Bab IV Hasil Dan Pembahasan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab IV Hasil Dan Pembahasan"

Transkripsi

1 Bab IV Hasil Dan Pembahasan IV.1 Gambaran Umum Daerah Aliran Sungai Kaligarang IV.1.1 Lokasi Sungai Kaligarang Secara administrasi Sungai Kaligarang terletak di wilayah Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Sungai Kaligarang mengalir dari bagian hulu di Kabupaten Semarang ke bagian hilir di Kota Semarang. Induk Kaligarang yang bersumber dari hutan di pegunungan Ungaran mengalir ke arah utara, bergabung dengan beberapa anak sungai menuju ke muara yaitu di laut Jawa yang masih termasuk Kota Semarang. Anak sungainya cukup banyak, berbentuk seperti ranting pohon yang disebut pola air dendritik. Anak sungai tersebut antara lain adalah Sungai Blimbing, Sungai Kreo, Sungai Kripik dan Sungai Kranji. Sungai Kaligarang memiliki panjang total 34 km dengan luas daerah pengaliran (catchment area) 4 km 2. Debit air Sungai Kaligarang bervariasi. Pada saat musim kemarau debitnya sangat kecil yaitu 2,75 m 3 / detik, sedangkan pada musim hujan debit maksimumnya 34,5 m 3 / detik (Bapedal Jawa Tengah, 7). Sungai Kaligarang memiliki aliran yang cukup deras, derasnya aliran merupakan akibat dari kemiringan dasarnya yang relatif besar. Pada pertemuan dengan anak Sungai Kreo dan Kripik di Desa Pegandan (daerah Tugu Suharto), terbentuk lembah sungai yang mulai melebar dan melandai. Sehingga hal ini akan membuat daerah sekitarnya menjadi daerah luapan banjir. Sungai Kaligarang berfungsi sebagai salah satu sumber air baku bagi Perusahaan Air Minum (PDAM) Kota Semarang. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali banjir dan penggelontoran kota melalui Kali Semarang yang intakenya berada tepat di sisi kanan Bendung Simongan yang melintang di tengah Sungai Kaligarang. 45

2 IV.1.2 Aktivitas di Sekitar Sungai Kaligarang Aktivitas di sekitar induk Sungai Kaligarang di bagian hulu adalah pertanian. Airnya cukup jernih, beberapa penduduk memanfaatkan untuk mandi dan cuci. Industri yang membuang air limbahnya di sekitar daerah ini adalah industri keramik PT. Ratu Keramik dan pelapisan logam PT. Raja Besi. Di dekat bagian hulu Sungai Kreo terdapat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang yang merupakan tempat pembuangan sampah Kota Semarang. Tepatnya TPA Jatibarang ini berada di Desa Jatibarang. Ada kemungkinan pada musim hujan, leachate dan timbunan sampah akan masuk ke Sungai Kaligarang. Setelah bergabung dengan Sungai Kreo, Sungai Kripik, Sungai Kranji dan Sungai Blimbing di Desa Pajangan (Tugu Suharto) debit Sungai Kaligarang menjadi besar. Aktifitas yang ada di lokasi tersebut adalah penambangan pasir, pemukiman, pertanian dan kegiatan industri. Industri tersebut antara lain: PT. Semarang Makmur, PT. ISTW, PT. Kimia Farma, PT. Phapros, PT. Aldas, PT. Semarang Panca Jaya, PT. Damaitex dll. Di lokasi tersebut air Sungai Kaligarang digunakan sebagai sumber air baku oleh PDAM Kota Semarang untuk memenuhi kebutuhan air penduduk Kota Semarang. Di bagian hilir terdapat aktifitas perikanan dan lalu lintas perahu nelayan pencari ikan. Tabel IV.1 Industri-Industri yang Ada di Sekitar Sungai Kaligarang No Nama Industri Jenis Industri PT. Alam Daya Sakti PT. Damaitex PT. ISTW PT. Kimia Farma PT. Phapros PT. Raja Besi PT. Semarang Makmur PT. Sinar Panca Jaya Sumber: Bapedal Provinsi Jawa Tengah (7) Ubin Tekstil Galvanisasi Minyak goreng Farmasi Galvanisasi Galvanisasi Tekstil 46

3 IV.1.3 Peruntukan Sungai Kaligarang Sungai Kaligarang sudah ditentukan peruntukannya melalui SK. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah No. 66.1/28/1/199 tanggal 1 Juni 199. Menurut SK tersebut peruntukan Sungai Kaligarang adalah sebagai berikut: Air Sungai Kaligarang dari hulu sampai Bendung Simongan (Plered) ditetapkan sebagai air golongan B. Air Sungai Kaligarang dari Bendung Simongan (Plered) sampai muara ditetapkan sebagai air golongan C. Akan tetapi sejak dikeluarkannya PP No. 82 tahun 1 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, peruntukan Sungai Kaligarang belum ditetapkan kembali. Maka sebagai tolok ukur digunakan baku mutu air Kelas II. Khusus untuk lokasi yang digunakan sebagai sumber air baku PDAM Kota Semarang digunakan baku mutu Kelas I. IV.1.4 Kualitas Air Sungai Kaligarang Sungai Kaligarang Semarang merupakan salah satu sungai di Jawa Tengah yang masuk ke dalam Program Kali Bersih (Prokasih) yang dilaksanakan oleh Bapedal Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu tiap tahun selalu dilakukan pemantauan terhadap kualitas air Sungai Kaligarang. Lokasi pemantauan di DAS Kaligarang ada 5 (lima) titik yaitu: KG 1 (jembatan Jl. Pramuka), KG 2 (Desa Tinjomoyo), KG 3 (Tugu Suharto), KG 4 (Bendung Simongan) dan KG 5 (di bawah rel ka Jl. Madukoro). Selama tahun 6 pemantauan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada bulan Mei dan Agustus. Hasil pemantauan kualitas air Sungai Kaligarang di titik KG 4 (Bendung Simongan) yang dilakukan oleh Bapedal Provinsi Jawa Tengah selama tahun 6 dapat dilihat pada tabel berikut ini. 47

4 No Parameter Satuan Tabel. IV.2 Kualitas Air Sungai Kaligarang Baku Mutu Hasil Analisa PP No. 82/1 Mei Agustus Kelas II 1. ph - 6,73 8, BOD mg/l 2,765 5, COD mg/l 18,3 25, DO mg/l 7,1 4, Total Fosfat sebagai P mg/l,79,475,2 6. Kadmium mg/l <,5,11,1 7. Tembaga mg/l,38 <,5,2 8. Nitrit sebagai N (NO 2 ) mg/l,253,5,6 9. Belerang sebagai H 2 S mg/l,16,9,2 1. fenol µg/l 1,, 1 Sumber: Bapedal Provinsi Jawa Tengah (6) Pemantauan kualitas air Sungai Kaligarang di titik KG 4 (Bendung Simongan) pada tahun 6 yang dilakukan pada bulan Mei menunjukkan ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu dengan mengacu pada PP No. 82/1 untuk baku mutu air kelas II. Parameter-parameter tersebut antara lain adalah: Tembaga, Nitrit, H 2 S dan Fenol. Sedangkan untuk pemantauan yang dilakukan bulan Agustus 6 juga menunjukkan beberapa parameter yang masih melebihi baku mutu air kelas II. Parameter tersebut antara lain adalah: BOD, COD, Kadmium, Sulfida, Fenol dan Fosfat. Pemantauan kualitas air Sungai Kaligarang pada tiap tahun menunjukkan adanya parameter yang selalu tidak memenuhi syarat yaitu: BOD, COD dan Fenol. Sedangkan parameter yang kadang-kadang melebihi baku mutu adalah Fosfat, Nitrit dan Sulfida. Tingginya parameter BOD, COD dan Fenol mengindikasikan bahwa buangan dari kegiatan pemukiman juga memberikan andil besar terhadap penurunan kualitas air Sungai Kaligarang selain dari buangan industri. Sedangkan tingginya parameter logam berat seperti Krom, Tembaga dan Kadmium selain berasal dari buangan industri galvanisasi juga berasal dari limpasan lindi TPA Jatibarang. 48

5 IV.2 Reliabilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Konsep reliabilitas adalah seberapa besar tingkat konsistensi alat ukur untuk memberikan hasil yang sama dalam mengukur hal dan subyek yang sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi yaitu pengukuran yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliabel). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Teknik perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach. Nilai Alpha Cronbach dapat diinterpretasikan sebagai suatu koefisien korelasi dengan nilai alpha berkisar dari sampai dengan 1. Nilai koefisien yang mendekati 1 menunjukkan konsistensi yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan, keseluruhan item pada kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach yang memenuhi syarat. Nilai reliabilitas masing-masing item pertanyaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel IV.3 Nilai Reliabilitas Berdasarkan Koefisien Alpha Cronbach Variabel Penelitian Sikap masyarakat terhadap pelestarian Sungai Kaligarang Persepsi masyarakat terhadap kualitas air Sungai Kaligarang Stewardship Value Bequest Value Existence Value Indirect Value Materi Pertanyaan Kondisi air Sungai Kaligarang kotor Sungai Kaligarang menimbulkan bau Banyak sampah di sekitar Sungai Kaligarang Ketergangguan masyarakat dengan kondisi Sungai Kaligarang Nilai Alpha Cronbach,642,614 49

6 IV.3 Profil Responden Total reponden sebanyak kepala keluarga dari rumah tangga yang ada di Kelurahan Barusari. Data umum responden meliputi nama dan alamat responden. Tujuan pencantuman nama dan alamat responden ini adalah agar tidak terjadi pengulangan responden. Berikut ini adalah profil dari responden pada penelitian ini. 1. Usia dan Jenis Kelamin Komposisi responden wanita sebanyak 48% dan responden laki-laki sebanyak 52%. Sebanyak 3% responden berada pada rentang usia di atas 5 tahun, 29% berada pada rentang usia -5 tahun, 29% berada pada rentang usia 3- tahun dan 12% berada pada rentang usia -3 tahun. 8 6 Komposisi Jenis Kelamin Responden 52 % 48 % Laki-laki jenis kelamin Perempuan Gambar IV.1 Komposisi Jenis Kelamin Responden 8 6 Komposisi Usia Responden 29 % 12 % 29 % 3 % < tahun -3 tahun 3- tahun -5 tahun > 5 tahun Usia Gambar IV.2 Komposisi Usia Responden 2. Tingkat Pendidikan Di dalam penelitian ini sebanyak 39% responden memiliki latar belakang pendidikan SMU/ sederajat. Sedangkan 38% responden memiliki tingkat pendidikan di bawah SMU (17% SLTP, 18% SD dan 3% tidak sekolah). 5

7 Sedangkan untuk perguruan tinggi/ akademi sebanyak 23% responden. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden di dalam penelitian ini memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik karena mendapatkan pendidikan tingkat lanjut yaitu SMU/ sederajat dan perguruan tinggi/ akademi sebanyak 62% % Komposisi Tingkat Pendidikan Responden 18 % 17 % 39 % Tidak Sekolah SD SLTP SMU/ sederajat 23 % Perguruan Tinggi Pendidikan Gambar IV.3 Komposisi Tingkat Pendidikan Responden 3. Pekerjaan Sebanyak 36% responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta/ perdagangan. Sedangkan 33% responden memiliki pekerjaan lain-lain. Pekerjaan lain-lain ini meliputi antara lain: pensiunan (11%), ibu rumah tangga (17%) dan serabutan (5%). Komposisi Pekerjaan Responden % PNS/ TNI/ POLRI 36 % Wirasw asta/ Perdagangan 7 % Buruh pabrik/ industri 16 % Karyaw an sw asta 33 % lainnya Pekerjaan Gambar IV.4 Komposisi Pekerjaan Responden 4. Tingkat Penghasilan Komposisi tingkat penghasilan responden paling banyak adalah pada tingkat penghasilan sebesar Rp.1..-Rp.1.5. yaitu sebanyak 51

8 31%. Sedangkan untuk penghasilan yang lebih tinggi yaitu Rp Rp.. sebanyak 19%, tingkat penghasilan Rp..- Rp.2.5. sebanyak 9%, tingkat penghasilan Rp Rp.3. sebanyak 3% dan tingkat penghasilan di atas Rp. 3. sebanyak 4%. Komposisi Penghasilan Responden % 22 % < 5. Rp Rp % Rp. 1.. Rp % Rp Rp. 2.. Penghasilan 9 % 3 % Rp. 2.. Rp Rp Rp % > Rp. 3.. Gambar IV.5 Komposisi Tingkat Penghasilan Responden 5. Jumlah Anggota Keluarga Sebanyak 56% responden di dalam penelitian ini memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak 4-7 orang. Untuk jumlah anggota keluarga 1-3 orang sebanyak 42% dan untuk jumlah anggota keluarga 8-11 orang sebanyak 2%. Komposisi Jumlah Anggota Keluarga % 42% 2% 1-3 orang 4-7 orang 8-11 orang Keluarga Gambar IV.6 Komposisi Jumlah Anggota Keluarga Responden 6. Pengeluaran Tingkat pengeluaran responden yang paling banyak berada pada kisaran Rp..-Rp.1.5. yaitu sebanyak 32% responden. Sedangkan untuk tingkat pengeluaran sebesar Rp.5.-Rp.. sebanyak 52

9 26% responden. Untuk responden dengan tingkat pengeluaran di atas Rp.1.5. sebanyak %. Pada umumnya besar tingkat pengeluaran responden akan sebanding dengan tingkat penghasilan yang dimiliki oleh responden. Komposisi Pengeluaran Responden 8 6 1% 21% 26% 32% % < Rp.. Rp.. Rp. 5. Rp. 5. Rp. 1.. Pengeluaran Rp. 1.. Rp > Rp Gambar IV.7 Komposisi Tingkat Pengeluaran Responden 7. Lama Tinggal dan Status Kepemilikan Rumah Sebanyak 62% responden memiliki lama tinggal di Kelurahan Barusari ini lebih dari tahun. Lama tinggal 1- tahun sebanyak 16%. Sedangkan banyaknya responden yang tinggal di Kelurahan Barusari selama kurang dari 1 tahun adalah sebanyak 22%. Untuk status kepemilikan rumah sebanyak 89% responden dalam penelitian ini memiliki status kepemilikan rumah milik sendiri. Sedang untuk responden yang menyewa/ kontrak hanya 11%. 8 6 Komposisi Lama Tinggal Responden 62 % 11 % 1 % 16 % 1 % < 1 tahun 1 5 tahun 5 1 tahun 1 tahun > tahun Lama Tinggal Gambar IV.8 Komposisi Lama Tinggal Responden 53

10 8 6 Komposisi Status Tempat Tinggal Responden 89 % 11 % Milik sendiri Sew a/ kontrak Dinas Status tempat tinggal Gambar IV.9 Komposisi Status Kepemilikan Rumah Responden IV.4 Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Sungai Kaligarang Sikap dan perilaku masyarakat terhadap Sungai Kaligarang perlu untuk diketahui agar dapat dieksplorasi pemikiran tiap-tiap individu terhadap kondisi air Sungai Kaligarang. Pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap masyarakat terhadap Sungai Kaligarang yang ada di dalam kuesioner didesain sedemikian rupa agar dapat mengungkapkan sebanyak mungkin motif-motif yang mendasari perlunya pelaksanaan usaha konservasi sungai. Dari beberapa pertanyaan dalam kuesioner akan dapat diketahui penggunaan Sungai Kaligarang oleh responden, termasuk juga persepsi dan pengetahuan responden terhadap pencemaran air Sungai Kaligarang. IV.4.1 Sikap Masyarakat terhadap Konservasi Sungai Kaligarang Untuk mengetahui motif-motif yang dimiliki oleh responden terhadap usaha konservasi Sungai Kaligarang, diberikan empat buah pertanyaan kepada responden. Responden diminta untuk memberikan pendapatnya terhadap beberapa pernyataan yang mewakili masing-masing motif perlunya usaha konservasi Sungai Kaligarang. Pernyataan-pernyataan tersebut antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pencemaran yang terjadi di Sungai Kaligarang adalah masalah yang penting meskipun sungai tersebut tidak pernah digunakan sama sekali oeh anda maupun oleh orang lain (Stewardship value) (Q12). 2. Kita memiliki tanggung jawab menjaga Sungai Kaligarang untuk kepentingan generasi yang akan datang (Bequest value) (Q13). 54

11 3. Jumlah ikan yang ada di Sungai Kaligarang tiap tahun senantiasa berkurang, menurut anda apakah ini merupakan suatu masalah yang cukup serius? (Existence value) (Q14). 4. Sungai Kaligarang yang bersih dan nyaman akan menarik pengunjung untuk wisata/ rekreasi air sehingga hal ini akan membuka adanya peluang ekonomi/ bisnis (Indirect value) (Q15). IV Stewardship Value Pernyataan (Q12) dalam kuesioner merefleksikan stewardship value yang timbul dari adanya kepercayaan/ keyakinan bahwa manusia harus menjaga kelestarian lingkungannya meskipun sungai tidak dimanfaatkan sama sekali oleh dirinya maupun orang lain. Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 71% responden memiliki motif stewardship value sebagai alasan perlunya dilakukan konservasi Sungai Kaligarang. Karena mereka menganggap bahwa sungai yang tercemar merupakan masalah yang penting meskipun tidak dimanfaatkan sama sekali. Sedangkan sebanyak 21% responden tidak memiliki motif ini. Responden tersebut beranggapan bahwa pelestarian/ konservasi Sungai Kaligarang tidak perlu dilakukan bila sungai tersebut tidak dimanfaatkan sama sekali. a. "Pencemaran Sungai Kaligarang masalah yang Penting Meskipun Tidak Pernah Digunakan Sama Sekali oleh Anda atau Orang Lain (Stewardship Value )" Tidak 21% Tidak Tahu 8% Ya 71% Gambar IV.1 Distribusi Stewardship Value Responden 55

12 Hubungan antara Usia Responden dan Stewardship Value tahun n= tahun n= tahun n=29 Usia Responden 6 >5 tahun n= Hubungan antara Pendidikan Responden dan Stewardship Value Sekolah Dasar n= SLTP/ Sederajat n= SLTA/ Sederajat n=39 Pendidikan Responden Perguruan Tinggi n= 23 Gambar IV.11 Hubungan antara Stewardship Value dan Latar Belakang Responden Pada grafik hubungan antara motif stewardship value dengan usia responden menunjukkan bahwa kelompok usia responden yang paling banyak memiliki motif ini sebagai alasan dalam mendukung upaya pelestarian Sungai Kaligarang adalah pada kelompok usia -3 tahun yaitu sebanyak 83,33%. Semakin tua umur responden motif stewardship value ini akan semakin berkurang. Bila dilihat pada grafik hubungan antara motif stewardship value dengan pendidikan responden menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka kesadaran responden untuk melestarikan Sungai Kaligarang berdasarkan motif stewardship value ini semakin besar. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi kesadaran responden untuk melestarikan sungai juga tinggi karena responden beranggapan bahwa melestarikan sungai merupakan kewajiban meskipun sungai tersebut tidak pernah dimanfaatkan sama sekali oleh responden maupun oleh orang lain. IV Bequest Value Pernyataan (Q13) dalam kuesioner mewakili bequest value sebagai salah satu motif/ alasan perlunya dilakukan konservasi sungai. Bequest value beranggapan bahwa konservasi sungai perlu dilakukan untuk kepentingan generasi yang akan datang. Survei yang dilakukan menunjukkan bahwa sebanyak 95% responden memiliki motif bequest value ini sebagai alasan perlunya dilakukan konservasi Sungai Kaligarang. Hal ini menunjukkan bahwa motif ini cenderung kuat sebagai alasan bagi responden dalam mendukung upaya konservasi Sungai Kaligarang. Hanya 1% saja yang tidak memiliki motif ini. Sedangkan sisanya 4% responden 56

13 merasa ragu-ragu dengan motif ini sebagai alasan perlunya dilakukan konservasi Sungai Kaligarang. b. "Kita Wajib Menjaga Sungai Kaligarang untuk Kepentingan Generasi yang Akan Datang (Bequest Value) " Tidak Tahu 4% Tidak 1% Ya 95% Gambar IV.12 Distribusi Bequest Value Responden Hubungan antara Usia Responden dan Bequest Value -3 tahun n= tahun n= tahun n=29 9 >5 tahun n= Tidak Sekolah n=3 Hubungan antara Pendidikan Responden dan Bequest Value Sekolah Dasar n=18 SLTP/ Sederajat n=17 SLTA/ Sederajat n=39 Perguruan Tinggi n= 23 Usia Responden Pendidikan Responden Gambar IV.13 Hubungan antara Bequest Value dan Latar Belakang Responden Responden dengan kelompok usia -3 tahun pada penelitian ini semuanya memiliki motif bequest value dalam mendukung upaya pelestarian Sungai Kaligarang. Kelompok responden yang paling sedikit memiliki motif ini ada pada kelompok usia di atas 5 tahun yaitu sebanyak 9%. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan responden, ternyata semakin tinggi pendidikan responden menunjukkan hasil yang sangat signifikan terhadap adanya motif bequest value ini. Responden pada kelompok pendidikan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi semua menyatakan setuju dengan motif bequest value ini. Hal ini disebabkan karena dengan pendidikan yang cukup tinggi, kesadaran responden bahwa Sungai Kaligarang harus dijaga kelestariannya untuk kepentingan masa depan generasi yang akan datang juga akan sangat tinggi. 57

14 IV Existence Value Pernyataan (Q14) berhubungan dengan existence value, yaitu suatu nilai yang menyatakan bahwa usaha konservasi sungai perlu dilakukan untuk melindungi ekosistem yang ada di sungai seperti ikan dan tanaman air. Dimana sungai diperlukan sebagai habitat bagi ikan dan tanaman air serta untuk mendukung kelangsungan hidup ekosistem sungai tersebut. Hasil dari survei yang telah dilakukan menunjukkan bahwa 82% responden memiliki motif ini sebagai alasan untuk melestarikan Sungai Kaligarang. Sedangkan 9% responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan tersebut, sehingga dapat dikatakan responden tersebut tidak memiliki motif existence value dalam melestarikan Sungai Kaligarang. c. "Penurunan Jumlah Ikan Merupakan Masalah yang Serius (Existence Value)" Tidak Tahu 9% Tidak 9% Ya 82% Gambar IV.14 Distribusi Existence Value Responden Hubungan antara Usia Responden dan Existence Value 83-3 tahun n= tahun n= tahun n=29 Usia Responden 66 >5 tahun n= Tidak Sekolah n=3 Hubungan antara Pendidikan Responden dan Existence Value Sekolah Dasar n= SLTP/ Sederajat n=17 Pendidikan Responden SLTA/ Sederajat Perguruan Tinggi n=39 n= 23 Gambar IV.15 Hubungan antara Existence Value dan Latar Belakang Responden Pada penelitian ini responden yang paling banyak memiliki motif existence value sebagai alasan perlunya dilakukan konservasi Sungai Kaligarang adalah pada kelompok usia 3- tahun dan -5 tahun yaitu sebesar 89%. Sedangkan kelompok usia di atas 5 tahun hanya 66% yang memiliki motif ini. Bila dilihat 58

15 dari tingkat pendidikan, responden dengan tingkat pendidikan SLTA paling banyak memiliki motif ini yaitu sebesar 89,74%. Alasan yang diberikan oleh responden yang tidak menyetujui motif ini adalah bahwa responden bukan pencari ikan, sehingga tidak merasa berkepentingan untuk menjaga kelestarian Sungai Kaligarang berdasarkan motif existence value ini. IV Indirect Value Pernyataan (Q15) merefleksikan indirect value sebagai motif dalam melakukan pelestarian Sungai Kaligarang. Indirect value ini berhubungan dengan adanya keuntungan secara tidak langsung dari sektor ekonomi. Sungai Kaligarang yang bersih dan nyaman dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi, sehingga akan membuka peluang ekonomi bagi daerah di sekitarnya. Hasil survei menunjukkan bahwa hampir semua responden menyetujui motif ini sebagai alasan perlunya dilakukan usaha pelestarian Sungai Kaligarang. Sebanyak 99% responden menyatakan setuju dan hanya 1% yang menjawab tidak tahu. d. "Sungai Kaligarang yang Bersih dan Nyaman Akan Membuka Peluang Ekonomi/ Bisnis (Indirect Value) " Tidak Tahu 1% Ya 99% Gambar IV.16 Distribusi Indirect Value Responden Hubungan antara Usia Responden dan Indirect Value -3 tahun n=12 3- tahun n= tahun n=29 Usia Responden >5 tahun n= Hubungan antara Pendidikan Responden dan Indirect Value Tidak Sekolah n= Sekolah Dasar n=18 SLTP/ Sederajat n=17 Pendidikan Responden SLTA/ Sederajat n=39 Perguruan Tinggi n= 23 Gambar IV.17 Hubungan antara Indirect Value dan Latar Belakang Responden 59

16 Pada penelitian ini hampir semua responden menyatakan setuju dengan motif ini sebagai alasan untuk melestarikan Sungai Kaligarang. Dilihat dari segi usia dan tingkat pendidikan tidak terlihat adanya perbedaan yang signifikan. Karena responden dari tiap-tiap kelompok usia dan tingkat pendidikan hampir semuanya sependapat dengan motif ini. Hal ini terjadi karena motif ini berhubungan dengan adanya peluang ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dari responden bila Sungai Kaligarang dibuka sebagai tempat rekreasi. IV Hubungan antara Masing-Masing Motif Konservasi Sungai Kaligarang Untuk mengetahui hubungan dari masing-masing motif responden dalam mendukung upaya pelestarian Sungai Kaligarang perlu dilakukan analisa korelasi tiap-tiap motif. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah motif-motif responden dalam melestarikan Sungai Kaligarang merupakan motif tunggal atau saling melengkapi satu sama lain. Tabel IV.4. Nilai Korelasi antara Motif-Motif untuk Mendukung Konservasi Sungai Kaligarang Motif Konservasi Stewardship Sungai Kaligarang Value Stewardship Value 1 Bequest Value Existence Value Indirect Value Bequest Value Existence Value Indirect Value Nilai korelasi : <, = Sangat kecil;, - <, = Kecil (tidak erat);, - <,7 = Cukup erat;,7 - <,9 = Erat;,9 - < 1, = Sangat erat; 1, = Sempurna Dari hasil uji korelasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara responden yang memiliki motif non use values (stewardship, bequest dan existence values). Hal ini dapat kita lihat pada besarnya koefisien korelasi pada motif stewardship dan existence value sebesar,4 dan koefisien korelasi pada motif stewardship dan bequest value sebesar,353. Hubungan antara motif stewardship value dengan existence value dapat dikatakan 6

17 cukup erat dan hubungannya searah. Hal ini terjadi karena responden pada penelitian ini ada yang bermata pencaharian sebagai pencari ikan, sehingga berkurangnya jumlah ikan dapat menjadi masalah yang serius. Sedangkan hubungan antara stewardship value dan bequest value dapat dikatakan kecil/ tidak erat. Hubungan antara motif non use values dan indirect values cukup erat dan positif, yang ditunjukkan dengan besar koefisien korelasi sebesar,492. Di antara motifmotif lain, hubungan antara bequest value dan indirect value ini dapat dikatakan paling cukup erat. Hal ini disebabkan karena pada penelitian ini banyak responden yang memiliki motif indirect value dan bequest value secara bersamaan dalam mendukung upaya pelestarian Sungai Kaligarang. Adanya hubungan yang cukup erat dan positif dari masing-masing motif menunjukkan bahwa alasan responden dalam mendukung upaya pelestarian Sungai Kaligarang tidak hanya terdiri dari satu motif saja tetapi terdiri dari beberapa motif yang saling melengkapi. IV.4.2 Aktivitas Masyarakat di Sungai Kaligarang Saat pelaksanaan survei diajukan pertanyaan kepada responden mengenai frekuensi dan aktivitas yang sering dilakukan oleh responden saat mengunjungi Sungai Kaligarang. Frekuensi serta aktivitas masyarakat di Kelurahan Barusari terhadap Sungai Kaligarang dapat dilihat pada Tabel IV.5. Frekuensi responden mengunjungi Sungai Kaligarang sangat beragam mulai dari tiap hari, tiap minggu, tiap 2 minggu sekali, tiap bulan dan tidak tentu. Dari hasil analisis diketahui bahwa frekuensi responden mengunjungi Sungai Kaligarang paling banyak dilakukan tiap hari yaitu sebanyak 47%. Banyaknya responden yang memiliki frekuensi mengunjungi Sungai Kaligarang tidak tentu juga cukup besar yaitu sebanyak 3%. 61

18 Tabel IV.5 Frekuensi Responden Mengunjungi Sungai Kaligarang Frekuensi Mengunjungi Sungai Kaligarang Tiap hari 47 Tiap minggu 13 Tiap 2 minggu sekali 4 Tiap bulan 6 Tidak tentu 3 Jumlah Tabel IV.6 Hubungan antara Frekuensi dan Aktivitas Masyarakat di Sungai Kaligarang Frekuensi Aktivitas di Sungai Kaligarang Mengunjungi Sekedar Bersantai menikmati Memancing Mencuci Lain-lain Sungai Kaligarang lewat pemandangan mencari ikan baju, mandi Tiap hari Tiap minggu Tiap 2 minggu Tiap bulan Tidak tentu Jumlah Frekuensi & Aktivitas Responden di Sungai Kaligarang Tiap hari Tiap minggu Tiap 2 minggu Tiap bulan Tidak tentu Frekuensi Sekedar lewat Memancing mencari ikan Lain-lain Bersantai menikmati pemandangan Mencuci baju, mandi Gambar IV.18 Frekuensi dan Aktivitas Responden di Sungai Kaligarang Hasil analisis hubungan antara frekuensi dan aktivitas responden menunjukkan bahwa responden yang mengunjungi Sungai Kaligarang tiap hari paling banyak melakukan aktivitas mencuci baju dan mandi yaitu sebanyak,33%, sekedar 62

19 lewat (13,82%), bersantai menikmati pemandangan (9,76%) dan memancing (5,69%). Responden yang mengunjungi Sungai Kaligarang tiap minggu paling banyak melakukan aktivitas bersantai menikmati pemandangan yaitu sebanyak 4,88% dan memancing sebanyak 3,25%. Sedangkan responden yang mengunjungi Sungai Kaligarang tiap 2 minggu sekali dan tiap bulan paling banyak melakukan aktivitas bersantai menikmati pemandangan yaitu masing-masing sebesar 1,63% dan 2,44%. Ada juga responden yang melakukan aktivitas lain-lain tiap bulan yaitu melakukan kerja bakti membersihkan sampah di sekitar Sungai Kaligarang (1,63%). Responden dengan frekuensi tidak tentu dalam mengunjungi Sungai Kaligarang paling banyak melakukan aktivitas hanya sekedar lewat Sungai Kaligarang 19,51%. Hal ini disebabkan karena responden tinggal di sekitar Sungai Kaligarang sehingga jika responden bepergian maka akan selalu melewati Sungai Kaligarang. IV.4.3 Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang Pada saat pelaksanaan survei diajukan pertanyaan kepada responden mengenai sumber pencemaran di Sungai Kaligarang dan persepsi responden terhadap kondisi Sungai Kaligarang saat ini. Pertanyaan mengenai sumber pencemaran Sungai Kaligarang dan persepsi responden terhadap kondisi Sungai Kaligarang saat ini diajukan kepada responden untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pencemaran yang terjadi di Sungai Kaligarang. Tabel IV.7 Sumber-Sumber Pencemaran di Sungai Kaligarang Sumber Pencemar Sungai Kaligarang Buangan limbah industri 57 Buangan limbah domestik 31 Buangan dari aktivitas pertanian 1 Pembuangan sampah di sekitar sungai 11 Hasil dari pelaksanaan survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden (57%) beranggapan bahwa sumber pencemaran di Sungai Kaligarang disebabkan oleh pembuangan limbah cair oleh industri. Sebanyak 31% responden beranggapan bahwa buangan limbah rumah tangga/ domestik merupakan salah 63

20 satu penyebab pencemaran Sungai Kaligarang. Hanya 11% responden yang beranggapan bahwa pencemaran di Sungai Kaligarang disebabkan oleh aktivitas pembuangan sampah di sekitar sungai. Survei yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa kebanyakan dari responden beranggapan bila sumber pencemaran di Sungai Kaligarang tidak hanya dari satu aktivitas saja, karena pada umumnya responden memilih aktivitas buangan limbah industri dan buangan limbah domestik/ rumah tangga secara bersamaan sebagai sumber pencemaran Sungai Kaligarang. Pengetahuan responden terhadap sumber pencemaran di Sungai Kaligarang dapat dikatakan baik. Karena pendapat/ opini yang diberikan oleh responden mendekati keadaan yang sebenarnya. Dimana di sekitar Sungai Kaligarang terdapat 8 industri yang membuang efluen limbahnya ke Sungai Kaligarang. Selain itu juga buangan limbah domestik dari pemukiman yang ada di sekitar sungai juga dialirkan ke Sungai Kaligarang. Untuk mengetahui persepsi responden terhadap kondisi Sungai Kaligarang saat ini, diajukan 3 buah pertanyaan kepada responden yang berhubungan dengan kondisi fisik Sungai Kaligarang. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain tentang: kebersihan air Sungai Kaligarang (Q19), air Sungai Kaligarang menimbulkan bau (Q) dan banyak sampah di sekitar Sungai Kaligarang (Q21). Kebersihan Air Sungai Kaligarang Air sungai Kotor Tidak Tidak tahu Ya 4 % 3 % 93 % 6 8 Gambar IV.19 Persepsi Responden terhadap Kebersihan Air Sungai Kaligarang 64

21 Bau pada Sungai Kaligarang Air sungai bau Tidak Tidak tahu Ya 3 % 33 % 64 % Gambar IV. Persepsi Responden terhadap Bau pada Sungai Kaligarang Sampah pada Sungai Kaligarang Banyak sampah di sungai Tidak Tidak tahu Ya 4 % 3 % 93 % 6 8 Gambar IV.21 Persepsi Responden terhadap Sampah di Sekitar Sungai Kaligarang Secara keseluruhan responden memiliki persepsi bahwa Sungai Kaligarang sudah tercemar. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase responden yang menyatakan bahwa air Sungai Kaligarang kotor/ tidak jernih (93%), air Sungai Kaligarang menimbulkan bau (64%) dan banyak sampah di Sungai Kaligarang (93%). Responden yang tidak beranggapan bahwa air Sungai Kaligarang kotor/ tidak jernih hanya 4% saja. Sedangkan responden yang beranggapan bahwa air Sungai Kaligarang tidak menimbulkan bau sebanyak 33%. 65

22 Tingkat ketergangguan masyarakat terhadap Sungai Kaligarang Merasa terganggu dengan kondisi Sungai Kaligarang Tidak Raguragu Ya 17 % 19 % 64 % Gambar IV.22 Tingkat Ketergangguan Responden terhadap Sungai Kaligarang Bila dilihat dari tingkat ketergangguan masyarakat terhadap kualitas air Sungai Kaligarang saat ini sebanyak 64% responden menyatakan merasa terganggu, 17% merasa tidak terganggu dan sebanyak 19% responden merasa ragu-ragu Karakteristik Responden yang Terganggu dengan Kondisi Sungai Kaligarang Berdasarkan Frekuensi Kunjungan & Aktivitas Responden di Sungai Tiap Hari n= Tiap Minggu n= Tiap 2 Minggu n= n= Tiap Bulan Tidak tentu Frekuensi Kunjungan Responden ke Sungai Kaligarang n= 11 memancing & mencuci baju/ mandi santai menikmati pemandangan, memancing & mencuci baju santai menikmati pemandangan & memancing sekedar lewat & memancing/ mencari ikan sekedar lewat & bersantai menikmati pemandangan lain-lain (kerja bakti) mencuci baju/ mandi memancing/ mencari ikan bersantai menikmati pemandangan sekedar lewat Gambar IV.23 Karakteristik Responden yang Terganggu dengan Kondisi Sungai Kaligarang Berdasarkan Frekuensi Kunjungan dan Aktivitas Responden Gambar IV.23 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak merasa terganggu dalam penelitian ini ada pada kelompok responden yang mengunjungi Sungai Kaligarang tiap hari dan melakukan aktivitas mencuci baju/ mandi, yaitu sebanyak 44,44%. Sedangkan pada kelompok responden yang mengunjungi Sungai Kaligarang tiap minggu, tiap 2 minggu dan tiap bulan yang merasa terganggu dengan kondisi sungai saat ini, didominasi oleh responden yang melakukan aktivitas bersantai sambil menikmati pemandangan. Pada kelompok 66

23 responden yang tidak tentu mengunjungi sungai didominasi oleh responden yang melakukan aktivitas hanya sekedar lewat Sungai Kaligarang saja. Menurut responden kondisi Sungai Kaligarang saat ini tidak nyaman bila dibandingkan dengan keadaan pada 1- tahun yang lalu. Menurut masyarakat karena banyak sampah yang dibuang di pinggir kali maka sungai sering bau dan selain itu juga mengganggu keindahan pemandangan di sekitar Sungai Kaligarang. Adanya pendangkalan sungai serta pulau-pulau di pinggir sungai selain menimbulkan potensi banjir juga mengganggu keindahan sungai karena menimbulkan kesan kumuh. IV.5 Tanggapan Responden terhadap Kesediaan untuk Membayar Saat pelaksanaan survei responden diberikan pertanyaan mengenai tanggapan responden terhadap adanya usaha peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang (Q24). Hasil survei menunjukkan bahwa semua responden mendukung adanya program atau usaha untuk meningkatkan kualitas air Sungai Kaligarang. Sebanyak % responden menyatakan setuju bila dilakukan usaha atau program untuk meningkatkan kualitas air Sungai Kaligarang. Tetapi ketika ditanyakan kepada responden mengenai kesediaan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan program peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang dengan membayar sejumlah uang tertentu (Q25), tidak semua responden menyatakan bersedia untuk membayar. 8 6 Analisis Frekuensi Tanggapan Responden terhadap Usaha Peningkatan Kualitas Air Sungai Kaligarang % Setuju Ragu-Ragu Tidak Setuju Tanggapan thd usaha peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang Gambar IV.24 Tanggapan Responden terhadap Usaha Peningkatan Kualitas Air Sungai Kaligarang 67

24 Kesediaan Responden untuk Membayar % 5 % Bersedia Tidak Tahu Tidak Bersedia Tanggapan thd kesediaan untuk membayar Gambar IV.25 Kesediaan Responden untuk Membayar Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak semua responden bersedia untuk membayar. Sebanyak 95% responden menyatakan bersedia untuk membayar sedangkan responden yang tidak bersedia untuk membayar sebanyak 5%. Responden yang menyatakan tidak bersedia untuk membayar diminta untuk menyebutkan alasannya. Alasan-alasan yang dikemukakan oleh responden antara lain adalah: - Biaya hidup sudah tinggi. - Banyak pengeluaran dan penghasilannya pas-pasan. - Sudah banyak retribusi/ iuran/ sumbangan lainnya. - Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah sepenuhnya. - Tidak menggunakan sungai dan lokasi rumah jauh dari sungai. Alasan-alasan yang disebutkan oleh responden yang tidak bersedia membayar pada dasarnya karena alasan ekonomi. Dari 5 orang responden yang tidak menyatakan WTP-nya, sebanyak 3 orang responden menyatakan pertimbangan ekonomi sebagai alasan utama. Sedangkan 2 orang responden menyatakan tidak bersedia membayar karena menganggap bahwa konservasi Sungai Kaligarang adalah tanggung jawab pemerintah sepenuhnya dan karena lokasi rumah responden yang jauh dari sungai serta tidak menggunakan Sungai Kaligarang. Adanya responden yang menganggap bahwa konservasi Sungai Kaligarang merupakan tanggung jawab pemerintah menunjukkan indikasi adanya anggapan bahwa Sungai Kaligarang merupakan barang publik yang tidak memiliki 68

25 kepemilikan. Sehingga responden menganggap bahwa pengelolaan Sungai Kaligarang merupakan tanggung jawab dari pemerintah. Tabel IV.8 Atribut Responden yang memiliki nilai WTP = Atribut Responden Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki Usia -3 tahun 3- tahun -5 tahun >5 tahun Pendidikan SD SLTP SMU/ Sederajat Penghasilan < Rp.5. Rp.1..-Rp.1.5. Rp.1.5.-Rp.2.. Pekerjaan Wiraswasta Buruh Pabrik Lain-Lain Jumlah Anggota Keluarga 1-3 orang 4-7 orang Status Kepemilikan Rumah Milik Sendiri Sewa/ Kontrak Lama Tinggal 1-5 tahun 1- tahun > tahun Lokasi Rumah Dekat Sungai Jauh dari Sungai WTP = Frekuensi Responden yang tidak bersedia menyatakan WTP nya, atau memiliki WTP = sebagian besar adalah responden dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 8% dan sisanya laki-laki sebanyak %. Hal ini terjadi karena pada umumnya responden perempuan mengatur keuangan keluarga. Sehingga alasan ekonomi menjadi pertimbangan utama dalam kesediaannya menyatakan WTP-nya. Bila 69

26 Percent dilihat dari tingkat penghasilan, responden yang memiliki WTP = paling banyak pada kelompok responden dengan penghasilan <Rp. 5. (%) dan pada kelompok penghasilan antara Rp.1..-Rp.1.5. sebanyak %. Namun yang menarik ternyata ada 1 responden yang memiliki tingkat penghasilan antara Rp.1.5.-Rp.2.. yang tidak menyatakan WTP-nya. Responden ini meski memiliki penghasilan dan tingkat pendidikan yang cukup tinggi namun tidak bersedia menyatakan WTP-nya, dengan alasan tidak menggunakan sungai serta karena alasan lokasi rumahnya jauh dari sungai. % 75% jauh dekat Penghasilan <Rp.5. Rp.1..-Rp.Rp.1.5. Rp.1.5.-Rp.2.. 5% Bars show percents 25% n=1 % n=1 n=1 n=1 SD SLTP SMU/ Sederajat pendidikan n=1 SD SLTP SMU/ Sederajat pendidikan Gambar IV.26 Tabulasi Silang antara Pendidikan, Penghasilan dan Lokasi Rumah pada Responden dengan WTP = Dari segi pendidikan, responden yang tidak bersedia menyatakan WTP-nya paling banyak pada responden dengan tingkat pendidikan SMU/ sederajat (%) dan SLTP (%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan SD hanya % saja. Hal ini cukup menarik karena dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi ternyata ada responden yang tidak bersedia menyatakan WTP-nya. Dilihat dari lama tinggal, responden yang paling banyak tidak menyatakan WTP-nya adalah responden yang memiliki lama tinggal > dari tahun yaitu sebesar 6%. Sedangkan bila dilihat dari status kepemilikan rumah, responden yang tidak bersedia menyatakan WTP-nya paling banyak pada kelompok kepemilikan rumah milik sendiri yaitu 8%. Hal ini menunjukkan bahwa ada faktor utama yang mendasari mengapa responden tidak bersedia menyatakan WTP-nya, tanpa melihat tingkat pendidikan, lama 7

27 tinggal dan status kepemilikan rumah. Faktor utama yang mempengaruhi responden tidak bersedia menyatakan WTP-nya dalam penelitian ini adalah faktor ekonomi yang ditunjukkan dengan tingkat penghasilan responden dan faktor lokasi rumah responden dengan sungai. Bila dilihat dari lokasi rumah ternyata hampir semua responden yang tidak bersedia menyatakan WTP-nya, memiliki lokasi rumah yang jauh dari sungai (8%). Hal ini menunjukkan bahwa alasan yang dikemukakan oleh responden yaitu penghasilan pas-pasan, banyak pengeluaran dan lokasi rumah yang jauh dari sungai memang merupakan alasan utama mengapa responden tidak bersedia menyatakan WTP-nya. IV.6 Kesanggupan Membayar (Willingness to Pay) Masyarakat IV.6.1 Tingkat Kesanggupan Membayar Masyarakat Tingkat kesanggupan membayar masyarakat (WTP) di Kelurahan Barusari terhadap peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang bervariasi antara Rp. 5 sampai dengan Rp. 5. Distribusi WTP masyarakat di Kelurahan Barusari dapat dilihat pada Gambar IV.27 di bawah ini. Willingness to Pay Responden % 8.42% 28.42% 23.16% 7.37% 27.37% Rp. 5 n = 5 Rp. n = 8 Rp. n = 27 Rp. 3 n = 22 Rp. n = 7 Rp. 5 n = 26 WTP Responden Gambar IV.27 Distribusi Willingness To Pay Responden Dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa WTP responden paling banyak ada pada nilai Rp. yaitu sebesar 28,42%. Akan tetapi banyaknya responden yang memilih Rp. 5 menunjukkan persentase yang tidak berbeda jauh dengan banyaknya responden pada WTP Rp. yaitu sebesar 27,37%. 71

28 Langkah-langkah dalam melakukan valuasi dengan metode Contingent Valuation Method (CVM) salah satunya adalah dengan menghitung nilai rataan WTP. Oleh karena itu dilakukan analisa data hasil survei dengan statistik deskriptif. Dengan statistik deskriptif akan diketahui mean, median dan juga modus WTP responden. Hal ini akan memudahkan untuk mengetahui gambaran secara jelas data WTP yang diperoleh dari pelaksanaan survei. Hasil dari analisa data dengan statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel IV.9. Tabel IV.9 Statistik Deskriptif WTP Responden N Valid 95 Missing Mean Std. Error of Mean Median 3 Mode Std. Deviation Skewness.82 Std. Error of Skewness.247 Minimum 5 Maximum 5 Harga WTP maksimum yang sanggup dibayarkan oleh responden diambil dari nilai rata-rata WTP. Dari tabel statistik deskriptif WTP responden di atas diperoleh nilai rata-rata sebesar Rp. 336,84 atau dapat dibulatkan menjadi Rp. 3. Sehingga dapat dikatakan bahwa harga WTP maksimum masyarakat Kelurahan Barusari adalah sebesar Rp.3. Tabel IV.1 Distribusi Frekuensi WTP maks Responden WTP Frekuensi (Responden) Kurang dari WTP maks WTP maks (Rp. 3) Lebih dari WTP maks % 23% 35% Jumlah responden yang memiliki WTP kurang dari WTP maks paling banyak yaitu sebesar 42%, dibandingkan dengan banyaknya responden yang memiliki WTP maks dan WTP di atas WTP maks. Hal ini mungkin terjadi karena berhubungan dengan tingkat ekonomi responden. Profil tingkat penghasilan responden pada penelitian 72

29 ini sebagian besar dapat dikatakan rendah, yaitu memiliki penghasilan Rp Oleh karena itu mungkin ada hubungan antara tingkat penghasilan responden dengan besarnya WTP responden yang perlu dianalisis lebih lanjut. IV.6.2 Nilai Manfaat terhadap Peningkatan Kualitas Air Sungai Kaligarang Dalam melakukan evaluasi besaran secara ekonomi nilai manfaat peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang Semarang diperlukan data jumlah rumah tangga di Kelurahan Barusari. Hal ini disebabkan karena nilai manfaat atau WTP sosial merupakan agregasi dari WTP individu/ WTP tiap-tiap rumah tangga. WTP individu/ WTP tiap-tiap rumah tangga diwakili oleh WTP maks. Maka WTP sosial adalah perkalian WTP maks dengan jumlah rumah tangga. Dengan menganggap bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi maka nilai manfaat yang dapat diperolah dari peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang Semarang di Kelurahan Barusari yang memiliki 1724 rumah tangga adalah: Nilai Manfaat = 1724 Rumah Tangga x Rp. 3 = Rp ,- / bulan. Nilai manfaat yang merupakan konversi data WTP rataan sampel ke data WTP rataan populasi secara keseluruhan di Kelurahan Barusari sebesar Rp ,-/ bulan. IV.6.3 Hubungan antara Atribut Responden dengan WTP Untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara atribut responden dengan WTP maka dilakukan uji korelasi dan uji Kruskal-Wallis. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing atribut responden dengan WTP. Sedangkan uji Kruskall-Wallis dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan terhadap WTP pada masing-masing atribut responden. Sehingga diharapkan dapat diketahui faktor-faktor apa saja dari atribut responden yang mempengaruhi WTP. 73

30 1. Usia dengan WTP Usia responden dengan WTP memiliki hubungan yang positif. Semakin tua usia responden maka akan semakin tinggi WTP. Namun hubungan antara usia responden dengan WTP ini tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan besar koefisien korelasi sebesar,395 pada tingkat signifikansi,286. Hasil uji Kruskal- Wallis juga menunjukkan bahwa WTP pada masing-masing kelompok usia responden tidak memiliki perbedaan yang signifikan Rp. 5 n = Rp. n = 8 Rp. n = 27 Rp. 3 n = 22 WTP Responden Rp. n = 7 Rp. 5 n = 26-3 tahun 3- tahun -5 tahun >5 tahun Gambar IV.28 Hubungan antara Usia Responden dengan WTP 2. Pendidikan dengan WTP Pendidikan responden mempunyai korelasi positif dengan WTP. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan semakin tingggi kesadaran responden untuk ikut melestarikan Sungai Kaligarang yang ditunjukkan dengan besarnya WTP responden. Hubungan antara pendidikan responden dengan WTP dalam penelitian ini dapat dikatakan kuat dengan melihat nilai koefisien korelasi sebesar,699 pada tingkat signifikansi,. Hasil uji Kruskal-Wallis antara pendidikan responden dan WTP memberikan angka probabilitas sebesar,. Hal ini menunjukkan bahwa WTP dalam masing-masing kelompok pendidikan memiliki perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam penelitian ini pendidikan responden mempengaruhi WTP. 74

31 Tidak Sekolah n = Sekolah Dasar n = SLTP/ Sederajat SMU/ Sederajat n = 15 n = 37 Pendidikan Akademi/ Perguruan tinggi n = 23 Rp. 5 Rp. Rp. Rp. 3 Rp. Rp. 5 Gambar IV.29 Hubungan antara Pendidikan Responden dengan WTP Berdasarkan tabulasi silang diketahui bahwa responden yang tidak sekolah dan memiliki pendidikan SD memiliki WTP yang cenderung rendah yaitu berkisar antara Rp. 5 hingga Rp.. Pada responden dengan latar belakang pendidikan SLTP dan SMU sudah mulai memiliki WTP yang cukup tinggi yaitu berkisar dari Rp. hingga Rp. 5. Pada tingkat pendidikan SLTP didominasi dengan responden yang memiliki WTP Rp.. Sedangkan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan SMU didominasi oleh responden yang memiliki WTP Rp. 3. Pada kelompok responden dengan pendidikan akademi/ perguruan tinggi paling banyak memiliki WTP Rp. 5. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka cenderung semakin besar pula WTP responden. Hal ini disebabkan karena responden dengan tingkat pendidikan yang cukup tinggi akan memiliki penghasilan yang tinggi juga. Nilai koefisien korelasi antara pendidikan dan penghasilan responden dalam penelitian ini sebesar,626 dengan tingkat signifikansi,1. Besarnya koefisien korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan antara pendidikan dan penghasilan responden cukup kuat, signifikan dan merupakan hubungan yang searah/ positif. 3. Pekerjaan Responden dengan WTP Hubungan antara pekerjaan responden dengan WTP cukup signifikan yang ditunjukkan dengan besarnya koefisien korelasi sebesar,565 pada tingkat signifikansi,42. Hasil uji Kruskal-Wallis sebesar,62 juga menunjukkan 75

32 bahwa WTP pada masing-masing kelompok pekerjaan responden tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan PNS/ TNI/ POLRI n = Wiraswasta/ Perdagangan n = 35 Buruh Pabrik/ Industri n = Karyawan Swasta n = Lain-lain n = 31 Pekerjaan Responden Rp. 5 Rp. Rp. Rp. 3 Rp. Rp. 5 Gambar IV.3 Hubungan antara Pekerjaan Responden dengan WTP Kesanggupan membayar responden yang memiliki status pekerjaan sebagai PNS/TNI/POLRI dalam penelitian ini paling banyak pada harga Rp. 5 yaitu sebesar 62,5%. Sedangkan responden yang bekerja sebagai karyawan swasta memiliki WTP paling banyak pada harga Rp. 3. Responden dengan mata pencaharian sebagai wiraswasta/ perdagangan kebanyakan memiliki WTP Rp. (28,57%) dan Rp. 5 (28,57%). Buruh pabrik/ industri memiliki WTP yang paling banyak pada Rp. begitu juga dengan responden yang memiliki pekerjaan lain-lain memiliki WTP paling banyak pada Rp.. Responden yang memiliki pekerjaan lain-lain ini terdiri dari: pensiunan, ibu rumah tangga dan pekerja serabutan. 4. Penghasilan dan Pengeluaran dengan WTP Hasil uji korelasi antara penghasilan responden dan WTP memberikan nilai koefisien korelasi sebesar,698 dengan tingkat signifikansi,. Hubungan yang terjadi cukup kuat dan searah. Semakin tinggi penghasilan responden maka WTP responden juga akan semakin tinggi. Hasil uji Kruskal-Wallis antara penghasilan responden dan WTP menunjukkan angka probabilitas sebesar,. Hal ini berarti bahwa WTP pada masing-masing kelompok penghasilan memiliki perbedaan yang signifikan. 76

33 < Rp. 5. n = Rp.5. - Rp.. n = Rp.. - Rp.15. n = Rp Rp.. n = Rp.. - Rp.25. n = Rp Rp.3. n = 3 > Rp. 3. n = 4 Penghasilan Responden Rp. 5 Rp. Rp. Rp. 3 Rp. Rp. 5 Gambar IV.31 Hubungan antara Penghasilan Responden dengan WTP Hasil tabulasi silang antara penghasilan responden dengan WTP menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat penghasilan responden maka akan semakin besar pula WTP responden. Responden yang memiliki penghasilan < Rp. 5. cenderung memberikan WTP yang rendah yaitu berkisar antara Rp. 5, Rp. dan Rp.. Pada kelompok responden yang memiliki penghasilan Rp Rp sudah mulai cenderung memberikan WTP yang cukup tinggi yang berkisar dari Rp. 3, Rp. dan Rp. 5. Semua responden yang memiliki penghasilan di atas Rp. 3.. memberikan WTP Rp. 5. WTP/Penghasilan (%) Proporsi WTP terhadap Penghasilan Responden Penghasilan Responden (Rupiah) Gambar IV.32 Proporsi WTP terhadap Penghasilan Responden 77

34 Analisa proporsi WTP terhadap penghasilan responden dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pengorbanan responden untuk ikut berpartisipasi dalam upaya peningkatan kualitas air Sungai Kaligarang. Hasil analisa menunjukkan bahwa proporsi WTP terhadap penghasilan responden dalam penelitian ini berkisar antara paling rendah,5% hingga paling tinggi,5%. Nilai rata-rata proporsi WTP terhadap penghasilan responden dalam penelitian ini adalah,1974% atau bila dibulatkan menjadi,%. Proporsi paling besar dimiliki oleh responden yang memiliki penghasilan Rp. 1.. dan WTP sebesar Rp. 5. Responden tersebut bersedia untuk berkorban lebih besar dalam upaya untuk meningkatkan kualitas air Sungai Kaligarang karena lokasi rumah responden dekat dengan Sungai Kaigarang, mengunjungi sungai tiap hari dan juga karena merasa terganggu dengan kondisi Sungai Kaligarang saat ini < Rp.. n = Rp.. - Rp.5. n = 19 Rp.5. - Rp.1.. n = 26 Pengeluaran Responden Hasil uji korelasi antara pengeluaran responden dan WTP memberikan nilai koefisien korelasi sebesar,67 dengan tingkat signifikansi,. Hubungan yang terjadi cukup kuat dan berlangsung searah. Semakin tinggi pengeluaran responden maka WTP responden juga akan semakin tinggi. Hasil uji Kruskal- Wallis antara pengeluaran responden dan WTP menunjukkan angka probabilitas sebesar,. Hal ini berarti bahwa WTP pada masing-masing kelompok pengeluaran memiliki perbedaan yang signifikan Rp.1..- Rp.1.5. n = >Rp.1.5. n = 19 Rp. 5 Rp. Rp. Rp. 3 Rp. Rp. 5 Gambar IV.33 Hubungan antara Pengeluaran Responden dengan WTP 78

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahapan Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar III.1 di bawah ini. Gambar III.1. Diagram Alir Penelitian 28 III.2 Waktu

Lebih terperinci

ANALISIS KESANGGUPAN MEMBAYAR MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) TESIS

ANALISIS KESANGGUPAN MEMBAYAR MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) TESIS No: 399/S2-TL/TML/2008 ANALISIS KESANGGUPAN MEMBAYAR MASYARAKAT UNTUK PENINGKATAN KUALITAS AIR SUNGAI BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD (CVM) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN A. Orientasi Kancah Penelitian Subyek yang diteliti pada penelitian ini adalah istri (wanita) pada pasangan suami istri yang terikat dalam perkawinan. Istri

Lebih terperinci

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING

IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MASYARAKAT BERMUKIM DI SEKITAR TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA) RAWA KUCING Kuesioner ini semata-mata digunakan untuk keperluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk pembangunan apabila dikelola dengan baik. Salah satu modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau mencapai 17.508 dan garis pantai sepanjang 81.000 km, dengan garis pantai yang panjang menyebabkan Indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas. Variable Corrcted item total R tabel Keterangan 61 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk menguji tingkat keandalan dan kesahihan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Tabel 5.1 Hasil Uji

Lebih terperinci

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil

persentase. Sedangkan analisis inferensial yaitu analisis yang mengacu pada hasil 42 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di perusahaan jasa transportasi PT. KA spesifikasi Kereta Api Eksekutif Sancaka jurusan Yogyakarta-Surabaya. Penelitian bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

Lampiran 1: Data kualitas air dan udara Kawasan Pemukiman di Cisauk dan sekitarnya. Pengambilan data Agustus 2011

Lampiran 1: Data kualitas air dan udara Kawasan Pemukiman di Cisauk dan sekitarnya. Pengambilan data Agustus 2011 143 Lampiran 1: Data kualitas air dan udara Kawasan Pemukiman di Cisauk dan sekitarnya. Pengambilan data Agustus 2011 No Parameter Satuan I II Perumahan Luar Lokasi Perumahan Pertokoan BSD Industri Baku

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2004). Peta Pariwisata Jawa Tengah. PT. Karya Pembina Swajaya: Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2004). Peta Pariwisata Jawa Tengah. PT. Karya Pembina Swajaya: Surabaya. DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2004). Peta Pariwisata Jawa Tengah. PT. Karya Pembina Swajaya: Surabaya. Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta: Jakarta.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak Sungai Siak sebagai sumber matapencaharian bagi masyarakat sekitar yang tinggal di sekitar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016

IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN KUMUH KELURAHAN TANJUNG KETAPANG TAHUN 2016 Syauriansyah Tugas Akhir Fakultas Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Esa Unggul LAMPIRAN I LEMBAR KUESIONER MASYARAKAT IDENTIFIKASI TINGKAT KEKUMUHAN DAN POLA PENANGANAN YANG TEPAT DI KAWASAN

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan Tlanakan merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas wilayah 48,10 Km 2 dan terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air atau terkait dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :...

FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT. 1. Nama Pemohon : Jabatan : Alamat : Nomor Telepon/Fax. :... Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tanggal : FORMULIR ISIAN IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR KE LAUT I. INFORMASI UMUM A. Pemohon 1. Nama Pemohon :... 2. Jabatan :... 3. Alamat :...

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin

V. GAMBARAN UMUM. permukaan laut, dan batas-batas wilayah sebagai berikut : a) Batas Utara : Kabupaten Banyuasin V. GAMBARAN UMUM 5.1 Keadaan Umum Kota Palembang Kota Palembang merupakan ibukota dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Palembang terletak antara 2 52' - 3 5' Lintang Selatan dan 104 37'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Usaha untuk mengatasi pencemaran dilakukan dengan membuat peraturan yang mewajibkan industri mengolah limbahnya terlebih dahulu dan memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 53 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN Dalam bab Analisa dan Pembahasan diuraikan terlebih dahulu tentang hasil perolehan data penelitian, selanjutnya dipaparkan hasil uji validitas dan reabilitas, analisa deskriptif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Daftar i ii iii vii Bab I Pendahuluan A. Kondisi Umum Daerah I- 1 B. Pemanfaatan Laporan Status LH Daerah I-10 C. Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN.

III. METODE PENELITIAN. menyebar kuisioner terhadap RTS-PM. Jenis data yang diperlukan dari. a. Data tentang ketepatan sasaran penerima beras RASKIN. III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data diperoleh dari penelitian lapangan melalui wawancara langsung terhadap petugas Kelurahan Sukabumi Indah mengenai Pendistribusian RASKIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju pembangunan ini menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dielakkan (inevitable) terhadap kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan peningkatan kebutuhan penduduk terhadap lahan baik itu untuk kegiatan pertanian, industri, perumahan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok merupakan salah satu daerah penyangga DKI Jakarta dan menerima cukup banyak pengaruh dari aktivitas ibukota. Aktivitas pembangunan ibukota tidak lain memberikan

Lebih terperinci

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Thesis Oleh: Alfan Purnomo (3307201003) Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. Latar Belakang Kali

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT. Unilever Indonesia, Tbk. merupakan perusahaan yang berupaya mengutamakan prinsip tanggung jawab sosial dengan mendorong perkembangan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR I. DATA PEMOHON Data Pemohon Baru Perpanjangan Pembaharuan/ Perubahan Nama Perusahaan Jenis Usaha / Kegiatan Alamat........

Lebih terperinci

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun

sedangkan untuk kategori usia tenaga kerja yang dimulai dari usia tahun V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Harapan Jaya merupakan salah satu dari enam kelurahan yang berada di dalam Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 %

Keterangan : = Sampel = Populasi e = Nilai Kritis / batas ketelitian 5 % BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional (correlational research) yang bertujuan untuk menentukan besar variasi variasi pada satu atau beberapa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu,

V. GAMBARAN UMUM. Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, V. GAMBARAN UMUM 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua kelurahan di bantaran Sungai Krukut yaitu, Kelurahan Petogogan dan Kelurahan Pela Mampang. Sungai Krukut merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN AIR SUNGAI LAU GERBONG DAN KELUHAN KESEHATAN KULIT DI DESA PERBESI KECAMATAN TIGA BINANGA KABUPATEN KARO TAHUN 2010 No. Responden : IDENTITAS RESPONDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia Merupakan negara kepulauan dan dua pertiga bagian wilayah indonesia berupa perairan. Namun demikian, Indonesia juga tidak lepas dari masalah yang

Lebih terperinci

HASIL REKAP DATA. Status

HASIL REKAP DATA. Status 89 LAMPIRAN 1 HASIL REKAP DATA No. WTP Jenis Status Pendapatan Frekuensi Usia Pendidikan Kelamin Pernikahan (Juta) Kunjungan 1. 0 0 22 0 12 1,4 2 2. 1 1 28 0 12 3 3 3. 1 1 37 1 12 2 1 4. 1 1 43 1 12 2,5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN TOPIK Sungai Ciliwung, merupakan sungai yang memiliki fungsi yang sangat strategis dan penting karena melalui wilayah Jakarta, Depok, Kotamadya Bogor dan

Lebih terperinci

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM

VI ANALISIS HASIL STUDI CVM VI ANALISIS HASIL STUDI CVM 1. Karakteristik Rumah Tangga Jakarta Timur Dalam Masalah Sampah Hasil studi CVM menunjukkan bahwa dari 200 responden rumah tangga, 75% diantaranya membayar retribusi kebersihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh

Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau. Oleh Persepsi Nelayan Tentang Profesi Nelayan Di Desa Sungai Selodang Kecamatan Sungai Mandau Kabupaten Siak Provinsi Riau Oleh Ibas.boyz@yahoo.com Bastari 1), Kusai 2) dan Firman Nugroho 2) Fakultas Perikanan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik parametrik. Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan item-item

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisa Hidrologi Analisis hidrologi merupakan salah satu bagian dari keseluruhan rangkaian dalam perencanaan bangunan air seperti sistem drainase, tanggul penahan banjir dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER Kuesioner sebagai alat ukur dalam rangka mengumpulkan data harus mampu menghasilkan data yang valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen di rumah makan Mie Ayam Oplosan Kedai Shoimah. Responden yang menjadi objek penelitian

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

LAPORAN PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015

LAPORAN PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015 LAPORAN PENYUSUNAN INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TAHUN 2015 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA PEKALONGAN Jl. Majapahit No. 18 Pekalongan 5111 Telp. (0285) 422814 BAB I PENDAHULUAN I. Latar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG

KEADAAN UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG KEADAAN UMUM DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG Hidrogeometri Sungai Topografi DAS Ciliwung pada bagian hulu merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian puncak yang berlokasi di daerah Telaga Warna sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN Menimbang : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, a. bahwa dalam rangka pelestarian fungsi

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Kondisi umum perairan selat sunda Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah Timur Laut menuju Barat Daya di ujung Barat Pulau Jawa atau Ujung Selatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Penelitian dimulai pada bulan Desember 2002 sampai dengan bulan Maret 2003. Kuesioner dibagikan kepada para pemakai jasa Warnet di lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keragaman kekayaan sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia, seperti potensi alam, keindahan alam, flora dan fauna memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA

BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA BAB II GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN KOTA YOGYAKARTA DAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP YOGYAKARTA 2.1 Profil Kota Yogyakarta 2.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta yang meliputi daerah Kasultanan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik dan Persepsi Masyarakat 5.1.1. Karakteristik dan Persepsi Responden Pantai Indah Kapuk Terhadap Lingkungan Hutan Angke Kapuk Jumlah responden untuk studi CVM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek, Kanagarian Durian Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 16 Februari hingga III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tanggal 6 Februari hingga 3 Februari tahun pelajaran 009/00 di kelas VII MTs. GUPPI Natar. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah

Lebih terperinci

Abstract. misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s

Abstract. misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s ANTISIPASI PENDUDUK DALAM MENGHADAPI BANJIR KALI GARANG KOTA SEMARANG Dewi Liesnoor Setyowati Abstract misbehavior. Floods of Kaligarang were happened because of clogged up-drainage, lack of people s samples

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI TUNTANG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi responden Profil responden digambarkan dengan menganalisa karakteristik sosial dan demografi responden. Karakteristik demografi dilihat dari umur dan jenis kelamin, sedangkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mengetahui pengaruh literasi keuangan yang mempengaruhi terciptanya

BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. mengetahui pengaruh literasi keuangan yang mempengaruhi terciptanya BAB IV GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Subyek Penelitian Subyek pada penelitian ini adalah responden yang merupakan keluarga di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Mojokerto. Tujuan

Lebih terperinci

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu: A. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Rumus deskriptif persentase digunakan untuk menampilkan datadata kualitatif (angka) ke dalam kalimat. Dalam angket penelitian, untuk menggambarkan implementasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Banjir Kanal Barat (BKB) yang terbentang mulai dari kawasan Manggarai sampai kawasan Muara Angke menampung beberapa aliran sungai yang melintas di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Kelurahan Tamansari 3.1.1 Batas Administrasi Kelurahan Tamansari termasuk dalam Kecamatan Bandung Wetan, yang merupakan salah satu bagian wilayah

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu unsur yang penting di dalam kehidupan. Air juga dipergunakan untuk beberapa kepentingan diantaranya untuk minum, masak, mencuci, dan segala

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria mutu air berdasarkan kelas (PP Nomor 82 Tahun 2001) PARAMETER SATUAN KELAS I II III IV FISIKA o C Temperatur mg/l Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Deviasi 3 Residu Terlarut mg/l

Lebih terperinci

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS

ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS ESTIMASI NILAI WILLINGNESS TO PAY BERDASARKAN CONTINGENT VALUATION METHOD TERHADAP RENCANA PENINGKATAN KUALITAS dan KUANTITAS PELAYANAN GUNA MENINGKATKAN JUMLAH PENUMPANG KA KOMUTER SURABAYA SIDOARJO Julistyana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan sebuah rancangan bagaimana suatu penelitian akan dilakukan. Rancangan tersebut digunakan untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan

Lebih terperinci