SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA. Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas
|
|
- Leony Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SUBTITUSI KONSONAN PADA PENDERITA DISARTRIA FON PENDAHULUAN Retno Handayani Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdiknas Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi terasa mudah karena pada dasarnya manusia sudah memiliki bahasa sejak lahir. Namun, sebenarnya menggunakan bahasa membutuhkan beberapa kemampuan yang saling berkaitan, termasuk menghasilkan bunyi bahasa. Bunyi bahasa merupakan unsur bahasa yang paling kecil yang diproduksi manusia untuk mengungkapkan sesuatu. Bunyi-bunyi bahasa tersebut akan membentuk suatu kata yang bermakna untuk menginformasikan sesuatu dalam peristiwa komunikasi. Dalam menghasilkan bunyi bahasa dibutuhkan alat ucap pembicara yang berfungsi dengan baik sehingga terjalin komunikasi yang baik pula. Dalam komunikasi verbal, seseorang melakukan sederetan fungsi, yaitu simbolisasi, respirasi yang diperlukan untuk tenaga berbicara, resonansi untuk menghasilkan nada tertentu, fonasi untuk membunyikan suara, artikulasi untuk menghasilkan vokal dan konsonan, lafal yang menghasilkan bunyi bahasa, prosodi yang membentuk lagu kalimat serta yang penting lainnya adalah kemampuan komunikasi (Yunus, 1999). Kemampuan komunikasi itu salah satunya adalah kemampuan bicara. Bicara adalah sebuah sistem komunikasi yang dipakai untuk mengungkap dan mengerti proses berpikir yang mempergunakan simbol akustik. Sistem tersebut dihasilkan oleh getaran atau vibrasi dari pita suara dalam laring (fonasi), yang disebabkan oleh adanya aliran udara (respirasi) dan memberikan hasil akhir dalam bentuk gerakan bibir, lidah, dan pallatum atau artikulasi (Kusumoputro, 1992). Apabila salah satu sistem tersebut terganggu maka akan terjadi gangguan dalam komunikasi. Seseorang dapat terganggu bicaranya saja atau juga bahasanya saja tergantung pada letak kerusakan sarafsaraf otak. Gangguan bicara biasa dikenal dengan istilah disartria. Penderita disartria bisa mengalami gangguan artikulasi, fonasi, dan fluensi. Umumnya, penderita disartria mengalami kesulitan dalam menggerakkan artikulator yang berperan penting dalam penghasilan bunyi bahasa. Dalam penghasilan bunyi bahasa secara jelas diperlukan cara dan tempat artikulasi yang tepat. Ketidaktepatan cara atau tempat mengartikulasikan suatu bunyi bahasa dapat menghasilkan bunyi yang berbeda dengan bunyi yang ingin dilafalkan. Gangguan artikulasi yang dialami penderita disartria berpengaruh pada pelafalan bunyi bahasa. Gangguan ini akan menyebabkan pengucapan bunyi bahasa menjadi tidak jelas. Penderita disartria pada umumnya sulit menggerakkan alat-alat bicara sehingga pembentukan konsonan menjadi tidak tepat. Inilah yang menjadi dasar penentuan konsonan sebagai fokus penelitian untuk mengetahui bagaimana pola pelafalan konsonan pada penderita disartria, yaitu konsonan apa yang digantikan dengan konsonan lain. PEMBAHASAN Disartria disebut sebagai gangguan yang disebabkan oleh kelainan saraf dan organ lain yang mengatur fungsi berbicara. Sebagai suatu kelainan bicara, disartria terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, spastisitas, atau gangguan koordinasi otot-otot organ bicara sehubungan dengan adanya kerusakan atau lesi pada susunan saraf pusat atau perifer. Kerusakan atau lesi pada susunan saraf baik pusat maupun perifer yang mengatur pergerakan dan koordinasi organ artikulasi menyebabkan terjadinya gangguan pergerakan organ bicara. Gangguan pergerakan organ bicara ini akan mempengaruhi kemampuan pernapasan, fonasi, dan terutama kemampuan artikulasi dan resonansi (Setyono, 1998). Menurut Soenjono Dardjowidjojo, disartria adalah gangguan yang berupa lafal yang tidak jelas, tetapi ujarannya utuh. Gangguan seperti ini terjadi karena bagian yang rusak pada otak hanyalah korteks motor saja sehingga mungkin hanya lidah, bibir, atau rahangnya saja yang berubah. Disartria menurut Reni Dharmapewira, adalah gangguan bicara yang diakibatkan cedera neuromuskuler. Gangguan bicara ini diakibatkan luka pada sistem saraf, yang pada gilirannya mempengaruhi bekerja baiknya satu atau beberapa otot yang diperlukan untuk berbicara. Selain itu, masih adanya refleks menelan dan menggigit pada penderita disartria memperlihatkan kurangnya kemampuan dalam mengikuti gerakan mulut, bibir, dan lidah. Penyebab utama disartria adalah cerebral palsy yang mempengaruhi adanya refleks menutup glottis yang menetap, sehingga pembukaan dan penutupan glottis tidak terkendali. Kelumpuhan saraf pada disartria terjadi pada lima saraf otak, yaitu N.5 (nervus trigeminus), N.7 (nervus fasialis), N.9 (nervus gloso-faringus), N.10 (nervus vagus), dan N.12 (nervus hipoglosus) (Dharmaperwira, 1996). 315
2 Orang yang tidak dapat menggerakkan lidahnya dengan baik akan berpengaruh pada artikulasinya. Ketidakmampuan ini mengakibatkan kemampuan seseorang dalam memproduksi bahasa secara oral menjadi tidak jelas sehingga pengucapan sejumlah konsonan menjadi tidak sempurna. Artikulasi merupakan proses pembentukan gelombang udara untuk menghasilkan bunyi-bunyi tertentu yang berarti. Terjadinya bunyi-bunyi bahasa ditentukan oleh alat-alat bicara baik secara langsung maupun tidak langsung. Konsonan adalah bunyi bahasa yang diproduksi dengan atau tanpa fonasi, dengan aliran udara daerah glotis dimodifikasi melalui hambatan, halangan otot-otot organ artikulasi di daerah onofaring (Setyono, 1998). Kontraksi otot-otot organ artikulasi tersebut akan mengubah, memperlambat, menghentikan, atau meletupkan udara yang mengalir dari daerah glottis dalam produksi bunyi bahasa. Proses pembentukan bunyi bahasa dimulai dengan memanfaatkan arus udara dalam pernapasan sebagai sumber tenaganya, alat ucap yang bergerak atau artikulator, dan tempat tumpuan artikulator atau titik artikulator. Artikulator dibedakan menjadi dua macam, artikulator aktif dan artikulator pasif. Artikulator aktif adalah alat ucap yang aktif bergerak membentuk hambatan aliran udara, sedangkan artikulator pasif adalah alat ucap yang diam, tidak aktif bergerak yang berfungsi sebagai daerah artikulasi, yaitu lokasi tempat artikulator aktif menghambat udara. Yang termasuk artikulator aktif adalah, bibir bawah dan lidah. Yang termasuk artikulator pasif adalah bibir atas, gigi atas, gusi, langit-langit keras dan langit-langit lunak. Bunyi bahasa yang dihasilkan tanpa adanya hambatan arus udara dalam saluran suara dinamakan bunyi vokal, sedangkan bunyi bahasa yang dihasilkan karena adanya hambatan terhadap arus udara dinamakan bunyi konsonan. Sesuai dengan artikulasinya, konsonan dalam bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan tiga faktor : (1) keadaan pita suara, (2) daerah artikulasi, dan (3) cara artikulasinya (Alwi, 2003). Apabila ketiga kriteria pembentukan konsonan tersebut tidak tepat maka akan muncul kesalahan pelafalan konsonan. Kesalahan pelafalan konsonan merupakan realisasi dari gangguan berbahasa dan berbicara. Sebagai salah satu gangguan, kesalahan pelafalan konsonan konsonan dapat dikatakan sebagai ketidaksempurnaan dalam pelafalan bunyi konsonan. Kesalahan pada cara artikulasi dan daerah artikulasi menyebabkan penderita melakukan penggantian (substitusi) pada bunyi-bunyi bahasa khususnya bunyi konsonan. Denah Konsonan Bilabial dental alveolar palatal velar Labiodental Palatoalveolar Labiovelar uvular glottal Stop p b t d c j k g q? Nasal m M ŋ N Fricative P B f v θ ð x y x+ y+ Sibilant s z S C Affricate J Lateral l Y L Flap Trill r R approximant glide w h METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan tujuan mendeskripsikan pola kesalahan pelafalan konsonan pada ujaran penderita disartria. Fokus penelitian ini adalah konsonan pada kata yang dilafalkan penderita. Objek penelitian adalah tiga dari enam penderita disartria berusia dewasa. Dari tiga responden, peneliti mengambil data berupa ujaran responden dan melakukan TEDYVA pada responden. Pengambilan data dilakukan dengan (1) wawancara, yaitu menanyakan kesiapan responden untuk diambil gambar dan suaranya, (2) rekaman, yaitu pengambilan gambar dan suara responden yang kemudian akan ditranskipsikan, dan (3) mencatat melalui pengamatan ketika terapi responden berlangsung sehingga dapat terlihat proses produksi pelafalan konsonan. Data yang diperoleh kemudian di analisis berdasarkan teori fonologi. HASIL PENELITIAN 316
3 Pola-pola substitusi konsonan ditandai oleh adanya penggantian bunyi konsonan yang dilafalkan responden. Konsonan yang tergantikan ditemukan secara acak. Sehingga tidak seluruh konsonan dapat diketahui substitusi bunyinya. Menurut rancangan, subyek penelitian ini sebanyak 6 responden. Namun, karena kondisi pasien dan kehadiran yang tidak pasti, yang ditemukan hanya 3 responden. Data berikut disajikan berdasarkan data ketiga responden beserta analisis subtitusi konsonan pada saat melafalkan kata-kata. Konsonan tunggal foto = [poto] (R1) substitusi konsonan /f/ menjadi konsonan /p/ Kata foto diucapkan [poto]. Konsonan labiodental frikatif tak bersuara /f/ disubstitusikan menjadi konsonan bilabial hambat tak bersuara /p/. Kata lain yang sama dalam substitusi ini adalah Feni [peni], hafal [hapal] (R2), fa [pa] (R3), dan manfaat [manpaat] (R2). ra = [la] (R1) substitusi konsonan /r/ menjadi konsonan /l/ Satu silabe ra diucapkan [la]. Konsonan getar alveolar bersuara /r/ disubstitusikan menjadi /l/ konsonan lateral bersuara. sakit = [takit] (R1) substitusi konsonan /s/ menjadi konsonan /t/ Kata sakit diucapkan [takit]. Konsonan apiko alveolar tak bersuara /s/ digantikan menjadi konsonan apikodental hambat tak bersuara /t/. Substitusi ini juga terjadi pada beberapa kata lain, yaitu: suka [tuka], sekali [tekali], saja [taja], sama [tama], dan Solo [tolo]. Devi = [depi] (R1) substitusi konsonan /v/ menjadi konsonan /p/ Kata Devi diucapkan [depi] konsonan labiodental frikatif bersuara /v/ mengalami subtitusi menjadi konsonan bilabial hambat tak bersuara /p/. kerja = [kerja] (R2) substitusi konsonan /j/ menjadi konsonan /J/ Kata kerja diucapkan [kerja]. Ini dipengaruhi oleh refleks menggigit yang sering dilakukan penderita disartria. Konsonan lamino palatal hambat bersuara /j/ disubstitusikan menjadi konsonan afrikat palatal-alveolar /J/. riwayatmu = [riwayatgu] (R1) substitusi konsonan /m/ menjadi konsonan /g/ Kata riwayatmu diucapkan [riwayatgu]. Konsonan nasal bilabial bersuara /m/ terjadi penggantian konsonan menjadi konsonan hambat dorsovelar bersuara /g/. Juwariyah = [duwariyah] (R2) substitusi konsonan /j/ menjadi konsonan /d/ Kata juwariyah diucapkan [duwariyah]. Konsonan afrikat palatal bersuara /j/ terjadi penggantian konsonan menjadi konsonan hambat dental alveolar bersuara /d/. bojong = [bod&ong] (R2) substitusi konsonan /j/ menjadi konsonan /d/ dan /&/ Kata bojong diucapkan [bod&ong]. Konsonan afrikat palatal bersuara /j/ tergantikan dengan konsonan hambat dental alveolar bersuara /d/ disertai /&/. Deret Konsonan abjad = [ampisat] (R2) Bunyi konsonan bilabial /b/ dan /j/ yang berdekatan pada abjad mempengaruhi munculnya bunyi nasal bilabial /m/ dan hambat bilabial /p/ karena adanya aktivitas bibir atas dan bibir bawah yang tidak tepat saat pengucapannya. Konsonan /s/ muncul sebagai bunyi yang menggantikan konsonan /j/ akibat dari adanya aktivitas antara ujung lidah dan langit-langit keras, sedangkan yang seharusnya adalah aktivitas antara daun lidah dan gusi dalam. Konsonan /d/ disubtitusikan menjadi /t/ karena kedua bunyi ini dihasilkan dari adanya aktivitas antara ujung lidah dan gusi atas. jadwal = [jatpwal] (R2) Deret konsonan /d/ dan /w/ pada jadwal mempengaruhi munculnya konsonan bilabial /p/. Konsonan /d/ menjadi konsonan /t/ terjadi akibat adanya aktivitas antara ujung lidah dan gusi atas, sedangkan konsonan /w/ terjadi akibat adanya aktivitas antara bibir bawah dan gigi atas sehingga /p/ muncul sebagai konsonan baru yang memisahkan bunyi /d/ dan /w/. program = [rokpram] (R2) Konsonan hambat velar bersuara /g/ terjadi penggantian konsonan menjadi konsonan hambat velar tak bersuara /k/. Bunyi bilabial /p/ di awal kata hilang. Namun, muncul ditengah kata antara konsonan /g/ dan /r/ yang berdekatan. Dari deskripsi data di atas, dapat dibuat rekapitulasi pola subtitusi konsonan pada tiap responden sebagai berikut : Pola Subtitusi Konsonan Penderita Disartria Konsonan Konsonan yang R1 R2 R3 Awal dilafalkan /f/ /p/ 317
4 /r/ /l/ /v/ /p/ /j/ /d/ /j/ /d&/ /j/ /s/ /m/ /g/ /s/ /t/ /d/ /t/ /g/ /k/ R1 : Responden I R2 : Responden II R3 : Responden III Dari tabel tersebut dapat diperoleh informasi pola substitusi konsonan pada setiap responden berbeda. Namun dari ketiganya diketahui substitusi yang terjadi terdapat pada beberapa konsonan antara lain : /f/, /r/, /v/, /m/, /s/, /j/, /d/, dan /g/. Konsonan-konsonan yang disubtitusikan adalah konsonan yang dibentuk dengan artikulator aktif. Ini memperlihatkan bahwa penderita disartria tidak mampu menggerakkan artikulator aktif karena terdapat lesi atau kerusakan pada saraf yang berfungsi mengatur gerak artikulator tersebut. Dari ketiga responden, konsonan yang sama mengalami subtitusi adalah konsonan /f/ menjadi konsonan /p/. Selain substitusi konsonan tunggal, deret konsonan juga mempengaruhi terjadinya perubahan bunyi karena ketidakmampuan koordinasi artikulator pada responden kedua. Responden pertama lebih banyak melakukan substitusi pada konsonan /s/ yang diganti menjadi konsonan /t/. Kecenderungan penggantian konsonan /s/ menjadi /t/ terjadi karena responden tidak mampu menggerakkan lidahnya hingga ke langit-langit, sehingga bunyi /s/ yang terjadi karena adanya aktivitas antara daun lidah dan gusi dalam tidak terbentuk. Responden kedua lebih banyak melakukan substitusi pada konsonan /j/ yang diganti menjadi /d/, /j/ menjadi /s/, dan /j/ menjadi /d&/. Konsonan /j/ menjadi /d/ disebabkan karena adanya aktivitas daun lidah dengan langit-langit keras yang menghasilkan konsonan /j/ berubah menjadi aktivitas ujung lidah dengan langit-langit keras yang menghasilkan konsonan /d/. Konsonan /j/ menjadi /s/ disebabkan karena adanya aktivitas daun lidah dengan langit-langit keras berubah menjadi aktivitas aktivitas antara daun lidah dan gusi dalam. Pada responden ketiga tidak banyak data yang ditemukan karena kondisi pasien yang mudah lelah dan lemas. PENUTUP Berdasarkan data di atas diketahui bahwa setiap responden memiliki pola substitusi konsonan yang berbeda. Penggantian terjadi karena penderita tidak mampu melafalkan konsonan yang seharusnya dilafalkan. Konsonan yang menggantikan adalah konsonan yang cara dan daerah artikulasinya tidak jauh dari cara dan daerah artikulasi konsonan yang seharusnya dilafalkan. Dalam pelafalan konsonan, kerja alat artikulasi sangat mempengaruhi jelas atau tidaknya suatu bunyi konsonan. Alat artikulasi atau artikulator yang dapat berfungsi dengan baik akan menghasilkan bunyi konsonan dengan jelas. Pengucapan bunyi konsonan dengan jelas dapat diwujudkan dengan melatih artikulator-artikulator yang berperan aktif dalam pembentukan bunyi konsonan tersebut. Masalah gangguan bicara tidak hanya terjadi pada salah satu komponen komunikasi saja tetapi juga terdapat gangguan bicara lain yang mempengaruhi kemampuan berbahasa dan berbicara seseorang. Dalam kasus disartria, selain ciri kelainan bicara pada pembentukan konsonan yang tidak tepat terdapat juga ciri lain yang mempengaruhi produksi ujaran yaitu, respirasi, fonasi, resonansi, atau prosodi. Penderita disartria pada umumnya memiliki ciri-ciri kelainan bicara antara lain: bicara yang lemas, tekanan berkurang atau berlebihan, suara serak, monotoni, dan refleks sering menggigit atau menelan. Selain itu, ketidaktepatan pelafalan konsonan dipengaruhi oleh saraf bicara apa yang mengalami kerusakan sehingga membuat gerakan koordinasi antara artikulator tidak berfungsi dengan baik. 318
5 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka. Crowley, Terry An Introduction to Historical Linguistic: Third Edition. New Zealand: Oxford University Press Dardjowidjojo, Soenjono Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Dharmaperwira, Reni Disartria-Apraksia Verbal dan TEDYVA. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kushartanti, dkk Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kusumoputro, Sidiarta Afasia: Gangguan Berbahasa. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Lazuardi, Samuel Perkembangan Otak Anak Sesuai dengan Kemampuan Berbahasanya dalam Jurnal PELLBA 4: Linguistik Neurologi, Cetakan Pertama, Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya: Keempat Kanisius, halaman Setyono, Bambang Terapi Wicara Untuk Praktisi Pendidikan dan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sidharta, Priguna Tata Pemeriksaan Klinis dalam Neurologi. Jakarta: Pustaka Universitas. Yunus, Syafrudin Anatomi dan Sindromologi Afasia dalam Neurona, Volume 16. No
1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi a. Komponen subglotal b. Komponen laring c. Komponen supraglotal
1. Menjelaskan Alat Ucap Manusia Dalam Proses Pembentukan Bunyi Alat ucap dan alat bicara yang dibicarakan dalam proses memproduksi bunyi bahasa dapat dibagi atas tiga komponen, yaitu : a. Komponen subglotal
Lebih terperinciPengantar. Aspek Fisiologis Bahasa. Aspek Fisik Bahasa 13/10/2014. Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober Aspek Fisiologis Bahasa
Pengantar Aspek Fisiologis Bahasa Pengantar Linguistik Umum 01 Oktober 2014 Aspek Fisiologis Bahasa WUJUD FISIK BAHASA Ciri2 fisik bahasa yg dilisankan Aspek Fisik Bahasa Bgmn bunyi bahasa itu dihasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ana Roviana Purnamasari, 2015 Kajian Linguistik klinis pada penderita Bells s Palsy
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi (Chaer, 2002:30). Bahasa merupakan alat terpenting dalam berkomunikasi antar manusia. Pada hakikatnya manusia
Lebih terperinciANIS SILVIA
ANIS SILVIA 1402408133 4. TATANAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita nmendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtutan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang-kadang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN. celah di antara kedua sisi kanan dan kiri dari bibir. Kadang kala malah lebih luas,
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Labioshizchis atau lebih dikenal dengan bibir sumbing ini merupakan kelainan bawaan yang timbul saat pembentukan janin yang menyebabkan adanya celah di antara kedua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan pesan, pendapat, maksud, tujuan dan sebagainya. Komunikasi yang
Lebih terperinciPENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN)
1 Syamsudduha 2 Mahmudah / Penggunaan Segmental Melalui Penerapan Teknik 515 PENGGUNAAN BUNYI SEGMENTAL MELALUI PENERAPAN TEKNIK SHOW NOT TELL (MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHUKAN) 1 Syamsudduha 2 Mahmudah
Lebih terperinciBAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya
BAB II FONETIK 1. Bunyi Bahasa dan Terjadinya Manusia dalam hidupnya selalu berkomumkasi dengan manusia yang lain lewat bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dengan pendengar berupa bunyi-bunyi.
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
153 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil analisis yang peneliti lakukan terhadap perubahan fonem pelafalan lirik lagu berbahasa Indonesia dengan menggunakan karakter suara scream dan growl
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1), dalam
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Teori Fonetik dan Fonologi Fonetik dan fonologi sangat berkaitan dan keduanya berhubungan dengan satuan terkecil dari bahasa, yaitu bunyi. Menurut Okumura dalam Tjandra (2004:1),
Lebih terperinciBAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
NAMA : TAUFIQ SHOFYAN HADI NIM : 1402408291 BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI Kalau kita mendengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, maka akan kita dengar runtunan bunyi bahasa
Lebih terperinci2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,
Lebih terperinciBAB 4 4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI
4. TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI BAB 4 Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa. Fonologi terbentuk dari kata fon = bunyi dan logi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini, dipaparkan mengenai pendahuluan penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan
Lebih terperinciNama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi
Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : 1402408261 4. Tataran Linguistik (1) : fonologi Ketika kita mendengar orang berbicara, tentang berpidato atau bercakapcakap, maka kita akan runtunan bunyi bahasa yang berubah-ubah.
Lebih terperinciOleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp / Telp. (0274) atau
Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575 Telp. (0274) 882481 Email: hermanuny@yahoo.com atau hermansp@uny.ac.id 1 ORGAN ARTIKULASI Bibir atas (labium superior) Bibir bawah (labium imperior)
Lebih terperinciTUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI)
TUTURAN PADA ANAK PENYANDANG TUNAGRAHITA TARAF RINGAN, SEDANG, DAN BERAT (KAJIAN FONOLOGI) Debby Yuwanita Anggraeni Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI peacoy@gmail.com Abstrak Penelitian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pembahasan dalam bab V terbagi menjadi dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dan saran berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV sebelumnya. 5.1 Simpulan Tujuan utama penelitian
Lebih terperinciHarimurti Kridalaksana FONETIK. Definisi dari Para Linguis 21/03/2014. Kamus Linguistik. Fonologi Jepang
FONETIK Pengantar Linguistik Jepang Fonetik 10 Maret 2014 DEFINISI Definisi dari Para Linguis Harimurti Kridalaksana Kamus Linguistik Sheddy N. Tjandra Fonologi Jepang Harimurti Kridalaksana 1. Ilmu yang
Lebih terperinciKonsep Dasar Artikulasi
Mata Kuliah Artikulasi dan Optimalisasi Pendengaran Konsep Dasar Artikulasi Pengertian artikulasi berasal dari kata articulation yang artinya adalah pengucapan, maksudnya pengucapan lambang bunyi bahasa
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK FONOLOGI
Nama : Nugraheni Widyapangesti NIM : 1402408207 TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI Runtutan bunyi dalam bahasa ini dapat dianalisis atau disegmentasikan berdasarkan tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengucapan adalah ekspresi suara dan verbal dari bahasa yang sesuai dengan lingkungan pembicara dan pendengar (Finn, 2003). Cameron dan Widmer (2008) menyatakan
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori
BAB 2 Landasan Teori Pada Bab 2 ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang akan penulis pakai dalam menganalisa data pada Bab 4. Teori-teori ini adalah teori fonologi, teori fonetik dan teori fonem.
Lebih terperincioleh otak dalam proses berbahasa. Hingga bahasa memiliki ciri di antaranya yaitu terdapat bunyi dan makna. Bahasa memiliki makna apabila lambang-lamba
GANGGUAN FONOLOGI KELUARAN WICARA PADA PENDERITA AFASIA BROCA DAN AFASIA WERNICKE: SUATU KAJIAN NEUROLINGUISTIK Nur Arief Sanjaya Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bunyi-bunyi konsonan
Lebih terperinciKOMPETENSI LULUSAN. Berkomunikasi tertulis. Berfikir Analitis. Bekerja dalam Tim. Berfikir Logis. Bekerja Mandiri. Berkomunikasi Lisan
KOMPETENSI LULUSAN Berkomunikasi tertulis Berfikir Analitis Bekerja dalam Tim Ilmu Pengetahuan Teknologi Bekerja Mandiri Berfikir Logis Berkomunikasi Lisan Oleh: Hermanto SP, M.Pd. Hp 08121575726/ 0274-7817575
Lebih terperinciBAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM
BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM A. PENGANTAR Fonologi adalah ilmu yang mempelajari bunyi bahasa. Fonologi secara Etimologi berasal dari kata fon, yang artinya bunyi dan logi yang berarti ilmu. Fonologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Keraf (1997:1) bahasa merupakan alat komunikasi anggota masyarakat berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Kemampuan bicara merupakan salah satu peran rongga mulut disamping mengunyah sebagai parameter dalam menentukan perkembangan anak. Bicara merupakan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara sebagai suatu symbol linguistic merupakan ekspresi verbal dari bahasa yang digunakan individu dalam berkomunikasi. Komunikasi adalah pengiriman dan
Lebih terperinciLAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )
LAPORAN BACA OLEH: Asep Saepulloh (180210110037) Hikmat Hamzah Syahwali (180210110035) Suherlan (180210110036) Identitas Buku Judul : Linguistik Umum (Bagian 4 TATARAN LINGUISTIK [1]: FONOLOGI halaman
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia. Please purchase 'e-pdf Converter and Creator' on to remove this message.
13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan yang telah diungkapkan dalam bab sebelumya, penulis akan menggunakan berbagai teori dalam bab ini. Teori yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Afasia broca adalah gangguan pengutaraan atau gangguan produksi berbahasa yang ada hubungannya dengan komunikasi. Gangguan berbahasa ini terjadi, umumnya pada orang
Lebih terperinciHakikat Fonologi. Modul 1 PENDAHULUAN
D PENDAHULUAN Modul 1 Hakikat Fonologi Achmad H.P. Krisanjaya alam modul linguistik umum, Anda telah mempelajari bahwa objek yang dikaji oleh linguistik umum adalah bahasa. Bidang-bidang kajian dalam linguistik
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam penelitian ini ada lima tesis yang digunakan untuk mendukung topik yang sedang dibahas agar dapat membantu melengkapi
Lebih terperinciPRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI
PRODUKSI FONOLOGIS ANAK DOWN SYNDROME USIA 10 12 TAHUN BERDASARKAN TINGKAT KECERDASAN DAN MASA TERAPI Elva Febriana Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia-Daerah Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciPendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM
Nota Kuliah BBM3202 Pendahuluan Fitur Distingtif (ciri pembeza) ialah unit terkecil nahu yang membezakan makna. Cth: Pasangan minimal [pagi] dan [bagi] yang dibezakan maknanya pada fitur tak bersuara [p]
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Ciri akustik penutur asli BK dan penutur asli BI, serta perbedaan ciri akustik pada penutur asli BK dan penutur asli BK adalah sebagai berikut. 1. Nada tertinggi penutur
Lebih terperinciPENYISIPAN [ə] OLEH ANAK USIA 5 S.D. 6 TAHUN DALAM PENGUCAPAN KONSONAN RANGKAP PADA AWAL KATA (KAJIAN ANALISIS FONETIS)
PENYISIPAN [ə] OLEH ANAK USIA 5 S.D. 6 TAHUN DALAM PENGUCAPAN KONSONAN RANGKAP PADA AWAL KATA (KAJIAN ANALISIS FONETIS) Oleh Iwan Darmawan Sutarsa ABSTRAK Belum sempurnanya perkembangan anak, baik secara
Lebih terperinciBUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA
BUKU RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) DAN BAHAN AJAR FONOLOGI BAHASA NUSANTARA 1. Nama Mata kuliah : Fonologi Bahasa Nusantara 2. Kode/SKS : BDN 120 1/2 SKS 3. Prasyarat : Pengantar
Lebih terperinciLampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang
Lampiran 1 Meningkatkan Refleks Menelan melalui Latihan Vokal pada klien Stroke Non Hemoragik a. Latar belakang Masalah yang sering muncul pada pasien stroke yaitu menurunnya kemampuan bicara dan ekspresi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab III ini menjelaskan prosedur untuk menjawab pertanyaan yang ada dalam penelitian. Pemaparan pada bab ini dimulai dengan permasalahan penelitian, metode penelitian, sumber
Lebih terperinciCADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS
1 CADEL PADA ANAK: STRATEGI FONOLOGIS Tadkiroatun Musfiroh Sejak terjadi perang pandangan antara kaum nativis yang diwakili oleh Chomsky dan kaum behavioris yang diwakili oleh B.F. Skinner pada tahun 1957,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006:118). Variabel penelitian merupakan suatu atribut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara merupakan salah satu komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan alat ucap manusia. Bicara berarti memproduksi suara yang sistematis dari dua aspek yaitu
Lebih terperinciDr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA
Dr. Jauharoti Alfin, M. Si Zudan Rosyidi, MA i KATA PENGANTAR DARI REKTOR Merujuk pada PP 55 tahun 2007 dan Kepmendiknas No 16 tahun 2007, Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA
PENGEMBANGAN ALGORITMA SOUNDEX PADA SPELL CHECKER BAHASA INDONESIA Ika Purwanti Ningrum 1, Muh. Yamin 2, Samsul 3 (1) Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, UHO, (Contact : 081328806820, ika.purwanti.n@gmail.com)
Lebih terperinciDisusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.
Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : 1402408022 Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd. PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Lebih terperinciCHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY
CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY Faculty of Humanities English Department Program Strata 1 THE DIFFICULTY OF PRONOUNCING ENGLISH FRICATIVES BY SPEAKERS OF INDO-EUROPEAN LANGUAGE Cristine Natalia
Lebih terperinciGANGGUAN BERBICARA. pesan dari penutur kepada pendengar. Kompetensi kebahasaan yang berada
GANGGUAN BERBICARA Bahasa sebagai instrument komunikasi berperan dalam menyampaikan pesan dari penutur kepada pendengar. Kompetensi kebahasaan yang berada pada tataran mental kemudian diartikulasikan melalui
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Malo, dkk. (1985:47) konsep-konsep yang dipakai dalam ilmu sosial walaupun istilahnya sama dengan yang digunakan sehari-hari, namun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunarungu seringkali memiliki kebiasaan-kebiasaan yang salah saat berbicara terutama ketika melafalkan kata-kata. Kondisi tersebut merupakan dampak dari
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA. Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip
ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Riris Tiani Fakultas Ilmu Budaya Undip tiani.riris@gmail.com Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Indonesia dapat diketahui struktur fonologi, morfologi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaiannya,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Mandarin sangat penting ketepatan pelafalan vokal dan konsonan. Hal ini disebabkan untuk menghindari kesalahan dalam komunikasi
Lebih terperinciNama : MAOIDATUL DWI K NIM : BAB 4 FONOLOGI
Nama : MAOIDATUL DWI K NIM : 1402408303 BAB 4 FONOLOGI Fonologi adalah bidang linguistik yang mempelajari tentang runtutan bunyibunyi bahasa. Fonologi dibedakan menjadi dua berdasarkan objek studinya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi ujaran adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia baik berupa huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya mengalami stroke (Afasia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. berkomunikasi lisan dalam lingkungan. Gangguan wicara atau tuna wicara adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuna wicara adalah suatu kelainan baik dalam pengucapan (artikulasi) bahasa maupun suara dari bicara normal, sehingga menimbulkan kesulitan dalam berkomunikasi
Lebih terperinciBAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI
BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya.pada bidang linguistic yang mempelajari, menganalisis,dan membicarakan
Lebih terperinciKEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA
KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI DAN FUNGSINYA PETUNJUK KEDUDUKAN ALAT- ALAT ARTIKULASI 1. Bibir atas 2. Bibir bawah 3. Gigi atas 4. Gigi bawah 5. Gusi 6. Lelangit keras 7. Lelangit lembut 8. Anak tekak
Lebih terperinciBBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA
BBM 2: CARA MEMBENTUK FONEM BAHASA INDONESIA Iyos A. Rosmana PENDAHULUAN Bahan Belajar Mandiri (BBM) 2 ini membahas cara membentuk fonem bahasa Indonesia. Tujuan penulisan BBM ini agar Anda dapat mengetahui
Lebih terperinciAnalisis Pedigree Cadel (Studi Kasus Beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan)
Jurnal Sainsmat, September 2012, Halaman 156-166 Vol. I, No. 2 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Analisis Pedigree Cadel (Studi Kasus Beberapa Kabupaten di Sulawesi Selatan) Pedigree
Lebih terperinciMODEL TERAPI LINGUISTIK UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PENDERITA DISATRIA
MODEL TERAPI LINGUISTIK UNTUK PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA PENDERITA DISATRIA Gusdi Sastra gusdisastra@yahoo.com Universitas Andalas Padang PENDAHULUAN Dalam penggunaaan bahasa verbal, setiap manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teori 1. Konsep Dasar Ketunarunguan a. Pengertian Anak Tunarungu Istilah tunarungu diambil dari kata Tuna dan Rungu. Tuna artinya kurang
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Analisis Kontrastis Bahasa Jawa Dengan Bahasa Indonesia Riris Tiani
HUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN 1412-9418 ANALISIS KONTRASTIS BAHASA JAWA DENGAN BAHASA INDONESIA Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Undip ABSTRACT Dari pemaparan dalam bagian pembahasan di atas, dapat disimpulkan
Lebih terperinciFONOLOGI MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M.
FONOLOGI MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : DR. Prana Dwija Iswara, S. Pd. M. Pd oleh: Konsentrasi Bahasa Indonesia Semester 7 Kelompok
Lebih terperinciKONSEP DAN KOMPONEN. Oleh: Pujaningsih
KONSEP DAN KOMPONEN Oleh: Pujaningsih (puja@uny.ac.id) Target : Pada bahasan ini Mahasiswa akan dapat menjelaskan: 1. Konsep dasar bahasa 2. Komponen bahasa Definisi Wicara : ekspresi bahasa dengan suara.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. mengandung arti kata bunyi, yaitu : lafz, jahr dan saut sepadan dengan noise
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2007 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara. Ada anak yang perkembangan berbicaranya lebih cepat dan ada juga yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum kita bisa melihat bahwa kemampuan berbicara (communicative competence) seorang anak dengan anak yang lain berbeda-beda. Ada anak yang perkembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem bunyi yang digunakan oleh sekelompok orang untuk berkomunikasi. Bahasa ialah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh
Lebih terperinciFONETIK DAN FONOLOGI. Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun
FONETIK DAN FONOLOGI Ahmad Fazil Bin Zainal Abidin Jabatan Pengajian Melayu IPG Kampus Tuanku Bainun FONETIK DAN FONOLOGI Pengenalan Fonetik dan Fonologi. FONETIK FONOLOGI BIDANG ILMU FONETIK FONETIK Fonetik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi seseorang telah menjadi kebutuhan pokok dan hak-hak dasar baginya selaku warga negara, mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam melakukan sebuah penelitian, tentu harus ada acuan atau teori-teori yang digunakan oleh peneliti. Begitu pula dalam penelitian ini. Penelitian tentang gejala kelainan pelafalan
Lebih terperinciAngkatan 2010 Universitas Padjadjaran Oleh Dini Ratna Sari Putri. Abstrak
1 Pelafalan bunyi Frikatif dan Afrikat oleh Mahasiswa Sastra Sunda Angkatan 2010 Universitas Padjadjaran Oleh Dini Ratna Sari Putri Abstrak Skripsi ini berjudul Pelafalan bunyi Frikatif dan Afrikat pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasien pada awal pemakaian gigi tiruan lengkap sering terjadi banyak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasien pada awal pemakaian gigi tiruan lengkap sering terjadi banyak keluhan. Keluhan yang sering diungkapkan meliputi faktor penampilan, fungsi, kenyamanan, bicara,
Lebih terperinciBahasa Indonesia (Pertemuan
Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti
Lebih terperinciMODEL TERAPI PERILAKU PENDERITA MALOKLUSI BIBIR SUMBING
MODEL TERAPI PERILAKU PENDERITA MALOKLUSI BIBIR SUMBING Yessy Prima Putri STMIK Indonesia Email: eci.prima@gmail.com Abstrak Seorang manusia yang normal fungsi otak dan alat bicaranya, relatif dapat berbahasa
Lebih terperinciDRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd
DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Bicara Pemerolehan Bahasa,kesiapan Bicara DRS. DUDI GUNAWAN,M.Pd Pengertian Bicara suatu proses pengucapan bunyi-bunyi bahasa dengan alat ucap manusia. merupakan produksi suara secara
Lebih terperinciMAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI
MAKALA LINGUISTIK UMUM FONOLOGI DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 2B: 1. ENDANG FITRIANI (312010121) 2. MIFTHAHUL JANNAH (312010107) 3. PUTRIANA (312010131) DOSEN PEMBIMBING : HADI PRAYITNO, S.pd., M.pd. PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kompetensi berbahasa secara fonologis hampir dimiliki setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi berbahasa secara fonologis hampir dimiliki setiap manusia ketika terlahir ke dunia. Baik melalui proses yang lama maupun singkat, seseorang akan mampu berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan interaksi sosial dan hubungan timbalbalik di sekolah khususnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan untuk hidup secara bersama-sama yang senatiansa mengadakan suatu hubungan komunikasi antarsesama di lingkungan sosial bermasyarakat. Proses
Lebih terperinciProses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan
Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Dosen dan Peneliti di Departemen Teknik Elektro ITB email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com 2.5.1 Sistem Pembentukan
Lebih terperinciIDENTITAS MATA KULIAH 16/03/2008 HERMAN 1
IDENTITAS MATA KULIAH Mata kuliah Kode mata kuliah Jumlah SKS Prodi/jurusan : Artikulasi : PLB221 : 2 SKS : Pend. Luar Biasa 16/03/2008 HERMAN 1 KOMPETENSI Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapatkan dari Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), setiap tahunnya diperkirakan
Judul : Penguasaan kemampuan tutur pasien pasca-stroke setelah mengikuti kelas terapi wicara di rumah sakit umum daerah (rsud) dokter moewardi surakarta Pengarang : Najma Thalia BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti
Bab 5 Ringkasan Seperti kita ketahui bahwa di seluruh dunia terdapat berbagai bahasa yang berbedabeda baik tata bahasa, bunyi, dan hal lainnya. Khususnya dari segi bunyi bahasa, pasti terdapat beberapa
Lebih terperinciTOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39
TOTOBUANG Volume 4 Nomor 1, Juni 2016 Halaman 27 39 DISTRIBUSI FONEM BAHASA DI PULAU SAPARUA: DATA NEGERI SIRISORI ISLAM (Phoneme Distribution of Language in Saparua Island) Erniati, S.S. Kantor Bahasa
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Berdasarkan permasalahan, tujuan dan ruang lingkup, dalam bab II ini saya akan menjelaskan teori-teori yang akan digunakan untuk menganalisis. Teori-teori tersebut meliputi sistem
Lebih terperinciPOLA-POLA PERUBAHAN FONEM VOKAL DAN KONSONAN DALAM PENYERAPAN KATA-KATA BAHASA ASING KE DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN FONOLOGI
Vol. 3, No. 2 Oktober 2016 POLA-POLA PERUBAHAN FONEM VOKAL DAN KONSONAN DALAM PENYERAPAN KATA-KATA BAHASA ASING KE DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN FONOLOGI Asisda Wahyu Asri Putradi Universitas Negeri Jakarta
Lebih terperinciAssalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia
Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia
Lebih terperinciFonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna.
Fonologi ialah bidang yang mengkaji bunyi-bunyi yang diucapkan melalui mulut manusia. Bunyi-bunyi itu pula ialah bunyi-bunyi yang bermakna. Pertuturan ialah bunyi-bunyi yang bermakna kerana apabila dua
Lebih terperinciPencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris
Pencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris Abstrak Mokhamad Syaroni 1, Rinaldi Munir 2 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika,
Lebih terperinciBAB III PENUTUP. A. Kesimpulan
94 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Proses morfologi yang ditemukan dalam penelitian ini ada dua yaitu afiksasi dan reduplikasi. Afiksasi yang ditemukan berupa prefiksasi, sufiksasi, konfiksasi dan simulfiksasi.
Lebih terperinciPEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK
PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) Oleh : Fitria Dwi Apriliawati pendidikan bahasa dan sastra jawa Fitria_Dwi97@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
Lebih terperinciPencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris
Pencocokan String Berdasarkan Kemiripan Ucapan (Phonetic String Matching) dalam Bahasa Inggris Abstrak Mokhamad Syaroni 1, Rinaldi Munir 2 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika,
Lebih terperinciBAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK. bahasa. Lebih sempit lagi, fonologi murni membicarakan fungsi, perilaku, serta
12 BAB II FONOLOGI, SINDROM DOWN, DAN PSIKOLINGUISTIK 2.1 Fonologi Lass (1991:1) menjelaskan bahwa secara garis besar, fonologi merupakan sub-disiplin dalam ilmu bahasa atau linguistik yang membicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Deteksi Dini Pola Gangguan Artikulasi Pada Anak Tunagrahita Di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini membuat instrumentasi untuk mendeteksi gangguan artikulasi dan pedoman terapi berbicara. Setelah menemukan instrumen yang tepat, penelitian ini juga menyajikan pola gangguan
Lebih terperinciUnit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA. Munirah. Pendahuluan
Pendahuluan Unit 3 FONOLOGI BAHASA INDONESIA Munirah Dalam pengajaran bahasa, hendaknya linguistik sebagai ilmu dasarnya perlu diperkuat dan diperhatikan. Fonologi merupakan bagian dari subdisiplin linguistik
Lebih terperinciNAMA KELOMPOK : Biologi (A)
SUARA DAN BERBICARA NAMA KELOMPOK : Biologi (A) 1. M.Shoffi Al-Baihaqqi (13-250-0013) 2. Winda Tri Setyoningsih (13-250-0024) 3. Diyah Ayu Trifatmawati (13-250-0052) 4. Dwi Fithrotusy Syaharoh (13-250-0047)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Mereka memerlukan banyak adaptasi atau penyesuaian untuk hidup bersama dengan manusia lain. Salah satu
Lebih terperinci