BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN"

Transkripsi

1 70 BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN 6.1 Karakteristik Nelayan Non Pariwisata dan Nelayan Pariwisata Perkembangan pariwisata di Desa Karimunjawa telah membuka berbagai lapangan pekerjaan. Kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh nelayan untuk meningkatkan pendapatan mereka. Penurunan jumlah tangkapan ikan membuat nelayan mencari alternatif pekerjaan lain untuk menambah pendapatan. Hal tersebut merupakan alasan sebagian besar nelayan untuk ikut dalam kegiatan wisata. Namun ada juga nelayan yang tetap bertahan di bidang perikanan. Nelayan di Karimunjawa saat ini terbagi menjadi dua, yaitu nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata (nelayan pariwisata) dan nelayan yang tidak aktif dalam kegiatan pariwisata (nelayan non pariwisata). Nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata adalah nelayan yang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selain menggantungkan pada hasil penangkapan ikan di laut, juga terlibat secara langsung dalam kegiatan aktivitas pariwisata (membuat souvenir, menyewakan perahu, pemandu wisata, menyewakan pemondokan maupun fasilitas lainnya). Sedangkan nelayan yang tidak aktif adalah nelayan yang kegiatannya sehari-harinya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya hanya menggantungkan diri pada hasil penangkapan ikan di laut. Ciri-ciri kedua kelompok nelayan yang dilihat dari umur, pendidikan, jumlah tanggungan dan pendapatan keluarga akan memperlihatkan dengan jelas perbedaan ukuran tingkat pemanfaatannya dari para nelayan yang aktif dalam kegiatan pariwisata dengan nelayan yang tidak aktif Umur Umur responden adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada pelaksanaan penelitian. Data penelitian di lapangan menunjukkan bahwa usia nelayan beragam antara tahun. Sebagian besar nelayan yang ada di Karimunjawa memulai pekerjaannya semenjak usia remaja. Pekerjaan menjadi nelayan memang bisa dilakukan mulai dari umur remaja hingga umur tua. Penduduk

2 71 Karimunjawa yang aktif dalam kegiatan pariwista umumnya berada di umur tahun. Berikut akan disajikan data pada Tabel 14 tentang klasifikasi responden berdasarkan umur. Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Umur, Desa Karimunjawa, 2012 Umur Responden (Tahun) Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden non pariwisata dan responden wisata berusia sedang (31-50), yaitu masing-masing sebesar 48 persen dan 72 persen. Hal ini terjadi karena untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan membutuhkan stamina yang masih kuat dan berpengalaman. Alat tangkap ikan yang paling banyak digunakan di Karimunjawa saat ini adalah pancing dan ada juga yang menggunakan tembak (kompressor). Nelayan kompressor adalah nelayan yang membutuhkan stamina yang prima untuk menyelam sehingga ada kecenderungan umur nelayan kompressor yang masih muda. Kebanyakan nelayan yang tergabung dalam pariwisata memiliki umur yang sedang karena pada usia tersebut, nelayan aktif dalam wisata harus berhubungan langsung dengan wisatawan, seperti yang diungkapkan oleh AM (40 tahun). Orang-orang yang ikut wisata itu kebanyakan yang muda-muda Mbak. Kalo yang tua-tua udah malas. Orang Karimun itu ya Mbak orangnya pemalu-pemalu kalo ketemu sama orang banyak apalagi yang baru dikenal. Yang masih muda itu yang masih aktif, suka ketemu orang banyak. Gimana mau jadi tour guide kalo malu ketemu sama wisatawan? Kerjanya tour guide itu kan ngurusin tamu-tamu (wisatawan) yang datang. Orangorang muda lebih suka yang instan sih Mbak. Kerja sedikit dapat uang. Meski kebanyakan nelayan yang ikut dalam wisata memiliki umur yang sedang, namun terdapat 2 orang yang memiliki umur tinggi. Mereka adalah pemilik

3 72 homestay yang ada di Karimunjawa. Sedangkan 4 orang lainnya adalah nelayan yang menyewakan kapal mereka Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksud dalam penelitian ini diukur berdasarkan tingkat pendidikan formal yang pernah diikuti. Komposisi tingkat pendidikan responden dapat dilihat di Tabel 15 berikut. Tabel 15. Responden Menurut Tingkat Pendidikan, Desa Karimunjawa, 2012 Tingkat Pendidikan Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata N % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 15 terlihat bahwa responden nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata masih berpendidikan rendah (tidak sekolah dan tidak tamat SD) yaitu 72 persen dan 52 persen. Nelayan non pariwisata yang berpendidikan rendah lebih banyak jumlahnya daripada nelayan pariwisata yang berpendidikan rendah. Fasilitas pendidikan di Desa Karimunjawa memang belum terlalu memadai. Nelayan biasanya memulai pekerjaannya semenjak usia masih muda sehingga tidak ada waktu untuk bersekolah. Kebanyakan responden setelah lulus SD tidak melanjutkan sekolah karena ikut melaut bersama orang tua mereka untuk menambah pendapatan. Responden yang berpendidikan tinggi (tamat SMA dan akademik) hanya terdapat di nelayan pariwisata yaitu 8 persen sedangkan nelayan non pariwisata tidak ada yang berpendidikan tinggi. Responden mendapatkan pendidikan tingkat SMA di luar Karimunjawa, yaitu di Jepara dan di Semarang karena di Karimunjawa hanya ada SMK. Syarat menjadi seorang pelaku wisata di Karimunjawa tidak dibatasi oleh tinggi rendahnya pendidikan, khususnya yang bergabung dalam HPI (Himpunan

4 73 Pramuwisata Indonesia), seperti yang diungkapkan oleh ZA (33 tahun), seorang anggota HPI yang juga bekerja sebagai nelayan. Kalau jadi tour guide itu kan SDM nya harus bagus Mbak. Terutama bahasa indonesia dan umurnya di atas 17 tahun, umur buat bekerja gitu Mbak. Setidaknya bisa baca tulis. Tapi aturan dari HPI sendiri tidak ada yang mengharuskan tamat SMA atau harus sekolah, yang penting bertanggung jawab dan mengerti tentang sapta pesona itu, Mbak Jumlah Anggota Keluarga Jumlah keluarga yang besar akan berpotensi menjadi penyedia tenaga kerja khususnya di kehidupan rumah tangga nelayan. Sebagaimana biasanya dalam kegiatan usaha tani, sub sistem anggota keluarga akan menyumbangkan tenaganya dalam proses usaha tani. Ayah yang berfungsi sebagai kepala keluarga mempunyai fungsi ganda sebagai pemimpin usaha tani dan merangkap sebagai pekerja yang dibantu oleh istri dan anak-anak mereka ditambah pula dengan anggota keluarga lainnya yang menjadi tanggungan petani yang bersangkutan. Namun dalam kenyataannya tidak semua anggota keluarga yang menjadi tanggungan ikut bekerja secara penuh waktu. Hal ini terutama anggota keluarga yang masih pada usia sekolah ataupun mereka yang mempunyai pekerjaan lain secara tidak penuh waktu di luar sekolah (Su ud 1991 dalam Aryono 2003). Berikut akan disajikan data jumlah tanggungan responden pada masing-masing kelompok nelayan pada Tabel 16. Tabel 16. Responden Menurut Jumlah Tanggungan, Desa Karimunjawa, 2012 Jumlah tanggungan Nelayan non Pariwisata Nelayan Pariwisata n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa jumlah tanggungan keluarga pada masing-masing kelompok responden tidak meiliki perbedaan yang terlalu jauh. Anggota keluarga yang paling banyak terdapat di kedua kelompok pada interval

5 74 sedang untuk nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata (60,7 persen dan 64,3 persen). Kelompok yang memiliki jumlah tanggungan tinggi (>4) sangat sedikit di kedua kelompok responden yaitu 4 persen untuk nelayan non pariwisata dan 8 persen untuk nelayan pariwisata. Jumlah ini sejalan dengan data BPS Jepara (2011) yang mengeluarkan angka yang sama yaitu rata-rata jumlah anggota keluarga adalah 4 orang. Hal ini juga menjadikan Kecamatan Karimunjawa adalah kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah di Kabupaten Jepara, yaitu 122 jiwa per km². Data ini juga didukung oleh pernyataan ZA (33 tahun). Penduduk Karimunjawa ini masih sedikit Mbak jika dibanding dengan luas wilayahnya. Kalopun banyak pendatang yang datang, tapi tanahnya masih cukup untuk dijadikan perumahan, tidak seperti Jakarta yang udah kayak lautan manusia. Istri saya bidan di Karimun ini, jada saya tau berapa kelahiran setiap harinya. Orang Karimun banyak yang KB Mbak, dulu pernah ada penyuluhan yang datang kesini terus bidan-bidan disini sampe sekarang itu masih sering nganjurin masyarakat untuk KB. Rendahnya jumlah tanggungan juga dipengaruhi oleh usia menikah yang cukup muda. Kebanyakan penduduk menikah pada usia SMA dan lepas dari tanggungan keluarganya. Hal ini dikarenakan fasilitas pendidikan yang kurang memadai dan sebagian karena ketidakmampuan keluarga untuk menyekolahkan anaknya Pendapatan Tingkat pendapatan nelayan tidak pernah menentu setiap bulannya, karena hasil dari laut yang tidak menentu, dipengaruhi oleh cuaca dan ketersediaan ikan di laut. Kadang dalam sekali melaut, nelayan bisa mendapat hasil yang banyak, yang cukup untuk memenuhi kebutuhan selama satu minggu. Namun terkadang nelayan juga bisa tidak mendapatkan hasil sama sekali, bahkan untuk kebutuhan satu hari saja tidak tercukupi. Menurut informasi masyarakat setempat, jumlah pendapatan mereka akhir-akhir ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena pernah terjadi penangkapan ikan dengan penggunaan muroami, kompressor dan potassium yang merusak karang dan biota lautnya sehingga terjadi penurunan penangkapan ikan. Hal

6 75 ini tentu saja mempengaruhi jumlah pendapatan nelayan. Selain itu, ketersediaan ikan yang berkurang membuat nelayan harus menambah luas tangkapannya ke daerah yang lebih jauh. Berikut pada Tabel 17 akan disajikan jumlah pendapatan nelayan setiap tahunnya di Karimunjawa. Tabel 17. Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan, Desa Karimunjawa, 2012 Tingkat Pendapatan (Rp) per Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Tahun n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa jumlah pendapatan nelayan sudah cukup baik. Sejumlah 50 responden, tidak ada yang memiliki pendapatan pada kategori rendah, baik untuk nelayan non pariwisata maupun nelayan pariwisata. Namun jumlah nelayan yang memiliki pendapatan tinggi pada nelayan non pariwisata lebih kecil daripada jumlah nelayan yang berpendapatan tinggi pada nelayan pariwisata. Hal ini dikarenakan nelaya pariwisata mendapat tambahan pendapatan dari kegiatan wisata yang mereka jalankan. Pendapatan responden nelayan non pariwisata berada di antara Rp ,- sampai Rp ,- per tahunnya. Pendapatan nelayan pariwisata berada antara Rp ,- sampai Rp ,-. Nelayan yang memiliki homestay yang juga menyediakan paket wisata adalah nelayan yang pendapatannya paling besar, sedangkan nelayan yang bekerja sebagai guide dan penyewa kapal memiliki pendapatan yang lebih rendah. Data ini sesuai dengan hasil survei perekonomian masyarakat di Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) II Karimunjawa tahun 2011 yang menyatakan bahwa rata-rata pendapatan di Desa Karimunjawa (per kepala keluarga) sudah berada pada angka Rp ,- per tahun. Tingkat pendapatan responden memiliki variasi yang cukup tinggi seiring dengan tingginya variasi jenis pekerjaan responden. Ada sebagian penduduk yang annual income-nya mencapai Rp ,- per tahun dan ada juga yang hanya Rp ,- per tahun.

7 Pengalaman Melaut Pengalaman melaut adalah lamanya (tahun) nelayan sudah melakukan pekerjaannya dalam menangkap ikan di laut. Mayoritas responden sudah memulai pekerjaannya sejak usia muda, yaitu pada taraf usia SMP. Berikut pada Tabel 18 disajikan data pengalaman melaut responden di Desa Karimunjawa. Tabel 18. Responden Berdasarkan Pengalaman Melaut, Desa Karimunjawa, 2012 Pengalaman Melaut (Tahun) Nelayan non Pariwisata Nelayan Pariwisata n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 18 terlihat bahwa pengalaman melaut nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata pada kategori ketiga kelompok tidak terlalu mengalami perbedaan yang jauh. Pengalaman melaut nelayan bervariasi antara 7-39 tahun dengan rata-rata pengalaman 21 tahun. Kategori pengalaman melaut yang tinggi terdapat pada nelayan non pariwisata. Hal ini berkaitan dengan umur nelayan pada kelompok tersebut, yaitu 50 tahun ke atas. Pengalaman yang cukup lama membuat para nelayan tersebut lebih suka melaut daripada bekerja sampingan di bidang pariwisata. 6.2 Dampak Pariwisata terhadap Kegiatan Perekonomian Nelayan Jumlah Trip untuk Menangkap Ikan Jam kerja menangkap ikan di laut adalah lamanya waktu (jam) yang diperlukan nelayan untuk melakukan penangkapan ikan selama satu hari. Biasanya lama tidaknya nelayan menangkap ikan di laut ditentukan oleh besar kapal dan kapasitas mesin yang digunakan serta jumlah bahan bakar yang tersedia. Biasanya nelayan menghabiskan ± 20 liter bahan bakar setiap kali melaut. Penangkapan ikan dilakukan setiap hari, ada yang berangkat pagi ada juga yang berangkat sore, seperti yang diungkapkan MA (51) dibawah ini.

8 77 Kalo nelayan sini kan 24 jam. Ada yang berangkat pagi pulang sore, ada yang sore pulang pagi. Kalo terang bulan gini nelayan tidak melaut. Paling nanti nelayan yang nangkap ikan teri berangkat jam 4 pulang jam 7. Tapi kalo bulan gelap, nangkapnya semalam suntuk. Perkembangan wisata dan menurunnya jumlah tangkapan ikan tidak terlalu mempengaruhi jam tangkap nelayan dalam sekali melaut. Sebagian besar kedua kelompok nelayan ini memiliki jam tangkap sekitar 5-10 jam dalam satu hari melaut. Perubahan lamanya nelayan menangkap ikan di laut tidak terlalu mengalami perubahan karena masing-masing nelayan sudah memiliki target waktu melautnya masing-masing. Besarnya biaya bahan bakar yang dibutuhkan nelayan dalam sekali melaut juga mempengaruhi lamanya nelayan menangkap ikan di laut. Jauhnya jarak yang ditempuh dan lamanya kapal dioperasikan bergantung pada ketersediaan bahan bakar pada kapal tersebut. Hampir setiap hari nelayan Karimunjawa pergi melaut, kecuali hari Jumat dan ketika terang bulan. Hari Jumat adalah hari libur bagi nelayan karena pada hari Jumat, semua nelayan melaksanakan ibadah Shalat Jumat. Namun, seiring perkembangan pariwisata di Karimunjawa, terjadi perubahan jumlah hari melaut di kedua kelompok nelayan ini. Berikut pada Tabel 19 akan disajikan perubahan jumlah hari melaut nelayan yang ada di Karimunjawa. Tabel 19. Responden Berdasarkan Perubahan Jumlah Trip untuk Menangkap Ikan, Desa Karimunjawa 2012 Jumlah hari Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata melaut selama 1 Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah bulan n % n % N % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 19 terlihat bahwa ada perubahan jumlah melaut pada kedua kelompok nelayan sebelum dan sesudah adanya kegiatan wisata. Jumlah hari

9 78 melaut kelompok nelayan non wisata didominasi pada kategori tinggi ( 25 hari). Namun setelah adanya kegiatan pariwisata, terdapat satu orang nelayan non pariwisata memiliki jumlah melaut paling sedikit (20 hari) karena nelayan tersebut juga memiliki lahan pertanian yang harus dikerjakan. Sedangkan pada kelompok nelayan pariwisata, terjadi perubahan dominasi jumlah hari melaut dari tinggi ke kategori sedang (20-24 hari) dan rendah (<20 hari). Terdapat satu orang nelayan yang memiliki jumlah hari melaut dalam kategori rendah (20 hari) sebelum adanya wisata karena nelayan tersebut juga bekerja sebagai penjaga keramba. Jumlah hari melaut nelayan pariwisata mengalami pengurangan yang sangat besar. Hanya 2 orang yang masih melaut setiap hari kecuali hari Jumat, selebihnya berada pada kelompok sedang dan rendah. Hal ini terjadi karena nelayan pariwisata memiliki perkerjaan sampingan yang menyita waktu mereka. Apabila pada hari libur dan banyak wisatawan yang berkunjung, maka nelayan pariwisata tidak akan menangkap ikan. Biasanya hal ini terjadi pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Mereka akan sibuk memandu wisata, baik sebagai guide, tour leader maupun sebagai nahkoda kapal yang menyewakan kapal mereka Jumlah Ikan yang Diperoleh Setiap Kali Melaut Berdasarkan laporan Zonasi Taman Nasional Karimunjawa 2012 diketahui bahwa biomassa ikan karang dan kelimpahan ikan karang yang dimonitoring dari tahun 2004 hingga tahun 2009 secara umum mengalami penurunan di semua zona yang ada di Taman Nasional Karimunjawa. Selama tahun terjadi penurunan biomassa ikan karang yang signifikan, yaitu 25,55 persen dari 480,25 kg/ha pada tahun 2005 menjadi 200,30 kg/ha pada tahun Berikut akan disajikan data mengenai perubahan jumlah tangkapan ikan nelayan.

10 79 Tabel 20. Responden Berdasarkan Jumlah Tangkapan Ikan, Desa Karimunjawa, 2012 Jumlah Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Tangkapan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah tangkapan ikan di kedua kelompok nelayan. Setelah adanya kegiatan pariwisata, jumlah nelayan yang jumlah tangkapannya berada pada kategori rendah (< 1 kuintal) semakin banyak dan tidak ada yang berada pada kategori tangkapan yang tinggi. Sebelum adanya kegiatan wisata, jumlah tangkapan ikan nelayan sekitar 1-2 kuintal untuk nelayan pancing dan 1-3 kuintal untuk nelayan kompressor. Bahkan ada nelayan yang mendapat ikan sampai 5 kuintal. Namun setelah adanya kegiatan wisata, jumlah tangkapan ikan nelayan menjadi berkurang, yaitu sekitar kg untuk nelayan pancing dan 1-2 kuintal untuk nelayan tembak. Biomassa dan kelimpahan ikan karang memang mengalami penurunan di kawasan Karimunjawa. Selain karena maraknya penangkapan ikan dengan menggunakan alat yang tidak ramah lingkungan yang pernah terjadi di kawasan perairan Karimunjawa, pengembangan pariwisata juga ikut menyebabkan menurunnya jumlah tangkapan nelayan. Spot-spot yang dijadikan sebagai zona atraksi wisata bahari adalah daerah-daerah yang memiliki kelimpahan ikan dan karang yang masih bagus. Sebelum adanya kegiatan pariwisata, nelayan masih bebas menangkap ikan di didaerah tersebut. Namun setelah adanya penetapan kawasan tersebut sebagai zona pariwisata, maka nelayan tidak bisa menangkap ikan di zona wisata tersebut. Atraksi pariwisata juga ikut menimbulkan kerusakan karang. Hal ini terjadi ketika ramainya wisatawan yang melakukan snorkeling pada suatu spot wisata dan terjadi overload pengunjung di perairan tersebut. Wisatawan juga banyak yang menginjak

11 80 karang sehingga tidak jarang banyak karang yang patah di spot tersebut. Semuanya ini akan berdampak pada ketersediaan jumlah ikan yang semakin sedikit dan tentu saja akan berdampak pada penurunan jumlah tangkapan ikan nelayan. Nelayan sangat resah dengan hal ini sehingga mereka mencari alternatif pekerjaan yang bisa menutupi kebutuhan mereka Tingkat Pendapatan Nelayan dari Hasil Tangkapan Ikan Jumlah tangkapan ikan dan nilai jualnya tidak sama setiap harinya karena jumlah dan jenis ikan yang diperoleh tidak pasti setiap harinya. Jumlah tangkapan dan jenis ikan yang diperoleh akan mempengaruhi jumlah nilai jual hasil tangkapan nelayan. Harga setiap ikan berbeda-beda. Jenis ikan yang ekonomis semakin menurun jumlahnya karana banyak ditangkap oleh nelayan. Ikan kerapu dan ikan sunuk adalah ikan paling mahal di Karimunjawa namun jumlahnya semakin menurun dan susah ditemukan di perairan Karimunjawa akibat penggunaan alat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Berikut akan disajikan data perubahan nilai tangkapan nelayan non pariwisata dan Nelayan Pariwisata di Karimunjawa pada Tabel 21. Tabel 21. Responden Berdasarkan Nilai Hasil Tangkapan, Desa Karimunjawa, 2012 Nilai Hasil Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Tangkapan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah (Rp000,-/hari) n % n % n % n % Rendah Sedang Tinggi Total Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa jumlah pendapatan nelayan Karimunjawa dari sektor perikanan sebelum dan sesudah adanya pariwisata masih tergolong rendah. Sebelum adanya kegiatan pariwisata, jumlah nelayan yang berpendapatan rendah paling banyak terdapat pada kelompok nelayan pariwisata. Hal ini terjadi karena mayoritas nelayan wisata menggunakan pancing sebagai alat tangkapnya. Sedangkan nelayan non pariwisata banyak menggunakan alat tangkap

12 81 kompressor sehingga jumlah pendapatannya lebih tinggi. Sebelum adanya kegiatan wisata, jumlah pendapatan nelayan per harinya sangat bervariasi mulai dari Rp ,- sampai Rp ,-. Kelompok yang memiliki nilai jual tangkapan terendah terdapat pada nelayan pancing dengan pendapatan antara Rp ,- sampai Rp ,- sedangkan kelompok nelayan dengan penghasilan sedang terdapat pada nelayan kompressor dengan pendapatan antara Rp ,- sampai Rp ,-. Kelompok nelayan yang memiliki pendapatan tinggi adalah nelayan yang berstatus juragan kapal yang juga ikut melaut dan langsung menjual sendiri hasil tangkapannya tanpa melalui juragan ikan yang ada di Karimunjawa. Pendapatan nelayan ini kurang lebih Rp ,- setiap kali melaut. Setelah adanya kegiatan pariwisata, semakin banyak jumlah nelayan pariwisata yang memiliki pendapatan rendah di bidang perikanan. Kondisi ini berbeda dengan nelayan non pariwisata yang tidak mengalami perubahan jumlah nelayan pada masing-masing kategori nilai hasil tangkapan sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Setelah adanya pengembangan kegiatan wisata, pendapatan nelayan mengalami penurunan. Nelayan yang memiliki pendapatan rendah mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp ,- sampai Rp ,-. Sedangkan kelompok nelayan yang memiliki pendapatan sedang dan tinggi tidak mengalami penurunan, yaitu Rp ,- sampai Rp ,- dan Rp ,-. Hal ini terjadi karena kelompok nelayan kompressor masih sering mendapatkan ikan yang bernilai jual tinggi. Perkembangan pariwisata ternyata ikut memberikan dampak bagi pendapatan nelayan di bidang perikanan. Tingginya jumlah kunjungan wisatawan membuat tingkat permintaan akan konsumsi ikan juga meningkat sehingga nelayan juga menjual ikan yang berukuran kecil di pasar. Menurunnya jumlah tangkapan ternyata membuat harga jual ikan semakin tinggi sebab jumlah ikan yang sedikit namun permintaan semakin bertambah. Namun, tingginya harga jual ini ternyata tidak diikuti dengan peningkatan jumlah pendapatan nelayan karena jumlah ikan yang diperoleh oleh nelayan semakin menurun setiap kali melaut.

13 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan di Sektor Pariwisata Mata pencaharian Desa Karimunjawa mayoritas sebagai nelayan dan bermukim di daerah pesisir. Bekerja sebagai nelayan dianggap sebagai pekerjaan yang sangat diminati karena nelayan tidak perlu menanam ikan, tetapi bisa langsung mengambil hasilnya setiap saat. Sebagian kecil masyarakat ada juga yang bertani padi, jambu mete dan menanam kelapa. Namun hal ini kurang mendukung karena kondisi tanah yang tidak mendukung untuk pertanian, seperti yang diungkapkan oleh tokoh masyarakat MA (49). Allah itu Maha Adil kok Mbak. Setiap orang ditempatkan di daerah yang tepat. Kalo dibandingkan sama pekerjaan lain, pekerjaan nelayan paling enak, ndak perlu menanam ikan, ndak perlu ngasih makan ikan tapi ikannya ada terus setiap hari, enggak habis-habis. Nelayan cuma manen saja. Tapi kembali lagi, Tuhan itu Maha Adil, tanah Karimun ndak sesubur tanah di daerah lain biar kita umatnya selalu bekerja keras dan ndak serakah. Ikan kita memang banyak, tapi kita harus membeli bahan sembako lainnya dari Jepara. Karimunjawa juga memiliki kekayaan dan keindahan alam yang sangat berpotensi untuk kegiatan pariwisata. Perkembangan wisata di Karimunjawa berkembang dengan adanya berbagai sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan tersebut. Keberadaan sarana dan prasarana wisata tersebut tentu saja membutuhkan sumberdaya manusia untuk mengelolanya. Berkembangnya hotel, resort, homestay, penjualan-penjualan souvenir, jasa transportasi dan jasa pemandu wisata telah membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat Desa Karimunjawa dan masyarakat di luar Desa Karimunjawa. Banyaknya peluang usaha di bidang non perikanan dan non pertanian tersebut membuat variasi pekerjaan semakin banyak. Berdasarkan Laporan Potensi Desa Karimunjawa (2012), jumlah tenaga kerja yang berumur tahun di Desa Karimunjawa adalah orang dari orang total jumlah penduduk. Namun tidak tersedia data mengenai jumlah penduduk yang bekerja di bidang wisata karena pekerjaan ini merupakan pekerjaan sampingan. Selain itu, Dinas Pariwisata juga belum pernah melakukan pendataan tentang jumlah penduduk yang bekerja di bidang tersebut. Sebagian besar dari masyarakat hanya

14 83 aktif dibidang wisata ketika hari libur tiba. Banyaknya kunjungan wisatawan membuat pendapatan mereka juga ikut bertambah. Berikut akan disajikan data mengenai jumlah penduduk yang bekerja di bidang wisata. Tabel 22. Data Jumlah Penduduk yang Bekerja di Bidang Pariwisata Bidang Pekerjaan n % Penginapan (homestay) Penjual souvenir Pengrajin Penyewa kapal Guide dan Tour leader Jumlah Berdasarkan Tabel 22 tersebut diketahui bahwa jumlah penduduk yang bekerja di bidang wisata adalah 225 orang dari jumlah tenaga kerja di Karimunjawa. Hal ini menjadikan pekerjaan di dunia wisata cukup menjanjikan karena jumlah penduduk yang aktif di dunia wisata jauh lebih kecil dari jumlah seluruh tenaga kerja yan tersedia di desa Karimunjawa sehingga masih banyak lapangan pekerjaan lain yang belum dimanfaatkan. Nelayan yang aktif dalam kegiatan wisata kebanyakan bertempat tinggal di sebelah utara dan tengah desa serta di sepanjang jalan utama desa. Hal ini terjadi karena saat ini perkembangan wisata (homestay, toko souvenir dan pusat kuliner) terpusat di bagian utara, yaitu daerah dramaga utama untuk kapal penumpang dan sampai ke bagian tengah (pusat) desa. Sedangkan nelayan yang bertempat tinggal di bagian utara dan selatan jarang ada yang ikut kegiatan wisata karena wisatawan jarang berkunjung ke daerah tersebut. 6.6 Perubahan Sosial Nelayan Pranata Sosial, Norma, Adat Istiadat dan Lembaga-Lembaga yang ada di Desa Karimunjawa Lembaga sosial atau lembaga masyarakat yang sangat berperan dalam kehidupan masyarakat Desa Karimunjawa adalah lembaga agama Islam baik sebelum ataupun setelah berkembangnya kegiatan wisata. Berdasarkan survei di lapangan,

15 84 semua responden menyatakan bahwa lembaga agama sangat berperan dalam kehidupan mereka. Lembaga agama sebagai lembaga yang selalu mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai religius kepada masyarakat. Nilai-nilai ini tidak berubah dengan adanya perkembangan wisata. Setiap hari Jumat semua nelayan tidak ada yang melaut untuk melaksanakan Shalat Jumat. Lembaga agama di Desa Karimunjawa yang melakukan kegiatan rutin adalah adalah NU, Muhammadiah dan Al-Hikmah. Menurut petinggi desa, NT (49), dan petinggi Muhammadiah, MS (54), nilai-nilai Islam tetap tertanam dalam diri masyarakat. Masyarakat punya prinsip yang kuat sehingga tidak terpengaruh dengan budaya wisatawan seperti yang diungkapkan oleh NT (49) dibawah ini. Masyarakat di sini (Karimunjawa) sudah punya prinsip. Setiap pribadi sudah kuat agamanya, jadi tidak terpengaruh. Seumpama banyak wisatawan bule ke sini atau wisatawan lokal suka tidak pake baju kalau di laut. Tapi tidak ada orang Karimun yang ngikutin. Biasanya pandangan orang-orang tentang tempat wisata itu kan negatif, tapi ternyata di Karimunjawa enggak. Ternyata pemandu-pemandu itu sebelum berangkat tour sudah memberi ceramah bagi wisatawan agar berpakain sopan kalau sudah memasuki desa. Banyak juga wisatawan yang shalat di pulau-pulau ketika mereka ikut tour. Saya melihat dan belajar dari mereka untuk tetap beribadah di mana pun. Menurut informasi dari masyarakat desa, wisatawan yang datang juga sering membawa pengetahuan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa yang melakukan penelitian ke Karimunjawa. Mereka sering mengadakan pelatihan-pelatihan dan mengajar di sekolah. Mereka memotivasi anak-anak sekolah agar terus rajin belajar dan berjuang dalam mendapatkan pendidikan yang tinggi. Para mahasiswa juga mengajarkan tentang pentingnya kebersihan bagi masyarakat desa dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan lama-lama masyarakat juga mengikutinya. Wisatawan agamis juga sering berkunjung ke Karimunjawa dan berbagi informasi tentang agama Islam dengan masyarakat Karimunjawa. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan yang datang ke Karimunjawa tidak selamanya membawa pengaruh negatif. Kehadiran wisatawan agamis menginspirasi masyarakat agar semakin cinta pada alam.

16 85 Selain agama Islam, ada juga penduduk yang beragama Kristen dan sebuah gereja di Karimunjawa. Hubungan antara kedua umat beragama sangat baik, buktinya tidak pernah terjadi konflik antara kedua umat beragama. Tingkat kriminalitas di Desa Karimunjawa juga sangat rendah. Jarang sekali ada perkelahian antar masyarakat karena hubungan kekeluargaan yang tinggi diantara sesama nelayan. Walaupun terdapat banyak suku di Karimunjawa yang berbeda-beda, namun tidak pernah ada terjadi konflik antar suku, seperti yang diungkapkan oleh ZA (33). Masyarakat disini saling kenal Mbak, mulai dari Legon Lele sampai ke perbatasan Kemujan semuanya kenal. Semuanya akur. Kalau mau bangun rumah kita gotong royong. Kalau ada yang kesusahan kita bantuin. Jenengan (Anda) tanya saja ke kantor polisi, kerja mereka pasti santaisantai karena ndak ada perkara yang mau di urus. Kalo soal keamanan, Karimunjawa nomor satunya Mbak. Ndak pernah ada kecurian. Motor di sini ditinggalin diluar sama kontaknya juga ndak akan hilang. Karimunjawa tidak memiliki adat istiadat dan budaya yang asli karena tidak ada penduduk asli dari Karimunjawa. Semuanya merupakan masyarakat pendatang, baik dari Jawa, Bugis, Madura, Buton dan suku lainnya. Setiap suku masih menjalankan kebudayaannya masing-masing. Hal ini terlihat dari bentuk bangunan rumah masing-masing suku serta budaya pelaksanaan pernikahan mereka. Tidak ada ketua adat di desa tersebut, yang ada hanyalah ketua masing-masing suku. Meningkatnya pengembangan wisata serta sarana dan prasarana wisata membutuhkan suatu pengaturan yang jelas dalam pengelolaannya. Terdapat paguyuban untuk mengurus kegiataan wisata yaitu paguyuban homestay, paguyuban pembuat kerajinan asli Karimunjawa dan paguyuban kapal carteran. Paguyuban homestay dibentuk untuk mengurus homestay yang ada di Karimunjawa untuk pemerataan pendapatan dan kenyamanan wisatawan. Nelayan juga ikut menyediakan homestay di rumah mereka. Saat ini ada sekitar 30 kapal nelayan yang bergabung dalam paguyuban ini. Apabila kapal mereka tidak dipakai untuk kegiatan wisata, maka nelayan akan melaut untuk menangkap ikan. Lembaga lain yang terbentuk di Karimunjawa yang bergerak di bidang wisata, yaitu Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) yang berdiri pada tahun Saat ini

17 86 diketuai oleh Arif Rahman, yang juga menjabat sebagai petinggi desa (kepala desa) dengan jumlah anggota 139 orang. Himpunan ini terdiri dari komponen-komponen usaha jasa wisata, tour leader, diving, souvenir shop, pemilik hotel dan juga guide. Tour leader bekerja mengurus wisatawan yang datang, sedangkan guide bertugas mendampingi wisatawan melakukan tour. Saat ini, sekitar 85 persen anggota HPI yang juga masih aktif sebagai nelayan dan sebagian besar adalah nelayan pancing. Setiap bulan dilakukan rapat HPI untuk membahas pengeluaran dan pemasukan dana HPI serta pembinaan guide yang masih baru. Salah satu budaya masyarakat Karimunjawa adalah gotong royong yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Kebiasaan ini sudah dilakukan sejak turun temurun dan masih berjalan hingga saat ini. Masyarakat bergotong royong membersihkan lingkungan rumah, desa dan jalan-jalan utama. Gotong royong membersihkan desa juga dilakukan untuk menyambut kedatangan pejabat-pejabat negara seperti bupati dan gubernur. Gotong royong juga dilakukan untuk membangun rumah-rumah warga. Menurut responden, kepedulian warga akan kebersihan semakin tinggi apalagi semenjak kegiatan wisata makin berkembang. Warga sadar bahwa wisatawan sangat menyukai tempat yang bersih. Apabila lingkungan mereka kotor, maka wisatawan tidak akan suka berkunjung ke tempat tersebut. Namun ada juga nelayan yang berpendapat lain, yang mengatakan bahwa kegiatan gotong royong jarang dilakukan. Masing-masing warga sudah sadar kebersihan sehingga walaupun tidak bergotong royong, mereka tetap membersihkan lingkungannya. Kegiatan gotong royong dan tolong menolong juga dilakukan apabila ada warga yang ingin membangun atau memperbaiki rumah. Hal ini dilakukan untuk memperindah desa dan mempererat hubungan dalam masyarakat. Selain itu, kegiatan gotong royong dalam membangun rumah juga dilakukan untuk memperkecil biaya pembangunan rumah tersebut. Setelah adanya wisata, terdapat kelompok nelayan yang tidak setuju tentang partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong. Menurut mereka, Dinas Kebersihan Kota di Kecamatan Karimunjawa telah mempekerjakan para petugas kebersihan yang bertugas membersihkan kecamatan dan Desa Karimunjawa sehingga kegiatan Jumat Bersih menjadi jarang dilakukan. Namun sebagian besar responden

18 87 tetap setuju bahwa kegiatan gotong royong tetap dilakukan walaupun pelaksanaannya tidak seteratur sebelum adanya kegiatan wisata. Menurut staff TNKJ, NC (28), kegiatan bersih pantai oleh masyarakat menjadi jarang dilakukan karena hampir setiap pulau sudah ada penghuninya, yang membersihkan pantai di pulau tersebut Tingkat Migrasi masuk dan Migrasi Keluar Kehadiran wisatawan sering membawa informasi bagi masyarakat tentang daerah lain, yang kondisinya berbeda dengan Desa Karimunjawa. Hal ini membuat penduduk termotivasi untuk pergi merantau keluar Karimunjawa. Migrasi masuk juga terjadi setelah adanya kegiatan wisata. Kebanyakan berasal dari daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun pemerintahan desa tidak memiliki data yang pasti tentang jumlah migrasi keluar dan migrasi masuk Desa Karimunjawa, serta jenis pekerjaan yang mereka tekuni karena pemerintah desa tidak pernah mendata jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar Karimunjawa. Secara umum hampir semua penduduk Karimunjawa adalah pendatang karena Pulau Karimunjawa tidak memiliki penduduk asli. Masyarakat Karimunjawa tidak merasa terganggu dan tersaingi dengan kedatangan masyarakat pendatang. Hal ini terjadi karena penduduk pendatang hanya memanfaatkan pekerjaan di luar perikanan. Pekerjaan sebagai nelayan membutuhkan pengalaman dan keahlian, sedangkan masyarakat pendatang tidak bisa melakukan hal tersebut. Pendatang biasanya bekerja sebagai pedagang, tukang bangunan dan pekerja-pekerja di homestay atau hotel, seperti yang diungkapkan oleh DT, (18), pendatang asal Lampung yang bekerja di Wisma Apung. Saya diajakin sama Kakak kesini. Dia udah duluan kerja di hotel Dewadaru. Kalo di Lampung saya enggak punya kerjaan, daripada nganggur mending saya ngikut Kakak. Di Karimunjawa ini asal kita mau, kita pasti dapat kerjaan, Mbak. Hampir semua masyarakat mengatakan bahwa terjadi peningkatan jumlah migrasi keluar. Migrasi keluar dipicu oleh kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Sebagian besar penduduk yang bermigrasi keluar Karimun adalah anak

19 88 usia lulusan SD dan SMP yang pergi ke luar Karimunjawa untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi karena di Karimunjawa hanya terdapat SMK yang berdiri sejak tahun Walaupun tidak ada data yang pasti tentang jumlah penduduk yang bermigrasi keluar Karimunjawa, namun hal ini dapat dilihat dari data jumlah siswa pada Tabel 5. Tabel tersebut menunjukkan jumlah siswa SD sebanyak orang, siswa SMP sebanyak 324 dan siswa SMK sebanyak 274. Data ini membuktikan bahwa terjadi penurunan jumlah anak yang melanjutkan pendidikan di Karimunjawa. Anak yang yang melanjutkan pendidikannya di luar Karimunjawa biasanya tidak akan kembali untuk tinggal di Karimunjawa dan menjadi nelayan.

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 89 BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN 7.1 Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Karimunjawa telah menyadari terjadinya perubahan ekologis di kawasan Karimunjawa. Berbagai macam bentuk perubahan yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN 102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa) TUGAS AKHIR Oleh: LISA AGNESARI L2D000434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL VIII. DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Potensi wisata bahari yang dimiliki oleh gugusan Pulau Pari telah mengundang perhatian bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk

Lebih terperinci

BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA

BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA 111 BAB VIII ALIH SUMBERDAYA DALAM PEMANFAATAN PELUANG USAHA DAN KERJA 8.1 Pembelian Lahan Oleh Pendatang Guna menunjang kegiatan usaha pariwisata, tentunya dibutuhkan suatu lokasi yang dapat mempertemukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA Menyenangkan, Mendidik, dan Terjangkau

PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA Menyenangkan, Mendidik, dan Terjangkau PROPOSAL PENAWARAN ROMBONGAN STUDY TOUR KARIMUNJAWA 2014 by LATAR BELAKANG Pembelajaran kini tak hanya dapat dilakukan di ruangan. Bermain di alam, berbaur dengan masyarakat, dikelilingi dengan keindahan

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan merupakan daya tarik wisata yang sudah ramai dikunjungi sejak tahun 1930 (Picard, 2006). Hingga

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang kedua

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA NIM KELAS : HANDI Y. : 11.02.8010 : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi berupa sumber daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk memanfaatkan

Lebih terperinci

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR 3609100043 Latar Belakang Memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam Selama ini pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam hal pengembangan objek wisata Goa Kiskendo merupakan kewajiban Dinas Pariwisata Kulon Progo dan tanggung jawab utama ada di dalamnya. Pengembangan objek wisata

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

Kapal cepat dari pelabuhan Jepara ke pelabuhan Karimunjawa.

Kapal cepat dari pelabuhan Jepara ke pelabuhan Karimunjawa. Paket Diving Lamanya: 3 hari, 2 malam Jenis kapal: Kapal cepat (pp) atau kombinasi Ferry dan Kapal cepat. Datang hari: Senin, Selasa, Jumat dan Sabtu Selesai hari: Rabu, Kamis, Minggu dan Senin Informasi

Lebih terperinci

Artikel Liburan ke Pulau Pari

Artikel Liburan ke Pulau Pari Artikel Liburan ke Pulau Pari Liburan yang bakal seru bareng keluarga: kakak, adik dan saudara-saudara sepupu ataupun dengan teman-teman, baik teman sekantor sepermainan, sekuliah ataupun teman sekomplex

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu dari lima Kabupaten/Kota yang ada di Yogyakarta yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di pulau

Lebih terperinci

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages

Jakarta. 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa * jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Jakarta 1 pulau (dekat P Panggang) 5,123 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 jam Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NOR Cottages Terletak di Kepulauan Seribu, Pulau Pramuka memng masih dalam lingkup Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Desa Tanjung Binga merupakan salah satu kawasan yang berada di zona pusat pengembangan pariwisata di Belitung yaitu terletak di Kecamatan Sijuk kawasan pesisir

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian mayarakat Indonesia yang hidup dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap kebutuhan transportasi yang semakin meningkat. Dari fakta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan data lapangan dan diskusi teoritik, penelitian ini dapat menyimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, terdapat dua potensi

Lebih terperinci

PAKET 2D1N BAHARI EXPRESS

PAKET 2D1N BAHARI EXPRESS PAKET 2D1N BAHARI EXPRESS Dokumentasi Paket Wisata Karimunjawa {youtube}raoehopqgyy{/youtube} JADWAL: SABTU - MINGGU dan RABU - KAMIS, START: JEPARA - FINISH: JEPARA PACKAGE PRICING (Paket berlaku mulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang perikanan, nelayan adalah sumberdaya manusia yang memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasi penangkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Beberap tahun terakhir ini perkembangan sektor pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang.berbagai usaha telah diupayakan untuk menumbuhkembangkan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara maritime yang memiliki banyak potensi Sumber Daya Alam yang belum dikembangkan secara maksimal seperti pada bidang pariwisata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

V. KONDISI UMUM PULAU PARI

V. KONDISI UMUM PULAU PARI V. KONDISI UMUM PULAU PARI 5.1. Lokasi Penelitian Secara geografis Pulau Pari terletak antara 05 0 50 LS hingga 05 0 52 LS dan 106 0 34 BT hingga 106 0 38 BT. Daerah ini terletak di Laut Jawa, tepatnya

Lebih terperinci

PAKET 4D3N VIA SEMARANG KARTINI EXPRESS

PAKET 4D3N VIA SEMARANG KARTINI EXPRESS PAKET 4D3N VIA SEMARANG KARTINI EXPRESS Dokumentasi Paket Wisata Karimunjawa {youtube}raoehopqgyy{/youtube} JADWAL: KAMIS - MINGGU ; START: SEMARANG - FINISH: SEMARANG PACKAGE PRICING (Paket berlaku mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan

BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN. dengan Dusun 1 Pauh jadi kebanyakan orang orang menyebut desa ini dengan BAB II GAMBARAN UMUM DESA PAUH JALAN JALA TERJUN MEDAN 2.1 Sejarah Desa Pauh Desa Pauh ini terletak di Jalan Jala X Lingkungan 14 Terjun Medan. Nama asli dari desa ini sebenarnya adalah Desa Terjun Jalan

Lebih terperinci

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah

Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah Kepulauan Karimun Jawa terletak pada 5o 40 LS dan 110o 40 BT, berjarak 45 mil atau kurang lebih 83 KM arah Barat Laut Kabupaten Jepara, jika dari Semarang berjarak 60

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru

BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. Adapun jarak Desa Weru BAB III PELAKSANAAN TRADISI MIYANG DI DESA WERU KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran umum Desa Weru 1. Letak Geografis Desa Weru merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Paciran Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Lokasi Pulau Karimunjawa adalah pulau terbesar yang ada di kepulauan Karimunjawa. Nama Karimunjawa digunakan untuk nama Desa Karimunjawa yang juga

Lebih terperinci

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA

BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 44 BAB V KONDISI PARIWISATA DAN PERIKANAN DI KARIMUNJAWA 5.1 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa Kepulauan Karimunjawa memiliki ekosistem yang masih asli dan keanekaragaman hayati yang tinggi sehingga harus

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA NAMA : ISMAWATI NIM : 10.02.7842 KELAS : D3 MI 2C SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA ABSTRAKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung

LINGKUNGAN. Jakarta. 2 pulau (Besar dan Kecil) 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke. Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai Pulau Tidung Jakarta 2 pulau (Besar dan Kecil) 4,148 jiwa *2010 1 jam Speedboat, 2,15 Fery Angke Homestay AC, NO Hotels, NO Cottages Mengenai ini sudah didiami penduduk sejak zaman penjajah Belanda. Dalam buku Sejarah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini peran teknologi serta informasi memang tidak dapat dipisahkan dalam berbagai aspek. Perkembangan teknologi informasi sangat berkembang pesat saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

Paket Island Hopping dan Snorkeling

Paket Island Hopping dan Snorkeling Paket Island Hopping dan Snorkeling Lamanya: 4 hari, 3 malam Jenis kapal: Ferry (pp), Kapal cepat (pp) atau kombinasi Ferry dan Kapal cepat. Datang hari: Senin, Rabu, Jumat dan Sabtu Selesai hari: Kamis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki luas wilayah dengan jalur laut 12 mil adalah 5 juta km² terdiri dari luas daratan 1,9 juta km², laut territorial 0,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Maluku Tenggara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang berlapis karang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara) GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN 6.1. Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) Pengunjung yang datang ke Hutan Wisata Punti Kayu Palembang, berasal dari daerah dalam dan luar Kota Palembang (wisatawan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan

Lebih terperinci

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR Oleh: RATNA DEWI SRIKANDI L2D 001 455 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Pemangku Kebijakan KUISIONER PENELITIAN PERENCANAAN LANSKAP HUTAN MANGROVE BERBASIS EKOWISATA DI BLANAKAN SUBANG JAWA BARAT A. Identitas Narasumber Kategori :

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Umum Kepulauan Karimunjawa secara geografis berada 45 mil laut atau sekitar 83 kilometer di barat laut kota Jepara, dengan ketinggian 0-605 m dpl, terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata sebagai penggerak sektor ekonomi dapat menjadi solusi bagi pemerintah dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya menyentuh

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Hasil identifikasi kerentanan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS

BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS BAB IV PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN POTENSI PARIWISATA DI DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KOTA AGUNG TIMUR KABUPATEN TANGGAMUS A. Potensi Sumber Daya Pengembangan Wisata di Desa Kampung Baru Kecamatan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alamnya. Keindahaan alam yang terdapat di Indonesia sangat berpotensi menjadi obyek wisata yang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO 38 BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN OLEH PEMILIK PERAHU DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO A. Kondisi umum masyarakat nelayan ( kondisi geografis ) 1. Keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar nomor 4 di dunia terdiri dari sekitar 17.000 pulau. Terdapat ± 8.090 desa pesisir tersebar di 300 kabupaten/kota pesisir.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI

VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Photo by : Mahardika Rizqi HIMAWAN BPSPL Makassar VII. STRATEGI PENGELOLAAN WISATA BOTUBARANI Pembentukan kelompok sadar wisata dilakukan melalui pemerintah desa dan kabupaten, yang diharapkan dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh masyarakat lokal berdasarkan pengetahuan tradisional telah dikenal masyarakat Raja Ampat sejak dahulu. Budaya sasi yang berawal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor andalan dalam memperoleh pendapatan negara dan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi pada setiap daerah di Indonesia. Termasuk bagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Perkembangan kepariwisataan Indonesia terus meningkat dan merupakan

Lebih terperinci