BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi Definisi Ergonomi. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaannya itu, dengan efektif, aman dan nyaman Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolak Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja. Pada saat tata cara kerja secara perlahan-lahan dirubah ataupun diperbaharui agar bisa lebih cepat, sederhana dan/atau sudah dikerjakan, maka kecenderungan yang dijumpai dalam upaya perubahan ataupun perbaikan tadi adalah menghindari kegiatankegiatan yang harus dilaksanakan dengan menggunakan energi otot manusia (manual works). Dengan mekanisasi ataupun otomatisasi kerja, secara drastis kekuatan otot manusia sebagai sumber energi kerja agar digantikan oleh tenaga mesin (machine power). Hal tersebut terutama sekali untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan kerja yang berat ditinjau dari aspek keterbatasan kemampuan otot manusia 8

2 9 seperti aktivitas pemindahan material, repetitive manual work, dan lain-lain. Studi Ergonomi dalam kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengevaluasi dan merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan agar bisa memberikan peningkatan efektifitas dan efisiensi, selain juga kenyamanan ataupun keamanan bagi manusia pekerjanya. Salah satu tolak ukur, selain tolok ukur waktu yang diaplikasikan untuk mengevaluasi apakah tata cara kerja sudah dirancang baik atau belum adalah dengan mengukur penggunaan energi kerja (energi otot manusia) yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. berat/ringannya kerja yang harus dilakukan oleh seorang pekerja akan bisa ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang tampak dan bisa diukur lewat pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain seperti : Laju detak jantung (heart rate). Tekanan darah (blood pressure). Temperature badan (body temperature). Laju pengeluaran keringat (sweating rate). Konsumsi oxygen yang dihirup (oxygen consumption). Kandungan kimiawi dalam darah (latic acid content).

3 10 Pengaturan laju detak jantung (heart rate) adalah aktivitas pengukuran yang paling sering diaplikasikan, meskipun metoda ini tidak langsung terkait dengan pengukuran energi fisik (otot) yang harus dikonsumsikan seseorang untuk kerja. Pengukuran konsumsi O2 (oxygen) dalam hal ini justru akan berkaitan dengan proses metabolisme, proses pembakaran dalam tubuh manusia yang akan menghasilkan energi untuk kerja yang mana besar/kecilnya O 2 yang dikonsumsikan akan langsung terkait secara proporsional dengan konsumsi energi yang akan dipakai untuk kerja. Selain dimanfaatkan untuk evaluasi dan perancangan tata cara kerja, hasil pengukuran energi yang dikonsumsikan untuk kerja juga bisa diaplikasikan untuk beberapa alasan yang berkaitan dengan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: Keselamatan (safety). Setiap pekerjaan haruslah dirancang dan disesuaikan dengan kemampuan fisik dari individu pekerja. Pekerjaan berat berlangsung lama dan berulang-ulang perlu disesuaikan tanpa membebani pekerja di luar batas kemampuan fisiknya. Pengaturan jadwal periode istirahat (scheduling breaks). Pengeluaran energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan fisik akan mengakibatakan rasa lelah. Dengan memberikan dan mengatur waktu istirahat maka diharapkan akan terjadi proses pemulihan (recovery) yang bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya. Penetapan mengenai frekwensi dan lama periode

4 11 waktu istirahat yang dibutuhkan untuk aktivitas manual fisik ini akan sangat tergantung pada besar/kecilnya energi yang telah dikeluarkan untuk kerja. Spesifikasi jabatan (job specification) dan seleksi personil. Setiap jenis jabatan akan memiliki spesifikasi dan karakteristik tertentu yang nantinya akan memberikan prasyarat-prasyarat tertentu pula bagi mereka yang akan melaksanakan tugas-tugas jabatan tersebut. Berkaitan dengan kondisi kerja yang dihadapi seringkali suatu jabatan akan memerlukan pekerja yang memiliki performans fisik yang dalam hal ini akan ditest melalui pengukuran-pengukuran performans fisiknya. Beberapa jenis pekerjaan berat akan memerlukan personil yang memiliki kemampuan fisik yang memenuhi syarat untuk menghasilkan energi fisik yang besar pula. Evaluasi jabatan (job evaluation). Kondisi kerja yang tidak ergonomi, berat dan memerlukan konsumsi energi fisik manusia yang besar akan dijadikan bahan pertimbangan dalam pemberian point rating pada saat akan dilakukan evaluasi jabatan. Nilai ini akan menentukan besar/kecilnya insentif yang perlu ditambahkan dalam struktur pemberian upah nantinya. Tekanan dari faktor lingkungan (environmental stress). Seperti halnya dengan alasan evaluasi jabatan diatas, maka akibat kondisi lingkungan kerja yang tidak ergonomic seperti temperature tinggi, bising, bergetar, dsb. Hal tersebut akan memberi pengaruh fisiologis pada para pekerja. Dengan

5 12 melakukan pengukuran terhadap dampak fisiologis tersebut, selanjutnya akan bisa dirancang kondisi lingkungan fisik kerja yang bisa lebih ergonomis. Dari beberapa alasan-alasan yang telah disebutkan diatas jelas bahwa dengan pengukuran energi fisik manusia yang dikonsumsikan untuk kerja, hasil pengukuran akan dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam analisa yang signifikan dengan kepentingan manusia pekerja itu sendiri. Pada saat-saat yang lalu, pengukuran semacam ini banyak dipraktekkan di bidang kesehatan ataupun olah raga. Hal ini dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dan performans fisik seseorang. Selanjutnya berdasarkan analisis hasil pengukuran akan dibuatkan program-program khusus yang berkaitan dengan pengaturan gizi makanan yang diperlukan untuk menghasilkan energi fisik sesuai yang dibutuhkan Panca Indera. Panca indera pada tubuh manusia: Mata = penglihatan. Telinga = pendengaran. Kulit = peraba. Hidung = penciuman. Lidah = perasa.

6 13 Salah satu komponen sistem kerja adalah lingkungan fisik kerja. Lingkungan ini apabila kita lihat hanya mempunyai 2 alternatif, yaitu: Meningkatkan hasil kerja. Menurunkan hasil kerja Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologis Definisi Pekerjaan Fisik. Kerja manusia bersifat mental dan fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam suatu kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, detak jantung (heart rate), temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.. kerja kelompok ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller: Kerja total seluruh tubuh, yang menggunakan sebagian besar otot biasanya melibatkan dua per tiga sampai tiga per empat otot tubuh. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energi ekspenditur karena otot yang digunakan lebih sedikit. Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya, tetapi otot tidak digunakan secara dinamik dan hanya dibutuhkan kontraksi dari sebagian otot saja.

7 14 Tiffin mengemukakan kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu: untuk melakukan pengukuran kerja secara fisiologis meliputi: Kecepatan denyut jantung. Konsumsi oksigen. Konsentrasi asam laktat dalam darah. Tingkat penguapan. Temperatur tubuh. Komposisi kimia dalam darah dan air seni. kriteria-kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh selama kerja Konsumsi Energi. Bilangan nadi atau denyut jantung merupakan peubah yang penting dan pokok baik dalam penelitian lapangan maupun dalam penelitian laboratorium. Demikian halnya penentuan konsumsi energi secara fisiologis, kenaikan indeks denyut jantung dijadikan parameter digunakannya energi dalam suatu pekerjaan. Indeks ini merupakan perbedaan antara kecepatan detak jantung pada waktu bekerja tertentu dengan kecepatan detak jantung pada waktu bekerja tertentu dengan kecepatan detak jantung pada waktu istirahat.

8 15 Perumusan hubungan antara energi ekspenditur dengan denyut jantung, dilakukan dengan pendekatan kuantitatif hubungan antara energi ekspenditur dengan kecepatan denyut jantung, yang dianalisa menggunakan analisis regresi. Persamaan ini berdasarkan buku R.S. Brigder, digunakan karena belum ada persamaan khusus yang dapat digunakan untuk orang Asia. Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut: W= 1, , X+0, X2 Dimana: W= Energi yang dikeluarkan (Kkal/menit) X= Denyut jantung (Denyut/menit) Setelah besar energi ekspenditur. Diketahui, maka konsumsi energi lebih untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk matematis sebagai berikut: KE= Et Ei Dimana: KE= Konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu (Kkal/menit). Et= Pengeluaran energi pada waktu kerja tertentu (Kkal/menit). Ei= Pengeluaran energi pada waktu istirahat (Kkal/menit). Konsumsi energi (banyaknya kalori) orang sedang bekerja merupakan faktor utama yang membatasi prestasi. Oleh sebab itu jumlah energi yang diperlukan oleh berbagai jenis pekerjaan perlu diketahui, termasuk jumlah kalori yang dibutuhkan oleh orang yang

9 16 istirahat. Energi dihasilkan oleh proses metabolisme, yang memerlukan makanan, minuman, dan oksigen. Konsumsi energi pada berbagai jenis pekerjaan dapat diketahui, begitu pula jenis makanan dan minuman yang harus disediakan untuk keperluan pengadaan energi termasuk dapat diperhitungkan, agar cukup energi untuk bekerja secara efektif dan efisien. Banyak penelitian telah dilakukan sehingga diketahui besarnya konsumsi energi bagi banyak jenis pekerjaan. Bagi orang yang istirahat atau tidur, konsumsi energi merupakan angka minimal dan besarnya adalah kilogram kalori (Kkal) per 24 jam, angka pulsanya 62 denyut permenit dan konsumsi oksigen 250 ml permenit. Untuk pekerjaan wajib dan pekerjaan ringan di rumah, serta untuk mendatangi pekerjaan, diperlukan energi Kkal. Jadi jumlah pengeluaran energi sebelum melakukan pekerjaan, adalah antara Kkal per 24 jam bagi pria dan Kkal bagi wanita. Setelah melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya, maka kebutuhan energi akan ditentukan oleh jenis pekerjaannya, yang harus ditambahkan oleh kebutuhan pokok yaitu 2400 atau 2100 Kkal. Pada pekerjaan berat angka rata-rata maksimum sekitar Kkal per hari. Dari penelitian ternyata bahwa pengeluaran energi yang berdampak eksternal, yang bermanfaat dan dapat diukur, maksimal hanya sekitar 30%, sedangkan 70% berupa energi yang terbuang sebagai panas. Oleh sebab itu wajib mengupayakan untuk menemukan prosedur kerja, Metoda menggunakan sarana, serta memilih desain alat yang tepat agar dapat meningkatkan efisiensi pemakaian energi. Angka pulsa selain dapat dipakai untuk

10 17 mengetahui besarnya konsumsi energi, dapat pula dipakai sebagai tolak ukur ketegangan fisik atau kelelahan seseorang. Karena itu perlu dibedakan antara pulsa waktu istirahat, pulsa sedang bekerja, total pulsa pulih dan total pulsa kerja. Para pakar fisiologi kerja bersepakat bahwa pegawai akan mencapai prestasi kerja optimal apabila pulsa kerjanya berada 30 denyut permenit diatas pulsa istirahat. Tetapi harus diingat bahwa tinggi suhu lingkungan dan adanya kerja statik dari otot juga dapat memperbesar angka pulsa, sehingga walau pulsa kerja telah mencapai angka 30 diatas pulsa istirahat, namun prestasi kerjanya belum akan mencapai tingkat yang optimal. Karena itu Keadaan semacam itu hendaknya diupayakan untuk ditanggulangi Unit Kerja Fisiologis. Pengeluaran energi, kerja fisiologis dan biaya fisiologis berkaitan erat dengan konsumsi oksigen. Hal ini dapat diukur secara langsung dalam liter per menit atau secara tidak langsung dalam detik jantung per menit. Unit satuan dasar yang digunakan adalah kalori dalam kalori per menit. Astrad dan Christiansen menyelidiki pengeluaran energi dan tingkat detak jantung menemukan bahwa hubungan langsung antara keduanya. Detak jantung per menit dapat digunakan untuk menghitung pengeluaran energi.

11 Siklus Kerja Fisiologi. Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka waktu pemulihan untuk istirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam keadaan ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga dapat mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metoda untuk menentukan waktu istirahat sebagai konpensasi dari pekerjaan fisik sebagi berikut: R= T (W S ) W 1,5 Dimana: R = Istirahat yang dibutuhkan (menit) T = Total waktu kerja (menit) W= Rata-rata energi yang dikeluarkan dalam bekerja (Kkal/menit) S = Pengeluaran energi standar sebagi batas antara pekerjaan aerob dan anaerob (Kkal/menit) Beberapa nilai energi ekpenditur berdasarkan klasifikasi pekerjaan digambarkan oleh DR. Waen Brouha (Brouha, 1960) dalam bentuk table berikut: Klasifikasi Beban Keja Light Moderate Heavy Konsumsi Oksigen (Liter/menit) 0,5-1,0 1,0-1,5 1,5-2,0 Energy Expenditur (Kkal/menit) 2,5-5,0 5,0-7,5 7,5-10,0 Denyut Jantung (Detak/menit)

12 19 Very Heavy 2,0-2,5 10,0-12, Tabel 2.1. Nilai Energi Ekspenditur Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan. Sumber: Niebel, B. And Freivalds, A Methods, Standars And Work Design, McGraw-Hill Co. Besarnya nilai R (waktu istirahat yang layak bagi operator) kemudian dijadikan input variable sumber daya dalam perhitungan biaya kesehatan dan keselamatan kerja. Apabila besar nilai energi ekspenditur dari suatu pekerjaan masih dibawah ambang batas peralihan antara pekerjaan aerob dan anaerob yaitu sebesar 5 Kkal/menit, maka persamaan Murrel tersebut praktis tidak dapat digunakan karena persamaan tersebut diturunkan untuk pekerjaan anaerob, dimana terjadi kelelahan fisiologis karena dipakainya cadangan oksigen dalam darah sebagai kompensasi kurangnya pasokan oksigen akibat keterbatasan kapasitas tubuh manusia (Niebbel, 2000). Apabila hal tersebut terjadi, maka nilai R dicari dengan menggunakan kelonggaran kerja berupa persentase dari waktu normal yang merupakan allowance untuk keperluan pribadi dan untuk mengatasi kelelahan dari operator Allowance (Kelonggaran). Kelonggaran biasanya digunakan setelah perhitungan waktu normal dengan menentukan waktu baku atau waktu standar dalam proses operasi. Langkah penentuan kelonggaran ini dilakukan untuk

13 20 mengukur waktu yang diperlukan operator dalam menerima pengarahan maupun intrupsi dari para atasan, waktu menunggu dan penurunan performasi kerja yang disebabkan oleh kelelahan (fatique) pada setiap pekerjaan dan lingkungan atau sistem kerja yang baik sesuai dengan pengertian dari kelonggaran tersebut yaitu faktor tenggang yang diberikan kepada operator karena sistem kerja atau lingkungan kerja agar dapat memenuhi kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatique dan hambatan-hambatan yang tak terhindari (Niebel, 2000). Unsur utama dalam kelonggaran adalah: Kelonggaran digunakan untuk mengkompersikan kelelahan (fatique) dan waktu menunggu dalam pekerjaan. Perhitungan kelonggaran dapat dihitung langsung melalui observasi. Pada kelonggaran pribadi dan kelelahan (fatique) yang terjadi sebaiknya digunakan 9-10 persen konstanta kelonggaran. Pergunakan kelonggaran dalam menghitung waktu baku atau waktu standar sebagai persen dari waktu normal. Sesuai dengan kondisi yang telah dijelaskan diatas, maka kelonggaran dapat dipergunakan untuk menganalisis waktu istirahat seorang operator dalam memulihkan tenaganya jika terjadi kelelahan dan penurunan performasi kerja. Kelonggaran yang dipergunakan untuk analisis ini adalah kelonggaran pribadi dan kelonggaran untuk menghilangkan kelelahan (fatique)

14 21 A. B. Constants Allowance 1. Personal allowance 5 2. Basic fatigue allowance 4 Variable Allowance 1. Standing allowance 2. Abnormal position allowance 3. 2 a. Slightly awkward 0 b. Awkward (bending) 2 c. Very awkward (lying, stretching) 7 Use of force, or muscular energy (lifting, pulling, or pushing) : Weight lifted, pounds : Bad light : a. Slightly below recommended 0 b. Well below 2 c. Quite inadequate 5 Atmospheric conditions (heat and humidity) - Variable 0-100

15 Close attention : a. Fairly fine work 0 b. Fine or exacting 2 c. Very fine or very exacting 5 Noise level : a. Continuous 0 b. Intermittent - loud 2 c. Intermittent - very loud 5 d. High-pitched - loud 5 Mental strain : a. Fairly complex process 1 b. Complex or wide span of attenion 4 c. Very complex 8 Monotony : a. Low 0 b. Medium 1 c. High 4 Tediousness : a. Rather tedious 0 b. Tedious 2 c. Very tedious 5 Tabel 2.2. Allowance (Kelonggaran) Yang Direkomendasikan ILO. Sumber: Niebel, B. And Freivalds, A Methods, Standars And Work Design, McGraw-Hill Co Kelonggaran Untuk Kebutuhan Pribadi. Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi ini adalah hal-hal yang dapat menghilangkan ketegangan maupun kejemuan atau kebosanan dalam kerja. Ketegangan dan kebosanan kerja biasanya terjadi karena kondisi umum dari lingkungan kerja misalnya beban kerja yang berat, temperatur ruangan yang tinggi, sistem pencahayaan

16 23 yang kurang baik, pekerjaan yang berulang dan lain-lain. Untuk menghindari penurunan performansi kerja yang disebabkan oleh halhal tersebut maka diberikan kelonggaran pribadi Kelonggaran Untuk Menghilangkan Kelelahan (Fatique). Rasa kelelahan (fatique) tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik dari jumlah maupun kualitas. Biasanya fatique ini timbul disebabkan karena operator melakukan pekerjaan yang berulang secara terus menerus (monoton). Jika rasa fatique telah datang dan pekerja harus tetap bekerja untuk menghasilkan performansi kerja yang normal maka usaha yang dikeluarkan pekerja lebih besar dari normal dan ini akan menambah rasa fatique. Untuk menentukan besarnya kelonggaran dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan kapan terjadinya penurunan hasil produksi. Oleh karena itu kelonggaran untuk melepaskan rasa lelah harus atau perlu ditambahkan dalam kondisi kerja Hasil Kerja Manusia Dan Proses Pengendaliannya Setiap hari manusia selalu terlibat dengan kegiatan-kegiatannya, apakah itu bekerja ataupun bergerak, kesemuanya memerlukan tenaga yang penting harus diperhatikan, bagaimana mengatur kegiatan ini, sedemikian rupa sehingga posisi tubuh saat bekerja ataupun bergerak tersebut ada dalam macam-macam kegiatannya tergantung pada struktur fisik dari tubuhnya yang terdiri dari struktur tulang, otot-otot rangka, sistem syaraf dan proses metabolisme.

17 24 Dua ratus enam tulang manusia membentuk rangka, yang berfungsi untuk melidungi dan melaksanakan kegiatan-kegiatan fisik. Tulangtulang tersebut satu dengan yang lain dihubungkan dengan sendisendi tulang yang terdiri atas gumpalan-gumpalan serabut otot yang dapat berkontarksi. Serabut otot ini berfungsi mengubah energi kimia menjadi energi mekanik. Kegiatan-kegiatan dari otot ini dikontrol oleh sistem syaraf sedemikian rupa sehingga kegiatan kerja secara keseluruhan dapat berlangsung dengan baik. Semua kegiatan dari tubuh manusia memerlukan tenaga. Tenaga ini diperoleh karena adanya proses metabolisme dalam otot, yaitu berupa kumpulankumpulan di proses kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk, masing-masing kerja mekanis dan panas Mengukur Aktivitas Kerja Manusia. Mengukur aktivitas kerja menusia dalam hal ini adalah mengukur berapa besarnya tenaga kerja yang dibutuhkan oleh seorang pekerja untuk melaksanakan kerjanya. Tenaga yang dikeluarkan tersebut biasanya diukur dalam satuan kilokalori. Secara umum pengukuran aktivitas kerja manusia dapat dibagi dalam dua kelas utama, yaitu kriteria fisiologis dan kriteria operasional. Kriteria Fisiologis Kriteria fisiologis dari kegiatan manusia biasanya ditentukan berdasarkan kecepatan detak jantung dan pernapasan. Sehubungan dengan pekerjanya sendiri, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran tenaga selama

18 25 bekerja, diantaranya: cara melaksanakan kerjanya, kecepatan kerjanya, sikap pekerja, kondisi lingkungan dan lain-lain. Beban kerja secara ergonomi fisiologis dapat dibedakan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Beban fisik enegetis adalah beban kerja yang ditimbulkan oleh kerja fisik atau kerja (kontraksi otot). Kontraksi otot merupakan peristiwa yang kompleks karena melihat berbagai sistem organ tubuh. Diantaranya: Sistem susunan syaraf pusat (otak) dan tepi (perifer) sebagai fungsi koordinasi. Sistem energi melalui proses metabolisme. Beban fisik energitis dapat dibedakan lagi menjadi: Beban kerja statis. Kontraksi otot bersifat isometrik yaitu tidak terjadi perubahan panjang otot karena kontraksi terus berlangsung tanpa relaksasi sehingga aliran darah terganggu. Faktor pembatas kerja adalah rasa sakit lokal serta peningkatan tekanan darah dan denyut jantung (nadi) akibat terhalangnya aliran darah. Beban kerja dinamis.

19 26 Proses metabolisme merupakan hal yang sangat penting pada beban kerja fisik dinamis dengan kontraksi otot bersifat isometrik siklis. Faktor pembatas kerja adalah sumber energi yang berupa adenosine trifosfat (ATP), Kreattin fosfat (CP), glukosa darah atau glikogen otot. 2. Beban mental perseptif. Beban kerja diakibatkan kerja mental (otak) dan kerja panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. Keterlibatan kontraksi otot dan sumber energi (kalori) yang mendukungnya relative kecil. Faktor pembatas kerja adalah kelelahan mental (sentral) dan panca indera yang bersangkutan dengan berkurang atau menurunnya daya atau kemampuan sistem organ atau panca indera yang bersangkutan terutama dalam bentuk melambatnya waktu reaksi. 3. Beban biomekanik. Baban biomekanik adalah beban yang disebabkan oleh terutama kerja statis dan dinamis yang berhubungan dengan sikap (posisi) tubuh atau bagian tubuh serta berat baban waktu kerja yang kurang tepat atau kurang baik. Analisis anatomi anthropometri dan mekanik (biomekanik) kerja pada posisi serta berat tertentu merupakan hal yang penting. Kriteria Operasional.

20 27 Kriteria operasional melibatkan teknik-teknik untuk mengukur atau menggambarkan hasil-hasil yang bisa dilakukan tubuh atau anggota-anggota tubuh pada saat melaksanakan gerakangerakannya. Secara umum hasil gerakan yang bisa dilakukan tubuh atau anggota tubuh dapat dibagi dalam bentuk-bentuk range (rentangan) gerakan, pengukuran aktivitas berdasarkan kekuatan, ketahanan, kecepatan dan ketelitian. Untuk mengukur aktivitas-aktivitas tersebut., bisa digunakan bermacam-macam alat ukur seperti: alat pengukur tegangan dan dinamometer. Tubuh manusia membutuhkan 4800 kalori seharinya yang didistribusikan untuk: Kebutuhan internal tubuh. Pekerjaan Dalam kedaan istirahat yaitu diam secara fisik pada keadaan duduk, tubuh membutuhkan sekitar 1,5 K (kalori) setiap menitnya. Pada tubuh mulai terbebani, energi yang dikeluarkan naik mengikuti kebutuhannya. Pria K/hari 2400 Wanita K/hari Tipe Pekerjaan Duduk, Kerja Ringan Duduk, Kerja Ringan Berdiri, Kerja Ringan Berjalan Duduk, Kerja Berat Duduk, Kerja Berat Berdiri, Kerja Ringan Duduk, Kerja Berat Bediri, Kerja Berat Duduk, Kerja Berat Pekerjaan Pemegang Buku Pengetik Penata Rambut Gembala Penenun, Penganyam Pengemudi Montir Mesin Tukang Sepatu Pengemudi Mesin Pemasang Baju Jalan

21 28 Bediri, Kerja Sedang Pemijat Berdiri, Kerja Berat Sekali Penggergaji Kayu 4200 Berdiri, Kerja Sangat Berat Penggali Tabel 2.3. Pengeluaran Energi Dalam Berbagai Pekerjaan Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam merancang sistem kerja. 1. Sistem kerjanya tidak membutuhkan energi tubuh lebih dari 2400 K 2. Bila harus melebihinya, mesti ada makanan tambahan diberikan pada pekerja. Inipun hanya dibenarkan bila terjadi sekali-kali saja dan tidak untuk jangka panjang sifatnya. 3. Meski tidak melebihi 2400 K untuk berapapun energi kerja yang diperlukan hendaknya diperhatikan masukkan kalori sehari-hari umumnya pekerja agar kebutuhan 2400 K untuk aktivitas kerja tetap terpenuhi secara minimal. Makan Harian Sarapan Snack Pagi Makan Siang Snack Sore Makan Malam Kelompok Pekerja Halus Kal Kal Kal Kal Kal Kelompok Pekerja Kasar Kal Kal Kal Kal Kal Tabel 2.4. Distribusi Pemasukan Makan Harian.

22 29 Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo Jenis Makanan Sayuran Kol Susu Skim Susu Penuh Kentang Beras/Nasi Telor Daging Keju Roti Gula Mentega Berat 670 g 400 g 3 dl 2 dl 150 g 55 g 60 g 50 g 45 g 42,5 g 25 g 13,5 g Tabel 2.5. Berat Makanan Untuk Menghasilkan 100 Kalori. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo Jenis Makanan Kecil 1 Cangkir Air 1 Cangkir Sop 1 Cangkir Teh Dengan 2 Potong Gula 1 Cangkir Kopi Dengan 2 Potong Gula Dan Susu 1 Cangkir Sari Buah 1 Cangkir Susu Atau Susu Asam 1 Cangkir Ovaltin Isi Kalori

23 30 Biskuit (50 g) Roti (50 g) Roti Dengan Buah Roti Dengan Keju Roti Dengan Sosis Roti Dengan Coklat Tabel 2.6. Makanan Kecil Dan Isi Kalorinya Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo Proses Tejadinya Kelelahan. Kelelahan merupakan suatu pola yang timbul pada suatu keadaan, yang secara umum terjadi pada setiap individu, yang telah tidak sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya pada dasarnya pola ini ditimbulkan oleh dua hal, yaitu: akibat kelelahan fisiologis (fisik atau kimia) dan akibat kelelahan psikologis (mental atau fungsionil). Hal ini biasa bersifat objektif (akibat perubahan performance) dan bersifat subjektif (akibat perubahan dalam perasaan dan kesadaran). 1. Kelelahan Akibat Faktor Fisiologis (Fisik atau Kimia). Kelelahan fisiologis adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan fisiologis dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebgai mesin yang mengkonsumsi bahan baker dan memberikan out put berupa tenaga-tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-sehari. Pada prinsifnya, ada 5 macam mekanisme yang dilakukan tubuh yaitu: sistem peredaran, sistem pencernaan, sistem otot, sistem syaraf dan sistem pernafasan. Kerja fisik yang kontinu berpengaruh terhadap mekanisme-mekanisme tersebut, baik secara sendiri-sendiri ataupun

24 31 sekaligus. Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah, dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah. Makanan yang mengandung glikogen, mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah setiap kontraksi dari otot diikuti oleh reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan, yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernapasan, sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu hal ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik, apabila fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk sisa, dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan oleh tidak seimbangnya antara kerja dengan proses pemulihan. Secara lebih jelas, terdapat tiga penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu: 1. Oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan CO 2, saerolactic, phospati dan sebagainya, diman zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat tersebut tidak seimbang dengan

25 32 proses pengeluarannya, sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang menunggu kegiatan otot selanjutnya. 2. Karbohidrat yang didapat dari makanan dirubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glikogen, setiap 1 cm 3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 persen dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati. Karena bekerja, persediaan glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7 persen. 3. Pada keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernapasan kira-kira 4 Lite/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras, dibutuhkan udara kira-kira 15 Liter/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernapasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul, karena reaksi oksidasi dalam tubuh, yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air (H2O) dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah). 2. Kelelahan Akibat Faktor Psiologis. Macam kelelahan kedua adalah kelelahan psikologis. Kelelahan ini bisa dikatakan kelelahan yang palsu, yang timbul dalam perasaan seseorang dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat

26 33 pendapat yang tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya. Hal hal yang dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui telah datangnya gejala gejala atau perasaan perasaan dari kelelahan: 1. Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat, menguap, pikiran merasa kacau, mengantuk, mata terasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, dan merasa ingin berbaring. 2. Merasa susah berfikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terhadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap dan dapat tekun dalam pekerjaan. 3. Sakit kepala, kekakuan bahu, merasa nyeri dipunggung, pernapasan merasa tertekan, haus, suara serak, merasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan dan merasa kurang sehat badan. Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara, diantaranya: Sediakan kalori secukupnya sebagai masukan untuk tubuh. Bekerja dengan menggunakan metoda kerja yang baik, misalnya bekerja dengan memakai prinsif ekonomi gerakan.

27 34 Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya pengeluaran tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan batasannya. Memperhatikan waktu keerja yang teratur, berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat dan sarana sarananya, masa libur dengan rekreasi dan lain lain. Mengatur lingkungan fisik sebaik baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, penerangan, kebisingan, getaran, bau/wangi wangian dan lain lain. Berusaha untuk mengurangi monotoni dan ketegangan akibat kerja, misalnya dengan menggunakan warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu olahraga dan lain lain Kondisi Lingkungan Kerja Yang Mempengaruhi Kegiatan. Suatu kondisi lingkungan yang baik tidak bisa ditemukan dengan begitu saja, tetapi harus melalui tahapan-tahapan percobaan, dimana setiap kemungkinan dari kondisi tersebut diuji pengaruhnya terhadap kemampuan manusia. Kemajuan teknologi sekarang memungkinkan untuk melaksanakan pengujian semacam ini dan tentu saja

28 35 pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku manusia akan sangat membantu dalam mencapai hasil dari pengujian ini. Sebagaimana kita mempengaruhi ketahui, terbentuknya terdapat banyak suatu kondisi faktor yang lingkungan kerja diantaranya: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis dan bau bauan Temperatur Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda-beda, seperti ditunjukkan pada gambar sebagai berikut: No Bagian Mulut Dada (kulit) Garis Pinggang (kulit) Bul Betis Kaki Derajat Celsius 370 C 24, C C 37,50 C 26,50 28,30 C 26,50 28,30 C Tabel 2.7. Temperatur Disetiap Anggota Tubuh Manusia Dalam Keadaan Normal. Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung. Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehinggga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tetapi kemampuan untuk

29 36 menyesuaikan diri ini pun ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan dari temperatur luar tubuh ini tidak melebihi 20 % untuk kondisi panas dan 35 % untuk kondisi dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya menurut penyelidikan apabila temperatur udara lebih rendah dari 17 C, berarti tempratur udara ini ada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35% dibawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena kehilangannya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi, juga ada sebagian kecil akibat penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlalu panas dibandingkan temperatur normal tubuh, maka tubuh akan menerima panas akibat konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk mendinginkan dirinya melalui sistem penguapannya. Ini menyebabkan temperatur tubuh menjadi ikut naik dengan kelebihan tingginya temperatur udara. Sebagaimana kita ketahui dan rasakan bahwa temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan gairah kerja yang menurun. Sedangkan temperatur udara yang terlalu panas, akan mengakibatkan cepat timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan. Menurut penyelidikan, untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:

30 37 No Pada Keterangan Tempetratur Temperatur yang dapat ditahan 490 C 1 sekitar 1 jam tetapi jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Aktifitas mental & daya tanggap 2 29,50 C C 100 C menurun kesalahan dan mulai dalam membuat pekerjaan. Timbul kelelahan Kondisi optimum. Kekakuan extrim mulai muncul. Tabel 2.8. Beberapa Harga Temperatur Dan Pengaruhnya Terhadap Kondisi Tubuh. Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung. Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi setiap orang nyatanya berbedabeda, tergantung didaerah bagaimana dia bisa hidup. Orang yang biasa hidup didaerah panas berbeda kemampuan dibandingkan dengan mereka yang hidup didaerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelediki pengaruh temperatur terhadap produktivitas para pekerja penenunan kapas, yang menimbulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur antara F (24-27 C) Kelembaban

31 38 Yang dimaksud kelembaban disini adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, bisa dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini sangat berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udaranya, dan memang secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan bergerak udara, dan radiasi panas dari radiasi udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepas panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dimana temperatur udara sangat panas dan kelembabannya tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan, dan pengaruh lain ialah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi akan oksigen. Sebagaimana kita ketahui, bahwa tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuhnya dengan suhu disekitarnya. Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus: M+R+C-E=O. Dimana :M= Panas yang diperoleh dari proses metabolisme. R= Perubahan panas karena radiasi. C= Perubahan panas karena konveksi. E= Hilangnya tenaga akibat penguapan. R dan C berharga (+) jika temperatur diluar tubuh lebih panas dibanding suhu tubuh berarti tubuh menerima panas dari lingkungan, dan sebaiknya R dan C berharga apabila suhu tubuh lebih panas dibandingkan temperatur luar. Jika temperatur udara panas dan kelembabannya tinggi, maka rumus keseimbangan akan menjadi:

32 39 M+R-E=O. Ini menunjukkan suatu keadaan dimana tubuh kehilangan tenaga akibat pengurangan, dan ini harus diimbangi terutama oleh akibat penguapan, dan ini harus diimbangi terutama oleh proses metabolisme yang untuk berlangsungnya memerlukan banyak oksigen artinya, makin panas dan makin lembab keadaan lingkungan, makin banyak metabolisme, makin dan oksigen cepat yang diperlukan untuk peredaran darah sehingga mempercepat pula denyut jantung. Keadaan ini sangat berbahaya bagi orang-orang tua dan mereka yang lemah jantung Sirkulasi Udara Sebagaimana kita ketahui, udara disekitar kita mengandung 21 % O2, 78 % N2, 0,03 % CO2, dan 0,97 % gas lainnya (campuran). Oksigen (O2) merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses metabolisme. Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas-gas atau bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara disekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya pernapasan kita dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Untuk menjaga agar udara disekitar tempat kerja tetap sehat alam arti kata cukup mengandung oksigen dan bebas ari zat-zat yang bisa menggangu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang

33 40 baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih, yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Contoh ventilasi sederhana ialah jendela rumah, dimana melaui jendela inilah udara bersih dan segar didalam rumah bisa dijamin ada selamanya, karena akan terjadi sirkulasi udara dengan sendirinya. Sumber utama adanya udara segar adalah tanaman disekitar tempat kerja. Pada siang hari, dimana biasanya manusia melakukan sebagian besar dari kegiatannya pohon-pohonan merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernapasan kita. Dengan cukupnya oksigen disekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara psikologi akibat adanya tanaman-tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja Pencahayaan Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek-obyek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram, mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata

34 41 mengakibatkan kelelahan mental; lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan sekelilingnya, luminensi (brightness) dan lamanya melihat. Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang relatif antara objek dengan sekelilingnya, sedangkan luminensi berarti arus cahaya yang dipantulkan oleh objek. Salah satu kontras yang sederhana, apabila kita membaca buku atau meletakkan benda-benda putih, maka warna alas untuk buku sebaiknya relatif sama dengan warna kertas dari buku tersebut agar huruf-huruf dari buku tersebut mempunyai derajat kontras yang tinggi dibandingkan buku dan alasnya; begitu pula dengan bendabenda putih, agar derajat kontrasnya tinggi harus diletakkan pada alas yang berwarna gelap (lihat gambar berikut). Benar Salah Gambar 2.1. Contoh Kontras Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung.

35 42 Berikut ini adalah suatu contoh kemungkinan mata akan menjadi silau karena letak dari sumber cahaya. Dari gambar tersebut terlihat bahwa efektifitas mata untuk bisa melihat obyeknya adalah salah satunya ditentukan oleh letak sumber cahaya tersebut. Sebaiknya mata tidak langsung menerima cahaya dari sumbernya, tetapi cahaya tersebut harus mengenal objek yang akan dilihat, yang kemudian dipantulkan oleh objek tersebut ke mata kita, sehingga objek tersebut dapat dilihat Kebisingan Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah seperti diantaranya yang dikatakan sebagai polusi, dimana keadaan ini tidak terjadi dimasa lampau. Salah satu polusi yang sekarang cukup menyibukkan para ahli untuk mengatasinya ialah kebisingan, yaitu bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran dan dapat menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Ada tiga aspek yang menentukan kwalitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: lama, intensitas, dan frekuwensinya. Makin lama telinga kita mendengarkan kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, diantaranya pendengaran yang makin berkurang.

36 43 Intensias biasanya diukur degan satuan decibel (db), yang menunjukkan besarnya arus enersi persatuan luas. Berikut ini ditunjukkan skala intensitas yang biasa terjadi disuatu tempat atau akibat suatu alat/keadaan: Desibel Batas dengar tertinggi 120 Menulik 110 Halilintar Meriam Mesin Uap 100 Sangat hiruk Kuat Sedang Tenang Sangat tenang 10 Jalan Hiruk-Pikuk Perusahaan Sangat Gaduh Pluit Polisi Kantor Gaduh Jalan Pada Umumnya Radio Perusahaan Rumah Gaduh Kantor Umumnya Percakapan Kuat Radio Perlahan Rumah Tenang Kantor Perorangan Auditorium Percakapan Suara Daun-daun Berbisik Batas Dengar Terendah 0 Tabel 2.9. Skala Intensitas Kebisingan Sumber: Sutalaksana, I. Z., Anggawisastra, R., Tjakraatmaja, J. H Teknik Tata Cara kerja. Departemen Teknik Industri ITB. Bandung. Frekuwensi menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara yang sampai ditelinga kita setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik atau Herz (Hz).

37 Getaran Mekanis Sesuai dengan namanya, getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis, yang sebagian dari getaran ini sampai ketubuh kita dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas (meter/detik) dan frekuwensi getarnya (getaran/detik); getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas ataupun frekuwensinya. Sedangkan alat-alat yang ada dalam tubuh kita pun mempunyai frekuwensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekuwensi alaminya dengan alat yang lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi apabila frekuwensi alat mini beresonansi dengan frekuwensi dari getaran mekanis. Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal: - mempengaruhi konsentrasi bekerja - mempercepat datangnya kelelahan - dapat menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang, dan lain-lain.

38 Bau-bauan Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja dan secara lebih jauh bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena itu pemakaian air conditioner yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja Warna Yang dimaksud disini adalah warna tembok ruangan tempat kerja, dimana warna ini selain berpengaruh terhadap kemampuan mata untuk melihat objek, juga warna disekitar tempat kerja berpengaruh secara psikologis yang berbeda-beda terhadap manusia. Diantaranya: warna merah bersifat merangsang; warna kuning memberikan kesan yang luas atau lega; warna hijau atau biru memberikan kesan yang sejuk, aman dan menyegarkan; warna gelap memberikan kesan sempit dan warna terang memberikan kesan leluasa. Dalam keadaan dimana ruangan terasa sempit, warna yang sesuai dapat

39 46 menghilangkan kesan tersebut, hal ini secara psikologis menguntungkan karena kesan sempit cenderung menimbulkan ketegangan. Dengan adanya sifat-sifat itulah, maka pengaturan warna ruangan tempat kerja perlu diperhatikan; dalam arti harus disesuaikan dengan kegiatan kerjanya Otot Manusia Aktivitas Otot Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaks (santai). Analogi mekanismenya adalah seperti silinder pneumatic, aktivitas tunggal dengan sistem pegas. Walaupun pada hakekatnya tidak ada pegas dalam tubuh manusia. Dari sinilah otot sebagai penggerak utama bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain yang dikenal sebagai gerakan antagonis yang berfungsi untuk mengendalikan dan mengembalikan posisi tangan dan kaki pada tempat asalnya. Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak utama maupun yang antagonis berada pada posisi tegang (tension) selama dalam pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis secara otomatis relaks. Ada juga jenis otot lain yang disebut sebagai fiksator yang berfungsi sebagai pemberi keseimbangan pada saat adanya suatu gerakan dan sinergis yang berfungsi untuk mengontrol sambungan sambungan sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan secara efisien.

40 Sumber Energi Bagi Otot Sumber utamanya adalah dari pemecahan senyawa phosphate kaya energi dari kondisi energi tinggi ke energi rendah, yang mana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan elektro elektro dan menyebabkan gerakan relative dari Molekul Actin dan Myosin. Hal ini ditunjukkan pada proses berikut : ATP = ADP + Energi. ATP = Adenosin Tri Phosphat. ADP = Adenosin Di Phosphat. Untuk melanjutkan proses ini, ATP harus disintesa dengan bahan baker yang berasal dari sumber lain Anaerobic Anaerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dengan energi tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara lokal, karena kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah supply darah yang di pompa oleh jantung. Misalnya jika ada gerakan yang bersifat tiba tiba (mendadak), lari jarak dekat dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan aliran

41 48 darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup mensupplay oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat Aerobic Aerobic yaitu perubahan ATP menjadi ADP dan energi dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi CO 2 dan H2O dalam kondisi aerobic. Sehingga beban kerja yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Disamping itu aliran darah yang cukup akan mensupplay lemak, karbohidrat dan oksigen kedalam otot, akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah normal, dan kebalikannya kaadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. Hal tersebut diatas merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan melalui pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan pentingnya aliran darah untuk otot.

42 49 Gambar 2.2. Tulang Manusia. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.

43 50 Gambar 2.3. Tulang Manusia Pada Waktu Kecil.

44 51 Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo 2000.

45 52 Gambar 2.4. Otot-otot Rangka Manusia. Sumber: Ir. Sastrowinoto Suyatno, Meningkatkan Produktivitas Dengan Ergonomi, PT. Pustaka Binaman Pressindo Mengatur Waktu Kerja Beberapa Hasil Penelitian Membuktikan bahwa perubahan lamanya waktu kerja sehari menimbulkan perubahan pada efisiensi kerja. Dalam banyak kasus, kerja yang melebihi 10 jam sehari mengakibatkan penurunan dalam total prestasi dan penurunan kecepatan kerja yang disebabkan kelelahan. Dari pengamatan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang pegawai cenderung untuk mempertahankan keluaran setiap harinya seperti yang telah ditetapkan, sehingga ia akan berupaya untuk mencapai irama kerjanya sendiri dalam rangka mengadaptasi situasi termaksud. Fenomena tersebut hanya akan berlangsung apabila pekerjaan tidak tergantung kepada mesin. Kesediaan pegawai untuk menyesuaikan kecepatan kerjanya selama jam kerja dipengaruhi juga oleh banyaknya gaji yang diterima atau motivasi lainnya Kerja Lembur. Hasil penelitian membuktikan bahwa kerja lembur yang berlebihan tidak hanya meragukan akan keluaran perjamnya, tetapi juga akan diikuti dengan meningkatnya kemangkiran karena sakit atau kecelakaan kerja. Perbandingan antara konsumsi energi dan penggantian kembalinya, atau penggantian antara bekerja dan pemulihannya berlaku sama bagi semua fungsi tubuh. Hal tersebut

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Menurut Wikipedia Indonesia, fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia

Lebih terperinci

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

Tabel Allowance Rekomendasi ILO

Tabel Allowance Rekomendasi ILO Lampiran I Tabel Allowance Rekomendasi ILO Tabel Allowance Rekomendasi ILO Jenis Kegiatan Allowance A. Constant Allowance : 1. Personal Allowance 5 2. Basic Fatique Allowance 4 B. Variable Allowance :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Menurut

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI BAB 1 LANDASAN TEORI 2.1 Klasifikasi ABC 2.1.1 Pengertian Klasifikasi ABC Klasifikasi ABC merupakan klasifikasi dari suatu kelompok material dalam susunan menurun berdasarkan biaya penggunaan material

Lebih terperinci

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA LOGO Pengukuran konsumsi energi Kemampuan manusia utk melaksanakan kegiatan tergantung

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kerja Pengertian atau definisi dari kerja adalah semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Defenisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai defenisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk di luar jam kerja biasa (08.00-17.00).

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Lelah Beberapa ahli mendefinisikan kelelahan kerja adalah : a. Kelelahan kerja ditandai oleh adanya perasaan lelah, output dan kondisi psikologis yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

PENENTUAN LAMANYA ISTIRAHAT KERJA UNTUK MEMINIMASI BEBAN FISIOLOGIS BEKERJA (STUDI KASUS DI PR. DJAGUNG PADI MALANG)

PENENTUAN LAMANYA ISTIRAHAT KERJA UNTUK MEMINIMASI BEBAN FISIOLOGIS BEKERJA (STUDI KASUS DI PR. DJAGUNG PADI MALANG) PENENTUAN LAMANYA ISTIRAHAT KERJA UNTUK MEMINIMASI BEBAN FISIOLOGIS BEKERJA (STUDI KASUS DI PR. DJAGUNG PADI MALANG) Yanti Helianty ) Caecilia Sri Wahyuni ) Azizah Kusuma Wardhany ) ) Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin ERGONOMI Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandinavia - Human (factor) engineering atau Personal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dimana melakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja dinamis. Pengukuran dilakukan seluruh anggota badan seperti pergerakan anggota

Lebih terperinci

. II. TINJAUAN PUSTAKA

. II. TINJAUAN PUSTAKA . II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas tanah dengan memecah partikel menjadi lebih kecil sehingga memudahkan akar

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dilakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja statis. Pengukuran ini dilakukan pada anggota badan yaitu tangan dan kaki yang diberi

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS TUGAS AKHIR ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS DITINJAU DARI ASPEK BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI (Studi Kasus di PT. Bahama Lasakka, Batur, Ceper, Klaten) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: Organisasi Kerja Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN: 979-98339-0-6 Organisasi Kerja Organisasi kerja terutama menyangkut waktu kerja; waktu istirahat;

Lebih terperinci

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Shift Kerja 2.1.1 Definisi Shift Kerja Shift kerja mempunyai berbagai definisi tetapi biasanya shift kerja disamakan dengan pekerjaan yang dibentuk diluar jam kerja biasa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p

PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika p ROWING PHYSIOLOGY PENDAHULUAN Dayung adalah satu cabang olahraga yang membutuhkan kondisi tubuh prima agar dapat tampil sebaik mungkin pada saat latihan maupun ketika pertandingan. Pada saat latihan dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Olahraga yang sangat membudaya dari zaman kuno sampai ke zaman modern sekarang ini, baik di Indonesia maupun dunia internasional mulai dari wanita atau laki-laki

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -6 Modul 4: Konsumsi Energi Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-4, data M Arief Latar 2 Pengantar Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga merupakan keperluan dalam kehidupan kita, apalagi bagi orang yang ingin meningkatkan kesehatannya. Kebanyakan orang latihan untuk mendapatkan manfaat dari latihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Hasibuan (2000:10), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peran tenaga kerja agar efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100 meter sampai dengan 400 meter (Yoyo, 2000). Lari sprint 100 meter merupakan nomor lari jarak

Lebih terperinci

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA)

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) In order that people maybe happy in their work these three things are needed: they must be fit for it, they must

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNWERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada setiap sediaan otot gastrocnemius dilakukan tiga kali perekaman mekanomiogram. Perekaman yang pertama adalah ketika otot direndam dalam ringer laktat, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2

BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA & PRODUKTIVITAS PERTEMUAN KE-2 BEBAN KERJA Tubuh manusia dirancang untuk melakukan pekerjaan, massa otot beratnya hampir ½ berat badan, memungkinkan dpt menggerakan tubuh Setiap beban kerja

Lebih terperinci

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat SUMBER-SUMBER ENERGI DAN METABOLISME Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat segera digunakan adalah derivat

Lebih terperinci

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015 FISIOLOGI KERJA (II) hanna.udinus@gmail.com Teknik industri 2015 Proses Metabolisme Proses metabolisme menghasilkan panas & energi untuk kerja lewat sistem otot manusia. Unit/satuan yang digunakan : 1

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Produktivitas Kerja 1. Pengertian Produktivitas kerja adalah jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang bersangkutan dalam suatu periode tertentu. (15) Umumnya

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test Titin Isna Oesman 1 dan Risma Adelina Simanjuntak 2 Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta ti_oesman@yahoo.com,risma_stak@yahoo.com

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan di dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970 pasal 3. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kerja adalah penduduk yang produktif dan oleh karena itu sangat besar peranannya dalam mewujudkan pertumbuhan atau memberikan nilai tambah, kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN BAB 6 HASIL PENELITIAN 6.1 Karakteristik Responden Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pengemudi travel X-Trans Jakarta dengan trayek Jakarta-Bandung yang berjumlah 60 orang. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap cabang olahraga memiliki kriteria kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang atletnya. Di cabang olahraga dayung fisik, teknik, taktik, dan mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016

Ergonomi dan K3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016 Ergonomi dan K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) FTP UB 2016 Review Kecelakaan Kerja EVENT LOSS UNWANTED What is ergonomics Apa itu Ergonomi? Berasal dari kata Yunani ergon yang berarti kerja dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelelahan merupakan masalah yang harus mendapat perhatian. Semua jenis pekerjaan baik formal dan informal menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan adalah perasaan subjektif,

Lebih terperinci

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra

CREATIVE THINKING. MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra CREATIVE THINKING MANUSIA DAN ILMU PENGETAHUAN Panca Indra HIDUNG Hidung merupakan panca indera manusia yang sangat penting untuk mengenali bau dan juga untuk bernafas. Bagian-Bagian Hidung Dan Fungsinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan tubuh kita tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang kita konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan. Dengan

Lebih terperinci

Pengukuran Kelelahan

Pengukuran Kelelahan Kegiatan Belajar -7.2 Modul 4: Pengukuran Kelelahan Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 PENGUKURAN KELELAHAN SECARA SUBYEKTIF (subyective feeting of fatigue) Pengukuran kelelahan mengunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja, sebagaian besar diperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi modern memungkinkan manusia untuk melakukan berbagai hal sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam masyarakat, dikenal

Lebih terperinci

Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik dan Operator Untuk Menentukan Waktu Istirahat Kerja

Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik dan Operator Untuk Menentukan Waktu Istirahat Kerja JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI ISSN: 1412-6869 e-issn: 2480-4038 journal homepage: http://journals.ums.ac.id/index.php/jiti/index doi: 10.23917/jiti.v16i2.3379 Pengukuran Lingkungan Kerja Fisik dan Operator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah penggunaan tenaga dan penggunaan bagian tubuh seperti tangan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Organisasi atau perusahaan merupakan sebuah tempat dimana pekerja merupakan salah satu bagian penting dalam kesuksesan sebuah perusahaan. Bekerja adalah penggunaan tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, berbagai macam aktivitas yang dilakukan manusia sangat padat dan beraneka ragam. Di perkotaan manusia menjalani kehidupannya dengan persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

BAB II ANCANGAN ERGONOMI. : Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat menjelaskan cakupan dan rekanan Ergonomi.

BAB II ANCANGAN ERGONOMI. : Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat menjelaskan cakupan dan rekanan Ergonomi. BAB II ANCANGAN ERGONOMI Pertemuan ke: 1-2 TIK 2 Pokok Bahasan Deskripsi singkat : Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa dapat menjelaskan cakupan dan rekanan Ergonomi. : Ancangan Ergonomi : Pertemuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

SISTEM KERJA. Nurjannah

SISTEM KERJA. Nurjannah SISTEM KERJA Nurjannah Definisi Sistem Kerja Sistem adalah komponen komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama guna mencapai tujuan tertentu. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri) Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga (Nurkadri) Abstrak Olahraga adalah aktiftas jasmani yang membutuhkan energy dalam melakukannya. Kadar energy yang dibutuhkan disesuaikan dengan berat atau ringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. SISTEM Sistem adalah suatu kumpulan prosedur (komponen) yang saling terhubung satu sama lain yang digunakan dalam suatu unit bisnis yang mempunyai tujuan yang sama (Valavich,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi iklim kerja yang kurang sesuai, seperti suhu lingkungan kerja yang terlalu panas atau dingin, dapat menimbulkan masalah kesehatan pekerja. Iklim kerja panas

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu yang membutuhkan daya tahan jantung paru. Kesegaran jasmani yang rendah diikuti dengan penurunan

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH KESEHATAN KERJA oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH Disampaikan dalam Perkuliahan Kesehatan Masyarakat Jurusan D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang 2013 Pengantar Kesehatan kerja adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu kegiatan yang terjadi setiap saat di dunia ini. Secara sadar atau tidak, kita selalu belajar dalam hidup kita. Dapat dibilang, hidup adalah

Lebih terperinci

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8

Hidup Sehat. Peta Konsep. Halaman 1 dari 8 5 Hidup Sehat Pola hidup akan menentukan kualitas kesehatan seseorang. Pola hidup yang baik akan membawa seseorang pada kesehatan jasmani. Sebaliknya, pola hidup yang buruk dapat menimbulkan berbagai masalah.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani 2.1.1 Pengertian Kesegaran jasmani sudah umum dipakai dalam bahasa Indonesia, khususnya dalam bidang keolahragaan. Kesegaran jasmani biasa diucapkan dengan

Lebih terperinci

TI T PS K ESEHATA T N 1

TI T PS K ESEHATA T N 1 TIPS KESEHATAN 1 KEAJAIBAN TUBUH MANUSIA Organ-organ penting tubuh a.l. 1. JANTUNG o o 2. GINJAL o Setiap 24 jam berdetak 103.680 kali nonstop Memompa darah sekitar 5-6 liter per menit, atau sekitar 7.200

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Lazarus (dalam Lahey, 2007) menyatakan bahwa stres dapat dikatakan sebagai keadaan yang menyebabkan kemampuan individu untuk beradaptasi menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Disamping itu

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik. Disamping itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya perindustrian di Indonesia membawa banyak keuntungan bagi pemilik industri, usaha pekerja industri maupun pemerintah. Perkembangan ini di dukung oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Potensi bahaya banyak ditemukan di setiap tempat dimana kita melakukan aktivitas pekerjaan baik dirumah, di jalan, maupun di tempat kerja. Dalam UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga adalah kegiatan yang dilakukan dan dikelola secara profesional dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga. Atlet yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia usaha di Indonesia saat ini mengalami kemajuan yang pesat dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian hanya perusahaan yang memiliki

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Aktifitas fisik dengan maksimal akan mengalami kelelahan. Kelelahan adalah menurunnya kualitas dan kuantitas kerja atau olahraga yang disebabkan (akibat dari)

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA DI PT. INTI BENUA PERKASATAMA DUMAI Saya adalah

Lebih terperinci