ANALISIS SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENGISIAN AVTUR PADA HEADERLINE DPPU NGURAH RAI DENPASAR-BALI
|
|
- Yohanes Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENGISIAN AVTUR PADA HEADERLINE DPPU NGURAH RAI DENPASAR-BALI Swasta Adhitya ; Totok Soehartanto ; Gunawan Nugroho Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya ABSTRAK Bukaan valve pada control valve PCV351 yang ada di DPPU Ngurah Rai terlalu kecil untuk operasi normal atau permintaan bahan bakar sebesar ±120 m 3 /jam. Hipotesa awal terjadinya keadaan tersebut yaitu adanya ketidaksesuaian antara sistem perpipaan dengan pemilihan control valve. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peristiwa bottle neck sehingga kemungkinan terjadinya kavitasi sangat tinggi. Kavitasi secara umum diketahui merugikan. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan analisis system perpipaan secara kesuluruhan dilakukan untuk mengetahui penyebab bukaan valve yang terlalu kecil untuk operasi normal. Analisis dilakukan menggunakan metode Hardy Cross. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui nilai head di setiap titik yang diinginkan dengan menggunakan nilai koefisien loss dari setiap pipa dan persamaan kesetimbangan massa untuk setiap titik yang saling berhubungan. Kemudian program simulasi dibuat untuk mendapatkan nilai head pada sisi inlet PCV351 yang kemudian nilai head tersebut digunakan untuk mengetahui nilai tekanan inlet PCV351. Nilai tekanan digunakan untuk mendapatkan variasi nilai Cv PCV351 dengan variasi 6 tangki, 6 pompa dan 11 besar laju lairan yang berbeda. Nilai Cv terbesar, Cv keadaan normal dan Cv terendah yang didapat berturut-urut sebesar , , dan Nilai Cv tertinggi yang didapat dari hasil perhitungan hanya sebesar 43.7% dari nilai Cv PCV 351. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan nilai Cv maksimum menjadi 70% atau 770 yaitu dengan menambah local loss. Nilai local loss yang didapatkan sebesar Nilai Cv terendah dan keadaan normal bila menggunakan tambahan local loss menjadi dan Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan nilai sebelumnya. Hal ini mengindikasikan, penambahan local loss tidak efektif memperbesar nilai Cv. Alternatif terakhir yaitu penggantian control valve PCV 351 yang terpasang dengan control valve baru dengan nilai Cv 705. Hasil analisis menyebutkan range kerja control valve dengan Cv 705 berada dalam range proses. Kata kunci: bukaan valve, kavitasi, Hardy Cross, Sistem Perpipaan. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) Ngurah Rai merupakan unit usaha PT PERTAMINA (Persero) yang melayani pengisian bahan bakar pesawat udara berupa avtur di Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar-Bali. Proses pengisian memerlukan pengendalian terhadap tekanan yang menuju tangki pesawat agar tekanan aliran avtur sesuai dengan yang dibutuhkan. Tekanan yang diinginkan sebesar 10,50 kg/m 2. Proses pengendalian menggunakan mode PI (proporsional integral) dan menggunakan sensor dan pengendali akhir (control valve) dengan tag number PCV351. Pemilihan control valve ditentukan melalui karakter proses yang ada dengan menentukan kapasitas dari control valve(cv) yang harus disediakan. Data proses yang dibutuhkan diantaranya laju aliran (normal), laju aliran (maksimal), tekanan masuk (p1), beda tekanan (normal), beda tekanan (maksimal), dan specific gravity. Control valve hanya membuka sedikit untuk laju aliran 120 m 3 /jam sebagai kondisi normal dari proses pengisian avtur yang sering dilayani DPPU Ngurah Rai. Bukaan valve yang kecil menyebabkan perbedaan tekanan upstream dan downstream besar sehingga terjadi kavitasi Pihak vendor menjelaskan penentuan control valve sudah sesuai dengan menggunakan data proses dari dari konsultan sebelumnya. Hasil perhitungan berupa nilai Cv. Nilai Cv yang didapat berdasar 531. Berdasarkan hasil tersebut, dipilih control valve dengan Cv sebesar Hal ini dikarenakan nilai Cv hasil perhitungan masih berada pada daerah kerja untuk control valve dengan Cv Hal ini bertentangan dengan keadaan di lapangan dimana bukaan yang sedikit menunjukkan ada kemungkinan control valve tidak sesuai dengan proses pada DPPU Ngurah Rai. Hal inilah yang dijadikan hipotesa pada tugas akhir ini. Untuk membuktikan hipotesa tersebut, diperlukan analisis terhadap sistem perpipaan untuk mendapatkan data proses.. Analisis dilakukan dengan mengetahui koefisien head loss seluruh komponen dan besaran fisis yang diperlukan (debit & tekanan) pada sistem perpipaan. Kemudian permodelan matematis dilakukan menggunakan metode Hardy Cross untuk mengetahui nilai dari laju aliran dan tekanan pada setiap cabang (A.M.G. Lopes, 2003) [8]. Metode Hardy Cross mengasumsikan kesetimbangan antara tekanan dan gaya pada keadaan steady dan incompressible flow (Dejan Brkic, 2008) [10]. Nilai head digunakan untuk menunjukkan nilai tekanan inlet pada control valve. Dari model yang didapatkan, dilakukan pemrograman yang akan digunakan untuk menganalisa sistem perpipaan mulai dari tangki sampai hydrant pit valve. Pemrograman yang dibuat harus mampu mensimulasikan proses pengisian avtur dengan variasi penggunaan 1 pompa sampai 5 pompa, 1 tangki yang sedang dibuka dari 6 tangki dan beberapa hydrant pit valve dari 16 hydrant pit valve. Dari simulasi tersebut diharapkan bisa menggambarkan proses pengisian avtur di DPPU Ngurah Rai dan mampu menunjukkan nilai laju aliran dan tekanan inlet control valve. 1.2 Perumusan masalah Berdasar hipotesa yang telah disebutkan, dilakukan perumusan masalah untuk membuktikan hipotesa tersebut. Permusan masalahnya yaitu bagaimana cara mengetahui karakteristik aliran fluida pada sistem perpipaan perpipaan di DPPU Ngurah Rai guna mengetahui penyebab bukaan valve yang sangat kecil untuk laju aliran 120 m 3 /jam. 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas akhir ini adalah melakukan analisis karakterisitik aliran fluida pada sistem perpipaan di DPPU 1
2 Ngurah Rai guna mengetahui penyebab bukaan valve yang sangat kecil untuk laju aliran 120 m 3 /jam. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Seluruh komponen dalam sistem perpipaan berkondisi baik. Aliran pada sistem perpipaan dalam kondisi tunak Incompressible fluid dan incompressible flow berlaku hukum kekekalan massa BAB II TEORI PENUNJANG Fluida mengalir ketika terjadi perbedaan head pada dua buah titik yang berbeda. Head adalah energi per satuan berat pada fluida yang mengalir. Head terdiri dari tiga komponen yaitu tekanan, kecepatan, dan kedudukan sesuai dengan persamaan Bernoulli. dapat dilihat pada persamaan 2.1 [14]. (2.1). Penjelasan masing-masing komponen persamaan 2.1 yaitu yaitu head disebabkan oleh tekanan statis lokal (m). yaitu head disebabkan oleh tekanan dinamis lokal (m) yaitu head ketinggian (m) yaitu jumlah head pada aliran (m). Total head juga bisa disebut sebagai energy grade line (EGL). Nilai EGL tidak pernah berubah sepanjang aliran tanpa gesekan ketika tidak ada kerja yang diberikan. Sedangkan hydraulics grade line (HGL) merepresentasikan penjumlahan head tekanan statis dan head ketinggian, z+ρ/g. Persamaan Bernoulli berlaku untuk aliran tanpa gesekan.dan tidak diberikan kerja. Faktanya, faktor gesekan dalam pipa dan hampir semua sistem perpipaan menggunakan pompa untuk memindahkan fluida yang mempengaruhi perubahan nilai head dari titik awal pada titik selanjutnya. Sehingga persamaan 2.1 menjadi persamaan 2.4 [2]... (2.2) merupakan penjumlahan kerugian head antara titik 1 dan titik 2 yang disebabkan gesekan pada pipa. merupakan energi mekanik per satuan berat yang diberikan oleh mesin hidrolik.. Pompa menambahkan energi sehingga bernilai positif selanjutnya disebut. Turbin mengekstrak energi dari aliran sehingga bernilai negatif selanjutnya disebut. 2.1 Fenomena Head Loss Head Loss merupakan berkurangnya nilai head yang dimiliki fluida mengalir pada dua titik acuan. Head loss terbagi menjadi dua, yaitu major loss dan minor loss. Major loss terjadi karena adanya gesekan antara fluida mengalir dengan dinding pipa. Major Loss ditentukan melalui persamaan 2.3.! "# (2.3) 2 dimana : f : faktor gesekan (friction factor) L : panjang pipa (m) D : diameter (m) v : kecepatan (m/s) g : gravitasi (9.8 m/s 2 ) Q : debit (m 3 /s) A : luas penampang pipa (m 2 ) K M : koefisien major loss Minor Loss terjadi disebabkan oleh komponen lain selain gesekan dinding pipa. Minor Loss ditentukan melalui persamaan 2.4.!!! # (2.4) dimana! koefisien local loss dan K m koefisien minor loss. Berdasar persamaan 2.3 dan 2.4, besar head loss suatu pipa didapat dengan menjumlahkan mayor loss dan minor loss. Hubungan ini dapat dilihat pada persamaan 2.5. $%% $%%! " #! & # 2 $%% (! "! & )# 2 $%%!# 2 (2.5) dimana : h Loss : head loss dari node satu ke node lainnya (m) h f : major loss (m) h L : minor loss (m) K M : koefisien major loss K m : koefisien minor loss K : koefisien loss Q : debit (m 3 /s) 2.2 Metode Hardy Cross Metode Hardy Cross merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menganalisa distribusi fluida dengan menggunakan hubungan antar loop dan node pipa. Metode Hardy Cross memiliki kesamaan dengan hukum Kirchoff. Jika pada Hukum Tegangan Kirchoff menyatakan bahwa jumlah tegangan pada suatu loop rangkaian listrik bernilai nol, maka pada metode Hardy Cross-pun demikian dimana penjumlahan kerugian head (head loss) pada suatu loop perpipaan bernilai nol [10]. Hukum Arus Kirchoff yang menyatakan penjumlahan arus yang masuk dan keluar pada suatu titik percabangan bernilai nol, maka pada metode Hardy Cross-pun memiliki penjumlahan debit yang masuk dan keluar pada titik percabangan bernilai nol. Pada penelitian ini, titik percabangan pada DPPU Ngurah rai diasumsikan mempunyai 5 kondisi. Hal ini dapat dilihat pada lampiran Analogi Sistem Perpipaan. Kondisi pertama merupakan node yang memiliki aliran 1 input dan 2 output. Kondisi ini digambarkan pada Gambar 2.1 dan memiliki persamaan seperti persamaan 2.6. [G1] [HX] (G4) [G3] (G2) (G6) [G5] Gambar 2.1 Node 1 input dan 2 output
3 # *+ # $, # # - #. / / / (2.6) dimana : Q 2 : Debit pada pipa 2 (m 3 /s) Q 4 : Debit pada pipa 4 (m 3 /s) Q 6 : Debit pada pipa 6 (m 3 /s) G1 : Nilai head pada node 1 (m) G2 : Nilai koefisien loss pada pipa 2 G3 : Nilai head pada node 3 (m) G4 : Nilai koefisien loss pada pipa 4 G5 : Nilai head pada node 5 (m) G6 : Nilai koefisien loss pada pipa6 HX : Nilai head pada node X (m) Kondisi kedua merupakan node yang memiliki aliran 2 input dan 1 output. Kondisi ini digambarkan pada Gambar 2.4 dan memiliki persamaan seperti persamaan 2.7. Variabel pada persamaan 2.7 sama seperti persamaan 2.6. # *+ # $, # # - #. / / / (2.7) [G1] (G2) [HX] (G4) [G3] (G6) [G5] Gambar 2.2 Node 2 input dan 1 output Kondisi ketiga merupakan node yang memiliki aliran 1 input dan 2 output. Akan tetapi, salah satu dari output-nya dinyatakan dalam besaran debit tidak seperti kondisi pertama yang menerjemahkan seluruh debit output sebagai hasil akar dari pembagian head loss dengan koefisien loss. Kondisi ini digambarkan pada Gambar 2.3 dan memiliki persamaan seperti persamaan 2.8. Variabel pada persamaan 2.8 sama seperti persamaan 2.6. # *+ # $, # # - #. / / #0 (2.8) 0 0- [G1] [HX] (G4) [G3] (G2) (QH) Gambar 2.3 Node 1 input 2 output (QH) dimana QH merupakan debit output (m 3 /s) pada pipa H. Kondisi keempat merupakan node yang memiliki aliran 1 input dan 1 output. Kondisi ini digambarkan pada Gambar 2.4 dan memiliki persamaan seperti persamaan 2.9. Variabel pada persamaan 2.9 sama seperti persamaan 2.6. # *+ # $, # # - / / (2.9) 0 0- [G1] [HX] (G4) [G3] (G2) Gambar 2.4 Node 1 input dan 1 output Kondisi kelima merupakan node yang memiliki aliran 0 input dan 2 output. Kondisi ini digambarkan pada Gambar 2.5 dan memiliki persamaan seperti persamaan Variabel pada persamaan 2.10 sama seperti persamaan 2.6. # *+ # $, 0# - #. / / (2.10) 0-0. [G3] (G4) [HX] (G6) [G5] Gambar 2.5 Node 0 input dan 2 output 2.3 Control Valve Control valve PCV351 yang digunakan untuk mengendalikan tekanan memiliki nilai Cv sebesar Nilai Cv merupakan nilai yang menunjukkan kapasitas aliran dari sebuah control valve. Hal ini ditunjukkan dalam bentuk besaran debit (US gpm) dari air murni (H 2 O) pada suhu 60 C ketika beda tekanan sebesar 1 psi. Variabel yang dibutuhkan untuk menghitung koefisien control valve yaitu debit maksimal, specific gravity, tekanan upstream, dan tekanan downstream. Nilai Cv bisa didapat dari persamaan 2.11 [12]. 9:1.17 => 0 1 (2.11) dimana : C v : koefisien ukuran valve V : debit maksimal (m 3 /jam) G : specific gravity (0.83) P 1 : tekanan upstream (kg/cm 2 ) P 2 : tekanan downstream (kg/cm 2 ) Persamaan 2.11 digunakan untuk menentukan nilai Cv maksimal sesuai kebutuhan proses. Nilai Cv dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan nilai laju aliran dan nilai tekanan upstream control valve. Sedang nilai tekanan downstream bernilai tetap yaitu jumlah nilai tekanan set point (10.50 kg/cm 2 ) dengan pressure loss yang diakibatkan loss yang terjadi antara outlet valve hingga sensor tekanan. Pernyataan tersebut dapat diutarakan dalam bentuk persamaan 2.12.?2? %@ (.A.B..C D ) (2.12) 3
4 dimana : P2 : tekanan downstream control valve (Pa) P set : tekanan set point (Pa) k : koefisien head loss P1-P2 ρ : massa jenis fluida ( kg/m 3 ) g : percepatan gravitasi (9.8 m/s 2 ) Q : laju aliran (m 3 /s) Nilai laju aliran pada proses pengisian avtur di DPPU Ngurah Rai bergantung pada jumlah dan kapasitas pesawat yang melakukan pengisian avtur di DPPU Ngurah Rai. Pada kondisi normal laju aliran avtur sebesar ±120 m 3 /jam. Namun pada kondisi puncak permintaan bisa mencapai 250 m 3 /jam. DPPU Ngurah Rai mampu melayani sampai 750 m 3 /jam. Perubahan nilai Cv ditunjukkan dengan perubahan bukaan valve. Hubungan nilai Cv dengan bukaan valve disebut karakteristik aliran control valve. Karakteristik aliran control valve ada tiga macam yaitu quick opening, linear, dan equal percentage. PCV 351 menggunakan karakteristik aliran equal percentage. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 [12]. Untuk kondisi kedua, dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Fungsi alih untuk kondisi kedua Untuk kondisi ketiga dapat dilihat pada Gambar 3.3 Gambar 3.3 Fungsi alih untuk kondisi ketiga Untuk kondisi keempat data dilihat pada Gambar 3.4. Gambar 2.6 Grafik Hubungan nilai Cv dengan bukaan valve BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Program Simulasi Perancangan program didasarkan pada kelima kondisi sistem perpipaan seperti yang telah disebutkan. Setiap kondisi mempunyai fungsi alih berbeda-beda. Untuk kondisi pertama memiliki fungsi alih seperti Gambar 3.1. Fungsi alih tersebut menyatakan nilai head pada titik x dengan masukan G1, G2, G3,G4, G5 dan G6. Simulasi pada Fluent dilakukan untuk mendapatkan profil aliran fluida yang terdapat pada duct Thermal Oxidizer Unit Gambar 3.4 Fungsi alih untuk kondisi keempat Untuk kondisi kelima dapat dilihat pada Gambar 3.5. Gambar 3.1 Fungsi alih untuk kondisi pertama Gambar 3.5 Fungsi alih untuk kondisi kelima Fungsi alih yang telah disebutkan digunakan untuk menggambarkan hubungan tiap titik percabangan pada sistem perpipaan yang dapat dilihat pada lampiran Analogi Sistem Perpipaan. Program simulasi ini dirancang untuk mendapatkan nilai tekanan inlet control valve PCV351. Tekanan inlet control valve didapat dengan mengetahui nilai head, debit, 4
5 dan ketinggian pada titik tersebut. Sehingga fungsi alih yang digunakan seperti pada Gambar 3.6. Gambar 3.6 Fungsi alih tekanan inlet PCV351 BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI Simulasi dilakukan untuk mengetahui karakteristik aliran fluida yang ditunjukkan melalui perubahan nilai tekanan inlet control valve PCV351 yang disebabkan variasi tangki penimbun yang dibuka, variasi pompa yang digunakan, dan variasi laju aliran avtur yang dilayani sesuai permintaan. Nilai tekanan tersebut digunakan untuk menyatakan nilai Cv dari PCV351 untuk setiap variasinya. Variasi nilai Cv yang didapat dapat menunjukkan apakah control valve yang digunakan sesuai dengan keadaan proses sesuai hipotesa yang diajukan pada BAB I. Simulasi dilakukan dengan melakukan kombinasi tangki, pompa dan debit fluida. Kombinasi tangki dilakukan berurutan. Urutan kombinasi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Kombinasi pompa untuk menjalankan simulasi juga berurutan sesuai dengan urutan pada Tabel 4.2. Akan tetapi kombinasi tersebut juga ditambah dengan jumlah pompa yang aktif. Aturan pengaktifan jumlah pompa yang aktif dapat dilihat pada Tabel 4.3. Sedangakan kombinasi besar laju aliran yaitu 50 m 3 /jam, 90 m 3 /jam, 120 m3/jam, 140 m 3 /jam, 150 m 3 /jam, 290 m 3 /jam, 300 m 3 /jam, 430 m 3 /jam, 450 m 3 /jam, 580 m 3 /jam, 600 m 3 /jam, dan 750 m 3 /jam. Tabel 4.1. Urutan Tangki No. Urutan Tangki 1. T T T T T T253 Tabel 4.2 Urutan Pompa No. Urutan Pompa 1. P301A 2. P301B 3. P301C 4. P351A 5. P351B 6. P351C Tabel 4.3 Kebutuhan pompa No. Besar Debit (m 3 /jam) Jumlah Pompa Aktif Hasil Simulasi Hasil simulasi dari program yang telah dibuat didapatkann nilai tekanan inlet control valve PCV351. Tekanan tersebut diolah kembali menggunakan persamaan 2.11 untuk mendapatkan nilai Cv. Nilai Cv digunakan untuk mengetahi range operasi control valve. Range operasi PCV351 diketahui dengan cara mengetahui nilai Cv tertinggi dan terendah secara keseluruhan. Nilai Cv terbesar terjadi ketika laju aliran bahan bakar besar dan delta tekanan inlet dan outlet PCV351 kecil. Berlaku sebaliknya, nilai Cv terkecil terjadi ketika laju aliran bahan bakar kecil dan delta tekanan inlet dan outlet PCV351 besar. Berdasar hasil perhitungan nilai Cv terbesar dan terkecil yaitu dan Nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.4 dalam bentuk prosentase Cv. Selain mengetahui range operasi PCV351, nilai Cv pada operasi normal (120 m 3 /jam) didapati sebesar Tabel 4.4. Cv tertinggi dan terendah No. Kategori Cv(%) Bukaan valve(%) 1. Cv tertinggi ±67% 2. Cv normal ± 25.9% 3. Cv terendah ±9% 4.2. Pembahasan Berdasar perhitungan yang telah didapat, telah terbukti bahwa nilai Cv yang dari control valve PCV351 terlalu besar untuk proses pengisian avtur pada DPPU Ngurah Rai. Nilai Cv maksimal sebesar Nilai tersebut sangat jauh dengan nilai Cv dari control valve yang terpasang. Nilai Cv control valve yang terpasang sebesar Control valve dengan nilai 1100 mampu membuka ±67% untuk nilai Cv maksimum. Sedangkan untuk Cv normal dan terendah sebesar ±27% & ±9%. Untuk memperbesar bukaan valve, diperlukan upaya untuk memperbesar nilai Cv yaitu dengan cara mengurangi nilai selisih tekanan antara tekanan inlet PCV351 dan tekanan outlet PCV351. Sehingga perlu mengurangi tekanan inlet dengan cara menambahkan rintangan pada pipa sebelum masuk ke inlet. Nilai Cv yang dijadikan acuan untuk merancang perintang yaitu nilai Cv terbesar. Berdasar hasil simulasi, nilai Cv terbesar yaitu atau Nilai tersebut diubah menjadi 70% (770/1100) sehingga dapat diketahui nilai tekanan inlet PCV351 yang berdasar persamaan dengan nilai P2 sebesar , V sebesar 750, dan Cv sebesar 770 sehingga didapat nilai tekanan inlet sebesar kg/cm 2. Sedangkan nilai tekanan inlet untuk Cv maksimum sebesar kg/cm 2 ( Pa). Nilai tersebut harus direduksi hingga kg/cm 2 ( Pa) agar nilai Cv yang akan didapat sebesar 770 atau 70% dari Cv PCV351. Untuk mereduksi tekanan 5
6 inlet yang ada, diperlukan suatu local loss yang mempunyai nilai koefisien minor loss sebesar Bila menggunakan local loss dengan nilai koefisien sebesar itu, pengaruh terhadap nilai Cv yang kecil tidak berarti. Dengan kata lain, bukaan valve untuk laju aliran yang kecil dengan perbedaan tekanan besar tidak mengalami perubahan yang berarti. Hal tersebut dibuktikan untuk laju aliran sebesar 50 m 3 /jam dan 120 m 3 /jam menggunakan satu pompa aktif. Pembuktian pertama yaitu untuk laju aliran sebesar 50 m 3 /jam. Nilai Cv yang didapat sebesar atau %. Nilai Cv tersebut menyatakan bukaan valve sebesar ± 9 %. Sedangkan untuk kasus yang sama tanpa menggunakan local loss tambahan, bukaan yang didapati sebesar ± 9% juga dikarenakan nilai Cv sebesar % atau Pembuktian kedua yaitu untuk laju aliran sebesar 120 m 3 /jam. Pembuktian dilakukan dengan cara yang sama Nilai Cv yang didapat sebesar atau %. %. Nilai Cv tersebut menyatakan bukaan valve sebesar ±26.8 %. Sedangkan untuk kasus yang sama tanpa menggunakan local loss tambahan, bukaan yang didapati sebesar ± 25.9% dikarenakan nilai Cv sebesar % atau Penambahan local loss untuk debit 120 m 3 /jam dengan satu pompa aktif meningkatkan bukaan valve sebesar ± 0.9%. Perubahan sebesar itu tidak terlalu signifikan. Berdasarkan kedua pembuktian tersebut, penambahan local loss sebagai penghambat aliran avtur sebelum memasuki control valve PCV 351 tidak mampu memperbesar nilai Cv untuk laju aliran terkecil (50 m 3 /jam) dan operasi normal (120 m 3 /jam). Alternatif terakhir yaitu penggantian control valve PCV 351 yang semula mempunyai nilai Cv 1100 dengan control valve yang mempunyai nilai Cv 705. Pemilihan nilai Cv sebesar 705 didasari pada nilai terendah dan tertinggi Cv hasil simulasi yaitu sebesar dan Kedua nilai tersebut masih berada pada batas kerja control valve yang berada pada rentang 3 70 % atau Bila digunakan untuk melayani permintaan debit avtur 120 m 3 /jam dengan Cv , didapatkan nilai Cv dalam bentuk persen sebesar %. Nilai tersebut menunjukkan bukaan valve sebesar ± 36%. Walaupun tidak mampu mencapai bukaan sebesar 58%, akan tetapi bukaan valve menjadi jauh lebih besar dibanding dengan menggunakan control valve yang saat ini terpasang. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan simulasi dan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Nilai bukaan valve terbesar dan terkecil tanpa menggunakan tambahan local loss ±67% dan ±9%. Nilai bukaan untuk operasi normal ±25.9% 2. Nilai koefisien minor loss untuk mendapatkan Cv 770 atau bukaan valve 80% untuk nilai Cv tertinggi ( ) yaitu Nilai Cv yang didapat untuk laju aliran 50 m 3 /jam dan 1 pompa aktif bila menggunakan tambahan local loss sebesar atau % dengan bukaan valve ±9 %. Nilai ini tidak begitu berbeda dengan nilai Cv tanpa menggunakan tambahan local loss. Begitu pula untuk laju aliran 120 m 3 /jam dengan 1 pompa aktif didapatkan nilai Cv sebesar atau % dengan bukaan valve ±26.8 %. 4. Penambahan local loss tidak mampu memperbesar bukaan valve secara signifikan untuk laju aliran kecil 50m 3 /jam dan laju aliran kondisi normal 120 m 3 /jam. 5. Penggantian control valve harus dilakukan dengan control valve yang memiliki nilai Cv 705 karena range kerja control valve mencakupi range nilai Cv yang dihasilkan simulasi. 6. Bukaan valve untuk 120 m 3 /jam mencapai 36%. Hal ini jauh lebih baik disbanding sebelumnya walau belum bisa memenuhi bukaan valve sebesar 58 %. DAFTAR PUSTAKA [1] Fox. R.W., Introduction to Fluid Mechanic, New York : John WILEY & Sons, Inc [2] Larock, B.W., Hydraulics of Pipeline Systems.Boca Raton;CRC Press, [3] Incropera, dkk., Fundamental of Heat and Mass Transfer (Sixth edition).wiley. [4] White, Frank M. Fluid Mechanic. Boston : McGraw- Hill. [5] Shaughnessy, Edward J. dkk. Introduction to fluid mechanic. New York : Oxford University Press, [6] Lawson, Thomas B. Fundamental of Aquacultural Engineering. New York : Chapman & Hall [7] ( 0&submit.y=0&qual=high&fname=/jiunkpe/s1/mesn/20 09/jiunkpe-ns-s perpipaanchapter2.pdf), diakses tanggal 10 Desember 2010 Pukul WIB) [8] Lopes, A. M. G Implementation of the Hardy- Cross Method for the Solution of Piping Networks. Wiley InterScience. [9] (diakses tanggal 6 May 2011) [10] Brkic, Dejan An improvement of Hardy Cross method applied on looped spatial natural gas distribution networks. Elsevier. [11] Wheeler, W. D. Wood, R. J. K Erosion of hard surface coatings for use in offshore gate valves. Elsevier. [12] Anonim, How To Select Control valve : Instrumentation Data. Yamatake Corporation [13] Anonim, 2005, Control Valve Handbook. USA:Fisher Control International. [14] Sularso, 1983, Pompa & Kompresor, Jakarta : Pradnya Paramita, Biodata Penulis: Nama : Swasta Adhitya NRP : TTL : Bekasi, 29 Januari 1990 Alamat Sby : Keputih Gg II C/16a Alamat asal : Pondok Tanah Mas D10/20, Bekasi. dhityaswasta@yahoo.com Riwayat Pendidikan: SDN Setia Darma 01 ( ) SMPN 1 Tambun Selatan ( ) SMK Telkom Sandhy Putra Jakarta ( ) Jurusan Teknik Fisika ITS (2007- skrg) 6
7 LAMPIRAN Analogi Sistem Perpipaan Jalur Perpipaan Sisi Depot 7
8 Jalur Perpipaan Sisi Bandara 8
ANALISIS SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENGISIAN AVTUR PADA HEADER LINEDPPU NGURAH RAI DENPASAR-BALI. Disusun oleh : Swasta Adhitya NRP :
ANALISIS SISTEM PERPIPAAN UNTUK PENGISIAN AVTUR PADA HEADER LINEDPPU NGURAH RAI DENPASAR-BALI Disusun oleh : Swasta Adhitya NRP : 2407 100 090 Latar Belakang Tangki Hipotesa : Control valve tidak sesuai
Lebih terperinciPerancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran Untuk Kebutuhan Refueling System Pada DPPU Juanda-Surabaya Arya Dwi Prayoga, Fitri Adi Iskandarianto,
Lebih terperinciOleh : Heldi Usman
TUGAS AKHIR ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE PADA PCV 351 DI DPPU NGURAH RAI-DENPASAR BALI Oleh : Heldi Usman 2407 100 047 Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO Permasalahan
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN TEKANAN DAN FLOW UNTUK KEBUTUHAN REFUELING SYSTEM PADA DPPU JUANDA SURABAYA Oleh : ITS Institut Teknologi Sepuluh Nopember Arya Dwi Prayoga 2408100097 Pembimbing : Fitri
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-130
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-130 Perancangan Sistem Surge Absorber Untuk Mencegah Terjadinya Water Hammer pada Pipeline Sistem Pendistribusian Avtur di
Lebih terperinciTotok Soehartanto, Ronny Dwi Noriyati, Heldi Usman
TANK MOV 201 TANK 301A P 301 A 351 A P 351 A P 301 B P 351 B 301B 351B P 301 C P 351 C 301C 351C Control valve MOV 202 TI 351 FIC 351 PCV 351 AIS SV351 P-34 PIC 351 HEADER ANALISA SISTEM PENGENDALIAN PRESSURE
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciPENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA
PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA Syofyan Anwar Syahputra 1, Aspan Panjaitan 2 1 Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai Sei Raja
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana
Lebih terperinciKarakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah
Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin
Lebih terperinciDINAMIKA FLUIDA II. Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO RISKY MAHADJURA SWIT SIMBOLON
Makalah Mekanika Fluida KELOMPOK 8: YONATHAN SUROSO 12300041 RISKY MAHADJURA 12304716 SWIT SIMBOLON 12300379 Jurusan Fisika Universitas Negeri Manado Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program
Lebih terperinciSelanjutnya untuk menurunkan persamaan yang menyatakan Hukum Bernoulli tersebut dapat dikemukakan dengan gambar sebagai berikut.
HUKUM BERNOULLI Persamaan dasar dalam hidrodinamika telah dapat dirintis dan dirumuskan oleh Bernoulli secara baik, sehingga dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan gejala fisis yang berhubungan dengan dengan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul
Lebih terperinciPENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )
PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH ) Mustakim 1), Abd. Syakura 2) Program Studi Teknik Pendingin dan Tata Udara, Politeknik Tanjungbalai.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke
Lebih terperinciREDESAIN GAS METERING STATION
REDESAIN GAS METERING STATION A m i n B a k r i H. S u g e n g Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (UNISMA) Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi, Indonesia Telp. 021-88344436, 021-8802015
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA
Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen
Lebih terperinciANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA
ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA Alexander Nico P Sihite, A. Halim Nasution Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL
BAB 5 KOMPONEN ASAR SISTEM KONTROL 5. SENSOR AN TRANSMITER Sensor: menghasilkan fenomena, mekanik, listrik, atau sejenisnya yang berhubungan dengan variabel proses yang diukur. Trasmiter: mengubah fenomena
Lebih terperinciPENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM
PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Analisa Peletakan Booster Pump pada Onshore Pipeline JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java) Debrina
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengujian dan analisis pada alat Bottle Filter yang berbasis mikrokontroler. Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah alat yang
Lebih terperinciANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)
ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) O l e h : D eb r i n a A l f i t r i Ke n t a n i a 4 3 1 0 1 0 0 0 7 9 D o s e n Pe
Lebih terperinciKAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP
INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 KAJIAN TEORITIK PEMILIHAN HEAT PUMP DAN PERHITUNGAN SISTEM SALURAN PADA KANDANG PETERNAKAN AYAM BROILER SISTEM TERTUTUP Evi Sofia *), Abdurrachim **) *Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 B-169 Studi Numerik Peningkatan Cooling Performance pada Lube Oil Cooler Gas Turbine yang Disusun Secara Seri dan Paralel dengan Variasi Kapasitas
Lebih terperinci8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik
Lebih terperinciPERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA)
PERANCANGAN AUTOMATIC BACKWASH PADA TANGKI SAND FILTER DI IPA I PDAM GRESIK (Nur Rahmah Awaliyah; Dr. Ir.Totok Soehartanto, DEA) Program Studi S-1 Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi
Lebih terperinciOPTIMASI SUDUT INLET DAN OUTLET SUDU IMPELER POMPA TERHADAP HEAD DAN DAYA POMPA. Taufiqur Rokhman Program Studi Teknik Mesin D-3
OPTIMASI SUDUT INLET DAN OUTLET SUDU IMPELER POMPA TERHADAP HEAD DAN DAYA POMPA Taufiqur Rokhman Program Studi Teknik Mesin D-3 Universitas Islam 45 Bekasi ABSTRAK Pada penelitian ini, objek yang kami
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii
ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air
Lebih terperinciAnalisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan
B-542 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Analisa Variable Moment of Inertia (VMI) Flywheel pada Hydro-Shock Absorber Kendaraan Hasbulah Zarkasy, Harus Laksana Guntur
Lebih terperinci2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml
KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien
Lebih terperinciLAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida)
LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida) Oleh: Tan Ali Al Ayubi NRP. 4216106028 Dosen Pengampu: Ede Mehta Wardhana, ST., MT. TEKNIK SISTEM PERKAPALAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida. Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan di sejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga
Lebih terperinciDeni Rafli 1, Mulfi Hazwi 2. Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan INDONESIA
SIMULASI NUMERIK PENGGUNAAN POMPA SEBAGAI TURBIN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) DENGAN HEAD 9,29 M DAN 5,18 M MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD PADA PIPA BERDIAMETER 10,16 CM Deni Rafli
Lebih terperinciJurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN
SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA DI DALAM RUMAH POMPA SENTRIFUGAL YANG DIOPERASIKAN SEBAGAI TURBIN PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH)MENGGUNAKAN CFD DENGAN HEAD (H) 9,29 M DAN 5,18 M RIDHO
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN
PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP
Lebih terperinciDesain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve
Desain Kendali pada Sistem Steam Drum Boiler dengan Memperhitungkan Control Valve ROFIKA NUR AINI 1206 100 017 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul
Lebih terperinciSeminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII
M2-003 Rancang Bangun Modifikasi Dispenser Air Minum Ekadewi A. Handoyo, Fandi D. Suprianto, Debrina Widyastuti Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121 131, Surabaya 60263,
Lebih terperinciMomentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal ISSN ANALISIS PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KERUGIAN TEKANAN PADA SALURAN UDARA
Momentum, Vol. 13, No. 1, April 2017, Hal. 57-61 ISSN 0216-7395 ANALISIS PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KERUGIAN TEKANAN PADA SALURAN UDARA Tabah Priangkoso*, Nasir Kurniawan dan Darmanto Jurusan
Lebih terperinciStudi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-18 Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF Akhmad Syukri Maulana dan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 11 Fisika
Antiremed Kelas Fisika Fluida Dinamis - Latihan Soal Halaman 0. Perhatikan gambar penampang pipa berikut! Air mengalir dari pipa A ke B terus ke C. Perbandingan luas penampang A dengan penampang C adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Saat ini Negara berkembang di dunia, khususnya Indonesia telah membuat turbin air jenis mini dan mikro hydro yang merupakan salah satu
DISTRIBUSI TEKANAN FLUIDA PADA NOZEL TURBIN PELTON BERSKALA MIKRO DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK SOLIDWORKS Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT. *), Muharom Firmanzah **) *) Dosen Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciBAB III ANALISA DATA
BAB III ANALISA DATA 3.1 Permasalahan 3.1.1 Penurunan Produksi Untuk memenuhi kebutuhan operasi PLTGU Blok 1 dan diperoleh suplai demin water (air demineralisasi) dari water treatment plant (WTP) PLTGU.
Lebih terperinciJUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI
JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan
Lebih terperinciMODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA
MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah mesin yang mengkonversikan energi mekanik menjadi energi tekanan. Menurut beberapa literatur terdapat beberapa jenis pompa, namun yang akan dibahas dalam perancangan
Lebih terperinciANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK *Eflita Yohana, Ari
Lebih terperinciAnalisa Aliran Control Valve HCB BAB IV ANALISA FLOW CONTROL VALVE HCB UNTUK STEAM PADA PT POLICHEM INDONESIA TBK
38 BAB IV ANALISA FLOW CONTROL VALVE HCB UNTUK STEAM PADA PT POLICHEM INDONESIA TBK 4.1 Aplikasi Control Valve Pada PT Polichem Indonesia Tbk. PT Polichem Indonesia Tbk. adalah sebuah perusahaan yang memproduksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut
Lebih terperinciPERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER
PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN PEMBAKARAN PADA DUCTBURNER WASTE HEAT BOILER (WHB) BERBASIS LOGIC SOLVER Oleh : AMRI AKBAR WICAKSONO (2406 100 002) Pembimbing: IBU RONNY DWI NORIYATI & BAPAK TOTOK SOEHARTANTO
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN PIPA TERHADAP BESARNYA HEADLOSSES SISTEM PERPIPAAN DI KAPAL
ANALISIS PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN PIPA TERHADAP BESARNYA HEADLOSSES SISTEM PERPIPAAN DI KAPAL Heroe Poernomo 1,Ali Munazid 2, Fajarianto 1 1 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Institut Teknologi
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo
B117 Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo Raditya Satrio Wibowo dan Prabowo Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciAnalisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II
1 Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II Andis Dian Saputro dan Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA. beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada
BAB II ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA.1 Sifat-Sifat Fluida Fluida merupakan suatu zat yang berupa cairan dan gas. Fluida memiliki beberapa sifat yang dapat digunakan untuk mengetahui berbagai parameter pada
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36
B36 Simulasi Numerik Aliran Tiga Dimensi Melalui Rectangular Duct dengan Variasi Bukaan Damper Edo Edgar Santosa Putra dan Wawan Aries Widodo Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Tekanan dan Laju Aliran pada Pipa Bahan Bakar untuk Kebutuhan Awal Pembakaran Gas Turbin di Pembangkit Listrik Tenaga Gas
Lebih terperinciSimulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang
Simulasi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melewati Silinder Teriris Satu Sisi (Tipe D) dengan Variasi Sudut Iris dan Sudut Serang Astu Pudjanarsa Laborotorium Mekanika Fluida Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK
40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung
Lebih terperinciANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC
Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA PRESSURE DROP DALAM INSTALASI PIPA PT.PERTAMINA DRILLING SERVICES INDONESIA DENGAN PENDEKATAN BINGHAM PLASTIC *Eflita Yohana,
Lebih terperinciLABORATORIUM SATUAN OPERASI
LABORATORIUM SATUAN OPERASI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013-2014 MODUL : Pompa Sentrifugal PEMBIMBING : Ir. Unung Leoanggraini, MT Praktikum : 10 Maret 2014 Penyerahan : 17 Maret 2014 (Laporan) Oleh :
Lebih terperinciTeknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN
Teknik Lingkungan S1 TERMODINAMIKA LINGKUNGAN Uraian Singkat Silabus Definisi dan pengertian dasar, sifat-sifat unsur murni, hukum pertama termodinamika untuk sistem tertutup, hukum pertama termodinamika,
Lebih terperinciTegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan
Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran
Lebih terperinciModel Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan
J. of Math. and Its Appl. ISSN: 189-605X Vol. 1, No. 1 004, 63 68 Model Matematika dan Analisanya Dari Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih di Suatu Kompleks Perumahan Basuki Widodo Jurusan Matematika Institut
Lebih terperinciANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI
1 ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI Ardika Oki Pratama Suwito, Sudjud Darsopuspito Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga
Lebih terperinciGambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk
DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...
Lebih terperinciPrototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-99 Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler Yogo Pratisto, Hari Prastowo, Soemartoyo
Lebih terperinciMEKANIKA ZALIR (FLUIDA)
MEKNIK ZLIR (FLUID) Zalir atau fluida yaitu zat alir yang mempunyai sifat ubah bentuk mudah, gaya gesek antara partikel-partikel penyusunnya sangat kecil dan dapat diabaikan. Zat alir liquida gas Zat alir
Lebih terperinciMODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)
MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Disusun oleh: Darren Kurnia Paul Victor Dr. Yogi Wibisono Budhi Dr. Irwan Noezar Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
Lebih terperinciLatar Belakang. Load On A Globe Valve Stem Under Variuos Cavitation Conditions memfokuskan. Batasan Masalah. Permasalahan. Tinjauan Pustaka.
SIMULASI FENOMENA KAVITASI PADA KONTROL VALVE (STUDI KASUS : GLOBE VALVE) Oleh : Danang Arif Agustiyan 404 00 075 Latar Belakang Fenomena kavitasi sering terjadi pada kontrol valve. Fenomena kavitasi pada
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciAnalisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print B-394 Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu
Lebih terperinciBAB III PENGUJIAN DUCTING
BAB III PENGUJIAN DUCTING 3.1 PENDAHULUAN Dizaman sekarang perkembangan teknologi terjadi sangat cepat. Begitu juga pemanfaatan saluran yang digunakan untuk aliran udara (ducting) berkembang dengan cepat
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. OLEH : Mochamad Sholikin ( ) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki Widodo, M.Sc.
TUGAS AKHIR KAJIAN KARAKTERISTIK SEDIMENTASI DI PERTEMUAN DUA SUNGAI MENGGUNAKAN METODE MESHLESS LOCAL PETROV- GALERKIN DAN SIMULASI FLUENT OLEH : Mochamad Sholikin (1207 100 056) DOSEN PEMBIMBING Prof.DR.Basuki
Lebih terperinciFLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2
DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan
Lebih terperinciMODUL 1.02 ALIRAN FLUIDA
MODUL 1.0 ALIRAN FLUIDA Oleh : Indar Kustiningsih, ST., MT. LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 008 Modul 1.0 ALIRAN FLUIDA I. Tujuan
Lebih terperinciPENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER
PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198
Lebih terperinciDosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP
Pengaruh Getaran Terhadap Pengukuran Kecepatan Aliran Gas Dengan Menggunakan Orifice Plate Oleh: Rizky Primachristi Ryantira Pongdatu 2410100080 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP. 19650309
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK LAJU ALIRAN ENERGI UNTUK FLUIDA AIR DAN UDARA PADA PIPA HORISONTAL
STUDI KARAKTERISTIK LAJU ALIRAN ENERGI UNTUK FLUIDA AIR DAN UDARA PADA PIPA HORISONTAL Edy Suryono 1*, Agustinus Eko Budhi Nusantoro 2 1,2 Program Studi Teknik Mesin, Akademi Teknologi Warga Surakarta
Lebih terperinciBAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN
BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan
Lebih terperinciPENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR
PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.
Lebih terperinciPERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM
PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PADA FUEL SUPPLY SYSTEM UTILITY WORK MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT (STUDY KASUS PT. PERTAMINA DPPU JUANDA) Bagus Faisal Darma Arif NRP. 2112 105 022 Dosen
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS Berdasarkan pemodelan aliran, telah diketahui bahwa penutupan LCV sebesar 3% mengakibatkan perubahan kondisi aliran. Kondisi yang paling penting untuk dicermati adalah
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:
1 STUDI EKSPERIMEN DAN NUMERIK ALIRAN DIDALAM RECTANGULAR ELBOW 90 o YANG DILENGKAPI DENGAN ROUNDED LEADING AND TRAILING EDGES GUIDE VANE Studi Kasus Untuk Bilangan Reynolds, Re Dh = 2,1 x 10 4 Adityas
Lebih terperinciAnalisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC
Seminar Nasional Peranan Ipteks Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-4) Institut Teknologi Padang (ITP), Padang, 27 Juli 2017 ISBN: 978-602-70570-5-0 http://eproceeding.itp.ac.id/index.php/pimimd2017 Analisa
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram
Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciMuchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.
ANALISA PRESSURE DROP PADA HEAT-SINK JENIS LARGE EXTRUDE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA DAN LEBAR SALURAN IMPINGEMENT MENGGUNAKAN CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC) Muchammad 1) Abstrak Pressure drop merupakan
Lebih terperinciUji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi
Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Wismanto Setyadi, Asmawi, Masyhudi, Basori Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional Jakarta Korespondensi: tmesin@yahoo.com
Lebih terperinciMateri Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas
Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN ALIRAN DAN ANALISIS
BAB III PEMODELAN ALIRAN DAN ANALISIS 3.1 Sistematika Pemodelan Untuk mengetahui pengaruh penutupan LCV terhadap kondisi aliran, perlu dilakukan pemodelan aliran. Pemodelan hanya dilakukan pada sebagian
Lebih terperinci