BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Lokasi Penelitian Cagar Alam Tangale merupakan salah satu kawasan konservasi di Sulawesi Utara yang mempunyai luas sekitar 112,5 ha, yang diperuntukan bagi perlindungan flora dan estetis. Hutan Cagar Alam Tangale secara geografis terletak antara LU dan BT. Secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah Kecamatan Tibawa, Propinsi Gorontalo. Kawasan tersebut terbelah oleh jalan trans Sulawesi menjadi dua (Gambar 4.1). yaitu sisi kanan termasuk dalam wilayah dusun Jati dan Buhu dan sisi kiri termasuk dalam wilayah dusun Bohulo (Rugayah, 2009:174). Gambar 4.1 Keadaan Cagar Alam Tangale (Sumber: Dokumen peneliti:2013) Kawasan Cagar Alam Tangale mempunyai topografi mulai dari dataran rendah hingga berbukit dengan kemiringan sekitar 60. Tipe tanah berupa

2 lempung berpasir berwarna keabu-abuan dan berbatu-batu dengan ketinggian 100 hingga 1000 m dpl. Curah hujan rata-rata per tahun 2390 mm, dengan rata-rata 10 bulan basah dan 2 bulan kering. Dengam curah hujan yang cukup tinggi ini sangat memungkinkan bagi jamur untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penyebaran jamur pada lokasi penelitian di kawasan Cagar Alam Tangale adalah faktor lingkungan. Suhu merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap penyebaran jamur di bumi. Pada penelitian di Cagar Alam Tangale suhu yang di temukan berkisar antara 27-32,5 (Lampiran 1) termasuk dalam kelompok jamur mesofil. Berdasarkan pada kisaran suhu, jamur dapat dikelompokan menjadi kelompok jamur dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu jamur psikrofil (jamur yang hidup pada rentang suhu 0-17 ), jamur mesofil (jamur yang hidup pada kisaran suhu ), dan jamur termofil (jamur yang dapat hidup pada kisaran suhu ) Menurut (Hendritomo, 2010:72). Hasil pengukuran kelembapan tempat ditemukannya jamur makroskopis pada Cagar Alam Tangale berkisar antara (Lampiran 1), hal ini merupakan keadaan yang sangat baik untuk pertumbuhan jamur. Pernyataan tersebut sesuai dengan penjelasan Gunawan, (2005:32) yaitu secara umum jamur memerlukan kelembapan relatif cukup tinggi untuk menunjang pertumbuhan, kelembapan relatif sebesar Di alam, biasanya jamur muncul pada saat setelah hujan selesai pada kondisi seperti itu kandungan air di udara cukup tinggi.

3 Derajat keasaman yang dihasilkan pada pengukuran yang dilakukan di Cagar Alam Tangale berkisar antara 5,0-6,0 ph (Lampiran 1) termasuk dalam keadaan optimal untuk perkembangan dan pertumbuhan jamur makroskopis. Menurut Achmad (2003:31) umumnya jamur akan tumbuh pada kisaran ph yang cukup luas yaitu antara 4,5-8,0 dengan ph optimum antara 5,5-7,5 atau bergantung pada jenis jamurnya. kisaran ph untuk pertumbuhan miselium yang optimum umumnya berbeda dengan yang diperlukan untuk pembentukan tubuh buah jamur. Berdasarkan data faktor lingkungan yang diukur pada saat ditemukannya jamur makroskopis di Cagar Alam Tangale menunjukkan nilai normal yang berada pada kisaran toleransi yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan jenis jamur makroskopis yang berada di kawasan Cagar Alam Tangale Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam Tangale memiliki luasan yang relatif kecil, namun informasi tentang potensi yang ada masih sangat kurang. Kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam karena keunikannya sebagai salah satu ekosistem hutan tropik dataran rendah. Cagar Alam ini berbatasan dengan hutan produksi terbatas yang ditanami oleh pohon jati emas. Sisi lainnya juga berbatasan dengan perkebunan rakyat yang ditanami dengan bambu dan kemiri (Sunarti, 2007:88). Tangale merupakan kawasan hutan tropik dataran rendah dengan keragaman jenis yang tidak begitu tinggi di lihat dari lantai hutannya yang reatif bersih dan masih banyaknya jenisjenis pohon yang berdiameter cm, maka hutan Tangale saat ini dapat dikatakan sebagai hutan primer atau hutan sekunder tua (Rugayah, 2009)

4 4.2. Hasil Penelitian Pada penelitian yang telah dilakukan di Cagar Alam Tangale ditemukan sebanyak 19 jenis jamur makroskopis. Tujuh belas jenis diantaranya termasuk kedalam 8 famili yaitu Polyporaceae, Ganodermataceae, Auriculariaceae, Meripilaceae, Agaricaceae, Clavariaceae, Sarcoscyphaceae, dan Xylariaceae sedangkan 2 jenis di antaranya belum dapat teridentifikasi. Data jenis jamur yang ditemukan dalam Cagar Alam Tangale tersaji dalam tabel 1. Tabel 1. Jenis-jenis Jamur Makroskopis di Cagar Alam Tangale. No Famili Jenis Tempat tumbuh 1 Fomes sp. (jenis 1) Kayu lapuk 2 Fomes sp. (jenis 2) Kayu lapuk 3 Micropurus sp. (jenis 1) Kayu mangga 4 Microporus sp. (jenis 2) Kayu lapuk 5 Polyporaceae Polyporus varius Kayu lapuk 6 Polyporus sp. (jenis 1) Kayu lapuk 7 Polyporus sp. (jenis 2) Kayu lapuk 8 Lentinus sp Kayu kemiri 9 Coltricia perennis Kayu lapuk 10 Ganodermataceae Ganoderma sp Kayu jati 11 Auricularia polytricha Kayu lapuk Auricularaceae 12 Auricularia sp Kayu lapuk 13 Meripilaceae Rigidoporus sp Kayu lapuk 14 Agaricaceae Plerotus cystidiosus Kayu lapuk 15 Clavariaceae Clavaria zollingeri Tanah/serasah daun jati 16 Sarcoscyphaceae Sarcocypha coccinea Kayu lapuk 17 Xylariaceae Daldinia concentrica Kayu mangga 18 Spesies a Tanah 19 Spesies b Kayu lapuk Berdasarkan tabel pada diatas, akan diuraikan deskripsi dari jamur makroskopis yang di temukan di Cagar Alam Tangale:

5 Fomes sp. (jenis 1) Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapat 2 jenis jamur dari genus Fomes yang merupakan famili Polyporaceae. Fomes sp. (jenis 1) memiliki tubuh keras, tekstur berkayu, tudung berdiameter 5-10 cm, tebal 3-9 cm, berbentuk kipas atau setengah lingkaran, berwarna coklat karat atau coklat kehitaman ke arah dasar cap. Tidak bertangkai, berwarna putih, atau kuning pucat, dan permukaan tubuh buah licin. Habitatnya pada pohon lapuk, hidup soliter atau berkelompok. Jamur ini tidak dikonsumsi (Gambar 4.2a). Gambar 4.2a Fomes sp. (jenis 1) Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh keras, tekstur berkayu, berwarna putih, kuning pucat atau ungu pucat. Tudung berdiameter 5-40 (75) cm, tebal 3-22 cm, berbentuk kipas atau setengah lingkaran, kuning tua atau kemerahan dan berwarna coklat karat atau coklat kehitaman ke arah dasar cap. Tidak bertangkai, spora berukuran 5-8 x 3,5-5 mikron, berwarna putih, atau kuning pucat, bentuk spora silindris, elips dan licin. Habitat : parasit pada pohon hidup, hidup soliter atau berkelompok. Edibilitas: tidak dikonsumsi (Gambar 4.2b).

6 Gambar 4.2b Fomes sp. (jenis 1) Sumber: Asnah, 2010 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari jamur Fomes sp. (jenis 1) adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : fomes Species : Fomes sp. (jenis 1) Fomes sp. (jenis 2) Fomes sp. (jenis 2) memiliki tubuh keras dan kaku, berukuran 4 hingga 14 cm, berbentuk kipas, tidak bertangkai, ketika tubuh jamur ini segar permukaan berwarna hitam mengkilap, sedangkan permukaan bawahnya hitam berpori. jamur ini tidak dapat dikonsumsi. Habitatnya soliter atau berkelompok pada batang mati dan parasit pada akar dan batang tumbuhan.(gambar 4.3a)

7 Gambar 4.3a Fomes sp. (jenis 2) Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah berdiameter cm, tidak bertangkai (sessil) atau bertangkai, berbentuk kipas, bergaris konsentris saat masih muda, berwarna putih namun segera berubah menjadi kuning karat atau mengkilap,hitam ke-abu-abuan. Bagian tepi tubuh berwarna putih atau abu-abu. Bagian bawah tubuh berwarna putih dan berubah menjdi warna coklat bila digores/luka. Spora berukuran 9-13 x 6-9 mikron, coklat dan elips. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : kayu lapuk, parasit pada pohon (Gambar 4.3b). Gambar 4.3b Fomes sp. (jenis 2) Sumber: Aryani, 2013

8 adalah: Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dari Fomes sp. (jenis 2) Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : fomes Species : Fomes sp. (jenis 2) Microporus sp. (jenis 1) Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 2 jenis jamur dari genus Microporus yang merupakan famili polyporaceae. Jamur ini merupakan Jenis yang paling banyak ditemukan. Microporus sp. (jenis 1) memiliki tubuh buah lebar, tipis, licin, kaku, dan berwarna kuning kecoklatan. Permukaan atas bergelombang, sedangkan permukaan bawah berwarna putih dan memiliki pori. Jamur ini memiliki tangkai, tetapi pendek. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu lapuk (Gambar 4.4a). Gambar 4.4a Microporus sp. (jenis 1) Sumber: Dokumen peneliti, 2013

9 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah lebar, tipis, licin dan kaku. Berwarna kuning kecoklatan. Permukaan atas licin, mengkilap dan bergelombang serta terdapat garis konsentris, dan pada bagian tengah lengkung. Sedangkan permukaan bawah berwarna putih dan memiliki pori. Jamur ini memiliki tangkai, tetapi pendek. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu meranti (Gambar 4.4b). Gambar 4.4b Microporus sp. (jenis 1) Sumber: Aryani, 2013 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Microporus sp. (jenis 1) adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Microporus Species : Microporus sp. (jenis 1) Microporus sp. (jenis 2) Microporus sp. (jenis 2) hampir sama dengan Microporus sp. (jenis 1) yaitu memiliki tubuh buah lebar, tipis, licin, kaku, dan berwarna kuning kecoklatan. Permukaan atas licin, mengkilap dan bergelombang serta

10 terdapat garis konsentris pada bagian tengah lengkungannya, permukaan bawah dari Microporus sp. (jenis 2) berwarna coklat dan memiliki pori. Jamur ini memiliki tangkai. Hidup berkoloni pada kayu mati yaitu pada kayu lapuk (Gambar 4.5a). Gambar 4.5a Microporus sp. (jenis 2) Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berbentuk corong, tipis, tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris, berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Habitat :Tumbuh bergerombol pada kayu lapuk. Edibilitas: tidak diketahui (Gambar 4.5b). Gambar 4.5b Microporus sp. (jenis 2) Sumber: Asnah, 2010

11 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Microporus sp. (jenis 2) adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Microporus Species : Microporus sp. (jenis 2) Polyporus sp. (jenis 1) Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 3 jenis jamur dari genus Polyporus yang merupakan famili Polyporaceae. Polyporus sp. (jenis 1) memiliki tubuh buah lembut dan berbulu dengan warna ketika muda coklat pucat keabuan, tetapi setelah berumur tua warna tubuh buah akan menjadi hitam (gelap) dan coklat. Jamur ini memiliki tangkai pendek dan tidak berpori (Gambar 4.6a). Gambar 4.6a Polyporus sp. (jenis 1) Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Aryani, (2013) yaitu Polyporus sp merupakan tubuh buah berbentuk corong yang bersifat fleshy, lembut dan licin dengan warna ketika muda coklat pucat

12 keabuan, tetapi setelah berumur tua warna tubuh buah akan menjadi hitam (gelap), pada mus im hujan tudungnya seperti berminyak (Gambar 4.6b). Gambar 4.6b Polyporus sp. (jenis 1) Sumber: Aryani, 2013 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Polyporus sp. (jenis 1) adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus Species : Polyporus sp. (jenis 1) Polyporus sp. (jenis 2) Polyporus sp. (jenis 2) memiliki tubuh buah keras, liat, dan rapuh apabila kering. Memiliki tangkai sederhana atau pendek. Tudung berdiameter 3 6 cm, berbentuk seperti kipas, permukaan licin, berwarna kecoklatan. Spora berwarna putih, bentuk silindris, permukaan licin. Habitatnya pada kayu mati. Jamur ini tidak dikonsumsi (Gambar 4.7a).

13 Gambar 4.7a Polyporus sp. (jenis 2) Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Aryani, (2013) yaitu tubuh buah tipis, keras, liat ketika basah, kaku ketika kering, tahunan, melengkung. Tudung berdiameter 3 8 cm, permukaan kering, berwarnakuning hingga coklat muda, bagian tepi berwarna kuning hingga kuning emas ketika muda, keseluruhan warnanya bervariasi. Daging buah tipis, liat. Tidak mempunyai tangkai. Spora berwarna putih, bentuk silinder, licin, berukuran 5 8 x 2 3,5 mikron. Habitat: kayu lapuk, hidup berkelompok, berbaris. Edibilitas: yang tipis dan liat dapat dikonsumsi (Gambar 4.7b) Gambar 4.7b Polyporus sp. (jenis 2) Sumber: Aryani, 2013

14 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Polyporus sp. (jenis 2) adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus Species : Polyporus sp. (jenis 2) Polyporus varius Polyporus varius memiliki tudung berdiameter 1,5 7cm, bentuk lingkaran atau ginjal, awalnya cembung, dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga, permukaan licin dan bergaris-garis, berwarna coklat muda hingga kuning tua. Tubuh buah keras, berwarna putih hingga coklat kemerahan. Panjang tangkai 0,5 5 cm. Habitatnya soliter dan hidup pada kayu lapuk yang keras (Gambar 4.8a). Gambar 4.8a Polyporus varius Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Tampubolon, (2010) yaitu diameter tudung 1,5 7 cm, bentuk lingkaran atau ginjal awalnya cembung., dan berubah menjadi cekung seperti vas bunga, permukaan licin dan bergarisgaris, warna coklat muda hingga kuning tua. Tubuh buah keras, warna putih hingga coklat kemerahan. Panjang tangkai 0,5 5 cm,

15 central atau lateral. Spora berukuran 6,5-10 x 2,5-4 mikron, putih, silindris, licin. Edibilitas : tidak edibel. Habitat : soliter atau beberapa pada kayu keras lapuk (Gambar 4.8a). Gambar 4.8b Polyporus varius Sumber: Tampubolon, 2010 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Polyporus varius adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Polyporus Species : Polyporus varius Lentinus sp Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Lentinus yang merupakan famili Polyporaceae. Lentinus sp yang ditemukan di Cagar Alam Tangale memiliki struktur yang lengkap seperti fungi lainnya yaitu mempunyai rhizoid yang bentuknya seperti batang yang melekat langsung pada batang pohon yang lapuk, rhizoid ini berbentuk seperti batang silinder karena menyesuaikan dengan substrat yang ditumbuhinya sehingga bentuknya terdiferensiasi, bentuk stype silindris

16 dengan diameter cm dan tingginya 5-7 cm, stype ini menjadi penopang tudung yang melekat sentral pada bagian tengah persis (Gambar 4.9a). Gambar 4.9a Lentinus sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Tampubolon, (2010) tubuh buah berbentuk payung dengan tangkai sentral pada waktu muda tubuh buah itu diselubungi oleh selaput yang dinamakan velun tersisa dipangkal tangkai buah dan disebut busa. himenofor berbentuk lamella dengan lapisan himenium pada kedua permukaannya. Lentinus sp bentuknya besar dan badan buah sangat berbeda beda oleh karenanya sering dianggap terditi atas berbagai macam. sebagai tanda yang utama pada species ini yang membedakan dengan yang lainnya yaitu penebalan berbentuk cincin pada tangkainnya. Bentuk corong dangkal atau dalam, yang besar mempunyai pinnngir yang lebar dan rata. tepi rata atau berlekuk,jika dikeringkan akan menggulung kedalam.

17 Gambar 4.9b Lentinus sp Sumber: Maryanto dkk, 2013 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Lentinus sp adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Lentinus Species : Lentinus sp Coltricia perennis Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Coltricia yang merupakan famili Polyporaceae. Coltricia perennis memiliki tubuh buah datar atau berbentuk corong, tipis, tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris, berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Permukaan bawah himenium berpori. Jamur ini tidak dapat dikonsumsi. Habitatnya tumbuh soliter atau bergerombol pada kayu lapuk (Gambar 4.10a).

18 Gambar 4.10a Coltricia perennis Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di laksanakan oleh Tampubolon, (2010) yaitu tubuh buah datar atau berbentuk corong, tipis, tekstur seperti kulit, permukaannya seperti beludru, bergaris-garis konsentris, berwarna putih kecoklatan atau abu-abu ketika tubuh menjadi dewasa. Bagian tepi tubuh tipis dan bergelondong. Stipe pendek 1 hingga 3 cm, silindris. Permukaan bawah himenium berpori. Spora berukuran 5-10 x 3,5-6 mikron, kuning, elips, licin. Edibilitas : tidak dapat dikonsumsi. Habitat : tumbuh soliter atau bergerombol pada kayu lapuk (Gambar 4.10b). Gambar 4.10b Coltricia perennis Sumber: Tampubolon, 2010

19 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Coltricia perennis adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Polyporaceae Genus : Coltricia Species : Coltricia perennis Ganoderma sp Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Ganoderma yang merupakan famili Ganodermataceae. Ganoderma sp memiliki tubuh buah coklat kehitam-hitaman, memiliki bentuk seperti kipas, Badan buah keras, berkayu, dan memiliki tangkai, terlapis oleh suatu zat serupa lilin, jamur ini tidak dapat dibuat sebagai bahan makanan, biasanya hanya digunakan sebagai bahan baku obat. Jamur ini hidup pada pohon yang sudah mati namun ada juga yang menempel pada pohon yang masih hidup (Gambar 4.11a). Gambar 4.11a Ganoderma sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013

20 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Aryani, (2013) yaitu badan buahnya berbentuk setengah lingkaran menyerupai kipas, besar dan keras, permukaannya licin dan mengkilat. Hidup pada kayu-kayu yang telah lapuk. Jenis jamur ini memiliki tangkai yang menancap ke dalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3-10 cm. Di ujung tangkai terdapat tubuh buah berbentuk seperti setengah lingkaran yang melebar dengan garis tengah antara cm. Tubuh buah mula-mula berwarna kekuning-kuningan saat masih muda, yaitu pada umur 1-2 bulan, kemudian berubah menjadi merah atau cokelat tua (Gambar 4.11b) Gambar 4.11a Ganoderma sp Sumber: Aryani, 2013 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Ganoderma sp adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Polyporales Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Species : Ganoderma sp

21 Auricularia polytricha Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 2 jenis jamur dari genus Auricularia yang merupakan famili Auriculariaceae. Auricularia polytricha memiliki tubuh buah berukuran 3 6 cm, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai, elastis, transparan, dalam keadaan segar bertekstur seperti gelatin, berwarna coklat. Jamur ini dapat dikonsumsi. Habitatnya pada kayu lapuk, hidup bergerombol (Gambar 4.12a). Gambar 4.12a Auricularia polytricha Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 6 hingga 10 cm, berbentuk seperti telinga atau mangkuk, berwarna coklat tidak bertangkai atau bertangkai pendek, tekstur seperti gelatin atau karet dan lurus serta mudah patah jika kering. Spora :berwarna putih, silindris, licin, berukuran x 4-7 mikron. Edibilitas :Dapat dikonsumsi. Habitat :Kayu lapuk, hidup bergerombol (Gambar 4.12b)

22 Gambar 4.12a Auricularia polytricha Sumber: Asnah, 2010 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Auricularia polytricha adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Auriculariaceae Genus : Auricularia Species : Auricularia polytricha Auricularia sp Auricularia sp memiliki tubuh buah berukuran 5 7 cm, berbentuk seperti telinga, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis, transparan, dalam keadaan segar berstektur seperti gelatin, berwarna keabu-abuan hingga coklat muda. Habitatnya pada kayu lapuk, hidup soliter atau berkelompok. Jamur ini dapat di konsumsi (Gambar 4.13a).

23 Gambar 4.13a Auricularia sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 7 11 cm, berbentuk seperti telinga, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis, transparan, dalam keadaan segar berstektur seperti gelatin, berwarna keabu-abuan hingga coklat muda. Spora: berwarna putih, silindris, permukaan licin. Habitat:kayu lapuk, hidup soliter atau berkelompok. Edibilitas:dapat dikonsumsi (Gambar 4.13b). Gambar 4.13b Auricularia sp Sumber: Aryani, 2013

24 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Auricularia sp adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Auriculariaceae Genus : Auricularia Species : Auricularia sp Rigidoporus sp Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1 jenis jamur dari famili Meripillaceae yaitu Rigidoporus sp. jamur jenis ini tubuh buah berbentuk seperti kipas, tebal, dengan struktur keras, dan kaku. Jamur ini berwarna kuning kecokelatan, dengan permukaan atas terasa kasar, dan memiliki garis konsentris sedangkan permukaan bawahnya halus. Jamur ini memiliki tangkai, tetapi pendek, hidupnya berkoloni pada cabang atau ranting pohon mati (Gambar 4.14a). Gambar 4.14a Rigidoporus sp Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu jamur jenis ini bentuk tubuhnya seperti kipas tebal

25 dengan warna dipermukaan atasnya berwarna cokelat kekuning-kuningan pucat dan permukaan bawahnya berwarna cokelat kemerahan. Gambar 4.14b Rigidoporus sp Sumber: Aryani, 2013 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Rigidoporus sp adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Hymemomycetales Order : Auriculariales Family : Meripilaceae Genus : Rigidoporus Species : Rigidoporus sp Plerotus sapidus Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1 jenis jamur dari famili Agaricaceae yaitu Plerotus sapidus. Jamur ini memiliki tudung berdiameter 4 15 cm atau lebih, berbentuk kipas, permukaan licin, warna coklat keabuan, ketika muda bagian tepi tidak membulat. Daging buah tebal, berwarna putih, tekstur lembut. Tangkainya pendek dengan panjang 0,5 2 cm, dan tekstur tebal, permukaan kering, berambut atau berbulu halus. Spora berwarna putih hingga pucat, berbentuk bulat, dan memiliki permukaan yg licin. Habitatnya

26 pada kayu lapuk dan hidup soliter atau berkelompok. Jamur ini dapat dikonsumsi (Gambar 4.15a). Gambar 4.15a Plerotus sapidus Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tudung berdiameter 4 15 cm atau lebih, berbentuk kipas, cembung kterkadang berbentuk corong, permukaan licin, warna bervariasi, putih hingga abu-abu, coklat keabuan, coklat, ketika muda bagian tepi tidak membulat, berkerut atau cuping. Daging buah tebal, berwarna putih, tekstur lembut. Lapisan himenium (gill) melebar pada bagian tangkai (jika tangkai ada), berwarna putih tapi ketika dewasa berwarna kekuningan. Tangkai tidak ada (jika ada basanya pendek, hitam), panjang tangkai 0,5 4 cm, dan tekstur tebal, permukaan kering, berambut atau berbulu halus. Veil tidak ada. Spora berwarna putih hingga pucat, berbentuk bulat hingga ellip, permukaan licin, tidak mengandung amilum, berukuran 7 9 x 3 4 mikron. Habitat: kayu hidup dan hidup soliter atau berkelompok. Edibilitas: dikonsumsi dan enak (Gambar 4.15b)

27 Gambar 4.15b Plerotus sapidus Sumber: Asnah, 2010 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Plerotus sapidus adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Agaricaceae Genus : Pleurotus Species : Pleurotus sapidus Clavaria zollingeri Berdasarkan hasil pengamatan dan pengambilan sampel didapatkan 1 jenis jamur dari famili Clavariaceae yaitu Clavaria zollingeri. Jamur ini memiliki tubuh bercabang, tinggi 7-10 cm, lebar 5 cm. permukaan cabang nampak berkerut, sebagian rata, bagian ujung cabang runcing atau bergigi dan melebar, warna merah muda. Tangkai tipis dan berwarna putih. Jamur ini dapat dikonsumsi. Habitatnya soliter hingga tersebar di tanah, kayu dan daerah berumput (Gambar 4.16a).

28 Gambar 4.16a Clavaria zollingeri Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh bercabang dan sebagian tidak bercabang, tinggi 2-7 (12) cm, lebar 5 cm. Secara longitudinal permukaan cabang nampak berkerut, sebagian rata, bagian ujung cabang runcing atau bergigi dan melebar, warna putih, kadang abu-abu terang, kekuningan atau pink. Tangkai tipis dan putih. Spora berukuran 7-11 (14) x 6,5-10 (12) mikron, putih dan licin. Edibilitas : Dapat dikonsumsi. Habitat :Soliter hingga tersebar di tanah, kayu dan daerah berumput (Gambar 4.16b) Gambar 4.16b Clavaria zollingeri Sumber: Maryanto dkk, 2013

29 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Clavaria zollingeri adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Clavariaceae Genus : Clavaria Species : Clavaria zollingeri Sarcocypha coccinea Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Sarcocypha yang merupakan famili Sarcoscyphaceae. Sarcocypha coccinea memiliki tubuh buah berukuran 2,5 60 cm, bentuk mangkok, permukaan kuning orange, licin. Bagian luar berwarna keputihan, ditutupi rambut-rambut halus. Daging buah tipis, tidak rapuh, bertangkai panjangnya hingga 4 cm, ketebalan 3 7 mm. Habitatnya pada cabang dan ranting kayu lapuk, hidup soliter. Jamur ini dapat dikonsumsi (Gambar 4.17a). Gambar 4.17a Sarcocypha coccinea Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah berukuran 2,5 (60 cm, bentuk mangkok bagian tepi incurved, permukaan kuning orange, licin. Bagian luar berwarna

30 keputihan, ditutupi rambutrambut halus. Daging buah tipis, tidak rapuh. Tidak bertangkai atau jika ada panjangnya hingga 4 cm, ketebalan 3 7 mm. Spora ellip, 24 40x mikron. Habitat:cabang dan ranting kayu lapuk, hidup soliter. Edibilitas:dapat dikonsumsi (Gambar 4.17b). Gambar 4.17b Sarcocypha coccinea Sumber: Aryani, 2013 Gambar 4.17 Sarcocypha coccinea Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Sarcocypha coccinea adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Basidiomycota Class : Agaricomycetes Order : Agaricales Family : Sarcocyphaceae Genus : Sarcocypha Species : Sarcocypha coccinea Daldinia concentrica Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Daldinia yang merupakan famili Xylariaceae. Daldinia concentrica memiliki ciri berbentuk bola pejal, warnanya hitam kecoklatan, memiliki tekstur polos, dan ketika dibelah akan tampak struktur konsentris berwarna abu-abu yang berlapis hitam. Permukaan berwarna coklat,

31 tebal, seiring pertumbuhan akan menjadi berwarna hitam dan kering. Satu tubuh buah berukuran 2-8 cm, tetapi pada beberapa fungi akan bergabung atau bertumpuk-tumpuk membentuk ukuran yang lebih besar. Saat ditemukan ukuran badan buah Daldinia concentrica berkisar antara 2-5 cm dengan tebal 3 cm. Daldinia concentrica ditemukan pada batang pohon mangga. Jamur ini tidak bisa dimakan (Gambar 4.18a). Gambar 4.18a Daldinia concentrica Sumber: Dokumen peneliti, 2013 Hasil identifikasi di atas sesuai dengan penelitian yang telah di lakukan oleh Asnah, (2010) yaitu tubuh buah keras seperti kayu atau arang, berdiameter 1-6 cm, berbentuk bola lonjong, tidak bertangkai. Tubuh berwarna abu-abu hingga hitam keabu-abuan. Sporaberukuran 14-17(27) x 6,5-11 mikron, berwarna coklat hingga hitam, lonjong dan licin. Edibilitas :Tidak dapat dikonsumsi. Habitat :Tersebar hingga mengelompok pada kayu mati, cabang (Gambar 4.18b).

32 Gambar 4.18b Daldinia concentrica Sumber: Asnah, 2010 Berdasarkan hasil identifikasi maka urutan takson dalam klasifikasi dari Daldinia concentrica adalah: Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Class : Sordariomycetes Order : Xylariales Family : Xylariaceae Genus : Daldinia Species : Daldinia concentrica Tidak teridentifkasi Berdasarkan hasil identifikasi, didapatkan dua jenis jamur yang tidak teridentifikasi. Spesies yang tidak teridentifikasi tersebut yaitu Spesies a, Jamur ini memiliki karakter makroskopis yaitu; bentuk seperti tabung tidak beraturan yang memiliki ruang didalamnya, permukaan halus, warna kuning, berukuran lebar 4-5m dan pajang 6-7 cm, dengan tekstur sedikit keras. Jamur ini tumbuh di tanah dengan lingkungan yang lembab. dan Spesies b, Jamur ini memiliki karakter makroskopis yaitu; bentuk menyerupai seperti karang dan berkoloni, permukaan halus, warna coklat dan memiliki garis pinggiran putih, dengan tekstur sedikit keras. Jamur ini tumbuh pada kayu lapuk dengan lingkungan yang lembab.

33 Spesies a Spesies b Gambar 4.19 Jamur spesies a dan b (Sumber: Dokumen peneliti, 2013) 4.3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Cagar Alam Tangale ditemukan sebanyak 19 jenis jamur makroskopis, 2 jenis jamur tersebut belum dapat teridentifikasi. Jenis jamur yang teridentifikasi yaitu: Fomes sp. (jenis 1), Fomes sp.(jenis 2), Micropurus sp. (jenis 1), Microporus sp.(jenis 2), Polyporus varius, Polyporus sp. (jenis 1), Polyporus sp. (jenis 2), Lentinus sp, Coltricia perennis, Ganoderma sp, Auricularia polytricha, Auricularia sp, Rigidoporus sp, Plerotus cystidiosus, Clavaria zollingeri, Sarcocypha coccinea, dan Daldinia concentrica. Jamur yang paling banyak ditemukan yaitu dari family Polyporaceae sebanyak 9 jenis. Jenis-jenis famili Polyporaceae yang ditemukan di lokasi penelitian yaitu Fomes sp. (jenis 1), Fomes sp. (jenis 2), Micropurus sp. (jenis 1), Microporus sp. (jenis 2), Polyporus varius, Polyporus sp. (jenis 1), Polyporus sp. (jenis 2), Lentinus sp, dan Coltricia perennis. Famili Polyporaceae banyak

34 ditemukan di tempat-tempat lembab, hal ini sesui dengan pernyataan (Muhlisin, 2013:9) yakni sebagian besar anggota keluarga ini memiliki hymenium ( lapisan subur) dalam pori-pori vertikal dibawah payung, tetapi beberapa dari mereka memiliki insang seperti struktur pori-pori yang memanjang membentuk labirin. Sebagian besar anggota famili ini memiliki bubuk spora putih yang menyukai tempat-tempat yang lembab dengan naungan kanopi yang lebat. Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari genus Ganoderma yang merupakan famili Ganodermataceae. Jamur ini disebut dengan jamur kayu karena hidup melekat pada kayu. Jamur ini juga biasanya dikenal dengan jamur Lingshi. Namun, sayangnya jamur ini tidak dapat dikonsumsi seperti jamur makro pada umunya karena teksturnya yang keras namun dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran obat. Jamur Ganoderma dianggap mampu meningkatkan kekebalan tubuh manusia dari serangan penyakit, mampu menghambat pertumbuhan tumor, dan mampu meningkatkan stamina orang usia lanjut. Ganodermataceae disebut dengan jamur coklat atau merah. Badan buahnya berbentuk setengah lingkaran menyerupai kipas, besar dan keras, permukaannya licin dan mengkilat. Hidup pada kayu-kayu yang telah lapuk. Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 2 jenis jamur dari Genus Auricularia yang merupakan famili Auriculariaceae. Famili ini memiliki tubuh buah berbentuk seperti telinga, transparan, dan permukaannya licin seperti gelatin, berwarna cokelat. Jamur ini tidak mempunyai tangkai. Hidupnya berkoloni dan menempel/sessil pada

35 kayu mati. Jenis jamur ini biasa disebut jamur kuping, juga dikenal sebagi jamur lendir. Jamur kuping banyak dimanfaatkan dalam menu makanan untuk pengganti daging, sayuran, dan bahan pengental. Senyawa lendir dipercaya dapat menetralkan racun yang terdapat pada makanan. Khasiat jamur kuping, antara lain dapat mengencerkan cairan plasma darah atau melancarkan sirkulasi darah, dapat mencegah penyakit wasir, menurunkan kadar kolesterol darah, menyembuhkan anemia, dan memusnahkan karsinogen (Hendritomo, 2010 :45). Famili Meripilaceae yang ditemukan pada Cagar Alam Tangale merupakan Genus Rigidoporus. Jamur ini ditemukan hidup berkelompok pada kayu lapuk, menurut Aryani (2013) bahwa jamur Rigidoporus sp, memiliki tubuh buah berbentuk seperti kipas, tebal, dengan struktur keras, kaku, dan terdapat garis konsentris. Jamur ini berwarna kuning kecokelatan, dengan permukaan atas terasa kasar, dan memiliki garis konsentris sedangkan permukaan bawahnya halus. Jamur ini memiliki tangkai, tetapi pendek, hidupnya berkoloni pada cabang atau ranting pohon mati, yaitu pada kayu arang-arang. Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari Genus Pleurotus yang merupakan famili Agaricaceae. Kebanyakan warga suku ini hidup sebagai saprofit, sebagian kecil sebagai parasit. Beberapa diantaranya dapat dimakan, tetapi ada pula yang beracun (Tjitrosomo, 1993). Bentuk seperti tiram, cembung kemudian menjadi rata atau kadang-kadang membentuk corong; permukaan licin, agak berminyak ketika lembab, tetapi tidak lengket; warna bervariasi dari putih sampai abu-abu, cokelat, atau cokelat tua (kadang-kadang kekuningan pada jamur dewasa); tepi

36 menggulung ke dalam, pada jamur muda sering kali bergelombang atau bercuping. Daging tebal, berwarna putih kokoh tapi lunak pada bagian yang berdekatan dengan tangkai; bau dan rasa tidak merangsang. Habitat Jamur tiram tumbuh soliter, tetapi umumnya membentuk massa menyerupai susunan papan pada batang kayu. Pada pengamatan dan pengambilan sampel di Cagar Alam Tangale, didapatkan sampel 1 jenis jamur dari Genus Clavaria yang merupakan famili Clavariaceae. Jamur ini biasa disebut jamur karang karena bentuknya yang seperti karang. Habitat Clavaria zollingeri yaitu pada tanah atau tumpukan serasah, pada penelitian yang dilalukan di Cagar Alam Tangale jamur ini tumbuh pada serasah daun jati. Hal ini sesuai dengan pernyataan Asnah (2010) bahwa jamur makroskopis dapat tumbuh di banyak habitat dari Artik hingga tropis, dan beberapa jamur makroskopis menunjukkan habitat spesifik. Umumnya jamur makroskopis tumbuh di atas kayu lapuk, serasah/tanah, daun, dan kotoran hewan, serta ada juga yang tumbuh pada jamur yang telah membusuk. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Cagar Alam Tangale, di dapatkan 1 jenis jamur dari Genus Daldinia yang merupakan famili Xylariaceae. Setelah di identifikasi, Daldinia concentrica termasuk dalam kingdom fungi dan termasuk divisi Ascomycota. Jamur ini menyukai batang atau ranting tumbuhan yang telah lapuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Arif, dkk (2007) Daldinia concentrica merupakan jamur yang dapat hidup pada daerah hutan hujan tropis. Jamur Daldinia concentrica hidup berkerumun pada batang kayu atau dekat batang kayu yang membusuk/lapuk. Jamur ini sekilas nampak

37 seperti bagian dari batang kayu karena warna pada tubuh buahnya berwarna kehitaman menyerupai warna batang kayu tersebut Dengan mengamati habitat jamur makroskopis tersebut, maka dapat diketahui peranannya bagi suatu ekosistem hutan. Jamur makroskopis yang ditemukan di Cagar Alam Tangale pada umumnya merupakan spesies jamur pelapuk kayu dan serasah. Hal ini dikarenakan sebagian besar jamur makroskopis yang ditemukan dalam penelitian ini hidup pada kayu lapuk dan serasah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa sebagian besar spesies jamur makroskopis yang ditemukan berperan sebagai dekomposer dalam jaring-jaring makanan di ekosistem Cagar Alam Tangale. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aryani (2013) bahwa jamur berperan sebagai dekomposer bersama dengan bakteri dan beberapa spesies protozoa, sehingga banyak membantu proses dekomposisi bahan organik untuk mempercepat siklus materi dalam ekosistem hutan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman 22 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil identifikasi jamur yang didapat dari Resort Pematang Raman Taman Nasional Berbak Kabupaten Muaro Jambi yang telah dilakukan di laboratoriun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Jenis Jamur Makroskopis Yang Ditemukan di Hutan Geopark Merangin Desa Air Batu Kecamatan Renah Pembarap Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah I. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah dibudidayakan. Jamur tiram termasuk familia Agaricaceae atau Tricholomataceae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016

Wahana Forestra: Jurnal Kehutanan Vol.11, No.2 Juli 2016 KEANEKARAGAMAN JAMUR BASIDIOMYCOTA DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH SUMATERA, INDONESIA (Studi Kasus di Arboretum Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru) Tri Roh Wahyudi 1, Sri Rahayu P

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TAHURA K.G.P.A.A Mangkunagoro 1 Ngargoyoso merupakan Taman Hutan Raya yang terletak di Dusun Sukuh, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon TINJAUAN PUSTAKA Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran besar ataupun kecil (Arief : 11). yang tersusun atas berbagai komponen yang saling ketergantungan dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan merupakan suatu kawasan atau wilayah yang mendukung kehidupan dari berbagai jenis makhluk hidup termasuk manusia.hutan bukanlah tempat tinggaldari satu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Jamur

Lampiran 1. Deskripsi Jamur Lampiran 1. Deskripsi Jamur 1. Amanita sp. Deskripsi : Tudung berdiameter 5 15 (20), bulat kemudian cembung hingga pipih, berwarna putihi permukaan licin. Lapisan himenium (gill) melekat pada tangkainya,

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam

Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventarisasi Jamur Tingkat Tinggi (Basidiomycetes) Di Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Inventory Of Macrofungi (Basidiomycetes) At Taman Wisata Alam Muka Kuning Batam Liska Chairani Harahap 1*, Fauziah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur digolongkan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman mentimun berasal dari kaki pegunungan Himalaya. Domestikasi dari tanaman liar ini berasal dari India utara dan mencapai Mediterania pada 600 SM. Tanaman ini dapat tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Tiram Putih Jamur tiram putih (Pleurutus ostreatus) termasuk dalam kategori tanaman konsumsi. Jamur ini dinamakan jamur tiram karena tudungnya berbentuk setengah lingkaran

Lebih terperinci

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) Gambar 1. Bengkuang Sumber: http://www.google.com/search?gs_rn=21&gs_ri=tanaman+bengkuang A. Sekilas Tanaman Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

INVENTARISASI JAMUR TINGKAT TINGGI DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT JURNAL

INVENTARISASI JAMUR TINGKAT TINGGI DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT JURNAL INVENTARISASI JAMUR TINGKAT TINGGI DI KAWASAN CAGAR ALAM LEMBAH ANAI KABUPATEN TANAH DATAR SUMATERA BARAT JURNAL NIM. 09010178 SUCI PEBRA JUSANA NIM. 09010112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai daerah tropis merupakan sumber yang sangat potensial ditemukannya spesies baru. Banyak pakar yang menduga bahwa daerah tropis memiliki separuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa 2.1.1 Klasifikasi Rhizophora stylosa Menurut Cronquist (1981), taksonomi tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur merupakan organisme yang mudah dijumpai, hal ini dikarenakan jamur dapat tumbuh disemua habitat (alam terbuka) sesuai dengan lingkungan hidupnya. Seiring

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU KARYA TULIS IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU Disusun Oleh: APRI HERI ISWANTO, S.Hut, M.Si NIP. 132 303 844 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Volume Pohon Secara alami, volume kayu dapat dibedakan menurut berbagai macam klasifikasi sortimen. Beberapa jenis volume kayu yang paling lazim dipakai sebagai dasar penaksiran,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI)

LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI) LAMPIRAN 1. DESKRIPSI JAMUR MAKROSKOPIS (MACROFUNGI) 1. Auricularia auricula Deskripsi : Tubuh buah berukuran 6 hingga 10 cm, berbentuk seperti telinga, tidak bertangkai atau bertangkai pendek, elastis,

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS

JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS JENIS-JENIS JAMUR BASIDIOMYCETES FAMILIA POLYPORACEAE DI HUTAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN BENGO-BENGO KECAMATAN CENRANA KABUPATEN MAROS Species of Fungi Basidiomycetes Family Polyporaceae in The

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus :Plantae :Spermatophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman TINJAUAN PUSTAKA Mikroorganisme Endofit Endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman inang bervariasi mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas km 2

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas km 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kabupaten Merangin terletak di provinsi Jambi dengan luas 7.679 km 2 yang berjarak ± 256 km dari ibukota provinsi Jambi. Merangin secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya pada bidang usaha. Indonesia sedang melakukan terobosan baru

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya pada bidang usaha. Indonesia sedang melakukan terobosan baru BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini, Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan di segala bidang agar mengubah dari Negara berkembang menjadi Negara maju, salah satunya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan Agus Salim) dari Hotel Astro sampai di perempatan lampu merah Jalan Rambutan

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP PENGERTIAN TANAH Pedosfer berasal dari bahasa latin yaitu pedos = tanah, dan sphera = lapisan. Pedosfer yaitu lapisan kulit bumi yang tipis yang letaknya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

Gambar 1.2: reproduksi Seksual

Gambar 1.2: reproduksi Seksual Jamur Roti (Rhizopus nigricans) Jika roti lembab disimpan di tempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak jamur tumbuh diatasnya. Spora yang berkecambah pada permukaan roti akan membentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.

I. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah

Lebih terperinci

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93

Bionature Vol. 12 (2): Hlm: , Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Bionature Vol. 12 (2): Hlm: 93-100, Oktober 2011 Keanekaragaman ISSN: 1411-4720 Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng 93 Keanekaragaman Jamur Basidiomycota Di kawasan Gunung Bawakaraeng (Studi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil sehingga jamur tidak dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang berklorofil.

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami proses dan faktor pembentukan tanah. 2. Memahami profil,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Jati (Tectona grandis) Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenaceae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM

IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM III.1. Analisis Masalah Jamur dapat tumbuh dengan mudah sehingga banyak dijumpai di alam bebas. Namun tidak semua jenis jamur yang dapat dikonsumsi masyarakat, masih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia bersama sejumlah negara tropis lain seperti Brazil, Zaire dan Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiversity).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat ditumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jamur Istilah jamur atau fungi berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus/hifa (mushroom) yang berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada jamur yang

Lebih terperinci