ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA"

Transkripsi

1 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 NIRWAN NURDIANSYAH. F Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Dibimbing oleh Bambang Pramudya. RINGKASAN Permintaan beras sebagai sumber bahan pangan pokok terus men. Selain itu, tingkat pendapatan dan pendidikan telah mendorong perubahan preferensi konsumen dalam menilai dan membeli beras dengan kriteria tertentu seperti kemasan, kualitas, kandungan nutrisi, keamanan pangan, dan aspek lingkungan. Lumbung Tani Sehat sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang produksi beras bebas pestisida kimia masih mengalami kekurangan dalam memenuhi permintaan konsumen. Di samping itu, teknologi yang digunakan masih menggunakan jasa sewa. Penelitian ini mempelajari proses produksi beras dan menganalisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia serta melihat pengaruh perubahanperubahan yang mungkin terjadi melalui analisis sensitivitas. Prosedur penelitian dibagi ke dalam 3 skenario, yaitu (1) kondisi sebelum dilakukan pengembangan, (2) kondisi dimana dilakukan penggantian sistem kepemilikan menjadi milik sendiri pada jumlah produksi yang sama dengan skenario 1, dan (3) kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah produksi dengan penggunaan teknologi tersebut. Analisis data dilakukan dalam empat tahap, yaitu (1) analisis laba rugi, (2) analisis titik impas, (3) analisis kelayakan menggunakan kriteria Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period, serta (4) analisis sensitivitas. Pengembangan dengan penggantian sistem kepemilikan menunjukkan usaha layak diteruskan apabila diikuti dengan peningkatan jumlah produksi (skenario 3), sedangkan apabila tidak disertai dengan peningkatan jumlah produksi (skenario 2), proyek tidak layak diteruskan. Selain itu, pada skenario 3 terjadi peningkatan pendapatan LTS sebesar Rp 10,655, per 1 musim produksi. Titik impas terjadi pada volume penjualan sebesar Rp 416,985, per tahun atau pada volume produksi 28,577 kg per musim. Kriteria investasi pada skenario 3 memberikan nilai NPV yang positif sebesar Rp 90,468,488.30, nilai IRR 37.70% yang berarti lebih besar dari discount rate (15%), dan nilai Net B/C yang lebih besar dari 1 yaitu sebesar 1.65, sehingga proyek layak diteruskan. Payback period selama 3 tahun 1 bulan. Analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga gabah sebesar 5% menunjukkan proyek tidak layak untuk diteruskan. Sedangkan pada kenaikan harga gabah 3.75%, proyek masih layak diteruskan. Penurunan harga jual sebesar 4.03% menunjukkan proyek layak diteruskan, ketika harga jual turun 4.84%, proyek tidak layak diteruskan. Penurunan harga gabah 10% disertai penurunan harga jual 12.5% menunjukkan proyek layak diteruskan, sementara penurunan harga gabah 10% dan harga jual 13% membuat proyek tidak layak untuk diteruskan.

3 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

4 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F Dilahirkan pada tanggal 21 Maret 1985 Di Bandung Tanggal lulus : 22 Januari 2008 Menyetujui, Bogor, Januari 2008 Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Wawan Hermawan, M.S Ketua Departemen Teknik Pertanian

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Maret 1985 dari ayah bernama Sunardi Supendi dan ibu bernama A. Juariah. Penulis merupakan putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2003 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Ciwidey dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis diterima pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif mengikuti beberapa lembaga kemahasiswaan kampus, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa IPB sebagai staf pada Departemen Pendidikan periode dan Sekretaris Eksekutif periode di BEM Fakultas Teknologi Pertanian. Di samping itu, penulis aktif di organisasi mahasiswa daerah dan menjabat Ketua Umum Paguyuban Mahasiswa Bandung untuk periode Penulis pernah melaksanakan praktek lapangan pada tahun 2006 dengan mempelajari topik Aspek Manajemen Alat dan Mesin Pada Proses Budidaya Tebu Di PT Gula Putih Mataram, Lampung. Terakhir, dalam rangka menyelesaikan studinya, penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia (Studi Kasus Di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). i

6 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2007 ini adalah Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng selaku dosen pembimbing atas pengarahan yang telah diberikan. 2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr. Ir. Sutrisno, M.Agr atas masukan dan kesediannya sebagai dosen penguji. 3. Ir. Syamsudin, M.Si, Ir. Kuswolo, dan H. Zakaria atas kesempatan dan masukan yang diberikan kepada penulis. 4. Bapak, Ibu, dan seluruh keluarga atas doa, dorongan, dan dukungannya dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ir. Heru Sapto Handoko dan keluarga atas dorongan dan do a yang diberikan. 6. Novi, Mba Oni, dan Mba Wiwin yang telah memberikan waktunya untuk mengantar penulis ke lokasi penelitian. 7. Riris, Eboy, Qiqi, Yusuf, Sandy, Bubun, Salman dan rekan-rekan TEP 40 khususnya di bagian SMMP atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya selama ini. 8. Rekan-rekan di Perwira 6 yang senantiasa membantu penulis. 9. Para Ibu dan Bapak di Departemen TEP, Fakultas, dan Perpustakaan LSI atas bantuan dan dorongan yang telah diberikan. 10. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian tulisan ini. Penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Bogor, Januari 2008 Penulis i

7 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. TANAMAN PADI... 4 B. PESTISIDA KIMIA... 5 C. BERAS BEBAS PESTISIDA KIMIA... 5 D. ANALISIS BIAYA... 8 E. ANALISIS KELAYAKAN PROYEK F. ANALISIS SENSITIVITAS III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT B. JENIS DAN SUMBER DATA C. PROSEDUR PENELITIAN D. METODE PENGOLAHAN DATA IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN B. BUDIDAYA PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA C. PASCA PANEN PADI D. ANALISIS KELAYAKAN E. ANALISIS SENSITIVITAS ii

8 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

9 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jumlah produksi tanaman padi tahun Tabel 2. Kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan pangan tahun Tabel 3. Komponen fisik beras berdasarkan SNI... 6 Tabel 4. Kandungan zat gizi dari beras dengan klaim organik dan non organik... 7 Tabel 5. Hasil uji residu pestisida pada beras di beberapa daerah Jawa Barat... 8 Tabel 6. Hasil uji residu pestisida pada beras bebas pestisida kimia... 8 Tabel 7. Rekapitulasi penjualan beras bebas pestisida kimia di LPS Tabel 8. Komponen fisik gabah Tabel 9. Pengeluaran usaha pengolahan padi bebas pestisida kima pada masing-masing skenario per musim produksi Tabel 10. Penerimaan usaha pengolahan padi bebas pestisida kima pada masing-masing skenario per musim produksi Tabel 11. Proyeksi laba rugi usaha pengolahan padi bebas pestisida kima masing-masing skenario per musim produksi Tabel 12. Hasil analisis sensitivitas usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia pada berbagai tingkat perubahan iv

10 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Sistem Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia di LTS.. 23 Gambar 2. Struktur organisasi LTS Gambar 3. Mekanisme pemecahan kulit oleh rol karet Gambar 4. Grafik titik impas volume produksi v

11 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Diagram alir proses pasca panen produksi beras Lampiran 2. Analisis laba rugi usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia sebelum pengembangan (skenario 1) Lampiran 3. Analisis laba rugi usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia pada skenario Lampiran 4. Analisis laba rugi usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia pada skenario Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Rincian rencana investasi pada usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia Proyeksi arus kas usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia pada skenario Proyeksi arus kas usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia pada skenario Lampiran 8. Analisis sensitivitas dengan kenaikan harga gabah sebesar 3.75% Lampiran 9. Analisis sensitivitas dengan kenaikan harga gabah sebesar 5% Lampiran 10. Analisis sensitivitas pada penurunan harga jual beras sebesar 4.03% Lampiran 11. Analisis sensitivitas pada penurunan harga jual beras sebesar 4.84% Lampiran 12. Analisis sensitivitas pada penurunan harga gabah 10% dan harga jual 12.5% Lampiran 13. Analisis sensitivitas pada penurunan harga gabah 10% dan harga jual 13% vi

12 I. PENDAHULUAN A LATAR BELAKANG Beras merupakan sumber bahan pangan pokok yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap orang dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Pangsa beras pada konsumsi kalori total adalah 54.3% atau dengan kata lain setengah dari intake kalori masyarakat Indonesia bersumber dari beras (Harianto, 2001). Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kualitas beras ini sudah seharusnya mendapat perhatian. Peningkatan produktivitas kini bukan lagi menjadi satu-satunya hal yang menjadi pertimbangan. Banyak teori yang menyatakan bahwa perubahan tingkat pendapatan dan pendidikan telah mendorong perubahan preferensi konsumen terhadap produk (khususnya pangan) yang akan dibeli (Streerer, et al., 1991; Barkema, 1993; Drabenstott, 1994; Simatupang, 1995 dalam Sutrisno, 2006). Terdapat kecenderungan konsumen menilai dan membeli beras sebagai sebuah produk dengan kriteria tertentu seperti kemasan, kualitas, kandungan nutrisi, keamanan pangan, dan aspek lingkungan. Maka upaya peningkatan kualitas beras juga terus diupayakan diantaranya dengan penerapan teknik budidaya yang ramah lingkungan. Meskipun dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah produksi padi, namun secara kuantitatif dan kualitatif peningkatan tersebut belum mampu mengimbangi peningkatan permintaan dalam negeri. Tabel 1 memberikan gambaran tentang kondisi produksi tanaman padi. Tabel 1. Jumlah Produksi Tanaman Padi Tahun Tahun Produksi (000 ton) Pertumbuhan (%) , ,461 (2.77) , , , , Sumber : BPS,

13 Produksi tanaman padi Indonesia pada periode tahun 2000 sampai dengan 2005 menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 0.89% per tahun. Akan tetapi kondisi tersebut belum mampu mengimbangi peningkatan permintaan terhadap pangan pokok tersebut. Laju pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia memperlihatkan peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sekitar 1.3% per tahun. Peningkatan jumlah penduduk ini diiringi dengan peningkatan pendapatan yang ditunjukkan oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto beberapa tahun terakhir sebesar 6-7% per tahun. Hal ini berdampak pada permintaan terhadap bahan pangan pokok yang dapat dipastikan meningkat. Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2006) menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan beberapa komoditi pangan pada tahun 2005 dengan jumlah penduduk Kabupaten Bogor sebesar 4,100,934 jiwa belum mencukupi (Tabel 2). Kondisi ini memperlihatkan bahwa terdapat pasar potensial bagi sektor pertanian pangan khususnya beras sebagai bahan pangan pokok. Tabel 2. Kebutuhan dan Pemenuhan Kebutuhan Pangan Tahun 2005 No Komoditi Produksi (ton) Kebutuhan (ton) Pemenuhan (%) 1 Beras 265, , Jagung 8, , Kedele , Kacang Tanah 2,154 52, Kacang Hijau , Ubi Kayu 52, , Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor, 2006 Lumbung Tani Sehat (LTS) merupakan perkumpulan petani peserta Program Pemberdayaan Petani Sehat di bawah naungan Lembaga Pertanian Sehat yang menyatukan diri dalam usaha-usaha bidang produksi beras, pengadaan sarana produksi pertanian, dan pemasaran beras. Dalam menjalankan usahanya, LTS masih mengalami kekurangan dalam memenuhi permintaan konsumen apabila hanya menggantungkan dari tabungan gabah peserta program saja, sehingga dituntut untuk melakukan pembelian bahan 2

14 baku (padi bebas pestisida kimia) tambahan untuk menutupi kekurangan tersebut. Di sisi lain, LTS masih menggunakan teknologi sewa dalam menjalankan kegiatan usahanya. Sejalan dengan hal tersebut, Lembaga Pertanian Sehat sebagai induk dari LTS berencana untuk melakukan pengembangan menjadi unit usaha yang mandiri. Hal ini menjadikan LTS merasa perlu untuk melakukan peninjauan terhadap upaya untuk melakukan pengembangan, salah satunya dengan mengganti sistem kepemilikan dengan penggunaan teknologi sendiri. Untuk merealisasikan rencana tersebut, sebagai tahap awal akan dilakukan analisis kelayakan terhadap rencana pengembangan yang akan dilakukan. B TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan evaluasi terhadap rencana proyek pengembangan usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia. 2. Menganalisis perubahan tingkat pendapatan yang diperoleh LTS setelah melakukan pengembangan. 3. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia dan pengaruh perubahan-perubahan yang mungkin terjadi dengan melakukan analisis sensitivitas. 3

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A TANAMAN PADI Tanaman padi termasuk ke dalam famili Gramineae dari genus Oryza. Spesies Oryza sativa Linn merupakan jenis spesies yang banyak ditanam diberbagai belahan dunia. Habitat Oryza sativa dapat tumbuh di semua ekosistem pada iklim tropis dan sebagian pada iklim arid. Ciri khususnya adalah berbentuk rumput, ada yang mempunyai rimpang, dan berupa tanaman tahunan (IRRI, 1997; Anggrawal, et al., 1997; Chandler, 1992, dalam Fagi, et al., 2001) Pertumbuhan tanaman padi dapat dilihat dari produksi gabah. Keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi yang tercermin dari produksi gabah sangat ditentukan oleh ketersediaan hara dan air dalam tanah serta oleh keadaan cuaca dan iklim. Tanaman padi tumbuh optimal pada kisaran suhu o C dengan suhu maksimum o C dan suhu minimum o C. Tanaman padi di Indonesia mengalami adaptasi pada kisaran ketinggian 0 sampai dengan 1000 m diatas permukaan laut. Intensitas hujan dan kemampuan tanah menahan air menimbulkan perbedaan ekosistem. Curah hujan optimum untuk sistem budidaya padi sawah adalah lebih besar dari 200 mm per bulan dengan intensitas sinar surya sebesar 300 kal cm -2 hari -1 (Fagi dan Las, 1988). Padi tergolong tanaman yang toleran terhadap kondisi pengairan. Berdasarkan hal tersebut, tanaman padi digolongkan ke dalam dua jenis yaitu padi gogo yang ditanam pada tanah darat dan padi sawah yang ditanam pada tanah tergenang. Produktivitas lahan dan produksi padi pada sistem sawah lebih tinggi dibandingkan dengan sistem gogo. Baik secara langsung maupun tidak, keragaman produktivitas dan produksi padi itu terjadi karena air mempengaruhi metabolisme karbon dan protein (Fagi dan Las, 1988). Tingkat produksi menunjukkan bahwa budidaya padi sawah berpengairan adalah yang paling tinggi potensinya, yaitu mencapai 5-8 ton per ha (Taslim dan Fagi, 1988). 4

16 B PESTISIDA KIMIA Pestisida merupakan zat sintetis yang dapat membunuh hama. Menurut The United State Federal Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah : 1) Semua zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengeret, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya. 2) Semua zat atau campuran zat yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman. Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian dapat menekan kehilangan hasil yang diakibatkan organisme pengganggu tanaman (OPT). Kardinan (1999) menyebutkan bahwa kehilangan hasil akibat OPT pada saat pra panen diperkirakan sebesar 30-35%, sedangkan pada pasca panen diperkirakan sebesar 10-20%. Dengan demikian, kehilangan hasil keseluruhan yang diakibatkan OPT ini dapat mencapai 40-55%. Dalam beberapa kasus, OPT dapat mengakibatkan gagal panen. Akan tetapi, selain dapat menekan kehilangan hasil akibat OPT penggunaan pestisida juga dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Hal ini yang melatarbelakangi munculnya konsep pestisida nabati. Secara umum pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya tumbuhan (Kardinan, 1999). Jenis pestisida ini lebih mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. C BERAS BEBAS PESTISIDA KIMIA Beras atau karyopsis padi adalah bagian dari biji padi yang telah dipisah dari struktur pembungkusnya yaitu kulit gabah atau sekam. Beras yang dihasilkan dari tanaman padi yang ditanam tanpa menggunakan unsur-unsur kimia yang berbahaya bagi tubuh manusia seperti pestisida, herbisida, dan 5

17 pupuk kimia adalah beras organik, sedangkan beras bebas pestisida kimia adalah jenis beras yang pada dasarnya mengandung prinsip memanfaatkan keseimbangan alam dalam pertanian tanpa menggunakan pestisida kimia. Di pasaran beras ini sering di klaim sebagai beras organik. Beras bebas pestisida kimia mempunyai karakteristik yang sama seperti beras konvensional pada umumnya. Perbedaannya terdapat pada pestisida yang digunakan, sehingga beras bebas pestisida kimia relatif lebih aman untuk di konsumsi. Selain itu biasanya diawali dengan pemilihan benih non hibrida yang lebih mampu bertahan dan berproduksi optimal pada kondisi alami. Secara umum mutu beras dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) mutu giling, (2) mutu rasa dan tanak, (3) mutu gizi, dan (4) standar spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji (misalnya besar dan bentuk beras, kebeningan (transluency), dan butir kapur (chalky) (Damardjati dan Purwani, 1991). Proses penggilingan padi akan menghasilkan beras kepala, beras patah, dan menir. Beras kepala merupakan beras yang dikehendaki karena memiliki ukuran yang panjang dan penampakan yang menarik. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No mutu hasil penggilingan dibagi ke dalam 11 komponen fisik beras. Hal ini ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Komponen Fisik Beras Berdasarkan SNI No Komponen Mutu Mutu (%) I II III IV V 1 Derajat sosoh (min) Kadar air (maks) Beras kepala (min) Butir utuh (min) Butir patah (maks) Butir menir (maks) Butir merah (maks) Butir kuning/rusak (maks) Butir mengapur (maks) Butir asing (maks) Butir gabah (maks) Campuran varietas lain (maks) Sumber : Patiwiri,

18 Hasil penelitian Yuliastuti (2005) menunjukkan bahwa kandungan karbohidrat nasi dari beras dengan klaim organik sebesar 37.00% dan non organik sebesar 34.99%, sedangkan kandungan protein, lemak, serat, tiamin (vitamin B1), dan zat besi (Fe) nasi antara beras dengan klaim organik dan non organik tidak berbeda nyata, seperti disajikan pada Tabel 4. Hal tersebut menunjukkan bahwa berdasarkan mutu gizi, beras dengan klaim organik dan non organik tidak berbeda nyata. Tabel 4. Kandungan Zat Gizi dari Beras dengan Klaim Organik dan Non Organik No Zat Gizi Organik Non Organik 1 Karbohidrat (%) Protein (%) Lemak (%) Serat (%) Tiamin (mg/g) Zat Besi (mg/g) Amilosa (%) Sumber : Yuliastuti, 2005 Karakteristik fisik nasi dari beras dengan klaim organik dan non organik tidak berbeda. Bentuk nasi dari beras dengan klaim organik dan non organik adalah panjang. Adapun tekstur nasi dari beras dengan klaim organik dan non organik tidak berbeda, termasuk nasi yang lunak atau pulen (Yuliastuti, 2005). Perihal keamanan pangan, hasil analisis laboratorium Balitbiogen (1995) menunjukkan sebagian besar beras yang dihasilkan di daerah Jawa Barat telah tercemar oleh jenis residu insektisida berbahaya, seperti Klorpirifos, Lindan, Endosulfan, BPMC, dan Karbuforan dengan kandungan residu yang melebihi batas aman. Hasil uji residu pestisida tersebut disajikan dalam Tabel 5. Berbeda dengan beras bebas pestisida kimia yang tidak menggunakan pestisida berbahaya pada proses produksinya, beras yang dihasilkan mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk tercemar pestisida sesuai dengan hasil uji laboratorium Balitbiogen tahun 2006 (Tabel 6). 7

19 Tabel 5. Hasil Uji Residu Pestisida pada Beras di Beberapa Daerah Jawa Barat Lokasi Residu Pestisida ( g/g) Klorpirifos Lindan Endosulfan BPMC Karbuforan Karawang 0.06* 0.24* Subang 0.12* 0.25* * - Cianjur * * - Indramayu 0.31* 0.65* * 0.38* Pandeglang 0.36* 0.24* Batas maksimum Keterangan : *) menunjukkan di atas batas maksimum residu (BMNR) -) artinya tidak terdeteksi Sumber : Balitbiogen, 1995 Tabel 6. Hasil Uji Residu Pestisida pada Beras Bebas Pestisida Kimia No Analisis Konsentrasi Residu ( g/g) 1 Organoklorin - BHC (Lindan) - Endosulfan - 2 Karbamat Karbuforan - BPMC Sumber : Balitbiogen, 2006 Tabel di atas menunjukkan bahwa secara umum beras terbebas dari residu pestisida berbahaya (yang terakreditasi). Kandungan BPMC sebesar ppm ini masih berada di bawah batas maksimum residu sebesar 0.10 g/g. Kelebihan beras ini adalah tidak adanya kandungan pestisida yang dapat membahayakan kesehatan. D ANALISIS BIAYA Tujuan suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima (Pramudya dan Dewi, 1992). Sejumlah klasifikasi biaya digunakan sebagai dasar analisis ekonomi yang berfungsi untuk mengingatkan akan sumber dan akibat biaya yang terkait dengan hasil akhir sebuah proyek. 8

20 Biaya adalah segala sesuatu yang mengurangi pendapatan suatu proyek. Biaya tersebut sudah dikeluarkan sebelum suatu proyek di mulai dan akan selalu ada selama proyek tersebut berlangsung. Arus biaya dapat dikelompokkan ke dalam tiga jenis yaitu (a) biaya investasi, (b) biaya tetap, dan (c) biaya tidak tetap. 1. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya awal kepemilikan yang terkapitalisasi, yang meliputi transportasi, instalasi, dan pengeluaran awal lain yang berhubungan (Thuesen dan Fabrycky, 2001). Rony (1990) menyebutkan bahwa suatu kegiatan manajemen dapat mengklasifikasikan kebutuhan investasi sesuai dengan rencana perusahaan sebagai berikut : a. Meningkatkan kapasitas produksi Peningkatan kapasitas produksi adalah investasi dalam pengadaan peralatan produksi untuk menambah produk yang telah ada atau membuat produk baru untuk memenuhi permintaan pasar secara kuantitatif. b. Penghematan Penghematan dapat dilakukan dengan mengganti peralatan produksi yang tidak ekonomis lagi. Peralatan yang tidak ekonomis akan menimbulkan biaya yang lebih besar jika digunakan. c. Penggantian karena hasil produksi Hal ini dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing produk di pasaran. Investasi dilakukan karena peralatan yang ada tidak dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar secara kualitatif. d. Penunjang investasi yang telah ada Investasi penunjang dapat berupa mempertahankan keseimbangan lingkungan, penanganan akibat-akibat sosial dalam masyarakat, dan hal-hal lain yang menunjang proses produksi secara langsung ataupun tidak langsung. 9

21 2. Biaya Tetap Biaya tetap muncul dari persiapan menuju masa yang akan datang. Thuesen dan Fabrycky (2001) menyebutkan bahwa biaya tetap adalah kelompok biaya yang diperlukan dalam aktifitas berjalan yang totalnya akan relatif tetap sepanjang jangkauan (periode) waktu aktivitas operasional. Biaya tetap atau sering disebut sebagai biaya pemilikan tidak tergantung pada produk yang dihasilkan serta tidak tergantung pada bekerja atau tidaknya mesin, dan besarnya relatif tetap. Biaya tetap tersusun dari beberapa komponen biaya seperti penyusutan, pajak, asuransi, sewa, bunga atas modal yang diinvestasikan, program-program penjualan, pengeluaran administrasi tertentu, dan riset. Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat atau mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Gray, et al. (1985) menyebutkan bahwa penyusutan adalah bagian dari benefit proyek yang dicadangkan tiap-tiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek sedemikian rupa sehingga merupakan dana yang mencerminkan jumlah biaya modal. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan salah satu metode yang dapat digunakan dalam menghitung besarnya biaya penyusutan adalah metode garis lurus tanpa memasukkan bunga modal dalam perhitungan. Besarnya biaya penyusutan dianggap sama setiap tahun, atau penurunan nilai bersifat tetap sampai pada akhir umur ekonomisnya. Umur ekonomis adalah umur suatu alat dari kondisi 100% baru sampai alat tersebut sudah tidak ekonomis lagi bila terus digunakan. Persamaan biaya penyusutan dengan metode garis lurus adalah sebagai berikut : dimana : D P S L = Biaya penyusutan (Rp per tahun) = Harga awal (Rp) = Harga akhir (Rp) = Perkiraan umur ekonomis (tahun) 10

22 Selain penyusutan yang mempunyai perhitungan tersendiri dalam mendapatkan besarnya biaya, terdapat juga bunga modal dan asuransi. Bunga modal dari investasi diperhitungkan sebagai biaya karena uang yang dipergunakan untuk investasi tidak bisa digunakan untuk usaha lain. Besarnya bunga modal dan asuransi dapat disatukan dalam persamaan berikut : dimana : I P i N = Total bunga modal dan asuransi (Rp per tahun) = Harga awal (Rp) = Tingkat bunga modal dan asuransi (% per tahun) = Umur ekonomis (tahun) 3. Biaya Tidak Tetap Biaya tidak tetap berhubungan dengan tingkat pemakaian atau level aktivitas. Thuesen dan Fabrycky (2001) menyebutkan bahwa biaya tidak tetap adalah kelompok biaya yang berubah-ubah mengikuti perubahan level aktivitas operasional. Apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa tertentu naik, jumlah biaya tidak tetap total yang ditanggung proyek juga naik. Sebaliknya apabila jumlah satuan produk yang diproduksi pada masa yang lain turun, jumlah biaya tidak tetap secara keseluruhan juga turun. Contoh biaya tidak tetap dalam industri manufaktur adalah biaya bahan baku, bahan pembantu, dan upah buruh. Pada alat dan mesin pertanian, biaya tidak tetap adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat alat atau mesin beroperasi dan jumlahnya bergantung pada jumlah jam kerja pemakaian (Pramudya dan Dewi, 1992). Biaya tidak tetap pada mesin pertanian terdiri dari beberapa komponen biaya. Biaya tersebut terdiri dari biaya bahan bakar, biaya pelumas, biaya perbaikan dan pemeliharaan, biaya operator, dan biaya-biaya hal khusus seperti : penggantian ban pada traktor, penggantian rol karet pada mesin penggiling padi, dan lain-lain. 11

23 E ANALISIS KELAYAKAN PROYEK Pada dasarnya membangun proyek adalah upaya menanamkan faktor produksi langka pada proyek tertentu untuk jangka menengah atau panjang. Pembangunan proyek bertujuan untuk memperoleh berbagai macam manfaat (termasuk keuntungan) yang nilainya lebih besar dari nilai faktor produksi yang ditanamkan. Sutojo (2006), menyebutkan bahwa pembangunan proyek dapat digolongkan menjadi tiga bentuk, yaitu (1) membangun proyek baru (new investment), (2) memperluas usaha (project expansion), dan (3) perbaikan proyek yang sudah berjalan (updating project). Salah satu ciri khusus dalam pembangunan proyek adalah kemungkinan akan timbulnya risiko yang dihadapi investor pada masa operasinya. Sebuah lembaga, untuk mendapatkan gambaran yang jelas apakah pembangunan proyek yang direncanakan tersebut akan mempunyai aspek yang baik maka diperlukan suatu pengamatan dan perhitungan dengan meninjau semua masalah yang terkait guna mengambil suatu keputusan untuk melaksanakan atau membatalkannya. Penilaian kelayakan suatu proyek dapat digunakan alat ukur yang disebut kriteria investasi. Dalam menentukan nilai kriteria investasi, pada tahap awal perlu melakukan penyusunan arus kas masuk dan keluar untuk setiap periode selama umur proyek. Nilai sekarang (present value) dapat dihitung dari arus kas tersebut dengan menggunakan discount factor. Persamaan untuk mencari discount factor adalah sebagai berikut : dimana : DF = Discount factor i = Discount rate (%) t = Tahun yang sedang berjalan Kriteria investasi yang digunakan dalam menilai kelayakan sebuah proyek, diantaranya : (1) Net Present Value, (2) Internal Rate of Return, (3) B/C Ratio, dan (4) Payback Period. 12

24 1. Net Present Value Net Present Value (NPV) merupakan ukuran yang menggambarkan kemampuan suatu proyek. NPV adalah perbedaan present value dari arus manfaat dan biaya (Pramudya dan Dewi, 1992). Merret (1989) dalam Sutojo (2006) mengatakan bahwa NPV adalah jumlah present value seluruh net cash flows tahunan selama masa tertentu dan salvage value proyek, dikurangi jumlah investasi proyek. Dengan demikian, suatu proyek dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilaksanakan apabila NPV proyek tersebut sama atau lebih besar dari nol. Jika NPV sama dengan nol, maka proyek akan mendapat modalnya kembali setelah diperhitungkan discount rate yang berlaku. Apabila NPV proyek tersebut lebih besar dari nol maka proyek dapat dilaksanakan dengan memperoleh keuntungan sebesar nilai NPV, sedangkan apabila NPV lebih kecil dari nol, maka sebaiknya proyek tersebut tidak dilaksanakan dan dipertimbangkan untuk mencari alternatif proyek lain yang pasti menguntungkan. 2. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) merupakan suatu tingkat pengembalian modal yang digunakan dalam suatu proyek. IRR atau sering disebut sebagai discounted rate of return adalah discount rate yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh net cash flows dan salvage value akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan jumlah investasi proyek (Sutojo, 2006). Nilai IRR merupakan nilai tingkat bunga yang menjadikan NPV suatu proyek sama dengan nol. Sebuah investasi dikatakan layak untuk dilaksanakan jika IRR yang diperoleh lebih besar atau sama dengan discount rate. Sedangkan apabila IRR lebih kecil daripada discount rate, maka proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Tolak ukur ini menggambarkan tingkat keuntungan yang diharapkan dapat diterima pemilik proyek dari jumlah seluruh dana yang telah ditanamkan untuk membangun proyek. 13

25 3. Benefit Cost Ratio Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) merupakan indeks efisiensi berupa perbandingan antara rasio jumlah present value yang bernilai positif dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Perhitungan B/C Ratio dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan. Umar (1997) mengatakan bahwa B/C Ratio dapat diperoleh dengan menghitung perbandingan antara present value dari rencana penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang dengan present value dari investasi yang dilaksanakan. Gray, et al. (1985) menyebutkan terdapat dua cara perhitungan yang dapat digunakan untuk menentukan B/C Ratio, yaitu : (1) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) yang dapat dihitung dengan membandingkan jumlah semua NPV B-C yang bernilai positif dengan jumlah semua NPV B-C yang bernilai negatif. (2) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), dimana nilainya merupakan perbandingan antara NPV manfaat dan NPV biaya sepanjang umur proyek. Kegiatan investasi akan layak dilaksanakan apabila mempunyai nilai B/C Ratio lebih besar atau sama dengan satu, sedangkan jika B/C Ratio lebih kecil dari satu, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. 4. Payback Period Periode pengembalian atau lebih dikenal dengan Payback Period dari suatu proyek dapat didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan agar jumlah penerimaan sama dengan jumlah investasi atau biaya. Apabila periode pengembalian lebih pendek daripada yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan kalau lebih lama proyek ditolak. Dengan demikian, semakin cepat pengembalian, semakin baik proyek diusahakan karena modal yang digunakan telah kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan yang lain. Masa pengembalian investasi tercapai pada saat nilai NPV berubah dari negatif menjadi positif (Sutojo, 2006). 14

26 F ANALISIS SENSITIVITAS Analisis sensitivitas bertujuan untuk mempelajari kemungkinan terjadinya perubahan dalam penyelesaian optimal sebagai akibat adanya perubahan dari model semula. Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa analisis ini dilakukan apabila terjadi suatu kesalahan pendugaan suatu nilai biaya atau manfaat dan kemungkinan terjadi perubahan suatu unsur harga pada saat proyek tersebut dilaksanakan. Langkah pertama investor menganalisis resiko investasi proyek adalah memperkirakan resiko apa saja yang dapat muncul. Kemudian memperkirakan resiko-resiko mana yang dapat menjadi variabel kritis terhadap profitabilitas proyek. Setelah menetapkan variabel- variabel kritis, kemudian melakukan analisis sensitivitas (Seit dan Ellison, 1990 dalam Sutojo, 2006). Dalam menelaah kembali suatu analisis perlu dipahami adanya keadaan yang mungkin berubah-ubah. Berikut disebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan analisis sensitivitas (Pramudya dan Dewi, 1992) : 1. Adanya cost overrun, misalnya kenaikan biaya konstruksi. 2. Perubahan dalam perbandingan harga terhadap tingkat harga umum, misalnya penurunan harga hasil produksi. 3. Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek. 4. Terjadi kesalahan dalam penaksiran hasil produksi (khusus untuk proyekproyek pertanian). 15

27 III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu mulai bulan Juni 2007 sampai dengan bulan Oktober Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah Lumbung Tani Sehat yang beralamat di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. B. JENIS DAN SUMBER DATA Penelitian ini secara keseluruhan merupakan studi kasus yang mengkaji atau menganalisis kelayakan pengembangan usaha peningkatan nilai tambah padi dengan sistem ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida berbahaya. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi terhadap proses produksi beras bebas kimia dan wawancara langsung dengan pengelola lumbung, petani serta pihak-pihak terkait lainnya. Sementara data sekunder diperoleh dari lembagalembaga terkait seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Badan Pusat Statistik serta melalui studi literatur dari pustaka yang terkait dengan objek penelitian. C. PROSEDUR PENELITIAN Penelitian terhadap rencana proyek pengembangan usaha pengolahan padi bebas pestisida kimia dibagi ke dalam 3 skenario. Hal ini berfungsi untuk meninjau hasil analisis atau perubahan antara sebelum dan setelah dilakukan pengembangan. Skenario-skenario tersebut terdiri dari : (1) kondisi pada saat sebelum dilakukan pengembangan dimana beras diproduksi dengan menggunakan jasa penggilingan, (2) kondisi dimana dilakukan penggantian sistem kepemilikan menjadi milik sendiri pada jumlah produksi yang sama dengan skenario 1, dan (3) kondisi dimana terjadi peningkatan jumlah produksi dengan penggunaan teknologi tersebut. 16

28 D. METODE PENGOLAHAN DATA Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi dan pendekatan sebagai dasar dalam melakukan perhitungan dan analisis. Asumsi dan pendekatan yang digunakan terdiri dari : 1) Umur proyek adalah lima tahun. 2) Harga yang digunakan dalam perhitungan adalah konstan selama jangka waktu proyek. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian. 3) Biaya-biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap tetap, baik biaya produksi maupun biaya tetap lainnya. Hal ini berdasarkan suatu alasan bahwa kapasitas dan penggunaan sarana produksi tetap untuk setiap tahun. 4) Tingkat suku bunga (discount rate) adalah tingkat bunga yang diperkirakan dan dipakai untuk mendiskon pembayaran dan penerimaan dalam satu periode. Besarnya tingkat suku bunga adalah 15% yang didekati dari tingkat suku bunga kredit usaha non program (atau suku bunga komersial) Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada tahun ) Nilai sisa dari barang investasi sebesar 10% dari harga awal. Nilai sisa untuk barang investasi yang tidak habis pada akhir umur ekonomis proyek, masih mempunyai nilai sebesar beda dari nilai investasi awal terhadap jumlah dari penyusutan selama umur proyek. 6) Biaya pemeliharaan sebesar 1.2% dari harga awal. 7) Tidak ada pajak serta asuransi untuk alat dan mesin pertanian. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik sebagai alat bantu analisis. Teknik-teknik tersebut terdiri dari analisis laba rugi, analisis titik impas, analisis kelayakan, dan analisis sensitivitas. 1. Analisis Laba Rugi Downey dan Erickson (1989) menyebutkan bahwa perhitungan laba rugi mengikhtisarkan pendapatan dan beban atau ongkos untuk satu periode tertentu dan menunjukkan laba atau rugi yang dihasilkan setelah 17

29 beban (expenses) dikurangkan dari penerimaan (income). Jadi, perhitungan ini merupakan tolak ukur utama efisiensi manajemen. Penerimaan sama dengan perkalian antara harga dan jumlah produk. Sedangkan jumlah biaya merupakan penjumlahan biaya tetap dan tidak tetap (Pramudya dan Dewi, 1992). Perhitungan biaya pokok yang terbentuk dari biaya tetap dan tidak tetap perlu dilakukan agar diperoleh gambaran yang jelas terhadap pengorbanan yang telah dilakukan. Dengan demikian akan memiliki dasar yang kuat pada saat melakukan penawaran terhadap produknya di pasaran, sebagai dasar penentu dari harga jual produk, dan dapat digunakan untuk memperkirakan keuntungan yang akan diperoleh. Biaya pokok dihitung dengan menggunakan persamaan berikut : 2. Analisis Titik Impas Titik impas atau Break Even Point (BEP) adalah suatu titik dimana terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda (Pramudya dan Dewi, 1992). Analisis titik impas digunakan dalam pengambilan keputusan alternatif pilihan yang cukup sensitif terhadap variabel atau parameter dan bila variabel-variabel tersebut sulit diestimasi nilainya. Proses pengambilan keputusan yang memanfaatkan analisis titik impas diantaranya penentuan volume produksi. Analisis titik impas dapat digunakan untuk mengetahui jumlah produksi dan penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Titik impas dapat terjadi jika jumlah penerimaan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan atau suatu nilai jumlah produksi dimana keuntungan yang diperoleh sama dengan nol. Yamit (2001) menyebutkan bahwa analisis titik impas merupakan sarana untuk menetahui pada jumlah produksi berapa total revenue (TR) sama dengan total biaya (TC). 18

30 Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung titik impas volume produksi adalah sebagai berikut (Yamit, 2001) : dimana : BEP BT S BTT = Titik impas produksi (Rp) = Biaya tetap (Rp per tahun) = Penjualan bersih (Rp per tahun) = Biaya tidak tetap (Rp per tahun) 3. Analisis Kelayakan Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan untuk kepentingan individu atau lembaga yang menanamkan modalnya dalam proyek tersebut, misalnya petani, wiraswastawan atau perusahaan (Pramudya dan Dewi, 1992). Beberapa kriteria kelayakan investasi yang sering digunakan antara lain : (1) Net Present Value, (2) Internal Rate of Return, (3) B/C Ratio, dan (4) Payback Period. Secara lebih rinci masing-masing perhitungan kriteria tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : a. Net Present Value (NPV) Menurut Gray, et al. (1985), NPV dapat dihitung menggunakan rumus: dimana : Bt Ct t i n = Penerimaan pada tahun ke-t (Rp) = Pengeluaran pada tahun-t (Rp) = Tahun ke-t = Tingkat bunga modal (%)s = Periode analisis (tahun) 19

31 b. Internal Rate of Return (IRR) Pramudya dan Dewi (1992) menyebutkan bahwa IRR dapat dihitung menggunakan persamaan berikut : dimana : i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV positif i = Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV = NPV yang bernilai positif NPV = NPV yang bernilai negatif c. B/C Ratio Secara matematis persamaan untuk mencari B/C Ratio dengan metode Net B/C adalah sebagai berikut (Gray, et al., 1992) : dimana : + NPVB-C = Jumlah PV yang bernilai positif - NPV B-C = Jumlah PV yang bernilai negatif d. Payback Period Perhitungan payback period dilakukan dengan menyertakan pertimbangan nilai waktu dari uang yaitu dengan menggunakan metode discounted payback period atau periode penggantian yang didiskontokan. Penggantian dengan bunga menentukan panjang waktu yang dibutuhkan hingga pemasukan investasi ekuivalen melebihi pengeluaran modal (Thuesen dan Fabrycky, 2002). Dengan demikian dapat diketahui tahun-tahun ketika manfaat bersih kumulatif masih bernilai negatif dan tahun-tahun ketika manfaat bersih bernilai positif, yang menandakan bahwa investasi sudah kembali. 20

32 4. Analisis Sensitivitas Dalam melakukan analisis sensitivitas, akan dilakukan perhitungan kriteria investasi kembali dengan perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. Menurut Pramudya dan Dewi (1992), pengulangan perhitungan perlu dilakukan karena dalam analisis proyek umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak unsur ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perubahan yang terjadi atau mungkin terjadi akan berdampak pada tingkat penerimaan dan atau biaya sehingga akan mempengaruhi kondisi kelayakan dari proyek yang akan dilaksanakan. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sampai berapa persen peningkatan atau penurunan faktor-faktor tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria investasi yaitu dari layak menjadi tidak layak untuk dilaksanakan (Gittiinger, 1986). 21

33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lumbung Tani Sehat (LTS) adalah unit usaha mandiri yang dibentuk sebagai lanjutan dari Program Pemberdayaan Petani Sehat (P3S) dari Divisi Pemberdayaan, Lembaga Pertanian Sehat (LPS) Dompet Dhuafa Republika. Tujuan pendirian LTS sebagai program lanjutan untuk kegiatan P3S adalah sebagai berikut : 1) Sebagai tabungan bagi petani peserta P3S melalui usaha penyimpanan gabah bebas pestisida kimia yang menguntungkan untuk biaya operasional berikutnya. 2) Mempertahankan pola bertani ramah lingkungan, yaitu produksi padi bebas pestisida kimia yang telah terbentuk melalui kegiatan P3S. 3) Mendorong potensi ekonomi dan pemberdayaan petani dhuafa di desa terkait yang terintegrasi dengan unit pemasaran produk beras bebas pestisida kimia. 4) Membangun hubungan kerjasama dan gotong royong antar anggota kelompok, baik dalam kegiatan usaha maupun kehidupan sehari-hari. Sejak dibentuknya LTS pada tahun 2006 pengembangan senantiasa dilakukan. Jumlah petani peserta program meningkat menjadi 16 kelompok tani atau terdiri dari 149 orang petani mustahik dan penambahan areal tanam yang telah mencapai 40 ha. Pelaku utama dari kegiatan produksi beras bebas pestisida kimia, yaitu petani dan LTS. Adapun sistem usaha yang terjadi ditunjukkan pada Gambar 1. LPS memberikan subsidi kepada petani program yang pengelolaannya diserahkan kepada LTS. Subsidi tersebut disertai dengan pemberian materi tentang teknologi pertanian sehat dan aplikasinya untuk memproduksi padi bebas pestisida kimia yang kemudian dibeli oleh LTS berupa gabah. Nilai pembelian gabah sebanyak 40% hasil yang diproduksi dan digunakan sebagai tabungan petani untuk biaya sewa lahan dan saprotan pada musim berikutnya. Sisa gabah sebanyak 60% menjadi hak petani sepenuhnya. 22

34 LPS LTS Subsidi 40% Tabungan gabah Petani Peserta Program Keterangan : : Lingkup penelitian Gambar 1. Sistem Usaha Pengolahan Padi Bebas Pestisida Kimia di LTS Produksi atau pengadaan beras bebas pestisida kimia merupakan kegiatan pokok dalam rangka memenuhi permintaan konsumen melalui LPS ataupun secara langsung kepada LTS. Besarnya permintaan beras bebas pestisida kimia untuk setiap periodenya berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan, seperti terlihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rekapitulasi Penjualan Beras Bebas Pestisida Kimia di LPS Tahun Penjualan (kg) Total Penjualan (Rp) , ,688, , ,531, ,826* 572,782,000.00* Keterangan : *) Data sampai 10 Desember 2007 Sumber : Divisi Pemasaran LPS, Total penjualan mengalami peningkatan, hal ini terutama terjadi pada tahun 2006 seiring dengan perluasan areal tanam dan peningkatan jumlah petani peserta program. Sedangkan pada tahun 2007, penjualan cenderung sama dengan tahun sebelumnya dengan kisaran penjualan sebesar 90 ton. Di samping melalui LPS, penjualan juga dilakukan langsung oleh LTS kepada konsumen, baik individu maupun agen. Besarnya permintaan langsung ini tidak pernah kurang dari 1 ton setiap bulannya dengan jumlah yang berfluktuasi, sehingga total rata-rata permintaan beras kepada LTS dalam 1 bulan mencapai 10 ton. 23

35 Kekurangan produksi gabah untuk menutupi jumlah produksi yang berasal dari tabungan wajib anggota mencapai 40%. Dalam memenuhi permintaan tersebut, kekurangan pasokan masih dipenuhi dari anggota atau kelompok tani lain, sehingga total permintaan rata-rata dapat terpenuhi. Operasional LTS diharapkan dapat dikelola dengan baik melalui penerapan manajemen secara profesional. Perangkat organisasi LTS yang direncanakan terdiri dari : Rapat Anggota, Manajemen Pengelola, dan Pengawas. Bagan struktur organisasi LTS dapat dilihat pada Gambar 2. Rapat Anggota Pengawas KETUA SEKRETARIS BENDAHARA Koordinator Tabungan Gabah Koordinator Pengadaan & Pemasaran Gambar 2. Struktur Organisasi LTS Rapat anggota bertanggung jawab dalam mengkoordinir kegiatan penyimpanan gabah dari anggota. Rapat anggota ini diwakilkan dan dikuasakan kepada ketua kelompok tani yang telah dipilih dan diangkat oleh LPS. Manajemen pengelola atau pelaksana harian terdiri dari : Koordinator Lumbung (Tabungan Gabah), Koordinator Pengadaan dan Pemasaran, serta Sekretaris dan Bendahara yang semuanya diangkat oleh LPS, sedangkan Pengawas adalah perwakilan kelompok tani peserta P3S, LPS, dan Penyuluh Pertanian Swadaya (P3S) yang berfungsi untuk mengawasi jalannya kegiatan LTS. 24

36 B. BUDIDAYA PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA Tanaman padi yang dibudidayakan oleh petani peserta program adalah tanaman padi bebas pestisida kimia berbahaya atau disebut sebagai padi bebas pestisida. Cara bertanam padi bebas residu pestisida kimia pada dasarnya tidak berbeda dengan bertanam padi secara konvensional. Perbedaannya hanya terdapat pada masukan yang digunakan, yaitu pemilihan bibit non hibrida dan pemberantasan hama tanpa menggunakan pestisida kimia. Proses budidaya padi terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (1) pembenihan, (2) penyiapan lahan, (3) penanaman, (4) pemeliharaan, dan (5) pemanenan. 1. Pembenihan a. Pengadaan benih Varietas padi yang cocok ditanam tanpa menggunakan pestisida kimia ini adalah jenis atau varietas alami. Penggunaan varietas alami atau bibit non hibrida sesuai dengan karakteristiknya yang dapat tumbuh dan berproduksi optimal pada kondisi yang alami atau tanpa penggunaan pestisida kimia. Tujuan lain dari penggunaan bibit non hibrida adalah mempertahankan keanekaragaman hayati. Benih bermutu merupakan syarat untuk mendapatkan hasil panen yang maksimal. Benih bermutu adalah benih yang murni, bernas, bebas dari penyakit, bebas dari campuran biji rumput, dan mempunyai daya kecambah yang tinggi, minimal mencapai 90%. Benih dengan kriteria tersebut biasanya mampu menghasilkan tanaman yang sehat dan kokoh sehingga pada akhirnya dapat diperoleh produktivitas yang tinggi. Jumlah ideal benih yang disebarkan 8-15 kg per ha. Kelebihan benih akan berpengaruh terhadap mutu bibit yang dihasilkan. Benih yang disebar terlalu banyak akan mengakibatkan jarak antara satu dengan yang lainnya terlalu rapat, sehingga bibit tumbuh berjejal dan sinar matahari tidak dapat menembus ke semua bagian. Kondisi ini dapat menjadikan bibit tumbuh memanjang dan lemah sehingga tidak bertahan saat dipindahtanamkan. 25

37 b. Perlakuan benih Benih yang sudah terseleksi dikecambahkan terlebih dahulu sebelum disebar di persemaian. Proses perkecambahan ini dilakukan dengan merendam benih menggunakan larutan air garam (1 sendok makan garam : 1 l air) atau air abu (3 sendok makan : 1 l air) selama lebih kurang 10 menit. Tujuan dilakukannya perendaman adalah untuk mendapatkan benih yang bernas dan menekan atau menghilangkan inokulum penyakit yang terbawa pada benih oleh air garam atau abu yang berfungsi sebagai antiseptic. Selanjutnya benih direndam dalam air bersih secukupnya selama 1x24 jam. Hal ini bertujuan untuk merangsang perkecambahan dan pemilahan benih yang bernas dan hampa. Benih hampa mengapung dipermukaan air, sedangkan benih yang bernas akan tenggelam. Selanjutnya, benih ditiriskan dan diperam selama dua hari dengan dimasukan ke dalam kain atau karung basah. Pemeraman ini bertujuan untuk menghasilkan perkecambahan yang seragam. c. Pembuatan persemaian Persiapan media semai dilakukan untuk memperoleh bibit yang siap untuk dipindahtanamkan. Varietas yang akan berpengaruh terhadap umur optimum bibit dan hal ini akan berpengaruh terhadap produktivitas. Penggunaan bibit muda akan menghasilkan jumlah anakan produktif yang lebih banyak dan bibit lebih cepat pulih dari stres akibat pindah tanam. Media yang digunakan dalam persemaian adalah campuran kompos dan tanah dengan perbandingan 1:1. Tempat persemaian terdiri dari dua jenis yaitu persemaian kering, dimana luas lahan yang dibutuhkan untuk 1 ha sawah sebesar 200 m 2 dan persemaian dengan menggunakan besek, dimana luas 1 ha sawah dibutuhkan sebanyak besek ukuran 20x20 cm. Penggunaan besek ini dapat menghindari kontaminan kepompong kupu-kupu putih (penggerek batang) dan mengurangi stres tanaman akibat pindah tanam. 26

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PENGOLAHAN PADI BEBAS PESTISIDA KIMIA (Studi Kasus di Lumbung Tani Sehat Ciburuy, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : NIRWAN NURDIANSYAH F14103040 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di penggilingan padi Sinar Ginanjar milik Bapak Candran di Desa Jomin Timur, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

A. Kerangka Pemikiran

A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Penelitian ini mengkaji studi kelayakan pendirian industri pengolahan keripik nangka di kabupaten Semarang. Studi kelayakan dilakukan untuk meminimumkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Buah Naga Terdapat empat jenis buah naga yang dikembangkan, yaitu buah naga daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhijus),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU Desy Cahyaning Utami* *Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan Imail: d2.decy@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN STUDI KELAYAKAN USAHA PRODUKSI ALAT DAN MESIN PERTANIAN (Studi Kasus : Produksi Ditcher Lengan Ayun Untuk Saluran Drainase Pada Budidaya Tanaman Tebu Lahan Kering) Oleh: KETSIA APRILIANNY LAYA F14102099

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang sangat mendukung untuk sektor usaha pertanian. Iklim tropis yang ada di Indonesia mendukung berkembangnya sektor pertanian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI

PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI PEMBUATAN TEPUNG BENGKUANG DENGAN KAJIAN KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na 2 S 2 O 5 ) DAN LAMA PERENDAMAN SKRIPSI Oleh : Keny Damayanti NPM.0533010023 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2

18/09/2013. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1. Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 2 ANALISIS PROYEK/INVESTASI Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 PROYEK ADALAH SUATU RANGKAIAN KEGIATAN YANG MENGGUNAKAN SEJUMLAH SUMBER DAYA UNTU MEMPEROLEH SUATU MANFAAT (BENEFIT). MEMERLUKAN BIAYA (COST),

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK

KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH

PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH PENGEMBANGAN BENIH DAN VARIETAS UNGGUL PADI SAWAH Oleh : Ir. Hj. Fauziah Ali A. Pendahuluan Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekonomis yang banyak bagi perkembangan suatu usaha pertanian, diantaranya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA

RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA RANCANGAN PROSES PENGOLAHAN TAHU DENGAN ClTA RASA SEBAGAI DASAR DALAM PERENCANAAN RANCANGAN PABRIK TAHU ClTA RASA Ole h IMAM ROSYADI F 24. 1455 1991 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci