Skripsi Oleh : SRI MARTINI NIM. X

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skripsi Oleh : SRI MARTINI NIM. X"

Transkripsi

1 UPAYA MENGATASI KESULITAN PEMBENTUKAN BUNYI BAHASA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AIR DAN MADU PADA PEMBELAJARAN BINA WICARA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS D1 SLB-B GEMOLONG TAHUN Skripsi Oleh : SRI MARTINI NIM. X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

2 2 UPAYA MENGATASI KESULITAN PEMBENTUKAN BUNYI BAHASA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AIR DAN MADU PADA PEMBELAJARAN BINA WICARA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS D1 SLB-B GEMOLONG TAHUN Oleh : SRI MARTINI NIM. X Skripsi Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

3 3 PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univerasitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Pada hari : Jum at Tanggal : 30 Oktober 2009 Tim Penguji Skripsi : Ketua : Sekretaris : Anggota I : Anggota II : Nama Terang Drs. A. Salim Choiri, M. Kes Drs. Maryadi, M. Ag. Drs. Hermawan, M. Si. Drs. Sudakiem, M. Pd. Tanda Tangan Disahkan Oleh : Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP

4 4 PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Persetujuan Pembimbing Pembimbing I, Pembimbing II, Drs. Hermawan, M.Si NIP Drs. Sudakiem, M.Pd. NIP

5 5 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Banyak hambatan yang penulis hadapi dalam menyelesaian penulisan skripsi ini, namum berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 2. Drs. R. Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini. 3. Drs, A. Salim Choiri, M.Kes. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP UNS Surakarta yang juga telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi. 4. Drs. Hermawan, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi dapat terselesaikan dengan lancar. 5. Drs. Sudakiem, M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan kesabarannya telah memberikan petunjuk dan arahannya kepada penulis sehingga dapat menambah bekal dalam penyusunan skripsi ini. 6. A. Zaini, S.Pd., M.Pd, selaku Kepala SLB-B YPSLB Gemolong yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini. 7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan bantuan baik material maupun spiritual sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai dengan lancar.

6 6 Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Walaupun disadari dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, namun diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Surakarta, 2009 Penulis

7 7 MOTTO Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur ( Terjemah Q.S. An Nahl : 78) Bekalilah anak berkebutuhan khusus agar bisa hidup mandiri, jangan mencari bekal hidup pada anak berkebutuhan khusus ( Penulis)

8 8 PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada : Ibu dan Ayah tercinta dengan penuh rasa hormat atas ketulusan doa dan kasih sayangnya Suami dan anak-anak tersayang yang selalu mendampingi dan memberi motivasi Sahabat dan handaitaulan atas bantuan yang diberikan Murid-murid berkebutuhan khusus yang mempunyai semangat luar biasa Almamater

9 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. HALAMAN PENGAJUAN... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN ABSTRAK HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. BAB I. PENDAHULUAN.. A. Latar Belakang Masalah.... B. Rumusan Masalah.. C. Pembatasan Masalah.. D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian..... BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS.. A. Tinjauan Pustaka Anak Tunarungu..... a. Pengertian Anak tunarungu.. b. Faktor Penyebab Ketunarunguan. c. Klasifikasi Ketunarunguan... d. Pengaruh Pendengaran Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Tunarungu Media Pembelajaran... halaman i ii iii iv v vi vii viii x xiii xiv

10 10 3. Bina Wicara.... a. Pengertian Bina Wicara b. Tujuan Pengajaran Bina Wicara Bunyi Bahasa.. a. Pengelompokan Bunyi Bahasa. b. Pembentukan bunyi Bahasa /ng/ /k/ dan /g/.. c. Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Anak Tuna rungu. 5. Tehnik Penggunaan Air dan Madu Dalam Pengajaran Bina Wicara.... a. Penggunaan Media Air. b. Penggunaan Media Madu. B. Kerangka Berfikir. C. Hipotesis Tindakan BAB III. METODE PENELITIAN.... A. Setting Penelitian... B. Subyek Penelitian.. C. Data dan Sumber Data... D. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data. E. Validasi Data. F. Analisis Data... G. Indikator Kinerja... H. Prosedur Penelitian... BAB IV. LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal B. Deskripsi Hasil Siklus I C. Deskripsi Hasil Siklus II... D. Pembahasan

11 11 E. Hasil Penelitian. BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.. A. Simpulan... B. Implikasi C. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN-LAMPIRAN

12 12 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Nilai Hasil Belajar Pada Kondisi Awal. Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Hasil pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus I... Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II... Hasil pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus II..... Daftar Nilai Prestasi Belajar Siswa Antar Siklus. Hasil pengamatan Sikap Siswa Pada Siklus I dan Siklus II Rata-rata Nilai Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II halaman

13 13 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6 Gambar 7 Kerucut Pengalaman Edgar Dale Alur Kegiatan Dalam Penelitian Tindakan Kelas.. Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Kondisi awal. Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I.. Grafik Nilai Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, siklus I dan Siklus II... Grafik Peningkatan Rata-rata Nilai Belajar Siswa Pada Kondisi Awal, siklus I dan Siklus II... halaman

14 14 ABSTRAK Sri Martini. UPAYA MENGATASI KESULITAN PEMBENTUKAN BUNYI BAHASA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AIR DAN MADU PADA PEMBELAJARAN BINA WICARA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS D1 SLB-B GEMOLONG TAHUN Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa melalui penggunaan media air dan madu pada pembelajaran Bina Wicara bagi siswa tunarungu kelas D1 SLB-B Gemolong. Adapun lokasi penelitian ini yaitu Sekolah Luar Biasa Bagian Tunarungu (SLB-B) Gemolong Kabupaten Sragen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa tunarungu kelas D1 Tahun Akademik Adapun dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah seluruh populasi, karena jumlah siswa yang dijadikan subyek penelitian hanya 4 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari dua Siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik tes dan non tes, melalui tes lisan dan perbuatan. Adapun analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dimana membandingkan hasil evaluasi kondisi awal, Siklus I dan Siklus II. Dari hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata kelas pada kondisi awal 37,5 sedangkan nilai rata-rata pada siklus I adalah 47,5 dan rata-rata pada siklus II sebesar 72,5. Dengan demikian dapat diketahui peningkatan nilai rata-rata prestasi belajar siswa dari kondisi awal (37,5) ke kondisi akhir siklus II (72,5) sebesar 35 poin atau 93,3 %. Kesimpulan bahwa melalui penggunaan media air dan madu dapat mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa pada pembelajaran Bina Wicara bagi siswa tunarungu Kelas D1 SLB-B Gemolong Sragen. Kata kunci : Kesulitan, bunyi bahasa, media air dan madu, bina wicara, tunarungu

15 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bina Wicara dan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama merupakan salah satu pelajaran yang sangat penting bagi anak tunarungu dimana pelajaran ini telah tertuang dalam kurikulum Sekolah Luar Biasa untuk siswa tunarungu wicara sejak tahun Gagasan pemanfaatan sisa pendengaran melalui Bina Wicara ini dilandasi oleh pandangan para ahli pendidikan luar biasa yang mengemukakan bahwa Penyelenggaraan pelayanan pendidikan untuk siswa berkelainan tidak boleh menitik beratkan pada ketidakmampuannya, tetapi harus memperhitungkan kompetensi yang masih mungkin dikembangkan (Direktorat PSLB, 2007:1). Maksudnya adalah kompetensi yang masih bisa dikembangkan dan dimanfaatkan adalah kompetensi menghayati bunyi atau kompetensi memanfaatkan sisa pendengaran yang masih dimilikinya, dengan menggunakan alat bantu mendengar atau tanpa alat bantu jika siswa belum memilikinya. Siswa tunarungu yang tergolong kurang dengar, indra pendengarannya akan tetap memegang peranan penting, untuk membantu menangkap pembicaraan di lingkungannya. Sedangkan siswa tunarungu yang tergolong berat hingga total, bukan pendengarannya yang berperan penting, tetapi perasaan vibrasinya akan mampu menangkap getaran-getaran didalam rongga tubuhnya dan kemudian menghantarkannya ke pusat pendengaran di otak. 1

16 16 Dengan mengikuti program khusus Bina Wicara secara intensif, terprogram dan berkesinambungan, siswa tunarungu yang tergolong berat dan totalpun akan mampu berbicara dengan baik walaupun tidak sesempurna anak normal. Hal ini besar sekali pengaruhnya terhadap perkembangan bahasa bagi anak tunarungu. Disamping itu bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional anak didik, sehingga merupakan unsur penunjang utama bagi keberhasilan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Akhirnya kompetensi bahasa siswa akan membantu pula dalam memperoleh pengetahuan umum lainnya. Didalam melaksanakan tugasnya, guru sering menemukan kesulitan dalam menjelaskan konsep-konsep bahasa terhadap anak tunarungu. Misalnya dalam pengenalan bunyi bahasa /ng/ /k/ dan /g/. Begitu juga yang dialami siswa kelas D1 SLB-B Gemolong Sragen, dimana siswa mengalami kesulitan atau ketidakmampuan dalam pengucapan bunyi bahasa /ng/ /k/ dan /g/ pada posisi awal, posisi tengah dan akhir. Sebagai contoh : /ng/ ngaji, bunga, buang; /k/ kado, kaki, bapak; /g/ gula, gigi, bedug. Ketidakmampuan mengucapkan kelompok bunyi bahasa /ng/ /k/ dan /g/ tersebut disebabkan karena kurang bisa memfungsikan alat ucap yang dimilikinya terutama mengaktifkan gerakan pangkal lidah dan pengaturan udara yang keluar dari paru-paru. Hal ini mendorong penulis untuk mengupayakan dan mencari strategi baru dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa dapat mencapai hasil yang maksimal.

17 17 Ada beberapa hal yang menjadi penyebab ketidakmampuan siswa dalam mengucapkan kelompok bunyi bahasa seperti tersebut diatas diantaranya: (1) Metode pembelajaran yang digunakan guru monoton, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai; (2) Guru kurang variatif dalam melaksanakan pembelajaran; (3) Sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadahi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan latar belakang masalah dan kemungkinan-kemungkinan penyebab diatas, maka perlu dicari alternatif penyelesaian masalahnya, dimana penyebab kesulitan siswa dalam mengucapkan bunyi bahasa /ng/ /k/ dan /g/ diantaranya adalah kurangnya variasi guru dalam mengajar serta kurangnya media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran. Oleh karena itu sebagai guru, penulis senantiasa berusaha untuk mencoba menggunakan cara baru dalam proses belajar mengajar guna mengatasi hambatan yang dialami oleh siswa. Berbagai cara telah diupayakan seperti senam lidah atau menekan ujung lidah dengan spatel/gagang sendok atau jari tangan, namun metode ini masih belum bisa mengatasi kesulitan yang dialami oleh siswa. Dalam hal ini penulis berusaha menemukan metode dan media yang cocok dalam pembelajaran guna mengatasi kesulitan tersebut yaitu dengan menggunakan media air dan madu. Upaya ini bertujuan untuk membantu mengatasi kesulitan siswa khususnya dalam pembentukan bunyi bahasa /ng/ /k/ dan /g/.

18 18 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah melalui penggunaan media air dan madu dapat mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa pada pembelajaran Bina Wicara bagi siswa tunarungu kelas D1 SLB-B Gemolong? C. Pembatasan masalah Pada penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu kesulitan siswa dalam pembentukan bunyi bahasa /ng/, /k/ dam /g/. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa pada pembelajaran Bina Wicara bagi siswa tunarungu kelas D1 SLB-B Gemolong. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Siswa Sebagai alternatif untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam pembentukan bunyi bahasa terutama /ng/, /k/ dan /g/, agar anak dapat lebih mudah dalam mengucapkannya.

19 19 2. Manfaat Bagi Guru Penelitian ini dapat memberikan alternatif bagi guru SLB pada umumnya, khususnya bagi penulis yaitu bagaimana cara mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa dalam pembelajaran Bina Wicara dengan menggunakan media air dan madu bagi siswa tunarungu. 3. Manfaat Bagi Sekolah Hasil Penelitian ini dapat memberikan kontribusi referensi dalam pembelajaran Bina Wicara khususnya dalam mengatasi kesulitan pembentukan bunyi bahasa bagi siswa tunarungu.

20 20 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS a. Pengertian Ketunarunguan A. Tinjauan Pustaka 1. Anak Tunarungu Banyak pakar memberikan pengertian tentang ketunarunguan. Menurut Andreas Dwidjosumarto dalam Sutjiati Soemantri (1996:74) mengemukakan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Sedangkan tunarungu dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (deaf) dan kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi, Sedangkan kurang dengar adalah mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). bahwa : Menurut Mufti Salim dalam Sutjihati Somantri (1996:74) mengemukakan Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Ia memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus untuk mencapai kehidupan lahir batin yang layak.

21 21 Menurut PMKS Dinas Sosial dalam /sumatra/reliefrecovery/livelihood/docs/doc/inforesources/definisidankriteriapm KS DINAS SOSIAL.pdf, mengemukakan bahwa : Penyandang Cacat Tunarungu Wicara adalah seseorang yang tidak dapat 6 mendengar dan berbicara dengan baik sehingga menjadi hambatan dalam melakuka kegiatan sehari hari secara layak atau wajar. Sedangkan Menurut Tarsidi dalam /01/penyandang-ketunaan-istilah-pengganti.html mengemukakan istilah hearing impairment diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi istilah tunarungu, yang di dalamnnya terkandung dua katagori yaitu yang disebut dengan deaf dan hard of hearing. Istilah deaf menggambarkan kondisi kehilangan pendenganran yang berat, sementra istilah hard of hearing menggambarkan keadaan individu yang bersangkutan masih memilki sisa pendengaran. Menurut Early Education dalam /2009/03/05/anakberkebutuhan-khusus/ dikemukakan bahwa tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun tidak permanen. Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tunarungu adalah mereka yang mengalami kehilangan pendengaran baik sebagian maupun seluruhnya yang menyebabkan pendengarannya kurang memiliki nilai fungsional dalam kehidupan sehari-hari. b. Faktor Penyebab Ketunarunguan

22 22 Terjadinya ketunarunguan dapat ditimbulkan karena beberapa faktor sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutjihati Somantri (1996:75) diantaranya: 1) Pada saat sebelum dilahirkan (pre natal) a) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita tunarungu, atau mempunyai gen sel pembawa sifat abnormal. b) Karena penyakit yaitu sewaktu ibu sedang hamil terserang suatu penyakit, terutama penyakit-penyakit yang diderita pada saat kehamilan trisemester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang telinga. Misalnya penyakit rubella, morbilli. c) Karena keracunan obat-obatan, dimana pada saat kehamilan ibu minum obat-obatan terlalu banyak atau ibu seorang pecandu alcohol, atau ibu tidak menghendaki kelahiran sehingga minum obat untuk menggugurkan kandungan. Hal tersebut dapat menyebabkan ketunarunguan pada anak yang dilahirkan. 2) Pada saat kelahiran (natal) a) Sewaktu ibu melahirkan mengalami kesulitan sehingga persalinannya harus dibantu dengan penyedotan (tang). b) Prematuritas yaitu bayi lahir sebelum waktunya. 3) Pada saat setelah kelahiran (post natal) a) Ketunarunguan terjadi karena infeksi, misalnya infeksi pada otak (meningitis). b) Pemakaian obat-obatan otoksi pada anak-anak. c) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat pendengaran bagian dalam. Sedangkan menurut Brown dalam Mulyono Abdurrahman (1994:71) menyebutkan bahwa sebab-sebab terjadinya kerusakan pendengaran yaitu : 1) Materna Rubella (campak), pada waktu ibu mengandung muda terkena penyakit campak sehingga dapat menyebabkan rusaknya pendengaran anak.

23 23 2) Faktor keturunan, yang tampak dari adanya beberapa keluarga yang mengalami kerusakan pendengaran. 3) Adanya komplikasi pada saat dalam kandungan dan kelahiran premature, berat badan kurang, bayi lahir biru. 4) Meningitis (radang otak), sehingga ada semacam bakteri yang dapat merusak sensivitas alat dengar dibagian dalam telinga. 5) Kecelakaan/trauma atau penyakit. c. Klasifikasi Ketunarunguan Klasifikasi ketunarunguan Menurut Permanarian Somad dalam bahwa berdasarkan tingkat keberfungsian telinga dalam mendengar bunyi, ketunarunguan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, yaitu: 1) Ketunarunguan ringan (mild hearing impairment) yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas db (desibel). Mereka sering tidak menyadari bahwa sedang diajak bicara, mengalami sedikit kesulitan dalam percakapan. 2) Ketunarunguan sedang (moderate hearing impairment) yaitu kondisi di mana orang masih dapat mendengar bunyi dengan intensitas db. Mereka mengalami kesulitan dalam percakapan tanpa memperhatikan wajah pembicara, sulit mendengar dari kejauhan atau dalam suasana gaduh, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar (hearing aid). 3) Ketunarunguan berat (severe hearing impairment) yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas db. Mereka sedikit memahami percakapan pembicara bila memperhatikan wajah pembicara dengan suara keras, tetapi percakapan normal praktis tidak mungkin dilakukannya, tetapi dapat terbantu dengan alat bantu dengar. 4) Ketunarunguan parah (profound hearing impairment)

24 24 yaitu kondisi di mana orang hanya dapat mendengar bunyi dengan intensitas 95 db atau lebih keras. Percakapan normal tidak mungkin baginya, ada yang dapat terbantu dengan alat bantu dengar tertentu, sangat bergantung pada komunikasi visual. Sedangkan menurut Empu Driyanto dkk dalam Edja Sadjaah (1995:46) mengklasifikasikan anak tunarungu sebagai berikut : 1) Cacat dengar ringan ( Mild hearing loss) yaitu derajat cacat dengar dengan hitungan dalam db antara 26 db 40 db. Dalam kondisi demikian anak mengalami sedikit kerusakan untuk mendengar suara bisik. 2) Cacat dengar dengan derajat antara 41 db 55 db Dalam kelompok ini anak mengalami kesulitan dalam penerimaan pembicaraan normal terutama suara nada-nada tingga. Disini perlu pemakaian alat bantu dengar. 3) Cacat dengar sedang berat (Moderat sever hearing loss) yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat antara 56 db 70 db. Dengan kondisi ini anak sudah mulai kesulitan dalam menangkap pembicaraan keras. Pemakaian alat bantu dengar akan sangat membantu. 4) Cacat dengar berat ( Sever hearing loss) yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat antara 70 db 90 db. Dalam kondisi ini anak hanya mengerti teriakan atau pembicaraan yang diperkeras pada jarak yang dekat sekali. Anak sangat membutuhkan pendidikan khusus dan alat bantu dengar tidak diperlukan. 5) Cacat dengar terberat (Profound earing loss) yaitu kelompok cacat dengar dengan derajat diatas 91 db. Dalam kondisi ini sama sekali tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain sekeras apapun. d. Pengaruh Pendengaran Terhadap Perkembangan Bicara dan Bahasa Anak Tunarungu

25 25 Perkembangan bahasa dan bicara berkaitan erat dengan ketajaman pendengaran. Akibat terbatasnya ketajaman pendengaran anak tunarungu tidak mampu mendengar dengan baik. Dengan demikian pada anak tunarungu tidak terjadi proses peniruan suara setelah masa meraban, proses peniruannya hanya terbatas pada peniruan visual. Selanjutnya dalam perkembangan bahasa dan bicara anak tunarungu memerlukan pembinaan secara khusus sesuai dengan kemampuan dan taraf ketunarunguannya. Bahasa mempunyai fungsi dan peranan pokok sebagai media untuk komunikasi. Dalam fungsinya dapat pula dibedakan berbagai peran bahasa lainnya, diantaranya : 1) Fungsi informasi, yaitu untuk menyampaikan informasi timbal balik antar anngota masyarakat. 2) Fungsi Ekspresi Diri, yaitu untuk menyalurkan perasaan, sikap dan tekanan-tekanan dalam diri pembicara. 3) Fungsi Adaptasi dan Integrasi, yaitu untuk menyesuaikan dan membaurkan diri dengan anggota masyarakat sekitar. 4) Fungsi Kontrol Sosial, yaitu untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain. 5) Fungsi Fatik, yaitu untuk membuka jalur komunikasi dan menjaga relasi social antar anggota masyarakat (Gorys Kerf, 1991 : 2) Dengan demikian bila seorang anak memiliki kemampuan berbahasa, mereka akan memiliki sarana untuk mengembangkan segi social, emosional, maupun intelektualnya. Mereka akan memiliki kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dan keinginannya terhadap sesama, dapat memperoleh pengetahuan dan saling bertukar pikiran.

26 26 2. Media Pembelajaran Pengertian Media menurut Yosfan Azwandi, (2007 : 89) bahwa media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Dalam proses komunikasi media merupakan apa saja yang mengantarkan atau membawa informasi ke penerima informasi. Sedangkan Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication Technology / AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan / informasi. Menurut Gagne dan Bridge dalam Yosfan, (2007 : 89) berpendapat bahwa : Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk meyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain : buku, tape recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Adapun Dintje Borman Rumumpuk dalam Mulyani Sumantri, (2001:153) mengemukakan bahwa media pengajaran sebagai setiap alat baik hardware maupun software yang dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar. Lain halnya dengan National Education Association dalam Yosfan, (2007:98) mendefinisikan bahwa media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya. Dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar atau dibaca.

27 27 Menurut Rohadi (2003:8) memberikan pengertian media meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa) sehingga proses pembelajaran menjadi lebih jelas, menarik, interaktif, efektif dan efisien serta dapat mengurangi pemahaman yang abstrak pada diri siswa. Senada dengan hal tersebut Mc. Luhan dalam Basuki Wibawa, (2001:11) memberikan pengertian : Media adalah semua saluran pesan yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi. Menurutnya, media adalah semua saluran pesan yang dapat dipergunakan sebagai sarana komunikasi dari seseorang ke orang lain yang tidak ada dihadapannya, sedang menurut Romiszowski, media adalah pembawa pesan yang berasal dari sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan itu adalah siswa. Berdasarkan uraian tersebut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar ada dalam komponen metodologi sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya dengan pertimbangan antara lain : pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar. Disamping itu, bahan pembelajaran lebih mudah dikuasai, metode mengajar lebih variatif dan siswa lebih aktif.

28 28 Dalam rangka memanfaatkan media sebagai alat bantu, kita perlu memperhatikan apa yang telah dikemukakan oleh Edgar Dale dalam kerucut pengalaman (Cone of Experience) dimana Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar menurut tingkat dari yang paling konkrit ke yang paling abstrak, untuk memilih media apa yang cocok atau paling sesuai untuk pengalaman belajar tertentu sebagaimana gambar berikut : Verbal Visual Radio, Rekaman Film Pameran Wisata Dramatisasi Demonstrasi Pengalaman buatan

29 29 Gambar 1. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (dikutip dari 3. Bina Wicara a. Pengertian Bina Wicara Bina wicara atau pengajaran wicara adalah suatu upaya yang sistemaatis untuk melakukan tindakan belajar mengajar bicara, yang dalam prakteknya merupakan serangkaian usaha untuk membawa anak didik (tunarungau) memeiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaannya dengan cara berbicara (Depdiknas, 2006:20) b. Tujuan Pengajaran Bina Wicara 1) Tujuan dibidang Pengetahuan adalah agar anak memiliki pengetahuan tentang hal-hal sebagai berikut : a) Mengucapkan seluruh bunyi bahasa b) Mengucapkan kata, kelompok kata, dan kalimat Bahasa Indonesia

30 30 c) Mengevaluasi bicaranya sendiri berdasarkan pengamatan visual, auditif, kinestetis d) Mengatur alat ucapnya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicara e) Pemilihan kata dan kelompok kata yang tepat 2) Tujuan di bidang Keterampilan adalah agar anak mempunyai keterampilan tentang hal-hal sebagai berikut : a) Mengucapkan seluruh bunyi bahasa b) Mengucapkan kata, kelompok kata, dan kalimat Bahasa Indonesia c) Mengevaluasi bicaranya sendiri berdasarkan pengamatan visual, auditif, kinestetis d) Mengatur alat ucapnya demi perbaikan dan peningkatan mutu bicara e) Pemilihan kata dan kelompok kata yang tepat 3) Tujuan dibidang sikap adalah agar anak memiliki sikap sebagai berikut: a) Senang menggunakan cara bicaranya dalam mengadakan komunikasi dengan orang lain b) Senang mengadakan evaluasi dan memperbaiki kesalahankesalahan serta berusaha meningkatkan kemampuan bicaranya 4. Bunyi Bahasa

31 31 a. Pengelompokan bunyi bahasa Bunyi bahasa secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu vokal dan konsonan. Seperti yang dikemukakan oleh Edja Sadjaah, (1995:66) bahwa pengelompokan bunyi bahasa terdiri atas : 1. Vokal Vokal terjadi dari getaran selaput suara, dengan nafas keluar mulut mendapat halangan. Dalam fonem bahasa Indonesia, bahwa vocal itu terdiri dari : A,I, U, E (benar), E ( merah), dan O. Gorys Keraf, (1991:23) mengartikan vokal adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru tidak mendapat halangan. 2. Konsonan Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan, entah seluruhnya atau sebagian. Konsonan dapat dikelompokkan berdasarkan faktor-faktor berikut : a) Menurut Dasar Artikulator dan Titik Artikulasi terdiri dari : (1) Konsonan Bilabial Yaitu bunyi yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua belah bibir yang bersama-sama bertindak sebagai articulator dan titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : p, b, m dan w (2) Konsonan Labio-dental

32 32 Yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mempertemukan gigi atas sebagai titik artikulasi dan bibir bawah sebagai articulator. Bunyi yang dihasilkan adalah : f dan v (3) Konsonan Apiko-dental Yaitu konsonan yang dihasilkan dengan ujung lidah (apex) yang bertindak sebagai articulator dan daerah anar gigi (dens) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : d, l, n, r, s, t, z. (4) Konsonan Apiko-Alveolar Yaitu konsonan yang dihasilkan oleh ujung lidah sebagai articulator dan lengkung kaki gigi (alveolum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : d, l. n, r, t (5) Konsonan Palatal atau Lamino-palatal Yaitu konsonan yang dihasilkan oleh bagian tengah lidah (lamina) sebagai articulator dan langit-langit keras (palatum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : c, j, ny dan sy (6) Konsonan Velar atau dorso-velar Yaitu konsonan yang dihasilkan oleh belakang lidah (dorsum) sebagai articulator dan langit-langit lembut (velum) sebagai titik artikulasi. Bunyi yang dihasilkan adalah : g, k, ng dan kh (7) Konsonan Hamzah ( hambat glottal)

33 33 Yaitu konsonan yan dihasilkan dengan posisi pita suara sama sekali merapat sehingga menutup glottis, udara sama sekali dihalangi. Bunyi yang dihasilkan adalah hamzah ( ) (8) Konsonan Laringal Yaitu konsonan yang dihasilkan dengan pita suara terbuka lebar sehingga udara yang keluar digesekkan melalui glottis. Bunyi yang dihasilkan adalah : h b) Menurut Jenis Halangan Udara Berdasarkan jenis halangan udara yang terjadi pada waktu udara keluar dari rongga ujaran, konsonan dapat dibedakan atas : (1) Konsonan Hambat (stop) Konsonan yang dihasilkan dengan udara yang sama sekali dihalangi pada daerah artikulasi. Konsonan yang dihasilkan adalah : b, c, d, g, j, k, p dan hamzah (2) Frikatif Yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paruparu digesekkan sehingga terdengar bunyi geser atau frikatif. Konsona yang dihasilkan adalah : f, h, kh, dan v (3) Spiran atau sibilant

34 34 Yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari paruparu mendapat halangan berupa pengadukan sehingga terdengar bunyi desis. Konsonan yang dihasilkan adalah : s, z, sy. (4) Likuida atau Lateral Yaitu knsonan yang dihasilkan dengan menaikkan lidah ke langit-langit sehingga udara terpaksa diaduk dan keluar melalui kedua sisi (latus) lidah. Konsonan yang dihasilkan adalah l (5) Getar atau Trill Yaitu konsonan yang dihasilkan dengan mendekatkan dan menjauhkan lidah ke alveolum dengan cepat dan berulang-ulang sehingga udara bergetar. Getaran udara yang terjadi disebut getar apical ( apical Trill). Konsonan yang dihasilkan adalah : r c) Menurut Bergetar dan Tidaknya Pita Suara. (1) Konsonan Bersuara Yaitu konsonan yang terjadi bila udara yang keluar dari rongga ujaran turut menggetarkan pita suara. Konsonan yang terjadi adalah b, d, j, g, m, n, r, v, ny, ng, (2) Konsonan Tak Bersuara

35 35 Konsonan yang terjadia bila udara yang keluar dari rongga ujaran tidak menggetarkan pita suara. Konsonan yang terjadi adalah : c, f, h, k, p, s, t, kh, sy dan hamzah d) Menurut Jalan Keluar Udara a. Konsonan Oral, yaitu konsonan yang terjadi bila udara keluar melalui rongga mulut atau oris. Konsonan yang dihasilkan adalah b, c, d, f, g, h, j, k, l, p, r, s, t, v,z, sy, kh, hamzah. b. Konsonan Nasal, yaitu konsonan yang terjadi bila udara keluar melalui rongga hidung (nasus). Konsonan yang dihasilkan adalah : m, n, ny dan ng b. Pembentukan Bunyi Bahasa /ng/, /k/ dan /g/ 1) Pembentukan Bunyi Bahasa /ng/ (velar, sengau, bersuara) a) Dasar Ucapan fonem /ng/ : lidah bagian belakang dan langit-langit lembut b) Pembentukannya : (1) Ujung lidah terletak pada dasar mulut, rahang atas dan rahang bawah terbuka, celah suara tebuka sehingga terjadi getaran suara. (2) Aliran udara melalui hidung, tertutup oleh pangkal lidah (3) Udara dalam rongga dada dan kepala beresonansi c) Cara Melatihnya : i. Titik Tolak

36 36 Adakanlah percakapan kecil mengenai kejadian hangat hari itu, atau gambar, ataupun apa saja yang dapat menjadikan dari anak rileks dan menemukan fonem-fonem yang akan dilatihkan, misalnya fonem /ng/ : ngaji, bunga, buang, kemudian tuliskanlah kata-kata tersebut pada sehelai kertas, lalu garis bawah suku kata yang mengandung fonem /ng/. Ucapkan secara global ngaji suruhlah anak menirukannya. Amatilah ucapan anak. ii. Secara Visual Ajaklah anak memperhatikan posisi lidah dan gerakan rahang pada saat pembentukan fonem /ng/. Suruhlah anak menirukan dan mengamati gerakan rahang dan lidahnya sendiri. Ucapkan ngaji kemudian anak menirukan. Ajaklah anak meraban : Nga nganga nganganga nganganganga ngaaaaaaa nga Ngo ngongo ngongongo ngongongongo ngoooooo ngo Ngi ngingi ngingingi ngingingingi ngiiiiiiiii ngi iii. Secara Auditoris Gunakan suara yang keras.

37 37 Ajaklah anak meraban sambil mengamati ada tidaknya bunyi rabaan itu. Bila sudah bereaksi adanya bunyi, maka tutuplah mulut guru, lalu ucapkan secara global bunga dan anak menirukannya. Berikan kesempatan anak meraban sendiri sambil mengamati suaranya. iv. Secara Haptik Ajaklah anak untuk merasakan getaran pada hidung dan leher dengan cara silang. Ajaklah anak meraban bervariasi, sambil merasakan getaran yang terjadi. 2) Pembentukan bunyi bahasa /k/ (velar, letup, tak bersuara) a) Dasar Ucapan fonem /k/ : daun lidah bagian belakang dan langitlangit lembut b) Pembentukannya : (1) Ujung lidah bagian belakang menekan langit-langit lembut sehingga aliran udara terhambat pada pangkal lidah (2) Ujung lidah terletak di dasar mulut dan menyentuh kaki gigi bawah (3) Pinggir lidah mengenai geraham, mulut terbuka, dan gigi atas

38 38 (4) Jika hambatan udara secara tiba-tiba ditiadakan, langit-langit lembut terangkat, terjadilah letupan dan terbentuklah /k/ c) Cara Melatihnya : (1) Titik Tolak Adakanlah percakapan kecil mengenai kejadian hangat hari itu, atau gambar, ataupun apa saja yang dapat menjadikan dari anak rileks dan menemukan fonem-fonem yang akan dilatihkan, misalnya fonem /k/ : kado, kaki, bapak, kemudian tuliskanlah kata-kata yang megandung fonem /k/. Ucapkan secara global kaki suruhlah anak untuk menirukannya. Amatilah ucapan anak. (2) Secara Fisual Ajaklah anak memperhatikan lidah dan bentuk bibir guru pada cermin, kemudian suruh anak menirukannya. Ucapkan katak kemudian anak meniru. Tuliskan suku kata ka, ko, ki, ku, ke lalu ajaklah anak meraban ka kaka kakaka kakakaka kaaaaaa ka kakaka Ko koko kokoko kokokoko koooooo ko kokoko Ki kiki kikiki kikikiki kiiiiiiii ki kiki dan seterusnya. (3) Secara Auditoris

39 39 Gunakan suara yang lebih keras, atau speech trainer, ABM anak. Ajaklah anak mengamati ada tidaknya suara sambil meraban. Bila sudah bereaksi ada bunyi maka tutuplah mulut guru lalu ucapkan kata secara gelobal, anak menirukannya. Berikan kesempatan anak meraban sendiri sambil merasakannya suaranya sendiri. (4) Secara Haptik Ajaklah anak untuk merasakan udara meletup yang keluar dari mulut dengan ujung jarinya. Berikan kesemparan anak untuk mencoba, guru melakukan bersamaan dengan itu silanglah tangan guru ke mulut anak, tangan anak ke mulut guru untuk mengontrol letupan. Lakukan latihan pernafasan dengan cara meniup lilin dan seterusnya. 3) Pembentukan bunyi bahasa /g/ (palatal, alveolar, letup hambat bersuara) a) Dasar Ucapan fonem /g/ : daun lidah dan langit-langit keras b) Pembentukannya : (1) Daun lidah menekan langit-langit keras sehingga udara yang keluar lewat mulut terhambat.

40 40 (2) Pinggir lidah menempel pada gigi bawah (3) Rongga mulut menyempit, pita suara terbuka, jika kita hembuskan nafas, rongga mulut akan terbuka dan terjadi letupan tak sempurna. c) Cara Melatihnya : (1) Titik Tolak Adakanlah percakapan kecil mengenai kejadian hangat hari itu, atau gambar, ataupun apa saja yang dapat menjadikan dari anak rileks dan menemukan fonem-fonem /g/ seperti : gula, gigi, bedug Amatilah ucapan anak. (2) Secara Visual Ajaklah anak mengamati posisi lidah dan bibir pada saat megucapkan gula pada cermin. Berilah kesempatan kepada anak berlatih sebanyakbanyaknya. Ajaklah anak meraban. Ga ga ga gaga gagaga gagagaga gaaaaaa ga gaga Gi gi gi gigi gigigi gigigigi giiiiiiii gi gigi Go go go gogo gogogo gogogogo gooooo go gogo dan seterusnya.

41 41 (3) Secara Auditoris Gunakan suara yang lebih keras atau speech trainer, ABM. Ajaklah anak untuk mengamati ada tidaknya suara sambil meraban. Bila sudah bereaksi ada bunyi tutuplah mulut guru. Biarkan anak berlatih lebih banyak. (4) Secara Haptik Ajaklah anak merasakan aliran udara pada telapak tangan atau ujung jarinya pada saat mengucapkan fonem /g/. Getaran dapat dirasakan pada leher, bawalah meraban. c. Kesalahan yang sering terjadi pada anak tunarungu Menurut Edja Sudjaah, (1995:102) terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh anak tunarungu dalam menghasilkan bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ diantaranya : 1) /ng/ belum terbentuk 2) /ng/ diucapkan /n/ 3) /ng/ diucapkan lemah 4) /k/ diucapkan tidak meletup 5) /k/ lidah terlalu ke belakang 6) /k/ diucapkan /c/ 7) /k/ diucapkan /kh/ 8) /k/ diucapkan /g/ 9) /g/ diucapkan belum terbentuk 10) /g/ diucapkan /k/

42 42 Berdasarkan beberapa uraian kemungkinan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi bahasa yang dihasilkan oleh anak tunarungu seperti tersebut diatas, maka penulis berusaha untuk memperbaiki dengan menggunakan media madu dan air untuk merangsang mengaktifkan organ bicara terutama pangkal lidah. 5. Tehnik Penggunaan Air dan Madu Dalam Pengajaran Bina Wicara a. Penggunaan Media Air. Melalui Penggunaan media air ini dimaksudkan untuk merangsang dan melatih gerakan motorik kasar yang langkah-langkahnya sebagai berikut : 1) Menelan air dengan menggunakan selang/sedotan yang diletakkan di ujung rongga mulut, sambil merasakan/meraba pangkal lidahnya dan laring yang sedang aktif bergerak naik turun, dan posisi kepala tengadah. 2) Dengan posisi kepala bertengadah, mulut terbuka, pangkal lidah menutup untuk menahan air, udara dari paru-paru mendorong pangkal lidah yang dalam keadaan tertutup sehingga terbuka dan mengeluarkan gelembung udara, sehingga terjadilah gerakan membuka dan menutup pada pangkal lidahnya.

43 43 b. Penggunaan Media Madu Penggunaan media madu ini dimaksudkan untuk melatih gerakan otot motorik halus (pelemasan) dengan cara memasukkan + 1 cc madu ke rongga mulut, lidah mengecap dan pangkal lidah diaktifkan, dengan menggunakan sarung tangan guru membimbing sambil menunjukkan letak pangkal lidah dan langitlangit lunak, sebagai tempat menutupnya pangkal lidah. Hal ini dilakukan dengan berulang-ulang sehingga anak terampil dan menguasai materi yang diberikan. B. Kerangka Berfikir Kondisi Awal Guru belum menggunakan media Air dan Madu Penguasaan siswa terhadap pembentukan bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ masih rendah Proses Tindakan Guru Menggunakan Media Pembelajaran Air dan Madu Siklus I Penggunaan Media Air Siklus II Penggunaan Media Madu Kondisi Akhir Diduga Dengan Melalui Penggunaan Media Air Dan Madu Dapat Mengatasi Kesulitan Pembentukan Bunyi Bahasa Pada Pembelajaran Bina Wicara Bagi Siswa Tunarungu Kelas D1 SLB-B Gemolong Tahun Pelajaran

44 44 Keterangan kerangka berfikir : bahwa pada kondisi awal dimana dalam pembelajaran guru tidak menggunakan media pembelajaran, ternyata siswa masih mengalami kesulitan dalam hal pembentukan bunyi bahasa /ng/, /k/, dan /g/, kemudian pada proses tindakan, guru mengupayakan dengan menggunakan media air pada siklus I, dan pada pelaksanaan tindakan pada siklus II dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media madu. Dengan adanya tindakan pada siklus I dan siklus II diduga dapat mengatasi kesulitan siswa pada pembentukan bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir seperti yang telah diuraikan di atas, maka dapat diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut : Dengan melalui penggunaan media air dan madu dapat mengatasi kesulitan dalam pembentukan bunyi bahasa pada pembelajaran Bina Wicara bagi siswa tunarungu kelas D1 SLB-B Gemolong tahun pelajaran

45 45 BAB III METODE PENELITIAN F. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian : Pelaksanaan penelitian ini membutuhkan waktu selama 5 (lima) bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Juni Adapun perincian urutan kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : (1) Bulan Februari 2009 untuk menyusun proposal, (2) Bulan Maret Mei 2009 untuk mengumpulkan dan menganalisis data, (3) Bulan Juni 2008 untuk penyusunan laporan. 2. Tempat Penelitian. Penulis mengambil tempat penelitian ini di SLB-B Gemolong dengan pertimbangan penulis adalah sebagai guru di sekolah ini. Dengan melaksanakan penelitian sesuai dengan tempat bertugas, penulis dapat melakukan penelitian sekaligus melaksanakan tugas sehari-hari tanpa mengganggu proses pembelajaran sesuai dengan tugas pokok penulis. Disamping itu penulis sudah mengetahui situasi dan kondisi sekolah, baik kelebihan maupun kekurangan yang ada serta permasalahan pembelajaran yang dialami. Selain hal tersebut domisili penulis yang tidak jauh dari tempat penelitian sehingga mudah dijangkau dan tidak banyak memerlukan waktu maupun biaya yang lebih banyak. 30 G. Subyek Penelitian Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah Siswa tunarungu kelas D1 SLB-B Gemolong semester II tahun pelajaran Adapun jumlah siswa kelas D1 SLB-B Gemolong sebanyak 4 siswa terdiri atas 1 siswa laki-laki dan 3 siswa perempuan yang berusia antara 7 10 tahun, Guru disamping sebagai kolaborator juga sebagai peneliti. H. Data dan Sumber Data 1. Data Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini yaitu: a. Data Kualitatif

46 46 Data kualitatif merupakan data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa, misalnya tentang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, peran aktif siswa dalam pembelajaran dan minat siswa. b. Data Kuantitatif Data kuantitatif yaitu data yang diwujudkan dalam bentuk angka, yaitu daftar nilai hasil evaluasi belajar siswa dan persentase antar siklus. Adapun pelaksanaan penelitian ini tediri atas 2 (dua) siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Nilai yang diperoleh siswa pada tiap-tiap akhir siklus dianalisa dan dibandingkan dengan hasil nilai pada siklus sebelumnya yaitu : 1. Data nilai awal siswa tentang kemampuan mengucapkan bunyi bahasa /ng/, /k/, dan /g/. 2. Data nilai hasil ulangan setelah diadakan perbaikan tiap siklus a. Siswa 2. Sumber Data Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : Siswa memberikan data mengenai hasil belajar yang dicapai dan efektifitas penggunaan media pembelajaran dalam mengatasi kesulitan belajar siswa. b. Guru lain Guru lain terutama yang mengajar Bina Wicara, ketika siswa masih berada di kelas persiapan dengan memberikan data mengenai kondisi siswa, kemampuan siswa, maupun hasil karakteristik siswa. c. Peneliti

47 47 Data diperoleh pada saat peneliti mengadakan penelitian terhadap siswa yang mengalami kesulitan dalam pembentukan bunyi bahasa. I. Tehnik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua cara yaitu teknik tes dan teknis non tes. Pengumpulan data melalui teknik tes terdiri dari dua bentuk tes yaitu lisan dan perbuatan. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan cara non tes dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya melalui wawancara dan observasi. Dalam pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini digunakan tes lisan dan perbuatan 2. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data pada evaluasi berupa tes lisan yang dilakukan dalam 2 (dua) tahap yaitu tes di akhir siklus I dan akhir siklus II karena penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 (dua) siklus. J. Validasi Data Validasi data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi waktu. Trianggulasi waktu dapat dilakukan dengan mengumpulkan data dalam waktu yang berbeda, meliputi rentangan waktu tindakan dilaksanakan dengan frekuensi yang memadai untuk menjamin bahwa efek perilaku tertentu bukan hanya suatu kebetulan. K. Analisis Data Analisis data dilakukan setelah data terkumpul, analisis data berupa nilai hasil tes belajar dengan cara mencari nilai tertinggi, nilai terendah, serta nilai reratanya. Analisis data meliputi analisis data nilai tes pada siklus I, analisis data pada nilai tes siklus II, analisis deskriptif komparatif antara hasil evaluasi pada kondisi awal dengan siklus I, kemudian antara hasil evaluasi siklus I dengan siklus II. L. Indikator Kinerja

48 48 Indikator merupakan tolok ukur kinerja penelitian yang dilakukan sebagai acuan dalam menentukan berhasil tidaknya penelitian. Yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: 1. Meningkatnya perhatian, minat dan peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran 2. Meningkatnya prestasi belajar siswa sesuai dengan KKM (60) 3. Sekurang- kurangnya 70 % siswa sudah memenuhi KKM M. Prosedur Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting). Uraian tiap siklus meliputi: (a) Perencanaan tindakan (Skenario pembelajaran), (b) Pelaksanaan tindakan (deskripsi proses pembelajaran), (c) Pelaksanaan observasi (sajian hasil analisis data), dan (d) Refleksi (kajian terhadap indikator kinerja terhadap hasil dan proses pembelajaran dan analisis kritis hasil tiap siklus). Alur berpikir dalam Penelitian Tindakan Kelas ini dapat dilihat pada diagram berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Gambar 2. Alur Kegiatan Dalam Penelitian Tindakan Kelas 1. Siklus I Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan Hasil Akhir

49 49 a. Perencanaan Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mengembangkan skenario pembelajaran Menyiapkan media pembelajaran Menyususn instrumen evaluasi pembelajaran Menyiapkan alat pengumpul data b. Tindakan Mengadakan apersepsi Menunjukkan gambar-gambar benda yang mengandung unsur bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ Siswa mengucapkan nama-nama benda yang ditunjukkan guru Memperbaikai ucapan siswa dengan cara menirukan guru didepan cermin sambil meraba organ wicara yang menghasilkan bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ secara benar Pengaktifan pangkal lidah dengan menggunakan rangsangan air Siswa diajak meraban bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ c. Pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrument yang

50 50 telah tersedia Fokus pengamatan adalah pada kegiatan siswa selama mengikuti pembelajan d. Refleksi Hasil observasi dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan Mengevaluasi hasil observasi Membandingkan hasil evaluasi belajar pada akhir siklus I dengan hasil belajar pada kondisi awal siswa, untuk membuat revisi perbaikan pada tindakan di siklus berikutnya 2. Siklus II a. Perencanaan Menyusun rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu dengan melakukan perbaikanperbaikan berdasarkan hasil temuan dari siklus I. Menyiapkan sumber belajar, alat peraga, format evaluasi, format observasi dan pedoman angket (sama dengan siklus I) b. Tindakan Mengadakan apersepsi Menunjukkan gambar-gambar benda yang

51 51 mengandung unsur bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ Pengaktifan pangkal lidah dengan menggunakan rangsangan madu Pembentukan kelompok bunyi /ng/, /k/ dan/g/ dengan menggunakan pias suku-kata / kata. c. Pengamatan Pengamatan dilakukan bersamaan dengan tindakan, dengan menggunakan instrument yang telah tersedia Fokus pengamatan adalah pada kegiatan siswa selama mengikuti pembelajan d. Refleksi Hasil observasi dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan Mengevaluasi hasil observasi Membandingkan hasil evaluasi belajar pada akhir siklus II dengan siklus I

52 52 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Kondisi Awal Sebagaimana telah diuraikan pada latar belakang bahwa keadaan kondisi awal pada penelitian ini kemampuan siswa masih rendah dalam hal mengucapkan bunyi bahasa /ng, /k/ dan /g/. Melihat kenyataan tersebut peneliti melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi siswa. Rendahnya kemampuan pengucapan bunyi bahasa tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi awal yang diperoleh siswa kelas D1 SLB-B Gemolong, dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 60. Adapun hasil evaluasi yang dilakukan adalah pada Kompetensi Dasar mengucapkan bunyi bahasa /ng/, /k/ dan /g/ pada pembelajaran Bina Wicara dengan nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 37,5 dengan perolehan nilai tertinggi 50 dan nilai terendah 20 sebagaimana terlihat pada tabel sebagai berikut Tabel 1. Nilai Hasil Belajar Pada Kondisi Awal No Siswa Nilai KKM Ket. 1 R Tidak tuntas 2 I Tidak tuntas 3 A Tidak tuntas 4 N Tidak tuntas Jumlah 150 Rata-rata 37,5 39

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau

Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN PENERAPAN PEMBELAJARAN BINA DIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SLB-C BINA TARUNA MANISRENGGO KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Disusun Oleh ; ENDARYATI X 5107522 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya

BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.

Lebih terperinci

SKRIPSI MUHDI NIM. X

SKRIPSI MUHDI NIM. X PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PIAS-PIAS KATA PADA SISWA KELAS D2 SLB-C YPAALB PRAMBANAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2008 / 2009 SKRIPSI MUHDI NIM. X5107556 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas, BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)

PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah

Lebih terperinci

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal

1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal 1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Artikulasi

Konsep Dasar Artikulasi Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA MATERI GAYA MAGNIT MELALUI ALAT PERAGA KIT IPA BAGI SISWA TUNADAKSA KELAS V SEMESTER II SLB/D YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: Sri Rahayuningsih

Lebih terperinci

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan

KOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang diciptakan ke dunia ini mempunyai keadaan fisik yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda dan tingkah laku yang berbeda-beda pula. Kesempurnaan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : UMARYANI NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI SAMBUNG MELALUI PENDEKATAN LATIHAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SIRANGKANG KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : UMARYANI NIM: X4711255 FAKULTAS

Lebih terperinci

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa

Pengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya

BAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : Etik Masfufah NIM: X.5107526 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi

Lebih terperinci

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI

STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI STUDI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUAN KOMPUTER PROGRAM MACROMEDIA FLASH UNTUK PEMBELAJARAN MATERI LARUTAN PENYANGGA SMA KELAS XI SKRIPSI Oleh: Arif Rahmad Saleh K 3303021 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN, PENGURANGAN, DAN HASIL BELAJAR TENTANG OPERASI BILANGAN BULAT MELALUI PENDEKATAN SODAKOM PADA SISWA KELAS III SDN 01 GEBYOG, MOJOGEDANG, KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh : PURWANTO K

Skripsi. Oleh : PURWANTO K UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS INTEGRAL MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK II MELALUI PEMBELAJARAN MODEL KONSTRUKTIVISME MAHASISWA PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK MESIN UNIVERSITAS SEBELAS MARET TAHUN ANGKATAN

Lebih terperinci

ANIS SILVIA

ANIS SILVIA ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Ketunarunguan a. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang berbeda-beda, kesempurnaan tidak dapat hanya dilihat dari keadaan fisiknya saja. Melainkan kita harus melihat dari

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA

PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA PENERAPAN PENDEKATAN BERMAIN LOMBA MEMINDAHKAN BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LARI CEPAT 60 METER PADA S ISWA KELAS V S D NE GERI 01 PESUCE N KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN

LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN LATIHAN-LATIHAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN PENDAHULUAN Latihan artikulasi dan latihan mengoptimalisasikan pendengaran merupakan bagian dari proses pembelajaran artikulasi yang berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB 2. Landasan Teori

BAB 2. Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user

SKRIPSI. Oleh : SUMINAH NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH MELALUI PENDEKATAN BERMAIN LOMPAT BOX DAN BAN PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 PEGUNDAN KECAMATAN PETARUKAN KABUPATEN PEMALANG SKRIPSI Oleh : SUMINAH NIM: X4711197

Lebih terperinci

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN PENGGUNAAN ALAT PERAGA MODEL BANGUN DATAR DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDLB C Hj. SOEMIYATI HIMAWAN SEMARANG

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER

PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER i PENERAPAN PEMBELAJARAN PENDEKATAN PERMAINAN LEMPAR CAKRAM DENGAN MEDIA MODEL BENDA BERDIAMETER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 GONDANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ADAPTASI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ADAPTASI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI ADAPTASI MAKHLUK HIDUP MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 SURUH KALANG KECAMATAN JATEN TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI. PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS V SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI Oleh : M A R Y U N I NIM: X.5107549 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SEMESTER II SD N 03 JATIPURWO KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari

BAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah pengiriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data bahwa siswa tunarungu kelas satu SDLB sebanyak enam orang belum mempunyai keterampilan membaca permulaan.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MEDIA ALAM SEKITAR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA TUNADAKSA KELAS III SDLB YPAC SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WARJIYAH

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI BERORGANISASI PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KAYUAPAK KECAMATAN POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU JASSI_anakku Volume 7 Nomor 1 Juni 007 hlm 101-110 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA DAN BERBICARA ANAK TUNARUNGU Tati Hernawati Jurusan PLB FIP Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tulisan ini memberikan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TEBAK KATA PADA MATA PELAJARAN IPS DI SMP N 3 SEWON SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA

PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA PENERAPAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VII A SMP NURIS Jember Pada Mata Pelajaran IPS Dengan Materi Tindakan Ekonomi Berdasarkan Motif Dan Prinsip Ekonomi Tahun

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS IV SDN GROWONG LOR 03 TAHUN 2013/2014 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Komunikasi adalah cara atau fasilitas penting yang wajib kita lakukan kapanpun,

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Komunikasi adalah cara atau fasilitas penting yang wajib kita lakukan kapanpun, MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO : Komunikasi adalah cara atau fasilitas penting yang wajib kita lakukan kapanpun, di manapun dan dengan siapapun. Terutama disaat ada masalah, ataupun untuk mencegah biar tidak

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG LUAS DUA BANGUN DATAR SEDERHANA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA REALIA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS VI SLB ABC GIRI WIYATA DARMA WONOGIRI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh : FITRI ASTUTI WAHYU UTAMI K4310029

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan IKA RIZKA ANNISA S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan IKA RIZKA ANNISA S PENGARUH PENERAPAN METODE PEER TEACHING DAN DEMONSTRASI TERHADAP KETERAMPILAN INSTALASI SOUND SYSTEM DITINJAU DARI KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMK KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DI KABUPATEN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagaian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh :

SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagaian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Disusun Oleh : PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POHON JARINGAN (NETWORK TREE) TENTANG SUMBER DAYA ALAM GUNA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 DELINGAN KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunarungu adalah anak yang mengalami gangguan 1 pada organ pendengarannya sehingga mengakibatkan ketidakmampuan mendengar, mulai dari tingkatan yang ringan sampai

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh SUTIYOSO NIM

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Oleh SUTIYOSO NIM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI KEGIATAN EKONOMI DI INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE IOC (INSIDE OUTSIDE CIRCLE) SISWA KELAS 5 SD NEGERI JOLOSEKTI SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1 UMI SUSIANI NIM. A54A100086

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1 UMI SUSIANI NIM. A54A100086 PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PENYESUAIAN DIRI MAKHLUK HIDUP TERHADAP LINGKUNGANNYA BAGI SISWA KELAS V SEMESTER I SDN 02 KARANGBANGUN KECAMATAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim NIM. K

Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim NIM. K PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PASSING BAWAH DENGAN JARAK BERTAHAP DAN JARAK TETAP TERHADAP KEMAMPUAN PASSING BAWAH PADA LPSB HARIMAU BEKONANG SUKOHARJO USIA 14-16 TAHUN 2009 Skripsi Oleh : Mahlich Ibrahim

Lebih terperinci

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas

SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas retno.hdyn@gmail.com Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA FLASHCARD PADA ANAK AUTIS KELAS I DI SLB AUTIS ALAMANDA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Skripsi Oleh : TRI RETNO HASTUTI NIM : X5212229 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS X ADMINISTRASI SMK KRISTEN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Oleh : RATIH RIANDINI PUTRI

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS III SDN AJUNG 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS III SDN AJUNG 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI. PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PADA SISWA KELAS III SDN AJUNG 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: Yuniar Rahmayanti NIM 100210204104 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Abd. Latif NIM

SKRIPSI. Oleh Abd. Latif NIM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERBASISS AUTHENTIC ASSESSMENT PADA SISWA KELAS VII G SMP NEGERI 1 JENGGAWAH SKRIPSI Oleh Abd. Latif

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PERMAINAN BEKEL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTOR DAN PERSEKUTUAN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PERMAINAN BEKEL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTOR DAN PERSEKUTUAN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PERMAINAN BEKEL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI FAKTOR DAN PERSEKUTUAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS Program Khusus : Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama Paket Keterampilan : Kekhususan SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA TUNARUNGU (SMPLB-B) DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara merupakan salah satu komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ucap manusia. Bicara berarti memproduksi suara yang sistematis dari dua aspek yaitu

Lebih terperinci

WIWIK KRISMIYATI NIM :A

WIWIK KRISMIYATI NIM :A PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 LEMAHBANG JUMAPOLO KARANGANYAR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUTINI NIM A54E090112

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar SUTINI NIM A54E090112 PENINGKATAN KEBERANIAN BERBICARA DALAM BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MEDIA GAMBAR CERITA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI SUKOLILO 05 SUKOLILO PATI TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK KELAS B TK AISYIYAH VI KALIJAMBE TAHUN AJARAN 2011 / 2012

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK KELAS B TK AISYIYAH VI KALIJAMBE TAHUN AJARAN 2011 / 2012 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PADA ANAK KELAS B TK AISYIYAH VI KALIJAMBE TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN PERMAINAN BISIK BERANTAI SISWA KELAS 2 SD NEGERI NGROMBO 1 KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN PERMAINAN BISIK BERANTAI SISWA KELAS 2 SD NEGERI NGROMBO 1 KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN PERMAINAN BISIK BERANTAI SISWA KELAS 2 SD NEGERI NGROMBO 1 KECAMATAN PLUPUH KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT AGAR PRESTASI MENINGKAT PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN KELAS X PEKSOS 2 SMK NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENGGUNAAN MEDIA BOLA DAN BALOK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP BANGUN RUANG SISWA KELAS I TUNAGRAHITA SLB NEGERI KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUDILAH NIM :X5108529 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KETERAMPILAN MEMBACA PADA SISWA KELAS VIII B MTS NEGERI KARANGANYAR SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013-2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd.

PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN. Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN ARTIKULASI DAN OPTIMALISASI FUNGSI PENDENGARAN Oleh : Dra. Tati Hernawati, M.Pd. ============================================================== Pendekatan dan Metode

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : SRI MULYANI NIM A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat. Sarjana S 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh : SRI MULYANI NIM A. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEDIA PERMAINAN MANIK-MANIK HIJAU MERAH PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BELANGWETAN TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN METODE JIG SAW PADA KELAS V SEMESTER I TENTANG PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DI SDN 01 DOPLANG, KARANGPANDAN

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN METODE JIG SAW PADA KELAS V SEMESTER I TENTANG PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DI SDN 01 DOPLANG, KARANGPANDAN UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN METODE JIG SAW PADA KELAS V SEMESTER I TENTANG PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DI SDN 01 DOPLANG, KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN TAMANAN 03 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN

DENGAN MEDIA GAMBAR DI SDN TAMANAN 03 BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KEGIATAN EKONOMI DALAM MEMANFAATKAN SUMBER DAYA ALAM MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN

PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN PENGGUNAAN ALAT PERAGA PESAWAT SEDERHANA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN I TAJI JUWIRING KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS III SD NEGERI 1 KEDUNGAN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP

BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN. Sosialisasi KTSP BIMBINGAN PADA SISWA DENGAN HAMBATAN 1 DEFINISI HEARING IMPAIRMENT (TUNARUNGU) TERKANDUNG DUA KATEGORI YAITU: DEAF (KONDISI KEHILANGAN PENDENGARAN YANG BERAT) DAN HARD OF HEARING (KEADAAN MASIH MEMILIKI

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM

SKRIPSI. Oleh Rustiamah NIM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA SISWA KELAS IIIA SD N BACIRO GONDOKUSUMAN YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI

PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN SKRIPSI PENINGKATAN PARTISIPASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MELAKSANAKAN KOMUNIKASI BISNIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA KELAS X AKUNTANSI SMK YPKK 3 SLEMAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS IV SD PURBA ADHI SUTA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

GALIH PRIAMBADA NIM K

GALIH PRIAMBADA NIM K PENGARUH PEMBELAJARAN VIDEO ANIMASI PANCA INDERA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS XII DI SLB C YPSLB SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Disusun oleh : GALIH PRIAMBADA

Lebih terperinci

Eka Hadi Setiyawan NIM

Eka Hadi Setiyawan NIM PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD MENGGUNAKAN MEDIA TULANG NAPIER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERKALIAN SISWA KELAS III SDN JEMBER LOR 02 TAHUN AJARAN 2011 / 2012 SKRIPSI Oleh : Eka Hadi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WIDHI ASTUTI K

SKRIPSI. Oleh: WIDHI ASTUTI K PENGGUNAAN MEDIA BENDA KONKRET UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERKALIAN PADA SISWA KELAS V SLB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: WIDHI ASTUTI

Lebih terperinci

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS DESAIN PENGEMBANGAN MODEL BAHAN AJAR PENDIDIKAN KHUSUS (Model Bahan Ajar Program Khusus Tunarungu SLB) Oleh: Tim Pengembang KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT KURIKULUM

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Theresia Widyastuti

SKRIPSI. Oleh : Theresia Widyastuti PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH PADA SISWA TUNA GRAHITA KELAS III SLB-C YPALB KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2008/2009 SKRIPSI Oleh : Theresia Widyastuti

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012 PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN 3T (TELAAH, TEBAK, TEPAT) KELAS IV SD N SAMBIREMBE I TAHUN AJARAN 2011/2012 Skipsi Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS III SDN 1 KROBOKAN JUWANGI BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: Antonius Hari Suharto X7109126 FAKULTAS

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh ELOK FAIQOH

SKRIPSI. Oleh ELOK FAIQOH PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS: MELENGKAPI CERITA RUMPANG DENGAN BANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS IV SDN MLOKOREJO 03 KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011-2012 SKRIPSI diajukan guna

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN IBL

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN IBL PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN IBL (INQUIRY BASED LEARNING) PADA SISWA KELAS IV SD N TANGKIL 03 SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Disusun Sebagai Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU ANGKA DAN GAMBAR SISWA KELAS PERSIAPAN TUNARUNGU WICARA SLBN KENDAL TAHUN 2009 / 2010 SKRIPSI Oleh SUHARDIYANA NIM : X5108532 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh

SKRIPSI. Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh SKRIPSI UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5 FASE PADA MATA PELAJARAN LISTRIK OTOMOTIF Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK MENENDANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK MENENDANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GERAK MENENDANG DAN MENGONTROL BOLA MELALUI ALAT BANTU BOLA PLASTIK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KUNDISARI KECAMATAN KEDU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 SKRIPSI

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA PADA SOAL CERITA DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA PADA SOAL CERITA DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH MODEL POLYA PADA SOAL CERITA DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN FAKTORISASI SUKU ALJABAR SISWA KELAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN LANGIT MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN LANGIT MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN LANGIT MELALUI MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 2 BRABO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai. derajat Sarjana S-1 Program Studi. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. PENERAPAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS 1 SD NEGERI 2 DIBAL KEC. NGEMPLAK KAB. BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MELALUI METODE JOURNALIST S QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I DELANGGU TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 SELOKATON KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci