BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa. makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang
|
|
- Shinta Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Proses identifikasi dari jenazah dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah meninggal merupakan ranah yang sangat penting di masyarakat modern pada saat ini untuk konsekuensi hukum dan kepetingan etik. Identifikasi bertujuan untuk mengenali karakteristik individu yang berguna untuk membedakan satu individu dengan individu lainnya (Angelis et al., 2011). Indentifikasi personal didasarkan pada perbandingan antara data ante-mortem dengan postmortem. Identifikasi visual dengan penggunaan dental record, sidik jari dan pemeriksaan DNA merupakan metode identifikasi yang paling umum digunakan. Akan tetapi penerapan metode ini dipengaruhi oleh perubahan yang terkait dengan waktu, perubahan suhu dan kelembaban (Deepak et al., 2014). Proses identifikasi membantu penegakan identitas dari korban kecelakaan lalu lintas maupun korban bencana alam lainnya. Pada kondisi tertentu seperti pada kasus jenazah yang rusak, jenazah yang terbakar, ataupun jenazah yang tenggelam, identifikasi secara visual tidak memungkinkan untuk dilakukan. Seperti 1
2 2 becana letusan gunung merapi pada tahun 2010 dan yang terjadi pada akhir tahun 2014 mengenai jatuh nya pesawat Air Asia QZ8501 yang memakan banyak korban. Proses identifikasi sangat susah dilakukan mengingat kondisi korban yang sudah tidak lagi utuh. Oleh karena itu diperlukan metode lain yang bisa digunakan untuk membantu identifikasi. Metode lain yang diyakini cukup menjanjikan adalah analisis terhadap rigi palatum (Chairani dan Auerkari, 2008). Analisis terhadap rigi palatum (palatoscopy atau rugoscopy) diyakini cukup menjanjikan dikarenakan rigi palatum merupakan analog dari sidik jari, memiliki karakteristik yang unik pada setiap individu (Bansode dan Kulkarni, 2009) dan juga rigi palatum stabil pada jangka waktu yang lama (Angelis et al., 2011; Nayak et al., 2007). Selain itu rigi palatum memiliki berbagai macam bentuk. Bentuk rigi palatum di klasifikasikan menjadi kurva (curved), bergelombang (wavy), lurus (straight), dan sirkular (circular) (Chairani, 2008). Rigi palatum memang memiliki bentuk yang individualistik, bahkan pada individu kembar sekalipun tidak terdapat pola dari rigi palatum yang sama (Pretty dan Sweet, 2001). Oleh karena individualistik tersebut, maka analisis terhadap rigi palatum dapat ikut serta
3 3 berperan dalam bidang ilmu forensik sebagai salah satu ciri individu untuk kepentingan identifikasi. I.2. Perumusan Masalah Bagaimana fenomenal format ciri indeks jumlah rigi palatum yang terpotong lintang intercaninus terhadap yang terpotong membujur dari antar insisivus sejajar raphe palatina mediana pada orang Indonesia di Yogyakarta? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui format ciri indeks jumlah rigi palatum yang terpotong lintang intercaninus terhadap yang terpotong membujur dari antar insisivus sejajar raphe palatina mediana pada orang Indonesia di Yogyakarta sebagai data base suatu ciri individu. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang rigi palatum sebagai sarana identifikasi forensik telah banyak dilakukan. Diantaranya penelitian dengan judul Palatal Rugae for the Construction of Forensic Identification. Hasil dari penelitian ini diketahui dari 100 subyek penelitian
4 4 memiliki pola rigi palatum yang berbeda dan unik. Pola rigi palatum terdiri dari berbagai bentuk yang diamati antara lain bentuk curve, line dan sinuous (bergelombang). Bentuk curve paling banyak ditemukan dalam penelitian ini. Selain itu juga berdasarkan penelitian ini diketahui pola rigi palatum antara lelaki dan perempuan berbeda, juga persebaran pola rigi palatum tidak merata dibagian kanan dan kiri (Bing et al., 2014). Penelitian lainnya adalah Perbandingan Ciri Arah dan Ukuran Rigi Palatum yang terpotong Paling Dominan oleh Garis antar Insisivus yang Sejajar dengan Raphe Mediana Palatinae antara Mahasiswa Indonesia dan India. Hasil penelitian tersebut adalah terdapat perbedaan bermakna pada ciri arah rigi palatum kiri, dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada ciri arah rigi palatum kanan antara mahasiswa Indonesia dengan India, sedangkan untuk ukuran rigi palatum kanan dan kiri pada ke duanya tidak terdapat perbedaan (Agustina, 2014). Selain itu salah satu penelitian tentang rigi palatum telah dilakukan oleh Gadro dan Aswin (1995) pada individu kembar. Penelitian-penelitian tersebut membahas ciri kualitatif dari rigi palatum, seperti bentuk, arah dan ukuran rigi palatum. Sedangkan penelitian ini membahas ciri kuantitatif yang di
5 5 formatkan ke dalam format ciri numerik jumlah rigi palatum yang sejauh ini belum dijumpai dalam tinjauan literatur. I.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi ilmu kedokteran forensik dalam membantu proses identifikasi manusia dan bisa dijadikan sebagai standar tambahan untuk metode identifikasi. Serta penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Identifikasi manusia adalah hal yang sangat. penting di bidang forensik karena identifikasi
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Identifikasi manusia adalah hal yang sangat penting di bidang forensik karena identifikasi merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia baik dari sisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak. dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada kejadian bencana alam banyak korban yang tidak dikenal hal tersebut menyebabkan kesulitan dalam menentukan identitas mayat seseorang dalam identifikasi forensik.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi. yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal
BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia salah satu penyebab dimana mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal akan menghasilkan keadaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Odontologi forensik adalah ilmu di kedokteran gigi yang terkait dalam suatu data penyidikan untuk mengetahui identitas korban bencana massal seperti kecelakaan pesawat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indoaustralia dan Pasifik serta terletak pada zona Ring of Fire. Kondisi ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara rawan bencana karena kondisi geografisnya. Indonesia berada pada jalur pertemuan tiga lempeng raksasa yaitu lempeng Eurasia, Indoaustralia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu kawasan rawan bencana di dunia. Kondisi ini disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian Sekretariat Negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rugae palatina atau disebut plicae palatinae transversae dan palatal rugae merupakan lipatan anatomik berupa garis jaringan ikat fibrous yang iregular dan asimetris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era gobalisasi banyak terjadi permasalahan yang meresahkan masyarakat kita salah satu diantaranya adalah bencana alam, kecelakaan, ledakan bom dan lain-lain. Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak terlepas dari kejadian-kejadian yang sering terjadi di luar dugaan, antara lain bencana alam dan kasus-kasus kriminal yang menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Berbagai masalah dihadapi masyarakat Indonesia saat ini antara lain bencana alam, pesawat jatuh, ledakan bom dan lain-lain, menyebabkan banyak korban meninggal secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rugae palatina disebut juga dengan plica palatine transversa atau palatal rugae adalah tonjolan pada bagian anterior dari mukosa palatal, terdapat di tiap sisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada kasus korban bencana alam atau kecelakaan, sering ditemukan masalah dalam proses identifikasi, disebabkan karena kondisi utama jenazah yang semakin tidak utuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Identifikasi personal sering merupakan suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai 17.504 pulau dengan jumlah penduduk mencapai 249 juta jiwa lebih dan memiliki luas wilayah 1.913.578,68 km 2. Banyaknya jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang
Lebih terperinciPEMANFAATAN RUGA PALATAL UNTUK IDENTIFIKASI FORENSIK
Indonesian Journal of Dentistry 2008; 15 (3):261-269 http//www.fkg.ui.edu Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ISSN 1693-9697 PEMANFAATAN RUGA PALATAL UNTUK IDENTIFIKASI FORENSIK Shanty Chairani,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada tubuh seseorang yang tidak dikenal, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini jumlah angka kematian di Indonesia terus saja meningkat. Diantaranya adalah korban kriminalitas dan korban kecelakaan lalu lintas. Terkadang korban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin majunya zaman, semakin besar pula kebutuhan manusia untuk dipenuhi hingga semakin tingginya kebutuhan tersebut menyebabkan semakin tinggi pula tindak kejahatan
Lebih terperinciPERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO DENGAN RAS AUSTRALOID JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum DONNY
Lebih terperinciPENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON
PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN HISTOGRAM OF ORIENTED GRADIENTS DAN MULTI LAYER PERCEPTRON Artificial Intelligent and Its Application Abdiyan Nila Rezka 1), Bambang Hidayat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dikalangan masyarakat kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dibentuk oleh processus palatines ossis maxilla dan lamina horizontalis
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Palatum Palatum merupakan bagian yang memisahkan rongga mulut, rongga hidung, dan sinus maksilaris. Terdiri dari : 2.1.1. Platum durum Dibentuk oleh processus palatines ossis
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Secara global, luka bakar adalah masalah serius. bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara global, luka bakar adalah masalah serius bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan 195.000 kematian terjadi setiap tahun akibat luka bakar itu sendiri
Lebih terperinciPerbedaan Pola dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu. Dengan Ras Arabik
Perbedaan Pola dan Ukuran Ruge Palatal Ras Deutro Melayu Dengan Ras Arabik JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum Fahreza
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jalan yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri pada tahun 2008
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius, menurut data dari Mabes Polri pada tahun 2008 tercatat 9.856 orang meninggal
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan landasan teori yang berhubungan dengan himpunan fuzzy, teori garis lurus, dan pengenalan citra dental radiograph. 2.1 Teori Himpunan Fuzzy Pada bagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu. lintas, peran dokter sangat penting, baik itu
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam proses hukum untuk kasus kecelakaan lalu lintas, peran dokter sangat penting, baik itu dokter umum ataupun dokter ahli. Karena dalam kasus kecelakaan lalu lintas,
Lebih terperinci2014, No Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 11
No.370, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Pelayanan Kesehatan. Tertentu. Pelaksanaan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN
Lebih terperinciDefinisi Forensik Kedokteran Gigi
Definisi Forensik Kedokteran Gigi Ilmu kedokteran gigi forensik, atau dapat juga disebut dengan forensic dentistry atau odontology forensic. Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi
Lebih terperinciPersentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY)
Persentase Keakuratan Identifikasi Bite Mark oleh Mahasiswa Profesi RSGM UMY Angkatan Tahun 2016 (Kajian di RSGM UMY) Percentage of the Accuracy of Bite Mark Identification by Clinical Student Class of
Lebih terperinciMANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F
MANAGEMEN OF DECEASED IN DISASTER (PENATALAKSANAAN KORBAN MATI KARENA BENCANA) D R. I. B. G D S U R Y A P U T R A P, S P F D I P R E S E N T A S I K A N P A D A : P E M B E K A L A N F A S I L I T A T
Lebih terperinciPERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS AUSTRALOID LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian proposal Karya Tulis Ilmiah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tinggi badan seseorang ditentukan oleh gabungan faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan adalah ukuran kumulatif yang terdiri atas tinggi kepala dan leher,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rekam medis harus memuat informasi yang cukup dan akurat tentang identitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya dunia kesehatan di Indonesia rekam medis memiliki peranan penting dalam menunjang sistem kesehatan nasional, rekam medis merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah
BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemalsuan identitas sering kali menjadi permasalahan utama dalam keamanan data, karena itulah muncul teknik-teknik pengamanan data seperti penggunaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor. antropologis untuk menentukan perbedaan rasial (Patel, 2012).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggi badan ditentukan olah kombinasi faktor genetik dan faktor lingkungan. Tinggi badan merupakan penjumlahan dari panjang tulangtulang panjang dan tulang-tulang
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE. Novitasari Mangayun
HUBUNGAN TINGGI BADAN DENGAN PANJANG TULANG FEMUR PADA ETNIS SANGIHE DI MADIDIR URE Novitasari Mangayun George. N. Tanudjaja Taufiq Pasiak Bagian Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Samratulangi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda satu satu sama lain. Ia memiliki berbagai karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ada beberapa masalah yang terjadi secara nyata dimana pengenalan individu sangat diperlukan pada masa ini. Masalah-masalah tersebut dapat dilihat secara nyata di masyarakat.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan keanekaragaman suku yang tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Setiap suku
Lebih terperinciPERAN DOKTER AHLI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP PERKARA PIDANA SAMPAI PADA TINGKAT PENYIDIKAN. Skripsi
PERAN DOKTER AHLI FORENSIK DALAM MENGUNGKAP PERKARA PIDANA SAMPAI PADA TINGKAT PENYIDIKAN Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program Studi Strata 1 Ilmu Hukum Di Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan darah sering digunakan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI IDENTIFIKASI POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN DETEKSI BINARY LARGE OBJECT (BLOB) DAN KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM) PADA ANDROID
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1773 IMPLEMENTASI IDENTIFIKASI POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN DETEKSI BINARY LARGE OBJECT (BLOB) DAN KLASIFIKASI SUPPORT VECTOR
Lebih terperinciPERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI
PERAN REKAM MEDIK GIGI SEBAGAI SARANA IDENTIFIKASI Murniwati Staf Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Andalas email : murniwatihabib@yahoo.com TINJAUAN PUSTAKA Abstrak Indonesia merupakan salah satu negara
Lebih terperinciPERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS ARABIK LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN POLA DAN UKURAN RUGE PALATAL RAS DEUTRO MELAYU DENGAN RAS ARABIK LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir Karya Tulis Ilmiah mahasiswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang mewakili wilayah paling rentan terhadap berbagai bencana alam karena secara geologis Indonesia terletak di pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gunung Merapi secara geografis terletak pada posisi 7º 32.5 Lintang Selatan dan 110º 26.5 Bujur Timur, dan secara administrasi terletak pada 4 (empat) wilayah kabupaten
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di Asia Tenggara. Melintang di khatulistiwa antara benua Asia dan Australia serta antara Samudera
Lebih terperinciSeminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017
PENGENALAN INDIVIDU BERDASARKAN SIDIK RUGAE PALATINA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION SEBAGAI PENGOLAH EKSTRAKSI CIRI DAN SUPPORT VECTOR MACHINE SEBAGAI KLASIFIKATOR Shofi Annisa
Lebih terperinciForensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases
Forensic Identification Based on Both Primary and Secondary Examination Priority in Victim Identifiers on Two Different Mass Disaster Cases Identifikasi Forensik Berdasarkan Pemeriksaan Primer dan Sekunder
Lebih terperinciKORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010
KORELASI PANJANG RADIUS DENGAN TINGGI BADAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT ANGKATAN 2010 Raja M. Simatupang Shane H. R. Ticoalu Djon Wongkar Bagian Anatomi Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi. penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan 5 besar negara dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Jumlah penduduk yang banyak ini tentu akan menyebabkan Indonesia memiliki perilaku dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu populasi dengan populasi lainnya. 1 Adanya variasi ukuran lebar
Lebih terperinciBAB V IDENTIFIKASI FORENSIK
Panduan Belajar Ilmu Ke eran F k & Me BAB V IDENTIFIKASI FORENSIK A. Tujuan pembelajaran Para mahasiswa diharapkan mampu : Memeriksa ciri khas tubuh korban. Mengumpulkan data-data ante mortem. Menentukan
Lebih terperinciPengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum
VISUM et REPERTUM Pengertian Menurut bahasa: berasal dari kata latin yaitu visum (sesuatu yang dilihat) dan repertum (melaporkan). Menurut istilah: adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan
Lebih terperinciSurjit Singh Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan
Instalasi/SMF Kedokteran Forensik dan Medicolegal Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan/FK-USU Medan Abstrak: DVI atau Disaster Victim Identification adalah suatu defenisi yang diberikan sebagai prosedur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar mengenai orang sakit atau terluka atau bahkan meninggal dunia karena suatu kecelakaan. Bangunan atau pabrik yang
Lebih terperinciREFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK
REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR. KARIADI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I BAB I 1.1 Latar Belakang Di era serba canggih sekarang, hampir seluruh fasilitas penunjang aktifitas manusia sudah mengandalkan teknologi. Pemikiran manusia hari ini sudah merujuk pada efesiensi
Lebih terperinciPengembangan Program Analisis Seismic Hazard dengan Teorema Probabilitas Total Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Gempa bumi adalah peristiwa bergeraknya permukaan bumi atau permukaan tanah secara tiba-tiba yang diakibatkan oleh pergerakan dari lempenglempeng bumi. Menurut M.T. Zein gempa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang. digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Senjata tajam adalah hal yang tidak asing yang digunakan dalam banyak kegiatan sehari-hari, seperti pisau dapur yang digunakan dalam hal rumah tangga. Dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatoglifi atau pola sidik jari merupakan gambaran guratan-guratan yang menonjol khas pada ujung jari manusia, bersifat unik dan berbeda-beda bagi setiap individu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini. dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus bunuh diri di Indonesia belakangan ini dinilai cukup memprihatinkan karena angkanya cenderung meningkat. Kasus bunuh diri menempati 1 dari 10 penyebab kematian
Lebih terperinciGAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
GAMBARAN DATA ODONTOGRAM REKAM MEDIK GIGI DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 1 Hendry H. R. Poluan, 2 Erwin Kristanto, 2 Vonny N. S. Wowor 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciLampiran 1. Soal. c) sinar datang menuju pusat kelengkungan. a) sinar datang sejajar sumbu utama. b) sinar datang menuju fokus
L A M P I R A 26 Lampiran 1. Soal Tahap Soal Kartu Tugas Kartu Tugas 1 Kartu Tugas 2 Kartu Tugas 3 1. Gambarkan arah sinar pantul, garis normal serta sudut datang dan sudut pantulnya jika sinar datang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan pembelian merupakan suatu hal yang hampir setiap hari dilakukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan pembelian merupakan suatu hal yang hampir setiap hari dilakukan oleh seorang individu untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk melakukan keputusan pembelian, maka
Lebih terperinciMODUL-1 LUKA / TRAUMA
MODUL-1 LUKA / TRAUMA Pegangan untuk Mahasiswa Diberikan kepada mahasiswa semester 6 KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2018 LUKA / TRAUMA Setelah kelulusan,
Lebih terperinciIdentification of Rugae Palatine Using Digital Image Processing Technique with Spatial Processing and Fuzzy Logic Classification
IDENTIFIKASI POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN TEKNIK PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN PROSES SPASIAL DAN KLASIFIKASI FUZZY LOGIC Identification of Rugae Palatine Using Digital Image Processing Technique
Lebih terperinci6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI
6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI KUADRAT 5.1. Fungsi Linear Pada Bab 5 telah dijelaskan bahwa fungsi linear merupakan fungsi yang variabel bebasnya paling tinggi berpangkat satu. Bentuk umum fungsi linear adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Di rumah sakit Dr. Sardjito, angka kejadian kasus forensik klinik (hidup) yang dilakukan dengan kekerasan tajam maupun tumpul atau keduanya, seksual, kecelakaan lalu
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan merupakan hal yang penting, terutama berkaitan dengan keamanan pribadi, baik dalam kemanan data pribadi maupun dalam keamanan barang berharga. Tidak sedikit
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.368, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Luar Negeri. Pengungsi. Penanganan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN
Lebih terperinciBAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS
BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS A. Pengertian Pesamaan Garis Lurus Persamaan garis lurus adalah suatu fungsi yang apabila digambarkan ke dalam bidang Cartesius akan berbentuk garis lurus. Garis lurus ini
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Antropometri Antropometri adalah pengukuran manusia dan lebih cenderung terfokus pada dimensi tubuh manusia. Ilmu pengetahuan mengenai antropometri berkembang terutama dalam
Lebih terperinciTypes and Origins Analysis of Palatal Rugae in Males and Females for
Types and Origins Analysis of Palatal Rugae in Males and Females for Sex Identification Interest Beatrice Intan Kasih, Niniarty Z. Djamal, Mindya Yuniastuti Corresponding address : Department of Oral Biology,
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Sidik Jari Jenis Kelamin Suku 3. Defenisi Operasional No. Defenisi Cara Penilaian Alat Ukur Hasil Ukur 1. Kepadatan alur Menghitung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1-1
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang penjelasan umum mengenai tugas akhir yang penulis lakukan. Penjelasan tersebut meliputi latar belakang, identifikasi masalah, tujuan tugas akhir, lingkup tugas
Lebih terperinci9.28. Lampu road-holding position
9.27.2. Pola dan Lokasi Lampu Intermediate Holding Position Pada taxiway yang dilengkapi dengan lampu centre line, lampu intermediate holding position harus berisikan paling tidak 3 lampu inset, dengan
Lebih terperinciSistem Informasi Geografis. Widiastuti Universitas Gunadarma 2015
Sistem Informasi Geografis Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 5 Cara Memperoleh Data / Informasi Geografis 1. Survei lapangan Pengukuran fisik (land marks), pengambilan sampel (polusi air), pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas adalah salah satu penyebab utama kematian di dunia. Menurut data Global Status Report on Road Safety lebih dari 1,2 juta orang meninggal dunia
Lebih terperinciDAFTAR ISI PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PERSETUJUAN PEMBIMBING PENETAPAN PANITIA PENGUJI PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ABSTRAK ABSTRACT RINGKASAN SUMMARY KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama pemeriksaan suatu perkara pidana dalam proses peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid) terhadap perkara tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api merupakan refleksi fenomena alam yang secara geografis sangat khas untuk wilayah tanah air Indonensia. Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan sarana transportasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi dan menunjang pembangunan nasional di masa yang akan datang. Sesuai dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian merupakan proses alamiah dan pasti. Penyebab kematian pada manusia sendiri sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian merupakan proses alamiah dan pasti terjadi. Penyebab kematian pada manusia sendiri sangat bervariasi, dapat terjadi karena proses patologis dari dalam tubuh
Lebih terperinciVISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes
VISUM et REPERTUM dr, Zaenal SugiyantoMKes visum et Repertum Keterangan yang dibuat dokter atas permintaan penyidik yang berwewenang mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, hidup maupun mati
Lebih terperinciBAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS
BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS File STL hanya memuat informasi mengenai arah vektor normal dan koordinat vertex pada setiap segitiga / faset. Untuk mengolah data ini menjadi
Lebih terperinciKORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR
Amalia, F.dkk. Korelasi Panjang Lengan Atas... KORELASI PANJANG LENGAN ATAS DENGAN TINGGI BADAN PADA WANITA SUKU BANJAR Tinjauan Terhadap Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Fitria
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi digital pada era ini berkembang sangat pesat. Hampir setiap tahun telah ditemukan ataupun dikembangkan sebuah inovasi teknologi baru.
Lebih terperinciMODUL-1 LUKA / TRAUMA
MODUL-1 LUKA / TRAUMA Pegangan untuk Mahasiswa 6 th Semester Diberikan kepada mahasiswa semester 5 KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2010 LUKA / TRAUMA Setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1. mortalitas yang tinggi, terutama pada usia dibawah 40 tahun.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar didefinisikan sebagai cedera pada jaringan akibat kontak dengan panas, api, bahan kimia, listrik, atau radiasi. 1 Luka bakar merupakan salah satu cedera
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN GABOR WAVELET DAN DWT DENGAN METODE KLASIFIKASI ANN- BACKPROPAGATION
IDENTIFIKASI POLA RUGAE PALATINA MENGGUNAKAN GABOR WAVELET DAN DWT DENGAN METODE KLASIFIKASI ANN- BACKPROPAGATION Karyza Niken Siwi Maryanti 1), Bambang Hidayat 2), Yuti Malinda 3) 1) 2) Program Studi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Menurut DuBRUL (1980), bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, akan tetapi secara umum lengkung gigi rahang atas berbentuk elips dan lengkung gigi rahang bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Postur tubuh yang tidak seimbang dan berlangsung dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan stress pada bagian tubuh tertentu, yang biasa disebut dengan postural
Lebih terperinci