BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identifikasi Defenisi Identifikasi adalah usaha pengenalan kembali korban yang tidak dikenal, baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami pembusukan sampai tinggal sisa jaringan. 2 Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik yang masih hidup ataupun sudah mati. Penentuan identitas personal dapat menggunakan metode identifikasi sidik jari, visual, dokumen, pakaian dan perhiasan, medik, gigi, serologik dan secara eksklusi. Akhir-akhir ini dikembangkan pula metode identifikasi DNA. 1,4, Metode identifikasi Metode identifikasi pada dasarnya dibagi atas 2 bagian, yaitu identifikasi primer dan identifikasi sekunder. Metode identifikasi primer meliputi pemeriksaan sidik jari (finger print), identifikasi gigi (odontologi) dan DNA, sedangkan metode identifikasi sekunder meliputi medik (antara lain data tinggi badan, berat badan, warna rambut, warna mata, cacat/kelainan khusus, tato) dan properti (antara lain wajah/foto, dokumen, pakaian dan perhiasan). Identitas seseorang dipastikan dengan minimal salah satu dari identifikasi primer dan atau didukung dengan minimal 2 dari identifikasi sekunder. 1,4,12,13

2 2.2 Suku Suku adalah suatu golongan manusia yang anggota-anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama asal muasalnya. Begitu banyaknya suku yang ada di dunia ini yang hampir sama bentuknya tetapi dapat dibedakan dengan melihat warna kulit, bentuk kepala atau tengkoraknya dan bahkan dari bahasanya juga dapat ditentukan perbedaannya. Karena begitu banyaknya suku yang ada di dunia ini berpengaruh juga akan keadaan suku yang ada di Indonesia termasuk suku orang Tamil india yang ada di indonesia dan suku orang batak yang ada di Indonesia.ketika terjadi bencana massal dan korban sudah banyak yang busuk maka akan sulit untuk mengenalnya. Perbedaan lain yang dapat dikenal yaitu bentuk dan struktur dari tulang belulang dari suku atau ras dari golongan yang berbeda pasti akan berbeda dengan suku atau ras yang beberda, karena itu kita penting memngetahui beberapa suku atau ras yang ada di indonesia yaitu, Batak Toba, Jawa, Tamil, Melayu, Batak Karo, dan lain-lain. 2.3 Sidik Jari Defenisi Daktiloskopi ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali (identifikasi) orang. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak-tapak jari, baik yang sengaja diambil atau dicapkan dengan tinta maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah terpegang atau tersentuh dengan kulit telapak (friction skin) tangan atau kaki. 1,4

3 Kulit telapak adalah kulit pada bagian telapak tangan mulai dari pangkal pergelangan sampai ke semua ujung jari, dan kulit pada bagian telapak kaki mulai dari tumit sampai ke semua ujung jari, di mana terdapat garis-garis halus yang menonjol keluar, satu sama lainnya dipisahkan dengan celah atau alur yang membentuk lukisan-lukisan tertentu. 4 Gambar 2.1 Sidik jari dengan diagram alur (ridge) dan Sejarah sidik jari Sidik jari manusia telah banyak ditemukan pada benda-benda peninggalan zaman purba kala dan bersejarah. Walaupun penemuan ini telah membuktikan bahwa orang pada zaman dahulu telah menyadari keunikan sidik jari pada setiap orang, namun barulah di akhir abad ke-16 ilmu sidik jari yang modern mulai diprakarsai. 18 Di tahun 1686, Marcelle Malpighi, guru besar Anatomi pada Universitas Bologna menyatakan dalam tulisannya bahwa pada bagian ujung jari terdapat garis-garis yang berbentuk loop dan spiral. Sejak saat itu, sejumlah besar penelitian dilakukan untuk mempelajari sidik jari. 4,14

4 Henry Fauld, pada tahun 1880, adalah yang pertama sekali menyarankan penggunakan sidik jari untuk keperluan identifikasi di masa-masa yang akan datang. Pada saat yang sama, Herschel menegaskan bahwa beliau telah 20 tahun ( ) mempraktekkan pengenalan dengan mempergunakan sidik jari. Penemuan-penemuan ini yang kemudian menetapkan dasar perumusan sidik jari modern. Pada akhir abad ke-19, Sir Francis Galton melakukan penelitian yang mendalam; beliau memperkenalkan detail fitur-fitur untuk membandingkan sidik jari pada tahun Kemajuan penting dalam perumusan sidik jari kemudian dibuat pada tahun 1899 oleh Edward Henry, yang menetapkan sistem klasifikasi sidik jari yang dikenal dengan nama Sistem Henry. Pada awal abad ke-20, perumusan sidik jari telah diterima secara resmi sebagai suatu metode identifikasi personal yang sah dan menjadi standart rutin di bidang forensik. Badan-badan yang mengidentifikasi sidik jari didirikan di seluruh dunia dan dibuatkan database sidik jari para perlaku kriminal Anatomi Dan Perkembangan kulit Kulit di telapak kaki dan telapak tangan berkerut oleh alur yang sempit yang dikenal sebagai alur sidik jari dan bebas dari rambut dan kelenjar sebasea. Namun, memiliki banyak kelenjar keringat. Sidik jari mulai terbentuk pada usia janin minggu intrauterin dan dianggap telah berkembang penuh pada usia janin 6 bulan. Sidik jari yang terbentuk pada periode janin tersebut tidak akan mengalami perubahan selama seluruh kehidupan invidual sampai akhirnya hancur oleh pembusukan. 15 4,14 4,14

5 Kulit telapak terdiri dari dua lapisan: 1. Lapisan dermal (kulit jangat) sering juga dinamakan kulit yang sebenarnya karena lapisan inilah yang menentukan bentuk dari garis-garis yang terdapat pada permukaan kulit telapak. Apabila lapisan dermal terluka atau cacat, maka bekas luka atau cacat itu akan permanen sifatnya. 2. Lapisan epidermal adalah lapisan kulit luar di mana terdapat garis-garis halus menonjol keluar (yang selanjutnya disebut garis-garis papilair). Terhadap lukisan-lukisan yang dibentuk oleh garis-garis papilair itulah perhatian kita tertujukan, untuk menentukan bentuk pokok, perumusan dan pemeriksaan perbandingan sidik jari. 4 4,9 Cacat pada sidik jari dapat berupa: 1. Cacat sementara adalah cacat pada lapisan kulit luar (epidermis). Garisgaris yang rusak karena cacat ini akan kembali sebagai semula. 2. Cacat tetap adalah cacat yang disebabkan karena ikut rusaknya garis-garis yang sampai pada lapisan dermal. Baik cacat sementara maupun cacat tetap (kecuali keseluruhan ruas ujung jari itu dirusakkan sama sekali) biasanya tidak mempengaruhi identifikasi terhadap jari itu, yang hanya dapat mempengaruhi perumusannya saja. Kegunaan yang sebenarnya dari garis papilair itu adalah untuk memperkuat pegangan (grip) sehingga benda-benda yang dipegang tidak mudah tergelincir. 4,14

6 Gambar 2.2 Diagram anatomi kulit Dikutip dari: Prinsip dasar dari sidik jari 1. Setiap jari mempunyai ciri-ciri garis tersendiri ditinjau dari segi detailnya, dan tidak sama dengan yang lain. 4,16 Seperti semua hal yang ada pada tubuh manusia, alur pada sidik terbentuk melalui kombinasi faktor-faktor genetik dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan mengapa sidik jari pada orang kembar sekalipun berbeda. 14 Dan kemungkinan dua orang memiliki sidik jari yang sama adalah satu di antara 64 juta populasi. 2. Ciri-ciri garis itu, sudah mulai terbentuk sejak janin berusia kira-kira minggu di dalam kandungan ibu, dan tidak berubah selama hidup, sampai hancur akibat pembusukan setelah meninggal dunia. Jika cedera mencapai cukup dalam dan mengakibatkan kerusakan kulit, bekas luka yang permanen akan terbentuk. Hal ini dapat terjadi bila luka menembus 1-2 mm di bawah permukaan kulit. Kehadiran bekas luka yang permanen 2,17

7 akan menjadi karakteristik baru dan menjadi tambahan untuk tujuan identifikasi. 4,16 3. Seperangkat sidik jari dapat dirumuskan, sehingga dapat diadministrasikan (disimpan dan dicari kembali). 4, Klasifikasi sidik jari Sidik jari dibagi menjadi 3 golongan besar yaitu: 1. Arch (busur) adalah bentuk pokok sidik jari yang semua garis-garisnya datang dari satu sisi lukisan, mengalir atau cenderung mengalir ke sisi yang lain dari lukisan itu, dengan bergelombang naik di tengah-tengah, kecuali tented arch (tiang busur) yang akan diterangkan lebih lanjut. Dijumpai 50% dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk arch. Golongan arch ini terbagi lagi atas: a) Plain arch b) Tented arch (tiang busur). 2. Loop (sangkutan) adalah bentuk pokok sidik jari di mana satu garis atau lebih datang dari salah satu sisi lukisan, melengkung menyentuh suatu garis bayangan (imaginary line) yang ditarik antara delta dan core dan berhenti atau cenderung kembali ke sisi datangnya semula. Dijumpai 60-65% dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk loop. Golongan loop ini terbagi lagi atas: a) Ulnar loop b) Radial loop.

8 3. Whorl (lingkaran) adalah bentuk pokok sidik jari yang mempunyai paling sedikitnya 2 buah delta, dengan satu atau lebih garis melengkung atau melingkar di hadapan kedua delta. Dijumpai 30-35% dari seluruh sidik jari terdiri dari bentuk whorl. Golongan whorl ini terbagi lagi atas: a) Plain whorl b) Central pocket loop whorl (suku tengah) c) Double loop whorl (sangkutan kembar). d) Accidental(combination of more than one pattern). 4,16 e) Gambar 2.3 Subgolongan dari pola sidik jari. Dikutip dari: 8 Maret 2015).

9 2.3.6 Tipe-tipe sidik jari yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Bentuk dari sidik jari yang ditemukan di TKP dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu: 1. Visible impression, yaitu sidik jari yang langsung dapat terlihat tanpa mempergunakan alat-alat tambahan, seperti sidik jari yang diambil dengan tinta, demikian pula sidik jari bekas darah, bekas cat yang masih basah, dsb., yang sering tertinggal di tempat kejadian perkara (TKP). 2. Latent impression, yaitu sidik jari latent yang biasanya tidak langsung dapat terlihat, dan memerlukan beberapa cara pengembangan terlebih dahulu untuk membuatnya nampak jelas, seperti sidik jari yang selalu ada kemungkinannya untuk tertinggal di TKP. 3. Plastik impression, yaitu sidik jari yang berbekas pada benda-benda yang lunak seperti sabun, gemuk, lilin, permen karet, dsb Perumusan Sidik Jari (Fingerprint Classification) Perumusan sidik jari adalah proses penentuan rumus sidik jari dengan membubuhkan angka dan huruf-huruf tertentu yang menyatakan bentuk pokok serta perincian garis-garis dari seperangkat sidik jari Identifikasi Sidik Jari (Fingerprint Identification) Identifikasi sidik jari adalah proses penentuan dua atau lebih sidik jari berasal dari jari yang sama dengan membandingkan garis-garis papilairnya. Garisgaris papilair yang terdapat pada ruas yang kedua dan ketiga dari jari-jari, demikian pula pada telapak tangan (palm) dan telapak kaki beserta jari-jarinya, 4 4,16

10 mempunyai nilai identifikasi yang sama dengan garis-garis papilair pada ruas ujung jari tangan, yaitu dapat diperbandingkan untuk menentukan kesamaanya Sistem Sidik Jari (Fingerprint System) Sistem sidik jari adalah suatu keseluruhan pengaturan/penyusunan kartukartu sidik jari, agar supaya pemanfaatan sidik jari efektif dalam penyidikan yang mencakup tata urut penyimpanan, pengklasifikasian/penyusunan, pemeliharaan dan penggunaan. Pada dasarnya, sistem sidik jari terdiri dari sistem 10 jari (deca dectylair system/ten fingerprint system) dan sistem 1 jari (mono dectylair system/single fingerprint system). Di samping itu, ada pula sistem 5 jari (single five system) yang biasa digunakan sebagai pengganti sistem satu jari. a. Pengolahan secara manual 1. Sistem 10 jari Tujuan utama sistemini adalah untuk mengkonfirmasikan identitas dan catatan kriminal dari tersangka atau pemohon SKKB/ SIM/ dll. Dalam sistem 10 jari, kesepuluh jari tersangka atau pemohon SKKB/ SIM/ dll diambil (direkam) pada satu kartu kemudian disimpan menurut cara tertentu dalam lemari file. Bila suatu waktu ada tersangka yang ditahan atau ada pemohon SKKB/ SIM/ dll, maka kebenaran identitas dan catatan kriminal dapat segera dikonfirmasikan dengan cara mengambil sidik jari yang bersangkutan dan mengirimkannya ke tempat penyimpanan file 10 jari. 4

11 2. Sistem 1 jari dan sistem 5 jari Tujuan utama sistem 1 jari dan sistem 5 jari adalah untuk mendeduksi/ mengidentifikasi identitas penjahat melalui sidik jari laten. Pada sistem 1 jari, tiap-tiap sidik jari tersangka/penjahat diambil (direkam) pada kartu yang berlainan kemudian disimpan menurut cara tertentu dalam lemari file; sedangkan pada sistem 5 jari, kelima sidik jari tiap tangan tersangka/ penjahat diambil (direkam) pada kartu yang berlainan kemudian disimpan menurut cara tertentu dalam lemari file. Bila terjadi suatu kasus, maka identitas tersangka/penjahat dapat dideduksi (identifikasi) dengan cara mengirimkan sidik jari laten yang ditemukan di TKP ke tempat penyimpanan file satu jari atau file lima jari. b. Pengolahan dengan komputer (AFIS) Proses klasifikasi sidik jari dilakukan secara otomatis. Bentuk lukisan, jarak core-delta; minusi dibaca secara otomatis oleh Fingerprint Reader dalam bentuk digital dan diteruskan ke Search Processor / komputer. Proses pencarian sidik jari dilakukan secara otomatis oleh komputer (Search Processor) berdasarkan minusi. Sistem ini dikenal dengan nama AFIS (Automated Fingerprint Identification System) Pemeriksaan sidik jari Tiap jari tangan, telapak tangan, jari kaki dan telapak kaki setiap orang memiliki garis-garis papilair dengan bagian-bagian kecil yang unik dan berbeda. Bagian-bagian kecil garis-garis papilair yang unik tersebut (biasa disebut karakteristik garis-garis jari atau Galton detail ) berbentuk sebagai berikut: 4

12 Gambar 2.4 Galton detail dari: ews11.03/osterburg2.jpg Galton detail dan hubungan posisinya satu sama lain menetapkan individualitas dari setiap jari. Agar dapat ditentukan bahwa dua sidik jari adalah sama, maka faktor-faktor yang membedakan hubungan posisi Galton detail antara kedua sidik jari tersebut harus dapat dijelaskan. Para ahli mempunyai pendapat yang berbeda-beda mengenai jumlah titik persamaan ( Galton detail yang sama posisi dan hubungan) untuk menentukan bahwa dua sidik jari berasal dari jari yang sama. Ada yang berpendapat bahwa yang penting adalah keunikan dari bagian-bagian garis papilair ( Galton detail ) daripada jumlah titik persamaan itu sendiri. Bagaimana pun, kedua-duanya sama penting untuk menentukan kesamaan dua sidik jari. 4

13 Umumnya dua sidik jari dinyatakan identik (berasal dari jari yang sama) bila: a. Terdapat minimal enam titik persamaan yang memiliki ciri-ciri yang unik. b. Terdapat minimal dua belas titik persamaan tanpa keunikan Pengambilan sidik jari Sidik jari direkam pada sehelai kartu sidik jari di mana terdapat kolomkolom untuk sidik jari yang tidak digulingkan (rolled impression), kolom untuk sidik jari yang tidak digulingkan (plain impression), dan kolom untuk informasi beserta identitas orang yang diambil sidik jarinya. Hasil pengambilan harus bagus dan bersih karena rekaman sidik jari itu akan menjadi rekaman yang permanen dari orang yang bersangkutan apakah ia seorang pembunuh, atau seorang yang ditahan karena melakukan suatu tindak pidana, seorang pelamar pekerjaan, pekerja atau pegawai dan sebagainya, untuk dimanfaatkan dikemudian hari, sebagai sarana pengenalan kembali terhadap mereka di kemudian hari, baik untuk maksud-maksud penyidikan, memperkuat pembuktian, maupun untuk kepastian mengenai diri seseorang (personal identification). Apabila tidak diambil dengan teliti, sidik jarinya tidak akan dapat dirumuskan untuk disimpan, atau dicari kembali pada waktu diperlukan. Sidik jari dapat diambil dengan cara: 1. Digulingkan (rolled impression) 2. Tidak digulingkan (plain impressions). 4,16 4 4

14 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kerapatan Alur sidik Jari orang Indonesia Kerapatan Alur Sidik Jari orang India 3.2 Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Satuan Ukur 1. Kepadatan alur sidik jari adalah banyaknya garisgaris sidik jari yang dihitung di dalam 25 mm Suku adalah suatu golongan manusia yang anggotaanggotanya mengidentifikasik an dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Menghitung alur epidermal mulai dari salah satu sudut segi empat ke sudut diagonalnya yang berlawanan. Wawancara Dengan menggunakan plastik transparan segi empat berukuran 5x5 mm 2 yang ditempatkan pada sampel sidik jari pada area yang telah dipilih. Kemudian diperiksa jumlah alur sidik jari dalam 25 mm 2 dengan menggunakan kaca pembesar. Jumlah alur sidik jari dihitung di dalam 25 2 mm. Suku Melayu, Batakl, Jawa, Dayak, Asmat, Betawi, Aceh dan Nias. Numerik Nominal - Jumlah alur/25 mm 2.

15 No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Satuan Ukur 3 Orang India adalah sekolompok orang yang asalnya dari India 4 Orang Indonesia adalah sekelompok orang yang asalnya dari indonesia wawancara wawancara Laki-laki dan perempua n Laki-laki dan perempua n

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK RUMUS SIDIK JARI PADA BENTUK SIDIK JARI JENIS WHORL

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK RUMUS SIDIK JARI PADA BENTUK SIDIK JARI JENIS WHORL PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK RUMUS SIDIK JARI PADA BENTUK SIDIK JARI JENIS WHORL Raditiana Patmasari 1, Mohamad Ramdhani 2, Achmad Rizal 3 1,2,3 Fakultas Teknik Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara hukum sebagaimana dicantumkan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 yang berbunyi Negara

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sidik Jari Jenis Kelamin Suku 3. Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur 1. Kepadatan alur Menghitung

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi kasus di Polresta Surakarta)

TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi kasus di Polresta Surakarta) TINJAUAN YURIDIS KEGUNAAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN (Studi kasus di Polresta Surakarta) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA SIDIK JARI

PENGENALAN POLA SIDIK JARI TUGAS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGENALAN POLA SIDIK JARI Disusun oleh : FAHMIATI NPM : 08.57201.000502 PROGRAM STUDI STRATA SATU (S1) SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DARWAN ALI SAMPIT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan

BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan Menggunakan Sidik Jari Dalam Perspektif Hukum Positif membuktikan suatu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja

BAB III LANDASAN TEORI. Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sidik jari Sidik jari adalah hasil reproduksi tapak jari yang baik yang sengaja diambil, dicapkan dengan tinta, maupun bekas yang ditinggalkan pada benda karena pernah tersentuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak berdasar atas kekuasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akibat kemajuan teknologi baik dibidang informasi, politik, sosial, budaya dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap tujuan kuantitas dan kualitas tindak

Lebih terperinci

2016, No Sistem Identifikasi Teraan Sidik Jari atau Daktiloskopi (Staatsblad 1911 Nomor 234); 2. Besluit van den Gouveneur General Nederland I

2016, No Sistem Identifikasi Teraan Sidik Jari atau Daktiloskopi (Staatsblad 1911 Nomor 234); 2. Besluit van den Gouveneur General Nederland I BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1702, 2016 KEMENKUMHAM. Teraan Sidik Jari. Pengambilan. Perumusan. Identifikasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016

Lebih terperinci

PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH GUNA IDENTIFIKASI

PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH GUNA IDENTIFIKASI Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 PENGAMBILAN SIDIK JARI PADA JENAZAH

Lebih terperinci

BAB III PEMBUKTIAN MENGGUNAKAN SIDIK JARI

BAB III PEMBUKTIAN MENGGUNAKAN SIDIK JARI BAB III PEMBUKTIAN MENGGUNAKAN SIDIK JARI A. Pembuktian Menggunakan Sidik Jari 1. Pengertian Sidik Jari Sidik jari merupakan identitas pribadi, tak ada di dunia ini yang memiliki sidik jari sama. Sidik

Lebih terperinci

Pengaplikasian Graf dalam Analisis Forensik

Pengaplikasian Graf dalam Analisis Forensik Pengaplikasian Graf dalam Analisis Forensik Finiko Kasula Novenda, 13515029 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

PERAN SIDIK JARI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA STUDI KASUS (POLRESTA DENPASAR)

PERAN SIDIK JARI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA STUDI KASUS (POLRESTA DENPASAR) PERAN SIDIK JARI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA STUDI KASUS (POLRESTA DENPASAR) I Gd Dody Aryawan NPM: 1310121182 I NYM Gede Sugiartha,SH.,MH Ni Made Sukaryati Karma,SH.,MH. ABSTRACT This research

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dactyloscopy Sebagai Ilmu Bantu Dalam Proses Penyidikan Dactyloscopy adalah ilmu yang mempelajari sidik jari untuk keperluan pengenalan kembali identifikasi orang dengan cara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan berakhirnya era orde baru pada tanggal 21 Mei 1998 membawa harapan baru perkembangan demokrasi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2011 T E N T A N G

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2011 T E N T A N G WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 30 TAHUN 2011 T E N T A N G PEDOMAN PENERBITAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatoglifi atau pola sidik jari merupakan gambaran guratan-guratan yang menonjol khas pada ujung jari manusia, bersifat unik dan berbeda-beda bagi setiap individu.

Lebih terperinci

MAKALAH FINGERPRINT FAST PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN SPIRAL OLEH: RONI WIJAYA

MAKALAH FINGERPRINT FAST PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN SPIRAL OLEH: RONI WIJAYA MAKALAH FINGERPRINT FAST PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN SPIRAL OLEH: RONI WIJAYA 08018184 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2012 1 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 45 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENERBITAN KARTU TANDA PENDUDUK BERBASIS NOMOR INDUK KEPENDUDUKAN SECARA NASIONAL DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tegaknya negara hukum menjadi tugas dan tanggung jawab dari seluruh warga Negara Indonesia dari generasi ke generasi, oleh karena itu hukum harus dijunjung

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 11 Tahun : 2011 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENERBITAN KARTU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 KEMENDAGRI. Perangkat. Pembaca. Kartu Tanda Penduduk. Spesifikasi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG SPESIFIKASI

Lebih terperinci

Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi

Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi Siburian, Anggereini dan Hayati., Pola sidik jari Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi (Hand Fingerprint Pattern

Lebih terperinci

JURNAL ILMIAH FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ( Studi di Polres Mataram ) SKRIPSI

JURNAL ILMIAH FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ( Studi di Polres Mataram ) SKRIPSI i JURNAL ILMIAH FUNGSI IDENTIFIKASI SIDIK JARI DALAM MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ( Studi di Polres Mataram ) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat S-1 pada Program Studi

Lebih terperinci

VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN Prosiding Seminar Nasional SIMBIOSIS II, Madiun, 30 September 2017 p-issn : 9772599121008 e-issn : 9772613950003 VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak kejahatan yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok tertentu. Ada berbagai faktor penyebab

Lebih terperinci

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO. Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO. Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat 2) 3) Dosen Program

Lebih terperinci

Penerapan Graf Terhubung untuk Menentukan Klasifikasi Sidik Jari

Penerapan Graf Terhubung untuk Menentukan Klasifikasi Sidik Jari Penerapan Graf Terhubung untuk Menentukan Klasifikasi Sidik Jari Annisa Muzdalifa/13515090 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI SIDIK JARI SEBAGAI PENDUKUNG ALAT BUKTI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR MAKASSAR

SKRIPSI SIDIK JARI SEBAGAI PENDUKUNG ALAT BUKTI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR MAKASSAR SKRIPSI SIDIK JARI SEBAGAI PENDUKUNG ALAT BUKTI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR MAKASSAR RUWINA ANNISA RAUF B111 09 496 BAGIAN HUKUM PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klasifikasi sidik jari merupakan bagian penting dalam sistem pengidentifikasian individu. Pemanfaatan identifikasi sidik jari sudah semakin luas sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK

BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK A. Tujuan pembelajaran Para mahasiswa diharapkan mampu : Memeriksa ciri khas tubuh korban. Mengumpulkan data-data ante mortem. Menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan dan penganiayaan yang terjadi dewasa ini seakan-akan telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perlindungan terhadap jiwa, menempati posisi yang paling utama, kenyataan ini dapat dilihat bahwa di tengah berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kejahatan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI PEMANTAUAN KEHADIRAN DOSEN DAN MAHASISWA PADA PROGRAM PERCEPATAN ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) BERBASIS WEB

RANCANG BANGUN APLIKASI PEMANTAUAN KEHADIRAN DOSEN DAN MAHASISWA PADA PROGRAM PERCEPATAN ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) BERBASIS WEB 1 RANCANG BANGUN APLIKASI PEMANTAUAN KEHADIRAN DOSEN DAN MAHASISWA PADA PROGRAM PERCEPATAN ANGKA PARTISIPASI KASAR (APK) BERBASIS WEB Muhammad Hari Mardiansyah 1, Rudy Dwi Nyoto 2, Helfi Nasution 3 1,

Lebih terperinci

Gambar 3.14 Sequence Diagram Registrasi... III-24 Gambar 4.1 Activity Diagram Voting Election... IV-3 Gambar 4.2 Activity Diagram Verifikasi

Gambar 3.14 Sequence Diagram Registrasi... III-24 Gambar 4.1 Activity Diagram Voting Election... IV-3 Gambar 4.2 Activity Diagram Verifikasi DAFTAR ISI ABSTRACT... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR SIMBOL... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

Keywords: Identification Criminal Offense - Murder Plans

Keywords: Identification Criminal Offense - Murder Plans PERANAN UNIT IDENTIFIKASI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL UMUM POLISI DAERAH RIAU DALAM MENGUNGKAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA MENGGUNAKAN METODE DACTILOSCOPY Oleh: Willa Maysela F Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX

ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX ANALISA HASIL PERBANDINGAN IDENTIFIKASI CORE POINT PADA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE DIRECTION OF CURVATURE DAN POINCARE INDEX Mohammad imron (1), Yuliana Melita (2), Megister Teknologi Informasi Institusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rugae palatina atau disebut plicae palatinae transversae dan palatal rugae merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan asimetris

Lebih terperinci

Cara Membaca Sidik Jari Untuk Mengenali Potensi Bakat Diri

Cara Membaca Sidik Jari Untuk Mengenali Potensi Bakat Diri Cara Membaca Sidik Jari Untuk Mengenali Potensi Bakat Diri Pengenalan Sidik Jari Sidik jari merupakan identitas pribadi yang tak mungkin ada yang menyamainya. Jika di dunia ini hidup 6 miliar orang, maka

Lebih terperinci

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT. Oleh:

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT. Oleh: DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT Oleh: Rika Tirta Masni, RRP Megahati S, Meliya Wati Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Keamanan Komputer. Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. Pengertian

Keamanan Komputer. Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. Pengertian Keamanan Komputer Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. 1 Pengertian Biometric merupakan teknik authentikasi yang mengambil karakteristik fisik seseorang. Ciri-ciri yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi

BAB I PENDAHULUAN. mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penegakan hukum Menurut Satjipto Raharjo adalah penegakan hukum mengatur suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESlA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESlA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESlA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Authentication Adalah proses dalam rangka validasi user pada saat memasuki sistem. Nama dan password dari user dicek melalui proses yang mengecek langsung ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global (JNC VII, 2003). Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa penyakit hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam menentukan identitas mayat seseorang dalam identifikasi forensik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara rawan bencana karena kondisi geografisnya. Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu lempeng Eurasia, Indoaustralia

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - BUPATI SAMPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu kawasan rawan bencana di dunia. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian Sekretariat Negara

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian merupakan penelitian observational deskriptif yang dilakukan secara cross sectional. Penelitian akan dilakukan pada Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia salah satu penyebab dimana mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal akan menghasilkan keadaan

Lebih terperinci

Sistem Absensi Sidik Jari dan Barcode 2010

Sistem Absensi Sidik Jari dan Barcode 2010 SISTEM ABSENSI PEGAWAI DENGAN MENGGUNAKAN SIDIK JARI DAN BARCODE I.Absensi Sistem Sidik Jari 1.Sekilas Informasi Mengenai absensi Sidik Jari Sebelum lebih jauh menjelaskan mengenai Absensi sidik jari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era gobalisasi banyak terjadi permasalahan yang meresahkan masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan bom dan lain-lain. Masyarakat

Lebih terperinci

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENENTUKAN PELAKU TINDAK PIDANA ANNY YUSERLINA Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Putri Maharaja Jl.Inai Belakang SPBU Koto Nan IV Payakumbuh email: annyyuserlina@hotmail.com

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1482

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1482 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 217 Page 1482 PERUMUSAN SIDIK IBU JARI BERJENIS LOOP DENGAN MENGGUNAKAN METODE WDFs LOOP TYPE THUMB FORMULA USING WDFs METHOD Siti Lainatul

Lebih terperinci

DETEKSI KEMIRINGAN ALUR POLA SIDIK JARI DENGAN HAMMING NET SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI

DETEKSI KEMIRINGAN ALUR POLA SIDIK JARI DENGAN HAMMING NET SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI DETEKSI KEMIRINGAN ALUR POLA SIDIK JARI DENGAN HAMMING NET SEBAGAI DASAR KLASIFIKASI Sri Suwarno 1, Sri Hartati 2 1 Program Studi Teknik Informatika UKDW Yogyakarta 2 Program Studi Ilmu Komputer Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang sangat penting di masyarakat modern pada saat ini untuk konsekuensi

Lebih terperinci

KEGUNAAN SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NASKAH PUBLIKASI

KEGUNAAN SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NASKAH PUBLIKASI KEGUNAAN SIDIK JARI (DACTYLOSCOPY) DALAM PROSES PENYIDIKAN UNTUK MENGUNGKAP TINDAK PIDANA NASKAH PUBLIKASI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini. 1.1 Latar

Lebih terperinci

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR

TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR TEKNIK GAMBAR DASAR A. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN GAMBAR 1. MEJA GAMBAR Meja gambar yang baik mempunyai bidang permukaan yang rata tidak melengkung. Meja tersebut dibuat dari kayu yang tidak terlalu keras

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016 FUNGSI ALAT BUKTI SIDIK JARI DALAM MENGUNGKAP TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA 1 Oleh : Nancy C. Kereh 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana fungsi alat bukti sidik

Lebih terperinci

APLIKASI PRESENSI KULIAH MAHASISWA BERBASIS SIDIK JARI

APLIKASI PRESENSI KULIAH MAHASISWA BERBASIS SIDIK JARI APLIKASI PRESENSI KULIAH MAHASISWA BERBASIS SIDIK JARI Addy Suyatno Jurusan Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Mulawarman addysuyatno@fmipa.unmul.ac.id ABSTRACT Education institutions are used to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata. membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak sampingan terhadap jenis, kualitas dan kuantitas kejahatan. Seiring dengan adanya perkembangan tindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di luar dugaan, antara lain bencana alam dan kasus-kasus kriminal yang menyebabkan

Lebih terperinci

ALGORITMA PENGIDENTIFIKASIAN SIDIK JARI BERDASARKAN PRINSIP PENCOCOKAN GRAF

ALGORITMA PENGIDENTIFIKASIAN SIDIK JARI BERDASARKAN PRINSIP PENCOCOKAN GRAF ALGORITMA PENGIDENTIFIKASIAN SIDIK JARI BERDASARKAN PRINSIP PENCOCOKAN GRAF Nabilah Shabrina Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha no.10 Bandung if18087@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Journal Speed Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi Volume 3 No ijns.org

Journal Speed Sentra Penelitian Engineering dan Edukasi Volume 3 No ijns.org Analisis Sistem Presensi Dengan Sidik Jari Siswa SMK Negeri 2 Karangayar Tina Fajrin, Ayu Fiska Nurina SMK Negeri 2 Karanganyar, SMP Negeri 2 Sragen denokpesek@ymail.com Abstract: Record attendance is

Lebih terperinci

Bagian Kedua Penyidikan

Bagian Kedua Penyidikan Bagian Kedua Penyidikan Pasal 106 Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib segera melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan ini, membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, maksud tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1. Latar belakang Teknik

Lebih terperinci

(IJCSS) 14 - Indonesian Jurnal on Computer Science Speed - FTI UNSA Vol 9 No 3 Desember ijcss.unsa.ac.id

(IJCSS) 14 - Indonesian Jurnal on Computer Science Speed - FTI UNSA Vol 9 No 3 Desember ijcss.unsa.ac.id ANALISIS SISTEM PRESENSI DENGAN SIDIK JARI SISWA SMK NEGERI 2 KARANGAYAR Tina Fajrin, Ayu Fiska Nurina SMK Negeri 2 Karanganyar, SMP Negeri 2 Sragen denokpesek@ymail.com Abstrak Pencatatan kehadiran siswa

Lebih terperinci

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis

Struktur Kulit (Cutaneous Membran) EPIDERMIS DERMIS SUBCUTANEOUS/Hypodermis KULIT MANUSIA FUNGSI KULIT Membantu mengontrol temperatur tubuh Melindungi tubuh dari kuman Melindungi struktur dan organ vital dari perlukaan Terlibat dalam proses pembuangan sampah sisa metabolisme tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI KOTA MADIUN

VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI KOTA MADIUN Jurnal Florea Volume 4 No. 2, November 2017 VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI KOTA MADIUN Karlina Purbasari, Angga Rahabistara Sumadji Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar Panduan ini dirancang untuk melengkapi Kit atau Alat Bantu Pengambilan Sampel DNA

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN JENASAH Oleh: MEITY MASITHA ANGGRAINI KESUMA PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERAWATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan mengenai konsep-konsep dasar yang digunakan sebagai penunjang dalam pembuatan penelitian ini. Adapun Konsep-konsep dasar tersebut meliputi : 2.1 Sejarah Watermarking

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA PENCOCOKAN STRING KNUTH-MORRIS-PRATT (KPM) DALAM PENGENALAN SIDIK JARI

APLIKASI ALGORITMA PENCOCOKAN STRING KNUTH-MORRIS-PRATT (KPM) DALAM PENGENALAN SIDIK JARI APLIKASI ALGORITMA PENCOCOKAN STRING KNUTH-MORRIS-PRATT (KPM) DALAM PENGENALAN SIDIK JARI Winda Winanti Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Vektor dalam Dermatoglyphics

Aplikasi Aljabar Vektor dalam Dermatoglyphics Aplikasi Aljabar Vektor dalam Dermatoglyphics Steffi Indrayani 13514063 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132, Indonesia

Lebih terperinci

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F

MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F D I P R E S E N T A S I K A N P A D A : P E M B E K A L A N F A S I L I T A T

Lebih terperinci

SISTEM MONITORING KINERJA DOSEN POLTEKOM MENGGUNAKAN FINGERPRINT BERBASIS SMS GATEWAY

SISTEM MONITORING KINERJA DOSEN POLTEKOM MENGGUNAKAN FINGERPRINT BERBASIS SMS GATEWAY Herma, Nurista, Sistem Monitoring Kinerja Dosen, Hal 1-12 SISTEM MONITORING KINERJA DOSEN POLTEKOM MENGGUNAKAN FINGERPRINT BERBASIS SMS GATEWAY Herma Nugroho RA K 1, Nurista Wahyu Kirana 2 Abstrak Salah

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda satu satu sama lain. Ia memiliki berbagai karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan individu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN DAKTILOSKOPI OLEH KEPOLISIAN DALAM MENGUNGKAP PELAKU KEJAHATAN

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN DAKTILOSKOPI OLEH KEPOLISIAN DALAM MENGUNGKAP PELAKU KEJAHATAN NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PEMANFAATAN DAKTILOSKOPI OLEH KEPOLISIAN DALAM MENGUNGKAP PELAKU KEJAHATAN Disusun oleh : JHON FREDY MANIK NPM : 09 05 10126 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan

Lebih terperinci

secara efektif. Kehadiran SDM mulai dari level pelaksana hingga Top Level Executive

secara efektif. Kehadiran SDM mulai dari level pelaksana hingga Top Level Executive I. PENDAHULUAN Dewasa ini semakin disadari bahwa peran sumber daya manusia justru yang diyakini sangat menentukan keberhasilan organisasi dalam menjalankan aktifitas kerja maupun bisnisnya. Sumber daya

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Visum et Repertum 2.1.1. Pengertian Visum et Repertum Secara harfiah kata Visum et Repertum berasal dari kata visual (melihat) dan reperta (temukan), sehingga Visum et Repertum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemalsuan identitas sering kali menjadi permasalahan utama dalam keamanan data, karena itulah muncul teknik-teknik pengamanan data seperti penggunaan

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA SIDIK JARI DENGAN METODE TEMPLTE MATCHING

KLASIFIKASI CITRA SIDIK JARI DENGAN METODE TEMPLTE MATCHING KLASIFIKASI CITRA SIDIK JARI DENGAN METODE TEMPLTE MATCHING SKRIPSI Oleh : DWI KUSMIATI J2A 605 036 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Definisi Forensik Kedokteran Gigi

Definisi Forensik Kedokteran Gigi Definisi Forensik Kedokteran Gigi Ilmu kedokteran gigi forensik, atau dapat juga disebut dengan forensic dentistry atau odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi

Lebih terperinci

POLA SIDIK JARI ANAK-ANAK SINDROM DOWN DI SLB BAKHTI KENCANA DAN ANAK-ANAK NORMAL DI SD BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA

POLA SIDIK JARI ANAK-ANAK SINDROM DOWN DI SLB BAKHTI KENCANA DAN ANAK-ANAK NORMAL DI SD BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA POLA SIDIK JARI ANAK-ANAK SINDROM DOWN DI SLB BAKHTI KENCANA DAN ANAK-ANAK NORMAL DI SD BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA Annisa Ainur 1, Janatin Hastuti 2, Zainuri Sabta Nugraha 3 ABSTRACT Dermatoglyphics is

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Berbagai masalah dihadapi masyarakat Indonesia saat ini antara lain bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak korban meninggal secara

Lebih terperinci