WCED Our Common Future (The Brundlandt Report). Oxford.: Oxford University Press.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WCED Our Common Future (The Brundlandt Report). Oxford.: Oxford University Press."

Transkripsi

1 110 DAFTAR PUSTAKA Buku Budihardjo, Eko dan Djoko Sujarto Pembangunan Kota Berkelanjutan. Bandung: Penerbit ITB Campbell, dan Heck Principles of Sustainable Development. Florida: St. Lucie Press. Dubash, Navroz K Restrukturisasi Sektor Ketenagalistrikan: Mungkinkah Mendukung Pembangunan Berkelanjutan? Jakarta: Pelangi Elliott, J An Introduction to Sustainable Development: In the Developing World. London and new York: Routledge. Firdausy, Carunia Mulya Dimensi Manusia Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta: LIPI. IUCN, UNEP Caring for The Earth: A Strategy For Sustainable Living. Galnd, Switzerland, IUCN, UNEP. Keraf, A. Sonny Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Luhulima Politik Pembangunan Manusia dan Lingkungan. Jakarta: LIPI Nurzaman, Siti Sutriah Perencanaan Wilayah di Indonesia: Pada Masa Sekitar Krisis. Bandung: Penerbit ITB. Nugroho, Iwan dan Rochmin Dahuri Pembangunan Wilayah: Perspektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES. Siregar, Doli D Manajemen Aset: Strategi Penataan Konsep Pembangunan Berkelanjutan Secara Nasional dalam Konteks Kepala Daerah Sebagai CEO s Pada Era Globalisasi dan Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Supriatna, Tjahya Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Tarigan, Robinson Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara Todaro, Michael P Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (Buku I). Jakarta: Ghalia Indonesia. WCED Hari Depan Kita Bersama. Jakarta:

2 111 WCED Our Common Future (The Brundlandt Report). Oxford.: Oxford University Press. Tugas Akhir dan Tesis Chaidir, Izhar Strategi Pengembangan Wilayah Bangka dengan Pendekatan Pembangunan Berkelanjutan dan Pusat-Pusat Pertumbuhan. Bandung: Planologi ITB. Priyatna, B. Iwan Tinjauan Faktor-Faktor Disparitas Ekonomi Antar Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur. Bandung: Planologi ITB. Dokumen Publik Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Bapeda Provinsi Jawa Barat Laporan Akhir Pusat Pengembangan Agribisnis Cipamatuh. Bapeda Provinsi Jawa Barat Laporan Antara Rencana Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Selatan. Bappenas. Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan Untuk Percepatan Pembangunan Daerah Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. BPLHD Provinsi Jawa Barat Panduan Pengelolaan Lingkungan Hidup. BPS Jawa Barat. PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat /2005. BPS Jawa Barat. Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun , 1998, 2001, 2002, 2003, 2004/2005. BPS Jawa Barat. Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun BPS Jawa Barat. Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat , 1999, , BPS Jawa Barat. Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Barat 1993, BPS Jawa Barat. Jawa Barat Dalam Angka /2006.

3 112 Kesepakatan Gubernur Jawa Barat Dengan Bupati/Walikota Se-Jawa Barat Tentang Sinergitas Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan di Jawa Barat Tahun Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat Rencana Strategis (Renstra) Pemerintah Provinsi Jawa Barat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun Artikel Abdurrahman Pembangunan Berkelanjutan dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Indonesia. Makalah Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII. Denpasar, Juli Anonymous Vision Mackay Discussion Paper. Ashari Tinjauan Tentang Alih Fungsi Lahan Sawah ke Non Sawah dan Dampaknya di Pulau Jawa. Forum Penelitian Agroekonomi Volume 21 No. 2. Desember Hal Barbier, Edward B The Concept of Sustainable Economic Development. Environmental Conservation, Vol. 14 No. 2, Summer 1987: Barrow, C. J Sustainable Development: Concept, Value and Practices. Third World Planning Review, Vol. 17 (4): http;// Hutan, Masyarakat, dan Hak Beyond Economic Growth Student Book. Jackson, Tony dan Peter Roberts A Review of Indicators of Sustainable Development: A Report for Scottish Enterprise Tayside. Final Report. Prabatmodjo, Hastu Eksplorasi Wilayah Perdesaan Berkelanjutan dan Peran Transportasi: Kasus Jawa Barat Selatan. Proposal Penelitian. Soemarwoto, Otto. Dualisme Propenas dan Agenda 21. Kompas: Kamis, 5 Juni Soussan, J.G Sustainable Development. Environmental Issues in the 1990 s, Chapter 2: John Wiley & Sons: Chichester.

4 113 LAMPIRAN A PDRB Per Kapita Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Berdasarkan Harga Konstan 1993 (dalam Rupiah) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Selatan Jawa Barat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,48 Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat LAMPIRAN B PDRB Per Kapita Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Selatan Jawa Barat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat /2005 LAMPIRAN C PDRB Per Kapita (Backcasting) Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Berdasarkan Harga Konstan 2000 (Rupiah) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Selatan Jawa Barat , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,56 Sumber: Hasil Perhitungan

5 114 Cara Perhitungan PDRB Per Kapita Backcasting Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000 PDRB Backcasting Tahun A Berdasarkan Harga Konstan 2000 = ( 100% ) x PDRB Thn (A+1) Berdasarkan Harga Konstan % + LPE Thn (A+1) PDRB Per Kapita Backcasting Tahun A Berdasarkan Harga Konstan 2000 = PDRB Backcasting Tahun A Berdasarkan Harga Konstan 2000 Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun A Keterangan: Tahun A = tahun yang dicari PDRB backcasting-nya LAMPIRAN D Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat ,53 6,06 6,11 5,59 5,91 8, ,74 7,33 7,03 6,71 7,43 8, ,79 7,64 6,81 6,99 8,22 8, ,69 3,56 3,03 3,67 2,63 13, ,45-13,13-11,64-19,65-10,29-18, ,39 2,07 2,52 2,14 1,95 3, ,32 3,47 3,89 3,23 12,51 5,08 Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat LAMPIRAN E Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/ Kota di Propinsi Jawa Barat

6 115 LAMPIRAN F Gini Ratio Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah Ciamis 0,262 0,254 0,296 0,207 0,228 0,235 0,225 0,203 0,191 0,183 0,168 Tasikmalaya 0,227 0,219 0,279 0,247 0,287 0,230 0,239 0,249 0,218 0,200 0,186 Garut 0,206 0,259 0,243 0,214 0,222 0,233 0,224 0,216 0,214 0,205 0,240 Cianjur 0,250 0,242 0,297 0,227 0,190 0,195 0,181 0,172 0,172 0,158 0,186 Sukabumi 0,274 0,250 0,260 0,206 0,232 0,217 0,217 0,204 0,196 0,179 0,217 Jawa Barat Selatan 0,244 0,245 0,275 0,220 0,232 0,222 0,217 0,209 0,198 0,185 0,199 Jawa Barat 0,301 0,299 0,373 0,289 0,296 0,258 0,245 0,235 0,201 0,189 0,185 Sumber : Tahun 1998 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun ) Tahun 1993, 1995, 1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 1996, 1999, 2000 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2001) Tahun 2002, 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun 2001(BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) LAMPIRAN G Persentase Pengangguran Terbuka di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah Ciamis 2,49 3,87 2,82 3,07 3,06 3,05 1,94 4,53 4,40 5,56 Tasikmalaya 4,00 4,12 5,74 7,03 6,16 4,97 5,15 7,99 7,98 9,24 Garut 4,92 5,38 8,66 8,06 7,12 9,38 5,32 6,82 9,24 7,28 Cianjur 5,72 10,99 11,04 10,80 11,27 3,47 6,72 7,29 5,82 9,56 Sukabumi 4,71 4,87 6,11 8,22 6,31 3,93 4,83 6,15 8,64 11,02 Jawa Barat Selatan 4,37 5,85 6,87 7,44 6,78 4,96 4,79 6,56 7,22 8,53 Jawa Barat 6,59 7,32 7,38 10,16 9,28 6,50 6,61 9,38 9,59 10,09 Sumber: Tahun 1998 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun ) Tahun 1994,1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun 1996 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) Tahun 1999 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 1999) Tahun (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) Tahun 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002)

7 116 LAMPIRAN H Persentase Penduduk Miskin di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah Ciamis 13,00 8,57 17,43 14,72 16,22 15,18 14,73 Tasikmalaya 10,24 10,02 34,54 19,15 16,21 17,99 16,14 Garut 17,48 15,81 33,81 30,92 15,40 15,48 15,37 Cianjur 15,34 14,57 26,17 22,19 18,49 19,05 17,36 Sukabumi 19,71 16,58 22,91 18,73 17,03 16,32 14,70 Jawa Barat Selatan 15,15 13,11 26,97 21,14 16,67 16,80 15,66 Jawa Barat 12,20 8,57 20,31 15,52 13,38 12,90 12,10 Sumber: Tahun 1993, 1996 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun 1999, 2000 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) Tahun 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002) LAMPIRAN I Angka Harapan Hidup di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah *) 2002*) Ciamis 59,50 62,30 63,23 63,90 67,67 64,72 64,96 65,10 66,90 Tasikmalaya 59,13 62,02 64,79 65,50 61,16 65,75 65,87 65,05 67,42 Garut 59,33 61,43 58,70 59,40 65,93 61,17 61,47 61,50 63,80 Cianjur 58,43 60,50 62,91 63,60 59,53 63,57 63,70 64,60 65,05 Sukabumi 58,17 60,20 61,72 62,40 65,87 63,89 64,60 65,05 66,30 Jawa Barat Selatan 58,91 61,29 62,27 62,96 64,03 63,82 64,12 64,26 65,89 Jawa Barat 60,33 61,83 63,59 64,30 64,73 64,90 64,93 64,94 65,34 Sumber:Tahun (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun ) Tahun 1996 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2001(BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2002) Tahun 1999, 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun 2000 (BPS, Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Barat 2000) Tahun 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002) Keterangan: *) angka sangat sementara

8 117 LAMPIRAN J Angka Melek Huruf di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah Ciamis 92,40 94,15 93,80 93,90 93,68 94,01 95,87 95,88 96,12 Tasikmalaya 95,10 95,92 96,68 96,20 96,81 97,89 97,67 98,06 98,16 Garut 92,90 96,47 96,39 96,80 95,65 96,80 96,31 97,81 98,05 Cianjur 94,40 96,28 96,65 95,60 92,54 96,62 96,29 96,97 97,01 Sukabumi 93,50 94,71 96,52 96,00 93,31 95,48 95,12 96,19 96,49 Jawa Barat Selatan 93,66 95,51 96,01 95,70 94,40 96,16 96,25 96,98 97,17 Jawa Barat 89,70 92,66 93,09 92,10 92,07 93,22 93,94 94,52 94,69 Sumber: Tahun 1998 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun ) Tahun 1996, 1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2000 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2001) Tahun 2001 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2002) Tahun 1999, 2002, 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) LAMPIRAN K Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas yang Tamat SLTP Ke Atas di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/Wilayah Ciamis 14,32 19,69 18,99 19,86 21,82 26,03 16,09 21,50 24,46 46,85 Tasikmalaya 17,15 16,34 18,84 20,04 19,53 21,04 22,30 25,16 21,41 45,13 Garut 20,73 16,71 22,02 19,34 21,24 26,96 19,89 25,92 23,52 51,81 Cianjur 11,91 16,79 14,15 14,01 15,74 19,11 16,98 16,83 17,98 31,66 Sukabumi 10,98 15,11 14,69 17,80 16,56 18,69 19,11 17,62 22,99 44,46 Jawa Barat Selatan 15,02 16,93 17,74 18,21 18,98 22,37 18,87 21,41 22,07 43,98 Jawa Barat 28,01 26,41 28,01 29,25 31,16 32,51 30,09 32,91 33,14 70,94 Sumber:Tahun 1996, 1998 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun ) Tahun 1994, 1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 1999, 2000 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2001) Tahun 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun 2001, 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002)

9 118 LAMPIRAN L Panjang Jalan di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat (Km) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat , ,10 932, , , , ,66 976,79 932, , , , ,45 853,60 945, , , , ,30 159,70 971, ,85 120, , ,30 860,20 832, , , , ,30 860,20 835, , , , , ,90 835, , , , , ,90 835, , , , , ,90 835, , , , , ,79 835, , , , , , , , , ,69 Sumber: Jawa Barat Dalam Angka Tahun LAMPIRAN M Panjang Jalan Aspal di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat (Km) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat , ,74 231,50 744,16 746, , ,21 966,76 690,40 744,15 776, , ,00 822,40 713,10 765,49 812, , ,30 158,50 732,30 758,36 120, , ,30 860,20 617,58 886,40 870, , ,30 860,20 617,30 969,90 850, , ,30 213,77 602,53 969,90 850, , ,20 213,77 602, ,90 884, , ,30 524,06 585, ,90 876, , , ,79 594, ,90 937, , , ,79 900,54 945,40 994, , , ,85 900,54 79,11 994, ,47 Sumber: Jawa Barat Dalam Angka Tahun

10 119 LAMPIRAN N Panjang Jalan Dengan Kondisi Baik di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat (Km) Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat ,40 250,27 70,20 352,98 68, , ,80 228,88 68,90 352,98 93, , ,70 122,14 49,00 653,40 36, , ,60 548,85 0,00 123,10 116, , ,60 143,10 26,10 116,30 72, , , ,00 139,77 293,00 131, , ,40 306,81 222,29 293,00 27, , ,70 230,13 233,69 293,00 645, , ,10 230,13 440,89 332,46 51, ,33 Sumber: Jawa Barat Dalam Angka Tahun LAMPIRAN O Persentase Panjang Jalan Aspal di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Selatan Jawa Barat ,06 83,33 24,82 70,83 40,68 63,54 69, ,50 98,97 74,02 70,83 42,58 77,18 74, ,56 96,34 75,41 72,86 44,38 77,71 76, ,00 99,25 75,41 64,00 100,00 87,73 76, ,37 100,00 74,19 71,36 54,52 79,89 76, ,37 100,00 73,92 76,55 54,76 80,92 77, ,00 19,12 72,15 76,55 58,64 65,29 67, ,82 19,12 72,15 86,59 58,74 66,88 71, ,00 46,88 70,12 86,59 58,21 72,36 70, ,00 100,00 71,22 86,59 61,29 83,82 78, ,00 100,00 78,93 70,39 62,89 82,44 78,15 Sumber: Hasil Perhitungan (Lampiran M/ Lampiran L) x 100%

11 120 LAMPIRAN P Persentase Panjang Jalan Dengan Kondisi Baik di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Tahun Ciamis Tasikmalaya Garut Cianjur Sukabumi Jawa Barat Selatan Jawa Barat ,01 25,62 7,53 33,60 3,77 20,10 37, ,44 26,81 7,29 33,60 5,10 22,25 38, ,91 76,48 5,05 55,15 30,25 34,97 37, ,90 63,80 0,00 9,91 7,32 25,59 32, ,90 16,64 3,13 9,18 4,66 16,10 27, ,22 95,00 16,74 21,82 8,76 30,91 27, ,38 27,45 26,62 21,82 1,84 17,82 70, ,82 21,61 27,98 21,82 42,19 26,08 31, ,74 21,61 38,64 24,75 3,28 19,61 31,68 Sumber: Hasil Perhitungan (Lampiran N/ Tabel Lampiran M) x 100% LAMPIRAN Q Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Berupa Air Ledeng di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Propinsi Jawa Barat Kabupaten/ Wilayah Ciamis 3,29 4,99 0,10 7,11 7,68 4,42 3,09 6,37 3,11 Tasikmalaya 6,89 7,80 0,24 3,67 5,52 6,99 4,45 5,17 1,43 Garut 9,40 9,38 0,09 5,23 5,45 4,05 4,18 3,57 6,68 Cianjur 4,91 5,43 0,10 6,36 6,11 5,26 3,94 3,79 4,03 Sukabumi 3,75 5,40 0,56 5,33 4,62 4,70 5,62 3,30 7,34 Jawa Barat Selatan 6,44 7,17 0,77 5,37 6,88 5,86 4,54 4,69 5,51 Jawa Barat 10,91 14,12 1,16-12,69 12,27 13,56 13,94 11,91 Sumber: Tahun 1994, 1998 (BPS, Gambaran Sosial Ekonomi Jawa Barat 1993) Tahun 1999 (BPS, Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Barat 2000) Tahun 1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/2005) Tahun (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) Tahun 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002)

12 121 LAMPIRAN R Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Penerangan Listrik di Wilayah Jawa Barat Selatan dan Jawa Barat Kabupaten/ Wilayah Ciamis 57,50 77,70 83,46 90,32 95,21 95,17 97,48 95,03 98,29 Tasikmalaya 58,79 73,50 78,63 86,67 92,52 94,65 95,69 98,38 97,15 Garut 73,79 78,74 84,44 86,43 95,22 94,78 94,48 96,99 97,39 Cianjur 55,49 68,05 79,52 85,02 83,05 87,20 78,76 89,82 89,11 Sukabumi 55,16 64,47 78,26 80,81 87,40 91,26 89,15 94,60 93,48 Jawa Barat Selatan 65,65 76,45 83,54 88,08 91,78 93,78 92,30 95,68 95,80 Jawa Barat 70,63 86,81 90,11-95,03 95,90 95,95 97,20 97,75 Sumber: Tahun 1994, 1997 (BPS, Data Sosial Ekonomi Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 1998) Tahun 2003 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2003) Tahun 2004 (BPS, Data Basis Untuk Analisis Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2004/ 2005) Tahun 1998 (BPS, Gambaran Sosial Ekonomi Jawa Barat 1993) Tahun 1999 (BPS, Gambaran Keadaan Sosial Ekonomi Jawa Barat 2000) Tahun (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat ) Tahun 2002 (BPS, Indikator Sosial Ekonomi Jawa Barat 2002)

13 122 LAMPIRAN S PROYEKSI PENDUDUK WILAYAH JAWA BARAT SELATAN DAN JAWA BARAT TAHUN 2025 Pola : Trend Asumsi : Laju pertumbuhan penduduk masa lalu akan berlanjut di masa yang akan datang Prosedur Perhitungan Jumlah Penduduk Tahun 2005 dengan Metoda Simple Linier Regression a = P(t) N b = N Xt. P(t) - P(t) Xt N Xt 2 ( Xt) 2 Keterangan: P(t) = jumlah penduduk pada tahun t N = banyaknya tahun pengamatan P (t) = jumlah penduduk pada tahun t (hasil proyeksi) P (t) = a + b.xt Prosedur Perhitungan Jumlah Penduduk Tahun 2005 dengan Metoda Perhitungan Linier Moving Average S t = P(t) + P(t-1) + P(t-2) P(t-N+1) N S t = S t + S t-1 + S t S t-n+1 N a t = S t + (S t - S t) = 2 S t - S t b t = 2 (S t - S t) N-1 P (t) = a t + b t m Keterangan: S t = rata-rata bergerak tunggal pada tahun t S t = rata-rata bergerak ganda pada tahun t N = banyaknya tahun pengamatan P(t) = jumlah penduduk pada tahun t m = selisih antara tahun dasar dengan tahun t P (t) = jumlah penduduk pada tahun t (hasil proyeksi) Prosedur Perhitungan Perhitungan Jumlah Penduduk Tahun 2005 dengan Metoda Double Exponential Smoothing (Brown s) S t = α P(t ) + (1- α) S t-1 S t = α S t + (1- α) S t-1 a t = S t + (S t - S t) = 2 S t - S t b t = α (S t - S t) 1- α P (t) = a t + b t m Evaluasi Pemilihan Model e (error) = P(t) P (t) MSE (Mean Square Error) = e 2 / N Keterangan: S t = pemulusan eksponensial tunggal pada tahun t S t = pemulusan eksponensial ganda pada tahun t P(t) = Jumlah penduduk pada tahun t m = selisih antara tahun dasar dengan tahun yang diramalkan P (t)= jumlah penduduk pada tahun t (hasil proyeksi) Keterangan: P(t) = Jumlah penduduk pada tahun t P (t)= jumlah penduduk pada tahun t (hasil proyeksi) N = banyaknya tahun pengamatan Metoda yang dipilih adalah yang MSE-nya paling kecil

14 123 PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2025 a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,80 Total ,70 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,48-661, ,35 Total ,85 MSE ,65

15 124 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , ,94 12,94 116, , , , , ,17 227, , , , , , ,16 909, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,25-420, , , ,93 Total , ,25 MSE , ,85 d. Evaluasi Pemilihan Model Metode MSE Simple linear regression ,14 Double/linear moving average method ,65 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,26 α = 0, ,85 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,1 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis Tahun 2025 = F2025 (α = 0,1) = jiwa

16 125 PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN TASIKMALAYA 2025 a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,90 Total ,00 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,88 226, , , , , , , , , , ,09 Total ,25 MSE ,35

17 126 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , ,08-6,92-62, , , , , ,05 713, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,26-111, , , , , , , , , , , ,62 Total , ,09 MSE , ,67 d. Evaluasi Pemilihan Model Metode MSE Simple linear regression ,20 Double/linear moving average method ,35 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,65 α = 0, ,67 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,1 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2025 = F2025 (α = 0,1) = Jiwa

18 127 PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN GARUT 2025 a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,70 Total ,00 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,47 Total ,90 MSE ,74

19 128 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , ,97 58,47 526, , , , , ,52 398, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,33 Total , ,34 MSE , ,61 d. Evaluasi Pemilihan Model Metode MSE Simple linear regression ,80 Double/linear moving average method ,74 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,14 α = 0, ,61 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,3 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk Kabupaten Garut Tahun 2025 = F2025 (α = 0,3) = Jiwa

20 129 PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN CIANJUR a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,40 Total ,00 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,72 Total ,40 MSE ,12

21 130 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , ,54-19,46-175, , , , , ,07 962, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,42 Total , ,94 MSE , ,16 d. Evaluasi Pemilihan Model Metode MSE Simple linear regression ,10 Double/linear moving average method ,12 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,87 α = 0, ,16 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,3 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk Kabupaten Cianjur Tahun 2025 = F2025 (α = 0,3) = Jiwa

22 131 PROYEKSI PENDUDUK KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2025 a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,30 Total ,00 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,64 Total ,57 MSE ,88

23 132 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , ,20 289, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,49 Total , ,86 MSE , ,49 d. Evaluasi Pemilihan Model Metode MSE Simple linear regression ,40 Double/linear moving average method ,88 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,39 α = 0, ,49 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,3 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk KabupatenSukabumi Tahun 2025 = F2025 (α = 0,3) = Jiwa

24 133 PROYEKSI PENDUDUK JAWA BARAT TAHUN 2025 a. Simple Linear Regression t P(t) Xt Xt. P(t) Xt 2 a P (t) e , , b , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,00 Total ,00 MSE b. Double/ Linear Moving Average Method n=5 t P(t) S't S''t at bt m P (t) e , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,23 Total ,00 MSE ,40

25 134 c. Double Exponential Smoothing t P(t) St' St'' at bt m P (t) e 2 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0,1 α = 0,3 α = 0,1 α = 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,09 Total , ,90 MSE , ,24 d. Evaluasi Pemilihan Model Metoda MSE Simple linear regression ,00 Double/linear moving average method ,40 Double exponential smoothing (Brown's) α = 0, ,49 α = 0, ,24 Metoda yang dipilih adalah Double Exponential Smoothing (Brown's) dengan α = 0,3 F t+m = a t + b t. m t = 2005 m = 20 Jumlah Penduduk Jawa Barat Tahun 2025 = F2025 (α = 0,3) = Jiwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sebenarnya bukanlah konsep baru, baik secara nasional maupun global. Di Indonesia, konsep ini telah menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi

Lebih terperinci

KINERJA WILAYAH JAWA BARAT SELATAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR. Oleh: DESRA NINDITA

KINERJA WILAYAH JAWA BARAT SELATAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR. Oleh: DESRA NINDITA KINERJA WILAYAH JAWA BARAT SELATAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR Oleh: DESRA NINDITA 15402028 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEKOLAH ARSITEKTUR, PERENCANAAN,

Lebih terperinci

BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN

BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN Bagian ini difokuskan pada pembahasan mengenai konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya. Pembahasannya diawali dengan uraian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Produksi Kedelai Dalam ketersediaan kedelai sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat dimana produksi kedelai merupakan suatu hasil dari bercocok tanam dimana dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori. 2.1.1 Pengertian Peramalan. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak terjadinya krisis ekonomi, mengakibatkan lumpuhnya sendi-sendi perekonomian nasional. Oleh karena itu, informasi mengenai perkembangan dan kondisi perekonomian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto 18 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto Dalam menghitung pendapatan regional, dipakai konsep domestik. Berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor atau lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Semua barang dan jasa sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan ekonomi yang beroperasi diwilayah domestik, tanpa memperhatikan apakah faktor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Curah Hujan Hujan sangat diperlukan diberbagai penjuru masyarakat. Curah hujan tidak selalu sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada bulan-bulan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN

BAB IV ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN BAB IV ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan mengenai kondisi umum Wilayah Jawa Barat Selatan. Bab ini akan menguraikan kinerja pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan ditinjau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Peramalan 2.1.1. Pengertian dan Kegunaan Peramalan Peramalan (forecasting) menurut Sofjan Assauri (1984) adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Peramalan Dalam melakukan analisa ekonomi atau analisa kegiatan perusahaan, haruslah diperkirakan apa yang akan terjadi dalam bidang ekonomi atau dunia usaha pada masa yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit tanaman pada lahan yang telah disediakan, pemupukan dan perawatan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental dan lembaga termasuk pula percepatan/akselerasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasting) 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan dapat diartikan sebagai berikut: a. Perkiraan atau dugaan mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA Disusun oleh : Karmila Ibrahim Dosen Fakultas Pertanian Universitas Khairun Abstract Analisis LQ Sektor pertanian, subsektor tanaman pangan,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang

METODE PENELITIAN. pelanggan rumah tangga, bisnis, sosial, dan industri pada tahun-tahun yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Tugas akhir ini merupakan survei yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan konsumen dan jumlah penduduk terhadap kebutuhan/permintaan energi listrik di

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi saat ini, perkembangan zaman semankin maju dan berkembang pesat, di antaranya banyak pernikahan dini yang menyebabkan salah satu faktor bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang 56 BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN A. Letak Wilayah dan Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 Lintang selatan dan 104 48-108 48 Bujur Timur, dengan luas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS BAB 2 LANDASAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksikan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relative lama.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Produksi jahe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Sedangkan ramalan adalah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bisri. M. Ir, Ms Drainase Perkotaan. Malang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang.

DAFTAR PUSTAKA. Bisri. M. Ir, Ms Drainase Perkotaan. Malang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang. DAFTAR PUSTAKA I. Kelompok Buku: Bisri. M. Ir, Ms. 1999. Drainase Perkotaan. Malang. Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Malang. Blakely, Edward J. 1989. Planning Local Economic Development : Theory

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Indonesia saat ini sudah menghadapi pasar bebas. Hal ini membuat persaingan antara produk produk yang ada di Indonesia semakin ketat terutama produk yang sejenis. Dengan semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU Romy Biri ), Yohanes A.R. Langi ), Marline S. Paendong ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi Jl.

Lebih terperinci

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK Teknik heuristik adalah suatu cara mendekati permasalahan yang kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk mendapatkan hubungan-hubungan dalam

Lebih terperinci

PERAMALAN KERUSAKAN HUTAN TAMAN NANI WARTABONE DI GORONTALO METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA DAN REGRESI LINIER SEDERHANA

PERAMALAN KERUSAKAN HUTAN TAMAN NANI WARTABONE DI GORONTALO METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA DAN REGRESI LINIER SEDERHANA PERAMALAN KERUSAKAN HUTAN TAMAN NANI WARTABONE DI GORONTALO METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA DAN REGRESI LINIER SEDERHANA Dewi Sri Usman, Mukhlisulfatih Latief, Manda Rohandi Prodi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Peramalan Peramalan (forecasting) merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang. Pada hakekatnya peramalan hanya merupakan suatu perkiraan (guess),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN. Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Labuhanbatu adalah salah satu kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini terletak di Rantauprapat. Kabupaten Labuhanbatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan 18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama (assaury, 1991). Secara teoritis peramalan

Lebih terperinci

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB 3 PENGOLAHAN DATA 18 BAB 3 PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengumpulan Data Data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara di Jln. Asrama No. 179 Medan

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: PENILAIAN KAWASAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: PENILAIAN KAWASAN RANCANGAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) MATA KULIAH: PENILAIAN KAWASAN Nama : Sudibyanung Institusi : Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Program Studi : Diploma IV Pertanahan 1 RANCANGAN PEMBELAJARAN Nama

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERAMALAN

BAB IV METODE PERAMALAN Metode Peramalan 15 BAB METODE PERAMALAN 4.1 Model Sederhana Data deret waktu Nilai-nilai yang disusun dari waktu ke waktu tersebut disebut dengan data deret waktu (time series). Di dunia bisnis, data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian terhadap populasi yang sangat besar, kita perlu melakukan suatu penarikan sampel. Hal ini dikarenakan tidak selamanya kita dapat

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Cianjur tahun 2013 tidak terlepas dari arah kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DUKUNG DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS DAYA DUKUNG DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN ANALISIS DAYA DUKUNG DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENDAHULUAN Istilah perencanaan dalam perspektif Diana Conyers dan Peter Hills (1984) merupakan suatu proses berkelanjutan yang melibatkan keputusan-keputusan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1 Wilayah Administrasi dan Letak Geografis Wilayah administrasi Kota Tasikmalaya yang disahkan menurut UU No. 10 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pemerintah Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan memaparkan berbagai teori yang melandasi penulis dalam membangun aplikasi yang nantinya akan dibuat. 3.1 Customer Relationship Management (CRM) Menurut Buttle (2004,

Lebih terperinci

Analisis Indeks Kekompakan Bentuk Wilayah Terhadap Laju Pertumbuhan Studi Kasus: Daerah Kabupaten/Kota Pesisir di Jawa Barat Abstrak Kata kunci

Analisis Indeks Kekompakan Bentuk Wilayah Terhadap Laju Pertumbuhan Studi Kasus: Daerah Kabupaten/Kota Pesisir di Jawa Barat Abstrak Kata kunci Analisis Indeks Kekompakan Bentuk Wilayah Terhadap Laju Pertumbuhan Studi Kasus: Daerah Kabupaten/Kota Pesisir di Jawa Barat (Analysis of Compactness Index Area due to Regency Growth Rate Case Study: Coastal

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun.

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun Kabupaten Karimun Dalam Angka BPS. Karimun. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2002. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2002. BPS. Karimun. Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun. 2004. Kabupaten Karimun Dalam Angka 2003. BPS. Karimun.

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN SKPD: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 % capaian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA

PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERAPAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK PERAMALAN PENGGUNAAN WAKTU TELEPON DI PT TELKOMSEL Divre 3 SURABAYA Alda Raharja - 5206 100 008! Wiwik Anggraeni, S.Si, M.Kom! Retno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang pembangunan dan kemiskinan (United Nations Millenium Declaration (2000) seperti dikutip dalam Todaro

Lebih terperinci

Peramalan Migrasi Masuk Kota Surabaya Tahun 2015 dengan Metode Double Moving Average dan Double Exponential Smoothing Brown

Peramalan Migrasi Masuk Kota Surabaya Tahun 2015 dengan Metode Double Moving Average dan Double Exponential Smoothing Brown Peramalan Migrasi Masuk Kota Surabaya Tahun 2015 dengan Metode Double Moving Average dan Double Exponential Smoothing Brown Auli Fisty Noor Azizah Departemen Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah. Sektor pertanian sampai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA METODA -- METODA PERAMALAN METODA PERAMALAN

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA METODA -- METODA PERAMALAN METODA PERAMALAN UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA - METODA PERAMALAN PADA DASARNYA METODA PERAMALAN DAPAT DIKELOMPOKKAN KE DALAM 3 KELOMPOK YAITU : 1. METODA KUALITATIF YANG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk medapatkan data dengan tujuan dan kegunan tertentu. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi regional pada hakekatnya adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan ekonomi dari sektor primer ke sektor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi global lebih dari 12 tahun yang lalu telah mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor perekonomian dunia, sehingga dunia dihadapkan bukan hanya dengan upaya

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN PERAMALAN JUMLAH PRODUKSI KAKAO DI SUMATERA UTARA DAN KONSUMSI KAKAO DI INDONESIA DENGAN PEMULUSAN EKSPONENSIAL GANDA METODE LINIER SATU PARAMETER DARI BROWN SKRIPSI LAUDA MARANATA 090803068 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan proses multidimensial yang meliputi perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam kelembagaan (institusi)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 1.1.1 Prediksi Prediksi adalah sama dengan ramalan atau perkiraan. Menurut kamus besar bahasa indonesia, prediksi adalah hasil dari kegiatan memprediksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan pertumbuhan GNP yang setinggi-tingginya dan penyediaan lapangan pekerjaan, juga menginginkan adanya

Lebih terperinci

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK EJ DI PT. BINTANG TOEDJOE

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK EJ DI PT. BINTANG TOEDJOE PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK EJ DI PT. BINTANG TOEDJOE Meri Prasetyawati, Renty Anugerah Mahaji Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat E-mail:

Lebih terperinci

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah

3. Kondisi Ekonomi Makro Daerah Data capaian IPM Kabupaten Temanggung tahun 2013 belum dapat dihitung karena akan dihitung secara nasional dan akan diketahui pada Semester II tahun 2014. Sedangkan data lain pembentuk IPM diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN Bab sebelumnya telah memaparkan konsep pembangunan wilayah berkelanjutan dan indikator-indikatornya sebagai landasan teoritis sekaligus instrumen dalam

Lebih terperinci

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT PENGUKURAN PRODUKTIVITAS RELATIF DAN ANALISIS TINGKAT UPAH TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI JAWA BARAT Dewi Shofi Mulyati, Iyan Bachtiar, dan Yanti Sri Rezeki * Abstrak Pentingnya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG

PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU BAJA MS DI DIREKTORAT PRODUKSI ATMI CIKARANG Siti Rohana Nasution 1, Temotius Agung Lukito 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila 1) nasutionana@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia PENGEMBANGAN PERTANIAN BERBASIS KOMODITI UNGGULAN DALAM RANGKA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Studi Kasus Kabupaten Humbang Hasundutan Hotden Leonardo Nainggolan 1) Johndikson Aritonang 2) Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan antar negara terjadi seiring dengan berkembangnya kehidupan ekonomi manusia. Berkembangnya kebutuhan ekonomi itu sendiri didorong akibat berkembangnya peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan sebuah upaya untuk mengantisipasi ketidak seimbangan yang terjadi yang bersifat akumulatif, artinya perubahan yang terjadi pada sebuah ketidakseimbangan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Banyuwangi Tahun (PDRB)

Analisis Pengaruh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Banyuwangi Tahun (PDRB) Wahyudi et al., Analisis Pengaruh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 67 Analisis Pengaruh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kota Banyuwangi 2010-2014 (PDRB) Analysis of

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010

SEMINAR NASIONAL MESIN DAN INDUSTRI (SNMI6) 2010 PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DAN ONGKOS PRODUKSI MINIMUM PADA PERUSAHAAN ABC Ahmad Staf Pengajar Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail: ahmad_industri@tarumanagara.ac.id

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk adalah orang-orang yang tinggal atau menetap dalam sebuah wilayah atau daerah yang terikat oleh aturan-aturan yang berlaku dan berinteraksi satu sama lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan antar daerah. Pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERAMALAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BAWANG MERAH DI SUMATERA UTARA

PERAMALAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BAWANG MERAH DI SUMATERA UTARA PERAMALAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA BAWANG MERAH DI SUMATERA UTARA A R WIBOWO S *), Rahmanta Ginting **), Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah situasi atau kondisi yang akan diperkirakan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan di daerah setempat. Penyediaan lapangan kerja berhubungan erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya beli masyarakat berkaitan erat dengan pendapatan perkapita, Sedangkan pendapatan perkapita dipengaruhi oleh penyediaan lapangan kerja dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, maka dibutuhkan pembangunan. Pada September tahun 2000, mulai dijalankannya Millennium Development

Lebih terperinci