PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN
|
|
- Fanny Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 147 PEMBAHASAN UMUM DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH DENGAN PENDEKATAN AGROPOLITAN Pemerintah Kabupaten Banyumas pada tahun 2008 akan mencanangkan pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan sebagai program unggulan dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas menyadari bahwa kondisi saat ini menunjukkan ketersediaan sumberdaya di Kabupaten Banyumas yang paling cocok untuk membangun daerah adalah dengan membangun pertanian. Hal ini di dukung oleh kondisi wilayah Kabupaten Banyumas, dimana : (a) sebagian besar penduduknya bekerja dan mendapatkan kehidupan dari sektor pertanian atau yang terkait dengan sektor pertanian, (b) sebagian besar pendapatan kotor daerah Kabupaten Banyumas masih didominasi sektor pertanian. Pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan sebagai konsep pembangunan pertanian dalam abad moderen sekarang ini tidak bisa lagi secara parsial. Pertanian harus dibangun secara holisitik yaitu dengan membangun semua yang tersedia di perkotaan ke perdesaan. Semua infrastruktur pendukung pembangunan pertanian harus tersedia di perdesaan. Bukan hanya itu, untuk mengurangi urbanisasi, maka semua kemudahan yang ada di perkotaan harus juga tersedia di perdesaan, seperti: fasilitas komunikasi, transportasi, kesehatan, pendidikan, fasilitas pendukung perekonomian / keuangan, dan fasilitas pendukung lainnya harus disediakan. Menurut Rustiadi, dkk. (2006) konsep wilayah nodal didasarkan atas asumsi bahwa suatu wilayah diumpamakan suatu sel hidup yang mempunyai plasma dan inti. Inti adalah pusat-pusat pelayanan/permukiman sedangkan plasma adalah daerah belakang (hinterland) yang mempunyai sifat tertentu dan mempunyai hubungan fungsional. Pusat wilayah berfungsi sebagai : (1) tempat terkonsentrasi penduduk (permukiman), (2) pasar bagi komoditi-komoditi pertanian maupun industri, (3) pusat pelayanan terhadap daerah hinterland, dan (4) lokasi pemusatan industri. Sedangkan hinterland berfungsi sebagai : (1) pemasok (produsen) bahanbahan mentah atau bahan baku, (2) pemasok tenaga kerja, (3) daerah pemasaran barang dan jasa industri.
2 148 Penentuan hirarki terhadap kecamatan-kecamatan di Kabupaten Banyumas dengan cluster analisis metode k-means terhadap variabel-variabel indikator kinerja infrastruktur dan fasilitas publik ( Lampiran 36) terbukti adanya hirarki di Kabupaten Banyumas. Berdasarkan hasil analisis seperti yang terlihat pada Tabel 45, Kabupaten Banyumas terbagi dalam 3 hirarki. Dikarenakan pola penempatan desadesa di wilayah Kabupaten Banyumas cenderung terpencar-pencar sehingga menyebabkan penyediaan infrastruktur menjadi tidak efesien. Oleh karena itu perlu dibentuk kota-kota kecil dan menengah agar wilayah sekitarnya bisa mengakses. Kemudahan dan luasan jangkauan pelayanan kota-kota kecil dan menengah dapat dilihat dari tingkat pusat-pusat pelayanan yang ada didalamnya, dimana semakin besar pusat pelayanan tersebut maka akan semakin besar dan semakin luas pula jangkauan yang dilayaninya. Pusat-pusat pelayanan tersebut dimaksud untuk meningkatkan peran dan fungsi kota-kota tersebut. Selain itu juga untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas pusat pelayanan dalam melayani daerahdaerah belakangnya. Secara nyata dapat dilihat dari adanya infrastruktur jalan. Aksesibilitas yang tinggi antar kecamatan dapat dilihat dari jalur penghubung yang ada (dalam hal ini jalan antar kecamatan dan fasilitas pelayanan). Berdasarkan hal tersebut maka kecamatan-kecamatan yang ada di hirarki I mempunyai aksesibilitas yang baik di banding kecamatan-kecamatan lainnya (Gambar 35 ). Hirarki I memiliki karakteristik jumlah dan jenis fasilitas yang lebih banyak daripada hirarki II dan hirarki III, seperti: fasilitas perbankan, rumah potong hewan, pasar hewan, sarana kesehatan dan pertokoan. Oleh karena itu hirarki I menjadi pusat pemasaran dan perdagangan. Hirarki II dan hirarki III memiliki karakteristik jumlah dan jenis fasilitas pelayanan yang lebih sedikit daripada hirarki I sehingga menjadi wilayah hinterland yang berfungsi sebagai kawasan produksi untuk disuplai kewilayah hirarki I.
3 149 Tabel 45 : Hirarki Kecamatan di Kabupaten Banyumas Berdasarkan Jangkauan Pelayana Infrastruktur dan Fasilitas Publik No Kecamatan Hirarki Karakteristik wilayah 1 Wangon I - Fasilitas pelayanan pendidikan ( rasio sekolahan 2 Purwokerto Timur I SLTA terhadap murid tinggi, indeks diversitas sara- 3 Sumpiuh I na pendidikan tinggi) 4 Purwokerto Barat I - Fasilitas kesehatan ( rasio rumah sakit terhadap penduduk tinggi, rasio poliklinik terhadap penduduk tinggi, rasio apotik terhadap penduduk tinggi, indeks diversitas sarana kesehatan tinggi) - Fasilitas lembaga keuangan ( rasio bank umum terhadap penduduk tinggi) - Fasilitas komunikasi ( rasio wartel/kiospon/warnet terhadap penduduk tinggi) - Fasilitas pasar modern ( rasio supermarket terhadap penduduk tinggi) - Fasilitas pelayanan pengolahan hasil produk ( rasio rumah potong hewan terhadap penduduk tinggi) 5 Lumbir II - Fasilitas pasar tradisional ( rasio pasar dan pasar 6 Jatilawang II tanpa bangunan permanen terhadap penduduk 7 Kebasen II tinggi ) 8 Tambak II 9 Somagede II 10 Kalibagor II 11 Banyumas II 12 Purwojati II 13 Ajibarang II 14 Gumelar II 15 Cilongok II 16 Baturaden II 17 Sumbang II 18 Kembaran II 19 Sokaraja II 20 Rawalo III - Fasilitas lembaga keuangan ( rasio koperasi non 21 Kemranjen III KUD tinggi) 22 Patikraja III 23 Pekuncen III 24 Karang lewas III 25 Kedungbanteng III 26 Purwokerto Selatan III 27 Purwokerto Utara III Sumber: Data hasil olahan
4 150 Berdasarkan level Kabupaten, maka wilayah kecamatan di hirarki I merupakan inti sedangkan kecamatan lainnya menjadi hinterland. Secara konseptual antara wilayah inti dan wilayah hinterland merupakan suatu wilayah saling terkait secara sinergis. Wilayah inti berfungsi mendorong dan memfasilitasi perkembangan wilayah hinterland dengan menyediakan fasilitas pelayanan yang dibutuhkan, sedang wilayah hinterland lebih berfungsi sebagai kawasan produksi yang bisa menjadi suplai bagi wilayah lain (Gambar 35 dan Tabel 46). Kedepan, Kabupaten Banyumas tidak bisa lagi mempertahankan pertanian dengan skala yang gurem. Pertanian di Kabupaten Banyumas harus moderen, dan inilah yang disebut pengembangan wilayah dengan pendekatan sistim agropolitan. Selama ini pertanian di Kabupaten Banyumas telah menunjukan perkembangan yang signifikan dan masih banyak yang perlu ditingkatkan.
5 151
6 152 Kebijakan-kebijakan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan di Kabupaten Banyumas sehingga dapat mendorong kinerja pembangunan ekonomi daerah antara lain : 1. Kebijakan yang harus dilakukan dalam mendorong kinerja sektor pertanian dan perdagangan : a. Meningkatkan produktifitas sektor pertanian di wilayahnya sendiri melalui : Peningkatan kualitas sumberdaya manusia, seperti: peningkatan jumlah jaringan dan kualitas puskesmas, peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kesehatan, dan peningkatan menejemen pelayanan pendidikan pembangunan infrastruktur transportasi darat dalam rangka memperkuat aksesibilitas masyarakat melalui upaya : peningkatan status seluruh ruas jalan kabupaten menjadi jalan propinsi dan seluruh ruas jalan desa menjadi jalan kabupaten, memantapkan/menyempurnakan jalan-jalan poros desa yang menjadi sentra-sentra transportasi antar desa kecamatan - kabupaten dan provinsi, mendorong/mengembangkan partisipasi masyarakat perdesaan dalam hal membantu memelihara/merawat jalan-jalan yang sudah ada dan mengatasi setiap permasalahan yang berkait dengan aktivitas transportasi di desa masingmasing, sesuai kemampuan sumberdaya yang dimiliki, dan memantapkan dan menyempurnakan rencana tata ruang di bidang transportasi dengan berbagai implikasinya. Kecamatan-kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain: Kecamatan Wangon, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Sumpiuh, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somegede, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Baturaden, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Kedungbanteng dan Kecamatan Purwokerto Selatan b. Kerjasama antar kecamatan melalui interaksi sosial, seperti: kebiasaan berkunjung antar warga kecamatan, berkumpul bersama dalam acara kegiatan budaya sehingga akan mengurangi konflik antar wilayah dan tercipta pengembangan pusat kegiatan. Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen,
7 153 Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kembaran, Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan Purwokerto Barat dan Kecamatan Purwokerto Utara. 2. Kebijakan yang harus dilakukan terhadap aktifitas ekonomi di wilayahnya sendiri (intensitas populasi ternak dan produktifitas perikanan di wilayah sendiri) yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi kecamatan melalui perbaikan sistim pemasaran, seperti : Penguatan pasar dalam daerah yang diikuti dengan tingkat proteksi yang memadai; Pengembangan infrastruktur pemasaran (sarana dan kelembagaan pasar); Pengembangan jejaring pemasaran berbasis supply chain management ; pengembangan sistem informasi pemasaran; pengembangan pasar keluar daerah serta penguatan negosiasi dan lobby di forum regional. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas harus melakukan pembinaan dan koordinasi dengan pengusaha pedagang pengumpul, pedagang besar dalam mempertahankan tingkat harga yang layak agar petani tetap tertarik melakukan usahanya di bidang pertanian. Pemerintah Daerah Kabupaten Banyumas harus melakukan inisiasi dalam promosi dan kerja sama dengan pengusaha diluar daerah. Kecamatan-kecamatan yang perlu diperhatikan, antara lain: Kecamatan Lumbir, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Somagede, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Ajibarang, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Sumbang. 3. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan : a. Melakukan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam mendorong pertumbuhan sektor industri di wilayah sekitarnya melalui upaya meningkatkan daya saing industri dengan mengembangkan pola jaringan rumpun industri (industrial cluster) sebagai fondasinya, berdasarkan prinsip :
8 154 Pengembangan rantai nilai tambah dan inovasi, di mana yang paling diperhatikan adalah pilihan terhadap arah pola pengembangan yang ditetapkan pada suatu periode tertentu. Penguatan (perluasan dan pendalaman) struktur rumpun industri dengan membangun keterkaitan antara industri dengan setiap aktifitas ekonomi yang terkait (sektor primer, sekunder dan tersier). Pembangunan fondasi ekonomi mikro (lokal) agar terwujud lingkungan usaha yang kondusif, melalui penyediaan berbagai infrastruktur dan peningkatan kapasitas kolektif (teknologi, mutu, peningkatan kemampuan tenaga kerja dan infrastruktur fisik) serta penguatan kelembagaan ekonomi. Lingkungan usaha yang kondusif ini dapat menjamin bahwa peningkatan interaksi, produktivitas dan inovasi yang terjadi melalui persaingan sehat, dapat secara nyata meningkatkan daya saing perekonomian secara berkelanjutan. Peningkatan efisiensi, modernisasi dan nilai tambah sektor pertanian yang dikelola dengan pengembangan agribisnis yang dinamis dan efisien, dengan melibatkan partisipasi aktif petani. Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Somagede, Kecamatan Cilongok, Kecamatan Banyumas, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Karanglewas. b. Terjadinya peningkatan angkatan kerja menganggur di wilayah sekitarnya dapat menghambat pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan sehingga perlu di lakukan upaya-upaya kerjasama antar wilayah kecamatan dalam hal Menciptakan peluang usaha dengan mendorong pengembangan usaha mikro Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Somagede, Kecamatan Cilongok, Kecamatan
9 155 Banyumas, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Gumelar, Kecamatan Karanglewas. c. Melakukan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam mengelola infrastruktur jalan dan jembatan yang dapat menghambat pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan melalui upaya : memantapkan /menyempurnakan jalan-jalan poros desa yang menjadi sentra-sentra transportasi antar desa kecamatan - kabupaten dan provinsi. Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Lumbir, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Tambak, Kecamatan Somagede, Kecamatan Kalibagor, Kecamatan Purwojati, Kecamatan Pekuncen, Kecamatan Baturaden, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kembaran dan Kecamatan Purwokerto Timur. 4. Kebijakan dalam meningkatkan pertumbuhan sektor industri melalui upaya kerja sama antar wilayah kecamatan dalam mengelola infrastruktur jaringan jalan dan jembatan di wilayah yang berbatasan langsung sehingga antara sumber-sumber produksi, pasar dan konsumen dapat berinteraksi dengan baik. Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Banyumas, Kecamatan Patikraja, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kecamatan Sokaraja. 5. Kebijakan dalam menekan laju angkatan kerja menganggur melalui peningkatan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam menyusun anggaran belanja rutin sehingga kebutuhan-kebutuhan antar wilayah yang saling terkait dapat terakomodasi dengan baik sehingga problem-problem angkatan kerja menganggur yang ada di wilayah kecamatan dapat diselesaikan atau anggaran belanja kecamatan sudah tepat sasaran. Kecamatan- kecamatan yang perlu mendapat perhatian, antara lain : Kecamatan Lumbir, Kecamatan Wangon, Kecamatan Rawalo, Kecamatan Jatilawang, Kecamatan Kemranjen, Kecamatan Tambak, Kecamatan Sumbang, Kecamatan Kebasen, Kecamatan Baturaden, Kecamatan Kembaran dan Kecamatan Sokaraja, Kecamatan Kedung Banteng.
SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS
SIARAN PERS KPU KABUPATEN BANYUMAS Sebagaimana ketentuan pasal 195 UU Nomor 2017, penyusunan dan penetapan Dapil Anggota DPRD Kabupaten/Kota pada pemilu 2019 dilakukan oleh KPU. Dalam menyusun dan menetapkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian dan kelautan yang memiliki peran penting sebagai penggerak kemajuan perekonomian nasional di Indonesia. Selain menjadi
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 70 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT PENDIDIKAN KECAMATAN PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 82 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT BINA MARGA PADA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 85 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA UNIT KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN WILAYAH PADA DINAS
Lebih terperinciANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh *) Rian Destiningsih
ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN PANGAN KABUPATEN BANYUMAS Oleh *) Rian Destiningsih Email : riandestiningsih@untidar.ac.id Abstrak Stabilitas ketahanan pangan dapat terwujud salah satunya ketika ketersediaan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR PADA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN
Lebih terperinciSekapur Sirih. Purwokerto, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas. Ir. Suherijatno
Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS
ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PERMUKIMAN DALAM PEMENUHAN PERUMAHAN UNTUK MASYARAKAT DI KABUPATEN BANYUMAS Melly Heidy Suwargany Jurusan Geografi, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: mellyheidy@gmail.com
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 75 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATAKERJA RUMAH PEMOTONGAN HEWAN PADA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusaha. Seiring dengan meningkatnya pembangunan nasional terutama dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,
PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR TAHUN TENTANG PEMETAAN APOTEK DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. c. bahwa pembangunan di bidang pelayanan farmasi di
Lebih terperinci1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja
156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan
Lebih terperinciTema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS.
Tema: pengelolaan wilayah kelautan, pesisir dan pedalaman ANALISIS TIPOLOGI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) Sukiman 1) Rakhmat Priyono
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah
70 HASIL DAN PEMBAHASAN Konfigurasi Spasial Karakteristik Wilayah Proses analisis komponen utama terhadap kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas yang didasarkan pada data Potensi Desa (PODES)
Lebih terperinciREKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA
Pencairan Bulan Oktober - Desember Tahun 2016 REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN TAHUN ANGGARAN 2016 NO JENIS SEKOLAH DANA SEKOLAH 1 SMA / SMA TERBUKA 36 18.475 6.466.250.000 2 SMK / SMK SATU
Lebih terperinciJumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak rumah tangga
Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak 202.580 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Banyumas Tahun 2013 sebanyak 17 Perusahaan Jumlah
Lebih terperinciREKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2016 TAHUN ANGGARAN 2016 JUMLAH NO JENIS SEKOLAH JUMLAH DANA
Pencairan Bulan Juli - September Tahun 2016 REKAPITULASI SEKOLAH PENERIMA DANA BOS DIKMEN TAHUN ANGGARAN 2016 NO JENIS SEKOLAH DANA SEKOLAH 1 SMA / SMA TERBUKA 37 15.906 5.567.100.000 2 SMK / SMK SATU
Lebih terperinciDISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH ABSTRACT
8 DISTRIBUSI KOMODITAS ANDALAN SUBSEKTOR PERIKANAN BERBASIS POTENSI WILAYAH DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH Tobari Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Jl. Dr. Soeparno, Purwokerto e-mail
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH
SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN BANYUMAS
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 15 TAHUN2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN
Lebih terperinciANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)
ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1) 1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman Email: dwiagustin732@ymail.com
Lebih terperinciHASIL-HASIL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANYUMAS
HASIL-HASIL PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 DI KABUPATEN BANYUMAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS 2015 Hasil-hasil Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 di Kabupaten Banyumas
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-- -. BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENATAAN MENARA TELEKOMUNIKASI DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciAngka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)
Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012) BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Beban TB semakin meningkat seiring semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan adalah salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan pemerintah yang memfokuskan
Lebih terperinciAPLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB
1 APLIKASI SISTEM KOORDINAT BOLA DALAM PENENTUAN PUSAT DAN TINGGI RATA RATA WILAYAH KECAMATAN SE KABUPATEN BANYUMAS DENGAN BANTUAN PROGRAM MATLAB SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai
Lebih terperinciIV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS
IV. ANALISIS SITUASIONAL DISTRIBUSI PUPUK DI BANYUMAS 4.1 Profil Daerah Kabupaten Banyumas adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Purwokerto sebagai Ibukotanya. Kabupaten ini berbatasan
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH Menimbang : a. bahwa meningkatnya kegiatan produksi biomassa yang memanfaatkan tanah dan sumber daya alam secara tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan lahan
Lebih terperinciDATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) KABUPATEN BANYUMAS PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015
DATA PENCAIRAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) PEMENUHAN KEKURANGAN TRIWULAN 3 & 4 TAHUN 2015 SD/SDLB NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK 1 SD NEGERI
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS
IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS Oleh Emmy Saraswati 1), Endang Sri Gunawati 1), Asteria Pudyantini 1) 1 ) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : bahwa sebagai
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS Keadaan geografis Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah
54 GAMBARAN UMUM KONDISI WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS Keadaan geografis Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah terletak diantara : - 108 0 39 17 109 o 27 15 Bujur Timur
Lebih terperinciPurwokerto, Juli 2013 Juni Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Banyumas. Ir. H. SUGIYATNO, MM NIP
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap satuan kerja Pemerintahan diwajibkan membuat Rencana Strategis (Renstra) sebagai pedoman kerja
Lebih terperinciEVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS
` EKO-REGIONAL, Vol.6, No.2,September 2011 EVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Barokatuminalloh 1) 1) Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT Health
Lebih terperinciLampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009
LAMPIRAN 223 Lampiran 1 Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Pertumbuhan Penduduk di Wilayah BARLINGMASCAKEB Tahun 2009 Kabupaten No. Kecamatan Jumlah Penduduk Luas Wilayah (km2) Kepadatan (jiwa/ km2)
Lebih terperinciMATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN
MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 No Tujuan Sasaran Indikator sasaran Kode 1. ketersediaan obat, vaksin dan perbekalan serta meningkatnya upaya pengawasan peredaran
Lebih terperinciKANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM TAHUN 2003 DAN 2012 DI KABUPATEN BANYUMAS THE IODINE CONTENT IN SALT IN BANYUMAS DISTRICT ON 2003 AND 2012.
KANDUNGAN IODIUM DALAM GARAM TAHUN 2003 DAN 2012 DI KABUPATEN BANYUMAS THE IODINE CONTENT IN SALT IN BANYUMAS DISTRICT ON 2003 AND 2012 Endo Dardjito Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah. Pembangunan merupakan proses perubahan secara terus menerus dan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah 2.1.1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan merupakan proses perubahan secara terus menerus dan terjadi dalam jangka panjang, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Jones (Daldjoeni, 1986 : 9), geografi menelaah aspek-aspek dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Jones (Daldjoeni, 1986 : 9), geografi menelaah aspek-aspek dari kehidupan manusia yang menciptakan bentang-bentang alam serta wilayah-wilayah yang
Lebih terperinciSebaran Disparitas Antar Daerah di Kabupaten Banyumas
Sebaran Disparitas Antar Daerah di Kabupaten Banyumas Dede Prabowo Wiguna Alumni FMIPA Universitas Indonesia Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Anggota IPLBI (Ikatan Peneliti Lingkungan
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah
7 2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pengembangan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN
SALINAN BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKawasan Cepat Tumbuh
Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi Terjadi dorongan kerjasama pembangunan antar wilayah secara fungsional Kawasan Cepat Tumbuh Meningkatnya nilai tambah dan daya saing produk unggulan Tercipta keterpaduan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. misalnya di hutan atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana mana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan tumbuhan yang mudah dijumpai di alam bebas misalnya di hutan atau pun kebun. Jamur dapat tumbuh di mana mana terutama pada musim hujan. Jamur yang ada
Lebih terperinciPOTENSI KABUPATEN BANYUMAS SEBAGAI DAERAH BINAAN BPT-HMT BATURRADEN DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN BIBIT SAN PERAH DI TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT
Seminar Nasional Peterakan dan Veleriner 2000 POTENSI KABUPATEN BANYUMAS SEBAGAI DAERAH BINAAN BPT-HMT BATURRADEN DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN BIBIT SAN PERAH DI TINGKAT PETERNAKAN RAKYAT ANNEKE ANGGRAENI',
Lebih terperinciBAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,
BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 10.1. Program Transisii P roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan, berlangsung secara terus menerus. RPJMD Kabupaten Kotabaru
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKjIP ) DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2016
LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( LKjIP ) DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 06 DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS EXECUTIVE SUMMARY ( RINGKASAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari lahan tercakup dalam pemanfaatan lahan (Juhadi,2007:11).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lahan khususnya untuk permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang memerlukan perhatian khusus, terutama pada daerah dengan risiko terjadinya
Lebih terperinciPENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan
PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net Pengembangan Kawasan Pertanian Industrial
Lebih terperinciRENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN BANYUMAS TAHUN ANGGARAN 2014
Lampiran I: Surat Keputusan Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Nomor : 050 / 008 / 2014 Tanggal : 2 Januari 2014 RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN BINA MARGA KABUPATEN
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS 2018
cover MERANCANG ARENA KOMPETISI: Analisis dan Usulan Daerah Pemilihan (Dapil) dan Alokasi Kursi Anggota DPRD Kabupaten Banyumas Pada Pemilu 2019 i KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANYUMAS 2018 TIM PENYUSUN
Lebih terperinci3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan
VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA
KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA WORKSHOP NASIONAL PENGEMBANGAN GULA KEPALA DAN AREN Purwokerto, 17 Desember 2015 Oleh : Ir. ACHMAD HUSEIN Bupati Banyumas
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA JALAN JENDERAL SUDIRMAN KAV. 69, JAKARTA 12190, TELEPON (021) 7398381-7398382, FAKSIMILE (021) 7398323 SITUS http: //www.menpan.go.id
Lebih terperinciBAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
71 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Ketimpangan dan Tingkat Perkembangan Wilayah Adanya ketimpangan (disparitas) pembangunan antarwilayah di Indonesia salah satunya ditandai dengan adanya wilayah-wilayah
Lebih terperinciDiskribsi Variabel yang Digunakan Dalam Mengukur Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah dan Kinerja Sistim Agropolitan Diskribsi Variabel Keterangan
Lampiran 1 A. Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah Diskribsi Variabel yang Digunakan Dalam Mengukur Kinerja Pembangunan Ekonomi Daerah dan Kinerja Sistim Agropolitan 1. Laju pertumbuhan PDRB / kapita atas
Lebih terperinciNo. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah) Sub Bidang Sumber Daya Air 1. Pengembangan, Pengelolaan, dan Konservasi Sungai, Danau, dan
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi
BAB III ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 3.1 Permasalahan Pembangunan 3.1.1 Permasalahan Kebutuhan Dasar Pemenuhan kebutuhan dasar khususnya pendidikan dan kesehatan masih diharapkan pada permasalahan. Adapun
Lebih terperinciTabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan MISI TUJUAN SASARAN
Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Kab. Minahasa Selatan 2016-2021 I. MENGEMBANGKAN KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERIMAN DAN BERBUDAYA MEMBENTUK MANUSIA YANG BERTAQWA KEPADA TUHAN YANG
Lebih terperinciSTUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PENAMBANGAN BATUAN (Studi kasus KLHS Pertambangan Batupasir)
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA PENAMBANGAN BATUAN (Studi kasus KLHS Pertambangan Batupasir) Waterman Sulistyana Bargawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN INDIVIDU PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN Oleh: Edmira Rivani, S.Si., M.Stat. Peneliti Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN
Lebih terperinciDATA DASAR PUSKESMAS PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH
DATA DASAR PROVINSI KEPULAUAN JAWA TENGAH KONDISI DESEMBER 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 2015 JUMLAH MENURUT KABUPATEN/KOTA (KEADAAN 31 DESEMBER 2014) PROVINSI JAWA TENGAH KAB/KOTA
Lebih terperinciRANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017
RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah
Lebih terperinciEVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Barokatuminalloh 1)
EVALUASI EFISIENSI TEKNIK SEKTOR PUBLIK DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Barokatuminalloh 1) 1) Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman EKO-REGIONAL, Vol.3, No.2, September 2008 ABSTRACT Health and
Lebih terperinciPEMETAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BANYUMAS
Tema 3:, Gizi dan Kesehatan PEMETAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN BANYUMAS Oleh Ratna Setyawati Gunawan a, Emmy Saraswati b, dan Nunik Kadarwati c a,b,c Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal
Lebih terperinciBAB III Visi dan Misi
BAB III Visi dan Misi 3.1 Visi Pembangunan daerah di Kabupaten Bandung Barat, pada tahap lima tahun ke II Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) atau dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Lebih terperinciKONDISI EXISTING 2008 TARGET PENCAPAIAN PROGRAM INDIKASI KEGIATAN INDIKATOR KINERJA PROGRAM STRATEGI PROGRAM SASARAN PROGRAM 1.1. URUSAN PERDAGANGAN
LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR : 5 TAHUN 2010 TANGGAL : TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 1.1. URUSAN PERDAGANGAN jaringan distribusi pada sektor
Lebih terperinciVISI, MISI DAN PORGRAM VISI
VISI, MISI DAN PORGRAM PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN SORONG (ZETH KADAKOLO,SE,MM DAN H.IBRAHIM POKKO) VISI Terwujudnya Masyarakat yang Sejahtera, Mandiri, Berkarakter, Berahlaq dan Berkeadilan
Lebih terperinciBAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM
BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM A. SASARAN STRATEJIK yang ditetapkan Koperasi dan UKM selama periode tahun 2005-2009 disusun berdasarkan berbagai
Lebih terperinci2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila
No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1 Visi 2014-2018 adalah : Visi pembangunan Kabupaten Bondowoso tahun 2014-2018 TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Perbandingan Temuan dengan Proposisi
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Perbandingan Temuan dengan Proposisi Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proposisi pertama Perkembangan pola tata ruang kawasan destinasi pariwisata kepulauan di pengeruhi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro,
Lebih terperinciSTATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUMAS 2015
KATALOG BPS : 1101002.3302 STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUMAS 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BANYUMAS STATISTIK DAERAH KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33025.15.03 Katalog BPS : 1101002.3302
Lebih terperinciAKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN. ARIS SUBAGIYO Halama n
AKTIVITAS EKONOMI HULU-HILIR DI PERBATASAN ARIS SUBAGIYO Halama n 1 & PUSAT PERTUMBUHAN PELAYANAN Halama n Penentuan Pusat Pertumbuhan & Pusat Pelayanan 4 ciri pusat pertumbuhan : Adanya hubungan internal
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N
1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendekatan pembangunan yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat tidak dapat dipungkiri dan telah mengakibatkan pertumbuhan di perkotaan melampaui kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan Sasaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap wilayah memiliki berbagai upaya perencanaan terhadap wilayah tersebut dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Contohnya seperti wilayah tersebut memberikan pelayanan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 V i s i Visi Kabupaten Pandeglang untuk periode tahun 2016-2021 adalah: Terwujudnya Pandeglang Berkah melalui transformasi harmoni agrobisnis, maritimbisnis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan desa merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, dengan demikian pembangunan desa mempunyai peranan yang penting dan bagian yang tidak terpisahkan
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL I A Program Percepatan Pembangunan Daerah pusat produksi daerah 1. Meningkatnya
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 V i s i Visi Kabupaten Pandeglang untuk periode tahun 2016-2021 adalah: Terwujudnya Pandeglang Berkah melalui transformasi harmoni agrobisnis, maritimbisnis dan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciLAMBANG DAERAH KABUPATEN BANYUMAS. BPS Kabupaten Banyumas
S BP Ka bu pa te n as um Ba ny LAMBANG DAERAH KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS SAMBUTAN Buku " KABUPATEN BANYUMAS DALAM ANGKA 2011 " diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas Bekerja
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan
82 BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Konsep pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Leuwiliang adalah dan mengembangakan kegiatan pertanian
Lebih terperinciPengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014
Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013 ISU STRATEGIS, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2014 A. Isu Strategis
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH 5.1 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Untuk Masing masing Misi Arah pembangunan jangka panjang Kabupaten Lamongan tahun
Lebih terperinci