Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Relatif Sediaan Kapsul, Tablet Salut Enterik dan Supositoria Ketoprofen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Relatif Sediaan Kapsul, Tablet Salut Enterik dan Supositoria Ketoprofen"

Transkripsi

1 Jurnal Matematika dan Sains Vol. 7 No. 1, April 2002, hal Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Relatif Sediaan Kapsul, Tablet Salut Enterik dan Supositoria Ketoprofen Yeyet C. Sumirtapura, Badruzzaman Saungnage, dan Mamat Rachmat Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10 Bandung Indonesia yeyet@fa.itb.ac.id Diterima tanggal 11 Januari 2002, disetujui untuk dipublikasikan 15 Februari 2002 Abstrak Telah dilakukan penelitian farmakokinetik dan ketersediaan hayati relatif ketoprofen pad a pemberian sediaan kapsul, tablet salut enterik dan supositoria, dalam dosis tunggal 50 mg untuk kapsul dan tablet salut enterik, dan 100 mg untuk supositoria. Penelitian dilakukan pada 6 sukarelawan sehat Indonesia dengan disain percobaan silang lengkap (three-way crossover design) dengan menggunakan plasma sebagai sampel. Kadar ketoprofen dalam sampel ditentukan secara KLT-densitometri. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ketoprofen diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna setelah pemberian kapsul, dengan kadar puncak dalam plasma lebih kurang 3,7 µg/ml yang dicapai dalam waktu sekitar satu jam setelah pemberian. Kadar puncak lebih kurang 4,3 µg/ml dan 4,6 µg/ml dicapai dalam waktu yang relatif lambat, yaitu sekitar 2 jam dan 1,5 jam, masing-masing setelah pemberian tablet salut enterik dan supositoria. Ketoprofen dieliminasi cukup cepat oleh tubuh dengan waktu paro eliminasi rata-rata sekitar 2,5 jam. Efisiensi absorpsi tertinggi ditunjukkan oleh sediaan tablet salut enterik, selanjutnya sediaan kapsul dan yang terendah adalah sediaan supositoria. Kata-kata kunci : Ketoprofen, relatif bioavailability, pharmakokinetik. Abstract Pharmacokinetics and relative bioavailability of ketoprofen in capsule, enteric coated tablet and suppository, following si ngle dose administration (50 mg for capsule and tablet, and 100 mg for suppository), had been studied in six healthy Indonesian volunteers with three-way crossover design. The drug concentrations in the plasma samples were assayed by a TLC -densitometric method. The results showed that ketoprofen was rapidly absorbed from the gastro-intestinal tract after administration of capsule with peak plasma concentration of about 3.7 µg/ml, which was reached in about one hour following the drug administration. Mean peak plasma concentrations of about 4.3 and 4.6 µg/ml were attained in relatively delayed time, i.e. about 2 and 1.5 hours, respectively after administration of enteric coated tablet and suppository. Ketoprofen was eliminated rapidly from the body with an el imination half-life of about 2.5 hours. The highest absorption efficiency was showed by the enteric coated tablet, followed by the capsule and the suppository. Key words : Ketoprofen, relative bioavailability, pharmacokinetics. 1. Pendahuluan Ketoprofen [2-(3-benzoyl phenyl) propionic acid] adalah senyawa obat turunan asam fenilalkanoat yang bekerja sebagai antiinflamasi, antipiretik dan analgesik 1). Di Indonesia, ketoprofen tersedia dalam bentuk sediaan kapsul, tablet salut enterik, supositoria dan table t lepas lambat 2). Kerja farmakologi senyawa obat berhubungan dengan kadar obat dalam tubuh yang ditentukan oleh berbagai macam faktor, antara lain: karakteristik individu (ras, bobot badan, keadaan fisiologis, dll.), rute pemberian, bentuk sediaan obat yang diberikan, dll 3). Dua faktor yang terakhir berkaitan dengan ketersediaan hayati yang dapat dihasilkan oleh masing-masing rute pemberian dan sediaan obat tersebut. Sehubungan dengan masalah ketersediaan hayati tersebut di atas, maka untuk mendapatkan efek terapeutik yang sama atau kadar obat dalam tubuh yang sama, dosis yang harus diberikan pada tiap rute dan bentuk sediaan obat harus disesuaikan. Khusus untuk sediaan-sediaan yang lepas segera, dosis atau kandungan ketoprofen 15

2 16 JMS Vol. 7 No. 1, April 2002 pada tiap bentuk sediaan yan g dipakai adalah 50 mg untuk sediaan kapsul dan tablet salut enterik, dan 100 mg untuk sediaan supositoria. Berkaitan dengan masalah faktor ras, pada saat ini dosis obat yang dipakai di Indonesia disamakan dengan dosis obat yang dipakai pada orang-orang Barat (caucasoid), padahal dosis yang sebenarnya dibutuhkan untuk orang Indonesia belum tentu sama dengan yang dibutuhkan oleh orang Barat. Dalam sejumlah penelitian pada orang Indonesia dan pada ras Melayu lain, karakteristik farmakokinetik senyawa obat pada orang Indonesia ada yang sama/berdekatan dengan yang dihasilkan pada orang Barat, tetapi untuk beberapa senyawa obat teramati ada yang berbeda 4-8). Sejauh ini belum ditemukan data tentang farmakokinetik ketoprofen pada orang Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari ketersediaan hayati relatif tiga bentuk sediaan ketoprofen yang ada dalam perdagangan (kapsul, tablet salut enterik dan supositoria), dan sekaligus untuk mempelajari karakteristik farmakokinetik ketoprofen pada orang Indonesia. 2. Bahan dan Metode 2.1 Produk Uji Produk yang diuji ada tiga macam, yaitu sediaan Kapsul Profenid 50 mg, Tablet Salut Enterik Profenid 50 mg dan Supositoria Profenid 100 mg. 2.2 Subyek dan disain percobaan Penelitian dilakukan pada 6 sukarelawan (pria) sehat Indonesia yang berumur antara 21 sampai 25 tahun, bobot badan antara 57 dan 72 kg, dengan tinggi badan antara 166 dan 170 cm (Tabel 1). Pengujian dilakukan menurut disain percobaan three-way crossover design dengan selang waktu pemberian dua minggu. Tabel 1. Karakteristik Sukarelawan Yang Digunakan Dalam Percobaan Sukarelawan Umur Bobot Tinggi Badan Badan No. (tahun) (kg) (cm) Rata-rata S.D , , Sampling dan metode analisis Sampling darah dilakukan sebelum pemberian obat dan dalam satu set waktu (0,25 jam s/d 8 jam) setelah pemberian, dengan memakai Venoject non-heparinized vacuum blood collector. Serum dipisahkan dan disimpan beku pada suhu -20 sampai dianalisis. Metode analisis yang dipakai adalah cara kromatografi lapis tipis (KLT) dan spektrofotodensitometri. 2.4 Perhitungan parameter farmakokinetik dan ketersediaan hayati Perhitungan parameter farmakokinetik dilakukan dengan menggunakan model farmakokinetik satu kompartemen terbuka dengan persamaan: Ct = A.e -Ke.t A.e -Ka.t Parameter ketersediaan hayati dihitung dengan cara -cara yang sudah lazim dipergunakan. Kadar maksimum yang dicapai (Cmaks) ditetapkan dengan mengambil kadar dalam plasma yang paling tinggi dari data eksperimental yang diperoleh, dan luas di bawah kurva kinetik total (AUC 0- ) dihitung dengan memakai metoda trapezium. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada Tabel 2 dan Gambar 1 diperlihatkan perkembangan kadar rata-rata ketoprofen setelah pemberian masing-masing sediaan. Parameter farmakokinetik yang berkaitan dan parameter ketersediaan hayati disampaikan pada Tabel 3 dan 4. Seperti terlihat pada tabel-tabel dan gambar tersebut, ketoprofen diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna setela h pemberian sediaan kapsul dengan waktu pencapaian kadar maksimum lebih kurang satu jam. Setelah pemberian tablet salut enterik terlihat adanya waktu tunda (lag time), tetapi dengan harga yang relatif kecil, yaitu sekitar setengah jam. Pada pemberian secara rektal dalam bentuk supositoria absorpsi ketoprofen berlangsung lebih lambat dengan waktu pencapaian kadar maksimum lebih kurang 1,5 jam. Hal ini sangat mungkin terjadi karena tablet salut enterik baru akan hancur dan melepaskan zat aktif saat masuk ke dalam usus, dan pada pemberian secara rektal fasilitas absorpsi jauh lebih terbatas dibandingkan pada pemberian secara oral.

3 JMS Vol. 7 No. 1, April Tabel 2. Perkembangan Kadar Rata-rata Ketoprofen Dalam Plasma (µg/ml) Setelah Pemberian Masing-masing Sediaan Dalam Dosis Tunggal Waktu Sediaan (jam) I II III 0, , ,5 2,62 + 1,40 0,44 + 0,54 1,82 + 0,62 1 2,82 + 1,26 2,49 + 2,29 3,20 + 1,19 1,5 2,24 + 0,72 2,29 + 1,63 3,89 + 2,26 2 2,05 + 0,53 3,57 + 2,33 3,47 + 1,66 3 1,50 + 0,47 2,09 + 1,05 2,19 + 0,80 4 1,01 + 0,33 1,35 + 0,65 1,50 + 1,33 6 0,64 + 0,36 0,81 + 0,65 1,00 + 0,77 8 0,36 + 0,43 0,48 + 0,56 0,36 + 0,42 I = Kapsul 50 mg ; II = Tablet Salut Enterik 50 mg ; III = Supositoria 100 mg Kadar ketoprofen dalam plasma (ug/ml) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0, Waktu (jam) Kapsul Tablet Supositoria Gambar 1. Perkembangan kadar ketoprofen dalam plasma setelah pemberian masing-masing sediaan (rata-rata 6 sukarelawan) Tabel 3. Beberapa Parameter Farmakokinetik Ketoprofen Setelah Pemberian Masing-masing Sediaan Dalam Dosis Tunggal Subyek Ka Ke (jam -1 ) (jam -1 ) T 1/2 AUC 0- Lag time (jam) (µg/ml.jam) (jam) No. I II III I II III I II III I II III I II III 1 0,91 2,03 0,81 0,24 0,42 0,33 2,9 1,6 2,1 14,9 5,39 30, ,27 0,81 1,02 0,44 0,09 0,39 1,6 7,4 1,8 9,82 25,1 14, ,69 1,00 1,15 0,28 0,29 0,56 2,5 2,4 1,2 10,1 15,5 11, ,20 1,14 1,02 0,24 0,27 0,46 2,9 2,6 1,5 13,0 19,0 11,8-0,5-5 2,68 0,64 1,38 0,48 0,28 0,22 1,5 2,5 3,2 9,57 18,3 9,80-0,5-6 1,04 0,78 1,02 0,16 0,46 0,24 4,3 1,5 2,9 17,7 6,43 20,2-1,5 - Rataan 1,63 1,06 1,07 0,31 0,30 0,36 2,61 3,0 2,1 12,5 14,9 16,4-0,42 - S.D. 0,85 0,50 0,19 0,13 0,13 0,13 1,03 2,2 0,8 3,3 7,7 8,0 0,58 I = Kapsul 50 mg; II = Tablet Salut Enterik 50 mg ; III = Supositoria 100 mg; T1/2 = waktu paro eliminasi. (Simbol yang lainnya dijelaskan dalam naskah) Evaluasi harga luas di bawah kurva (AUC 0- ) setelah pemberian masing-masing sediaan memperlihatkan bahwa pemberian ketoprofen dalam bentuk sediaan tablet salut enterik memberikan ketersediaan hayati yang tinggi bahkan pada penelitian ini menghasilkan efisiensi absorpsi yang relatif lebih tinggi (ratarata sekitar 130%) dibandingkan dengan sediaan kapsul (Tabel 5). Ketersediaan hayati ketoprofen yang tinggi dari sediaan tablet sesuai dengan yang dilaporkan peneliti lain, yaitu bahwa ketersediaan hayati sediaan tablet ketoprofen memberikan ketersediaan hayati relatif sebesar 100% dibandingkan dengan sediaan injeksi intramuskular 9). Sementara itu sediaan supositoria menghasilkan ketersediaan hayati yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sediaan kapsul dengan nilai efisiensi absorpsi rata-rata sekitar 60%. Data ini membuktikan kerasionalan satuan dosis yang diberikan untuk masing-masing bentuk sediaan.

4 18 JMS Vol. 7 No. 1, April 2002 Tabel 4. Parameter Ketersediaan Hayati Ketoprofen Setelah Pemberian Masing-masing Sediaan Dalam Dosis Tunggal Subyek Cmaks (µg/ml) Tmaks (jam) AUC 0- (µg/ml.jam) No. I II III I II III I II III 1 4,34 1,76 8,11 1 1,5 1,5 14,9 5,39 30,9 2 4,32 7,28 4,72 0,5 2 1,5 9,82 25,1 14,6 3 2,07 4,96 5, ,1 15,5 11,0 4 4,39 5,70 2,81 0, ,0 19,0 11,8 5 4,59 3,76 2, ,57 18,3 9,80 6 2,58 2,22 4,08 1, ,7 6,43 20,2 Rataan 3,72 4,28 4,59 1,25 1,75 1,5 12,5 14,9 16,4 S.D. 1,09 2,11 2,04 0,69 0,75 0,5 3,3 7,7 8,0 I = Kapsul ; II = Tablet salut enterik; III = Supositoria Tabel 5. Efisiensi Absorpsi (F) Ketoprofen (%) setelah Pemberian Dalam Bentuk Tablet Salut Enterik dan Supositoria Relatif Terhadap Sediaan Kapsul Subyek Sediaan No II III Rata-rata S.D II = Tablet Salut Enterik ; III = Supositoria Pembandingan beberapa parameter farmakokinetik ketoprofen yang diperoleh dalam penelitian ini dengan yang pernah dihasilkan pada orang Barat (Caucasoid) menunjukkan bahwa untuk ketoprofen parameter farmakokinetik yang dihasilkan pada orang Indonesia sebanding dengan yang dihasilkan pada orang Barat 9-10). Meskipun terlihat adanya perbedaan dalam nilai rataan parameter-parameter tersebut, namun dengan harga variasi yang cukup besar maka perbedaan tersebut menjadi tidak berarti. Kesimpulan Dari hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Ketoprofen diabsorpsi dengan cepat dari saluran cerna setelah pemberian kapsul, dengan kadar puncak dalam plasma lebih kurang 3,7 ug/ml yang dicapai dalam waktu sekitar satu jam setelah pemberian. Kadar puncak lebih kurang 4,3 µg/ml dan 4,6 µg/ml dicapai dalam waktu yang relatif lambat, yaitu sekitar 2 jam dan 1,5 jam, masingmasing setelah pemberian tablet salut enterik dan supositoria. Ketoprofen dieliminasi cukup cepat oleh tubuh dengan waktu paro eliminasi rata-rata sekitar 2,5 jam. 2. Sediaan tablet salut enterik memperlihatkan efisiensi absorpsi yang relatif lebih tinggi dibandingkan terhadap sediaan kapsul, sedangkan sediaan supositoria memperlihatkan hal yang sebaliknya. 3. Harga parameter farmakokinetik ketoprofen yang diperoleh dalam penelitian ini berdekatan dengan yang pernah dilaporkan pada orang Barat (Caucasoid).

5 JMS Vol. 7 No. 1, April Daftar Pustaka 1. Reynolds, J.E.F. et al. (Eds.), Martindale: The Extra Pharmacopoeia, 32 nd ed., The Pharmaceutical Press, London, 1999, p Hor H. et al. (Eds.), MIMS Indonesia (IIMS), MIMS Asia, Wancai (Hongkong), Wagner, J.G., Fundamentals of Clinical Pharmacokinetics, 2nd ed., Drug In telligence Publications, Inc., Hamilton-Illinois, Rasyid, R., Sumirtapura, Y.C. dan Fauzi, E.F., Profil ekskresi uriner chlorprothixene dan dua metabolit utamanya setelah pemberian dalam dosis tunggal pada sukarelawan sehat Indonesia, Acta Pharm. Ind., XIII (4), (1988). 5. Sumirtapura, Y.C., Rasyid, R. dan Herwina, W., Profil ekskresi uriner beberapa antiinfeksi saluran urin pada sukarelawan sehat Indonesia, ibid, XVII (4), (1992). 6. Sumirtapura, Y.C. dan Wibawati, W., Profil farmakokinetik plasmatik dan uriner sefadroksil pada sukarelawan sehat Indonesia setelah pemberian dalam dosis tunggal secara oral, Prosiding Kongres Ilmiah VIII ISFI, Jakarta, (1991). 7. Setiabudy R. et al., Dapsone N-acetylation, metoprolol alpha-hydroxylation,and S- mephenytoin 4-hydroxylation polymorphisms in an Indonesian population: A cocktail and extended phenotyping assesment trial, Clin. Phamacol. Ther., 56, (1994). 8. Johnson, J.A., Influence of race and ethnicity on pharmacokinetics of dru gs, J. Pharm. Sci., 86 : 12, (1997). 9. Kokki, H., Tuomilehto, H. and Karniven, M., Pharmacokinetics of ketoprofen following oral and intramuscular administration in young children, Eur. J. Clin. Pharmacol., 57, (2001). 10. Geisslinger, G. et al., Pharmacokinetics of ketoprofen enantiomers after different doses of the racemate, Br. J. Clin. Pharmacol., 40, (1995).

6 20 JMS Vol. 7 No. 1, April 2002

Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik

Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik JMS Vol. 2 No. 2, hal. 47-56, Oktober 1997 Profil Farmakokinetik dan Ketersediaan Hayati Tiga Sediaan Tablet Natrium Diklofenak Salut Enterik Yeyet C. Sumirtapura 1), Herwanto Suhalim 2) dan Weda Wibawati

Lebih terperinci

TUGAS FARMAKOKINETIKA

TUGAS FARMAKOKINETIKA TUGAS FARMAKOKINETIKA Model Kompartemen, Orde Reaksi & Parameter Farmakokinetik OLEH : NURIA ACIS (F1F1 1O O26) EKY PUTRI PRAMESHWARI (F1F1 10 046) YUNITA DWI PRATIWI (F1F1 10 090) SITI NURNITA SALEH (F1F1

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,

Lebih terperinci

By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.

By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt. By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt. 1. Bidang farmakologi a. Mekanisme kerja obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya

Lebih terperinci

BAB II. STUDI PUSTAKA

BAB II. STUDI PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi

Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Majalah Yandi Syukri Farmasi Indonesia, 15 (1), 37 43, 2004 Karakterisasi dan studi disolusi dispersi padat furosemida menggunakan polietilen glikol (PEG), talk dan PEG talk sebagai pembawa dispersi Characterization

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu

BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA DESKRIPSI MATA KULIAH Bab ini menguraikan secara singkat tentang ilmu farmakokinetik dasar yang meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penelitian Asma adalah suatu penyakit obstruksi saluran pernafasan yang bersifat kronis dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT

KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT Majalah Farmasi Indonesia, 12 (1), 28-32, 2001 KETERSEDIAAN HAYATI RELATIF FUROSEMIDA DALAM BENTUK DISPERSI PADAT A COMPARATIVE BIOAVAILABILITY OF FUROSEMIDE IN SOLID DISPERSIONS FORMS Yandi Syukri *),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Obat anti-inflamasi non steroid (AINS) banyak dimanfaatkan pada pengobatan kelainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat kita, banyak ditemukan penyakit kelainan muskuloskeletal

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II UJI PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SUATU OBAT SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA URIN DAN DARAH Disusun oleh : Kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan

Lebih terperinci

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1 Paradigma dalam pengembangan obat Tahapan pengembangan obat Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1 Aspek Sasaran kerja obat Desain obat Sintesis In the past

Lebih terperinci

Pharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt

Pharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Pharmacokinetika for Oral Absorption Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Introduction Pemberian obat secara ekstravaskular lebih rumit dibandingkan pemberian obat secara intravaskular. Terutama dalam pengaturan

Lebih terperinci

ABSORPSI INSULIN DAR! SUPOSITORIA DENGAN BAHAN DASAR SUPPOCIRE AS 2 X DAN SURFAKTAN TWEEN 20 PADA KELINCI

ABSORPSI INSULIN DAR! SUPOSITORIA DENGAN BAHAN DASAR SUPPOCIRE AS 2 X DAN SURFAKTAN TWEEN 20 PADA KELINCI ABSORPSI INSULIN DAR! SUPOSITORIA DENGAN BAHAN DASAR SUPPOCIRE AS 2 X DAN SURFAKTAN TWEEN 20 PADA KELINCI Oleh KARTINI HASBALLAH INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 9 9 0 AB 'OPPSI I IULIN DARI SUP SITORIA DENAN

Lebih terperinci

Referensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas

Referensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas Referensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi BASIC PHARMACOKINETICS Michael Makoid, Ph.D.; Phillip Vuchetich, Pharm.D.; Umesh Banakar, Ph.D Dr. Akhmad Kharis Nugroho, M.Si., Apt. Bioavailabilitas Bioavailabilitas:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT

PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT KONTRAK BELAJAR Mahasiswa 4S (Senyum Semangat Sopan SAntun) Pakaian sopan dan rapi, kemeja berkerah, dan bersepatu HP silent, tidak diperkenankan smsan ato OL saat kelas

Lebih terperinci

COKORDA ISTRI SRI ARISANTI

COKORDA ISTRI SRI ARISANTI COKORDA ISTRI SRI ARISANTI POKOK BAHASAN Pendahuluan Kinetika iv bolus dosis ganda Kinetika pemberian secara oral dosis ganda Efek perubahan dosis, interval dosis dan waktu paro terhadap akumulasi obat

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA Oleh : Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt. (Koordinator) Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc., Apt. Dr. Djoko Wahyono, SU., Apt. Purwantiningsih,

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A

FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat

Lebih terperinci

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. BAB 1 PENDAHULUAN Di era globalisasi saat ini, rasa sakit atau nyeri sendi sering menjadi penyebab salah satu gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya

Lebih terperinci

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT Majalah Farmasi Indonesia, 13(1), 50-54, 2002 PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT A Preformulation of a Water Soluble Furosemide Dosage Form Yandi Syukri *), Tedjo Yuwono **) dan Lukman Hakim **)

Lebih terperinci

TECHNOLOGY. Yeyet Cahyati Sumirtapura Kelompok Keilmuan Farmasetika Sekolah Farmasi ITB RINGKASAN

TECHNOLOGY. Yeyet Cahyati Sumirtapura Kelompok Keilmuan Farmasetika Sekolah Farmasi ITB RINGKASAN Perkembangan Persyaratan Mutu Biofarmasetik Sediaan Obat Oral Padat Yeyet Cahyati Sumirtapura Kelompok Keilmuan Farmasetika Sekolah Farmasi ITB RINGKASAN Produk obat harus aman, berkhasiat dan memenuhi

Lebih terperinci

SISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T

SISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T SISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T Studi farmakokinetik Profil ADME obat baru Bentuk sediaan, besar dosis, interval pemberian dan rute pemberian HEWAN UJI

Lebih terperinci

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH

APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh

Lebih terperinci

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG

PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania: Perbandingan Sifat Fisik Tablet 7 PERBANDINGAN SIFAT FISIK TABLET SALUT CIPROFLOXACIN 500 MG MEREK GENERIK DAN MEREK DAGANG Mikhania C.E. *, Dewi rashati, Dadang Putra Mardigantara Akademi Farmasi

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, teknologi di bidang farmasi saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rute pemberian obat secara oral merupakan rute pemberian obat yang paling nyaman dan paling sering digunakan (Badoni, et al.,2012). Namun, rute ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN OBAT BARU

PENGEMBANGAN OBAT BARU PENGEMBANGAN OBAT BARU Pengembangan dan penemuan obat baru diperlukan untuk menjawab tantangan pelayanan kesehatan, baik untuk tujuan promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Obat modern dikembangkan

Lebih terperinci

Ketersediaan hayati dispersi padat furosemid dengan polietilenglikol 4000 (PEG 4000) pada kelinci jantan

Ketersediaan hayati dispersi padat furosemid dengan polietilenglikol 4000 (PEG 4000) pada kelinci jantan Ellies Majalah Tianti Farmasi Indonesia, 16(2), 1124 129, 2005 Ketersediaan hayati dispersi padat furosemid dengan polietilenglikol 4000 (PEG 4000) pada kelinci jantan The bioavailability of furosemide-polyethylene

Lebih terperinci

ABSTRAK. PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF)

ABSTRAK. PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF) ABSTRAK PERBANDINGAN STABILITAS KADAR GLUKOSA DARAH DALAM SAMPEL SERUM DENGAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA (NaF) Erny Julitania, 2011; Pembimbing I : Penny Setyawati M., dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk sediaan yang sudah banyak dikenal masyarakat untuk pengobatan adalah

Lebih terperinci

AINUN RISKA FATMASARI

AINUN RISKA FATMASARI AINUN RISKA FATMASARI 10703043 EFEK IMUNOSTIMULASI EKSTRAK AIR HERBA PEGAGAN (CENTELLA ASIATICA URB) DAN DAUN BELUNTAS (PLUCHEA INDICA LESS) PADA MENCIT SWISS WEBSTER BETINA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya meringankan

Lebih terperinci

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan

Lebih terperinci

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved.

Prinsip-prinsip Farmakologi. Copyright 2002, 1998, Elsevier Science (USA). All rights reserved. Prinsip-prinsip Farmakologi Prinsip-prinsip Farmakologi Obat Zat kimia yang mempengaruhi proses dalam organisme hidup. Prinsip-prinsip Farmakologi Farmakologi Studi atau ilmu tentang obat Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt KEGUNAAN FARMAKOKINETIKA 1. Bidang farmakologi Farmakokinetika dapat menerangkan mekanisme kerja suatu obat dalam tubuh, khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan senyawa obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam fenilalkanoat yang bekerja sebagai antiinflamasi, antipiretik, analgetik, dan

Lebih terperinci

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR

UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR UJI EFEK DIURETIK EKSTRAK DAUN SAWI PUTIH (BRASSICA CHINENSIS L.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SUCI TRIWIJAYANTI 2443005086 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA SURABAYA 2010 ABSTRAK UJI EFEK

Lebih terperinci

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...

PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR

Lebih terperinci

OPTIMASI KONSENTRASI PELARUT EKSTRAKSI EUGENOL. DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) TUGAS AKHIR

OPTIMASI KONSENTRASI PELARUT EKSTRAKSI EUGENOL. DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) TUGAS AKHIR OPTIMASI KONSENTRASI PELARUT EKSTRAKSI EUGENOL DARI RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi Oleh: Nur

Lebih terperinci

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini, rasa sakit karena nyeri sendi sering menjadi penyebab gangguan aktivitas sehari-hari seseorang. Hal ini mengundang penderita untuk segera mengatasinya baik dengan upaya farmakoterapi,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2 LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2 Suci Baitul Sodiqomah Feby Fitria Noor Diyana Puspa Rini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK

PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK 1. Pendahuluan Aplikasi computer jenis ini merupakan aplikasi computer dalam penelitian dan pengembangan di bidang farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang menjadi perhatian Pemerintah karena merupakan bagian penting bagi konsumsi lebih dari 247 juta jiwa penduduk

Lebih terperinci

PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)

PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) SKRIPSI OLEH: MIRNAWATY NIM 091524071 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan perkembangan dunia dewasa ini, industri farmasi mengalami kemajuan yang pesat.

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH Biofarmasetika & Oleh : Dr. Muslim Suardi, MSi, Apt Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Drs. Salman, MSi, Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS

Lebih terperinci

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan

konvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat

Lebih terperinci

FARMAKOKINETIKA FA

FARMAKOKINETIKA FA FARMAKOKINETIKA FA 532520 BGPP - SAP disusun oleh Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt. Dewa Ayu Swastini, S.Farm., Apt. Rasmaya Niruri, S.Si., Apt. JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN

Lebih terperinci

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan BAB 1 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat terutama dalam bidang industri farmasi memacu setiap industri farmasi untuk menemukan dan mengembangkan berbagai macam sediaan obat. Dengan didukung

Lebih terperinci

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN KADAR GLUKOSA SERUM DAN PLASMA NATRIUM FLUORIDA DENGAN PENUNDAAN PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini di dunia kafein banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk yang sangat bervariasi dan begitu populer di kalangan masyarakat. Kafein terdapat dalam berbagai

Lebih terperinci

PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI

PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI SKRIPSI OLEH: RIVA IERSA NIM 081524045 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pangsa yang besar bagi industri obat hewan (Palupi dkk., 2011).

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pangsa yang besar bagi industri obat hewan (Palupi dkk., 2011). PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produk daging ayam ras pedaging (broiler), sebagai salah satu unggas di Indonesia, mengalami peningkatan pada tahun 2012 (Anonim, 2013). Pencapaian itu tidak lepas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Jumal Saintek Perikanan Vol. 8. No.1, 2012: 1-6 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAlI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) The Effect of Gracilaria verrucosa Extract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang. Obat ini dapat menyebabkan masalah gastrointestinal

Lebih terperinci

Minggu 7 MA2151 SIMULASI & KOMPUTASI MATEMATIKA

Minggu 7 MA2151 SIMULASI & KOMPUTASI MATEMATIKA Minggu 7 MA2151 SIMULASI & KOMPUTASI MATEMATIKA Pertumbuhan Terbatas Populasi, secara teori, memiliki potensi untuk mengalami pertumbuhan secara eskponensial. Populasi biasanya bertambah secara cepat pada

Lebih terperinci

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO Sriwidodo, Boesro Soebagio, Ricki Maranata S Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN Jurnal llmu Pertanian Indonesia, Desember 2010, hlm. 172-177 ISSN 0853-421 7 GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN (HEMATOLOGICAL CONDITION OF SHEEP DURING TRANSPORTATION

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PENGARUH LAMA PRAPERLAKUAN FLAVONOID RUTIN TERHADAP EFEK HIPOGLIKEMIK TOLBUTAMID PADA TIKUS JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN Oleh : Tanti Azizah S., M.Sc., Apt dr. EM Sutrisna,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang

Lebih terperinci

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90SH : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL Cl DENGAN MATRIKS METOLOSE 90S : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA SKRIPSI Oleh: INDA LUTFATUL AMALIYA K 100040058 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUAMMADIYA

Lebih terperinci

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi BAB 1 PENDAHULUAN Pada saat ini, semakin banyak manusia yang terkena penyakit reumatik, baik orang dewasa maupun anak muda. Upaya manusia untuk mengatasi hal tersebut dengan cara farmakoterapi, fisioterapi

Lebih terperinci

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2

Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat. Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 Pengaruh umum Pengaruh faktor genetik Reaksi idiosinkrasi Interaksi obat Faktor yang mempengaruhi khasiat obat - 2 1 Rute pemberian obat Untuk memperoleh efek yang cepat obat biasanya diberikan secara

Lebih terperinci

Pengembangan Program Aplikasi Komputer untuk Mengolah Data Uji Bioekivalensi

Pengembangan Program Aplikasi Komputer untuk Mengolah Data Uji Bioekivalensi Pengembangan Program Aplikasi Komputer untuk Mengolah Data Uji Bioekivalensi Sukmadjaja Asyarie, Lucy Dewi Nurhayati Sasongko, dan Yusrani Salman Laboratorium Farmakokinetika, Kelompok Keahlian Farmasetika,

Lebih terperinci

Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Sulfametoksazol Oral Dengan Data Darah Kelinci

Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Sulfametoksazol Oral Dengan Data Darah Kelinci Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Majalah Farmasi Airlangga, Vol.7 No.1, April 2009 19 Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Sulfametoksazol Oral Dengan Data Darah Kelinci Aniek Setiya B, Toetik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat

BAB I PENDAHULUAN. Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi atau penyerapan zat aktif adalah masuknya molekul-molekul obat kedalam tubuh atau menuju ke peredaran darah tubuh setelah melewati sawar biologik (Aiache,

Lebih terperinci

Kode/SKS : FAD 2701 Prasyarat : Anatomi dan Fisiologi Manusia (FKD 1911) Status Matakuliah : Wajib Program Studi Deskripsi Matakuliah : Mata kuliah

Kode/SKS : FAD 2701 Prasyarat : Anatomi dan Fisiologi Manusia (FKD 1911) Status Matakuliah : Wajib Program Studi Deskripsi Matakuliah : Mata kuliah Nama Matakuliah : Farmakologi Dasar Kode/SKS : FAD 2701 Prasyarat : Anatomi dan Fisiologi Manusia (FKD 1911) Status Matakuliah : Wajib Program Studi Deskripsi Matakuliah : Mata kuliah farmakologi dasar

Lebih terperinci

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI. UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI Helni Bagian Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, Jl. Letjen Soeprapto Telanaipura Jambi

Lebih terperinci

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al,

struktur yang hidrofobik dimana pelepasannya melalui beberapa tahapan sehingga dapat mempengaruhi kecepatan dan tingkat absorpsi (Bushra et al, BAB 1 PENDAHULUAN Sediaan farmasi terdapat berbagai macam bentuk berbeda yang didalamnya terkandung suatu bahan obat untuk pengobatan penyakit tertentu. Salah satu bentuk sediaan yang paling populer adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH

ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH ABSTRAK PENGARUH KONSUMSI PUTIH TELUR, IKAN NILA, DAN PROTEIN KEDELAI OLAHAN TERHADAP KADAR ASAM URAT DALAM DARAH Katherine Hermanto, 2009 Pembimbing: Dr. Iwan Budiman, dr., MS., MM., MKes., AIF. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, jumlah penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ibuprofen merupakan salah satu obat yang sukar larut dalam air dan menunjukkan kelarutan yang buruk, karena mempunyai struktur hidrofobik (Bushra dan Aslam, 2010; Mansouri,

Lebih terperinci

EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI

EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI 12/11/2012 1 EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI Metode uji ketersediaan hayati Perhitungan parameter ketersediaan hayati @Dh hadhang_wk Jurusan Farm asi FKIK Unsoed Pwt PENDAHULUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH BUAH MELON (Cucumis melo) TERHADAP DIURESIS PADA WANITA DEWASA NORMAL

ABSTRAK. PENGARUH BUAH MELON (Cucumis melo) TERHADAP DIURESIS PADA WANITA DEWASA NORMAL ABSTRAK PENGARUH BUAH MELON (Cucumis melo) TERHADAP DIURESIS PADA WANITA DEWASA NORMAL Rani Manalu, 2005. Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr., M.Kes Pembimbing II : Jo Suhennan, dr., MS Gbat - obat diuretik

Lebih terperinci

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang

Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang memiliki efek analgetik, antipiretik, anti inflamasi, dan dalam dosis rendah dapat menghambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan

BAB I PENDAHULUAN. derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme. ibuprofen adalah menghambat isoenzim siklooksigenase-1 dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi non steroid derivat asam propionat yang mempunyai aktivitas analgetik. Mekanisme ibuprofen adalah menghambat isoenzim

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT) SEBAGAI PENYALUT DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL

KATA PENGANTAR. berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT) SEBAGAI PENYALUT DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul PENGGUNAAN BIOPOLIMER POLI(3-HIDROKSIBUTIRAT)

Lebih terperinci

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam 1. Agen Pelindung Mukosa a Sukralfat Dosis Untuk dewasa 4 kali sehari 500-1000 mg (maksimum 8 gram/hari) sewaktu lambung kosong (1 jam sebelum makan dan tidur). Pengobatan dianjurkan selama 4-8 minggu,

Lebih terperinci

Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : ISSN: Maret 2016

Online Jurnal of Natural Science Vol 5(1) : ISSN: Maret 2016 Pendugaan Masa Simpan Likopen Buah Tomat Afkiran (Lycopersicum esculentum Mill) Tersalut Maltodekstrin dalam Kemasan Kapsul pada Berbagai Suhu Penyimpanan The Estimation of Afkiran Tomato (Lycopersicum

Lebih terperinci

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN

UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN UJI DISOLUSI TABLET ALLOPURINOL YANG DIPRODUKSI OLEH PT MUTIARA MUKTI FARMA (MUTIFA) MEDAN TUGAS AKHIR OLEH: HARDINITA HASUGIAN NIM 102410005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan

Lebih terperinci

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 18, No.1, 2013, halaman 75-79 ISSN : 1410-0177 MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT Deni Noviza

Lebih terperinci

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua BAB 1 PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, terutama dalam bidang farmasi, memberikan kesempatan pada bagian Research and Development di sebuah industri farmasi untuk mengembangkan

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin

Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin Tujuan Umum Menentukan parameter farmakokinetikasuatu obat dengan menggunakan data Turin Tujuan Khusus - Mahasiswa mampu menerapkan cara mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

BAB 5 SIMPULAN 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya 70 BAB 5 SIMPULAN 5.1. Simpulan Dari data penelitian yang telah diinterpretasikan, dapat ditarik kesimpulan : - Asam tartrat sebagai bahan effervecent tablet berpengaruh secara signifikan terhadap sifat

Lebih terperinci

UJI BIOEKIVALENSI TABLET METOKLOPRAMID BAHAN TAMBAHAN SARI TAPE DIBANDINGKAN DENGAN TABLET METOKLOPRAMID MEREK DAGANG PADA HEWAN KELINCI SECARA KCKT

UJI BIOEKIVALENSI TABLET METOKLOPRAMID BAHAN TAMBAHAN SARI TAPE DIBANDINGKAN DENGAN TABLET METOKLOPRAMID MEREK DAGANG PADA HEWAN KELINCI SECARA KCKT UJI BIOEKIVALENSI TABLET METOKLOPRAMID BAHAN TAMBAHAN SARI TAPE DIBANDINGKAN DENGAN TABLET METOKLOPRAMID MEREK DAGANG PADA HEWAN KELINCI SECARA KCKT SKRIPSI OLEH: DESY SUSANTI NIM 081501007 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR SIBUTRAMIN HCl DALAM KAPSUL HERBAL PELANGSING SECARA KLT-DENSITOMETRI ANGELINA FAUSTINE 2443010074 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIKA WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG MENGGUNAKAN MATRIKS URIN

STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG MENGGUNAKAN MATRIKS URIN STUDI BIOEKIVALENSI AMOKSISILIN GENERIK DAN DAGANG MENGGUNAKAN MATRIKS URIN Dwi Wahyuni Leboe 1, Elly Wahyudin 2, Tadjuddin Naid 1 1 Jurusan Farmasi FIK Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar 2 Fakultas

Lebih terperinci