BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah spektrofotometri menyiratkan pengukuran jauhnya pengabsorbsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungs dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran pengabsorbsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari pemilikan visual di mana studi yang lebih rinci mengenai pengabsorbsian energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar daalam pencirian dan pengukuran kuantitatif. Spektrofotometri sesuai dengan namanya dalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotmeter yang menghasilkan sinar spektrum dengan panjang gelombang yaitu dan fotometer adalah alat pengukuran intenstas cahaya ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Untuk memahami spektrofotometri, memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara yang elementer dan secara umum mengurus apa kerja instrumen instrumen. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan di sebagai fungsi dari panjang gelombang. 1.2 Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan diharapkan mahasiswa mampu : 1. Menentukan panjang gelombang maksimum 2. Membuat kurva kalibrasi dengan panjang gelombang maksimum 3. Menentukan kadar kafein dalam sampel kopi BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kafein Laporan Instrumen Analitik 1

2 Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75) atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas (1:6 pada 80 C) atau alkohol panas (1:25 pada 60 C) (Wilson and Gisvold, 1982). Berikut ini adalah struktur dari kafein : Gambar 1. Struktur Kafein Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola, dan beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulant dan beberapa aktifitas biologis lainnya. Kandungan kafein dalam teh relative lebih besar daripada yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian teh dalam minuman lebih encer dibandingkan dengan kopi (Sudarmi, 1997). Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat yang dapat menimbulkan dieresis, merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos bronchus. Secara klinis biasanya digunakan berdasarkan khasiat sentralnya, merangsang semua susunan saraf pusat mula-mula korteks kemudian batang otak, sedangkan medulla spinalis hanya dirangsang dengan dosis besar 1.2 Definisi Spektrofotometer Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer ialah menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu, sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau Laporan Instrumen Analitik 2

3 yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang nm. Sedangkan pada spektrometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar,1990) 1.3 Spektrofotometer UV Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energy secara relative jika energy tersebut ditransmisikan atau direfleksikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Prinsip dasar dari suatu spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Jenis-jenis spektrofotometer : berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari : a. Spektrofotometer sinar tampak (Vis). b. Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV). Laporan Instrumen Analitik 3

4 berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari : a. Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic). b. Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic). Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, S.M, 2002) 1.3 Skema konstruksi spektrofotometer : Ketika cahaya putih dilewatkan dalam suatu substansi maka setiap warna cahaya yang dipantulkan akan memiliki panjang gelombang yang berbeda. Berkas cahaya tersebut diasumsikan sebagai warna komplemen dari panjang gelombang yang diserap. Spektrofotometer 1500 Shimadzu Mekanisme kerja dari spektrofotometer pada dasarnya adalah memencilkan cahaya menjadi monokromatik, yang kemudian cahaya tersebut dilewatkan pada suatu sampel yang akan diukur kekuatan radiasinya. Jika P merupakan banyaknya sinar sinar yang diteruskan oleh larutan sampel dan Po merupakan banyaknya sinar yang diserap, maka ratio P/Po dapat kita sebut sebagai transmitansi. % Transmitansi dapat dituliskan sebagai berikut: Laporan Instrumen Analitik 4

5 Selain mengukur transmitansi, spektrofotometer pada dasarnya adalah untuk mengukur absorbansi sampel karena adanya interaksi atom, molekul, dan ion pada sampel tersebut. Panjang gelombang yang diserap oleh sampel dari sejumlah cahaya yang diberikan akan sebanding dengan konsentrasi sampel dan ketebalan larutan sampel. Secara matematis hubungan ini diberikan oleh hukum Lambert beer: A = bc Dimana: = absorptivitas molar (L.cm -1.mol -1 ) b = ketebalan kuvet (cm) c = konsentrasi (moll -1 ) Hukum Lambert-Beer Dimana, A= serapan I o = Intensitas sinar yang datang I = Intensitas sinar yang diteruskan ε = absorptivitas molar ι = panjang atau tebal larutan c = konsentrasi larutan. Komponen Instrumentasi UV-Vis a. Sumber Radiasi ü Argon nm ü Tungsten nm Laporan Instrumen Analitik 5

6 ü Deuterium nm ü Xenon nm b. Kuvet (Sample Container) -Kuarsa atau silika c. Monokromator -Prisma kaca atau kuarsa d. Detektor -Fotolistrik e. Pencatat ü Menurut konfigurasi optiknya, spektrofotometer UV-Vis dibagi menjadi : Single Beam Double Beam Multi Channe 3.1 Alat dan Bahan BAB III PROSEDUR PERCOBAAN Laporan Instrumen Analitik 6

7 No. Alat Bahan 1. Spektrofotometer Shimazdu Larutan induk kafein ppm 2. Buret 50 ml Metilen klorida 30 ml 3. Pipet tetes Larutan NaOH 0.1 N 10 ml 4. Pipet ukur 5 ml; 10 ml Larutan HCl 0.1 N 30 ml 5. 7 buah labu takar 25 ml Aquades 6. Botol Semprot 7. Gelas kimia 250 ml, 100 ml 8. Bola hisap 3.2 Skema Kerja 1. Pembuatan Larutan Standard dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Laporan Instrumen Analitik 7

8 2. Pembuatan Larutan Cuplikan Kafein CARA 1 A. Menyalakan Alat Laporan Instrumen Analitik 8

9 B. Pengukuran Spektrum (untuk Penentuan Panjang Gelombang Maksimum). Laporan Instrumen Analitik 9

10 C. Pengukuran Photometric Laporan Instrumen Analitik 10

11 (untuk mengukur A atau %T, jika panjang gelombang gel.maksimum sudah diketahui). D. Pengukuran Quantitative Laporan Instrumen Analitik 11

12 a. Pembuatan Kurva Kalibrasi Catatan : Laporan Instrumen Analitik 12

13 1. Supaya kurvanya berbentuk garis linier melalui (0,0), maka blanko dimasukkan ke no.1 (konsentrasi 0,000 ppm) pada saat pengisian nilai konsentrasi. 2. Untuk mengubah data pada kurva kalibrasi - Masuk ke menu cal. Curve (tampilan kurva kalibrasi). - Tekan CHg.Ord (F3), untuk mengganti nilai konsentrasi, tekan change danmasuk kannilai yang benar, tekan enter. - Ganti nilai ABS, tekan Edit key in, masukan nilai yang benar, tekan enter. E. Pengukuran Konsentrasi Sampel (setelah tahap pembuatan kurva kalibrasi) F. MematikanAlat Laporan Instrumen Analitik 13

14 BAB IV DATA PENGAMATAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksium No. Konsentrasi PanjangGelombang Absorbansi (ppm) (nm) ,8 0,325 B. Pembuatan kurva kalibrasi (Photometric) N Konsentrasi (ppm) PanjangGelombang Absorbansi (A) o. (nm) , ,8 0, ,8 0, ,8 0, ,8 0, ,8 0,55 Laporan Instrumen Analitik 14

15 Kurva Kalibrasi Absorbansi (A) vs Konsentrasi (ppm) Absorbansi (A) f(x) = 0.04x - 0 R² = Y-Values Linear (Y-Values) Linear (Y-Values) Linear (Y-Values) Konsentrasi (ppm) C. Pengukuran Konsentrasi Sampel air bilasan No. Konsentrasi Absorban(A) Panjang Gelombang (ppm) (nm) 1. 3,96 0, ,8 Konsentrasi sampel di dapat melalui persamaan garis lurus dari kurva kalibrasi di atas, Y = A + Bx dimana : y = nilai absorbansi sampel 0,176 = 0,0448x 0,0026 x = konsentrasi sampel X = 3,96 Jadi dalam larutan air bialasan terdapat 3.96 ppm kafein D. Pengukuran Absorban Sampel kopi No. Absorban (A) PanjangGelombang (nm) 1. 0, ,0 Laporan Instrumen Analitik 15

16 1. Perhitungan konsentrasi Kafein y = A + Bx y = 0,0448x 0,0026 y (nilai absorbansi kafein) = 0,504 0,504 = 0,0448x 0,0026 x = 11, 30 ppm 2. Perhitungan massa kafein di dalam kopi Kafein di dalam HCl diencerkan sebanyak 5x, namun masih pekat, terbukti dari pengukuran spektrofotometer yang melonjak sangat tinggi, maka diencerkan lagi sebanyak 5x. Jadi total pengenceran sebanyak 25x. 11,30 ppm x 25 = 282,7 mg/l (ppm) 282,7 mg Massa kafein di dalam 30 ml = L x =8,48 mg /30 ml Maka, di dalam 30 ml larutan sampel kopi, terdapat 8,48 mg kafein Massa sampel kopi 2 gram, jadi dalam 2 gram kopi terdapat 8.48 mg kafein atau setiap 1 gram kopi terdapat 4,24 mg kafein. Laporan Instrumen Analitik 16

17 BAB V PENGOLAHAN DATA Perhitungan deret larutan standar kafein 2,4,8,10,12 ppm a. Perhitungan pengenceran larutan dari kafein 1000 ppm menjadi 100 ppm V 1. C 1 = V 2. C ppm. 10 ml = 100 ml. C 2 C 2 =100 ppm b. Perhitungan pengenceran larutan 100 ppm dipipet 0.5 ml kedalam labu 25 ml. V 1. C 1 = V 2. C ppm. 0.5 ml = 25 ml. C 2 C 2 = 2 ppm c. Perhitungan pengenceran larutan 100 ppm dipipet 1 ml kedalam labu 25 ml. V 1. C 1 = V 2. C ppm. 1 ml = 25 ml. C 2 C 2 = 4 ppm d. Perhitungan pengenceran larutan 100 ppm dipipet 2 ml kedalam labu 25 ml. V 1. C 1 = V 2. C ppm. 2 ml = 25 ml. C 2 Laporan Instrumen Analitik 17

18 C 2 = 8 ppm e. Perhitungan pengenceran larutan 100 ppm dipipet 2.5 ml kedalam labu 25 ml. V 1. C 1 = V 2. C ppm. 2.5 ml = 25 ml. C 2 C 2 = 10 ppm f. Perhitungan pengenceran larutan 100 ppm dipipet 3 ml kedalam labu 25 ml. V 1. C 1 = V 2. C ppm. 3 ml = 25 ml. C 2 C 2 = 12 ppm BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pemabahasaan oleh Azka Muhamad Syahida Praktikum penentuan kadar kafein dilakukan dengan metoda spektrofotometri dengan sumber lampu UV (lampu yang digunakan biasanya lampu denterium), karena larutan hasil ekstraksi kafein yang telah terpisah tidak berwarna, sehingga diperlukan lampu dengan panjang gelombang dibawah 350 nm (UV) untuk mengetahui besarnya absorban sampel dan standar kafein. Pada praktikum ini digunakanlah alat spektrofotometer Shimadzu yang memiliki 2 sumber lampu yaitu sinar tampak dan UV, untuk sumber lampunya yang digunakan adalah wolfram, sedangkan sinar tak tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet Visible). Pada penentuan kadar kafein dalam sampel diawali dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu dari konsentrasi 1000 ppm menjadi 100 ppm kemudian dilakukan pengenceran lagi pada konsentrasi yang sudah di tentukan yaitu 2,4,8,10,12 ppm yang di larutkan dalam HCl 0,1 N. Hal ini bertujuan untuk membuat kurva standar, sehingga pada penentuan Laporan Instrumen Analitik 18

19 konsentrasi sampel, dapat diketahui konsentrasi sampel setelah dilakukan pengukuran absorban berdasarkan kurva deret standar yang telah dibuat. HCl 0,1 N juga bertindak sebagai blanko. Larutan blanko ini merupakan larutan HCl 0,1 N yang tidak mengandung kafein. Digunakan HCl 0,1 N karena pelarut yang digunakan untuk standar adalah HCl 0,1 N sehingga jenis pereaksi yang ditambahkan pada sampel dan standar harus sama. Larutan blanko ini juga berfungsi sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika pengukuran larutan standar dan sampel di dapat harga absorban pengukuran yang tepat. Pada proses penentuan panjang gelombang digunakan larutan standar 2 ppm dan 8 ppm, hal ini di lakukan untuk menentukan panjang gelombang sesungguhnya dilakukan dua kali untuk mencari panjang gelombang maksimum. Di dalam alat tetap terdapat larutan blanko sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika pengukuran sampel pereaksi yang ditambahkan pada sampel tidak mengubah harga absorban pengukuran, karena adanya faktor koreksi dengan blanko sehingga nilainya zero atau nol. Jadi didalam alat itu ada 2 larutan yaitu blanko dengan larutan standar. Nilai Abscis (λ) yang di dapat pada konsentrasi 2 ppm adalah 272,4 sedangkan konsentrasi 8 ppm adalah 272,6, sehingga nilai panjang gelombang maksimum yang diambil adalah 274,8 Pada proses pengukuran standar untuk mendapatkan kurva kalibrasi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin besar nilai absorbansi yang diperoleh. Dan dari kurva kalibrasi ini diperoleh nilai R (regresi) sebesar 0,990 yang artinya kurva ini dapat menjadi kurva standar untuk penentuan konsentrasi/kadar sampel karena kurva ini berbentuk cukup linear sehingga dapat menjadi hubungan korelasi antara konsentrasi dengan absorbansi. Kurva kalibrasi yang terbentuk digunakan untuk mengukur sampel berdasarkan persamaan garis yang dibentuk, sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui dan langsung tertera pada alat. Konsentrasi yang diperoleh dari hasil perhitungan yaitu : sampel 1 : 3.96 ppm. Sampel kafein : ppm. 6.2 Pembahasan oleh Eveline Fauziah Pada praktikum kali ini, bertujuan untuk menentukan kadar kafein di dalam larutan kopi yang didapat melalui metoda ekstraksi. Kadar kafein tersebut dapat diukur melalui alat Laporan Instrumen Analitik 19

20 bernama Spektrofotometer. Spektrofotometer yang digunakan ialah Spektrofotometer Shimadzuyang memiliki 2 sumber cahaya yaitu visible dan ultraviolet. Digunakan spektrofotometer uv-visible ini karena kafein hasil ekstraksi tidak berwarna, sehingga sesuai dengan pengukuran oleh radiasi gelombang cahaya ultraviolet yaitu dibawah 350 nm. Shimadzu yang memiliki 2 sumber lampu yaitu sinar tampak dan UV, sinar tampak sering disebut visible, untuk sumber lampunya yang digunakan adalah wolfram, sedang sinar tak tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet Visible). 1. Proses Ekstraksi kafein oleh Metilen Klorida dan HCl. Penentuan kadar kafein diawali dengan proses ekstraksi. Serbuk kopi sebanyak 2 gram dilarutkan ke dalam aquades 75 ml, kemudian disaring terlebih dahulu sebanyak 2x oleh kertas Whatman. Selanjutnya dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan ini bertujuan agar kafein yang ada dalam larutan dapat keluar karena proses pemanasan itu sendiri berfungsi untuk menambah kelarutan dari kafein. Selanjutnya, larutan kopi tersebut dipindahkan ke dalam corong pisah, agar dapat dilakukan kestraksi karena perbedaan massa jenis. Kemudian tambahkan metilen klorida (CH3Cl) 10 ml dan juga NaOH. Pelarut organic (metilen klorida) ditambahkan agar kafein dan substratnya memiliki fasa yang berbeda. Proses ekstraksi dilakukan dengan pengocokan sehingga cafein yang terdapat dalam larutan kopi terlarutkan dalam metilen klorida, dan terpisah dari substratnya. Pelarut organic tersebut akan menarik kafein ke bagian bawah, sedangkan substrat akan berada di atasnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan massa jenis, massa jenis metilen klorida lebih rendah maka berada di bagian bawah corong pisah, sedangkan massa jenis substrat lebih berat maka berada di bagian atas corong pisah. Pada saat melakukan ekstraksi tutup corong pisah harus sekali-sekali dibuka, karena ketika dikocok reaksi antara pelarut organik dan kafein menimbulkan gas. Sehinnga dikhawatirakan ketika tekanan gas dalam corong pisah tinggi menyebabkan corong pisah menjadi pecah atau pun menyebabkan tutup corong pisah terlontar keluar. Laporan Instrumen Analitik 20

21 Ketika setelah pengocokan dan terbentuk 2 fasa antara pelarut organik dan sampel maka bagian yang diambil adalah bagian bawah (pelarut organik). Setelah dilakukan pengocokan maka kafein yang berada dalam sampel, larut dalam pelarut organik. Namun agar kafein lebih larut dalam metilen klorida dilakukan ekstraksi sampel sebanyak 2 kali. Ekstraksi kedua, pelarut organic yang mengandung kafein tersebut dimasukkan lagi ke dalam corong pisah dan ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 30 ml. Kafein yang larut dalam metilen klorida, dan direaksikan dengan HCl, akan ditarik oleh HCl. Karena berat jenis HCl kurang dari 1 maka posisi HCl setelah proses ekstraksi berada di bagian atas larutan dan telah berikatan dengan kafein. Sehingga larutan yang mengandung kafein setelah dilakukan ekstraksi kedua berada di lapisan larutan yang paling atas.melalui perhitungan, didapat kadar kafein di dalam larutan kopi ialah 8,48 mg 2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Pada penentuan panjang gelombang maksimum, digunakan larutan standar kafein dengan varian konsentrasi yaitu 2, 4, 8, 10, 12 ppm dan blanko. Larutan standar kafein 8 ppm digunakan dalam menentukan panjang gelombang maksimum karena konsentrasi 8 ppm berada pada bagian tengah-tengah yang mewakili deret standar. Penentuan panjang gelombang maksimum juga ditentukan oleh larutan blanko HCl 0,1 N. Larutan blanko berfungsi sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika pengukuran sampel preaksi yang ditambahkan pada sampel tidak mengubah harga absorban pengukuran, karena adanya faktor koreksi dengan blanko.setelah proses pengukuran, didapat panjang gelombang maksimum ialah 274,8 nm dan dengan nilai absorbansi sebesar 0,325 nm. Setelah mendapatkan panjang gelombang maksimum, larutan standar lain dengan konsentrasi yang berbeda dimasukkan ke dalam spektrofotometer dan didapat nilai absorbansinya. Spektrofotometer dapat mengukur nilai absorbansi suatu larutan karena, cahaya yang masuk melalui pintu masuk akan melalui monoktromater. Fungsi monokromater ialah untuk memecah cahata yang masih memiliki gelombang yang bersifat poliknomatis, kemudian dipecah menjadi monokromatis. Kemudian cahaya akan melewati pintu keluar dan Laporan Instrumen Analitik 21

22 mengenai sampel di dalam spektrofotometer. Cahaya tersebut ada yang diserap oleh larutan, ada yang diteruskan, dan ada yang dipantulkan. Cahaya yang tidak terserap oleh larutan dapat terukur oleh spektrofotometer, dan nilai tersebut sebanding dengan cahaya yang ada di dalam larutan. Pada proses pengukuran standar, didapatkan kurva kalibrasi dengan nilai R (regresi) sebesar hal ini menunjukan bahwa korelasi dari kurva adalah bernilai positif, yang artinya setiap pertambahan nilai konsentrasi diikuti pertambahan nilai absorban secara proporsional. Dengan kata lain absorban berbanding lurus dengan konsentrasi. Kurva kalibrasi yang terbentuk digunakan untuk mengukur sampel berdasarkan persamaan garis yang dibentuk, sehingga konsentrasi sampel dapat diketahui dan langsung tertera pada alat. Konsentrasi sampel yang diukur harus berada diantara konsentrasi deret larutan standar yang telah dibuat agar alat dapat membaca absorban dari sampel dengan optimal. Kemudian didapatkan konsentrasi sampel yang tertera (sampel air bilasan) adalah 3,96 ppm dan sampel kopi ppm 6.3 Pembahasan oleh Fajar Nugraha Pada praktikum penentuan kadar kafein dalam sampel kopi, dilakukan dengan metoda spektrofotometri dengan sumber lampu UV (lampu yang digunakan biasanya lampu denterium), karena larutan hasil ekstraksi kafein yang telah terpisah tidak berwarna, sehingga diperlukan lampu dengan panjang gelombang dibawah 350 nm (UV) untuk mengetahui besarnya absorban sampel dan standar kafein. Karena hal ini digunakanlah alat spektrofotometer Shimadzu yang memiliki 2 sumber lampu yaitu sinar tampak dan UV, sinar tampak sering disebut visible, untuk sumber lampunya yang digunakan adalah wolfram, sedang sinar tak tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet Visible EKSTRAKSI Hal pertama yang dilakukan adalah melarutkan sampel kopi yang mengandung kafein, dengan 75 ml aquades, perlu diperhatikan bahwa sampel yang digunakan tidak mengandung Laporan Instrumen Analitik 22

23 ampas kopi dan menambah kelarutan kafein. Dilarutkan selama 30 menit dengan pemanasan menggunakan hotplate. Setelah dilarutkan kemudian kopu disaring menggunakan kertas saring bertujuan untuk menyaring kopi agar terhindar dari endapan atau suspensi kopi yang tidak larut saat pemanasan. kemudian kopi diektrasi menggunakan corong pisah, dengan ektraksi pertama menggunakan pelarut metilen klorida dan penambahan 10 ml NaOH agar kafein berikatan dengan metilen klorida, memakai pelarut ini karena pelarut ini dapat mengikat kafein yang tergantung dalam kopi, teknis pengerjaan dikocok dan beberapa kali setelah dikocong corong dibuka dalam posisi menghadap keatas untuk mengeluarkan gas metilan klorida, karena metilen klorida mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada air maka metilen klorida yang telah mengkikat kafein akan berada dibagian bawah sedangkan kopi akan ada dibagian atasnya, setelah beberapa kali kocokan didiamkan beberapa menit, setelah benar benarr terpisah dan membentuk 2 fasar langkah selanjutnya yaitu dipisahkan dengan mengeluarkan metilen klorida kedalam Erlenmeyer. Setelah itu metilen klorida yang mengandung kafein diekstraksi kembali menggunakan HCl 0,1 N, kafein yang berada dalam metilen klorida akan terikat atau larut dalam HCl, metilen klorida kemudian dibuang ketempat yang seharusnya kemudian HCl yang mengandung kafein selanjutnya diambil untuk dilakukan analisa selanjutnya. PENGUKURAN. Sebelum pengukuran dilakukan, deret standar dibuatt terlebih dahulu yaitu 2,4,8,10,12 ppm kafein yang diencerkan dari kafein 100 ppm menggunakan buret agar teliti. Alat harus didiamkan terlebih dahulu dalam keadaan on agar arus listrik dalam spektrofotometer stabil. Dari deret standar tersebut diambil 8 ppm untuk digunakan dalam penentuan glombang maksimum, setelah diperoleh gelombang maksimum sebesar 274,8 nm dan dengan nilai absorbansi sebesar 0,325 nm. Kemudian deret tersebut diukur untuk membentuk kurva kalibrasi dan membentuk garis liner untuk diperoleh regresi liniernya yang akan digunakan untuk mengukur kadar kafein dalam sampel. Diperoleh persamaan garis y = 0.044x R² = 0.990, kemudian dengan pengolahan data diperoleh besar sampel pertama yaitu air bilasan sebesar 3.96 ppm. kemudian untuk sampel kopi hasil ekstraksi diencerkan 25 kali agar grafik pada saat pengukuran tidak terlalu tinggi, setelah pengukuran diperoleh menggunakan fotometric diperoleh absorbansi dengan panjang gelombang maksimum Laporan Instrumen Analitik 23

24 273 nm. sehingga dengan pengolahan data diperoleh kadar kafein dalam kopi sebesar ppm atau jika dikonvenrsi kedalam mg yaitu 8.48 mg dalam 2 gram sampel kopi atau dalam setiap 1 gram kopi mengandung 4,24 mg kafein. 6.4 Pembahasan oleh Fadil Hardian Pada praktikum ini penentuan kadar kafein, dilakukan dengan metoda spektrofotometri dengan sumber lampu UV (lampu yang digunakan biasanya lampu denterium), karena larutan hasil ekstraksi kafein yang telah terpisah tidak berwarna, sehingga diperlukan lampu dengan panjang gelombang dibawah 350 nm (UV) untuk mengetahui besarnya absorban sampel dan standar kafein. Pada praktikum ini digunakanlah alat spektrofotometer Shimadzu yang memiliki 2 sumber lampu yaitu sinar tampak dan UV, untuk sumber lampunya yang digunakan adalah wolfram, sedang sinar tak tampak sering disebut Ultra Violet (UV), sehingga spektrofotometer Shimadzu sering disebut spektrofotometer UV-vis (Ultra Violet Visible) EKSTRAKSI Dalam pengukuran kadar kafein dalam sampel kopi, kafein dalam sampel harus dipisahkan terlebih dahulu menggunakan proses ekstraksi dengan corong pisah, dan larutan yang digunakan untuk memisahkannya yaitu metilen klorida, larutan tersebut dalam ekstraksi pertama bertujuan untuk mengikat kafein dalam sampel, kemudian dipisahkan setelah itu dilakukan ekstraksi ke dua ekstraksi dilakukan menggunakan pelarut HCl, dalam proses tersebut kafein yang terikat di metilen klorida akan larut dalan larutan HCl, kemudian larutan tersebut diencerkan dalam labu ukur 25x untuk analisis selanjutnya. PENGUKURAN Pada penentuan kadar kafein dalam sampel diawali dengan melakukan pengenceran terlebih dahulu dari konsentrasi 1000 ppm menjadi 100 ppm kemudian lakukan pengenceran lagi pada konsentrasi 2,4,8,10,12 ppm yang di larutkan dalam HCl 0,1 N. Laporan Instrumen Analitik 24

25 Pengukuran panjang gelombang maksimum dengan menggunakan larutan standar kafein digunakan dengan lima variasi standar, yaitu 2 ppm, 4 ppm,8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm. Dan digunakan larutan standar 8 ppm untuk menentukan panjang gelombang maksimum, karena konsentrasi 8 ppm berada pada bagian tengah-tengah yang mewakili deret standar sehingga digunakanlah kafein 8 ppm untuk mencari panjang gelombang maksimum. Pada penentuan panjang gelombang maksimum juga digunakan larutan blanko, larutan blanko ini merupakan larutan HCl 0,1 N yang tidak mengandung kafein atau zat lainnya. Digunakan HCl 0,1 N karena pelarut yang diguanakan untuk standar adalah HCl 0,1 N sehingga jenis pereaksi yang ditambahkan pada sampel dan standar sedapat mungkin sama. Larutan blanko ini juga berfungsi sebagai pengkondisian (pengkalibrasi) agar ketika pengukuran sampel preaksi yang ditambahkan pada sampel tidak mengubah harga absorban pengukuran, karena adanya faktor koreksi dengan blanko sehingga nilainy zero atau nol. Pada proses pengukuran standar, didapatkan kurva kalibrasi dengan nilai R (regresi) sebesar 0,990. hal ini menunjukan bahwa korelasi dari kurva adalah bernilai positif, yang artinya setiap pertambahan nilai konsentrasi diikuti pertambahan nilai absorban secara proporsional. Dengan kata lain absorban berbanding lurus dengan konsentrasi. Ketika absorban dari sampel lebih dari 1 maka artinya kandungan kafein dalam sampel terlampau pekat, dan harus diencerkan dengan faktor pengenceran. Dengan pengolahan data diperoleh kadar kafein sampel air bilasan sebesar 3.96 ppm sedangkan kadar kafein dalam larutan sampel kopi sebesar ppm Laporan Instrumen Analitik 25

26 BAB VII SIMPULAN 7.1 Kesimpulan oleh Azka muhamad Syahida Berdasarkan percobaan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Panjang gelombang maksimum berdasarkan praktikum adalah 272,6nm. 2. Semakin besar nilai absorbansi maka semakin besar pula konsentrasi sampel yangdidapat. 3. Semakin pekat larutan maka semakin besar konsentrasi zat pada larutan tersebut. 4. Metode spektrofotometri memerlukan larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya. 7.2 Kesimpulan oleh Eveline Fauziah Berdasarkan percobaan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Panjang gelombang maksimum untuk sampel ialah 274,8 nm. 2. Panjang gelombang maksimum untuk kafein ialah 273 nm. 3. Kadar kafein yang berada di dalam larutan kopi ialah sebanyak 8,48 mg dalam 30 ml atau ppm. 7.3 Kesimpulan oleh Fajar Nugraha Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, panjang gelombang maksimum untuk sampel air bilasan yaitu nm dengan pengolahan data diperoleh kadar kafein sebesar 3.96 ppm, Laporan Instrumen Analitik 26

27 sedangkan untuk sampel ekstraksi kopi diperoleh panjang gelombang maksimum sebesar 273 nm dengan pengolahan data diperoleh kada kafein sebesar ppm 7.4 Kesimpulan oleh Fadil Hardian Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diperoleh kadar kafein dalam sampel kopi sebesar ppm DAFTAR PUSTAKA Day, R.A, dan Underwood A.L, 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 390 Dachriyanus, Dr, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi, University Press, Padang, Hal 1-2 dan 8-9 Andalas Khopkar, S.M, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, Hal Laporan Instrumen Analitik 27

28 LAMPIRAN Sampel, blanko dan larutan standar 2 ppm, 4 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm, Spektrofotometer shimadzu Laporan Instrumen Analitik 28

29 Proses ekstraksi Laporan Instrumen Analitik 29

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar

1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 1. Tujuan Menentukan kadar kafein dalam sample Dapat menggunakan spektofotometer uv dengan benar 2. Dasar Teori 5.1. Kafein Kafein (C 8 H 10 N 4 O 2 ) merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi,

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV /VIS

Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer UV /VIS Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer merupakan gabungan dari alat optic dan elektronika

Lebih terperinci

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA

PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA PERCOBAAN 1 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG MAKSIMUM SENYAWA BAHAN PEWARNA A. TUJUAN 1. Mempersiapkan larutan blanko dan sampel untuk digunakan pengukuran panjang gelombang maksimum larutan sampel. 2. Menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER

BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER BAB IV ANALISIS DENGAN SPEKTROFOTOMETER A. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat membuat kurva kalibrasi 2. Mahasiswa mampu menganalisis sampel dengan menggunakan alat spektrofotometer 3. Mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis

Hukum Dasar dalam Spektrofotometri UV-Vis Instrumen Spektrofotometri Uv Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah salah satu teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) UV (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS

JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS JURNAL PRAKTIKUM ANALITIK III SPEKTROSKOPI UV-VIS Disusun Oleh : RENI ALFIYANI (14030194086 ) PENDIDIKAN KIMIA A 2014 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu:

PENDAHULUAN. Gambar 1 Ilustrasi hukum Lambert Beer (Sabrina 2012) Absorbsi sinar oleh larutan mengikuti hukum lambert Beer, yaitu: PENDAHULUAN Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorbans suatu sampel yang dinyatakan sebagai fungsi panjang gelombang. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai selektifitas fungsi polimer

Lebih terperinci

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH.

PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH. PENGENALAN SPEKTROFOTOMETRI PADA MAHASISWA YANG MELAKUKAN PENELITIAN DI LABORATORIUM TERPADU FAKULTAS KEDOKTERAN USU KARYA TULIS ILMIAH Oleh ELLIWATI HASIBUAN, S.Si, M.Si NIP. 196210172000032001 Pranata

Lebih terperinci

MAKALAH Spektrofotometer

MAKALAH Spektrofotometer MAKALAH Spektrofotometer Nama Kelompok : Adhitiya Oprasena 201430100 Zulfikar Adli Manzila 201430100 Henky Gustian 201430100 Riyan Andre.P 201430100 Muhammad Khairul Huda 20143010029 Kelas : A Jurusan

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN UV-VIS PRINSIP DASAR HUKUM BEER INSTRUMENTASI APLIKASI 1 Pengantar Istilah-Istilah: 1. Spektroskopi : Ilmu yang mempelajari interaksi materi dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Absorbansi Panjang Gelombang Maksimal No λ (nm) Absorbansi 1 500 0.634 2 510 0.555 3 520 0.482 4 530 0.457 5 540 0.419 6 550 0.338 7 560 0.293 8 570 0.282 9 580 0.181 10 590

Lebih terperinci

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN

ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim

Lebih terperinci

ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS

ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS ANALISIS INSTRUMEN SPEKTROSKOPI UV-VIS Oleh: SUSILA KRISTIANINGRUM & Siti Marwati siti_marwati@uny.ac.id Transmitansi T = P P 0 dan TRANSMITANSI DAN ABSORBANSI %T = T 100 P = kekuatan (intensitas) sinar

Lebih terperinci

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012

TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 TUGAS II REGULER C AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA TAHUN AKADEMIK 2011/2012 Mata Kuliah Topik Smt / Kelas Beban Kredit Dosen Pengampu Batas Pengumpulan : Kimia Analitik II : Spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa, mengidentifikasi, menentukan suatu zat dalam suatu cuplikan. Dalam menganalisa terdapat 3 aspek komprehensif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer)

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer) Nama : Kirana Patrolina Sihombing : Zakirullah Syafei Tanggal praktikum : 10 Maret 2015 Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometer) Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Landasan Teori BAB I PENDAHULUAN 1.1 Landasan Teori Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhover, ketika menelaah garis garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT INDUSTRI PERALATAN ANALISIS (SPEKTROFOTOMETER) I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Spektrofotometer sangat berhubungan dengan pengukuran jauhnya pengabsorbansian energi cahaya

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kimia Analitik dan laboratorium penelitian Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, mulai

Lebih terperinci

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM

ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM ACARA IV PERCOBAAN DASAR ALAT SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum a. Percobaan dasar spektrofotometri serapan atom. b. Penentuan konsentrasi sampel dengan alat spektrofotometri

Lebih terperinci

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN

INTERAKSI RADIASI DENGAN BAHAN SPEKTROSKOPI DEFINISI Merupakan teknik analisis dengan menggunakan spektrum elektrtomagnetik Spektrum elektromagnetik meliputi kisaran panjang gelombang yang sangat besar Misal: sinar tampak: 380-780 nm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 )

ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS. PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) ANALISIS SPEKTROSKOPI UV-VIS PENENTUAN KONSENTRASI PERMANGANAT (KMnO 4 ) Kusnanto Mukti W, M 0209031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta kusnantomukti@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai. Gambar 2.1 Struktur Teofilin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Teofilin Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai teofilin adalah sebagai berikut: Rumus Struktur : Gambar 2.1 Struktur Teofilin Nama Kimia : 1,3-dimethyl-7H-purine-2,6-dione

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL

Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Prof.Dr.Ir.Krishna Purnawan Candra, M.S. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Abstrak Spektrofotometri: pengukuran dengan menggunakan prinsip spektroskopi / cahaya Cahaya terdiri dari banyak

Lebih terperinci

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri. Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan Dr.Krishna P Candra Jurusan Teknologi Hasil Pertanian FAPERTA UNMUL Beberapa definisi berkaitan dengan spektrofotometri Spektroskopi (spectroscopy) : ilmu yang mempelajari interaksi antara bahan dengan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl

Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl Laporan Praktikum Analisis Sediaan Farmasi Penentuan kadar Asam salisilat dalam sediaan Bedak salicyl Gol / kelompok : S/ A Nama / nrp : Grace Suryaputra ( 2443011013) Yuvita R Deva ( 2443011086) Felisia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA PROSES PEMBUATAN KURVA STANDAR DARI LARUTAN - KAROTEN HAIRUNNISA E1F109041 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU

Lebih terperinci

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori

A. Judul B. Tujuan C. Dasar Teori PERCOBAAN III A. Judul : Penetapan Besi secara Spektrofotometri B. Tujuan : dapat menetapkan kandungan besi dalam suatu sampel dengan teknik kurva kalibrasi biasa dan teknik standar adisi. C. Dasar Teori

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan kadar krom dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT

Analisa AAS Pada Bayam. Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT Analisa AAS Pada Bayam Oleh : IGNATIUS IVAN HARTONO MADHYRA TRI H ANGGA MUHAMMAD K RAHMAT AAS itu apa cih??? AAS / Spektrofotometer Serapan Atom adalah suatu alat yang digunakan pada metode analisis untuk

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Domperidone Dalam buku British pharmacopoeia (The Departemen of Health, 2006) dan buku Martindale (Sweetman, 2009) sediaan tablet domperidone merupakan sediaan yang mengandung

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS TUGAS ANALISIS FARMASI ANALISIS OBAT DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS OLEH NAMA : RAHMAD SUTRISNA STAMBUK : F1F1 11 048 KELAS : FARMASI A JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometri)

Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometri) Nama : Kirana Patrolina Sihombing : Zakirullah Syafei Tanggal praktikum : 10 Maret 2015 Laporan Praktikum Biomedik 3 BM 506 Metabolisme Glukosa, Urea Dan Trigliserida (Teknik Spektofotometri) Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.

Lebih terperinci

SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI

SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI SOAL-SOAL SPEKTROFOTOMETRI Quiz 1. Jelaskan yang anda ketahui tentang : a. Kolorimetri b. Spektrofotometri 2. Skala pengukuran pada alat spektronic-20, menunjukan nilai transmitan 0-100%. Berapa nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian penetapan konsentrasi ammonium dengan metode spektrofotometri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Definisi Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

SPEKTROFOTOMETRI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. SPEKTROFOTOMETRI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. PENGERTIAN SPEKTROFOTOMETRI SPEKTROFOTOMETER JENIS SPEKTROFOTOMETER PRINSIP KERJA UV-Vis MENENTUPAN λ MAKSIMUM MEMBUAT KURVA STANDAR ANALISA SAMPEL

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Besi (Fe) dalam Air Tanah Aliran air tanah merupakan perantara goelogi yang memberikan pengaruh unsur-unsur kimia secara terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya

Lebih terperinci

Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometer UV-Vis Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm)

Lebih terperinci

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala)

Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Laporan Praktikum KI-3121 Percobaan 06 Spektrofotometri Emisi Atom (Spektrofotometri Nyala) Nama : Ivan Parulian NIM : 10514018 Kelompok : 10 Tanggal Praktikum : 06 Oktober 2016 Tanggal Pengumpulan : 13

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ketidakpastian Kata ketidakpastian berarti suatu keraguan, dan dengan demikian pengertian ketidak pastian dalam arti yang luas adalah suatu pengukuran dimana validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan November 2011 sampai Mei 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2012 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia

Lebih terperinci

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A

PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A PETUNJUK PRAKTIKUM PENYEHATAN MAKANAN MINUMAN A Cemaran Logam Berat dalam Makanan Cemaran Kimia non logam dalam Makanan Dosen CHOIRUL AMRI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA 2016

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metformin Hidroklorida Tablet Metformin Hidroklorida sistem lepas lambat mengandung NLT 90% dan NMT 110% dari jumlah Metformin Hidroklorida berlabel (The United States Pharmacopeial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini melibatkan pengujian secara kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaannya dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu tahap penyiapan sampel, tahap

Lebih terperinci

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri EKSTRAKSI PELARUT I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri II. TEORI Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 39 BAB 3 METODE DAN BAHAN PENELITIAN 3.1. Alat-alat dan bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan - Spektrofotometri Serapan Atom AA-6300 Shimadzu - Lampu hallow katoda - PH indikator universal - Alat-alat

Lebih terperinci

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi.

Berdasarkan interaksi yang terjadi, dikembangkan teknik-teknik analisis kimia yang memanfaatkan sifat dari interaksi. TEKNIK SPEKTROSKOPI Teknik Spektrokopi adalah suatu teknik fisiko-kimia yang mengamati tentang interaksi atom maupun molekul dengan radiasi elektromagnetik (REM) Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan

Lebih terperinci

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar

1. Dapat mengerti prinsip-prinsip dasar mengenai teknik spektrofotometri (yaitu prinsip dasar LAPORAN PRAKTIKUM III PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) NAMA PRODI : IKA WARAZTUTY DAN IRA ASTUTI : MAGISTER ILMU BIOMEDIK TGL PRATIKUM : 17 MARET 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA

Lebih terperinci

PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis

PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis PENENTUAN INDEKS ABSORBANSI KMnO4 DENGAN SPEKTROFOTOMETRI 1. Tujuan Menentukan kadar KMnO4 dalam larutan cuplikan berwarna dengan analisis spektrofotometri. 2. Dasar Teori Spektroskopi adalah studi mengenai

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C 8

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obat 2.1.1 Definisi Obat Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa pengobatan, menyembuhkan atau mencegah penyakit pada manusia atau hewan. Meskipun obat dapat menyembuhkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISIS II TURUNAN ASAM HIDROKSI BENZOAT (ASAM BENZOAT) Oleh : Farmasi 3B Damas Anjar Purnama (31111064) Ihsan Nurihsan (31111079) PRODI S1 FARMASI Sekolah Tinggi Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2013 sampai Agustus 2013 di Laboratoium Kimia Riset Makanan dan Material serta di Laboratorium Instrumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai dengan bulan Juli 2013 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang bertempat di jalan Dr. Setiabudhi No.229

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Bahan 2.1.1. Sifat Fisika dan Kimia Omeprazole Rumus struktur : Nama Kimia : 5-metoksi-{[(4-metoksi-3,5-dimetil-2- piridinil)metil]sulfinil]}1h-benzimidazol Rumus Molekul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium penelitian jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel kulit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012. 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS

PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS PENENTUAN KADAR BESI DALAM TABLET MULTIVITAMIN MENGGUNAKAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM DAN UV-VIS Norma Nur Azizah 1, Mulyati a, Wulan Suci Pamungkas a, Mohamad Rafi a a Departemen Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

KOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI. Imam Santosa, MT

KOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI. Imam Santosa, MT KOLORIMETRI dan SPEKTOFOTOMETRI Imam Santosa, MT KOLORIMETRI Kolorimetri dikaitkan dengan penetapan konsentrasi suatu zat dengan mengukur absorbsi relatif cahaya sehubungan dengan konsentrasi tertentu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya kandungan logam Timbal pada kerupuk rambak dengan menggunakan alat Spektrofotometer serapan atom Perkin Elmer 5100 PC. A.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan

BAB III BAHAN DAN METODE. Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi pengambilan sampel diambil dibeberapa toko di kota Medan dan lokasi penelitian di analisis di Laboratorium Kimia Universitas Medan Area,

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Stabilitas sediaan farmasi merupakan salah satu persyaratan mutu yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi untuk menjamin penggunaan obat oleh pasien. Stabilitas

Lebih terperinci

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha

2. Eveline Fauziah. 3. Fadil Hardian. 4. Fajar Nugraha Modul Praktikum Nama Pembimbing Nama Mahasiswa : Kimia Fisik : Bapak Drs.Budi Santoso, Apt.MT : 1. Azka Muhammad Syahida 2. Eveline Fauziah 3. Fadil Hardian 4. Fajar Nugraha Tanggal Praktek : 21 Semptember

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut : 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012 dengan tempat penelitian sebagai berikut : 1. Laboratorium Mutu Giling Balai Besar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan Teknis Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr ISSN 0854-5561 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK HASIL PROSES HYDRIDING-DEHYDRIDING PADUAN U-Zr Asminar, Rahmiati, Siamet Pribadi ABSTRAK ANALISIS KOMPOSISI KIMIA SERBUK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitianeksperimental. Dalam hal ini 3 sampel kecap akan diuji kualitatif untuk mengetahui kandungan

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat alat yang digunakan ; a. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ), Type Buck Scientific seri 205 b. Lampu katoda Zn dan Cu c. Lampu katoda Fe dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Kloramfenikol Menurut Ditjen BKAK RI (2014), uraian tentang Kloramfenikol sebagai berikut: Rumus struktur : OH H O 2 N C C CH 2 OH H NHCOCHCl 2 Gambar 2.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan Desember 2013 di Laboratorium Bioteknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci