BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Program Pendidikan AS Hornby (1986 ) yang dikutip oleh Arikunto & Abdul Jabar (2009: 1) evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Suchman (1961, dalam Arikunto & Abdul Jabar (2009) memandang evaluasi sebagai sebuah proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan. Menurut Raharjo, B (2003), evaluasi adalah sistem dan bagian integral dari pengelolaan pendidikan, karena dengan evaluasi kita dapat mengukur tingkat kemajuan pendidikan baik pada tingkat sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan provinsi maupun pusat. Dari ketiga pendapat tersebut menggambarkan bahwa evaluasi merupakan usaha yang berupa proses yang telah direncanakan untuk menentukan hasil yang berupa nilai atau jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur ketercapaian pendidikan dari tingkat sekolah sampai pemerintah pusat. Worthen dan Sanders (1973, dalam Anderson 1971) mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu, dalam mencari sesuatu tersebut, juga termasuk mencari informasi yang 1

2 bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu program, produksi, prosedur, serta alternatif yang diajukan untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Stufflebeam (1971 yang dikutip Arikunto, S & Abdul Jabar, C S 2009) mengatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah sistem kegiatan untuk mengumpulkan informasi secara integral tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Menurut Bloom et al. (1971 dalam Daryanto, 1997) menjelaskan bahwa dalam konteks pendidikan mengartikan evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauhmana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Pernyataan ini menggambarkan bahwa proses pengumpulan data di lapangan untuk evaluasi suatu program memerlukan data yang sistematis. Setelah data tersebut diperoleh akan digunakan sebagai gambaran kesimpulan bagi pengambil kepentingan tentang perubahan kondisi siswa, apakah ada perubahan membaik atau tidak, kemudian dilakukan pemantauan. Stufflebeam et al. (1971 yang dikutip Daryanto, 1997) Evaluation is the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision 2

3 alternaties. Evaluasi adalah proses menggambarkan, memperoleh dan menyajikan data informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Gambaran pengertian tersebut bahwa perolehan gambaran data di lapangan sebagai alat untuk memproses informasi akurat kemudian disajikan dalam forum musyawarah pengambil kepentingan dan disimpulkan untuk alternatif kebijakan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah/Pimpinan dapat tercapai. agar tujuan program Menurut Stufflebeam dalam bukunya Educational Evaluation and Decision Making yang dikutip oleh Daryanto (1997) mengatakan bahwa evaluasi dalam sistem pendidikan ada 4 dimensi yaitu context, input, process, dan product. Keempat dimensi tersebut perlu dievaluasi selama dan pada akhir sistem pendidikan. Penjelasan masing-masing dimensi sebagai berikut: a) Context: Situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam sistem yang bersangkutan. Misalnya: masalah pendidikan yang dirasakan, pandangan hidup masyarakat, keadaan ekonomi negara dan seterusnya. b) Input: Sarana/modal/bahan dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut. c) Process:Pelaksanaan strategi dan penggunaan sarana/modal/bahan di dalam kegiatan nyata di lapangan. d) Product: Hasil yang dicapai baik selama maupun pada akhirpengembangan sistem pendidikan yang bersangkutan 3

4 Dalam sistem pendidikan akan terjadi proses pelaksanaan kegiatan yang saling terintegrasi antara unit yang satu dengan unit yang lain. Kegiatan unit yang satu dengan yang lain saling menutupi dan melengkapi. Masing-masing unit kerja dapat bekerja dengan baik dipengaruhi oleh sarana, bahan, modal, dan rencana strategi yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya. Dalam pelaksanaannya, di antara fasilitas akan terjadi kekurangan yang akan menyebabkan program pendidikan tidak terlaksana atau kurang sempurna. Hal ini disebabkan tidak ada biaya untuk memenuhi sarana, sumber daya manusia tidak kompeten, kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan inkonsisten dalam kinerja sekolah. Pada akhirnya akan mempengaruhi mutu lulusan di sekolah tersebut. Oleh sebab itu evaluasi sangat penting dalam sistem pendidikan guna mencapai perbaikan secara terus menerus agar dapat fokus pada kepuasan pelanggan. Menurut Mehrens & Lehmann (1978 dalam Purwanto, 1990: 3) mengartikan evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Jadi setiap evaluasi merupakan suatu kegiatan yang sengaja direncanakan secara sistematis untuk memperoleh informasi/data untuk membuat suatu keputusan yang datanya harus akurat sesuai kenyataan di lapangan dan mendukung tujuan evaluasi yang direncanakan. Evaluasi program adalah upaya untuk mengetahui efektivitas komponen program dalam mendukung 4

5 pencapaian tujuan program tersebut (Arikunto & Abdul Jabar, 2009). Dengan demikian, jika diketahui bahwa hasil evaluasi sebagai harapan suatu program tidak memuaskan, dapat dicari di mana letak kekurangannya atau komponen mana yang bekerja tidak sesuai standar. Kebijakan yang sudah dikeluarkan pengambil keputusan dan dilaksanakan, belum tentu memperoleh hasil yang baik sesuai dengan jiwa kebijakan. Untuk mengetahui sejauh mana dan bagian mana dari tujuan yang sudah tercapai dan bagian mana yang belum tercapai serta mengetahui apa penyebabnya, perlu diadakan evaluasi program. Tanpa ada evaluasi, keberhasilan dan kegagalan program tidak dapat diketahui. Sehingga evaluasi program artinya upaya untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan secara cermat dengan cara mengetahui efektivitas masing-masing komponennya. Wrightstone et al. (1956 yang dikutip Purwanto, 1990) merumuskan evaluasi program pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa kearah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil proses pendidikan di sekolah pada puncaknya akan mengevaluasi program yang telah ditetapkan oleh pengambil kebijakan untuk mengetahui perkembangan siswanya, apakah mengarah penurunan atau kemajuan dalam belajar yang dimiliki siswa, selanjutnya sekolah mengadakan instruspeksi diri untuk mencari alternatif pemecahannya agar tujuan pendidikan 5

6 pada siswa sesuai dengan nilai yang ditetapkan di dalam kurikulum. B. Model Evaluasi Ada beberapa ahli evaluasi program yang dikenal sebagai penemu model evaluasi program seperti Stufflebeam, Metfessel, Michael Scriven, Stake, dan Glaser. Kaufman dan Thomas yang dikutip dalam Arikunto dan Abdul Jabar (2009: 40) membedakan model evaluasi program menjadi delapan yaitu: 1. Goal Oriented Evaluation Model, dikembangkan oleh Tyler 2. Goal Free Evaluation Model, dikembangkan oleh Scriven 3. Formatif Summatif Evaluation Model, dikembangkan oleh Michael Scriven. 4. Countenance Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 5. Responsive Evaluation Model, dikembangkan oleh Stake. 6. CSE-UCLA Evaluation Model, menekankan pada kapan evaluasi dilakukan. 7. CIPP Evaluation Model, yang dikembangkan oleh Stufflebeam. 8. Discrepancy Model, yang dikembangkan oleh Provus. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan evaluasi model CIPP yang dikembangkan oleh Stufflebeam, et al (1967, dalam Arikunto & Abdul Jabar, 2009) di Ohio State University. Model evaluasi CIPP singkatan dari Context input process product. Model CIPP (1967) melihat kepada empat dimensi yaitu dimensi Konteks, dimensi Input, dimensi Proses dan dimensi Produk. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program. 6

7 Keunikan model ini adalah pada setiap tipe evaluasi terkait pada perangkat pengambil keputusan (decission) yang menyangkut perencanaan dan operasional sebuah program. Keunggulan model CIPP memberikan suatu format evaluasi yang komprehensif pada setiap tahapan evaluasi yaitu tahap konteks, masukan, proses, dan produk. Untuk memahami hubungan model CIPP dengan pembuat keputusan dan akuntabilitas dapat diamati pada visualisasi sebagai berikut : Tipe Evaluasi Konteks Input Proses Produk Pembuat Obyektif Implement Keputusan asi Akuntabilitas Rekaman Obyektif Solusi strategi desain prosedur Rekaman pilihan strategi desain dan desain Rekaman Proses Aktual Dihentikan Dilanjutkan Dimodifikasi Program Ulang Rekaman pencapaian dan keputusan ulang Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan kelemahan obyek tertentu. Stufflebeam menyatakan evaluasi konteks sebagai fokus institusi yang mengidentifikasi peluang dan menilai kebutuhan. Suatu kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan (discrepancy view) kondisi nyata ( reality ) dengan kondisi yang diharapkan ( ideality ). Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan 7

8 atau sedang berjalan. Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu program yang akan dilaksanakan. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menetapkan kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak menimbulkan kerugian jangka panjang. Evaluasi input meliputi analisis personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumbersumber yang tersedia, alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program. Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, anternatif strategi program, desain prosedur untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan. Termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur baik tata laksana kejadian dan aktivitas. Setiap aktivitas dimonitor perubahan-perubahan yang terjadi secara jujur dan cermat. Pencatatan aktivitas harian demikian penting karena berguna bagi pengambil keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan. Disamping itu catatan akan berguna untuk menentukan kekuatan dan kelemahan atau program ketika dikaitkan dengan keluaran yang ditemukan. Tujuan utama evaluasi proses seperti yang 8

9 dikemukakan oleh Worthen and Sanders (1973, dalam Anderson 1975), yaitu : 1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk dipertahankan, 2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan 3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai halhal penting saat implementasi dilaksanakan. Evaluasi produk merupakan kumpulan deskripsi dan judgement outcomes dalam hubungannya dengan konteks, input, dan proses, kemudian di interprestasikan harga dan jasa yang diberikan (Stuflebeam and Shinkfield, 1986 dalam Arikunto & Abdul Jabar 2009)). Evaluasi produk adalah evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi ini merupakan catatan pencapaian hasil dan keputusan-keputuasan untuk perbaikan dan aktualisasi. Aktivitas evaluasi produk adalah mengukur dan menafsirkan hasil yang telah dicapai. Pengukuran dikembangkan dan didokumentasikan secara cermat dan teliti. Keakuratan analisis akan menjadi bahan penarikan kesimpulan dan pengajuan saran sesuai standar kelayakan. Evaluasi akan menghasilkan informasi yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Dengan evaluasi dapat menilai apakah Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 benar-benar mampu menyelenggarakan sekolah dengan baik khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan. 9

10 C. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 ISO 9001:2008 adalah suatu standar internasioal untuk manajemen mutu kualitas. ISO 9001:2008 menetapkan persyaratan-persyaratan dan rekomendasi untuk desain dan penilaian dari suatu sistem manajemen mutu, yang bertujuan untuk menjamin kepuasan pelanggan (IWA2, 2010). Standar internasional ini menetapkan persyaratan-persyaratan untuk suatu sistem manajemen mutu suatu organisasi pendidikan, yaitu: a. Organisasi harus menunjukkan kemampuannya untuk secara konsisten memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku. b. Organisasi harus mempunyai tujuan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui penerapan sistemnya secara efektif, termasuk proses perbaikan berkelanjutan dari sistemnya dan kepastian kesesuaiannya pada persyaratan pelanggan dan peraturan perundangan yang berlaku. Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa suatu sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan persyaratan dan konsistensinya dalam setiap melaksanakan tugas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan yang dilaksanakan secara konsisten didokumentasikan dengan tertib, teratur dan aman serta tersimpan dengan rapi agar mempermudah pencarian setiap saat dibutuhkan. Selain itu untuk mendukung proses perbaikan terus menerus berkesinambungan dalam rangka untuk mewujudkan kepuasan pelanggan 10

11 Persyaratan Umum ISO 9001:2008 dalam organisasi pendidikan harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektivitasnya sesuai persyaratanpersyaratan ISO 9001:2008. Adapun persyaratan ISO 9001:2008 secara umum bahwa organisasi pendidikan harus menentukan prosesproses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu dan penerapannya, menentukan urutan-urutan dan interaksi proses-proses tersebut, menentukan kriteria dan metoda yang diperlukan untuk memastikan pengoperasian dan pengendalian proses secara efektif, menentukan ketersediaan sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk mendukung pengoperasian dan pengendalian proses, memantau, mengukur dan menganalisa proses, menerapkan tindakan dan perbaikan berkesinambungan terhadap proses yang dijalankan (IWA2, 2010) Sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus menentukan proses Sistem Manajemen Mutu sebagai pedoman implementasi program mutu di sekolah, masing-masing unit kerja terdapat instruksi kerja, terdapat sumber daya dan informasi yang dibutuhkan untuk pengendalian proses, pantauan, mengukur dan menganalisis tindakan serta perbaikan berkesinambungan. Persyaratan Dokumentasi dalam IWA 2 (2010) dijelaskan bahwa dokumentasi sistem manajemen mutu pada ISO 9001:2008 harus mencakup: Pernyataan terdokumentasi dari kebijakan mutu dan sasaran mutu, pedoman mutu, prosedur terdokumetasi dan rekaman yang dipersyaratkan oleh standar internasional ini, dokumen termasuk rekaman 11

12 yang ditentukan oleh organisasi untuk memastikan keefektifan perencanaan, pengoperasian dan pengendalian proses. Suatu sekolah yang menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 harus memenuhi syarat dokumentasi yang meliputi dokumen kebijakan mutu, sasaran mutu, prosedur terdokumentasi dan rekaman yang pada akhirnya dipakai data untuk menentukan keefektifan perencanaan, pengoperasian dan pengendalian proses. Pedoman Mutu suatu organisasi pendidikan dapat mendokumentasikan dengan tertib, rapi, sesuai standar memerlukan pedoman mutu. Pedoman mutu dalam organisasi pendidikan harus menetapkan dan memelihara proses yang mencakup: a. Lingkup sistem manajemen mutu, termasuk rincian dan pertimbangan serta pengecualiannya. b. Prosedur terdokumentasi yang ditetapkan untuk manajemen mutu atau acuanya. c. Uraian interaksi antara proses-proses dari sistem manajemen mutu. Dokumen yang dipersyaratkan oleh sistem manajemen mutu harus dikendalikan dalam bentuk rekaman. Rekaman adalah dokumen jenis khusus dan harus dikendalikan menurut persyaratan-persyaratan yang dipersyaratkan (IWA2, 2010). Rekaman yang ditetapkan untuk menyediakan bukti terhadap kesesuaian pada persyaratan-persyaratan dan keefektifan pengoperasian sistem manajemen mutu 12

13 harus dikendalikan. Organisasi pendidikan harus menetapkan suatu prosedur terdokumentasi untuk menggambarkan pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan, perolehan kembali, masa simpan dan pemusnahan rekaman. 1. Tanggungjawab Manajemen a. Komitmen Manajemen Manajemen puncak harus mempunyai komitmen dan menyediakan bukti tentang kesanggupan untuk mengembangkan dan menerapkan sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektifitasnya dengan cara: berkomunikasi kepada organisasi tentang pentingnya pertemuan dengan pelanggan seperti undang-undang, peraturan-perauran lainnya, menetapkan kebijakan mutu, sasaran mutu ditetapkan, memandu kaji ulang manajemen, dan memastikan ketersediaan sumber daya (IWA 2, 2010) b. Fokus Pelanggan Manajemen puncak berfokus pada pelanggan. Manajemen puncak harus memastikan bahwa persyaratan-persyaratan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan untuk perluasan kepuasan pelanggan. c. Kebijakan mutu Manajemen puncak harus memastikan bahwa kebijakan mutu harus sesuai dengan tujuan organisasi, 13

14 mempunyai kesanggupan untuk memenuhi persyaratanpersyaratan dan secara terus menerus meningkatkan efektifitas sistem manajemen mutu, menyediakan suatu kerangka untuk menetapkan dan meninjau ulang sasaran mutu, dikomunikasikan dan dipahami di dalam organisasi dan ditinjau kesesuaiannya. d. Perencanaan Perencanaan sistem manajemen mutu oleh manajemen puncak harus memastikan bahwa perencanaan sistem manajemen mutu dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan-persyaratan dalam pasal 4.1, ada keterpaduan sistem manajemen mutu dipelihara bila terjadi perubahan pada sistem manajemen mutu yang direncanakan dan diterapkan. e. Tanggungjawab, wewenang dan komunikasi Tanggungjawab manajemen harus memastikan bahwa tanggungjawab dan wewenang ditetapkan dan dikomunikasikan di dalam organisasi pendidikan. Manajemen puncak harus menugaskan seorang anggota manajemen yang diluar tanggungjawab yang dinamakan Wakil Manajemen Mutu (WMM). Tanggungjawab dan wewenang WMM adalah memastikan proses yang diperlukan untuk sistem manajemen mutu telah ditetapkan, diterapkan dan dipelihara, melaporkan kepada pucuk pimpinan kinerja sistem manajemen mutu dan kebutuhan apapun untuk perbaikan, dan memastikan sosialisasi kesadaran tentang persyaratan pelanggan di seluruh organisasi pendidikan. 14

15 Manajemen puncak harus mengadakan komunikasi internal dan harus memastikan bahwa proses komunikasi yang sesuai ditetapkan di dalam organisasi dan komunikasi berlangsung mengenai efektifitas sistem manajemen mutu. f. Tinjauan Manajemen Seorang kepala sekolah harus meninjau ulang sistem manajemen mutu di sekolahnya. Menurut persyaratan ISO 9001:2008 pada IWA2 dijelaskan bahwa masukan pada tinjauan manajemen harus mencakup informasi tentang: hasil audit, umpan balik pelanggan, kinerja proses dan kesesuaian produk, status tindakan pencegahan dan tindakan korektif, tindak lanjut tinjauan manajemen sebelumnya, perubahan yang dapat mempengaruhi sistem manajemen mutu, saran dan rekomendasi untuk perbaikan. 2. Pengelolaan Sumber Daya a. Penyediaan sumber daya Organisasi pendidikan harus menetapkan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu dan secara terus menerus memperbaiki efektifitasnya, untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dengan memenuhi persyaratan-persyaratan pelanggan. a. Sumber daya manusia Personil yang melaksanakan pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesesuaian terhadap persyaratan produk 15

16 harus berkompeten atas dasar pendidikan yang sesuai, pelatihan, keterampilan-keterampilan dan pengalaman. Sesuai dengan buku persyaratan ISO 9001:2008 hal: 5 dijelaskan bahwa bidang kompetensi pelatihan dan kesadaran, orgnaisasi pendidikan harus: 1). Menetapkan kemampuan yang diperlukan oleh personil yang melaksanakan pekerjan dan sesuai dengan persyaratan produk 2) Menyediakan pelatihan, mengambil tindakantindakan lain untuk mencapai kemampuan yang diperlukan. 3). Menilai efektifitas dari tindakan yang diambil. 4). Memastikan bahwa personilnya menyadari keterkaitan dan pentingnya mereka dan bagaimana sumbangan mereka dalam perencanaan sasaran mutu. 5). Memelihara rekaman yang sesuai dari pendidikan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman personil. Dalam bidang sarana prasarana organisasi menetapkan, menyediakan dan memelihara infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian ke persyaratan-persyaratan produk. Infrastruktur meliputi: bangunan, ruang kerja dan kelengkapan terkait, peralatan proses (perangkat keras dan lunak), jasa pendukung seperti pengangkutan, komunikasi atau sistem informasi. Lingkungan kerja termasuk komponen yang sangat penting dalam proses sistem manajemen mutu. Organisasi pendidikan harus menetapkan dan mengelola lingkungan kerja yang diperlukan untuk mencapai 16

17 kesesuaian terhadap persyaratan ISO 9001:2008. Lingkungan kerja ini berhubungan dengan faktor-faktor fisik, seperti suara gaduh, temperatur (panas/dingin), kelembaban, penerangan atau cuaca. 3. Realisasi Produk Komponen-komponen realisasi produk dalam sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 meliputi: perencanaan realisasi produk, proses berkaitan dengan pelanggan, desain dan pengembangan, pembelian, produksi dan penyediaan jasa, kepemilikan pelanggan, 3. Pengukuran, analisis dan perbaikan a. Kepuasan Pelanggan Salah satu pengukuran kinerja pada system manajemen mutu, organisasi harus memantau informasi yang berkaitan dengan persepsi pelanggan apakah organisasi pendidikan telah memenuhi persyaratan pelanggan. Metode untuk memperoleh dan memakai informasi ini harus ditetapkan. Kepuasan pelangan dapat diperoleh dari sumber: survai kepuasan pelanggan, data kualitas produk sampai di tangan pelanggan, survai pendapat pemakai, pujian-pujian, dan laporan dari kotak saran. b. Audit Internal Organisasi pendidikan harus melakukan audit internal pada selang waktu terencana dengan tujuan untuk memenuhi pengaturan yang direncanakan pada 17

18 persyaratan ISO 9001:2008, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu secara efektif. Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan untuk menggambarkan tanggungjawab dan persyaratan untuk perencanaan serta pelaksanaan audit, penetapan rekaman dan hasil pelaporan. Rekaman dari audit dan hasilnya harus dipelihara. Manajemen yang bertanggungjawab atas bidang yang diaudit harus memastikan bahwa tindakan koreksi dan tindakan korektif yang perlu diambil tanpa penundaan untuk menghilangkan ketidaksesuaian dan penyebabnya. b. Pengendalian Produk Tidak Sesuai Organisasi pendidikan harus memastikan bahwa produk yang tidak sesuai persyaratan produk diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah penggunaan atau penyerahan yang tidak sengaja. Prosedur terdokumentasi harus ditetapkan untuk menggambarkan pengendalian dan tanggungjawab serta wewenang yang terkait dalam hubungannya dengan produk yang tidak sesuai. Hal ini juga dijelaskan pada IWA2, 2010 bahwa organisasi pendidikan harus menangani produk untuk menghilangkan ketidaksesuaian dengan cara sebagai berikut: a. Melakukan tindakan untuk menghilangkan ketidaksesuaian yang ditemukan. b. Membolehkan pemakaian, pelepasan, atau penerimaan melalui konsesi oleh orang yang relevan dan bila dapat oleh pelanggan. c. Melakukan tindakan mencegah pemakaian atau penerapan awal yang dimaksudkan. d. Melakukan tindakan yang sesuai dengan efek atau efek potensial. 18

19 c. Analisis Data Organisasi pendidikan harus menetapkan, menghimpun menganalisis data sesuai untuk memperagakan kesesuaian dan keefektifan sistem manajemen mutu dan untuk menilai di mana perbaikan berlanjut dapat dilakukan. Ini harus mencakup data yang dihasilkan dari pemantauan dan pengukuran serta sumber-sumber lain. Analisis data harus memberikan informasi yang berkaitan dengan kepuasan pelanggan, kesesuaian dengan persyaratan produk, karakteristik dan kecenderungan proses serta produk, termasuk peluang untuk tindakan pencegahan dan suplier (IWA2, 2010). Organisasi harus terus menerus memperbaiki keefektifan sistem manajemen mutu melalui pemakaian kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisa data, tindakan koreksi, pencegahan dan tinjauan manajemen. Tindakan koreksi dilakukan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian. Tindakan pencegahan harus dilakukan oleh organisasi pendidikan untuk mencegah terjadinya ketidaksesuaian potensial. D. Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan pencatatan siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa tersebut keluar dari sekolah disebabkan telah tamat/lulus. Dalam pengelolaan kesiswaan terdapat empat prinsip dasar yaitu: 19

20 (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu perlu wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan oleh gurunya; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif dan psikomotor. (Sobri, dkk, 2009: 48). Manajemen Peserta Didik adalah suatu pengaturan terhadap peserta didik dari mulai masuk sampai dengan keluar/lulus sekolah, baik yang berkenaan langsung dengan peserta didik maupun tidak langsung (Prihatin, 2011: 13) Suatu sekolah yang bermutu akan memperhatikan kepentingan bakat dan minat siswa dalam perencanaan dan pengambilan keputusan guna mewujudkan kepuasan pelanggan/siswa dengan memperhatikan kondisi siswa yang beragam, namun menyenangkan sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengembangkan potensinya yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Pengelolaan kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang kesiswaan sedikitnya memiliki empat tugas pencatatan murid dalam buku induk, kegiatan kemajuan belajar, bimbingan dan pembinaan displin. 20

21 1. Penerimaan Siswa Baru Dalam penerimaan siswa baru dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) membentuk panitia penerimaan siswa baru, (b) menentukan persyaratan pendaftaran, (c) menyediakan formulir pendaftaran, (d) pengumuman pendaftaran calon, (e) menyediakan buku pendaftaran, (f) waktu pendaftaran, dan (g) penentuan calon yang diterima. 2. Pencatatan siswa baru dalam buku induk Siswa yang sudah diterima perlu dicatat dalam buku induk berupa identitas siswa. Catatan dalam buku induk harus jelas dan harus detail. Catatan buku induk siswa harus tercantum nomor induk siswa, nama jelas siswa, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, status kewarganegaraan, agama, anak ke berapa?, alamat, asal sekolah, nama orang tua, dan data lain yang mendukung. Dalam pelaksanaan penerimaan siswa baru sekolah harus melakukan sebagai berikut: secara obyektif transparan dan akuntabel sebagaimana tertuang dalam aturan sekolah, tanpa diskriminasi atas dasar SARA, status sosial, ekonomi dan sebagainya, berdasarkan kriteria hasil ujian nasional bagi SMA/SMK, MA/MAK dan kriteria tambahan bagi SMK/MAK, daya tampung sekolah. sesuai dengan Kegiatan lain yang bersifat layanan pada proses pembinaan kepada siswa di sekolah juga harus melakukan kegiatan: a) Memberikan layanan konseling kepada peserta didik; b) Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler; c) Melakukan pembinaan prestasi unggulan; 21

22 d) Melakukan pelacakan terhadap alumni. (Sobri, dkk 2009: 144). Pembinaan kesiswaan di sekolah menurut kutipan di atas dijelaskan tidak hanya kegiatan olahraga, seni dan ketrampilan namun sekolah juga harus menyediakan layanan kepada siswa dalam hal bimbingan dan konseling dan bimbingan karier sebagai bekal siswa menuju keberhasilan siswa dalam mencari pekerjaan. 3. Kegiatan kemajuan belajar. Kegiatan kemajuan belajar dapat ditulis pada rapor. Di dalam rapor terdapat daftar kemajuan belajar siswa yang meliputi daftar nilai masing-masing mata pelajaran baik mata pelajaran normatif, adaftif maupun produktif. Daftar nilai menjadi tolok ukur keberhasilan proses belajar mengajar. Bagi guru sebagai bahan evaluasi sekaligus masukan selama proses belajar mengajar untuk pengajaran berikutnya. Bagi siswa sebagai alat ukur kemampuan daya serap siswa dalam menangkap pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil belajar siswa diwujudkan dengan prestasi yang berupa nilai pada rapor yang diberikan setiap ulangan tengah semester maupun satu semester sekali. Selain itu di dalam rapor juga tertulis informasi tentang hasil kegiatan-kegiatan siswa non akademik sebagai wahana untuk penyaluran bakat dan minat siswa seperti kegiatan pramuka, renang, bulu tangkis, basket, futsal bolavoli dan sebagainya. Biasanya hasil kegiatan pengembangan diri siswa penilaiannya dengan kriteria, amat baik, baik dan cukup. 22

23 Rapor juga memberikan informasi kepada orangtua atau wali siswa tentang aktifitas kehadiran. Bukti kehadiran ini merupakan penilaian dari sekolah tentang gambaran sikap dan tingkah laku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Bukti kehadiran siswa di rapor dinyatakan dengan kalimat sakit (S), ijin (I) dan alpa (A) tanpa keterangan. Kemudian pada akhir tahun pelajaran, keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar secara umum ada keputusan naik dan tidak naik. Bagi siswa yang diputuskan naik kelas, berarti siswa berubah tingkat dan siswa diputuskan tidak naik kelas berarti siswa tetap ditingkat sebelumnya. 4. Bimbingan dan pembinaan disiplin Bimbingan dan pembinaan disiplin siswa perlu diwujudkan di sekolah. Kegiatan bimbingan dapat dilakukan oleh guru kelas/mata pelajaran dan guru Bimbingan Konseling. Proses bimbingan bisa diarahkan kepada bimbingan belajar. Bimbingan belajar merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan di sekolah. Untuk pembinaan disiplin, perlu dibuat tata tertib sekolah yaitu ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. Aturan-aturan tersebut berupa aturan siswa terhadap guru, sikap siswa terhadap sesama siswa, sikap siswa terhadap sesama karyawan dan aturan-aturan lain yang bekaitan dengan kesiswaan Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan Pasal 3, dijelaskan bahwa: 23

24 Pembinaan kesiswaan dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler; Materi pembinaan kesiswaan meliputi : Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur atau akhlak mulia, kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara, prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural, kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan, kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi, sastra dan budaya, teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi dalam bahasa Inggris. Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 Tanggal 22 Juli 2008 dijelaskan secara umum bahwa pokok-pokok materi Pembinaan Kesiswaan sebagai berikut: 1. Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, antara lain. 2. Pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia, antara lain. 3. Pembinaan kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela Negara. 4. Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat, antar lain : 5. Pembinaan demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural. 6. Pembinaan kreativitas, keterampilan dan kewirausahaan, antara lain Pembinaan kualitas jasmani, kesehatan dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi. 8. Pembinaan sastra dan budaya. 9. Pembinaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). 10. Pembinaan komunikasi dalam bahasa Inggris. Materi pembinaan kesiswaan selengkapnya seperti pada lampiran 5. 24

25 5. Ruang Lingkup Manajemen Kesiswaan Prihatin (2011) menjelaskan bahwa ruang lingkup manajemen kesiswaan meliputi: 1. Perencanaan peserta didik yang terdiri dari sensus sekolah, penentuan jumlah peserta didik yang diterima. 2. Penerimaan peserta didik yang terdiri dari kebijakan dalam penerimaan peserta didik, sistem penerimaan peserta didik baru, dan orientasi. 3. Pengelompokan peserta didik terdiri dari kelas, bidang studi, spesialisasi, sistem kredit, kemampuan dan minat. 4. Kehadiran peserta didik terdiri dari rekap kehadiran, faktor-faktor penyebab ketidakhadiran dan sumber-sumber penyebab ketidakhadiran. 5. Pembinaan disiplin peserta didik terdiri dari pengertian disiplin, beberapa konsepsi tentang disiplin kelas dan beberapa teknik pembinaan disiplin kelas. 6. Kenaikan kelas dan penjurusan terdiri dari pendataan nilai siswa lengkap dan obyektif, pendayagunaan fungsi dan peranan bimbingan dan penuluhan. 7. Perpindahan peserta didik terdiri dari perpindahan dari peserta didik dari suatu sekolah ke sekolah lain yang sejenis, perpindahan peserta didik dari suatu jenins program ke program. 8. Kelulusan dan alumni yang terdiri dari: kelulusan dan alumni 9. Kegiatan ekstra kelas terdiri dari: kegiatan ekstrakurikuler dan kokurikuler 10. Tata laksana peserta didik 11. Peranan Kepala Sekolah 12. Mengatur layanan peserta didik terdiri dari layanan bimbingan akademik, bimbingan konseling, kesehatan, kafetaria, koperasi, perpustakaan, laboratorium, asrama dan transportasi Selanjutnya Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (2012) menyebutkan bahwa ruang lingkup manajemen peserta didik sebagai berikut: 25

26 1. Analisis kebutuhan peserta didik 2. Rekruitmen peserta didik 3. Seleksi peserta didik 4. Orientasi siswa 5. Penempatan peserta didik (pembagian kelas) 6. Pembinaan dan pengembangan peserta didik 7. Pencatatan dan laporan 8. Kelulusan dan alumni 9. Layanan khusus yang menunjang manajemen peserta didik Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat jelaskan bahwa ruang lingkup kegiatan manajemen kesiswaan mulai dari perencanaan peserta didik, penerimaan peserta didik, pengelompokan kelas/jurusan, orientasi siswa, pembinaan dan pengembangan peserta didik, kehadiran siswa, pencatatan dan pelaporan, kelulusan dan alumni serta layanan khusus yang mendukung manajemen peserta didik. E. Hasil Penelitian Yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Hernaini (2012) meneliti dengan tujuan mengevaluasi implementasi tentang sistem penjaminan mutu melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 pada STBA Teknokrat Lampung yang dilakukan Universitas Lampung menjelaskan bahwa dengan menggunakan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 akan meningkatkan prestasi dan berdampak pada pencitraan serta kinerja pada perguruan tinggi. Kajian dari Jamaludin (2009) tentang Development of MS ISO 9001: 2008 Management System for Automotive Excellence Center (AEC) at Universiti Malaysia Pahang menyimpulkan bahwa semua struktur kerja yang ada di 26

27 perguruan tinggi berdasarkan Sistem Manajemen Mutu ISO9001:2008 melalui penggunaan beberapa manual mutu, standar prosedur, instruksi dan dokumentasi kerja. Hasil penggunaan manual mutu dan standar prosedur menyebabkan efisiensi pekerjaan meningkat untuk mencapai misi sebagai universitas kelas dunia (world class university) dalam bidang research. Penelitian Hartoyo (2008) Penjaminan Mutu Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNY Melalui Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 bahwa penerapan ISO 9001 membantu dalam peningkatan nilai akreditasi dari BAN PT, khususnya pada mutu lulusan. Penelitian Zubedi (2011) Evaluasi Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu (ISO 9001:2000 dan ISO 9001:2008) di SMK Rintisan Sekolah Berbasis Internasional Kabupaten Temanggung (Studi Kasus Di SMK Negeri 1 Temaggung Periode ) menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap klausul-klausul SMM ISO tinggi atau baik, walaupun masih ada beberapa warga sekolah yang tingkat pemahamannya masih rendah. Penelitian Irnawati, dkk (2013) menemukan bahwa pelaksanaan sistem ISO 9001:2008 di SMK PGRI 1 Surakarta memberikan manfaat yang tinggi antara lain meningkatkan kualitas dan kuantitas lulusan serta meningkatkan kepuasan siswa. 27

28 F. Kerangka Pikir Evaluasi aspek konteks (context) untuk mengetahui konteks kebijakan mutu bidang kesiswaan yang meliputi: Pedoman Mutu (PM), Pedoman Operasional Standar (POS), Instruks Kerja (IK) dan Format-format pelaksanaan untuk manajemen kesiswaan; pertimbangan mutu dari kepala sekolah dan yayasan; pertimbangan mutu dari institusi pasangan (DU/DI); pemikiran mutu sekolah dari komite sekolah; dan pemikiran tentang mutu dari orangtua siswa. Dalam aspek input skema penilaian ISO 9001:2008 lebih menekankan kesesuaian kebijakan yang ada di SMM ISO 9001:2008 dengan ketersediaan sumberdaya sekolah berupa sumber daya manusia (guru) dan sarana prasarana. Pada proses penelitian, peneliti melihat kesesuaian kebijakan sumberdaya manusia (guru) dan saranan prasarana sejauh mana kesesuaiannya dengan dokumen mutu yang tertuang dalam manual mutu, SOP dan instruksi kerja. Dalam aspek proses (process) menekankan ruang lingkup pembinaan kesiswaan dalam mewujudkan standar mutu SMM ISO 9001:2008 yang ditetapkan oleh SMK Saraswati Salatiga. Ruang lingkup proses manajemen kesiswaan meliputi: Perencanaan siswa, penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kehadiran siswa, pembinaan disiplin siswa, kenaikan kelas & penjurusan, perpindahan siswa, kelulusan & alumni, kegiatan ekstrakurkuler, pengaturan layanan khusus. Aspek produk (product) merupakan hasil dari proses selama siswa belajar di SMK Saraswati Salatiga. 28

29 Evaluasi produk yang dilakukan lebih menekankan lulusan pada tahun pelajaran , , , dan prestasi-prestasi yang dimiliki siswa. Berdasarkan evaluasi konteks, input, proses dan produk akan dijadikan bahan masukan dan pertimbangan Kepala Sekolah dalam pengambilan keputusan tentang manajemen kesiswaan di SMK Saraswati Salatiga. Keputusan yang dilakukan dapat ditunda, gagal, ditindaklanjuti atau dimodifikasi. Keputusan yang diambil masih membutuhkan komitmen untuk melakukan penyempurnaan terus menerus, sesuai dengan prinsip Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Untuk melihat lebih jelas kerangka berpikir dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar 2.1. di bawah ini: 29

30 EVALUASI PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA Evaluasi Konteks Evaluasi Input Evaluasi Proses Evaluasi Produk Kebijakan mutu bidang kesiswaan sesuai ISO 9001:2008, pertimbangan mutu dari kepala sekolah & yayasan, DU/DI, Tokoh masyarakat, komite sekolah, dan orangtua Aspek input meliputi: - Guru - Sarana Prasarana - Perencanaan siswa - Penerrimaan siswa baru - Pengelopokan siswa - Kehadiran siswa - Pembinaan disiplin siswa - Kenaikan kelas & penjurusan - Perpindahan siswa - Kelulusan &alumni - Kegiatan Ekstrakurkuler - Pengaturan layanan khusus siswa - Lulusan siswa - Prestasiprestasi siswa: prestasi akademik dan non akademik Pembuatan Keputusan Tunda Gagal Tindak lanjut Modifikasi PENYEMPURNAAN MUTU BERKESINAMBUNGAN Gambar 2.1. Kerangka Pikir Penelitian Modifikasi Evaluasi CIPP 30

A. Pengertian Evaluasi Program

A. Pengertian Evaluasi Program A. Pengertian Evaluasi Program Pemahaman mengenai pengertian evaluasi program dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar evaluasi. Pengertian evaluasi menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyediaan tenaga yang bermutu adalah produk dari proses pendidikan di suatu lembaga pendidikan seperti Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Untuk menghasilkan tenaga terdidik

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ISO DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Sistem. Manajemen. Mutu. A. Pelaksanaan.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM ISO DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Sistem. Manajemen. Mutu. A. Pelaksanaan. KISI-KISI PENGAMBILAN DATA WAWANCARA EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) A. Pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu ISO konteks

Lebih terperinci

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001

KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 KLAUSUL-KLAUSUL DALAM DOKUMEN ISO 9001 Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA KLAUSUL-KLAUSUL ISO

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Ramadhon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Ramadhon (2013) dalam skripsinya yang berjudul Efektivitas Program BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Dari hasil pencarian dan penelusuran, ada beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian ini, beberapa skripsi yaitu sebagai berikut:

Lebih terperinci

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008

Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Rekapitulasi Persyaratan (Standar) SMM ISO 9001:2008 Klausul 4.0 Sistem Manajemen Mutu 4.1 Persyaratan umum Apakah organisasi telah : (a) Menetapkan proses-proses yang dibutuhkan oleh SMM serta aplikasinya

Lebih terperinci

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN

5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN 5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan SNI ISO 9001-2008 Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 9001-2008 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1

Lebih terperinci

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu

ISO 9001:2000. Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 Persyaratan-persyaratan Sistem Manajemen Mutu Quality Mangement System ISO 9000 series.. Published by International Organization for Stantardization (ISO) a world wide federation of national

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5)

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dibahas beberapa hal pokok yang mencakup 1) latar belakang penelitian, 2) fokus penelitian, 3) tujuan penelitian, 4) kegunaan penelitian, 5) ruang lingkup penelitian,

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh

Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober Oleh 2017 No. Dok.: PM-WM-01 No. Rev.: 1 Tgl. Berlaku: Oktober 2017 Hal: 1 / 13 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 13 Oktober 2017 Oleh DEKAN Pedoman Mutu ini menguraikan Sistem Manajemen Mutu di Fakultas

Lebih terperinci

Sistem manajemen mutu Persyaratan

Sistem manajemen mutu Persyaratan Standar Nasional Indonesia Sistem manajemen mutu Persyaratan ICS 03.120.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iv Pendahuluan... vi 0.1 Umum... vi 0.2 Pendekatan proses...

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN

PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi I. KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan mengenai implementasi SMM ISO 9001:2000 terhadap penjaminan mutu kinerja sekolah yang dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. menengah.

KATA PENGANTAR. menengah. KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan membawa dua tujuan

Lebih terperinci

MANUAL MUTU UNIVERSITAS BINA. DARMA Tgl. Berlaku : 9 Juni 2003

MANUAL MUTU UNIVERSITAS BINA. DARMA Tgl. Berlaku : 9 Juni 2003 VISI Menjadi salah satu universitas yang unggul dalam pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan lingkungan dan budaya akademik yang mendorong kreatifitas

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Definisi Evaluasi Terdapat beberapa definisi tentang evaluasi berdasarkan para ahli, Menurut Ralph W.Tyler dalam (Wirawan 2012:80) mendefinisikan evaluasi sebagai process of determining

Lebih terperinci

Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008. Memeriksa Ada struktur organisasi

Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008. Memeriksa Ada struktur organisasi Daftar Periksa Audit SMM ISO 9001:2008 Nomor Substansi Persyaratan Yang Diperiksa Klausul 4.1. Persyaratan umum organisasi seperti : struktur organisasi, bisnis proses organisasi, urutan proses, criteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Proses Menurut Wikipedia proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu pengelolaan pendidikan yang terencana dan terorganisir dalam suatu sekolah adalah bagian dari kegiatan manajemen pendidikan yang sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007

ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 disebutkan pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi menusia yang

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH

AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH Versi 18 Mei 2016 BAN-PT AKREDITASI INSTITUSI PERGURUAN TINGGI TERBUKA JARAK JAUH MATRIKS BORANG DAN EVALUASI-DIRI BADAN AKREDITASI NASIONAL PERGURUAN TINGGI 2016 DAFTAR ISI halaman DAFTAR ISI ii MATRIKS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup, terdiri dari 1) Simpulan 2) Implikasi 3) Saran A. Kesimpulan Kesimpulan disusun berdasarkan pada fokus yang diajukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 ISO 9001:2008 Gambar 2.1 Model Sistem Manajemen Mutu Berbasis Proses Sumber : ISO 9000:2005 Gambar 2.1 menggambarkan sistem manajemen mutu berdasarkan proses yang diuraikan dalam

Lebih terperinci

PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 4 6)

PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 4 6) #3 - Klausul 4-6 ISO 9001:2008 1 PERSYARATAN ISO 9001:2008 (KLAUSUL 4 6) TIN420 Sistem Manajemen Kualitas #4 Sistem Manajemen Mutu 2 #4.1 Persyaratan Umum #4.2 Persyaratan Dokumen #4.2.1 #4.2.2 #4.2.3

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 3 / BNSP / III / 2014 TENTANG PEDOMAN KETENTUAN UMUM LISENSI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL SERTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan global memberikan pengaruh besar terhadap sekolah kejuruan dalam mempersiapkan persaingan tenaga kerja. Persaingan tenaga kerja yang sangat ketat,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: Pengertian Mutu

BAB II KERANGKA TEORI Sistem Manajemen Mutu ISO 9001: Pengertian Mutu BAB II KERANGKA TEORI 2.1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 2.1.1. Pengertian Mutu Menurut Hadiwiardjo & Wibisono (2000 : 17) mutu, sebagaimana yang diinterpretasikan oleh ISO 9000, merupakan perpaduan

Lebih terperinci

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN

BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN BAB II SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 29 MEDAN A. Sejarah Ringkas Sekolah Menengah Pertama Negeri 29 Medan diresmikan pada tahun 1984 dan mulai beroperasi pada tahun 1985. Perkembangan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KELAS I FRANS KAISIEPO BIAK PEDOMAN MUTU PEDOMAN MUTU Halaman : 1 dari 19 Menyetujui untuk diterbitkan Pada Tanggal 19 Agustus 2014 Oleh Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Frans Kaisiepo Biak Luwi Budi Nugroho NIP. 195807231981091001 Pedoman ini menguraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera globalisasi, memerlukan pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara dan penyiapan tenaga

Lebih terperinci

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK)

BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK) BAB I MAJELIS PERWAKILAN KELAS (MPK) A. Tentang MPK 1. MPK berasal dari perwakilan resmi dari masing masing kelas yang dipilih berdasarkan musyawarah kelas dan disetujui oleh wali kelas 2. Anggota MPK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab II tentang kajian pustaka ini akan dibahas tentang konsep-konsep kunci dalam penelitian ini, meliputi pengertian evaluasi program, pengertian sistem kredit semester, hasil

Lebih terperinci

MANUAL MUTU UNIVERSITAS BINA DARMA

MANUAL MUTU UNIVERSITAS BINA DARMA VISI Menjadi Universitas Berstandar Internasional Berbasis Teknologi Informasi Pada Tahun 2025 MISI Menghasilkan Lulusan yang Cerdas, Professional, dan Berkarakter yang Berdaya Saing Internasional 1. Kebijakan

Lebih terperinci

LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE AGUSTUS 2015

LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE AGUSTUS 2015 LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE AGUSTUS 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Audit mutu internal (AMI) merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh Perguruan Tinggi sebagai bentuk

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Sekolah Manajemen pendidikan di tingkat sekolah merupakan suatu sistem yang setiap komponen didalamnya mempunyai kewenangan melaksanakan tugas pokok dan fungsinya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengembangan usaha agribisnis di pedesaan yang selanjutnya disebut dengan PUAP adalah bagian dari pelaksanaan

Lebih terperinci

SPMI dan ISO 9001:2008

SPMI dan ISO 9001:2008 SPMI dan ISO 9001:2008 Wahyu Catur Wibowo, Ph.D Staf Pengajar Fakultas Ilmu Komputer Univ Indonesia wibowo@cs.ui.ac.id http://telaga.cs.ui.ac.id/~wibowo Standar Nasional Pendidikan (SNP) Diatur dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara,

TINJAUAN PUSTAKA. pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera Utara, TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Pisang barangan merupakan salah satu buah spesifik Sumatera Utara. Permintaan buah pisang barangan akhir-akhir ini terus meningkat, terutama di kota-kota besar di Sumatera

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PEDOMAN KNAPPP 02 : 2007 PERSYARATAN AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOMISI NASIONAL AKREDITASI PRANATA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN Pedoman ini diterbitkan oleh Sekretariat KNAPPP Alamat:

Lebih terperinci

Manual Mutu Laboratorium Penyakit Dan Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Manual Mutu Laboratorium Penyakit Dan Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Manual Mutu Laboratorium Penyakit Dan Kesehatan Ikan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan

J udul Dokumen : R IWAYAT REVISI MANUAL SISTEM MANAJEMEN K3 MANUAL K3 M - SPS - P2K3. Perubahan Dokumen : Revisi ke Tanggal Halaman Perubahan Kode Dokumentasi : M SPS SMK3 Halaman : 1 dari 2 J udul Dokumen : M - SPS - P2K3 Dokumen ini adalah properti dari PT SENTRA PRIMA SERVICES Tgl Efektif : 09 Februari 2015 Dibuat Oleh, Disetujui Oleh, Andhi

Lebih terperinci

Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro

Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro (f) Dokumen Mutu SPMI Universitas Diponegoro Mutu Pendidikan (LP2MP) E-1 Dokumen Penjaminan Mutu 1. Kebijakan SPMI Undip 2. Manual Penetapan Standar SPMI Undip 3. Manual Pelaksanaan Standar SPMI Undip

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM INFORMASI BERJALAN 3.1 Tentang Sekolah 3.1.1 Sejarah Sekolah Sekolah Menengah Kejuruan Malaka berdiri sejak Tahun 1985 yang berada di bawah naungan Yayasan Budi Utomo. Sekolah ini

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

Manual Mutu Penjelasan SPMPB

Manual Mutu Penjelasan SPMPB 6.1/6.21 6.4 SISTEM MANAJEMEN MUTU 6.4.1 Persyaratan Umum POLITEKNIK menetapkan, mendokumentasikan, melaksanakan dan memelihara Sistem Manajemen Mutu Penyelenggaraan Pendidikan dan secara terus menerus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE JANUARI 2015 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN `AISYIYAH YOGYAKARTA

LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE JANUARI 2015 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN `AISYIYAH YOGYAKARTA LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE JANUARI 2015 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN `AISYIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AUDIT MUTU INTERNAL (AMI) PERIODE JANUARI 2015 Disahkan 30

Lebih terperinci

ADMNISTRATOR SEKOLAH

ADMNISTRATOR SEKOLAH ADMNISTRATOR SEKOLAH Nila Isti Khoeriyah (702010059) Kartikaning Endah (702010061) Diah Oktie Utami (702010062) Bayu Sedono (702012601) FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peranan Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut: Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan

Lebih terperinci

1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing. - A. Program Seksi / Bidang Pokok-pokok kegiatan seksi: 1. Seksi Pembinaan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME, antara lain: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masing-masing.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian SMP-RSBI RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) adalah sekolah yang melaksanakan atau menyelenggarakan pendidikan bertaraf internasional, dimana baru sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu usaha sadar yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program akselerasi merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan. Program kelas akselerasi bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH FORM EDS KEPALA SEKOLAH NAMA : Nuptk : 1. KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... 2. KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski

BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski BEBERAPA MODEL EVALUASI PENDIDIKAN (Disarikan dari Seminar Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan) Oleh Sofyan Zaibaski Dalam sebuah proses pembelajaran komponen yang turut menentukan keberhasilan sebuah proses

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Salah satu tugas Menteri Negara Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi adalah melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan secara nasional untuk memacu

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB II HASIL SURVEY. dengan visi Prima dalam layanan, unggul dalam berprestasi dalam membangun

BAB II HASIL SURVEY. dengan visi Prima dalam layanan, unggul dalam berprestasi dalam membangun BAB II HASIL SURVEY 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS SMA IPIEMS Surabaya merupakan salah satu sekolah swasta unggulan di kota Surabaya merupakan sekolah yang terintegrasi A sejak tahun ajaran 2005 dengan visi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat. tinggi selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran kearah

I. PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pembelajaran yang dilakukan guru hendaknya dapat. tinggi selalu memperbaharui mekanisme dan pola pembelajaran kearah I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Di era global ini setiap sekolah hendaknya selalu melakukan berbagai inovasi pembelajaran untuk mendasari dan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Manajemen pembelajaran adalah sebuah proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan pembelajaran sehingga akan didapatkan sistem pembelajaran

Lebih terperinci

PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN

PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN 1 PENILAIAN, MONITORING, DAN EVALUASI PROGRAM KKN A. Penilaian KKN yang ditetapkan sebagai mata kuliah wajib, memiliki kriteria penilaian yang meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan (cognitive), sikap (affective),

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU KEBIJAKAN AKADEMIK FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. ARAH KEBIJAKAN 2 2.1 Kebijakan

Lebih terperinci

PEDOMAN MUTU TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN

PEDOMAN MUTU TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN Disusun oleh: Management Representative, Disetujui oleh: Dekan, Dr. H. Andoyo Sastromiharjo,M.Pd. Prof. Dr. Didi Sukyadi,M.A. 5.1 KOMITMEN Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Konsep Evaluasi Program a. Pengertian Evaluasi Program Evaluasi berasal dari kata evaluation (bahasa inggris), dalam bahasa Indonesia berarti

Lebih terperinci

BAB VII BUKU RAPOR SMP BERDASARKAN KURIKULUM 2013

BAB VII BUKU RAPOR SMP BERDASARKAN KURIKULUM 2013 BAB VII BUKU RAPOR SMP BERDASARKAN KURIKULUM 013 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 013 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyebutkan bahwa hasil penilaian

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Pedoman. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN STD-SPM.Pol//7/2017 STD-SPM.Pol//7/2017 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta Visi : Misi : Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang unggul, kompetitif dan bertaraf

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dinyatakan bahwa negara bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan tujuan tersebut, setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. SOAL EDS ONLINE UNTUK KS. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN KS.1.1 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah pada tingkat kabupaten/kota pada satu tahun terakhir adalah... KS.1.2 Jumlah penghargaan yang diraih sekolah

Lebih terperinci