BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi
|
|
- Siska Salim
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari hari setiap individu, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhan pasti melakukan kegiatan konsumsi. Kegiatan konsumsi dilakukan karena adanya keinginan untuk memperoleh barang dan jasa. Kegiatan konsumsi dilakukan dengan tujuan akhir untuk mencapai tingkat kepuasan atau utilitas maksimum. Berbagai macam barang dikonsumsi oleh masyarakat sesuai dengan tujuan dan manfaatnya. Mulai dari barang yang bersifat pokok seperti makanan, baju, rumah sampai pada barang mewah seperti perhiasan dan mobil. Secara umum dapat dikatakan bahwa persoalan yang dihadapi masyarakat adalah jumlah kebutuhan yang tidak terbatas. Pada umumnya, seseorang tidak akan pernah puas dengan barang atau jasa yang telah diperoleh, selalu ada saja alasan untuk menambah kebutuhan hidup. Apabila kebutuhan masa lalu telah tercapai maka kebutuhan baru akan muncul. Masalah yang muncul kemudian adalah sumber daya untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut jumlahnya terbatas. Pada saat ini trend pertumbuhan konsumsi masyarakat mulai bergeser dari kebutuhan pokok yang seharusnya dipenuhi terlebih dahulu menjadi barang atau jasa yang sebenarnya tidak mendesak. Saat ini masyarakat lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan terhadap barang barang durable (tahan lama) seperti mobil, alat alat elektronik, perabot rumah tangga dari pada barang barang nondurable (tidak tahan lama) seperti makanan dan kebutuhan pokok lainnya. xv
2 Padahal barang barang durable tersebut harganya mahal namun masyarakat tetap menyanggupi untuk membelinya. Masyarakat pada saat ini sering dikatakan sebagai masyarakat pertumbuhan, namun masyarakat tidak semakin mendekatkan diri pada masyarakat yang berkecukupan sebab keinginan masyarakat selalu melampaui produksi barang dan jasa (Baudrilliard, 1997:19). Kebutuhan masyarakat pada barang barang durable tersebut sebenarnya cukup beralasan mengingat akan tuntutan perkembangan zaman yang mengharuskan seseorang memiliki barang barang tersebut seperti mobil atau komputer. Barang barang ini seolah oleh menjadi kebutuhan dasar bagi masyarakat saat ini yang kehidupannya selalu mobile, berkembang dan dinamis. Yang menjadi permasalahan adalah harga barang barang tersebut relatif mahal dan sangat fluktuatif harganya. Masyarakat selalu mencari cara untuk mendapatkan barang barang tersebut. Salah satunya dengan cara mencari sumber dana atau pinjaman dari perbankan. Perbankan adalah institusi yang memiliki peran sebagai lembaga intermediasi yang artinya menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. Dana tersebut dihimpun dalam bentuk giro, tabungan, dan deposito kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit, baik kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi (Kasmir, 2001:8). Permintaan kredit oleh masyarakat pada dasarnya berasal dari proses memaksimumkan fungsi utilitas individu berdasarkan preferensi mereka mengenai konsumsi sekarang dan konsumsi yang akan datang (Insukindro, 1993:115) xvi
3 Perkembangan kredit perbankan sejak awal tahun 2003 semakin meningkat dengan pesat. Hal ini sejalan dengan keadaan perekonomian yang semakin membaik, usaha pemerintah yang ingin menggeliatkan perputaran ekonomi masyarakat serta didukung oleh konsumsi masyarakat yang semakin baik pasca krisis tahun 1997 sampai Perbankan memulai ekspansi kreditnya pada tahun 2004 sebesar 559 triliun rupiah, 49 % dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh bank umum di Indonesia. Bahkan pada tahun 2010 saat ini Kredit hampir menyamai besar PDB Indonesia sendiri. Selanjutnya, kredit perbankan tetap menunjukkan trend kenaikan, karena didukung oleh himpunan dana pihak ketiga yang cukup besar, permintaan masyarakat akan kredit semakin membaik serta kebijakan pemerintah untuk mendorong perkembangan kredit agar tingkat investasi pada sektor riil dan konsumsi masyarakat semakin membaik. Tabel.1 Perkembangan Kredit Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi Pada Bank Umum Di Indonesia Perekonomian global sepanjang tahun 2008 sangat bergejolak (volatile) yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat serta harga minyak dunia yang tak terkendali. Namun keadaan tersebut mulai menunjukkan kondisi yang semakin kondusif pada akhir tahun 2009 walaupun masih memiliki potensi berfluktuasi kembali. Berdasarkan data pada Laporan Kebijakan Moneter Triwulan ke 4 tahun 2009, tekanan pada kondisi ekonomi global berdampak pada kontraksi ekonomi xvii
4 makro Indonesia. Kajian Bank Indonesia pada september 2008 menginformasikan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I/2008 disebabkan, pertama, pertumbuhan ekonomi daerah yang melambat, dengan penyebab utama menurunnya tingkat konsumsi dan ekspor tiap tiap daerah, melemahnya daya beli masyarakat serta menurunnya permintaan luar negeri seiring dengan perlambatan ekonomi global. Penyebab lain adalah faktor sektoral yaitu melambatnya kinerja sektor perdagangan sebagai respon atas melambatnya permintaan domestik karena meningkatnya sebagai dampak kenaikan harga bahan baku dan bahan bakar minyak. Lonjakan inflasi tahunan (year-on-year) pada Juni 2008 sebesar 11,03% merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2005 hal ini disebabkan kenaikan harga minyak dunia. Kondisi makro ekonomi pada 2005 walaupun tidak sepenuhnya sama namun bisa dikatakan identik dengan kondisi tahun 2008 yaitu peningkatan inflasi yang dipicu oleh meningkatnya harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Pada tahun 2005 harga BBM meningkat 2 kali yaitu sebesar 30% (BBM 1, Maret 2005)dan sebesar 100% (BBM 2, Oktober 2005) sehingga inflasi mencapai 17,11% pada Desember Strategi Bank Indonesia dalam menekan laju inflasi melalui piranti moneter misalnya BI rate, pengendalian volatilitas nilai tukar, penyerapan ekses likuiditas, optimalisasi Operasi Pasar Terbuka (OPT) maupun instrumen lain secara efektif dan simultan. Sejauh ini melalui BI rate terbukti relatif efektif dalam menekan laju inflasi. Peningkatan BI rate merupakan pil pahit yang harus ditelan oleh pelaku dunia usaha agar inflasi tidak berdampak bola salju (snow ball effects) yaitu semakin memperparah kondisi lingkungan bisnis. Meningkatnya inflasi dan BI rate akan menekan laju kredit perbankan. xviii
5 Sektor perbankan pada tahun 2008 sampai dengan 2009, menunjukkan perkembangan kredit yang belum sesuai dengan harapan. Selama tahun 2009 pertumbahan kredit baru mencapai 56,8 triliun rupiah (naik 5% dari tahun sebelumnya) menjadi 1.410,4 trilliun, jauh lebih rendah dari pertambahan kredit pada tahun 2008 sebesar 297,8 trilliun (naik sebesar 28,5% dari tahun sebelumnya). Semakin menurunnya pertumbuhan kredit ini sejalan dengan menurunnya kredit baik dalam rupiah dan valas, juga karena faktor psikologis akibat krisis global yang baru saja terjadi pada awal 2008 lalu. Turunnya permintaan kredit pada tahun awal 2009 sejalan dengan rendahnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang tercermin pada turunnya konsumsi dan investasi pada periode peralihan 2008 ke Selain itu lambatnya pertambahan kredit juga sejalan dengan suku bunga kredit yang masih tinggi saat itu. Kredit yang mencatat pertumbuhan yang cukup besar walaupun terjadi resesi bahkan selama 6 tahun terakhir mencatat pertumbuhan yang sangat baik adalah kredit konsumsi. Kredit konsumtif ini adalah pembiayaan untuk keperluan konsumsi atau non produktif. Kredit ini selama kurun waktu menunjukkan pertumbuhan yang tertinggi dibandingkan kredit modal kerja dan kredit investasi. Pertambahan kredit konsumsi yang pesat ini seiring dengan komposisi PDB Indonesia yang masih didominasi dan didorong oleh konsumsi swasta dalam pertumbuhan ekonomi. Besarnya konsumsi tercermin dari PDB yang komposisinya sangat besar dipengaruhi oleh konsumsi. Dilihat dari distribusinya, pangsa utama PDB tahun 2009 masih bersumber dari konsumsi swasta dan ekspor. Pangsa konsumsi swasta terhadap PDB pada tahun 2009 cenderung stabil dibandingkan dengan tahun xix
6 2008, sedangkan pangsa ekspor cenderung menurun. Ekspor Indonesia mengalami penurunan mulai dari triwulan ke empat tahun 2008 sebesar 8,65% dari triwulan ke tiga sebesar 10,6% dan menjadi minus sepanjang tahun Penurunan pangsa ekspor terhadap PDB sehubungan dengan memburuknya pertumbuhan ekspor akibat belum pulihnya kondisi perekonomian negara mitra dagang di periode pertama tahun Amerika serikat yang menjadi negara utama tujuan ekspor Indonesia merupakan inti (core) dari krisis global tidak mampu menampung kembali ekspor Indonesia dan Indonesia juga tidak memiliki daerah lain untuk tujuan ekspor selain kawasan di benua Amerika, Eropa yang rata rata ikut terkena imbas krisis global. Konsumsi rumah tangga pada pertengahan tahun 2009 tumbuh membaik diikuti dengan semakin pulihnya kondisi perekonomian. Selain itu kondisi semakin baiknya pertumbuhan konsumsi rumah tangga diindikasikan oleh kenaikan pertumbuhan konsumsi barang tahan lama (durable goods) pada akhir Masyarakat mulai bergairah kembali untuk meningkatkan konsumsinya. Pertumbuhan konsumsi juga terlihat dari transaksi kartu kredit dan kartu debit yang semakin meningkat pada akhir tahun Cukup tingginya konsumsi masyarakat selama tahun 2009 cukup dipengaruhi oleh faktor pengeluaran pemilu dan kebijakan pemerintah. Pemilu yang diselenggarakan pada tahun 2009 cukup membantu masyarakat untuk menaikkan pendapatan dan meningkatkan konsumsi. Walaupun belum lama terkena dampak krisis global, masyarakat tidak terlalu merespon hal tersebut akibat kondisi dalam negeri yang sedang menyelengarakan pesta demokrasi, dan ditambah lagi dengan naiknya gaji pegawai negeri sipil sesuai dengan xx
7 pengumuman pemerintah pada awal januari Hal hal tersebut menjadi dorongan optimisme masyarakat untuk melakukan konsumsi. Dorongan konsumsi yang besar tersebut ikut juga mendorong kredit konsumtif masyarakat. Kredit konsumtif sebagai penopang konsumsi masyarakat sangat ekspansif dan begitu pesat meningkatnya, karena kredit ini tidak begitu terpengaruh akan kondisi makro ekonomi seperti fluktuasi inflasi dan BI rate. Karena rumah tangga atau individu tetap meminta kredit konsumtif walaupun kondisi perekonomian sedang labil. Sejak tahun 2003, peningkatan pertumbuhan kredit ini sangat besar, lebih besar dari pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja. Melihat perilaku masyarakat dalam kredit jenis ini, tentu saja perbankan tertarik untuk mengembangkan kredit ini. Beberapa pertimbangan perbankan untuk fokus pada kredit konsumtif yaitu imbal hasil (yield) yang tinggi bahkan yang paling tinggi dari yield jenis kredit lain, risiko yang tersebar pada banyak debitur, proses kredit yang sederhana, dan jaminan (second way out) yang cenderung terapresiasi (properti). Beberapa produk kredit konsumtif seperti : kredit kepemilikan rumah, kartu kredit, kredit multiguna (kredit tanpa agunan), dan kredit kendaraan bermotor sangat atraktif ditawarkan oleh pihak bank. Melihat persaingan dalam kredit konsumtif ini,bank tidak mau kalah dalam persaingan. Bahkan banyak bank menerapkan manajemen pemasaran yang menyimpang dari kaidah kaidah pemberian kredit. Seperti tidak lagi menilai debitur baik dari segi kemampuan keuangannya maupun nilai jaminannya, bank langsung saja menyetujui pengajuan kredit konsumtif tersebut. Bahkan pada beberapa kasus tidak disertakan jaminan untuk kredit tersebut. Sehingga manajemen resiko tidak diperdulikan lagi. Pada xxi
8 segmen kartu kredit, sejak tahun 2003 sampai saat ini, perkembangannya begitu pesat. Hal ini dapat dilihat dari inovasi kartu kredit itu sendiri mulai dari bunga kredit yang rendah, batas pengambilan kredit yang semakin besar serta berbagai macam discount (potongan) ditawarkan oleh bank yang membuat masyarakat semakin konsumtif. Namun, pada akhirnya banyak dari masyarakat yang tidak mampu membayar kembali uang pinjaman dari kartu kredit tersebut yang menyebabkan bertambahnya kredit macet pada perbankan. Hal ini pada mulanya sudah dapat diprediksi akan terjadi akibat pola penawaran kartu kredit oleh perbankan yang tidak melihat kredibilitas dan kemampuan membayar kembali nasabah yang ditawarkannya. Lain lagi dengan produk kredit konsumtif pada segmen perumahan (kredit kepemilikan rumah). Mulai dari tahun 2004 jenis kredit konsumtif ini merupakan penyumbang kredit macet (non performing loan) diantara jenis kredit konsumtif lainnya bahkan juga terbesar dari antara NPL kredit investasi dan modal kerja. Bahkan di Amerika serikat, macetnya kredit perumahan inilah sebagai awal dari krisis global yang merambat keseluruh dunia. Kredit perumahan menjadi begitu berbahaya ketika unit perumahan yang dibeli tidak dapat dibayar cicilannya oleh pembeli yang berdampak pada pembayaran kredit investasi developer (pengembang) kepada bank pemberi kredit investasi. Sehingga terjadi efek domino dimana kerugian sifatnya berantai dan pada akhirnya berimbas pada dunia perbankan secara nasional. Salah satu hal yang mempengaruhi bertumbuhnya kredit konsumtif adalah status nasabah yang bekerja atau tidak. Sebagian besar segmen nasabah yang meminta kredit konsumtif dan lalu disetujui oleh pihak bank adalah para pekerja, xxii
9 meskipun ada juga yang tidak bekerja. Pengajuan kredit tanpa status bekerja akan menjadikan individu menjadi terkendala kredit karena pihak bank menilai kemampuan individu membayar kembali cicilan kredit tersebut sangat rendah bahkan terancam macet akibat ia tidak memiliki pendapatan. Ketika seseorang dipecat dari pekerjaannya dan tidak bekerja lagi tentu ia akan mendapatkan kesulitan dalam mendapatkan kredit dari perbankan. Bahkan kredit yang sedang dijalaninya kemungkinan akan terancam macet pula. Hal ini pun dapat dilihat dari fenomena yang terjadi di Indonesia berdasarkan data BPS (badan pusat statistik), ketika pengangguran naik mulai pada awal 2001 sebesar 8,1% dari angkatan kerja dan mencapai puncaknya pada tahun 2005 sebesar 10,26% dari angkatan kerja sejalan dengan meningkatnya non performing loan (NPL) di perbankan yang pada tahun 2005 juga meningkat 3% dari tahun 2004 sebesar 4,5% (25,174 trilliun) menjadi sebesar 7,56% (52,589 trilliun) pada tahun 2005 dan NPL menurun pada tahun berikutnya hingga akhir tahun 2008 sebesar 3,2% seiring dengan ikut menurunnya tingkat pengangguran sebesar 8.39% (9,39 juta penduduk). Nieto (2007), dalam penelitiannya pada kredit konsumtif di spanyol serta Hadad (2004) menyatakan bahwa masyarakat terkendala kredit akibat tidak ada atau kehilangan pekerjaannya. Sehingga pandangan faktor pekerjaan mungkin berpengaruh terhadap peningkatan kredit konsumtif. Kredit konsumsi memberi margin keuntungan yang cukup besar namun memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi dibandingkan kredit lainnya. Bahkan pada tahun tahun terakhir ini kredit konsumtif inilah yang menyumbang krisis di dunia perbankan seperti yang terjadi di Amerika serikat dan akhirnya berdampak di Indonesia. Lalu ditambah lagi masalah ketika manajemen perbankan dalam xxiii
10 menawarkan kredit ini dengan memberikan berbagai kemudahan dibandingkan jenis kredit lain menjadikan kredit ini lebih istimewa dibandingkan kredit investasi maupun modal kerja yang sebenarnya harus diprioritaskan untuk investasi pembangunan negeri. Hal hal inilah yang menjadikan kredit konsumtif menjadi lebih menarik untuk diteliti. Berdasarkan latar belakang di atas serta didukung oleh data dan beberapa penelitian sebelumnya, penulis mencoba untuk mengkaji fenomena yang terjadi pada jenis kredit konsumsi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang dengan pendekatan model koreksi kesalahan dalam kurun waktu tahun 2002 sampai dengan tahun 2009 melalui beberapa variabel ekonomi yang mungkin mempengaruhi kredit konsumsi tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka pendek suku bunga kredit konsumsi terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka pendek produk domestik bruto satu tahun sebelumnya terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka pendek jumlah pengangguran terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? xxiv
11 4. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka panjang suku bunga kredit konsumsi terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? 5. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka panjang produk domestik bruto satu tahun sebelumnya terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? 6. Bagaimana pengaruh keseimbangan jangka panjang jumlah pengangguran terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek suku bunga kredit konsumsi terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. 2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek produk domestik bruto satu tahun sebelumnya terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. 3. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka pendek jumlah pengangguran terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. 4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka panjang suku bunga kredit konsumsi terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. xxv
12 5. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka panjang produk domestik bruto satu tahun sebelumnya terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. 6. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh jangka panjang jumlah pengangguran terhadap permintaan kredit konsumsi pada bank umum di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan memberi sumbangan pemikiran bahan studi atau tambahan ilmu pengetahuan khususnya bagi mahasiswa/i Departemen Ekonomi Pembangunan. 2. Sebagai bahan tambahan informasi bagi masyarakat dan mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya. 3. Sebagai salah satu syarat bagi Penulis untuk menyelesaikan pendidikan jenjang sarjana. xxvi
BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup sangatlah beragam, untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia sebagai makhluk hidup sangatlah beragam, untuk memenuhi kebutuhan hidup, manusia bekerja untuk menghasilkan sejumlah uang sebagai pendapatan. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang berusaha dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut UU No.10 tahun 1998 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah
BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah ditegaskan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sektor Properti Sektor properti merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan dalam perekonomian, sebab sektor properti menjual produk yang
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian suatu negara didukung oleh adanya suntikan dana dari pihak pemerintah baik melalui Lembaga Keuangan Bank (selanjutnya disingkat menjadi LKB) ataupun Lembaga
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya
Lebih terperinciBoks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN I. Latar Belakang
Boks 2 SURVEI INDIKATOR PERBANKAN RIAU TAHUN 2009 I. Latar Belakang Terjadinya gangguan di sektor riil tentunya akan menimbulkan gangguan bagi stabilitas sistem keuangan daerah. Salah satu sektor keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda Indonesia telah memperoleh banyak pelajaran berharga tentang pentingnya suatu kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi suatu negara tidak lepas dari peran penting perbankan. Peranan penting perbankan dalam era pembangunan nasional adalah sebagai sumber permodalan
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciLAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014
LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara bisa berjalan dengan lancar. Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran perbankan dalam suatu negara sangat penting dalam memacu pertumbuhan perekonomian. Dengan adanya perbankan yang bertindak sebagai financial intermediary
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%
SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian. Modal dasar pembangunan dapat berupa kekayaan alam, sumberdaya manusia, teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi global menghadapi tekanan yang berat dari krisis keuangan Eropa dan krisis keuangan Amerika Serikat. Krisis ekonomi global yang terjadi berturut-turut tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan pembangunan ekonomi tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara mencapai pertumbuhan ekonomi yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia.
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Aktivitas sektor perbankan dalam suatu negara memegang peranan penting dalam memajukan kehidupan masyarakatnya. Setiap orang dalam melakukan transaksi finansial yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dahulu sektor perbankan hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian di suatu negara. Pada perekonomian yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung oleh adanya perkembangan dinamis dan kontribusi nyata di sektor perbankan, alasannya karena kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan perekonomian suatu bangsa, bank memegang peranan yang cukup penting dalam lalu lintas keuangan. Perbankan sebagai lembaga keuangan yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi perekonomian global, ditandai dengan meningkatnya harga minyak dunia sampai menyentuh harga tertinggi $170
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Pembiayaan Modal Kerja UMKM Perbankan Syariah di Indonesia Bank syariah menyediakan Pembiayaan Modal Kerja bagi usaha-usaha yang membutuhkan tambahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang sangat besar bagi perekonomian suatu negara, terutama di negara berkembang. Dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang begitu pesat perkembangannya menyebabkan dampak terhadap muncul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era teknologi informasi yang begitu maju sekarang ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan di seluruh segi kehidupan termasuk di bidang perekonomian. Teknologi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1 a. Perkembangan penerimaan pembiayaan musyarakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan suatu badan usaha yang menghimpun dan menyalurkan dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari dan untuk
Lebih terperinciBAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks
94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,
Lebih terperinciPENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO
PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBERIAN KREDIT SERTA IMPLIKASINYA PADA RETURN ON ASSET (ROA) (Studi pada PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten,Tbk
Lebih terperinciP D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN IV I II III IV I II III IV
SURVEI PERBANKAN Triwulan IV-2006 Target pemberian kredit baru pada triwulan I-2007 dan tahun 2007 diperkirakan meningkat Hanya sekitar 37,5% responden yang realisasi kredit barunya di bawah target yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga keuangan digolongkan ke dalam dua golongan besar menurut Kasmir (2012), yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan nonbank. Lembaga keuangan bank atau
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu pelaku utama dari perekonomian negara karena berperan sebagai institusi yang memberikan jasa keuangan bagi seluruh pelaku ekonomi tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan resikonya.
Lebih terperinciKINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007
KINERJA PERBANKAN (per ) R e f A. Sumber Dana Bank A.1. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan sumber utama dana perbankan. Hingga total sumber dana bank umum mencapai Rp1.746,80 triliun atau naik 10,89% dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern saat sekarang ini, menyimpan uang kas dalam jumlah banyak sudah tidak aman lagi. Dengan perkembangan teknologi dan semakin sempitnya lapangan pekerjaan,
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal ini dikarenakan adanya faktor keanekaragaman masyarakat. Target utama dari kegiatan perbankan adalah
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perbankan sampai saat ini masih merupakan lembaga keuangan yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini karena sektor perbankan merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003
1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Perkembangan ini terjadi setelah Krisis Perbankan Indonesia sebagai akibat
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan proporsi dana atau sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa mendatang. Kapan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu negara dan dengan cepat berimbas ke negara lain. Salah satu bukti konkretnya adalah krisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengelola dana masyarakat secara baik dan benar.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perbankan merupakan bidang usaha yang dapat meningkatan pertumbuhan dan perkembangan perekonomian di suatu negara. Oleh karena itu, perbankan diharapkan mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal perbankan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciDr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI
Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI Seminar Nasional dan Expo UMKM Perbarindo. "Modernisasi BPR Dalam Upaya Mendorong Pertumbuhan & Kemudahan Akses Bagi UMKM Dalam Menghadapi Persaingan
Lebih terperinciBABI PENDAHULU~ Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat
BABI PENDAHULU~ 1.1 Latar Belakang Jumlah uang beredar teramat penting karena peranannya sebagai alat transaksi penggerak perekonomian. Besar kecilnya jumlah uang beredar akan mempengaruhi daya beli riil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap aktivitas ekonomi memerlukan jasa perbankan untuk memudahkan transaksi keuangan. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi dan moneter tahun 1997 memberikan pembelajaran yang serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal terkuras, kualitas aset
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel
Lebih terperinci