SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI"

Transkripsi

1 DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI PULUMUN PETERUS GINTING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI PULUMUN PETERUS GINTING NIM PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

3 SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Doktor, Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana PULUMUN PETERUS GINTING NIM PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

4 LEMBAR PENGESAHAN DISERTASI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 17 PEBRUARI 2015 Promotor, Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. NIP Kopromotor 1, Kopromotor 2, Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. NIP Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A. NIP Mengetahui Ketua Program Pendidikan Doktor (S3) Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, S.U. NIP Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S.(K) NIP

5 Disertasi ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup (Tahap I) Tanggal 17 Pebruari 2015 Panitia Penguji Disertasi, Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor : 531/UN /HK/2015 Tanggal 13 Pebruari 2015 Ketua : Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U. Anggota : 1. Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. 2. Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. 3. Prof. Dr. I Wayan Dibia, SST., M.A. 4. Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A. 5. Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S. 6. Dr. Putu Sukarja, M.Si. 7. Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si.

6 PERNYATAAN KEASLIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Pulumun Peterus Ginting NIM : Jurusan/Program Studi : Kajian Budaya Fakultas/Program : Pascasarjana Universitas Udayana Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bebas dari peniruan terhadap karya orang lain. Kutipan pendapat dan tulisan orang lain dirujuk sesuai dengan cara-cara penulisan karya ilmiah yang berlaku. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa dalam disertasi ini terkandung ciri-ciri plagiat dan bentuk-bentuk peniruan lainnya yang dianggap melanggar peraturan, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Yang membuat pernyataan, Pulumun Peterus Ginting

7 UCAPAN TERIMA KASIH Mejuah-Juah Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa, berkat lindungan-nya penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul Spiritualitas Upacara Gendang Kematian Etnik Karo pada Era Globalisasi pada Program Doktor Program Studi Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian disertasi ini mulai dari persiapan, proses, hingga promosi. Penelitian dan penyelesaian disertasi ini juga tidak terlepas dari dukungan dan bantuan semua pihak, baik materi maupun moril kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I Made Suastika S.U. selaku promotor; Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna, S.U. dan Prof. Dr. I Wayan Dibia, S.S.T., M.A. selaku kopromotor dan penguji; Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U.; Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.; Prof. Dr. Emiliana Mariyah, M.S.; Dr. Putu Sukarja, M.Si.; Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si., yang dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan, tuntutan, dan saran selama penulis menyelesaikan disertasi ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD., Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K)., Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa,

8 M.A., dan Asisten Direktur II, Prof. Dr. Made Sudiana Mahendra, Ph.D. Ketua Program Doktor Kajian Budaya Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U. dan Sekretaris Program, Dr. Putu Sukarja, M.Si. atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Doktor di Universitas Udayana. Ucapan yang sama ditujukan kepada para dosen pengampu mata kuliah, yakni Prof. Dr. I Wayan Widja; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A.; Prof. Dr. Emiliana Mariyah, S.U.; Prof. Dr. I Gde Semadi Astra; Prof. Dr. I Nyoman Kutha Ratna. S.U.; Prof. Dr. I Made Suastika, S.U.; Prof. Dr. I Gede Parimartha, M.A,; Prof. Dr. I Wayan Ardika, M.A.; Prof. Dr. Aron Meko Mbete S.U.; Prof. Dr. Anak Agung Bagus Wirawan, S.U.; Prof. Dr. I Wayan Dibia, S.S.T., M.A.; Prof. Dr. Sulistyawati; Prof. Dr. I Nyoman Sirta; Prof. Dr. I Nyoman Weda Kusuma, M.Si dan Dr. Pudentia MPPS. Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan pengetahuan yang telah ditularkan kepada penulis. Kepada Ketua ATL Pusat Jakarta Dr. Pudentia MPPS dan Ketua ATL Provinsi Bali Prof. Dr. I Made Suastika, S.U. atas kesempatan yang diberikan pada penulis untuk menjalani program doktoral dalam konsentrasi Kajian Tradisi Lisan (KTL) yang telah memberikan bimbingan, saran, dan kritikan saat penulisan awal proposal serta memberi kesempatan mengikuti Program pada Sandwich-like di KITLV, Leiden University Belanda. Dr. Clara Bekker, Ismeralda, Daniella, Juara Ginting, Nelly Sembiring, Michel, Utari, Kinok Surbakti, Pa Guntar Sinuraya, Kristy

9 dan Gabriella Ginting yang memberi kesempatan dan waktu untuk menampilkan seni Karo pada beberapa peristiwa di Belanda. Dorongan dan motivasi dari pembimbing KTL, Prof. Dr. Emiliana Mariyah, Prof. Robert Sibarani, Dr. Sutamat Ariwibowo, M.Si, dan semua teman seperjuangan Maria Matildis Banda, Yon Adlis, Ni Wayan Sumitri, Hamirudin Udu, Sumiman Udu, Syahrial, Katubi, Trias Yusuf, Sainul Hermawan, Isman, Mariana Lewier, Ali Prawiro, Jultje Aneka Rattu, Siti Gomo Attas, Retty Esnendes, Lies Mariani, La Aso, yang bersama-sama mengikuti Program Sandwich di Leiden-Belanda angkatan 2010 ikut memberikkan semangat atas terselesaikannya disertasi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga disampaikan kepada Rektor, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Ketua Jurusan Sendratasik, Ketua Program Studi Seni Musik, Universitas Negeri Medan (UNIMED), yang telah memberikan izin untuk melanjutkan studi pada Program Kajian Budaya Program Pascasarjana Universitas Udayana. Disamping itu, juga seluruh dosen Jurusan Sendratasik Universitas Negeri Medan, rekan-rekan sejawat, yang diwakili oleh Ben M Pasaribu MMA (al m) penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan moral, informasi, bantuan, dan motivasi selama ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pegawai administrasi Program Studi Kajian Budaya, yaitu I Wayan Sukaryawan, S.T., Dra. Ni Luh Witari, Cok Istri Murniati, S.E., Ni Wayan Aryati, S.E., I Putu Hendrawan, I Nyoman Candra, dan I Ketut Budiarsa. Selain itu, juga seluruh pegawai kantor pusat Program

10 Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis yang berkaitan dengan urusan administrasi. Penulis menyampaikan terima kasih kepada para pejabat instansi pemerintahan Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara atas segala bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama proses penelitian ini dilaksanakan. Demikian pula kepada seluruh informan yang telah memberikan banyak informasi dan kemudahan selama kegiatan penelitian ini dilaksanakan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sekaligus mohon maaf yang sebesar-besarnya atas hal-hal yang tidak berkenan selama kegiatan penelitian ini dilakukan. Terima kasih yang tulus diucapkan kepada keluarga penulis, Bapa Renceng Thomas Ginting (Alm) yang beramanat kepada penulis tidak perlu kaya, uang jangan dikejar, tetapi kejarlah ilmu setinggi-tingginya dan Ibunda tercinta Lelem Br Sembiring yang selalu mendoakan, dan memberikan motivasi serta semangat hingga selesainya disertasi ini. Kepada istriku tercinta Ely Br Sitepu yang dengan sabar menanti kembalinya suami dari Bali dan selalu memberikan motivasi beserta putraputri kami Fillinllife Ginting dan Cicio Puelfi Br Ginting. Adinda tersayang Bob King Sidney Ginting dan Athania Rasbina Br Sembiring dan putri kecil mereka Kintan Nayara Br Ginting. Kakanda Erlykasta Br. Ginting dan Abang Abri Barus beserta putra-putrinya Agung Prima Barus, Eviona Br Barus, Cindy Br Barus, yang telah memberikan semangat dan kasih sayangnya. Akhirnya, sekali lagi penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi

11 ini. Semoga disertasi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu bidang seni budaya dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya dalam mengeksplorasi tradisi lisan sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan. Di atas segalanya, kepada Tuhan yang Mahakuasa penulis memanjatkan doa agar anugerah-nya dilimpahkan untuk kita semua. Denpasar, Juni 2015 Penulis, Pulumun Peterus Ginting

12 ABSTRAK Etnik Karo memiliki berbagai jenis upacara dalam tradisinya. Upacara gendang kematian merupakan salah satu upacara yang sangat penting dan mengandung nilai-nilai luhur yang terdapat pada semua unsurnya. Upacara gendang kematian di kalangan etnik Karo telah mengalami banyak perubahan spiritualitas pada zaman globalisasi. Perubahan yang menuju ke arah sekularisasi ini sebagai akibat dari terjadinya persemaian unsur-unsur budaya global ke dalam upacara gendang kematian etnik Karo, seperti perubahan ensambel gendang lima sendalanen menjadi keyboard, yang kemudian melahirkan bentuk dan makna baru. Disertasi ini merupakan hasil kajian terhadap sebuah realitas budaya yang terjadi di kalangan etnik Karo pada era globalisasi, yaitu perubahan spiritualitas upacara gendang kematian pada masyarakat setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji, dan menjelaskan berbagai perubahan yang telah terjadi pada spiritualitas upacara gendang kematian pada etnik Karo. Pembahasan terhadap realitas budaya yang terjadi pada etnik Karo pada era globalisasi ini difokuskan pada tiga permasalahan, yaitu (1) bagaimanakah wujud spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi; (2) faktor-faktor apakah yang memengaruhi spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi; dan (3) Bagaimanakah makna dan strategi pewarisan spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi. Penelitian ini dirancang sebagai sebuah penelitian kualitatif dengan pendekatan kajian budaya yang bersifat kritis, interdisipliner, dan mulitimensional. Ketiga permasalahan tersebut dibedah menggunakan teori dekonstruksi, teori etnomusikologi, teori komodifikasi, dan teori semiotik. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan kepustakaan. Metode analisis yang digunakan deskriptif kualitatif dan interpretatif. Disertasi ini menawarkan tiga hal sebagai simpulan. Pertama, wujud spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo adalah degradasi ke arah sekularisasi terhadap nilai-nilai spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo. Kedua, faktor-faktor yang memengaruhi spiritualitas pada upacara gendang kematian etnik Karo mencakup internal (masyarakat pendukung, kreativitas seniman) dan eksternal (kristenisasi, industri budaya, media elektronik). Ketiga, makna spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo meliputi spiritualitas pramodern, modern, postmodern, perubahan sosial budaya dan strategi pewarisan melalui keluarga, masyarakat, pemerintah dan melalui revitalisasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa perjumpaan dan interaksi antara budaya lokal dan budaya global di kalangan etnik Karo telah meminggirkan nilai-nilai budaya lokal dan mendapatkan nilai baru. Akibatnya, upacara gendang kematian di kalangan etnik Karo mengalami degradasi ke arah sekularisasi. Kata kunci: spiritualitas, upacara gendang kematian, etnik Karo, era globalisasi

13 ABSTRACT Karo ethnic has various kinds of ceremonies in its tradition. The gendang ceremony of death is one of the most important ceremonies and embodies noble values that contained in all of its elements. The gendang ceremony of death in the Karo ethnic has undergone many changes in terms of spirituality in the age of globalization. A change toward secularization is as a result of the influence of global cultural elements into the gendang ceremony of death of the Karo ethnic like ensemble gendang lima sendalanen change to keyboard who gave birth to a new form and meaning. This dissertation is the result of a study of the cultural realities that occur among the Karo ethnic in this age of globalization, namely the change in the spirituality the gendang ceremony of death in the local people of Karo. This study aims to identify and to analyze, as well as to explain the various changes that have occurred in the spirituality of the gendang ceremony of death of the Karo ethnic. The discussion of the cultural reality that occurs in the Karo ethnic in the age of globalization has been focused on three issues, namely (1) How is the form of changes in the spirituality of the gendang ceremony of death in Karo ethnic in this age of globalization; (2) What factors are causing changes in the spirituality of the gendang ceremony of death of the Karo ethnic in this age of globalization; and (3) What is the meaning of spirituality change of the gendang ceremony of death in the Karo ethnic in this age of globalization. The study was designed as a qualitative study of critical, interdisciplinary and multidimensional cultural studies approach. The three problems mentioned above were analyzed by using deconstruction, ethnomusicology, co-modification and semiotic theories. The study used descriptive qualitative and interpretative methods of analysis. The data were collected by observation, in-depth interviews, and documentation as well as library studies. This dissertation offers three things in conclusion. First, the form of spiritual change in the gendang ceremony of death of the Karo ethnic, is the degradation toward secularization of spiritual values of the gendang ceremony of death, among the Karo people. Second, the factors that cause changes in spirituality in gendang ceremony of death in the Karo ethnic include the internal factors (community support, creativity, innovation of artists) and the external factors (Christianization, the pressure of foreign cultu re, and the cultural industries). Third, the meanings of changes in the spirituality of funeral ceremony of the Karo ethnic include the representation of identity, the cultural secularization, social change of the Karo people and inheritance strategy through family, community, government and revitalization. This study shows that the encounter and interaction between the local and the global culture among the Karo ethnic has marginalized the local cultural values and they obtain new meanings. Consequently, the gendang ceremony of death among the ethnic of Karo has undergone degradation toward secularization. Keywords: spirituality, gendang ceremony of death, the Karo ethnic, the era of globalization.

14 RINGKASAN DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI Disertasi ini merupakan hasil kajian terhadap sebuah realitas budaya yang terjadi di kalangan etnik Karo pada era globalisasi, yaitu perubahan spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo. Perubahan yang menuju ke arah sekularisasi ini sebagai akibat dari terjadinya persemaian unsur-unsur budaya global ke dalam upacara gendang kematian etnik Karo yang kemudian melahirkan bentuk dan makna baru. Dalam perspektif kajian budaya, penelitian ini mengangkat realitas lapangan yang empiris berkaitan dengan permasalahan globalisasi kebudayaan. Fenomena pergeseran dari alat musik tradisional gendang lima sendalanen mengalami degradasi ke arah sekularisasi, yaitu keyboard yang merupakan salah satu unsur dari ritual upacara gendang kematian etnik Karo. Hal ini merupakan representasi dari bertemunya spiritualitas etnik Karo dengan rasionalitas modern, sebuah penanda absurditas dalam kebudayaan Karo pada era globalisasi. Sebagai sebuah tradisi lisan, upacara gendang kematian etnik Karo belum mendapat perhatian peneliti budaya di Indonesia di tengah berkembangnya pemikiran lokal genius dan di tengah derasnya pengaruh modernisme yang menggusur nilai-nilai lokal. Upacara gendang kematian etnik Karo terdiri atas lima unsur (p eristiwa), yaitu gendang lima sedalanen (musik), landek (tari), nuri-nuri (petuah), ngandung (tangisan), dan rende (nyanyian). Upacara gendang kematian pada awalnya berbentuk sakral dan memiliki nilai-nilai religi yang tinggi. Westernisasi, modernisasi, dan globalisasi menyebabkan upacara gendang kematian mengalami degradasi ke arah sekularisasi, seperti modern, yaitu gendang lima sendalanen berubah dan digantikan oleh sebuah instrumen keyboard ditambah dengan ensambel musik tiup. Selain itu, kaitannya dengan nilai-nilai kehidupan etnik Karo bertendensi ekonomi.

15 Karena begitu kompleksnya permasalahan spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi, maka penelitian ini difokuskan ke dalam tiga pertanyaan dalam masalah. Pertama, bagaimanakah wujud spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi? Kedua faktor-faktor apakah yang memengaruhi upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi? Ketiga, bagaimanakah makna spiritualitas dan strategi pewarisan upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi? Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memahami spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi. Di samping itu, juga ingin mengetahui dan memahami fenomena budaya lokal di daerah Karo dalam persfektif kajian budaya. Tujuan lainnya adalah mengungkapkan latar belakang terjadinya perubahan upacara gendang kematian. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi, memahami faktor-faktor yang memengaruhi upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi, dan menginterpretasi makna spiritualitas dan mengetahui strategi pewarisan upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi dalam khazanah kebudayaan masyarakat pendukungnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik teoretis maupun praktis. Manfaat teoretis temuan yang dihasilkan penelitian ini memberikan kontribusi pada khazanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang kajian budaya, terutama yang berkaitan dengan keberadaan upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi. Penelitian ini juga bermanfaat dalam pengembangan wawasan ilmu pengetahuan, tidak saja di bidang kajian budaya, tetapi juga secara meluas dan bersifat multidisipliner. Di pihak lain manfaat praktis penelitian ini merupakan upaya intelektual dalam memberikan proses pemahaman, pencerahan, dan emansipatoris yang dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi sosial budaya melalui suatu proses ilmiah. Di samping itu, memberikan sumbangan pemikiran bagi peningkatan kehidupan masyarakat dalam hal spiritualitas serta bermanfaat

16 sebagai sumbangan pemikiran kepada pemerintah dalam konteks penggalian nilainilai budaya lokal. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, diguanakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya yang bersifat kritis, interdisipliner, dan multidimensional. Adapun data diperoleh melalui studi kepustakaan, studi dekomentasi, observasi, dan wawancara. Setelah dilakukan verifikasi, data kemudian dianalisis dengan beberapa teori yang relevan, seperti teori dekonstruksi, teori etnomusikologi, teori komodifikasi, dan teori semiotik. Temuan penelitian ini mencakup tiga hal. Pertama, wujud spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi meliputi (a) upacara kematian masyarakat Karo, yang mengungkapkan kematian adalah kehidupan yang sesungguhnya, di dalam kematian ada kehidupan dan di dalam kehidupan ada kematian; (b) wujud gendang lima sendalanen; yang mencakup kosmologi masyarakat Karo; (c) wujud landek (menari) yang mencakup landek adat istiadat dan landek ritual; (d) wujud nuri-nuri (petuah); (e) wujud ngandung (tangisan); (f) wujud rende perkolong-kolong(bernyanyi), dan (g) wujud keyboard serta wujud trompet (ensambel tiup). Kedua, faktor-faktor yang memengaruhi spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi adalah sebagai berikut. (a) Faktor internal yang meliputi masyarakat pendukung gendang kematian tidak dilihat secara sempit dan terbatas pada genealogis dan teritorial grafis, tetapi etnik Karo yang terhimpun dalam satu komunitas organisasi sosial kemasyarakatan kekaroan di mana pun mereka berada. Kreativitas seniman dan budayawan, dalam upacara gendang kematian merupakan akumulasi dari pemikiran-pemikiran kreatif orang Karo sepanjang zaman hingga kekinian. Identitas Karo, yang erat hubungannya dengan faktor ekonomi dan politik budaya serta praktik-praktik sebagai penanda identitas budaya. (b) Faktor eksternal yang meliputi kristenisasi, yang membekaskan kesan yang ambivalen dan menyebabkan keretakan-keretakan dalam batin orang Karo. Selanjutnya tekanan budaya asing yang menciptakan orang Karo menjadi masyarakat

17 komoditas yang meliputi unsur-unsur di dalamnya sudah terstandardisasi. Industri budaya sebagai salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi upacara gendang kematian. Ketiga, spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat sehingga dapat dipandang sebagai sebuah tanda dan simbol, yakni sesuatu yang harus diberikan makna. Upaya mengungkap makna yang tersembunyi di balik upacara gendang kematian etnik Karo dapat ditelusuri dari proses transformasi budaya dengan membaca tanda zaman dan dari terjadinya proses dialog budaya sejalan dengan nilai-nilai yang dihasilkannya bermakna spiritualitas. Upacara gendang kematian etnik Karo merepresentasikan spiritualitas lewat tanda-tanda dan simbol di luar dirinya. Secara umum, ada tiga pemaknaan mendasar yang terungkap dari latar belakang, wujud dan faktor-faktor yang memengaruhi spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi yang menyangkut nilai-nilai dasar atau filosofi kehidupan masyarakatnya, yakni makna spiritualitas pramodern, modern, dan postmodern. Makna spiritualitas pramodern etnik Karo melalui gendang lima sedalanen yang memiliki fungsi sebagai iringan musik dan tari dalam upacara gendang kematian sebagai perekat dari semua unsur yang ada dalam upacara. Selain itu, juga digunakan sepanjang prosesi kematian, yang mengandung berbagai pesan dan harapan bagi keluarga yang ditinggalkan serta makna hubungan antara gendang lima sedealanen, baik instrumen maupun bunyi (musik), yang dihasilkannnya dengan sistem kekerabatan yang ada pada etnik Karo. Landek (menari) yang mencakup landek adat istiadat dan landek ritual, yang memaknai gerak sebagai sebuah simbol yang menjadi filosofi etnik Karo. Nuri-nuri (petuah), menunjukkan duka keluarga sekaligus memberikan penghormatan kepada kalimbubu yang disampaikan melalui nuri-nuri. Ngandung (tangisan), penyampaian belasungkawa dan sekaligus meneguhkan hati pihak keluarga disampaikan melalui tangisan atau ratapan. Rende (vokal/bernyanyi) yang sering digunakan pada upacara-upacara adat yang ada pada masyarakat Karo khususnya upacara gendang

18 Spiritualitas modern menyangkut pergeseran besar dari pemahaman diri komunal ke pemahaman diri individualistik. Modernitas tidak melihat masyarakat atau komunitas sebagai yang utama, dengan individu (yang sebagian saja otonom) sebagai produknya, melainkan menganggap masyarakat hanya sebagai kumpulan individu-individu bebas yang secara sukarela bergabung dengan tujuan-tujuan tertentu. Kehadiran keyboard/trompet dalam hal ini bukan bagian dari spiritualitas yang terberi atau terwarisi, melainkan sebuah konstruksi spiritualitas baru yang sarat akan makna kemewahan guna melegitimasi status dan prestise seseorang di depan publik. Dengan demikian, kehadiran keyboard/trompet dalam upacara gendang kematian dapat dikatakan sebagai catatan baru dalam sejarah dinamika spiritualitas kultural etnik Karo. Penggunaan keyboard/trompet pada upacara gendang kematian di atas dapat dikatakan seperti diungkapkan oleh Piliang, sebagai gejala hipertualitas, yakni realitas ritual yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip simulasi sehingga tampak seakan-akan merupakan bagian dari ritual asli. Namun sesungguhnya ia tidak lebih dari ciptaan artifisial yang tidak merujuk pada model-model ritual yang telah baku. Dalam konteks ini ritual diredusir menjadi simbol-simbol yang digunakan untuk menunjukkan identitas. Dengan kata lain, kehadiran keyboard/trompet dalam upacara gendang kematian tersebut merupakan proses semiotisasi ritual, yakni menambahkan muatan pada aspek-aspek ritual dengan makna-makna yang sesungguhnya tidak hakiki. Ritual tersebut dikemas sedemikian rupa dengan dilengkapi atribut-atribut yang tidak berkaitan sama sekali dengan konteks upacara, akan tetapi dikonstruksi sedemikian rupa seakan-akan ia menjadi dari wacana upacara tersebut. Spiritualitas postmodern adalah kebangkitan suatu fakta kosmologi, pandangan dunia, secara pasti menentukan etika dan cara hidup manusia. Oleh sebab itu, dari sudut pandang postmodern masalah kebenaran dan aksi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Manusia tidak bisa mengatasi masalah yang ditimbulkan

19 oleh cara-cara manusia mengatur kehidupan individu dan kelompok tanpa menolak pandangan dunia yang mendasarinya. Makna perubahan budaya yng mencakup beralihnya nilai tradisi ke modern adalah teralihkannya orientasi nilai-nilai magis religius dari agama pemena/perbegu ka agama Kristen. Benturan peradaban antara budaya Kristen dan budaya pemena dari agama tradisi etnik Karo masih terasa kental sampai sekarang. Berkaitan dengan degradasi spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi ke arah sekularisasi bermakna pada terkikisnya spiritualitas etnik Karo. Dalam hal ini roh globalisasi yang tidak mungkin dibendung menghadirkan pluralistik di bidang kebudayaan. Hal ini berpengaruh pada menurunnya kreativitas seniman pada etnik Karo dengan dimainkannya akord dan harmoni Barat pada keyboard dalam gendang kibod, tampak nyata dari perkembangan teknologi modern yang mempengaruhi musik Karo. Strategi pewarisan yang dilakukan oleh etnik Karo diawali dengan pemahaman dan pemaknaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Masyarakat pemilik warisan budaya mestinya memahami yang tangible, yaitu warisan budaya yang dapat disentuh, berupa benda konkret, yang pada umumnya berupa benda yang merupakan hasil buatan manusia, dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan tertentu dan yang intangible, yaitu warisan budaya yang tak benda atau tak tersentuh. Revitalisasi merupakan suatu proses menjadikan kebudayaan sebagai suatu yang menjadi bagian terpenting di dalam kehidupan manusia sebelum kehilangan maknanya. Proses revitalisasi, tentunya harus dilakukan secara terorganisir oleh individu pelaku budaya, kelompok komunitas bersama-sama pemerintah yang memiliki kesadaran dan merasa begitu pentingnya warisan budaya. Kesadaran akan pentingnya kebudayaan beserta kearifan lokal yang terkandung di dalamnya timbul sebagai akibat penemuan akan jatidiri, berlatar belakang dari warisan leluhur yang khas dan tidak dapat ditemukan pada daerah lain. Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal sebagai temuan baru penelitian. Pertama, tradisi lisan upacara gendang kematian menunjukkan spiritualitas sebagai

20 nilai-nilai dan komitmen dasariah pada etnik Karo dalam melakukan upacara. Kedua, modernisasi dan globalisasi yang diyakini selama ini tanpa disadari tidak menghegemoni, memarginalisasi, dan menggerus tradisi-tradisi lokal, penelitian ini mengungkapkan kebenaran yang terjadi di lapangan. Artinya, hegemoni berjalan dengan konsensus dan kesepahaman bersama. Ketiga, redefinisi upacara gendang kematian dari definisi sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik tiga simpulan. Pertama, kematian adalah kehidupan yang sesungguhnya, di dalam kematian ada kehidupan dan di dalam kehidupan ada kematian. Kematian seperti halnya kehidupan adalah bentuk keseimbangan alam sebagaimana dualisme oposisi baik-buruk, siang-malam, kiri-kanan, yang tidak mungkin ada tanpa kehadiran sisi lainnya. Manusia terdiri atas jasmani ( kula) dan rohani ( tendi). Dengan demikian, dalam upacara gendang kematian etnik Karo tidak asing disebutkan buk mulih ku ijuk (rambut menjadi ijuk), dareh mulih ku lau (darah menjadi air), kesah mulih ku angin (napas menjadi angin), jukut mulih ku taneh (daging menjadi tanah), tulan mulih ku batu (tulang menjadi batu),dan tendi mulih ku begu (roh menjadi hantu). Kedua, spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi mengalami degradasi ke arah sekularisasi yang diakibatkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi masyarakat pendukung upacara gendang kematian dan kreativitas seniman/budayawan. Di pihak lain faktor eksternal, yaitu kristenisasi, tekanan budaya asing, dan media elektronik Ketiga, penelitian ini bermakna untuk menguatkan identitas. Penguatan identitas ini terwujud dalam representasi identitas masyarakat Karo melalui gendang lima sedalanen ensambel musik yang terdapat dalam upacara gendang kematian, landek yaitu menari, nuri-nuri petuah-petuah dari sistem kekerabatan, melalui ngandung yaitu ratapan, melalui rende yaitu bernyanyi, melalui keyboard instrumen musik pengganti gendang lima sendalanen, dan melalui trompe sebagai ensambel tiup, serta makna perubahan sosial.

21 Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa dengan adanya problematik empirik yang belum tergali secara mendalam terkait dengan perubahan spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi, maka saran dan rekomendasi dapat disampaikan. Pertama, para peneliti yang tertarik dengan upacara gendang kematian pada etnik Karo atau penelitian sejenis dengan topik dan permasalahan yang berbeda, maka hasil penelitian ini terbuka untuk dikritik dan terbuka untuk penelitian lanjutan. Artinya, untuk dikaji secara mendalam dan mendapatkan pemahaman yang lebih kritis dan teoretis berbagai dimensi spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi. Kedua, penelitian ini dapat dijadikan kontribusi sebagai bahan pertimbangan kepada para pemimpin masyarakat di berbagai strata kehidupan, para penentu kebijakan diberbagai tingkatan, baik ekskutif maupun legislatif, pimpinan organisasi kelembagaan sosial budaya, sanggar seni, seniman, budayawan, praktisi seni dalam memecahkan berbagai permasalahan pembangunan untuk kesejahteraan bersama, lebih khususnya pembangunan seni budaya pada era globalisasi. Ketiga, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan bagi perkembangan dan kemajuan disiplin kajian budaya di samping sebagai sumber rujukan utama ataupun sumber alternatif dalam dinamika kreativitas kehidupan berkesenian masyarakat di tanah Karo khususnya, Provinsi Sumatera Utara, dan Indonesia pada umumnya.

22 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT.. RINGKASAN DISERTASI... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... GLOSARIUM... i ii iii v vi xi xii xiii xxi xxviii xxix xxxi xxxii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus... 16

23 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Manfaat Praktis BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN Kajian Pustaka Konsep Spiritualitas Upacara Gendang Kematian Etnik Karo Era Globalisasi Landasan Teori Teori Dekonstruksi Teori Etnomusikologi Teori Komodifikasi Teori Semiotika Model Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi Penelitian.. 62

24 3.3 Jenis Data dan Sumber Data Penentuan Informan Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Observasi Wawancara Studi Dokumen Teknik Analisis Data Teknik Penyajian Hasil Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM ETNIK KARO DAN UPACARA GENDANG KEMATIAN Gambaran Umum Etnik Karo Letak dan Keadaan Geografis Asal Usul Etnik Karo Politik dan Pemerintahan Sistem Kekerabatan Mata Pencaharian Kepercayaan dan Agama Begu dalam Kepercayaan Etnik Karo Guru/ Dukun Katika Hari dalam Kalender Karo Kedai Kopi

25 Jambur / Losd Gambaran Umum Upacara Gendang Kematian Jenis Kematian Gendang/ Musik Gendang Lima Sendalanen Gendang Telu Sendalanen Gendang Lima Puluh Kurang Dua Instrumen Nonensambel Musik Vokal Etnik Karo Gendang Kibod/ Keyboard Gendang Trompet/ Ensambel Tiup 144 BAB V WUJUD SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI Wujud Upacara Kematian Etnik Karo Wujud Upacara Perpisahan /Sirang-sirang Wujud Usungan Mayat/ Pating-pating Wujud Kuburan/ Pendawanen Wujud Pembakaran Mayat/ Pekualuh Wujud Memanggil Roh/ Perumah Begu Wujud Mengangkat Tulang/ Ngampeken Tulan-Tulan Wujud Gendang Lima Sendalanen

26 5.2.1 Wujud Sarune Wujud Gendang Singindungi dan Singanaki Wujud Penganak dan Gung Wujud Menari/ Landek Wujud Petuah-petuah/ Nuri-nuri Wujud Menangis/ Ngandung Wujud Menyanyi/ Rende Wujud Keyboard/ Gendang Kibod Wujud Ensambel Tiup/ Trompet BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI Faktor Internal Faktor Masyarakat Pendukung Gendang Kematian Faktor Kreativitas Seniman/Budayawan Faktor Eksternal Faktor Kristenisasi Faktor Industri Budaya Faktor Media Elektronik BAB VII MAKNA SPIRITUALITAS DAN STRATEGI PEWARISAN UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI Makna Spiritualitas Makna Spiritualitas Pramodern.. 261

27 7.1.2 Makna Spiritualitas Modern Makna Spiritualitas Postmodern Makna Perubahan Budaya Beralihnya Nilai Spiritualitas Tradisi ke Modern Terkikisnya Spiritualitas Etnik Karo Menurunnya Kreativitas Seniman Makna Perubahan Kehidupan Sosial Strategi Pewarisan Pewarisan Melalui Keluarga, Masyarakat, Pemerintah Pewarisa Melalui Revitalisasi Temuan Penelitian Refleksi 373 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Informan Lampiran 2 Pedoman wawancara Lampiran 3 Peta Wilayah Lampiran 4 Daftar Foto

28 TABEL Tabel Halaman Tabel 4.2 Bupati yang pernah menjabat di Kabupaten Karo.. 91

29 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian 58 Gambar 3.1 Observasi Upacara Gendang Kematian. 68 Gambar 3.2 Wawancara Upacara Gendang Kematian Gambar 4.1 Peta Sumatera dan Sumatera Utara 77 Gambar 4.2 Peta Kabupaten Karo.. 80 Gambar 4.3 Rumah Adat Karo di Desa Dokan Gambar 4.4 Kantor Bupati Kabupaten Karo Gambar 4.5 Rakut Sitelu dalam Sistem Kekerabatan Masyarakat Karo. 97 Gambar 4.6 Aksara Karo Gambar 4.7 Musik dan Tari Karo Sekitar Tahun 1900-an Gambar 5.1 Usungan Mayat Gambar 5.2 Usungan Mayat Pating-pating Lige-lige Gambar 5.3 Usungan Mayat Lante Empat Mbeka Gambar 5.4 Usungan Mayat Tandu Sapo-sapo Gambar 5.5 Usungan Mayat Tandu Kejeren Gambar 5.6 Pembakaran Mayat Gambar 5.7 Mengangkat Tulang/ Ngampeken Tulan-tulan Gambar 5.8 Repertoar Lagu Simelungen Rayat Gambar 5.9 Ensambel Gendang Lima Sendalanen Gambar 5.10 Instrumen Sarune Gambar 5.11 Instrumen Gendang Singanaki dan Gendang Singindungi. 176 Gambar 5.12 Instrumen Gung dan Penganak Gambar 5.13 Landek/Menari dalam Upacara Gendang Kematian Gambar 5.14 Nuri-nuri pada Upacara Gendang Kematian Gambar 5.15 Ngandung/Meratap pada Upacara Gendang Kematian Gambar 5.16 Rende atau Bernyanyi pada Upacara Gendang Kematian

30 Gambar 5.17 Organ Tunggal/Kibod pada Upacara Gendang Kematian 191 Gambar 5.18 Trompet/Ensambel Tiup pada Upacara Gendang Kematian. 193 Gambar 7.1 Bagian-bagian Sarune Gambar 7.2 Gendang Singindungi dan Singanaki Gambar 7.3 Melodi Sarune dalam Upacara Gendang Kematian. 286 Gambar 7.4 Ritmis Gendang Singanaki Gambar 7.5 Ritmis Gendang Singindungi Gambar 7.6 Ritmis Gung dan Penganak. 291 Gambar 7.7 Landek dalam Gendang Guro-Guro Aron 294 Gambar 7.8 Landek dalam Upacara Gendang Kematian.. 297

31 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1 Daftar Informan Lampiran 2 Pedoman Wawancara. 399 Lampiran 3 Peta wilayah Penelitian Lampiran 4 Daftar Foto. 403

32 GLOSARIUM aerofon anak beru begu belo kinapur bere-bere beru beru dayang beru puhun beru singumban birawan buk mulih ku ijuk cimpa dagangen : golongan instrumen musik yang menggunakan sumber bunyi aero atau udara. Istilah untuk bagian alat musik tiup dengan hawa atau udara sebagai sumber suaranya. Misalnya, sarune pembawa melodi dalam ensambel gendang lima sedalanen pada upacara gendang kematian. : pihak yang mengambil istri dari sebuah keluarga tertentu untuk diperistri. : masyarakat Karo percaya bahwa tendi (roh) orang yang telah meninggal masih dapat, baik memberikan pertolongan maupun mengganggu manusia, yang masih hidup dalam bentuk begu. : kapur sirih. : merga dari keluarga ibu. : merga yang disandang di belakang nama seorang perempuan. : sosok wanita yang diyakini ada di bulan dan wujudnya ditampakkan melalui pelangi. : anak perempuan dari kalimbubu ayah. : anak perempuan dari kalimbubu anak. : orang yang sedang sakit karena terkejut dan diyakini oleh masyarakat sebagai akibat adanya sapaan oleh makhluk halus. : rambut menjadi ijuk. : sejenis kue atau makanan yang terbuat dari tepung terigu. : kain putih yang biasa digunakan, baik untuk menutup maupun membungkus mayat. dareh mulih ku lau : darah yang berubah menjadi air.

33 Dibata si la idah Dibata si idah didong doah endek erpangir kulau erturang ertutur gbkp gendang gendang kibod : Tuhan yang tidak kelihatan, disebut dengan Dibata kaci-kaci yang mempunyai tiga wilayah kekuasaan, yaitu dunia atas (Guru batara), dunia tengah (Padukah ni aji), dan dunia bawah (Banua koling). : Tuhan yang kelihatan, yaitu kalimbubu yang merupakan unsur terhormat atau golongan yang disegani. Orang yang menghormati kalimbubunya akan memperoleh banyak rezeki dan kesehatan. Oleh karena itu, ia disebut dibata si idah. : nyanyian seorang ibu ketika menidurkan anaknya (lillaby). : gerakan tari yang dilakukan dengan menekuk lutut. : komunikasi transendental dalam hubungan komunikasi antara manusia dan roh gaib dengan menggunakan seorang dukun sebagai mediatornya. Adapun tujuan seseorang / keluarga tertentu melaksanakan ritual erpangir ku lau ini adalah untuk menemukan dan dapat berkomunikasi dengan kekuatankekuatan di luar kemampuan manusia, terutama yang berkaitan dengan penyembuhan suatu penyakit, membuang sial di badan, menabalkan seseorang menjadi guru, dan membersihkan diri dari yang kotor. : antara seorang laki-laki dan seorang perempuan ber merga yang sama. : berkenalan untuk mendekatkan hubungan kekerabatan. : Gereja Batak Karo Protestan : biasanya pengertian kata gendang tergantung dari kata yang mengikutinya. Misalnya (1) gendang lima sendalanen, kata gendang di sini mengandung arti ensambel musik tertentu, (2) gendang simalungun rayat, kata gendang mengandung arti nama sebuah lagu, (3) gendang singindungi atau gendang singanaki, kata gendang menunjukkan salah satu jenis alat musik, (4) gendang kematian atau gendang nurun, kata gendang menjadi suatu upacara. : sebutan atau istilah lazim diucapkan oleh masyarakat Karo terhadap jenis irama yang diprogram secara khusus di dalam keyboard, pada upacara kematian.

34 gung guro-guro Aron guru ideofon io-io jambur jinujung : instrumen musik ( ideofon) yang berfungsi sebagai ritmis konstan dalam ensambel gendang lima sedalanen pada upacara gendang kematian. : sebuah upacara tradisi yang dilakukan oleh muda-mudi di setiap kuta (desa) yang dilaksanakan setiap tahun sebagai ungkapan rasa gembira dan rasa syukur kepada Dibata atas keberhasilan mereka. : orang yang dapat berkomunikasi dengan roh gaib dan dapat mengobati penyakit dan sekaligus sebagai peramal. : instrumen musik yang sumber bunyinya berupa badan alat musik itu sendiri. Misalnya gung dan penganak. : nyanyian yang mengandung ungkapan rasa rindu. : sejenis aula besar sebagai tempat upacara, baik perkawinan, kematian dilaksanakan. : makhluk halus yang dipunyai seseorang yang memberikan keahlian dan kelebihan pada seseorang itu dan mengucapkan melalui mang-mang dan mantra-mantra. jukut mulih kutaneh : daging berubah menjadi tanah. jungut-jungut kade-kade kalimbubu kalimbubu dareh katika : iringan sarune ketika seorang bernyanyi, nuri-nuri, dan ngandung pada upacara gendang kematian. : kerabat yang terdapat dalam sistem kemasyarakatan. : pihak keluarga senina pemberi istri. : saudara laki-laki dari ibu kandung, bagi seorang laki-laki dan seorang perempuan yang tidak/belum menikah. Perempuan menikah kalimbubu dareh nya, yaitu ayah atau saudaranya. : hari dalam kalender Karo. katoneng-katoneng : musik vokal etnik Karo yang memiliki garis melodi baku, tetapi lirik atau teks lagu tersebut senantiasa berubah dan disesuaikan dengan satu konteks upacara.

35 kerja tahun : pesta tahunan yang diadakan setiap tahun di sebuah desa dataran tinggi Karo. kesah jadi angin keteng-keteng landek lau meciho mang-mang membranofon mengket jabu merga silima morah-morah narsarken rimah : napas menjadi angin. : instrumen musik Karo yang terbuat dari bambu, yang berfungsi sebagai pembawa ritem dimaikan dengan cara dipukul. : menari secara berhadapan antara dua kelompok tertentu. Konsep landek berhadap-hadapan dalam aktivitas menari Karo terbagi atas dua bentuk, yaitu landek adat dan landek hiburan. : air jernih (suci) yang digunakan pada upacara penguburan. : sejenis nyanyian yang terdapat pada masyarakat Karo. Orang yang menyajikan mangmang adalah dukun ( guru sibaso). Guru Sibaso menyajikan mangmang pada masa menjalankan upacara ritual tertentu dengan cara bernyanyi, tanpa iringan musik. Terdapat dua jenis upacara ritual sebagai konteks penyajian mangmang, yaitu erpangir ku lau (upacara ritual penyucian diri) dan raleng tendi (upacara ritual memanggil roh manusia). : instrumen musik yang sumber bunyinya berupa membran atau selaput kulit. Misalnya, gendang singindungi dan gendang singanaki. : upacara memasuki rumah baru. : ada lima merga yang dikenal pada masyarakat Karo, yaitu merga Karo-karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan Peranginangin. Kelima merga ini disebut merga silima. : utang adat bagi orang yang meninggal untuk diberikan kepada kalimbubunya. : perjamuan makan sesuai dengan kemampuan dan menari berganti-ganti menurut adat yang berlaku, sebagai suatu pemberitahuan kepada sukut bahwa kerabat yang datang dari tempat jauh akan pulang.

36 nendung nereh-empo ngandung ngarkari : aktivitas seorang dukun dalam meramalkan sesuatu atau seseorang yang hilang atau pergi tanpa memberi tahu ke mana kepergiannya. : berasal dari dua pihak, yaitu nereh dari pihak perempuan dan empo dari pihak laki-laki, yang dilanjutkan pada upacara perkawinan. : pengungkapan isi hati dengan cara menangis. Ngandung dalam upacara gendang kematian adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan pihak kelompok yang punya kerja. : upacara pemutusan hubungan dengan orang yang meninggal. ngerana : memberikan petuah-petuah, baik dari kelompok yang mempunyai upacara maupun dari pihak kekerabatan yang turut serta dalam upacara tersebut. nuri-nuri odak ole patam-patam pating-pating pasu-pasu pendawanen penganak : kata-kata yang diutarakan pada upacara gendang kematian yang berisikan kata pengapul (kata hiburan, ajaran, dan nasihat) : gerakan tari, baik ketika melangkah maju dan mundur maupun serong ke kiri dan ke kanan. : goyangan atau ayunan badan saat menari. : repertoar lagu yang bertempo cepat, baik dalam tarian mudamudi maupun upacara ritual. : usungan atau tandu yang digunakan untuk membawa mayat ke kuburan. : berkat atau pemberkatan. : tempat penguburan umum. : instrumen musik ( ideofon) yang berfungsi sebagai ritmis konstan dalam ensambel gendang lima sedalanen yang digunakan pada upacara gendang kematian. penggual : pamanggilan terhadap pemain musik gendang lima sendalanen.

37 perkade-kaden perkolong-kolong : kekerabatan dalam masyarakat. : sebutan kepada penyanyi yang dipanggil pada upacara gendang kematian untuk menyampaikan nasihat, penghormatan, pujian, doa, harapan, dan sebagainya. perumah begu : menghindari hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat Karo dengan melakukan upacara pemanggilan roh-roh manusia yang sudah mati. puang kalimbubu rakut sitelu raron rende rengget rubia-rubia : kalimbubu dari kalimbubu seseorang, baik dari pihak ibu maupun pihak ayah. : kelengkapan lembaga sosial kemasyarakatan yang terdiri atas tiga kelompok, yaitu senina, kalimbubu dan anak beru. : sekelompok orang yang bertetangga atau yang berkerabat secara bersama-sama mengerjakan tanah pertaniannya dengan cara bergiliran. : pada mulanya rende (vokal) disebut didong-didong yang digunakan untuk menyampaikan doa atau memuja seseorang, menidurkan anak. Lalu didong-didong kemudian berkembang menjadi lagu. Lagu adalah sebuah nyanyian yang dinyanyikan oleh seorang perende-rende, kemudian perende-rende dikenal dengan permangga-mangga dan kini berubah menjadi perkolong-kolong. : cengkok (kekhasan) yang terdapat dalam melodi gendang Karo, baik dalan instrumen maupun dalam vokal/nyanyian. : jenis makhluk bergerak di luar diri manusia. sangkep nggeluh : pribadi atau keluarga/merga tertentu yang dikelilingi oleh senina, anak beru, dan kalimbubu-nya. Dalam melaksanakan upacara adat tertentu, seperti perkawinan, kematian, memasuki rumah baru, dan lain-lain sangkap nggeluh akan diketahui apabila sudah jelas siapa sukut dalam upacara tersebut. sarune : instrumen musik ( aerofon) yang berfungsi sebagai pembawa melodi dalan upacara gendang kematian.

38 senina sierjabaten sukut tabas tangis-tangis tendi jadi begu trompet : mereka yang bersaudara karena mempunyai merga atau submerga yang sama. Sekalipun tidak dalam satu merga, biasanya masih dalam satu induk merga. : pemain musik atau gendang dalam sebuah ensambel yang berfungsi sebagai pengiring dalam upacara gendang kematian masyarakat Karo. : adalah orang yang berhajatan dan orang tuanya, dalam acara adat kematian sukut adalah janda atau duda dan anak laki-laki dari yang meninggal (keluarga dari orang yang meninggal). Atau dalam acara memasuki rumah baru (mengket rumah) sukut adalah pemilik rumah baru tersebut. : mantra-mantra yang dinyanyikan oleh guru (dukun) dalam pengobatan tradisional. : nyanyian yang berisi tentang kesedihan atau penderitaan seseorang. : roh yang berubah menjadi hantu. : ensambel tiup yang digunakan dalam upacara gendang kematian dikenal dengan sebutan trompet. tutur siwaluh : merupakan konsep kekerabatan etnik Karo yang terdiri atas delapan golongan, yaitu puang kalimbubu, kalimbubu, sembuyak, senina, senina sipemeren, senina siparibanen/sipengalon, anak beru, dan anak beru minteri.

DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI

DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN ETNIK KARO PADA ERA GLOBALISASI PULUMUN PETERUS GINTING PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 DISERTASI SPIRITUALITAS UPACARA GENDANG KEMATIAN

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda, yang di dalam kebudayaan tersebut terdapat adat istidat, seni tradisional dan bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak

BAB I PENDAHULUAN. berada dari beberapa etnik yang ada di Sumatra Utara yaitu etnik Karo atau kalak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia atau disebut dengan Nusantara adalah sebuah Negara yang terdiri dari banyak Pulau dan sebuah Bangsa yang memiliki berbagai kebudayaan etnik, agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang sangat umum dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai Negara yang banyak memiliki beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Karo merupakan suku bangsa tersendiri dalam tubuh bangsa Indonesia. Suku Karo mempunyai bahasa tersendiri yaitu bahasa Karo. Suku Karo yang merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan sehari-hari manusia. M usik tak sekedar memberikan hiburan, tetapi mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya hampir disemua bidang termasuk bidang kesenian terkhusus seni musiknya, dimana terjadi

Lebih terperinci

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Linguistik-Wacana Sastra, Program Pascasarjana Universitas Udayana PUTU WIDHI KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dikenal dunia kaya akan suku dan kebudayaan. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki norma,

Lebih terperinci

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo.

GLOSARIUM. : Hari kelima dalam sisten penanggalan Karo. : Hari ke-13 dalam sistem penanggalan Karo. 242 GLOSARIUM Aditia Aditia Naik Aditia Turun Aerophone : Hari pertama dalam sistem penanggalan Karo. : Hari kedelapan dalam sistem penanggalan Karo. : Hari ke-22 dalam sistem penanggalan Karo. : Alat

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR NI MADE MERTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010 TESIS PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai berbagai macam kekayaan tradisional yang memiliki jenis dan ciri khas dari tiap daerahnya masing-masing. Baik itu adat istiadat, pakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berproses seimbang. Dalam perkembangan peradaban saat ini nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. berproses seimbang. Dalam perkembangan peradaban saat ini nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertemuan antara suatu budaya dan budaya yang lainnya tidak selalu berproses seimbang. Dalam perkembangan peradaban saat ini nilai-nilai universal yang diemban oleh

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Pengenalan Terhadap Masyarakat Karo Pengertian masyarakat dapat dipahami sebagai suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi dan bertingkah laku menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan manusia. Hal inilah kemudian yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Sastra

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO. (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten BAB II MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO 2.1 Gambaran Umum Wilayah Karo Suku Karo/Batak Karo banyak terdapat didaerah Kabupaten Karo (meliputi Tanah Karo Simalem dan sekitarnya), Kabupaten Langkat, Kabupaten

Lebih terperinci

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI

KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI KINERJA DAN STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH HOTEL BERBINTANG DI KAWASAN PARIWISATA UBUD BALI Tesis untuk memperoleh gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karo adalah salah satu suku bangsa dari banyak etnis yang ada di Kepulauan Nusantara. Sebagai suku bangsa mereka mempunyai kebudayaan yang berbeda dengan yang

Lebih terperinci

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO

KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GENDANG PATAM-PATAM DALAM MUSIK TRADISIONAL KARO SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NOVALINDA TRINGANI GINTING NIM : 060707015 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI

ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI ADAPTASI WANITA ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN KELUARGA SUAMI STUDI KASUS PERKAWINAN AMALGAMASI WANITA ISLAM DAN PRIA HINDU DI BALI Oleh: DESAK PUTU DIAH DHARMAPATNI 1001605003 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk Memeroleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana Universitas Udayana METODE KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DALAM PEMBELAJARAN TATA BAHASA JEPANG DASAR (SHOKYOU BUNPO) BAGI MAHASISWA SEMESTER III SASTRA JEPANG SEKOLAH TINGGI BAHASA ASING SARASWATI DENPASAR

Lebih terperinci

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI

PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN SPIRITUAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA HOTEL CATTLEYA SUITE BALI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Kajian Pariwisata,

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani

DAFTAR INFORMAN. 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun Pekerjaan : Petani DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Piyai Br Ginting (Iting Juni) Umur : 78 tahun 2. Nama : Rustina Br Sembiring (Nd.Mena) Umur : 52 tahun 3. Nama : Sanggup Br Ginting (Nd.Atin) Umur : 65 tahun 4. Nama : Ngasali

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR TESIS PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR COKORDA ISTRI MAS KUSUMANINGRAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ciri khas yang menjadi identitas bagi mereka. Cimpa, terites, tasak telu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki ciri khas masing-masing yang membedakannya dengan suku lain. Ciri khas inilah yang akan membentuk identitas suatu suku bangsa. Identitas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa

BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa BAB II GAMBARAN LOKASI PENELITIAN Di dalam Bab II ini penulis akan menerangkan gambaran lokasi penelitian dengan spesifikasi objek penelitian surdam belin (tangko kuda) yang terdapat di Desa Hulu, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN

EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN TESIS EFEKTIVITAS PENERAPAN AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI BALI STUDI KASUS PLTD/G PESANGGARAN HELGA MARGARETA HUNTER PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.

Lebih terperinci

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN AYU DIANDRA SARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PERAN MEDIASI

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas.

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR. masa itu wilayah administrasi dan geografi Kabupaten Deli Serdang sangat luas. 45 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO DI DESA TIGA JUHAR 2.1 Masyarakat Karo di Desa Tiga Juhar Sebelum kemerdekaan republik Indonesia, wilayah Kabupaten Deli Serdang memiliki dua pemerintahan yang berbentuk

Lebih terperinci

SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI SYAHPUTRA SITEPU NIM: DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI SYAHPUTRA SITEPU NIM: DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N Deskriptif Penggabungan Alat Musik Keyboard Dengan Gendang Lima Sendalanen Pada Perayaan Ulang Tahun Karo Mergana Ras Anak Beruna Di Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Skripsi Sarjana Dikerjakan O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2014 KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI

DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E DAN 2014 KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI KAJIAN ORGANOLOGIS SURDAM PUNTUNG BUATAN PAUZI GINTING DI DESA LINGGA KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO SKRIPSI SARJANA O L E H SEPTIANTA BANGUN NIM: 090707010 DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konflik tanah yang muncul sering sekali terjadi karena adanya masalah dengan orang perorang antar generasi. Konflik tersebut sering muncul antar tetangga,

Lebih terperinci

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI Oleh : DEWA AYU EKA PUTRI 1101605007 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera Utara Indonesia, yang memiliki berbagai ragam kebudayaan yang unik. Setiap etnis di sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR SKRIPSI Oleh : UMBU KUDU NIM : 1121005013 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN

DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN DESKRIPSI PENYAJIAN KITAB ENDE-ENDEN DALAM LITURGI KEBAKTIAN GEREJA BATAK KARO PROTESTAN JALAN JAMIN GINTING KM.7 PADANG BULAN MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H ATMAN JEREMIA BARUS NIM: 070707011

Lebih terperinci

LUH MIRA AMBARASARI SAKA

LUH MIRA AMBARASARI SAKA TESIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENGURUSAN PERIZINAN SIUP AGRIBISNIS DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR LUH MIRA AMBARASARI SAKA NIM. 1291161015 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian mengenai spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. Kajian mengenai spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian mengenai spiritualitas upacara gendang kematian etnik Karo pada era globalisasi menjadi sebuah fenomena yang

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO

INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK INTERAKSI SOSIAL KELUARGA POLIGAMI SUKU KARO (Studi Kasus di Desa Kutarakyat, Kec. Naman) SKRIPSI Oleh: ROSALINA LANASARI SEMBIRING 030901041

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK 1 PERNYATAAN EMOSI BERBAHASA INDONESIA SISWA SMP DHARMA WIWEKA DENPASAR: KAJIAN PSIKOLINGUISTIK MARIA IMACULADA Dc. S 1001105019 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan. TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 Januari 2017

Lembar Pengesahan. TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 Januari 2017 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 Januari 2017 Pembimbing I, Pembimbing II, Ni Putu Sri Harta Mimba, SE., M.Si., Ph.D., Ak. Dr. Ni Ketut Rasmini, SE., M.Si., Ak., CA. NIP 19730515

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI TESIS KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI KOMANG FEBRINAYANTI DANTES 1292461007 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

Reprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo

Reprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo Reprersentasi Sosial Tentang Pemena Pada Masyarakat Desa Gunung Kabupaten Tanah Karo SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh : Firman A Sebayang 111301123 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,

Lebih terperinci

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN NAMA : MAHARANI N TARIGAN NIM :

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN NAMA : MAHARANI N TARIGAN NIM : ANALISIS STRUKTUR MUSIKAL, TEKSTUAL DAN FUNGSI NGANGGUKKEN TANGIS DALAM UPACARA NURUN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA SARILABA JAHE KECAMATAN SIBIRU- BIRU KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang

BAB I PENDAHULUAN. Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salahsatukeunikansenivokal yang merupakanwarisandarileluhurkaro yang perludilestarikanadalahrengget. Menurut Kumalo Tarigan (dalam Kaban 2007:18), Rengget dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM

EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK. Tugas Akhir S1 Seni Musik. Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM EKSPLORASI MELODI PATAM PATAM KARO PADA GITAR ELEKTRIK Tugas Akhir S1 Seni Musik Oleh: Jacky Raju Sembiring NIM. 1011587013 Program Studi Seni Musik Jurusan Musik, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING

STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA5154 UNTUK APLIKASI TEKNOLOGI SEMI SOLID CASTING Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Teknik Mesin Program Pasca

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan hal yang tidak asing bagi kita. Setiap orang pasti memiliki pengalaman dalam bermusik karena musik mampu menjangkau semua kalangan masyarakat

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR

SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR SKRIPSI PENGATURAN PENDUDUK PENDATANG DAN PENGUSAHA PARIWISATA DALAM AWIG-AWIG DI DESA PAKRAMAN ABANGAN, TEGALLALANG, KABUPATEN GIANYAR ANAK AGUNG GDE RAKA PUTRA ADNYANA 1116051100 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO

PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO PERANAN ALAT MUSIK KEYBOARD PADA MUSIK TRADISIONAL MASYARAKAT KARO Lamhot Basani Sihombing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Peranan dan fungsi pada alat-alat musik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembangunan di suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari peran media massa di daerah itu sendiri, karena media massa menyebarkan

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN KATEMAN, RIAU OLEH: NAMA :ANDI FARHAN NIM : 100707001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Indah Ambar Sari NIM : 1221305017 Program Studi : Ilmu Politik Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

Lebih terperinci

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA

PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TESIS PENGARUH VARIABEL EKONOMI DAN SOSIAL DEMOGRAFI TERHADAP STATUS EKONOMI PEREMPUAN DI KABUPATEN JEMBRANA TITIS KRISNAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 JUDUL TESIS PENGARUH

Lebih terperinci

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI

RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI RINGKASAN DISERTASI MARGINALISASI WAYANG KULIT PARWA DI KABUPATEN GIANYAR PADA ERA GLOBALISASI Disertasi ini adalah hasil penelitian terhadap terjadinya keterpinggiran Wayang Kulit Parwa di Kabupaten Gianyar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. desa maupun kota, termasuk di Kecamatan Medan Selayang. Medan, dan GBKP Runggun Sunggal-Asam Kumbang Medan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. desa maupun kota, termasuk di Kecamatan Medan Selayang. Medan, dan GBKP Runggun Sunggal-Asam Kumbang Medan. 63 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Gereja Batak Karo Protestan adalah gereja protestan yang melayani masyarakat Suku Batak Karo. Gereja masyarakat Karo ini berdiri sejak 18 April 1890 di Tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter secara eksplisit maupun implisit telah terbentuk dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan. Melalui pendidikan karakter diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM

STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM STUDI DESKRIPTIF TARI PERSEMBAHAN YANG DIBAKUKANDAN MUSIK PENGIRING OLEH SANGGAR SINGGASANA SIAK DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU DIKERJAKAN O L E H NAMA:PRINSA AGNEST NAINGGOLAN NIM:110707058 UNIVERSITAS

Lebih terperinci