Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu"

Transkripsi

1 Vol. 62, No. 3, September-Desember l 2013, Hal ISSN Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu (Lip print taking methods for the benefit of individual identification) M.Atmaji, 1 Mindya Yuni, 1 dan Atmadja D.S 2 1 Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2 Departemen Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta - Indonesia Korespondensi (correspondence): M.Atmaji, Departemen Biologi Oral, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Jl. Salemba Raya No. 4 Jakarta Pusat 10430, Indonesia. adji88cakjie@yahoo.com ABSTRACT Background: At this time in Indonesia the criminal cases and natural disasters increased, and sometimes they make the identification process more difficult. Lip prints have a different pattern on each individual, so it can be used in individual identification because it unique and stable. Purpose: The role of lip prints on the field of forensic odontology is important to support the process of individual identification, so it is still necessary to develop some method of taking lip prints to get a proper lip print. Review: Several methods of taking lip print are lipstick method, taking impression with alginate and elastomeric materials, fingerprint powder and photography methods. Conclusion: Each method has advantages and disadvantadges, and selection of the appropriate methods would obtain a better lip prints for individual identification. Key words: Lip print, taking method, identification PENDAHULUAN Angka kejadian bencana massal di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir, baik yang disebabkan oleh alam maupun faktor kelalaian manusia. Kejadian bencana alam seperti tsunami di Aceh dan di Jawa Barat, gempa di Padang, serta meletusnya Gunung Merapi, di Jawa Tengah telah banyak merenggut banyak korban jiwa. Selain itu beberapa kecelakaan kapal tenggelam, pesawat jatuh, dan kasus terorisme seperti kasus bom bali, kasus bom di hotel JW Mariot, dan beberapa kasus kriminal lainnya turut memberikan kontribusi atas meningkatnya angka bencana di Indonesia. 1 Banyaknya korban jiwa pada bencana dan kasuskasus tersebut menyebabkan peran identifikasi menjadi penting. Identifikasi merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan identitas seseorang. Pentingnya peran identifikasi telah diatur dalam peraturan Undang-Undang No. 36 tahun 2009 pasal 118 ayat pertama, bahwa setiap dokter harus bersedia membantu proses identifikasi korban jika diminta oleh penyidik. 2 Penentuan identitas personal dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode identifikasi, yaitu identifikasi primer seperti pemeriksaan sidik jari, DNA, gigi dan metode identifikasi sekunder seperti, pemeriksaan visual, fotografi, properti, medis, termasuk pemeriksaan sidik bibir. Dalam dunia kedokteran gigi forensik, peran dokter gigi selain menjadi peran utama pada pemeriksaan gigi juga dapat berperan dalam pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan sidik bibir. 2,3

2 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 65 Sidik bibir merupakan suatu pola berupa celah atau fisur yang terdapat pada permukaan mukosa bibir. Ilmu yang mempelajari tentang pola sidik bibir disebut Cheiloscopy. Sidik bibir digunakan untuk identifikasi individu karena memiliki sifat unik dan stabil. 4 Dalam suatu kasus kriminal, sidik bibir dapat tertinggal, pada gelas kaca, jendela kaca, sedotan limun, dan beberapa objek lain yang terdapat pada TKP. Sidik bibir yang terdapat pada permukaan objek tersebut dapat dibandingkan dengan sidik bibir dari tersangka ataupun korban, sehingga hasil analis dari sidik bibir tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu alat bukti untuk kepentingan identifikasi. Pemeriksaan sidik bibir pernah digunakan pada 85 kasus di Polandia antara tahun Dari seluruh kasus tersebut 34 kasus berhasil dipecahkan, sehingga dapat disimpulkan bahwa sidik bibir dapat dijadikan alat bantu identifikasi individu dalam kasus kriminal. 5,6 Pada kasus kriminal sidik bibir dapat berupa sidik bibir tampak maupun sidik bibir laten. Sidik bibir harus dapat ditampilkan dan dapat disimpan dalam waktu yang lama, sehingga dapat dianalisis di kemudian hari. Prabhu 7 mengatakan bahwa gambaran sidik bibir dapat ditampilkan dan dianalisa dengan menggunakan beberapa metode seperti metode lipstik, fotografi, dan bahan cetak kedokteran gigi. Sedangkan untuk menampilkan gambaran sidik bibir laten dapat menggunakan bubuk sidik jari, maupun lysocrhome dye. Metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir telah dikembangkan dari waktu ke waktu sejak tahun Suzuki mengembangkan tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan lipstik, Tsucihashi 9 mengembangkan tehnik fotografi, lalu kemudian seiring kemajuan teknologi, Munakhir 10 dan Vorghese 1 1 mengembangkan tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi. 8 Berbagai metode pengambilan sidik bibir yang telah dikembangkan saat ini memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Diharapkan dokter gigi maupun tenaga medis lain dapat memilih metode yang paling sesuai untuk mendapatkan hasil sidik bibir yang optimal sehingga dapat menunjang proses identifikasi individu. Sidik bibir Sidik Bibir dapat dijadikan sebagai salah satu metode potensial untuk identifikasi individu diungkapkan pertama kali oleh R.Synder pada tahun 1950, kemudian kriminolog terkenal asal prancis E. Locard mendukung dan membuktikan bahwa sidik bibir dapat digunakan sebagai metode penunjang dalam proses identifikasi. 12 Sidik bibir dapat digunakan sebagai salah satu metode penunjang dalam proses identifikasi karena memiliki pola tekstur mukosa bibir yang stabil. Domiaty 13 melaporkan bahwa sidik bibir bersifat stabil dan tidak berubah meskipun usia bertambah. Pernyataan ini juga didukung oleh Tsucihashi 10 yang berpendapat bahwa sidik bibir bersifat tetap. Selain stabil, sidik bibir juga memiliki sifat yang unik. Adamu dan Toura 14 berpendapat bahwa pola sidik bibir antar individu tidak ada yang sama dan dapat dipengaruhi oleh variasi ras. Sifat unik dan stabil sidik bibir dapat menjadi suatu alat bukti dalam identifikasi individu. Meskipun tingkat kejahatan dengan menggunakan mulut atau bibir lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan tangan, namun tidak tertutup kemungkinan pada kasus-kasus tertentu seperti perkosaan dan perampokan, pelaku meninggalkan jejak berupa sidik bibir pada makanan, alat makan ataupun benda lainnya. 4,10-12 Jenis sidik bibir Prinsip Locard mengatakan bahwa apabila dua benda bersentuhan maka, masing-masing benda akan meninggalkan bekas atau jejas pada benda lain yang disentuhnya. Prinsip ini merupakan prinsip yang dianut dalam pemeriksaan barang bukti tindak pidana dalam hal persentuhan bibir dengan benda lain yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja. 16 Pada kasus kriminal, ditemukannya sidik bibir pada suatu benda menunjukkan bahwa bibir seseorang telah menyentuh benda lain yang dapat dikaitkan dengan kemungkinan orang tersebut terkait dengan kasus kriminal tersebut. Bibir tanpa lipstik yang menyentuh benda lain dapat meninggalkan bekas atau jejas pada benda yang disentuhnya namun tidak dapat terlihat secara kasat mata, sidik bibir ini disebut sidik bibir laten. Untuk membuktikan adanya sidik bibir tersebut maka harus digunakan beberapa alat bantu supaya sidik bibir tersebut dapat terlihat dan nantinya dapat dianalisis polanya. 17 Sedangkan sidik bibir yang tertinggal pada suatu benda dan dapat terlihat disebut sidik bibir tampak, sidik bibir ini sering tertinggal jika bibir orang yang memakai lipstick menyentuh benda lain. Hal ini disebabkan lipstick mengandung substansi kompleks yang mengandung beberapa komponen,

3 66 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu seperti minyak dan malam (wax), sehingga dapat terlihat. 18 Metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir Tersangka yang diduga sebagai orang yang meninggalkan sidik bibir, harus diperiksa dan dianalisis sidik bibirnya. Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan secara langsung. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pemilihan metode pengambilan sidik bibir harus dilakukan dengan benar. Metode lipstik Metode pendokumentasian dan pengambilan sidik bibir menggunakan lipstick dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode single motion dan metode Prabhu. Dalam metode single motion dibutuhkan beberapa alat dan bahan antara lain, lipstik berwarna merah, selotif transparan lebar 0,9 cm, gunting, kertas putih polos, kaca pembesar dan kertas tissue. 5 Sedangkan pada metode Prabu diperlukan alat dan bahan antara lain kertas putih, lipstick, glass plate, dan kaca pembesar. 6,7 Gambar 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode lipstik. 5 Gambar 2. Prosedur tehnik pengambilan sidik bibir dengan menggunakan metode lipstik. 5 Perbedaan antara metode single motion dan metode prabu terletak pada cara penempelan selotif ke bibir subjek, jika pada metode single motion selotip ditempelkan searah dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya kemudian selotif dilepas searah, akan tetapi jika metode prabu, selotif ditempelkan pada bibir bagian tengah kemudian baru selotif ditekankan pada bibir bagian kanan dan kiri. 5,6 Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak gigi Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi seperti alginat, dan elastomer (polyvinyl siloxane). Munakhir (1995) melaporkan bahwa hasil cetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat memberikan hasil yang cukup detail sehingga mudah dianalisa dan dapat bertahan lama. Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain, mangkuk karet, spatula, alginat, dan sendok cetak perorangan (custom tray). 5,10 Tahapan pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan metode lipstik yaitu, lipstik dioleskan pada bibir subyek secara merata, kemudian selotif ditempelkan pada bibir yang telah diolesi lipstik, lalu ditekan secara perlahan setelah itu selotif ditarik satu arah, dari kanan ke kiri atau kiri ke kanan. Gambar 3. Alat dan Bahan yang digunakan dalam metode bahan cetak alginat. 5

4 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 67 Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat dilakukan dengan cara pertamatama bibir pasien diolesi vaselin kemudian, adonan alginat diaduk dan dituangkan ke seluruh permukaan bibir kemudian ditekan dengan menggunakan sendok cetak perorangan yang telah disesuaikan dengan ukuran bibir subjek, setelah alginat agak mengeras, sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan negatif dari sidik bibir. Setelah itu cetakan tersebut diisi dengan menggunakan gips biru. body, kemudian ditunggu sampai menit, setelah agak mengeras sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan negatif sidik bibir setelah itu cetakan tersebut diisi dengan menggunakan dental plaster. Gambar 6. Prosedur pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane. 5 Gambar 4. Prosedur pencetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat. 5 Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan bahan cetak lain yaitu polyvinyl siloxane. Vorghese 11 melaporkan bahwa dengan menggunakan bahan cetak elastomer, dapat dihasilkan hasil cetakan sidik bibir yang sangat detail. Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain mangkuk karet, spatula, polyvinyl siloxane, dan sendok cetak perorangan (custom tray), vaselin dan aplicating gun. 5 Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan fotografi Sidik bibir dapat didokumentasikan secara langsung dengan menggunakan foto konvensional maupun foto digital. Pemanfaatan foto digital lebih sering digunakan karena hasilnya dapat dilihat langsung sehingga pengambilan foto dapat diulang jika hasilnya kurang bagus. Selain itu hasil foto dapat dilakukan perbaikan kualitas gambar dengan menggunakan beberapa bantuan software seperti Adobe Photoshop. Tsucihasi 9 merupakan salah satu peneliti yang mengembangkan metode fotografi untuk pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan kamera medical Nikkor F200. Gambar 5. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode pencetakan dengan menggunakan polyvinyl siloxane. 5 Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane dilakukan pertamatama bibir pasien diolesi vaselin, kemudian bahan light body dioleskan keseluruh permukaan bibir dengan menggunakan alat bantu aplicating gun, lalu sendok cetak perorangan yang telah isi dengan menggunakan heavy body ditekankan ke bibir yang telah terolesi light Metode pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bahan bubuk sidik jari Sidik bibir dapat tertinggal pada sebuah benda seperti pada kain atau kemeja yang tidak dapat terlihat oleh mata. Dalam kasus ini sidik bibir dapat divisualisasikan dengan menggunakan bantuan bahan bubuk sidik jari serta bahan pewarna seperti lysochorme dye. Penggunaan bahan lysocrome dye akan sangat optimal jika diaplikasikan pada bahan yang memiliki porusitas, seperti kain, kertas tissue. Beberapa alat dan bahan yang dibutuhkan dalam metode ini adalah kuas, bubuk sidik jari atau bahan pewarna lysocrome dye. 7,17,19

5 68 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu Tahapan pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bubuk sidik jari yaitu subjek diinstruksiikan untuk menempelkan bibir ke sebuah kertas, Kemudian kertas yang telah terdapat sidik bibir laten tersebut, ditaburkan bubuk sidik jari, lalu diratakan dengan menggunakan kuas sampai terlihat sidik bibir yang menempel pada kertas tersebut. Keunggulan dan kelemahan beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir Untuk kepentingan identifikasi sidik bibir harus dapat ditampilkan dan didokumentasikan dengan baik sehingga mudah dianalisis. Hasil dokumentasi dan analisis sidik bibir yang baik, akan dapat menjadi alat bukti di persidangan. Dari beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir masing-masing terdapat keunggulan dan kelemahan. 7 lipstik Pengambilan sidik bibir pada tersangka atau korban yang terlibat suatu kasus kriminal dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu lipstick. Keunggulan dari metode lipstik adalah alat dan bahan yang digunakan sederhana, tidak mahal, mudah dan praktis dalam aplikasinya karena tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. Kelemahan dari metode lipstik ini adalah belum terdapat standard warna baku dari lipstik yang digunakan dan tidak semua subjek mau diaplikasikan lipstik, terutama laki-laki. 5 dengan menggunakan bahan cetak alginat Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu jenis bahan cetak yaitu alginat. Keunggulan metode dengan menggunakan alginat adalah dapat menghasilkan cetakan tiga dimensi, sehingga memudahkan proses analisis, hasil cetakan tahan lama, dan bahan alginate mudah didapatkan. Kelemahan dari metode dengan menggunakan bahan cetak alginate adalah, kurang praktis, waktu pencetakan yang lama, kurang lebih 30 menit, dan tidak optimal jika subjek yang akan diambil sidik bibirnya banyak atau masal. 5,10 dengan menggunakan bahan cetak elastomer (polyvinyl siloxane) Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan menggunakan bahan cetak gigi seperti elastomer. Keunggulan metode dengan menggunakan elastomer adalah dapat menghasilkan cetakan tiga dimensi yang sangat akurat, hasil cetakan tahan lama. Kelemahan dari metode ini adalah, Kurang praktis, biaya mahal, waktu pencetakan teralu lama, kurang lebih 45 menit, dan tidak optimal jika diaplikasikan pada subjek yang banyak (masal). 5,10 cetakaan sidik bibir dengan menggunakan bubuk sidik jari dan reagen pewarna Pengambilan sidik bibir laten dapat dilakukan dengan menggunakan bahan bubuk, seperti bubuk sidik jari, bubuk aluminum, cobalt oxide, dan bubuk magnetic. Penelitian mengenai efektifitas bubuk sidik jari dan lysocrome dye pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Neeti Kapor 17 melaporkan bahwa reagen lysocrome dye lebih efektif dari pada bubuk sidik jari dalam memvisualisasikan sidik bibir latent. Pada penelitian yang dilakukan Castelo 19 pada sebuah kertas tisu melaporkan bahwa perbedaan antara penggunaan bahan bubuk dan reagen pada pengambilan sidik bibir laten pada suatu benda, dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain porositas dan ketahanan dari sidik bibir yang diambil dan hasil yang didapatkan dengan menggunakan reagen lysocrome lebih efektif dan lebih tahan lama, daripada penggunaan bubuk sidik jari. Keunggulan metode ini adalah dapat memvisualisasikan sidik bibir laten, sehingga dapat didokumeentasikan dan dianalisis, namun kekurangan metode ini, bahan yang digunakan baik bubuk sidik jari maupun lysocrome dye relatif mahal, dan kurang praktis. dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi Dalam metode fotografi ini diperlukan skill dari fotografer, dan juga beberapa aspek dalam fotografi seperti cahaya, fokus, dan jarak. Metode ini direkomendasikan pertama kali oleh Tsucihasi. 9 Keunggulan dari metode ini antara lain hasil dokumentasi sidik bibir tahan lama sehingga dapat

6 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 69 digunakan untuk second opinion di kemudian hari, proses pengambilan yang praktis dan tidak membutuhkan waktu yang lama, dan dapat diaplikasikan pada subjek masal. Beberapa kelemahan dalam metode ini antara lain, masih belum adanya standard baku SOP dari tehnik fotografi, jika hasil foto kurang maksimal akan menyulitkan dalam proses analisa, alat dan bahan yang digunakan mahal. 9 PEMBAHASAN Sidik bibir memiliki sifat unik, stabil sehingga dapat digunakan sebagai metode identifikasi personal. Sidik bibir dapat dianalisis dengan optimal jika hasil pencetakan juga maksimal. Banyaknya metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir akan bermanfaat untuk mendapatkan hasil cetakan sidik bibir yang paling optimal. Metode pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan lipstick, dapat diaplikasikan jika tidak terdapat suatu penyakit pada bibir seperti stomatitis acute recurent (SAR), Herpes, Cheilitis. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil pencetakan sidik bibir dengan menggunakan metode lipstick antara lain ketebalan lipstik yang diaplikasikan, warna lipstik yang digunakan dan tekanan pada saat melakukan pencetakan sidik bibir. Metode lipstik merupakan metode yang sederhana, dan dapat diaplikasikan pada subjek masal, karena proses pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan lipstik tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama. 5,15 Selain metode lipstik, metode pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi dapat diaplikasikan untuk subjek masal. Metode ini akan optimal pada kasus sidik bibir yang dapat terlihat secara visual. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan fotografi antara lain, pencahayaan, fokus objek, dan detail gambar yang didapatkan. Sidik bibir akan dapat dengan mudah dianalisis jika gambar yang dihasilkan optimal. 9 Dalam dunia kedokteran gigi bahan alginat dan elastomer merupakan bahan yang tidak asing lagi bagi dokter gigi, alginat dan elastomer merupakan bahan cetak yang sering digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rahang atau gigi. Dalam kasus sidik bibir, bibir yang dicurigai sebagai tersangka dapat diambil dan didokumentasikan dengan menggunakan kedua bahan tersebut. Beberapa peneliti antara lain Munakhir 10 dan Vorghese 5 telah berhasil melaporkan hasil penelitian pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan bahan cetak kedokteran gigi. Munakhir 10 melakukan pencetakan bibir dengan menggunakan alginate untuk mendapatkan detail fisur pada permukaan bibir. kemudian Vorghese 5 melakukan perbandingan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane dan alginate untuk mendapatkan cetakan sidik bibir. Vorghese 5 melaporkan bahwa hasil cetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane fisur-fisur pada permukaan bibir tampak lebih detail. Akan tetapi beberapa kekurangan dalam metode ini adalah biaya bahan polyvinyl siloxane yang relatif mahal dan juga waktu pencetakan yang lama, menjadi catatan tersendiri yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode ini. Metode pendokumentasian dengan menggunakan bubuk sidik jari atau bahan pewarna akan sangat optimal untuk kasus-kasus sidik bibir yang laten atau tidak kasat mata. Metode ini dapat bermanfaat pada kasus kriminal, dimana sidik bibir yang tertinggal pada suatu benda atau substrat tertentu merupakan sidik bibir laten. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil dalam melakukan metode ini adalah jenis benda atau substrat yang akan dilakukan pencetakan. Castelo 19 melaporkan bahwa substrat atau benda yang memiliki tingkat porositas tinggi maka akan sulit untuk ditampilkan dengan menggunakan bubuk sidik jari dan lebih dianjurkan untuk menggunakan reagent seperti lysochrome dye, dan sebaliknya jika benda tersebut memiliki tingkat porositas rendah maka lebih dianjurkan untuk menggunakan bahan bubuk sidik jari supaya dapat menghasilkan cetakan sidik bibir yang optimal. 17 Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir yang optimal akan memudahkan proses identifikasi. Terdapat beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir, dan masing-masing metode tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan. Dengan mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing metode, maka dapat dipilih metode pengambilan sidik bibir yang paling tepat sehingga dapat memberikan sumbangan data yang berguna untuk membantu proses identifikasi individu. DAFTAR PUSTAKA 1. Prawestiningyas E, Algozi AM. Forensic identification based on both primary and secondary examination priority in victim identifiers on two different mass disaster cases. J Kedokteran Brawijaya 2009; XXV(2):

7 70 Atmaji dkk : Metode pengambilan sidik bibir untuk kepentingan identifikasi individu 2. Henky OS. Identifikasi korban bencana massal: praktik DVI antara teori dan kenyataan. J Indonesian Legal and Forensic Sci 2012; 2(1): Singh S. Penatalaksanaan identifikasi korban mati bencana massal. Majalah Kedokteran Nusantara 2008; 41(4): Rachana VP. A study of lip print pattern in goan dental students-a digital approach. J Forensic and Legal Medicine 2012; 19: Vorghese DJ. Application of cheiloscophy in determining individuality-a crossectional study: Rajiv Gandhi University Reddy LVK. Lip prints: An overview in forensic denstistry. J Adv Dent Res 2011; 2(1): Prabhu RV. Collection of lip prints as a forensic evidence at the crime scene an insight. J Oral Health Research 2010; 1(4). 8. Prashant K, Shankargouda P. Cheiloscopy: efficacy of flouroscent dye over lysochrome dye in developing invisible lip prints. Int J Contemporary Dentistry 2010; 3(1). 9. Tsuchihashi Y. Studies on personal identification by means of lip prints. J Forensic Sci 1974; 3:

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Ilmu kedokteran gigi forensik merupakan cabang dari ilmu kedokteran forensik yang belajar tentang cara-cara penanganan dan pemeriksaan bukti-bukti melalui gigi, jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah Perkembangan wajah manusia terjadi pada minggu ke-4 setelah fertilisasi dengan penampakan 5 buah tonjolan atau swelling yang mengelilingi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam menentukan identitas mayat seseorang dalam identifikasi forensik.

Lebih terperinci

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan

Surjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan Abstrak: DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rugae palatina atau disebut plicae palatinae transversae dan palatal rugae merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan asimetris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu kawasan rawan bencana di dunia. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian Sekretariat Negara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi Mulut dan Ilmu Kedokteran Forensik. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era gobalisasi banyak terjadi permasalahan yang meresahkan masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan bom dan lain-lain. Masyarakat

Lebih terperinci

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

Manipulasi Bahan Cetak Alginat Manipulasi Bahan Cetak Alginat A. Cara Mencampur Tuangkan bubuk alginate dan campurkan dengan air menjadi satu ke dalam mangkuk karet (bowl). Ikuti petunjuk penggunaan dari pabrik. Aduk menggunakan spatula

Lebih terperinci

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai

Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai MENENTUKAN TINGGI BADAN DARI TINGGI STERNUM Determine the Strature from the Sternal Length Abdul Gafar Parinduri RSUD Sultan Sulaiman Dinas Kesehatan Serdang Bedagai Abstrak Latar Belakang. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang sangat penting di masyarakat modern pada saat ini untuk konsekuensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah satu restorasi pengganti gigi yang hilang tersebut berupa gigi tiruan cekat

Lebih terperinci

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik

Ilmu Forensik? Ruang Lingkup. Kriminalistik Pengantar Menuju Ilmu Forensik Ilmu Forensik? forensic science secara umum adalah the application of science to law. Secara umum ilmu dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya terjadi selama atau setelah pengambilan cetakan. Untuk mendapatkan model restorasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di luar dugaan, antara lain bencana alam dan kasus-kasus kriminal yang menyebabkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Setting Time Gipsum Tipe II Berdasarkan W : P Ratio Grup : B - 3A Tgl. Praktikum : 5 April 2012 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes Penyusun : 1. Ratih Ayu Maheswari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat BARU LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat : A3a Tgl.Praktikum : 26 Mei 2014 Pembimbing : Devi Rianti, drg., M.Kes. Penyusun : 1. Pramadita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Identifikasi manusia adalah hal yang sangat penting di bidang forensik karena identifikasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia baik dari sisi

Lebih terperinci

Perobahan dimensi hasil cetakan alginat berbentuk balok

Perobahan dimensi hasil cetakan alginat berbentuk balok Sumadhi: Perubahan dimensi hasil cetak alginat berbentuk balok 63 Perobahan dimensi hasil cetakan alginat berbentuk balok Sumadhi Sastrodihardjo Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas

Lebih terperinci

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY)

Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY) Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY) Percentage of the Accuracy of Bite Mark Identification by Clinical Student Class of

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat Group : A5b Tgl, Praktikum : 08 Mei 2012 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., MKes Penyusun: No. Nama NIM

Lebih terperinci

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi

Suci Rahmasari UNAND Abstrak. Kata kunci : Dental Record, Pengetahuan, Standar Nasional Rekam Medik Kedokteran Gigi Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Mengenai Rekam Medik Gigi yang Sesuai Dengan Standar Nasional Kedokteran Gigi di Puskesmas dan Rumah Sakit Kota Padang Tahun 2012 Knowledge Exchange Relation Dentists Dental

Lebih terperinci

Aplikasi String Matching dalam Analisis Cap Bibir

Aplikasi String Matching dalam Analisis Cap Bibir Aplikasi String Matching dalam Analisis Cap Bibir Khoirunnisa Afifah (13512077) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013

Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari Desember 2013 Kualitas Visum et Repertum Perlukaan di RSUD Indrasari Kabupaten Indragiri Hulu Periode 1 Januari 2009-31 Desember 2013 Dedi Afandi 1, Tuti Restuastuti 2, Winda Kristanti 3 ABSTRACT Visum et Repertum (VeR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara rawan bencana karena kondisi geografisnya. Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu lempeng Eurasia, Indoaustralia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI)

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik Kelompok : SETTING TIME BAHAN CETAK ALGINAT BERDASARKAN VARIASI SUHU AIR (REVISI) : B5b Tgl. Praktikum : 11 Maret 2014 Pembimbing : Titien Hary Agustantina, drg.,

Lebih terperinci

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYELIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA PENCURIAN (Studi Kasus di Polres Gianyar) Oleh: Satya Haprabu Hasibuan Pembimbing : I Gusti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan kuantitas kejahatan. Seiring dengan adanya perkembangan tindak

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 NAMA KLP NIM FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 DAFTAR ISI BAB 1. Tata Tertib 1.1 Tata tertib Skill s Lab 1.2 Tata Tertib Ujian Skill s Lab Bab 2. Kegiatan Pembelajaran Skill s Lab Material

Lebih terperinci

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet

Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet 1 Esensial Tip Memotret Foto dengan Tablet Salah satu keunggulan yang membuat tablet menjadi sebuah perangkat yang sempurna untuk fotografi adalah kamera yang tersedia pada tablet Anda. Dengan semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN BAB III METODE PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Gitar merupakan salah satu alat musik yang terkenal di dunia dan membawa keindahan kepada hidup manusia melalui nada-nada indah yang dihasilkannya. Dalam buku

Lebih terperinci

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan

Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelayanan Forensik Klinik terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Pelatihan Peningkatan Kapasitas Petugas Kesehatan dalam Penanganan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan Berau. Tanjung Redeb, Berau -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas

BAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia rekam medis memiliki peranan penting dalam menunjang sistem kesehatan nasional, rekam medis merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PRASYARAT... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F D I P R E S E N T A S I K A N P A D A : P E M B E K A L A N F A S I L I T A T

Lebih terperinci

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori

BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teori BAB III BURUNG HANTU SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teori Penulis menjadikan burung hantu sebagai sumber tema dalam penciptaan karya seni karena burung hantu memiliki beragam

Lebih terperinci

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI

PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI Murniwati Staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas email : murniwatihabib@yahoo.com TINJAUAN PUSTAKA Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir

Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015: 231-236 Identifikasi Individu dan Jenis Kelamin Berdasarkan Pola Sidik Bibir Indri Seta Septadina Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mewakili wilayah paling rentan terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini banyak bahan cetak yang diperkenalkan untuk mencetak rahang dan jaringan sekitarnya. Di bidang prostodontik pemakaian bahan cetak dimaksudkan untuk

Lebih terperinci

Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases

Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases Identifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

ABSTRAK. Kata kunci : IOTN, Dental Health Component, Aesthetic Component, Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik ABSTRAK Prevalensi maloklusi pada manusia modern diketahui semakin meningkat dibanding masa lampau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada peserta didik

Lebih terperinci

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus :

Tujuan Instruksional Umum : Tujuan Instruksional Khusus : Tujuan Instruksional Umum : 1. Memberikan pemahaman pencahayaan dengan peralatan studio. 2. Memberikan pemahaman pengukuran pencahayaan pada model. 3. Memberikan pemahaman pencahyaan dengan satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencetakan rahang merupakan tahap awal dalam perawatan prostodontik yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut. Cetakan

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE ISSN: 1693-1246 Januari 2011 Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) 47-51 J P F I http://journal.unnes.ac.id RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE Sudartono*,

Lebih terperinci

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI Disusun Oleh : Nama : Kelas : X Mipa 6 Pelajaran : Seni Budaya SMA TAHUN AJARAN 2016/2017 Seni Rupa Seni rupa adalah salah satu cabang seni yang membentuk sebuah karya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kasus kehilangan gigi karena pencabutan merupakan kasus yang banyak dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan salah satunya

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASIL CETAKAN PADA BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE TIPE LIGHT BODY DAN HEAVY BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN DAN EKSISTENSI FORENSIC CYBER DALAM HUKUM PEMBUKTIAN TERHADAP CYBER CRIME DI INDONESIA

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN DAN EKSISTENSI FORENSIC CYBER DALAM HUKUM PEMBUKTIAN TERHADAP CYBER CRIME DI INDONESIA PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN DAN EKSISTENSI FORENSIC CYBER DALAM HUKUM PEMBUKTIAN TERHADAP CYBER CRIME DI INDONESIA Disusun oleh: ROSITA EKA VICTORIN HAMSON NPM : 08 05 09855 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae

BAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae adalah tonjolan pada bagian anterior dari mukosa palatal, terdapat di tiap sisi

Lebih terperinci

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL. Gambar 65. Diecast display tema jalan pegunungan 01 (Sumber: Dokumentasi pribadi)

BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL. Gambar 65. Diecast display tema jalan pegunungan 01 (Sumber: Dokumentasi pribadi) BAB V PAMERAN A. DESAIN FINAL Gambar 65. Diecast display tema jalan pegunungan 01 60 Gambar 66. Diecast display tema jalan Tol 61. Gambar 67. Diecast display tema jalan pegunungan 02 62 B. KONSEP PAMERAN

Lebih terperinci

2011, No Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kedokteran Kepolisian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepo

2011, No Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Kedokteran Kepolisian; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepo BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.466, 2011 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Kedokteran Kepolisian. Kegiatan. Pengawasan dan Pengendalian. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : a) Timbangan digital Digunakan untuk menimbang serat dan polyester.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN Yusmawati Sopian 1087047 ABSTRAK Pelayanan kesehatan yang baik

Lebih terperinci

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk; CARA SABLON MANUAL ALAT DAN BAHAN CETAK SABLON Alat: - Meja sablon, selain digunakan untuk menyablon meja ini digunakan pada saat afdruk screen. Bagian utama meja adalah kaca (tebal 5 mm), lampu neon 2

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : OJK, klasula baku, perjanjian kredit, perlindungan konsumen.

ABSTRAK. Kata kunci : OJK, klasula baku, perjanjian kredit, perlindungan konsumen. TINJAUAN HUKUM PERAN OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MENGAWASI PENERAPAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI KREDIT SEBAGAI UPAYA UNTUK MELINDUNGI NASABAH DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA Oleh: Ni Made Dwita Setyana Warapsari I Wayan Parsa Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).

I. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan merupakan penjumlahan dari panjang tulangtulang panjang dan tulang-tulang

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sidik Jari Jenis Kelamin Suku 3. Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur 1. Kepadatan alur Menghitung

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I Topik : MANIPULASI MATERIAL CETAK ELASTOMER Kelompok : A-7 Tgl. Praktikum : 11 Mei 2015 Pembimbing : Prof. Dr. Anita Yuliati, drg., M.Kes Penyusun : No. Nama NIM 1. M.

Lebih terperinci

Pengertian sticker dan jenisnya

Pengertian sticker dan jenisnya 1 Prakarya dan Kewirausahaan 4 Pengertian sticker dan jenisnya A. Pengertian sticker Pengertian sticker adalah sejenis label yang dicetak pada sepotong kertas, plastik atau bahan lainnya dengan perekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik pembangunan fisik maupun pembangunan mental spiritual

Lebih terperinci

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN. Zulaidi, S.H.,M.Hum KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM DALAM PERKARA PENGANIAYAAN Zulaidi, S.H.,M.Hum Abstract Criminal proceedings on the case relating to the destruction of the body, health and human life, the very need

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat kemajuan teknologi baik dibidang informasi, politik, sosial, budaya dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap tujuan kuantitas dan kualitas tindak

Lebih terperinci

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MUTILASI Oleh Made Wira Kusumajaya Ni Nengah Adi Yaryani, SH., MH Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Crime by mutilation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesan, orang "berkuasa" merekam moment berkelanjutan di dalam kehidupan ke

BAB I PENDAHULUAN. kesan, orang berkuasa merekam moment berkelanjutan di dalam kehidupan ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman fotografi bagi masyarakat biasanya sebatas foto dokumentasi perkawinan, ulang tahun, rekreasi, dan foto keluarga, hampir setiap orang memiliki foto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Berbagai masalah dihadapi masyarakat Indonesia saat ini antara lain bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak korban meninggal secara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1 Topik Kelompok : Manipulasi Material Cetak Elastomer : A10 Tgl. Pratikum : Senin, 27 Maret 2017 Pembimbing : Priyawan Rachmadi, drg., Ph.D Penyusun : 1. Salsalia Siska

Lebih terperinci

BPSL BLOK ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI SEMESTER II TAHUN AKADEMIK BUKU PETUNJUK SKILLS LAB NAMA : NIM : KLP

BPSL BLOK ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI SEMESTER II TAHUN AKADEMIK BUKU PETUNJUK SKILLS LAB NAMA : NIM : KLP BPSL BUKU PETUNJUK SKILLS LAB ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 1.2.3 NAMA : NIM : KLP PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY

PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY PERBEDAAN PERUBAHAN DIMENSI HASILCETAKAN PADA BAHAN CETAKELASTOMER POLYVINYLSILOXANETIPE LIGHTBODY DAN MEDIUM BODY SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air

Indra. Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Eksplorasi Seni Ebru: Keragaman Grid dalam Proses Melukis Di Atas Air Indra Seni Ebru: Melukis Di Atas Air Seni ebru adalah seni lukis dari Turki yang media dasarnya adalah air pada saat melukis dan dipraktikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PERANCANGAN

BAB 4 METODE PERANCANGAN BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif 4.1.1 Fakta Kunci 1. Mengangkat tema tentang merawat buku secara sederhana. 2. Banyak orang yang suka buku, tapi tidak terlalu familiar dengan cara merawatnya.

Lebih terperinci

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS. A. Implementasi Teoritis BAB III MASA ANAK-ANAK SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI GRAFIS A. Implementasi Teoritis Penulis mengangkat karya yang bertemakan masa kanak-kanak dalam penciptaan karya seni grafis, karena masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

METODE PERANCANGAN. No. Judul dan Nama Penulis Ulasan Novel ini bercerita tentang hal-hal yang mungkin disembuyikan dari

METODE PERANCANGAN. No. Judul dan Nama Penulis Ulasan Novel ini bercerita tentang hal-hal yang mungkin disembuyikan dari II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas No. Judul dan Nama Penulis Ulasan Novel ini bercerita tentang hal-hal yang mungkin disembuyikan dari Novel dari Lala Bohang orang lain, orang terdekat, bahkan diri

Lebih terperinci

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan

Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Jurnal Hukum Khaira Ummah Vol. 12. No. 4 Desember 2017 Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Anton Rudiyanto) * Fungsi Sidik Jari Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan (Studi Kasus Di Polres Tegal)

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG KEDOKTERAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PENGGUNAAN GRAPHIC EDITOR PADA PEMBUATAN OBJEK 3 DIMENSI

ANALISIS PENERAPAN PENGGUNAAN GRAPHIC EDITOR PADA PEMBUATAN OBJEK 3 DIMENSI Analisis Penerapan Penggunaan Graphic Editor Pada Pembuatan Objek 3 Dimensi ANALISIS PENERAPAN PENGGUNAAN GRAPHIC EDITOR PADA PEMBUATAN OBJEK 3 DIMENSI Nurcahyani Dewi Retnowati Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar). 1 PENCETAKAN Setelah dilakukan perawatan pendahuluan dan luka pencabutan sudah sembuh maka terhadap pasien dapat dilakukan. Sebelumnya terlebih dahulu dijelaskan kepada pasien, bahwa dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi 2.1.1 Defenisi Identifikasi adalah usaha pengenalan kembali korban yang tidak dikenal, baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

Lebih terperinci

Definisi Forensik Kedokteran Gigi

Definisi Forensik Kedokteran Gigi Definisi Forensik Kedokteran Gigi Ilmu kedokteran gigi forensik, atau dapat juga disebut dengan forensic dentistry atau odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA. memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA A. Implementasi Teoritis Mengamati anak-anak baik dalam kehidupan dirumah ataupun diluar rumah, memberikan ingatan segar kembali akan pengalaman-pengalaman kita dimasa kecil

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan

Lebih terperinci

Media Informasi Pemanfaatan Daun...(Ni Ketut Kertiasih & Ni Made Indah Yunitha)

Media Informasi Pemanfaatan Daun...(Ni Ketut Kertiasih & Ni Made Indah Yunitha) ISSN0216-3241 13 MEDIA INFORMASI PEMANFAATAN DAUN KERING SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KERAJINAN TANGAN Ni Ketut Kertiasih Ni Made Indah Yunitha Jurusan Manajemen Informatika, FTK, Undiksha Abstrak Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam dunia kedokteran gigi, dikenal suatu teknologi yang dinamakan dental unit. Dental unit digunakan sebagai tempat periksa untuk pasien dokter gigi yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gipsum merupakan mineral yang didapatkan dari proses penambangan di berbagai belahan dunia. Gipsum merupakan produk dari beberapa proses kimia dan sering digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Miliaran foto yang dibuat setiap tahunnya semakin beragam, foto-foto yang inovatif telah menjadi tantangan penulis untuk menciptakan sesuatu yang lebih berbeda dari

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI Wahyuni Sirajuddin J 111 08 113 UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Lebih terperinci

TATA CAHAYA. Arah Cahaya ( Direction of Light ) 1. Frontlight

TATA CAHAYA. Arah Cahaya ( Direction of Light ) 1. Frontlight TATA CAHAYA Arah Cahaya ( Direction of Light ) Cahaya yang datang sangat mempengaruhi penampilan subjek secara keseluruhan. Dengan mengetahui arah datangnya cahaya, fotografer dapat membuat foto yang lebih

Lebih terperinci

Sablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik

Sablon MUDAH. Mendesain membuat. Kain Kertas Besi lastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik. Kain Kertas Besi Plastik lastik MUDAH & Mendesain membuat Sablon Desa Sambirejo, Kec. Bringin, Kab. Semarang www.kampungbudaya.co.cc L angkah menya BLON 1. Menyiapkan bahan dan peralatan 2. Membuat Film Negatif (Gambar di kertas

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT ABSTRACT Sales is one of the important part from activity business, to increase effectivity and efficiency in sales is necessary to do operational audit.the operational audit is a audit that have

Lebih terperinci

BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan

BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE. Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Lampiran Kerangka Konsep Pengaruh perbedaan perubahan dimensi hasil cetakan pada bahan cetak elastomer polyvinyl siloxane tipe light body dan heavy body. BAHAN CETAK ELASTOMER POLYVINYL SILOXANE Low (Light

Lebih terperinci