BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Modal Kerja Permanen dan Modal Kerja Variabel. kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan beroperasi dengan seekonomis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Modal Kerja Permanen dan Modal Kerja Variabel. kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan beroperasi dengan seekonomis"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Modal Kerja Permanen dan Modal Kerja Variabel Suatu perusahaan memerlukan modal kerja yang cukup karena dengan modal kerja yang cukup itu memungkinkan perusahaan beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan bisa menghadapi keadaan yang mungkin timbul karena adanya masalah keuangan perusahaan. Modal kerja dibagi dua yaitu : modal kerja permanen dan modal kerja variabel. Aktiva lancar dan kewajiban lancar adalah bagian dari modal kerja. Modal kerja didapat dari selisih antara aktiva lancar dan kewajiban lancar. Untuk modal kerja permanen didapat dari rata-rata modal kerja bersih sedangkan modal kerja variabel dihitung dengan standar devisi dari modal kerja bersih. Penelitian ini dilakukan pada PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI. Tbk (selanjutnya disebut PT. AGM), berikut data aktiva lancar dan kewajiban lancar PT. AGM akan disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 4.1 (000,000) Tahun Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Bersih 2002 Rp196,368 Rp149,967 Rp46, Rp208,888 Rp41,533 Rp167, Rp378,367 Rp85,921 Rp292, Rp442,483 Rp62,333 Rp380, Rp527,137 Rp75,394 Rp451,743 Rata-rata Rp 267,619 Standar Deviasi Rp 162,920 39

2 pehitungan Rata-rata modal kerja bersih periode sebesar Rp 267,619, didapat dari = Rp46,401 + Rp167,355 + Rp292,446 + Rp380,150 + Rp451,743 5 = Rp267,619 juta Sedangkan untuk modal kerja variabel yang dibutuhkan sebesar Rp 162,920, diperoleh dari perhitungan σ = 5. Rp46,427,112,291 (Rp1,790,498,229,025) 5(5 1) 2 = Rp 162,920 juta Dari tabel 4.1 terdapat data aktiva lancar, kewajiban lancar, dan modal kerja bersih PT. AGM. Akiva lancar PT. AGM periode secara keseluruhan mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 aktiva lancar yang dimiliki perusahaan sebesar Rp196,368 (juta); sampai akhirnya perusahaan memiliki aktiva lancar pada tahun 2006 Rp 527,137 (juta). Bila dibandingkan dengan aktiva lancar, perubahan kewajiban lancar PT. AGM lebih berfluktuasi. Secara keseluruhan kewajiban lancar perusahaan periode mengalami penurunan dari Rp 149,1066 (juta) menjadi Rp 75,394 (juta) atau terjadi penurunan hampir 50% nya, meskipun demikian penurunan kewajiban lancar tidak terjadi setiap tahun. Modal kerja bersih secara keseluruahan PT. AGM naik dari Rp 46,401 (juta) pada tahun 2002 menjadi Rp 451,743 (juta) di tahun Dari tabel 4.1 selama periode modal kerja bersih minimum yang dimiliki PT. AGM sebsar Rp 46,401 (juta), modal kerja bersih maksimum yang dimiliki sebesar Rp 451,743 (juta) dan menurut perhitungan rata-rata modal kerja bersih atau 40

3 modal kerja permanen rata-rata yang dimiliki perusahaan Rp 267,619 (juta). Modal kerja variabel menurut perhitungan standar deviasi sebesar Rp 162,920 (juta). Hal ini mengartikan modal kerja besih dapat naik atau turun sebesar Rp 162,920 (juta). IV.2 Hubungan Modal Kerja Bersih dan Laba Bersih Untuk mengukur hubungan modal kerja bersih dan laba bersih akan dilakukan perhitungan statistik korelasi untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara modal kerja bersih dan laba bersih, koefisien determinasi untuk menentukan seberapa besar persentase pengaruh modal kerja bersih dan laba bersih, dan analisis regresi linier sederhana digunakan untuk prediksi bagaimana modal kerja berpengaruh terhadap laba. IV.2.1 Korelasi antara Modal Kerja Bersih dan Laba Bersih Untuk melakukan analisis hubungan dilakukan perhitungan korelasi antara modal kerja bersih dan laba bersih. Dari korelasi dapat diketahui hubungan antara dua variabel tersebut kuat atau lemah. Berikut data modal kerja bersih dan laba bersih yang digunakan untuk menghitung korelasi. Tabel 4.2 ( ) Modal Kerja Laba Bersih Tahun Bersih (X) (Y) (X.Y) X 2 Y Rp 46,401 Rp 66,110 Rp 112,511 Rp 2,153,052,801 Rp 4,370,532, Rp 167,355 Rp 62,072 Rp 229,427 Rp 28,007,696,025 Rp 3,852,933, Rp 292,446 Rp 91,582 Rp 384,028 Rp 85,524,662,916 Rp 8,387,262, Rp 380,150 Rp 64,350 Rp 444,500 Rp 144,514,022,500 Rp 4,140,922, Rp 451,743 Rp 48,854 Rp 500,5106 Rp 204,071,738,049 Rp 16,266,818,672 Rp 1,338,095 Rp 332,968 Rp 1,671,063 Rp 464,271,172,291 Rp 37,018,469,180 r KD 5,29% Laba Bersih Rp 72,487 0,02 (Modal kerja bersih) 41

4 Perhitungan korelasi dapat dihitung menggunakan rumus : r = n ( ΣΧΥ) ( ΣΧ. ΣΥ) { ( n. ΣΧ ) ( ΣΧ ) } {( n. ΣΥ ) ( ΣΥ) } 5 (Rp1,671,063) - (Rp1,338,095. Rp 332,968 ) {(5. Rp 464,271,172,291) - ( Rp1,338,095)2}-{(5.Rp37,018,469,180) - (Rp 332,968)2} r = Berdasarkan tabel 4.2 dan hasil perhitungan korelasi menunjukkan hubungan antara modal kerja bersih dan laba bersih adalah negatif dan rendah yaitu sebesar -0,23. Hal ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang berlawanan arah antara modal kerja bersih dan laba. Angka tersebut berarti jika modal kerja naik maka laba besih turun begitu pula sebaliknya. KD = r² x 100% KD = -0,23 2 x 100% = 5,29% Koefisien determinasi (KD) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh modal kerja bersih dan laba. Dari ρ sebesar -0,23 maka diperoleh KD sebesar 0,0529 atau sebesar 5,29%, hal ini berarti 5,29% dari laba bersih dipengaruhi oleh modal kerja, dan 94,71% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain. 42

5 IV.2.2 Regresi Linier Sederhana Berdasarkan perhitungan korelasi ternyata terdapat hubungan yang negatif. Maka untuk menjelaskan seberapa besar korelasi digunakan regresi linier sederhana. Dengan menggunakan data tabel 4.2 dapat dihitung persamaan Ŷ = a + bx, untuk mencapai persamaan langkah pertama adalah menghitung variabel a da variabel b dengan menggunakan rumus : a = 2 ( y)(. x ) ( x)(. x. y) n x 2 ( x) 2 b = n. x. y n x ( x)( y) ( x) 2. 2 a = ( Rp )(. Rp 464,271,172,291) ( Rp 1,338,095 )(. Rp 1,671,063) 5. Rp 464,271,172,291 ( Rp 1,338,095) 2 a = Rp (juta) b = 5. Rp 1,671, Rp 464,271,172,291 ( Rp1,338,095 )(. Rp332,968) ( Rp 1,338,095) 2 b = Dari perhitungan maka diperoleh persamaan regresi : Laba bersih = Rp 72,487 0,02 (Modal kerja bersih) Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bila modal kerja bersih sama dengan 0 atau aktiva lancar sama dengan kewajiban lancar maka laba yang dihasilkan menurut prediksi regresi linier sederhana adalah Rp 72,487 (juta). Perbandingan perubahan laba bersih dengan modal kerja bersih sebesar -0,02 mengartikan bila modal kerja bersih 43

6 turun sebesar Rp 50, maka laba bersih akan naik sebesar Rp 1 atau bila laba bersih turun sebesar Rp 2 maka modal kerja bersih naik sebesar Rp 100. Jika modal kerja bersih turun : Tabel 4.3 Tahun Modal Kerja Bersih (x) 2007 Rp Rp Maka perkiraan laba bersih: Laba bersih tahun 2007 = Rp 72,487 0,02 (Rp ) = Rp Laba bersih tahun 2008 = Rp 72,487 0,02 (10.000) = Rp Artinya laba bersih meningkat pada periode menjadi Rp (juta) dan Rp (juta) tahun 2007, dibanding tahun 2006 laba bersih sebesar Rp (juta). IV.3. Analisis Rasio Modal Kerja Modal kerja memfokuskan pada current assets yang terdiri dari: kas, piutang, dan persediaan. Dalam menganalisis modal kerja diperlukan analisis rasio, ada enam rasio yang dianalisis dalam modal kerja kecukupan aktiva lancar, kecukupan quick asset, 44

7 kecukupan kas, arus dana persediaan, exposure dari kewajiban lancar dan kecukupan modal kerja. IV.3.1 Kondisi Current Assets PT.AGM Periode Untuk menghitung rasio modal kerja diperlukan data-data mengenai current assets suatu perusahaan, berikut adalah data dari PT. AGM yang meliputi kas, piutang, persediaan, total current assets dan total assets: Tabel 4.4 ( ) Tahun Kas Persediaan Piutang Aktiva Lancar Total Aktiva 2002 Rp 29,505 Rp 7,561 Rp 158,126 Rp 196,368 Rp 536, Rp 33,578 Rp 7,816 Rp 151,913 Rp 208,887 Rp 523, Rp 46,995 Rp 23,453 Rp 293,306 Rp 378,367 Rp 671, Rp 58,892 Rp 24,342 Rp 339,922 Rp 442,484 Rp 732, Rp 36,577 Rp 23,732 Rp 430,750 Rp 527,137 Rp 795,243 Dari tabel 4.3 dapat dilihat selama periode penelitian ( ) aktiva lancar PT. AGM cenderung naik, dari Rp 196 milyar menjadi Rp 527 milyar, atau naik lebih dari 2,6 kalinya. Kenaikan ini lebih dominan terjadi pada piutang usaha yang naik dari Rp 159 milyar menjadi Rp 430 milyar, atau naik 2,7 kali, sementara kas cenderung tetap pada tingkat Rp 29 milyar sampai Rp 58 milyar. Tingkat persediaan periode secara umum mengalami kenaikan dari kisaran Rp 7-24 milyar. 45

8 Grafik 4.1 Grafik , , , , , ,000 0 Inventory Accout Receivab le Cash , , , , , , , , ,000 0 Current Assets Fixed Assets Dari grafik 4.1 dan grafik 4.2 dapat dilihat terjadi peningkatan dalam persediaan. Hal ini dapat terjadi karena Harga Pokok Penjualan meningkat tajam dari Rp 1,2 milyar menjadi Rp 1,5 milyar. Berdasarkan sumber tambahan dari Bursa Efek Indonesia (BEI), hal ini disebabkan oleh faktor inflasi yang membuat harga bahan baku dan kemasan naik. Kas tahun 2005 naik karena di tahun itu ada tambahan investasi senilai Rp milyar yang digunakan untuk mempertahankan peningkatan penjualan serta mengganti botol-botol yang usang dan rusak. Aktiva tetap merupakan modal kerja permanen, mengalami penurunan periode sebanyak 1,3 kali (Rp milyar). IV.3.2. Rasio Kecukupan Aktiva Lancar Setiap perusahaan harus memiliki aktiva lancar karena itu sebagai tolak ukur yang paling kasar yang menunjukan likuiditas perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Untuk mengukur likuiditas perusahaan seberapa besar kemampuan perusahaan memenuhi utang lancar dengan menggunakan aktiva lancarnya. kecukupan aktiva lancar dapat dilihat dari rasio-rasio berikut. 46

9 a. Current Ratio Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar dapat dilihat dengan current ratio. Perbandingan current assets dan current liabilities PT.AGM dapat dilihat dari grafik 4.3 berikut : Grafik 4.3 : Current Asset dan Current Liabilities 600, , , , , , , , , , , , tahun Current Assets Current Liabilities Dilihat dari grafik 4.3, current assets yang dimiliki PT. AGM lebih tinggi dari current liabilities, terutama periode terlihat dengan jelas perbedaannya. Utang lancar PT. AGM periode 2002 sampai 2003 sempat turun drastis dari Rp 149 milyar menjadi Rp 41 milyar, atau turun sebesar 3,6 kalinya. Pada tahun 2004 utang lancar kembali naik menjadi Rp 86 milyar, atau naik sebesar 2,1 kalinya. Namun penurunan terjadi kembali di tahun 2005 menjadi Rp 62 milyar, atau sebesar 1,4 kalinya. Pada tahun 2006 utang lancar naik sebesar 11 milyar menjadi 73 milyar, atau naik 1,2 kalinya. 47

10 Berikut ini adalah hasil perhitungan current ratio periode : Tahun 2002 Rp 196,368 = 131% Rp 149,968 Tahun 2003 Rp 208,887 = 508% Rp 41,534 Tahun 2004 Rp 378,367 = 440% Rp 85,921 Tahun 2005 Rp 442,484 = 710% Rp 62,333 Tahun 2006 Rp 527,137 = 718% Rp 73,395 Dari hasil perhitungan rasio rahun 2002 PT. AGM memiliki tingkat likuiditas yang kurang baik yaitu 131%. Namun pada periode 2003, rasio meningkat pada kisaran 508%-718%, meskipun demikian rasio tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 440%, hal ini disebabkan karena current liabilities tahun itu naik 106% daripada tahun sebelumnya atau naik dari Rp 41,534 mejadi Rp 85,921. Dari current ratio dapat dilihat bahwa PT. AGM secara umum mempunyai current assets yang likuid. b. Current Assets to Total Assets Ratio Rasio ini menggambarkan seberapa besar persentase current assets terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Perbandingan current assets dan total assets PT.AGM dapat dilihat dari grafik 4.4 berikut : 48

11 Grafik 4.4 Current Assets to Total Assets jutaan Rp 900, , , , , , , , , tahun Current Assets Total Assets Dilihat dari grafik 4.4, current assets yang dimiliki PT. AGM lebih rendah apabila dibandingkan dengan total assets untuk periode Total assets berada pada kisaran Rp 536,787 (juta) sampai Rp 795,244 (juta), sedangkan current assets berada pada kisaran yang lebih rendah yaitu Rp196,368 (juta) sampai Rp 527,137 (juta). Dilihat dari data tersebut, dapat diindikasikan bahwa jumlah fix assets dan other assets periode jumlahnya lebih besar daripada current assets. Perhitungan ini didapat dengan menggunakan rumus: : Berikut ini adalah hasil perhitungan current assets to total assets ratio periode Tahun 2002 Rp 196,368 = 37% Rp 536,787 Tahun 2003 Rp 211,120 = 40% Rp 523,302 Tahun 2004 Rp 378,367 = 56% Rp 671,109 49

12 Tahun 2005 Rp 442,484 = 60% Rp 732,354 Tahun 2006 Rp 527,137 = 66% Rp 795,244 Dari hasil perhitungan rasio periode meningkat dari 37%-66% atau peningkatan sebesar 29%. Kenaikkan itu disebabkan naiknya kas, piutang, dan persediaan sebagai penyusun current assets. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa jumlah aktiva lancar naik, sedangkan total aktiva PT. AGM turun. c. Current Assets to Revenue Ratio Rasio ini menggambarkan seberapa besar persentase current assets terhadap revenue yang dimiliki perusahaan. Perbandingan current assest dengan revenue PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.5 berikut:. Grafik 4.5 Current Assets to Revenue 1,800,000 1,600,000 1,400,000 jutaan Rp 1,200,000 1,000, , ,000 Current Asset s Revenue 400, , tahun Pada grafik 4.5 ratio periode menunjukkan adanya pertumbuhan yang proporsional yang berarti pada saat penjualan naik, maka aktiva lancar naik, atau 50

13 sebaliknya. Current assets ada pada kisaran Rp 196,368 (juta) sampai Rp 527,137 (juta). Revebue periode berada pada kisaran Rp 1,021,899 (juta) sampai Rp 1,665,615 (juta). Perhitungan current assets to revenue ratio didapat dengan menggunakan rumus: 2006 : Berikut ini adalah hasil perhitungan current assets to revenue ratio periode Tahun 2002 Rp 196,368 = 19% Rp 1,021,899 Tahun 2003 Rp 211,120 = 20% Rp 1,077,222 Tahun 2004 Rp 378,367 28% Rp 1,333,147 = Tahun 2005 Rp 442,484 28% Rp 1,563,156 = Tahun 2006 Rp 527,137 32% Rp 1,665,615 = Dari hasil perhitungan periode , current assets to revenue ratio mengalami peningkatan dari 19% menjadi 32%. Pada tahun 2002 sampai 2004 terjadi kenaikan kisaran 1-9%, Namun pada tahun tidak jadi perubahan persentase tetap sebesar 28%. Kemudian tahun 2006 rasio ini naik menjadi 32%. Jadi hasil rasio menunjukkan bahwa pertumbuhan current assets to revenue proporsional atau pada saat revenue naik maka current assets naik. 51

14 IV.3.3. Rasio Kecukupan Quick Assets Pada setiap perusahaan memiliki aktiva yang paling likuid yaitu kas dan piutang. Oleh karena itu, perusahaan tidak bergantung pada persediaannya sewaktu membayar tagihan. Rasio kecukupan quick assets dibagi menjadi : a. Quick Ratio Quick ratio PT. AGM memperlihatkan kemampuan perusahaan untuk membayar tagihan dengan menggunakan kas dan piutangnya. Perbandingan quick assest dengan current liabilities PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.6 berikut: Grafik 4.6 Quick Assets to Current Liabilities 600, , , ,000 Quick Assets Current Liabilities 200, , tahun Dilihat dari grafik 4.6, jumlah quick assets periode meningkat dari kisaran Rp 188,807 (juta) sampai Rp 503,405 (juta), sedangkan current liabilities secara umum mengalami penurunan dari kisaran Rp 149,968 (juta) menjadi Rp 73,395 (juta). Perhitungan quick ratio didapat dengan menggunakan rumus: 52

15 Berikut ini adalah hasil perhitungan quick ratio periode : Tahun 2002 Rp 188,807 = 126% Rp 149,968 Tahun 2003 Rp 201,072 = 484% Rp 41,534 Tahun 2004 Rp 354,914 = 413% Rp 85,921 Tahun 2005 Rp 418,141 = 671% Rp 62,333 Tahun 2006 Rp 503,405 = 685% Rp 73,395 Dari hasil perhitungan quick ratio periode secara umum mengalami peningkatan. Pada tahun 2002, quick assets ratio sama dengan 126%. Hal ini menunjukkan quick assets kurang mampu dalam membiayai current liabilities. Selanjutnya pada periode , quick ratio PT. AGM menunjukkan peningkatan dari 484%-685%. Hal ini menunjukkan quick ratio membaik atau kemampuan quick assets membayar tagihan meningkat. Jadi quick assets ratio periode cukup baik karena rasio lebih dari 100%. b. Quick assets to Total Assets Rasio ini menunjukan besar kas dan piutang usaha dalam bauran total aktivanya. Sebuah perusahaan membutuhkan aktiva likuid yang cukup sebagai bagian dari bauran total aktivanya. Perbandingan quick assest dengan current liabilities PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.7 berikut: 53

16 Grafik 4.7 Quick Assets to Total Assets 900, , , , , ,000 Quick Assets Total Assets 300, , , tahun Pada grafik 4.7 bauran quick assets terhadap total assets meningkat dari periode pada kisaran Rp 188,807 (juta) sampai Rp 503,405 (juta). Total assets periode , berada pada kisaran Rp 536,787 (juta) sampai Rp 795,244 (juta). Perhitungan quick assets to total assets didapat dengan menggunakan rumus: 2006 : Berikut ini adalah hasil perhitungan quick assets to total assets periode ( ) Tahun 2002 Rp 188,807 = 35% Rp 536,787 Tahun 2003 Rp 201,072 = 38% Rp 523,302 Tahun 2004 Rp 354,914 = 53% Rp 671,109 Tahun 2005 Rp 418,141 = 57% Rp 732,354 54

17 Tahun 2006 Rp 503,405 = 63% Rp 795,244 Rasio quick assets terhadap total aktiva tahun 2002 memperlihatkan dalam total aktiva terdapat quick assets sebesar 35%. Tahun 2003 bauran quick assets terhadap total aktiva adalah 38%. Selanjutnya pada tahun terjadi kenaikan jumlah quick assets dari Rp 354, ,405 (juta) atau kenaikan terjadi dari 53% sampai 63%. Hal ini terjadi karena jumlah piutang naik secara signifikan dari Rp 293, ,750 (juta). Secara keseluruhan bauran quick assets dalam total aktiva adalah baik. c. Quick assets to Revenue Ratio Rasio ini memperlihatkan kecukupan kas dan piutang apabila penjualan meningkat. Kas dan piutang juga berpengaruh pada penjualan jika penjualan naik maka quick assets seharusnya juga naik. Perbandingan quick assest dengan current liabilities PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.8 berikut: Grafik 4.8 Quick Assets to Revenue 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, ,000 Quick Assets Revenue 600, , , tahun 55

18 Dilihat dari grafik 4.8 quick assets periode mengalami kenaikkan tiga kali dan diikuti dengan kenaikkan revenue dari Rp 1,021,899-Rp 1,665,615 (juta) atau naik sekitar 38%. Perhitungan quick assets to revenue didapat dengan menggunakan rumus: 2006: Berikut ini adalah hasil perhitungan quick assets to revenue ratio periode ( ) Tahun 2002 Rp 188,807 = 18% Rp 1,021,899 Tahun 2003 Rp 201,072 = 19% Rp 1,077,222 Tahun 2004 Rp 354,914 = 27% Rp 1,333,147 Tahun 2005 Rp 418,141 = 27% Rp 1,563,156 Tahun 2006 Rp 503,405 = 30% Rp 1,665,615 Dari perhitungan dapat dilihat rasio meningkat pada periode Pada periode rasio naik sebesar 1% dari kisaran 18% menjadi 19%. Rasio pada periode tidak mengalami perubahan berada pada persentase sebesar 27%. Hal ini bisa disebabkan naiknya quick assets atau juga bisa disebabkan rendahnya revenue. Pada periode rasio naik dari 27% menjadi 30% atau sebesar 3%. IV.3.4. Kecukupan Kas Setiap perusahaan harus mempertahankan saldo kas seminimal mungkin dan 56

19 menginvestasikan efek yang setara dengan kas. Efek-efek tersebut dapat dimasukkan dalam perhitungan rasio untuk menghitung kecukupan kas. Rasio-rasio untuk mengukur kecukupan kas adalah sebagai berikut:: a. Cash Ratio Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar tagihan tepat waktu digunakan cash ratio. Perbandingan cash dengan current liabilities PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.9 berikut: Grafik 4.9 Cash to Current Liabilities 350, , , , ,000 Cash Current Libialit ies 100,000 50, t ahun Dari grafik 4.9, dapat terlihat bahwa cash tahun 2002 tidak mencukupi untuk membayar current liabilities. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah cash yang dimiliki oleh perusahaan. Namun pada tahun 2003 dan 2005, dapat dilihat bahwa cash hampir mencukupi untuk pembayaran current liabilities, sedangkan di tahun 2004 dan 2006 cash yang dimiliki hanya bisa untuk membayar sekitar 50% current liabilities. Perhitungan cash ratio didapat dengan menggunakan rumus: Berikut ini adalah hasil perhitungan cash ratio periode : Tahun 2002 Rp = 20% Rp

20 Tahun 2003 Rp = 81% Rp Tahun 2004 Rp = 55% Rp Tahun 2005 Rp = 94% Rp Tahun 2006 Rp = 50% Rp Pada tahun 2002 kas rasio 20% artinya perusahaan tidak mempunyai kas yang cukup untuk membayar tagihan. Pada tahun 2003 dan 2005 rasio kecukupan kas menunjukan peningkatan menjadi 81% dan 94% artinya perusahaan mempunyai jumlah kas yang hampir cukup untuk membiayai utang lancar. Jika dilihat dari perhitungan rasio pada tahun 2004 dan 2006 kemampuan kas terhadap utang lancarnya adalah 50% dan 55%. Jika dalam situasi kas kurang untuk membiayai utang lancar maka utang lancar didanai dari aktiva lancar lainnya. b. Cash to Total Assets Ratio Rasio kas terhadap total aktiva merefleksikan kebijakan perusahaan tentang pentingnya likuiditas dibandingkan penggunaan dana aktiva tetap. Perbandingan cash dengan total assets PT. AGM dapat dilihat pada grafik 4.10 berikut: 58

21 Grafik 4.10 Cash to Total Assets 900, , , , , ,000 Cash Total Assets 300, , , tahun Dari grafik 4.10, jumlah cash lebih sedikit, apabila dibandingkan dengan total assets. Karena jumlah cash hanya bagian kecil dari total assets. Perhitungan cash to total assets ratio didapat dengan menggunakan rumus: 2006: Berikut ini adalah hasil perhitungan cash to total assets ratio periode Tahun 2002 Rp = 5,5% Rp 536,786 Tahun 2003 Rp = 6,4% Rp 523,301 Tahun 2004 Rp = 7% Rp 671,109 Tahun 2005 Rp = 7,4% Rp 732,354 Tahun 2006 Rp = 5% Rp 795,243 59

22 Rasio hubungan kas dan total aktiva lebih dominan naik. Rasio pada tahun 2002 menunjukan likuiditas perusahaan kurang baik 5,5%. Namun di tahun terjadi kenaikan 1% yaitu dari 6,4%-7,4%, artinya pada tahun tersebut terjadi pertumbuhan atau penambahan atas kas dan total aktiva ini juga dapat menunjukan bahwa perusahaan likuid. Namun di tahun 2006 rasio mengalami penurunan menjadi 5%. Hal ini terjadi karena pada tahun tersebut terjadi penurunan pada kas yang diikuti kenaikan pada total aktiva, ini juga mengindikasikan bahwa PT. AGM menggunakan dana untuk aktiva tetap. c. Cash to Revenue Ratio Dalam sebuah perusahaan, jika penjualan meningkat maka kas perlu ditingkatkan juga. Perbandingan cash dengan revenue PT. AGM ada pada grafik 4.11 berikut: Grafik 4.11 Cash to Revenue 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000, ,000 Cash Revenue 600, , , tahun Dari grafik 4.11, cash terhadap revenue mengalami peningkatan yang searah untuk periode , pada saat penjualan meningkat maka cash juga meningkat. Pada tahun 2006, penjualan meningkat tetapi cash menurun. Perhitungan cash to total assets ratio didapat dengan menggunakan rumus: 60

23 Berikut ini adalah hasil perhitungan cash to total assets ratio periode : Tahun 2002 Rp = 2,9% Rp1,021,899 Tahun 2003 Rp = 3,1% Rp1,077,222 Tahun 2004 Rp = 3,5% Rp 1,333,147 Tahun 2005 Rp = 3,8% Rp 1,563,156 Tahun 2006 Rp = 2,2% Rp 1,665,615 Dari hasil perhitungan, rasio kas terhadap pendapatan periode menujukan hal yang positif bahwa terjadi keseimbangan antara kenaikan penjualan dan kas yaitu dari 2,9% menjadi 3,8%, namun di tahun 2006 terjadi penurunan pada kas menjadi Rp 36,577 juta yang menyebabkan rasio menjadi 2,2%. Penurunan rasio kas terhadap pendapatan akan menimbulkan hambatan dalam kegiatan operasi. IV.3.5. Arus Dana Persediaan Dalam sebuah perusahaan arus dana persediaan sangat penting karena hal itu berarti perusahaan bisa menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Dengan melakukan penjualan persediaan maka perusahaan akan mendapatkan piutang yang bisa menjadi kas, apabila piutang tersebut telah dilunasi. Perhitungan arus dana persediaan dibagi menjadi: 61

24 a. Inventory Turnover in Cash Semakin cepat perputaran inventory maka semakin cepat juga perputaran revenue pada sebuah perusahaan. Rasio perpuraran persediaan terhadap kas menunjukan berapa kali perusahaan menghasilkan penjualan sama dengan saldo persediaan, semakin cepat perputarannya semakin baik. Perhitungan inventory turnover in cash didapat dengan menggunakan rumus: 2006: Berikut ini adalah hasil perhitungan cash to total assets ratio periode ( ) Tahun 2002 Rp 1,021,899 = 135 kali Rp 7,561 Tahun 2003 Rp 1,077,222 = 138 kali Rp 7,816 Tahun 2004 Rp 1,333,147 = 57 kali Rp 23,453 Tahun 2005 Rp 1,563,156 = 64 kali Rp 24,342 Tahun 2006 Rp 1,665,615 = 70 kali Rp 23,732 Pada tahun 2002 perputaran persediaan terhadap penjualan mencapai 135 kali. Pada tahun 2003 rasio naik menjadi 138 kali. Hal ini berarti perputaran persediaan terhadap penjualan terjadi setiap dua hari. Pada tahun 2004 terjadi penurunan perputaran persediaan menjadi hanya 57 kali, kemungkinan ini karena naiknya persediaan sebesar 1 milyar tidak diikuti oleh kenaikan penjualan yang signifikan. Lalu pada tahun tingkat perputaran persediaan kembali naik menjadi 64 kali dan 62

25 persediaan dalam unit menjadi 51 kali, yang berarti persediaan berputar setiap tujuh hari. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan rasio, COGS dari Rp 1,191 menjadi Rp 1,567 milyar, sedangkan faktor pembagi hanya naik 16 milyar. Namun pada tahun 2006 perputaran persediaan turun menjadi 61 kali ini terjadi karena adanya penurunan COGS dan persediaan atau dengan kata lain persediaan secara fisik berputar setiap enam hari. Periode rasio perputaran persediaan dalam unit yang paling baik adalah perputaran tahun IV.3.6. Exposure dari kewajiban lancar Exposure dari kewajiban lancar menunjukan seberapa besar kewajiban lancar dapat membiayai assets dan equity suatu perusahaan. Perhitungan exposure dari kewajiban lancar dibagi menjadi: a. Total Assets to Current Liabilities Ratio Untuk mengukur porsi dari aktiva yang didanai dari utang jangka pendek maka perusahaan menggunakan perhitungan total assets to current liabilities ratio. Perbandingan total assets dengan current liabilities PT. AGM ada pada grafik 4.12 berikut: 64

26 70 kali berarti perputaran persediaan terhadap penjualan terjadi setiap lima atau emam hari. b. Inventory turnover in units Selain menghitung inventory turnover in cash, inventory turnover in unit juga perlu dihitung untuk mengukur persediaan dalam unit dan mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan pada suatu periode tertentu. Hasil inventory turnover in unit memiliki ukuran dalam satuan kali. Perhitungan inventory turnover in units didapat dengan menggunakan rumus: 2006: Berikut ini adalah hasil perhitungan inventory turnover in units periode Tahun 2002 Rp 8106,846 = 119 kali Rp 7,561 Tahun 2003 Rp 969,935 = 124 kali Rp 7,816 Tahun 2004 Rp 1,191,1106 = 51 kali Rp 23,453 Tabel 4.5 (Rp ) Tahun Persediaan HPP 2002 Rp 7,561 Rp 8106, Rp 7,816 Rp 969, Rp 23,453 Rp 1,191, Rp 24,342 Rp -1,459, Rp 23,732 Rp -1,567,477 Tahun 2005 Rp 1,567,476 = 64 kali Rp 24,342 Tahun 2006 Rp 1,459,062 = 61 kali Rp 23,732 Dari hasil perhitungan pada tahun 2002 perputaran persediaan dalam unit adalah 119 kali, dan meningkat di tahun 2003 menjadi 124 kali, artinya persediaan fisik berputar setiap tiga hari. Akan tetapi pada tahun 2004 terjadi penurunan perputaran 63

27 Grafik 4.12 Total Assets to Current Liabilities 900, , , , , ,000 Total Assets Current Liabilities 300, , , tahun Dari grafik 4.12 Total assets to current liabilities periode secara keseluruhan menunjukan bahwa perusahaan tidak mempu membiayai assets dengan menggunakan current liabilities. Terutama periode current liabilities mengalami peningkatan sebesar 106%. Perhitungan total assets to current liabilities ratio didapat dengan menggunakan rumus: Berikut ini adalah hasil perhitungan total assets to current liabilities ratio periode : ( ) Tahun 2002 Rp 536,787 = 3.58% Rp 149,968 Tahun 2003 Rp 523,302 = 12.6% Rp 41,534 Tahun 2004 Rp 671,109 = 7.81% Rp 85,921 65

28 Tahun 2005 Rp 732,354 = 11.74% Rp 62,333 Tahun 2006 Rp 795,244 = 10.84% Rp 73,395 Rasio tahun 2002 sebesar 3.58%. Hal ini menunjukan tingginya kewajiban lancar dalam struktur modal. Rasio total aktiva terhadap harta lancar pada tahun 2003 sebesar 12,6%. Hal ini menunjukan dana jangka panjang digunakan sebagai sumber pendanaan aktiva. Pada tahun 2004 hasil perhitungan turun menjadi 7.81% karena total aktiva naik namun total utang lancar naik 106%. Sedangkan pada tahun 2005 rasio naik berada pada 11.74%, rasio tahun 2005 menunjukan bahwa utang jangka pendek kemungkinan besar dapat dibayar tepat waktu. Hal ini menunjukkan bahwa aset perusahaan kemungkinan dibiayai dengan utang jangka panjang. b. Total Equity to Current Liabilities Ratio Rasio total ekuitas terhadap utang lancar mengukur komitmen dari pemegang saham dibandingkan dengan exsposure dari kewajiban lancar. Perbandingan total equity dengan current liabilities PT. AGM ada pada grafik 4.13 berikut: Grafik 4.13 Total Equity to Current Liabilities 500, , , , , , ,000 Total Equity Current Liabilities 150, ,000 50, tahun Dari grafik 4.13, terlihat bahwa total equity periode terus meningkat dari kisaran Rp 219,450 (juta) sampai Rp 447,225 (juta), sedangkan current liabilities 66

29 secara umum mengalami penurunan, khususnya di tahun 2003, current liabilities sebesar Rp 41,534 (juta). Perhitungan total equity to current liabilities ratio didapat dengan menggunakan rumus: Berikut ini adalah hasil perhitungan total equity to current liabilities ratio periode : ( ) Tahun 2002 Rp 21,9450 = 1.46% Rp 149,968 Tahun 2003 Rp 27,0622 = 6.51% Rp 41,534 Tahun 2004 Rp 355,338 = 4.14% Rp 85,921 Tahun 2005 Rp 405,324 = 6.50% Rp 62,333 Tahun 2006 Rp 447,225 = 6.09% Rp 73,395 Rasio total aktiva terhadap kewajiban lancar pada tahun ,46% mengindikasikan rendahnya total ekuitas artinya perusahaan meminimalkan kemungkinan kerugian bagi pemegang saham dengan mendanai porsi yang lebih besar dar kewajibannya dengan sumber jangka pendek Rp 149,968. Pada tahun 2004 terdapat kenaikan pada utang lancar sehingga persentase rasio turun ke 4.14%. Sedangkan pada tahun 2003,2005,2006 rasio berada pada kisaran % mengindikasi bahwa pemegang saham mempunyai kepentingan bisnis. Alasan lain jika dilihat dari data yang ada, jumlah ekuitas bertambah atau karena utang lancar berkurang. 67

30 c. COGS to Account Payable Ratio Untuk menilai besarnya utang dagang perusahaan dapat membandingkan dengan tingkat aktifitas bisnis perusahaan dengan menggunakan COGS atau pembelian persediaan. Perhitungan total equity to current liabilities ratio didapat dengan menggunakan rumus: Berikut ini adalah hasil perhitungan total equity to current liabilities ratio periode : ( ) Tahun 2002 Rp 8106,846 = 34% Rp 26,032 Tahun 2003 Rp 969,935 = 36% Rp 26,831 Tahun 2004 Rp 1,191,1106 = 36% Rp 32,966 Tahun 2005 Rp 1,567,476 = 41% Rp 38,237 Tahun 2006 Rp 1,459,062 = 40% Rp 36,817 Dari perhitungan COGS terhadap utang dagang menunjukan pada periode rasio mengalami kenaikkan pada kisaran 34%-41%. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan COGS, sedangkan pada tahun 2006 rasio mengalami penurunan sebesar 1% dan menjadi 40%. 68

31 IV.3.7. Kecukupan Modal Kerja Ukuran dasar dari likuiditas perusahaan dapat dilihat dengan mengukur kecukupan modal kerja. Rasio modal kerja dibagi menjadi: a. Total Assets to Net Working Capital Jika net working capital suatu perusahaan menurun maka rasio akan meningkat. Dengan meningkatnya nilai rasio total assets to net working capital, perusahaan dapat dinilai memiliki likuiditas yang rendah, begitu juga sebaliknya. Perhitungan total asets to net working capital didapat dengan menggunakan rumus berikut ini: Berikut ini adalah hasil perhitungan total equity to current liabilities ratio periode : ( ) Tahun 2002 Rp 536,787 = 12% Rp 46,208 Tahun 2003 Rp 523,302 = 3.1% Rp 167,169 Tahun 2004 Rp 671,109 = 2.3% Rp 292,446 Tahun 2005 Rp 732,354 = 1.9% Rp 380,151 Tahun 2006 Rp 795,244 = 1.8% Rp 453,742 Dari hasil perhitungan, rasio total aktiva terhadap modal kerja bersih mencapai 12% yang mengindikasi rendahnya tingkat likuiditas Rp 46,208 (juta) pada tahun

32 Kemudian pada periode menunjukan rendahnya rasio pada kisaran 3,1% menjadi 1,9%, ini menunjukan likuiditas tinggi berarti modal kerja bersih meningkat atau besar. Modal kerja bersih berada pada kisaran Rp 167,169-Rp 453,742 (juta). Pada tahun 2006 rasio modal kerja menurun sebesar 0,1% menjadi 1,8%. b. Current Liabilities to Net Working Capital Ratio Jika curent liabilities meningkat maka net working capital suatu perusahaan akan menurun. Hal ini bisa menyebabkan current liabilities to net working capital ratio akan meningkat. Penilaian likuiditas yang rendah akan diterima oleh perusahaan, jika current liabilities to net working capital ratio meningkat.. Perhitungan current liabilities to net working capital ratio didapat dengan menggunakan rumus: Berikut ini adalah hasil perhitungan current liabilities to net working capital ratio periode : ( ) Tahun 2002 Rp 149,968 = 32% Rp 46,208 Tahun 2003 Rp 41,534 = 2,5% Rp 167,169. Tahun 2004 Rp 85,921 = 2,9% Rp 292,446 Tahun 2005 Rp 62,333 = 1,6% Rp 380,151 Tahun 2006 Rp 73,395 = 1,6% Rp 453,742 70

33 Dari hasil perhitungan pada tahun 2002 rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih mencapai angka 32%, kenyataan ini mengindikasi bahwa modal kerja bersih kecil. Namun di tahun rasio turun yang mengindikasikan adanya kenaikan yang cukup kentara pada modal kerja bersih atau dengan kata lain modal kerja bersih membaik, kenaikan modal kerja bersih berada pada kisaran Rp 1167,169-Rp 453,742 (juta). Rasio kewajiban lancar terhadap modal kerja bersih tahun berada pada kisaran 2,5% sampai 1,6%,. c. Revenues to Net Working Capital Untuk mengukur aktifitas bisnis terhadap kelebihan current assets atas current liabilities dapat dihitung dengan menggunakan revenue to net working capital. Perhitungan revenue to net working capital ratio didapat dengan menggunakan rumus: : Berikut ini adalah hasil perhitungan revenue to net working capital ratio periode ( ) Tahun 2002 Rp 1,021,899 = 22 % Rp 46,208 Tahun 2003 Rp 1,077,222 = 6.44% 167,169 Tahun 2004 Rp 1,333,147 = 4.56% Rp 292,446 Tahun 2005 Rp 1,563,156 = 4.12% Rp 380,151 Tahun 2006 Rp 1,665,615 = 3.67% Rp 453,742 71

34 Pada tahun 2002 rasio pendapatan terhadap modal kerja bersih mencapai sebesar 22%. Sedangkan di tahun rasio menurun dari 6,4-3,7% ini mengartikan bahwa perusahaan semakin likuid jadi pendapatan dibanding modal kerja bersih, lebih besar modal kerja bersih pada kisaran Rp 167,169-Rp 453,742 (juta). IV.4 Analisis Kausal Rasio kecukupan aktiva lancar secara umum periode mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena current assets tahun selalu mengalami peningkatan. Namun pada tahun current ratio mengalami penurunan sebesar 68% yang disebabkan karena current liabilities mengalami peningkatan tahun 2004 sebesar 106% dari Rp 41,534 menjadi Rp 85,921 (juta) yang lebih besar daripada kenaikan current assets sebesar 81%. Untuk rasio current asssets to total assets periode mengalami peningkatan, kecuali tahun current assets to revenue tidak mengalami kenaikan karena jumlah peningkatan hampir sama masing-masing 17% dan 21%. Berdasarkan hasil perhitungan current ratio dapat dikatakan bahwa perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang cukup baik. Ini terlihat besarnya rasio pada tahun 2002 sampai tahun 2006 secara umum mengalami peningkatan yang merupakan dampak dari kenaikan current asset. Peningkatan current asset tersebut terjadi karena terjadi peningkatan account receivable periode sebesar 172,41%. Rasio kecukupan quick assets secara umum periode 2002 sampai 2006 menggalami peningkatan. Untuk rasio quick assets to current liabilities pada tahun mengalami penurunan sebesar 7%. Penurunan ini searah dengan current asset to current liabilities ratio yang disebabkan oleh kenaikan current liabilities tahun 72

35 2004 sebesar 106%. Quick assets to revenue ratio untuk tahun tidak mengalami perubahan sama. Dalam hal ini, current assets to revenue ratio tahun tidak mengalami perubahan. Penyebab kedua rasio pada tahun tetap adalah besarnya peningkatan current assets dan quick ratio hampir sama yaitu 17% dan 16,84%. Dengan peningkatan quick assets ratio menunjukkan perusahaan likuid. Rasio kecukupan kas yang terdiri dari cash to current liabilities, cash to total assets, dan cash to revenue tahun menujukan adanya kenaikan, namun pada tahun 2006 menggalami penurunan masing-masing 44%, 2,4%, dan 1,6%. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2006 kas mengalami penurunan sebesar 37,58%. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam melakukan penjualan kredit (piutang). Besarnya piutang dapat meningkatkan besarnya piutang tak tertagih. Selain itu, kemungkinan kas tahun 2006 digunakan untuk membiayai utang perusahaan terutama utang jangka panjang. Rasio arus dana dari persediaan untuk inventory turn over in cash dan inventory turn over in unit untuk tahun dan mengalami peningkatan, sedangkan tahun mengalami penurunan. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan revenue dan COGS. Penurunan yang terjadi pada periode disebabkan karena naiknya persediaan sebesar dua kali dari persediaan tahun Penurunan inventory turn over in cash dan inventory turn over in unit untuk tahun tersebut mengakibatkan investasi perusahaan dalam persediaan besar sehingga biaya penyinpanan persediaan ikut naik. Selain itu, meningkatnya persediaan menggambarkan bahwa pada periode tersebut perusahaan kurang likuid. Untuk current liabilities exposure pada periode dan periode mengalami peningkatan yang disebabkan oleh penurunan current liabilities untuk 73

36 periode tersebut, sedangkan periode dan mengalami penurunan. Penurunan tersebut disebabkan karena pada periode dan current liabilities mengalami peningkatan masing-masing sebesar 106% dan 19,7%. Besarnya total assets to current liabilities ratio pada tahun 2003 yaitu 12,6% merupakan nilai yang paling tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa aset perusahaan kemungkinan dibiayai dengan utang jangka panjang. Ini terlihat dari besarnya current liabilities yang memiliki nilai paling kecil dibandingkan periode lainnya. Sedangkan pada tahun 2002, besarnya total assets to current liabilities ratio adalah 3,58%. Ini menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan utang jangka pendek untuk membiayai asset perusahaan. Rasio kecukupan modal kerja secara umum mengalami penurunan, tetapi pada periode tahun mengalami peningkatan. Pada rasio current liabilities to net working capital periode mengalami peningkatan 0,4% yang disebabkan oleh peningkatan current liabilities pada periode tersebut. Pada tahun 2002 rasio kecukupan modal kerja paling besar dibandingkan dengan periode lainnya. Hal ini menunjukan tingkat likuiditas perusahaan yang rendah tahun Tingginya rasio kecukupan modal kerja pada tahun 2002 disebabkan oleh rendahnya net working capital, diakibatkan oleh current liabilities tahun 2002 paling besar diantara periode yang lain. Pada tahun 2006 rasio kecukupan modal kerja perusahaan memiliki modal kerja yang paling rendah dibandingkan modal kerja periode lainnya. Hal ini menunjukan tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi pada tahun tersebut. Rendahnya rasio kecukupan modal kerja pada tahun 2006 disebabkan oleh net working capital pada tahun tersebut paling besar diantara periode yang lain. Menurut perhitungan korelasi hubungan antara modal kerja bersih dan laba bersih -0,23 atau dengan menggunakan perhitiungan koefisien determinasi menghasilkan 74

37 0,0529 (5,29%), yang artinya hanya 5,29% dari laba yang dipengaruhi oleh modal kerja selebihnya dipengaruhi faktor lain. Jika di lihat pada laporan keuangan, expense PT. AGM periode mengalami peningkatan pada kisaran 6,6%-22,4%. Dengan meningkatnya expense maka dampak akhirnya dapat mengurangi laba perusahaan. Berdasarkan analisis terhadap laporan keuangan, laba bersih PT. AGM pada 31 Desember 2006, penjualan bersih Aqua tahun lalu mencapai Rp1,66 triliun dan laba bersih Rp 48,85 miliar. Hal tersebut disebabkan adanya beban seperti peningkatan biaya di luar kegiatan operasional Rp 6,6 miliar pada 2005 dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) periode Selama 2006, Aqua meningkatkan laju pertumbuhan penjualan dengan cara berinvestasi pada botol dan krat Rp 43,47 miliar dan secara bertahap memperbaiki mesin produksi yang menghabiskan Rp 17,38 miliar. 75

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus manajemen keuangan Modal kerja adalah modal bersih yang

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut kamus manajemen keuangan Modal kerja adalah modal bersih yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Modal Kerja II.1.1 Pengertian Modal Kerja Menurut kamus manajemen keuangan Modal kerja adalah modal bersih yang merupakan selisih lebih antara aktiva lancar dengan hutang lancar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Karwell Indonesia Tbk. yang meliputi analisa laporan keuangan, analisis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Disini penulis akan menyimpulkan hasil kinerja PT Telkom Tbk dan PT Indosat Tbk yang keduanya merupakan perusahaan yang terdaftar di BEJ setelah dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada saat ini begitu banyak perusahaan manufaktur yang berkembang di Indonesia, terutama perusahaan disektor barang konsumsi (Consumer Goods Industry) dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR LAMPIRAN... xvi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xiv. DAFTAR LAMPIRAN... xvi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah... 1 1.2. Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu a. Penelitian yang dilakukan oleh Manalu (2004) mengenai analisis tingkat efifiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja pada PT. Telekomunikasi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 2.1. Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian keuangan atau bagian akuntansi di perusahaan memiliki tugas utama yaitu menyiapkan laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut secara umum

Lebih terperinci

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Analisis Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, dan Aktivitas pada PT. Kimia Farma (Persero), Tbk Latar Belakang Masalah 1. Keuangan merupakan sarana yang penting bagi suatu perusahaan untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Anggarini (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Hubungan Likuiditas dan Leverage Terhadap Profitabilitas Pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA JAKARTA 2016 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK Nama : Bella Gusita Aritonang NPM : 21213693 Kelas : 3EB03 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dini Yartiwulandari,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan PT. Kimia Farma Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang industri farmasi dimana kegiatan utamanya menyediakan produk dan jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN maka perusahaan akan mengetahui apakah kinerja keuangan perusahaannya lebih baik atau bahkan lebih baik dari perusahaan lain. Dengan adanya analisis rasio laporan keuangan maka akan dapat membantu manajemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan 40 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan pada PT. Pupuk Kalimantan Timur. Sesuai dengan analisis dan metode penelitian yang digunakan maka data yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis terhadap laporan keuangan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. adalah di bawah ini. Berdasarkan analisis rasio likuiditas,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA BERSIH TERHADAP LABA BERSIH PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI. Tbk PERIODE ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA BERSIH TERHADAP LABA BERSIH PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI. Tbk PERIODE ABSTRAK ANALISIS PENGARUH MODAL KERJA BERSIH TERHADAP LABA BERSIH PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI. Tbk PERIODE 2002-2006 ABSTRAK Analisis perubahan modal kerja terhadap laba dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari

BAB III METODE PENELITIAN. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Analisis Efisiensi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dari penggunaan modal kerja yang dioperasikan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Analisis rasio laporan keuangan pada perusahaan industri rokok telah dilaksanakan secara efektif, hal ini terlihat dari perusahaan industri rokok dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio PT Astra Agro Lestari Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. Nama : Annisa Damayanti Puspitasari NPM : 21213127 Kelas : 3EB03 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dini

Lebih terperinci

PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PT. TRIKARYA CEMERLANG

PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PT. TRIKARYA CEMERLANG PENGARUH EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMIS PT. TRIKARYA CEMERLANG Nama : Reni Susanti NPM : 25209874 Jurusan : AKUNTANSI Pembimbing : : BUDI SANTOSO, SE.,MM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kinerja Keuangan PT. Lippo Karawaci Tbk tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 Dalam Bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current

BAB V PENUTUP. Ace Hardware Indonesia Tbk adalah sebagai berikut: 1. Rasio likuiditas PT Ace Hardware Indonesia Tbk bila dilihat dari current BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Simpulan rinci yang didapatkan dari perhitungan analisis rasio keuangan yang telah dilakukan sebagai salah satu dasar penilaian kinerja keuangan pada PT Ace Hardware Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penilaian Kinerja PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk dan PT Aneka Tambang, Tbk Informasi yang ada pada laporan keuangan adalah informasi yang berupa angka-angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan karena melalui Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan karena melalui Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Analisis laporan keuangan sangat penting bagi perusahaan karena melalui Laporan keuangan perusahaan dapat melihat kinerja perusahaan sudah berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan tentu bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang dapat dipergunakan untuk kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk melaksanakan. lagi untuk membiayai operasi yang berikutnya.

ABSTRAK. Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk melaksanakan. lagi untuk membiayai operasi yang berikutnya. ABSTRAK Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Modal kerja baik berupa uang maupun dana lainnya yang telah dikeluarkan diharapkan dapat kembali lagi dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penelitian ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Sebagai akhir dari penulisan dalam bab ini, disampaikan beberapa kesimpulan dan saran yang sesuai dengan penelitian analisis data yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. TOKO GUNUNG AGUNG, Tbk TAHUN 2008-2012 NAMA : DEWI KUSUMASTUTI KELAS : 3EB15 NPM : 21210905 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI Latar Belakang Masalah Analisis laporan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations adalah dengan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja, perusahaan yang bergerak dibidang apapun baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan produksi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Indofarma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 1. Pelaksanaan Analisis Laporan Keuangan Pada Perusahaan Industri Kertas 1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Analisis laporan keuangan pada PT. Indah Kiat Pulp & Paper

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh likuiditas (current ratio), total asset turnover, dan total debt to total asset terhadap net profit margin pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri bidang pengolahan sektor makanan dan minuman (foods and beverages) mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai laba yang maksimum dan menjaga agar kelangsungan hidup serta pertumbuhan usahanya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 99 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penghitungan dan analisis terhadap kinerja keuangan PT. MCP, maka pada bab ini akan diberikan kesimpulan dari pembahasan dan analisis diatas serta saran-saran

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan PT. Ades Water Indonesia Tbk.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan Keuangan PT. Ades Water Indonesia Tbk. 54 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Keuangan PT. Ades Water Indonesia Tbk. Sesuai dengan lingkup pembatasan, maka penulis hanya akan membahas permasalahan kuangan yang berupa neraca dan laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Laporan Keuangan Bagian akuntansi merupakan bagian yang sangat berjasa dalam menyajikan sebuah laporan keuangan sektor usaha. Laporan keuangan yang dimaksud terdiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari Tbk. yang selanjutnya dibandingkan dengan PT. PP London Sumatra Tbk. dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk. Mahrunnisa Wira Subroto EB 13

Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk. Mahrunnisa Wira Subroto EB 13 Analisis Rasio Likuiditas, Rentabilitas, dan Solvabilitas pada PT. Metrodata Electronics, Tbk Mahrunnisa Wira Subroto 21209601 3 EB 13 Latar Belakang PENDAHULUAN Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan

Lebih terperinci

MANAJEMEN MODAL KERJA Bagian 2. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto

MANAJEMEN MODAL KERJA Bagian 2. Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto MANAJEMEN MODAL KERJA Bagian 2 Sumber : Syafarudin Alwi Bambang Riyanto 1 Kebutuhan Dana Kebutuhan dana perusahaan dibedakan kedalam dua kebutuhan : Kebutuhan permanen baik dalam bentuk aktiva tetap maupun

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Manajemen Keuangan. Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen Manajemen Keuangan Modul ke: Perencanaan Keuangan Jangka Panjang Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Perencanaan Keuangan Berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap laporan keuangan, maka dapat diketahui secara jelas mengenai gambaran kondisi perusahaan dan langkahlangkah apa saja yang

Lebih terperinci

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk

ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS PADA PT. UNILEVER INDONESIA, Tbk Nama : Wina Sari NPM : 28210524 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Susanti Usman, SE., MMSI Latar Belakang Masalah 1. Berhasil tidaknya

Lebih terperinci

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Rasio Keuangan Analisis yang akan diuraikan dalam rasio keuangan ini meliputi : analisis likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas, pertumbuhan, dan analisis

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab 4 yaitu penilaian kinerja keuangan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang akan dibandingkan dengan rata-rata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. i ii iv vi viii x xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Perumusan Masalah.

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK Nama : Bella Kandi NPM : 21213695 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Erna Kustyarini SE., MMSI Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI 15 BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Pada masa sekarang ini dunia usaha dan industri sedang berkembang dengan pesat dan menjadi pemegang peranan penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN

BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN BAB I ANALISIS HUBUNGAN ANTARA LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP IMBAL HASIL SAHAM PERUSAHAAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan operasinya setiap perusahaan pasti membutuhkan modal kerja agar hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Objek yang dipilih adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk. PT Mitra Adiperkasa Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam operasi berbagai merek toko ritel

Lebih terperinci

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB III PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab ini memuat input data dan hasil perhitungan rasio, pembandingan dengan rasio rata-rata industri tambang serta analisisnya. 3.1. Perhitungan Sebelum melakukan perhitungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2015:7), laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:2) Laporan Keuangan adalah : Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. seluruh kewajiban lancarnya. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas Sebelum dan Sesudah memperoleh Sistem Manajemen Mutu Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban lancarnya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk Disusun oleh Nama : AdhiPrasetyo NPM : 06320005872 Kelas/Nomer Absen : 2D Adm. Perpajakan / 03 DEPARTEMEN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Modal Kerja 2.1.1.1. Pengertian Modal Kerja Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari hari. Pengertian modal kerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK. : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 ANALISIS RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, DAN PROFITABILITAS PADA LAPORAN KEUANGAN PT. SIANTAR TOP (PERSERO) TBK Nama NPM Kelas Fakultas Jurusan Pembimbing : Sovia Yohana Lumban : 1A214419 : 3EA39 : Ekonomi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disusun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dengan judul ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI YANG GO PUBLIC DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Laba merupakan tujuan utama setiap perusahaan. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan memberikan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. TELKOM) periode 2005 sampai dengan 2008 maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terdapat di www.idx.co.id. Periode laporan keuangan dan laporan tahunan yang digunakan

Lebih terperinci

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan

Latar Belakang Masalah. 1. Keuangan Perusahaan 2. Laporan Keuangan 3. Penilaian Kinerja Perusahaan ANALISA LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN MELALUI TINGKAT LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, AKTIVITAS, DAN PROFITABILITAS PADA PT. UNILEVER INDONESIA TBK Nama Jurusan Pembimbing : Fika Fitrianti

Lebih terperinci

: Fernando Saroinsong NPM : : Bambang Darmadi, SE., MM

: Fernando Saroinsong NPM : : Bambang Darmadi, SE., MM ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO (CR), INVENTORY TURNOVER, DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN ON ASSETS (ROA) PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA Nama NPM : 22210747 Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN

Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN Ade Heryana ANALISA LAPORAN KEUANGAN RASIO KEUANGAN Ratio Keuangan: perhitungan matematika yang bergunauntuk: Mengevaluasi performa perusahaan Memonitor performa perusahaan selama periode tertentu (mingguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Working capital dalam perusahaan merupakan peran vital guna kesinambungan kinerja perusahaan, karena working capital merupakan suatu jumlah yang harus terus menerus

Lebih terperinci

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13

Nama : Martha Romadoni NPM : Kelas : 3EA13 ANALISA KINERJA KEUANGAN PT. PEGADAIAN Tbk BERDASARKAN RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS Nama : Martha Romadoni NPM : 16209473 Kelas : 3EA13 LATAR BELAKANG Mengingat pegadaian merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penyajian Laporan Keuangan Hotel The Acacia

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penyajian Laporan Keuangan Hotel The Acacia 29 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan Hotel The Acacia Sesuai dengan ruang lingkup pembahasan, maka penulis hanya akan membahas permasalahan laporan keuangan yang berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Modal kerja Bersih a. Pengertian Modal kerja Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari

Lebih terperinci

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 2, No. 1, July 2014, 45-54 p-issn: 2337-7887 Article History Received May, 2014 Accepted June, 2014 Analisis Rasio Keuangan pada PT Citra Tubindo Tbk.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Jenis Modal Kerja 1. Pengertian modal kerja Burton A, Kolb (Sawir, 2005:129) menyatakan modal kerja adalah investasi perusahan dalam aktiva jangka pendek atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LAPORAN KEUANGAN Sebuah perusahaan yang baik sudah seharusnya membuat laporan keuangan setiap periode untuk mengetahui kinerja perusahaan selama periode berjalan. Laporan keuangan

Lebih terperinci