UKDW BAB I. I. Latar Belakang a. Seputar Kejahatan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UKDW BAB I. I. Latar Belakang a. Seputar Kejahatan"

Transkripsi

1 BAB I I. Latar Belakang a. Seputar Kejahatan Permasalahan tentang keberadaan kejahatan telah menjadi pertanyaan yang cukup sering muncul dalam kajian berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Berbagai perspektif diajukan untuk melihat permasalahan dalam kejahatan seperti filsafat, sosial-budaya dan juga teologis. Dalam kajian terhadap isu-isu teologis kejahatan menjadi salah satu topik yang tidak pernah berhenti dibahas dari waktu ke waktu. Agama-agama pun memiliki cara dan sarana tersendiri untuk menunjukan dari mana kejahatan berasal. Tiap agama berdasarkan konteks dan kebutuhannya telah membangun suatu bangunan makna tersendiri tentang apa itu kejahatan. Tidak hanya agama, suatu kelompok masyarakat dari kebudayaan tertentu pun membuat juga bagi mereka suatu cara untuk mengungkapkan dari mana kejahatan berasal. Demikianlah dalam keterbatasannya, manusia terus berusaha untuk menemukan dari mana datangnya kejahatan yang terlihat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Keterbatasan manusia ini tentu membatasi juga pengetahuan manusia akan kejahatan itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa yang bernafaskan kejahatan terjadi dengan begitu marak dalam kehidupan manusia. Tidak hanya kerap terjadi, tetapi kejahatan bisa menjadi begitu dekat dengan kita. Tindak kejahatan bisa terjadi di mana saja bahkan bisa terjadi pada diri sendiri. Dalam kajian filsafat, kejahatan dipandang sebagai sesuatu yang bersifat natural dan moral. Kejahatan yang bersifat natural adalah kejahatan yang terjadi oleh karena pergerakan alami alam ini. Gempa bumi, banjir bandang, gunung meletus dipandang sebagai bagian dari kejahatan natural. Sedangkan, kejahatan yang muncul akibat kelalaian, kebodohan, arogansi dan kekejaman manusia digolongkan sebagai kejahatan moral. 1 Dari uraian singkat ini muncul suatu nuansa bahwa kejahatan adalah sesuatu yang bagi kaidah-kaidah normal dianggap tidak normal. Sesuatu yang tidak mendatangkan kenyamanan bagi siapa saja yang mengalaminya. Sesuatu 1 Alvin C. Platinga, God, Freedom and Evil, terj: Irwan Tjulianto, ( Surabaya : Momentum, 2003) h.11 [1]

2 yang seharusnya tidak terjadi. Demikianlah kejahatan dianggap sebagai sesuatu yang merugikan dan tidak seorang pun ingin hal tersebut menimpanya. Kemungkinan akan timbulnya kejahatan pun tidak pernah benar-benar bisa diprediksi oleh manusia. Hal itu tentu berkaitan dengan keterbatasan manusia dalam menjangkau logika-logika dan kemungkinan tentang kejahatan. Meski demikian, penelusuran tentang kejahatan akan selalu memberi sumbangan yang berguna bagi kehidupan manusia. Sebab hanya dengan mengenal kejahatanlah kita dapat bersikap dengan benar serta tepat kepada kejahatan. Kejahatan sendiri mengalami perkembangan makna yang terus menerus seiring berjalannya waktu. Kejahatan kini tidak hanya dipahami sebagai sesuatu yang melanggar hukum atau kesepakatan bersama. Kejahatan kini makin melebar pada segala sesuatu yang dianggap merugikan dan mengganngu kesejahteraan publik maupun pribadi. Secara keseluruhan masyarakat memandang bahwa segala sesuatu yang tidak berjalan sebagaimana mestinya bisa dipahami sebagai kejahatan. Dalam terang ilmu sosial, kejahatan dianggap sebagai gejala sosial yang lahir dalam konteks ketidakadilan struktural. Menurut Quiney, kejahatan adalah suatu ketentuan mengenai perilaku manusia yang diciptakan oleh golongan berkuasa dalam masyarakat yang secara otomatis terorganisir 2. Semakin jelas bahwa dalam dunia ini dapat ditemukan berbagai jenis kejahatan. Keberadaan kejahatan seringkali menjadi pertentangan bagi keberadaan materi lain seperti kebaikan, agama dan Tuhan. Kejahatan menjadi lawan bagi segala sesuatu yang bernafaskan kebaikan dan keadilan. Kejahatan menjadi masalah dalam komunitas atau bahkan dalam masyarakat karena mengganggu keseimbangan dalam tatanan yang berlaku. Bentuk-bentuk kejahatan yang kita kenal saat ini sungguh banyak jenis dan ragamnya. Setiap hari media menyuguhkan bagi kita bentuk-bentuk kejahatan tersebut. Tindak kriminal seperti pembunuhan, pencurian, pelecehan seksual semua menjadi sering kita saksikan terjadi secara berulang-ulang. 2 Ricard Quinney, the Social Reality of Crime, (Boston : Brown and Company, 1970) h. 7 [2]

3 Dengan begitu jelasnya kehadiran kejahatan dalam interaksi antar manusia, muncul pertanyaan tentang dari mana sesungguhnya asal kejahatan? Mengapa kejahatan hadir dalam realita yang dijalani umat manusia? Mengapa ada manusia-manusia yang jahat di sekeliling kita? Pertanyaan ini membuat setiap orang yang meneliti akan kejahatan selalu ingin memberikan penjelasan sejauh-jauhnya dan sedalam-dalamnya tentang kejahatan. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa jawaban itu tidak akan pernah lengkap dan utuh. Dalam kesempatan kali ini, penulis dalam keterbatasannya pun ingin ikut menemukan variasi tentang asal-usul kejahatan di tengah kehidupan manusia, melalui narasi-narasi iman sebagai jalannya. b. Seputar Mitos Adalah mitos atau cerita rakyat yang menjadi bagian dari sistem bahasa. Sejatinya, mitos menyiratkan struktur makna sosial yang sangat familiar dan berpengaruh. Seringkali mitos memperoleh penerimaan tradisional dan historis. Dan gagasan tentang mitos selalu berkaitan dengan gagasan ideologi. 3 Mitos maupun cerita rakyat menjadi wakil atas peristiwa-peristiwa penting dari suatu masa. Mitos memungkinkan kita untuk berbicara tentang fungsi sosial dan efek dari makna sosial. Mitos menyembunyikan identitas dirinya sebagai suatu makna sosial diantara banyak makna untuk tanda teks. Mitos dapat dibedakan menjadi beberapa tipe. Diantaranya adalah mitos kosmogoni, mitos asalusul, mitos mengenai dewa-dewa dan mahluk ilahi, mitos androgini dan mitos akhir dunia. 4 Mitos bukan hanya merupakan hasil dari pemikiran intelektual dan bukan pula hasil logika semata. Melainkan lebih kepada orientasi spiritual dan mental untuk berhubungan dengan yang Ilahi. Bagi masyarakat Arkhais, mitos menjadi sesuatu yang suci, bermakna, menjadi contoh dan model bagi kehidupan sehingga segala sesuatu di dalamnya dianggap benar dan pasti 5. Mitos menceritakan bagaimana suatu realitas mulai bereksistensi. Tetapi dalam masyarakat kuno eksistensi tidak bermaksud untuk mencari sebab pertama (causa prima), prinsip terakhir, eksistensi dunia dan manusia, melainkan dianggap sebagai jaminan atas eksistensi dunia dan manusia. Mitos menceritakan interaksi Ilahi sebagai yang kudus dalam dunia. Mitos 3 Tony Thwaites, Introducing Cultural and Media Studies. (Yogyakarta: Jalasutra,2011) h P.S. Harry Susanto, Mitos Menurut Pemikiran Mircea Eliade.(Yogyakarta: Kanisius, 1987) h.74 5 P.S Harry Susanto, Mitos,h.91 [3]

4 menceritakan peristiwa primodial (in lilo tempore = pada saat itu) yang mempunyai akibat pada masa kini, sehingga keadaan dunia menjadi sedemikian rupa. 6 Telah lama dalam sejarah umat manusia, dapat ditemukan berbagai cerita rakyat atau pun mitos yang diciptakan untuk menggambarkan asal-usul kejahatan. Misalnya saja dalam mitologi Yunani, ada mitos tentang Kotak Pandora. Kejahatan digambarkan masuk ke dunia bersama dengan sakit penyakit, teror, masa tua, penderitaan dan berbagai hal buruk lain lewat kotak yang dibuka oleh Pandora, manusia yang diciptakan dengan sangat baik oleh para dewa. Atau, Aphopis dari Mesir Kuno. Aphopis dilambangkan sebagai penggambaran atas kejahatan. Aphopis digambarkan seperti naga dan ia menjadi musuh besar dari Ra, dewa kebaikan. Jelas bahwa untuk menggambarkan kejahatan terkadang manusia memerlukan cerita sebagai sarananya. Hal ini bukan semata-mata menunjukan ketidakmampuan manusia dalam menyusun logika atau nalar tetapi pilihan yang demikian menunjukan bahwa manusia terlibat secara emosional dalam perihal asal-usul kejahatan. Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut, penulis bermaksud untuk melihat kepada Kejadian 3 sebagai bagian cerita dari suatu masyarakat kuno yang mengandung di dalamnya berbagai simbol dan makna yang mengundang para pembaca untuk melakukan suatu proses hermeneutik. c. Kejadian 3 Sebagai Cerita Sepanjang sejarah dunia dapat ditemukan ada begitu banyak teks-teks yang bermakna bagi kehidupan manusia. Teks-teks yang berasal dari masa lalu sebagian masih bisa kita jangkau hingga kini, walau tidak bisa dipungkiri banyak juga teks-teks yang mungkin tersembunyi atau bahkan tersingkir dari peradaban manusia. Sebuah teks akan menjadi bermakna ketika kita mencoba meneliti bahasa yang digunakan. Itulah yang disebut dengan seni membaca, membaca bukanlah sesuatu yang sifatnya pasif. Tetapi, setiap orang yang terlibat di dalamnya melakukan proses memberi makna terhadap teks. Dalam proses pembacaan yang dinamis itulah teks menjadi berpindah dari keadaan yang tersembunyi menjadi keadaan yang lebih aktual. 7 Penulis teks-teks di waktu yang lalu menuliskan ide dan gagasannya supaya meski raga mereka 6 P.S Harry Susanto, Mitos,h.97 7 Jan Fokkelman, Di Balik Kisah-Kisah Alkitab, (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008)h.18 [4]

5 telah tiada, namun ide dan pemikirannya masih terus hidup dan berguna bagi generasi setelahnya. Demikianlah teks-teks dalam Alkitab menjadi wakil dari pemikiran orang-orang di masanya. Berangkat dari hal-hal tersebut, dapatlah kita melihat bahwa sebagai cerita, narasi dalam Kejadian 3 pun menunjukan suatu usaha dari sekelompok masyarakat yang ingin menerangkan siapa diri mereka melalui cerita. Cerita tersebut tidak hanya berhenti sebagai mitos tak berguna, tetapi menjadi gagasan-gagasan yang diberi bentuk dengan nyata. Sesuai dengan judulnya garis besar kitab Kejadian banyak menceritakan tentang asal-usul dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah iman Israel. Dalam bentuk cerita, bagian awal kitab Kejadian (termasuk Kejadian 3) merupakan bentuk-bentuk pertanyaan atau kegelisahan yang sedang mencari jawabannya. Cerita dimanfaatkan sebagai suatu daya yang menyimpan ingataningatan iman bangsa Israel. Cerita-cerita ini tentu dipengaruhi oleh alam pikir dan budaya masal yang berkembang di sekitar Israel. Demikianlah sebagai cerita, Kejadian 3 menjadi narasi yang menyaksikan pertanyaan-pertanyaan iman suatu bangsa. Dari pembacaan terhadap Kejadian 3 khususnya penulis mencoba menemukan bagaimana manusia bernarasi tentang dirinya, tentang sesamanya bahkan tentang kejahatan. II. Rumusan Masalah Kejadian 3 yang berkisah tentang manusia dan ular di Eden selama ini seringkali dipahami sebagai sebuah tragedi yang menyebabkan manusia kehilangan segala kualitas hidup yang baik di Eden. Selain pembacaan yang demikian, yang seringkali muncul dalam benak orang Kristen ketika menengok pada pasal-pasal awal kitab Kejadian adalah peristiwa yang erat kaitannya dengan dosa dan keselamatan. Secara umum, pembacaan dogmatis menunjukan bahwa dosa pertama-tama muncul dalam kisah di Eden ini. Dosa dalam Perjanjian Lama memang berkaitan dengan banyak aspek, dalam Dictionary of Friberg Lexicon dosa (dalam Perjanjian Lama) mencakup sesuatu yang cukup luas seperti : Dosa sebagai bentuk ketidaktaatan [5]

6 Dosa sebagai sesuatu yang berdampak pada kehidupan batin seseorang Carut-marut Kejatuhan manusia Kebebasan manusia Dosa sebagai suatu kekuatan Sesuatu yang menyalahi hukum moral Keturunan Dan lingkungan Berdasarkan banyak referensi dapat dilihat bahwa dosa adalah sesuatu yang dinamis dan spesifik dan sering dibicarakan. Sedangkan kejahatan (evil) dalam Perjanjian Lama digambarkan sebagai sesuatu yang merepsentasikan fisik, batin dan moral. Kejahatan hadir sebagai lawan dari kebaikan (good) dan mengganggu keseimbangan tidak hanya manusia tetapi juga dunia. Maka dari itu, penulis kurang menyetujui pembacaan dogmatik yang menekankan narasi ini sebagai kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Penulis dalam penelitian kali ini ingin melihat proses bagaimana sebenarnya secara naratif sesuatu yang tidak beres itu digambarkan masuk ke dalam dunia manusia dan Allah yang stabil dan baik itu. Penulis berasumsi bahwa narasi Kejadian 3 sesungguhnya merupakan suatu usaha untuk mencari tahu kembali apa dan bagaimana kejahatan masuk ke dalam dunia manusia. Bagaimana secara naratif proses itu digambarkan, apa makna di balik usaha manusia untuk mencerirakan kembali sisi gelapnya, kejahatannya. Dalam kerancuan teologis terhadap pembacaan Kejadian 3 ini penulis mencoba menemukan suatu bangunan makna tentang kejahatan yang masuk ke dalam dunia manusia. Supaya pandangan kita terhadap kejahatan menjadi lebih berimbang, tidak sekedar tenggelam dalam romantisme manusia ideal namun mau melihat bahwa manusia adalah bagian dari proses masuknya kejahatan dalam dunia yang diciptakan baik ini. Penelitian ini mencoba menguraikan sumber-sumber kejahatan yang bisa dilihat dari cerita-cerita iman manusia. Penulis mencoba menemukan bagaimana lewat narasi manusia beriman [6]

7 menyatakan sikapnya tentang kejahatan dan dirinya sendiri. Paul Ricoeur sendiri telah lebih dahulu memberikan sumbangsih terhadap pencarian asal-usul kejahatan melalui mitos sebagai simbol yang dianggap mewakili jawaban akan asal kejahatan tersebut. Pertanyaan utama dari penelitian ini adalah : dari manakah asal kejahatan dalam diri manusia jika di lihat dari narasi iman dalam Kejadian 3? Dan bagaimana manusia bersikap terhadap kejahatan yang ada dalam dirinya? III. Metode Penulisan Seluruh penelitian ilmiah membutuhkan metode yang jelas. Metode yang dipilih sebagai alat nantinya akan menentukan juga hasil dari penelitian. Supaya tujuan dari penelitian ini tercapai, penulis mengajukan analisa sastra secara umum sebagai alat untuk mebedah teks tersebut. Melalui analisa unsur-unsur naratif dalam kritik sastra, penulis mencoba untuk menemukan suatu alur pemikiran naratif tentang kejahatan dalam diri manusia. Dengan pendekatan yang naratif sifatnya ini kita dapat melihat teks dalam kelazimannya, sebagaimana teks tersebut memiliki dunianya sendiri. Dalam pendekatan sastra ini, penulis menerapkan upaya metode deskriptifanalitik, artinya terlebih dahulu akan dideskripsikan fakta-fakta dalam teks yang kemudian akan dilanjutkan dengan analisis. Dalam hal ini metode hanya berperan sebagai alat, segala sesuatu tetap dipertimbangkan berdasarkan tujuan utama. Oleh sebab itu penggunaan metode tidak hanya satu dan baku. Beberapa pendekatan lain yang dianggap relevan dan mendukung tujuan penelitian pun akan turut dipakai untuk menolong penelitian ini. Melalui kritik sastra ini dapat juga diaplikasikan berbagai pendekatan sastra yang berguna untuk mendukung jalannya penelitian. Berikut adalah beberapa pendekatan tersebut: 8 a. Pendekatan mimetik : pendekatan yang dilakukan dengan menitikberatkan pada semesta yang dianggap sebagai hal yang menjadi acuan dalam karya sastra. 8 Rh.Widada. Saussure Untuk Sastra : Sebuah Metode Kritik Sastra Struktural. (Yogyakarta : Jalasutra, 2009) h.27 [7]

8 b. Pendekatan ekspresif : pendekatan yang menitikberatkan pada penulis sebagai pencipta karya sastra. c. Pendekatan pragmatik : pendekatan yang menitikberatkan pembaca sebagai sasaran atau penerima karya sastra. d. Pendekatan objektif : pendekatan yang menitikberatkan pada karya itu sebagai dirinya sendiri. Tidak ada pendekatan atau pun metode yang sempurna, berbagai metode yang berbeda perlu diterapkan untuk melihat kekurangan masing-masing lalu saling melengkapi. Oleh sebab itu, tentu tidak ada metode yang mutlak. Pendekatan sastra pun memiliki kekurangan. Salah satu kekurangannya adalah cakupannya yang sangat luas dan ambiguitasnya. Untuk menelusur jejak eksplisit kritik sastra pun ternyata sulit. Memang ada banyak perdebatan dan kekacauan teoritis mengenai ini semua. M. Abrams yang pernah melakukan penelitian sastra terhadap sastra romantik, khususnya sastra Inggris abad ke-19 mengajukan suatu model yang dapat membantu untuk memahami situasi yang melingkupi karya sastra secara menyeluruh : Semesta Karya Pembaca Pengarang Demikianlah baik semesta, karya, pembaca dan pengarang saling bergantung, terhubung dan mempengaruhi satu sama lain. Tidak dapat dipisahkan. Meski pun metode ini memiliki kekurangan di beberapa bagian, namun dalam praktiknya ia tetap memberikan sumbangsih yang besar bagi proses suatu penelitian. Oleh karena tidak ada suatu metode yang mutlak, pemakaian beberapa pendekataan dalam satu proses tafsir tidak akan menjadi masalah. Sebaliknya, pendekatan-pendekatan yang dipakai bersamaan ini dapat saling menutupi kekosongan pendekatan lainnya. Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini penulis selain melakukan pembacaan dengan pendekatan obyektif juga menggunakan pendekatan pragmatis sebagai strategi membaca atau menafsir teks. Pendekatan pragmatis adalah suatu pendektan yang menitikberatkan fokusnya pada pembaca. [8]

9 Perhatian yang besar terhadap pembaca didasari pada dua kebutuhan yang cukup mendesak, antara lain 1). Adanya kesadaran bahwa tafsir obyektif dengan menggunakan bahasa sebagai sarana kurang dapat diandalkan karena sifatnya yang ambigu. Bahasa tidak bisa menjadi satusatunya sarana yang diandalkan untuk menggali makna karena bahasa terikat pada konteks. Arti sebuah kata selalu tergantung dari bagaimana kata tersebut digunakan. 2). Dari segi etis, beberapa metode penafsiran yang sudah ada sebelumnya dianggap tidak berpihak pada sebagian kelompok masyarakat. Cara-cara menafsir yang sudah ada merupakan bentuk dominasi dari golongan tertentu seperti kaum intelektual, laki-laki, orang kulit putih dan yang lainnya. Pendekatan pragmatis dianggap penting karena peka terhadap golongan atau kelompok minor yang diabaikan oleh masyarakat kebanyakan. 9 Dalam pembacaan pragmatis pembaca sebagai penafsir diberikan ruang yang luas untuk bisa memahami kebutuhan sebagai pembaca. Ideologi pembaca juga dianggap berperan penting menentukan hasil dari penafsiran itu sendiri. Oleh sebab itu, pembaca pun harus memeriksa kembali ideologinya, agar pembaca paham betul apa saja yang hal-hal yang berpengaruh dalam dirinya ketika melakukan proses penafsiran tersebut. Dalam penelitian kali ini penulis mengangkat pembacaan pragmatis sebagai sarana untuk mendekati teks dan mencoba menemukan hal-hal yang menarik bagi penulis selaku pembaca teks. Tentu sebagai pembaca, penulis mewakili juga pertanyaan dan kegelisahan suatu kelompok masyarakat terhadap teks suci dan realita di sekelilingnya. Dalam hal ini konsentrasi pembacaan akan meliputi pemahaman tentang asal kejahatan dalam narasi-narasi kuno seperti Kejadian 3. Sebagai ruang lingkup penelitian, penulis mengajukan ruang lingkup penelitian yang berkaitan dengan kejahatan dan sisi gelap manusia, relasi Allah dan manusia, dan hukuman-hukuman. Oleh karena itu pembahasan dalam skripsi ini akan banyak mengacu kepada topik tersebut. Penulis menganggap bahwa hal ini terasa cukup kuat disoroti dalam teks, meskipun ada isu-isu lain yang bisa diangkat melalui teks, namun penulis memusatkan penelitian kepada hal-hal tersebut. 9 Robert Setio, Membaca Alkitab Menurut Pembaca, (Yogyakarta : Duta Wacana Press,2006) h [9]

10 IV. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sebab kejahatan dalam narasi Kejadian 3. Penelitian ini juga memberikan alternatif terhadap pembacaan yang selama ini menekankan pokok-pokok dogmatis. Dalam penelusuran naratif kita juga mendapat kesempatan untuk menghargai teks sebagaimana mestinya, dilihat sesuai dengan kelazimannya. Penulisan karya ilmiah ini juga menjadi upaya penulis untuk menghargai keberadaan mitos dan cerita rakyat lainnya yang tidak terpisahkan dari perjalanan iman manusia. Kecenderungan untuk membaca teks dalam nalar dan gaya modern seringkali mengabaikan berbagai nilai luhur dalam dunia simbol. Penelitian ini juga bertujuan untuk meneliti bagaimana manusia beriman dahulu dan sekarang memproyeksikan imannya di tengah dunia yang jahat. menolong bagaimana manusia berelasi dengan dunia yang telah dimasuki oleh kejahatan itu sendiri. V. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan disusun menjadi empat bagian atau empat bab. Bab I adalah bagian pendahuluan sekaligus pengantar. Pada bagian yang pertama ini akan dimuat latar belakang masalah, rumusan masalah, metode penelitian, tujuan penelitian dan sistematika penulisan. Bab pertama akan menjadi pengantar singkat namun padat yang akan membawa dan menuntun jalannya keseluruhan skripsi ini. Bab II berisi pandangan-pandangan tokoh tentang tema dan topik yang akan diteliti. Pandangan dari berbagai tokoh ini memiliki konteks dan latar belakang tersendiri yang menolong penulis untuk menentukan pijakan utama ketika melihat kepada keseluruhan skripsi ini. Tokoh-tokoh tersebut memiliki pandangan yang berbeda-beda satu dan yang lain. Dalam bab ini juga penulis akan menentukan sikap dan memilih posisi penulis dengan menyertakan tanggapan dan argumentasi-argumentasi yang mendukung di dalamnya. Bab III dalam skripsi ini berisikan penerapan pendekatan sastra terhadap teks Kejadian 3. Teks [10]

11 akan didalami dengan dan dilihat melalui pendektan sastra khususnya pendekatan naratif. Dalam bab ini akan muncul penemuan-penemuan yang menarik yang berkaitan dengan topik. Berbagai unsur dalam teks akan dikaji. Bab IV adalah bab terakhir. Bab ini berisi kesimpulan dan juga usaha untuk merelevansikan teks dengan konteks. Hasil analisis nantinya juga akan dirangkum dalam bab ini. [11]

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1

BAB I PENDAHULUAN. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Jangan ada padamu allah lain di hadapan-ku. 1 Hukum pertama dari Dasa Titah di atas seolah mengikat bangsa Israel ke dalam sebuah perjanjian dengan Yahweh.

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan

UKDW. BAB I Pendahuluan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Hidup yang penuh berkelimpahan merupakan kerinduan, cita-cita, sekaligus pula harapan bagi banyak orang. Berkelimpahan seringkali diartikan atau setidaknya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan 25 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif dan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kebebasan merupakan hal yang menarik bagi hampir semua orang. Di Indonesia, kebebasan merupakan bagian dari hak setiap individu, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Spiritualitas adalah istilah yang agak baru yang menandakan kerohanian atau hidup rohani. Spritualitas bisa juga berarti semangat kerohanian atau jiwa kerohanian.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. a. Tanah dalam kehidupan manusia. Keberadaan tanah tidak terlepas dari manusia, demikian juga sebaliknya keberadaan manusia juga tidak terlepas dari tanah.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Perjanjian Baru terdapat empat Kitab Injil Yang menuliskan tentang kehidupan Yesus Kristus, keempat injil ini adalah Injil Matius, Markus, Lukas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan. Gereja dalam kehidupan kekristenan menjadi tempat dan sarana orang-orang percaya kepada Kristus, berkumpul dan saling mendorong antara orang yang satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia tak dapat dilepaskan dari spiritualitas. Spiritualitas melekat dalam diri setiap manusia dan merupakan ekspresi iman kepada Sang Ilahi. Sisi spiritualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik

RESENSI BUKU Keselamatan Milik Allah Kami - bagi milik RESENSI BUKU Judul : Keselamatan Milik Allah Kami Penulis : Christopher Wright Penerbit : Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur Tahun : 2011 Halaman : 225 halaman Dalam buku ini Christopher Wright berupaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!.

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN. Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN Berkatalah Petrus kepada Yesus: Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!. 1 Ucapan Petrus dalam suatu dialog dengan Yesus ini mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Buku merupakan jendela ilmu. Dengan membaca buku akan banyak pengetahuan yang kita dapatkan. Banyak orang berilmu membagi wawasan yang dikuasai dengan menuliskannya

Lebih terperinci

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim Jika Tuhan itu ada, Mahabaik, dan Mahakuasa, maka mengapa membiarkan datangnya kejahatan?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam mempelajari suatu agama, aspek yang pertama dipertimbangkan sekaligus harus dikaji ialah konsep ketuhanannya. Dari konsep ketuhanan, akan diketahui

Lebih terperinci

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL A.1. Pluralitas Agama di Indonesia Pluralitas agama merupakan sebuah realita yang wajib digumuli. Berbagai agama besar yang pemeluknya tersebar

Lebih terperinci

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia

Majelis Pusat Gereja Pantekosta di Indonesia HERMENEUTIKA Dari KPP SAB Beji, 8-12 September 08 HERMENEUTIKA Oleh: Pdt. Drs. Yos Hartono, S.Th. A. Pendahuluan Salah satu pertanyaan penting dalam hermeneutika adalah mengapa kita perlu menafsirkan ayat-ayat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai macam budaya. Setiap daerah di Kepulauan Indonesia memiliki budayanya sendiri. Bahkan di setiap kota/kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

UKDW BAB I : PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I : PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keberagaman merupakan sebuah realitas yang tidak dapat dipisahkan di dalam dunia. Terkadang keberagaman menghasilkan sesuatu yang indah, tetapi juga keberagaman dapat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Di dalam dogma Kristen dinyatakan bahwa hanya karena anugerah Allah di dalam Yesus Kristus, manusia dapat dibenarkan ataupun dibebaskan dari kuasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

I. A. PERMASALAHAN I. A.

I. A. PERMASALAHAN I. A. BAB I PENDAHULUAN I. A. PERMASALAHAN I. A. 1. Latar Belakang Masalah Dalam bukunya yang berjudul Menyingkap Seksualitas, Anton Konseng menceritakan satu pengalamannya yang menarik terkait dengan seksualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seringkali kita mendengar dan membaca bahwa negara kita yaitu negara Indonesia adalah negara yang beragama. Dikatakan demikian, karena pada umumnya setiap warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tak dapat dielakkan jika manusia dalam kehidupannya selalu memiliki keinginan yang kuat akan suatu hal. Inilah yang kita kenal sebagai hasrat. Suatu dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dalam Injil Lukas terdapat beberapa kisah tentang kesembuhan yang dialami oleh banyak orang melalui Yesus, mulai dari ibu mertua Petrus yang diserang demam berat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya,

BAB V PENUTUP. Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, BAB V PENUTUP 5. 1 Kesimpulan Setelah menelusuri pernyataan Yesus dalam Yohanes 14: 6 kata Yesus kepadanya, Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam komunitas sebagai anggota gereja (Gereja sebagai Institusi). 1 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Nabeel Jabbour menepis pemahaman tentang gereja hanya sebatas bangunan, gedung dan persekutuan yang institusional. Berangkat dari pengalaman hidup Nabeel Jabbour selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Persoalan identitas, baik itu yang bersifat kolektif atau personal, telah menjadi isu penting dalam perdebatan yang dimunculkan oleh teori posmodern. Ideologi-ideologi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang mengekspresikan pikiran, gagasan maupun perasaannya sendiri tentang kehidupan dengan menggunakan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini karya sastra banyak berisi tentang realitas kehidupan sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang percintaan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelajaran Bahasa disampaikan kepada para siswa mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar, menengah sampai pendidikan tinggi bertujuan untuk meningkatkan nasionalisme,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Relasi antara Sastra, Kebudayaan, dan Peradaban Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1.

BAB V PENUTUP. Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai. dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. BAB V PENUTUP Dalam bagian ini, akan di buat kesimpulan dari pembahasan bab 1 sampai dengan bab 4 serta saran-saran. 5.1. Kesimpulan Teologi pluralisme agama memang simpatik karena ingin membangun teologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur (litera=huruf atau karya tulis). Dalam bahasa Indonesia karya sastra berasal dari bahasa sansakerta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh

BAB I PENDAHULUAN. menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Masalah Hidup bersama dalam masyarakat merupakan hakekat manusia sebagai makhluk sosial. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan

Lebih terperinci

Keterampilan Dasar Menulis

Keterampilan Dasar Menulis Keterampilan Dasar Menulis Oleh La Ode Syukur Pengertian Menulis Menulis : kegiatan menyampaikan pesan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai medianya. Pesan : Isi yang terkandung dalam suatu tulisan

Lebih terperinci

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab I berisi alasan atau latar belakang penelitian. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Paham Dosa Kekristenan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Paham Dosa Kekristenan Dosa merupakan fenomena aktual dari masa ke masa yang seolah tidak punya jalan keluar yang pasti. Manusia mengakui keberdosaannya,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan

Lebih terperinci

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan

Alkitab. Persiapan untuk Penelaahan Persiapan untuk Penelaahan Alkitab Sekarang setelah kita membicarakan alasan-alasan untuk penelaahan Alkitab dan dengan singkat menguraikan tentang Alkitab, kita perlu membicarakan bagaimana menelaah Alkitab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah. Kegiatan menulis menjadikan siswa aktif dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kajian Sejak lahir manusia mempunyai hak dan kebebasan untuk merealisasikan hidupnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hak didefinisikan sebagai kekuasaan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya,

BAB III KESIMPULAN. digunakan sebagai acuan dasar adalah teori Alan Swingewood. Dalam teorinya, BAB III KESIMPULAN Penelitian ini menggunakan teori kekuasaan Lord Acton dan teori teokrasi St.Agustinus dengan pendekatan sosiologi sastra. Teori sosiologi sastra yang digunakan sebagai acuan dasar adalah

Lebih terperinci

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #38 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #38 tentang Wahyu, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1. Gereja Oikumenikal dan Evangelikal. Data statistik keagamaan Kristen Protestan tahun 1992, memperlihatkan bahwa ada sekitar 700 organisasi 1 Kristen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Qacan Kritis Teks Jurnalistik Pada Surat Kabar Online Le Monde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa pada masa kini telah menjadi salah satu komponen terpenting dalam kehidupan sosial manusia. Melalui media massa, masyarakat dapat mengetahui segala

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR

BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR 69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa bukanlah saluran yang bebas dan netral, demikian pandangan paradigma kritis. Perspektif kritis ini bertolak dari asumsi umum bahwa realitas kehidupan bukanlah

Lebih terperinci

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Pada bab IV ini penulis akan menguraikan tentang refleksi teologis yang didapat setelah penulis memaparkan teori-teori mengenai makna hidup yang dipakai dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita

Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita Buku yang Diberikan Allah kepada I(ita Pernahkah saudara bertanya-tanya dalam hati bagaimana Allah memberikan Alkitab kepada kita? Apakah Alkitab itu mungkin disiapkan oleh malaikat dan kemudian ditinggalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan 1.1 Penjelasan Umum Sebagai individu maupun makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari peraturan dan hukum yang berlaku di sekitarnya. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman.

Tinjauan Buku. Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Tinjauan Buku Phyllis Trible, God and the Rhetoric of Sexuality edisi ketiga (Philadelphia: Fortress Press, 1983), 206 halaman. Buku yang berjudul God and the Rethoric of Sexuality ini ditulis oleh Phyllis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Seksualitas merupakan pemberian dari Allah. Artinya bahwa Allah yang membuat manusia bersifat seksual. Masing-masing pribadi merupakan makhluk seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi

Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme. Skripsi Kristologi Dalam Paham Pluralisme Agama Suatu Kajian Kristologi Alkitabiah Terhadap Pandangan Kristologi Dalam Pluralisme Skripsi Diajukan kepada Fakultas Teologi Dalam Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penciptaan 1.1 Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN Manusia dengan memiliki akal menjadikannya mahluk yang sempurna, sehingga dapat berkehendak melebihi potensi yang dimiliki oleh mahluk lainnya, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

Lebih terperinci