KESIMPULAN DAN SARAN. Kekerasan tanah sawah sebelum dan sesudah dibajak pada kedalaman

Transkripsi

1 V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hasil penelitian disimpuikan sebagai berikut : Kondisi Fisik Tanah Sawah Kekerasan tanah sawah sebelum dan sesudah dibajak pada kedalaman antara 5-35 cm nienurun dalam korelasi negatif dengan kelembaban tanah den laju permeablitas tanah. Nilai indeks kerucut tanah sawah pada kedalaman 5-35 cm berada pada kisaran antara N/cm2 (sebelum dibajak) dan antara N/cm2 (sesudah dibajak), dimana keberadaan lapisan padat yang relatif kedap air (hard pan layer) tidak kridentifikasi. Keberadaan lapisan ini di tanah sawah tidak pernah terbentuk secara alami, bahkan kerap dihambat oleh pengolahan tanah rutin.. Pengolahan tanah dengan menggunakan bajak singkal yang selama ini digunakan di lahan-lahan sawah, sebagaimana yang dihasilkan oleh kelima bajak singkal pewakil yang digunakan dalam penelitian (M-I, M-2, M-3, M-4, M-5), diduga sebagai salah satu penyebabnya Struktur Geometrik Metode persamaan hiperboloid dan metode perspektif aksonometri masing-masing dapat mendefinisikan identitas bajak singkal, dan penggunaannya dapat saling menunjang.. Metode hiperboloid mampu membedakan struktur geometrik bajak singkal berdasarkan nilai rasio (R) antar konstanta hiperboloid. Sedang metode perspektif aksonometri mampu

2 membedakannya berdasarkan persamaan sudut y(2) dan persamaan kurva direktriks A'. (1) Persamaan Hiperboloid Identitas struktur geometrik bajak singkal didefi~sikan melalui persamaan hiperboloid ; X2/a2 +Y2/b2 -ZZ/c2 -- 1, dimana nilai konstanta a, b, dan c, untuk dengan V% > 50 masing-masing bajak (kecuali M-2) adalah : M-1 dengan a -14,87; b = - 19,81; c = 21,17; dan dengan nilai RI = 0,7506 M-2 dengan a = 20,31; b 25,536; c = 64,55 dan dengan nilai RI = 0,7824 M-3 dengan a = 22,96; b = 25,72, c = - 26,90 dan dengan nilai R1 = 0,8927 M-4 dengan a = 36,91; b = - 27,98; c 40,08 dan dengan nilai R1= 1,3192 M-5 dengan a = 40,04; b 24,Ol; c = 31,82; dan dengan nilai R1 = 1,6676 Berdasarkan kelengkungannya, maka nilai rasio (R) antar konstanta persamaan hiperboloid, yaitu : RI - a/b, R2 = a/c, atau R3 - b/c., dan kombinasi antar R, dapat menentukan bentuk (shape) rentang lebar dan rentang tinggi bajak singkal bersangkutan. Dari PeneLitian ini secara umum R1 < 1 adalah ciri yang berlaku bagi bajak Lanyam Cidaun (M-1), bajak Lanyam Ciamis (M-2), dan bajak Brujul Kogo (M-3). Sedang R1 > 1 adalah ciri yang berlaku bagi bajak baja Kubota (MA) dan bajak Besi Ciwidey ( M-5). Bajak singkal dengan nilai R1 c 1 dan bajak singkal dengan Rl, 1 bersesuaian dengan gambar Profilograph yang mencirikan perbedaan antara garis gaya (draft tanah) pada bajak singkal Asia dan bajak Singkal Eropa.

3 (2). Perspektif Aksonometri Identitas struktur geometrik bajak singkal didefinisikan melalui proyeksi komponen geometrik pada posisi rebah, membujur, dan. melintang, dimana kelengkungan bajak singkal yang diamati ditentukan oleh fungsi sudut y(z) dan persamaan kurva direktriks A' sepanjang garis generatriks A. Untuk fungsi sudut y(z) berlaku : y(z) = m 23 + n 22 + p z + q dan untuk persamaan kurva direktriks A' berlaku : x'(z') = a 23 + b 22 + c z + d, dimana koefisien yang berlaku untuk bajak singkal yang diamati adalah : M-1 dengan rn = -0,Ol n = 0,04 p = 0,64 q = 49,5 dan a = 1,40 b = -4,ll c = 7,05 d = -0,72 hl-2 dengan m = 0,005; n = -0,lO p = 0,94 q = 41,3 dan a = 1,73 b = 7,12 c =-40,O d = 37,4 M-3 dengan m = -0,Ol n = 0,29 p = -0,66 q = 45,4 dan a = -16,23 b = 342,29 c = -1274,5 d = 1143,7 M-4 dengan m = -0,Ol n = 0,03 p = 0,67 q = 40,4 dan a = 9,89 b = -104,68 c =359,39 d = -282,86 M-5 dengan m - -0,05 n = 0,75 p = -1,72 q = 66,3 dan a - 11,43 b = -25,98 c = 74,19 d = 42, Kine rja Bajak Singkal (1) Kine rja Teknis (kondisi tanah sawah sebelum dibajak pada T = 10 cm) : Draft spesifik (Ds, N/cm2) untuk bajak M-1-1,3426 (prediksi) ; 1,1261-0,4709 (lapangan) M-2-1,4451 (prediksi) ; 1,0948-0,5322 (lapangan) M-3 = 1,7214 (prediksi) ; 1,1218-0,5748 (lapangan) M-4 = 1,4139 (prediksi) M-5-1,3933 (prediksi).-

4 Skala preferensi parsial : M-1 <: M-5 c M-4 s: M-2 -Z M3 (prediksi) atau : M-2 c M-3 M-1 (lapangan) Kebutuhan Daya spesifik (Ps, W/cm2) untuk bajak M-1-0,6645-0,6645 (prediksi) ; 0,5402-0,2259 (lapangan) M-2 = 0,6941-0,6939 (prediksi) ; 0,5259-0,2557 (lapangan) M-3 = 0,8259-0,8264 (prediksi) ; 0,5386-0,2760 (lapangan) M-4 = 0,7640-0,7632 (prediksi) M3 = 0,7526-0,7522 (prediksi) Skala preferensi parsial : M-1 c M-2 < M-4 c M-5 < M-3 (prediksi) atau : M-2 < M-3 < M-1 (lapangan) Kapasitas lapang (KL, Ha/tahun) pada IP - 2,70 untuk bajak M-1 = 10,15; M-2 = 10,61; M-3-11,53; M-4 = 10,40; dan M-5 = 14,78 Skala preferensi parsial : M-5 > M-3 < M-4 < M-2 < M-1 Kebutuhan Energi pengolahan tanah (Eb, kwj/ha) untuk bajak M-1 = 9,510-22,742 (prediksi) ; 5,653-13,518 (lapangan) M-2 = 12,875-26,486 (prediksi) ; 7,286-14,990 (lapangan) M-3 = 16,978-23,134 (prediksi) ; 8,386-16,332 (lapangan) M-4 = 17,123-29,875 (prediksi); M-5 = 16,127-13,518 (prediksi) Skala preferensi parsial : M-1 < M-2 c M-5 < M-3 c M 4 (prediksi) atau : M-1 < M-2 < M-3 (lapangan) Biaya kebutuhan energi pengolahan tanah (Cb, Rp/kW) untuk bajak M-I = 480,9-193,5 (prediksi) ; 778,3-325,5 (lapangan) M-2 = 357,2-173,6 (prediksi) ; 631,2306,2 (lapangan) M-3.;- 294,4-216,l (prediksi) ; 597,4306,l (lapangan) M-4 = 223,9-128,3 (prediksi) M-5 = 337,&403,0 (prediksi) Skala preferensi parsial : M-4 < M-3 < M-5 < M-2 < M-1 (prediksi) atau : M 3 s: M-2 < M-1 (lapangan)

5 (2) Kine rja Ekonomis (suku bunga persen) Dengan depresiasi, pajak, dan asuransi bagi SDP k untuk bajak M-1 : BEP = 143,66-198,69 jam/tahun; NPV = Rp ( ); BCR = 1,12-1,OO; IRR = 29,68 persen M-2 : BEP = 133,54-184,25 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,16-1,03; lrr = 32,29 persen M-3 : BEP = 113,71-157,06 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,26-1,13; IRR = 36,61 persen M-4 : BEP = 240,76-283,52 jam/tahun; NPV = Rp ( )-( ) BCR = 0,84-0,73; IRR = -19,04 perserr h.1~5 : BEP - 117,78-138,77 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,21-1,05; IRR = 32,51 persen Tanpa depresiasi, pajak, dan asuransi bagi SDP k untuk bajak M-1 : BEP - 33,85 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,20-1,lO; IRR = 36,84 persen M-2 : BEP = 31,27 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,25-1,15; IRR = 38,70 persen M-3 : BEP - 26,69 jam/tahun; NPV = Rp ,-; BCR = 1,36-1,25; IRR = 41,73 persen M-4 : BEP = 240,76-283,52 jam/tahun; NPV = Rp ( )-( ); BCR = 0,84-0,73; IRR = -19,04 persen M-5 : BEP = 117,78-138,77 jam/tahun; NPV = Rp ,- BCR = 1,21-1,05; IRR = 32,51 persen Kelayakan operasi bajak singkal? Berdasarkan kineja teknis dan ekonomis tersebut di atas kelayakan operasi bajak singkal dengan padanan sumberdaya penariknya yang sesuai dapat dinyatakan dalam skala preferensi sebagai: M-3 > M-5 > M-2 > M-1 > M-4, dimana secara parsial berlaku : M-3 > M-2 > M-1 untuk unit pengolah tanah yang menggunakan hewan sebagai sumberdaya penarik,. Sedang untuk yang rnenggunakan traktor tangan sebagai sumberdaya penarik berlaku : M-5 > M-4.

6 5.2. Saran-Saran I. Mengganti semua tipe bajak singkal dalam pengolahan tanah di lahan sawah dengan bajak yang dapat menstimulasi pembentukan lapisan struktur tanah sawah yang keras dan kedap air (artificial plowpan), terutama pada lahan sawah yang memiliki struktur tanah liat (gley horisont). Jadi di sini diperlukan konstruksi-ulang (reconstruction) atau perancangan-ulang (redesign) terhadap bajak singkal dengan struktur geometrik berbeda dari struktur geometrik bajak singkal yang selama ini digunakan secara rutin di lahan-lahan sawah di Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian, bajak singkal yang diaplikasikan sebaiknya memenuhi kriteria R1 < Untuk itu diperlukan penelitian Ianjut untuk mengkaji secara kuantitatif hubungan struktur geometrik bajak singkal (hiperboloid/aksonometri) dengan Profilograph bajak Asia (atau bajak Eropa), agar diperoleh struktur geometrik bajak singkal yang tepat-guna (hemat energi dan bersifat rekonstruktif kepada pembentukan alami lapisan struktur tanah padat - Itnrdpnn) di Iahan-lahan sawah. 3. AIternatif lain dalam pengolahan tanah sawah adalah pembuatan lapisan kedap-padat (artificial plow pan) melalui proses pemadatan tanah atau proses pengkondisian tanah (soil condition) pada kedalaman tertentu di Iahan-lahan sawah yang ada. Upaya yang sama dapat dilakukan pada pencetakan lahan sawah baru di tanah berporositas tinggi.