BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah nama perusahaan emiten yang menjadi objek penelitian :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah nama perusahaan emiten yang menjadi objek penelitian :"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap lima perusahaan emiten saham subsektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Berikut ini adalah nama perusahaan emiten yang menjadi objek penelitian : No Tabel 4.1 Tabel Daftar Objek Penelitian Perusahaan Emiten Kode Emiten Nama Perusahaan Emiten 1 SMCB PT Holcim Indonesia Tbk 2 INTP PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk 3 SMGR PT Semen Indonesia (Persero) Tbk 4 SMBR PT Semen Baturaja (Persero) Tbk 5 WTON PT Wijaya Karya Beton (Persero) Tbk Sumber : (data diolah) Sektor semen merupakan sub sektor dari sektor manufaktur. Sebelum tahun 2013 hanya ada tiga perusahaan yang terdaftar, yaitu PT Holcim Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Baru pada tahun 2013 PT Semen Baturaja (Persero) melepaskan sahamnya dilantai bursa, kemudian disusul oleh PT Wijaya Karya Beton (Persero) yang juga melakukan Initial Public Oferring (IPO) pada tahun Berikut adalah profil singkat perusahaan subsektor semen yang menjadi objek penelitian: 51

2 52 1. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) PT Holcim Indonesia Tbk merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi mencapai 11 juta ton per tahun. PT Holcim Indonesia Tbk sebelumnya bernama PT Semen Cibinong Tbk, yang kemudian berganti nama dan logo perusahaan seiring dengan dikuasainya mayoritas saham PT Semen Cibinong Tbk oleh Holcim Ltd. PT Semen Cibinong Tbk sudah terdaftar di lantai bursa efek sejak 10 Agustus Per desember 2014, 80,64% saham dimiliki oleh Holcim Ltd dan sisanya dimiliki oleh masyarakat.. Perubahan nama dan logo perusahaan ini dilakukan pada tanggal 1 januari 2006 yang juga diikuti perubahan nama anak perusahaan perseoran. Tujuan dari perubahan nama dan logo ini ialah untuk memberitahu serta mengumumkan bahwa peroseroan merupakan bagian dari Holcim Ltd yang bermarkas di negara Swiss. Holcim Ltd sendiri saat ini sudah menjadi perusahaan global yang tersebar di lima benua dan lebih dari 70 negara. PT Holcim Indonesia Tbk dikenal sebagai pelopor dan inovator disektor industri semen yang tercatat sebagai sektor industri yang terus berkembang seiring dengan pertumbuhan pasar perumahan, bangunan umum, dan infrastruktur. PT Holcim Indonesia Tbk selain memproduksi semen juga menyediakan jasa pelayanan yang unik yaitu Solusi Rumah yang menawarkan perbaikan dan pembangunan rumah. Produk dan layanan yang saling terintegrasi menjadi nilai lebih yang

3 53 dimliki oleh PT Holcim Indonesia Tbk, karena bisa menekan harga yang ditawarkan kepada konsumen. 2. PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP) PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk pertama kali didirikan pada tahun 1973 dengan nama PT Distinct Indonesia Cement Enterprise. Dalam kurun waktu sepuluh tahun PT Distinct Indonesia Cement Enterprise sudah membangun delapan pabrik yang masing-masing pabrik tersebut dikelola oleh perusahaan yang masing-masing berbentuk badan hukum yang berdiri sendiri, yaitu : a. PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE) b. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE) c. PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICE) d. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PA UICE) e. PT. Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE) f. PT. Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise (PAMICE) PT Indocement Tunggal Prakasa berdiri pada 16 Januari Keenam perusahaan tersebut dilakukan merger kedalam perseoran (PT Indocement Tunggal Prakasa) dalam rangka memenuhi persyaratan penyertaan modal pemerintah.

4 54 PT Indocement Tunggal Prakasa melepaskan sahamnya dilantai bursa pada tanggal 5 Desember Komposisi kepemilikan Saham PT Indocement Tunggal Prakasa adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Tabel Komposisi Kepemilikan Saham PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk Per 31 Desember 2014 Pemegang Saham Jumlah Saham (lembar) Jumlah Nominal (Rupiah) Persentase Kepemilikan Birchwood Omnia Ltd (Heidelberg 1,877,480, ,740,432, % Cement Group) PT Mekar Perkasa 479,735, ,867,617, % Masyarakat 1,324,015, ,007,801, % Jumlah 3,681,231,699 1,840,615,850, % Sumber : Annual Report PT Indocement Tunggal Prakasa Di 2014, total produksi semen Perseroan mencapai 18,5 juta ton, meningkat sebesar 4,1% dari 17,8 juta ton di Volume penjualan semen domestik Perseroan mencapai 18,5 juta ton pada 2014, meningkat sebesar 2,5% dibandingkan 2013 sebesar 18,0 juta ton. Rangkaian produk PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk meliputi Portland Composite Cement (PCC), Ordinary Portland Cement (OPC Tipe I, Tipe II, dan Tipe V), Oil Well Cement (OWC), Semen Putih, and TR-30 Acian Putih. Produk-produk ini dipasarkan dengan merek Tiga Roda. 3. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) PT Semen Indonesia (Persero) diresmikan pertama kali oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal 7 Agustus Pada saat itu

5 55 kapasitas produksi perseroan yaitu ton semen per tahun dan per 31 desember 2014 lalu kapasitas produksi semen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sudah mencapai 31,8 juta ton per tahun dengan realisasi produksi selama sepanjang 2014 mencapai 28,3 juta ton. Pada tanggal 8 Juli 1991 PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta menjadikannya sebagai perusahaan plat merah (BUMN) pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Pada bulan September 1995, Perseroan melakukan Penawaran Umum Terbatas I (Right Issue I), yang mengubah komposisi kepemilikan saham menjadi Negara RI 65% dan masyarakat 35%. Pada tanggal 15 September 1995 PT Semen Gresik berkonsolidasi dengan PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa. Total kapasitas terpasang Perseroan saat itu sebesar 8,5 juta ton semen per tahun. Sampai dengan tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham berubah menjadi Pemerintah RI 15,01%, Masyarakat 23,46% dan Cemex 25,53%. Pada Tanggal 27 Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham CEMEX S.S de. C.V pada Blue valley Holdings PTE Ltd. Sehingga komposisi kepemilikan saham sampai saat ini berubah menjadi Pemerintah RI 51,01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd 24,90%, dan masyarakat 24,09%. Pada akhir Maret 2010, Blue Valley

6 56 Holdings PTELtd, menjual seluruh sahamnya melalui private placement, sehingga komposisi pemegang saham Perseroan berubah menjadi Pemerintah 51,0i% dan publik 48,99%. Gambar 4.1 Gambar Komposisi Kepemilikan Saham PT Semen Indonesia (Persero) Tbk Sumber : Annual Report PT Semen Indonesia (Persero) Tbk PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memproduksi berbagai macam jenis semen, yaitu Semen Portland Tipe I, Semen Portland Tipe II, Semen Portland Tipe III, Semen Portland Tipe V, Special Blended Cement, Portland Pozzolan Cement, Portland Composite Cement, Super Masonry Cement, dan Oil Well Cement (OWC) Class G HRC. Produk-produk tersebut dipasarkan dengan merek dagang Semen Padang untuk area distribusi Sumatera, Semen Indonesia dan Semen Gresik untuk area distribusi Jawa, Semen Tonasa untuk

7 57 area distribusi Sulawesi, dan Thang Long untuk disribusi di negara Vietnam. 4. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk (SMBR) PT Semen Baturaja (Persero) lahir pada 14 Nopember 1974 atas kerjasama antara PT Semen Padang (Persero) dengan PT Semen Gresik (Persero). Dengan kepemilikan saham sebesar 45% dimiliki oleh PT Semen Gresik dan PT Semen Padang sebesar 55%. Lima tahun kemudian, pada tanggal 9 November 1979 Perusahaan berubah status dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi Persero dengan komposisi saham sebesar 88% dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia, PT Semen Padang sebesar 7% dan PT Semen Gresik sebesar 5%. Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1991, saham Perseroan diambil alih secara penuh oleh Pemerintah Republik Indonesia. Selanjutnya Perseroan terus mengalami perkembangan sehingga pada tanggal 14 Maret 2013 PT Semen Baturaja (Persero) mengalami perubahan status menjadi Perseroan terbuka dan berubah nama menjadi PT Semen Baturaja (Persero) Tbk. PT Semen Baturaja (Persero) Tbk melakukan Initial Public Offering (IPO) dengan melepas 23,76% atau saham ke publik yang akan digunakan untuk membiayai pembangunan pabrik Baturaja II dengan kapasitas 1,85 juta ton semen per tahun. Berikut adalah tabel komposisi pemegang saham PT Semen Baturaja (Persero) Tbk :

8 58 Tabel 4.3 Tabel Komposisi Pemegang Saham PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Per Desember 2014 Sumber: Annual Report PT Semen Baturaja PT Wijaya Karya Beton (Persero) Tbk (WTON) PT Wijaya Karya Beton (Persero) merupakan salah satu anak perusahaan PT Wijaya Karya (Persero) yang khusus bergerak dibidang industri beton pracetak. PT Wijaya Karya (Persero) merupakan Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) yang mulai beroperasi pada tahun 1960 yang bergerak dibidang instalasi listrik. PT Wijaya Karya Beton (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1997 di Jakarta. Dengan bermodalkan pengembangan industri beton pracetak sejak tahun 1977, PT Wijaya Karya Beton (Persero) bertekad untuk mempertahakankan pengembangan produk tersebut dalam upaya

9 59 untuk mengantisipasi datangnya proyek-proyek infrastruktur dari pemerintah ataupun selain pemerintah. PT Wijaya Karya Beton (Persero) melakukan Initial Public Offering pada tanggal 8 April 2014 dengan melepas 2,04 miliar saham atau setara dengan 23,47% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan. Sebanyak 85% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk ekspansi usaha dan juga akan dipakai untuk menambah kapasitas produksi pabrik yang sudah ada disejumlah daerah. Sisa dana IPO akan digunakan untuk modal kerja. Sejak dilakukannya IPO pada 2014 yang lalu, tentu saja akan berakibat pada perubahan komposisi pemegang saham. Berikut dibawah ini adalah gambar perubahan komposisi pemegang saham yang terjadi antara sebelum IPO dengan Sesudah IPO : Gambar 4.2 Gambar Komposisi Pemegang Saham PT Wijaya Karya Beton (Persero) Tbk Periode 2014 Sumber :

10 60 PT Wijaya Karya Beton (Persero) Tbk dikenal luas sebagai produsen produk-produk beton berkualitas tinggi. Produk-produk yang ditawarkan oleh PT Wijaya Karya Beton (Persero) Tbk antara lain tiang pancang, balok jembatan, pipa, bantalan jalan rel kereta api, dinding penahan tanah, produk beton maritim, dan beton bangunan gedung. B. Perekenonomian Indonesia Secara umum kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2014 berlangsung dengan stabil dan arah perekonomian yang semakin sehat. Kondisi ini bisa diketahui dari laju inflasi pada tahun Inflasi merupakan suatu masalah yang terjadi di setiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Dengan tingkat inflasi yang tinggi suatu negara akan mengalami masa-masa pertumbuhan ekonomi yang sulit dikarenakan harga-harga barang kebutuhan yang tinggi. Dengan kondisi seperti ini masyarakat akan cenderung untuk melakukan substitusi barang yang biasa dikonsumsi dengan barang sejenis yang harganya lebih murah. Harga-harga yang naik tinggi mendorong naiknya angka inflasi. Jika terjadi angka inflasi yang tinggi maka Bank Indonesia akan cenderung untuk menaikan suku bunga yang tentunya juga akan menambah beban perusahaan, terutama perusahaan yang banyak meminjam dari bank. Dengan naiknya beban perusahaan akan mengurangi keuntungan perusahaan, sehingga berakibat harga saham perusahaan cenderung turun.

11 61 Karena itu angka inflasi yang berlebihan akan menjadi sentimen negatif bagi para investor saham. Perkembangan tingkat inflasi per bulan selama 2014 dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Grafik 4.1 Grafik Laju Inflasi Per Bulan Tahun 2014 *Sumber: (data di olah) Dari gambar grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat inflasi berfluktuasi namun cenderung terkendali dikisaran yang rendah yaitu antara 4 % hingga 9%. Kenaikan inflasi terutama disebabkan pengaruh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan dampak gejolak harga pangan domestik pada akhir Kenaikan harga BBM bersubsidi telah mendorong kenaikan harga-harga, baik oleh dampak langsung maupun dampak lanjutan (second round effect). Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga terjadi sepanjang 2014, seperti tarif tenaga listrik (TTL) dan liquid petroleum gas (LPG) 12 kg. Namun, inflasi

12 62 inti tetap terkendali pada level 4,93%(yoy). (Laporan Perekonomian Indonesia 2014 ). Kondisi ini tidak terlepas dari peran kebijakan BI, yaitu mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sebesar 7,5%. Berikut data perkembangan BI Rate pada tahun 2014 Tabel 4.4 Perkembangan BI Rate Tahun 2014 Period BI Rate Jan % Feb % Mar % Apr % May % Jun % Jul % Aug % Sep % Oct % Nov % Nov % Dec % *Sumber : (Data di olah) Dari data di atas bisa dilihat bahwa Selama 11 bulan, yaitu dari Januari hingga November 2014, BI mempertahankan suku bunga acuan BI Rate sebesar 7,50%. Tingkat BI Rate ini dipandang masih konsisten dengan upaya mencapai sasaran inflasi 2014 sebesar 4,5±1% dan 2015 sebesar 4±1%, serta mengendalikan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Pada 18 November 2014, menyikapi kebijakan kenaikan harga

13 63 BBM bersubsidi yang ditempuh Pemerintah, BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75%. (Laporan Perekonomian Indonesia 2014 ). Pasar saham domestik juga menunjukkan peningkatan kinerja pada tahun Hal ini ditunjukkan oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang meningkat di hampir seluruh sektor. Tren penguatan IHSG terjadi sejak awal tahun Berikut data tren IHSG 2014 : Tabel 4.5 Trend IHSG 2014 Date Adj Close Rm Jan-14 4, % Feb-14 4, % Mar-14 4, % Apr-14 4, % May-14 4, % Jun-14 4, % Jul-14 5, % Aug-14 5, % Sep-14 5, % Oct-14 5, % Nov-14 5, % Dec-14 5, % *Sumber : finance.yahoo.com (Data di olah) C. Valuasi Harga Wajar Saham Valuasi harga saham adalah proses penentuan harga wajar bagi suatu saham yang dihasilkan. Valuasi harga wajar saham menggunakan analisis fundamental untuk menilai saham perusahaan apakah overvalued (harga wajar saham < harga pasar), undervalued (harga wajar saham > harga

14 64 pasar), atau correctly valued (pas/tepat/wajar) dengan menggunakan metode Price Earning Ratio (PER). Untuk melakukan valuasi harga wajar saham PT Holcim Indonesia Tbk, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, PT Semen Baturaja (Persero) Tbk, dan PT Wijaya Karya Betok (Persero) Tbk diperlukan beberapa langkah dan perhitungan. Berikut adalah langkah-langkah perhitungannya : 1. Menghitung Growth (g) Nilai pertumbuhan atau growth diperlukan agar dapat memproyeksikan nilai Earning Per Share di tahun mendatan (EPS 1 ). Untuk mencari nilai growth menggunakan rumus : Untuk mendapatkan nilai growth diperlukan dua komponen yaitu Return On Equity dan Payout Ratio. Return On Equity (ROE) merupakan rasio probabilitas yang membandingkan antara laba bersih setelah pajak (EAT) perusahaan dengan ekuitas. Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan dibandingkan dengan ekuitas pemegang. Return On Equity (ROE) bisa dicari menggunakan rumus :

15 65 Tabel 4.6 Tingkat ROE Perusahaan Subsekstor Semen Periode 2014 Kode Emiten EAT Equity ROE SMCB Rp 668, Rp 8,758, % INTP Rp 5,274, Rp 24,784, % SMGR Rp 5,573, Rp 25,002, % SMBR Rp 328, Rp 2,717, % WTON Rp 322, Rp 2,225, % Sumber: (November 2015, data olah) Langkah selanjutnya adalah menghitung Payout Ratio. Payout Ratio merupakan rasio antara dividen per lembar saham yang dibagikan oleh perusahaan dengan pendapatan perlembar saham perusahaan. Payout Ratio bisa dicari menggunakan rumus : Tabel 4.7 Tingkat Payout Ratio Perusahaan Sub Sektor Semen Periode 2014 Kode Emiten DPS 2014 EPS 2014 Payout Ratio SMCB Rp Rp % INTP Rp 1, Rp 1, % SMGR Rp Rp % SMBR Rp 8.34 Rp % WTON Rp Rp % Sumber: (data diolah) Langkah selanjutnya adalah menghitung besarnya pertumbuhan (growth) dengan rumus :

16 66 Tabel 4.8 Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Subsektor Semen Periode 2014 Kode Emiten Payout Ratio ROE Growth SMCB 38.98% 7.64% 4.66% INTP 94.29% 21.28% 1.22% SMGR 40.00% 22.29% 13.38% SMBR 24.99% 12.08% 9.06% WTON 31.36% 14.49% 9.94% Sumber: (data diolah) 2. Proyeksi Earning Per Share (EPS 1 ) Earning Per Share merupakan pendapatan bersih perusahaan dibagi dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Proyeksi Earning Per Share dilakukan untuk memperkirakan pendapatan yang akan diperoleh perusahaan ditahun yang akan datang. Untuk menghitung Proyeksi Earning Per Share (EPS 1 ) bisa menggunakan rumus : Tabel 4.9 Proyeksi Earning Per Share Perusahaan Subsektor Semen Periode 2014 Kode Emiten EPS 2014 Growth EPS 1 = EPS (1+g) SMCB Rp % Rp INTP Rp 1, % Rp 1, SMGR Rp % Rp 1, SMBR Rp % Rp WTON Rp % Rp Sumber : (data diolah)

17 67 3. Menghitung Price Earning Ratio (PER) Price Earning Ratio (PER) adalah rasio antara harga pasar saham per lembar dengan pendapatan perlembar saham. Price Earning Ratio bermanfaat untuk mengukur nilai saham. Jika sebuah perusahaan memiliki price earning ratio yang tinggi ini menunjukan bahwa investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk perusahaan. Tingkat earning yang minimal yang diinginkan investor (k) dalam menghitung Price Earning Ratio menggunakan tingkat SBI rate (akhir tahun 2014) ditambah dengan tiga alternatif yaitu 5%, 10%, dan 15 %. Berikut adalah data SBI rate sepanjang 2015 : Tabel 4.10 Tabel Suku Bunga SBI 2014 Periode Suku Bunga SBI Jan % Feb % Mar % Apr % May % Jun % Jul % Aug % Sep % Oct % Nov % Dec % *Sumber : Sehingga tingkat keuntungan minimal yang diinginkan oleh investor ada tiga alternatif, yaitu :

18 68 a. Alternatif 1 : k = 6,90% + 5% = 11,9 % b. Alternatif 2 : k = 6,90% + 10% = 16,9 % c. Alternatif 3 : k = 6,90% + 15% = 21,9 % Tambahan keuntungan tersebut menunjukan bahwa investor menginginkan pengembalian keuntungan yang lebih besar bila menanamkan dananya dalam bentuk saham, karena tingkat risiko investasi saham lebih tinggi. Menghitung Price Earning Ratio (PER) bisa menggunakan rumus : Maka akan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.11 Perhitungan Price Earning Ratio Dengan Alternatif 1 Kode Emiten Payout Ratio k g PER SMCB 38.98% 11.9% 4.66% 5.38 INTP 94.29% 11.9% 1.22% 8.82 SMGR 40.00% 11.9% 13.38% (27.11) SMBR 24.99% 11.9% 9.06% 8.81 WTON 31.36% 11.9% 9.94% Sumber: (data diolah) Tabel 4.12 Perhitungan Price Earning Ratio Dengan Alternatif 2 Kode Emiten Payout Ratio k g PER SMCB 38.98% 16.9% 4.66% 3.18 INTP 94.29% 16.9% 1.22% 6.01 SMGR 40.00% 16.9% 13.38% SMBR 24.99% 16.9% 9.06% 3.19 WTON 31.36% 16.9% 9.94% 4.51 Sumber: (data diolah)

19 69 Tabel 4.13 Perhitungan Price Earning Ratio Dengan Alternatif 3 Kode Emiten Payout Ratio k g PER SMCB 38.98% 21.9% 4.66% 2.26 INTP 94.29% 21.9% 1.22% 4.56 SMGR 40.00% 21.9% 13.38% 4.69 SMBR 24.99% 21.9% 9.06% 1.95 WTON 31.36% 21.9% 9.94% 2.62 Sumber: (data diolah) 4. Menghitung Harga Wajar Saham Setelah mendapatkan nilai Price Earning Ratio (PER) dan proyeksi Earning Per Share (EPS 1 ) maka selanjutnya adalah menghitung harga wajar dari setiap emiten. Harga wajar saham dari setiap emiten akan menjadi dasar pengengambilan keputusan oleh para investor. Menghitung harga wajar saham bisa menggunakan rumus : Maka akan diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : Tabel 4.14 Perhitungan Harga Wajar Saham Dengan Alternatif 1 Kode Emiten PER EPS 1 Harga Wajar SMCB ,28 Rp491,48 INTP ,23 Rp12.789,34 SMGR (27,03) 1.063,86 (Rp28.845,02) SMBR 8,80 36,41 Rp320,77 WTON 16,00 41,44 Rp663,82 Sumber: (data diolah)

20 70 Tabel 4.15 Perhitungan Harga Wajar Saham Dengan Alternatif 2 Kode Emiten PER EPS 1 Harga Wajar SMCB 3,18 91,28 Rp290,72 INTP 6, ,23 Rp8.172, 15 SMGR 11, ,86 Rp12.073,07 SMBR 3,19 36,41 Rp116,08 WTON 4,51 41,44 Rp186,78 Sumber: (data diolah) Tabel 4.16 Perhitungan Harga Wajar Saham Dengan Alternatif 3 Kode Emiten PER EPS 1 Harga Wajar SMCB 2,26 91,28 Rp206,40 INTP 4, ,23 Rp6.606,14 SMGR 4, ,86 Rp4.991,86 SMBR 1,95 36,41 Rp70,86 WTON 2,62 41,44 Rp108,68 Sumber: www,idx,co,id (data diolah) 5. Perbandingan Harga Wajar Saham Dengan Harga Pasar Saham Setelah didapatkan besarnya harga wajar masing-masing emiten, Maka langkah selanjutnya adalah melakukan perbandingan terhadap harga pasar saham dengan harga wajar saham, Berikut adalah tabel perbandingan harga wajar saham yang diperoleh dengan metode Price Earning Ratio (PER) dengan harga pasar saham masing-masing emiten pada setiap alternative return yang diinginkan adalah :

21 71 Tabel 4,17 Perbandingan Harga Wajar Saham dengan Harga Pasar Saham Perusahaan Subsektor Semen Periode 2014 Dengan Alternatif 1 Kode Emiten Harga Wajar Hasil Harga Pasar Keterangan SMCB Rp491,48 < Rp2,185 Overvalued INTP Rp12.789,34 < Rp25,000 Overvalued SMGR (Rp28.845,02) < Rp16,200 Overvalued SMBR Rp320,77 < Rp381 Overvalued WTON Rp663,82 < Rp1,300 Overvalued Sumber : www,idx,co,id (data diolah) Tabel 4,18 Perbandingan Harga Wajar Saham dengan Harga Pasar Saham Perusahaan Subsektor Semen Periode 2014 Dengan Alternatif 2 Kode Emiten Harga Wajar Hasil Harga Pasar Keterangan SMCB Rp290,72 < Rp2,185 Overvalued INTP Rp8.172, 15 < Rp25,000 Overvalued SMGR Rp12.073,07 < Rp16,200 Overvalued SMBR Rp116,08 < Rp381 Overvalued WTON Rp186,78 < Rp1,300 Overvalued Sumber : www,idx,co,id (data diolah) Tabel 4,19 Perbandingan Harga Wajar Saham dengan Harga Pasar Saham Perusahaan Subsektor Semen Periode 2014 Dengan Alternatif 3 Kode Emiten Harga Wajar Hasil Harga Pasar Keterangan SMCB Rp206,40 < Rp2,185 Overvalued INTP Rp6.606,14 < Rp25,000 Overvalued SMGR Rp4.991,86 < Rp16,200 Overvalued SMBR Rp70,86 < Rp381 Overvalued WTON Rp108,68 < Rp1,300 Overvalued Sumber : www,idx,co,id (data diolah)

22 72 Setelah dihitung dengan langkah-langkah yang diperlukan, didapatkan hasil bahwa harga wajar saham dari emiten SMCB, INTP, SMGR, SMBR, dan WTON pada alternatif 1, 2, dan 3 lebih rendah dari harga pasar, yang berarti saham tersebut overvalued sehingga tidak layak dibeli. Jika kita bandingkan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nikmatul Uyum yang berjudul Penerapan Analisis Fundamental dengan Pendekatan Price Earning Ratio (PER) sebagai Dasar Penilaian Kewajaran Harga Saham dalam Pengambilan Keputusan Invesati: Studi pada Subsektor Konstruksi Bangunan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun terdapat perbedaan hasil akhir dengan penelitian yang penulis lakukan. Pada penelitian yang penulis lakukan, keseluruhan sample yang diuji memiliki harga wajar saham yang berada pada kondisi overvalued (mahal) sehingga tidak layak untuk dibeli. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan Nikmatul Uyum terdapat tiga (ADHI, JKON dan TOTL) dari empat sample yang diuji memiliki harga wajar saham yang berada pada kondisi undervalued (murah) sehingga layak untuk dibeli dan satu sample (WIKA) yang berada pada kondisi overvalued. Ini berarti berinvestasi pada saham perusahaan subsektor kontruksi lebih menjanjikan dari pada di subsektor semen.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, semakin meningkatnya peran pasar modal di Indonesia, sehingga pemerintah membuat kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan suatu lembaga yang memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Seiring pesatnya perkembangan dunia usaha dalam

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.("Indocement") adalah salah satu

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(Indocement) adalah salah satu BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN IV.1 Sejarah PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.("Indocement") adalah salah satu produsen semen terbesar di Indonesia yang memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek studi dalam penelitian ini adalah tiga perusahaan manufaktur sub sektor semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007-2011,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana disebutkan di dalam Undang-Undang Dasar RI No.8 Tahun 1995 bahwa tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk menciptakan masyarakan adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, perdagangan, pengangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tonggak perekonomiannya berada di beberapa sektor, yaitu industri pengolahan, pertanian, peternakan, kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membaik sehingga persaingan bisnis juga akan semakin ketat yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. membaik sehingga persaingan bisnis juga akan semakin ketat yang menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia diprediksi akan semakin membaik sehingga persaingan bisnis juga akan semakin ketat yang menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran umum objek penelitian 3.1.1 Sejarah singkat perusahaan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen.diresmikan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia bisnis sekarang ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, dapat dilihat terdapat cukup banyak perusahaan-perusahaan baru yang bermunculan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Semen Tiga Roda adalah sebuah merek semen yang diproduksi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa. Perusahaan ini menjadi salah satu produsen utama semen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Fundamental Analisa Fundamental digunakan untuk mengevaluasi harga saham perdana PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk, meliputi pendekatan deviden dan pendekatan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan perseroan terbatas yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki negara. Jika Perusahaan BUMN tersebut seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, kebutuhan akan semen sangatlah tinggi, mengingat pada tahun 2012 volume penjualan semen nasional meningkat menjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Enterprice (DICE) dan telah memiliki kapasitas produksi terpasang tahunan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan Sejarah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk diawali pada tahun 197 dengan rampungnya pendirian pabrik Indocement yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bunga atau yang sering disebut Net Interest Margin (NIM), selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu organisasi jasa yang mempunyai peranan penting dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Bank berperan sebagai lembaga intermediasi penyalur dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga konsumsi baja dapat digunakan sebagai indikasi kemajuan suatu negara (Hudson, 2010). Kecenderungan konsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti

BAB I PENDAHULUAN. menginvestasikan dananya adalah sektor properti. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan sektor properti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal di Indonesia yang pesat menunjukan bahwa kepercayaan pemodal untuk menginvetasikan dananya di pasar modal cukup baik. Banyaknya pilihan saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari kenaikan harga saham atau pembayaran sejumlah dividen oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama investor berinvestasi di pasar modal adalah untuk mendapatkan keuntungan. Investor membeli sejumlah saham dengan harapan mereka memperoleh keuntungan dari

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik,

BAB I PENDAHULUAN. sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saham merupakan komoditi investasi yang tergolong berisiko tinggi, karena sangat peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, baik secara politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi dapat diartikan sebagai suatu komitmen penempatan dana pada satu atau beberapa objek investasi dengan harapan akan mendapatkan keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian suatu negara. Lembaga pasar modal merupakan sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri semen di Indonesia pada saat ini sedang mengalami pertumbuhan yang pesat. Direktur Pemasaran PT Semen Padang Widodo Santosa di Bengkulu, Selasa (15/12),

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut

Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK. Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut 4 Bab 2 GAMBARAN UMUM OBYEK 2.1 Pengenalan Saham Saham-saham yang tercatat di BEJ dikelompokan kedalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan BEJ yaitu JASICA (Jakarta Stock Exchange

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang

I. PENDAHULUAN. dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini, perekonomian di Indonesia diharuskan untuk mengalami perbaikan. Hal tersebut dikarenakan perekonomian merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER)

BAB IV PEMBAHASAN. saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pemilihan Metode Metode yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap penilaian saham adalah Dividend Discount Model (DDM) dan Price Earning Ratio (PER) atau biasa disebut juga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham, sertifikat saham, dan obligasi, dimana pelaku usahanya baik individu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembiayaan pendanaan perusahaan merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini dapat dipenuhi dengan pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources. a. Kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan sebuah komitmen, yang dapat berupa uang atau resources lainnya dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Bodie

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan  Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu bagian dari Perusahaan Manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat Perusahaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat Perusahaan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. PT Semen Indonesia Tbk. a. Sejarah Singkat Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. merupakan produsen semen terbesar dan tercatat

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisa Kinerja Operasi PT. Acset Indonusa Tbk Depresiasi dari Rupiah telah menyebabkan memburuknya defisit neraca berjalan. Bank Indonesia memprediksi defisit

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu bentuk kegiatan investasi yang dilakukan adalah dengan terlibat menjadi investor dalam pasar modal. Pasar modal merupakan alternatif perusahaan dalam memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain ditunjang

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain ditunjang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5 % tahun ini, yang awalnya hanya ditargetkan 6,4 % oleh pemerintah. Penunjang pertumbuhan ekonomi tahun ini meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan dari Bulan September 2016 Juni 2017. 2. Tempat penelitian Penelitian ini dilakukan Pada Subsektor Batu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara sangat memengaruhi tingkat konsumsi baja nasionalnya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal sebagai sarana untuk memobilitasi dana yang bersumber dari masyarakat ke berbagai sektor yang melaksanakan investasi. Masuk ke pasar modal merupakan idaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah

I. PENDAHULUAN. pasif dan investor aktif. Investor pasif menganggap bahwa pasar modal adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan oleh perorangan atau perusahaan yang kelebihan dana. Berdasarkan pengambilan keputusan, investor dibagi menjadi dua yaitu investor pasif dan

Lebih terperinci

PT. SEMEN GRESIK, Tbk

PT. SEMEN GRESIK, Tbk Ayu Widiyanti 0903015147 PT. SEMEN GRESIK, Tbk PT Semen Gresik (Persero) Tbk adalah pabrik semen yang terbesar di Indonesia. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan

Lebih terperinci

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang

CARLINK PRO FLEXY Dana Investasi Berimbang 29-Jan-16 NAV: 1,145.077 4 3 2 1 37.15% Total Dana Kelolaan 42,795,065,335.11 - Pasar Uang 0-20% - Pasar Uang - Efek Ekuitas 80-100% - Ekuitas 19.04% 80.96% -1-2 -7.29% -16.92% Sejak pe- Deskripsi Jan-16

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada pemerintahan Presiden Jokowi pembangunan infrastruktur dilakukan secara cepat dan merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya perpusat pada Pulau Jawa, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk membentuk portofolio yang memberikan komposisi optimal pada saham yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII). Jumlah keseluruhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk mendapatkan dana. Pasar modal merupakan mediator antara pihak yang kelebihan dana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. sektor property juga dapat dilihat dari menjamurnya real estate di kota-kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan property dan real estate pada zaman ini sedang berkembang pesat. Perkembangan industri property saat ini juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia 0 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai macam kegiatan untuk melakukan investasi di Indonesia mempunyai banyak pilihan bagi seorang investor yang mempunyai kelebihan dana dalam menyalurkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penlitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu dengan mengumpulkan data-data yang diperlukan, kemudian dianalisa menggunakan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan saat ini cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Indeks Sektoral BEI (Bursa Efek Indonesia) merupakan sub indeks dari IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan). Semua emiten yang tercatat di BEI diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin majunya peradaban masyarakat, pilihan investasi pun semakin bervariasi salah satunya adalah berinvestasi di pasar modal. Perkembangan pasar modal

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perusahaan, kebutuhan perusahaan akan modal pun semakin meningkat. Dana tersebut dapat diperoleh dengan melakukan pinjaman berbentuk hutang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Properti dan real estat merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia tidaklah dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan. Gambar 1.1 Logo Perusahaan. Sumber: waskita.co.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Gambar 1.1 Logo Perusahaan Sumber: waskita.co.id Didirikan pada 1 Januari 1961 Waskita Karya adalah salah satu BUMN terkemuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pasar modal di negara Indonesia mengalami perkembangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari perusahaan go public semakin bertambah yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal

BAB 1 PENDAHULUAN. investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal adalah bagian dari pasar finansial dan tempat bertemunya investor dan perusahaan yang telah go public (emiten). Bagi emiten, pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pasar modal adalah wahana untuk mempertemukan pihak-pihak yang memerlukan dana jangka panjang dengan pihak yang memiliki dana tersebut yang diwujudkan dalam bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang diantara berbagai alternatif lainnya bagi perusahaan, termasuk di dalamnya adalah sektor

Lebih terperinci

1/45 OVERVIEW

1/45 OVERVIEW http://www.deden08m.wordpress.com 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sebuah negara yang memiliki keuangan yang kuat dan modern, berarti telah memiliki perubahan pola pikir tentang uang dan pengalokasiannya. Hal ini menjadi sangat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan perekonomian suatu negara sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut adalah keadaan dari pasar modal negara tersebut. Apabila keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika

BAB I PENDAHULUAN. terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan perekonomian suatu negara tidak bisa lepas dari investasi terutama Pasar Modal. Pasar Modal bisa dijadikan sebagai dinamika perekonomian suatu negara.

Lebih terperinci

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio

PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM. Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio PENILAIAN SAHAM DAN STRATEGI PORTFOLIO SAHAM Andri Helmi M, SE., MM Manajemen Investasi dan Portofolio NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR Dalam penilaian saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu: Nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying

BAB I PENDAHULUAN. ditawarkan, khususnya dalam pembiayaan, senantiasa menggunakan underlying BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan bersungguh sungguh dalam mendorong perkembangan perbankan syariah. Semangat ini dilandasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan. menjadi cerminan dinamika ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk mempercepat pembangunan. menjadi cerminan dinamika ekonomi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan pasar modal di era globalisasi saat ini mengalami kemajuan yang pesat baik dari segi finansial, teknologi, maupun fasilitasnya. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri manufaktur semasa krisis global lalu tahun termasuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Industri manufaktur semasa krisis global lalu tahun termasuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur semasa krisis global lalu tahun 2008-2009 termasuk salah satu dari beberapa industri yang paling merasakan pahitnya krisis ekonomi global. Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur. modal yang kuat untuk meningkatkan laba agar tetap mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan-perusahaan yang sedang mengalami masa perkembangan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya akan membutuhkan struktur modal yang kuat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR

NILAI INTRINSIK DAN NILAI PASAR OVERVIEW 1/45 Nilai intrinsik dan nilai pasar saham. Berbagai pendekatan yang digunakan dalam penilaian saham. Menentukan tingkat return yang disyaratkan. Menentukan tingkat pertumbuhan. NILAI INTRINSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar keuangan terbagi menjadi dua jenis segmen pasar yang berbeda yaitu pasar uang dan pasar modal dimana pasar uang merupakan pasar untuk efek utang jangka pendek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Peran perbankan dalam masa pembangunan saat ini sangatlah penting dan dibutuhkan untuk menunjang kegiatan usaha di Indonesia, hal ini terlihat dari besarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Valuasi saham..., Herdamang, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Valuasi saham..., Herdamang, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi saham merupakan investasi mulai diminati oleh investor akhir-akhir ini. Namun, dalam melakukan investasi di pasar modal, seorang investor harus memliki kemampuan

Lebih terperinci

Semen Baturaja (Persero), Tbk

Semen Baturaja (Persero), Tbk Equity Valuation Semen Baturaja (Persero), Tbk Laporan Utama 17 Maret 214 Target Harga Terendah Tertinggi 41 54 Semen Kinerja Saham 5.5 5. 4.5 4. 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1. 5 IHSG SMBR Jun-13 Aug-13 Oct-13 Dec-13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN. investor atau calon investor menilai bahwa perusahaan berhasil dalam mengelola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga saham merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan perusahaan, jika harga saham suatu perusahaan selalu mengalami kenaikan, maka investor atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan demi kemakmuran para pemegang saham. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1

BAB 1 PENDAHULUAN. bertahan dari terpaan krisis tersebut. Tabel 1 di bawah ini menunjukkan. Tabel 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meskipun sejak tahun 2008 perekonomian dunia sedang mengalami perlambatan dikarenakan krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan negara-negara di kawasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu yang didasarkan pada cirri-ciri keilmuan yang rasional, empiris dan sistematis. 3.1 Gambaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersifat sekunder, yaitu data yang berasal dari pihak lain yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh agency cost dan leverage terhadap kebijakan dividen pada Industri Semen yang telah go public periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan perusahaan merupakan hal yang crucial. Dengan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjalankan kinerja perusahaan dengan baik. perusahaan lebih efektif dan efesien dalam beroperasi. Selain itu manajemen

BAB I PENDAHULUAN. harus mampu menjalankan kinerja perusahaan dengan baik. perusahaan lebih efektif dan efesien dalam beroperasi. Selain itu manajemen BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam dunia bisnisnya, yaitu mencapai keuntungan maksimal. Hal ini menyebabkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki program pembangunan yang mendukung infrastruktur nasional melalui Master Plan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk jangka waktu 2011-2025

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modal Indonesia mengalami perkembangan yang pesat dari periode ke periode, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah saham yang ditransaksikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan penting yang dimiliki oleh pasar uang dalam resiko investasi terhadap pasar keuangan indeks harga saham gabungan di perbankan di Indonesia memberikan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menerangkan alasan penulis dalam memilih judul dan topik penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan kerangka pemikiran. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan kegiatan penanaman modal oleh investor atau pemilik dana ke dalam lembaga investasi dan atau suatu benda dengan harapan mendapatkan keuntungan pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih mengarah kepada pertumbuhan yang positif, sehingga hal ini memicu terjadinya persaingan yang sangat ketat baik dari investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga, dalam. 283,5 trilliun. Berikut data realisasi investasi hingga September 2012:

BAB I PENDAHULUAN. Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Himawan Hariyoga, dalam. 283,5 trilliun. Berikut data realisasi investasi hingga September 2012: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemulihan ekonomi yang lambat di negara-negara maju pasca krisis global 2008 silam, menyebabkan para investor lebih memilih mendiversifikasikan investasinya ke luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Berdasarkan data yang tersedia di idx, jumlah perusahaan yang tercatat sampai dengan bulan Januari 2016 adalah sejumlah 523 emiten (www.idx.co.id).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan

I. PENDAHULUAN. Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal adalah bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek dan saham. Fungsi dari bursa efek di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya perkembangan jaman berdampak bagi perkembangan sektor ekonomi dan moneter secara luas, hal tersebut dapat dilihat dari semakin terbukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup penting karena dapat dijadikan sumber dana alternatif bagi perusahaan. Pasar modal merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

BAB IV PEMBAHASAN. dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penentuan Skenario Pilihan Model penilaian saham ada 3 macam yaitu free cashflow model, relative model dan dividend discounted model. Setiap model penilaian terdapat keuntungan dan

Lebih terperinci