BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Pengambilan data dari pengukuran fisiologis dalam aktivitas dengan menggunakan running belt dilakukan oleh satu orang operator dimana operator tersebut melakukan aktivitas berjalan di atas running belt. Sebelum melakukan aktivitas, diukur denyut jantung awal (D ) operator dan temperatur tubuh awal (T ). Pengambilan data dilakukan dengan mengukur denyut jantung setiap 1 menit kegiatan kerja dan setiap 1 menit kegiatan recovery (D 1 ) dengan menggunakan alat pulsemeter. Setelah melakukan aktivitas, kemudian mengukur perubahan suhu tubuh dengan menggunakan termometer tubuh (T 1 ) pada 1 menit terakhir melakukan aktivitas. Pengambilan data dilakukan pada tiga kecepatan dan waktu yang berbeda. Operator berjalan di atas running belt selama 2, 4, dan 6 menit dengan kecepatan konstan 2 km/jam, 4 km/jam dan 6 km/jam Grafik Analisis Kegiatan operator tersebut disajikan dalam bentuk grafik kerja dan recovery dengan waktu sebagai sumbu X dan kecepatan denyut jantung sebagai sumbu Y. Berikut ini merupakan grafik untuk setiap kecepatan dan waktu: CIV-1

2 CIV-2 a. Grafik dengan kecepatan 2 km/jam, 4 km/jam, dan 6 km/jam selama 2 menit. Denyut jantung (denyut/menit) Grafik berdasarkan waktu 2 menit KM / jam 4 4 KM / Jam 2 6 KM/ jam Gambar 4.1 Kecepatan Denyut Jantung Pada Waktu Aktifitas 2 Menit dengan Kecepatan Masing-Masing adalah 2km/jam, 4km/jam dan 6 km/jam Kecepatan denyut jantung pada waktu 2 menit dengan kecepatan masingmasing adalah 2 km/jam, 4 km/jam, dan 6 km/jam dengan keterangan warna biru menunjukkan kecepatan 2 km/jam, warna merah menunjukkan kecepatan 4 km/jam dan warna hijau menunjukkan kecepatan 6 km/jam. Keterangan garis putus-putus pada grafik di atas adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat pada waktu 2 menit. Waktu recovery untuk kecepatan 2 km/jam membutuhkan waktu yang sebentar karena operator masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas. Sedangkan untuk kecepatan 4 km/jam dan 6 km/jam cenderung lebih lama, hal ini terjadi karena operator sudah merasa lelah dan membutuhkan istirahat lebih lama.

3 CIV-3 b. Grafik dengan kecepatan 2 km/jam,4 km/jam dan 6 km/jam selama 4 menit Denyut jantung (denyut/menit) Grafik berdasarkan waktu 4 menit KM / jam 4 4 KM / Jam 2 6 KM/ jam Gambar 4.2 Kecepatan Denyut Jantung Pada Waktu Aktifitas 4 Menit dengan Kecepatan Masing-Masing adalah 2km/jam, 4km/jam dan 6 km/jam Kecepatan denyut jantung pada waktu 4 menit dengan kecepatan masingmasing adalah 2 km/jam, 4 km/jam, dan 6 km/jam dengan keterangan warna biru menunjukkan kecepatan 2 km/jam, warna merah menunjukkan kecepatan 4 km/jam dan warna hijau menunjukkan kecepatan 6 km/jam. Keterangan garis putus-putus pada grafik di atas adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat pada waktu 4 menit. Waktu recovery untuk kecepatan 2 km/jam membutuhkan waktu yang cukup lama karena operator masih lelah terhadap pekerjaan sebelumnya. Untuk kecepatan 4 km/jam waktu istirahatnya lebih sedikit dari sebelumnya karena operator sudah dapat menyesuaikan dengan aktivitasnya. Sedangkan untuk kecepatan 6 km/jam cenderung lebih lama, hal ini terjadi karena operator sudah merasa lelah dan membutuhkan istirahat lebih lama.

4 CIV-4 c. Grafik dengan kecepatan 2 km/jam,4 km/jam dan 6 km/jam selama 6 menit Denyut jantung (denyut/menit) Grafik berdasarkan waktu 6 menit KM / jam 4 4 KM / Jam 2 6 KM/ jam Gambar 4.3 Kecepatan Denyut Jantung Pada Waktu Aktifitas 6 Menit dengan Kecepatan Masing-Masing adalah 2km/jam, 4km/jam dan 6 km/jam Kecepatan denyut jantung pada waktu 6 menit dengan kecepatan masingmasing adalah 2 km/jam, 4 km/jam, dan 6 km/jam dengan keterangan warna biru menunjukkan kecepatan 2 km/jam, warna merah menunjukkan kecepatan 4 km/jam dan warna hijau menunjukkan kecepatan 6 km/jam. Keterangan garis putus-putus pada grafik di atas adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat pada waktu 6 menit. Waktu recovery untuk kecepatan 2 km/jam membutuhkan waktu yang sebentar karena operator masih memiliki tenaga yang cukup untuk melakukan aktivitas. Sedangkan untuk kecepatan 4 km/jam dan 6 km/jam cenderung lebih lama, hal ini terjadi karena operator sudah merasa lelah dan membutuhkan istirahat lebih lama.

5 CIV-5 d. Grafik selama 2, 4 dan 6 menit dengan kecepatan 2 km/jam Grafik berdasarkan kecepatan 2 km/jam 12 Denyut jantung (denyut/menit) menit 4 menit 6 menit Gambar 4.4 Kecepatan Denyut Jantung pada Kecepatan 2 km/jam dengan Waktu Masing-Masing adalah 2 menit, 4menit dan 6 menit Kecepatan denyut jantung pada kecepatan 2 km/jam dengan waktu masing-masing adalah 2 menit, 4 menit dan 6 menit dengan keterangan warna biru menunjukkan waktu 2 menit, warna merah menunjukkan waktu 4 menit dan warna hijau menunjukkan waktu 6 menit. Keterangan garis putus-putus berwarna biru menunjukkan garis recovery untuk waktu 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Garis putus-putus berwarna merah menunjukkan adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat untuk waktu 4 menit dan garis putus-putus berwarna hijau untuk waktu 6 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Grafik di atas menunjukkan waktu recovery untuk kecepatan 2 km/jam dengan waktu bekerja 2 menit membutuhkan waktu recovery selama 1 menit, untuk waktu bekerja 4 menit membutuhkan waktu recovery selama 2 menit. Sedangkan untuk waktu bekerja 6 menit membutuhkan waktu recovery selama 1 menit. Pada saat melakukan pekerjaan denyut jantung operator meningkat, sedangkan pada waktu istirahat denyut jantung operator cenderung menurun.

6 CIV-6 e. Grafik selama 2, 4 dan 6 menit dengan kecepatan 4 km/jam Grafik berdasarkan kecepatan 4 km/jam 12 Denyut jantung (denyut/menit) menit 4 menit 6 menit Gambar 4.5 Kecepatan Denyut Jantung Pada Kecepatan 4 km/jam dengan Waktu Masing-Masing adalah 2 menit, 4menit dan 6 menit Ketika kecepatan denyut jantung pada kecepatan 4 km/jam dengan waktu masing-masing adalah 2 menit, 4 menit dan 6 menit dengan keterangan warna biru menunjukkan waktu 2 menit, warna merah menunjukkan waktu 4 menit dan warna hijau menunjukkan waktu 6 menit. Keterangan garis putus-putus berwarna biru adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat untuk waktu 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Garis putus-putus berwarna merah menunjukkan garis recovery untuk waktu 4 menit dan garis putus-putus berwarna hijau untuk waktu 6 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Grafik di atas menunjukkan waktu recovery untuk kecepatan 4 km/jam dengan waktu bekerja 2 menit membutuhkan waktu recovery selama 2 menit, untuk waktu bekerja 4 menit membutuhkan waktu recovery selama 1 menit. Sedangkan untuk waktu 6 menit membutuhkan waktu recovery selama 2 menit. Pada saat melakukan pekerjaan denyut jantung operator meningkat, sedangkan pada waktu istirahat denyut jantung operator cenderung menurun.

7 CIV-7 f. Grafik selama 2, 4 dan 6 menit dengan kecepatan 6 km/jam Grafik berdasarkan kecepatan 6 km/jam 14 Denyut jantung (denyut/menit) menit 4 menit 6 menit Gambar 4.6 Kecepatan Denyut Jantung Pada Kecepatan 6 km/jam dengan Waktu Masing-Masing adalah 2 menit, 4menit dan 6 menit Ketika kecepatan denyut jantung pada kecepatan 6 km/jam dengan waktu masing-masing adalah 2 menit, 4 menit dan 6 menit dengan keterangan warna biru menunjukkan waktu 2 menit, warna merah menunjukkan waktu 4 menit dan warna hijau menunjukkan waktu 6 menit. Keterangan garis putus-putus berwarna biru adalah pembatas antara denyut jantung kerja dan istirahat untuk waktu 2 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Garis putus-putus berwarna merah menunjukkan garis recovery untuk waktu 4 menit dan garis putus-putus berwarna hijau untuk waktu 6 menit dengan kecepatan 2 km/jam. Grafik di atas menunjukkan waktu recovery untuk kecepatan 4 km/jam dengan waktu bekerja 2 menit, 4 menit, dan 6 menit membutuhkan waktu recovery selama 2 menit. Pada saat melakukan pekerjaan denyut jantung operator meningkat, sedangkan pada waktu istirahat denyut jantung operator cenderung menurun.

8 CIV Konsumsi Energi dan Oksigen Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut jantung dikarenakan oleh temperatur sekeliling yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja. Dengan berbagai macam alasan itulah sehingga denyut jantung telah dipakai sebagai indeks beban kerja. Berikut ini adalah perhitungannya. = / = 84.4 / Y = 4 2 1,8411,22938X + 4, X Y kerja = (13.856) (13.856) 2 = kcal/menit Y istirahat = (84.4) (84.4) 2 = kcal/menit Dimana: Y = Energi (Kcal/menit) X = Kecepatan denyut jantung (denyut/menit) KE = Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (Kcal) Et = Pengeluaran energi pada saat kerja (Kcal) Ei = Pengeluaran energi pada saat istirahat (Kcal) Setelah mengetahui nilai untuk Y kerja dan Y istirahat dapat diketahui nilai dari konsumsi energi untuk aktu aktivitas tersebut: KE = Y kerja Y istirahat KE = kcal/menit kcal/menit KE = kcal/menit

9 CIV-9 Untuk nilai konsumsi oksigen diperoleh dengan menggunakan rumus berikut ini: Konsumsi Oksigen (KO) = KE Konsumsi Oksigen (KO) = 4.8 Konsumsi Oksigen =,26635liter menit Periode istirahat (Waktu Recovery Teoritis) Waktu recovery teoritis dihitung untuk mengetahui perbandingan antara recovery teoritis dengan recovery percobaan. Untuk menghitung nilai recovery teoritis digunakan rumus: ( K ) T S R = K 1,5 Dimana: R = Waktu istirahat (menit) T = Total waktu kerja K = Energi yang dikeluarkan dalam bekerja (Kcal/menit) S = Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan (kcal/menit) Tabel 4.1 Klasifikasi Beban Kerja dan Reaksi Fisiologis Energy Expenditure Detak Jantung Konsumsi Energi Tingkat Pekerjaan Kcal/menit Kcal/8 jam Detak/menit Liter/menit Undully Heavy > 12.5 > 6 > 175 > 2.5 Very Heavy Heavy Moderate Light Very Light < 2.5 < 12 < 6 <.5

10 CIV-1 Periode istirahat dapat dihitung dengan menggunakan hasil perhitungan konsumsi energi yang telah dilakukan. Perhitungan dilakukan untuk masing-masing beban dan pengangkat running belt. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut dengan contoh menit ke 2 dan kecepatan 2 km/jam: X ker ja = K = Y kerja = = 96.5 detak/menit 1,8411,22938(96.5) + = kcal/menit 4, (96.5) Bedasarkan rata-rata denyut jantung bekerja pada menit ke 2 dan kecepatan 2 km/jam, yaitu 96.5 (light) maka dipilih S sebesar 3,75 kcal/menit karena pada aktivitas ini adalah pekerjaan yang cukup ringan menurut operator. R (menit 2 dan kecepatan 2 km/jam) = = ( K S ) T K 1.5 ( ,75) ,5 =.194 menit 2 Setelah dilakukan perhitungan pada masing-masing aktivitas, dibuat tabel untuk meringkas hasil perhitungan. Berikut ini merupakan ringkasan perhitungan untuk waktu recovery: Tabel 4.2 Ringkasan Perhitungan Waktu Recovery Waktu Aktivitas Kecepatan Waktu Recovery (menit) 2 km/jam.194 menit 2 menit 4 km/jam.991 menit 6 km/jam.569 menit 2 km/jam.338 menit 4 menit 4 km/jam menit 6 km/jam.969 menit 2 km/jam.256 menit 6 menit 4 km/jam.9916 menit 6 km/jam.811 menit

11 CIV Analisis Pada saat operator melakukan aktivitas kerja, dihitung besar denyut jantung dan temperatur tubuh. Dari hasil pengambilan data tersebut dianalisa kecepatan rata-rata denyut jantung, perubahan temperatur, konsumsi energi dan konsumsi oksigen, dan perbandingan recovery percobaan (Rp) dengan recovery teoritis (Rt) Kecepatan Rata-Rata Denyut Jantung Kecepatan rata-rata denyut jantung menunjukkan rata-rata denyut jantung per menitnya. Kecepatan rata-rata denyut jantung dihitung dengan menggunakan denyut jantung saat bekerja dengan mengabaikan denyut jantung recovery. Rumus untuk menghitung kecepatan rata-rata denyut jantung (V ) adalah: V = D + D 1 n D N Hasil perhitungan nilai V dapat dilihat pada Tabel 4.2. Perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut dengan contoh menit ke 2 dan kecepatan 2 km/jam: V = = D + D D n = detak/menit N Tabel 4.3 Kecepatan Rata-Rata Denyut Jantung Waktu (menit) Kecepatan (Km/Jam) 2 Km/Jam 4 Km/Jam 6 Km/Jam 2 menit menit menit

12 CIV-12 Berdasarkan Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa kecepatan rata-rata denyut jantung untuk setiap kenaikan waktu berbanding lurus jika dilihat berdasarkan waktu. Hal tersebut sesuai dengan prinsip bahwa saat bergerak, otot yang bekerja memerlukan pasokan oksigen untuk mengolah energi yang didapat dari makanan. Udara yang dihirup oleh paru-paru, dihantarkan darah menuju jantung, kemudian oleh jantung dipompakan ke seluruh tubuh, terutama pada otot yang bekerja. Dengan demikian, saat bekerja adalah denyut jantung akan semakin naik dari awalnya. Semakin berat beban kerja, maka semakin cepat jantung berdetak setiap menitnya. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kecepatan agak tidak sesuai dengan prinsip yang ada. Hal ini dikarenakan setiap setelah melakukan aktifitas terhadap waktu, operator makan dan minum yang dapat meningkatkan energi dan menenangkan dirinya. Pengukuran denyut jantung akan sangat sensitif terhadap temperatur dan tekanan emosi manusia. Dengan demikian kecepatan operator berjalan di atas running belt dan lamanya operator berjalan di atas running belt mempengaruhi kecepatan denyut jantung operator Perubahan Temperatur Perubahan temperatur ( T) diperoleh dari lembar pengamatan yang mencatat temperatur awal dan temperatur akhir. Rangkuman dari perubahan temperatur dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.4 Perubahan Temperatur untuk Kecepatan 2 Km/Jam 2 Km/Jam T T 1 T Keterangan 2 menit Suhu Tubuh Naik 4 menit Suhu Tubuh Naik 6 menit ,2 Suhu Tubuh Turun

13 CIV-13 Tabel 4.5 Perubahan Temperatur Untuk Kecepatan 4 Km/Jam 4 Km/Jam T T 1 T Keterangan 2 menit Suhu Tubuh Naik 4 menit Suhu Tubuh Turun 6 menit Suhu Tubuh Naik Tabel 4.6 Perubahan Temperatur Untuk Kecepatan 6 Km/Jam 6 Km/Jam T T 1 T Keterangan 2 menit Suhu Tubuh Turun 4 menit Suhu Tubuh Naik 6 menit Suhu Tubuh Naik Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel-tabel di atas, dapat dilihat bahwa perubahan temperatur tidak stabil. Hal tersebut ditunjukkan oleh perubahan temperatur yang bermacam-macam. Ada yang naik, tetap bahkan ada yang turun. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme basal, rangsangan saraf simpatis, hormon pertumbuhan, hormon tiroid, hormon kelamin, demam (peradangan), status gizi, aktivitas, gangguan organ, dan lingkungan. Sesuai dengan prinsipnya, semakin berat atau lama bekerja temperatur tubuh akan naik. Namun pada percobaan berlari di running belt, temperatur tubuh ada yang turun. Hal ini mungkin dikarenakan temperatur udara, aliran udara, kelembaban udara relatif serta temperatur yang berdekatan dengan tubuh manusia dan dikarenakan mekanisme pertahanan tubuh operator yang berusaha mempertahankan temperatur tubuhnya. Salah satu contoh yang terlihat pada percobaan adalah keluarnya keringat saat berlari. Keringat dikeluarkan untuk menormalkan temperatur tubuh yang terangsang untuk naik. Ketika mengangkat berlari untuk pertama kali, suhu tubuh naik. Namun pada saat recovery tubuh mengeluarkan keringat agar suhu tubuh dapat terjaga dan dinormalkan kembali.

14 CIV-14 Penurunan temperatur juga disebabkan oleh pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya melalui kulit antara lain dengan cara radiasi, konduksi, dan evaporasi. Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh melepaskan panas adalah melalui evaporasi Konsumsi Energi dan Oksigen Saat bekerja, pengeluaran energi meningkat. Makin besar gerakan otot maka makin tinggi pula pengeluaran energi kerjanya. Kenaikan konsumsi energi yang nampak dalam kerja fisik itu dinyatakan dalam kalori kerja. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai konsumsi energi sebesar kcal/menit. Hal tersebut menandakan bahwa jumlah energi yang dikeluarkan setiap menitnya pada pengangkatan running belt adalah sebesar kcal. Dengan demikian sebaiknya dalam pekerjaan tersebut operator perlu mengganti energi yang hilang dengan energi baru yang nilainya di atas atau sama dengan kcal. Dengan nilai tersebut diperoleh juga konsumsi oksigen sebesar liter per menit yang berarti jumlah oksigen rata-rata yang dikonsumsi oleh operator dalam pekerjaannya adalah liter setiap menit Perbandingan Recovery Percobaan dan Teoritis Waktu recovery percobaan dihitung ketika operator melakukan aktivitas istirahat setelah melakukan aktivitas kerja. Waktu dihitung setiap 1 menit dengan mengukur besar denyut jantung. Waktu recovery tidak ditentukan, melainkan berdasarkan berapa lama denyut jantung operator kembali dalam keadaan sebelum melakukan aktivitas (denyut jantung akhir denyut jantung awal). Sedangkan waktu recovery teoritis didapat berdasarkan hasil pehitungan yang telah dilakukan sebelumnya. Berikut ini merupakan perbandingan antara nilai Recovery Percobaan (Rp) dan Recovery Teoritis (Rt):

15 CIV-15 Tabel 4.7 Perbandingan Waktu Recovery Teoritis (Rt) dengan Recovery Percobaan (Rp) Kecepatan Waktu 2 Km/Jam 4 Km/Jam 6 Km/Jam (menit) Rt Rp Kesimpulan Rt Rp Kesimpulan Rt Rp Kesimpulan Rt > Rp Rt < Rp Rt < Rp Rt < Rp Rt > Rp Rt < Rp Rt < Rp Rt < Rp Rt < Rp Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat 2 data yang menunjukkan denyut jantung percobaan lebih kecil dari denyut jantung teoritis yang berarti operator itu melakukan pekerjaan dengan rileks. Terdapat 7 data yang menunjukkan denyut jantung percobaan lebih besar dari denyut jantung teoritis yang berarti operator tidak nyaman melakukan aktivitas tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa operator tidak bisa menyesuaikan diri dengan pekerjaannya. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dengan mengkonsumsi minuman penambah ion tubuh dan pengaturan pernapasan yang kadang baik dan kadang kurang baik, serta kurangnya istirahat.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dimana melakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja dinamis. Pengukuran dilakukan seluruh anggota badan seperti pergerakan anggota

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA 4.1 Pembahasan Praktikum kali ini dilakukan pengukuran kerja fisiologi tentang kerja statis. Pengukuran ini dilakukan pada anggota badan yaitu tangan dan kaki yang diberi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kerja Pengertian atau definisi dari kerja adalah semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA AN ERGONOMI PENGUKURAN KINERJA FISIOLOGI Font 16, bol, center isusun Oleh: Font 12, bold, center Nama / NPM : 1.. / NPM 2.. / NPM Kelas : Kelompok : (Romawi)

Lebih terperinci

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah Kerja Bekerja adalah suatu kegiatan manusia merubah keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Menurut Wikipedia Indonesia, fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia

Lebih terperinci

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI MANUFAKTUR/JASA LOGO Pengukuran konsumsi energi Kemampuan manusia utk melaksanakan kegiatan tergantung

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI A. DESKRIPSI Menurut Tayyari dan Smith (1997) fisiologi kerja sebagai ilmu yang mempelajari tentang fungsi-fungsi organ tubuh manusia yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Fisiologi Fisiologi dari kata Yunani physis = 'alam' dan logos = 'cerita', adalah ilmu yang mempelajari fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup. Menurut

Lebih terperinci

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011

- TEMPERATUR - Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga dada) 30/10/2011 ERGONOMI - TEMPERATUR - Universitas Mercu Buana 2011 Tubuh Manusia dan Temperatur Kroemer & Kroemer,, 2001) Temperatur inti tubuh manusia berada pada kisaran nilai 37 o C (khususnya bagian otak dan rongga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang dikembangkan pada tipe

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar Kegiatan Belajar -6 Modul 4: Konsumsi Energi Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc Modul-4, data M Arief Latar 1 I. PENDAHULUAN Modul-4, data M Arief Latar 2 Pengantar Jenis pekerjaan yang menggunakan kekuatan otot

Lebih terperinci

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA)

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) In order that people maybe happy in their work these three things are needed: they must be fit for it, they must

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap individu dalam masyarakat berperan penting sebagai agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut membutuhkan suatu keadaan yang mendukung

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 3 BEBAN KERJA FISIK Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com BEBAN KERJA FISIK Beban

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI 2 Disusun Oleh : Nama / NPM : 1. Ardan Afrianto / 30408140 2. Dedi Fuadman Harita / 30408252 3. Heidy Olivia Thaeras / 30408421 4. Muh. Ridwan

Lebih terperinci

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015 FISIOLOGI KERJA (II) hanna.udinus@gmail.com Teknik industri 2015 Proses Metabolisme Proses metabolisme menghasilkan panas & energi untuk kerja lewat sistem otot manusia. Unit/satuan yang digunakan : 1

Lebih terperinci

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. 1. Beban Kerja a. Pengertian Beban Kerja Beban kerja adalah keadaan pekerja dimana dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja adalah beban yang ditanggung tenaga kerja

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Temperatur Tubuh Peningkatan temperatur tubuh dapat dijadikan indikator terjadinya peradangan di dalam tubuh atau demam. Menurut Kelly (1984), temperatur normal tubuh sapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk hasil peternakan yang berupa protein hewani juga semakin meningkat. Produk hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kecukupan air dan homeostasis elektrolit dalam tubuh sangat penting untuk kesehatan fungsi fisiologis. Hal ini juga tergantung dari keseimbangan air dan elektrolit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelelahan 1. Pengertian Kelelahan Kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Kelelahan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Masa Kerja Masa kerja dihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

SEJARAH & PERKEMBANGAN

SEJARAH & PERKEMBANGAN Amalia, ST., MT. SEJARAH & PERKEMBANGAN ERGONOMI Suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Iklim Kerja 1. Pengertian Iklim kerja Iklim kerja adalah keadaan udara di tempat kerja. 2 Iklim kerja merupakan interaksi berbagai variabel seperti; temperatur, kelembapan udara,

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA)

Pengukuran Energi Fisik. Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) Pengukuran Energi Fisik Sebagai Tolok Ukur Perbaikan Tata Cara Kerja (FISIOLOGI KERJA) In order that people maybe happy in their work these three things are needed: they must be fit for it, they must

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID05 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan display! (min 6) 2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari analog display dan digital display! 3. Apa yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Detaseman Kavaleri Berkuda (Denkavkud) berada di Jalan Kolonel Masturi, Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan pada mereka. Keadaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Awaluddin Muharom,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi menjadi dua tingkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Ayam tipe medium atau disebut juga ayam tipe dwiguna selain sebagai ternak penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging (Suprianto,2002).

Lebih terperinci

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY

Suharjana FIK UNY Suharjana FIK UNY Latihan aerobik bertujuan untuk memperbaiki kinerja aerobik dan anaerobik. Kinerja aerobik dan anaerobik ini dapat dicapai melalui konsumsi oksigen maksimum (VO2Max) Endurance training merupakan model

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas fisik ialah gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik merupakan setiap gerakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan suatu industri dalam melaksanakan proses produksi dan mencapai target produksi yang diharapkan dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor penting

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh beban tubuh, memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGETAHUAN 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

Lebih terperinci

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA

MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA MODUL I PENGUKURAN FISIOLOGI KERJA 1. Prosedur Praktikum Dalam menjalankan kegiatan praktikum ini, terdapat beberapa prosedur berikut: a. Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. b. Sebelum memulai

Lebih terperinci

ENERGI. Universitas Gadjah Mada

ENERGI. Universitas Gadjah Mada ENERGI Energi Bahan Pangan Energi adalah kapasitas untuk mengerjakan sesuatu untuk mengerjakan sesuatu kegiatan dan dalam hal ini energi mengalami transformasi menjadi jenis energi yang sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat menurut Santoso (2004:16) terbagi dalam dua tingkatan yaitu sehat statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat dinamis

Lebih terperinci

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data digilib.uns.ac.id 76 BAB IV HASIL PENELITIAN Dalam bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya. Penyajian hasil penelitian adalah berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2010 sampai dengan Januari 2011 di Areal Pesawahan di Desa Cibeureum, Kecamatan Darmaga,

Lebih terperinci

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA

BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA BIOFISIKA 2 BIOENERGETIKA 1. KONSEP ENERGI Energi sering menjadi pokok bahasan setiap hari, namun tak banyak orang yang memahami konsep dasar energi. Energi dapat ditinjau dari 3 sudut pandang, yaitu :

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi : BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek penelitian tenaga kerja meliputi : 1. Umur Umur merupakan salah satu faktor yang juga memiliki

Lebih terperinci

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA 1.1. TUJUAN PRAKTIKUM Melalui praktikum ini, praktikan diharapkan: 1. Mampu memahami dan mengetahui kekuatan otot anggota tubuh manusia 2. Mampu memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang ingin menjalani kehidupannya senantiasa dalam keadaan sehat. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, berbagai upaya telah dilakukan, salah satu

Lebih terperinci

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE 2.1. Tujuan Praktikum Setelah mengikuti praktikum, praktikan diharapkan : a. Mampu memahami pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh selama manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan teknologi maju sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan dapat merugikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk serta semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap tahunnya. Konsumsi protein

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan kerja dipengaruhi oleh salah satu faktor diantaranya adalah faktor kerja fisik (otot). Kerja fisik ( beban kerja) mengakibatkan pengeluaran energi,

Lebih terperinci

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta Latihan endurance (endurance training) merupakan model latihan yang biasa digunakan

Lebih terperinci

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas -THESIS (TI - 092327)- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas Oleh : Irma Nur Afiah Dosen Pembimbing : Ir. Sritomo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan tubuh manusia tidak hanya tergantung dari jenis makanan yang dikonsumsi, tetapi juga dari aktivitas atau latihan fisik yang dilakukan. Efek akut aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik. 1 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat VO2max Burns (2000:2) VO2max adalah jumlah maksimal oksigen yang dapat dikonsumsi selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang kerja. 2 Iklim kerja atau cuaca kerja yang terlalu panas atau dingin dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan teknologi dan industri dengan produk dan distribusinya telah menimbulkan suatu lingkungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT TEKANAN PANAS DENGAN FREKUENSI DENYUT NADI PEKERJA PANDAI BESI DI KELURAHAN PADEBUOLO Akmal Dwiyana Kau, Sunarto Kadir, Ramly Abudi 1 akmalkau@gmail.com Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihubungkan dengan produksi panas oleh tubuh disebut tekanan panas. menyangkut panas akan meningkat (ACGIH, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tekanan Panas 2.1.1 Defenisi Tekanan Panas Menurut Suma mur (2009) cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi. Kombinasi

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja Tatap muka ke : 13 POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA Tujuan Instruksional Umum : Memberikan pengetahuan tentang penggunaan energi mekanik yang dihasilkan dari proses metabolisme

Lebih terperinci

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku

Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar menguku Sistem Energi Dalam Olahraga Definisi Energi pada makhluk hidup (manusia) mampu ditimbulkan dengan cara tanpa O2 (cepat) maupun dengan O2 (lama). Di lapangan pelatih sukar mengukur seberapa besar energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan dan kondisi fisik yang lain dapat mengakibatkan gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi fisik lingkungan tempat kerja dimana pekerja beraktifitas sehari-hari mempunyai pengaruh terhadap gangguan bahaya baik langsung dan tidak langsung bagi keselamatan

Lebih terperinci

IV-138 DAFTAR ISTILAH

IV-138 DAFTAR ISTILAH IV-138 DAFTAR ISTILAH Evaporasi; (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar 0,58

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur tubuh hewan merupakan keseimbangan antara produksi panas tubuh yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA SISTEM KERJA & ERGONOMI FISIOLOGI KERJA Disusun oleh: 1. Rizki Akbar Rismawan (3333110483) 2. Gina Andini (3333110951) 3. Alfian Kello (3333111444) 4. Puput Puspitasari (3333111700)

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI KONDISI IKLIM KERJA DI LABORATORIUM BETON TEKNIK SIPIL INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Denny Dermawan 1, Mochamad Luqman Ashari 2, Wiediartini 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tekanan Panas a. Definisi Iklim kerja adalah suatu bentuk kombinasi dari suhu di tempat kerja, kelembaban pada udara, kecepatan gerakan udara, serta suhu radiasi

Lebih terperinci

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

Fitria Dwi Andriyani, M.Or. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PRINSIP LATIHAN Prinsip latihan yang dapat dijadikan pedoman dalam melatih kegiatan ekstrakurikuler olahraga di antaranya ialah: prinsip multilateral, individu, adaptasi, beban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai faktor bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Energi Otot Rangka Kreatin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan pada awal aktivitas kontraktil. Suatu karakteristik khusus dari energi yang dihantarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan tekanan 2.1. Tekanan Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi Tekanan Darah Tekanan darah adalah tenaga yang diupayakan oleh darah untuk melewati setiap unit dinding pembuluh darah. Jantung secara umum memberikan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS 1 Pendahuluan A. Definisi B. Sejarah 1. Definisi psikologi rekayasaan (ergonomi) C. Dasar ilmuan dari Psikologi 2. Sejarah psikologi rekayasaan (ergonomi) Kerekayasaan D. Studi tentang sistem rja secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani adalah kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas pekerjaannya sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Serta meningkatkan

Lebih terperinci

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C.

Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam (kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37 C. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR

PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) KELAS 2ID06 PENGINDERAAN DAN INFORMASI (DISPLAY) 1. Jelaskan pengertian dari symbolic display! 2. Jelaskan tipe display berdasarkan panca indera! 3. Apa yang dimaksud dengan poster? Jelaskan! 4. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL Otong Andi Juhandi (30402785) Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Kontak Person : Otong Andi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanfaatan teknologi sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan pengendalian yang tepat akan merugikan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi pengembangan usaha peternakan kambing masih terbuka lebar karena populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai 1.012.705 ekor. Menurut data

Lebih terperinci

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA

PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA PANDUAN KESEHATAN OLAHRAGA Oleh: Fatkurahman Arjuna E-mail: Arjuna@UNY.ac.id ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Kesehatan Olahraga adalah kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan atau

Lebih terperinci

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lari interval merupakan lari berdasarkan pada perubahan yang direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari yang diselingi oleh

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Subjek Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan karakteristik yang dibahas adalah umur, berat badan, tinggi badan dan antropometri. 6.1.1 Umur Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan 1-1 Bab 1 Pendahuluan 1-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengabaikan pentingnya kesehatan, keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan disamping sarana dan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower Hasil pengamatan denyut jantung itik Cihateup fase grower yang diberi minyak buah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termoregulasi Sapi Perah Termoregulasi adalah pengaturan suhu tubuh yang bergantung kepada produksi panas melalui metabolisme dan pelepasan panas tersebut ke lingkungan,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan unsur yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan semuanya membutuhkan udara untuk mempertahankan hidupnya. Udara

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH

KESEIMBANGAN SUHU TUBUH KESEIMBANGAN SUHU TUBUH Niken Andalasari Suhu tubuh: Keseimbangan antara panas yg diproduksi tubuh dgn panas yg hilang dari tubuh. Jenis2 suhu tubuh: 1. Suhu inti: suhu jar.tubuh bagian dlm ex: cranium,

Lebih terperinci

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit Budaya Hidup Aktif Melalui Aktifitas Fisik RUMPIS AGUS SUDARKO FIK UNY STATUS KESEHATAN Sehat &Bugar Sehat Sakit Gambar : Modifikasi Kondisi Sakit - Sehat - Bugar Pendahuluan Perkembangan IPTEKS mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara

Lebih terperinci

Penentuan Menu Makanan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kalori Buruh Pabrik Dengan Analisis Detak Jantung

Penentuan Menu Makanan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kalori Buruh Pabrik Dengan Analisis Detak Jantung Penentuan Menu Makanan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Kalori Buruh Pabrik Dengan Analisis Detak Jantung Muhammad Hermansyah 1, M. Imron Mas ud 2 1,2) Program Studi Teknik Industri, Universitas Yudharta Pasuruan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat tertentu.temperature kerja panas merupakan meteorologi dari lingkungan kerja yang dapat disebabkan oleh gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Denyut jantung normal untuk setiap individu berbeda-beda tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia ke-olahragaan denyut nadi sangat penting diketahui, karena denyut nadi/ denyut jantung menandakan kondisi kesehatan seseorang. Denyut jantung normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki suhu inti tubuh normal sekitar 36-37 C. Suhu tubuh tersebut dapat berubah naik atau turun tergantung dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan

Lebih terperinci

Pada dasarnya proses dari sebuah engine dapat dituliskan dengan persamaan

Pada dasarnya proses dari sebuah engine dapat dituliskan dengan persamaan BAB-6 MACHINES MACHINES Peralatan yang menggunakan daya untuk melakukan tugas tertentu. Pada kepentingan tertentu alat tersebut dinamakan engines Yang memiliki kemampuan untuk merubah berbagai macam bentuk

Lebih terperinci