Kota DUMAI. A. Gambaran Wilayah. A.1 Kondisi Geografis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kota DUMAI. A. Gambaran Wilayah. A.1 Kondisi Geografis"

Transkripsi

1 A. Gambaran Wilayah A.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/ kota di Propinsi Riau ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara Bujur Timur dan Lintang Utara dengan luas wilayah 1.727,38 km 2. Kota Dumai memiliki lima (5) kecamatan dan 33 kelurahan. Batas administrative Kota Dumai adalah sebagai berikut: Utara : Selat Rupat, Kabupaten Bengkalis Timur : Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis Selatan : Kecamatan Mandau dan Kecamatan Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis Barat : Kecamatan Bangko dan Kecamatan Tanah Putih,Kabupaten Rokan Hilir Potensi Investasi Daerah 1

2 A.2 Topografi Kota Dumai memiliki 16 sungai besar dan kecil dengan total panjang keseluruhan 222 km, yang bermuara ke Selat Rupat dan Selat Malaka sebagia jalur lalu lintas perdagangan. Jika dilihat dari segi topografi, Kota Dumai termasuk ke dalam kategori daerah yang datar dengan tingkat kemiringan lereng 0 - <3%, dimana sebelah utara Kota Dumai umumnya merupakan dataran yang landai dan ke selatan semakin bergelombang. A.3 Iklim dan Cuaca Kota Dumai sangat dipengaruhi oleh iklim laut. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga bulan Fruari dan Periode kemarau dimulai pada bulan Maret hingga bulan Agustus dengan iklim tropis basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan curah hujan berkisar antara mm sampai dengan mm selama 75 sampai dengan 130 hari per tahun. Kondisi ini didukung pula oleh suhu rata-rata 260C 320C dengan kelembaban antara 82% -84 %. laju percepatan angin berkisar antara 6 7 Knot, menjadikan Dumai sebagai kawasan yang paling bersahabat dengan iklim dan cuaca. Dalam lima tahun terakhir, keadaan ini terganggu dengan bancana asap yang cukup merugikan daerah. A.4 Pembagian Wilayah Kota Dumai dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1999, tanggal 20 April 1999, yang meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Dumai Barat, Kecamatan Dumai Timur dan Kecamatan Bukit Kapur. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Sungai Sembilan, Kecamatan Medang Kampai, serta Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Sungai Sembilan dan Medang Kampai, sehingga Kota Dumai memiliki lima kecamatan yakni; 1) Kecamatan Dumai Timur, 2) Kecamatan Dumai Barat, 3) Kecamatan Bukit Kapur, 4) Kecamatan Sungai Sembilan, dan 5) Kecamatan Medang Kampai. Pada tahun 2009 ditetapkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 tahun 2009 tentang pembentukan dua kecamatan Baru yaitu Kecamatan Dumai Kota dan Kecamatan Dumai Selatan, sehingga secara administrasi Kota dumai terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan, 33 kelurahan serta 527 Rukun Tetangga. Berukut wilayah administrasi dari Kota Dumai : Potensi Investasi Daerah 2

3 Tabel A-1 Wilayah Administratif Kota Dumai No WILAYAH ADMINISTRASI KECAMATAN KELURAHAN 1 Bukit Kapur Bagan Besar Bukit Kayu Kapur Bukit Nenas Gurun Panjang Kampung Baru 2 Dumai Barat Bagan Keladi Pangkalan Sesai Purnama Simpang Tetap Darul Ichsan 3 Dumai Kota Bintan Dumai Kota Laksamana Rimba Sekampung Sukajadi 4 Dumai Selatan Bukit Datuk Bukit Timah Bumi Ayu Mekar Sari Ratu Sima 5 Dumai Timur Bukit Batrem Buluh Kasap Jaya Mukti Tanjung palas Teluk Binjai 6 Medang Kampai Guntung Mundam Pelintung Teluk Makmur 7 Sungai Sembilan Bangsal Aceh Basilam Baru Batu Teritip Lubuk Gaung Potensi Investasi Daerah 3

4 B. Potensi Wilayah Dumai B.1 Perekonomian Salah satu sisi untuk melihat keberhasilan pembangunan dari aspek perekonomian itu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB atas dasar harga berlaku dapat memberikan gambaran tentang struktur ekonomi suatu wilayah yang dilihat memalui kontribusi sector ekonomi terhadap pembentukan PDRB. Tabel B-1 Kontribusi sector ekonomi terhadap PDRB dengan migas Kota Dumai Tahun (%) Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan ,03 Listrik, Gas % Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber : BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan PDRB di Kota Dumai dengan migas tahun secara berturut-turut antara lain sektor industri pengolahan (64,03%) ; sektor perdagangan, hotel dan restoran (12,8%) ; sektor bangunan (6,98%); sektor pengangkutan dan komunikasi 5,9%). Sektor yang kontribusinya sangat kecil yaitu sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih. Jika dilihat secara keseluruhan pada empat tahun terakhir ( ), posisi masing-masing sektor masih tetap meskipun terdapat perubahan besarnya kontribusi. Kontribusi sektor industri pengolahan sangat dominan terhadap pembentukan PDRB dalam struktur migas Kota Dumai dengan nilai sebesar 64.63% pada tahun Kontribusi sektor pengolahan memiliki kecendrungan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Jika dilihat dari subsektornya, peningkatan nilai tambah pada subsector industri migas sangat mempengaruhi adanya peningkatan pada sektor industri pengolahan. Kondisi ini cukup beralasan karena di Kota Dumai terdapat industri pengilangan minyak bumi. Potensi Investasi Daerah 4

5 Tabel B-2 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Tanpa Migas Kota Dumai Tahun (%) Sektor Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas % Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keu Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber : BPS Kota Dumai, 2011 (diolah) Berdasarkan Tabel diatas jika subsector migas tidak dimasukkan ke dalam perhitungan PDRB (PDRB tanpa migas), maka selama tahun sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Dumai. Sektor dengan kontribusio terkecil adalah sektor pertambangan dan sektor listrik, gas dan air bersih. B.2 Kependudukan dan Tenaga Kerja Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010 yang dilaksanakan secara nasional oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk kota Dumai tercatat sebesar 253,803 jiwa atau 4.58% dari total penduduk Propinsi Riau dengan rata-rata kepadatan penduduk sebesar 147 jiwa tiap Km 2. Sex ratio penduduk Kota Dumai adalah sebesar 107 yang menunjukan bahwa pada setiap 100 laki-laki terdapat 107 wanita. Indicator kualitas penduduk dapat diukur dengan indeks pembagunan manusia (IPM). Peningkatan kualitas manusia diyakini akan menciptakan kinerja ekonomi yang lebih baik. Pembangunan manusia (IPM) mencakup 4 indikator yaitu angka harapan hidup waktu lahir, angka melek huruf, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran perkapita disesuaikan. Kota Dumai merupakan kabupaten/ kota dengan nilai IPM terbesar kedua di Propinsi Riau. IPM Kota Dumai pada tahun 2010 mengalami peningkatan yaitu menjadi dibanding tahun 2009 dengan IPM sebesar Angka ini menunjukan bahwa Kota Dumai masih berada pada criteria menengah atas, yang berarti pembangunan terutama di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi masih harus dipicu agar kualitas masyarakat semakin meningkat. Indicator ketenagakerjaan dapat dilihat dari Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), tingkat penganguran terbuka serta tingkat kesempatan kerja. Indicator ketenagakerjaan Kota Dumai dapat dilihat pada table di bawah ini: Potensi Investasi Daerah 5

6 Tahun Tabel B-3 Indikator Ketenagakerjaan Kota Dumai Tahun (Persen) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Penganguran Terbuka Tingkat Kesempatan Kerja ,32 18,54 81, ,45 14,90 85, ,13 13,45 86, ,49 14,68 85,32 Sumber : BPS Propinsi Riau, 2011 (diolah) Tingkat Psrtisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara angkatan kerja dengan seluruh penduduk usia kerja (15 tahun keatas). Semakin besar nilai TPAK menunjukkan semakin meningkatnya penduduk usia kerja di suatu daerah. TPAK Kota Dumai tahun 2010 sebesar 62,49%. Dimulai pada tahun 2008 TPAK semakin menurun dimana TPAK pada tahun 2008 sebesar 65,45% pada tahun 2009 sebesar 63,13%. Tingkat kesempatan kerja menggambarkan banyaknya angkatan kerja yang tertampung dalam pasar kerja. Pada tahun 2007 tingkat kesempatan kerja di Kota Dumai sebesar 81,46%. Pada tahun 2008 dan 2009 tingkat kesempatan kerja semakin meningkat yaitu masing-masing sebesar 85,10% dan 86,55%. Pada tahun 2010 tingkat kesempatan kerja menurun menjadi 85,32%. B.3 Upah Minimum Regional Upah Minimum Regional (UMR) di Kota Dumai setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, untuk tahun UMR Kota Dumai sebesar Rp ,-. Data UMR dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel dibawah ini : B.4 Prasarana Wilayah Kelistrikan Tabel B-4 UMR Kota Dumai tahun Tahun Nilai UMR Kota Dumai Faktor pendukung keberhasilan investasi banyak ditentukan oleh adanya energi listrik, karena keberadaan listrik dapat mengubah suatu daerah menjadi strategis bagi pengembangan industri. Berdasarkan data raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) pada tahun 2011 kebutuhan akan energi listrik di Kota Dumai untuk konsumsi sebesar Potensi Investasi Daerah 6

7 KwH dengan beban puncak sebesar kw dan daya terpasang sebesar KVA, berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk seluruh wilayah Kota Dumai sudah dapat menikmati aliran listrik. Air Bersih Pada saat ini air bersih di Kota dumai diperoleh dari berbagai sumber diantaranya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Pertamina, PT Pelindo dan sumur-sumur galian masyarakat. Volume air bersih yang disediakan oleh PDAM dengan kapasitas m2 per tahun belum dapat memenuhi kebutuhan penduduk Kota Dumai secara keseluruhan. Diperkirakan kebutuhan air bersih untuk penduduk Kota Dumai yang jumlahnya sekitar jiwa, perkantoran, instansi pemerintah dan industry mencapai liter per hari. Kekurangan pasokan air bersih tersebut telah mengharuskan masyarakat mencari solusi alternative yaitu dengan membuat sumur-sumur galian di lingkungan dimana mereka tinggal. Untuk itu, pemerintah Kota Dumai merencanakan pengembangan air bersih di Kota Dumai yang berasal dari sungai Mesjid dan sungai Rokan. Sistem penyediaan air minum adalah penyediaan kebutuhan air bersih atau air minum yang dilayani oleh PDAM Tirta Dumai dengan kapasitas sebesar kurang lebih liter/hari, yang terdapat di Kecamatan Bukit Kapur dengan kapasitas sebesar liter/hari. Kecamatan Dumai Barat sebesar liter/hari, Kecamatan Dumai Timur sebesar liter/hari, Kecamatan Medang Kampai sebesar liter/hari dengan sistem pengaliran pada jaringan transmisi atau distribusi di daerah pelayanan Kota Dumai. Jalan Raya Jalan merupakan sarana penting dalam memperlancar kegiatan ekonomi. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang antar daerah. Panjang seluruh jalan di Kota Dumai pada tahun 2011 adalah 1.766,04 km yang terdiri dari jalan nasional, jalan propinsi dan jalan Kota Dumai yang dirinci seperti pada tabel di bawah ini: Tabel B-5 Data Inventarisasi Panjang Jalan Di Kota Dumai Tahun 2011 Status Jalan Panjang Jalan (km) Pelabuhan Laut Jalan Nasional 36,53 Jalan Propinsi 146,29 Jalan Kota Dumai 1.584,22 Kota Dumai memiliki beberapa pelabuhan, diantaranya adalah: Pelabuhan Pelindo, pelabuhan ini dapat melakukan bongkar muat barang umum sebesar 5,6 juta ton/tahun dan CPO 6 juta ton/ tahun, serta adanya keluar masuknya kapal selama 1 tahun sebanyak 2500 kapal. Pelabuhan Caltex/Chevron untuk mengangkut minyak mentah dan BBM Potensi Investasi Daerah 7

8 dengan bobot DWT. Pelabuhan pertamina mengangkut minyak mentah dan BBM dengan kedalaman kolam pelabuhan 15 Mtr, dapat mengakomodasikan kapal 60 ribu DWT dari pelabuhan Caltex dan Pertamina dan kapal yang keluar masuk sebanyak 4847 kapal, sehingga pelabuhan ini dikatakan pusat penghasil minyak yang terbesar di Indonesia. Pelabuhan kawasan industri Dumai mengangkut minyak nabati dan pupuk NPK dengan kedalam kolah pelabuhan 14 Mtr dapat mengakomodasikan kapal 50 ribu DWT. Rencana pola ruang wilayah Kota Dumai menurut draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) adalah sebagai berikut: B.5 Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya. Jenis-jenis kawasan lindung yang ditetapkan dalam rencana pola pemanfaatan ruang wilayah meliputi: Hutan Suaka Margasatwa dialokasikan ruang seluas lebih kurang Ha di Kelurahan Batu Teritip. Hutan Wisata dialokasikan lahan seluas lebih kurang Ha di Kelurahan Bukit Timah, Bumi Ayu dan Bukit Datuk, Bukit Batrem, Tanjung Palas dan Bagan Besar. Kawasan Sempadan Sungai diamankan sepanjang Sungai Utama diamankan sepanjang sungai dan selebar 50 meter kiri kanan sungai Anak sungai diamankan selebar 30 meter kiri kanan sungai Sungai-sungai di kawasan permukiman ditetapkan kawasan lindung selebar 20 meter kiri kanan sungai Kawasan pantau hutan bakau ditetapkan sebagai kawasan lindung yang berlokasi di kelurahan Batu Tertip, Basilam Baru, Bangsal aceh, Purnama, dan Kelurahan Pelintung seluas lebih kurang Ha. Kawasan hutan lindung gambut lebih dalam dari 3 meter dialokasikan ruang seluas lebih kurang Ha yang terdapat di kelurahan Batu Teritip, Basilam Baru, dan Kelurahan Tanjung Penyembal. B.6 Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang digunakan sebagai tempat kegiatan untuk melakukan/ memenuhi satu kegiatan ekonomi. Kawasan Hutan Gambut 2-3 meter dialokasikan lahan seluas lebih kurang Ha di Kelurahan Batu Tertip, Basilam Baru, Tanjung Penyembal, Lubuk Gaung, Pelitung, Gurun Panjang dan Kelurahan Guntung. Kawasan Sektor Primer (pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan) Kawasan perkebunan dan pertanian dialokasikan : Kelurahan batu Teritip, Basilam Baru, Tanjung Penyembal, Bangsal Aceh, Bagan Keladi, Mundam, Teluk Makmur, Mekar Sari, Bukit Batrem, Lubuk Potensi Investasi Daerah 8

9 Gaung, Pelintung, Guntung, Purnama, Bukit Timah, Bukit Kapur, Gurun Panjang, Bagan Besar, dan Kelurahan Tanjung Palas dengan total luas lebih kurang Ha. Kawasan perikanan di tempatkan di Kelurahan Batu Teritip, Basilam Baru, Lubuk Gaung, Bangsal Aceh, Purnama dan Kelurahan Bagan Besar seluas lebih kurang Ha. Kawasan peternakan di tempatkan di Kelurahan Tanjung Palas dialokasikan seluas lebih kurang 100 Ha. Kawasan Sektor Sekunder (pelabuhan, perdagangan dan zona industry), terdiri dari : Kawasan pelabuhan samudera di Kelurahan Dumai Kota, Buluh Kasap, dan Kelurahan Laksamana seluas lebih kurang 79 Ha. Kawasan pengembangan pelabuhan di Kelurahan Tanjung Palas, dan Kelurahan Mundam seluas lebih kurang 231 Ha. Kawasan pengembangan bandara di Kelurahan Bukit Batrem, Tanjung Palas, dan Kelurahan Bagan Besar seluas lebih kurang Ha. Kawasan perdagangan regional dan grosir terpadu di Kelurahan Simpang Tetap, Pangkalan Sesai, Rimba Sekampung, Purnama, Guntung, Teluk Makmur, Bagan Besar, seluas lebih kurang Ha. Kawasan industry di Kelurahan Pelintung, Kayu Kapur, Lubuk Gaung, dan Pangkalan Sesai seluas lebih kurang Ha. Kawasan sektor tersier (perkantoran, ruang terbuka hijau, pariwisata dan pengembangan lainnya) terdiri dari: Kawasan ruang terbuka hijau di Kelurahan Datuk, Bukit Timah, Bukit Batrem, Bahan Besar, Kayu Kapur, Gurun Panjang, dan Bukit Kapur dialokasikan ruang seluas lebih kurang Ha. Kawasan pengembangan lainnya di Kelurahan Pelintung dan Kelurahan Guntung dialokasikan lahan seluas lebih kurang Ha. Kawasan pariwisata di Kelurahan Teluk Makmur dan Bukit Batrem dialokasikan ruang seluas lebih kurang 70 Ha. Kawasan pemukiman perkotaan, pemukiman pertanian, dan pengembangan Dumai Baru di Kota Dumai dialokasikan ruang yaitu; Kawasan pemukiman perkotaan di Kelurahan Pangkalan Sesai, Laksamana, Simpang Tetap, Palas, Mundam, Bukit Datuk, Mekar Sari, Bukit Timah, Teluk Makmur, Bumi Ayu, Bukit Batrem dan Kelurahan Guntung seluas lebih kurang Ha. Potensi Investasi Daerah 9

10 Kawasan pemukiman pertanian di Kelurahan Purnama, Rimba Sekampung, Bagan Keladi, Mekar Sari, Bukit Timah, Bangsal Aceh, dan Kelurahan Bagan Besar seluas lebih kurang Ha. Kawasan Pengembangan Dumai Baru di Kelurahan Bagan Besar, Bukit Kapur, Gurun Panjang, dan Kelurahan Kayu kapur, Bukit Timah,dan Mekar Sari seluas lebih kurang Ha. Kawasan militer di Kelurahan Guntung, Teluk Makmur, dialokasikan seluas lebih kurang 117 Ha. Kawasan objek vital negara di Kelurahan Jaya Mukti, Bumi Ayu, Buluh Kasap, dan Kelurahan Tanjung palas dialaokasikan seluas lebih kurang 464 Ha. C. Peluang Investasi Hilirisasi Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kota Dumai Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi unggulan di Indonesia, kelapa sawit diyakini mempunyai daya saing yang kuat dibandingkan minyak nabati lainnya seperti kedelai dan kelapa. Berdasarkan data Oil World, kebutuhan minyak sawit mentah (CPO) di dunia akan mecapai 58 juta ton pada tahun Besarnya permintaan dunia menjadikan budidaya dan pengembangan usaha cukup menjanjikan. C.1 Profil Investasi Minyak Kelapa sawit (CPO) setelah melalui pengolahan sangat bermanfaat mulai dari industri makanan hingga industri kimia. Propinsi Riau merupakan daerah yang memiliki lahan kelapa sawit paling luas dan jumlah pabrik pengolahan sawit yang paling besar di Indonesia. Pada tahun 2011 luas lahan kelapa sawit di Propinsi Riau sebesar 2.1 Juta Ha dengan jumlah produksi 6.2 juta ton per tahun. Jumlah Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) menjadi Minyak Sawit Mentah (CPO) sekitar 146 PKS dengan kapasitas ton TBS/ jam. Sarana dan prasarana yang terdapat dikota Dumai sebagai pendukung kegiatan investasi seperti Bandar udara, pelabuhan laut maupun kawasan industri sudah tersedia. C.2 Bahan Baku Kondisi yang dihadapi di Propinsi Riau dimana jumlah perkebunan sawit dan CPO yang dihasilkan cukup banyak namun industri hilirnya masih sangat sedikit, hal ini disebabkan karena selama ini Riau masih terkonsentrasi pada industri hulu kelapa sawit/ CPO, belum kepada industri hilirnya. Berdasarkan kondisi tersebut, pemerintah Propinsi Riau berupaya untuk memfasilitasi pengembangan industri hilir (Down Stream Industry) dari kelapa sawit terutama CPO, mengingat CPO merupakan produk utama dari perkebunan kelapa sawit. Dibawah ini daftar wilayah potensi pengembangan komoditi kelapa sawit yang terdapat di Propinsi Riau. Potensi Investasi Daerah 10

11 Tabel C-1 Daftar Wilayah Potensi Pengembangan Kelap Sawit yang ada di Propinsi Riau No Nama Daerah Luas Lahan 1 Kabupaten Bengkalis Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Indragiri Hilir Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Indragiri Hulu Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Kampar Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Kuantan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Singingi 6 Kabupaten Pelalawan Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Rokan Hilir Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Rokan Hulu Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kabupaten Siak Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kota Dumai Lahan yang sudah Digunakan (Ha): Kota Pekanbaru Lahan yang sudah Digunakan (Ha): 710 Tabel C-2 Luas Areal Produksi dan KK Serta Produktifitas Perkebunan Kelapa Sawit Di Kota Dumai Tahun 2011 Komoditi/ Kecamatan Luas Areal TBM TM TTR Jumlah Produksi (Ton) Rata 2 prod (kg/ha) Petani (KK) Bukit Kapur , Sungai Sembilan , Medang Kampai , Dumai Barat , Dumai Timur , Jumlah , Potensi Investasi Daerah 11

12 POHON TURUNAN INDUSTRI KELAPA SAWIT (CPO) MINYAK KELAPA SAWIT MINYAK SAWIT KASAR (CPO) MINYAK INTI SAWIT (PKO) OLEIN AMINO ACID PFAD VITAMIN A, E KAROTEN FATTY ACID STEARIN MONOGLISERIDA, DIGLISERIDA, TRIGLISERIDA ES KRIM LIPASE SOAP CHIP SINGLE CELL PROTEIN MINYAK GORENG SABUN CUCI MINYAK SALAD METIL ESTER BIODIESEL MARGARINE SHORTENING FAT POWDER COSMETIC METIL ESTER SURFACTAN BIODIESEL COCOA BUTTER SUBSTITUTE (CBS) CONFECTIONERIES SHORTENING SOAP VEGETABLE GHEE VANASPATI COCOA BUTTER SUBSTITUTE (CBS) ESTER ASAM LEMAK : PALMITA/ PROPAND METIL ESTER SULFONAT OLEAT/ GLYCOL PROPYLENE GLYCOL METALIC SALT : OLEAT/ BA PALMITAT STEARAT/ Ca, Zn STEARAT/ Al, Li OLEAT/ Zn, Pb POLYETHOXILATED DERIVATES : PALMITAT/ ETHYLENE PROPYLENE OXIDE STEARATE/ ETHYLENE PROPYLENE OXIDE OLEIC ACID DIMER ETHYLENE PROPYLENE OXIDE FATTY AMINES : SECONDARY C 16 & C 18/ ETHOXYLATED BETAIN C 16 & C 18 ETHOXYLATED OXYGENATED FATTY ACID/ ESTER : EPOXY STEARIC/ OCTANOL ESTER EPTHIO STEARIN MONO & POLYHIDRIC ALCOHOL ESTER FATTY ALCOHOL : KNT : TON C 16 & C 18 ALCOHOL/ SULPHATED C 16 & C 18 ALCOHOL/ ESTERIFIED WITH HIGHER SATURATED FATTY ACIDS C 16 & C 19 ALCOHOL/ ETHOXYLATION MONOGLISERIDA ETHOXYLATION FATTY ACIDES AMIDES : STEARAMIDE ALKANOL AMIDES SULPHATED ALCANOLAMIDES OF PALMITAT, STEARIC & OLEIC ACIDS OLEAMIDE GLICEROL FOOD EMULSIFIER KETERANGAN : SUDAH BERPRODUKSI DALAM TAHAP KONSTRUKSI BERERPOTENSI UNTUK DIKEMBANGKAN BELUM DIPRODUKSI Potensi Investasi Daerah 12

13 C.3 Peluang Pasar Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan yang memberikan kontribusi penting pada pembangunan ekonomi Indonesia, khususnya pada pengembangan agroindustri. Keberadaan minyak kelapa sawit sebagai salah satu sumber minyak nabati yang cepat diterima oleh pasar domestic dan pasar dunia. Indonesia merupakan produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 22,5 juta ton per tahun. Namun sayang sekali, sebagian besar (sekitar 70%) dari produk kelapa sawit tersebut diekspor dalam bentuk minyak mentah begitu saja, tanpa pengolahan lebih lanjut menjadi produk dengan nilai tambah lebih tinggi. Industri hilir kelapa sawit belum berkembang dengan baik di Indonesia. Padahal, jika industri ini tumbuh dengan baik, dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang tidak sedikit. C.4 Ketersediaan Lahan Lokasi yang dipilih oleh pemerintah daerah untuk peluang investasi industri hilir kelapa sawit berada di kawasan pengembangan Dumai Baru di Kecamatan Bukit Kapur, dengan ketersedian lahan lebih kurang Ha, berada di kordinat batas barat ,09 ; ,50, titik kordinat batas timur ,47 ; ,04, titik kordinat batas utara ,63 ; ,94, titik kordinat batas selatan ,11 ; ,31. Status kepemilikan lahan adalah milik masyarakat dan suasta. Kawasan lainnya yaitu, kawasan Kawasan Pengembangan Industri di koridor Simpang Batang Lubuk Gaung, Kelurahan Mekar Sari Kelurahan Lubuk Gaung dengan luas ketersedian lahan baru seluas Ha. Lokasi titik kordinat ,77 ; ,59, ,92 ; ,68, ,77 ; ,34 dengan status kepemilikan lahan pemerintah Kota Dumai, masyarakat dan swasta. Kawasan minapolitan, seluas 132 Ha, di Kelurahan Basilam Baru dan Kelurahan Sungai Sembilan (Penempul & Geniot), dengan ketersedian lahan seluas 132 Ha, titik kordinat lahan batas barat ,47 ; ,74, Batas Timur ,61 ; ,96, Batas Utara ,63 ; ,54,Batas Selatan ,13 ; ,74. Status kepemilikan lahan, milik pemerintah Kota Dumai &Masyarakat. C.5 Besaran Investasi Menghitung besaran investasi yang diperlukan bagi pendirinan pabrik turunan dari Minyak Kelapa Sawit diperlukan beberapa assumsi sebagai berikut : Luas Lahan Pabrik Kapasitas Pabrik Jam Kerja Pabrik : 4 6 Ha : 100 Ton CPO/hari : 20 jam/hari atau 300 Hari dalam setahun. Potensi Investasi Daerah 13

14 Harga CPO Mentah : $ 806 /Ton Harga RBD Olein Harga RBD Stearin : $ 972 /Ton : $ 941 /Ton 1 Dolar : Rp 9300 Berdasarkan teori balance Masa Maka dari 100 % CPO akan dihasilkan 72,4% RBD Olein (Minyak goring), 23,1 % RBD Stearin dan 4,5 % Palm Fatty Acid Destillation (PFAD). Biaya Produksi Jumlah Satuan Biaya/Tahun ( US $) Bahan Baku CPO 1,500,000 Ton/Tahun 1,209,000,000 Tenaga Kerja 150 Orang 483,871 Overhead Pabrik 10 % 2,740,343 Jumlah 1,212,224,214 Jumlah Produksi Jumlah Satuan Hasil Produksi/Tahun (US $) RBD Olein 1,080,000 Ton/Tahun 1,049,760,000 RBD Stearin 345,000 Ton/Tahun 324,645,000 Jumlah 1,374,405,000 Kapasitas Produksi Satuan Keuntungan / Tahun (Rupiah) 100 Ton/hari 780,140,100 1,000 Ton/hari 277,668,110,100 2,500 Ton/hari 739,148,060,100 5,000 Ton/hari 1,508,281,310,100 Estimasi Besaran Investasi N0 Komponen Biaya Jumlah Satuan Jumlah (US $ ) A Proyeksi Biaya Tetap Investasi 13,791,713 1 Biaya Pra Operasional 1 Plant 137,933 2 Biaya Langsung 13,003,600 Lahan & Persiapan Lahan 250,000 m 2 863,362 Bangunan 1 Plant 1,737,723 - Bangunan produksi 987,709 - Bangunan Kantor 235,720 - Laboratorium 32,143 - Workshop 321,438 - Lain-lain (rumah pompa) 160,713 Mesin dan Peralatan Utama 8,701,875 Potensi Investasi Daerah 14

15 - Unit Refinery Plant 1 set 3,320,100 - Unit Fractionation Plant 1 set 2,249,100 - Water Cooling Plant 1 set 267,750 - Waste Water Treatment 1 set 80,325 -Tangki penyimpanan 1 set 2,784,600 Mesin dan Peralatan Pembantu 1 Plant 1,700,640 - Boiler,pompa,kompresor dll 3 Biaya tidak Langsung 1 Plant 650,180 -engineering & Supervisi -Biaya konstruksi dan kontraktor profit -Biaya tak terduga B Proyeksi Modal Kerja 14,848,887 TOTAL BIAYA INVESTASI 28,640,600 C.6 Ketentuan Investasi di Provinsi, Hukum dan Peraturan Terkait Beberapa regulasi kebijakan daerah Kota Dumai yang terkait bidang investasi adalah sebagai berikut: 1. Perda Kota Dumai No. 3 Tahun 2011 Tanggal 20 Januari 2011 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Kota Dumai. 2. Peraturan Walikota Dumai No. 39 Tahun 2011 Tanggal 02 Mei 2011 Tentang Pendelegasian Sebagian wewenang Pelayanan dan Penandatangan Perizinan Kepada Kantor/Badan Pelayanan Terpadu Kota Dumai 3. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL UNTUK KOTA (sesuai pp no. 26 tahun 2008 tentang rtrwn arah): Sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKSN) Pelabuhan Internasional Kawasan Andalan Duri-Dumai Dan Sekitarnya. Kota Dumai Nominasi Menjadi KEKI (UU RI No. 39 Tahun Sebagai Klaster Industri berbasis Pertanian Oleochemical sesuai Inpres No. 1 Tahun 2010 pencanangan 23 januari 2010 di KID Pelintung Dumai.. Koridor Ekonomi Indonesia (Sumatra, Jawa,Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, Papua Kep. Maluku) Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 32 tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Perda Kota Dumai No. 27 Tahun 2005 Tanggal 26 Desember 2005 Tentang Perubahan Atas Perda No. 11 Tahun 2002 tentang Rencana Tataruang Wilayah Kota Dumai. Potensi Investasi Daerah 15

16 5. Perda Kota Dumai No. 3 Tahun 2011 Tanggal 20 Januari 2011 Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kota Dumai Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Kota Dumai. 6. Peraturan Walikota Dumai No. 39 Tahun 2011 Tanggal 02 Mei 2011 Tentang Pendelegasian Sebagian wewenang Pelayanan dan Penandatangan Perizinan Kepada Kantor/Badan Pelayanan Terpadu Kota Dumai 7. Keputusan Walikota Dumai No. 298 Tahun 2011 Tanggal 05 Januari 2011 Tentang Pembentukan TIM Pelayanan Pengaduan Investor Kota Dumai (investor complaint service board of Dumai City). Potensi Investasi Daerah 16

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI

PEMERINTAH KOTA DUMAI PEMERINTAH KOTA DUMAI PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KEAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DUMAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DUMAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1979 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA ADMINISTRATIF DUMAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan terdapatnya perkembangan dan kemajuan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis Location Quetiont (LQ), analisis MRP serta Indeks Komposit. Kemudian untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Umum Kota Dumai Pada tahun 1999, Kota Administratif Dumai berubah status menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Dumai sesuai dengan undang-undang nomor 16 Tahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir. 37 BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu 1. Wilayah Pembentukan Kabupaten Indragiri Hulu pada awainya ditetapkan dengan UU No. 12 Tahun 1956 tentang pembentukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS PEKERJAAN UMUM JI. SM Amin No. 92 Telp. (0761) Fax. (0761) PEKANBARU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS PEKERJAAN UMUM JI. SM Amin No. 92 Telp. (0761) Fax. (0761) PEKANBARU PEMERINTAH PROVINSI RIAU DINAS PEKERJAAN UMUM JI. SM Amin No. 92 Telp. (076) 564550-564535 - 56454 Fax. (076) 564547-564407 PEKANBARU - 28292 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PROGRAM : Program Pembangunan Infrastruktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ibukota yaitu Dumai. Kota Dumai berada di pesisir pantai pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. ibukota yaitu Dumai. Kota Dumai berada di pesisir pantai pulau Sumatera I. PENDAHULUAN Kota Dumai merupakan salah satu Kota di Propinsi Riau, dengan nama ibukota yaitu Dumai. Kota Dumai berada di pesisir pantai pulau Sumatera sebelah timur. Wilayah Dumai berada pada posisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T.A.2013 PROVINSI RIAU

DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM MANDIRI PERKOTAAN T.A.2013 PROVINSI RIAU lampiran Surat Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan No. Perihal : Daftar Rincian lokasi dan Alokasi Dana Banluan langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perkotaan T.A. 2013 DAFTAR LOKASI DAN ALOKASI PNPM

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat disusun Profil Perkebunan Kota

KATA PENGANTAR. Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat disusun Profil Perkebunan Kota KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat disusun Profil Perkebunan Kota Dumai Tahun 2012 Kegiatan Penyuluhan Peningkatan Produksi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan

Lebih terperinci

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model Boks 1 Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model I. Latar Belakang Perkembangan ekonomi Riau selama beberapa kurun waktu terakhir telah mengalami transformasi.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 55 V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KELAPA SAWIT INDONESIA 5.1 Pemanfaatan Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan yang multi guna, karena seluruh bagian tanaman tersebut dapat dimanfaatkan dalam

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak nabati dunia. Prestasi yang membanggakan sebagai negara perintis budidaya kelapa sawit, Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi, infrastrukur dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA. NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 30 /KPPU Pat /X/2017 TENTANG PENILAIAN PEMBERITAHUAN ATAS PENGAMBILALIHAN (AKUISISI) SAHAM PERUSAHAAN PT ANUGERAH PALM INDONESIA OLEH PT USAHA AGRO INDONESIA

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 48 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV.1 Kondisi Wilayah Studi Trase jalur Kereta Api yang akan direncanakan sebagian berada dalam Propinsi Sumatera Utara, tepatnya di wilayah Kabupaten Labuhan Batu,

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Geografis dan Administratif Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 0 50 7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48 108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Provinsi Riau terdiri dari daerah daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 8.915.016 Ha (89.150 Km2), Keberadaannya membentang dari lereng

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Administrasi Kabupaten Bangka Tengah secara administratif terdiri atas Kecamatan Koba, Kecamatan Lubuk Besar, Kecamatan Namang, Kecamatan Pangkalan Baru, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Ruang Lingkup Industri Hilir Kelapa Sawit Komoditi kelapa sawit merupakan salah satu andalan komoditi pertanian Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat dan mempunyai peran strategis

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5. 1. Letak Geografis Kota Depok Kota Depok secara geografis terletak diantara 106 0 43 00 BT - 106 0 55 30 BT dan 6 0 19 00-6 0 28 00. Kota Depok berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Geografis Kabupaten Bandung terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan ibu kota Soreang. Secara geografis, Kabupaten Bandung berada pada 6 41 7 19 Lintang

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT 27 5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT Perkembangan Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit yang menjadi salah satu tanaman unggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pemekaran Kota Dumai Dumai merupakan sebuah dusun kecil dipesisir timur propinsi Riau. Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Diresmikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006 Lampiran. Lanjutan LUAS AREA (HA) PRODUKSI CPO (TON) PRODUKSI PKO (TON) TAHUN PR PBN PBS JUMLAH PR PBN PBS JUMLAH PR PBN PBS 990 29,338 372,246 463,093,26,677 376,950,247,56 788,506 2,42,62 75,390 249,43

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat Menurut Lampung Barat Dalam Angka (213), diketahui bahwa Kabupaten Lampung Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi. HMGRIN Harga Margarin (rupiah/kg) 12393.5 13346.3 7.688 VII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Dari hasil pendugaan model pengembangan biodiesel terhadap produk turunan kelapa sawit

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Disparitas Sosial-Ekonomi Antar-Daerah Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pembangunan ekonomi di Provinsi Riau terus mengalami peningkatan secara signifikan. Daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sub sektor perkebunan khususnya kelapa sawit merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian integral pembangunan nasional.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau

POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau POTENSI PENGEMBANGAN INDUSTRI KELAPA SAWIT 1 Oleh: Almasdi Syahza Peneliti dan Pengamat Ekonomi Pedesaan Lembaga Penelitian Universitas Riau A. Kemampuan Daya Dukung Wilayah (DDW) Terhadap Pengembangan

Lebih terperinci

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU I. Latar Belakang Penerapan otonomi daerah pada tahun 2001 telah membawa perubahan yang cukup berarti bagi kondisi ekonomi di Propinsi Riau. Penelitian

Lebih terperinci

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau 54 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau Provinsi Riau terbentuk berdasarkan Undang-undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957. Kemudian diundangkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

Boks 1 PEMBANGUNAN KLASTER INDUSTRI HILIR BERBASIS PERTANIAN OLEOCHEMICAL DI PROVINSI RIAU

Boks 1 PEMBANGUNAN KLASTER INDUSTRI HILIR BERBASIS PERTANIAN OLEOCHEMICAL DI PROVINSI RIAU Boks 1 PEMBANGUNAN KLASTER INDUSTRI HILIR BERBASIS PERTANIAN OLEOCHEMICAL DI PROVINSI RIAU I. Latar Belakang Program 100 hari pemerintahan Presiden Republik Indonesia yang baru meliputi 45 program penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam industri yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat ekonomi yang terjadi. Bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di dunia. Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peran penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain 56 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Selain sebagai pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH

PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERKEBUNAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI PROVINSI ACEH ADINDA PUTRI SIAGIAN / NRP. 3609100701 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis Kota Makassar secara geografi terletak pada koordinat 119 o 24 17,38 BT dan 5 o 8 6,19 LS dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan keadilan dan kemakmuran masyarakat serta pencapaian taraf hidup masyarakat ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci