putih, mudah patah. Spora berwarna hitam, berbentuk elip, dinding spora licin, ukuran spora 9 10 x 5 6 µm. Jamur ini tidak menarik untuk dikonsumsi karena ukurannya yang kecil dan lunak.

13 Habitatnya pada kayu lapuk dan humus, biasanya hidup berkoloni dengan berbagai ukuran (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009). 4. Coriolopsis occidentalis Tubuh buah tidak bertangkai (sessil), seperti gabus, bentuk semisirkuler (dimediate), panjang tudung 2 18 cm, lebar 1 10 cm. Permukaan memiliki garis-garis konsentris berwarna putih, kuning, dan kuning kecokelatan. Spora berukuran 6 7 x 2,5 3 µm, permukaan himenium berwarna putih ketika muda dan berubah menjadi krem saat dewasa. Jamur ini kurang bermanfaat. Habitatnya pada kayu lapuk dari jenis kayu keras (Tampubolon, 2010). 5. Fomes lignosus Tubuh buah keras dan kaku, berukuran 4 24 cm, berbentuk keranjang, permukaan himenium berwarna oranye terang ketika tubuh buah masih segar, dan berwarna cokelat kemerahan bila kering. Spora berukuran 5 10 x 3,5 4,6 µm, berwarna cokelat, elip. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi. Hidup soliter atau berkelompok pada batang mati dan parasit pada akar dan batang tumbuhan (Tampubolon, 2010). 6. Ganoderma applanatum Tubuh buah berukuran cm, sessil. Tubuh buah bertekstur seperti kayu, berwarna cokelat karat dan berwarna putih pada bagian tepinya. Himenium berwarna putih atau abu-abu dan berubah menjadi cokelat jika disentuh. Spora berwarna cokelat karat, berbentuk elip, permukaan spora berbintil-bintil, ukuran spora 9 13 x 6 9 µm. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi karena teksturnya yang keras berkayu. Hidup sebagai parasit pada batang pohon atau saprofit pada kayu lapuk, kadang hidup dalam koloni (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009).

14 7. Hygrocybe conica Tudung berdiameter 2 9 cm, berbentuk corong atau bel dengan sedikit cembung pada bagian tengahnya, lengket pada bagian atasnya, berwarna merah atau kecokelatan. Permukaan himenium berwarna kekuningan. Panjang tangkai 3 10 cm, berdiameter sama dari ujung hingga ke pangkal, licin, dan mudah patah. Spora berwarna putih, berukuran 8 14 x 5 7 µm, elip, licin, dan hialin. Jamur ini beracun. Hidup soliter atau berkelompok pada kayu lapuk dan humus di hutan berdaun jarum (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009). 8. Microstroma floccosa Disebut juga dengan shaggy scarlet cup. Tubuh buah berukuran tinggi 1 4,5 cm dengan diameter cawan 3 10 mm. Cawan berwarna merah, memiliki rambut-rambut berwarna putih dengan tangkai berwarna putih. Spora hialin, berukuran µm, berbentuk elip, licin. Edibilitasnya tidak diketahui. Hidup soliter atau tersebar pada kayu lapuk (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009). 9. Pleurotus ostreatus Terkenal dengan nama pasar jamur tiram putih. Tubuh buah bentuknya tergantung tempat tumbuh, akan berbentuk setengah lingkaran atau mirip kerang ketika tumbuh lateral/tumbuh menyamping, kadang batangnya tidak tampak. Tudungnya akan berbentuk lingkaran sempurna dengan batang terlihat jelas jika tumbuh vertikal. Bagian tudung memiliki warna yang bervariasi dari hitam, abuabu, cokelat, hingga putih, dengan permukaan yang hampir licin berdiameter 5 12 cm. Jamur ini dapat dikonsumsi dan merupakan spesies komersial. Tumbuh dalam cluster padat di kayu lapuk dan bisa ditemukan sepanjang musim basah (Rianto, 2011).

15 10. Trametes versicolor Disebut juga dengan Polyporus versicolor atau Coriolus versicolor. Diameter tubuh buah 3 8 cm, datar atau agak melengkung, tipis, kadang berkoloni seperti bunga mawar, sessil, permukaan atas tubuh buahnya licin dengan zona variasi warna, tekstur tubuh buah seperti kulit. Spora berwarna putih, licin, berukuran 4 5 x 1,5 3 µm. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi karena teksturnya yang liat. Habitatnya pada kayu lapuk atau parasit pada pohon yang masih hidup. Hidup sepanjang tahun (Nurtjahja dan Widhiastuti, 2009). Kondisi Umum Hutan Pendidikan USU sebagai Tempat Penelitian Berdasarkan Nota Kesepakatan Kerjasama Nomor 2764/H.1.R/KPM/2012 tentang pelaksanaan pendidikan di Taman Hutan Raya Bukit Barisan, antara Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara dengan, telah ditetapkan hutan seluas 1000 ha dalam kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan sebagai kawasan hutan pendidikan yang dinamakan Hutan Pendidikan USU. Hutan pendidikan ini merupakan laboratorium alam yang akan digunakan sebagai tempat praktik dan penelitian mahasiswa dan dosen, khususnya Program Studi Kehutanan USU, serta pengembangan ekowisata yang tidak memerlukan sarana dan prasarana bangunan fisik (Progran Studi Kehutanan USU, 2012). Berdasarkan penelitian Setiawan (2012), Hutan Pendidikan USU secara geografis terletak pada ' LU ' LU dan ' BT ' BT, di jajaran Pegunungan Bukit Barisan, yang meliputi dua kabupaten yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Karo. Batas-batas Hutan Pendidikan USU antara lain, di sebelah utara berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Bukum, di sebelah timur berbatasan dengan Desa Bukum dan Desa Tanjung Barus, di sebelah Selatan

16 berbatasan dengan Desa Tanjung Barus dan Desa Barus Julu, serta di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Doulu dan Desa Barus Julu. Hutan Pendidikan USU belum genap dua tahun diresmikan, sehingga sampai saat ini belum banyak diketahui kekayaan sumberdaya alam hayati yang dimiliki Hutan Pendidikan USU. Perlu diadakan berbagai penelitian untuk menggali kekayaan sumberdaya alam hayati di kawasan hutan pendidikan ini, untuk meningkatkan manajemen pengelolaan, terutama jika kawasan ini akan dikembangkan menjadi daerah tujuan ekowisata, pendidikan, dan penelitian (Setiawan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda.

Fungi pada awal ditemukannya dikelompokkan sebagai tumbuhan. Dalam perkembangannya, fungi dipisahkan dari tumbuhan karena banyak hal yang berbeda. IMA YUDHA PERWIRA Mikologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jamur, banyak orang juga menyebut cendawan. Fungi adalah nama regnum/kingdom dari sekelompok besar makhluk hidup eukariotik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman Nasional Berbak Kabupaten Muaro Jambi yang telah dilakukan di laboratoriun

Lebih terperinci

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1

Fungi/Jamur/Mycota. Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Fungi/Jamur/Mycota Perkuliahan Kapita Selekta Biologi SMA 1 Karakteristik Habitat luas (akuatik terestrial ) Punya sifat hewan & tumbuhan sifat hewan.? sifat tumbuhan.? Sifat hidup : - Parasit (?) obligat/fakultatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai daerah tropis merupakan sumber yang sangat potensial ditemukannya spesies baru. Banyak pakar yang menduga bahwa daerah tropis memiliki separuh

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI

LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 2015 LEMBAR KERJA SISWA DEWI FATMAWATI 4401413046 Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya bagi

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 Pendahuluan JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 Karakteristik Fungi: Apakah fungi termasuk tanaman? Fungi heterotrophs. -

Lebih terperinci

Kuliah Kapang. Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri Kapang

Kuliah Kapang. Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri   Kapang Kuliah Kapang Nur Hidayat Materi Kuliah Minggu 3 Bioindustri http://ptp2007.wordpress.com http://bioindustri.blogspot.com Kapang Tujuan Mampu menjabarkan berbagai tipe kapang yang penting dalam industri

Lebih terperinci

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih

Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Bioindustri Minggu 5 Oleh : Sri Kumalaningsih Pendahuluan Tubuh berupa benang tunggal bercabang-cabang (disebut miselium/a) Tidak berkhlorofil Hidupnya harus heterotrof (menguatkan pendapat bahwa jamur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TAHURA K.G.P.A.A Mangkunagoro 1 Ngargoyoso merupakan Taman Hutan Raya yang terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur (fungi) banyak kita temukan di lingkungan sekitar kita. Jamur tumbuh subur terutama di musim hujan karena jamur menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi, jamur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I

Latihan uji kompetensi bab Jamur: Bagian I 1. Rhizopus adalah jamur yang dimanfaatkan manusia untuk pembuatan tempe. Pembiakan secara generatif dari jamur tersebut terjadi dengan pembentukan. a. Rhizospora b. Sporangiospora c. Zygospora d. Askospora

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman stroberi (Fragaria holland Newton) merupakan tanaman buah yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia. Tanaman stroberi dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Kependidikan 1. Media Pembelajaran Secara umum media merupakan kata jamak dari medium, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan

Lebih terperinci

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Gambar 1.2: reproduksi Seksual Jamur Roti (Rhizopus nigricans) Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan membentuk

Lebih terperinci

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar

KELOMPOK G EUKARYOTA. Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar KELOMPOK G EUKARYOTA Yudi Prasetiyo Dony Pratama Akhira Yanti Ningsih Ritonga Mey Laurentya Manalu Ramsiah Diliana Cahaya Mora Siregar 1. Pengertian Sel yang mempunyai struktur yang kompleks. Inti dan

Lebih terperinci

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI

A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI BAB 8 FUNGI A. KARAKTERISTIK UMUM FUNGI Fungi adalah organisme eukariot yang mempunyai dinding sel dan pada umumnya tidak motil. Karakteristik ini menyerupai karakteristik tumbuhan. Namun demikian fungi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU KARYA TULIS IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang mempunyai luas sekitar 112,5 ha, yang diperuntukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jamur Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Edupark merupakan taman pendidikan yang dimiliki oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta yang terletak di dataran rendah pada ketinggian 105 mdpl dengan suhu rata-rata

Lebih terperinci

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015

Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 Nama : Novita Purnamasari Hendarmin NIM : 1503646 Hari, Tanggal : Kamis,10 Desember 2015 1. Jelaskan perbedaan antara bakteri, fungi, algae dan virus! Ciri-ciri -Memiliki sifat antara benda mati dan benda

Lebih terperinci

By: Aini Maskuro, S.Pd

By: Aini Maskuro, S.Pd KINGDOM FUNGI CIRI- CIRI UMUM KLASIFIKASI By: Aini Maskuro, S.Pd PERANAN CIRI- CIRI UMUM Termasuk organisme eukariotik Organisme heterotrof saprofit parasit bersimbiosis alga gol. Chloropypyta (Lichen)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau

TINJAUAN PUSTAKA. tradisional, daerah terisolir, daerah pertanian lereng-lereng gunung, pulau TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi Jamur Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah

Lebih terperinci

Bab. Kingdom Fungi. A. Ciri-Ciri Jamur B. Klasifikasi Jamur C. Peranan Jamur bagi Kehidupan

Bab. Kingdom Fungi. A. Ciri-Ciri Jamur B. Klasifikasi Jamur C. Peranan Jamur bagi Kehidupan Bab 4 Morchella esculenta merupakan jamur Ascomycota yang membentuk tubuh buah. Kingdom Fungi Hasil yang harus Anda capai: memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Sumber: www.moremushroomhunting.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti

I. PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN

CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN CENDAWAN PATOGEN TUMBUHAN APA ITU CENDAWAN? Organisme eukariotik, heterotropik, tidak memiliki klorofil, mengambil nutrisi dengan cara absorpsi, berspora, dan umumnya bereproduksi secara seksual dan aseksual.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1 JAMUR FUNGI KAPANG MOLD KHAMIR YEAST JAMUR MUSHROOM 4/3/2016 2 OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI KHAMIR Struktur/ morfologi Pengelompokkan Cara Reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapang Rhizopus oligosporus Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker & Moore (1996) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Kelas Ordo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Biakan murni merupakan tahapan awal di dalam pembuatan bibit jamur. Pembuatan biakan murni diperlukan ketelitian, kebersihan, dan keterampilan. Pertumbuhan miselium

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Taman Nasional Berbak merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang belum terjamah oleh eksploitasi manusia. Keunikan TNB

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut Dwidjoseputro (1978) sebagai berikut : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Family Genus Spesies : Mycota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut hifa yang dapat membentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Fungi merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof, tipe sel eukarotik. Jamur ada yang uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996). 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Kingdom Divisio Class Ordo Famili Genus : Myceteae : Eumycophyta : Basidiomycetes : Aphyllophorales : Ganodermataceae : Ganoderma

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

Kapang. Kuliah Kapang. Tujuan. Tiap orang mengenal kapang

Kapang. Kuliah Kapang. Tujuan. Tiap orang mengenal kapang Kuliah Kapang Tujuan Kapang Mampu menjabarkan berbagai tipe kapang Mampu memberikan setidaknya satu contoh dari tiap-tiap kelompok utama kapang yang penting bagi lingkungan Tiap orang mengenal kapang Tanaman

Lebih terperinci

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 13 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: MIKROORGANISME Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Pendahuluan Mikroorganisme, atau mikroba, adalah makhluk hidup

Lebih terperinci

PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP

PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP PRAKTIKUM JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) Posted by Jordyanalcaff 07.14, under biologi No comments PRAKTIKUM PENGAMATAN JAMUR TEMPE( Rhizopus orizae ) DENGAN MENGGUNAKAN MIKROSKOP Tujuan Kegiatan Untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri. LAMPIRAN Lampiran 1. Ciri makroskopis dan mikroskopis fungi yang ditemukan pada serasah A. marina yang mengalami proses dekomposisi pada berbagai tingkat salinitas 1. Aspergillus sp.1 Ciri makroskopis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan merupakan suatu kawasan atau wilayah yang mendukung kehidupan dari berbagai jenis makhluk hidup termasuk manusia.hutan bukanlah tempat tinggaldari satu

Lebih terperinci

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae. Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang Biologi Jamur Merang Dalam taksonomi tumbuhan menurut Widyastuti (2001) jamur merang (Volvariella volvacea Bull. Ex. Fr.) digolongkan kedalam kelas basidiomycetes,

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BIOINDUSTRI KAPANG (JAMUR) Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP, MSc Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email : nimas.sunyoto@ub.ac.id

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ceratocystis fimbriata. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Myceteae, Divisi : Amastigomycota,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lichenes yang lazim dikenal dengan nama lumut kerak merupakan jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui oleh sebagian orang. Dan sesungguhnya berbeda dari

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber : 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyebab Penyakit Jamur penyebab penyakit rebah semai ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Fungi : Basidiomycota : Basidiomycetes

Lebih terperinci

INTRUMEN PEMBELAJARAN

INTRUMEN PEMBELAJARAN 268 Lampiran 10 INTRUMEN PEMBELAJARAN PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) PADA MATERI JAMUR UNTUK MEMBERDAYAKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS Oleh PRIHATIN NIM : S831308035 PROGRAM

Lebih terperinci

RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2. kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com

RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2. kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com RANGKUMAN BIOLOGI JAMUR (FUNGI) Semester 2 kusnul latifah X MIA 8 (ICT) Ifahlatifah7192gmail.com A. Jamur ( Fungi) a. Pengertian ( explanation) - Menurut kamus KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jamur

Lebih terperinci

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 :

JAMUR. YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung BAB. 6 : YAYASAN WIDYA BHAKTI SMA SANTA ANGELA Jl. Merdeka 24, Bandung 4214714 BAB. 6 : JAMUR Tujuan : Setelah mempelajari bab ini siswa diharapkan dapat : 1. membandingkan ciri-ciri jamur dengan organisme lain

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. endomikoriza atau FMA (Fungi Mikoriza Arbuskula) pada jenis tanaman. (Harley and Smith, 1983 dalam Dewi, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman (Brundrett, 1991). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Umumya mikoriza dibedakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MEDAN AREA

UNIVERSITAS MEDAN AREA teknologi yang diperkenalkan kepada masyarakat melalui publikasi jurnal dan bahan ajar. BAB II. STUDI PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Jamur Tiram Jamur tiram adalah jamur dengan bentuk tudung yang menyerupai

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI

PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI PEMANFAATAN JERAMI PADI DAN PENAMBAHAN KOTORAN AYAM SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan

Lebih terperinci

MAILA WALUYANTI K

MAILA WALUYANTI K IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN BIOLOGI (STUDI KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA) SEBAGAI SUMBER BELAJAR MATERI FUNGI SMA KELAS X SEMESTER GANJIL KURIKULUM KTSP Skripsi Oleh: MAILA WALUYANTI K4303004 FAKULTAS

Lebih terperinci

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom

Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom Mengamati Struktur Tubuh Jamur Tempe dan Jamur Oncom I. Tujuan : Untuk mengetahui struktur tubuh jamur dan perbedaannya. II. Dasar Teori : Jamur adalah tumbuhan yang berinti, berspora, dan tidak berklorofil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan jenis jamur pangan dari kelompok Basidiomycota. Jamur ini dapat ditemui di alam bebas sepanjang tahun. Jamur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Bionature Vol. 12 (2): Hlm: 93-100, Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: 1411-4720 Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Keanekaragaman Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng (Studi

Lebih terperinci

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti MORFOLOGI DAN STRUKTUR MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Mikrobiologi Micros: kecil/renik Bios: hidup Mikrobiologi kajian tentang mikroorganisme meliputi aspek: morfologi, fisiologi, reproduksi, ekologi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi. Pakchoy dan sawi dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme Endofit Endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman inang bervariasi mulai

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus ) atau white mushroom ini merupakan salah satu jenis jamur edibel yang paling banyak dan popular dibudidayakan serta paling sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.) Jenis A. cadamba Miq. ini bersinonim dengan A.chinensis Lamk. dan A. indicus A. Rich. Jabon (A. cadamba Miq.) merupakan pohon yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan.

BAB 1. PENDAHULUAN. a. Diaspora Spora yang berfungsi sebagai agen penyebaran seperti pada fungi, lumut dan paku-pakuan. BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Spora Definisi umum spora adalah unit reproduksi baik seksual maupun aseksual pada bakteri, algae, fungi, dan sebagian tumbuhan seperti lumut dan tumbuhan paku. Menurut

Lebih terperinci

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik)

Ciri-Ciri. 1. Molds (fungi filamentus) 2. Yeast (fungi uniselular) 3. Mushrooms (fungi makroskopik) JAMUR Makhrus Aly Ciri-Ciri Eukariotik Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadi tubuh

Lebih terperinci

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016 KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH SUMATERA, INDONESIA (Studi Kasus di Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru) Tri Roh Wahyudi 1, Sri Rahayu P

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA Koloni Trichoderma spp. pada medium Malt Extract Agar (MEA) berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Trichoderma spp. merupakan kapang Deutromycetes yang tersusun atas banyak

Lebih terperinci

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventory Of Macrofungi (Basidiomycetes) At Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Liska Chairani Harahap 1*, Fauziah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. divisio Amastigomycota, subdivisio Basidiomycota, kelas Basidiomycetes,

TINJAUAN PUSTAKA. divisio Amastigomycota, subdivisio Basidiomycota, kelas Basidiomycetes, 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Tiram Menurut Rahmat dan Nurhidayat (2011), jamur tiram putih dapat digolongkan kedalam Kingdom Myceteae (fungi) dengan divisio Amastigomycota, subdivisio Basidiomycota,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang terletak di Desa Hargo Binangun, Kecamatan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana

II. TINJAUAN PUSTAKA. senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana II. TINJAUAN PUSTAKA A. Degradasi Degradasi adalah suatu reaksi perubahan kimia atau peruraian suatu senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul yang lebih sederhana (Yatim, 2007). Misalnya, penguraian

Lebih terperinci

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase Abstrak Jamur pelapuk putih merupakan mikroorganisme yang mampu mendegradasi lignin pada proses pelapukan kayu. Degradasi lignin melibatkan aktivitas enzim

Lebih terperinci

JAMUR MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS

JAMUR MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS Laporan Praktikum Cryptogame Kelompok 2 JAMUR MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS Dede Fajar 1, Rizal Maulana Hasbi 2, Fani Fitria 3, Ulfia Setiani 4 Dedefajar346@gmail.com 1, Rizal.maulana@fst.uinsgd.ac.id 2,

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

MIKROBIOLOGI BAKTERI

MIKROBIOLOGI BAKTERI 1 MIKROBIOLOGI BAKTERI (Nurwahyuni Isnaini) Tugas I Disusun untuk memenuhi tugas brosing artikel webpage Oleh RIZKA RAMADHANTY NIM:G0C015080 PRORAM DIPLOMA DIII ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum L) merupakan tanaman semusim yang membentuk rumpun, tumbuh tegak dengan tinggi mencapai 15-50 cm (Rahayu, 1999). Menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura S. litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi TINJAUAN PUSTAKA Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadangkadang tersusun 2 lapis), berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan Jumlah jamur yang terdapat pada dendeng daging sapi giling dengan perlakuan dan

Lebih terperinci

MODUL XIII KEANEKARAGAMAN ORGANISME

MODUL XIII KEANEKARAGAMAN ORGANISME 78 MODUL XIII KEANEKARAGAMAN ORGANISME TUJUAN Mempelajari sebagian dari keanekaragaman organisme. TEORI Organisme memiliki keanekaragaman yang relatif banyak mulai dari yang bersel satu (uniselluler) sampai

Lebih terperinci

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR

MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR MORFOLOGI KAPANG DAN KHAMIR I. TUJUAN 1. Mengamati morfologi dan struktur sel kapang dan khamir secara makroskopik maupun mikroskopik. 2. Membedakan kapang tingkat tinggi dan rendah. 3. Mengetahui teknik

Lebih terperinci