BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kepuasan Pasien 1. Definisi Kepuasan Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang berorientasi pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu keadaan dimana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat dipenuhi melalui produk yang diberikan (Haffizurrachman, 2004). Kepuasan adalah bentuk perasaan seseorang setelah mendapatkan pengalaman tehadap kinerja pelayanan yang telah memenuhi harapan (Gerson, 2004). Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk atau jasa dan harapan-harapan (Kotler,2007). Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap hasil yang diterima serta memenuhi harapan dan keinginannya. 2. Kepuasan pasien Kepuasan berkaitan dengan kesembuhan pasien dari sakit atau luka. Hal ini lebih berkaitan dengan konsekuensi sifat pelayanan kesehatan itu sendiri, berkaitan pula dengan sasaran dan hasil pelayanan. Kepuasan pasien dalam menilai mutu atau pelayanan yang baik, dan merupakan 8

2 pengukuran penting yang mendasar bagi mutu pelayanan. Hal ini karena memberikan informasi terhadap suksesnya pemberi pelayanan bermutu dengan nilai dan harapan pasien yang mempunyai wewenang sendiri untuk menetapkan standar mutu pelayanan yang dikehendaki (Hafizurrachman, 2004). Kepuasan pasien dapat diartikan sebagai suatu sikap konsumen yakni beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaanya terhadap pelayanan yang pernah dirasakan, oleh karena itu prilaku konsumen dapat juga diartikan sebagai model perilaku pembeli (Ilyas, 1999). Kepuasan pasien merupakan evaluasi purna beli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampau harapan pasien. Dengan demikian kepuasan timbul apabila evaluasi yang diharapkan menunjukkan bahwa alternatif yang diambil lebih rendah dari harapan (Kusumapraja, 1997). Kotler (2007), mendefinisikan bahwa kepuasan pasien adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakan dibanding dengan harapannya. Menurut Gerson (2004), kepuasan pasien adalah persepsi pasien bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Sedangkan menurut Nurachmah (2005), kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi paska konsumsi bahwa suatu produk yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Menurut Sabarguna (2004), kepuasan pasien adalah merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan. Tapi walaupun 9

3 subyektif tetap ada dasar obyektifnya, artinya walaupun penilaian itu dilandasi oleh pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu dan pengaruh lingkungan waktu itu, tetapi tetap akan didasari oleh kebenaran dan kenyataan obyektif yang ada. Kepuasan pasien akan terpenuhi apabila proses penyampaian jasa dari pembeli jasa kepada pasien sesuai dengan apa yang dipersepsikan pelanggan. Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor subyektifitas yang dapat membuat perbedaan persepsi atau kesenjangan antara pelanggan dan pemberi jasa, ada lima kesenjangan dalam kualitas jasa (Hafizurrachman, 2004) : a. Kesenjangan antara persepsi manajemen tentang harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa. b. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. c. Kesenjangan antara spesifikasi jasa dan jasa yang disajikan. d. Kesenjangan antara penyampaian jasa aktual dan komunikasi eksternal kepada konsumen. e. Kesenjangan antara jasa yang diharapkan dan jasa aktual yang diterima konsumen. Kepuasan pasien adalah tingkat kepuasan pelayanan pasien dari persepsi pasien/ keluarga terdekat. Kepuasan pasien akan tercapai, apabila diperoleh hasil yang optimal bagi setiap pasien dan pelayanan kesehatan memperhatikan kemampuan pasien atau keluarganya, ada perhatian terhadap keluhan, kondisi lingkungan fisik dan memprioritaskan 10

4 kebutuhan pasien, sehingga tercapai keseimbangan yang sebaik-baiknya antara tingkat rasa puas atau hasil dan derita-derita serta jerih payah yang telah dialami guna memperoleh hasil tersebut (Soejadi, 1996). Berdasarkan pada beberapa definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pasien merupakan nilai subyektif pasien terhadap pelayanan yang diberikan setelah membandingkan dari hasil pelayanan yang diberikan dengan harapannya. Pasien akan merasa puas jika pelayanan yang diberikan sesuai harapan pasien atau bahkan lebih dari apa yang diharapkan pasien. 3. Dimensi Kepuasan Pasien Dimensi kepuasan yang dirasakan seseorang sangat bervariasi sekali, namun secara umum dimensi dari kepuasan sebagaimana yang didefinisikan diatas mencakup hal-hal berikut (Azwar, 1996) : a. Kemampuan yang mengacu hanya pada penerapan standart kode etik profesi. Pelayanan kesehatan dikatakan memenuhi kebutuhan kepuasan pasien apabila pelayanan yang diberikan mengikuti standart serta kode etik yang disepakati dalam suatu profesi, atau dengan kata lain yaitu bila suatu pelayanan kesehatan yang diberikan telah mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh profesi yang berkompeten serta tidak menyimpang dari kode etik yang berlaku bagi profesi tersebut. Ukuran-ukuran yang digunakan untuk menilai pemikiran seseorang terhadap kepuasan yang diperolehnya mencakup hubungan petugas- 11

5 pasien (relationship), kenyamanan pelayanan (amenities), kebebasan melakukan pilihan (choice), pengetahuan dan kompetensi teknis (scientific knowledge and technical skill), efektifitas pelayanan (effectivess) dan keamanan tindakan (safety). b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan Persyaratan suatu pelayanan kesehatan dinyatakan sebagai pelayanan yang bermutu dan dapat memberikan kepuasan pada penerima jasa apabila pelaksanaan pelayanan yang diajukan atau ditetapkan, yang didalamnya mencakup penilaian terhadap kepuasan pasien mengenai ketersediaan pelayanan kesehatan (available), kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate), kesinambungan pelayanan kesehatan (continue), penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable), ketercapaian pelayanan kesehatan (accessible), keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable), efisiensi pelayanan kesehatan (efficient) dan mutu pelayanan kesehatan (quality). Untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang memenuhi semua persyaratan pelayanan tidak semudah yang diperkirakan, sehingga untuk mengatasi hal ini diterapkan prinsip kepuasan yang terkombinasi secara selektif dan efektif, dalam arti penerapan dimensi kepuasan kelompok pertama dilakukan secara optimal, sedangkan beberapa dimensi kelompok kedua dilakukan secara selektif yaitu yang sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan (Azwar, 1996 ). 12

6 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan Kepuasan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari pihak pemberi pelayanaan saja, tetapi juga dipengaruhi faktor dari luar maupun dari dalam diri pasien. Faktor dari dalam mencakup sumber daya, pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Faktor dari luar mencakup budaya, sosial ekonomi, keluarga dan situasi yang dihadapi (Gerson, 2004). Penilaian kualitas pelayanan dikaitkan dengan kepuasan pasien dengan berfokus pada aspek fungsi dari proses pelayanan (Supranto, 2001), yaitu : a. Tangibles (Wujud nyata) adalah wujud langsung yang meliputi fasilitas fisik, yang mencakup kemutahiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi SDM perusahaan dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan. b. Reliability (kepercayaan) adalah pelayanan yang disajikan dengan segera dan memuaskan dan merupakan aspek aspek keandalan system pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana, kepedulian perusahaan kepada permasalahan yang dialami pasien, keandalan penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan sesuai dengan janji yang diberikan keakuratan penanganan. c. Responsiveness (tanggung jawab) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa yang dibutuhkan konsumen. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa, ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam membantu 13

7 konsumen, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien dengan cepat. d. Assurance (jaminan) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan jaminan keamanan yang meliputi kemampuan SDM, rasa aman selama berurusan dengan karyawan, kesabaran karyawan, dukungan pimpinan terhadap staf. e. Empathy (empati) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada konsumen yang meliputi perhatian kepada konsumen, perhatian staf secara pribadi kepada konsumen, pemahaman akan kebutuhan konsumen, perhatian terhadap kepentingan konsumen, kesesuaian waktu pelayanan dengan kebutuhan konsumen. Menurut Hafizurrachman (2004), kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi : reliabilitas (konsistensi dan kehandalan), ketanggapan (kesediaan, kesiapan dan ketepatan waktu), kompetensi (kemudahan kontak dan pendekatan), komunikasi (mendengarkan serta memelihara hubungan pengertian), kredibilitas (nilai kepercayaan dan kejujuran), jaminan rasa aman (dari risiko dan keraguan), pengertian (upaya untuk mengerti keluhan dan kenginan pasien), ujud pelayanan yang dirasakan. Menurut Mediawati (2000), menyebutkan bahwa puas atau tidak puasnya pasien biasanya ditentukan oleh hal-hal meliputi mutu produk atau jasa, mutu pelayanan, harga, waktu penyerahan, dan keamanan. 14

8 Semua faktor kepuasan pasien tersebut pada hakikatnya sangat berkaitan dan ditentukan oleh mutu kerja para perawat, sehubungan dengan hal tersebut, pada dasarnya kepuasan pasien dipengaruhi oleh faktor-faktor : teknologi, kemampuan kerja perawat, kemauan perawat, dan lingkungan kerja perawat. Notoatmodjo (2003), berpendapat bahwa faktor-faktor dasar yang mempengaruhi kepuasan yaitu : a. Pengetahuan Tingkat pengetahuan seseorang dapat mempengaruhi prilaku individu, yang mana makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang kesehatan, maka makin tinggi untuk berperan serta. b. Kesadaran Bila pengetahuan tidak dapat dipahami, maka dengan sendirinya timbul suatu kesadaran untuk berprilaku berpartisipasi c. Sikap positif Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sedangkan salah satu kompensasi dari sikap yang positif adalah menerima (receiving), diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. d. Sosial ekonomi Pelayanan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh pasien. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan oleh pasien maka semakin baik pelayanan yang diberikan. 15

9 e. Sistem nilai Sistem nilai seseorang pasien sangat mempengaruhi seseorang pasien untuk mempersepsikan pelayanan kesehatan yang diberikan. f. Pemahaman pasien tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya Tingkat pemahaman pasien terhadap tindakan yang diberikan akan mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang terhadap tindakan. g. Empati yang ditujukan oleh pemberi pelayanan kesehatan, sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pasien (compliance). 5. Mengukur tingkat kepuasan Untuk mengetahui tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan atau penerima pelayanan maka perlu dilakukan pengukuran. Menurut Supranto (2001), pengukuran tingkat kepuasan dimulai dari penentuan pelanggan, kemudian dimonitor dari tingkat kualitas yang diinginkan dan akhirnya merumuskan strategi. Lebih lanjut juga dikemukakan bahwa harapan pelanggan dapat terbentuk dari pengalaman masa lalu, komentar dari kerabat serta janji dan informasi dari penyedia jasa dan pesaing. Kepuasan pelanggan dapat digambarkan dengan suatu sikap pelanggan, berupa derajat kesukaan (kepuasan) dan ketidaksukaan (ketidakpuasan) pelanggan terhadap pelayanan yang pernah dirasakan sebelumnya. Menurut Kotler (2007), ada beberapa macam metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan : 16

10 a. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelangganya untuk menyampaikan keluhan dan saran. Misalnya dengan menyediakan kotak saran, kartu komentar, dan hubungan telefon langsung dengan pelanggan. b. Ghost shopping Mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuanya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka. c. Lost customer analysis Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi. d. Survei kepuasan pelanggan Penelitian survey dapat melalui pos, telepon dan wawancara langsung. Responden juga dapat diminta untuk mengurutkan berbagai elemen penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik perusahaan dalam masing-masing elemen. Melalui survey perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggan dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelangganya. 17

11 Tingkat kepuasan dapat diukur dengan beberapa metode diatas. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tiap-tiap metode mempunyai hasil yang berbeda. Pada penelitian yang menggunakan metode survei kepuasan pelanggan, data/ informasi yang diperoleh menggunakan metode ini lebih fokus pada apa yang ingin diteliti sehingga hasilnyapun akan lebih valid. 6. Manfaat pengukuran kepuasan Menurut Gerson (2004), manfaat utama dari program pengukuran adalah tersedianya umpan balik yang segera, berarti dan obyektif. Dengan hasil pengukuran orang biasa melihat bagaimana mereka melakukan pekerjaanya, membandingkanya dengan standar kerja dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk melakukan perbaikan berdasarkan pengukuran tersebut. Ada beberapa manfaat dari pengukuran kepuasan antara lain sebagai berikut : a. Pengukuran menyebabkan seseorang memiliki rasa berhasil dan ber prestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanaan yang prima kepada pelanggan. b. Pengukuran biasa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan standar prestasi yang harus dicapai, yang mengarahkan mereka menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang semakin miningkat. 18

12 c. Pengukuran pemberian umpan balik segera kepada pelaksana, terutama bila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau yang memberi pelayanan. d. Pengukuran memberitahu apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan bagaimana harus melakukannya, informasi ini juga biasa datang dari pelanggan. e. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Menurut Azwar (1996), di dalam situasi rumah sakit yang mengutamakan pihak yang dilayani, karena pasien adalah klien yang terbanyak, maka manfaat yang dapat diperoleh bila mengutamakan kepuasan pasien antara lain sebagai berikut : a. Rekomendasi medis untuk kesembuhan pasien akan dengan senang hati diikuti oleh pasien yang merasa puas terhadap pelayanan rumah sakit. b. Terciptanya citra positif dan nama baik rumah sakit karena pasien yang puas tersebut akan memberitahukan kepuasannya kepada orang lain. Hal ini secara akumulatif akan menguntungkan rumah sakit karena merupakan pemasaran rumah sakit secara tidak langsug. c. Citra rumah sakit akan menguntungkan secara sosial dan ekonomi. Bertambahnya jumlah orang yang berobat, karena ingin mendapatkan pelayanan yang memuaskan seperti yang selama ini mereka dengarkan 19

13 menguntungkan rumah sakit secara sosial dan ekonomi (meningkatkan pendapatan rumah sakit). d. Berbagai pihak yang berkepentingan di rumah sakit, seperti perusahaan asuransi akan lebih menaruh kepercayaan pada rumah sakit yang mempunyai citra positif. e. Didalam rumah sakit yang berusaha mewujudkan kepuasan pasien akan lebih diwarnai dengan situasi pelayanaan yang menjunjung hakhak pasien. Rumah sakitpun akan berusaha sedemikian rupa sehingga malpraktek tidak terjadi. Menurut Jacobalis (1989), untuk mengukur kepuasan pasien dapat digunakan sebagai alat untuk evaluasi kualitas pelayanan kesehatan, evaluasi terhadap konsultasi intervensi dan hubungan antara prilaku sehat dan sakit, membuat keputusan administrasi, evaluasi efek perubahan dari organisasi pelayanaan, administrasi staf dan fungsi pemasaran serta formasi etik profesional. 7. Klasifikasi kepuasan Menurut Nursalam (2003), untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dapat diklasifikasikan dalam beberapa tingkatan, sebagai berikut : sangat tidak memuaskan (1), tidak memuaskan (2), cukup memuaskan (3), memuaskan (4), sangat memuaskan (5). Pasien akan merasa sangat tidak puas apabila hasil pelayanan yang diberikan oleh perawat/ didapatkan pasien jauh dibawah harapannya, jika hasil pelayanan 20

14 yang diberikan oleh perawat belum memenuhi harapan pasien maka pasien akan merasa tidak puas terhadap pelayanan yang diterima pasien. Pelayanan akan cukup memuaskan jika pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah nemenuhi sebagian harapan pasien. Pelayanan akan memuaskan apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat sudah memenuhi harapan rata-rata pasien, sedangkan pasien akan merasa sangat puas apabila pelayanan yang diberikan oleh perawat melebihi apa yang diharapkan pasien. B. Imobilisasi 1. Definisi Konsep imobilisasi merupakan hal yang relatif dalam arti tidak saja kehilangan pergerakan total tetapi juga terjadi penurunan aktivitas dari normalnya. Kim et al. (1995) dalam Perry dan Potter (2005), imobilisasi sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Imobilisasi pasien tidak dapat menghindari pembatasan gerakan pada setiap aspek kehidupan (Priharjo, 1999). Imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan atau aktivitas (Aziz, 2006). Kesimpulan dari beberapa definisi diatas bahwa imobilisasi merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya gangguan 21

15 fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau sebagai proses terapi pasien. Macam-macam imobilisasi menurut Priharjo (1999) dan Aziz (2006), secara umum sesuai yang dihadapi pasien, ada beberapa macam keadaan imobilitas, antara lain : a. Imobilitas fisik, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami pembatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun keadaan orang tersebut. b. Imobilitas intelektual, dapat disebabkan kurang pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Hal ini terjadi oleh karena kerusakan otak karena proses penyakit, kecelakaan serta pasien retardasi mental. c. Imobilitas emosional, keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri. Keadaan ini terjadi akibat pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. d. Imobilitas sosial, keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial karena keadaan penyakitnya sehingga dapat memengaruhi perannya dalam kehidupan sosial. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi imobilisasi Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya pergerakan atau immobilisasi adalah sebagai berikut (Perry dan Potter, 2005) : 22

16 a. Faktor fisiologis Setiap sistem tubuh akan beresiko terjadi gangguan apabila ada perubahan mobilisasi, tingkat keparahan dari gangguan tersebut tergantung pada umur klien, dan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat imobilisasi yang dialami. Faktor fisiologis mempengaruhi perubahan setiap sistem tubuh yaitu perubahan pada sistem metabolik, respiratori, kardiovaskuler, musculoskeletal, integument dan sistem eliminasi. b. Faktor psikososial/ emosional Imobilisasi menyebabkan respon emosional, intelektual sensori, dan sosiokultural. Perubahan status emosional bisa terjadi secara bertahap, perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan prilaku, perubahan siklus tidur-bangun, dan gangguan koping. c. Faktor perkembangan Sepanjang kehidupan, penampilan tubuh dan fungsinya, tubuh mengalami perubahan. Pengaruh terbesar terlihat pada usia kanakkanak dan lansia, imobilisasi dapat menimbulkan pengaruh yang bermakna pada tingkat kesehatan, kemandirian, dan status fungsional lansia. 3. Efek dari imobilisasi Imobilitas dapat berefek secara fisik dapat menimbulkan beberapa masalah antara lain : masalah musculoskeletal, eliminasi urine, metabolisme gastro- intestinal, respirasi, dan masalah kardiovaskuler. 23

17 Imobilisasi yang terlalu lama juga akan menyebabkan penekanan yang berat dan terus-menerus pada bagian-bagian yang menonjol, sehingga sirkulasi darah ke area tersebut menjadi berkurang yang lama-kelamaan menjadi nekrosis (dekubitus). Secara umum efek yang dapat ditimbulkan akibat imobilisasi yang terlalu lama adalah meliputi (Roper, 1996) : melemahnya otot-otot, kontraktur sendi, deformitas, berubahnya pola mobilitas, nekrosis jaringan (dekubitus), menurunya perhatian dan kemampuan terhadap pemeliharaan kebersihan diri. C. Pelayanan Keperawatan 1. Definisi Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dengan menggunakan asuhan keperawatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi pasien. Pelayanan keperawatan merupakan gabungan dari ilmu kesehatan dan seni merawat, kegiatan klinik dan sosial (WHO Expert Committee On Nursing, 1993). Sementara itu Gillies (1996), menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan keperawatan melalui upaya staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman bagi pasien, keluarga dan masyarakat. O malley (1997), mendefinisikan kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan untuk mendapatkan 24

18 perawatan profesional, kebutuhan dimengerti, diapresiasi dan direspek atau dihormati, kebutuhan untuk mendapatkan rasa empati, kebutuhan mendapatkan kelemah lembutan dan informasi kesehatan, kebutuhan untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan yang ramah dan tepat waktu, kebutuhan untuk mendapatkan kenyamanan fisik dan mental, kebutuhan untuk mendapatkan rasa aman dan nyaman dari tindakan malpraktek, kebutuhan untuk mendapatkan perhatian dari petugas, dan kebutuhan untuk mendapatkan pelayanan yang bermartabat. 2. Tujuan pelayanan keperawatan Tujuan pelayaanan keperawatan adalah meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan, meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap profesi keperawatan, meningkatkan produktifitas dan kualitas kerja staf (Gillies, 1996). Pelayanan yang didapatkan dari seorang perawat yang akan memberikan dasar pelayanan yang baik, Sikap baik memiliki elemen-elemen, diantaranya keterlibatan dengan pasien, rasa respek terhadap pribadi pasien, dan kesanggupan dalam sikap dan prilaku (Depkes RI, 1989). 3. Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau kegiatan pada praktik keperawatan yang langsung diberikan pada pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusian dengan menggunakan metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik moral dan etika 25

19 keperawatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan oleh perawat profesional pada praktik keperawatan ilmiah dengan menggunakan kode etik keperawatan sebagai tuntutan asuhan keperawatan profesional oleh perawat terhadap pasien. Standar pelayanan keperawatan sesuai asuhan keperawatan profesional menurut Nanda (1990) dalam Capernito (2000) meliputi: (a) Pengkajian, adalah data untuk mengetahui tanda-tanda dan gejala untuk menentukan diagnosa keperawatan; (b) Diagnosa keperawatan, adalah penilaian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan/ proses kehidupan potensial atau aktual; (c) Perencanaan, adalah rencana tindakan yang akan diberikan sesuai diagnosa yang muncul; (d) Implementasi adalah menguraikan intevensi yang akan diberikan pada pasien serta rasionalnya dari intervensi; (e) Evaluasi, adalah hasil yang diharapkan untuk mengatasi masalah pasien. 4. Standar asuhan keperawatan Standar asuhan keperawatan dalam standar pelayanan termasuk dalam standar proses yang diperlukan untuk menentukan kualitas pelayanan. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pasien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu asuhan keperawatan sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien (Nursalam,2002). Standar praktik keperawatan adalah norma atau penegasan tentang mutu pelayanan yang baik, tepat dan benar yang dirumuskan sebagai 26

20 pedoman pemberian asuhan keperawatan serta merupakan tolak ukur dalam menilai penampilan kerja seorang perawat. Standar merupakan suatu pernyataan yang absah, model yang disusun berdasarkan wewenang, kebiaasaan, atau kesepakatan mengenai apa yang memadai atau sesuai, dapat diterima dan layak dalam praktek keperawatan, standar praktek menguraikan apa yang harus dilakukan, mengidentifikasikan tanggung jawab dan pelaksanaan tanggung jawab tersebut (Nursalam, 2002). Pelayanan keperawatan yang diberikan perawat terhadap pasien dibedakan menjadi tiga pelayanan sesuai fungsi perawat, yaitu fungsi independen, fungsi dependen, dan fungsi interdependen. Fungsi dependen merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain, fungsi interdependen dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan lainnya, serta fungsi independen merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti: kebutuhan fisiologis (kebutuhan nutrisi, oksigenasi, personal hygiene dll), kebutuhan rasa aman nyaman dll (Aziz, 2004). 5. Personal hygiene a. Definisi Personal hygiene adalah tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya (Depkes, 27

21 1989). Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Perawat bekerja dengan bervariasi pasien yang memerlukan bantuan higiene pribadi atau harus belajar teknik higiene yang sesuai, perawat juga harus mengetahui tingkat kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri dan memberikan perawatan higiene menurut kebutuhan dan pilihan pasien. Pemeliharaan higiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan (Perry dan Potter, 2005). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene merupakan kegiatan/ tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan personal hygiene (Perry dan Potter, 2005), yaitu : 1) Citra tubuh Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya higiene pada orang tersebut, citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. 2) Praktik sosial Kelompok-kelompok sosial wadah seseorang pasien berhubungan dapat mempengaruhi praktik higiene pribadi. 28

22 3) Status sosioekonomi Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang dilakukan. 4) Pengetahuan Pengetahuan tentang pentinya higiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik higiene. 5) Kebudayaan Kepercayaan kebudayaan pasien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan higiene. 6) Pilihan pribadi Kebebasan individu untuk memilih waktu untuk perawatan diri, memilih produk yang ingin digunakan, dan memilih bagaimana cara melakukan higiene. 7) Kondisi fisik Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang sehingga perlu bantuan untuk melakukan perawatan diri. c. Macam-macam tindakan personal hygiene Aziz (2006), membagi macam-macam personal hygiene menjadi dua yaitu : 1) Berdasarkan waktu pelaksanaan Perawatan diri berdasarkan waktu dibagi menjadi empat, yaitu : 29

23 a) Perawatan dini hari. Merupakan perawatan diri yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan tindakan seperti perapian dalan pengambilan bahan pemeriksaan (urin atau feses), memberikan pertolongan, mempersiapkan pasien dalam melakukan makan pagi dengan melakukan tindakan perawatan diri, seperti mencuci muka, tangan, dan menjaga kebersihan mulut. b) Perawatan pagi hari. Merupakan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi dengan melakukan perawatan diri seperti melakukan pertongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, dan rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. c) Perawatan siang hari. Perawatan diri yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang. Berbagai tindakan perawatan diri yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan lingkungan kesehatan pasien. d) Perawatan menjelang tidur. Perawatan diri ynag dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasiendapat tidur atau beristoirahat 30

24 denagn tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil), mancuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat daerah punggung. 2) Berdasarkan tempat Perawatan diri berdasarkan tempat dibagi dua, yaitu : perawatan diri pada kulit, perawatan diri pada kuku dan kaki. Tindakan higiene perorangan yang biasanya/ sebagian besar dilakukan oleh perawat ruangan untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien yang berorientasi pada kebutuhan higiene yang utama serta mempunyai manfaat besar bagi pasien. Perry dan Potter (2005), mengidentifikasi tipe-tipe personal hygiene menjadi beberapa tindakan, meliputi perawatan kulit (memandikan, perawatan perineum, gosokan punggung), perawatan kaki dan kuku, higiene mulut, perawatan rambut, perawatan mata, telinga dan hidung, dan perawatan lingkungan ruangan pasien. Manfaat yang dapat diperoleh dari tindakan pemeliharaan personal hygiene yang dilakukan oleh perawat selama memberikan asuhan keperawatan di rumah sakit (Perry dan Potter, 2005) : a) Perawatan kulit (memandikan) Memandikan klien adalah bagian perawatan higienis total. Mandi dapat dikategorisasikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Keluasaan mandi klien dan metode yang digunakan 31

25 untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik klien dan kebutuhan tingkat higiene yang dibutuhkan. Mandi ditempat tidur yang lengkap diperlukan bagi klien dengan ketergantungan total dan memerlukan perawatan higienis dan mandi sebagian ditempat tidur dilakukan pada pasien yang tergantung pada higiene yang sebagian atau klien yang berbaring di tempat tidur dengan kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian badan. Memandikan pasien di tempat tidur baik total maupaun sebagian diberikan pada pasien-pasien dalam keadaan pasien tersebut merupakan pasien baru yang tidak dapat mandi sendiri terutama bila pasien dalam keadaan kotor sekali dan keadaan umumnya memungkinkan untuk dilakukan tindakan memandikan, dan pada pasien yang telah dirawat sekurangkurangnya dua kali sehari dilakukan tindakan memandikan atau sesuai kondisinya. Pada pasien-pasien yang mengalami luka bakar, pasien yang koma, serta pasien-pasien yang terpasang alat-alat kesehatan tidak dianjurkan untuk dilakukan tindakan memandikan. Saat memandikan pasien mendapatkan salah satu kesempatan perawat untuk mengenal pasien, mengamati keadaan fisik dan emosionalnya, dan mengetahui apakah halhal tersebut ada kaitan dengan kesehatannya. Lebih jauh 32

26 dijelaskan bahwa saat itu seringkali merupakan kesempatan yang paling baik untuk mengajarkan berbagai hal tentang kesehatan kepada pasien, ketika ia menunjukkan kesediaan untuk belajar. Banyak pasien menyatakan bahwa perhatian dan perawatan yang tulus kepada pasien diperlihatkan paling baik oleh mereka yang menunjukkan perhatian secara pribadi. Meskipun banyak kesempatan untuk berhubungan dengan pasien sepanjang hari, tetapi tidak ada waktu yang lebih lama daripada saat mempersiapkan dan membantu pasien mandi. Karena itulah perawat harus memikirkan masak-masak sebelum memutuskan menyuruh orang lain memandikan, disaat kesempatan untuk memanfaatkan waktu tersedia bagi perawat, bagi pasien yang kegiatanya terbatas dan bagi mereka yang tak biasa bergerak, mandi merupakan hal yang menyegarkan dan secara psikologis menimbulkan rangsangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memandikan pasien yaitu : memberikan privasi, memelihara keamanan, memelihara kehangatan, dan meningkatkan kebebasan pasien. Secara garis besar tujuan memandikan pasien di atas tempat tidur meliputi : membersihkan kulit untuk mengurangi keringat, beberapa bakteri, sebum, dan sel kulit mati, yang meminimalkan iritasi kulit dan mengurangi 33

27 kesempatan infeksi, dengan penggunaan air hangat dan usapan yang lembut pada ekstremitas dapat menimbulkan stimulasi untuk sirkulasi darah, peningkatan citra diri karena dengan mandi dapat meningkatkan relaksasi dan perasaan segar kembali dan kenyamanan, bau badan pasien berkurang karena mandi dan penggunaan antiperspirant dapat meminimalkan bau, pada saat mandi gerakan-gerakan yang dilakukan dapat meningkatkan rentang gerak. b) Perawatan rambut Berdasarkan penelitian diketahui bahwa rambut atau bulu bisa mengandung bakteri, ini sangat penting bagi perawat yang merawat pasien yang lemah dengan luka terbuka dan mereka yang bertugas di ruang operasi dan ruang persalinan (Depkes RI, 1989). Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara penampilan dan perasaa mengenai rambutnya. Pada rambut pasien imobilisasi akan terlihat menjadi kusut. Perawatan rambut dilakukan pada pasien yang rambutnya kotor, rambut kotor dapat menjadi media perkembangnya bakteri dan kuman yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit pada kulit kepala, rambut kotor juga dapat menggurangi kesejahteraan pasien; pasien yang akan menjalani operasi, sebelum masuk ruang operasi pasien harus dalam 34

28 keadaan seluruh tubuh bersih karena ruang operasi adalah ruang steril serta untuk menghindarkan terjadinya keadaan tidak steril pada alat-alat yang seharusnya steril; lima hari sekali secara rutin, bila keadaan pasien mendukung untuk dilakukan perawatan rambut maksimal lama hari karena waktu lima hari itulah maksimal rambut akan bertahan bersih dari kuman dan bakteri. Mencuci rambut merupakan tindakan untuk menghilangkan kotoran pada rambut dan kulit kepala dengan menggunakan sabun atau sampo kemudian dibilas dengan air bersih sampai bersih. Mencuci rambut tidak hanya sekedar menghilangkan kotoran dan membersihkan rambut pasien saja tapi juga dapat merangsang sirkulasi darah dikulit kepala pasien sehingga pasien tampak lebih segar dan memberikaaan perasaan senang pada pasien. c) Perawatan kaki dan kuku Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah infeksi, bau, dan cidera pada jaringan. Perawatan kaki dan kuku dapat digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Perawatan kaki dan kuku merupakan tindakan untuk membantu klien merawat dan memotong kuku yang panjang karena tidak dapat melakukanya sendiri. Tujuan merawat dan 35

29 memotong kuku adalah : (1) menjaga kebersihan kuku tangan dan kak,kuku yang kotor akan menjadi media berkembangnya bakteri dan kuman yang akan mempengaruhi kesehatan pasien secara total ; (2) mencegah timbulnya infeksi, infeksi merupakan keadaan berkelanjutan karena penanganan kuku tangan dan kaki tidak adekuat. Jika keadaan kuku tangan dan kaki tertangani dengan adekuat maka tidak akan terjadi infeksi pada kuku tangan dan kaki ; (3) Mencegah kaki berbau tidak sedap,karena infeksi tidak ada maka tidak akan timbul bau pada kaki, keadaan itu dikarenakan kuku kaki terawat dengan baik ; (4) mengkaji/memonitor masalah-masalah pada kuku kaki dan tangan, kuku tangan dan kaki yang bersih akan memudahkan mengkaji dan memonitor keadaan kuku tangan dan kaki jika terjadi masalah-masalah pada kuku tangan dan kaki. d) Perawatan mulut Perawatan mulut adalah suatu tindakan untuk membersihkan rongga mulut, gigi dan lidah untuk mempertahankan agar mulut tetap bersih dan sehat. Pemeliharaan kebersihan mulut meliputi : menyikat gigi, membersihkan mulut. Tujuan dari pemeliharaan gigi dan mulut meliputi : (1) Supaya mulut dan gigi tetap bersih dan tidak bau, perawatan mulut akan membersihkan sisa-sisa makanan pada gigi yang akan menimbulkan bau, dengan perawatan mulut ini 36

30 gigi menjadi bersih dan tidak berbau ; (2) Mencegah infeksi pada mulut, kerusakan gigi, bibir dan lidah pecah-pecah dan stomatitis, perawatan mulut akan menjadikan gigi dan gusi dalam keadaan bersih dan meminimalkan tumbuhnya bakteri pada gigi ; (3) Memberikan perasaan senang dan segar pada pasien, mulut yang bersih akan memberikan perasaan senag dan menjadikan pasien menjadi lebih segar ; (4) Mendidik klien dalam kebersihan perorangan, perawatan mulut akan membantu klien memahami pentignya kebersihan gigi dan secara tidak langsung membiasakan untuk melakukan perawatan mulut. e) Perawatan lingkungan ruang pasien Perawatan lingkungan pasien adalah suatu tindakan membantu pasien mengganti pakaian, karena pasien tidak mampu melakukanya sendiri. Lingkungan pasien sangat mempengaruhi kesehatan pasien secara tidak langsung, perawatan lingkungan ruang klien mempunyai tujuan antara lain : lingkungan yang bersih akan memberikan perasaan senang dan nyaman bagi pasien yang akan menimbulkan rasa percaya diri pasien meningkat, mencegah terjadinya dekubitus dan terpeliharanya kebersihan dan kerapihan lingkungan ruang pasien. 37

31 D. Hubungan Antara Praktek Personal Hygiene Perawat Dengan Kepuasan Pasien Personal hygiene dalam pelayanan keperawatan merupakan tindakan yang paling mendasar dan merupakan kebutuhan dasar pasien yang harus dipenuhi untuk menunjang tindakan keperawatan selanjutnya. Kepuasan pasien terhadap pelayanan yang diberikan selama dirawat di rumah sakit mencakup beberapa aspek pelayanan salah satunya adalah kepuasan pasien terhadap praktek personal hygiene oleh perawat. Penelitian yang berkaitan dengan kepuasan pasien yaitu penelitian yang pernah dilakukan oleh Damayanti (2000), dengan judul Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Keperawatan dalam hal kemampuan, ketanggapan, dan hubungan personal di ruang rawat inap kelas I dan II dr. Sardjito Yogyakarta, hasil penelitiannya menyebutkan bahwa semakin meningkat kualitas pelayanan keperawatan maka akan semakin meningkat pula kepuasan pasien. 38

32 E. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori Pasien Imobilisasi Pelayanan keperawatan: Praktek personal hygiene Kepuasan pasien imobilisasi Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan dalam pelayanan kesehatan : Reliabilitas Ketanggapan Kompetensi Komunikasi Kredibilitas Jaminan rasa aman Pengertian Ujud pelayanan yang dirasakan. Sumber : Hafizurrachman (2004). F. Kerangka Konsep Bagan 2.2 Kerangka Konsep Variabel Independen Praktek personal hygiene Variabel Dependen Kepuasan pasien imobilisasi 39

33 G. Variabel Penelitian Variabel adalah karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (Nursalam, 2003). Variabel yang ada dalam penelitian adalah : 1. Variabel Independen Merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat), variabel ini disebut bebas artinya variabel yang bebas mempengaruhi variabel lain (Notoatmodjo, 2005). Variabel independen dalam penelitian ini adalah : praktek personal hygiene oleh perawat. 2. Variabel Dependen Merupakan variabel yang dipengaruhi/ menjadi akibat karena variabel bebas (Notoatmodjo, 2005). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: kepuasan pasien imobilisasi. H. Hipotesis Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap perbandingan hubungan yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Hipotesis yang ditegakkan dalam penelitian adalah : Ada hubungan antara praktek personal hygiene oleh perawat dengan kepuasan pasien imobilisasi di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. 40

34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (praktek personal hygiene oleh perawat) dengan variabel terikat (kepuasan pasien imobilisasi). Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, dimana variabel-variabel yang termasuk faktor risiko dan variabel-variabel yang termasuk faktor efek diobservasi sekaligus dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh unit yang mempunyai karakteristik atau karakteristik-karakteristik sama dengan yang sedang diteliti (Nursalam, 2003). Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah semua pasien imobilisasi yang sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. Berdasarkan data dari rekam medis di RSUD Tugurejo Semarang rata-rata pasien imobilisasi dalam 1 bulan sebanyak 140 pasien imobilisasi. 41

35 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/ karakteristiknya akan diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sugiyono, 2006). Pengambilan sampel penelitian menggunakan teknik aksidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan/ insedental bertemu dengan peneliti selama pasien dirawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang dan memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Kriteria inklusi pada populasi penelitian yaitu: pasien telah dirawat di bangsal rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang selama 2 hari atau lebih, pasien berada dalam kesadaran penuh, pasien telah berusia 15 tahun atau lebih (pasien dewasa), pasien dalam kondisi imobilisasi fisik, pasien mampu berbicara lancar, serta pasien bersedia menjadi responden dengan kriteria bersedia menandatangani surat persetujuan yang diajukan peneliti.. Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus : n = d 2 2 z p( 1 p) N 2 ( N 1) + z p( 1 p) Keterangan : d = Derajat ketepatan 0,1 Z = Standart deviasi pada derajat kepercayaan 95 % = 1,96 p = Proporsi 0,5 N = Besar populasi

36 n = Besar sampel n = 1,96 2 0,1 2 0,5( 1 0,5) ( 140 1) + 1,96 0,5( 1 0,5) n = n = 3,8416 0, ,39 + 0, ,456 2,3504 n = 60 Maka besar sample (n) = 60 responden 43

37 C. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Kepuasan Perasaan pasien imobilisasi Kuesiner dengan 18 item Jumlah skor penelitian Interval pasien mengenai praktek personal hygiene pertanyaan. Menggunakan dengan nilai terendah imobilisasi oleh perawat selama dirawat di skala likert : (18) - nilai tertinggi ruang rawat inap kelas III RSUD Skor 1 = sangat tidak puas (90). Dengan kategori : Tugurejo Semarang. Sedangkan Skor 2 = tidak puas Skor 18-41= kepuasan yang dimaksud imobilisasi adalah Skor 3 = cukup puas rendah merupakan keterbatasan fisik atau Skor 4 = puas Skor 42-66= kepuasan ketidak mampuan seseorang untuk Skor 5 = sangat puas sedang melaksanakan aktivitas sehari-hari Dengan skor terendah 18 Skor 67-90= kepuasan yang disebabkan adanya gangguan dan skor tertinggi 90 tinggi fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau sebagai proses terapi. 2. Praktek Tindakan keperawatan mandiri Kuesioner dengan 12 item Jumlah skor penelitian Interval personal untuk membantu pasien dalam pertanyaan. Meggunakan dengan nilai terendah hygiene memelihara dan mempertahankan skala likert : (12) - nilai tertinggi kebersihan tubuhnya untuk tujuan Skor 1 = Tidak (36). Dengan kategori: memberi rasa nyaman. Kegiatan Skor 2 = kadang-kadang Skor = keadaan yang dilakukan adalah memandikan Skor 3 = ya buruk pasien Dengan skor terendah 12 Skor = keadaan dan skor tertinggi 36 cukup Skor = keadaan baik D. Metode Dan Alat Pengumpulan Data 1. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara langsung pada pasien menggunakan kuesioner tentang kepuasan pasien imobilisasi dan kuesioner tentang praktek personal 44

38 hygiene yang telah terstuktur yang dilakukan sendiri oleh peneliti dan data mengenai kunjungan pasien diperoleh dari bagian rekam medis RSUD Tugurejo Semarang. Lembar wawancara ini berisi pertanyaan tentang identitas pasien, kepuasan pasien, dan praktek personal hygiene oleh perawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang. 2. Alat Pengumpulan data a. Alat pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, yaitu peneliti mengumpulkan data formal pada responden untuk menjawab pertanyaan pada lembar kuesioner. b. Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : 1) Bagian I Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mendapatkan data identitas pasien mengenai nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin, lama hari rawat, pendidikan pasien. 2) Bagian II Pertanyaan tentang kepuasan pasien imobilisasi, yang terdiri dari 18 item pertanyaan kepada responden dalam hal ini adalah pasien imobilisai di ruang rawat inap kelas III RSUD Tugurejo Semarang, pertanyaan dengan pilihan Sangat tidak puas diberi skor: 1, Tidak puas: 2, Cukup puas: 3, Puas: 4, Sangat puas: 5. Sebelum mengisi kuesioner responden diberi penjelasan tentang cara pengisian dan jika ada responden yang mengalami kesulitan untuk menulis atau 45

39 membaca maka peneliti akan mengisikan atau membacakan sesuai jawaban yang dipilih oleh responden, kemudian hasilnya diambil saat itu juga. 3) Bagian III Pernyataan tentang praktek personal hygiene oleh perawat, kuesioner berjumlah 12 item pernyataan yang terdiri atas pernyataan positif dan negatif. Urutan pernyataan positif omor 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9 dan 12 dengan skor penilaian : a. Jawaban Ya : 3 b. Jawaban Kadang-kadang : 2 c. Jawaban Tidak : 1 Adapun untuk pertanyaan negatif nomor 2 dan 5 dengan skor : a. Jawaban Ya : 1 b. Jawaban Kadang-kadang : 2 c. Jawaban Tidak : 3 E. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Uji coba instrumen Sebelum instrumen digunakan dilakukan uji coba terlebih dahulu yaitu dengan pengujian validitas dan reliabilitas. a) Pengujian validitas instrument Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang akan diukur ( Arikunto, 2006 ), 46

40 dalam hal ini yang akan diukur adalah kepuasan pasien dan praktek personal hygiene. Sebelum kita gunakan kuesioner terlebih dahulu dilakukan uji coba pada 30 orang klien ( pilot study ) yang dirawat di ruang rawat inap kelas III RSUD Kota Semarang. Selanjutnya dari hasil jawaban responden kita lakukan uji korelasi antara masingmasing pertanyaan dengan skor total dengan memakai rumusan korelasi pearson product moment ( Hastono, 2001). Dengan rumusan sebagai berikut : r = N( xy) - ( x y) 2 { NΣx ( Σx) } 2 NΣy 2 ( Σy) { } 2 Keterangan : N : jumlah teruji r : korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan x : skor butir y : skor total. Keputusan Uji : Bila r hitung lebih besar dari r tabel (0,361) HO ditolak, artinya variabel valid. Bila r hitung lebih kecil dari r tabel (0,361) HO gagal ditolak, artinya variabel tidak valid Hasil uji coba terhadap 18 item pertanyaan tentang kepuasan pasien pada 30 orang klien di ruang rawat inap kelas III RSUD Kota 47

41 Semarang didapatkan hasil antara 0,371-0,719, sedangkan hasil uji coba terhadap 12 item pertanyaan tentang praktek personal hygiene didapatkan hasil 0,388-0,654. Berdasarkan hasil uji coba tersebut diatas r hitung lebih besar dari r tabel (0,361), sehingga instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid. b) Pengujian reliabilitas instrumen Jika alat ukur telah dinyatakan valid, maka selanjutnya adalah alat ukur diuji reliabilitasnya. Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instument tersebut sudah baik (Arikunto, 2006). n = k k ( 1) Uji realibilitas menggunakan rumus Alpha yaitu : Keterangan : 2 1Σσ h n : Reliabilitas instrument 2 Σ σ : Jumlah varian butir k h : Banyaknya butir pertanyaannya atau item : Varian total Keputusan uji : Jika r alpha positif dan > r tabel (0,361), maka butir atau variabel tersebut reliabel. 48

42 Jika r alpha positif dan < r tabel (0,361), maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Hasil uji coba terhadap 18 item pertanyaan tentang kepuasan pasien pada 30 orang klien di ruang rawat inap kelas III RSUD Kota Semarang didapatkan nilai alpha cronbach 0,886, sedangkan hasil uji coba 12 item pertanyaan tentang praktek personal hygiene didapatkan nilai alpha cronbach 0,817. Berdasarkan hasil uji coba tersebut diatas nilai alpha cronbach lebih besar dari r tabel (0,361). Sehingga instrumen penelitian tersebut yang telah dinyatakan valid ternyata juga reliabel, sehingga dapat digunakan untuk penelitian. 2. Pengolahan Data Agar dalam penelitian menghasilkan informasi yang benar, ada empat langkah-langkah yang harus dilalui, yaitu : a) Editing Mengecek isi formulir atau jawaban kuesioner sudah diisi semua atau belum. b) Coding Memberikan nilai pada lembar jawaban dan kemudian menjumlahkan nilai jawaban pada masing-masing lembar kuesioner. 1) Variabel kepuasan pasien imobilisasi Kuesioner pada variabel kepuasan pasien imobilisasi terdiri dari 18 item pertanyaan dengan jumlah skor kepuasan pasien imobilisai dengan nilai terendah 18 dan nilai tertinggi

43 Dikategorikan sebagai berikut : Kode 1 : kepuasan rendah jika skor Kode 2 : kepuasan sedang jika skor Kode 3 : kepuasan tinggi jika skor ) Variabel praktek personal hygiene Kuesioner pada variabel praktek personal hygiene terdiri dari 12 item pertanyaan dengan jumlah skor praktek personal hygiene dengan nilai terendah 12 dan nilai tertinggi 36. Dikategorikan sebagai berikut : Kode 1 : keadaan buruk jika Kode 2 : keadaan cukup jika Kode 3 : keadaan baik jika c) Entry Data Memasukkan data atau jawaban kuesioner yang sudah dinilai ke dalam perangkat komputer. d) Tabulating Mengolah data yang sudah dientry tentang kepuasan pasien dan praktek personal hygiene menjadi tabel distribusi frekuensi dan dalam bentuk diagram tebar sehingga mudah dibaca. 3. Analisis Data Terkait sifat penelitian ini, yaitu menggambarkan secara deskriptif dan pengujian hipotesis, maka data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel-tabel frekuensi dan menggunakan analisis statistik untuk 50

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

BAB III METODE PENELITIAN. desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelatif, yaitu mencari hubungan antara variabel bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian mutu Mutu merupakan keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan.

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Kepuasan Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan harapannya.jadi, tingkat kepuasan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Mutu Pelayanan 1. Pengertian mutu pelayanan Pengertian mutu pelayanan kesehatan bersifat multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyelenggara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien 1. Pengertian Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa yang muncul setelah membandingkan antara persepsi terhadap kinerja atau hasil suatu produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORITIK 1. Kepuasan a. Pengertian Kepuasan Ada beberapa pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan. Menurut Parasuraman et. al.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatori dengan desain cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Mutu Pelayanan 1. Pengertian mutu pelayanan Mutu pelayanan kesehatan ( Azwar, 1996 : 17 ) mempunyai banyak segi atau bersifat multi dimensional, yaitu mutu menurut pemakai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif survei. Penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif survei. Penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif survei. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian rumah sakit Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi )

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi ) BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional, yaitu data variabel bebas ( pengetahuan mobilisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah study komparatif, desain ini difokuskan untuk mengkaji perbandingan terhadap pengaruh (efek) pada kelompok subyek tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. (Sugiyono, 2002: 11). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 00:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor yang dipelajari adalah kecemasan pada anak, hospitalisasi pada anak,

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor yang dipelajari adalah kecemasan pada anak, hospitalisasi pada anak, 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian. Ruang lingkup materi Faktor yang dipelajari adalah kecemasan pada anak, hospitalisasi pada anak, dan terpi bermain.. Ruang linkup tempat Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian kepada klien dalam segala situasi yang berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan seorang guru atau pusat informasi kesehatan yang tidak memandang lingkungan tempat ia berada. Peran perawat adalah seseorang yang mampu memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Realibilitas Pada penelitian kali ini dilakukan uji validasi dengan dilanjutkan uji realibilitas pada instrumen penelitian. Instrumen penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mutu Pelayanan Keperawatan 1. Pengertian mutu pelayanan keperawatan Menurut Azwar (1996) yang dikutip Purwanto (2009), mutu pelayanan kesehatan adalah yang menunjukkan tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai unit usaha seperti semua perusahaan (enterprises) hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan pasien pada biaya yang terjangkau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tingkat kepuasan rata-rata pengguna jasa. Kepuasan adalah suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kepuasan Pasien 1. Definisi Kepuasan Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang berorientasi pada kepuasan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis/Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. analitik Comparative Study dengan pendekatan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipilih adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif analitik Comparative Study dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kepuasan a. Pengertian kepuasan Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan dengan harapan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan 19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan tuntutan masyarakat akan kualitas

Lebih terperinci

BAB 5 METODE PENELITIAN

BAB 5 METODE PENELITIAN BAB 5 METODE PENELITIAN 5.1 Jenis Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan metode analisis secara deskriptif dan pengumpulan data primer dilakukan dengan survey

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pada penelitian ini tidak semua variabel pada kerangka teori akan diteliti. Karena peneliti ingin lebih fokus terhadap variabel Sikap, pengetahuan, motivasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan korelatif antar variabel (Nursalam, 2008). Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitan berupa survei deskriptif inferensial yaitu teknik statik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian studi deskriptif untuk mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa-peristiwa yang terjadi. Deskripsi peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive analytic explanatory untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini mengunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengungkapkan korelasi antara dua variabel independen (interaksi sosial di lingkungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional. Pada pendekatan cross sectional ini dimana variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi.

III. METODE PENELITIAN. membuat prediksi atau pun mencari implikasi. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Menurut Azwar (2008 : 7) penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Usman (2008), korelasi adalah istilah statistik yang menyatakan derajat linier antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pasien Pengertian Pasien Pasien merupakan pelanggan layanan kesehatan, tetapi pasien dalam hal ini hanya merupakan salah satu jenis pelanggan. Pelanggan layanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Kesehatan 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Kualitas pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan suatu fenomena unik, sebab dimensi dan indikator kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Obyek Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani yang berlokasi di Jalan Ciung Wanara Nomor 2, Kabupaten Gianyar.

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI Oleh : MUTTI ATUN HAFSAH K 100 050 213 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif yaitu menggambarkan hubungan pelayanan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca operasi rawat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangtempel Kec. Semarang Timur, Semarang dan Bidan Praktik Mandiri 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencangkup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Obstetri dan Ginekologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku pencegahan stroke. Sebagai alat pengumpul data utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional non eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif non eksperimen, disain yang digunakan adalah Deskriptif korelasional yaitu penelitian yang bermaksud mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian. negara atau daerah adalah kematian maternal (Prawirohardjo, 1999). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut definisi World Health Organization (WHO), kematian maternal adalah kematian wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode diskriptif korelasional dan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Layanan Kesehatan 1. Pengertian Kualitas Layanan Kesehatan Kualitas layanan adalah cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat

BAB III METODA PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat BAB III METODA PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan metode deskriptif korelasional dan dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja layanan kesehatan yang diterima setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beban Kerja 1. Pengertian Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian berbentuk discriptive correlation yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif studi korelasi (Correlation Study) dengan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan masalah penelitian keperawatan yang terjadi pada suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitia ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan menenangkan atau menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlational yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antar variabel (Nursalam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptik korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian diskriptif korelatif karena menjelaskan hubungan antara dua variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam. Hanya perusahaan yang dapat menghasilkan barang atau jasa berkualitas yang mampu menghadapi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Berdasarkan hipotesis yang telah diterapkan, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi karena menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau rancangan penelitian dan metode pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi. Peneliti melakukan pengukuran variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini dipilih BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan menggunakan desain cross sectional (Sastroasmoro & Ismael, 2006). Desain penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Pendekatan Penelitian 1. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan analisis deskriptif, yaitu suatu studi yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan di bidang bisnis merupakan kegiatan yang komplek dan beresiko tinggi, oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap, akurat, dan up to date untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan diskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif yang digunakan adalah kuantitatif bivariat korelasi. Kuantitatif bivariat korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu data variabel bebas (caring perawat) dengan variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan bantuan kuesioner. Desain penelitian yang digunakan dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di LBPP LIA Bandar Lampung yang bealamat di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di LBPP LIA Bandar Lampung yang bealamat di Jl. 28 III. METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di LBPP LIA Bandar Lampung yang bealamat di Jl. Kartini No. 40 Bandar Lampung. 1.2 Jenis Data Suatu penelitian perlu didukung adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel tingkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode. secara luas dalam penelitian ilmu sosial (Stokes, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode. secara luas dalam penelitian ilmu sosial (Stokes, 2006). BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.metode penelitian kuantitatif adalah istilah yang di gunakan untuk menggambarkan pendekatan-pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif yakni suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis deskriptif yaitu bertujuan untuk mendeskripsikan variabel bebas dan terikat(nursalam,008). Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis Dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan deskriptif analitik yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen

Lebih terperinci

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung

Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien yang Dirawat di Ruangan Kelas III Rumah Sakit Immanuel Bandung 1 Kartini Apriana Hutapea 2 Blacius Dedi 3 Yuliana Elias 1,2,3 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menginterpretasikan data dan akhirnya pada kesimpulan yang didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. menginterpretasikan data dan akhirnya pada kesimpulan yang didasarkan pada 33 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu penelitian analisis yaitu penelitian survey yang bertujuan untuk mengumpulkan data, menyusun data, menganalisis data, menginterpretasikan

Lebih terperinci