ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN ORGANISASI DI KOPERASI SUSU. Oleh WAHYU PURWANTO H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN ORGANISASI DI KOPERASI SUSU. Oleh WAHYU PURWANTO H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN ORGANISASI DI KOPERASI SUSU Oleh WAHYU PURWANTO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ABSTRAK Wahyu Purwanto. H Analisis Faktor-Faktor Pendukung Proses Penciptaan Pengetahuan Organisasi Di Koperasi Susu. Di bawah bimbingan Anggraini Sukmawati dan Dyah Utami Syafitri. Sistem agribisnis pada komoditas susu segar yang terjadi di Indonesia menganut sistem kerja sama vertikal. Distribusi susu mengalir dari peternak ke koperasi dan langsung didistribusikan ke IPS (Industri Pengolahan Susu). Sistem ini dikenal dengan sistem cluster. Oleh karena itu keberadaan koperasi sangat berperan sekali dalam menunjang sistem cluster ini. Begitu pentingnya koperasi persusuan sebagai penyangga atau buffer antara peternak dan IPS, karena itu koperasi persusuan perlu dikembangkan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk pengembangan koperasi persusuan adalah dengan adanya inovasi. Penelitian ini dilakukan di enam koperasi susu, yaitu KPSBU, SAE, KUD Warga Mulya, KUD Jatinom, KUD Cepogo, dan KUD Musuk. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan organisasi pada koperasi susu di Indonesia, (2) Menganalisis faktorfaktor pendukung bagi proses penciptaan pengetahuan Koperasi Susu di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari kuesioner dan wawancara dengan karyawan enam koperasi. Data sekunder berasal dari data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Selain itu data sekunder berasal dari studi pustaka yang berkaitan dengan bahasan penelitian seperti buku, jurnal, dan internet. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (visi bersama, pengelolaan percakapan, penyebaran pengetahuan internal, dan variabel dummy) terhadap variabel dependen (pengetahuan organisasi koperasi susu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan (keseluruhan), Visi Bersama, Pengelolaan Percakapan, dan Penyebaran Pengetahuan Internal memiliki pengaruh nyata terhadap Pengetahuan Organisasi Koperasi Susu (minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen). Namun secara parsial, ternyata hanya Pengelolaan Percakapan dan Penyebaran Pengetahuan Internal yang memiliki pengaruh nyata terhadap Pengetahuan Organisasi Koperasi Susu. Variabel dummy D1 dan D4 juga berpengaruh nyata terhadap Pengetahuan Organisasi Koperasi Susu. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum tingkat pengetahuan organisasi Koperasi KPSBU dibandingkan dengan Koperasi SAE dan Koperasi Warga Mulya adalah lebih tinggi. Dan secara umum, karakteristik responden yang dilihat dari jenis kelamin, pengalaman, pendidikan, dan gaji tidak berpengaruh terhadap tingkat Pengetahuan Organisasi Koperasi Susu. Untuk ukuran kebaikan model masih kurang bagus karena nilai Koefisien Determinasi (R 2 ) = 29,7 persen yang artinya keragaman yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor X dalam model regresi di atas hanya 29,7 persen sedangkan sisanya 70,3 persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

3 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN ORGANISASI DI KOPERASI SUSU SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh WAHYU PURWANTO H DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

4 Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor Pendukung Proses Penciptaan Pengetahuan Organisasi di Koperasi Susu Nama Nim : Wahyu Purwanto : H Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II (Ir. Anggraini Sukmawati, MM) (Utami Dyah Syafitri, M.Si) NIP : NIP : Mengetahui Ketua Departemen (Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc ) NIP : Tanggal Lulus :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Januari 1987 di Boyolali. Penulis bernama lengkap Wahyu Purwanto, merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sudarto dan Paliyem. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Pertiwi, Kecamatan Ampel dan lulus pada Tahun Penulis melanjutkan pendidikan dasarnya di SD N Ampel 1 pada tahun 1993 sampai dengan tahun Pada Tahun 1999 penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 1 Ampel dan lulus pada tahun Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Boyolali pada tahun 2005, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis awalnya diterima sebagai mahasiswa di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (mayor) namun pada semester enam, penulis pindah mayor ke Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen serta mengambil Supporting course. Selama belajar di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan, seperti menjadi Ketua Rohis Kelas B-23 TPB tahun , menjadi Ketua Rohis Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan tahun , mengikuti organisasi DPM TPB pada periode sebagai Ketua Komisi Keuangan, LDK Al Hurriyyah pada periode sebagai staf divisi PSDM, F-Mart Fateta sebagai Direktur tahun 2008, LDF Formasi Fem pada periode , dan OMDA FKMB dari tahun Selain itu, penulis juga aktif mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya di lingkungan Institut Pertanian Bogor. iv

6 KATA PENGANTAR Alhamdulilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, sang pemilik cinta yang memberikan kemudahan, inspirasi dan membelahkan ide-ide sehingga menggerakkan jasad, roh dan akal penulis untuk mencoba berkarya dengan penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Faktor- Faktor Pendukung Proses Penciptaan Pengetahuan Organisasi di Koperasi Susu. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan organisasi pada koperasi susu di Indonesia dan menganalisis faktor-faktor pendukung bagi proses penciptaan pengetahuan Koperasi Susu di Indonesia. Penulis menyadari dalam penulisan ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih pada : 1. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Utami Dyah Syafitri, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan, motivasi dan bimbingan kepada penulis selama penelitian hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan. 2. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam membuat skripsi ini. 3. Seluruh dosen dan staf FEM, khususnya Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di FEM IPB 4. Ibu, Bapak, adik, dan seluruh keluarga yang telah memberikan dukungan dan semangat tiada henti kepada penulis, yang telah memberikan kasih sayang tiada batas kepada penulis. 5. Windry, Irma, Ani, Windarti, Aa, dan Fifin sebagai teman-teman satu bimbingan. Terima kasih atas kekompakan, dukungan dan bantuan kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan. v

7 6. Seluruh teman-teman seperjuangan Manajemen 42, 43, dan 44 serta temanteman Ilmu dan Teknologi Pangan 42 yang telah membantu dan memberikan semangat serta rasa persaudaraan kepada penulis selama studi di IPB. 7. Ustadz dan saudara-saudaraku di PPM Al Inayah yang telah memberikan ilmu, bantuan dan dukungan semangat kepada penulis. 8. Sahabat-sahabatku (Nazrul, Syafrul, PT, Adit dll). Terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang telah diberikan kepada penulis. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan bahan perbaikan serta memberikan arah yang lebih jelas dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya. Bogor, Mei 2010 Penulis vi

8 II. ABSTRAK DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan Peran Manajemen Pengetahuan Penciptaan Pengetahuan dalam Organisasi Pengertian dan Prinsip-Prinsip Koperasi Jenis dan Bentuk Koperasi Koperasi Susu di Indonesia Gabungan Koperasi Susu Indonesia iv v vii ix x xi III. IV. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Sampling Pengolahan dan Analisis Data Skala Likert Uji Validitas Uji Reliabilitas Analisis Regresi Linier Berganda HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Koperasi Susu Karakteristik Responden Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Implikasi Manajerial vii

9 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

10 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Perkembangan Koperasi Persusuan di Indonesia Variabel dan Indikatornya Variabel Dummy Enam Koperasi Variabel Dummy Karakteristik Responden Komposisi Modal Koperasi SAE, Perkembangan Anggota Perkembangan Usaha (dalam juta) Aktiva dan Passiva Tahun Koperasi yang Diteliti dan Alamatnya Uji F untuk Melihat Pengaruh Visi, PP, PPI, dan Variabel Dummy Terhadap PPO Secara Simultan Model Regresi Linier Berganda (Pengaruh Visi Bersama, Pengelolaan Percakapan, Penyebaran Pengetahuan Internal dan Variabel Dummy Terhadap Pengetahuan Organisasi Koperasi Susu) Model Summary ix

11 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perbandingan Jenis Kelamin Responden di KPSBU Pengalaman Bekerja Responden KPSBU Pada Koperasi Lain Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden KPSBU Perbandingan Gaji yang Diterima Responden KPSBU Perbandingan Jenis Kelamin Responden di SAE Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden SAE Perbandingan Gaji yang Diterima Responden SAE Perbandingan Jenis Kelamin Responden di KUD Jatinom Pengalaman Bekerja Responden KUD Jatinom Pada Koperasi Lain Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden KUD Jatinom Perbandingan Gaji yang Diterima Responden KUD Jatinom Perbandingan Jenis Kelamin Responden di KUD Cepogo Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden KUD Cepogo Perbandingan Jenis Kelamin Responden di KUD Warga Mulya Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden KUD Warga Mulya Perbandingan Gaji yang Diterima Responden KUD Warga Mulya Perbandingan Jenis Kelamin Responden di KUD Musuk Pengalaman Bekerja Responden KUD Musuk Pada Koperasi Lain Perbandingan Pendidikan Terakhir Responden KUD Musuk x

12 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Uji Validitas Uji Reliabilitas Uji Regresi Linier Berganda Untuk Visi, PP, PPI, dan Variabel Dummy Terhadap PPO Uji Regresi Linier Berganda Untuk Visi, PP, PPI, dan Variabel Dummy Terhadap PPO Menggunakan Data Interval Uji Regresi Linier Berganda Untuk Karakteristik Responden 83 xi

13 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara-negara yang berhasil dalam ekonomi dunia baru ini adalah mereka yang menerapkan prinsip-prinsip ekonomi berbasis pengetahuan. Nonaka yang dikutip Sangkala (2007) mengatakan bahwa di dalam ekonomi yang pasti hanya ketidakpastian, maka salah satu sumber daya saing yang pasti adalah pengetahuan. Karenanya adalah sangat penting bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk matang sebagai bangsa memasuki masyarakat pengetahuan serta mengupayakan berbagai jalan dan cara yang dapat mentranformasikan dirinya ke dalam organisasi berbasis pengetahuan. Apalagi perkembangan pesat perekonomian dunia didorong oleh dua penggerak utama yaitu globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Era globalisasi yang diwarnai dengan maraknya inovasi ditandai juga dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari akan persaingan yang semakin berat, maka diperlukan perubahan paradigma dari yang semula mengandalkan pada resource-based menjadi knowledge based yang bertumpu pada analisis bidang ilmu pengetahuan tertentu. Kualitas SDM (sumber daya manusia) harus membawa penyadaran untuk mengantisipasi kesiapan membangun masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based society) yang menjadi prasyarat keunggulan persaingan abad 21 ini. Saat ini Indonesia sedang bergerak dari suatu masyarakat industrial (industrial society) ke suatu masyarakat berpengetahuan (knowledge society). Dimana sumber kekayaan bergeser dari modal ke knowledge (pengetahuan) dan jenis organisasi dari hierarki yang tajam (step hierarchy) menuju ke jaringan manusia (human networking). Pergeseran paradigma tentang sumber daya apa yang memiliki potensi menggerakkan perusahaan agar lebih cerdas dan inovatif, dewasa ini telah ditemukan seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran dari para pelaku bisnis maupun akademisi bahwa aset pengetahuan yang tergolong sebagai aset tak berwujud (intangible asset) lebih penting dari sumber daya perusahaan yang selama ini dipahami seperti sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi,

14 2 posisi pasar, dan aset berwujud (tangible assets) lainnya. Posisi pengetahuan sedemikian sentralnya sehingga Brown dan Duguid (2002) yang dikutip Sangkala (2007) dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya esensi perusahaan adalah organisasi pengetahuan. Dua alasan utama pentingnya penerapan knowledge management (manajemen pengetahuan) di organisasi adalah (i) terabaikannya dan kurangnya proses pengambilan keputusan di suatu organisasi berbasis pengetahuan yang memadai, (ii) kelambatan dalam diseminasi informasi dan pengetahuan di suatu organisasi, serta tiadanya real timeness dari penyerapan informasi dan pengetahuan oleh pengambil keputusan di suatu organisasi. Ikujiro Nonaka, Professor Institute of Business Research, Hitotsubashi University Tokyo, Japan dalam Management Dynamism and Managerial Productivity, Juni 1991 muncul dengan pandangan mengenai inovasi sebagai esensi suatu proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi (organizational knowledge-creation). Nonaka (1991) yang dikutip Setiarso et al (2009) menekankan pentingnya interaksi dalam organisasi antara tingkatan puncak, menengah dan bawahan, sekaligus peranan manajemen menengah yang berkompetisi dalam penciptaan pengetahuan. Untuk mencapai organisasi yang inovatif maka perlu dibangun budaya knowledge sharing (berbagi pengetahuan). Teori manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan. Guna menjawab pertanyaan tersebut, hal utama yang harus dilakukan adalah memahami bagaimana dan kapan penciptaan pengetahuan harus didukung dan bagaimana menggunakan akumulasi pengetahuan yang sudah tercipta sehingga dapat meningkatkan produktivitas organisasi. Pada tingkatan yang paling dasar, pengetahuan sebenarnya diciptakan oleh individu yang ada dalam organisasi. Organisasi pada dasarnya tidak dapat menciptakan pengetahuan tanpa individuindividu yang ada dalam organisasi. Fungsi organisasi adalah memberi dukungan kepada kreativitas individu yang ada dalam organisasi atau menyediakan suatu konteks bagi individu untuk menciptakan pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian yang mengkaji tentang bagaimana peran faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan dalam sebuah organisasi.

15 3 Dalam terminologi ilmu manajemen, sudah sering dihembuskan bahwa koperasi merupakan salah satu tipe organisasi modern yang di dalamnya terdapat unsur-unsur organisasi yang telah terstruktur di dalam koperasi dan tunduk pada prinsip-prinsip manajemen dalam menjalankan fungsinya. Di sisi lain ditemukan pula keunikan dalam pengertian koperasi, ia selaku organisasi kumpulan sejumlah orang yang tidak atas dasar kumpulan modal dan sekaligus juga sebagai organisasi bisnis yang mempunyai peran sebagai pelaku usaha. Selaku kumpulan orang, dalam tubuh koperasi tentu sarat pula dengan nilai-nilai kemanusiaan, baik sebagai anggota maupun sebagai pengurus. Selaku organisasi bisnis tentu sarat pula dengan indikator-indikator manajemen bisnis, teknologi, legalitas, dan pengetahuan tentang kondisi atau peluang-peluang usaha yang prospektif. Secara naluri diperkirakan masih terdapat banyak orang yang menghendaki dan meyakini bahwa koperasi masih layak dipertahankan dan ditumbuhkembangkan, dimana koperasi telah berperan aktif dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Di sisi lain stereotipe terhadap keberadaan lembaga koperasi masih berkumandang di berbagai kalangan. koperasi dinilai sebagai lembaga ekonomi yang hampir gagal, tidak efisien dan tidak bisa bersaing. Koperasi juga dinilai sebagai sarang korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Jika menoleh pada kisah perkembangan koperasi di Indonesia sejak era penjajahan hingga era kemerdekaan, dapat disimpulkan bahwa perjalanan hidup ekonomi rakyat melalui koperasi mengalami pasang surut mulai dari kondisi bangsa yang terjajah, lalu ke kondisi ekonomi yang diwarnai proteksi hingga fase ekonomi pasar bebas. Adalah tidak mudah menghadapi perubahan lingkungan bisnis tersebut, terlebih bagi lembaga perkoperasian dengan skala usaha ekonomi serba terbatas. Maka, wajar jika eksistensi koperasi dapat pula terkena imbas yang dahsyat. Namun demikian, berdasarkan pengalaman empirik, sekelompok masyarakat masih teguh bergabung dalam koperasi, baik di perkotaan, pedesaan, bahkan sampai daerah terpencil. Data yang dihimpun Biro Perencanaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM per tahun 2006 terdapat koperasi di Indonesia dengan jumlah anggota orang. Secara umum koperasi telah berperan dalam masyarakat antara lain berupa : (1) meningkatkan

16 4 skala usaha anggota dan efisiensi, (2) meningkatkan bargaining position terhadap pasar, (3) manfaat sosial. Untuk dapat menopang koperasi sebagai unit bisnis dan gerakan ekonomi masyarakat, diperlukan inovasi baru yang dapat diperoleh melalui pendekatanpendekatan yang melibatkan multidisiplin ilmu seperti ilmu ekonomi, manajemen bisnis, sosial budaya, psikologi, manajemen organisasi koperasi, dan ilmu hukum. (Tim penyusun dalam Sinaga et al, 2008) Sistem agribisnis pada komoditas susu segar yang terjadi di Indonesia menganut sistem kerja sama vertikal. Distribusi susu mengalir dari peternak ke koperasi dan langsung didistribusikan ke IPS (Industri Pengolahan Susu). Sebagian besar produksi susu segar yang dihasilkan berasal dari peternakan rakyat sedangkan koperasi sebagai pengumpul dan pengolah, pemberi layanan input produksi, dan mendistribusikan susu tersebut kepada IPS. Sistem ini dikenal dengan sistem cluster. Oleh karena itu keberadaan koperasi sangat berperan sekali dalam menunjang sistem cluster ini. Keterbentukan koperasi seiring dengan perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia. Koperasi merupakan wadah yang digunakan oleh para peternak untuk memperlancar proses usahanya dan meningkatkan kesejahteraannya, di mana koperasi tersebut bertugas memberikan suplai input produksi berupa konsentrat, inseminasi buatan, dan sebagainya dan sekaligus menampung susu dari peternak untuk dijual ke IPS. Koperasi/KUD susu mengalami zaman keemasan pada saat impor sapi perah secara besar-besaran antara tahun an, kini perannya seolah berkurang bahkan cenderung tidak dipercaya anggotanya. Persaingan usaha antar koperasi dan posisi tawar peternak sapi perah yang lemah merupakan indikasi ketidakmampuan koperasi/kud susu mengendalikan bisnis persusuan di era pasar bebas. Sejak Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) terbentuk pada akhir tahun 1970-an hingga kini, produktivitas usaha ternak sapi perah rakyat masih tetap rendah, seolah bisnis ini jalan di tempat. Kondisi tersebut dikarenakan manajemen usaha ternak, kualitas pakan dan bibit sapi yang tersedia sangat tidak memadai. Memperbaiki manajemen peternakan rakyat merupakan problema yang cukup komplek, tidak hanya merubah sikap peternak tetapi juga bagaimana menyediakan stok bibit yang baik dan bahan baku pakan yang berkualitas dalam

17 5 jumlah yang memenuhi kebutuhan. Dampak lemahnya usaha ini terlihat pada rendahnya produksi dan kualitas susu. Kesemuanya sebagai akibat dari sistem manajemen usaha yang tradisional, sehingga harga susu yang terbentuk di tingkat peternak menjadi rendah. (Firman, 2007) Begitu pentingnya koperasi persusuan sebagai penyangga atau buffer antara peternak dan IPS, karena itu koperasi persusuan perlu dikembangkan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk pengembangan koperasi persusuan adalah dengan adanya inovasi. Brown dan Duguid (2002) yang dikutip Sangkala (2007) menjelaskan bahwa posisi pengetahuan sangat penting dalam organisasi sehingga penciptaan pengetahuan dalam organisasi menduduki posisi yang sangat penting karena apabila aktivitas ini mengalami kemandulan, akan berdampak kepada ketidakmampuan organisasi dalam menciptakan inovasi-inovasi. Oleh karena itu, diperlukan sebuah penelitian yang mengkaji tentang bagaimana peran faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan dalam koperasi, khususnya koperasi susu Perumusan Masalah Pergeseran paradigma tentang sumber daya apa yang memiliki potensi menggerakkan perusahaan agar lebih cerdas dan inovatif, dewasa ini telah ditemukan seiring dengan semakin tumbuhnya kesadaran dari para pelaku bisnis maupun akademisi bahwa aset pengetahuan yang tergolong sebagai aset tak berwujud (intangible asset) lebih penting dari sumber daya perusahaan yang selama ini dipahami seperti sumber daya finansial, bangunan, tanah, teknologi, posisi pasar, dan asset berwujud (tangible assets) lainnya. Posisi pengetahuan sedemikian sentralnya sehingga Brown dan Duguid (2002) yang dikutip Sangkala (2007) dengan tegas menyatakan bahwa sebenarnya esensi perusahaan adalah organisasi pengetahuan. Sehingga penciptaan pengetahuan dalam organisasi menduduki posisi yang sangat penting karena apabila aktivitas ini mengalami kemandulan, akan berdampak kepada ketidakmampuan organisasi dalam menciptakan inovasi-inovasi produk. Sistem agribisnis pada komoditas susu segar yang terjadi di Indonesia menganut sistem kerja sama vertikal. Distribusi susu mengalir dari peternak ke

18 6 koperasi dan langsung didistribusikan ke IPS. Sebagian besar produksi susu segar yang dihasilkan berasal dari peternakan rakyat sedangkan koperasi hanya sebagai pengumpul, pemberi layanan input produksi, dan mendistribusikan susu tersebut kepada IPS. Sistem ini dikenal dengan sistem cluster. Oleh karena itu keberadaan koperasi susu sangat berperan sekali dalam menunjang sistem cluster ini, karena itu koperasi persusuan perlu dikembangkan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk pengembangan koperasi persusuan adalah dengan adanya inovasi. Dan menurut Brown dan Duguid (2002) yang dikutip Sangkala (2007), proses penciptaan pengetahuan di organisasi akan berpengaruh terhadap inovasi. Berdasarkan paparan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah bagaimana peran faktor-faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan di organisasi (koperasi susu) Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan organisasi pada koperasi susu di Indonesia 2. Menganalisis faktor-faktor pendukung bagi proses penciptaan pengetahuan Koperasi Susu di Indonesia Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah 1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai bahan pembelajaran, meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang manajemen pengetahuan, khususnya tentang faktor pendukung proses penciptaan pengetahuan organisasi serta penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama di bangku kuliah. 2. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pimpinan organisasi dalam membuat kebijakan pengembangan dan pengelolaan SDM serta dapat menjadi acuan untuk meningkatkan kinerja organisasi secara terus-menerus. 3. Sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut di bidang yang sama.

19 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis faktor pendukung dalam proses penciptaan pengetahuan di organisasi, di mana faktor yang dianalisis adalah visi bersama, pengelolaan percakapan, dan penyebaran pengetahuan internal. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada karyawan dan juga didukung dengan studi literatur lainya.

20 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan Dalam buku yang ditulis oleh Von Krough et al (2000) dan Choo (1998) yang dikutip Setiarso et al (2009), disampaikan ringkasan gagasan yang mendasari pengertian pengetahuan adalah sebagai berikut : a. Pengetahuan merupakan kepercayaan yang dapat dipertanggungjawabkan (justified true believe) b. Pengetahuan merupakan sesuatu yang eksplisit sekaligus terpikirkan (tacit) c. Penciptaan inovasi secara efektif bergantung pada konteks yang menungkinkan terjadinya penciptaan tersebut d. Penciptaan inovasi yang melibatkan lima langkah utama yaitu berbagi pengetahuan terpikirkan (tacit), menciptakan konsep, membenarkan konsep, membangun prototype, dan melakukan penyebaran pengetahuan tersebut. Menurut Sangkala (2007), Pergeseran kesadaran tentang pentingnya sumber daya pengetahuan dapat ditelusuri melalui berbagai laporan hasil penelitian yang dilakukan Kendrick (1990, dalam Sullivan, 2000). Pada tahun 1929, rasio penggunaan antara modal yang bersifat tangible dengan modal yang bersifat intangible berkisar antara 30:70 persen. Pada tahun 1990 rasio tersebut bergeser menjadi 63:37 persen. Dalam penelitian Dr. Blair (Tuomi, 1999) dilaporkan pula bahwa pada tahun 1978 terdapat 80% keseluruhan nilai perusahaan terkait dengan modal yang tangible assets dan hanya 20% terkait dengan modal yang bersifat intangible assets. Sepuluh tahun kemudian, di tahun 1988, keadaan modal yang bersifat tangible assets bergeser menjadi 45% dan 55% berupa modal yang bersifat intangible assets. Pada penelitian berikutnya, yakni di tahun 1998, terungkap bahwa hanya 30% nilai perusahaan bersumber dari modal yang bersifat tangible assets sedangkan 70% nilai perusahaan terkait dengan modal yang bersifat intangible assets. Hasil penelitian tersebut juga melaporkan bahwa hasil studi yang dilakukan terhadap perkembangan ekonomi di Amerika dan negara-negara Eropa Barat mengalami pergeseran serupa, dan pergeseran ini diperkirakan akan berlanjut hingga ke seluruh dunia.

21 9 Menurut Davenport dan Prusak (1998) yang dikutip Munir (2008), pengetahuan bukanlah data, bukan pula informasi, namun sulit sekali dipisahkan dari keduanya. Data dan informasi merupakan bahan baku yang diolah oleh aksi atau tindakan menjadi pengetahuan. Menurut Probst et al (2000) yang dikutip Munir (2008), pengetahuan adalah keseluruhan kognisi dan keterampilan yang digunakan oleh manusia untuk memecahkan masalah. Sedangkan definisi paling sederhana mengenai pengetahuan adalah kapasitas untuk melakukan tindakan dengan efektif. Manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan. Kesadaran untuk menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi bisnis diperlukan karena terbukti perusahaan yang menjadikan sumber daya pengetahuan sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong perusahaan lebih inovatif yang bermuara kepada kepemilikan daya saing perusahaan terhadap pesaingnya. (Sangkala, 2007). Untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari pengetahuan yang dimiliki dan untuk mengetahui pengetahuan-pengetahuan yang harus dimiliki, perusahaan harus mengelola pengetahuannya melalui manajemen pengetahuan. Tiwana (2000) yang dikutip Munir (2008), menyampaikan bahwa manajemen pengetahuan adalah pengelolaan pengetahuan organisasi untuk menciptakan nilai dan menghasilkan keunggulan bersaing atau kinerja prima. Melalui manajemen pengetahuan, secara sadar organisasi mengidentifikasikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki dan memanfaatkannya untuk meningkatkan kinerja dan menghasilkan berbagai inovasi. Untuk memperoleh manfaat menajemen pengetahuan yang sebesar-besarnya, organisasi juga aktif mengidentifikasi dan mengakuisisi pengetahuan-pengetahuan berkualitas yang ada di lingkungan eksternal organisasi. Menurut Skryme yang dikutip Setiarso et al (2009), menyampaikan bahwa salah satu tantangan manajemen pengetahuan adalah menjadikan manusia berbagi pengetahuan mereka. Untuk menghadapi tantangan tersebut Skryme menyarankan 3 C, yaitu Culture, Co-opetition (menyatukan kerjasama dengan persaingan), dan commitment.

22 10 Horwitch dan Armacost (2002) yang dikutip Sangkala (2007) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan, pentransferan, dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih baik, bertindak dengan tepat, serta memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi bisnis. Davidson dan Voss (2002) yang dikutip Sangkala (2007) mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja perusahaan. Davidson dan Voss juga menyatakan bahwa manajemen pengetahuan merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga perusahaan dapat mengenali di mana aset intelektual kunci berada, dan menangkap ukuran aset intelektual yang relevan untuk dikembangkan. Menurut Santosu dan Surmach (2001) yang dikutip Sangkala (2007) bahwa manajemen pengetahuan merupakan proses di mana perusahaan melahirkan nilai-nilai dan aset intelektual dan aset yang berbasiskan pengetahuan. Manajemen pengetahuan merupakan seni untuk menciptakan nilai. Menurut Bergerson (2003) yang dikutip Sangkala (2007), manajemen pengetahuan merupakan suatu pendekatan yang sistematik untuk mengelola aset intelektual dan informasi lain sehingga memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan. Sementara itu menurut pandangan Sveiby (1998) yang dikutip Sangkala (2007), manajemen pengetahuan adalah seni penciptaan nilai dari aset pengetahuan Peran Manajemen Pengetahuan Peranan manajemen pengetahuan dapat dilihat dalam kaitannya dengan penggunaan pengetahuan sebagai basis untuk melahirkan inovasi, meningkatkan responsivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan stakeholder, meningkatkan produktivitas dan kompetensi karyawan yang telah diberi tugas dan tanggung jawab. Pengetahuan dan kapabilitas merupakan sumber daya saing yang berkelanjutan bagi perusahaan. (Kumar dan William 1993; Drucker 1993; Nonaka 1994; Nonaka dan Takeuchi 1995; Quinn 1992; Sveiby 1997; Teece, Pisano, dan Shuen 1997; Toffler 1990; Winter 1987: yang dikutip Sangkala (2007)) Obsevasi dari para ahli seperti Quinn (1992) menemukan bahwa peningkatan daya saing perusahaan sangat tergantung kepada sumber daya yang

23 11 berbasis pengetahuan seperti teknologi know-how dan pemahaman yang mendalam kepada para pelanggannya. Drucker (1993) berargumentasi bahwa pengetahuan telah menjadi sumber daya paling berguna di dalam dunia bisnis saat ini. Toffler (1990) mengklaim bahwa pengetahuan adalah sumber kekuasaan yang paling berkualitas dan kunci pergeseran kekuasaan ke depan. Pengetahuan menjadi sumber daya yang sangat penting bagi daya saing perusahaan karena sulit diperdagangkan dan diimitasi Penciptaan Pengetahuan dalam Organisasi Menurut Sangkala (2007), penciptaan pengetahuan dalam organisasi dapat dilakukan dengan enam langkah, yaitu : 1. Memperluas dan Mengembangkan Pengetahuan Pribadi Penggerak utama proses penciptaan pengetahuan di dalam organisasi adalah individu yang berada dalam organisasi. Individu-individu tersebut mengakumulasi pengetahuan tacit melalui pengalaman yang mereka miliki. Kualitas pengetahuan tacit dipengaruhi oleh dua hal penting, yaitu faktor keragaman pengalaman individu dan kualitas pengetahuan terhadap pengalaman yang merupakan penjelmaan pengetahuan ke dalam komitmen pribadi yang telah lama melekat di dalam pengalaman itu sendiri. 2. Berbagi Pengetahuan Tacit Salah satu cara mengimplementasikan penciptaan pengetahuan dalam organisasi adalah dengan menciptakan self-organizing team, dimana anggota organisasi berkolaborasi untuk menciptakan konsep baru. Self-organizing team yang dibentuk merupakan tim yang anggota-anggotanya berasal dari berbagai fungsi. Keragaman asal anggota tim sangat penting bagi organisasi dalam rangka memutuskan kapan dan bagaimana menentukan bidang interaksi, dimana dan kapan individu dapat berinteraksi. Self-organizing team dapat memicu penciptaan pengetahuan organisasi melalui dua proses, yaitu pertama, organisasi memfasilitasi tumbuhnya saling percaya di antara anggota organisasi dan mempercepat terciptanya perspektif yang secara eksplisit berasal dari anggota organisasi itu sendiri yang dikenal dengan pengetahuan tacit. Kedua, berbagi perspektif implisit yang dikonseptualisasikan melalui dialog yang kontinu di antara anggota organisasi. Berbagi pengalaman juga mampu memfasilitasi

24 12 penciptaan perspektif umum yang dapat dibagi oleh anggota tim sebagai bagian dari pengetahuan tacit masing-masing. 3. Pengonseptualisasian Setelah tercipta saling percaya di antara anggota organisasi dan telah terbentuk secara implisit perspektif yang sama melalui berbagi pengalaman, tim selanjutnya memerlukan pengartikulasian perspektif melalui dialog yang kontinu. Mode yang dominan dalam pengubahan pengetahuan dalam tahap ini adalah eksternalisasi. Teori organizational learning telah banyak memberikan perhatian terhadap proses ini. Perspektif tacit diubah ke dalam bentuk konsep eksplisit yang dapat dibagi kepada tim. Dialog secara langsung memfasilitasi proses ini dengan menggiatkan eksternalisasi pada level individual. Dialog dalam bentuk tatap muka merupakan salah satu upaya membangun konsep karena hal ini memberikan peluang bagi seseorang untuk menguji asumsi maupun hipotesisnya. Agar dialog tersebut produktif, dialog harus : 1) dilakukan oleh berbagai macam orang dan bersifat temporer sehingga ada ruang untuk perbaikan dan negosiasi; 2) para peserta dalam dialog harus dapat mengekspresikan ide-idenya secara bebas dan jujur. Upaya konseptualisasi tidak hanya diciptakan melalui metode deduktif dan induktif tetapi juga abduktif. Abduktif memiliki peranan penting di dalam proses konseptualisasi. Deduksi dan induksi secara vertikal berorientasi kepada proses memberi alasan, sementara abduksi merupakan perluasan secara lateral dari alasan di mana berpusat kepada penggunaan metafora-metafora. Biasanya proses induktif dan deduktif digunakan ketika sebuah pemikiran atau image direvisi atau untuk memberi makna terhadap sebuah konsep baru. 4. Pengkristalisasian Kristalisasi dapat dipandang sebagai proses dimana berbagai macam bagian atau departemen di dalam organisasi menguji realitas dan penerapan konsep yang diciptakan oleh tim. Proses ini biasanya difasilitasi biasanya oleh apa yang disebut dengan kegiatan percobaan. Kegiatan ini merupakan proses sosial dimana terjadi pada level kolektif yang biasanya disebut dengan dinamika hubungan kerja sama (Haken, 1978) atau sinergis antara berbagai fungsi dan departemen dalam organisasi. Hubungan ini cenderung dapat dilakukan dengan efektif apabila

25 13 tersedia informasi yang cukup. Jika tidak tersedia informasi yang cukup tersedia, biasanya inisiatif dilakukan oleh para ahli yang dianggap memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih. Penciptaan pengetahuan berlangsung dalam interaksi para anggota tim untuk selanjutnya dikristalisasi dalam bentuk yang lebih konkrit, misalnya berupa produk, konsep, atau sistem. Kristalisasi ini merupakan bentuk pengubahan pengetahuan yang kegiatannya diistilahkan oleh Nonaka dan Takeuchi (1995) sebagai model konversi internalisasi. Proses kristalisasi merupakan proses sosial yang terjadi pada tingkatan kolektif yang terealisasi melalui apa yang disebut oleh Haken (1978) sebagai dynamic cooperative relation or synergetics di antara berbagai fungsi dan departemen dalam organisasi. 5. Penilaian Pengetahuan Penilaian merupakan tahap terakhir menyatukan dan menyaring apakah pengetahuan yang diciptakan dalam organisasi benar-benar bermanfaat bagi organisasi dan masyarakat. Artinya penilaian sangat menentukan kualitas pengetahuan yang diciptakan dan mencakup kriteria atau standar penilaian. Persoalan yang terkait dengan standar penilaian ini antara lain terkait dengan biaya, keuntungan minimalnya, tingkat di mana produk dapat memberikan kontribusi kepada perkembangan perusahaan, termasuk nilai yang dijanjikan yang di luar fakta atau pertimbangan-pertimbangan pragmatis. Hal ini bisa berupa opini yang lebih luas dan lebih dari sekedar penciptaan pengetahuan, misalnya visi organisasi dan persepsi yang terkait dengan perjalanan, romantisme, dan estetikanya. Di dalam organisasi biasanya yang paling menentukan adalah standar penilaian. Standar penilaian harus dilakukan dalam terminologi konsistensi dengan sistem nilai yang paling tinggi. Kemampuan pimpinan memelihara keberlanjutan refleksi diri dalam perspektif yang lebih luas sangat diperlukan apabila tetap menginginkan kualitas penciptaan pengetahuan terjadi. 6. Menjaringkan pengetahuan Selama tahap penciptaan pengetahuan organisasi, konsep yang telah diciptakan, dikristalisasikan, selanjutnya dinilai dalam organisasi dan diintegrasikan ke dalam basis pengetahuan organisasi untuk disebarkan ke seluruh jaringan organisasi. Pengetahuan organisasi yang telah tercipta tersebut

26 14 selanjutnya dikelola kembali melalui proses interaksi antara visi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan konsep baru yang telah diciptakan. Untuk menjembatani antara konsep besar dengan konsep baru yang tercipta diperlukan satu konsep menengah. Jadi konsep menengah ini menghilangkan ketidakjelasan konsep besar ke tingkat konsep baru maupun sebaliknya. Kadang-kadang konsep besar tidak dimengerti dengan baik pada setiap tingkatan kecuali konsep menengah memperjelas konsep yang sudah tercipta tersebut. Upaya memperjelas tersebut dilakukan melalui penciptaan atau penyusunan kembali konsep besar yang diberikan oleh pimpinan puncak serta konsep menengah yang diciptakan oleh pimpinan menengah. Interaksi ini dimediasi secara nyata dalam bentuk penyatuan informasi, yang merupakan dinamika lain aktivitas self organizing team untuk menjejaringkan pengetahuan yang terus-menerus menciptakan informasi dan makna baru. Hal yang perlu dicatat bahwa proses penciptaan pengetahuan tidak pernah berakhir dan merupakan proses yang berputar baik yang terjadi dalam organisasi maupun dengan lingkungannya. Dengan lingkungan karena lingkungan merupakan sumber pemicu penciptaan pengetahuan dalam organisasi. Salah satu aspek hubungan antara penciptaan pengetahuan dengan lingkungan digambarkan oleh reaksi produk oleh pelanggan, pesaing, dan pemasok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses penciptaan pengetahuan dalam organisasi berlangsung bagaikan sebuah siklus yang dimulai dari memperbesar pengetahuan individu, berbagi pengetahuan tacit dan konseptual, membangun tim mengelola dirinya sendiri, berbagi pengalaman, menyusunnya ke dalam bentuk konsep, mengkristalisasikan, menilai kualitasnya, menjaringkan ke seluruh organisasi baik internal maupun ke seluruh lingkungan organisasi. Menurut Profesor Nonaka yang dikutip Setiarso et al (2009), bahwa proses penciptaan pengetahuan organisasi terjadi karena adanya interaksi (konversi) antara pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit, melalui proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan internalisasi. Menurut Nonaka dan Takeuchi (1995) yang dikutip Munir (2008), interaksi dinamis antara satu bentuk pengetahuan ke bentuk lainnya disebut konversi pengetahuan. Terdapat empat cara konversi pengetahuan, yaitu sosialisasi (Sosialization), eksternalisasi (Eksternalization),

27 15 kombinasi (Combination), dan internalisasi (Internalization). Di bawah ini adalah uraian masing-masing cara konversi pengetahuan : 1. Sosialisasi (Socialization) Sosialisasi merujuk pada konversi pengetahuan tarbatinkan ke pengetahuan terbatinkan. Istilah sosialisasi ini digunakan untuk menekankan pada pentingnya kegiatan bersama antara sumber pengetahuan dan penerima pengetahuan dalam proses konversi pengetahuan terbatinkan. 2. Eksternalisasi (Externalization) Eksternalisasi merujuk pada konversi pengetahuan terbatinkan ke pengetahuan eksplisit. Melalui cara ini pengetahuan terkristalisasikan sehingga dapat didistribusikan ke pihak lain dan menjadi basis bagi pengetahuan baru. Pada tahap ini, pengetahuan terbatinkan diekspresikan dan diterjemahkan menjadi metafora, konsep, hipotesis, diagram, model atau prototipe sehingga dapat dimengerti oleh pihak lain. 3. Kombinasi (Combination) Kombinasi merujuk pada konversi pengetahuan dari pengetahuan ekplisit ke pengetahuan eksplisit. Dengan cara ini pengetahuan ditukarkan dan dikombinasikan melalui media seperti dokumen-dokumen, rapat-rapat, percakapan telepon dan komunikasi melalui jaringan komputer. Dalam praktiknya kombinasi bergantung pada tiga proses. Pertama, pengetahuan eksplisit dikumpukan dari dalam dan dari luar perusahaan, kemudian dikombinasikan. Kedua, pengetahuan eksplisit disunting atau diproses agar dapat lebih bermanfaat bagi perusahaan. Ketiga, pengetahuan-pengetahuan ekplisit tersebut disebarkan ke seluruh perusahaan melalui berbagai media. 4. Internalisasi (Internalization) Internalisasi merujuk pada konversi pengetahuan eksplisit menjadi pengetahuan terbatinkan. Cara ini mirip sekali dengan kegiatan yang disebut belajar sambil melakukan atau learning by doing. Internalisasi pengetahuan digunakan untuk memperluas, memperdalam, serta mengubah pengetahuan terbatinkan yang dimiliki oleh setiap anggota perusahaan. Bila pengetahuan berhasil diinternalisasikan ke dalam pengetahuan terbatinkan para individu dalam

28 16 bentuk model mental bersama maka pengetahuan ini akan menjadi aset yang luar biasa berharga bagi perusahaan. Berdasarkan teori Von Krogh et al (2000) yang dikutip Irsan (2005), menunjukkan adanya lima faktor yang dipandang penting dalam membuat enabler pengetahuan di perusahaan, lima faktor ini sekaligus sebagai pemberdaya pengetahuan yaitu : 1. Visi bersama (Instill a knowledge vision), Visi bersama merupakan visi pengetahuan yang memuat apa yang diinginkan di masa depan dan kebutuhan saat ini. Visi pengetahuan menjelaskan relevansi dari kreasi pengetahuan bagi organisasi. Visi pengetahuan ini harus menciptakan kepedulian terhadap kreasi pengetahuan pada semua level dan harus dapat mengidentifikasi sharing pengetahuan sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Visi juga harus dapat menciptakan rasa percaya, peduli, dan kooperatif daripada rasa curiga, tidak acuh, dan persaingan internal. 2. Pengelolaan percakapan (manage conversation). Pengelolaan percakapan merupakan membangun suasana dialogis agar terdapat konfirmasi dan kreasi pengetahuan. Dialog personal adalah satu dari banyak mekanisme efektif untuk informasi dan pertukaran pengetahuan. Mengelola jumlah percakapan untuk menciptakan suatu lingkungan yang di mana setiap individu dapat berpartisipasi dalam (semiformal) percakapan dan membuat kontribusi yang berharga. Seorang pengelola percakapan (conversation manager) mengelola membuat penjelasan tentang peraturan-peraturan eksplisit untuk etika percakapan, intervensi percakapan, dan percakapan langsung serta memperkenalkan bahasa yang inovatif untuk menjelaskan konsep-konsep dan ideide. Bentuk dan aturan-aturan percakapan berbeda untuk tiap-tiap langkah penciptaan pengetahuan. 3. Mobilisasi penggerak pengetahuan (mobilize knowledge activists). Mobilisasi penggerak pengetahuan yaitu menggerakkan aktivitas pengetahuan yaitu pemeran pada proses kreasi pengetahuan yang meliputi katalisator, koordinator, dan merchant of foresight. Aktivitas pengetahuan adalah orang-orang yang berperan (karena memfasilitasi) proses kreasi pengetahuan. Mereka bertindak sebagai katalis dan memulai inisiatif dengan mengajak serta

29 17 orang-orang yang tepat. Mereka bertindak sebagai koordinator dengan menciptakan konteks yang tepat dan membuat hubungan dengan visi global pengetahuan sebaik membuat hubungan lokal di dalam organisasi. Mereka bertindak sebagai merchant dengan mengusahakan perhatian yang menarik sehingga setiap orang di dalam organisasi ikut berpartisipasi. Hal ini tentu berlainan dengan pegawai pengetahuan tradisional yang mencoba mengontrol proses kreasi pengetahuan, maka aktivis pengetahuan bertujuan memberdayakannya. Telah diketahui dari para pakar sosiologi bahwa banyak orang menemukan pekerjaan melalui kontak personal, dalam arti bahwa mayoritas hubungan personal bukan hanya dengan teman dekat tetapi juga ikatan yang tidak terlalu dekat dan ikatan seperti ini adalah orang-orang yang berada pada lingkungan luar dan mempunyai pengetahuan yang berbeda dari orang-orang yang berada di lingkaran dalam/yang dekat dengannya. Granovetter (1970) yang dikutip oleh Irsan (2005), menyatakan bahwa semakin banyak orang berkenalan maka semakin berkuasalah orang tersebut. Aktivis pengetahuan mempunyai tujuan profesional untuk menghubungkan orang yang tepat dan melakukan hal ini sedemikian rupa sehingga mereka dapat bersosialisasi dengan sangat baik. 4. Penyediaan lingkungan yang kondusif (create the right context). Penyediaan lingkungan yang kondusif yaitu memadukan konteks visikal, mental, dan virtual. Sangat penting untuk mengetahui dan mengerti bahwa konteks yang tepat harus mendukung sharing pengetahuan implisit individu, mendokumentasikannya, dan menginternalisasikannya pada tiap level grup. 5. Penyebaran pengetahuan internal (globalize local knowledge). Penyebaran pengetahuan internal yaitu mengglobalkan/mentransfer pengetahuan lokal yang mencakup triggering, packaging, dan re-creating. Pemberdaya yang terakhir ini bertujuan untuk mentransfer kreasi pengetahuan kepada lingkungan dalam organisasi dengan mendistribusikannya. Pengetahuan harus ditarnsfer antara pengkreasi dengan penerima dengan tidak lupa mempertimbangkan aspek psikologi, sosiologi, dan teknologi. Menurut Krogh et al (2000) yang dikutip Irsan (2005), penyebaran pengetahuan internal diformulasikan dalam tiga tahap proses, yaitu triggering, proses mengenali

30 18 kesempatan bisnis dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada dalam beberapa bagian organisasi (menggunakan aktivis pengetahuan, workshop, papan buletin dan sebagainya). Packaging dan dispatching pengetahuan ini, dan recreating dalam sisi penerima. Dengan asumsi bahwa transfer pengetahuan bukan sekedar operasi mengkopi dari pengirim ke penerima tetapi juga mempertimbangkan pengetahuan implisit dan eksplisit si pengirim dan penerima serta keadaan lokal di mana pengetahuan dapat dire-kreasi dan diimplementasikan Pengertian dan Prinsip-Prinsip Koperasi Definisi Koperasi Indonesia menurut UU No 25/1992 tentang perkoperasian adalah sebagai berikut, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat, yang berdasar atas azaz kekeluargaan. Berdasarkan batasan koperasi ini, Koperasi Indonesia mengandung lima unsur sebagai berikut : 1. Koperasi adalah Badan Usaha (Business Enterprise) Sebagai Badan Usaha, maka koperasi harus memperoleh laba. Laba merupakan elemen kunci dalam sistem usaha bisnis, di mana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba. 2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan-badan hukum koperasi. Ini berarti bahwa Koperasi Indonesia bukanlah kumpulan modal. Dalam hal ini UU No 25/1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang ingin membentuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer, dan tiga badan hukum koperasi untuk koperasi sekunder. 3. Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasarkan prinsipprinsip koperasi. Menurut UU No 25/1992 ada tujuh prinsip Koperasi Indonesia, yang pada dasarnya merupakan jati diri koperasi. 4. Koperasi Indonesia adalah gerakan ekonomi rakyat.

31 19 Ini berarti bahwa Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional. Dengan demikian kegiatan koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan untuk anggota tetapi juga kepada masyarakat umum. 5. Koperasi Indonesia berazazkan kekeluargaan. Dengan azaz ini keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil seyogyanya berdasarkan musyawarah dan mufakat. Prinsip-prinsip atau sendi-sendi dasar Koperasi Indonesia menurut UU No. 12 tahun 1967, adalah sebagai berikut : 1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap warga negara Indonesia 2. Rapat anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam koperasi. 3. Pembagian SHU diatur menurut jasa masing-masing anggota 4. Adanya pembatasan bunga atas modal 5. Mengembangkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya 6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka 7. Swadaya, swakarta, dan swasembada sebagai pencerminan prinsip dasar percaya pada diri sendiri. Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 dan yang berlaku saat ini di Indonesia adalah sebagai berikut : 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi 3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. 4. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal. 5. Kemandirian. 6. Pendidikan perkoperasian. 7. Kerja sama antar koperasi. Dari kedua prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa esensi dasar kerja koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat serta ditunjang inovasi di berbagai bidang kehidupan. Setelah era efisiensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Data, Informasi, dan Pengetahuan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Menurut Bergeron dalam Sangkala (2007) data adalah bilangan, terkait dengan angka-angka atau atribut-atribut yang bersifat

Lebih terperinci

Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi/

Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi/ Penerapan Knowledge Management Pada Organisasi Oleh : Bambang Setiarso Nazir Harjanto Triyono Hendro Subagyo Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009 Hak Cipta 2009 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Data, Informasi, dan Pengetahuan Manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan. Kesadaran untuk menerapkan pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Arti penting manajemen pengetahuan telah disadari oleh organisasi sebagai sumber daya utama dalam bersaing. Bukti-bukti menunjukkan bahwa pergeseran orientasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan pengetahuan (knowledge creation) memiliki arti yang penting dan strategis bagi suatu organisasi (Soo et al. 2002a). Penciptaan pengetahuan merupakan proses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Data Menurut Parker (1993) data merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal datum atau data-item, kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam 21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam persaingan agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Lebih terperinci

MERSI MEILINA H

MERSI MEILINA H ANALISIS ASET PENGETAHUAN DALAM MEMFASILITASI PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN ORGANISASI (STUDI KASUS PUSAT PENELITIAN EKONOMI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA) Oleh MERSI MEILINA H24097073 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi diwarnai dengan meningkatnya informasi dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peningkatan informasi menuntut perusahaan untuk memiliki Sumber

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh:

KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS. Tugas Mata Kuliah. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan. Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: KNOWLEDGE MANAGEMENT DALAM ORGANISASI BISNIS Tugas Mata Kuliah Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan Dr. Ir. Arif Imam Suroso, MSc(CS) Oleh: Armiastho Adi Saputro P056100132.35E MAGISTER MANAJEMEN

Lebih terperinci

: DWI ENDANG PUSPITASARI H

: DWI ENDANG PUSPITASARI H ANALISIS PENGARUH PENGEMBANGAN KARIER BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS PELAKSANA ADMINISTRASI INSTITUT PERTANIAN BOGOR) Oleh : DWI ENDANG PUSPITASARI H24051522 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Drucker (1997), pengetahuan penting untuk meningkatkan produktivitas serta harus diperhatikan dan di kelola. Sejalan dengan hal tersebut maka Brown dan Duguid

Lebih terperinci

Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi

Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh. Open Resource? Apa itu? Maksudnya apa sih? Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi OPEN RESOURCE Makhluk Apakah itu? Aini&Saleh LISENSI DOKUMEN Copyleft: Digital Journal Al-Manar. Lisensi Publik. Diperkenankan untuk melakukan modifikasi, penggandaan maupun penyebarluasan artikel ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Data, Informasi Dan Knowledge Management Organisasi harus memiliki sistem pengelolaan pengetahuan yang baik untuk menghasilkan knowledge yang berkualitas dan berguna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Pengertian Knowledge Secara umum, terdapat dua jenis pengetahuan yaitu pengetahuan tacit dan pengetahuan eksplisit. Pengetahuan tacit adalah pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut

I. PENDAHULUAN. antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, intensitas kompetisi dan persaingan ketat antar perusahaan semakin meningkat, sehingga setiap perusahaan dituntut meningkatkan kompetensinya

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KANTOR CABANG PT.

PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KANTOR CABANG PT. PENGARUH PERUBAHAN BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KANTOR CABANG PT. BANK X) Oleh DHANIA RAMADHANI H24104052 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Definisi Pengetahuan

Pendahuluan. 1. Definisi Pengetahuan Pendahuluan Belajar dalam era pengetahuan seperti sekarang ini sangat berbeda dengan belajar dimasa lalu. Semua orang dituntut untuk belajar baik sendiri maupun bersama dengan cepat,mudah dan menyenangkan

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H

PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh : DEVIANI PERTIWI H PERSEPSI KARYAWAN TENTANG HUBUNGAN RESTRUKTURISASI ORGANISASI DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus PD Pasar Jaya Unit Area 03 Pramuka, Jakarta Timur) Oleh : DEVIANI PERTIWI H24051693 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) DAN STRESSORS

HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) DAN STRESSORS HUBUNGAN NILAI-NILAI BUDAYA PERUSAHAAN (CORPORATE CULTURE) DAN STRESSORS KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus : Divisi Pemasaran dan BMS Kantor Pos Jakarta Selatan) Oleh DINI MARIANI H24103023 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Bank Negara Indonesia Kantor Cabang Pati) Oleh WAHYU ANDI WIBOWO H24104083 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR)

ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) ANALISIS PENGARUH PENEMPATAN PEGAWAI BERBASIS KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI (STUDI KASUS DINAS PERHUBUNGAN PEMKAB BOGOR) Disusun Oleh: Anita Naliebrata H24103041 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh :

KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI. Oleh : KNOWLEDGE MANAGEMENT PENGERTIAN DAN MANFAATNYA PADA ORGANISASI Disusun sebagai tugas paper MK. Teori Organisasi dan Manajemen Pengetahuan (TOMP) pada Kelas E35-Bogor. 22-Januari 2011 Oleh : Hary Purnama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal..

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan Daya Saing UMKM, Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis, Vol. 10 No. 2 Oktober 2013, hal.. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Modal intelektual kini banyak dibicarakan dan dianggap penting oleh banyak praktisi. Modal Intelektual atau intellectual capital kini disadari merupakan faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H

ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H 1 ANALISIS PORTOFOLIO KREDIT (KONSUMTIF DAN PRODUKTIF) DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA (STUDI KASUS PT BANK X Tbk) Oleh DIAH RISMAYANTI H24051975 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini, persaingan antar organisasi semakin ketat untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan perilaku konsumen di era globalisasi sekarang ini adalah salah satu dari sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh banyak organisasi atau perusahaan pada

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KARYAWAN MELALUI FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE (QWL) DI PT INTI ABADI KEMASINDO. Oleh : ANDINI DHAMAYANTI H

ANALISIS KEPUASAN KARYAWAN MELALUI FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE (QWL) DI PT INTI ABADI KEMASINDO. Oleh : ANDINI DHAMAYANTI H ANALISIS KEPUASAN KARYAWAN MELALUI FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE (QWL) DI PT INTI ABADI KEMASINDO Oleh : ANDINI DHAMAYANTI H24103077 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi telah meningkatkan persaingan dan memicu perkembangan di segala bidang. Kondisi ini mengakibatkan

Lebih terperinci

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA

PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA PENGARUH FOKUS PELANGGAN DAN KERJASAMA TIM TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PTPN XI PABRIK KARUNG ROSELLA BARU SURABAYA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. UKM, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) memainkan peran penting dalam mendukung pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Dengan adanya sektor UKM, pengangguran akibat angkatan kerja

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan karyawan tersebut.

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan karyawan tersebut. Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga baik kantor maupun perusahaan dengan mendapat gaji untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Knowledge Knowledge bukan hanya pengetahuan, menurut Thomas Davenport dan Laurence (Tiwana: 2002) knowledge didefinisikan sebagai berikut : "Knowledge merupakan campuran dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Pengetahuan Manajemen Pengetahuan merupakan sistem yang memungkinkan perusahaan menyerap pengetahuan, pengalaman, dan kreativitas para stafnya untuk perbaikan kinerja

Lebih terperinci

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology

01/10/2010. Pertemuan 1. Process. People. Technology Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) People Process Technology 1

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRATEGI DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA PT. RELIFE REALTY INDONESIA DEPOK. Oleh AKHIRUDIN ANNAFI H

PERANCANGAN STRATEGI DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA PT. RELIFE REALTY INDONESIA DEPOK. Oleh AKHIRUDIN ANNAFI H PERANCANGAN STRATEGI DENGAN PERSPEKTIF BALANCED SCORECARD PADA PT. RELIFE REALTY INDONESIA DEPOK Oleh AKHIRUDIN ANNAFI H 24076005 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

21/09/2011. Pertemuan 1

21/09/2011. Pertemuan 1 Pertemuan 1 Manajemen pengetahuan organisasi j p g g (bukan individu) untuk menciptakan nilai bisnis (business value) dan menghasilkan keunggulan daya saing (competitive advantage) 1 People Process Technology

Lebih terperinci

ANALISIS KESENJANGAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE GAP) KARYAWAN PT PELNI PERSERO DIREKTORAT SDM DAN UMUM. Oleh LASMA H

ANALISIS KESENJANGAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE GAP) KARYAWAN PT PELNI PERSERO DIREKTORAT SDM DAN UMUM. Oleh LASMA H ANALISIS KESENJANGAN PENGETAHUAN (KNOWLEDGE GAP) KARYAWAN PT PELNI PERSERO DIREKTORAT SDM DAN UMUM Oleh LASMA H24052152 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi sebagai soko guru

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi sebagai soko guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi unit desa (KUD) adalah suatu koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencakup

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung)

ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) ANALISIS PENGARUH PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PEMBERIAN KREDIT (Studi Kasus : PT. Bank Lampung, Lampung) Oleh YULIA KURNIATI H24104024 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 7 PENUTUP. tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan

BAB 7 PENUTUP. tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan 202 BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan serta tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI BALI TAHUN 2006

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI BALI TAHUN 2006 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LABA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI PROPINSI BALI TAHUN 2006 OLEH WIDIYATI PAWIT SUWARTI H14084010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh ADE PUTRI UTAMI H

IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR. Oleh ADE PUTRI UTAMI H IDENTIFIKASI PENERAPAN MODEL SISTEM ORGANISASI PEMBELAJAR PADA PT TASPEN (PERSERO) CABANG BOGOR Oleh ADE PUTRI UTAMI H24054128 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH MUTASI DAN PROMOSI JABATAN TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI (STUDI KASUS KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT) Oleh MUHAMMAD REZA H

PENGARUH MUTASI DAN PROMOSI JABATAN TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI (STUDI KASUS KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT) Oleh MUHAMMAD REZA H PENGARUH MUTASI DAN PROMOSI JABATAN TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR PEGAWAI (STUDI KASUS KEJAKSAAN TINGGI JAWA BARAT) Oleh MUHAMMAD REZA H24101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM

EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Hal IIB - 355 EKSTERNALISASI KNOWLEDGE DI LABORATORIUM FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM Amelia Kurniawati 1, Luciana Andrawina 2, Firmansyah Wahyudiarto 3, Andy Surya Setiawan 4 Fakultas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KARIR

KATA PENGANTAR. hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KARIR KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi dan liberalisasi, terjadi berbagai perubahan di dalam hampir semua aspek. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung kepada kemampuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PT. POS INDONESIA (PERSERO) JAKARTA TIMUR 13000)

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PT. POS INDONESIA (PERSERO) JAKARTA TIMUR 13000) ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PT. POS INDONESIA (PERSERO) JAKARTA TIMUR 13000) Oleh RATNA RESTU NOVIANDARI H24103121 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PENCIPTAAN PENGETAHUAN MELALUI APLIKASI MODEL SECI A. Deskripsi Hasil Penelitian Hasil pengolahan data berdasarkan jawaban kuesioner dari 103 responden, diharapkan dapat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 24 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Persaingan global memaksa Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk bersaing dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi lain di dunia. Perguruan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KANTOR KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KANTOR KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA KANTOR KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA SKRIPSI Oleh : Maulana Hari Saputra NPM : 0913010061 / FE / EA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan berbagai aspek kehidupan dan sektor ekonomi dalam era globalisasi saat ini berlangsung dengan pesat yang menuntut setiap perusahaan baik yang bergerak

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Knowledge merupakan campuran dari pengalaman, nilai, serta pandangan pakar yang memberikan kerangka untuk mengevaluasi, menyatukan pengalaman baru dan informasi. Menurut

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang

Bab I PENDAHULUAN. Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alvin Toffler (1990) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian, faktor yang menonjol

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan membahas mengenai organizational learning. 2.1 Organizational Learning 2.1.1 Definisi Organizational Learning Organizational Learning adalah organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas maka sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Agar dapat memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas maka sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi atau perusahaan selalu mempunyai berbagai macam tujuan yang hendak dicapai. Untuk mencapai tujuan organisasi, salah satunya diperlukan sumber daya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR HUBUNGAN PENERAPAN KURIKULUM SISTEM MAYOR MINOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR SKRIPSI Oleh : INDAH MULYANI H24104009 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN

ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN ANALISIS PENGARUH NON PERFORMING LOAN DAN CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DENGAN BANTUAN MODEL PROGRAM SIMULASI KOMPUTER (STUDI KASUS : PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk.) Oleh Dwi Andini

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI Oleh HENNY H24103029 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Oleh MELLY SILVIANI H

Oleh MELLY SILVIANI H ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ATASAN DAN BAWAHAN PADA KANTOR POS BOGOR Oleh MELLY SILVIANI H24104063 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ANALISIS EFEKTIVITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan di dunia usaha yang semakin ketat dan seiring dengan majunya teknologi, menuntut setiap perusahaan untuk selalu melakukan yang terbaik dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL

BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 71 BAB 4 PENGEMBANGAN MODEL 4.1 Kerangka Pemikiran Berdasarkan pertimbangan konsep-konsep yang telah dibahas pada Bab 2, teori yang dikemukakan Nonaka dan Takeuchi (1995) mengenai penciptaan pengetahuan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS PADA PT X BOGOR. Oleh RESTY LHARANSIA H

FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS PADA PT X BOGOR. Oleh RESTY LHARANSIA H FAKTOR-FAKTOR PENENTU EFEKTIVITAS SISTEM PENILAIAN KOMPETENSI 360 DERAJAT PADA PT X BOGOR Oleh RESTY LHARANSIA H24051549 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUTT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI. Oleh DENY MARCIAN H ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN MANAJER DAN SUPERVISOR BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN PT COATS REJO INDONESIA DIVISI PRODUKSI Oleh DENY MARCIAN H24104076 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi menuntun perusahaan untuk melakukan pembaharuan dengan cara berfikir global dan bertindak secara lokal. Inovasi teknologi yang makin mempercepat

Lebih terperinci

ANALISIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN, DISIPLIN KERJA SERTA KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. ALFA SCORPII CABANG SETIA BUDI MEDAN

ANALISIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN, DISIPLIN KERJA SERTA KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. ALFA SCORPII CABANG SETIA BUDI MEDAN ANALISIS PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN, DISIPLIN KERJA SERTA KOMPENSASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN PADA PT. ALFA SCORPII CABANG SETIA BUDI MEDAN GELADIKARYA Oleh : ERWIN SISWANTO NIM 127007056 SEKOLAH

Lebih terperinci

PERSEPSI KARYAWAN PT. GOODYEAR INDONESIA TBK, BOGOR TENTANG PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA

PERSEPSI KARYAWAN PT. GOODYEAR INDONESIA TBK, BOGOR TENTANG PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PERSEPSI KARYAWAN PT. GOODYEAR INDONESIA TBK, BOGOR TENTANG PENGARUH PELATIHAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA Oleh BUDI RACHMANSYAH H24104137 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja.

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, perusahaan tidak bisa hanya dengan mengandalkan kekayaan fisiknya saja. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi, dan peningkatan dalam ilmu pengetahuan turut mengubah cara pandang perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya

Lebih terperinci

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management

Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III Analisis Faktor Knowledge Management Bab III menjelaskan tahapan analisis faktor-faktor berpengaruh pada KM, yang ditujukan untuk mengidentifikasi komponen pembangun KMS sebagai landasan berpikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti saat ini perekonomian dunia mengalami perkembangan yang begitu pesat hal ini ditandai dengan munculnya industri baru yang berbasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Total Quality Management (TQM) 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) Total Quality Management (TQM) merupakan suatu bukti pendekatan sistematis terhadap perencanaan dan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA FAKULTAS

PROGRAM KERJA FAKULTAS PROGRAM KERJA FAKULTAS STRATEGI 2030 Untuk mewujudkan tujuan, Fakultas Pertanian IPB menyusun strategi dengan mempertimbangkan asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Berkembangnya kompetensi dan komitmen staf

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PENERAPAN FAKTOR-FAKTOR QUALITY OF WORK LIFE DALAM MENINGKATKAN KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT DAN KANTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh BARITA MUTIARA H24104092 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, dapat diambil beberapa simpulan sesuai dengan permasalahan yang diteliti, sebagai berikut: Dukungan kebijakan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi dunia saat ini dihadapkan dengan adanya suatu dinamika perubahan dan ketidakpastian. Untuk dapat bertahan hidup, bersaing, dan berhasil suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh SISKA NOFRIANTI H

HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN. Oleh SISKA NOFRIANTI H HUBUNGAN PELATIHAN MUTU PRODUKSI BAGIAN QUALITY INSPECTION DENGAN KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Departemen Quality Control PT. Krama Yudha Ratu Motor, Jakarta) Oleh SISKA NOFRIANTI H24051788 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PENGARUH REMUNERASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH REMUNERASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PENGARUH REMUNERASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia memberi pelajaran berharga tentang kekuatan struktur usaha Indonesia. Usaha besar yang jumlahnya sedikit namun menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha koperasi. perkoperasian menegaskan bahwa: Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi ekonomi terdapat unsur-unsur usaha koperasi. perkoperasian menegaskan bahwa: Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Koperasi merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi yang sedang mendapatkan perhatian pemerintah. Koperasi merupakan organisasi yang berbadan hukum.

Lebih terperinci

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR) Oleh INTAN AMETHYS PRIMA PRESTISYANA H

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR) Oleh INTAN AMETHYS PRIMA PRESTISYANA H PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS KARYAWAN FOODMART EKALOKASARI BOGOR) Oleh INTAN AMETHYS PRIMA PRESTISYANA H24104020 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini terjadi dengan sangat cepat. Di masa krisis yang melanda seperti saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN PENGUKURAN

KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN PENGUKURAN KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PETERNAKAN KUPANG LAPORAN PENGUKURAN INDEK PENERAPAN NILAI BUDAYA KERJA (IPNBK)TAHUN 2017 BALAI BESAR PELATIHAN

Lebih terperinci

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3

KNOWLEDGE MANAGEMENT. Model Knowledge Management. Pertemuan 3 KNOWLEDGE MANAGEMENT Pertemuan 3 : Model Knowledge Management Pertemuan 3 Rani Puspita D, M.Kom Tujuan Pembelajaran Model KM Memahami kunci utama model teoritis knowledge management yang digunakan saat

Lebih terperinci

STRATEGI DAN PROSPEK PEMASARAN SUSU SAPI PERAH DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG

STRATEGI DAN PROSPEK PEMASARAN SUSU SAPI PERAH DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG STRATEGI DAN PROSPEK PEMASARAN SUSU SAPI PERAH DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG SKRIPSI Oleh Elis Suciati NIM. 011510201199 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS F A K U L

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business

BAB V PENUTUP. terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transfer of tacit knowledge dalam pembentukan non-financial business performance (NFPI) pada UKM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan aset paling penting dalam suatu organisasi karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan dan mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HEAD OFFICE) PT LERINDRO INTERNASIONAL JAKARTA. Oleh : RIZAINI LITUHAYU H

ANALISIS BEBAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HEAD OFFICE) PT LERINDRO INTERNASIONAL JAKARTA. Oleh : RIZAINI LITUHAYU H ANALISIS BEBAN KERJA DAN KINERJA KARYAWAN (STUDI KASUS PADA HEAD OFFICE) PT LERINDRO INTERNASIONAL JAKARTA Oleh : RIZAINI LITUHAYU H24104038 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan sistem teknologi informasi telah berkembang sangat pesat. Jika diamati,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan sistem teknologi informasi telah berkembang sangat pesat. Jika diamati, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sistem teknologi informasi telah berkembang sangat pesat. Jika diamati, setiap dekade terjadi perkembangan yang cukup signifikan dari sistem teknologi

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGUSAHA KECIL ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DI DAERAH KABUPATEN TUBAN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGUSAHA KECIL ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DI DAERAH KABUPATEN TUBAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENGUSAHA KECIL ATAS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DI DAERAH KABUPATEN TUBAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. AVIA AVIAN

PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. AVIA AVIAN PENGARUH PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN, MOTIVASI, DAN KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA MANAJERIAL PADA PT. AVIA AVIAN (Studi Kasus Pada Perusahaan Di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur) SKRIPSI Oleh :

Lebih terperinci

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG

PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG PROSES PENCIPTAAN PENGETAHUAN DI PT. ASURANSI JASA INDONESIA LATAR BELAKANG Saat ini kita hidup di jaman inovasi (Janszen,2000) dimana inovasi ini muncul karena situasi bisnis saat ini dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR)

ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR) ANALISIS GAYA KEPUTUSAN PEMBELIAN DAGING SAPI SEGAR PADA KONSUMEN MENENGAH KE ATAS DI KOTA BOGOR (STUDI KASUS DI KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR) Oleh RANI ELVINA ANGGRELYSA PANDJAITAN H24102063 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran pengetahuan pada era globalisasi dan teknologi seperti sekarang ini menjadi sangat penting bagi kunci sukses sebuah organisasi. Pengetahuan merupakan aset berharga

Lebih terperinci