PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN DIYAH YUNINGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN DIYAH YUNINGSIH"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN DIYAH YUNINGSIH DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten adalah hasil karya saya dengan bimbingan dan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber data dan infromasi yang diperoleh baik yang diterbitkan atau tidak diterbitkan telah dicantumkan dalam daftar pustaka. Bogor, Februari 2012 Penulis

3 Diyah Yuningsih. A Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten. Dibimbing oleh Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. RINGKASAN Gedongjetis merupakan salah satu sentra produksi rambutan di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, terletak pada 7 35ꞌ46ꞌꞌLS ꞌ31ꞌꞌLS dan ꞌ07ꞌꞌBT ꞌ46ꞌꞌBT. Desa Gedongjetis memiliki luas 161,7 ha dengan area persawahannya seluas 116,6 ha termasuk di dalamnya kebun rambutan dengan luas 20 ha. Kebun rambutan di desa Gedongjetis hanya ramai dikunjungi ketika datang musim panen rambutan. Untuk itu solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif dan imparsial diharapkan mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Tujuan penelitian ini adalah menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi sawah, palawija, hortikultura khususnya rambutan, dan tanaman hias agar kawasan ini dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan memanfaatkan potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi fasilitas pelayanan wisata dalam suasana pertanian pedesaan. Penelitian ini mengikuti metode perencanaan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas, dan dibatasi hingga tahap perencanaan. Tahapan yang dilakukan meliputi inventarisasi, analisis, sintesis dan perencanaan. Pada tahap inventarisasi dikumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian baik yang primer maupun sekunder. Data yang diperoleh pada tahap inventarisasi kemudian dianalisis untuk mengetahui potensi, kendala, dan amenitas yang ada sehingga dihasilkan peta tematik dan peta analisis tapak. Pemecahan masalah dan pengembangan potensi diperoleh dengan melihat hasil analisis sehingga dihasilkan solusi perencanaan berupa konsep perencanaan. Konsep dasar perencanaan lanskap desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan penelitian sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan, padi sawah dan palawija dengan menonjolkan karakter

4 lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan dengan dilengkapi fasilitas pelayanan wisata. Konsep dasar pada perencanaan desa Gedongjetis dikembangkan menjadi konsep ruang dan sirkulasi, konsep vegetasi, serta konsep fasilitas dan utilitas. Tahap akhir penelitian ini adalah perencanaan lanskap yang diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan. Rencana lanskap yang dihasilkan berupa gambar site plan dan dijelaskan dalam rencana ruang, rencana sirkulsai, rencana vegetasi, rencana fasilitas dan utilitas, dan rencana daya dukung tapak. Selurah tapak merupakan daerah pengembangan agrowisata dengan ruang penerimaan dan pelayanan seluas 0,1 ha, ruang wisata umum 1,4 ha, ruang konservasi 7,2 ha, dan sisanya adalah persawahan dan permukiman. Kegiatan wisata yang dikembangkan pada tapak dibedakan menjadi dua, yakni kegiatan wisata pertanian dan kegiatan wisata non pertanian. Kegiatan wisata pertanian yang dikembangkan adalah menikmati obyek wisata tanaman rambutan, padi, dan palawija beserta mengikuti kegiatan budidayanya, serta mengenal ikan konsumsi dan belajar pemijahan. Wisata non pertanian yang direncanakan adalah belajar kerajinan anyaman lidi, menikmati pemandangan, piknik, bermain, outbound, photo hunting, dan berolahraga. Rencana sirkulasi yang dikembangkan pada tapak terdiri atas sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dalam tapak yang menghubungkan akses masuk tapak dengan obyek wisata di dalam tapak. Sirkulasi sekunder dikembangkan di dalam setiap obyek yang ada. Rencana vegetasi pada tapak dibagi menjadi vegetasi konservasi, vegetasi pengarah, vegetasi penyangga, dan vegetasi estetika. Fasilitas yang direncanakan adalah pintu masuk, loket tiket, ruang informasi dan ruang pengelola, tempat parkir kendaraan, pos keamanan, mushola, kantin, toilet, sawah demo budidaya, dan kolam demo budidaya ikan. Utilitas yang direncanakan adalah penyediaan air bersih yang dipenuhi dari sumur bor, dan suplai aliran listrik yang dipenuhi dari PLN Cabang Tulung. Daya dukung tapak dalam menampung wisatawan adalah 522 orang dalam satu kali kunjungan.

5 Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang keras mengutip sebagian atau keseluruhan karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan Institut Pertanian Bogor. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau keseluruhan karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

6 PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN AGROWISATA SENTRA PRODUKSI RAMBUTAN, GEDONGJETIS, TULUNG, KLATEN DIYAH YUNINGSIH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Di Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

7 Judul : Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten Nama : Diyah Yuningsih NRP : A Program Studi : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr.Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr NIP Mengetahui, Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP Tanggal Lulus :

8 RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di Nosutan, Desa Cawas, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah tanggal 11 Juni Penulis adalah anak kandung nomor dua dari tiga bersaudara dari pasangan Sutoto (bapak) dan Marsiyam (ibu). Penulis menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di Kabupaten Klaten. Pendidikan sekolah dasar diselesaikan tahun 2001 di SD Negeri 2 Cawas. Pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan di SMP Negeri 1 Cawas tahun Sekolah menengah umum diselesaikan pada tahun 2007 di SMA Muhammadiyah 1 Klaten. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) masuk pada tahun Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis mengikuti beberapa kegiatan di luar perkuliahan yang terdapat di kampus. Tahun penulis mengikuti organisasi Bapan Pengawas Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (BP HIMASKAP). Di samping aktif dalam organisasi yang terdapat di dalam kampus, penulis juga aktif dalam organisasi mahasiswa daerah (OMDA) yaitu Keluarga Mahasiswa Klaten (KMK). Penulis aktif dalam kegiatan KMK sejak masuk IPB hingga tahun Selain itu, dalam mengikuti perkuliahan di IPB, penulis juga telah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. KKP merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa yang dilaksanakan di luar kampus, yakni dengan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah kepada masyarakat selama kurang lebih 2 bulan. Penulis juga turut berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan di kampus, antara lain panitia Masa Perkenalan Departemen Arsitektur Lanskap (MPD ARL) dan panitia fieldtrip departemen Arsitektur Lanskap angkatan 45 tahun 2009 sebagai penanggung jawab kelompok (PJK), panitia JAVA CUP (lomba futsal antar OMDA se-jawa) yang diadakan Keluarga Mahasiswa Klaten sebagai staf divisi acara.

9 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga skripsi dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan Agrowisata Sentra Produksi Rambutan di Gedongjetis, Tulung, Klaten berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Departemen Arsitektur Lanskap Program Sarjana, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih penulis ucapkan kepada: 1. Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan memberi arahan dengan sabar dan penuh dukungan selama penyusunan skripsi. 2. Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan dan arahannya selama penulis menjalani kuliah di Departemen Arsitektur Lanskap IPB. 3. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr dan Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen penguji yang telah memberi saran, kritik dan masukan demi perbaikan skripsi menjadi lebih baik lagi. 4. BAPPEDA Kabupaten Klaten yang telah memberi ijin lokasi untuk penelitian, Dinas Pertanian Klaten, Dinas Pekerjaan Umum Klaten, Kecamatan Tulung, Kelurahan Gedongjetis, dan seluruh warga Gedongjetis yang telah membantu penulis dalam memperoleh data dan informasi. 5. Bapak, Ibu, Mbak Helly, Mas Yusuf, keponakanku Rosyid, adikku Royan, sepupuku Galuh dan Lia serta seluruh keluarga dan saudara atas dukungan moril materiil serta kasih sayangnya kepada penulis. 6. Iis atas bantuannya selama pengambilan data, Rini, Dewi, dan Fika atas bantuan dan sarannya dalam penyusunan skripsi, serta teman-teman ARL 44 yang telah memberi dukungan dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini. 7. Atiq, Vinda, Inda, dan teman-teman KMK 44 atas kebersamaan, bantuan, dukungan dan dorongan semangat kepada penulis selama menjalani kuliah di IPB.

10 8. Mas Donny atas motivasi, bantuan dan nasihat yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 9. Semua pihak yang telah membantu demi kelancaran skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi referensi bagi pemerintah Kabupaten Klaten untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Kabupaten Klaten. Bogor, Februari 2012 Penulis

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xvi BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat Kerangka Berpikir... 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan Lanskap Rekreasi dan Wisata Agrowisata Produksi Rambutan BAB III. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Bahan dan Alat Metode Batasan Studi BAB IV. KONDISI UMUM Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Hidrologi dan Drainase Geologi dan Jenis Tanah Iklim Vegetasi dan Satwa Tata Guna Lahan Visual dan Akustik Sirkulasi, Fasilitas, dan Utilitas... 35

12 xii 4.2 Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Data Pengunjung Identitas Pengunjung Aktivitas Pengunjung Persepsi Pengunjung Preferensi Pengunjung BAB V. ANALISIS DAN SINTESIS Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Hidrologi dan Drainase Geologi dan Jenis Tanah Iklim Vegetasi dan Satwa Tata Guna Lahan Visual dan Akustik Fasilitas, dan Utilitas Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Pengunjung Analisis - Sintesis Program Ruang BAB VI. KONSEP DAN PERENCANAAN Konsep Dasar Konsep Pengembangan Konsep Ruang dan Sirkulasi Konsep Wisata Konsep Fasilitas dan Utilitas Konsep Vegetasi Perencanaan Lanskap Rencana Ruang... 74

13 xiii Rencana Sirkulasi Rencana Vegetasi Rencana Aktivitas Wisata Rencana Fasilitas dan Utilitas Rencana Daya Dukung BAB VII. PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 88

14 DAFTAR TABEL Halaman 1. Jenis Data dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian Land Use Desa Gedongjetis Berdasar RTRW Kabupaten Klaten Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner Persepsi Pengunjung Preferensi Pengunjung Analisis dan Sintesis Tapak Standar Kesesuaian Ruang Pengembangan Program Ruang pada Tapak Rencana Pembagian Ruang Rencana Sirkulasi Rencana Vegetasi Rencana Fasilitas... 80

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kerangka Berpikir Lokasi Penelitian Metode Perencanaan Peta Batas Tapak Penelitian Peta Aksessibilitas Tapak Peta Topografi Saluran Drainase untuk Irigasi Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis Grafik Suhu Rata-rata Desa Gedongjetis Grafik Kelembaban Rata-rata Desa Gedongjetis Grafik Kecepatan Angin Rata-rata Desa Gedongjetis Peta Penutupan Lahan Peta Tata Guna Lahan View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis Akses Menuju Tapak dan Gerbang Desa Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak Akses Dalam Tapak Peta Fasilitas dan Utilitas Peta Analisis Aksessibilitas Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten Peta Analisis Kemiringan Lahan Peta Analisis Hidrologi Peta Analisis Vegetasi Peta Analisis Tata Guna Lahan Peta Analisis Visual Peta Komposit Konsep Ruang Konsep Sirkulasi Konsep Vegetasi... 73

16 xvi 31. Block Plan Site Plan Site Plan Kolam Demo Budidaya dan Sawah Demo Budidaya Site Plan Saung Anyaman dan Pusat Hasil Produksi Pertanian LAMPIRAN Halaman 1. Kuisioner... 91

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki keindahan alam yang menyebabkan Indonesia menjadi salah satu daerah tujuan wisata. Jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia pada periode Januari-Mei 2010 mencapai orang mengalami kenaikan 14,59% dibandingkan jumlah wisatawan pada periode yang sama pada tahun 2009 yang berjumlah orang (BPS Pusat, 2010). Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Indonesia memberikan peluang bagi perkembangan wisata di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki potensi untuk pengembangan wisata tersebut adalah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Berdasarkan data BPS Kabupaten Klaten (2010), jumlah pengunjung yang berwisata di Kabupaten Klaten pada tahun 2010 adalah orang yang mengalami peningkatan 35,52% jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada tahun 2009 yang sejumlah orang. Salah satu keindahan alam Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan adalah keindahan bentang alam Indonesia yang kebanyakan berupa sawah dan hutan. Areal persawahan Indonesia yang luas dengan topografi yang beragam memberikan keindahan yang mampu dijadikan sebagai potensi wisata alternatif yang dapat mendatangkan devisa. Agrowisata merupakan suatu bentuk kegiatan wisata yang dilakukan di kawasan pertanian yang menyajikan suguhan pemandangan alam kawasan pertanian (farmland view) dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan dan bahkan pengunjung dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh (Arifin, 1992). Pada kenyataannya potensi wisata yang ada belum berkembang secara maksimal. Masalah yang sering terjadi pada tapak adalah terjadinya alih guna lahan dan pengaruh perubahan cuaca. Gejala masalah alih guna lahan adalah isu tata guna lahan yang dapat disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk ke

18 2 kota, penghasilan yang rendah, peluang/kesempatan kerja, kesehatan dan nutrisi yang buruk, produksi subsisten yang tidak sesuai, terjadi degradasi lahan, dan erosi serta banjir di lahan pertanian (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2001). Selain gejala alih guna lahan, kegiatan pertanian yang tidak stabil karena dipengaruhi oleh cuaca juga berpengaruh dalam pengembangan agrowisata. Pengaruh cuaca dalam pengembangan agrowisata menyebabkan kawasan agrowisata hanya menjadi obyek pilihan pengunjung pada musim tertentu. Salah satu contohnya adalah Desa Gedongjetis dengan tanaman rambutan sebagai unggulan agrowisatanya. Kawasan Gedongjetis dengan luas 161,7 ha berpotensi untuk dikembangkannya suatu agrowisata karena memiliki keunikan tersendiri. Hal ini karena agrowisata kebun buah tersebut memberikan pelayanan yang sangat menyenangkan. Pengunjung bisa dengan sesuka hati memetik sendiri buah rambutannya. Disinilah keunggulan yang ada, ketika pengunjung sudah merasa puas memetik buah rambutan sesuai keinginan, baru kemudian ditimbang dengan harga rata-rata per kilogramnnya yang sangat terjangkau. Dan tentunya pengunjung juga boleh mencicipi rambutan masak di kebun tersebut ( Tanaman rambutan sangat sensitif terhadap perubahan cuaca seperti yang terjadi akhir-akhir ini, cuaca berubah-ubah tidak menentu dan berpengaruh terhadap proses pembungaan dan pembuahan rambutan. Adanya perubahan cuaca ini berpengaruh terhadap kondisi pariwisata desa tersebut, karena kawasan pertanian seperti sentra rambutan di Gedongjetis hanya ramai dikunjungi ketika datang musim panen rambutan. Ketika tanaman rambutan telah berhenti berbuah, daerah ini akan sepi pengunjung. Hal ini dikarenakan di Gedongjetis belum tertata menjadi kawasan wisata yang mampu menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah tersebut. Di samping itu, berkembangnya sarana rekreasi buatan mengalihkan perhatian masyarakat terhadap rekreasi alam termasuk agrowisata. Solusi berupa perencanaan agrowisata yang komprehensif setidaknya akan mampu menggali dan mengarahkan potensi kawasan ini. Nantinya tapak tidak hanya dikembangkan untuk kegiatan produksi tetapi juga mempunyai nilai jual pada sektor wisata. Imbasnya, pendapatan petani semakin meningkat sehingga

19 3 dapat mempertahankan dan terus memberdayakan lahannya serta dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi pengangguran. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menyusun rencana lanskap kawasan agrowisata di sentra produksi rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten sebagai tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana edukasi pertanian padi sawah, palawija, hortikultura khususnya rambutan, tanaman hias, dan perikanan agar kawasan ini dapat menjadi daerah tujuan wisata sepanjang tahun dengan memanfaatkan potensi tapak yang ada sebagai obyek wisata yang dilengkapi fasilitas pelayanan wisata dalam suasana pertanian pedesaan. Lanskap agrowisata ini direncanakan agar berdaya guna, bernilai indah, berkelanjutan, dan secara tidak langsung mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam kawasan. 1.3 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan rencana pengembangan agrowisata oleh pemerintah setempat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha pelestarian pertanian lokal. 1.4 Kerangka Berpikir Desa Gedongjetis merupakan salah satu sentra produksi rambutan di Kabupaten Klaten yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan agrowisata. Potensi pada tapak yang digunakan pada penelitian ini adalah potensi pengunjung, potensi tanaman pangan dan tanaman rambutan, potensi infrastruktur serta potensi masyarakat. Potensi tersebut kemudian dilakukan proses analisis sintesis yang menghasilkan rekomendasi pengembangan kawasan agrowisata yang dituangkan dalam bentuk konsep dasar yang dikembangkan menjadi konsep ruang, konsep sirkulasi, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep vegetasi. Pengembangan konsep ini menghasilkan gambar block plan yang diolah lebih lanjut menjadi rencana lanskap dan gambar site plan sebagai hasil akhir dari penelitian ini, sehingga terwujud suatu lanskap kawasan agrowisata dengan

20 4 tanaman rambutan sebagai unggulannya di Desa Gedongjetis, Kabupaten Klaten. Gambaran kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikan masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan yang beralasan untuk memecahkan masalahmasalah tersebut (Knudson, 1980). Perencanaan merupakan urutan-urutan pekerjaan yang saling berhubungan dan berkaitan yang tersusun sedemikian rupa sehingga apabila terjadi perubahan pada suatu bagian, akan mempengaruhi bagian lainnya (Simonds, 1983). Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat yang sistematis yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain: 1. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas rekreasi dan wisata berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya. 2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan yang dapat dilakukan pada masa mendatang. 3. Pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi. 4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia. Menurut Laurie (1994), perencanaan tapak merupakan bentuk pendekatan ke masa depan terhadap suatu lahan yang diikuti imajinasi dan kepekaan terhadap analisis tapak. Untuk menghasilkan rencana dan rancangan area rekreasi yang baik, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, dipelajari, dan dianalisis. Menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995), hal-hal yang perlu diperhatikan adalah potensi dan kendala tersedia, potensi pengunjung, kebijakan dan peraturan yang terkait dengan sumberdaya dan penggunanya, alternatif dan dampak dari perencanaan dan pelaksanaan ulang yang dilakukan, dan pemantauan hasil

22 6 perencanaan dan perancangan. Untuk itu perlu mengetahui dan memahami prinsip dasar dalam perencanaan. Menurut Gold (1980), prinsip umum dalam perencanaan terutama perencanaan suatu kawasan rekreasi adalah: 1. Semua orang harus melakukan aktivitas dan memakai fasilitas rekreasi. 2. Rekreasi harus dikoordinasikan dengan kemungkinan-kemungkinan rekreasi yang lain untuk menghindari duplikasi. 3. Rekreasi harus berintegrasi dengan pelayanan umum lain seperti kesehatan, pendidikan, dan transportasi. 4. Fasilitas-fasilitas harus dapat beradaptasi dengan permintaan di masa yang akan datang. 5. Fasilitas dan program-programnya secara finansial harus dapat dilaksanakan. 6. Masyarakat harus dilibatkan dalam proses perencanaan. 7. Perencanaan harus merupakan proses yang berkelanjutan dan membutuhkan evaluasi. 8. Perencanaan lokal dan regional harus berintegrasi. 9. Terlebih dahulu harus ada lahan yang akan dikembangkan menjadi taman atau tempat wisata. 10. Fasilitas-fasilitas yang ada harus membuat lahan menjadi seefektif mungkin dalam menyediakan tempat yang sebaik-baiknya demi kenyamanan, keamanan, dan kebahagiaan pengunjung. Perencanaan lanskap kawasan wisata alam merupakan suatu perencanaan yang menyesuaikan dengan bentuk program rekreasi yang menjaga kelestarian suatu lanskap. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan kenyamanannya, dimana proses perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan wisata (Knudson, 1980). 2.2 Rekreasi dan Wisata Rekreasi merupakan apa yang terjadi yang berhubungan dengan kepuasan diri dari sebuah pengalaman (Gold, 1980). Selanjutnya, menurut Douglass (1992),

23 7 rekreasi adalah kegiatan yang menyenangkan dan konstruktif serta menambah pengetahuan dan pengalaman mental dari sumberdaya alam dalam ruang dan waktu yang terluang. Dilihat dari sudut tempat kegiatan rekreasi dilakukan, terdapat rekreasi di dalam ruangan dan rekreasi di luar ruangan. Rekreasi di luar ruangan termasuk di dalamnya rekreasi alam. Rekreasi alam terbuka merupakan suatu kegiatan rekreasi yang dilakukan tanpa dibatasi adanya bangunan, yang berhubungan dengan lingkungan dan berorientasi pada penggunaan sumberdaya alam seperti air, hujan, pemandangan alam, atau kehidupan bebas. Rekreasi menuntut pilihan berbagai aktivitas oleh individu atau kelompok, baik yang aktif maupun pasif (Gold, 1980). Aktivitas rekreasi terjadi pada berbagai tingkatan umur manusia, ditentukan elemen waktu, kondisi dan sikap manusia serta situasi lingkungan. Rekreasi aktif lebih berorientasi pada manfaat fisik dan pelakunya aktif secara fisik. Sedangkan rekreasi pasif lebih berorientasi pada mental. Pada praktiknya, kegiatan rekreasi dapat berupa aktivitas berenang, memancing, berperahu, berpiknik, jogging, berkemah, mendaki gunung, dan sebagainya. Pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalanan untuk mendapatkan rekreasi. Menurut Adisasmita (2010) pariwisata meliputi berbagai jenis karena beragamnya keperluan dan motif perjalanan wisata, misalnya pariwisata pantai, pariwisata etnik, pariwisata agro, pariwisata perkotaan, pariwisata sosial dan pariwisata alternatif. Dan menurut Soemarno (2008), pariwisata adalah kegiatan seseorang dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan perbedaan waktu kunjungan dan motivasi kunjungan. Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktifitas lainnya. Selanjutnya sebagai sektor yang komplek juga meliputi industri-industri klasik yang sebenarnya seperti industri kerajinan dan cinderamata, penginapan dan transportasi, secara ekonomis juga dipandang sebagai industri. Hakekat pariwisata dapat dirumuskan sebagai seluruh kegiatan wisatawan dalam perjalanan dan persinggahan sementara dengan motivasi yang beraneka ragam sehingga menimbulkan permintaan barang dan jasa.

24 8 Kawasan yang ditunjuk sebagai obyek wisata alam harus mengandung potensi daya tarik alam, baik flora, fauna beserta ekosistemnya, formasi geologi, dan gejala alam. Kawasan yang demikian nantinya mampu mendukung pengembangan selanjutnya sesuai dengan fungsi dan memenuhi motivasi pengunjung. Motivasi pengunjung pada hakekatnya akan timbul karena 5 kelompok kebutuhan (Soemarno, 2008), yaitu : 1. adanya daya tarik, 2. angkutan dan jasa kemudahan yang melancarkan perjalanan, 3. perjalanan, 4. akomodasi, serta 5. makanan dan minuman. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pengembangan pariwisata menurut Soemarno (2008) adalah : 1. tersedianya obyek dan atraksi wisata, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu kawasan wisata, misalnya keindahan alam kebun buah-buahan, taman teknologi, tata cara produksi, adat istiadat masyarakat, festival tradisional produk buah, 2. adanya fasilitas aksesibilitas, yaitu sarana dan prasarana perhubungan dengan segala fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan dapat mengunjungi suatu kawasan wisata tertentu, dan 3. tersedianya fasilitas amenitas, yaitu sarana kepariwisataan yang dapat memberi pelayanan pada wisatawan selama dalam perjalanan wisata yang dilaksanakannya. 2.3 Agrowisata Agrowisata atau disebut pula wisata agro merupakan suatu perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, dan kehutanan yang bertujuan untuk mengajak wisatawan ikut memikirkan sumberdaya alam dan kelestariannya (Adisasmita, 2010). Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya. Menurut Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. 204/KPTS/HK050/4/1989 dan

25 9 No. KM.47/PW.004/MPPT-89 tanggal 6 April 1989, bahwa wisata agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha dibidang agro yang dilakukan secara terus menerus. Ditambahkan oleh Tirtawinata dan Fachruddin (1996) bahwa agrowisata merupakan upaya dalam rangka menciptakan produk wisata baru (diversifikasi). Prinsip-prinsip yang harus dipegang dalam sebuah perencanaan agrowisata, yaitu sebagai berikut: 1. perencanaan agrowisata sesuai dengan rencana pengembangan wilayah tempat agrowisata itu berada, 2. perencanaan dibuat secara lengkap, tetapi sesederhana mungkin, 3. perencanaan mempertimbangkan tata lingkungan dan kondisi sosial masyarakat sekitar, 4. perencanaan selaras dengan sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumber dana dan teknik-teknik yang ada, selanjutnya 5. perlu dilakukan evaluasi sesuai dengan perkembangan yang ada. Lebih lanjut Tirtawinata dan Fachruddin (1996) menjelaskan ruang lingkup dan potensi agrowisata yang dapat dikembangkan di Indonesia meliputi bidang sebagai berikut : 1. Kebun Raya. Obyek wisata kebun raya memiliki kekayaan berupa tanaman yang berasal dari berbagai spesies. Daya tarik yang dapat ditawarkan kepada wisatawan mencakup kekayaan flora yang ada, keindahan pemandangan di dalamnya dan kesegaran udara yang memberikan rasa nyaman. 2. Perkebunan. Kegiatan usaha perkebunan meliputi perkebunan tanaman keras dan tanaman lainnya oleh perkebunan swasta nasional maupun asing, BUMN, dan perkebunan rakyat. Berbagai kegiatan obyek wisata perkebunan dapat berupa pra produksi, produksi, dan pasca produksi. 3. Tanaman pangan dan hortikultura. Lingkup kegiatan wisata tanaman pangan meliputi usaha tanaman padi dan palawija serta hortikultura yakni bunga, buah, sayur, dan jamu-jamuan. Berbagai proses kegiatan mulai dari pra panen, pasca panen berupa pengolahan hasil, sampai kegiatan pemasarannya dapat dijadikan obyek agrowisata.

26 10 4. Perikanan. Ruang lingkup kegiatan wisata perikanan dapat berupa kegiatan budidaya perikanan sampai proses pasca panen. Daya tarik perikanan sebagai sumberdaya wisata diantaranya pola tradisional dalam perikanan serta kegiatan lain, seperti memancing ikan. 5. Peternakan. Daya tarik peternakan sebagai sumberdaya wisata antara lain pola beternak, cara tradisonal dalam peternakan serta budidaya hewan ternak. Dalam mewujudkan suatu kawasan wisata yang baik harus memperhatikan daya dukung dari kawasan tersebut. Daya dukung rekreasi menurut Gold (1980) merupakan kemampuan suatu area rekreasi secara alami dari segi fisik dan sosial untuk dapat mendukung aktivitas rekreasi dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan. Adanya agrowisata mampu memberikan manfaat sebagai berikut (Tirtawinata dan Fachruddin, 1996) : 1. meningkatkan konservasi lingkungan, 2. meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam, 3. memberikan nilai rekreasi, 4. meningkatkan kegiatan ilmiah dan mengembangkan ilmu pengetahuan, dan 5. mendapatkan keuntungan ekonomi. 2.4 Produksi Rambutan Rambutan (Nephellium lappaceum L.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia. Hingga saat ini rambutan telah menyebar luas di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis. Menurut Kalie (1994), beberapa wilayah di Indonesia bagian barat memiliki ekologi yang sesuai untuk pertumbuhan rambutan, seperti Jawa, Kalimantan, dan Sumatra yang memiliki iklim relatif basah sepanjang tahun sehingga merupakan sentra produksi rambutan. Rambutan dapat tumbuh dengan baik pada daerah dataran rendah

27 11 hingga daerah dengan ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan iklim basah merata sepanjang tahun hingga iklim yang memiliki 1-3 bulan kering. Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin serta zat mineral makro dan mikro yang menyehatkan keluarga (Anonim, 2000). Selanjutnya menurut Kalie (1994), buah rambutan memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi. Buah ini cukup digemari masyarakat sebagai buah segar maupun buah olahan. Selain buahnya, bagian tubuh lain dari pohon rambutan dapat bermanfaat. Tunas atau pucuk daun muda pohon rambutan bermanfaat untuk mengubah warna kain sutra yang telah berubah kuning menjadi hijau. Akar pohon rambutan dapat menurunkan demam dengan merebusnya. Kulit batangnya yang keras dan kuat dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Tetapi ada pula masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di pekarangan, sebagai tanaman hias. Rambutan sebagai tanaman buah dengan banyak manfaat banyak dibudidayakan masyarakat baik sebagai penghias pekarangan maupun diproduksi dalam jumlah besar. Berdasarkan data Anonim (2000), terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan di atas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi, diantaranya: 1. Rambutan Rapiah. Varietas ini berasal dari Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi. Kulit berwarna hijaukuning-merah tidak merata dengan berambut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal. Daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik. 2. Rambutan Aceh Lebak Bulus. Pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata ikat per pohon. Kulit buah berwarna merah kuning,

28 12 halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok. Daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan. 3. Rambutan Simacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil ikat per pohon. Kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair. Rambutan jenis ini kurang tahan dalam pengangkutan. 4. Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia yang berasal dari Binjai, Sumatra Utara. Buahnya cukup besar, kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, serta rasanya manis dengan asam sedikit, hasil buah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok. 5. Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa. Rambutan ini memiliki batang yang kuat sehingga cocok untuk diokulasi. Warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat, rasa buah manis asam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok. Budidaya tanaman rambutan di Indonesia pada umumnya bersifat pekarangan. Jarak tanamnya tidak beraturan, tindakan agronomis seperti pemeliharaan tanaman, pemupukan, pengendalian hama penyakit dan lainnya kurang diperhatikan. Kerapatan dan kepadatan tanaman tiap satuan luas cukup tinggi, mencapai tanaman per hektar, sehingga kualitas dan kuantitas rambutan yang dihasilkan juga sangat beragam. Untuk menghasilkan kuantitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih baik diperlukan perbaikan dalam tindakan agronomis (Kalie, 1994). Rambutan menurut Kalie (1994) termasuk tanaman yang berbunga banyak. Bunganya dapat berbentuk bunga jantan atau bunga sempurna yang tersusun dalam suatu malai bunga atau panicula. Malai rambutan terdiri dari satu tangkai utama dengan panjang cm dan memiliki cabang banyak, serta setiap cabangnya bercabang lagi. Malai tersebut tumbuh pada tunas ujung yang disebut tunas terminal. Pada malai terdapat bunga kecil-kecil yang tersusun rapat berjumlah sekitar bunga. Bunga-bunga ini berwarna hijau kekuningan serta diselaputi rambut dan tepung halus. Terkadang di bawah malai akan tumbuh

29 13 tunas samping atau tunas lateral yang kemudian menghasilkan malai bunga yang lebih kecil. Ketika malai bermunculan dan bermekaran akan memberikan pesona yang lebih pada pohon rambutan tersebut. Pesona akan semakin bertambah ketika tajuk pohon mulai dipenuhi dengan buah rambutan yang bergelantungan dengan warna merah dan oranye yang merona. Proses pembungaan dan pembuahan pada pohon rambutan lebih lanjut menurut Kalie (1994) terjadi pada tajuk bagian luar. Pada proses pembungaan, pohon yang menghasilkan bunga jantan merupakan pohon jantan yang tidak dapat menghasilkan buah. Dengan kata lain, tanaman rambutan yang dapat menghasilkan buah adalah pohon yang menghasilkan bunga sempurna. Pembungaan pohon rambutan terjadi pada penghujung musim kemarau. Iklim kering selama sekitar sebulan, merupakan kebutuhan awal aktivitas pembentukan tunas-tunas bunga rambutan. Apabila musim kemarau berkepanjangan, bunga yag dihasilkan akan berguguran dan apabila terjadi pembuahan, buah yang dihasilkan bermutu rendah. Bunga sempurna mulai mekar dan masak pada pagi hari dan masa mekar bunga sempurna cukup singkat, yakni sekitar 1-8 hari. Sehingga proses penyerbukan pohon rambutan tergolong singkat dan memerlukan perhatian khusus. Untuk menjamin proses penyerbukan, sebaiknya rambutan yang ditanam dari beberapa varietas sekaligus dalam satu pertanaman. Penyerbukan pohon rambutan biasanya dibantu oleh serangga, yaitu lebah madu. Bunga-bunga rambutan yang telah mekar membutuhkan kelembaban dan air hujan. Akan tetapi apabila hujan turun terus-menerus, maka bunga-bunga akan berguguran. Selanjutnya pada masa pertumbuhan pentil buah membutuhkan kelembaban dan hujan yang kian melebat. Pada saat pertumbuhan buah, kualitas dan intensitas cahaya merupakan faktor penentu keberhasilan pematangan buah. Cahaya yang diperlukan berkisar 40-80%. Buah yang terkena cahaya matahari akan lebih cepat masak berwarna merah menyala. Buah yang telah masak dan berwarna merah menyala sudah siap panen. Masa panen buah rambutan terjadi pada musim penghujan. Di Indonesia masa panen buah rambutan sekitar 2-3 bulan. Setiap wilayah memiliki waktu panen yang berbeda-beda tergantung dengan letak geografis, suhu dan cahaya matahari yang berpengaruh pada datangnya musim kering yang berbeda pula.

30 14 Buah rambutan yang dipanen harus buah yang telah matang di pohon. Apabila buah dipetik sebelum masak, maka kualitas buah akan menurun. Hal ini karena setelah dipetik, proses pemasakan buah telah terhenti. Proses respirasi dan produksi etilen relatif tetap, sehingga proses pemasakan tidak dapat berlanjut. Buah yang memiliki sifat fisiologis demikian ini disebut buah non klimaterik (Kalie, 1994). Cara yang baik untuk menentukan kapan waktu panen yang tepat untuk buah rambutan menurut Kalie (1994) adalah dengan melihat warna kulit dan rambut buah. Warna merah kekuningan sampai merah untuk rambutan varietas berkulit dan berambut merah, serta warna kuning kehijauan hingga kuning untuk varietas berkulit dan berambut kuning. Selain itu, saat panen juga dapat ditentukan dari umur buah. Umur buah mulai dari masa pembungaan sampai saat buah siap dipanen adalah hari. Buah-buah yang terdapat dalam satu tangkai masak secara tidak serempak. Sehingga pemetikan sebaiknya dilakukan bertahap agar kualitas buah dapat terjaga. Buah yang telah dipetik sebaiknya dihindarkan dari paparan sinar matahari langsung. Buah rambutan yang telah dipanen tidak tahan lama, hanya tahan 1-2 hari. Setelah dua hari, rambut akan berubah warna menjadi coklat dan lama kelamaan menghitam. Meski daging buahnya masih terasa enak tetapi buah sudah tidak laku dipasaran. Buah rambutan yang telah dipanen dapat segar lebih lama dengan penyimpanan pada suhu 8,9-11,1 C dengan kelembaban nisbi 90-95%. Penyimpanan rambutan dengan suhu dingin ini akan bertahan hingga 12 hari masih terlihat segar. Penyimpanan rambutan pada suhu lebih rendah dari 8,9 C akan menyebabkan kerusakan fisiologis, yakni kulit dan rambut buah berubah warna menjadi lebih gelap. Buah rambutan selama ini lebih banyak dinikmati dengan dimakan langsung ketika masih segar. Selain dimakan langsung, rambutan dapat diolah menjadi buah kalengan dan manisan buah untuk memperpanjang masa penyimpanan (Kalie, 1994).

31 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar 2). Gambar 2. Lokasi Penelitian 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan data dikumpulkan dalam penelitian ini, diantaranya adalah : 1. Data objek, tata ruang, dan aksessibilitas. 2. Data view (foto-foto kondisi eksisting tapak), 3. Data peta. 4. Data wawancara pengunjung (kuisioner).

32 16 Data peta yang dikumpulkan berupa peta dasar yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan analisis, yaitu : 1. Peta tutupan lahan, peta topografi, peta tata guna lahan, dan peta hidrologi. 2. Foto udara ( tahun 2010 yang diunduh pada 06 Oktober 2011 dan 05 Februari Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kamera digital Nikon. 2. Notebook Acer Tipe ASPIRE 4736 dengan processor Intel Core 2 Duo. 3. Software ArcGIS 9.3, AutoCAD 2009, Corel Draw X5, Photoshop CS5, dan Microsoft Excel 2010 untuk mengolah data. 4. Software Microsoft Word 2010 dan Microsoft Power Point 2010 untuk penyusunan dan penyajian skripsi. 5. GPS (Global Positioning System) Garmin Colorado 300 untuk ground check ketinggian tapak. 3.3 Metode Studi ini dilakukan dengan mengikuti proses perencanaan yang dikemukakan Gold (1980) dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas (Gambar 3), yang dibatasi hingga proses perencanaan dengan hasil akhir berupa rencana lanskap (siteplan). Tahap-tahapnya meliputi : 1. Pengumpulan Data (Inventarisasi) Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan data primer (Tabel 1). Data sekunder yang dikumpulkan didapat dari Bappeda, Dinas Pertanian, dan instansi lainnya. Data sekunder yang dikumpulkan berupa peta administrasi dan peta infrastruktur dari Bappeda Kabupaten Klaten. Peta topografi, peta tanah dan tata guna lahan diperoleh dari pemetaan dan data sekunder dari Bappeda Kabupaten Klaten. Data yang juga diambil adalah data sosial, ekonomi dan data-data pendukung lainnya. Di samping data sekunder, dikumpulkan juga data primer yang diambil dengan metode survey dan wawancara untuk melengkapi data sekunder. Kegiatan wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara kepada pemerintah dan

33 17 pengelola, serta wawancara kepada pengunjung. Kegiatan wawancara kepada pemerintah dan pengelola dilakukan dengan mendatangi instansi yang diwawancara yakni Bappeda, Dinas Pertanian, dan perangkat Desa Gedongjetis. Dari data hasil wawancara diperoleh gambaran umum tentang kawasan dan data pendukung lainnya. Pertanyaan yang diajukan kepada instansi antara lain kebijakan dan peraturan pemerintah yang berhubungan dengan wisata dan tapak penelitian, sistem pengelolaan kawasan, dan rencana ke depan terhadap wisata terutama kawasan wisata yang menjadi tapak penelitian. Wawancara kepada pemerintah dan pengelola digunakan untuk melengkapi data sekunder yang diperoleh. Wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan metode tertentu. Yang menjadi subjek wawancara adalah pengunjung kawasan agrowisata. Dalam wawancara pengunjung diambil responden sebanyak 36 orang. Responden yang diambil merupakan pengunjung dari berbagai tingkatan usia, jenis kelamin, pekerjaan serta asal daerah. Pengambilan sampel responden untuk tiap tingkatan usia sebanyak 3 orang, dan setiap jenis kelamin juga 3 orang, sehingga untuk tiap tingkatan usia ada 6 responden yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Perbedaan tingkatan usia dibedakan menjadi tiga, yaitu usia kurang dari 16 tahun (anak-anak), usia tahun (remaja) dan usia lebih dari 25 tahun (dewasa). Sedangkan untuk perbedaan jenis pekerjaan dibagi menjadi tujuh, yaitu siswa sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai negeri sipil, pegawai swasta, wiraswasta, serta jenis pekerjaan lainnya. Selain itu, responden dibedakan dari asal daerah, yaitu wisatawan yang berasal dari dalam tapak yakni desa Gedongjetis, dan wisatawan yang berasal dari luar desa Gedongjetis. Pertanyaan yang diajukan kepada pengunjung dalam wawancara meliputi intensitas dan apa yang dirasakan pengunjung terhadap kawasan, kondisi dan permasalahan yang ada di kawasan wisata, serta keinginan pengunjung terhadap tempat wisata (Lampiran 1).

34 18 Tabel 1. Jenis dan Sumber Data yang Digunakan dalam Penelitian No Jenis Data Spesifikasi Cara Pengambilan Sumber DATA FISIK 1 Lahan Lokasi, Batas, dan Luasan Studi Pustaka BAPPEDA 2 Topografi dan Drainase 3 Hidrologi Kemiringan Lahan Studi Pustaka BAPPEDA Drainase Alami Studi Pustaka, Survey DPU-SDA, Lapang Pola Sirkulasi Air Studi Pustaka DPU-SDA Kualitas Air Studi Pustaka DPU-SDA Jenis Rambutan dan Persebaran 4 Vegetasi dan Satwa Vegetasi lainnya Survey Lapang Curah Hujan dan Hari Hujan Studi Pustaka DPU-SDA 5 Iklim Suhu Rata-rata Studi Pustaka BMG Kelembaban Studi Pustaka BMG Kecepatan Angin Studi Pustaka BMG 6 Tanah Jenis dan Kriteria Studi Pustaka BAPPEDA, Bakosurtanal Akustik Survey Lapang 7 Sense of Quality 8 Sirkulasi Kenyamanan Survey Lapang Visual Survey Lapang Jaringan Transportasi Studi Pustaka, Survey Lapang Sirkulasi Survey Lapang 9 Fasilitas/Utilitas Fasilitas dan Utilitas Wisata Survey Lapang 10 Atraksi/Objek Wisata DATA SOSIAL 11 Kebutuhan Pengelola Persepsi dan 12 Preferensi Pengunjung 13 Kebutuhan Pengunjung 14 Peraturan dan Kebijakan Objek yang Diminati Pengunjung Strategi Pengelolaan Studi Pustaka, Survey Wawancara Lapang Kelurahan Gedongjetis - Wawancara Pengunjung Stratesi Penawaran Wawancara BAPPEDA Tawaran Pengunjung Wawancara Pengunjung Kerangka Aturan Wawancara BAPPEDA Data yang diperoleh dari survey digunakan untuk mempertajam analisis. Kegiatan survey langsung juga digunakan untuk mengecek kebenaran data sekunder yang telah didapat. Kegiatan survey yang dilakukan selain untuk mengecek kebenaran data yang diperoleh dari pustaka juga untuk mengambil gambar eksisting tapak dengan kamera.

35 19 2. Analisis Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis faktor utama dan penunjang agrowisata, diantaranya analisis zona dan sirkulasi, analisis fasilitas wisata, serta analisis populasi dan produksi rambutan. Analisis dilandaskan pada potensi, kendala, serta amenities faktor fisik/biofisik dan faktor ekonomi sosial masyarakat yang ada pada tapak, ditinjau dari tujuan pengembangannya sebagai kawasan agrowisata. Selain itu, data hasil wawancara dan kuisioner pengunjung digunakan untuk mengetahui persepsi dan preferensi untuk pengembangan kawasan agrowisata rambutan Gedongjetis. Kegiatan analisis ini menghasilkan peta tematik dan peta analisis tapak. 3. Sintesis Tahap pemecahan masalah dan pengembangan potensi berupa perpaduan peta hasil analisis baik data fisik kawasan maupun data sosial-ekonomi yang disajikan secara spasial dengan teknik overlay untuk dihasilkan solusi perencanaan berupa konsep perencanaan. Konsep perencanaan terdiri dari konsep tata ruang, konsep rekreasi, konsep tata hijau, konsep sirkulasi, serta konsep fasilitas dan utilitas. Selanjutnya dikembangkan menjadi konsep pembagian ruang dalam bentuk blockplan. 4. Perencanaan Lanskap Pada tahap ini merupakan pengembangan ide-ide konsep terpilih sebagai alternatif terbaik. Hasil akhir penelitian ini mengarah pada penyusunan semua elemen lanskap meliputi perencanaan obyek wisata, rencana fasilitas/utilitas, dan rencana vegetasi kawasan agrowisata dengan hasil akhir berupa siteplan. 3.4 Batasan Studi Batasan tahapan dalam penelitian ini hanya sampai tahap perencanaan lanskap dengan menitikberatkan pada kegiatan wisata/rekreasi alam. Pemanfaatan potensi tapak dibatasi untuk mengakomodasi kebutuhan wisata serta meminimalkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat sekitar.

36 20

37 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Penelitian ini dilakukan di sentra produksi rambutan Kabupaten Klaten yang terdapat di Desa Gedongjetis. Gedongjetis merupakan salah satu desa yang memiliki potensi wisata yang menjadi perhatian Kabupaten Klaten dengan luasan 161,7 ha. Sebagian besar wilayah Desa Gedongjetis berupa ruang terbuka hijau berupa sawah, pekarangan, dan kebun buah. Salah satu produksi buah yang menjadi andalan Desa Gedongjetis adalah buah rambutan. Desa Gedongjetis terletak pada LS LS dan BT BT (Gambar 4), dan berbatasan langsung dengan: Utara : Desa Cokro Selatan : Desa Dalangan Timur : Desa Cokro Barat : Desa Sorogaten Jarak tapak dari ibukota Kabupaten Klaten sekitar 15 km yang dapat ditempuh dalam waktu 40 menit dengan kendaraan bermotor dan 1,5 jam dengan kendaraan tidak bermotor. Sedangkan jarak Desa Gedongjetis dengan kantor Kecamatan Tulung hanya 1 km dapat ditempuh dengan waktu ± 25 menit dengan berjalan kaki dan 15 menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Akses utama menuju tapak adalah jalan raya Klaten-Boyolali (Gambar 5). Sarana transportasi umum yang dapat digunakan untuk menuju tapak adalah bus antar kota jurusan Klaten-Boyolali atau angkutan kota jurusan Klaten-Jatinom yang kemudian disambung dengan angkutan desa jurusan Jatinom-Boyolali. Bus antar kota jurusan Klaten-Boyolali agak jarang beroperasi karena jeda antara satu kendaraan dengan kendaraan berikutnya lebih dari satu jam, tergantung ada atau tidaknya penumpang. Hal ini karena sekarang sebagian besar masyarakat telah memiliki kendaraan pribadi sehingga keberadaan kendaraan umum terancam. Alternatif kendaraan umum yang dapat digunakan untuk mencapai Desa Gedongjetis lebih cepat adalah angkutan kota jurusan Klaten-

38 22

39 23 Gambar 5. Aksessibilitas Menuju Desa Gedongjetis (Sumber: dengan penyesuaian) Jatinom yang kemudian disambung dengan angkutan jurusan Jatinom-Boyolali. Akan tetapi, menggunakan angkutan kota yang kemudian disambung angkutan desa memerlukan biaya yang lebih besar daripada menggunakan bus antar kota. Perjalanan dari ibukota Klaten menuju Gedongjetis apabila menggunakan bus antar kota dikenakan tarif Rp 4.000,- langsung turun di gerbang Desa Gedongjetis, sedangkan perjalanan dengan angkutan kota dikenakan tarif Rp 3.000,- turun di pertigaan Gabus, Jatinom dan kemudian disambung angkutan desa dengan tarif Rp 2.000,- turun di gerbang Desa Gedongjetis. Perjalanan dengan angkutan desa terkadang membutuhkan waktu lebih lama karena angkutan akan keluar masuk desa mengantarkan penumpang yang sebagian besar pedagang dan masyarakat yang pulang dari berbelanja di Pasar Gabus, Jatinom. Jadi, perjalanan menggunakan bus antar kota dibandingkan dengan angkutan akan akan menghemat biaya transportasi sebesar Rp 1.000,-. Kendaraan umum baik bus

40 24 antar kota maupun angkutan kota dan angkutan desa beroperasi dari pukul WIB sampai dengan pukul WIB. Desa Gedongjetis terbagi menjadi 10 dukuh yaitu, dukuh Pranan, Gatak, Kopat Gede, Kopat Cilik, Menggung, Kios Srayu, Jetis, Ngerangan, Bakungan, dan Gedong. Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa sebelah untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Desa Gedongjetis memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Desa Gedongjetis merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian mdpl (meter di atas permukaan laut), termasuk daerah landai dengan tingkat kemiringan lahan 2-5%, dapat dilihat pada Gambar 6. Titik tertinggi Desa Gedongjetis berada di SMP Negeri 1 Tulung yaitu 290 mdpl (meter di atas permukaan laut), dan titik terendah di Dukuh Kios Srayu yakni 210 mdpl. Karena wilayahnya cukup luas dengan tingkat kemiringan 2-5%, desa Gedongjetis terlihat datar Hidrologi dan Drainase Sumber air untuk keperluan pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil yang ada di Desa Gedongjetis, yaitu Umbul Kopat Gede, dan Umbul Jetis. Aliran air dari umbul yang ada memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Selain bendungan, di batas desa sebelah selatan terdapat sungai kecil namun debit airnya kecil, airnya keruh serta tercemar. Keadaan saluran irigasi dan sungai yang ada di Gedongjetis dapat dilihat pada Gambar 7. Sistem pengairan kebun rambutan lebih banyak mengandalkan air hujan. Hal ini karena debit air sungai sangat kecil. Oleh karena itu tanaman padi yang juga banyak terdapat di Desa Gedongjetis akan berubah menjadi tanaman palawija pada musim kemarau yang lebih tahan terhadap kekeringan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan yang dibuat di sekeliling tiap petak kebun rambutan.

41 25 06

42 26 Kebutuhan air untuk rambutan tidak dapat diketahui dengan pasti. Tanaman rambutan yang masih berusia 1-2 minggu setelah tanam (MST) memerlukan penyiraman dua kali sehari, pagi dan sore. Setelah itu penyiraman menjadi sekali sehari. Apabila tanaman rambutan telah tumbuh kuat, penyiraman dapat dikurangi lagi frekuensinya. Tanaman dapat disiram pada saat-saat yang diperlukan saja. Apabila pasokan air berlebih, diharapkan tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air, sehingga lubang drainase sangat diperlukan untuk menjaga kondisi tanah. Gambar 7. Saluran Drainase untuk Irigasi (kiri), dan Kondisi Air Sungai Batas Desa (kanan) Geologi dan Jenis Tanah Tanah menurut Soepardi (1983) adalah tubuh alam tempat hidup tumbuhan dan binatang. Tanah sebagai tubuh alam memiliki dimensi dalam dan luas sebagai hasil kerja gaya-gaya pembangun dan penghancur. Tanah di Desa Gedongjetis adalah regosol kelabu, bertekstur lempung dan berwarna merah. Batuan yang membentuk struktur geologi desa ini berasal dari batuan gunungapi Merapi. Tanah bertekstur lempung menurut Rachim dan Suwardi (2002) merupakan bahan tanah yang mengandung campuran yang relatif rata komposisinya antara pasir, debu dan liat berbagai ukuran, bahan terasa empuk seperti agak berpasir, namun agak halus dan agak plastis. Dalam keadaan kering akan membentuk lapisan yang bertahan baik, jika lembab lapisan yang terbentuk terpelihara cukup lembab tanpa pecah. Tanah yang berwarna merah memiliki ciri-ciri mengandung besi oksida anhidrat, kelembaban relatif rendah, drainase dan aerasi baik, lereng relatif cembung, bahan induk basik-ultra basik, dan fisiografi pengangkatannya tua (Rachim dan Suwardi, 2002).

43 27 Tanah jenis Regosol kelabu memiliki ciri-ciri tidak bertekstur kasar dari bahan albik, tidak mempunyai horizon diagnostik atau horizon apapun (kecuali jika tertimbun oleh 50 cm atau lebih bahan baru) selain horizon A okrik, horizon H histik atau sulfurik serta berkadar fraksi pasir 60% atau lebih pada kedalaman antara cm dari permukaan tanah mineral (Rachim dan Suwardi, 2002). Dan menurut Soepardi (1983), tanah regosol terdiri dari tekstur kasar berupa pasir dan debu (>60%), struktur kursai/lemah, konsistensi lepas sampai gembur, dengan ph Iklim Data-data iklim Desa Gedongjetis diperoleh dari beberapa sumber. Data jumlah curah hujan dan hari hujan selama waktu diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum bagian Sumber Daya Air Kabupaten Klaten. Sedangkan untuk data suhu, kelembaban rata-rata, dan kecepatan angin diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Kebayoran, Jakarta. Desa Gedongjetis menurut data DPU-SDA tahun memiliki bulan basah sebanyak 6 bulan, bulan lembab 1 bulan, dan bulan keringnya 5 bulan. Menurut klasifikasi iklim Mohr (Kartasapoetra, 2004) yang dimaksud bulan basah adalah bulan yang memiliki curah hujan lebih dari 100 mm, dan bulan kering adalah bulan yang memiliki curah hujan kurang dari 60 mm. Bulan dimana memiliki curah hujan antara 60 mm hingga 100 mm merupakan bulan lembab. Curah hujan tertinggi Desa Gedongjetis selama 4 tahun adalah 374 mm pada bulan Januari dan curah hujan terendah pada bulan Juli sebanyak 2 mm, dapat dilihat pada Gambar 8. Besar curah hujan rata-rata tahunan Gedongjetis selama tahun adalah 1827 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret yaitu 16 hari dan jumlah hari hujan terkecil pada bulan Juli yakni 1 hari. Persebaran hari hujan dapat dilihat pada grafik hari hujan dalam Gambar 9.

44 28 Curah Hujan (mm) Gambar 8. Grafik Curah Hujan Desa Gedongjetis Tahun Hari Hujan (hari) Gambar 9. Grafik Hari Hujan Desa Gedongjetis Tahun Suhu rata-rata bulanan Desa Gedongjetis tahun berkisar antara 21,6-26,3 C. Suhu rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari yakni 26,3 C dan suhu rata-rata bulanan terendah pada bulan Desember 21,6 C. Perbedaan suhu tiap bulannya tidak terlalu signifikan, dapat dilihat pada Gambar 10. Sedangkan kisaran kelembaban rata-rata bulanan Desa Gedongjetis antara 69-84,7%. Bulan dengan kelembaban rata-rata tertinggi pada bulan Februari yaitu 84,7% dan bulan dengan kelembaban rata-rata terendah pada bulan Desember 69% (Gambar 11). Kemudian untuk kecepatan angin di Desa Gedongjetis tergolong rendah dan hampir sama tiap bulannya dengan kecepatan angin rata-rata bulanannya sebesar 1,5 m/sec. Kecepatan angin tertinggi pada puncak musim

45 29 kemarau, yaitu bulan Agustus (3,6 m/sec) dan bulan Juli sebesar 2,9 m/sec. Grafik kecepatan angin dapat dilihat pada Gambar Suhu ( C) Gambar 10. Grafik Suhu Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun Kelembaban Rata-rata (%) Gambar 11. Grafik Kelembaban Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun

46 Kcepatan Angin (m/sec) Gambar 12. Kecepatan Angin Rata-rata Bulanan Desa Gedongjetis Tahun Vegetasi dan Satwa Jenis vegetasi yang dominan terdapat di tapak adalah rambutan (Nephellium lappaceum L.) seluas 20 ha. Vegetasi lain yang ada dalam tapak yang juga dibudidayakan warga adalah padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea) dan kedelai (Glycine max). Tanaman pertanian selain rambutan yang dibudidayakan warga berubah-ubah tergantung musim. Selain itu terdapat beberapa vegetasi liar yang tumbuh bukan karena ditanam, antara lain rumput (Pennisetum purpureum), bambu (Bambusa vulgaris), ki hujan (Samanea saman), dan beberapa tanaman penaung lainnya. Vegetasi yang terdapat di Desa Gedongjetis tersebar secara acak dan tidak teratur. Kondisi eksisting tapak dapat dilihat pada Gambar 13. Satwa yang dapat ditemukan di tapak terbagi menjadi dua, yaitu hewan ternak dan satwa liar. Hewan ternak yang ada menurut data Kelurahan Gedongjetis bulan Januari 2011 meliputi sapi 225 ekor, kerbau 60 ekor, ayam kampung 1700 ekor, bebek 350 ekor, kuda 1 ekor, kambing 700 ekor, burung puyuh ekor, dan ikan lele. Satwa liar yang dijumpai di tapak antara lain berbagai jenis burung pemakan biji, kadal, dan ular sawah.

47 Tata Guna Lahan Desa Gedongjetis merupakan desa yang sebagian besar wilayahnya berupa lahan terbuka yang dimanfaatkan untuk pertanian. Dalam dokumen rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kabupaten Klaten tahun yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembanguna Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Klaten, Desa Gedongjetis diarahkan untuk menjadi kawasan permukiman, pertanian lahan basah, dan perkebunan (Gambar 14). Pembagian luasan peruntukan lahan Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Land Use Desa Gedongjetis No. Peruntukan Lahan Luas (ha) Persentase (%) 1 Permukiman 58,3 36,1 2 Pertanian Lahan Basah 100,8 62,3 3 Perkebunan 2,6 1,6 Total Luas 161,7 100 Sumber: RTRW Kabupaten Klaten Tahun Sedangkan untuk luasan Desa Gedongjetis berdasarkan penutupan lahan yang dilihat pada tapak dibagi menjadi permukiman, pekarangan, lahan pertanian, perkantoran, dan prasarana umum (Tabel 3). Luas lahan pertanian 113,1 ha terdiri dari kebun rambutan seluas 20 ha, sawah untuk perangkat desa (tanah bengkok) 11,1 ha, dan sisanya merupakan sawah warga yang ditanami tanaman semusim. Tabel 3. Penutupan Lahan Desa Gedongjetis Berdasarkan Survey Lapang No. Penggunaan Lahan Luas (ha) 1 Permukiman (Perkampungan) 42,4 2 Persawahan 82 3 Tanah Bengkok 11,1 4 Kebun Rambutan 20 5 Area Konservasi Tepi Sungai 4,4 6 Perkantoran dan Prasarana Umum 1,8 Total Luas 161,7

48 32

49 33 14

50 34 Hak milik lahan di Desa Gedongjetis merupakan hak milik masyarakat, dan ada beberapa lahan yang menjadi hak milik negara dalam hal ini dikelola oleh Kantor Kelurahan Gedongjetis, dimana lahan tersebut digunakan sebagai ganti upah (gaji) untuk pegawai kelurahan. Lahan yang digunakan sebagai gaji pegawai ini disebut tanah bengkok. Tanah bengkok diberikan kepada pegawai yang saat itu menjabat di kelurahan dengan sistem peminjaman lahan untuk diolah sebagai lahan pertanian dan dimanfaatkan hasilnya. Setelah masa jabatan pegawai tersebut berakhir, tanah bengkok dikembalikan lagi kepada pihak kelurahan sebagai perwakilan dari negara untuk digunakan sebagai gaji pegawai yang menjabat berikutnya Visual dan Akustik Kebun rambutan Gedongjetis tersebar di seluruh wilayah Gedongjetis dengan variasi tanaman sawah seperti padi, jagung, atau kedelai, tergantung musim. Desa Gedongjetis merupakan daerah yang cukup datar dengan kiri kanan berupa pohon rambutan. Ketika melintasi jalan raya Klaten-Boyolali akan terlihat kebun-kebun rambutan berwarna hijau subur dan akan berubah menjadi hijau dengan warna merah buah ketika musim panen tiba, apabila telah memasuki Desa Gedongjetis. Pemandangan kebun rambutan dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. View Kebun Rambutan di Desa Gedongjetis Sepanjang jalan dalam tapak belum memberikan kesan visual yang baik karena masih berupa rumput-rumput liar dan ilalang yang sengaja tidak dirawat. Akan tetapi tanaman tepi jalan ini tidak mengurangi akses pengunjung untuk menikmati view kebun rambutan. Diantara kebun-kebun rambutan akan terdapat tanaman pertanian sawah yang juga diusahakan warga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, antara lain padi, jagung, kacang panjang, dan lainnya

51 35 tergantung musim. Sehingga berkunjung ke Desa Gedongjetis pada musim yang berbeda akan memberi kesan yang berbeda pula. Pada waktu siang hari mengelilingi desa memberi kesan terang dan sejuk. Hal ini karena pancaran sinar matahari ke tapak khususnya jalan tidak terhalang. Kesan sejuk ditimbulkan oleh hijaunya kebun rambutan dan beberapa pohon penaung tepi jalan yang tumbuh di beberapa titik. Sedangkan kesan pencahayaan pada malam hari agak kurang terang, bahkan dapat dikatakan gelap karena penerangan hanya berasal dari lampu-lampu beranda rumah warga dan kurangnya lampu penerangan jalan yang ada. Lampu penerangan jalan hanya terdapat di beberapa titik dan jaraknya berjauhan. Bahkan di perempatan jalan tidak terdapat lampu jalan. Ketika malam hari berjalan di desa Gedongjetis akan terlihat gelap dan yang terlihat paling gelap adalah deretan kebun rambutan. Kesan akustik yang dapat dinikmati di kawasan ini berasal dari aliran angin. Aliran angin yang berhembus menggoyangkan dedaunan akan menciptakan suara yang memberi kesan sejuk. Suara kicauan burung yang hinggap terbang di selasela dedaunan memberi kesan ramai dan alami. Ketika berkunjung pada saat sawah tidak ditanami, akan terdengar suara mesin traktor membalik tanah. Apabila berkunjung pada musim tanam akan terdengar suara para petani dan buruh tani yang mengisi waktu sambil terus bekerja di sawah. Dan apabila berkunjung pada saat musim panen akan terdengar suara mesin perontok padi dan suara gesekan gabah-gabah yang berjatuhan dari mesin perontok. Apabila musim panen padi telah usai, ketika melewati rumah-rumah warga akan terdengar suara gabah kering yang dijemur Sirkulasi, Fasilitas, dan Utilitas Tapak penelitian berada jauh dari ibukota Kabupaten Klaten merupakan daerah perbatasan dengan Kabupaten Boyolali. posisi tapak cukup dekat dari jalan raya. Kondisi jalan menuju tapak cukup baik, jalan sudah diaspal secara merata dengan lebar ± 4-5 m, dapat dilihat pada Gambar 16. Kondisi lalu lintas jalan pada hari biasa tidak terlalu ramai. Namun di ruas jalan antara pertigaan Gabus, Jatinom hingga gerbang Desa Gedongjetis terdapat beberapa kerusakan, yakni jalan berlubang karena kualitas aspal yang kurang bagus, curah hujan yang tinggi

52 36 dan intensitas kendaraan berat membawa bahan material seperti truk pengangkut pasir, batu kali dan kerikil cukup tinggi. Hal ini karena jalan ini merupakan jalan alternatif dengan jarak lebih dekat yang menghubungkan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Karena kerusakan jalan ini, sering terjadi kemacetan jalan karena antrian kendaraan yang lewat menghindari lubang jalan. Gambaran keadaan jalan yang berlubang dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 16. Akses Utama Menuju Tapak (kiri), dan Gerbang Desa Gedongjetis (kanan) Gambar 17. Beberapa Kerusakan Jalan Menuju Tapak Akses utama masuk ke dalam tapak melalui gerbang Desa Gedongjetis yang kemudian membelah bagian tengah tapak menjadi dua. Selain itu, terdapat pula akses lain masuk ke dalam tapak, yakni melalui jalan kampung di sebelah SMP N 1 Tulung. Kondisi jalan sebelah SMP sama lebar dengan akses utama dari gerbang desa tetapi kondisinya lebih buruk. Aspalnya beberapa mengalami pengelupasan dan terdapat beberapa lubang sehingga ketika hujan turun akan menjadi genangan dan menimbulkan becek. Kondisi jalan masuk ke dalam tapak dan jalan dalam tapak dapat dilihat pada Gambar 18.

53 37 Gambar 18. Akses Utama Masuk ke Dalam Tapak (kiri), dan Kondisi Jalan dalam Tapak (kanan) Fasilitas yang menunjang kegiatan wisata belum dijumpai pada tapak penelitian. Hal ini karena Desa Gedongjetis belum dikembangkan secara maksimal oleh pemerintah daerah sebagai daerah wisata. Akan tetapi, potensi wisata desa ini telah menjadi salah satu alternatif wisata yang ada di Kabupaten Klaten. Sarana yang ada di Desa Gedongjetis dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 19. Tabel 4. Sarana yang terdapat di Desa Gedongjetis No. Jenis Jumlah Keterangan 1. Sarana Kesehatan 1 Puskesmas Tulung, terletak 2 km dari tapak ke arah selatan 2. Sarana Pendidikan 3 Terdiri dari 2 SD dan 1 SMP 3. Sarana Ibadah 6 Mushola terdapat hampir di setiap kampung 4. Kios 4 Berderet di pinggir jalan raya 5. Jalan - panjang = 13,8 km, lebar = 3m, terbuat dari aspal 4.2 Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Jumlah penduduk Desa Gedongjetis menurut data Kantor Desa Gedongjetis bulan Januari 2011 adalah 2649 jiwa yang terbagi dalam 826 keluarga. Dari 2649 penduduk Gedongjetis, 1285 warga berjenis kelamin laki-laki dan 1364 warga memiliki jenis kelamin perempuan. Seluruh penduduk Gedongjetis merupakan warga negara Indonesia (WNI). Kepercayaan yang dianut sebagian besar warga adalah Islam yakni sebanyak 2637 warga (99,5%), dan sisanya 12 warga beragama Nasrani (0,5%).

54 38 19

55 39 Penduduk yang berprofesi sebagai petani sebanyak 540 keluarga dengan pembagian 172 keluarga sebagai petani dan 368 keluarga sebagai buruh tani. Dari 172 keluarga yang berprofesi sebagi petani terbagi lagi menurut kepemilikan lahan, yaitu 100 keluarga memiliki lahan < 10 ha, dan 72 keluarga mempunyai lahan ha. Petani yang ada di Gedongjetis tergabung dalam kelompok tani. Kelompok tani Desa Gedongjetis ada tiga, yaitu Kelompok Subur Makmur (Kampung Gedong), Kelompok Tunas Taruna (Kampung Bakungan, Jetis, Ngerangan, Kios Srayu, dan Menggung), dan Kelompok Tani Maju (Kampung Pranan, Gatak, Kopat Gede, dan Kopat Cilik). Tabel 5. Hewan Ternak yang Dibudidayakan di Desa Gedongjetis No. Hewan Ternak Jumlah (ekor) Jumlah Penduduk yang Menekuni (orang) 1 Sapi Kerbau Ayam Kampung Bebek Kambing Burung Puyuh Kuda Ikan (Lele dan Nila) - 10 Sumber: Data Kelurahan Gedongjetis Januari 2011 Selain petani, warga yang berprofesi sebagai peternak sebanyak 1122 orang. Jumlah hewan ternak dan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 5. Burung puyuh yang dikembangkan warga tersebar ke beberapa dukuh, yaitu Dukuh Kopat Gede, Kopat Cilik, Gatak, dan Pranan. Produksi ikan lele dan nila terpusat di Dukuh Gedong. Ikan yang dikembangkan hanya ikan kecil dari telur yang dihasilkan oleh induk (pemijahan), ketika ikan berukuran 2-3 cm dikirim ke wilayah lain untuk dikembangkan di kolam-kolam pemancingan. Ikan kecil ini biasanya dikirim ke Desa Cokro, Kecamatan Tulung dan Desa Janti, Kecamatan Polanharjo untuk Masyarakat Gedongjetis yang tidak berprofesi sebagai petani dan peternak ada yang menjadi buruh lepas, pedagang, dan pegawai negeri. Tingkat pendidikan terakhir masyarakat Gedongjetis adalah SMA. Sampai data Kelurahan Gedongjetis bulan Januari 2011 diterbitkan belum ada warganya yang mengenyam pendidikan di atas SMA.

56 Data Pengunjung Pengunjung yang datang ke Gedongjetis berasal dari Desa Gedongjetis dan dari luar Desa Gedongjetis, bahkan ada yang berasal dari kecamatan yang berbeda. Sebagian besar pengunjung datang pada musim panen rambutan dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Selain musim panen, terkadang pada waktu liburan seperti hari minggu akan ada kunjungan dari wisatawan luar Desa Gedongjetis. Kunjungan ini biasanya beramai-ramai dengan menggunakan kereta mini. Ketika musim panen tiba, pengunjung dapat dengan bebas masuk ke kebun rambutan yang mana dan dapat memetik sendiri buah rambutan yang dikehendaki. Jumlah pengunjung setiap musim dan tarif masuk ke tiap kebunnya kurang diketahui karena tidak adanya koordinasi dari pihak desa dan pemilik kebun. Setiap pemilik kebun bebas menentukan tarif sendiri dan jumlah wisatawan kurang terkontrol. Untuk itu perlu diketahui persepsi dan preferensi pengunjung mengenai kawasan ini. Persepsi dan preferensi dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara kepada pengunjung dengan menggunakan kuisioner. Dalam kuisioner dilakukan penilaian terhadap pengunjung dari setiap variabel, seperti asal daerah, jenis kelamin, usia, pekerjaan, frekuensi kunjungan, aktivitas, persepsi pengunjung dan preferensi pengunjung Identitas Pengunjung Data kuisioner ini diberikan kepada wisatawan yang berasal dari Desa Gedongjetis dan luar Gedongjetis dengan proporsi yang sama. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keinginan antara warga Gedongjetis sendiri dan wisatawan luar Desa Gedongjetis mengembangkan potensi desa ini menjadi kawasan wisata agro. Jumlah yang sama juga digunakan untuk mengambil sampel dari berbagai tingkatan usia. Pengunjung yang datang ke tapak penelitian ada yang menggunakan sarana transportasi pribadi dan adapula yang menggunakan transportasi umum. Pengunjung yang datang dengan motor sekitar 50%, dengan mobil 11,1%, dengan bis umum 5,6%, dan dengan kereta mini 33,3%. Dari data kuisioner diketahui bahwa sebagian besar pengunjung menggunakan motor untuk berkunjung ke tapak penelitian. Pengunjung yang memanfaatkan kereta mini

57 41 untuk menuju tapak adalah pengunjung dari luar Desa Gedongjetis yang datang secara beramai-ramai (rombongan). Dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Identitas Pengunjung dari Hasil Kuisioner No. Variabel Frekuensi (%) 1. Daerah Asal - Gedongjetis 50,0 - Luar Gedongjetis 50,0 2. Jenis Kelamin - Laki 50,0 - Perempuan 50,0 3. Usia - <16 tahun 33, tahun 33,3 - >25 tahun 33,3 4. Pekerjaan - Siswa 55,6 - Mahasiswa 11,1 - Ibu rumah tangga 8,3 - Pegawai Negeri Sipil 13,9 - Pegawai Swasta 2,8 - Wirausaha 5,6 - dll 2,8 5. Kunjungan ke Lokasi - 1 kali 5,6-2 kali 8,3-3 kali 11,1 - Lebih dari 3 kali 75,0 6. Frekuensi Kunjungan - 2 kali/tahun 16,7-3 kali/tahun 19,4-2 kali/bulan 0,0 - Lebih dari 2 kali/bulan 50,0 7. Kecenderungan kunjungan ke kawasan - Sendiri saja 41,7 - Beramai-ramai 58,3 8. Sarana transportasi yang digunakan untuk berkunjung - Motor 50,0 - Mobil 11,1 - Bis Umum 5,6 - Lainnya 33,3 9. Asal informasi yang diperoleh mengenai tapak - Keluarga 36,1 - Teman 38,9 - Selebaran 0,0 - Iklan Internet 8,3 - Diri Sendiri 16, Aktivitas Pengunjung Berdasarkan hasil kuisioner (Tabel 7), aktivitas yang dilakukan oleh sebagian besar responden di tapak adalah membeli buah rambutan dan piknik

58 42 sebanyak 52,8%. Kegiatan piknik dilakukan di kebun rambutan, di bawah naungan pohon rambutan. Selain itu ada pula pengunjung yang bermain-main (25%), menikmati pemandangan (16,7%), olah raga (13,9%), dan foto-foto (8,3%). Tabel 7. Aktivitas Pengunjung Berdasarkan Kuisioner No. Aktivitas yang dilakukan di Tapak ( > 1 jawaban ) Frekuensi (%) 1. Piknik 52,8 2. Bermain 25,0 3. Menikmati pemandangan 16,7 4. Membeli buah rambutan 52,8 5. Olah raga 13,9 6. Foto-foto 8, Persepsi Pengunjung Persepsi pengunjung yang didapat dari hasil kuisioner meliputi persepsi pengunjung mengenai keindahan, kenyamanan, keamanan, pengalaman yang diperoleh, dan kebersihan kawasan (Tabel 8). Dari hasil survei, 77,8% pengunjung menilai bahwa tapak penelitian merupakan kawasan yang indah untuk menjadi kawasan agrowisata, dan 22,2% menganggap tapak penelitian sangat indah. Alasan keindahan kawasan penelitian menurut pengunjung sebanyak 52,8% karena tapak memiliki obyek yang unik, yakni potensi rambutannya. Dan sebanyak 47,2% menilai keindahan kawasan karena memiliki pemandangan yang indah. Sedangkan untuk tingkat kenyamanan kawasan menurut 91,7% pendapat pengunjung adalah nyaman, dan 8,3% nya mengatakan kawasan sangat nyaman. Alasan kenyamanan pengunjung karena beberapa hal, yaitu udara di tapak penelitian sejuk (41,7%), pemandangan hijau di kawasan (27,8%), tempatnya bersih (25%), dan banyak tempat untuk menikmati pemandangan (5,6%). Tingkat keamanan kawasan berdasarkan hasil kuisioner cukup aman (97,2%), dan 2,8% pengunjung merasa sangat aman ketika berkunjung ke kawasan. Harapan pengunjung untuk mendukung tingkat keamanan kawasan adalah dengan terdapatnya penjaga kawasan (83,3%), dan penggunaan material yang tidak membahayakan pengguna (16,7%). Kemudian untuk tingkat kebersihan kawasan menurut pengunjung adalah 94,4% mengatakan kawasan

59 43 cukup bersih, dan 5,6% mengatakan kawasan sangat bersih. Dan fasilitas yang diharapkan pengunjung dapat meningkatkan kebersihan kawasan adalah dengan pengadaan tempat sampah pada tempat yang terjangkau (83,3%), adanya peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah sembarangan (11,1%), serta penggunaan material yang memberi kesan bersih (5,6%). Selanjutnya jika dilihat dari pengalaman yang diperoleh pengunjung setelah berkunjung ke tapak penelitian, sebanyak 61,1% pengunjung merasa mendapat pengalaman baru, 27,8% merasa hanya sedikit pengalaman yang diperoleh, dan 11,1% pengunjung merasa mendapat sangat banyak pengalaman setelah berkunjung ke tapak penelitian. Dan menurut pengunjung, fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di tapak penelitian adalah adanya arena bermain dan belajar pertanian (88,9%), adanya papan-papan informasi (5,6%), dan penggunaan tanaman yang bervariasi dan menarik (5,6%). Kondisi jalan menuju tapak menurut wisatawan 91,7% kondisi jalannya buruk, dan sisanya 8,3% menyatakan kondisinya baik. Hal ini karena ketika survey dilakukan di beberapa sudut jalan banyak yang berlubang, aspalnya mengelupas. Sedangkan jalan di dalam tapak kondisinya cukup baik, semua responden menyatakan kondisi jalan di dalam tapak baik Preferensi Pengunjung Berdasarkan data kuisioner pada Tabel 9 diperoleh hasil bahwa semua responden menghendaki adanya pengembangan jenis wisata persawahan, dan 16,7% mengharapkan pengembangan jenis wisata perikanan. Sedangkan untuk jenis wisata umum yang diharapkan pengunjung untuk dikembangkan di tapak penelitian adalah piknik (91,7%), bertani (69,4%), outbond (61,1%), menikmati pemandangan (30,6%), bermain (30,6%), photo hunting (13,9%), dan sisanya (8,3%) berkemah.

60 44 Tabel 8. Persepsi Pengunjung No. Variabel Frekuensi (%) 1. Alasan Berkunjung ( > 1 jawaban ) - Memiliki pemandangan alam yang indah 91,7 - Kemudahan akses menuju kawasan 25,0 - Sebagai tempat untuk menyambung tali silaturahim (bersosialisasi) 25,0 - Memiliki fasilitas yang lengkap 0,0 - Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pertanian 44,4 2. Kondisi Jalan menuju tapak - Sangat Baik 0,0 - Baik 8,3 - Buruk 91,7 3. Kondisi Jalan di dalam tapak - Sangat Baik 0,0 - Baik 100,0 - Buruk 0,0 4. Persepsi pengunjung terhadap kawasan Keindahan - Sangat Indah 22,2 - Indah 77,8 - Kurang Indah 0,0 Kenyamanan - Sangat Nyaman 8,3 - Nyaman 91,7 - Kurang Nyaman 0,0 Keamanan - Sangat Aman 2,8 - Aman 97,2 - Kurang Aman 0,0 Pengalaman - Sangat banyak pengalaman baru 11,1 - Banyak pengalaman baru 61,1 - Sedikit pengalaman baru 27,8 Kebersihan - Sangat Bersih 5,6 - Bersih 94,4 - Kurang Bersih 0,0 5. Faktor yang dapat menimbulkan rasa nyaman berkunjung ke kawasan - Udaranya sejuk 41,7 - Tempatnya bersih 25,0 - Banyak tempat untuk menikmati pemandangan (istirahat) 5,6 - Memiliki pemandangan hijau 27,8 - Menggunakan material yang menarik 0,0 6. Fasilitas yang mendukung keamanan (tindak kriminalitas dan keamanan pengguna) di kawasan ini - Terdapat penjaga kawasan (misal: satpam) 83,3 - Terdapat pagar pembatas kawasan agrowisata 0,0 - Penggunaan material yang sesuai dan tidak membahayakan 16,7 7. Fasilitas yang dapat menunjang kebersihan di kawasan ini Penggunaan jenis material dan warna material yang memberikan kesan bersih 5,6 - Letak tempat sampah yang relatif terjangkau 83,3 - Terdapat peraturan yang keras terhadap orang yang membuang sampah di 11,1 sembarang tempat 8. Fasilitas yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pengalaman dan pengetahuan di kawasan - Terdapat arena bermain dan belajar pertanian 88,9 - Terdapat papan informasi pada titik-titik utama 5,6 - Menggunakan jenis tanaman yang bervariasi dan menarik 5,6 9. Daya tarik kawasan ini - Terdapat pemandangan yang indah 47,2 - Terdapat obyek yang unik dan berbeda dengan lokasi wisata alam lain 52,8 - Dengan berkunjung ke kawasan ini dapat menambah pengalaman dan ilmu pengetahuan 0,0

61 45 Fasilitas pelayanan yang diharapkan pengunjung dari data kuisioner yang disajikan pada Tabel 9 adalah 97,2% menginginkan adanya kios cinderamata, 88,9% menghendaki adanya tempat parkir, 86,1% ingin adanya toilet, 75% menginginkan adanya kafetaria, 72,2% menginginkan adanya kendaraan untuk menuju kawasan, 47,2% menginginkan adanya tempat ibadah, 41,7% menginginkan adanya tempat istirahat, 27,8% menginginkan adanya penginapan, dan 5,6% menginginkan adanya sarana pendidikan. Dari data hasil survey, kesediaan pengunjung untuk dikenakan biaya masuk kawasan adalah sebanyak 69,4% responden bersedia dikenakan biaya masuk dan sisanya 30,6% tidak bersedia dikenakan biaya masuk. Responden yang menyatakan bersedia dikenakan biaya masuk mengusulkan biaya masuk kawasan berkisar antara Rp 1.000,00 per orang hingga Rp 7.000,00 per orang. Dan kawasan akan padat pengunjung ketika musim panen rambutan dan hari libur. Tabel 9. Preferensi Pengunjung No. Variabel Frekuensi (%) 1. Wisata pertanian yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban ) - Perikanan 16,7 - Perkebunan 0,0 - Persawahan (agronomi dan hortikultura) 100,0 - Kehutanan 0,0 - Peternakan 0,0 2. Jenis wisata yang cocok dikembangkan di tapak ( > 1 jawaban ) - Piknik 91,7 - Bermain 19,4 - Menikmati Pemandangan 30,6 - Berolahraga 0,0 - Berkemah 8,3 - Photo Hunting 13,9 - Outboond 61,1 - Bertani 69,4 - Berkebun 0,0 3. Fasilitas pelayanan yang diinginkan ( > 1 jawaban ) - Tempat parkir 88,9 - Tempat istirahat 41,7 - Penginapan 27,8 - Toilet 86,1 - Tempat ibadah 47,2 - Kendaraan menuju kawasan 72,2 - Kafetaria 75,0 - Kios cenderamata 97,2 - Sarana pendidikan 5,6 4. Kesediaan untuk ditarik biaya masuk - Bersedia 69,4 - Tidak bersedia 30,6

62 BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor. Gedongjetis memiliki kebun rambutan yang cukup luas dan tersebar di sepanjang jalan desa. Hal ini membuat wisatawan leluasa menikmati panorama dan memetik rambutan ketika panen tiba. Pengunjung dapat membeli buah rambutan yang masih segar dari pohonnya dengan harga yang lebih murah. Pesona kebun rambutan seluas 20 ha dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata pertanian. Tapak penelitian berbatasan langsung dengan jalan raya penghubung Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali sehingga memudahkan akses pengunjung menuju tapak. Kondisi jalan raya menuju tapak sudah diaspal tetapi belum dapat mendukung pengembangan wisata karena banyak terdapat lubang di sepanjang jalan ini (Gambar 20). Sedangkan akses di dalam tapak sudah cukup baik kondisinya. Sebagian besar jalur sirkulasi dalam tapak telah diaspal. Namun lebar jalan terlalu sempit apabila ada dua kendaraan roda empat yang berpapasan. Apabila memungkinkan dapat dilakukan pelebaran jalan. Kondisi jalan seperti ini memerlukan perhatian khusus, mengingat aksessibilitas merupakan salah satu faktor yang penting dalam wisata. Jarak kawasan penelitian dengan kota Kabupaten Klaten cukup jauh yakni 15 km, sehingga memerlukan adanya sarana transportasi umum untuk memudahkan aksessibilitas pengunjung (Gambar 21). Sarana transportasi menuju tapak dapat menggunakan kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Sarana transportasi umum tersedia dari pagi hingga sore hari. Keberadaan sarana transportasi menuju tapak sudah cukup baik, namun waktu pengoperasiannya cukup jarang, sehingga pengunjung yang ingin berkunjung dengan transportasi umum harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan kendaraan untuk menuju Gedongjetis. Untuk itu perlu adanya peningkatan waktu pengoperasian demi kemudahan akses bagi pengunjung. Selain itu diperlukan adanya peta wisata dan

63 47 20

64 48 petunjuk akses untuk memudahkan pengunjung yang belum pernah berkunjung ke tapak agar tidak kesasar. 15 km 10 km 5 km Gedongjetis Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten Gambar 21. Jarak Tapak Penelitian ke Kota Kabupaten Klaten Potensi lain dari Desa Gedongjetis adalah desa ini merupakan desa pemijahan ikan konsumsi yang hasil produksinya dikirim ke desa lain untuk disebar di kolam-kolam pemancingan. Di samping itu, beberapa warga Gedongjetis ada yang memproduksi kerajinan perabot rumah tangga dari lidi. Potensi ini dapat menjadi wisata alternatif perikanan ketika pohon rambutan tidak sedang dalam masa berbuah. Kawasan perencanaan lanskap agrowisata Desa Gedongjetis yang akan dikembangkan menjadi agrowisata hanya sebagian dari kawasan Gedongjetis. Hal ini bertujuan agar kegiatan pertanian warga dan kehidupan masyarakat Gedongjetis tidak terganggu dengan adanya agrowisata ini. Untuk itu diperlukan pemilihan tapak yang tepat untuk dikembangkan menjadi agrowisata.

65 49 22

66 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Tapak yang direncanakan memiliki topografi yang relatif landai dengan ketinggian agak lebih rendah dari jalan, sehingga ketika melintasi jalan raya akan terlihat panorama tapak. Kelas kemiringan lahan yang dominan di tapak penelitian adalah 2-5% yakni 105,6 ha atau 65,3% dari luas keseluruhan tapak. Selain itu kemiringan lahan pada tapak ada yang sebesar 5-15% seluas 49,6 ha, kemiringan 15-40% seluas 2,4 ha, dan kemiringan lebih dari 40% seluas 4,1 ha. Tapak dengan kemiringan 2-5% dan 5-15% merupakan mayoritas keseluruhan tapak dan tapak yang termasuk dalam kelas kemiringan 15-40% dan lebih dari 40% terdapat di batas tapak yang merupakan badan air berupa sungai (Gambar 22). Kemiringan lahan pada tapak penelitian yang tergolong landai memberikan kemudahan untuk pengakomodasian aktivitas dan fasilitas wisata yang direncanakan. Berdasarkan kelas kemiringan lahan yang ada, keseluruhan tapak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan agrowisata. Kesesuaian ketinggian tempat dengan ekologi tumbuh rambutan cukup sesuai. Dimana rambutan dapat hidup menyebar pada dataran rendah hingga ketinggian 600 mdpl (meter di atas permukaan laut). Hasil terbaik diperoleh pada daerah dengan ketinggian mdpl. Tapak penelitian memiliki ketinggian mdpl masih termasuk kategori sesuai untuk lingkungan tumbuh rambutan Hidrologi dan Drainase Sumber air untuk keperluan irigasi pertanian tapak berasal dari beberapa mata air kecil dan sungai kecil di batas tapak memiliki debit yang kecil sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan pertanian Desa Gedongjetis. Oleh karena itu banyak petani yang mengandalkan air hujan untuk pengairan. Saluran drainase untuk keperluan irigasi yang ada terbuat dari tanah yang dibuat cekungan. Akan tetapi drainase yang ada banyak yang tersumbat karena pengendapan lumpur yang ikut terbawa aliran air dan adanya sampah. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan pembersihan saluran drainase dan pembuatan saluran drainase yang menyeluruh sehingga memudahkan aliran air irigasi, dapat dilihat pada Gambar 23. Kebutuhan air untuk pohon rambutan sendiri tidak terlalu banyak. Tanaman rambutan dapat tumbuh dengan mengandalkan air hujan. Sistem panen tanaman

67 51 rambutan juga mengikuti jadwal musim di Indonesia. Dimana rambutan akan mengalami pembungaan dan penyerbukan pada penghujung musim kemarau, dan pematangan buah akan dilakukan pada awal musim penghujan. Yang perlu diperhatikan dalam budidaya rambutan adalah saluran drainase. Hal ini agar tanah di sekitar pohon rambutan tidak tergenang air Geologi dan Jenis Tanah Tanah yang terdapat pada tapak penelitian adalah tanah regosol yang memiliki struktur lempung dan berwarna merah yang tergolong baik untuk area pertanian. Untuk tanaman rambutan sendiri tidak terlalu bergantung pada jenis lahan. Tanaman ini dapat bertahan pada berbagai jenis lahan. Menurut habitus dan sistem perakarannya, rambutan akan tumbuh dengan baik pada lahan yang berlempung subur, gembur dan dalam. Lahan yang seperti ini memiliki drainase dan aerasi yang baik sehingga dapat memberikan daya tumbuh, daya tahan dan daya produksi yang baik. Pengembangan untuk aktivitas wisata memerlukan pembangunan fasilitas sebagai pendukung wisata. Pembangunan fasilitas hendaknya memperhatikan daya dukung tanah agar keberadaan fasilitas tidak menyebabkan kerusakan tanah. Tanah jenis regosol menurut Soepardi (1983) memiliki daya dukung tanah yang cukup baik dan stabil sehingga dapat dilakukan pembangunan fasilitas Iklim Curah hujan rata-rata tahunan Desa Gedongjetis berkisar antara mm dengan bulan kering 5 bulan seharusnya kawasan ini mempunyai persediaan air yang cukup untuk musim kemarau. Akan tetapi perbedaan cuaca yang cukup terlihat ketika musim kemarau menyebabkan daerah ini terkadang mengalami kekeringan. Selain itu pergeseran waktu tiba musim kemarau dan penghujan pada akhir-akhir ini mengganggu sistem produksi tanaman rambutan. Curah hujan yang tinggi ketika tiba musim hujan tidak diimbangi dengan sistem drainase yang baik, sehingga perlu perbaikan sistem drainase untuk menyimpan cadangan air pada musim penghujan untuk mencukupi kebutuhan air terutama irigasi di musim kemarau.

68 52 23

69 53 Kelembaban rata-rata Desa Gedongjetis 69% - 84,7% termasuk kondisi kelembaban di atas batas nyaman manusia. Dimana kondisi nyaman manusia berada pada kelembaban 40% - 75% (Laurie, 1985). Untuk mengatasi kondisi ini dapat dilakukan dengan membuat ruang-ruang terbuka di antara ruang vegetasi untuk mengatur sirkulasi udara sehingga evapotranspirasi yang naik tidak terhambat oleh kanopi vegetasi. Selain itu, perlu pemilihan material yang kuat yang tidak mudah lapuk dan tahan pada kondisi kelembaban tinggi. Kecepatan angin Desa Gedongjetis termasuk rendah sehingga seringkali tidak terasa adanya hembusan angin di daerah ini. Kecepatan angin tertinggi menurut data BMKG Pusat tahun terjadi pada bulan Agustus sebesar 3,6 m/sec. Angin dengan kecepatan 3,6 m/sec menurut derajat kecepatan angin Beaufort dalam Mori (2003) termasuk derajat 3, yang bermakna angin yang berhembus dapat menggerakkan daun-daun dan ranting-ranting kecil dan bendera dapat berkibar. Namun pada musim kemarau di daerah ini seringkali berhembus angin yang cukup kencang yang dapat merusak kenyamanan. Untuk itu dapat diantisipasi dengan pengadaan tanaman yang mampu memecah angin. Kisaran suhu yang nyaman untuk manusia menurut Laurie (1985) adalah apabila nilai indeks kenyaman (Thermal Humidity Index) kurang dari 27. Nilai Indeks Kenyamanan dihitung dengan rumus: THI = 0,8T + ((RHxT)/500) Keterangan : THI = Thermal Humidity Index T = Suhu Rata-rata ( C) RH = Kelembaban (%) Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas, THI Desa Gedongjetis berkisar antara 21-25,9. Nilai tersebut kurang dari 27 sehingga kondisi suhu di Desa Gedongjetis masih termasuk dalam kategori nyaman. Hal ini dapat dikarenakan karena dominasi vegetasi pada kawasan ini sehingga suhu kawasan terjaga dalam kondisi nyaman. Tindakan perencanaan yang dapat dilakukan diantaranya dengan pengadaan tanaman peneduh untuk menjaga dan

70 54 meningkatkan kenyamanan kawasan. Selain itu pengadaan tanaman peneduh mampu mereduksi sinar matahari dan menjadi tempat penyerapan air sehingga kelembaban udara tetap terjaga Vegetasi dan Satwa Keanekaragaman vegetasi dan satwa menjadi daya tarik dalam wisata. Dominansi tanaman pertanian yang dipadukan dengan tanaman rambutan memberi kesan visual yang menarik. Selain itu perbedaan jenis tanaman yang dibudidayakan di setiap musim akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Pada musim penghujan banyak ditanam padi sawah, dan pada musim kemarau banyak tanaman palawija seperti jagung, kedelai, dan kacang tanah. Satwa-satwa seperti burung-burung pemakan biji menambah suasana ceria dalam kawasan. Tanaman rambutan yang dibudidayakan di daerah ini adalah jenis rapiah, binjai, dan silengkeng. Masa panen raya rambutan biasanya bulan Agustus hingga September. Hasil panen rambutan Gedongjetis berdasarkan arsip kelurahan tahun 2010 adalah 50 ton/ha, sehingga kebun seluas 20 ha menghasilkan 1000 ton. Rambutan yang dihasilkan dijual kepada konsumen dalam bentuk buah segar. Hasil produksi rambutan belum dikembangkan menjadi produk olahan yang lebih tahan lama. Untuk itu perlu adanya pengenalan dan pelatihan kepada warga mengenai produk olahan rambutan yang dapat dikembangkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Beberapa kendala yang dihadapi diantaranya belum adanya perencanaan penanaman pada tepi kanan kiri jalan yang menambah kesan visual kawasan, dapat dilihat pada Gambar 24. Vegetasi yang ada terlihat kurang sesuai dengan penataan ruang kawasan. Penanganan yang dapat dilakukan diantaranya pembuatan rencana penanaman sesuai tata ruang kawasan, pemilihan jenis vegetasi yang sesuai dengan fungsinya, ekologi tumbuhnya dan kemampuannya menyediakan lingkungan tinggal bagi satwa, pembersihan semak-semak liar yang memberi kesan kurang menarik, dan penanaman dilakukan secara bertahap untuk memudahkan proses pengembangan kawasan tahap berikutnya.

71 55 24

72 Tata Guna Lahan Tutupan lahan tapak penelitian sudah sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan BAPPEDA Kabupaten Klaten dalam RTRW Kabupaten Klaten tahun Area persawahan yang terhampar di sepanjang desa dapat menjadi daya tarik wisata. Dengan perpaduan tanaman padi dan palawija dengan tanaman rambutan dapat dimanfaatkan secara fungsional dan estetis. Karena tapak didominasi oleh area persawahan, lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang kegiatan wisata menjadi kendala. Ditambah lagi, status kepemilikan lahan adalah milik warga sehingga cukup susah untuk mendapatkan ijin dari warga untuk memanfaatkan lahan mereka untuk kepentingan wisata. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara pihak kelurahan dan masyarakat untuk mewujudkan kawasan agrowisata yang lebih baik. Disamping itu perlu perencanaan yang berhubungan dengan pengalokasian ruang pada tapak untuk mewujudkan fungsi wisata pada tapak. Peta analisis tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar Visual dan Akustik Hamparan kebun rambutan dengan kombinasi tanaman pangan dan palawija ketika musim kemarau memberikan daya tarik wisata. Dominasi kebun rambutan pada kawasan ini apalagi ketika musim panen merupakan daya tarik yang kuat untuk mengundang kehadiran wisatawan. Keindahan pemandangan sawah dan kebun turut menghadirkan akustik alami dari burung-burung, belalang, dan satwa lainnya. Perpaduan ini menciptakan suasana yang relaks sehingga mampu menyegarkan pikiran dan hati yang penat dengan rutinitas. Analisis visual tersaji dalam Gambar 26. Kendala yang sering terjadi adalah adanya gangguan bising yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di sekitar tapak. Hal ini karena tapak berbatasan langsung dengan jalan lintas kabupaten dan seringkali menjadi jalur alternatif kendaraan-kendaraan besar yang mengangkut bahan baku. Sehingga perlu dilakukan pengalokasian ruang wisata yang strategis namun terhindar dari kebisingan kendaraan bermotor. Selain itu, dapat pula dengan pengadaan tanaman peredam bising untuk meminimalisir kebisingan.

73 57 25

74 58 26

75 Fasilitas dan Utilitas Fasilitas umum yang menjadi pendukung wisata pada tapak kurang lengkap. Fasilitas yang telah ada adalah sekolah (taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah pertama) dan sarana ibadah (mushola). Untuk sarana kesehatan terdapat puskesmas yang berjarak ± 2 km dari tapak penelitian. Fasilitas yang telah ada tersebut hendaknya dipertahankan keberadaannya dan ditingkatkan kualitasnya. Sedangkan untuk kekurangan fasilitas yang belum ada sebaiknya dilengkapi. Untuk menjadikan kawasan sebagai tempat tujuan wisata, fasilitas umum penunjang wisata sebaiknya dilengkapi dengan disesuaikan kondisi tapak dan fungsi keberadaannya di tapak. Penambahan fasilitas yang diperlukan antara lain kios cinderamata, kafetaria, dan tempat parkir. Kebutuhan listrik Desa Gedongjetis tercukupi dengan menggunakan jasa PLN. Sedangkan kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan karena debit air sungai tidak dapat mencukupi kebutuhan masyarakat untuk pertanian. Untuk kebutuhan air bagi rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat warga di tiap keluarga. 5.2 Aspek Sosial Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Mata pencaharian penduduk Gedongjetis cukup beragam. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah petani, peternak, dan buruh lepas. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh lepas pada saat musim tanam akan menjadi buruh tani, dan ketika musim panen telah lewat akan mencari pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan. Hal ini berpotensi untuk menjadikan tapak sebagai kawasan wisata agro, selain menjadikan lanskap pertanian serta kegiatannya sebagai daya tarik juga sebagai sarana untuk menambah dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Ditambah lagi dengan potensi perikanan dan kerajinan anyaman lidi dapat menambah daya tarik wisatawan. Untuk itu perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan kerajinan yang dapat menjadi ciri khas Desa Gedongjetis.

76 Pengunjung Pengunjung yang datang berwisata ke tapak penelitian cukup beragam, mayoritas adalah ibu-ibu dan anak-anak. Pengunjung biasanya datang pada musim libur dan meningkat jumlahnya pada musim panen rambutan. Kebanyakan pengunjung yang datang berasal dari luar Desa Gedongjetis dengan tujuan utama membeli buah rambutan. Pengunjung dapat lebih puas membeli buah rambutan dengan diijinkan untuk memetik sendiri buah yang diinginkan. Potensi ini dapat diarahkan untuk menjadikan Desa Gedongjetis sebagai kawasan wisata. Di samping itu, di sekitar tapak penelitian belum terdapat kawasan wisata agro yang dapat menjadi pesaing Desa Gedongjetis. Dengan potensi tersebut, konsentrasi pengunjung agrowisata dapat terfokus pada tapak penelitian. Pengunjung yang datang ke kawasan ini mayoritas menggunakan motor atau kereta mini. Pengembangan tapak menjadi tempat wisata harus diimbangi dengan pengadaan fasilitas untuk menunjang kegiatan wisata tersebut. Beberapa fasilitas wisata yang diharapkan keberadaannya oleh pengunjung adalah kios cinderamata, tempat parkir, toilet, kafetaria, kendaraan untuk menuju kawasan (kendaraan umum), tempat ibadah (mushola), dan tempat istirahat. 5.3 Analisis - Sintesis Alternatif kegiatan yang dapat dikembangkan pada tapak penelitian dihasilkan dari tahap analisis yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan yang dapat dikembangkan dari hasil analisis berupa kegiatan rekreasi pertanian yang edukatif dan disesuaikan dengan kondisi biofisik kawasan. Hasil analisis dan sintesis tapak penelitian tersaji dalam Tabel 10.

77 61 Tabel 10. Analisis dan Sintesis Tapak No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 1 Letak, Luas, dan Aksessibilitas Tapak 2 Ketinggian, Topografi, dan Kemiringan Lahan Potensi Permasalahan Solusi Letak strategis, dekat dengan tempat wisata lainnya. Tapak merupakan daerah pertanian dengan komoditas utama rambutan yang tersebar luas di sepanjang desa. Akses menuju tapak merupakan jalan lintas kabupaten berupa jalan aspal dan dilalui angkutan umum Akses di dalam tapak sebagian besar merupakan jalan aspal dengan kondisi cukup baik. Posisi tapak lebih rendah dari jalan menjadi daya tarik pengguna jalan yang melintas untuk berkunjung ke tapak. Tapak merupakan area yang cukup datar dengan variasi ketinggian yang kecil. Ketinggian tapak termasuk dalam kategori sesuai untuk pengembangan tanaman rambutan. Kondisi jalan menuju tapak rusak, banyak yang berlubang sehingga menimbulkan kemacetan karena harus berhati-hati ketika melintas. Jalan yang berlubang akan tergenang ketika hujan turun dan menjadi tidak terlihat yang dapat membahayakan pengguna jalan yang melintas. Transportasi umum untuk menuju tapak waktu pengoperasiannya masih jarang. Jalan di dalam tapak cukup sempit untuk dilalui kendaraan besar, penggunaan yang berbaur. Tapak yang cukup datar kurang memberikan irama dalam perjalanan wisata. Potensi ini berpeluang untuk dikembangkan menjadi agrowisata. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perbaikan kualitas jalan menuju tapak. Perlu koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah untuk kemudahan transportasi umum. Pengaturan jalur sirkulasi yang tepat pada tapak untuk menghindari kemacetan. Perlu variasi ketinggian untuk memberi kesan dinamis.

78 62 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 3 Hidrologi dan Drainase 4 Geologi dan Jenis Tanah Potensi Permasalahan Solusi Petani mengandalkan air hujan untuk irigasi. Sistem irigasi kawasan cukup baik, merata ke seluruh kawasan sehingga mengurangi terjadinya genangan air, erosi, dan banjir. Jenis tanah pada tapak adalah Regosol kelabu yang cukup baik untuk pertanian dengan diimbangi pemupukan dan pengairan yang cukup. Tanah Regosol memiliki daya dukung yang cukup baik untuk pengembangan fasilitas pendukung wisata. 5 Iklim Curah hujan berkisar mm/th, cocok untuk pengembangan tanaman rambutan. 6 Vegetasi dan Satwa Tapak merupakan daerah dengan kisaran suhu nyaman untuk manusia, kecepatan angin termasuk dalam zona nyaman manusia. Tanaman pertanian mendominasi vegetasi kawasan, jenisnya berubah mengikuti musim. Sumber air yang ada memiliki debit yang kecil, tidak dapat mencukupi kebutuhan irigasi pertanian. Sistem drainase hanya berupa cekungan yang mudah terjadi pengendapan lumpur yang terbawa aliran air. Kelembaban ratarata lebih tinggi dari zona nyaman manusia. Angin berhembus cukup kencang pada musim kemarau. Perlu pengadaan vegetasi di sekitar sumber air untuk menjaga kondisi badan air, sehingga ketersediaan air pada badan air dapat bertahan lebih lama. Perlu pembersihan saluran drainase secara berkala. Perlu diimbangi dengan sistem drainase yang baik agar air tidak tergenang, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan rambutan. Perlu adanya rekayasa iklim mikro dengan pengadaan tanaman sebagai peneduh dan pemecah angin, dapat pula dengan pengadaan gazebo untuk berteduh. Perbedaan jenis tanaman dibudidayakan setiap musimnya menjadi daya tarik tersendiri.

79 63 Tabel 10. Lanjutan No. Aspek yang Dianalisis Aspek Fisik 7 Tata Guna Lahan 8 Visual dan Akustik 9 Fasilitas, dan Utilitas Potensi Permasalahan Solusi Tutupan lahan pada tapak sesuai dengan tata guna lahan yang ditetapkan oleh BAPPEDA Klaten Tapak merupakan daerah permukiman dan persawahan. Hamparan kebun rambutan di sepanjang tapak menjadi daya tarik tapak. Akustik alami berasal dari burung-burung, belalang, dan satwa lain. Sarana transportasi umum tersedia hingga sore hari. Kebutuhan listrik dipenuhi dari PLN yang terdapat di tapak. Kebutuhan air untuk kebutuhan rumah tangga dipenuhi dari sumur-sumur yang dibuat oleh warga di rumah masing-masing. Belum adanya alokasi ruang untuk wisata. Lahan bekas perombakan kebun rambutan yang sudah tua terkadang mengganggu pemandangan tapak Gerbang masuk kebun rambutan kurang menarik perhatian. Tapak terlalu dekat dengan jalan raya sehingga cukup bising. Waktu pengoperasian sarana transportasi umum cukup jarang. Fasilitas pendukung wisata belum tersedia di tapak. Kebutuhan air untuk pertanian masih mengandalkan air hujan. Perlu koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat untuk pengembangan agrowisata lebih lanjut. Pembersihan dengan segera lahan bekas perombakan kebun rambutan untuk menjaga kualitas visual tapak. Perencanaan gerbang kebun yang lebih menarik dan memberi kesan estetis. Potensi akustik alami memberi kesan damai dan tenang pada tapak, kebisingan dapat diatasi dengan pengadaan tanaman yang dapat meredam suara. Perlu koordinasi dengan pemerintah mengenai jadwal pengadaan sarana transportasi umum. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak.

80 64 Tabel 10. Lanjutan Aspek yang No. Dianalisis Aspek Fisik 10 Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat 11 Data Pengunjung Potensi Permasalahan Solusi Mata pencaharian penduduk beragam, kebanyakan menjadi petani, peternak, dan buruh tani. Potensi lain adalah pemijahan ikan dan anyaman dari lidi yang ditekuni beberapa warga. Kegiatan yang sering dilakukan pengunjung adalah piknik dan belanja buah rambutan langsung dari kebun. Pengunjung yang datang secara rombongan biasanya menggunakan kereta mini sebagai transportasi untuk menuju tapak dan berkeliling tapak. Masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani akan berpindah pekerjaan setelah musim panen lewat. Fasilitas pendukung wisata pada tapak belum ada. Pengembangan agrowisata dapat menjadi peluang pekerjaan yang lebih baik bagi masyarakat dan dapat meningkatkan penghasilan masyarakat. Perlu pengembangan pemijahan ikan dan pemberdayaan potensi anyaman lidi sebagai daya tarik yang dapat menjadi ciri khas pada lokasi. Pengadaan fasilitas pendukung wiata pada tapak sesuai harapan pengunjung dan disesuaikan dengan kondisi tapak. Kereta mini dapat memberikan keunikan tapak dengan menjadikannya sebagai sarana transportasi di dalam tapak. 5.4 Program Ruang Peta tematik yang dihasilkan pada tahap analisis dioverlay untuk menghasilkan peta komposit (Gambar 27). Peta komposit dihasilkan dengan memperhatikan standar kesesuaian ruang untuk wisata, dapat dilihat pada Tabel 11. Dari peta komposit dapat ditentukan program ruang yang dapat dikembangkan pada tapak (Tabel 12). Luas tapak yang direncanakan secara keseluruhan adalah 161,7 ha dan akan dikembangkan menjadi area rekreasi dengan tiga ruang peruntukan, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata dan ruang konservasi.

81 65 Tabel 11. Standar kesesuaian ruang Aspek Penggunaan lahan Kemiringan lahan Standar Kesesuaian Tapak didominasi penggunaan lahan terbuka. Tidak terdapat struktur bangunan dan vegetasi selain groundcover. Tapak cukup didominasi lahan terbuka. Namun, terdapat beberapa struktur bangunan dan vegetasi selain grondcover. Tapak dominan bangunan dan vegetasi. Datar dan Landai Agak Curam Curam Kriteria Kesesuaian Optimum Cukup Minimum Optimum Cukup Minimum Tabel 12. Pengembangan Program Ruang pada Tapak Ruang Sub Ruang Fungsi Aktivitas Wisata Fasilitas Wisata Wisata Wisata Pertanian Wisata Non Pertanian Rekreasi Mengenal Rambutan Kebun dan Papan informasi Mengenal Padi dan Palawija Sawah dan Papan infomasi Mengenal Tanaman Hias Papan infomasi Mengenal Ikan dan belajar pemijahan Kolam ikan Rekreasi Belajar anyaman lidi Workshop Menikmati pemandangan Bermain Piknik Photo hunting Outbond Olahraga Saung Area bermain Area piknik Gazebo Area outbond Area olahraga Pendukung Wisata Penerimaan Penerimaan Keluar masuk area Pintu gerbang Membeli tiket Loket tiket Informasi tentang kawasan Ruang pengelola dan informasi Pelayanan Pelayanan Memarkir kendaraan Tempat parkir Beribadah Mushola Makan dan minum Kafetaria Keamanan Pos keamanan Membeli oleh-oleh Toko cinderamata Belanja hasil pertanian Kios Masyarakat Permukiman - - Konservasi Konservasi Konservasi - -

82 66 27

83 BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan, padi sawah, palawija, perikanan, dan kerajinan anyaman lidi dengan menonjolkan karakter lanskap alami tapak dalam suasana pertanian pedesaan yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan pendukung wisata. Pengembangan tapak menjadi tempat wisata pertanian diharapkan dapat memberi manfaat kepada pengunjung, masyarakat setempat dan tentunya juga tetap menjaga kelestarian lanskapnya. Untuk mengakomodasi hal tersebut maka dalam konsep perencanaannya tapak akan dikembangkan dengan beberapa fungsi, yaitu fungsi rekreasi, fungsi edukasi, fungsi penyangga, dan fungsi ekonomi. Fungsi rekreasi merupakan fungsi yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dalam bentuk aktivitas wisata pertanian dan aktivitas wisata non pertanian dengan dilengkapi fasilitas pendukung wisata. Fasilitas pendukung yang dikembangkan pada tapak berupa sarana belanja, sarana makan dan minum, serta tempat berkumpul yang dapat memberi kesan tradisional. Aktivitas rekreasi yang dikembangkan merupakan rekreasi alam pertanian yang edukatif untuk memenuhi kepuasan pengunjung. Kemudian untuk fungsi edukasi yang akan dikembangkan adalah pengenalan budidaya pertanian melalui rekreasi alam pertanian. Rekreasi alam pertanian yang edukatif dalam perencanaan ini adalah dengan melibatkan pengunjung untuk menikmati alam pertanian kebun rambutan dan sawah tanaman pangan serta untuk mengenalkan dan mengajak pengunjung berpartisipasi aktif dalam kegiatan budidaya. Pengunjung dikenalkan pada jenis komoditas yang dikembangkan di tapak dan aktivitas budidayanya secara teori dan teknis dari pengalaman langsung petani. Fungsi penyangga pada perencanaan lanskap kawasan agrowisata rambutan ini adalah menjaga kelestarian tapak dari kerusakan yang dapat ditimbulkan karena aktivitas wisata dan pengaruh lingkungan. Disamping itu, perlu dikembangkan fungsi ekonomi yakni untuk menghasilkan keuntungan yang

84 68 bermanfaat bagi kelangsungan wisata ini dan juga bermanfaat untuk kehidupan masyarakat Desa Gedongjetis. Tapak penelitian selain dikembangkan menjadi tempat agrowisata dan pusat budidaya rambutan juga dijadikan sentra jual beli hasil panen yang akan mendatangkan keuntungan. Semua fungsi tersebut dikembangkan dalam program ruang dan dihubungkan dengan sirkulasi dalam bentuk grid yang menonjolkan karakter persawahan. Untuk itu konsep perencanaan ini dikembangkan dalam konsep pengembangan yang dijabarkan dalam konsep ruang dan sirkulasi, konsep wisata, konsep fasilitas dan utilitas, serta konsep vegetasi. 6.2 Konsep Pengembangan Konsep Ruang dan Sirkulasi Konsep ruang yang dikembangkan pada tapak penelitian merupakan hasil overlay peta tematik yang menghasilkan peta komposit. Ruang yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga, yaitu ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi yang kemudian dikembangkan sesuai peruntukannya yang tersaji dalam Gambar 28. a. Ruang Wisata Ruang wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata pertanian dan ruang wisata non pertanian. Ruang wisata pertanian yang akan dikembangkan meliputi ruang wisata rambutan, ruang wisata padi sawah, ruang wisata palawija, ruang wisata pemijahan ikan dan ruang wisata pusat jual beli tanaman hias. Ruang wisata non pertanian yang akan dikembangkan ruang wisata anyaman lidi. b. Ruang Pendukung Wisata Ruang pendukung wisata pada tapak penelitian yang akan dikembangkan adalah ruang penerimaan, ruang pelayanan wisata, dan ruang masyarakat. Ruang penerimaan merupakan ruang untuk menyambut pengunjung, memberikan informasi mengenai agrowisata dan obyek wisata pada tapak kepada pengunjung. Ruang pelayanan wisata yang dikembangkan merupakan ruang yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung dengan pengadaan fasilitas pendukung wisata. Kemudian untuk ruang masyarakat pada tapak penelitian yang

85 69 direncanakan adalah menjaga keberadaan ruang masyarakat yang ada dan kehidupan masyarakatnya. Hal ini diharapkan keberadaan agrowisata tidak mengganggu kehidupan masyarakat Gedongjetis. c. Ruang Konservasi. Ruang konservasi yang direncanakan pada tapak bertujuan untuk menjaga kualitas tanah dan air. Ruang konservasi difokuskan pada sekitar mata air dan batas tapak. Hal ini untuk menjaga kualitas lingkungan sekitar tapak dan menjaga eksistensi badan air di tapak. Konsep sirkulasi wisata pada tapak yang akan dikembangkan dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Sirkulasi primer yang direncanakan berupa jalur utama di dalam tapak yang menghubungkan sirkulasi di luar tapak dengan ruang penerimaan dan obyek rekreasi di dalam tapak. Sirkulasi sekunder pada tapak merupakan sirkulasi yang terdapat di setiap obyek wisata di dalam tapak. Konsep sirkulasi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 29 dan Gambar Konsep Wisata Konsep wisata pada tapak penelitian dibagi menurut aktivitas wisatanya menjadi wisata aktif dan wisata pasif. Wisata aktif yang dikembangkan adalah wisata edukatif yang melibatkan pengunjung berpartisipasi dalam kegiatan pertanian. Aktivitas wisata aktif yang dikembangkan pada tapak antara lain wisata edukasi rambutan, edukasi padi dan palawija, edukasi pemijahan ikan, belanja/panen buah rambutan, dan edukasi kerajinan anyaman lidi. Sedangkan wisata pasif yang dikembangkan merupakan rekreasi menikmati pemandangan lanskap alami yang aman dan nyaman. Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan antara lain, piknik, jalan-jalan, dan bermain Konsep Fasilitas dan Utilitas Fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan tapak dengan mengacu pada tujuan perencanaan tapak yakni menjadikan tapak sebagi tempat wisata pertanian yang edukatif. Pengembangan fasilitas pada tapak

86 70 28

87 71

88 72 diharapkan tidak mengganggu kondisi tapak yang ada dan dapat memberikan nilai fungsional. Pengadaan fasilitas pendukung wisata pada tapak memperhatikan kesesuaian bentuk, dapat memberikan nilai estetika, pemeliharaannya mudah, memberi kesan alami agar menyatu dengan karakter tapak. Fasilitas yang direncanakan antara lain fasilitas untuk beristirahat, fasilitas parkir, fasilitas untuk membersihkan diri, fasilitas untuk makan, fasilitas untuk bermain, dan fasilitas untuk beribadah. Pengadaan fasilitas pendukung pada tapak bertujuan untuk memberikan kemudahan, kelengkapan dan kenyamanan dalam kawasan agrowisata yang dikembangkan. Pengembangan kawasan menjadi tempat agrowisata didukung pula dengan pengadaan sarana utilitas yang dibutuhkan tapak. Sarana utilitas yang dikembangkan pada tapak adalah suplai aliran listrik, dan penyediaan air bersih Konsep Vegetasi Konsep vegetasi yang akan dikembangkan pada tapak dibagi menjadi tiga menurut fungsi yang diharapkan ada pada tapak, yaitu vegetasi produksi, vegetasi konservasi, serta vegetasi arsitektural dan estetika. Penjelasan konsep vegetasi secara spasial dapat dilihat pada Gambar 30 dan Gambar 32. a. Vegetasi Produksi Vegetasi yang menjadi obyek wisata yang dikembangkan pada tapak adalah rambutan, tanaman padi sawah, tanaman palawija, dan tanaman hias. Tanaman hias merupakan vegetasi introduksi yang akan dikembangkan pada tapak untuk menambah daya tarik wisatawan. Sedangkan tanaman padi sawah dan palawija merupakan tanaman eksisting pada tapak yang menjadi daya tarik wisata dengan jenis yang berubah mengikuti musim. Tanaman rambutan merupakan daya tarik utama pengembangan agrowisata pada tapak. b. Vegetasi Konservasi Vegetasi konservasi dalam perencanaan lanskap agrowisata Gedongjetis ini merupakan vegetasi yang dikembangkan pada dearah tepi sungai yang terletak di batas tapak sebelah utara dan selatan tapak. Pengadaan vegetasi konservasi ini untuk menjaga keseimbangan dan kenyamanan kawasan.

89 73 30

90 74 c. Vegetasi Arsitektural dan Estetika Vegetasi untuk tujuan estetika yang dikembangkan pada tapak adalah vegetasi yang dapat memberikan efek visual kawasan yang lebih baik sehingga dapat menarik perhatian wisatawan untuk berkunjung ke tapak dan memberikan kenyamanan pengunjung. Tanaman yang digunakan adalah tanaman yang berfungsi sebagai tanaman penyangga, tanaman penaung, tanaman pembatas, tanaman pengarah, dan tanaman display. 6.3 Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap merupakan tahap akhir dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil pengembangan konsep dalam bentuk block plan (Gambar 31). Tahap perencanaan menghasilkan gambar rencana lanskap (site plan) yang tersaji dalam Gambar 32 dan rencana tertulis. Perencanaan yang dilakukan diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas tapak dan membantu pemerintah dalam mengembangkan kawasan agrowisata pada tapak Rencana Ruang Rencana ruang pada tapak penelitian merupakan pengembangan dari konsep ruang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. Ruang yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi ruang wisata, ruang pendukung wisata, dan ruang konservasi. Penjabaran pembagian ruang pada tapak dapat dilihat pada Tabel 13 dan Gambar 32. Tabel 13. Rencana Pembagian Ruang No. Ruang Sub Ruang Luas (ha) Persentas e (%) Sawah Budi Daya 81,4 50,3 1. Wisata Tanah Bengkok 10,6 6,5 Kebun Rambutan 20 12,4 Obyek Wisata Umum 1,4 0,9 Pelayanan (Area Parkir) dan Penerimaan 0,1 0,1 2. Pendukung Wisata Permukiman Masyarakat 39,2 24,2 Perkantoran dan Prasarana Umum 1,8 1,2 3. Konservasi Konservasi Tepi Sungai 4,4 2,7 Konservasi Batas Tapak 2,8 1,7 Total Luas 161,7 100

91 75 31

92 Rencana Sirkulasi Rencana sirkulasi pada tapak dibagi menjadi sirkulasi primer dan sirkulasi sekunder. Pembagian jalur sirkulasi yang dikembangkan dan spesifikasinya dapat dilihat pada Tabel 14 dan Gambar 32. Sirkulasi primer merupakan sirkulasi utama dalam tapak yang berfungsi sebagai jalur utama masuk tapak dan sebagai penghubung antar ruang di dalam tapak. Sirkulasi primer yang dikembangkan terbuat dari jalan aspal yang dapat dilalui kendaraan bermotor untuk kemudahan akses pengunjung ke tapak. Selain itu, jalan aspal memberi kesan rapi dan tidak menyilaukan. Pemeliharaan untuk jalan aspal juga relatif murah dan mudah, tidak mudah berdebu dan cepat kering (Chiara dan Koppelman, 1994). Sirkulasi sekunder merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan jalur sirkulasi yang terdapat di dalam setiap obyek wisata. Sirkulasi sekunder dikembangkan dari jalan setapak yang tidak merusak kealamiahan tapak sehingga tidak menggunakan perkerasan, hanya berupa jalan setapak dari paving (con-blok) agar tidak merusak tanah di bawahnya. Jalur sirkulasi sekunder yang direncanakan pada tapak hanya diperuntukkan bagi pejalan kaki. Tabel 14. Rencana Sirkulasi No. Jenis Sirkulasi Bahan Dimensi Panjang (km) Lebar (m) 1. Primer Aspal 13, Sekunder Con-blok 1, Rencana Vegetasi Rencana vegetasi yang dikembangkan merupakan penjabaran lebih lanjut dari konsep vegetasi yang telah dijelaskan pada tahap pengembangan konsep. Jenis vegetasi alternatif yang dapat digunakan dapat dilihat pada Tabel 15 dan Gambar Vegetasi yang digunakan harus memenuhi fungsi yang diharapkan, yaitu fungsi produksi, konservasi, penyangga, peneduh, pengarah dan estetika. a. Vegetasi Produksi Vegetasi produksi yang dikembangkan pada tapak adalah rambutan, tanaman padi sawah, dan tanaman palawija. Jenis rambutan yang dikembangkan disesuaikan dengan jenis yang banyak dikembangkan masyarakat yakni jenis

93 77 Rapiah, Binjai, dan Silengkeng. Sedangkan tanaman palawija yang dikembangkan adalah jagung, kedelai, dan kacang tanah. b. Vegetasi untuk Konservasi Vegetasi yang direncanakan untuk memenuhi fungsi konservasi akan ditanam di sekitar mata air dan di tepi sungai untuk menjaga keberadaan badan air. Tanaman yang berfungsi untuk konservasi memiliki ciri-ciri antara lain, memiliki tipe perakaran yang dalam, tingkat penguapan yang rendah, toleran terhadap iklim, dan minim dalam pemeliharaannya. Tanaman yang ditanam di sepanjang tepi sungai adalah bambu (Bambusa vulgaris) dan tanaman yang ditanam di sekitar mata air adalah sukun (Artocarpus communis) serta sengon (Albizia moluccana). c. Vegetasi Pengarah Vegetasi pengarah yang direncanakan dapat berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi dan mengarahkan aliran angin, serta dapat pula sebagai peneduh. Tanaman yang dapat digunakan sebagai pengarah biasanya berupa tanaman perdu atau pohon yang memiliki ketinggian lebih dari 2 m. Tanaman yang digunakan sebagai pengarah ditanam secara massal atau berbaris, jarak tanam rapat, dan untuk tanaman perdu hendaknya digunakan tanaman yang daunnya berwarna hijau muda agar dapat terlihat pada malam hari. Tanaman pengarah yang dikembangkan akan ditanam di sepanjang jalur jalan di dalam tapak yakni menggunakan tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra) dan kayu manis (Cinnamomum burmanii), dan sepanjang jalur dari gerbang masuk hingga ruang penerimaan menggunakan tanaman pinang (Areca catechu) sebagai pengarah. d. Vegetasi Penyangga dan Peneduh Vegetasi penyangga dapat berfungsi sebagai pembatas antara tapak dengan kawasan luar tapak, dapat berfungsi sebagai penahan angin, konservasi tanah dan air, menjaga keseimbangan ekologi, sebagai pengatur kelembaban, dan sebagai habitat satwa. Tanaman yang berfungsi sebagai penyangga menurut Nurisjah (1991) memiliki ciri-ciri, bertajuk rindang untuk menghasilkan keteduhan optimum, tipe perakaran tidak dangkal, tidak berbuah besar dan menarik, dan besar pohon tidak merusak sarana yang ada. Tanaman penyangga batas kawasan ditanam satu baris, tanaman yang digunakan untuk penahan angin adalah tanaman

94 78 biola cantik (Ficus lyrata) yang ditanam di batas tapak bagian utara, selatan, dan timur setelah baris tanaman konservasi sungai. Sedangkan tanaman pembatas kawasan yang ditanam pada batas tapak sebelah barat adalah mahoni (Swietenia mahogani). Tanaman yang sebagai peneduh tempat parkir berfungsi untuk mengendalikan iklm mikro dan melunakkan perkerasan adalah tanaman yang dapat memberikan keteduhan dan naungan yang tidak penuh, tahan terhadap polutan kendaraan, tahan kering dan gangguan fisik lain, pertumbuhan tidak menyemak, tidak mudah patah dan tidak mengotori lahan parkir, buah tidak terlalu besar, ketinggian percabangan minimal 2,5 m dari permukaan tanah, perakaran tidak merusak perkerasan. Tanaman yang digunakan sebagai peneduh tempat parkir adalah pohon salam (Syzygium polyanthum) dan tanaman semak pada batas tempat parkir dengan jalan yaitu lidah mertua (Sansievera trifasciata Laurentii ) dan bugenvil (Bougainvillea spectabilis). Tanaman peneduh pada obyek wisata dalam tapak menggunakan tanaman antara lain klengkeng (Nephellium longanum) dan sawo kecik (Manilkara kauki). e. Vegetasi Estetika Vegetasi estetika yang direncanakan pada tapak berfungsi untuk menciptakan suasana indah pada tapak. Keindahan yang diciptakan dapat diperoleh dari keunikan tanaman baik daun atau keseluruhan bagian tanaman, dari tipikal konfigurasi vegetasi secara linier atau geometrik pada ruang penerimaan dan ruang pelayanan pada tapak. Tanaman dengan fungsi estetika akan dikembangkan pada ruang penerimaan, ruang pelayanan, dan taman-taman. Tanaman yang digunakan adalah tanaman ground cover dan semak, antara lain serai wangi (Cymbopogon narsus), pandan variegata (Pandanus pygmaeus), dan tapak dara (Vinca rosea).

95 79 Tabel 15. Rencana Vegetasi No. Nama Lokal Nama Latin Fungsi Konservasi Pengarah Penyangga Estetika TANAMAN PENUTUP TANAH dan SEMAK Rumput Paetan 1. Mini Axonopus compressus 'Dwarf' 2. Krokot Althernantera paronychioides 3. Bugenvil Bougainvillea spectabilis 4. Serai Wangi Cymbopogon narsus 5. Simbang Darah Excocaria bicolor 6. Kemuning Murraya paniculata 7. Kumis Kucing Orthosiphon aristatus 8. Pandan Wangi Pandanus amarylifolia 9. Pandan Variegata Pandanus pygmaeus 10. Adam Hawa Rhoeo discolor 11. Lidah Mertua Sansievera trifasciata 'Laurentii' 12. Tapak Dara Vinca rosea TANAMAN POHON 1. Sengon Albizia moluccana 2. Pinang Areca catechu 3. Sukun Artocarpus communis 4. Bambu Bambusa vulgaris 5. Kayu Manis Cinnamomum burmanii 6. Biola Cantik Ficus lyrata 7. Sawo Kecik Manilkara kauki 8. Kayu Putih Melaleuca leucadendra 9. Klengkeng Nephellium longanum 10. Mahoni Swietenia mahogani 11. Salam Syzygium polyanthum Rencana Aktivitas Wisata Aktivitas wisata yang dikembangkan pada tapak dibagi menjadi aktivitas wisata aktif dan aktivitas wisata pasif seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada bagian konsep wisata. Aktivitas wisata aktif dikembangkan dengan mengenalkan wisatawan pada kegiatan pertanian mulai dari pengenalan jenis vegetasi yang ditanam, proses penanaman, pemeliharaan, hingga proses pemanenan pada pertanian padi sawah, pertanian palawija, pertanian rambutan, dan perikanan. Wisatawan juga diajak untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan tersebut. Selain ikut berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dan perikanan, wisatawan juga dikenalkan dan dapat ikut belajar untuk membuat kerajinan anyaman lidi. Aktivitas wisata pasif yang dikembangkan adalah berpiknik, jalan-jalan, dan bermain. Aktivitas berpiknik dapat dilakukan di bawah kerindangan kebun

96 80 rambutan yang akan lebih menarik apabila musim panen rambutan, atau dapat pula dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan hamparan rumput dengan beberapa pohon peneduh. Aktivitas jalan-jalan dapat dilakukan dengan berkeliling desa menikmati pemandangan Desa Gedongjetis atau juga dapat dilakukan dengan menyusuri pematang sawah yang disediakan saung di beberapa titik untuk tempat istirahat. Dan aktivitas bermain dapat dilakukan pada obyek wisata umum yang telah disediakan berupa hamparan rumput Rencana Fasilitas dan Utilitas Rencana fasilitas yang dikembangkan pada tapak disesuaikan dengan kebutuhan fasilitas pada tapak dengan memanfaatkan potensi yang ada. Fasilitas yang direncanakan bertujuan untuk mendukung kegiatan yang dikembangkan pada tapak dan mendukung tujuan perencanaan pada tapak. Fasilitas yang direncanakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar Tabel 16. Rencana Fasilitas No. Jenis Fasilitas Ukuran Satuan Jumlah RUANG PENERIMAAN dan PELAYANAN 1. Pintu Gerbang 10 x 4 x 1 m 1 2. Loket Tiket 4 x 6 m 1 3. Area Parkir Kebun 80 dan 100 m² 6 RUANG WISATA UMUM 1. Sawah Demo Budidaya 670 m² 2 2. Joglo (Aula Berkumpul) 120 m² 1 3. Pusat Hasil Produksi Pertanian 120 m² 3 4. Kolam Ikan 200 m² 5 5. Saung Belajar Anyaman 250 m² 2 6. Pusat Penjualan Tanaman Hias 600 m² 1 7. Area Piknik dan Bermain 300 m² 5 8. Ruang Pengelola 20 m² 2 9. Saung (Gazebo) 13 m² Pos Keamanan 20 m² 5 9. Mushola 25 m² Kantin 30 m² Toilet 20 m² 6 Rencana fasilitas yang dikembangkan pada ruang penerimaan adalah pintu gerbang dan loket tiket. Pintu gerbang merupakan gapura masuk tapak yang menjadi penanda tapak dari akses luar tapak. Gapura ini berada pada batas tapak sebelah barat yang tepat berada di tepi jalan raya lintas Klaten-Boyolali, sehingga

97 81 memudahkan wisatawan untuk menemukan keberadaan tapak. Setelah wisatawan melewati pintu gerbang akan menemui loket tiket masuk tapak. Pada loket tiket ini wisatawan akan diminta retribusi masuk tapak dan akan diperoleh informasi singkat mengenai tapak. Rencana fasilitas pelayanan pada tapak untuk mendukung kenyamanan wisatawan dikembangkan pada obyek wisata umum dan adapula yang tersebar di beberapa titik pada tapak. Fasilitas pelayanan yang direncanakan pada obyek wisata umum adalah area parkir, pos keamanan (pos satpam), joglo sebagai aula berkumpul, toilet, kantin, mushola, dan ruang pengelola. Rencana fasilitas pelayanan yang tersebar di beberapa titik tapak adalah area parkir. Area parkir yang tersebar ini untuk memberikan kemudahan parkir wisatawan. Area parkir ini juga dimaksudkan untuk menjaga kelancaran sirkulasi pada tapak, sehingga dapat menjaga kenyamanan wisatawan pada waktu berwisata. Rencana fasilitas pada ruang wisata umum merupakan fasilitas yang dikembangkan pada obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya, obyek saung belajar anyaman dan pusat hasil produksi pertanian, serta fasilitas pada sawah dan kebun. Fasilitas yang dikembangkan obyek sawah demo budidaya dan kolam demo budidaya adalah petakan sawah untuk demo budidaya padi sawah, petakan sawah untuk demo budidaya palawija, beberapa kolam untuk demo budidaya ikan dari proses pemijahan hingga menjadi ikan siap konsumsi, serta hamparan rumput untuk piknik, bermain, dan outbound (Gambar 33). Fasilitas yang dikembangkan pada obyek saung anyaman dan pusat hasil produksi pertanian adalah saung untuk belajar kerajinan anyaman lidi, pusat penjualan tanaman hias, pusat hasil produksi pertanian, pusat hasil produksi peternakan, pusat hasil kerajinan, dan hamparan rumput untuk piknik (Gambar 34). Fasilitas yang dikembangkan pada sawah dan kebun adalah saung (gazebo) sebagai tempat beristirahat wisatawan ketika berjalan-jalan melewati pematang, dan dapat pula sebagai tempat untuk menikmati pemandangan dan photo hunting. Utilitas yang direncanakan pada penelitian ini meliputi penyediaan air bersih dan suplai aliran listrik. Penyediaan air bersih dapat dipenuhi dengan pengadaan sumur bor pada obyek wisata umum. Sedangkan suplai aliran listrik diperoleh dari PLN Kecamatan Tulung yang terdapat pada tapak sebelah barat.

98

99 83

100 84

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Lanskap Perencanaan lanskap adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data, memproyeksikan masa depan, mengidentifikasi masalah dan memberi pendekatan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Morfologi Tanaman Buah Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Morfologi Tanaman Buah Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Morfologi Tanaman Buah Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS

BAB V ANALISIS DAN SINTESIS BAB V ANALISIS DAN SINTESIS 5.1 Aspek Fisik 5.1.1 Luas, Letak, dan Aksessibilitas Tapak Penelitian Kawasan Gedongjetis berada di kawasan pedesaan yang sejuk dan sedikit tercemar polusi dari kendaraan bermotor.

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi studi

Gambar 2 Peta lokasi studi 15 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di Kebun Anggrek yang terletak dalam areal Taman Kyai Langgeng (TKL) di Jalan Cempaka No 6, Kelurahan Kemirirejo, Kecamatan Magelang Tengah,

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta)

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Desa Mulo, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta (Sumber: Triple A: Special Province of Yogyakarta) BAB III METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai lanskap kawasan ekowisata karst ini dilakukan di Lembah Mulo, Desa Mulo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A34204040 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek

RINGKASAN. mendukung keberadaan Taman Laut Banda dengan mempertimbangkan aspek RINGKASAN MAISNUN ALBAAR. A 3 1.0655. PERENCANAAN LANSKAP PULAU KECIL. BANDA NAIRA - MALUKU SEBAGAI KAWASAN WISATA. (Di bawah bimbiugan Bapak Bambang Sulistyantara). Studi hi bertujuan membuat rencana

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google)

METODOLOGI. Gambar 2. Peta orientasi lokasi penelitian (Sumber: diolah dari google) METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai perencanaan lanskap agrowisata berkelanjutan ini dilakukan di Desa Sukaharja dan Desa Tajurhalang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata Secara etimologi kata rekreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu recreation yang merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan creation yang berarti

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN

BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN BAB VI KONSEP DAN PERENCANAAN 6.1 Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan lanskap di desa Gedongjetis adalah menjadikan kawasan sebagai tempat wisata pertanian dengan obyek wisata utamanya kebun rambutan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA 14 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian inii dilakukan di Sentul City yang terletak di Kecamatan Babakan Madang dan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Gambar

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A

PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON NATSEPA RESORT DAN SPA, AMBON DWI RETNO HANDAYANI A34203044 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERANCANGAN LANSKAP ASTON AMBON

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak 12 BAB III METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Studi ini dilaksanakan pada wilayah pemakaman Tanah Kusir di jalan Bintaro Raya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Tapak yang berada di sebelah timur Kali Pesanggrahan

Lebih terperinci

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Bagi bangsa Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditi perdagangan yang memiliki

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber :

Gambar 3.1 : Peta Pulau Nusa Penida Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Sakti Pulau Nusa Penida Provinsi Bali. Untuk lebih jelas peneliti mencantumkan denah yang bisa peneliti dapatkan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008.

METODOLOGI. Gambar 6 Peta lokasi penelitian. Sumber: www. wikimapia.com 2010 dan BB Litbang Sumber Daya Lahan, 2008. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian berlokasi di Yayasan Pengembangan Insan Pertanian Indonesia (YAPIPI) yang secara administratif berlokasi di Kp. Bojongsari RT 03 RW 05 Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur

METODOLOGI. Peta Jawa Barat. Peta Purwakarta Peta Grama Tirta Jatiluhur. Gambar 2. Peta lokasi penelitian, Kawasan Wisata Grama Tirta Jatiluhur 16 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Grama Tirta Jatiluhur, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, Propinsi Jawa Barat (Gambar 2 dan 3). Penelitian berlangsung

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli Lokasi penelitian adalah di kawasan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Mei - Juli 2014. Lokasi penelitian adalah di kawasan hutan mangrove pada lahan seluas 97 ha, di Pantai Sari Ringgung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN Kerangka kajian yang digunakan dalam proses perancangan Hotel Resort Batu ini secara umum, diuraikan dalam beberapa tahap antara lain: 3.1 Pencarian Ide/Gagasan Tahapan kajian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Studi

Gambar 2. Lokasi Studi 17 III. METODOLOGI 3.1. Lokasi Studi Studi ini berlokasi di Kawasan Sungai Kelayan di Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan. Sungai Kelayan terletak di Kecamatan Banjarmasin Selatan (Gambar 2).

Lebih terperinci

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata didefinisikan sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan baik itu alam pegunungan (pedesaan), alam bawah laut, maupun pantai.

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SINTESIS

BAB V ANALISIS SINTESIS BAB V ANALISIS SINTESIS 5.1 Aspek Fisik dan Biofisik 5.1.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Tapak terletak di bagian Timur kompleks sekolah dan berdekatan dengan pintu keluar sekolah, bangunan kolam renang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Kawasan Wisata Perencanaan merupakan suatu bentuk alat yang sistematis yang diarahkan untuk mendapatkan tujuan dan maksud tertentu melalui pengaturan, pengarahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 3. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi mengenai perencanaan lanskap jalur interpretasi wisata sejarah budaya ini dilakukan di Kota Surakarta, tepatnya di kawasan Jalan Slamet Riyadi. Studi ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk dan sifat kegiatan yang ditawarkan. Perkembangan ini menuntut agar industri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 12 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE Penelitian di lapang berlangsung dari April 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian ini berlokasi di Kawasan Industri Karawang International

Lebih terperinci

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah Menurut Penggunaan lahan Utama Tahun 2009 2011... 2 Tabel SD-1B. Topografi Kota Surabaya...

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya

II. TINJAUAN PUSTAKA. desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Lingkup Arsitektur Lansekap Lansekap sebagai gabungan antara seni dan ilmu yang berhubungan dengan desain taman dengan menggunakan tanaman hias sebagai komponennya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari BAB III METODE PERANCANGAN Kajian perancangan ini adalah berupa penjelasan dari proses merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang sifatnya sudah berkembang dan sudah mendunia. Indonesia sendiri merupakan negara dengan potensi pariwisata yang sangat tinggi. Pemerintah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci