LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II
|
|
- Ratna Halim
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPERIMENTAL II PERCOBAAN II UJI PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA SUATU OBAT SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA URIN DAN DARAH Disusun oleh : Kelas C 2013 Golongan IV Kelompok 3 Nama NIM Tanda Tangan Hari/ Tanggal Praktikum : Senin / 11November 2013 Dosen Jaga :. Asisten Jaga : Asisten Koreksi : LABORATORIUM FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI BAGIAN FARMAKOLOGI DAN FARMASI KLINIK FAKULTAS FARMASI UGM YOGYAKARTA 2014
2 PERCOBAAN II PENETAPAN PARAMETER FARMAKOKINETIKA OBAT SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL MENGGUNAKAN DATA DARAH DAN URIN I. TUJUAN Agar mahasiswa mampu menetapkan dan menghitung parameter farmakokinetik obat setelah pemberian dosis tunggal berdasarkan data kadar obat dalam darah dan urin melawan waktu. II. DASAR TEORI Farmakokinetika merupakan ilmu yang mempelajari kinetika absorbsi obat, distribusi, dan eliminasi (ekskresi dan metabolisme). Uraian dari distribusi dan eliminasi obat sering diistilahkan sebagai disposisi obat. Seperti telah diketahui bahwa parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh dan atau metabolitnya di dalam cairan hayati (darah, urin, saliva, air mata, atau cairan hayati lainnya). Kadar obat dapat ditetapkan dengan menggunakan cuplikan darah karena darah adalah tempat yang paling cepat dicapai obat. Selain itu, darah merupakan tempat yang paling logis bagi penetpan kadar obat di dalam badan. Dalam praktek uji dengan data darah paling banyak digunakan karena darahlah mengambil obat dari tempat absorpsi, menyebarkannya ke tempat dsitribusi/aksi, serta membuangnya ke organ eliminasi. Obat berada dalam suatu keadaan dinamik dalam tubuh. Dalam suatu sistem biologik, peristiwa-peristiwa yang dialami obat sering terjadi secara serempak. Dalam menggambarkan sistem biologik yang komplek tersebut, dibuat penyederhanaan anggapan mengenai pergerakan obat itu. Suatu hipotesis atau model disusun dengan menggunakan istilah sistematik, yang memberi arti singkat dari pernyataan hubungan kuantitatif. Berbagai model matematik dapat dirancang untuk meniru proses laju absorpsi, distribusi dan eliminasi obat. Model matematik ini memungkinkan pengembangan persamaan untuk menggambarkan konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu. Dalam model matematik, tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau sistem kompartemen-kompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. Suatu kompartemen bukan merupakan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata, tetapi dianggap sebagai suatu jaringan yang mempunyai aliran darah dan afinitas obat yang sama. Pencampuran obat dalam suatu kompartemen terjadi secara cepat dan homogen serta dianggap diaduk secara baik sehingga kadar obat mewakili konsentrasi rata-rata dan tiap-tiap molekul obat mempunyai kemungkinan yang sama untuk meninggalkan kompartemen. Penetapan parameter farmakokinetika suatu obat ini berguna untuk mengkaji kinetika absorpsi, distribusi dan eliminasinya dalam badan. Hasil kajian ini diantaranya memiliki arti penting dalam penetapan aturan dosis. Parameter farmakokinetika yang tepat digunakan untuk
3 mengkaji kinetika absorbsi suatu obat diantaranya adalah tetapan kecepatan absorpsi (K a ), luas daerah dibawah kurva (AUC), dan fraksi obat yang diabsorpsi (F a ). Sedangkan untuk kinetika distribusi adalah (Vd dan Vd ss ), dan untuk kinetika eliminasi adalah klirens total (Cl t ), tetapan kecepatan eliminasi (K el ), dan waktu paro eliminasi (T 1/2 ). Cara perhitungan parameter-parameter farmakokinetika tersebut dapat dikerjakan seperti pada tabel 1 dan 2. Setelah diperoleh data kadar obat di dalam darah atau plasma lawan waktu, terlihat pada kedua tabel tersebut bahwa untuk menghitung parameter farmakokinetika setelah pemberian oral (Vd), (Cl t ), diperlukan parameter F a. Parameter F a ini diperoleh dengan membagi harga AUC oral dengan AUC intravena. Dengan kata lain, data intravena juga diperlukan untuk menghitung parameter farmakokinetika obat setelah pemberian oral. Tabel I Perhitungan parameter farmakokinetika obat model 1 kompartemen terbuka Perhitungan Kinetika Parameter Satuan Intravena Oral K a - Residual Menit -1 I. Absorbsi AUC Trapezoid Trapezoid mg/ml II. III. Distribusi Eliminasi F a - AUC p.0 /AUC i.v Vd D/Cp D.F a /Cp ml Cl t D/AUC 0.inf D.F a /AUC 0.inf ml/menit K el Regresi Regresi Menit -1 log.linier log.linier T 1/2 0,693/K el 0,693/K el Menit -1 Tabel II Perhitungan parameter farmakokinetika obat model dua kompartemen terbuka Kinetika Parameter Perhitungan Intravena Oral Satuan K a - Residual Menit -1 I. Absorbsi AUC 0.inf B/β+A/α M/β+L/α-N/K a mg/ml F a - AUC p.o /AUC i.v
4 II. Distribusi A Residual Residual ml/menit K 21 Menit -1 K 12 A+β-K 21 -K el A+β-K 21 -K el Menit -1 Vc ml Vd ss ml III. Eliminasi Cl t D/AUC 0.inf D.F a /AUC 0.inf ml/menit β Regresi Regresi log.linier log.linier Menit -1 T 1/2 β 0,693/β 0,693/β Menit K el α.β/k 21 α.β/k 21 Menit -1 Selain dengan cuplikan darah, parameter farmakokinetika suatu obat juga dapat ditetapkan dari pengukuran kadar obat atau metabolitnya di dalam urin. Sebenarnya pengukuran atau penggunaan cuplikan urin ini dapat lebih baik dari cuplikan darah, terutama jika obat diekskresikan ke dalam urin secara sempurna dalam bentuk tidak berubah. Hal tersebut dikarenakan : Data urin mengukur langsung jumlah obat yang berada di dalam badan Kadar obat dalam urin lebih besar daripada dalam darah Volume yang tersedia lebih besar Variabilitas kliren renal dapat diabaikan Namun, penggunaan data urin juga memiliki beberapa keterbatasan, yakni: Sulit diperoleh pengosongan kandung kencing yang sempurna Ada kemungkinan terjadinya dekomposisi obat selaam penyimpanan Ada kemungkinan terjadinya hidrolisis konjugat metabolit yang tidak stabil di dalam urin. Akibatnya, dapat mempengaruhi jumlah total obat dalam bentuk tak berubah yang diekskresikan ke dalam urin dalam waktu tak terhingga. Dengan demikian jelas akan mempengaruhi validitas hasil perhitungan parameter farmakokinetiknya. Metode ekskresi urin kumulatif biasanya dipergunakan untuk menetapkan parameter K el, K a, F a, t 1/2, % obat yang akan diabsorpsi, jumlah obat yang akhirnya diabsorpsi, serta besar ketersediaan hayati obat (ARE). Untuk memperoleh harga tetapan kecepatan eliminasi (Kel) tersebut di atas, dapat dikerjakan dengan metode ARE. Pengumpulan cuplikan urin setelah pemberian suatu obat, berlangsung sampai seluruh obat tak berubah praktis telah diekskresikan seluruhnya dari
5 badan, yakni pada waktu tak terhingga (gambar 1). Harga Kel kemudian diperoleh dari plot semilogaritmik beberapa titik terakhir ARE lawan waktu. Dimana ARE ini diperoleh dengan mengurangi Ae, dengan Ae sampai waktu tertentu seperti terlihat pada gambar 2. Dengan metode ekskresi renal, pengumpulan ekskresi renal, pengumpulan cuplikan urin, tidak diperlukan sampai seluruh obat tak berubah praktis diekskresikan secara sempurna dari badan, dan harga K el dapat diperoleh dari plot semilogaritmik kecepatan ekskresi (dae/dt) lawan waktu tengah seperti terlihat pada gambar 3. Gambar 1. Plot numerik jumlah kumulatif obat yang diekskresikan dalam urin vs waktu Gambar 2. Plot semilogaritmik ARE vs waktu, untuk penetapan K el K el. Gambar 3. Plot semilogaritmik kecepatan ekskresi obat tak berubah vs waktu, guna mencari
6 Metode lain perhitungan tetapan laju eliminasi K dari data ekskresi urin adalah metode sigma-minus. Metode sigma-minus kadang-kadang lebih disukai daripada metode lain karena fluktuasi data laju eliminasinya diperkecil. Perbedaan metode ARE dengan metode sigma-minus adalah sebagai berikut: Metode RATE ( vs t mid Metode ARE (Du Du) vs t Tidak perlu Du~ Perlu Du~ Kehilangan sampel tidak berubah Kehilangan sampel berpengaruh pada Du~ Penting dalam pengosongan kandung Pengosongan kandung kemih tidak kemih berpengaruh Bisa untuk orde 0 Tidak bisa untuk orde 0 Bisa untuk menghitung Ke (tetapan kecepatan ekskresi) dari titik potong Tidak bisa menghitung Ke kurva Faktor-faktor tertentu yang dapat mempersulit untuk mendapatkan data ekskresi yang sahih adalah: 1. Suatu fraksi yang bermakna dari obat tidak berubah harus diekskresi dalam urin 2. Teknik penetapan kadar harus spesifik untuk obat tidak berubah, dan harus tidak dipengaruhi oleh metabolit-metabolit obat yang mempunyai struktur kimia serupa 3. Diperlukan pengambilan cuplikan yang sering untuk mendapatkan gambaran kurva yang baik 4. Cuplikan urin hendaknya dikumpulkan secara berkala sampai hamper semua obat diekskresi (7-10 x t 1/2 ) 5. Perbedaan ph urin dan volume dapat menyebabkan perbedaan laju ekskresi urin yang bermakna 6. Subjek hendaknya diberitahu pentingnya memberikan cuplikan urin yang lengkap (yakni dengan pengosongan kandung kemih yang sempurna) Ringkasan cara perhitungan parameter farmakokinetik dengan data ekskresi urin kumulatif : No Simbol Perhitungan T midp (jam) C u (mg/ml) V (ml) Aei (mg) t n-1 + t n /2 resapan yang terbaca pada masing-masing interval pengambilan cuplikan masukkan pada persamaan garis kurva baku yang dipergunakan besarnya volume urin yang diekskresikan setiap pengambilan cuplikan C u X V
7 Ae (mg) dae/dt (mg/jam) K el At (f) (mg) At (f) As (mg) % obat yang diabsorpsi Ka (jam -1 ) Fa Aei selama interval waktu pengambilan cuplikan Ae tn - Ae tn-1 /t n tn-1 Metode ARE Regresi linier antara X (t) lawan Y (Ln Ae Ae) pada beberapa titik terakhir interval waktu pengambilan cuplikan. Metode ekskresi renal Regresi aln linier antara X (t midp ) lawan Y (Ln dae/dt) pada beberapa titik terakhir fase eliminasi. (1/K el dae/dt) + Ae Diperoleh setalh obat praktis diabsorpsi seluruhnya. Yakni harga rata-rata At (f) dimana harganya praktis sudah tidak bertambah lagi (ajeg) AT (f) / At (f) As X 100% Regresi Ln linier abtara X (t) beberapa titik fase absorbs lawan Y (Ln (1-At (f) / At (f) As) At (f) As/ dosis
8 III. CARA PERCOBAAN a. Alat dan Bahan Alat : - Kalkulator - Kertas grafik semilog - Kertas HVS - Penggaris - Alat tulis Bahan : - Data percobaaan b. Cara Kerja Setiap kelompok mendapatkan data percobaan yang berupa hasil pengukuran kadar sulfametoksazol di dalam darah dan urin terhadap waktu pengambilan cuplikan Dilakukan analisis parameter farmakokinetika sulfametoksazol dengan data darah dan urin c. Analisis Data 1) Data darah Data diplotkan pada kertas grafik semilog Diasumsikan model kompartemen sulfametoksazol Dihitung parameter farmakokinetika sulfametoksazol berdasarkan asumsi modelnya 2) Data urin Dibuat tabel analisis data urin Dihitung parameter farmakokinetika sulfametoksazol menggunakan metode kecepatan ekskresi dan ARE
TUGAS FARMAKOKINETIKA
TUGAS FARMAKOKINETIKA Model Kompartemen, Orde Reaksi & Parameter Farmakokinetik OLEH : NURIA ACIS (F1F1 1O O26) EKY PUTRI PRAMESHWARI (F1F1 10 046) YUNITA DWI PRATIWI (F1F1 10 090) SITI NURNITA SALEH (F1F1
Lebih terperinciSISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T
SISTEMATIKA STUDI FARMAKOKINETIK Y E N I F A R I D A S. F A R M., M. S C., A P T Studi farmakokinetik Profil ADME obat baru Bentuk sediaan, besar dosis, interval pemberian dan rute pemberian HEWAN UJI
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA PERCOBAAN 1 SIMULASI INVITRO MODEL FARMAKOKINETIK PEMBERIAN INTRAVASKULAR (INTRAVENA) Disusun oleh : Kelompok 2 Suci Baitul Sodiqomah Feby Fitria Noor Diyana Puspa Rini
Lebih terperinciBAB 3 MODEL KOMPARTEMEN SATU TERBUKA : PEMBERIAN INTRAVENA BOLUS
Nama : Putri Windasari NIM : 12330083 BAB 3 MODEL KOMPARTEMEN SATU TERBUKA : PEMBERIAN INTRAVENA BOLUS PERTANYAAN PEMBELAJARAN 1. Seorang sukarelawan dengan berat badan 70 kg diberi antibiotika dosis intravena
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA. meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang ilmu
BAB I PENGANTAR FARMAKOKINETIKA DESKRIPSI MATA KULIAH Bab ini menguraikan secara singkat tentang ilmu farmakokinetik dasar yang meliputi ruang lingkup ilmu farmakokinetik dan dasar-dasar yang menunjang
Lebih terperinciLAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPRIMENTAL II
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOLOGI EKSPRIMENTAL II PERCOBAAN V UJI PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN DAN ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN SERTA PEMILIHAN DOSIS DALAM FARMAKOKINETIKA Disusun oleh : Kelas :
Lebih terperinciBy: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt.
By: Dr. Fatma Sri Wahyuni, Apt. 1. Bidang farmakologi a. Mekanisme kerja obat dalam tubuh, khususnya untuk mengetahui senyawa yang mana yang sebenarnya bekerja dalam tubuh; apakah senyawa asalnya, metabolitnya
Lebih terperinciPharmacokinetika for Oral Absorption. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt
Pharmacokinetika for Oral Absorption Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Introduction Pemberian obat secara ekstravaskular lebih rumit dibandingkan pemberian obat secara intravaskular. Terutama dalam pengaturan
Lebih terperinciInterpolasi Polinom pada Farmakokinetik dengan Model Kompartemen Ganda
Interpolasi Polinom pada Farmakokinetik dengan Model Kompartemen Ganda Teuku Reza Auliandra Isma (13507035) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi
Lebih terperinciPENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... iii LEMBAR PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR
Lebih terperinciFARMAKOKINETIKA. Oleh Isnaini
FARMAKOKINETIKA Oleh Isnaini Definisi: Farmakologi: Kajian bahan-bahan yang berinteraksi dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau
Lebih terperinciLampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI
Lampiran 1. Sertifikat Pengujian Natrium Diklofenak BPFI Lampiran.Hasil Orientasi Menentukan Eluen (Fase Gerak) dengan Menggunakan Alat KCKT.1. Kromatogram hasil penyuntikan larutan Natrium Diklofenak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Penyakit hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi di mana dalam pengobatannya membutuhkan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK
PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER DALAM STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK 1. Pendahuluan Aplikasi computer jenis ini merupakan aplikasi computer dalam penelitian dan pengembangan di bidang farmasi
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM. Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Perancangan program aplikasi yang dibuat dalam skripsi ini menggunakan aturan linear sequential (waterfall). Metode ini terdiri dari empat tahapan yaitu analisis,
Lebih terperinciAPLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH
APLIKASI FARMAKOKINETIKA DALAM FARMASI KLINIK MAKALAH Disusun: Apriana Rohman S 07023232 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2011 A. LATAR BELAKANG Farmakologi adalah ilmu mengenai pengaruh
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan 44 Lampiran 2. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga pepaya jantan a. Bunga Pepaya Jantan b. Simplisia bunga pepaya jantan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya PROFIL FARMAKOKINETIKA
Lebih terperinciAplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari
Aplikasi Farmakokinetika Klinis Tidak diragukan lagi bahwa salah satu kunci keberhasilan terapi dengan menggunakan obat adalah ditentukan dari ketepatan rancangan aturan dosis yang diberikan. Rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan
Lebih terperinciPenentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin
Penentuan Parameter Farmakokinetika Salisilat dengan Data Urin Tujuan Umum Menentukan parameter farmakokinetikasuatu obat dengan menggunakan data Turin Tujuan Khusus - Mahasiswa mampu menerapkan cara mendapatkan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN Lampiran 1. Sertifikat analisis natrium diklofenak (PT. Dexa Medica) 47 Lampiran 2. Surat Hasil Identifikasi Tumbuhan 48 Lampiran 3. Bunga, simplisia bunga pepaya jantan dan Serbuk simplisia bunga
Lebih terperinciPengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi
Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi Farmakokinetik - 2 Mempelajari cara tubuh menangani obat Mempelajari perjalanan
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan 4 Lampiran. Sertifikat Analisis Natrium diklofenak (PT. Dexa Medika) 43 Lampiran 3. Kerangka Pikir Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter Simplisia
Lebih terperinciFARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A
FARMAKOKINETIK KLINIK ANTIBIOTIK AMINOGLIKOSIDA G I N A A R I F A H : : A S T I Y U N I A : : YUDA :: R I F N A AMINOGLIKOSIDA Senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jambu Biji ( Psidium guajava L. ) a. Sistematika tanaman : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Myrtales Suku : Myrtaceae Marga :
Lebih terperinciMATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR
MATA KULIAH FARMAKOLOGI DASAR AKADEMI FARMASI TADULAKO FARMA PALU 2015 SEMESTER II Khusnul Diana, S.Far., M.Sc., Apt. Obat Farmakodinamis : bekerja terhadap fungsi organ dengan jalan mempercepat/memperlambat
Lebih terperinciFarmakokinetika Klinis. Azizah Nasution
Farmakokinetika Klinis Azizah Nasution 2015 USU Press Art Design, Publishing & Printing Gedung F Jl. Universitas No. 9, Kampus USU Medan, Indonesia Telp. 061-8213737; Fax 061-8213737 Kunjungi kami di:
Lebih terperinciFARMAKOKINETIKA FA
FARMAKOKINETIKA FA 532520 BGPP - SAP disusun oleh Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si., Apt. Dewa Ayu Swastini, S.Farm., Apt. Rasmaya Niruri, S.Si., Apt. JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN
Lebih terperinciPENETAPAN LAJU EKSKRESI TABLET KIMOXIL 500 MG MELALUI URINE
PENETAPAN LAJU EKSKRESI TABLET KIMOXIL 500 MG MELALUI URINE Dwi wahyuni 1, Elly wahyudin 2, Tadjuddin Naid 2 1 Jurusan Farmasi FIK UIN Alauddin Makassar 2 Fakultas FarmasiUnhas ABSTRAK Telah dilakukan
Lebih terperinciBagian Pertama PENDAHULUAN UMUM
Bagian Pertama PENDAHULUAN UMUM Bioanalisis merupakan salah satu ilmu terapan yang bermanfaat dan memberikan dukungan yang cukup besar terhadap kemajuan berbagai aspek ilmu yang lain, diantaranya untuk
Lebih terperinciPENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus)
PENENTUAN PROFIL FARMAKOKINETIKA DEKSAMETASON PADA KELINCI (Oryctolagus cuniculus) SKRIPSI OLEH: MIRNAWATY NIM 091524071 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa
PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan
Lebih terperinciFARMAKOKINETIKA. Farmakologi. Oleh: Isnaini
FARMAKOKINETIKA Oleh: Isnaini Farmakologi Interaksi bahan dgn sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul regulator dan pengaktifan atau penghambatan proses tubuh yang normal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS. goreng terbagi menjadi Minyak dengan asam lemak jenuh (saturated fatty acids)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Minyak goreng Minyak merupakan campuran dari ester asam lemak dengan gliserol. Berdasarkan ada atau tidak
Lebih terperinciLampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan
43 Lampiran 1. Flowsheet Rancangan Percobaan Furosemida Sifat Fisikokimia Serbuk hablur berwarna putih s/d kekuningan dan tidak berbau Praktis tidak larut dalam air pka 3,9 Log P 0,74 Kelarutan 0,01 (mg/ml)
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN JUS PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI
PENGARUH PEMBERIAN JUS PISANG AMBON (Musa paradisiaca L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI Oleh : LISA YULIANA HANDAYANI K 100.050.136 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SIMULASI KOMPUTER SEBAGAI ALAT BANTU DALAM ANALISIS FARMAKOKINETIK
PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK SIMULASI KOMPUTER SEBAGAI ALAT BANTU DALAM ANALISIS FARMAKOKINETIK Bevina D. Handari 1, Joshita Djajadisastra 2, dan Denny Riama Silaban 1 1. Departemen Matematika, FMIPA,
Lebih terperinciPENGANTAR FARMAKOLOGI
PENGANTAR FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI : PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - DIAGNOSIS - PENGOBATAN GEJALA PENYAKIT FARMAKOTERAPI : CABANG ILMU PENGGUNAAN OBAT - PREVENTIV - PENGOBATAN FARMAKOLOGI KLINIK : CABANG
Lebih terperinciPROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN YANG DIBERIKAN SECARA BERSAMAAN DENGAN JUS JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI
PROFIL FARMAKOKINETIK TEOFILIN YANG DIBERIKAN SECARA BERSAMAAN DENGAN JUS JAMBU BIJI (Psidium Guajava L.) PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI Oleh: RETNO WULANDARI K 100050119 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien
Lebih terperinciCOKORDA ISTRI SRI ARISANTI
COKORDA ISTRI SRI ARISANTI POKOK BAHASAN Pendahuluan Kinetika iv bolus dosis ganda Kinetika pemberian secara oral dosis ganda Efek perubahan dosis, interval dosis dan waktu paro terhadap akumulasi obat
Lebih terperinciOBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH
OBAT DAN NASIB OBAT DALAM TUBUH OBAT : setiap molekul yang bisa merubah fungsi tubuh secara molekuler. NASIB OBAT DALAM TUBUH Obat Absorbsi (1) Distribusi (2) Respon farmakologis Interaksi dg reseptor
Lebih terperinciPENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI
PENGARUH VITAMIN C PADA PROFIL FARMAKOKINETIKA NATRIUM DIKLOFENAK TERHADAP HEWAN UJI KELINCI SKRIPSI OLEH: RIVA IERSA NIM 081524045 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciPengantar Farmakologi
Pengantar Farmakologi Kuntarti, S.Kp, M.Biomed 1 PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com 4 Istilah Dasar Obat Farmakologi Farmakologi klinik Terapeutik farmakoterapeutik
Lebih terperinciPENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT
PENDAHULUAN YENI FARIDA M.SC., APT KONTRAK BELAJAR Mahasiswa 4S (Senyum Semangat Sopan SAntun) Pakaian sopan dan rapi, kemeja berkerah, dan bersepatu HP silent, tidak diperkenankan smsan ato OL saat kelas
Lebih terperinciSKRIPSI. oleh : MARLIA NURITA K
PENGARUH SEDIAAN MADU BUNGA KELENGKENG (Nephelium longata L) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI oleh : MARLIA NURITA K 100 040 117 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menunjukkan hanya 5-10% saja yang dinyatakan positif. Masyrakat di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Dari populasi di berbagai negara Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin sekitar 80%
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group
Lebih terperinciReferensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas. Bioavailabilitas
Referensi: Bioavailabilitas dan bioekivalensi BASIC PHARMACOKINETICS Michael Makoid, Ph.D.; Phillip Vuchetich, Pharm.D.; Umesh Banakar, Ph.D Dr. Akhmad Kharis Nugroho, M.Si., Apt. Bioavailabilitas Bioavailabilitas:
Lebih terperinciDifusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Difusi adalah Proses Perpindahan Zat dari konsentrasi yang tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Contoh difusi : a. Difusi gas b. Difusi air Hukum I Ficks : Q = - D dc/dx Ket : D Q dc/dx = Koofisien
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sintetik terus dilakukan untuk mencapai efektifitas terapi yang optimal. Obat-obat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan obat juga semakin berkembang. Hal ini sejalan dengan prevalensi penyakit yang semakin sering bermunculan.
Lebih terperinciKinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:
FARMAKOKINETIK Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh: Absorpsi (diserap ke dalam darah) Distribusi (disebarkan ke berbagai jaringan tubuh) Metabolisme (diubah
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER MATA PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA Oleh : Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt. (Koordinator) Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc., Apt. Dr. Djoko Wahyono, SU., Apt. Purwantiningsih,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi sebesar 9,33 liter/kapita/tahun pada tahun Makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan masyarakat yang menjadi perhatian Pemerintah karena merupakan bagian penting bagi konsumsi lebih dari 247 juta jiwa penduduk
Lebih terperinciTujuan Instruksional:
Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan
Lebih terperinciPengaruh air kencur terhadap kinetika eliminasi kinidin pada kelinci
Majalah Farmasi Indonesia, 14(4), 177 181, 2003 Pengaruh air kencur terhadap kinetika eliminasi kinidin pada kelinci The effect of extract Kaempferia galanga rhizomes on the elimination kinetics of quinidine
Lebih terperinciPENGARUH PERASAN BUAH MANGGA TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI
PENGARUH PERASAN BUAH MANGGA TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI oleh : AMINARY WAHYU PAKARTI K 100 040 118 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS
Lebih terperinciTujuan Instruksional:
Isnaini, S.Si, M.Si, Apt. Tujuan Instruksional: Mahasiswa setelah mengikuti kuliah ini dapat: Menjelaskan secara benar tujuan pemantauan obat dalam terapi Menjelaskan secara benar cara-cara pemantauan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI SKRIPSI
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PENGARUH JUS BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR OLEH : EKA ELDHA YUNANDA
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) MATA KULIAH Biofarmasetika & Oleh : Dr. Muslim Suardi, MSi, Apt Prof. Dr. Henny Lucida, Apt Drs. Salman, MSi, Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS
Lebih terperinciTahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.
I. Pembahasan Disolusi Suatu obat yang di minum secara oral akan melalui tiga fase: fase farmasetik (disolusi), farmakokinetik, dan farmakodinamik, agar kerja obat dapat terjadi. Dalam fase farmasetik,
Lebih terperinciPENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER PENGOLAH DATA KONSENTRASI OBAT DALAM PLASMA UNTUK STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK
ISSN : 1693-9883 Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No. 3, Desember 2006, 143-152 PENGEMBANGAN APLIKASI KOMPUTER PENGOLAH DATA KONSENTRASI OBAT DALAM PLASMA UNTUK STUDI PEMODELAN PARAMETER FARMAKOKINETIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang farmasi begitu pesat, termasuk pengembangan berbagai
Lebih terperinciPROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN. Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli
PROFIL FARMAKOKINETIKA ASPIRIN PADA PLASMA TIKUS PUTIH JANTAN Vidia Prajna Lakhsita, Islamudin Ahmad, Rolan Rusli 1 Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Kefarmasian Farmaka Tropis, Fakultas Farmasi,
Lebih terperinciPENGARUH JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK SIMETIDIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)
PENGARUH JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP PROFIL FARMAKOKINETIK SIMETIDIN PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) Siti Julaicha, Adam M. Ramadhan, Rolan Rusli Laboratorium Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperincikonvensional 150 mg dapat menghambat sekresi asam lambung hingga 5 jam, tetapi kurang dari 10 jam. Dosis alternatif 300 mg dapat meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, penyakit saluran cerna merupakan penyakit yang sangat sering dialami oleh banyak orang karena aktivitas dan rutinitas masingmasing orang, yang membuat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interaksi Obat Interaksi obat adalah peristiwa dimana aksi suatu obat di ubah atau dipengaruhi oleh obat lain yang di berikan bersamaan. Interaksi obat terjadi jika suatu obat
Lebih terperinciANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK ANALISIS DUA KOMPONEN TANPA PEMISAHAN Tanggal Praktikum : Jumat, Oktober 010 Tanggal Pengumpulan Laporan : Jumat, 9 Oktober 010 Disusun oleh Nama : Annisa Hijriani Nim
Lebih terperinciPENGARUH PROPILENGLIKOL DALAM SEDIAAN GEL TERHADAP ABSORPSI PERKUTAN SULFASOMIDINA
fovita r T ' V _ 3 P i f SKRIPSI SUSY SUZANNA MAKARE PENGARUH PROPILENGLIKOL DALAM SEDIAAN GEL TERHADAP ABSORPSI PERKUTAN SULFASOMIDINA f f f q o FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 1990 PENGARUH PROPILENGLIKOL
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian. 1.1 Latar Belakang Penghambat kanal Ca 2+ adalah segolongan obat yang bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama obat yang mengalami eliminasi utama di ginjal (Shargel et.al, 2005).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dalam mengatur kadar cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit, dan pembuangan sisa metabolit dan obat dari dalam tubuh. Kerusakan
Lebih terperinciFenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif
Sebelum PCT Fenasetin (anti piretik jaman dulu) banyak anak2 mati, orang dewasa Prodrug Hasil metabolismenya yg aktif Dlm tubuh dimetabolisme menjadi PCT (zat aktif) + metaboliknya Yg sebenarnya antipiretik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian eksperimental quasi yang telah dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya pengaruh obat anti ansietas
Lebih terperinciPENGARUH DEKSAMETASON TERHADAP METABOLISME SUBYEK SEHAT
M&TA&ous-Me. Ob a t SKRIPSI MARCELL1NO R U D Y A N T O PENGARUH DEKSAMETASON TERHADAP METABOLISME PADA SUBYEK SEHAT TEOFILINA r r k / o f x ~ i K. I... UNIVj- w ANQuA" S U R A, >V A F A K U L T A S F A
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR PERCOBAAN 3 ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOKINETIKA DASAR PERCOBAAN 3 ANALISIS OBAT DALAM CAIRAN HAYATI Disusun Oleh: Suci Baitul Sodiqomah (G1F013010) Feby Fitria Noor (G1F013012) Diyana Puspa Rini (G1F013014) Aliyah (G1F013016)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman, teknologi di bidang farmasi saat ini
Lebih terperinciBAHAN DAN CARA KERJA Serbuk teofilina anhidrida,
BAB I I BAHAN DAN CARA KERJA 1. BAHAN DAN ALAT. 1.1. Bahan. 1.1.1. Serbuk teofilina anhidrida, Sebagai baku digunakan serbuk teofilina anhidrida murni yang didapat dari P.T. Pharos Indonesia (dari Byk
Lebih terperinciValidasi metode merupakan proses yang dilakukan
TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan
Lebih terperinciHASIL KALI KELARUTAN (Ksp)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA HASIL KALI KELARUTAN (Ksp) NAMA : YUSI ANDA RIZKY NIM : H311 08 003 KELOMPOK : II (DUA) HARI/TGL PERC. : SENIN/08 MARET 2010 ASISTEN : FITRI JUNIANTI LABORATORIUM KIMIA FISIKA
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku
Lebih terperinciLAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN
LAMPIRAN A HASIL UJI KERAGAMAN BOBOT TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN Hasil Uji Keragaman Bobot Tablet Formula A Replikasi I Replikasi II Replikasi III No Bobot Bobot Bobot Y Y Y Tablet Tablet Tablet (%) (%)
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI/TERAPI KEDOKTERAN I ABSORBSI DAN EKSKRESI Oleh Nina Puspitasari NIM I1A003009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2005 Halaman Pengesahan ABSORBSI
Lebih terperinciPengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Sulfametoksazol Oral Dengan Data Darah Kelinci
Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Majalah Farmasi Airlangga, Vol.7 No.1, April 2009 19 Pengaruh Sirkadian Pada Farmakokinetik Sulfametoksazol Oral Dengan Data Darah Kelinci Aniek Setiya B, Toetik
Lebih terperinciSKRIPSI. Oleh : NOVIANA WULANSARI K
PENGARUH PERASAN BUAH APEL (Maulus domestica Borkh) FUJI RRC TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI Oleh : NOVIANA WULANSARI K.100.040.122 FAKULTAS
Lebih terperinciB. Landasan Teori.. 25 C. Hipotesis. 25 BAB III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat Bahan.. 26 B. Cara Penelitian
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.. i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING. ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI.. iii LEMBAR PERNYATAAN..... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN.. vi KATA PENGANTAR. viii DAFTAR ISI.... x DAFTAR
Lebih terperinciPENGARUH SEDUHAN TEH HIJAU ( Camellia sinensis ) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI
PENGARUH SEDUHAN TEH HIJAU ( Camellia sinensis ) TERHADAP FARMAKOKINETIKA PARASETAMOL YANG DIBERIKAN BERSAMA SECARA ORAL PADA KELINCI JANTAN SKRIPSI Oleh : RIRIN WULAN OKTAVIA K. 100 040 134 FAKULTAS FARMASI
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,
Lebih terperinciBAB II. STUDI PUSTAKA
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR GAMBAR...
Lebih terperinciOBAT-OBATAN DI MASYARAKAT
OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT Pendahuluan Obat adalah zat yang dapat memberikan perubahan dalam fungsi-fungsi biologis melalui aksi kimiawinya. Pada umumnya molekul-molekul obat berinteraksi dengan molekul
Lebih terperinciPEMANFAATAN SIMULASI FARMAKOKINETIK DALAM MEMPREDIKSI PROFIL KRONOFARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA PEMBERIAN BERULANG
PEMANFAATAN SIMULASI FARMAKOKINETIK DALAM MEMPREDIKSI PROFIL KRONOFARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA PEMBERIAN BERULANG Jaya, M.K.A. 1, Susanti, N.M.P 1, Widhiartini, I.A.A. 2, Wirasuta, I M.A.G. 1 1 Jurusan
Lebih terperinciLaporan Kimia Fisik KI-3141
Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA
PENUNTUN PRAKTIKUM BIOFARMASETIKA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2015 PERCOBAN I PENGARUH FORMULASI TERHADAP LAJU DISOLUSI (2 Kali Pertemuan) I. Tujuan Pecobaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciLAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA
LAMPIRAN A HASIL UJI MUTU FISIK GRANUL PEMBAWA SUDUT DIAM Pengujian Formula A Formula B Formula C Formula D Replikasi 1 31,06 30,81 31,06 32,57 Replikasi 2 31,22 32,23 31,65 32,02 Replikasi 3 30,92 32,42
Lebih terperinciPENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA
FINAL PROJECT RE 091324 PENGARUH RESIRKULASI LINDI BERSALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH TPA BENOWO, SURABAYA Effect of Saline Leachate Recirculation on Solid Waste Degradation Rate in TPA Benowo,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Gangguan Ginjal Kronik 2.1.1 Definisi Penyakit ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari sama dengan tiga bulan, berdasarkan kelainan
Lebih terperinciGambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin
I. JUDUL : Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 16 November 2011 III. TUJUAN : 1. Untuk memberikan gambaran bahwa reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida adalah
Lebih terperinci