BAB II DASAR TEORI. II.1 Fuzzy Logic. II.1.1 Set Himpunan pada Fuzzy Logic

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DASAR TEORI. II.1 Fuzzy Logic. II.1.1 Set Himpunan pada Fuzzy Logic"

Transkripsi

1 BAB II DASAR TEORI Interpretasi grafo-tes dilakukan dengan mengukur parameter citra tulisan hasil pemindaian menggunakan teknik pemrosesan citra, kemudian dilakukan proses penalaran dengan menggunakan fuzzy logic. Pendekatan lain untuk melakukan penalaran seperti pendekatan yang berbasis aturan atau sistem berbasis pengetahuan juga dapat digunakan. Pada bab ini akan diuraikan dasar-dasar teori yang mendukung pendekatan tersebut meliputi fuzzy logic, grafologi, citra digital, pemrosesan pada sebuah citra digital, penyimpanan nilai parameter hasil pengukuran serta sedikit mengenai sistem berbasis pengetahuan. II.1 Fuzzy Logic II.1.1 Set Himpunan pada Fuzzy Logic Fuzzy logic merupakan pengembangan dari logika klasik yang lebih dikenal dengan logika boolean. Dalam konsep logika klasik, setiap individu dalam semesta dibagi secara tegas menjadi dua bagian kelompok. Yaitu bagian yang merupakan anggota suatu himpunan dan bagian lainnya yang tidak masuk ke dalam himpunan. Misalkan bilangan 3, 6 dan 9 merupakan anggota himpunan bilangan kelipatan 3 sedangkan 2, 4 dan 8 tidak termasuk himpunan dari bilangan kelipatan 3. Pada kenyataannya, penggunaan teorema logika klasik tidak dapat digunakan sepenuhnya pada beberapa kasus yang tidak terdapat batasan (pembeda) yang jelas untuk mengelompokkan suatu individu ke dalam suatu kelompok. Sebagai contoh, untuk mengelompokkan usia menjadi tua dan muda tidak terdapat batasan yang jelas antara keduanya. Jika dipaksakan menggunakan batasan yang jelas untuk membedakannya, hal tersebut tentu tidaklah cocok untuk diterapkan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada contoh berikut: II-1

2 II-2 A = {x Є S x merupakan kelompok usia tua} atau µ A (x) = 1 jika x merupakan kelompok usia tua (usia>= 25 tahun) µ A (x) = 0 jika x bukan merupakan kelompok usia tua (usia < 25 tahun) Dapat dikatakan bahwa usia >= 25 tahun adalah usia tua dan usia < 25 tahun dikatakan bukan usia tua. Hal ini kurang tepat karena usia 24 tahun dan usia 1 tahun memiliki derajat keanggotaan yang sama, sedangkan usia 24 tahun dengan usia 25 tahun memiliki derajat keanggotaan yang berbeda. Fuzzy logic mampu mengatasi permasalahan dimana batasan untuk memisahkan setiap individu dalam semesta S tidak jelas atau samar-samar. Dalam fuzzy logic dikenal istilah derajat kepercayaan, yaitu nilai yang merepresentasikan seberapa besar individu dapat dikelompokkan kedalam suatu himpunan tertentu. Himpunan fuzzy H dalam semesta S dapat dinyatakan sebagai himpunan pasangan elemen x dengan derajat keanggotaannya yaitu : H = { (x, µ H (x)) x Є S } (II-1) Jika S merupakan himpunan kontinu maka H biasanya ditulis sebagai H = (II-2) dengan tanda integral menyatakan kumpulan dari semua titik x Є S dengan fungsi keanggotaan µ H (x). Akan tetapi jika U adalah himpunan farik (discrete) maka representasi dari himpunan H menjadi H = μ (II-3) dengan tanda jumlah tidak menyatakan penjumlahan aritmatika tetapi menyatakan kumpulan dari titik-titik x Є S dengan fungsi keanggotaanya µ H (x).

3 II-3 Pada fuzzy logic, derajat keanggotaan individu masuk kedalam himpunan H dapat dilihat dari persamaan µ H = S [0,1] atau nilai derajat keanggotaan pada fuzzy logic memiliki arti sebagai berikut: Jika µ H (x) = 1, maka x adalah anggota penuh dari himpunan fuzzy H Jika µ H (x) = 0, maka x adalah bukan anggota dari himpunan fuzzy H Jika µ H (x) = m, dengan m adalah bilangan riil dalam interval 0 < m < 1 maka x adalah anggota dari himpunan fuzzy H dengan derajat keanggotaan sebesar m. Berikut ini adalah contoh penggunaan fuzzy logic dalam pengelompokan usia. A = {x Є S x merupakan kelompok usia tua} atau µ A (x) = 1 jika x merupakan kelompok usia tua (usia>= 25 tahun) µ A (x) = m, dengan 0 < m < 1, jika x berada antara kelompok usia tua dan tidak (usia >= 15 tahun dan usia < 25 tahun) µ A (x) = 0 jika x bukan merupakan kelompok usia tua (usia < 15 tahun) 1 Derajat keanggotaan Usia Gambar II-1 Derajat Keanggotaan Himpunan H pada Fuzzy logic Dengan menggunakan fuzzy logic dapat dilihat bahwa seseorang dengan usia 24 tahun memiliki derajat keanggotaan sebagai kelompok usia tua sebesar 0.9 derajat sedangkan usia 1 tahun memiliki derajat keanggotaan sebesar 0. Dengan melihat perbedaan derajat keanggotaan suatu individu antara fuzzy logic dan logika klasik dapat disimpulkan bahwa fuzzy logic mampu mengelompokkan himpunan usia menjadi kelompok usia tua dan bukan tua dengan pendekatan yang lebih baik.

4 II-4 Pada gambar II-1, secara grafis, persamaan fuzzy logic tersebut dipetakan kedalam grafis yang berbentuk S. Dalam kasus lain mungkin ditemukan tipe grafik lainnya seperti berbentuk Z, berbentuk segitiga, trapesium, gausian dan bentuk bentuk lainnya yang disesuaikan dengan fungsi pemetaan. Penjelasan lebih detail mengenai himpunan fuzzy dapat dilihat pada [KRK95]. II.1.2 Operasi Pada Fuzzy Logic Operasi pada fuzzy logic diturunkan dari operasi yang terdapat pada logika klasik. Dalam logika klasik dikenal tiga operasi utama yaitu penggabungan (union), irisan (intersection) dan komplemen (complement). Operasi penggabungan pada logika klasik sering juga dikorespondensikan dengan operasi AND, operasi irisan dengan OR dan operasi komplemen dengan NOT. Hasil akhir dari operasi operator pada logika boolean akan menghasilkan nilai 0 dan 1 sedangkan pada fuzzy logic hasil akhir yang didapatkan mempunyai nilai antara 0 dan 1. Artinya nilai ketidak jelasan tetap dipertahankan. Sehingga, operasi penggabungan, irisan dan komplemen yang terdapat pada logika klasik perlu disesuaikan pada fuzzy logic. Operasi penggabungan pada fuzzy logic (A OR B), disebut juga operasi S-Norm. Operasi ini didefinisikan sebagai fungsi s:[0,1] x [0,1] [0,1] yang mentransformasikan fungsi keanggotaan himpunan A dan B ke fungsi keanggotaan penggabungan A dan B yaitu: µ A U B (x) = s [ µ A (x), µ B (x) ] (II-4) Operasi S-Norm pada fuzzy logic yang berlaku untuk himpunan A dan B merupakan operasi yang menghasilkan nilai maksimum dari derajat keanggotaan individu (x) pada himpunan A dan derajat keanggotaan individu (x) pada himpunan B. Secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini s [ µ A (x), µ B (x) ] = max { µ A (x), µ B (x) } (II-5)

5 II-5 Misalkan diketahui sebuah individu x memiliki derajat keanggotaan 0.5 pada himpunan fuzzy H dan derajat keanggotaan sebesar 0.1 pada himpunan fuzzy R. Maka pernyataan x is H OR x is R akan bernilai max (0,5 ; 0,1) atau 0.5. Operasi dasar selanjutnya pada fuzzy logic berikutnya adalah operasi irisan (A AND B) yang disebut juga operasi T-Norm. Operasi ini didefinisikan sebagai fungsi t:[0,1] x [[0,1] [0,1] yang mentrasformasikan fungsi keanggotaan himpunan A dan B ke fungsi keanggotaan penggabungan A dan B yaitu : µ A n B (x) = t [ µ A (x), µ B (x) ] (II-6) Operasi T-Norm pada fuzzy logic yang berlaku untuk himpunan A dan B merupakan operasi yang menghasilkan nilai minimum dari derajat keanggotaan individu (x) pada himpunan A dan derajat keanggotaan individu (x) pada himpunan B. Secara matematis dapat dilihat pada persamaan berikut ini : t [ µ A (x), µ B (x) ] = min { µ A (x), µ B (x) } (II-7) Sebagai contoh misalkan diketahui sebuah individu x memiliki derajat keanggotaan 0.5 pada himpunan fuzzy H dan derajat keanggotaan sebesar 0.1 pada himpunan fuzzy R. Maka pernyataan x is H AND x is R akan bernilai max (0,5 ; 0,1) atau 0.1. Pada logika klasik, operasi komplemen akan memetakan fungsi keanggotaan menjadi kebalikannya. Jika x merupakan angota himpunan A maka komplemen dari x bukan merupakan anggota himpunan A dan sebaliknya. Sedangkan dalam fuzzy logic, operasi komplemen didefinisikan sebagai fungsi c:[0,1] [0,1] yang mentransformasikan fungsi keanggotaan himpunan A ke fungsi kenggotaan komplemen A, yaitu : µā(x) = 1- µa(x) (II-8) Misalkan diketahui sebuah individu x memiliki derajat keanggotaan 0.4 pada himpunan fuzzy H. Maka pernyataan x is not H akan bernilai atau 0.6.

6 II-6 Bentuk-bentuk operasi penggabungan, irisan dan komplemen pada penjelasan diatas merupakan operasi bentuk dasar pada fuzzy logic. Selain itu juga terdapat beberapa pengembangan operasi penggabungan, irisan dan komplemen seperti operasi yang diusulkan oleh Yager (1980), Dubois dan Prade (1980) Schweizer dan Sklar (1963) serta Sugeno (1977). Penjelasan lebih detail mengenai operasi operator fuzzy logic dapat dilihat pada pustaka [KRK95]. II.1.3 Linguistic Variable Linguistic variable merupakan salah satu komponen dalam fuzzy logic yang merupakan suatu peubah, memiliki nilai linguistik dan berasosiasi dengan himpunan fuzzy. Pengubah linguistik ini dapat berupa kata-kata dalam bahasa natural yang menjelaskan mengenai variabel fuzzy yang diacu. Sebuah peubah linguistik dalam fuzzy logic memiliki karakteristik yang ditentukan oleh : 1. Nama peubah linguistik 2. Himpunan nilai linguistik yang memungkinkan 3. Domain fisik atau nilai kuantitatif 4. Aturan semantik Misalkan variabel d merupakan besaran ukuran bunyi (dalam db) yang dikeluarkan oleh sebuah sumber suara dimana nilainya terletak dalam selang [0, dmax], dengan dmax menandakan ukuran bunyi maksimal yang mampu dikeluarkan oleh sumber suara tersebut dan didefinisikan tiga buah himpunan fuzzy kecil, sedang, dan besar dalam domain [0, dmaks] seperti yang ditunjukan pada gambar II-2. Gambar II-2 Pemetaan Derajat Keanggotaan Sebuah Dentuman

7 II-7 Jika d dipandang sebagai peubah linguistik, maka karakteristik peubah linguistiknya dapat didefinisikan sebagai: 1. Nama peubah linguistik : d 2. Himpunan nilai linguistik yang mungkin (himpunan linguistik d) : {kecil, sedang, besar} 3. Domain fisik atau nilai kuantitatif : [0, dmaks] 4. Aturan Semantik : Himpunan {kecil, sedang, besar} yang dihubungkan dengan domain fisik atau nilai kuantitatif seperti terlihat pada gambar II-2. II.1.4 Sistem Berbasis Fuzzy Setiap sistem yang berbasis aturan fuzzy akan terdiri atas tiga komponen utama penyusun yaitu fuzzification, inference dan defuzzification (dapat dilihat pada gambar II-3). Gambar II-3 Komponen Penyusun Sistem Berbasis Fuzzy Fuzzification adalah proses mengubah masukan-masukan yang nilai kebenarannya bersifat pasti (crisp input) ke dalam bentuk fuzzy input (dalam bentuk derajat kepercayaan) yang dilakukan berdasarkan fungsi pemetaan yang diberikan. Inference adalah proses penalaran menggunakan fuzzy input dan fuzzy rules yang telah ditentukan sehingga menghasilkan fuzzy output. Secara sintaks, suatu fuzzy rule dinyatakan kedalam sebuah proposisi yang memiliki skema < IF antecendent THEN consequent >. Skema ini adalah skema yang umum yang digunakan dalam

8 II-8 sistem berbasis fuzzy. Setiap antecendent dan consequent dalam sebuah proposisi boleh terdiri atas satu variabel saja ataupun banyak variabel. Dalam sistem berbasis fuzzy terdapat dua model aturan fuzzy yang sering digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, yaitu model Mamdani dan model Sugeno. Pada model Mamdani, aturan fuzzy didefinisikan sebagai < IF x1 is A1 AND AND xn is An THEN y is B >, di mana A1,, An, dan B adalah nilainilai linguistik (atau fuzzy set) dan x1 is A1 menyatakan bahwa nilai x1 adalah anggota fuzzy set A1. Sedangkan model Sugeno atau dikenal juga sebagai Takagi-Sugeno-Kang (TSK) model, yaitu suatu varian dari model Mamdani dimana pada model ini aturan yang digunakan berbentuk IF x1 is A1 AND AND xn is An THEN y = f(x1,,xn), di mana f bisa sembarang fungsi dari variabel-variabel input yang nilainya berada dalam interval variabel output. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada [BEZ05]. Tahap terakhir yang harus dilakukan pada sistem berbasis fuzzy yaitu defuzzification. Tujuan dari defuzzification adalah mengubah fuzzy output menjadi crisp value berdasarkan fungsi keanggotaan yang telah ditentukan. Terdapat banyak sekali model defuzzification ini. Namun yang paling sering digunakan adalah Centroid method [GUN03]. Centroid method, disebut juga sebagai Center of Area atau Center of Gravity, menghitung nilai crisp output dari sebuah fuzzy system dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : (II-9) jika fungsi merupakan fungsi yang kontinu. Namun jika y merupakan persamaan diskrit maka cara menentukan nilai crisp yang dihasilkan menggunakan persamaan berikut : (II-10)

9 II-9 Adapun contoh penggunaan sistem berbasis fuzzy dapat dilihat pada lampiran A tugas akhir ini. II.2 Grafologi Grafology (dalam istilah latin graph berarti tulisan dan ology menandakan pengetahuan) ialah salah satu metode analisis yang digunakan dalam dunia psikologi untuk mengetahui karakter dan kepribadian seseorang dengan menurunkannya dari tulisan tangan orang tersebut [POI04]. Grafologi yang juga disebut handwriting analysis didasarkan atas hubungan antara pikiran sadar dan alam bawah sadar manusia ketika menuliskan sesuatu. Pikiran alam sadar akan memikirkan tentang konteks dari tulisan dan pikiran bawah sadar akan mempengaruhi bagaimana tulisan itu ditulis sehingga disimpulkan bahwa tulisan merupakan salah satu bentuk representasi dari karakter (kepribadian) seseorang [AMNAS]. Grafo-tes dapat digunakan diberbagai keperluan, di antaranya untuk kepentingan pribadi, pengelompokan jaringan sosial, pengobatan, pendidikan, bisnis, kepentingan perorangan dan penyelidikan kasus kriminal [MCA91]. Penjelasan lebih lengkap mengenai grafologi dapat didapatkan pada [MDA80] dan [MCA91]. II.2.1 Aspek-aspek Grafologi Kaidah grafologi di dasarkan pada beberapa aspek yang dipergunakan dalam interpretasi tulisan tangan. Aspek-aspek tersebut antara lain adalah Slant, Baselines, Margins, Spacing, Pressure, Size, Speed, Zones, Printing vs Connected Writing, Connecting Strokes dan Signature [MCA91]. Grafologi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu grafologi bagian umum dan grafologi bagian khusus. Bagian umum menjelaskan mengenai grafologi yang didasarkan atas kaidah-kaidah umum diantaranya tepi tulisan atau margins, jarak tulisan atau spacing, garis dasar atau baseline, kemiringan tulisan atau slant, ukuran tulisan atau size dan tekanan tulisan atau pressure. Sedangkan bagian

10 II-10 khusus menjelaskan interpretasi terhadap grafo-tes secara lebih terperinci dengan menambahkan beberapa parameter seperti penelusuran bentuk-bentuk huruf perhuruf ataupun gabungan dari kaidah-kaidah umum [MDA80]. II Margins Margins atau tepi tulisan merupakan aspek grafologi yang didasarkan atas jarak tulisan tangan terhadap sisi dari media tulisan (kertas). Tepi tulisan ini terbagi atas empat bagian yaitu tepi kiri, tepi kanan, tepi atas dan tepi bagian bawah. Dalam kaidah grafologi, margin tulisan menunjukkan perangai seseorang apakah terpengaruh oleh masa lalu atau masa depan. II Baselines Baselines atau garis dasar tulisan merupakan aspek grafologi yang didasarkan atas kemiringan tulisan terhadap garis dasar (garis acu) yang merupakan garis khayal dimana tulisan tangan ditulis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar II-4. Gambar II-4 Contoh Baseline Tulisan Baris tulisan dalam kaidah grafologi menandakan sifat optimisme seseorang. Dalam kaidah grafologi, baris yang lurus menunjukkan keseimbangan berfikir, baris yang naik menunjukkan sifat optimis dan baris yang turun menunjukkan sifat pesimis. Contoh tulisan yang memiliki baseline teratur, naik turun dapat dilihat pada gambar II-5, II-6, II-7. Gambar II-5 Tulisan dengan Baseline Lurus

11 II-11 Gambar II-6 Tulisan dengan Baseline Menaik Gambar II-7 Tulisan dengan Baseline Menurun II Spacing Spasi tulisan merupakan jarak antar baris dan antar kata dalam tulisan yang ditulis. Spasi tulisan menunjukkan tingkat keborosan seseorang. Pada dasarnya jarak yang rapat menunjukkan sifat yang hemat sedangkan jarak yang lebar menunjukkan sifat yang boros. II Size Ukuran tulisan merupakan salah satu aspek dasar dari grafologi yang mengacu kepada kebiasaan penulis mengenai besarnya tulisan yang dihasilkan. Pada dasarnya hal ini menunjukkan mengenai sifat penulis apakah ekstrovert atau introvert. Tulisan yang besar menunjukkan bahwa penulisnya memiliki sifat extrovert sedangkan tulisan yang kecil menunjukkan sifat penulisnya yang introvert. Contoh tipe-tipe ukuran tulisan dapat dilihat pada gambar II-8. Gambar II-8 Contoh Ukuran Tulisan II.3 Citra Digital Sebuah citra merupakan fungsi dua dimensi, f(x,y), dimana x dan y menandakan koordinat ruang dan fungsi f(x,y) sebagai intensitas atau gray-level dari sebuah gambar yang terletak pada titik koordiat x dan y. Setiap citra digital dibentuk dari beberapa elemen, yang setiap elementnya terletak pada koordinat x dan y yang berbeda. Elemen terkecil tersebut sering disebut dengan titik atau pixel.

12 II-12 Citra digital dapat disimpan kedalam memori komputer dengan cara vector graphics, raster graphics atau gabungan dari keduanya. Pada citra yang bertipe vector graphics, penyimpanan gambar 2 dimensi pada komputer dilakukan menyerupai vektor yaitu penyimpanan posisi titik-titik yang jika dihubungkan membentuk garis dan garis-garis tersebut kemudian membentuk gambar. Sedangkan pada raster graphics, penyimpanan gambar 2 dimensi pada komputer dilakukan dengan menggunakan matriks yang berisi kumpulan titik atau pixel. Penyimpanan citra dengan cara ini sering juga disebut sebagai bentuk bitmap. Untuk lebih lengkapnya mengenai citra digital dapat dilihat pada [FOL90]. II.3.1 Pemrosesan pada Citra Digital II Thresholding dan Pembentukan Citra Biner Input yang diberikan dalam proses thresholding ini adalah input citra berwarna atau citra grayscale sedangkan output pada proses thresholding adalah citra biner. Citra biner adalah citra yang hanya memiliki dua nilai intensitas warna, hitam dan putih, hitam untuk mewakili foreground dan putih untuk mewakili background atau sebaliknya. Tresholding dilakukan dengan cara menentukan nilai intensity threshold. Jika intensitas dari sebuah titik lebih besar dari intensity threshold maka titik tersebut akan diset misalnya menjadi putih dan sebaliknya. Dengan demikian akan dihasilkan citra biner setelah seluruh titik dalam citra selesai diperiksa. Cara ini disebut simple thresholding. Selain itu, terdapat metode lain yaitu adaptive thresholding yang memiliki nilai intensity threshold berbeda pada setiap region dari suatu citra, tidak seperti simple thresholding yang menggunakan satu nilai intensity threshold untuk semua titik pada citra. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada [RIT96]. Penentuan nilai intensity threshold dapat dilakukan baik secara manual maupun secara otomatis. Penentuan nilai secara manual biasanya dengan memilih nilai

13 II-13 pertengahan antara nilai minimum (hitam) dengan nilai maksimum (putih). Sedangkan penentuan intensity threshold dengan cara otomatis dilakukan dengan melihat histogram dari citra tersebut. Dengan melihat dan menganalisa histogram pada citra yang diberikan, maka dapat ditentukan nilai intensity threshold yang tepat untuk citra tersebut. Contoh algoritma yang populer untuk menentukan nilai intensity threshold secara otomatis adalah otsu`s method dan metode Huangwang yang didasarkan atas fuzzy logic. Penjelasan lebih detail mengenai metodemetode thresholding tersebut dapat dilihat pada [SEZ04] dan [HWG93]. II Smearing Citra Digital Sebuah citra digital tulisan tangan terdiri atas blok-blok baris tulisan yang merupakan kumpulan dari titik foreground dan blok-blok spasi tulisan yang merupakan kumpulan titik-titik background. Untuk dapat mengidentifikasi sebuah blok baris pada citra tulisan tangan akan lebih mudah jika citra tersebut sudah dilakukan proses smearing. Proses smearing citra dilakukan dengan memeriksa setiap titik-titik pada citra berkas tulisan. Jika jarak antara sebuah titik foreground dengan sebuah titik foreground lainnya berada pada jarak batas yang telah ditetapkan sebelumnya maka seluruh titik yang berada diantara keduanya akan diisi dengan titik foreground. Sehingga setelah proses smearing dilakukan, baris-baris pada berkas tulisan akan membentuk sebuah objek yang saling terhubung. Penentuan jarak batas smearing dilakukan dengan mempertimbangkan hasil yang ingin didapat, jika terlalu kecil mungkin hasil smearing yang didapat tidak akan berbeda dengan citra masukan, namun jika terlalu besar mungkin saja bagian yang seharusnya tidak terhubung menjadi terhubung. Dalam kasus ini, nilai batas smearing yang dipilih adalah nilai yang cukup untuk menghubungkan zona bagian tengah tulisan. Smearing dapat dilakukan baik pada arah horizontal maupun vertikal tergantung dari hasil yang ingin didapat. Gambar II-9 bagian kiri menunjukkan citra masukan

14 II-14 sedangkan gambar II-9 bagian kanan menunjukkan citra hasil proses smearing sepanjang arah horizontal. Penjelasan lebih detail mengenai smearing citra dan variasinya dapat dilihat pada [ZAH06]. Gambar II-9 Hasil Proses Smearing Pada Sebuah Citra II Projection Profile Citra Digital Projection profile pada sebuah citra dilakukan dengan cara menghitung jumlah titik foreground pada sebuah citra sepanjang sumbu horizontal untuk setiap titik di sumbu Y. Atau dengan kata lain, persamaan yang digunakan untuk melakukan projection profile pada suatu citra dapat didefinisikan sebagai berikut :, (II-11) Gambar II-10 Projection Profile Terhadap Citra Tulisan Tangan Hasil akhir dari proses projection profile terhadap sebuah citra menggambarkan keterhubungan jumlah titik antara sumbu horizontal dengan sumbu vertikal (seperti terlihat pada gambar II-10). Hasil ini dapat digunakan untuk identifikasi lokasi kumpulan titik foreground pada citra seperti yang terlihat pada gambar II- 10 dimana grafik sebelah kiri menunjukkan semakin tinggi grafiknya artinya

15 II-15 semakin banyak titik foreground yang berada pada lokasi tersebut. Penjelasan lebih detail mengenai projection profile dapat dilihat pada [ZAH06]. II Transformasi Citra Digital Transformasi pada citra merupakan bentuk operasi pengolahan terhadap citra P. Dimana P dapat dinyatakan dalam bentuk matriks. Transformasi standar pada citra meliputi penskalaan, rotasi dan dilatasi. Untuk lebih jelasnya mengenai trasformasi pada citra digital dapat dilihat pada [FOL90]. II.4 XML File XML atau extensible Markup Language, merupakan turunan dari SGML atau Standard Generalized Markup Language. Seperti halnya dengan HTML (Hyper Teks Markup Language), XML juga menggunakan element yang ditandai dengan tag pembuka (diawali dengan < dan diakhiri dengan > ), tag penutup (diawali dengan </ diakhiri > ) dan memiliki isi atribut element (parameter yang dinyatakan dalam tag pembuka misal <form name= isidata >). Berikut ini adalah contoh sebuah file XML sederhana <?xml version= 1.0 encoding= iso ?> <note> <to>chaku</to> <from>chiki</from> <heading>reminder</heading> <body info= true > <id>1</1> <message>don't forget me this weekend!</message> </body> </note> <! ini adalah comment -- > Bagian dari dokumen XML disebut dengan node. Node-node yang terdapat pada XML terdiri atas : 1. Root node atau root element yaitu node yang melingkupi keseluruhan dokumen. Dalam sebuah file dokumen XML hanya boleh ada satu root node

16 II-16 sedangkan node-node lain berada dalam root node. Pada contoh diatas <note> adalah root element/root node. 2. Element node yaitu bagian dari XML yang ditandai dengan tag pembuka dan tag penutup. Setiap element node bisa menjadi child dari element node yang lain. Pada contoh diatas <to><from><body><heading> adalah element node dan <id>, <message> adalah element node yang merupakan child dari <body>. 3. Atribut note termasuk nama dan nilai atribut ditulis pada tag awal sebuah elemen atau pada tag tunggal. Pada contoh yang diberikan info= true merupakan attribut node 4. Text node, adalah teks yang merupakan isi dari sebuah elemen, ditulis diantara tag pembuka dan tag penutup. 5. Comment node adalah baris yang tidak dieksekusi oleh parser 6. Processing Instruction node, adalah perintah pengolahan dalam dokumen XML. Node ini ditandai awali dengan karakter <? Dan diakhiri dengan?>. 7. NameSpace Node, node ini mewakili deklarasi namespace XML II.5 Sistem Berbasis Pengetahuan Sistem berbasis pengetahuan atau sistem pakar merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang pakar, dimana sistem pakar menggunakan pengetahuan (knowledge), fakta, dan teknik berfikir dalam penyelesaikan masalah-masalah yang biasanya hanya dapat diselesaikan oleh seorang pakar dari bidang yang bersangkutan. Dalam pengembangan suatu sistem pakar, pengetahuan (knowledge) mungkin saja berasal dari seorang ahli, atau merupakan pengetahuan dari media seperti majalah, buku, jurnal, dan sebagainya. [WIJ07] Pengembangan tugas akhir ini tidak melibatkan pakar untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan bersumber dari buku acu utama sehingga proses pengembangan perangkat lunak tidak dikembangkan sebagai persoalan yang melibatkan pakar.

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic.

Fuzzy Logic. Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Fuzzy Systems Fuzzy Logic Untuk merepresentasikan masalah yang mengandung ketidakpastian ke dalam suatu bahasa formal yang dipahami komputer digunakan fuzzy logic. Masalah: Pemberian beasiswa Misalkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Bab landasan teori bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai metode atau pun teori yang digunakan dalam laporan tugas akhir ini, sehingga dapat membangun pemahaman yang sama antara

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima

LOGIKA FUZZY. Kelompok Rhio Bagus P Ishak Yusuf Martinus N Cendra Rossa Rahmat Adhi Chipty Zaimima Sistem Berbasis Pengetahuan LOGIKA FUZZY Kelompok Rhio Bagus P 1308010 Ishak Yusuf 1308011 Martinus N 1308012 Cendra Rossa 1308013 Rahmat Adhi 1308014 Chipty Zaimima 1308069 Sekolah Tinggi Manajemen Industri

Lebih terperinci

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB

Metode Fuzzy. Analisis Keputusan TIP FTP UB Metode Fuzzy Analisis Keputusan TIP FTP UB Pokok Bahasan Pendahuluan Logika Klasik dan Proposisi Himpunan Fuzzy Logika Fuzzy Operasi Fuzzy Contoh Pendahuluan Penggunaan istilah samar yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy merupakan suatu metode pengambilan keputusan berbasis aturan yang digunakan untuk memecahkan keabu-abuan masalah pada sistem yang sulit dimodelkan

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan memberikan penjelasan awal mengenai konsep logika fuzzy beserta pengenalan sistem inferensi fuzzy secara umum. 2.1 LOGIKA FUZZY Konsep mengenai logika fuzzy diawali

Lebih terperinci

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY

FUZZY LOGIC CONTROL 1. LOGIKA FUZZY 1. LOGIKA FUZZY Logika fuzzy adalah suatu cara tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output. Teknik ini menggunakan teori matematis himpunan fuzzy. Logika fuzzy berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini. Secara garis besar teori penjelasan akan dimulai dari definisi logika fuzzy,

Lebih terperinci

Sist Sis em t Fuzzy Fuzz Sistem Pakar

Sist Sis em t Fuzzy Fuzz Sistem Pakar Sistem Fuzzy Sistem Pakar Pendahuluan Manusia cenderung menggunakan bahasa dalam bentuk sesuatu yang dapat dipahami secara umum, bukan dalam bentuk bahasa matematika yang mementingkan akurasi. Misalkan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Teks Teknologi pengenalan teks merupakan teknologi yang mampu mengenali teks pada citra digital dan mengalihkannya pada dokumen digital. Aplikasi dari teknologi pengenalan

Lebih terperinci

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa

Kata kunci: Sistem pendukung keputusan metode Sugeno, tingkat kepribadian siswa SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN METODE SUGENO DALAM MENENTUKAN TINGKAT KEPRIBADIAN SISWA BERDASARKAN PENDIDIKAN (STUDI KASUS DI MI MIFTAHUL ULUM GONDANGLEGI MALANG) Wildan Hakim, 2 Turmudi, 3 Wahyu H. Irawan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Titik awal dari konsep modern

Lebih terperinci

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI

Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI Bab III TEORI DAN PENGONTOR BERBASIS LOGIKA FUZZI III.1 Teori Logika fuzzi III.1.1 Logika fuzzi Secara Umum Logika fuzzi adalah teori yang memetakan ruangan input ke ruang output dengan menggunakan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana

KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8. Entin Martiana Logika Fuzzy KECERDASAN BUATAN (Artificial Intelligence) Materi 8 Entin Martiana 1 Kasus fuzzy dalam kehidupan sehari-hari Tinggi badan saya: Andi menilai bahwa tinggi badan saya termasuk tinggi Nina menilai

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

Logika Himpunan Fuzzy

Logika Himpunan Fuzzy Logika Himpunan Fuzzy 1 Fungsi Keanggotaan untuk crisp logic True False 1 0 80F Panas Temperature f temperature >= 25C, Panas (1 atau Benar); f temperature < 25C, tidak Panas (0 atau Salah). Fungsi keanggotaan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi

Himpunan Fuzzy. Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Himpunan Fuzzy Sistem Pakar Program Studi : S1 sistem Informasi Outline Himpunan CRISP Himpunan Fuzzy Himpunan CRISP Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item dalam suatu himpunan A, yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pemahaman dari logika fuzzy dan data mining. Pada bab ini juga akan dijelaskan bagian-bagian yang perlu diketahui dalam logika fuzzy dan data mining, sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya BAB II LANDASAN TEORI A. Logika Fuzzy Dalam kondisi yang nyata, beberapa aspek dalam dunia nyata selalu atau biasanya berada di luar model matematis dan bersifat inexact. Konsep ketidakpastian inilah yang

Lebih terperinci

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System

Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Praktikum sistem Pakar Fuzzy Expert System Ketentuan Praktikum 1. Lembar Kerja Praktikum ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk praktikum pertemuan ke - 8 2. Mahasiswa akan mendapatkan penjelasan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Himpunan adalah kata benda yang berasal dari kata himpun. Kata kerjanya adalah menghimpun. Menghimpun adalah kegiatan yang berhubungan dengan berbagai objek apa saja.

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY MAMDANI

BAB III METODE FUZZY MAMDANI 29 BAB III METODE FUZZY MAMDANI Fuzzy Inference System merupakan sebuah kerangka kerja perhitungan berdasarkan konsep teori himpunan fuzzy dan pemikiran fuzzy yang digunakan dalam penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining

Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar. Ketidakpastian dalam Sistem Pakar. Contoh forward chaining & backward chaining Sebelumnya... Penalaran pada Sistem Pakar Contoh forward chaining & backward chaining Ketidakpastian dalam Sistem Pakar Teori Peluang Teori Bayes Jaringan Bayes Faktor Kepastian Kecerdasan Buatan Pertemuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN

LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN LOGIKA FUZZY FUNGSI KEANGGOTAAN FUNGSI KEANGGOTAAN (Membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai/derajat keanggotaannya yang memiliki interval

Lebih terperinci

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ

SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ SPK PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN PADA RESTORAN XYZ P.A Teknik Informatika Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Kampus 3 UAD, Jl. Prof. Soepomo rochmahdyah@yahoo.com Abstrak Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penjurusan di SMA Sepanjang perkembangan Pendidikan formal di Indonesia teramati bahwa penjurusan di SMA telah dilaksanakan sejak awal kemerdekaan yaitu tahun 1945 sampai sekarang,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika Fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasipikiran manusia

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy

BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL. asing. Dalam pengalaman keseharian kita, permasalahan yang berkaitan dengan fuzzy BAB IV KONSEP FUZZY LOGIC DAN PENERAPAN PADA SISTEM KONTROL 4.1 Pengenalan konsep fuzzy logic Konsep mengenai fuzzy logic bukanlah merupakan sesuatu yang baru dan asing. Dalam pengalaman keseharian kita,

Lebih terperinci

Prof. Erich P., Johannes Kepler Univ. Suyanto, Artificial Intelligence

Prof. Erich P., Johannes Kepler Univ. Suyanto, Artificial Intelligence Prof. Erich P., Johannes Kepler Univ. Suyanto, Artificial Intelligence 12/11/2009 1 Pada hidup sehari-hari, kita terbiasa dengan ucapan kecil, agak panas, sekitar jam 2. Ucapan yang tidak presisi (imprecise

Lebih terperinci

BAB 2 2. LANDASAN TEORI

BAB 2 2. LANDASAN TEORI BAB 2 2. LANDASAN TEORI Bab ini akan menjelaskan mengenai logika fuzzy yang digunakan, himpunan fuzzy, penalaran fuzzy dengan metode Sugeno, dan stereo vision. 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Logika fuzzy adalah cabang dari sistem kecerdasan buatan (Artificial Inteligent) yang mengemulasi kemampuan manusia dalam berfikir ke dalam bentuk algoritma yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logika fuzzy memberikan solusi praktis dan ekonomis untuk mengendalikan sistem yang kompleks. Logika fuzzy memberikan rangka kerja yang kuat dalam memecahkan masalah

Lebih terperinci

Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System

Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System Fuzzy Set Logika Fuzzy Fuzzy System 1 Crisp Set Crisp set membedakan anggota dan non anggota dengan batasan pasti Misalkan A sebuah crisp set dan x anggota A maka : A [x]=1 Jika y bukan anggota A maka

Lebih terperinci

Logika Fuzzy. Farah Zakiyah Rahmanti 2016

Logika Fuzzy. Farah Zakiyah Rahmanti 2016 Logika Fuzzy Farah Zakiyah Rahmanti 2016 Topik Bahasa Alami Crisp Logic VS Fuzzy Logic Fungsi Keanggotaan (Membership Function) Fuzzifikasi (Fuzzyfication) Inferensi (Inference) Komposisi (Composition)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Game dan Video Game Menurut kamus Cambridge Advanced Learner Dictionary, game adalah sebuah aktivitas menghibur dan menyenangkan yang dimainkan oleh anak anak. Sedangkan video

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy.

Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan Sistem Fuzzy. Chapter 7 Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu memformulasikan permasalahan yang mengandung fakta dengan derajad ketidakpastian tertentu ke dalam pendekatan. Mahasiswa mampu melakukan perhitungan

Lebih terperinci

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi

JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2. Fuzzifikasi JOBSHEET SISTEM CERDAS REASONING 2 Fuzzifikasi S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2016 PRAKTIKUM SISTEM CERDAS - REASONING JOBSHEET 2 - FUZZIFIKASI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang akan digunakan untuk menunjang dalam proses pembuatan tugas akhir ini. 2.1 CLUSTERING Clustering adalah proses pengelompokkan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK) PMDK adalah salah satu program penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan oleh suatu perguruan tinggi secara mandiri. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom

Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom Erwien Tjipta Wijaya, ST.,M.Kom PENDAHULUAN Logika Fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh tahun 1965 Dasar Logika Fuzzy adalah teori himpunan fuzzy. Teori himpunan fuzzy adalah peranan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang dimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan dalam situasi tertentu. Sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini hampir semua perusahaan yang bergerak di bidang industri dihadapkan pada suatu masalah yaitu adanya tingkat persaingan yang semakin kompetitif. Hal ini

Lebih terperinci

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA

ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA ARTIFICIAL INTELLIGENCE MENENTUKAN KUALITAS KEHAMILAN PADA WANITA PEKERJA Rima Liana Gema, Devia Kartika, Mutiana Pratiwi Universitas Putra Indonesia YPTK Padang email: rimalianagema@upiyptk.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HIMPUNAN CRIPS Himpunan adalah suatu kumpulan objek-objek yang mempunyai kesamaan sifat tertentu. Suatu himpunan harus terdefinisi secara tegas, artinya untuk setiap objek selalu

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic

Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Analisis Pengaruh Pemilihan Fuzzy Membership Function Terhadap Output Sebuah Sistem Fuzzy Logic Luh Kesuma Wardhani, Elin Haerani Jurusan Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN SUSKA Riau

Lebih terperinci

SAMPLING DAN KUANTISASI

SAMPLING DAN KUANTISASI SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan

Lebih terperinci

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG

NURAIDA, IRYANTO, DJAKARIA SEBAYANG Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 543 555. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN PELAYANAN, HARGA DAN KUALITAS MAKANAN MENGGUNAKAN FUZZY MAMDANI (Studi Kasus pada Restoran Cepat Saji

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy.

Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. LOGIKA FUZZY UTHIE Intro Pendahuluan Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh melalui tulisannya pada tahun 1965 tentang teori himpunan fuzzy. Lotfi Asker Zadeh adalah seorang ilmuwan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI)

APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) APLIKASI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN METODE TSUKAMOTO PADA PENENTUAN TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN (STUDI KASUS DI TOKO KENCANA KEDIRI) 1Venny Riana Agustin, 2 Wahyu H. Irawan 1 Jurusan Matematika, Universitas

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

Himpunan Tegas (Crisp)

Himpunan Tegas (Crisp) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Suatu cara untuk merepresentasikan dan menangani masalah ketidakpastian (keraguan, ketidaktepatan, kekuranglengkapan informasi, dan kebenaran yang bersifat sebagian). Fuzzy System

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang sangat penting dalam kelangsungan hidupnya. Untuk memenuhi kebutuhan beras, setiap manusia mempunyai cara-cara

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI BARANG BEDASARKAN JUMLAH PERMINTAAN DAN DATA JUMLAH PERSEDIAAN CV.CIHANJUANG INTI TEKNIK MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY MAMDANI Rizka Munia Yogaswara 1), Gunawan Abdillah 2), Dian Nursantika

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Informasi

BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Informasi BAB III DASAR TEORI 3.1 Sistem Informasi Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Thinning atau penipisan citra adalah suatu operasi untuk mereduksi citra biner dalam suatu objek menjadi rangka (skeleton) yang menghampiri sumbu objek.

Lebih terperinci

MATERI KULIAH (PERTEMUAN 12,13) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang

MATERI KULIAH (PERTEMUAN 12,13) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy. Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang HIMPUNAN FUZZY MATERI KULIAH (PERTEMUAN 2,3) Lecturer : M. Miftakul Amin, M. Eng. Logika Fuzzy Jurusan Teknik Komputer Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang Pokok Bahasan Sistem fuzzy Logika fuzzy Aplikasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Warna merupakan ciri dominan yang bisa dibedakan secara visual untuk

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. Warna merupakan ciri dominan yang bisa dibedakan secara visual untuk VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Segmentasi Warna merupakan ciri dominan yang bisa dibedakan secara visual untuk mendapatkan informasi dari basisdata citra. Segmentasi warna adalah proses mengelompokkan citra

Lebih terperinci

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC)

LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) LOGIKA SAMAR (FUZZY LOGIC) 2. Himpunan Samar 2.. Himpunan Klasik dan Himpunan Samar Himpunan klasik merupakan himpunan dengan batasan yang tegas (crisp) (Jang, Sun, dan Mizutani, 24). Sebagai contoh :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Tingkat kesehatan bank dapat diketahui dengan melihat peringkat komposit bank tersebut. Menurut peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh pada tahun 1965 yang merupakan guru besar di University of California Berkeley pada papernya yang berjudul

Lebih terperinci

Penerapan Logika Fuzzy

Penerapan Logika Fuzzy 1 Penerapan Logika Fuzzy M. Faisal Baehaki - 13506108 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia 1 m_faisal_b@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Himpunan fuzzy adalah bentuk umum himpunan biasa yang memiliki tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Himpunan fuzzy adalah bentuk umum himpunan biasa yang memiliki tingkat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Himpunan fuzzy adalah bentuk umum himpunan biasa yang memiliki tingkat keanggotaan dari tiap-tiap elemen yang dibatasi dengan interval [ 0, 1 ]. Oleh karena itu

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA

IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA IMPLEMENTASI FUZZY RULE BASED SYSTEM UNTUK KLASIFIKASI BUAH MANGGA Subhan Hartanto Sistem Informatika, Universitas Pembangunan Panca Budi Jl. Jend Gatot Subroto, Simpang Tj., Medan Sunggal, Kota Medan,

Lebih terperinci

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH

SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH KECERDASAN BUATAN SISTEM INFERENSI FUZZY (METODE TSUKAMOTO) UNTUK PENENTUAN KEBUTUHAN KALORI HARIAN OLEH AMARILIS ARI SADELA (E1E1 10 086) SITI MUTHMAINNAH (E1E1 10 082) SAMSUL (E1E1 10 091) NUR IMRAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. usaha kecil dengan menggunakan metode fuzzy logic, yang antara lain meliputi :

BAB II LANDASAN TEORI. usaha kecil dengan menggunakan metode fuzzy logic, yang antara lain meliputi : BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem analisis investasi perbankan untuk usaha kecil dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 7 terboboti dari daerah output fuzzy. Metode ini paling dikenal dan sangat luas dipergunakan. First of Maxima (FoM) dan Last of Maxima (LoM) Pada First of Maxima (FoM), defuzzifikasi B( y) didefinisikan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH 68 REPRESENTASI EMOSI MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY PADA PERMAINAN BONNY S TOOTH BOOTH Septiani Nur Hasanah 1, Nelly Indriani Widiastuti 2 Program Studi Teknik Informatika. Universitas Komputer Indonesia. Jl.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Pola Pengenalan pola adalah suatu ilmu untuk mengklasifikasikan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan pengukuran kuantitatif fitur (ciri) atau sifat utama dari suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sebuah aplikasi berupa Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support System) mulai dikembangkan pada tahun 1970. Decision Support Sistem (DSS) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk digunakan memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma.

manusia diantaranya penyakit mata konjungtivitis, keratitis, dan glaukoma. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Tentang Mata Mata merupakan organ tubuh manusia yang paling sensitif apabila terkena benda asing misal asap dan debu. Debu akan membuat mata kita terasa perih atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS

PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS PERANGKAT LUNAK PERBAIKAN KUALITAS CITRA DIGITAL MODEL RGB DAN IHS DENGAN OPERASI PENINGKATAN KONTRAS Tole Sutikno, Kartika Firdausy, Eko Prasetyo Center for Electrical Engineering Research and Solutions

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY. Abstraksi SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN HANDPHONE BERDASARKAN KEBUTUHAN KONSUMEN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Denny Cristiono T.S., Yugowati P.,Sri Yulianto J.P. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan BAB IV PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibandingkan antara aplikasi teori graf fuzzy dan teori aljabar max-plus dalam pengaturan lampu lalu lintas di simpang empat Beran Kabupaten Sleman Provinsi Daerah

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 LOGIKA FUZZY Titik awal dari konsep modern mengenai ketidakpastian adalah paper yang dibuat oleh Lofti A Zadeh, dimana Zadeh memperkenalkan teori yang memiliki obyek-obyek dari

Lebih terperinci

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) ISSN : 1693 1173 Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) Abstrak Mean, standard deviasi dan skewness dari citra domain spasial

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KETUA SENAT MAHASISWA DENGAN LOGIKA FUZZY Jamaludin Malik 1), Arik Sofan Tohir 2), Jl Ring road Utara, Condongcatur, Sleman, Yogyakarta 55281 Email: 1) malixjams@gmail.com,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak

SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY. Wilis Kaswidjanti. Abstrak Jurnal Teknik Elektro Vol. No. Juli - Desember 0 9 SISTEM PAKAR MENGGUNAKAN MESIN INFERENSI FUZZY Wilis Kaswidjanti Abstrak Salah satu cara untuk menangani ketidakpastian pada bidang sistem pakar dapat

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY SIMULASI SISTEM UNTUK PENGONTROLAN LAMPU DAN AIR CONDITIONER DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY Nesi Syafitri. N Teknik Informatika, Fakultas Teknik Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 3,

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN

LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN LOGIKA FUZZY PADA PROSES PELET PAKAN IKAN Agung Saputra 1), Wisnu Broto 2), Ainil Syafitri 3) Prodi Elektro Fakultas Teknik Univ. Pancasila, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta, 12640 Email: 1) agungsap2002@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR FUZZY LOGIC

BAB II DASAR-DASAR FUZZY LOGIC BAB II DASAR-DASAR FUZZY LOGIC Pada pertengahan 1960, Prof. Lotfi Zadeh dari universitas California di Barkeley menemukan bahwa hukum benar atau salah dari logika boolean tidak memperhitungkan beragam

Lebih terperinci