Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan subsektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh sebab itu, komoditas tanaman pangan memegang peranan utama dalam memenuhi kebutuhan pangan, pakan, dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan seiring pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. Visi dan Misi Presiden RI tertuang dalam bentuk trisakti antara lain : 1) kedaulatan politik, 2) Berdikari dalam ekonomi, 3) Kepribadian dalam kebudayaan dan dirumuskan dalam Nawacita. Salah satu sasaran dalam Nawacita yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing nasional (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ), arah tersebut dituangkan dalam pembangunan pertanian berkelanjutan yaitu meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas pertanian, serta meningkatkan pendapatan petani. Sedangkan sasarannya adalah kesejahteraan masyarakat pertanian meningkat, dan kedaulat pangan serta berkelanjutan dapat terwujud serta tercapainya pengembangan subsektor tanaman pangan yang menjadi salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan wilayah/kawasan. Dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, Pemerintahan Kabinet Kerja telah menetapkan target pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai pada tahun namun komoditas lain secara sinergi terus untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan pangan terutama komoditas aneka umbi. Penanganan pascapanen tanaman pangan sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1

13 pangan antara lain susut kuantitas dan kualitas, keamanan pangan, terbatasnya sumberdaya manusia pertanian dan keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen, serta modal yang terbatas. Pada tahun 2015 telah ditetapkan sasaran produksi padi sebesar 73,40 juta ton gabah kering giling (GKG); jagung sebesar 20,31 juta ton pipilan kering; kedelai 1,50 juta ton biji kering; kacang tanah sebesar 742,75 ribu ton biji kering; kacang hijau sebesar 291,55 ribu ton biji kering; ubikayu sebesar 26,53 juta ton umbi basah dan ubi jalar sebesar 2,65 juta ton umbi basah. Peningkatan sasaran produksi tanaman pangan setiap tahun, perlu didukung dengan upaya pengamanan produksi secara mutlak. Salah satu upaya dalam pengamanan hasil adalah melalui penanganan pascapanen yang baik dan benar sehingga dapat menurunkan susut hasil. Kondisi saat ini tingkat susut hasil yang terjadi di lapangan masih tinggi, angka susut hasil padi sebesar 10,43% (berdasarkan survei susut hasil padi tahun 2012), susut hasil jagung 5,2%, susut hasil kedelai 15,5%, susut hasil kacang tanah 15,2%, susut hasil ubikayu 12,5%, dan susut hasil ubijalar 18%. Target penurunan susut sesuai dengan Rencana Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan maka pada tahun 2015 untuk padi sebesar 0,50%; jagung sebesar 0,20%, kedelai sebesar 0,20%, kacang tanah 0,10%, ubikayu sebesar 0,50%, dan ubijalar sebesar 0,50%. Pengamanan hasil dan penurunan susut hasil tanaman pangan akan dapat terlaksana dengan baik, apabila dilakukan peningkatan terhadap pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian, seperti aparat/petugas dan penyuluh pertanian serta para petani dalam kelompok tani (poktan)/gabungan kelompok tani (gapoktan). Di samping peningkatan kedua faktor tersebut, juga dialokasikan kegiatan pendukung lainnya berupa fasilitasi sarana pascapanen tanaman pangan, sehingga terbina sinkronisasi antara kemampuan teknis dan operasionalisasi sarana pascapanen yang tersedia. Untuk mendukung upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan memberikan dukungan sarana fasilitasi bantuan sarana pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2

14 Tanaman Pangan baik dari APBN maupun APBN-P berupa Combine Harvester Kecil, Vertical Dryer Padi, Corn Sheller, Vertical Dryer jagung dan Power Thrseher Multiguna. Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan membantu petani pada proses penanganan panen, mengamankan produksi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan dalam bentuk anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Sistem pengganggaran tahun 2015 untuk kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan sudah dialokasikan di Satuan Kerja (Satker) Provinsi, sehingga terdapat DIPA Dekonsentrasi (Dekon) dan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Secara keseluruhan kegiatan dan anggaran penanganan pascapanen tanaman pangan meliputi kegiatan Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan, Pemutakhiran Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan, Monitoring dan Evaluasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan. Untuk melaksanakan kegiatan pascapanen tanaman pangan tahun 2015, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor : SP.DIPA /2015 tanggal 14 November 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mendapatkan alokasi anggaran APBN sebesar Rp ,- dengan rincian a) anggaran Pusat Rp ,- b) Dekonsentrasi Rp ,- c) Tugas Pembantuan (provinsi) Rp ,- meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung Rp ,- dan pembinaan/monev Rp ,- Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (alokasi dana APBN-P) sebesar Rp , pembinaan dan pengawalan UPSUS (Sumsel) Rp ,-sehingga total anggaran menjadi Rp ,- (semula Rp , naik 9,79%) yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp ,-(semula Rp , naik 82,46 %) Dekonsentrasi sebesar Rp ,- (semula Rp ,- Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3

15 naik 22,89%) dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp ,- (tidak mengalami perubahan) meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung sebesar Rp ,- dan pembinaan/monev sebesar Rp Dalam rangka mendukung Program Upaya Khusus (UPSUS) Percepatan Pencapaian Swasembada padi, jagung dan kedelai tahun 2017 melalui perbaikan jaringan irigasi dan sarana pendukungnya, berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (SPDIPA) Induk Tahun Anggaran 2015 Nomor SP.DIPA /2015 tanggal 14 November 2014, Persetujuan Revisi Kedua Nomor SP DIPA /2015 tanggal 6 Maret 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman pangan mendapatkan alokasi Anggaran APBN-P Pada DIPA Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) sebesar Rp ,- meliputi ; a) kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp ,- dan pembinaan/monev sebesar Rp ,- Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana Pascapanen Tanaman Pangan sumber dana APBN-P sebesar Rp ,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sumber APBN-P menjadi Rp ,- (semula Rp naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp ,- (semula Rp ,-, naik 8,28%) dan pembinaan/monev sebesar Rp , (semula Rp ,- naik 2,78%) Sebagai laporan pertanggungjawaban terhadap pelaksanaan kegiatan selama kurun waktu 1 (satu) tahun, maka perlu disusun laporan kegiatan dan dirangkum sebagai laporan tahunan. B. Tujuan Tujuan penyusunan laporan tahunan adalah memaparkan hasil yang telah dicapai dari pelaksanaan kegiatan di tahun 2015, dan sebagai evaluasi serta acuan dalam melakukan kegiatan di tahun berikutnya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4

16 II. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Rancangan Kebijakan Pascapanen Tanaman Pangan. Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya yang sangat strategis dalam rangka mendukung ketahanan pangan nasional karena mempunyai peranan yang cukup besar baik secara langsung maupun tidak langsung. Penanganan pascapanen secara langsung memiliki peranan dalam menekan susut hasil (losses), mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Pemerintah Indonesia pada program pembangunan pertanian telah menetapkan komoditas prioritas utama untuk subsektor tanaman pangan yaitu padi, jagung dan kedelai, namun komoditas lain secara sinergi terus untuk dikembangkan dalam substitusi pengganti beras menuju kedaulatan pangan terutama komoditas aneka umbi. Penanganan pascapanen tanaman pangan sebagian besar masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal yang ditandai oleh penggunaan peralatan sarana pascapanen yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan antara lain susut kuantitas dan kualitas, keamanan pangan, terbatasnya sumberdaya manusia pertanian dan keterbatasan dalam penerapan inovasi teknologi pascapanen, serta modal yang terbatas. Keadaan ini semakin sulit dengan munculnya tantangan yang harus dihadapi Indonesia, khususnya dalam menghadapi diterapkannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai akhir tahun 2015 yaitu persaingan daya saing produk pertanian meliputi : (1) Tuntutan standarisasi produk & proses, (2) Tuntutan kandungan pangan yang tidak berbahaya, rendah residu bahan kimia, (3) Tuntutan integrasi pengelolaan rantai pasok (supply chain management), dan (5) Peningkatan kualitas mutu & keamanan pangan. Untuk mengatasi berbagai permasalahan dan tantangan di atas, maka perlu dianalisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam hal penanganan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5

17 pascapanen tanaman pangan sehingga perlu dilaksanakan program dan kegiatan yang berkesinambungan dan terintegrasi antar Kementerian/ Lembaga/Instansi di tingkat Pusat, serta antara Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, perlu diterapkan suatu strategi dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan yang diterapkan atau diimplementasikan melalui program dan kegiatan. Implementasi tersebut selanjutnya dijabarkan dalam bentuk Rancangan Program RKA-K/L Tahun 2015 dan mempersiapkan perencanaan anggaran untuk Rencana Kerja (Renja) Lima Tahun yaitu Output Rancangan Kebijakan terkait dengan RKA-K/L Direktorat Pascapanen disusun dalam dokumen RKA-K/L TA 2015 meliputi 4 (empat) rancangan, yaitu : 1) Rencana Kerja Tahun 2016, 2) Rancangan Kegiatan dan Anggaran (RKA-K/L) Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2016, 3) Rencana Strategis Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan , dan 4) Penyusunan Satuan Harga Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Anggaran dan Kegiatan Tahun Pagu alokasi anggaran tahun 2015 berdasarkan hasil penelaahan RKAK/L Ditjen Tanaman Pangan dengan Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan tanggal 31 Desember 2014 adalah sebagai berikut: a) Pagu anggaran definitif tahun 2015 sebesar Rp ,- dengan rincian kegiatan Satker Pusat Rp ,-, Dekon Rp ,- dan Tugas Pembantuan Provinsi Rp ,- meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung Rp ,- dan pembinaan/monev Rp ,- b) Kegiatan fasilitasi dukungan sarana pascapanen refocusing jagung tahun 2015 senilai Rp ,- terdiri dari: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6

18 1) Bantuan sarana pascapanen model jagung (corn sheller, crusher, vertical dryer dan bangunan, dan corn combine harvester) untuk mendukung kawasan GPPTT jagung sebanyak 108 unit dengan anggaran Rp ,- yang dialokasikan di 7 provinsi pada 7 kabupaten (Aceh, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur); 2) Bantuan sarana pascapanen regular jagung (corn sheller, flat bed dryer+bangunan, corn combine harvester) 133 unit dengan anggaran Rp ,- yang dialokasikan di 28 provinsi pada 85 kabupaten. c) Pagu anggaran definitif (APBN) tahun 2015 Pusat dan Daerah, sebagaimana tabel berikut: Tabel 1 : Kegiatan dan Anggaran Pascapanen per 31 Desember 2015 No. Kegiatan Output Anggaran Satuan Volume (Rp.000) 1765 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 71,498,554,000 A. PUSAT 6,548,500,000 1 Rancangan Kebijakan Rancangan 4 329,840,000 2 Pedoman Bidang Pascapanen Pedoman 4 597,357,000 3 Bahan Informasi Bidang Pascapanen Buku ,048,000 4 Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen Laporan 43 3,500,439,000 5 Rapat Koordinasi Pascapanen Rapat 3 542,339,000 6 Layanan Perkantoran Bulan ,820,000 - Alat Pengolah Data Unit ,353,000 - Peralatan Perkantoran Unit 23 91,892,000 7 Rehab kantor Paket 1 198,412,000 B. PROVINSI 64,843,054,000 1 Dekonsentrasi 6,990,500,000 - Bimtek, Monev, Database Provinsi 28 4,750,500,000 - Gerakan Pascapanen Provinsi 9 2,070,000,000 - SIPP Ubikayu Provinsi 1 170,000,000 2 Tugas Pembantuan 57,852,554,000 - Bantuan Sarana Pascapanen Unit ,231,554,000 - Pengawalan, Monev, Database Kabupaten 92 5,621,000,000 C. KABUPATEN 107,000,000 - SIPP Ubikayu Kabupaten 1 107,000,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7

19 d) Kegiatan fasilitasi dukungan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2015 (APBN-P) di DIPA Ditjen Prasarana Dan Sarana Pertanian senilai Rp ,- terdiri dari: 1) Combine Harvester Kecil, 2790 unit, dengan anggaran Rp ,- 2) Vertical Dryer Padi, Kapasitas 3,5-6 ton/proses, 170 unit, dengan anggaran Rp ,- 3) Vertical Dryer Jagung, Kapasitas 3,5-6 ton/proses, 220 unit, dengan anggaran Rp ,- 4) Corn Sheller, 2000 unit, dengan anggaran Rp ,- 5) Power Thresher Multiguna, 1500 unit, dengan anggaran Rp ,- 2. Rancangan Anggaran Dan Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun a) Pagu alokasi anggaran Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan tahun 2016 setelah penghematan 45 Milyar sebesar Rp ,- meliputi kegiatan Pusat Rp ,- Dekon Rp ,- dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp ,- (terdiri dari anggaran dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan7600 unit dengan anggaran sebesar Rp ,- dan anggaran pembinaan, bimtek, monev sebesar Rp di 32 provinsi dan 398 kabupaten). b) Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker PUSAT dengan anggaran Rp ,- dengan rincian kegiatan sebagai berikut : 1) Kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan TA terdiri dari kegiatan Perencanaan dan pelaporan, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8

20 Tabel 2 : Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di Satker Pusat Tahun 2016 (per 31 Desember 2015) NO KEGIATAN ANGGARAN (RP.000) 1 KEGIATAN DIREKTORAT 1,467,264, PERENCANAAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP 1,467,264, Menyusun Kebijakan Program dan Anggaran Direktorat Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 1,467,264,000 A Pedoman/Petunjuk Teknis Kegiatan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 122,239,000 B Renstra Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA ,313,000 C Renja Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA ,772,000 D RKAKL Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA ,750,000 E Rapat Koordinasi Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP 591,450,000 F Buku Saku Kegiatan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil TP TA ,975,000 G Focus Group Discussion 250,765, PELAPORAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP 100,300, LAPORAN BULANAN, TAHUNAN DAN LAKIP 100,300,000 F Laporan Bulanan 51,300,000 G Laporan Tahunan 34,400,000 H LAKIP 14,600, SPI DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TP 1,093,000,000 A Pedoman SPI Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 50,900,000 B Pengawalan SPI Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 642,100,000 C Rapat Evaluasi Kegiatan Direktorat Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 400,000,000 2) Kegiatan Subdit Pascapanen Kegiatan Subdit Pascapanen selegkapnya disajikan pada tabel berikut Tebel 3 : Kegiatan Subdit Pascapanen Tahun 2016 NO 1 KEGIATAN SUBDIT PASCAPANEN 12,331,501, PENGAMANAN SUSUT HASIL PRODUKSI TANAMAN PANGAN 12,331,501, KEGIATAN Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ANGGARAN (RP.000) 1,873,361,000 A Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen TP 213,500,000 C Penguatan Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan ,238,950,000 E Pengawalan Kegiatan Dit PPHTP dan Ditjen Tanaman Pangan 420,911, Melaksanakan Penyaluran Alsintan Pascapanen 10,000,000,000 A Pengadaan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan 10,000,000, Melaksanakan Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 252,276,000 B Pendampingan Gerakan Pascapanen Tanaman Pangan 252,276, Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan penanganan pascapanen TP 205,864,000 D Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen TP 205,864,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9

21 3) Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan selegkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 4 : Kegiatan Subdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 NO KEGIATAN ANGGARAN (RP.000) 2 KEGIATAN SUBDIT PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 3,228,205, PENINGKATAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 3,228,205, Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 1,246,630,000 A Bimbingan Teknis 303,170,000 B Database Sarana Pascapanen dan Pengolahan Tanaman Pangan 422,600,000 C Bahan Informasi Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 127,860,000 D Gelar Teknologi Pengolahan Tanaman Pangan 393,000, Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan penanganan pengolahan hasil 1,981,575,000 D Pengawalan UPSUS Peningkatan Produksi PJK 1,793,500,000 E Monitoring dan Evaluasi 188,075,000 4) Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 5 : Kegiatan Subdit Standardisasi dan Mutu Tahun 2016 NO KEGIATAN ANGGARAN (RP.000) 4 KEGIATAN SUBDIT STANDARDISASI DAN MUTU 1,465,776, PENGEMBANGAN STANDARDISASI DAN MUTU 1,465,776, Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan Standardisasi dan mutu hasil tanaman pangan 802,526,000 A Rapat Koordinasi Pengembangan Mutu Komiditi Strategis TP 447,731,000 B Perumusan SNI Tanaman Pangan 226,095,000 C Bahan Informasi Mutu dan Standardisasi 128,700, Melaksanakan Fasilitasi Sertifikasi 343,700,000 D Pengawalan Penerapan Mutu dan Organik 343,700, Melaksanakan Monitoring, Evaluasi dan pelaporan standarisasi dan mutu 319,550,000 E Monitoring dan Evaluasi 319,550,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10

22 5) Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi selengkapanya disajkikan pada tabel berikut : Tabel 6 : Kegiatan Subdit Pemasaran dan Investasi Tahun 2016 NO KEGIATAN ANGGARAN (RP.000) 5 KEGIATAN SUBDIT PEMASARAN HASIL DAN INVESTASI 4,557,250, PENGEMBANGAN PEMASARAN HASIL DAN INVESTASI 4,557,250, Melaksanakan Sosialisasi dan Bimbingan pengembangan pemasaran hasil dan investasi 919,300,000 E Akselerasi Ekspor Komoditi Tanaman Pangan 371,400,000 H Gelar Potensi dan Peluang Investasi Tanaman Pangan 547,900, Melaksanakan Pengembangan informasi harga 1,237,000,000 B Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar 975,000,000 C Pengembangan Informasi Pasar 262,000, Melaksanakan promosi dan investasi tanaman pangan 2,001,660,000 A Promosi dan Investasi Tanaman Pangan 988,260,000 F Promosi Produk Tanaman Pangan (Dalam dan Luar Negeri) 1,013,400, Melaksanakan pemantauan stok hasil tanaman pangan 274,590,000 D Pemantauan stok Hasil Tanaman Pangan 274,590, Melaksanakan Monitoring, evaluasi dan pelaporan pengembangan pemasaran hasil dan investasi 124,700,000 I Monitoring dan Evaluasi 124,700,000 6) Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian selengkapanya disajikan pada tabel berikut : Tabel 7 : Kegiatan Ketatausahaan dan Kepegawaian Tahun 2016 NO KEGIATAN ANGGARAN (RP.000) 5 KEGIATAN KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN 979,520, KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN 979,520, KETATAUSAHAAN DAN KEPEGAWAIAN 979,520,000 A Ketatausahaan dan Kepegawaian 244,370,000 B Keuangan dan Perlengkapan 57,200,000 C Pengadaan alat pengolah data 510,500,000 D Pengadaan Peralatan Perkantoran 167,450,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11

23 c) Kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker Dekonsentrasi dengan anggaran Rp ,- selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 8 : Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 di Satker Dekonsentrasi (per 31 Desember 2015) No Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Satuan (Rp) Alokasi Anggaran (Rp) 34,204,000 II DEKONSENTRASI 34,204,000 1 Rapat Koordinasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Volume 32 Prov 80,000 2,560,000 2 Bimtek Pascapanen 32 Prov 3,605,000 Gerakan Pascapanen Tanaman Pangan 3 Prov 750,000 a. Gerakan Pascapanen Padi (Sultra) Prov 250,000 b. Gerakan Pascapanen Jagung (Sulteng) Prov 250,000 3 c. Gerakan Pascapanen Kedelai (Sulsel) Prov 250, Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubi Kayu/GHP (Jawa Timur) 1 Prov 130, ,000 Monev Pascapanen 32 Prov 30, ,000 Fasilitasi Pengadaan Sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan 32 Prov 625,000 6 Database Sarana Pascapanen 32 Prov 2,620,000 7 Bimtek Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 32 Prov 60,000 1,920,000 8 Monev Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 32 Prov 30, ,000 9 Database Sarana Pengolahan Hasil Tanaman Pangan 32 Prov 20, , Penerapan Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 26 Prov 80,000 2,080, Fasilitasi sertifikasi pangan organik berbasis kelompok 26 Prov 4,614, Monev dan Evaluasi Standardisasi dan Mutu 26 Prov 30, , Koordinasi Pelayanan Informasi Pasar (PIP) 34 Prov 40,000 1,360, Pengembangan Informasi Pasar (PIP) Provinsi 34 Prov 48,000 1,632, Pengembangan Informasi Pasar (PIP) Kabupaten 276 Prov 18,000 4,968, Pemantauan Stok dan Harga 34 Prov 40,000 1,360, Promosi dan Investasi Tanaman Pangan 33 Prov 50,000 1,650, Monitoring dan Evaluasi Pemasaran dan Investasi TP 33 Prov 30, ,000 d) Kegiatan dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di satker Tugas Pembantuan Provinsi, dengan anggaran sebesar Rp ,- selengkapanya disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12

24 Tabel 9 : Kegiatan Dukungan Sarana Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan di satker Tugas Pembantuan Provinsi Tahun 2016 NO SARANA VOLUME (UNIT) SATUAN (RP.000) ANGGARAN (RP.000) ALOKASI 1 Combine Harvester Kecil , ,020, Prov, 247 Kab 2 Combine Harvester Sedang , ,000, Prov, 233 Kab 3 Combine Harvester Besar ,000 97,000, Prov, 74 Kab 4 Vertical Dryer Padi 30 Ton/proses 2 2,749,000 5,498,000 1 Prov, 1 Kab 5 Vertical Dryer Padi 3,5-6 Ton/proses 3 794,000 2,382,000 1 Prov, 1 Kab 6 Power Thresher ,000 19,000, Prov, 197 Kab 7 Fasilitasi RMU ,000 37,400, Prov, 95 Kab 8 Corn Sheller ,000 56,000, Prov, 193 Kab 9 Vertical Dryer Jagung 3,5-6 Ton/proses 1 814, ,000 1 Prov, 1 Kab 10 UPH JAGUNG ,000 9,000, Prov, 37 Kab 11 Power Thresher Multiguna (Wilayah Barat) ,000 7,392, Prov, 85 Kab 12 Power Thresher Multiguna (Wilayah Timur) 36 30,000 1,080,000 5 Prov, 15 Kab 13 UPH KEDELAI ,000 4,500, Prov, 21 Kab 14 SARANA PENGANGKUT ,000 15,000, Prov, 283 Kab TOTAL ,086,000 e) Alokasi dukungan sarana pengolahan dan pemasaran hasil tanaman pangan di 32 provinsi pada 398 kabupaten, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 10 : Alokasi Dukungan Sarana Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 NO. SATKER COMBINE HARVESTER KECIL (UNIT) COMBINE HARVESTER SEDANG (UNIT) COMBINE HARVESTER BESAR (UNIT) VERTIKAL DRYER PADI + BANGUNAN KAP 30 TON/PROSES (UNIT) VERTIKAL DRYER PADI + BANGUNAN KAP 3,5-6 TON/PROSES (UNIT) POWER THRESHER (UNIT) FASILITASI RMU + BANGUNA N (UNIT) UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT TOTAL ALOKASI 1,954 1, ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG DKI JABAR JATENG DI YOGYAKARTA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13

25 NO. SATKER COMBINE HARVESTER KECIL (UNIT) DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 COMBINE HARVESTER SEDANG (UNIT) COMBINE HARVESTER BESAR (UNIT) VERTIKAL DRYER PADI + BANGUNAN KAP 30 TON/PROSES (UNIT) VERTIKAL DRYER PADI + BANGUNAN KAP 3,5-6 TON/PROSES (UNIT) POWER THRESHER (UNIT) FASILITASI RMU + BANGUNA N (UNIT) UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT UNIT 13 JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU PAPUA MALUT BANTEN BABEL GORONTALO KEPRI PAPUA BARAT SULBAR KALTARA DUKUNGAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2016 NO. SATKER VERTIKAL DRYER JAGUNG + CORN SHELLER POWER THRESHER SARANA PENGANGKUT HASIL BANGUNAN KAP 3,5-6 (UNIT) MULTIGUNA (UNIT) PERTANIAN (UNIT) TON/PROSES (UNIT) UNIT UNIT UNIT UNIT TOTAL ALOKASI 2, ACEH SUMUT SUMBAR RIAU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG DKI JABAR JATENG DI YOGYAKARTA JATIM KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM SULUT SULTENG SULSEL SULTRA BALI NTB NTT MALUKU PAPUA MALUT BANTEN BABEL GORONTALO KEPRI PAPUA BARAT SULBAR KALTARA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14

26 B. Pedoman Bidang Pascapanen 1. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan. Pedoman pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2015 bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota sehingga kegiatan menjadi lebih terarah. Pedoman pelaksanaan bersifat umum, sehingga dalam aplikasinya harus dijabarkan kedalam pedoman teknis dan dijabarkan di tingkat Provinsi dan Kabupaten. Diperlukan koordinasi yang baik antara Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan. Keberhasilan program dan kegiatan, sangat tergantung kepada komitmen semua pihak (stakeholder) yang terkait baik tingkat Pusat dan Daerah. Melalui pedoman pelaksanaan Kegiatan Pascapanen Tanaman Pangan diharapkan program dan kegiatan dari APBN Tahun Anggaran 2015 dapat terlaksana dengan baik sehingga menyelamatkan hasil dan menurunkan susut hasil tanaman pangan. Tujuan Pedoman Pelaksanaan penanganan pascapanen tanaman pangan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan, sehingga dapat berjalan secara efektif, efisien, akuntabel dan transparan, serta sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan antara lain : a. Meningkatnya pemahaman atau persamaan persepsi petugas di Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan agar dalam pelaksanaan kegiatan dapat lebih terarah dan sesuai anggaran yang tersedia. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15

27 b. Meningkatnya koordinasi dalam pelaksanaan Program dan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan antara pihak pelaksana di tingkat Pusat dan Daerah. c. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran pascapanen tanaman pangan sehingga mempermudah dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan. d. Memberikan penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan kegiatan pascapanen tanaman pangan dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh berbagai pihak yang terlibat termasuk Dinas Pertanian Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan poktan/gapoktan. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan, dilengkapi dengan tabel dan lampiran penting sebagai referensi lokasi yang lebih rinci terkait program dan kegiatan. 2. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. a. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Kegiatan. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dirancang untuk memberikan pembekalan yang memadai bagi pimpinan dan pegawai lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan agar dapat melaksanakan pembinaan atas penyelenggaran SPI dan meningkatkan efektifitas pengawasan dan pengendalian di lingkungan masing-masing instansi. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan bertujuan: 1) Mewujudkan pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16

28 keuangan dan kegiatan, pengamanan aset negara dan taat terhadap peraturan perundang-undangan 2) Sebagai petunjuk pelaksanaan bagi Tim SPI dalam melakukan penilaian penerapan sistem pengendalian intern di lingkup. 3) Mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya. Sasaran penyusunan Juklak SPI Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan adalah terlaksananya kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel. Ruang lingkup pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) yang dijabarkan ke dalam masing-masing Kegiatan Utama di lingkungan, meliputi unsur-unsur berikut : 1) Lingkungan pengendalian Pimpinan dan seluruh pegawai Direktorat Pascapanen harus mampu menciptakan dan memelihara lingkungan dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap pengendalian intern dan manajemen yang sehat. 2) Penilaian risiko Pengendalian intern harus mampu memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi, baik dari luar maupun dari dalam. 3) Kegiatan pengendalian Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17

29 4) Informasi dan komunikasi Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain sesuai ketentuan. Informasi disajikan dalam bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga memungkinkan pimpinan secara berjenjang melaksanakan pengendalian dan tanggung jawabnya. 5) Pemantauan pengendalian intern Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja baik secara kualitatif dan kuantitatif dari waktu ke waktu serta memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti. Kegiatan Utama yang menjadi fokus dari kegiatan pemantauan, pengendalian dan evaluasi sebagai berikut : 1) Kegiatan Ketatausahaan meliputi : a) Monitoring Kehadiran Pegawai; b) Mengurus Kartu Taspen, BPJS, Karpeg dan Karsu/Karis/ KORPRI; c) Penyusunan Rencana Kebutuhan dan Pengembangan Pegawai ; d) Menyiapkan Bahan dan Memproses Daftar Penilaian Kinerja Pegawai ; e) Menyusun Daftar Urut Kepangkatan (DUK) ; f) Menyajikan Data SIMPEG; g) Menyiapkan Bahan Penyusunan SKP, ANJAB dan ABK; h) Usulan Pencairan Anggaran Perjalanan 2) Kegiatan Teknis meliputi : a) Perencanaan Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ; b) Penyusunan Rencana Strategi ; c) Penyusunan Pedoman Pelaksanaan/Pedoman Teknis ; d) Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; e) Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; f) Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; g) Penyusunan Bahan Informasi Bidang Pascapanen (Buku, Leaflet, Booklet) ; h) Pengukuran Susut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18

30 Hasil Pascapanen Tanaman Pangan ; i) Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; j) Sosialisasi Penerapan Pascapanen Ubikayu (GHP) ; k) Pertemuan/Rapat Koordinasi/ Focus Group Discussion (FGD) Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; l) Visualisasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan ; m) Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan ; n) Laporan Bulanan, Laporan Tahunan dan Bahan Rapim ; o) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pengendalian kegiatan melalui SPI diharapkan dapat : 1) Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan secara berkala. 2) Meningkatkan akuntabilitas kinerja kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan. 3) Mengantisipasi sedini mungkin permasalahan dan kendala yang dihadapi pada setiap tahapan kegiatan pengelolaan anggaran penanganan pascapanen tanaman pangan, 4) Mencegah terjadinya kerugian negara. b. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN. Untuk mendukung pembangunan subsektor tanaman pangan, mengalokasikan kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman pangan dalam bentuk anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Secara keseluruhan kegiatan dan anggaran pengelolaan pascapanen tanaman pangan dialokasikan di 32 Provinsi dan 207 Kabupaten/Kota, berupa Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan, Penyusunan Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan, Rapat Koordinasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19

31 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan, dan Evaluasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan TA Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan perlu melakukan pengendalian atas pelaksanaan Program/Kegiatan Pascapanen Tanaman pangan khususnya Bantuan sarana pascapanen secara komprehensif baik pusat maupun daerah melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan sehingga dapat melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Periode Pengendalian Kegiatan/Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen APBN Dilakukan per triwulan selama tahun anggaran yaitu : 1) Triwulan I : Bulan Januari Maret ) Triwulan II : Bulan April Juni ) Triwulan III : Bulan Juli September ) Triwulan IV : Bulan Oktober Desember 2015 c. Petunjuk Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI) Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P. memberikan dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dari dana APBN-P TA 2015 dalam bentuk sarana pascapanen tanaman pangan berupa sarana Combine Harvester Kecil, Vertical Dryer Padi, Corn Sheller, Vertical Dryer Jagung dan Power Thresher Multiguna. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan perlu melakukan pengendalian atas pelaksanaan Program/Kegiatan Pascapanen Tanaman pangan khususnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20

32 bantuan sarana pascapanen secara komprehensif baik pusat maupun daerah melalui pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern (SPI). Sistem Pengendalian Intern diharapkan dapat mengidentifikasi terjadinya penyimpangan atas pelaksanaan kegiatan sehingga dapat melakukan tindakan koreksi atau perbaikan bagi pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, transparan, kehandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Periode pengendalian kegiatan APBN-P dilakukan per triwulan selama tahun anggaran yaitu : 1) Triwulan II : Bulan April Juni ) Triwulan III : Bulan Juli September ) Triwulan IV : Bulan Oktober Desember 2015 Pelaksanaan pengendalian kegiatan bantuan sarana pascapanen dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten. 1. Tingkat Pusat : a) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Provinsi. b) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21

33 2. Tingkat Provinsi a) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Provinsi. b) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan. 3. Tingkat Kabupaten a) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen di tingkat Kabupaten. b) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan di tingkat Kabupaten sampai ke tingkat poktan/gapoktan. Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) SPI Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN dan APBN-P bertujuan untuk: 1) Mewujudkan pelaksanaan pengendalian kegiatan bantuan sarana pascapanen yang efektif dan efisien, laporan keuangan handal, pengamanan aset negara dan taat terhadap peraturan perundangundangan; 2) Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana dan mengantisipasi secara dini permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusi pemecahannya; 3) Memberikan panduan bagi unit kerja/satker lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam pelaksanaan SPI kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dana APBN-P. Sasaran penyusunan Juklak SPI ini adalah : 1) Tercapainya tujuan pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan secara efektif, efisien, transparan, dan akuntabel; 2) Terciptanya peningkatan akuntabilitas kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, provinsi dan kabupaten; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22

34 3) Tercapainya peningkatan manajemen pengelolaan bantuan sarana pascapanen di pusat, provinsi dan kabupaten. Dalam implementasinya, SPI harus dilaksanakan secara komprehensif dan penuh tanggung jawab sesuai ketentuan dengan melibatkan semua pihak terkait. Untuk itu diperlukan dukungan dan komitmen yang kuat dalam hal kebijakan dan pembinaan dalam pelaksanaannya. C. Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan yang dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2015 merupakan upaya Pemerintah dalam memberdayakan poktan/gapoktan, melalui pengelolaan dana Belanja Bantuan Sosial dalam bentuk barang, sehingga prosedur pengadaan dan penyaluran barang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 1) APBN Besarnya nilai bantuan sarana pascapanen tanaman pangan untuk masing-masing komoditas telah ditentukan dalam DIPA APBN Tahun 2015 dan dialokasikan pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi di masingmasing Satker Dinas Pertanian Provinsi. Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 difokuskan khusus untuk sarana pascapanen jagung, dengan jumlah bantuan sarana pasapanen jagung sebanyak 212 unit senilai Rp ,- yang dibagi menjadi dua yaitu bantuan sarana pascapanen jagung untuk kawasan dan untuk regular. Jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN sebagai berikut : a. Sarana pascapanen jagung (kawasan): 1) Corn sheller (alat pemipil jagung) per unit senilai Rp ,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23

35 2) Vertical dryer jagung + bangunan senilai total Rp ,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Dengan rincian Vertical Dryer seharga Rp ,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah), dengan implement tambahan Crusher seharga Rp ,- (dua puluh tiga juta rupiah), dan bangunan seharga Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. 3) Corn Combine Harvester (mesin pemanen jagung) per unit senilai Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. b. Sarana pascapanen jagung (reguler): a) Corn Sheller (pemipil jagung) per unit senilai Rp ,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 90 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten. b) Flat Bed Dryer + bangunan senilai total Rp ,- (tiga ratus lima puluh sembilan juta rupiah) sebanyak 35 unit dialokasikan di 21 Provinsi, 35 Kabupaten. Flat Bed Dryer senilai Rp ,- (dua ratus sepuluh juta rupiah) sedangkan bangunan senilai Rp ,- (seratus empat puluh sembilan juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. c) Corn Combine Harvester (mesin pemanen jagung) per unit senilai Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 7 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. d) Power Thresher Multiguna (mesin perontok serbaguna) senilai Rp ,- (dua puluh delapan juta lima ratus lima puluh empat ribu rupiah) sebanyak 1 unit dialokasikan di 1 Provinsi, 1 Kabupaten. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24

36 Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan tersebut harus sesuai dengan dengan spesifikasi teknis minimal yang terdapat pada Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan. Khusus pengadaan sarana pengering (dryer) sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan/rehab bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia, poktan/gapoktan terpilih harus menyiapkan bangunan secara swadaya untuk penempatan sarana pengering tersebut. Seluruh bantuan peralatan dan mesin wajib dilakukan uji operasional, setelah bantuan diserahterimakan kepada poktan/gapoktan terpilih. 2) APBN-P Kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun 2015, berada di DIPA PSP dan dikelola oleh satker PSP. Berdasarkan DIPA PSP, pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi untuk kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman sebesar Rp ,- yang terdiri dari anggaran pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar Rp ,- dan anggaran pembinaan sebesar Rp ,- Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana Pascapanen Tanaman Pangan sumber dana APBN-P sebesar Rp ,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sumber APBN-P menjadi Rp ,- (semula Rp naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan Dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp ,- (semula Rp ,- naik 8,28%) dan pembinaan/monev sebesar Rp , (semula Rp ,- naik 2,78%) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25

37 Sesuai penambahan Pagu Anggaran, maka terdapat perubahan jumlah bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P semula menjadi 7.499, dengan rincian sebagai berikut : a. Combine Harvester Kecil senilai Rp ,- (seratus tiga puluh juta rupiah) semula unit menjadi unit. b. Vertical Dryer Padi senilai Rp ,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) semula 170 unit berkurang menjadi 166 unit dengan rincian: paket sarana dryer senilai Rp ,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. c. Corn Sheller senilai Rp ,- (tiga puluh juta rupiah) semula unit menjadi unit. d. Vertical Dryer Jagung senilai Rp ,- (sembilan ratus tiga puluh lima juta rupiah) semula 220 unit berkurang menjadi 207 unit dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp ,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan; e. Power Thresher Multiguna senilai Rp ,- (tiga puluh juta rupiah) semula unit menjadi unit; f. Penambahan alokasi Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit. g. Penambahan alokasi Flat Bed Dryer Padi sebanyak 6 unit. h. Penambahan alokasi Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit. 3) Kriteria Calon Penerima Bantuan Sosial Kriteria calon penerima bantuan social berupa barang disusun sebagai dasar untuk melakukan seleksi calon penerima bantuan agar sesuai dengan kriteria dan persyaratan yang ditentukan. Kriteria calon penerima bantuan mencakup kriteria calon petani, kriteria calon lokasi dan kriteria teknis. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26

38 a) Kriteria Calon Penerima (poktan/gapoktan) (1) Penerima bantuan sarana pascapanen jagung diarahkan untuk mendukung program swasembada; (2) Penerima bantuan sarana pascapanen jagung adalah kelompok (poktan/gapoktan) yang telah dikukuhkan lembaga/instansi yang berwenang dan memenuhi persyaratan administrasi kelompok dan harus ada titik kordinat lokasi kelompok; (3) Bersedia, mampu dan mengoptimalkan bantuan sesuai dengan Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan; (4) Bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan sarana pascapanen tanaman pangan yang diterimanya dengan baik; (5) Harus dapat memanfaatkan bantuan sarana pascapanen bagi seluruh anggota kelompok dan dapat dikembangkan untuk membantu poktan/gapoktan disekitarnya; (6) Dapat mengelola bantuan sarana pascapanen tersebut secara profesional sehingga memberikan keuntungan bagi poktan/gapoktan; (7) Memiliki komitmen menyediakan biaya operasional kegiatan usaha sarana pascapanen tersebut; (8) Kelompok penerima dalam memanfaatkan bantuan harus berintegrasi dengan unit pengelola alsintan/ UPJA dalam atau di luar kelompok; (9) Sarana pascapanen jagung harus dimanfaatkan untuk seluruh anggota kelompok dan dapat dimobilisasi ke kelompok di sekitarnya atau di wilayah lain; Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27

39 (10) Bantuan sarana diletakkan dalam kawasan yang terkonsolidasi dalam unit prosesing yang melayani pascapanen di sentra produksi jagung dan dapat tersebar secara proporsional pada kawasan dengan luasan tertentu dalam suatu kendali pengelolaan unit usaha gapoktan; (11) Dapat bermitra dengan swasta untuk menjalin keberlanjutan sarana pascapanen jagung; (12) Ketentuan tentang kemitraan dengan swasta harus dituangkan dalam dokumen tertulis yang memuat hak dan kewajiban para pihak, yang diketahui Kepala Dinas Pertanian setempat selaku penanggungjawab program pertanian; (13) Belum pernah menerima bantuan sarana pascapanen yang sejenis dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Instansi Lain; (14) Khusus penerima bantuan sarana pengering (dryer) harus mampu menyediakan lahan untuk menempatkan dryer tersebut yang dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna pakai; (15) Kelompok penerima harus membuat analisa rencana pemanfaatan sarana; (16) Kelompok penerima harus membuat laporan pemanfaatan dan analisa usaha dan bersedia menyampaikan laporan secara berkala dan berjenjang kepada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/Provinsi dan Pusat (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan cq. Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan). (17) Bersedia untuk dipindahkan ke lokasi lain jika poktan/gapoktan tidak mampu memanfaatkan bantuan sarana pascapanen yang diterima (tidak operasional lagi). Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28

40 b) Kriteria Calon Lokasi Penerima Barang (1) Poktan/gapoktan penerima bantuan berada di lokasi sentra produksi jagung; (2) Penerima bantuan sarana pascapanen berada di lokasi peningkatan produktivitas; (3) Poktan/gapoktan penerima bantuan berada dalam wilayah Dinas Pertanian Kabupaten/Kota sesuai kriteria yang telah ditetapkan, aktif dan mempunyai komitmen serta mau bekerjasama baik dengan lingkungan maupun dengan Pemerintah dalam mendukung pembangunan pertanian khususnya tanaman pangan; (4) Calon lokasi poktan/gapoktan layak dan/atau berpotensi ditumbuhkembangkan usaha pertanian. 4) Kriteria Calon Lokasi Penerima barang di Kawasan Pengembangan Jagung a) Berada dalam satu kawasan yaitu areal yang berdekatan (tidak harus dalam satu hamparan dan diupayakan berada dalam satu wilayah adminstrasi tetapi boleh lintas wilayah) seperti kriteria yang telah ditetapkan oleh DIrektorat Budidaya Serealia dengan mempertimbangkan aspek ekonomi yang meliputi distribusi dan logistik sarana pascapanen; b) Daerah yang berpotensi untuk pengembangan, yaitu yang provitasnya masih rendah (<5 ton/ha) dan petaninya berpengalaman menanam jagung; c) Satu kawasan dibagi dalam 25 hektar dan satu kawasan terdiri dari 20 unit dan jika luas wilayah kerja bukan kelipatan 25 hektar maka 1 unit bisa gabungan dari 2 atau lebih kelompok tani tetangga (yang berdekatan); d) Diharapkan dibentuk gabungan kelompok tani atau unit usaha organisasi yang memayungi seluruh kelompok tani. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29

41 Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN dan APBN-P. a. APBN Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN tahun 2015 meliputi realisasi fisik 205 unit (96,70% dari target 212 unit) dan realisasi keuangan sebesar Rp ,- (77,39% dari Pagu Rp ,-), rincian realisasi APBN selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 11 : Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN NO APBN Ket : Posisi s/d 31 Desember 2015 Realisasi Realisasi Rp % % (Rp) (unit) unit Rp 1 Corn Sheller 4,356,000, ,311,402, ,311,402, ,044,597, Flat Bed Dryer 12,565,000, ,368,612, ,368,612, ,387, ,000, Corn Combine Harvester 7,500,000, ,061,805, ,061,805, ,938,195, ,000, Vertical Dryer Jagung 27,782,000, ,868,535, ,654,065, ,913,465, ,214,470, Jenis Sarana Power Thresher Multiguna Total Pagu Target NILAI KONTRAK BASTB Realisasi s/d 31 Desember 2015 % thd kontrak SISA MATI/TIDAK TERSERAP % Rp % 28,554, ,168, ,168, ,385, ,231,554, ,635,523, ,421,053, ,378,030, ,432,470, SP2D % thd pagu PENGHEMATAN/ EFISIENSI Rp b. APBN-P Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN-P tahun 2015 meliputi realisasi fisik unit (98,09 % dari target unit) dan realisasi keuangan sebesar Rp ,- (87,25% dari Pagu Rp ,-), rincian realisasi APBN-P selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30

42 Tabel 12 : Realisasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Penanganan Pascapanen APBN-P NO REVISI DIPA APBN-P Realisasi Realisasi Rp % % (Rp) (unit) unit Rp 1 Combine Harvester Kecil*) 396,048,222,000 3, ,821,132, , ,821,132, ,227,089, Jenis Sarana Vertical Dryer Padi (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab Pagu Setelah Revisi DIPA 13 Nov 2015 Target Revisi NILAI KONTRAK 154,788,701, ,572,289, ,572,289, ,401,411, ,000, Corn Sheller 61,841,023,000 2,088 50,392,031, , ,392,031, ,448,991, BASTB Realisasi s/d tgl 31 Desember SP2D % thd pagu % thd kontrak PENGHEMATAN/ EFISIENSI SISA MATI/TIDAK TERSERAP Rp % Rp % 4 Vertical Dryer Jagung (kap 3,5-6 ton) +Bangunan/Rehab 190,920,339, ,972,883, ,442,909, ,077,455, ,399,973, Power Thresher Multiguna 53,245,087, ,963,462, ,963,462, ,945,487, ,336,137, Combine Harvester Besar 50,277,980, ,149,820, ,149,820, ,128,160, Flat Bed Dryer 4,239,900, ,146,040, ,146,040, ,860, Corn Combine Harvester 3,807,150, ,746,750, ,746,750, ,400, Total Revisi anggaran penghematan 915,168,402,000 7, ,764,409, , ,234,435, ,382,855, ,551,110, Combine Harvester Kecil lampung 690,400, ,400,000 Combine Harvester Besar Lampung 8,619,500, ,619,500, Combine Harvester Besar Sulteng 5,949,863, ,949,863,432 Total Realisasi setelah revisi 915,168,402,000 7, ,024,172, , ,494,198, ,144,229, ,551,110, Ket : Posisi s/d 31 Desember 2015 Realisasi fisik dan keuangan dukungan sarana pascapanen sumber APBN dan APBN-P per jenis alat per Provinsi, selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran Realisasi penyerapan anggaran Dukungan sarana Pascpanen APBN dan APBN-P tidak mencapai target (100%) karena beberapa kegiatan tidak dilaksanakan, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31

43 Tabel 13 : Kegiatan Sarana Pascapanen APBN dan APBN-P Yang Tidak Dilaksanakan NO PROVINSI BANTUAN YANG TIDAK DIREALISASI JUMLAH (UNIT) NILAI (Rp) PERMASALAHAN TINDAKLANJUT a. APBN 1. Sumatera Barat a. Flat Bed Dryer 1 359,000,000 Provinsi Sumatera Barat, provinsi Sumatera Barat dan kalimantan Utara Kalimantan Utara sarana pascapanen tidak pada tahun 2016 tidak dialokasikan b. Corn Combine Harvester 1 500,000,000 terserap karena dengan alasan bukan sentra alat sarana pascapanen Jagung dan tidak sesuai kebutuhan 2. Kalimantan Utara Flat Bed Dryer 1 359,000,000 poktan/gapoktan 3. Nusa Tenggara Timur Vertical Dryer Jagung + Bangunan 4 3,214,470,000 Provinsi Nusa Tenggara Timur sarana pascapanen tidak terserap karena kesalahan KPPN menginformasikan batas akhir pembayaran Pada tahun 2016 akan dialokasikan anggaran b. APBN-P 1. Aceh Vertical Dryer Jagung + Bangunan 2. Sumatera Selatan Vertical Dryer Padi + Bangunan 2 1,870,000,000 Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera selatan sarana pascapanen tidak terserap karena 1 815,000,000 ada kesalahan operator Ditjen PSP pada saat revisi dalam menginput data Tidak dialokasikan anggaran pada tahun Kalimantan Selatan Bangunan Vertical Dryer Jagung 3. Nusa Tenggara Timur Bangunan Vertical Dryer Jagung 1 162,110,700 Provinsi Kalimantan Selatan tidak Tidak dialokasikan anggaran bangunan semuanya terserap (1 bangunan) karena pada 2016 wanprestasi (hanya realisasi 30% senilai Rp dari pagu kontrak bangunan per unit Rp ), tidak realisasi sebesar Rp ,- 6 1,367,862,857 Provinsi NTT tidak semuanya terserap (6 Dinas Prov NTT akan mengakomodir bangunan) karena wanprestasi melalui APBD 4. Sulawesi Selatan Power Thresher Multiguna 148 4,440,000,000 Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Kaltara sarana pascapanen (PTM) tidak terserap 5. Kalimantan Utara Power Thresher Multiguna ,137,000 Pusat telah berupaya mendorong daerah menyerap bantuan namun daerah tidak sanggup dengan alasan keterbatasan waktu D. Bahan Informasi Bidang Pascapanen 1. Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Kondisi penanganan pascapanen tanaman pangan yang terjadi saat ini antara lain belum memadainya sarana dan teknologi pascapanen, pengetahuan dan keterampilan petani, serta kepedulian dan kesadaran dalam penanganan pascapanen belum optimal, oleh sebab itu, penyusunan database pascapanen dianggap perlu dilaksanakan untuk memberikan gambaran tentang aspek ketersedian sarana pascapanen, kelembagaan dan sistem operasional serta permasalahan- permasalahan yang dihadapi dalam penanganan pascapanen tanaman pangan. Database sarana pascapanen tanaman pangan merupakan bagian dari sistem informasi pertanian, dan merupakan dasar bagi pemakai data untuk mengambil suatu kesimpulan. Buku database sarana pascapanen berisikan data sebaran sarana pascapanen tanaman pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32

44 Penyusunan buku Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan merupakan penyusunan tahun ketiga yang bersumber dari data skunder yang diperoleh melalui pengumpulan data dari tahun 2013 sampai tahun Tujuan Updating database sarana pascapanen adalah a. Menyediakan database sarana pascapanen tanaman pangan. b. Memberikan informasi sebaran sarana pascapanen kepada petugas dan pemangku kepentingan. c. Sebagai informasi dasar untuk menentukan wilayah pertanian yang berbasis mekanisasi. Metode pelaksanaan pengumpulan database sarana pascapanen dilakukan melalui: a. Pengumpulan data primer melalui konsultasi ke instansi terkait dan wawancara kepada petugas dan petani. b. Pengumpulan data skunder, instansi pusat, provinsi, kabupaten/kota dan instansi terkait c. Literature/Pustaka Pelaksanaan pengumpulan database sarana pascapanen dilakukan di 9 (sembilan) Provinsi antara lain Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Kalimantan Tengah. Kendala yang ditemukan adalah data yang ada bukan merupakan data terbaru, data pada umumnya tidak tersimpan dalam satu unit kerja, dan sistem database Dinas Petanian dan Provinsi yang kurang baik menyebabkan data sulit diperoleh. Updating Database Sarana Pascapanen Tanaman Pangan selanjutnya disusun agara dapat memberikan gambaran sebaran sarana pascapanen jagung dan kedelai yang disertai dengan peta sebaran untuk memudahkan dalam melihat data sebaran pada setiap Kabupaten dan Provinsi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33

45 2. Bahan Informasi Pascapanen Penanganan pascapanen tanaman pangan, umumnya masih ditangani secara tradisional dan relatif tertinggal, yang ditandai oleh penggunaan sarana pascapanen yang sederhana dan kurang optimal. Permasalahan yang mendasar dalam hal penanganan pascapanen tanaman pangan antara lain besarnya susut hasil yang terjadi, terbatasnya sumber daya manusia dan terbatasnya penerapan teknologi, keterbatasan modal, serta pelaksanaan penanganan pascapanen yang masih tradisional dan turuntemurun. Buku data dan informasi teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan dapat sebagai bahan informasi bagi petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota, petugas lapang/penyuluh serta petani dalam melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar. Tujuan dari pembuatan bahan informasi adalah meningkatkan akses petugas dan petani dalam rangka penerapan teknologi pascapanen tanaman pangan, sehingga kesadaran dan pemahaman petani terhadap penanganan pascapanen menjadi lebih baik. Dengan demikian susut hasil (losses) yang tinggi dan rendahnya mutu komoditas yang dihasilkan akan dapat diperbaiki. Penyusunan bahan data dan informasi penanganan pascapanen tanaman pangan diharapkan memberikan manfaat kepada petugas dan petani, sehingga dapat memperoleh informasi yang terkini perkembangan teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan. Bahan Informasi Pascapanen meliputi : a. Bahan Informasi Pascapanen Padi Bahan Informasi Subdit Padi meliputi perbanyakan Booklet, leafleat, DVD Visualisasi Penanganan Pascapanen Padi dan Buku Penanganan Pascapanen Padi Yang baik dan Benar. Bahan informasi penanganan pascapanen padi yang dihasilkan sebagai berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 34

46 1. Booklet, leafleat dan DVD Visualisasi Penanganan Pascapanen Padi berisi tentang informasi teknologi penanganan pascapanen padi dari mulai tahap pemanenan, pengumpulan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, pengemasan dan penyimpanan. Tujuan kegiatan tersebut memberikan panduan kepada para petani, petugas lapangan dan pelaku pascapanen lainnya, sehingga dapat menerapkan teknologi penanganan pascapanen padi dalam upaya menurunkan tingkat kehilangan hasil padi dan mempertahankan mutu gabah/beras. 2. Buku GHP berisi panduan bagi petani, pelaku usaha pascapanen, dan pemangku kepentingan dalam penerapan caracara penanganan pascapanen yang baik, khususnya untuk komoditas padi. Buku GHP menguraikan Teknologi penanganan pascapanen padi yang baik dan benar (Good Handling Practices) yang diterjemahkan ke dalam langkah-langkah operasional/ Standar Operasional Prosedur (SOP) secara terperinci tentang penanganan dalam masing-masing tahapan penanganan pascpanen padi yang baik dan benar. Kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya simpan dan daya guna hasil panen padi agar dapat menunjang usaha penyediaan pangan masyarakat. Penanganan pascapanen padi tidak hanya menurunkan susut hasil secara kuantitatif, namun juga menjaga atau memperbaiki kualitas padi b. Bahan Informasi Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Kegiatan Penyusunan Bahan Informasi Bidang Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dalam bentuk booklet, leaflet dan bulletin. Bahan Penyusunan informasi diperoleh dari hasil kunjungan ke daerah, konsultasi ke instansi terkait, perguruan tinggi dan balai penelitian. Pengumpulan bahan informasi pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu : Jawa Barat dan Jawa Timur Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35

47 Bahan informasi penanganan pascapanen jagung dan serealia lain yang dihasilkan sebagai berikut : 1) Booklet Booklet pertama berisikan informasi tentang jagung dan prospeknya, dan Booklet kedua berisikan informasi tentang pola tanam dan pengeringan jagung 2) Leaflet Leaflet pertama berisikan informasi tentang sekilas aflatoksin, dan Leaflet kedua berisikan informasi tentang pengeringan jagung. 3) Buletin Buletin pertama berisikan informasi penanganan pascapanen sorgum, dan Buletin kedua berisikan informasi tentang saat kualitas hasil panen jagung menjadi penentu. Seluruh bahan informasi ini disusun dengan harapan dapat memberikan tambahan informasi yang menjelaskan tentang penanganan pascapanen secara baik dan benar sehingga dapat menjadi acuan bagi petugas dinas provinsi/kabupaten/ kota dan petani dalam menjawab permasalahan di lapangan. c. Bahan Informasi Pascapanen Kedelai. Bahan informasi pascapanen kedelai dan aneka kacang diperoleh melalui konsultasi ke instansi terkait dan kunjungan lapangan ke Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Informasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang disajikan dalam bentuk booklet dan leaflet Teknologi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Kacang Hijau. Booklet dan leaflet teknologi penanganan pascapanen kedelai dan kacang hijau disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang teknologi penanganan pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 36

48 kedelai dan kacang hijau yang baik dan benar, dalam hal ini memuat pemanenan, pengeringan, pembijian/perontokan polong, sortasi dan penyimpanan untuk mengurangi tingkat susut hasil dan meningkatkan mutu/kualitas komoditi kedelai dan kacang hijau. Booklet dan leaflet memuat informasi sebagai berikut : 1) Pemanenan Pemanenan merupakan hal penting untuk diperhatikan agar diperoleh mutu produk yang baik serta tingkat susut hasil yang rendah. Tahap pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain umur panen yang tepat dan cara panen yang benar. Umur panen yang tepat biasanya tergantung varietas, umunya dilakukan antara hst. Cara panen kedelai yang benar yaitu dengan cara disabit, sedangkan untuk kacang hijau umumnya dengan cara dipetik. 2) Pengeringan Pengeringan kacang hijau dapat berupa pengeringan polong, pengeringan brangkasan maupun pengeringan biji. Pengeringan brangkasan maupun pengeringan polong biasanya dilakukan di lahan selama 1 2 hari dengan bantuan sinar matahari dan dialasi terpal, sedangkan pengeringan biji dilakukan apabila polong maupun brangkasan sudah dirontokkan. Pengeringan kedelai dapat berupa pengeringan brangkasan maupun pengeringan biji. Pengeringan brangkasan biasanya dilakukan di lahan selama 2-4 hari dengan bantuan sinar matahari dan dialasi terpal.sedangkan pengeringan biji biasanya dijemur selama 1 hari dan umumnya digunakan untuk benih. 3) Perontokan Perontokkan polong dilakukan setelah melakukan penjemuran. Polong yang telah kering dirontokkan untuk mendapatkan biji. Perontokan dapat dilakukan secara manual dengan dipukul Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37

49 menggunakan alat pemukul dari kayu atau dirontokkan dengan mesin perontok. Setelah biji terlepas dari polong kemudian ditampi untuk memisahkan biji dari kulitnya, atau dapat digunakan alat pembersih yang terdiri dari satu ayakan/blower maupun dengan cara ditampi,selanjutnya dikeringkan untuk mendapatkan kadar air yang sesuai untuk penyimpanan. 4) Penyimpanan Penyimpanan merupakan salah satu tahapan penanganan pascapanen yang perlu diperhatikan untuk menjaga mutu/kualitas. Setelah melakukan perontokkan dan sortasi, biji ditampung ke dalam wadah yang ditutup rapat, bersih dan kering. Sirkulasi udaranya harus baik dan bebas dari hama dan penyakit. Untuk keperluan benih, biji yang telah disortir disimpan dalam blek benih. Sebelum blek ditutup, dianjurkan diberi abu dapur kering atau insektisida sebagai penolak hama bubuk. Setelah itu blek harus ditutup rapat sehingga udara tidak dapat masuk. Kadar air benih yang aman untuk disimpan yaitu 11-12%. 3. Visualisasi Penanganan Pascapanen Jagung. Visualisasi penanganan pascapanen jagung adalah rangkaian kegiatan tahapan penanganan pascapanen jagung yang dirangkum dalam rekaman video yang bertujuan untuk mempermudah dalam sosialisasi penanganan pascapanen jagung yang baik dan benar. Dalam kegiatan visualisasi dipersiapkan tahapan penanganan pascapanen mulai dari panen hingga pengangkutan. Pada tahap pemanenan diperlukan 5 orang pembantu lapang untuk memperagakan cara cara panen mulai dari panen tegakan yaitu panen dengan cara di potong batang atas terlebih dahulu, panen yang direbahkan dengan cara memotong batang bawah terlebih dahulu dan panen yang langsung memetik tongkol jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 38

50 Tahap pemipilan menggunakan Corn Sheller menampilkan cara penggunaan yang baik dan benar sehingga memperkecil kehilangan susut. Tahap pengeringan menggunakan 2 cara yaitu pengeringan manual pada lantai jemur dan pengeringan mekanis menggunakan Flat Bed Dryer. Visualisasi penanganan pascapanen jagung dilakukan diprovinsi Sumatera Utara Kabupaten Deli Serdang pada Kelompok Tani Marjanji, di Dusun V, Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Rawa dan Kabupaten Langkat pada Gapoktan Oryza, Desa Pasar VI, Kwala Mencirim, Kecamatan Sie Bingai. Sedangkan untuk Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Purworejo pada Gapoktan Bagelen Makmur Desa Bagelen, Kecamatan Bagelen. Pengambilan gambar pada hamparan tanaman jagung untuk menunjukkan bahwa tanaman jagung ditanam pada lahan sawah dan lahan kering pada Kecamatan Nggrabag Desa Harjobinangun dan Ketawang. Pada tahap panen jagung yang tepat ditunjukkan penampakan fisiologis batang, daun, kelobot berwarna coklat, tahap pemipilan dilakukan dengan cara mekanis menggunakan Corn Sheller dengan ayakan untuk memilah kotoran dan jagung sehingga jagung yang dihasilkan bersih dan baik, pengangkutan dilakukan dengan motor roda tiga dari lahan ke tempat pemipilan jagung. Penjelasan dari narasumber mencakup pentingnya penanganan pascapanen jagung dan resiko yang dihadapi petani ketika penanganan pascapanen tersebut salah. Penanganan pascapanen yang tidak tepat akan berdampak pada hasil dan menurunnya nilai ekonomis. Tiap tahapan pascapanen dijelaskan oleh narasumber sehingga petani mudah mengerti dalam melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar 4. Vademikum Penanganan Pascapanen Ubikayu. Vademikum Pascapanen Ubikayu merupakan kumpulan data pascapanen ubikayu yang dihimpun dari hasil penelitian dan berbagai sumber lain seperti internet yang terkait dengan masalah pascapanen ubikayu. Vademikum Pascapanen Ubikayu memuat data Karakteristik Fisikokimia Ubikayu, Pohon Industri Ubikayu, Sebaran Alat dan Mesin Pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39

51 Ubikayu, Penerapan Sistem Manajemen Mutu (ISO ) Pada Industri Chips dan Tepung, Model Pengembangan Industri Mocaf, Standar Mutu Gaplek, Tepung Singkong dan Tepung Mocaf serta Analisis Ekonomis Sarana Produksi Chips dan Mocaf. Vademikum Pascapanen Ubikayu memuat informasi berikut : a. Karakteristik Fisikokimia Ubikayu Sifat fisik ubikayu segar antara lain kadar air yang tinggi (60%), sifat mekanis terjadinya luka akibat terpangkas, tergores, memar, sifatkimia ubikayu antara lain terjadinya oksidasi bila kontak dengan udara setelah ubi dikupas yang menyebabkan warna coklat (browning),sifat fisiologi tumbuhnya akar sehingga menyebabkan meningkatnya kadar serat (berkayu), dan sifat biologi terjadinya ubi yang lunak (poyo) dan busuk oleh mikroba. Faktor Faktor Penyebab Kerusakan ubikayu segar antara lain kerusakan umbi ubikayu dimulai dari akibat faktor mekanis (terpangkas,terpotong, tergores, retak bagian dalam, memar), kerusakan fisiologis karena air, enzim dan prosesrespirasi, serta kerusakan pathogenis oleh cendawan dan bakteri. b. Pohon Industri Ubikayu Pohon industri digunakan untuk pengembangan usaha dari bahan baku ubikayu. Hasil turunan produk olahan ubikayu memberikannilai tambah bagi pelaku usaha baik untuk produk industri pangan dan non pangan. c. Sebaran Alat dan Mesin Pascapanen Ubikayu Pemilihan jenis peralatan pascapanen ubikayu akan menentukan efisiensi dalam proses produksi. Data sebaran jenis sarana pascapanen ubikayu spesifik alat, dan alur proses sangat perlu diketahui sebagai basis data informasi pengembangan sarana pascapanen ubikayu ke depan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 40

52 d. Penerapan Sistem Manajemen Mutu (ISO ) Pada Industri Chips dan Tepung. Penerapan sistem manajemen mutu pada produksi chips dan tepung ubikayu bertujuan untuk memberi jaminan mutu produk olahan bagi konsumen. Empat aspek dalam sistem mutu yang harus diperhatikan antara lain : 1) Komitmen adalah kesepakatan melaksanakan SOP bagi seluruh anggota ; 2) Konsisten adalah mutu dan kontinuitas produk tersedia secara konsisten ; 3) Jaminan mutu adalah mutu produk terjaga secara konsisten : 4) Kepuasan pelanggan adalah yaitu merupakan tujuan akhir dari penerapan sistem mutu, Oleh karena itu perlu dokumen mutu (Panduan mutu/ kebijakan perusahaan, instruksi kerja/sop/standar Operational Prosedur) sehingga produk chips dan tepung yang dihasilkan terjamin mutunya e. Model Pengembangan Industri Mocaf. Pengembangan Bioindustri Ubikayu dilakukan melalui kemitraan antara petani ubikayu dengan petani pengolah chips dan petani chips dengan Rumah Produksi Mocaf. Tepung mocaf yang diproduksi disalurkan ke industri Usaha Kecil Menengah (UKM)/ Kelompok Wanita Tani (KWT) yang memproduksi aneka jenis olahan makanan. Model kemitraan antara petani sebagai produsen chips/tepung dan pemasok bahan baku dengan manufaktur atau pasar dilakukan dengan Pola Inti-Plasma melalui perjanjian atau kontrak. Kemitraan Pola Inti-Plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil (UK) dan Usaha Menengah (UM) dengan usaha besar (UB) yang bertindak sebagai inti dan petani sebagai plasma. Perusahaan inti harus membantu, membina dan mengembangkan usaha plasma dalam hal penyediaan dan penyiapan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan, pembiayaan, dan pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sebaliknya petani Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41

53 plasma bersedia bekerja sama dengan inti di bawah bimbingan pemerintah. f. Standar Mutu Gaplek, Tepung Singkong dan Tepung Mocaf. Untuk mengetahui hasil produk yang berkualitas dapat dibandingkan dengan standar mutu produk yang ada di SNI. Kelas mutu produk bermanfaat untuk menentukan harga produk itu sendiri. Pengkelasan mutu ubikayu di tingkat petani dapat dilakukan melalui pengukuran kadar pati ubikayu. Untuk menghasilkan produk akhir yang bermutu harus menggunakan bahan baku yang bermutu juga. g. Analisis Ekonomis Sarana Produksi Chips dan Mocaf Panduan Teknis Teknologi Chips. Untuk menghitung kelayakan ekonomi pabrik mini mocaf ini digunakan asumsi bahwa bunga modal adalah 15%, dengan nilai investasi mesin penyawut adalah Rp ; mesin pengepres Rp ; mesin penepung Rp dan mesin pengayak Rp Diperlukan dua orang operator untuk masingmasing mesin tersebut, yang seorang bertugas menyiapkan bahan untuk diumpankan ke mesin dan seorang lagi mengumpankan bahan ke mesin. Umur ekonomi adalah lima tahun. Dari perhitungan, maka biaya pokok masing-masing mesin tersebut adalah Rp 30/kg untuk mesin penyawut; Rp 27/kg untuk mesin pengepres; Rp 108/kg untuk mesin penepung dan Rp 136/kg untuk mesin pengayak. Komponen biaya yang sangat dominan adalah harga bahan baku, dalam hal ini harga ubi kayu segar yang harganya berfluktuasi sepanjang tahun yaitu berkisar Rp 500/kg s.d Rp 1000/kg. Pada saat harga ubikayu tertinggi yaitu Rp 1.000/kg maka biaya produksi chip ubikayu kering adalah Rp 3.700/kg di tingkat petani, jika menggunakan mesin pengepres akan menurunkan kadar air ubikayu setelah fermentasi sehingga proses pengeringan dapat dipersingkat menjadi 1-2 hari, yang akan berpengaruh terhadap biaya tenaga kerja, maka biaya produksi chip kering akan turun menjadi Rp 3.692/kg atau Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42

54 turun 0,22%. Dengan tingkat harga ubikayu segar Rp 650/kg maka, biaya produksi tepung mocaf kapasitas input 10 ton/hari adalah Rp Panduan Teknis Teknologi Chips. Ubikayu merupakan komoditas pertanian yang mudah rusak karena faktor fisiologis (tumbuh akar), mekanis (umbi luka terpotong,tergores, retak dan memar), biokimiawi (poyo) dan mikrobiologis (lunak). Agar masa simpan ubikayu lebih lama, maka perlu diolah menjadi produk setengah jadi (intermediate products) seperti chips (rajangan) kering. Bentuk chips kering ubikayu menjadi lebih fleksibel untuk bahan baku industri lanjutan, aman dan mudah dalam distribusi serta menghemat ruang dan biaya penyimpanan. Kendala yang dihadapi oleh petani ubikayu adalah kurang pahamnya terhadap teknologi produksi chips yang baik dan benar sehingga chips yang dihasilkan memiliki kualitas beragam. Selain itu kemampuan petani dalam mengelola usaha chips masih terbatas sehingga produksi chips tidak berlangsung secara berkelanjutan. Panduan Teknis Teknologi chips memuat informasi mulai dari pemilihan/persyaratan bahan baku, Teknologi Produksi, Manajemen pengelolaan usaha, dan analisa kelayakan usaha produksi chips mocaf. Panduan Teknis Teknologi Chips diharapkan menjadi acuan bagi petani, kelompok tani (Poktan/Gapoktan), petugas lapangan dan pelaku usaha untuk produksi chips ubikayu yang memenuhi mutu sesuai permintaan pasar. Panduan Teknis Teknologi Chips dilengkapi dengan tabel dan gambar penting sebagai referensi dalam memproduksi chips agar memiliki kualitas baik. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43

55 E. Kegiatan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. 1. Pembinaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Pembinaan penanganan pascapanen merupakan pengarahan dan pembinaan kepada petugas Provinsi/Kabupaten/Kota dan poktan/ gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen agar dapat menambah pengetahuan, kapasitas dan kemampuan petugas lapangan di Provinsi/ Kabupaten/Kota ataupun di tingkat poktan/gapoktan. Pembinaan penanganan pascapanen dilakukan oleh petugas pusat untuk meningkatkan penerapan penanganan pascapanen terutama di wilayah sentra produksi komoditas padi, jagung, kedelai, ubikayu dan ubijalar, meningkatkan pemahaman petugas daerah mengenai kebijakan dan program pemerintah pusat dalam pengembangan penanganan pascapanen sehingga dapat diperoleh kesamaan visi, misi dan strategi penanganan pascapanen. Kegiatan pembinaan diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada dinas provinsi/ kabupaten/kota dalam melaksanakan program kegiatan penanganan pascapanen sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Pembinaan penanganan pascapanen meliputi : a. Pembinaan Penanganan Pascapanen Padi. Pembinaan penanganan pascapanen padi dilaksanakan di 8 (delapan) provinsi yaitu Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, DI. Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Hasil pembinaan penanganan pascapanen padi adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan produksi padi harus diikuti dengan Penanganan pascapanen yang baik dan benar untuk menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisiensi dan memberi nilai tambah serta daya saing bagi petani. Untuk mendukung hal tersebut, maka Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44

56 pemerintah pusat memberikan bantuan sarana pascapanen, salah satunya adalah sarana pascapanen padi dan penerima bantuan sarana tersebut harus memanfaatkan secara optimal. 2) Kemampuan pemerintah pusat dalam membantu memfasilitasi petani dalam kegiatan pascapanen sangat terbatas, adanya perhatian pemerintah daerah sangat penting dalam memenuhi kebutuhan kelompok tani sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah. 3) Adanya pendampingan dari seluruh stakeholders terkait dalam kegiatan penanganan pascapanen yang baik dan benar diharapkan dapat membantu petani dalam upaya mempertahankan mutu produk dan menurunkan nilai susut baik 4) Jumlah maupun mutu. 5) Koordinasi yang baik antara petugas provinsi dan dinas kabupaten sangat diperlukan agar program dan kegiatan di bidang penanganan pascapanen dapat berjalan dengan baik, selain itu perlu dorongan yang simultan dan terintegrasi dari para pihak yang ada agar petani menjadi tertarik untuk membudidayakan komoditi kedelai dan aneka kacang. b. Pembinaan Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Pembinaan pascapanen jagung dan serealia lain dilaksanakan di 6 (enam) Provinsi yaitu Nusa Tenggara Timur, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan Maluku. Kegiatan pembinaan pascapanen jagung dan serealia lain difokuskan pada cara penanganan pascapanen yang baik dan benar agar kegiatan penanganan pascapanen berjalan dengan baik, benar dan lancar sehingga mutu produk yang dihasilkan memiliki nilai tambah dan berdaya saing yang nantinya akan memberikan peningkatan pendapatan bagi petani. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45

57 Beberapa hal yang menjadi permasalahan dan harus dijadikan perhatian dalam pembinaan penanganan pascapanen jagung dan serealia di lapangan sebagai berikut : 1) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan petugas dan petani dalam penanganan pasapanen jagung, baik dalam penerapan teknologi maupun penggunaan sarana alsintan pascapanen. 2) Masih tingginya susut hasil pada setiap tahapan pascapanen jagung baik kuantitatif maupun kualitatif, disebabkan kurangnya pemahaman pelaku pascapanen dalam penanganan pascapanen jagung yang baik dan benar. 3) Kurangnya permodalan pada gapoktan untuk pembelian jagung, baik jagungtongkolan kering, basah, maupun pipil kering, sehingga hanya dapat menampung sebagian kecildari hasil panen petani dan poktan/gapoktan belum memiliki gudang serta lantai jemur. 4) Fluktuasi harga jagung pipilan kering dipasaran menyebabkan petani sering merugi/keuntungan sedikit, sehingga petani menjadi kurang berminat dalam membudidayakan tanaman jagung. 5) Kurangnya sosialisasi dan koordinasi antara petugas terkait dan pihak penyedia barang sehingga titik bagi sarana pascapanen tanaman pangan selain mesin pengering (dryer) tidak sampai ke wilayah kerja atau lokasi poktan/gapoktan seperti di provinsi NTT, dan poktan/gapoktan masih harus menyediakan dana anggaran tersendiri untuk pengambilan dan pengangkutan sarana pascapanen ke daerahnya masing-masing. Sebagai tindak lanjut diarahkan beberapa hal sebagai berikut : 1) Peningkatan SDM petugas/petani maupun kelompoktani dan penerapan teknologi pascapanen melalui sosialisasi penerapan teknologi pascapanen, apresiasi dan penyebarluasan informasi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 46

58 penanganan pascapanen, bimbingan teknis serta monitoring evaluasi penanganan pascapanen secara rutin. 2) Koordinasi antar petugas pusat maupun daerah sampai tingkat lapang. c. Pembinaan Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Kegiatan pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi yaitu Jawa Barat, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat. Hasil pembinaan penanganan pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang sebagai berikut : 1) Pembinaan penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan pembinaan kepada petugas dinas pertanian provinsi/kabupaten dan instansi terkait atau kelompok pelaku kegiatan pascapanen agar memahami dan mampu melaksanakan program dan kegiatan di bidang penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang serta dapat mengatasi permasalahan dan mengambil kebijakan pada tahun yang akan datang. 2) Peningkatan produksi kedelai dan aneka kacang harus diikuti dengan Penanganan pascapanen yang baik dan benar perlu diikuti dengan baik guna menyelamatkan hasil, mempertahankan mutu, efisien dan memberi nilai tambah serta daya saing bagi petani. Upaya untuk mendukung hal tersebut, maka pemerintah pusat memberikan bantuan sarana pascapanen, salah satunya yaitu sarana pascapanen kedelai dan penerima bantuan sarana tersebut harus memanfaatkan secara optimal. 3) Kemampuan pemerintah pusat dalam membantu memfasilitasi petani dalam kegiatan pascapanen sangat terbatas, adanya perhatian pemerintah daerah sangat penting dalam memenuhi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 47

59 kebutuhan kelompok tani sesuai dengan potensi dan kebutuhan masing-masing daerah. 4) Adanya pendampingan dari seluruh stakeholders terkait dalam kegiatan penanganan pascapanen yang baik dan benar diharapkan dapat membantu petani dalam upaya mempertahankan mutu produk dan menurunkan nilai susut baik jumlah maupun mutu. 5) Koordinasi yang baik antara petugas provinsi dan dinas kabupaten sangat diperlukan agar program dan kegiatan di bidang penanganan pascapanen dapat berjalan dengan baik, selain itu perludorongan yang simultan dan terintegrasi dari para pihak yang ada agar petani menjadi tertarik untuk membudidayakan komoditi kedelai dan aneka kacang. d. Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Pembinaan penanganan pascapanen Aneka Umbi dilaksanakan di 7 (tujuh) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Banten, DI.Yogyakarta, Jawa Timur, Gorontalo, Jawa Tengah, Jawa Barat. Hasil Pembinaan Penanganan Pascapanen Aneka Umbi sebagai berikut: 1) Pembinaan pascapanen ubikayu diarahkan pada pengembangan wilayah produksi umbi yang dilakukan secara terintegrasi dengan industri pangan dan pasar. Dengan pengembangan sistem manajemen pascapanen di wilayah tersebut diharapkan akan dihasilkan bahan baku yang kontiniu dan berkualitas sehingga dapat dihasilkan produk olahan pangan dengan kualitas yang memenuhi standar. 2) Pentingnya penggunaan sarana pascapanen seperti pengungkit saat panen untuk menghindari umbi yang tertinggal di dalam tanah, penggunaan alat pengupas secara baik agar tidak banyak Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 48

60 daging umbi yang terbuang, penggunaan alat perajang/penyawut untuk mendapatkan ketebalan yang seragam. 3) Penanganan pascapanen aneka umbi yang tidak dilakukan secara baik akan menyebabkan banyaknya kehilangan hasil (losses). Umumnya petani belum menyadari bahwa kegiatan panen dan pascapanen yang dilakukan akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan. Penanganan Pascapanen yang baik dan benar akan meningkatan hasil yang diperoleh dan pendapatan petani jadi meningkat. 4) Hasil panen disarankan tidak dijual segar akan tetapi perlu dilakukan proses lanjutan agar diperoleh nilai tambah, seperti pembuatan chips/sawut, gaplek, tepung singkong, mocaf, tapioca. 5) Dimintakan kepada poktan/gapoktan penerima bantuan sarana pascapanen aneka umbi agar bantuan sarana yang telah diterima dimanfaatkan seoptimal mungkin. 6) Perlu perbaikan manajemen pengelolaan pascapanen oleh poktan, pembentukan organisasi secara rapi, pembagian tugas yang jelas serta tertib administrasi. 7) Poktan harus mempunyai buku khusus (log book) untuk mencatat penyewaan setiap alat sehingga dapat diketahui pendapatan dari sewa alat dan penyebaran alat dapat terpantau dengan baik. 2. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Kegiatan bimbingan teknis diharapkan adanya transfer informasi dan teknologi tentang penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan petani dan petugas sejalan dengan pesatnya perkembangan teknologi di bidang pascapanen. Tantangan yang dihadapi di masa mendatang sangat kompleks, adanya perdagangan bebas masyarakat ekonomi ASEAN, terbatasnya sumberdaya, dan iklim yang fluktuatif. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 49

61 Bimbingan teknis merupakan kegiatan pembinaan yang dilakukan secara sistematis oleh dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan kepada petugas/petani/poktan/gapoktan. Prosedur dan teknologi yang digunakan dalam penanganan pascapanen beragam karena pengaruh internal (tanaman/komoditas) dan eksternal (manusia/konsumen, teknologi, lingkungan). Dengan bimbingan teknis diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian, petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen. Bimbingan teknis penanganan pascapanen tanaman pangan yang telah dilaksanakan sebagai berikut : a. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi Bimbingan Teknis penanganan pascapanen padi dilakukan di 11 (sebelas) Provinsi yaitu Kalimantan Barat, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur, Jawa Tengah, Bangka Belitung dan Sumatera Utara. Hasil Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Padi sebagai berikut: 1) Kegiatan bimbingan teknis penanganan pascapanen padi dilakukan kepada petani dan petugas yang menangani pascapanen padi. Materi yang disampaikan meliputi penanganan pascapanen padi yang baik dan benar antara lain : Penentuan waktu/umur panen, panen, pengeringan, perontokan dan penyimpanan. 2) Hasil bimbingan teknis diketahui bahwa penanganan pascapanen padi pada beberapa daerah belum dilaksanakan secara optimal. Perlakuan pascapanen padi masih dilakukan secara tradisional. Titik kritis dari perlakukan pascapanen padi adalah perontokan namun kebanyakan petani melakukan perontokan tidak mengunakan alas terpal yang sesuai anjuran sehingga banyak Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 50

62 gabah yang terpelanting keluar terpal hal ini mengakibatkan susut hasil yang terjadi masih tinggi. 3) Petani menyadari adanya losses/susut hasil padi pada perlakuan pascapanen, tetapi karena petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen padi yang tepat dan benar serta keterbatasan kemampuan, tenaga kerja, dan permodalan, mereka belum mampu melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar. 4) Fasilitasi sarana pascapanen padi yang diberikan kepetani bertujuan untuk menurunkan nilai susut, namun belum berdampak secara optimal hal ini disebabkan antara lain : spesifikasi sarana yang diberikan tidak berdasarkan spesifik lokasi sehingga tidak sesuai dengan keadaan lahan kelompok tani. Keterampilan petani dalam mengoperasionalkan sarana belum terampil sehingga sarana menjadi mudah aus dan rusak. 5) Kurangnya intensitas dalam kegiatan bimbingan teknis penanganan pascapanen padi menyebabkan sasaran program tidak dapat tercapai dengan baik. b. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Prosedur dan teknologi yang digunakan dalam penanganan pascapanen jagung dan serealia lain akan beragam dikarenakan pengaruh dari faktor internal (tanaman/komoditas) dan faktor eksternal (manusia/konsumen, teknologi, lingkungan). Dengan melakukan bimbingan teknis di tingkat lapangan diharapkan dapat meningkatkan kualitas SDM (petugas dinas pertanian, petani/kelompoktani) yang menangani kegiatan pascapanen jagung dan serealia lain. Bimbingan teknis penanganan pascapanen jagung dilaksanakan di 14 (empat belas) Provinsi yaitu Bengkulu, Jambi, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 51

63 Maluku Utara, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Banten, Kalimantan Barat. Hasil evaluasi kegiatan bimbingan teknis penangananan pascapanen jagung dan serealia lain diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1) Penanganan pascapanen belum dirasakan penting oleh petani dikarenakan tidak memberikan nilai tambah yang signifikan. 2) Penanganan pascapanen jagung masih dilakukan secara manual dikarenakan keterbatasan kepemilikan sarana pascapanen, harga sarana yang tidak terjangkau, dan teknologi yang sulit. 3) Keterbatasan informasi petani menyebabkan sarana yang dibeli tidak mempertimbangkan aspek penurunan susut dan kualitas hasil. 4) Kurangnya pengetahuan operator dalam mengoperasionalkan alat pascapanen jagung terutama sarana pemipilan dengan Corn Sheller dan sarana pengeringan dengan Dryer, dan belum memiliki buku kerja Operator sehingga tidak melakukan pencatatan hasil operasional alat. Upaya pemecahan masalah sebagai berikut : 1) Pembinaan dan bimbingan teknis harus terus dilakukan oleh petugas provinsi/kabupaten/kota terhadap petugas dan petani di lapangan sehingga petani dapat memahami dan melakukan penanganan pascapanen jagung secara baik dan benar. 2) Penanganan pascapanen harus dilakukan dan ditunjang dengan teknologi sesuai anjuran dan didukung dengan sarana pascapanen jagung yang sesuai spesifik lokasi. 3) Perlunya pendampingan dan pengawalan dinas provinsi /kabupaten /kota agar petani dapat mengerti dalam penentuan sarana pascapanen jagung sesuai kebutuhan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 52

64 4) Perlunya peningkatan pengetahuan dan kemampuan SDM melalui pelatihan terhadap operator dalam peningkatan kemampuan kerja dalam mengoperasionalkan sarana pascapanen yang ada, ditunjang dengan buku kerja operator. c. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Kegiatan Bimbingan Teknis penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 9 (sembilan) provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DIY, Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, dan Sulawesi Utara. Hasil Bimbingan Teknis Penangananan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Kegiatan bimbingan teknis penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilakukan kepada petani dan petugas yang menangani pascapanen kedelai. Materi yang disampaikan meliputi penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar antara lain Penentuan waktu/umur panen, panen, pengeringan, perontokan dan penyimpanan. 2) Hasil bimbingan teknis diketahui bahwa penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang pada beberapa daerah belum dilaksanakan secara optimal. Perlakuan pascapanen kedelai dan aneka kacang masih dilakukan secara tradisional. Titik kritis dari perlakukan pascapanen kedelai adalah perontokan namun kebanyakan petani melakukan perontokan tidak mengunakan alas terpal yang sesuai anjuran sehingga banyak biji kedelai yang terpelanting keluar terpal hal ini mengakibatkan susut hasil yang terjadi masih tinggi. 3) Petani menyadari adanya losses/susut hasil kedelai pada perlakuan pascapanen, tetapi karena petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen kedelai yang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 53

65 tepat dan benar serta keterbatasan kemampuan, tenaga kerja, dan permodalan, mereka belum mampu melakukan penanganan pascapanen yang baik dan benar. 4) Fasilitasi sarana pascapanen kedelai yang diberikan kepetani bertujuan untuk menurunkan nilai susut, namun belum berdampak secara optimal hal ini disebabkan antara lain : spesifikasi sarana yang diberikan tidak berdasarkan spesifik lokasi sehingga tidak sesuai dengan keadaan lahan kelompok tani. Keterampilan petani dalam mengoperasionalkan sarana belum terampil sehingga sarana menjadi mudah aus dan rusak. 5) Kurangnya intensitas dalam kegiatan bimbingan teknis penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang menyebabkan sasaran program tidak dapat tercapai dengan baik. d. Bimbingan Teknis Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Bimbingan teknis penanganan pascapanen aneka umbi dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu Sumatera Selatan, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Banten. Bimbingan Teknis penanganan pascapanen aneka umbi bertujuan untuk memberikan informasi penangan pascapanen aneka umbi yang baik dan benar serta pengenalan dan pemanfaatan sarana (alsintan) pascapanen yang dapat mempermudah penanganan pascapanen aneka umbi Hal-hal yang disampaikan dalam bimbingan teknis pascapanen aneka umbi mencakup dua hal yaitu cara penanganan pascapanen aneka umbi yang baik dan benar serta pengenalan operasional sarana (alsintan) yang dapat membantu mempermudah penanganan pascapanen aneka umbi. Beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dari kegiatan bimbingan teknis sebagai berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 54

66 1) Aspek Teknis 1) Kelompok tani belum memahami penggunaan oven dryer dan sarana lainnya seperti perajang, penyawut, pengepres karena barang hanya diantar penyedia barang tanpa disertai running test dan pelatihan di lokasi. 2) Sarana yang diterima kelompok tidak disimpan dalam 1 tempat dengan alasan belum tersedia tempat yang cukup luas untuk menyimpannya. 3) Panen masih dilakukan secara manual, terjadi susut karena banyaknya umbi yang tertinggal di lahan. Umbi yang tertinggal di lahan diambil saat proses pengolahan lahan (bajak) untuk tanam selajutnya. Susut panen mencapai 12 karung/ha. 4) Kurangnya sarana pascapanen yang mendukung kegiatan pascapanen terutama pengepres dan pemarut. Alat pengepres yang digunakan masih sederhana dengan menggunakan belahan kayu. Bahkan menggunakan pohon sebagai pengungkit, sehingga pati terkandung melalui air dari proses pengepresan terbuang. 2) Aspek Manajerial 1) Pengaturan tugas pada gapoktan belum jelas, ketua gapoktan merupakan sekretaris desa sekaligus pemilik lahan ubikayu yang dikelola oleh petani anggota sehingga pengelolaan usaha tani lebih banyak dilakukan oleh Ketua Gapoktan. 2) Kelompok tani masih harus terus dibimbing dan tergantung pada pemerintah dalam mengembangkan usahanya (kurang mandiri). Petani cenderung bersikap pasif, hanya menunggu pelatihan dari pemerintah setempat tanpa ada upaya untuk meningkatkan kemampuan secara swadaya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 55

67 3) Kelompok tani kurang memiliki kemauan untuk mengelola bantuan karena pemanfaatan bantuan yang belum didukung informasi pasar 4) Petugas penyuluh agar memberikan sosialisasi penanganan pascapanen ubikayu secara intensif kepada petani ubikayu dan KWT lainnya agar gaplek yang dihasilkan memiliki kualitas sesuai standar mutu sehingga dihasilkan tiwul dengan kualitas yang baik. 3. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Kegiatan monitoring dan evaluasi program pascapanen tanaman pangan dilaksanakan secara berkesinambungan dalam rangka mengamati perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran pascapanen tanaman pangan, agar berhasil dan berjalan dengan baik. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dengan pasti pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dan kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2014 serta perkembangan bantuan sarana pascapanen agar dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana program dan penyempurnaan kebijakan di tahun berikutnya. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan dilaksanakan melalui surat, telephon, , diskusi, kunjungan lapang ke beberapa provinsi/kabupaten/ hingga kunjungan ke gapoktan/poktan. Indikator keberhasilan pelaksanaan monitoring dan evaluasi adalah : a) Terlaksananya kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan b) Termanfaatkannya bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun c) Adanya nilai tambah pendapatkan kelompok tani penerima bantuan alat pascapanen Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 56

68 Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen tanaman pangan meliputi : a. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi dilaksanakan di 8 (delapan) Provinsi yaitu Provinsi Riau, Jawa Timur, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, kalimantan Selatan, Bengkulu, Jambi. Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Padi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Hasil Monitoring Bantuan sarana Tahun penerima bantuan paket pilihan sarana pascapanen padi, bahwa Gapoktan/poktan penerima sudah membeli sarana pascapanen tersebut dengan memprioritaskan kebutuhan dalam menekan susut hasil padi. Sebagian besar sarana yang diterima sudah dimanfaatkan oleh petani penerima. 2) Kegiatan Fasilitasi Bantuan Sarana Pascapanen Padi dari Kegiatan APBN Kontigensi Tahun 2012 berupa bantuan Combine Harvester sebanyak 25 unit ; Flat Bed Dryer kapasitas 3 3,5 ton sebanyak 80 unit ; Vertical Dryer kapasitas 3,5 6 ton sebanyak 70 unit ; Vertical Dryer kapasitas 9 10 ton sebanyak 22 unit. Kegiatan APBN-P Bantuan sarana pascapanen Tahun 2012 berupa Combine Harvester sejumlah 330 unit, Power Thresher Padi sejumlah 300 unit, sebagian besar sudah dimanfaatkan dengan baik kecuali Flat Bed Dryer pemakaiannya masih belum optimal karena hanya dipakai pada saat musim hujan dan biaya operasionalnya lebih tinggi jika dibandingan dengan lantai jemur. Bantuan sarana Vertical Dryer sebagian besar sudah dimanfaatkan namun masih ada beberapa kelompok tani yang hanya memanfaatkan jika panen dimusim penghujan saja. Bantuan combine harvester sebagian besar sudah dimanfaatkan secara optimal dan ada beberapa kelompok tani yang sudah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 57

69 memanfaatkan hasil dari sewa jasa alsin tersebut untuk dibelikan sarana pascapanen yang sama atau sarana penunjang yang lain seperti traktor, transplanter dan sarana angkut. 3) Perkembangan pemanfaatan bantuan Paket Model/ Percontohan Sarana Pascapanen Padi Tahun 2013, bahwa dari 19 Gapoktan penerima model paket padi, 8 Gapoktan termasuk dalam kategori baik, 10 gapoktan termasuk dalam kategori sedang dan 1 gapoktan termasuk dalam kategori kurang baik. Gapoktan dalam Kategori baik apabila adanya pendampingan dari petugas berjalan dengan baik, sarana tersebut optimal dioperasionalkan, sudah terorganisir dan semua sarana sudah dimanfaatkan dengan baik. Kategori sedang apabila pendampingan kurang berjalan dengan baik, sarana kurang optimal dioperasionalkan, hanya sebagian sarana yang dimanfaatkan dengan optimal, kurang terorganisir. Kategori kurang baik apabila pendampingan tidak ada, belum dioperasionalkan, tidak terorganisir 4) Berkaitan dengan kategori kurang baik pada Gapoktan Mekartani Desa Lulang, Kecamatan Teriak, Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat Direktur Pascapanen Tanaman Pangan sudah menurunkan tim untuk melakukan monitoring evaluasi dan pembinaan. Sesuai dengan kesepakatan tentang kesanggupan dari Dinas Pertanian Kabupaten Bengkayang pada Tahun 2014 tentang penyediaan dana sharing dari APBD Tahun 2015 untuk pembangunan dinding bangunan sarana, ternyata tidak dialokasikan dana tersebut. Sebagai tindak lanjut, maka Direktur Pascapanen Tanaman Pangan membuat teguran kepada Dinas Pertanian provinsi Kalimantan Barat untuk menindaklanjuti hasil kunjungan monev tersebut. 5) Dengan adanya bantuan fasilitasi sarana pascapanen padi mulai dari tahun dapat memberikan kontribusi penyelamatan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 58

70 hasil. Bantuan sarana APBN dan APBNP Tahun 2011 memberikan kontribusi penyelamatan hasil 125,922 ton. Bantuan sarana APBN, Kontegensi dan APBNP memberikan kontribusi penyelamatan hasil 117,112 ton. Bantuan sarana APBN Model dan APBN Reguler Tahun 2013 memberikan kontribusi penyelamatan hasil 263,716 ton. Bantuan sarana APBN 2014 memberikan kontribusi penyelamatan hasil 42,220 ton. 6) Untuk bansos Dukungan sarana pascapanen padi APBN-P ada beberapa Provinsi yang melakukan revisi POK antara lain : a) Provinsi Jawa Tengah merevisi 1 paket dryer padi dan bangunan menjadi 7 unit Combine Harvester Kecil, b) Provinsi Sumatera Selatan merevisi 5 Vertical Dryer Padi dan bangunan, serta 2 paket Vertical Dryer jagung dan bangunan menjadi 6 unit Corn Combine Harvester, 98 unit Combine Harvester Besar, 81 unit Combine Harvester Kecil, 90 unit Power Thresher Multiguna dan 118 Corn Sheller, c) Provinsi Jambi mendapatkan alokasi revisi anggaran 11 unit Combine Harvester Kecil, d) Provinsi Papua untuk mendukung cetak sawah mendapatkan alokasi revisi anggaran 200 unit Combine Harvester Kecil, 6 paket Flat Bed Dryer dan bangunan serta 22 unit Combine Harvester Besar. Sehubungan dengan adanya Revisi DIPA PSP, maka jumlah bantuan Combine Harvester Kecil semula unit menjadi unit, Vertical Dryer Padi yang semula 170 unit dan bangunan/rehab bangunan 170 paket menjadi 166 unit dan bangunan/rehab bangunan 166 paket. b. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain. Kegiatan monitoring dan evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dilaksanakan secara berkesinambungan pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 59

71 kelompok tani atau gabungan kelompok tani yang menerima bantuan sarana pascapanen jagung tahun Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Jagung dan Serealia Lain dilaksanakan ke 10 (sepuluh) provinsi yaitu Gorontalo, Lampung, D.I. Yogyakarta, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Jawa Timur. Hasil Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan Penangananan Pascapanen Jagung dan Serealia lain, maka diidentifikasikan permasalahan yang terjadi di tingkat Dinas Pertanian Provinsi maupun tingkat Gapoktan/Poktan sebagai berikut : 1) Permasalahan Fasilitasi Sarana a) Lambatnya pengusulan CPCL dari beberapa Kabupaten sehingga Provinsi lambat untuk pengajuan CPCL Ke Pusat. Hal ini memperlambat proses pengadaan bantuan sarana pascapanen jagung b) Koordinasi yang kurang antara petugas pada satker bidang PSP dengan petugas penanganan pascapanen di daerah, sehingga menyebabkan lambatnya realisasi keuangan di daerah.hal ini disebabkan karena bantuan APBN-P merupakan fasilitasi bantuan DIPA PSP dimana pembinaan masih dilakukan oleh Tanaman pangan. c) Petugas tidak sepenuhnya memahami isi pedoman teknis, sehingga masih ada CPCL penerima bantuan yang tidak sesuai dengan pedoman teknis. d) Sebagian besar bangunan Dryer terlambat realisasi karena banyaknya proses yang harus dilalui mulai dari surat hibah lahan hingga proses pengerjaan bangunan yang sangat lambat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 60

72 e) Beberapa provinsi belum mengetahui sosialisasi penggunaan aplikasi e-factur pajak dalam proses pembayaran barang. f) Proses pencairan uang dari BASTB menjadi SP2D memerlukan waktu lama (kurang lebih 2 minggu-1 bulan). g) Kurangnya petugas yang dapat bekerja dilapangan. h) Bantuan sampai ke poktan/gapoktan pada saat telah selesai panen, sehingga pemanfaatan alat tidak optimal. i) Kurangnya tenaga provesional yang dapat mengoperasikan alat bantuan sarana pascapanen jagung. j) Administrasi yang belum tersusun baik di beberapa kelompok tani. k) Beberapa alat bermasalah dan tidak sesuai dengan spesifik lokasi. Permasalahan tersebut tidak di laporkan kepusat sehingga pusat menjadi sulit mengidentifikasi setiap permasalahan di daerah. 2) Permasalahan penangan pascapanen jagung a) Masih kurangnya pengetahuan petani saat melakukan penanganan pascapanen jagung, seperti pentingnya penangan pascapanen jagung yang tepat untuk dapat meminimalkan kehilangan hasil jagung ditingkat petani. b) Kurang pedulinya petani dengan pengaruh kadar air terhadap keamanan simpan jagung. Dimana petani tidak terlalu memperhatikan kadar air (13%-14%) jagung yang tepat untuk penyimpanan jagung. c) Kurangnya pengetahuan petani untuk dapat mengadopsi peralatan terbaru untuk penanganan pascapanen yang lebih baik. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 61

73 Upaya penanganan masalah sebagai berikut : 1) Permasalahan Fasilitasi Sarana a) Pengajuan CPCL hendaknya lebih dipercepat dan akan lebih baik bila telah memiliki database untuk CPCL ditahun berikut berdasarkan pengajuan proposal dari kelompok tani. b) Koordinasi yang baik antara petugas pascapanen dengan petugas satker yang bertugas sehingga dapat mempercepat proses realisasi alat. c) Pedoman teknis harus lebih disosialisasikan petugas Provinsi ke petugas Kabupaten agar tidak terjadi kesalahan dalam verifikasi kelompok penerima bantuan sarana pascapanen jagung d) Dinas membuat jadwal palang penyelesaian banguanan. e) Adanya sosialisasi e-factur kepada petugas di daerah f) Koordinasi yang baik antara petugas daerah dengan penyelia barang g) Penambahan petugas lapang di daerah h) Pengaturan jadwal palang yang tepat agar alat sampai ke poktan/gapoktan saat panen atau menjelang panen di petani. i) Pelatihan untuk petani yang ditunjuk sebagai operator sehingga dapat menggunakan alat dengan benar, bila perlu dapat pelatihan khusus dari teknisi alat. j) Sosialisasi ke daerah dan petugas lapang untuk membantu poktan/gapoktan menyusun administrasi yang baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan. k) Peninjauan yang lebih baik dari petugas daerah agar alat yang diberikan spesifik lokasi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 62

74 2) Permasalahan penangan pascapanen jagung a). b). c). Sosialisasi ditingkatkan dari daerah ke petani tentang penerapan teknologi terbaru untuk penanganan pascapanen tanaman pangan, khususnya jagung. Pelatihan dan pemberian informasi yang tepat ke petani tentang kadar air yang tepat untuk penyimpanan jagung. Sosialisasi dari daerah cara penggunaan alat yang tepat. c. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang dilaksanakan di 10 (sepuluh) Provinsi penerima bantuan Paket Reguler yaitu Provinsi Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Jambi, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua Barat ; serta 5 (lima) Provinsi penerima Paket Model yaitu Provinsi Jawa Tengah, Jambi, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur. Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Kedelai dan Aneka Kacang, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Bantuan dalam bentuk Unit a) Bantuan sarana pascapanen kedelai tahun sudah seluruhnya diterima oleh poktan/gapoktan sesuai Surat Keputusan Calon Petani Calon Lokasi (CPCL) yang sudah diterbitkan. b) Dari beberapa CPCL yang ada masih terdapat ketidak tepatan dalam pemilihan CPCL, sehingga sarana yang di berikan tidak termanfaatkan dengan baik c) Kemampuan petani dalam penguasaan teknologi sarana pascapanen masih rendah. Petani masih kurang terampildalam penerapan operasional alat dan mesin Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 63

75 perontok, sehingga pemanfaatan paket bantuan sarana penanganan pascapanen belum optimal. 2) Bantuan dalam bentuk BLM a) Pelaksanaan pembelian bantuan sarana pascapanen kedelai di beberapa kabupaten masih dijumpai adanya kesalahan dalam realisasi pembelian paket bantuan, dimana alat yang dibeli oleh poktan/gapoktan penerima bantuan tidak sesuai dengan paket yang telah ditentukan. b) Berdasarkan realisasi pembelian paket sarana penanganan pascapanen kedelai dibeberapa daerah, poktan/gapoktan penerima bantuan lebih berminat untuk membeli sarana perontok berupa Power Thresher dan Pedal Thresher. 3) Bantuan dalam bentuk Paket Model a) Bantuan sarana pengering kedelai (Dryer) masih kurang dimanfaatkan petani untuk melakukan pengeringan kedelai. Hal ini disebabkan waktu panen kedelai umumnya pada musim kemarau sehingga petani lebih memilih menggunakan sinar matahari dalam proses pengeringan. Pada beberapa Kelompok Tani alat tersebut sudah dimanfaatkan untuk melakukan pengeringan padi dan sampai saat ini dryer masih beroperasi dengan baik. b) Bantuan sarana perontok Power Threser masih ada yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Ukuran threser yang besar dan bobot yang berat menyulitkan petani untuk membawa threser ke lahan. Petani menginginkan bantuan sarana sesuai dengan keadaan lokasi (spesifik lokasi). 4) Sumber Daya Petani dan Dukungan a) Petani masih kurang dalam memanfaatkan sarana pascapanen yang ada, karena kemampuan petani untuk mengakses teknologi sarana pascapanen masih terbatas. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 64

76 Sementara tuntutan penggunaan alsintan juga dibutuhkan ditengah kurangnya tenaga kerja pedesaan. b) Petani masih sulit mengadopsi teknologi penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang yang tepat dan benar. Umumnya dalam penanganan pascapanen kedelai dan aneka kacang masih dilakukan secara tradisional sehingga susut hasil yang terjadi selama proses penanganan pascapanen masih tinggi dan mutunya juga masih rendah. c) Manajemen administrasi poktan/gapoktan masih sangat lemah sehingga pengelolaan pemanfaatan sarana pascapanen melalui sistem penyewaan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. d. Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi. Monitoring dan evaluasi penanganan pascapanen aneka Umbi dilaksanakan di 9 (sembilan) Provinsi yaitu Provinsi Jawa Barat, Banten, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. Hasil Monitoring dan Evaluasi Penanganan Pascapanen Aneka Umbi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui kunjungan lapang dan wawancara menggunakan kuesioner. selain itu, karena keterbatasan waktu dan anggaran, pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara menggunakan telepon dan untuk memonitor perkembangan pemanfaatan bantuan. Hasil pengumpulan data yang telah dilakukan baik melalui kunjungan langsung, via telepon/ /surat diperoleh hasil sebagai berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 65

77 a) Evaluasi Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Aneka Umbi Tahun 2012, 2013 dan 2014 Pengelolaan bantuan sarana pascapanen ubikayu dan ubijalar pada tahun 2012, 2013 di 22 poktan/ gapoktan tetap dikelola dengan baik dan memberikan nilai tambah melalui menurunnya nilai susut sedangkan bantuan sarana pascapanen ubikayu tahun 2914 di Kabupaten Cianjur sudah mulai digunakan untuk memproduksi chips. b) Monitoring dan Evaluasi Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen di Daerah. Pada tahun 2014, kegiatan fasilitasi sarana pascapanen aneka umbi dialokasikan sebesar Rp 600 juta di Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat untuk mendukung kegiatan Pilot Project Strategi Induk Pembangunan Pertanian Tahun sedangkan untuk daerah lain tidak ada bantuan sarana pascapanen. 2) Menghadiri Rapat/Koordinasi dengan Instansi Terkait Dalam rangka mendukung kegiatan monitoring dan evaluasi, dan untuk meningkatkan koordinasi, integrasi, sinergi dan pemahaman petugas pusat dalam pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan, dilakukan kegiatan menghadiri rapat/koordinasi ke instansi terkait. Rapat/Koordinasi tersebut antara lain : a) Pertemuan Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan di kantor BB Pascapanen di Karawang, Jawa Barat. b) Rapat Koordinasi tentang Teknologi Produksi Chips ke kampus IPB di Bogor, Jawa Barat. c) Rapat Koordinasi (Sistem Pengendalian Intern) Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan Cipayung, Bogor Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 66

78 3) Perjalanan Dalam Rangka Mendukung Kegiatan Tanaman Pangan Perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan tanaman pangan dilaksanakan ke Provinsi Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan tanaman pangan dilakukan sebagai bagian dari kegiatan monitoring dan evaluasi karena penanganan pascapanen terkait dengan pengamanan produksi dari kehilangan hasil (susut hasil) yang berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman pangan khususnya aneka umbi, Hasil Monitoring dan Evaluasi penanganan pascapanen dapat digunakan sebagai bahan kebijakan tanaman pangan untuk tahun berikutnya Hasil Monitoring dan Evaluasi bersama tim provinsi dan kabupaten sebagai berikut : a) Bantuan sarana pascapanen yang dialokasikan pada tahun 2012 dan 2013 di provinsi/kabupaten rata-rata masih digunakan dengan baik. b) Penggunaan teknologi pascapanen sudah berjalan dengan baik, di antaranya penggunaan mesin perajang dan alat pengering berupa oven. c) Contoh penggunaan bantuan sarana pascapanen ubijalar yang diterima oleh Poktan Baddoka berupa alat panen dan kupas, perajang, penyawut, pengepres, pengering, dan pengangkut, dan saat dilakukan kegiatan monitoring menunjukkan bahwa pemanfaatan alat belum dipergunakan secara maksimal. Alat perajang dan penyawut terlihat sama sekali belum dimanfaatkan dan hanya disimpan dalam gudang ketua poktan. d. Pemanenan ubikayu dengan cara manual masih dilakukan didaerah yang mempunyai sifat tanah gembur, yaitu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 67

79 mencabut dengan tangan. Pertanaman ubikayu dilakukan dengan cara digulud sehingga mudah untuk dicabut. Setelah pemanenan, umbi diangkut ke lokasi pengupasan, perendaman, perajangan, pengeringan dan penepungan. e. Umumnya limbah dari umbi khususnya ubikayu dan ubi jalar dijadikan pakan ternak dengan melakukan pengeringan. Untuk mengatasi harga jatuh umumnya petani melakukan tunda jual dengan pembuatan gaplek agar dapat disimpan dalam waktu tertentu. f. Di beberapa provinsi sudah melakukan penanganan pascapanen ubikayu menjadi tepung tepung mocaf, gaplek (makanan), gaplek sebagai pakan ternak, opak, condok, keripik. Khusus keripik pemasaran sampai Korea (ekspor Korea). (di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara). 4. Pendampingan Gerakan Pascapanen tanaman pangan Tantangan yang dihadapi dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan disamping aspek budidaya seperti ketersediaan air irigasi, akses terhadap pupuk dan sarana produksi lainnya, juga dihadapkan pada masih tingginya angka susut hasil sebagai akibat penanganan panen dan pascapanen yang masih belum memadai. Untuk itu, maka sesuai dengan Catur Strategi Pembangunan Tanaman Pangan, dimana pengamanan produksi dari susut hasil (losses) melalui penanganan pascapanen harus menjadi perhatian dan diterapkan dengan baik. Peran teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan dengan berbagai tingkat teknologinya menjadi sangat strategis dalam rangka mengamankan produksi tanaman pangan, sehingga dapat menekan susut hasil (losses) dan mempertahankan mutu yang dihasilkan. Oleh karena itu, adopsi teknologi penanganan pascapanen tanaman pangan yang selalu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 68

80 mengalami perkembangan sudah menjadi kebutuhan mutlak pada proses produksi tanaman pangan secara efektif dan efisien. Gerakan penanganan pascapanen tanaman pangan bertujuan untuk : (a) Mendorong dan Menggerakan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices); (b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil ; dan (c) Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen tanaman, dan (d) Mengoptimalkan pemanfaatan alat mesin pertanian dalam usaha tani. Dalam upaya penerapan penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar (Good Handling Practice/GHP) perlu disinergikan teknologi dan sarana pascapanen dalam bentuk Gerakan Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2015 dilakukan gerakan pascapanen untuk 3 (tiga) komoditas dengan lokasi masing-masing yaitu Padi (Provinsi Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Selatan); Jagung (Provinsi Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo) dan Kedelai (Provinsi Aceh, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Gerakan penanganan pascapanen yang dilaksanakan pada tahun 2015 sebagai berikut : a. Gerakan Penanganan Pascapanen Padi. Gerakan Penanganan Pascapanen padi dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1) Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 22 April 2015 di Desa Mariuk Kecamatan Tambak dahan, Kabupaten Subang, pada hamparan padi seluas 125 ha, menggunakan varietas IR-42, hasil ubinan sebesar 5 ton/ha. 2) Provinsi Sulawesi Selatan, pada tanggal 27 April 2015 di Percontohan Pertanian Modern Kelurahan Appanang, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 69

81 Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng. 3) Provinsi Lampung, pada tanggal 8 September 2015 di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu. Tujuan Gerakan Penanganan Pascapanen Padi : 1) Mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices). 2) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil padi. 3) Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen padi. Sasaran Gerakan Penanganan Pascapanen Padi sebagai berikut : 1) Terlaksananya Gerakan Penanganan Pascapanen padi yang baik dan benar dalam rangka menginisiasi penerapan penanganan pascapanen padi yang baik dan benar dalam rangka menurunkan kehilangan hasil padi dan mempertahankan mutu. 2) Meningkatkan kesadaran petani dan pemangku kepentingan untuk menyadari arti pentingnya kehilangan hasil meningkatkan mutu gabah. 3) Meningkatkan keterampilan petani dalam menerapkan teknologiteknologi sarana pascapanen padi dan mengelola sarana teknologi tersebut dengan baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen padi sebagai berikut : 1) Sesi sambutan, pengarahan, temu wicara dari Pemda dengan petani/ poktan/gapoktan dan masyarakat setempat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 70

82 2) Sesi materi berupa pembekalan materi kepada para peserta oleh narasumber gerakan penanganan pascapanen padi yang terdiri dari pemateri dari Dinas Pertanian Prov/Kab, peneliti dari Badan Litbang Kementan, Peneliti dari Perguruan Tinggi, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, dan kegiatan diskusi dengan petani. 3) Sesi lapangan berupa gerakan panen/pascapanen bersama Pejabat Pemerintah Daerah setempat, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, petani, stakeholder dan instansi terkait. Kegiatan Sesi lapangan terdiri dari : a) Kegiatan panen di hamparan sawah yang siap panen dengan luas ± 100 ha. Gerakan ini merupakan kegiatan panen dengan menggunakan sarana teknologi pascapanen padi dengan berbagai tingkat teknologi yang tersedia seperti sabit bergerigi, paddy mower, reaper, power thresher, combine harvester kecil dan combine harvester besar. Gerakan ini merupakan kegiatan panen yang dilakukan secara serentak dan bersama dalam satu hamparan sawah. b) Kegiatan pascapanen padi dilakukan dengan meninjau dan mempraktek sarana pengeringan gabah dengan mekanik yaitu menggunakan sarana Vertical Dryer dan penggilingan gabah dengan menggunakan sarana Rice Milling Unit (RMU), Kegiatan ini sebagai bagian dari pembekalan teknis dan bentuk penerapan b. Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung Gerakan Penanganan Pascapanen jagung dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1) Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 September 2015 di Desa Dunggala, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo 2) Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 7 Oktober 2015 di Desa Nagari Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 71

83 3) Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 27 Oktober 2015 di Desa Tandui, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin. Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen jagung sebagai berikut : 1) Gerakan pascapanen jagung bertujuan : (a) Mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk melaksanakan penanganan pascapanen secara baik dan benar (good handling practices); (b) Mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil jagung; (c) Meningkatkan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen jagung; dan (d) Mengoptimalkan pemanfaatan alat mesin pertanian dalam usaha tani jagung. 2) Pembekalan materi oleh narasumber kepada para peserta/kelompok tani dan panen secara simbolik oleh Gubernur, Dirjen Tanaman Pangan, Bupati dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, pada hamparan jagung. 3) Demonstrasi pemanenan jagung menggunakan Corn Combine Harvester pipilan, demonstrasi pemipilan jagung Corn Sheller dengan kelobot, melihat Transplanter dan beberapa alat pascapanen lainnya yang dibarengi dengan penjelasan inovasi teknologi pascapanen jagung oleh Kepala Balai Besar Pascapanen, Balitbang Kementerian Pertanian. 4) Penyerahan bantuan secara simbolis kepada poktan/gapoktan oleh Gubernur, Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 5) Pada Gerakan Penanganan Pascapanen Jagung terdapat stand Pameran dari Produsen dan Distributor Benih dari PT Syngenta, PT Pertiwi dan PT Asia dengan beberapa produk benih jagung Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 72

84 unggulan seperti NK 212, NK 6326, Asia 92, Pak Tiwi 1, dan varietas Pertiwi 3. c. Gerakan Penanganan Pascapanen Kedelai Gerakan Penanganan Pascapanen kedelai dilaksanakan di 3 (tiga) provinsi antara lain : 1) Provinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 3 5 Juni 2015 di Desa Nipa Kalimoan, Kecamatan Bualemo, Kabupaten Banggai. 2) Provinsi Aceh pada tanggal Agustus 2015, di Desa Beurandang, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur. 3) Provinsi Sulawesi Tenggara pada tanggal 28 Oktober 2015 di Desa Wonuakoa Kecamatan Sabulakoa, Kabupaten Konawe Selatan. Hasil Pelaksanaan gerakan penanganan pascapanen kedelai sebagai berikut : 1) Pembekalan materi kepada para peserta oleh narasumber gerakan penanganan pascapanen kedelai dan diskusi dengan peserta gerakan. 2) Panen kedelai dan demonstrasi alat perontok menggunakan Power Thresher Multiguna 3) Kegiatan gerakan penanganan pascapanen kedelai diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan para petugas daerah, penyuluh, Babinsa, serta petani sebagai pengelola usahatani terhadap penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar ; penerapan materi pembekalan di masingmasing kelompok ; mendorong dan menggerakkan seluruh pemangku kepentingan untuk melaksanakan penanganan pascapanen kedelai yang baik dan benar ; mendorong terciptanya kesadaran dari seluruh pemangku kepentingan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 73

85 mengenai pentingnya usaha untuk menurunkan tingkat susut hasil panen kedelai. 4) Pelaksanaan gerakan diharapkan juga berdampak terhadap introduksi penggunaan sarana pascapanen mekanis kepada petani serta peningkatan manajemen kelembagaan poktan/gapoktan dalam usaha pascapanen kedelai. 5. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan ataupun dalam rangka menghadiri rapat yang berkaitan dalam mendukung pascapanen tanaman pangan. Tujuan pelaksanaan koordinasi dan integrasi yaitu : a) Koordinasi dengan petugas pertanian dan petani dalam pengembangan penanganan pascapanen secara baik dan benar (Good Handling Practice) b) Memberikan gambaran terkait kegiatan koordinasi dan integrasi kegiatan bidang tanaman pangan yang dilaksanakan. c) Sebagai pertangungjawaban kegiatan koordinasi dan integrasi terkait pembangunan bidang tanaman pangan yang sudah dilaksanakan. Sasaran kegiatan koordinasi dan integrasi bidang tanaman pangan adalah adanya keselarasan, kesepahaman, dan kesamaan langkah dalam pelaksanaan program baik internal kementerian/lembaga atau antar kementerian/lembaga. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian sebagai berikut a. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Padi) Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen dilaksanakan dalam rangka menghadiri rapat yang berkaitan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 74

86 mendukung pascapanen tanaman pangan dan perjalanan dinas/kunjungan ke lapangan. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen padi terdiri dari : 1) Mengahadiri Rapat Rapat yang dihadiri antara lain : 1) Rapat di BAPETAN ; 2) Rapat di MPR/DPR RI membahas Keputusan Badan Anggaran DPR RI Nomor AG/15679/DPRRI/IX/2015, dan Surat Menteri Keuangan Nomor S-814/MK.02/2015 atas pembahasan penundaan Pagu Anggaran Tahun 2016; 3) Rapat di BKPM ; 4) Rapat di BPS RI membahas Kuisioner SP-Lahan dan SP- Alsintan) ; 5) Rapat Evaluasi Kebijakan Pengembangan Usaha Ekonomi Desa di Bidang Usaha Ekonomi Masyarakat Desa ; 6) Rapat di Kementerian Perindustrian membahas Penyusunan RSNI Alsintan ; 7) Rapat di Kementerian Bidang Perekonomian membahas alokasi impor Jagung dan kedelai ; 8) Rapat Persiapan Kunker Komisi IV DPR RI ; 9) Festival Beras Nusantara di Epicentrum Walk ; 10) Rapat di Ditjen Perbendaharaan Kemenkeu tentang KUR ; 11) Rapat Umum Kemitraan Pertanian Berkelanjutan Indonesia (PISAgro) ; 12) Rapat Laporan Akhir Kegiatan Survey dan Verifikasi Kinerja Industri Berbasis Bahan Beras Pecah 100% dan Beras Ketan Pecah 100% di Kementerian Perindustrian ; 13) Rapat Kementan Dengan LKPP tentang Pembahasan Persiapan E-Catalog Untuk Kegiatan 2015 ; 14) Rapat Koordinasi Lanjutan Tim Koordinasi Keterkaitan Kota-Desa di BAPPENAS 2) Perjalanan Dinas/Kunjungan Lapang Perjalanan Dinas yang dilaksanakan adalah perjalanan dalam rangka mendukung kegiatan Tanaman Pangan dan pendampingan kegiatan terkait bidang pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 75

87 Perjalanan Dinas meliputi : 1) Pertemuan di Gedung Executive Development Training Center (EDTC), PKSPL-Institut Pertanian Bogor ; 2) Pelaksanaan pembinaan penanganan pascapanen padi di Provinsi Sumatera Selatan, NTT, Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong ; 3) Pengawalan dan Monev Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen TP di Provinsi Sumatera Selatan ; 4) Menghadiri Rapat Kerjasama Bidang Pertanian Indonesia - Jepang) di Bogor Provinsi Jawa Barat ; 5) Menghadiri Sosialisasi Tata Naskah Dinas dan Ketatausahaan Lingkup Ditjen TP di Lembang Provinsi Jawa Barat ; 6) Pendampingan kegiatan pada Pertemuan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-K/L) Ditjen. Tanaman Pangan TA di Provinsi D.I. Yogyakarta ; 7) Mengikuti acara kunjungan kerja Menteri Pertanian di Provinsi Jawa Tengah ; 8) Menghadiri Undangan Diskusi Kritis Teknologi Budidaya Padi (Hazton, SRI, Salibu dan PTT) dalam rangka mendukung Swasembada Pangan Nasional di Bogor ; 9) Seminar Hasil Studi Kelayakan Model Penerapan Teknologi Pascapanen di Tingkat Kelompoktani oleh JICA dan Sizhuoka Seiki Co Ltd di Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian ; 10) Menghadiri pembahasan reorganisasi lingkup Kementerian Pertanian di Bogor. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen padi yang telah dilaksanakan menghasilkan informasi dan data yang bermanfaat bagi petugas, pemangku kepentingan dan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian dalam mengambil keputusan. b. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Jasela). Koordinasi integrasi terkait dalam bidang pertanian merupakan bentuk kegiatan yang merangkum semua kegiatan yang telah diikuti dan dihadiri oleh subdit jagung dan serealia lain. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling mendukung dan melengkapi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 76

88 Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen Jagung dilaksanakan melalui : 1) Menghadiri Rapat Rapat koordinasi dengan instansi terkait seperti Rapat Business Matching P3DN Sektor Pertanian, Rapat di Kementerian Perdagangan, Audit Kinerja dan Evaluasi AKIP TA 2014/2015 di Provinsi Banten dan DI. Yogyakarta, Sosialisasi Tata Naskah dinas dan Ketatausahaan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan T.A. 2015, Konsultasi Balai Besar Pengembangan Mekanisasi. 2) Perjalanan Dinas/Kunjungan Lapang Kunjungan lapang ke Provinsi dan Kabupaten pelaksana kegiatan pascapanen yang salah satunya dalam mendukung program UPSUS seperti Provinsi Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan Koordinasi integrasi dalam bidang pertanian yang dilaksanakan tentunya akan menghasilkan data dan informasi informasi yang bermanfaat bagi para petugas, pemangku kepentingan dan masyarakat yang bergerak di bidang pertanian. Data dan informasi yang bermanfaat ini diharapkan akan dapat mengintegrasikan usaha pertanian yang akan diterapkan di tingkat tingkat lapang. c. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Kedelai) Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (kedelai) dilaksanakan dengan melakukan kunjungan ke 5 (lima) provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Maluku, Jawa Barat dan Bali. Hasil Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen kedelai sebagai berikut : 1) Koordinasi antar instansi terkait baik ditingkat pusat maupun daerah dalam penanganan pascapanen perlu ditingkatkan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 77

89 Penanganan pascapanen tidak dapat dilakukan secara parsial, oleh karena itu pendekatan koordinasi antar lembaga terkait perlu ditingkatkan baik pusat maupun daerah. 2) Untuk memantapkan perkembangan penanganan pascapanen termasuk usaha jasa pascapanen, diperlukan dukungan kelembagaan serta mendorong tumbuh kembangnya perbengkelan/pengrajin alat mesin pascapanen, kemitraan usaha jasa alsin pascapanen antara petani/kelompok tani sebagai pengguna dan Unit Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai unit usaha pelayanan jasa alsintan yang diantaranya alsin pascapanen tanaman pangan. 3) Perlu kesepahaman yang jelas dari awal tentang apa yang akan diintegrasikan sehingga kontribusi masing kementerina/lembaga menjadi jelas dan terpadu. 4) Penerapan teknologi penanganan pasca panen yang baik dan benar akan memberikan dampak yang lebih baik untuk mengurangi tingkat kehilangan hasil dan mempertahankan mutu kedelai terutama pada saat proses perontokan dan pengeringan. Perlunya teknologi dan sarana alat pasca panen yang memenuhi persyaratan teknis, ekonomis dan mudah di adopsi oleh petani, menjadikan teknologi dan alat yang di berikan dapat di aplikasikan dan di manfaatkan oleh kelompok tani. Hal tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani dan secara nasional dapat meningkatkan produksi kedelai. 5) Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pasca panen kedelai dan mendorong serta memfasilitasi kelompok tani dalam menerapkan alsin pasca panen secara optimal. Di dalam pengembangan pasca panen kedelai ke depan diarahkan menjalin kemitraan antara petani dengan stake holder terkait/industri. 6) Perlunya pelatihan penanganan pascapanen kedelai secara rutin untuk meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 78

90 sumber daya manusia dalam menangani pascapanen yang baik dan benar. 7) Di tingkat kabupaten, diharapkan memiliki analisa kebutuhan sarana pasca panen untuk mengetahui ketersediaan dan kebutuhan, sehingga penyebaran sarana pascapanen dapat efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan lapang guna menghindari terjadinya sarana pascapanen yang tidak bermanfaat. d. Koordinasi dan Integrasi Kegiatan Terkait Bidang Pertanian (Aneka Umbi) Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan ataupun dalam rangka menghadiri rapat yang berkaitan dalam mendukung pascapanen tanaman pangan dan diarahkan pada pengembangan wilayah produksi umbi yang dilakukan secara terintegrasi dengan industri pangan dan pasar. Pengembangan sistem manajemen pascapanen di wilayah produksi umbi diharapkan akan dihasilkan bahan baku yang kontinyu dan berkualitas sehingga dapat dihasilkan produk olahan pangan dengan kualitas yang memenuhi standar. Koordinasi dan integrasi dalam mendukung kegiatan pascapanen aneka umbi terdiri dari : 1) Menghadiri Rapat/Pertemuan/Workshop Pertemuan yang dihadiri meliputi : a) Rapat Kerja Komisi IV DPR- RI dengan Menteri Pertanian dalam rangka pembahasan RKA-K/L dan RKP Kementerian Pertanian Tahun 2016 ; b) Workshop kerjasama ASEAN bidang pangan dan Kehutanan ; c) Menghadiri Rapat Pra Aram di DI.Yogyakarta. 2) Perjalanan Dinas Perjalanan Dinas meliputi : a) Mengahadiri Gelar Teknologi Pertanian Modern di Desa Meriuk, Kecamatan Tambak Dahan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 79

91 Kabupaten Subang dalam rangka memperingati Kinerja satu tahun Pembagunan Pertanian ; b) Koordinasi ke Instansi Terkait ; c) Kunjungan ke Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa barat, Hasil koordinasi dan integrasi bidang pascapanen tanaman pangan yang telah dilakukan ke beberapa provinsi, diketahui berbagai permasalahan pengembangan pascapanen aneka umbi di lapang terkait aspek SDM, permodalan, teknologi, pasar dan sarana prasarana. Upaya pemecahan masalah yang dilakukan disesuaikan dengan kondisi di lapang agar integrasinya dapat berjalan efektif, dan efisien. 6. Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (GHP). Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (Good Handling Practices) bertujuan memberikan informasi dan penjelasan mengenai cara penurunan susut/kehilangan hasil dan peningkatan mutu hasil panen dalam rangka pengamanan produksi ubikayu dan peningkatan daya saing ubikayu. Diharapkan melalui Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu petugas dan petani dapat memahami pentingnya melakukan penanganan pascapanen ubikayu secara baik dan benar untuk meningkatkan mutu ubikayu yang dihasilkan serta memperpanjang masa simpan ubikayu melalui pengolahan ubikayu sampai menjadi chips dan tepungmocaf. Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (GHP) dilaksanakan di Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah, dihadiri peserta dari Direktorat Budidaya Aneka Kacang dan Umbi, BB Pascapanen, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jawa Tengah, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pati, petugas lapang (penyuluh/thl) Kabupaten Pati dan petani ubikayu di Kabupaten Pati. Narasumber dari Balai Besar Pascapanen- Litbang Kementerian Pertanian. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 80

92 Hasil Kegiatan Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu (GHP) sebagai berikut : a. Kebijakan Pengembangan Pascapanen dalam Mendukung Industri Olahan Ubikayu 1) Upaya untuk mengurangi kehilangan hasil produksi tanaman pangan dilakukan dengan menerapkan Good Handling Practices (GHP) berupa penerapan teknologi pascapanen, fasilitasi bantuan sarana pascapanen, serta pengembangan, pembinaan dan pengawalan terus dilakukan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. 2) Penanganan proses pascapanen yang baik dan benar memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani. 3) Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. 4) Posisi penanganan pascapanen dalam rantai agribisnis sangat strategis yaitu sebagai jembatan antara sektor hulu dan hilir, sehingga pendayagunaan sarana pascapanen perlu diikuti oleh pasokan bahan baku secara kontinyu di sektor hulu dan jaminan pasar di sektor hilir 5) Petani Ubikayu dan Petugas setempat agar terus meningkatkan kapasitas diri dan bersama-sama meningkatkan nilai tambah ubikayu melalui kerjasama antar kelompok sehingga hasilnya nanti dapat secara luas dirasakan oleh petani dan masyarakat pada umumnya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 81

93 6) Pengembangan mocaf di Kabupaten Pati memerlukan dukungan Pemda setempat untuk pendampingan dan informasi pasar sehingga minat petani untuk mengolah ubikayu dapat meningkat 7) Diperlukan transparansi penentuan harga ubikayu sehingga kedua belah pihak (petani dan pengusaha) tidak ada yang dirugikan. b. Penentuan Waktu Panen yang Tepat serta Pengenalan Metode Rafaksi 1) Umur panen tiap varietas ubikayu berbeda. Penentuan umur panen ubikayu ditentukan oleh faktor produktivitas hasil, kandungan kadar pati, berat kering dan densitas umbi. Kadar pati meningkat sejalan dengan meningkatnya umur panen sampai umur panen optimum (kadar pati tertinggi). Bila ubikayu dipanen pada lewat umur optimum akan menurunkan kadar pati dan diikuti meningkatnya kadar serat menjadi berkayu. 2) Kandungan kadar pati pada ubikayu segar menjadi dasar penentuan harga dan rafaksi ubikayu terutama bagi petani ubikayu dan pengusaha/pabrik tapioka dalam transaksi pembelian ubikayu. 3) Metode rafaksi berguna untuk menentukan kadar pati dan chips dari umbi yang dipanen sehingga akan diketahui nilai dari ubikayu tersebut. Diperlukan standar harga ubikayu antara petani dan pengusana untuk dijadikan acuan pada penetapan harga ubikayu sesuai kualitas umbi yang dipanen. 4) Perlu disosialisasikan Metode Pengukuran Kadar Pati Ubikayu Secara Cepat(Tomado de CIAT, 1978) sebagai berikut : a) Sampel ubikayu segar ditimbang 3 5 kg --- (A) b) Sampel tersebut ditimbang pada kondisi terendam air -- (B) c) Densitas ubikayu tersebut kemudian dihitung : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 82

94 A Densitas = A + B d) Besar kadar pati dihitung dengan melihat tabel konversi hubungandensitas, berat kering, kadar pati dan harga ubikayu. c. Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu Secara Baik dan Benar 1) Sifat ubikayu segar memiliki kadar air tinggi (60%), adanya getah tandanya licin mengandung enzim linamarin (warna biru) dan enzim phenolasre (warna coklat (browning), kadar racun sianida (HCN) ditandai rasa pahit. 2) Dalam bentuk tepung (baik umbi rajang/ chip bahan baku tepung kasava, tepung kasava maupun tapioka) akan lebih awet dan mudah difortifikasi menjadi berbagai produk olahan pangan dan non pangan. Tepung kasava dapat dibuat melalui proses tanpa fermentasi (tepung gaplek) dan melalui proses fermentasi (Tepung Mocaf). 3) Petani perlu memahami faktor-faktor yang menurunkan harga ubikayu diantaranya adalah: a) Adanya kerusakan pada umbi akibat pemotongan tidak pada tangkai atau terkena umbi sehingga menjadi sumber infeksi. b) Panen pada umur yang tidak tepat sehingga kadar pati kurang optimal 4) Penggunaan pengungkit pada saat panen bertujuan untuk mengurangi jumlah umbi yang tertinggal/patah di dalam lahan. Diharapkan petani ubikayu di Kabupaten Pati dapat menerapkan penggunaan pengungkit pada saat panen. 5) Pada proses perajangan ubikayu yang telah dikupas bersih, perlu diperhatikan putaran alat perajang dan ketebalan pisau pemotong. Hasil rajangan diusahakan seragam dengan ketebalan 1-1,5 mm agar pengeringan merata. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 83

95 6) Percepatan penerapan penanganan pascapanen ubikayu dalam bentuk chips dipengaruhi oleh pengetahuan petani dan petugas mengenai teknologi produksi chips, industri yang berkembang di daerah tersebut dan permintaan pasar. 7. Pengukuran Susut Hasil Pascapanen Tanaman Pangan. Pengukuran kehilangan pascapanen hasil pertanian tanaman pangan masih sebatas pada komoditas padi, sedangkan pengukuran dan perhitungan susut pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu dilapangan belum ada acuan yang baku. Kegiatan pengukuran Susut Hasil Penanganan pascapanen sebelumnya telah pernah dilaksanakan pada tahun 2012, 2014 dan pada tahun 2015 kembali dilakukan pengukuran susut hasil untuk komoditas jagung, kedelai dan ubikayu. Pengukuran diharapkan dapat menggambarkan besarnya kehilangan hasil pada setiap tahapan kegiatan penanganan pascapanen. Kegiatan pengukuran susut hasil pascapanen tanaman pangan meliputi a. Pengukuran Susut Hasil Jagung Pengukuran susut hasil jagung dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang ; Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Grobogan Pengukuran susut penanganan pascapanen jagung meliputi tahap panen, pemipilan dan pengeringan. Melalui kegiatan pengukuran susut hasil pascapanen jagung diharapkan para pelaku pascapanen memahami penanganan pascapanen yang baik sehingga terjadi peningkatan efisiensi produksi melalui penurunan susut hasil pascapanen yang pada akhirnya menambah nilai tambah dan daya saing. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 84

96 Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen jagung di 2 (dua) provinsi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Tahap Panen Pemanenan di Provinsi Sumatera Utara dilakukan dengan cara petik buka kelobot menggunakan tangan atau semacam alat pengungkit dari kayu, dimasukkan ke dalam karung dan ada pula yang petik dengan kelobot lalu dilakukan pengupasan diluar petak, setelah itu dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dilakukan pemipilan. Kebiasaan petani di Kabupaten Langkat adalah panen yang dilakukan dalam luasan besar maka panen jagung biasanya dilakukan dengan cara dibakar, membutuhkan waktu 3 hari,(hari pertama batang jagung direbahkan, hari ke dua dibakar dan pada hari ketiga dilakukan pemetikan tongkol jagung, dikumpulkan dan dilakuan penumpukan sementara di lapang). Untuk Provinsi Jawa Tengah pemanenan dilakukan dengan cara petik kelobot, buka kelobot lalu dimasukkan ke dalam karung, dan ada pula yang dipetik buka kelobot. Kebiasaan pemanenan di Kabupaten Grobogan yaitu 2 minggu sebelum panen jagung dilakukan pemangkasan pucuk tanaman jagung, selanjutnya panen jagung dengan cara petik buka kelobot jagung dan dimasukkan ke dalam karung sebelum dilakukan pemipilan. 2) Tahap Pemipilan. Pemipilan jagung dilakukan sesuai dengan kebiasaan petani yaitu menggunakan mesin pemipil jagung (Corn Sheller) berkapasitas 3 ton/jam, berbahan bakar solar. 3) Tahap Pengeringan Pengeringan dengan memenafaatkan sinar matahari, menggunakan alas terpal/lantai jemur hingga mendapatkan KA < Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 85

97 17% atau mencapai 14%. Setelah dijemur dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam karung. Hasil pengukuran susut jagung 2 (dua) Provinsi sebagai berikut : 1) Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,664% Tahap pemanenan sebesar 1,197 %, tahap pemipilan sebesar 0,066 % dan tahap pengeringan sebesar 0,400 %. 2) Provinsi Jawa Tengah sebesar 4,965% Tahap pemanenan sebesar 1,695%, tahap pemipilan sebesar 0,275% dan tahap pengeringan sebesar 2,995%. Hasil pengukuran susut hasil pascapanen jagung tahun 2015 selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 14 : Hasil Pengukuran Susut Hasil Pascapanen Jagung Provinsi/ Kabupaten/Kota Susut Hasil (%) Pemanenan Pemipilan Pengeringan Jumlah Sumatera Utara a Kab. Langkat b Kab. Deli Serdang Jawa Tengah a Kab. Purwerejo b Kab. Grobogan Jumlah Rata-Rata Kesimpulan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen jagung sebagai berikut : 1) Susut pascapanen jagung yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara sebesar 1,664% sedangkan di Jawa Tengah sebesar 4,965%. Secara keseluruhan nilai susut pascapanen jagung tersebut menunjukkan angka yang tidak terlalu besar apabila dibandingkan dengan nilai susut yang dikeluarkan IPB tahun 2003 yaitu sebesar 5,2 %. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 86

98 2) Susut hasil di Provinsi Jawa Tengah (4,965%) lebih besar dibandingkan dengan susut hasil di Provinsi Sumatera Utara (1,664%), Kondisi tersebut dipengaruhi oleh perilaku petani di Provinsi Sumatera Utara yang lebih memperhatikan kaidah penanganan pascapanen jagung khususnya pada tahap pengeringan. 3) Susut pemipilan di Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,066% dan di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,275%. Kondisi tersebut ditentukan oleh sarana pemipil (Corn Sheller) yang digunakan oleh petani. Corn Sheller yang digunakan petani di Sumatera Utara merupakan buatan bengkel lokal yang spesifikasi lokasi sedangkan di Provinsi Jawa Tengah merupakan bantuan pemerintah yang kurang memperhatikan spesifikasi lokasi. Saran penanganan pascapanen jagung yang lebih baik sebagai berikut : 1) Setelah proses panen, pemipilan dan pengeringan diharapkan petani memeriksa kembali apakah terdapat jagung yang tertinggal di lapangan, di dalam mesin pemipil ataukah di tempat pengeringan. Selalu menggunakan alas yang memenuhi syarat untuk meminimalkan susut yang terjadi. 2) Perlu dilakukan pembinaan dan pengawalan berkelanjutan oleh Petugas Dinas Pertanian baik Pusat, Provinsi dan Kabupaten dalam penanganan pascapanen jagung yang lebih baik seiring dukungan sarana dan teknolodi pascapanen. 3) Teknologi penanganan pascapanen perlu diinformasikan kepada petani serta pelatihan kepada para operator yang menggunakan mesin terutama untuk mesin yang multiguna. 4) Perlu dilakukan survey ke pedagang pengumpul jagung untuk mengetahui apakah terdapat proses lanjutan seperti pengeringan ulang ataupun sortasi ulang. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 87

99 b. Pengukuran Susut Hasil Kedelai Pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi sentra produksi kedelai yaitu Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Tasikmalaya ; Provinsi Sulawesi Selatan di Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Maros. Uji coba pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai bertujuan untuk memperoleh data/informasi mengenai: 1) Besaran Susut Panen Kedelai, 2) Besaran Susut Pengangkutan Brangkasan Kedelai, 3) Besaran Susut Penjemuran Brangkasan Kedelai, 4) Besaran Susut Perontokan Polong dan Biji Kedelai 5) Metodologi Pengukuran Dan Perhitungan Susut Hasil Kedelai Yang Lebih Sempurna. Pemilihan lokasi untuk pelaksanaan pengukuran dan perhitungan susut hasil pascapanen kedelai berdasarkan keterwakilan daerah sentra produksi kedelai. Pengambilan sampel, setiap Provinsi dipilih 2 (dua) Kabupaten/Kota. Pada setiap Kabupaten/Kota dipilih 1 (satu) Kecamatan. Jumlah responden pada setiap lokasi masing-masing dipilih 2 (dua) orang petani dengan 2 (dua) sampling petak ubinan Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen kedelai di 2 (dua) provinsi, diperoleh hasil sebagai berikut : 1) Susut Panen Pengukuran susut pemanenan kedelai dilakukan dengan sampel ubinan 5m x 5 m. Pemanenan dilakukan dengan cara disabit atau dicabut batang tanaman kedelai, tergantung kebiasaan petani setempat. Susut hasil tercecer panen dihitung berdasarkan banyaknya polong dan biji kedelai yang tercecer, karena goncangan pada saat panen, dan yang tertinggal di Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 88

100 batang tanaman kedelai yang tidak terpotong/tercabut ketika panen atau tanaman kedelai yang tertinggal di lahan/ladang setelah panen. Pengukuran dan perhitungan susut hasil panen secara rata-rata, selengkapnya disajikan pada tabel berikut : Tabel 15 : Kisaran Persentase Susut Hasil Panen Kedelai Provinsi/ Umur Panen Susut Panen Varietas Cara Panen Kabupaten/Kota (hst) % Jawa Barat a Kab. Indramayu Argomulyo Sabit 1.84 b Kab. Tasikmalaya Anjasmoro 90 Sabit 0.66 Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto Anjasmoro Sangko 1.87 b Kab. Maros - Anjasmoro 90 Sabit/cabut Kaba - Mutiara Kisaran Tabel 15 menunjukkan bahwa besaran susut hasil panen berkisar 0,66 1,87 %. Susut hasil panen tercecer tertinggi di Kabupaten Jeneponto sebesar 1,87 % dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 0,66%. Susut hasil panen diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas, umur layak panen, cara panen oleh petani dan sarana panen yang digunakan serta budaya petani dalam melakukan panen kedelai sehingga banyak batang tanaman kedelai (polong terikut) yang masih tertinggal di lahan. 2) Susut Pengangkutan Brangkasan Kedelai Petani responden pada susut hasil pascapanen kedelai sebagian besar tidak melakukan pengangkutan brangkasan kedelai. Petani memanen kedelai dan dikeringkan langsung di lahan sehingga tidak ada pengangkutan brangkasan kedelai.cadapun pengangkutan brangkasan kedelai yang dilakukan responden lainnya sudah cukup baik yaitu dengan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 89

101 memasukan brangkasan ke dalam karung, sehingga pada tahap pengangkutan tidak terjadi susut tercecer. Tabel 16 : Kisaran Persentase Susut Hasil Pengangkutan Brangkasan Kedelai Provinsi/ Kabupaten/Kota Cara Pengangkutan Susut Pengangkutan Jawa Barat a Kab. Indramayu - Kering dilahan 0 - Diikat dan dimasukkan ke karung diangkut dengan motor b Kab. Tasikmalaya - Tidak diangkut 0 Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto - Kering di lahan 0 b Kab. Maros - Tidak diangkut Kisaran 0 0 % 3) Susut Penjemuran Brangkasan Penjemuran brangkasan kedelai dilakukan di lahan kedelai dengan menggunakan alas terpal. Susut hasil penjemuran brangkasan kedelai dihitung berdasarkan banyaknya biji kedelai tercecer selama penjemuran brangkasan kedelai, antara lain karena biji kedelai tercecer/terlempar di luar alas penjemuran, atau tercecer di lahan apabila penjemuran tanpa menggunakan alas. Tabel 17 : Kisaran Persentase Susut Hasil Penjemuran Provinsi/ Kabupaten/Kota Kedelai Lama Penjemuran Susut Penjemuran Jawa Barat a Kab. Indramayu - Langsung di rontokkan sampai 4 hari b Kab. Tasikmalaya - 2 sampai 3 hari 0.10 Sulawesi Selatan a Kab. Jeneponto - Langsung di rontokkan 0 b Kab. Maros - 2 sampai 3 hari Kisaran % Tabel 17 menunjukkan bahwa kisaran susut hasil penjemuran antara 0 0,10 %. Susut penjemuran 0% karena responden tidak melakukan penjemuran, kedelai di panen pada kondisi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 90

102 batang dan daun sudah kering. Setelah pemanenan dilanjutkan proses perontokkan. Susut penjemuran di Kabupaten Tasikmalaya dan Maros sebesar 0,10 %. Penjemuran brangkasan menggunakan alas terpal atau waring (alas seperti paranet yang mempunyai poripori kecil) dengan ukuran 8 x 8 m. Penggunaan alas waring lebih efektif daripada menggunakan alas terpal sebab brangkasan lebih cepat kering. 4) Susut Perontokan Perontokan brangkasan kedelai oleh responden yang dilakukan secara manual umumnya dilakukan dengan dipukul menggunakan tongkat kayu/pelepah kelapa (panjang + 80cm dan diameter 5cm) di atas rak kayu atau terpal.tempat untuk perontokan brangkasan kedelai kering dilakukan langsung di lahan budidaya kedelai milik petani yang bersangkutan, namun ada juga perontokan yang dilakukan di halaman rumah.ketebalan tumpukan brangkasan yang dirontok secara manual diatas alas terpal umumnya cm dengan frekuensi pembalikan 3-4 kali. Penggunaan mesin perontok (power threser) belum banyak dilakukan petani, hal ini disebabkan karena petani belum memiliki alat tersebut dan apabila akan menggunakan power thresher maka petani harus menyewa. Tabel 18 : Kisaran Persentase Susut Hasil Perontokan Kedelai Provinsi/ Kabupaten/Kota Manual Susut Perontokan (%) Mekanis Jawa Barat a Kab. Indramayu b Kab. Tasikmalaya Sulawesi Selatan a Kab.Jeneponto b Kab. Maros Kisaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 91

103 Tabel 18 menunjukkan bahwa kisaran susut hasil perontokan dibagi menjadi 2, yaitu susut perontokan secara manual (di pukul) dan susut perontokan secara mekanis (Power Threser). Susut perontokan secara manual tertinggi di Kabupaten Jeneponto sebesar 8,56 % dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya sebesar 3,31%. Tingginya susut perontokan secara manual di Kabupaten Jeneponto karena kurang terampil dan telitinya petani dalam merontok brangkasan kedelai dengan menggunakan tongkat pemukul mengakibatkan masih banyaknya biji kedelai yang tidak terontok dan terpelanting keluaralas perontokan. Susut perontokan secara mekanis tertinggi di Kabupaten Indramayu sebesar 4,71% dan terendah di Kabupaten Maros sebesar 1,45 %. Susut perontokan secara mekanis yang tinggi di Kabupaten Indramayu dikarenakan petani kurang terampil dalam mengoperasikan Power Threser sehingga sampah brangkasan yang tidak terontok masih banyak. Kisaran susut hasil perontokan manual sekitar 3,31 8,56 % lebih tinggi dibandingkan kisaran susut hasil perontokan mekanis sekitar 1,45 4,71 %. Penggunaan alat Power Threser lebih efektif dalam mengurangi susut hasil perontokan dan efisien dari segi waktu menyelesaikan perontokan brangkasan kedelai kering. Penggunaan alas terpal yang sesuai untuk perontokan brangkasan (ukuran 8 x 8 m) juga mempengaruhi susut hasil perontokan. Alas terpal yang luas dapat meminimalisir biji kedelai terpelanting jauh dan bercampur dengan tanah. 5) Kisaran Susut Hasil Pascapanen Kedelai Susut hasil pascapanen kedelai tahun 2015 dibedakan menjadi dua cara, yaitu secara manual dan secara mekanis. Kisaran susut hasil pascapanen kedelai tahun 2015 secara manual Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 92

104 berkisar antara 3,97 10,53 % dan mekanis berkisar antara 2,11 6,68 %. Tabel 19 : Kisaran Susut Hasil Selama Penanganan Pascapanen Kedelai Susut Hasil (%) Kisaran (%) Tahap Penanganan Provinsi Jawa Barat Provinsi Sulawesi Selatan Pascpanen Manual Mekanis Kab. Indramayu Kab. Tasikmalaya Kab. Jeneponto Kab. Maros a Panen b Pengangkutan c Pengeringan d Perontokan - Manual Mekanis Kisaran Manual Mekanis Manual Mekanis Manual Mekanis Manual Mekanis Tabel 19 menunjukkan bahwa susut hasil pascapanen kedelai secara manual terbesar di Kabupaten Jeneponto (10,43%) dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya (4,07%). Susut hasil pascapanen kedelai secara mekanis terbesar di Kabupaten Indramayu (6,57 %) dan terendah di Kabupaten Tasikmalaya (2,28%). Susut hasil pascapanen kedelai terbesar pada tahap perontokan brangkasan kedelai, dimana banyak biji kedelai yang terpelanting dan tidak terontok. Kisaran susut perontokan secara manual sebesar 3,31 8,56 % lebih tinggi dibandingkan dengan kisaran susut perontokan secara mekanis 1,45 4,71 %. Besarnya susut hasil perontokan manual karena tercecer terutama terjadi pada saat pemukulan brangkasan kedelai kering, dimana banyak biji kedelai yang terlempar keluar alas perontokkan dan terdapat biji yang masih tertinggal dalam polong akibat tidak meratanya pemukulan brangkasan kedelai kering. Susut hasil perontokkan juga banyak terjadi pada saat pembersihan biji kedelai dengan cara penampian, serta sampah sisa pemukulan brangkasan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 93

105 c. Pengukuran Susut Hasil Ubikayu. Pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu dilaksanakan di 2 (dua) Provinsi yaitu Sumatera Utara di Kabupaten Deli Serdang dan Serdang Bedagai ; Provinsi DI.Yogyakarta di Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul yang merupakan daerah sentra produksi ubikayu di Indonesia. Cakupan kegiatan pengukuran susut hasil ubikayu adalah pengamatan terhadap susut saat panen, susut pengupasan, susut perajangan, susut pengeringan dan susut penyimpanan. Pemilihan lokasi pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu dilakukan berdasarkan pertimbangan keterwakilan agroekosistem (lahan sawah/tadah hujan, lahan kering/tegal, dataran tinggi, dataran rendah, beriklim basah atau beriklim kering), sentra produksi ubikayu dan adanya proses penanganan pascapanen lanjutan. Hasil pelaksanaan perhitungan pengukuran susut hasil pascapanen ubikayu sebagai berikut : 1. Susut Panen Susut panen adalah susut yang terjadi selama proses panen. Susut saat panen dihitung berdasarkan pada banyaknya umbi yang tertinggal dalam tanah (tercecer 1) ; umbi yang tertinggal pada pangkal batang sewaktu dilakukan pemotongan umbi (tercecer 2) ; serta umbi yang tertinggal di lahan (tidak dipungut) setelah proses panen sampai pengangkutan (tercecer 3). Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil panen secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 94

106 Tabel 20 : Rata - Rata Persentase Susut Panen Ubikayu Varietas Susut Panen (%) Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang Manggu (lokal) 2.35 b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung 1.73 D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega 2.41 b Provinsi/ Kabupaten/Kota Kab. Gn.Kidul Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco Rata-Rata Besaran susut panen rata-rata sebesar 2,09 %, susut tertinggi di Kabupaten Bantul sebesar 2,41 %. Faktor susut panen diperkirakan dipengaruhi berbagai faktor, antara lain kebiasaan cara panen petani, cuaca, kondisi tanah waktu panen (kering atau lembab) dan sarana yang digunakan untuk panen. 2. Susut Pengupasan Susut pengupasan adalah susut tercecer saat pengupasan. Penghitungan berdasarkan pada banyaknya umbi yang masih melekat dibagian kulit atau umbi terbuang bersama kulit (tercecer 1). Potongan umbi berasal dari pangkal dan ujung umbi sebelum atau setelah dikupas (tercecer 2). Pengupasan dilakukan secara tradisional dengan menggunakan pisau. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil pengupasan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 21 : Rata-Rata Persentase Susut Pengupasan Ubikayu Varietas Susut Pengupasan (%) Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang Manggu (lokal) 4.11 b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung 4.63 D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega 2.14 b Provinsi/ Kabupaten/Kota Kab. Gn.Kidul Rata-Rata Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 95

107 Besaran susut pengupasan rata-rata sebesar 3,24 %, susut tertinggi pada Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 4,63 % dan susut terendah pada Kabupaten Gunung Kidul sebesar 1,80 %. Angka susut pengupasan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain cara mengupas, varietas (mudah tidaknya dikupas), umur panen, alat yang digunakan untuk mengupas dan ukuran umbi. Ukuran umbi menentukan susut pengupasan karena umbi yang berukuran besar cepat dan mudah dikupas, sedang yang berukuran kecil sulit dan lama dikupas sehingga yang berukuran kecil cenderung tidak dikupas dan di tinggalkan untuk pakan ternak. 3. Susut Perajangan Susut perajangan adalah umbi yang tercecer diluar alas perajang saat pembuatan chips. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil perajangan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 22 : Rata-Rata Persentase Susut Perajangan Ubikayu Provinsi/ Kabupaten/Kota Varietas Susut Perajangan (%) Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang *) Manggu (lokal) 0 b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung 1.11 D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega 5.06 b Kab. Gn.Kidul *) Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco 0 Ket : *) Umbi Gaplek Rata-Rata 3.08 Besaran susut perajangan rata-rata sebesar 3,08 %. Susut perajangan di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1,11 % dan Kabupaten Bantul sebesar 5,06 %. Rendahnya susut perajangan di Kabupaten Serdang Bedagai karena perajangan dilakukan dengan menggunakan alat perajang dan alas terpal yang sesuai standar. Jika terjadi umbi terlempar keluar dari alas Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 96

108 segera di pungut kembali oleh petani. Bentuk umbi hasil perajangan adalah dalam bentuk cacah (tidak beraturan). Sedangkan pada Kabupaten Bantul sarana perajang yang digunakan tidak sesuai dengan standar putaran (rpm) alat perajang lambat, pisau kurang tajam, luas alas perajang sempit, dan kurang terampilnya operator. Bentuk rajangan beraturan (chips), karena menggunakan sarana perajang umpan satu persatu). 4. Susut Pengeringan Proses pengeringan adalah proses untuk menurunkan kadar air umbi, baik bentuk chips maupun gaplek gelondong sampai kadar air tertentu dan siap untuk disimpan. Susut pengeringan dihitung berdasarkan selisih bobot (kehilangan massa umbi yang tercecer) selama pengeringan umbi. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil pengeringan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 23 : Rata-Rata Persentase Susut Pengeringan Ubikayu Provinsi/ Kabupaten/Kota Varietas Susut Pengeringan (%) Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang *) Manggu (lokal) 7.35 b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung 7.06 D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul Uncek, Mentega 3.76 b Kab. Gn.Kidul *) Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco 4.80 Ket : *) Umbi Gaplek Rata-Rata 5.74 Besaran susut pengeringan rata-rata 5,74 %. Perhitungan susut pengeringan menggunakan rumus konversi kadar air konstan (14 %). Kabupaten Deli Serdang mempunyai angka besaran susut pengeringan tertinggi 7,35 %, Kabupaten Serdang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 97

109 Bedagai 7,06 %. Kabupaten Bantul 3,76 % dan Kabupaten Gn.Kidul 4,80 % Pengeringan menggunakan alas terpal saat proses pengeringan, namun pada saat penjemuran kurang terkontrol (banyak dimakan ternak peliharaan antara lain ayam dan bebek) serta pada saat pembalikan chips/gaplek banyak yang terlempar/ keluar dari terpal dan tidak dipungut kembali 5. Susut Penyimpanan Susut penyimpanan adalah besarnya umbi yang tercecer selama proses penyimpanan berupa chips/ gaplek. Hasil Pengukuran dan perhitungan susut hasil penyimpanan secara rata-rata disajikan pada tabel berikut : Tabel 24 : Rata-Rata Persentase Susut Penyimpanan Ubikayu Provinsi/ Kabupaten/Kota Varietas Susut Penyimpanan (%) Sumatera Utara a Kab. Deli Serdang Manggu (lokal) 0.51 b Kab. Serdang Bedagai Samareta, Lampung 1.06 D.I.Yogyakarta a Kab. Bantul **) Uncek, Mentega - b Kab. Gn.Kidul **) Adhira 4, UJ 5, Gatot Koco - Rata-Rata Ket : **) dalam proses penyimpanan 3-4 bulan 0.79 Besaran susut penyimpanan sementara rata-rata sebesar 0,79%. Pengukuran susut penyimpanan chips diukur berdasarkan berat sebelum dan sesudah penyimpanan. Penyimpanan gaplek dihitung berdasarkan berat gaplek sebelum dan sesudah penyimpanan dilakukan. Susut penyimpanan disebabkan karena dimakan hama gudang, sistem curah dan pengemasan yang tidak benar serta kondisi tempat penyimpanan yang tidak kering. Rekapitulasi Susut Pascapanen Ubikayu disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 98

110 Tabel 25 : Rekapitulasi Susut Pascapanen Ubikayu tahun Tahap Penanganan Pascpanen Susut Hasil (%) Provinsi Sumatera Utara Provinsi D.I. Yogyakarta Rata-Rata Kab. Deli Serdang Kab. Serdang Bedagai Kab. Bantul Kab. Gn.Kidul (gaplek) (chips) (chips) (gaplek) (%) a Panen b Pengupasan c Perajangan * * 3.08 d Pengeringan e Penyimpanan ** ** 0.39 Total Ket : *) Tidak tersedia data karena tidak ada proses perajangan (berupa gaplek glondong) **) Dalam proses penyimpanan 3-4 bulan Susut pascapanen ubikayu mulai dari tahap panen, pengupasan, perajangan/pembelahan, pengeringan dan penyimpanan sebesar 14,30 %. Susut terbesar pada tahap pengeringan/penjemuran sebesar 5,74 % dan pada tahap panen sebesar 3,17 %. Tingginya susut pada saat pengeringan/ penjemuran disebabkan saat melakukan pembalikan chips banyak yang terjatuh dan tidak dipungut kembali, banyaknya hewan peliharaan (ayam dan bebek) dalam lokasi penjemuran sehingga saat chips dijemur banyak yang dimakan hewan, sementara tingginya susut tercecer pengupasan disebabkan bukan karena proses pengupasan yang kurang baik dan benar, tetapi lebih karena cara pemotongan ke dua ujung umbi yang kurang benar sehingga banyak daging umbi ikut terbuang/ terpotong. Untuk menekan susut pemanenan, perlu dilengkapi/dibantu sarana panen (pengungkit). Untuk perajangan sarana perajang yang digunakan sudah baik hanya saja pelaku perajangan belum berpengalaman serta putaran alat perajangan (RPM) terlalu rendah, sehingga menghasilkan susut perajangan yang rendah sebesar 1,54 %. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 99

111 8. Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat. Pengembangan tepung mocaf dengan sistem cluster untuk meningkatkan kesejahteraan petani ubikayu di kawasan sentra produksi ubikayu mulai dirintis pemerintah untuk mendukung pertanian bioindustri. Pada tahun 2014, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah memberikan bantuan berupa fasilitasi sarana paket produksi chips dan tepung pada 3 lokasi berbeda di Kabupaten Cianjur yaitu paket produksi chips di Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Cibinong, serta paket produksi tepung di Kecamatan Cidaun. Fasilitasi Pengembangan Ubikayu merupakan salah satu Pilot Project Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) yang dilakukan melalui bentuk Dukungan Manajemen Peningkatan Kapasitas SDM Gabungan Kelompok Tani/Kelompok Tani Penerima Bantuan Program SIPP di Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat yang bersumber dari APBN TA Sistem cluster yang direncanakan akan diterapkan pada kegiatan SIPP memerlukan sistem kerjasama yang baik antar cluster chips dan pusat produksi tepung. Dukungan pendampingan dari Pusat, dinas pertanian provinsi sampai BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) setempat menjadi hal yang sangat penting. Dibutuhkan SDM yang memahami cara produksi chips dan tepung secara baik dan benar, cara mengelola usaha, opersionalisasi sarana yang ada, pemasaran, dan penanganan limbah produksi. Sebagai program daerah yang tentunya akan didukung oleh pemerintah daerah setempat, maka berbagai dukungan infrastruktur juga berpotensi untuk diakses. Pemerintah daerah memiliki asset berupa lahan dan prasarana yang bisa dipinjam atau dihibahkan. Dukungan infrastruktur yang dibutuhkan mulai dari lahan untuk pembangunan gudang dan rumah produksi, serta sekretariat/perkantoran dan kendaraan. Selain itu, dukungan riset juga bisa diperoleh dari Badan Penelitian dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 100

112 Pengembangan Daerah setempat yang ada di setiap level provinsi. Oleh sebab itu, dilakukan pembinaan yang terus menerus dari tingkat Pusat maupun Daerah sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan lancar dan memberikan dampak positif terhadap masyarakat tani disekitarnya. Diharapkan dengan adanya fasilitasi tersebut, kelompok tani dapat bekerja sama dengan semua instansi terkait di daerah termasuk dengan pedagang, perusahaan, maupun swasta lainnya pada bidang usaha seperti pembelian, pemrosesan, pengolahan dan penjualan komoditi ubikayu yang diproduksi di wilayah setempat maupun diwilayah plasma dengan mempertimbangkan analisa kelayakan usaha sehingga menguntungkan dan berkelanjutan. Pendekatan kegiatan dalam upaya mewujudkan gapokan/poktan sebagai pemilik-pelaku-penentu dalam pengelolaan agribisnis khususnya pengelolaan komoditi ubikayu memerlukan suatu tahapan kegiatan, sehingga petani berproses sesuai dengan sosial budaya lokal. Pendekatan program dan/atau kegiatan dengan mengutamakan petani/sumberdaya lokal akan memberikan jaminan terjadinya perubahan pola perilaku seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan skill kelompok tani melalui kegiatan pendampingan, sehingga pelaksanaan program dapat keberlanjutan. Tahap kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok dilakukan di Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota antara lain dengan fokus perencanaan produksi berupa penetapan/pemilihan varietas yang akan dibudidayakan, konsolidasi blok produksi dalam kawasan (Kecamatan Cidaun, Kecamatan Cibinong, dan Kecamatan Sindangbarang) untuk menjamin kesinambungan pasokan bahan baku tepung, peningkatan produktivitas, kemampuan penanganan pascapanen ubikayu, pengembangan pemanfaatan mocaf dan kerjasama usaha, serta pengembangan produk samping lainnya (pakan, pupuk organik dan bioenergi). Tahapan kegiatan penguatan kapasitas kelembagaan kelompok sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 101

113 a. Pusat 1) Penyusunan Pedoman Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP ) Penyusunan Panduan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP ) Penyusunan Modul Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Gabungan Kelompok Tani/ Kelompok Tani di lokasi Pilot Project SIPP ) Rapat Evaluasi Pelaksanaan Pilot Project SIPP. b. Provinsi 1) Sosialisasi Penerapan Penanganan Pascapanen Ubikayu Sesuai GHP di lokasi Pilot Project SIPP ) Pembinaan dan Pengawalan Pelaksanaan Kegiatan. 3) Temu Usaha dan Kemitraan. c. Kabupaten 1) Pembinaan dan Pengawalan Pelaksanaan Kegiatan. 2) Pembekalan Teknis/Apresiasi Petugas dan Gabungan Kelompok Tani/Kelompok Tani : a) Apresiasi Perencanaan Produksi b) Apresiasi Produksi Chips dan Tepung c) Apresiasi Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok 3) Pendampingan Produksi Chips dan Tepung. Pada proses pelaksanan Pembinaan Pilot Project SIPP Ubikayu Kabupaten Cianjur terdapat kendala sebagai berikut : 1) Kelompok tani masih memerlukan pendampingan dalam proses pengolahan agar mutu hasil produksinya dapat sesuai standar mutu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 102

114 yang telah ditetapkan dalam SNI karena petani penerima bantuan belum pernah melakukan proses produksi sebelumnya. 2) Kegiatan usaha produksi chips dan tepung umumnya masih terkendala oleh terbatasnya bahan baku di lokasi SIPP, tingginya harga bahan baku saat ini, dan terbatasnya permodalan. 3) Masih terkendala proses pengeringan terutama saat ini memasuki musim hujan. Alat pengering yang diberikan belum mampu bekerja optimal. 4) Pengelolaan usaha belum dilaksanakan secara bersama (Cibinong), administrasi poktan belum tertib dan perangkat organisasi poktan yang terbentuk belum sepenuhnya berfungsi optimal. 5) Kendala pelaksanaan kegiatan di Kecamatan Cidaun disebabkan pengunduran diri Gapoktan Mitra Usaha. Hal ini mengakibatkan proses produksi berhenti dan alat tidak dimanfaatkan. Gapoktan lain di Cidaun menyatakan berminat untuk mengelola alat-alat tersebut. Upaya Tindak Lanjut yang dilakukan sebagai berikut : 1) Diperlukan rancangan pembinaan secara berkelanjutan kepada Poktan untuk menguatkan kapasitas SDM kelompok tani dari aspek manajemen pengelolaan usaha dan peningkatan pengetahuan pengolahan berbasis ubikayu sehingga poktan dapat melakukan derivasi produk. 2) Akan dikirimkan surat kepada BPTP dan Disperindag Provinsi Jawa Barat untuk melakukan pembinaan kelompok tani di Lokasi SIPP. 3) Perlu dialokasikan anggaran untuk kegiatan apresiasi perencanaan produksi, penanganan pascapanen dan pengolahan serta penguatan kelembagaan, selain itu alokasi dana pendampingan kelompok tani untuk petugas penyuluh. 4) Poktan/gapoktan agar berupaya secara mandiri dan menguatkan/ mendorong peran serta anggota kelompok lainnya dalam pengelolaan usaha. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 103

115 5) Pemerintah akan terus mendukung pengembangan usaha poktan/gapoktan dan pemasaran produk yang dihasilkan serta mengoptimalkan peran serta instansi terkait seperti BPTP dan Disperindag dalam membina poktan/gapoktan. 6) Telah disampaikan kepada BP3K Cidaun agar permasalahan yang terjadi diselesaikan secara intern antara BP3K Cidaun dan poktan/gapoktan setempat. 7) Hasil musyawarah agar segera dilaporkan ke Dinas Pertanian Kabupaten dan secara berjenjang ke Provinsi dan Pusat. 8) Permasalahan harus segera diselesaikan karena akan berpengaruh terhadap arus investasi dan keberlanjutan program lainnya 9. Pendampingan Fasilitasi Pascapanen Dalam Mendukung Kawasan. Dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan tanaman pangan tahun 2015, Direktorat Budidaya Serealia telah menetapkan kawasan jagung di 7 provinsi, pada 7 kabupaten. Fasilitasi Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GPPTT) adalah Ha. Kawasan jagung ini diharapkan akan menghasilkan produksi yang memenuhi skala ekonomis, produksi sekali panen minimum ton dan terkonsentrasi pada satu kawasan, untuk memudahkan penanganan dan pemasaran. Kabupatentersebut diharapkan akan menjadi stimulasi perkembangan kawasan baru produksi jagung. Dukungan Sarana Pascapanen yang diberikan untuk mendukung kawasan sebagai berikut : 1) Corn Sheller per unit senilai Rp ,- (tiga puluh tiga juta rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. 2) Vertical Dryer Jagung + Crusher + bangunan per unit senilai Rp ,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Vertical Dryer sehargarp ,- (enam ratus delapan puluh lima Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 104

116 juta rupiah) dan Crusher seharga Rp ,- (dua puluh tiga juta rupiah) serta bangunan seharga Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan. 3) Corn Combine Harvester per unit senilai Rp ,- (lima ratus juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Beberapa hal yang menjadi permasalahan dan harus dijadikan perhatian dalam kegiatan pencapaian pengembangan kawasan tanaman pangan sebagai berikut : 1) Komoditas tanaman pangan selalu dihadapkan dengan harga hasil produksi yang murah di saat panen dan harga tinggi di saat musim paceklik. Demikian juga halnya yang terjadi pada komoditas jagung sehingga dibutuhkan adanya jaminan kepastian harga pada saat panen. Harga yang kompetitif akan menguntungkan petani dan menstimulan petani untuk terus meningkatkan produksi dan mempertahankan kualitas hasil panen. 2) Harga jagung pipilan yang memenuhi standar pabrikan atau standar nasional tidak memberikan pendapatan lebih bagi petani. Petani jagung cenderung untuk tidak memperhatikan kualitas produknya sehingga kualitas jagung pipilan kering masih belum optimal dalam memenuhi standar kebutuhan industri pakan ternak. 3) Pemasaran hasil produk juga merupakan kendala bagi petani. Hasil panen langsung dijual ke tengkulak dikarenakan lokasi industri pakan ternak yang umumnya relatif cukup jauh. Harga ditentukan oleh tengkulak dan tidak ada posisi tawar yang menguntungkan bagi petani. Kondisi tersebut di atas telah menyebabkan pendapatan usahatani Jagung belum mampu memberikan pengaruh yang berarti terhadap tingkat pendapatan dan kesejahteraan para petani jagung. 4) Pemberian sarana pascapanen jagung memberikan dampak positif bagi petani, terutama dalam hal kelangkaan tenaga kerja. Namun, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 105

117 pemanfaatannya tidak dalam kurun waktu yang panjang. Hal ini disebabkan petani belum mampu mengadopsi tenologi sarana pascapanen tersebut. Pelatihan dan kursus bagi petani sangat dibutuhkan. Selain itu, spesifikasi sarana pascapanen harus menyesuaikan dengan tipologi lahan dan keadaan wilayah setempat. Tindak Lanjut Hasil kunjungan sebagai berikut: 1) Peningkatan produksi terutama di daerah kawasan jagung tidak hanya didukung dengan sarana pascapanen tetapi juga disertai dengan dukungan pasar dan jaminan harga yang kompetitif. 2) Pemberian sarana pascapanen jagung harus disertai dengan pelatihan selain pelatihan yang dilakukan oleh pabrikan/produsen. 3) Sarana pascapanen jagung yang diberikan mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan keadaan wilayah. 4) Kampanye peningkatan kualitas hasil produksi harus terus dilakukan karena persaingan produk tidak hanya dengan produsen dalam negeri namun juga produsen luar negeri. 10. Pembinaan dalam Rangka UPSUS Peningkatan PJK. Permasalahan substantif yang dihadapi dalam percepatan pencapaian swasembada pangan antara lain: (1) alih fungsi dan fragmentasi lahan pertanian; (2) rusaknya infrastruktur/ jaringan irigasi; (3) semakin berkurangnya dan mahalnya upah tenaga kerja pertanian serta kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian (alat dan mesin pertanian); (4) masih tingginya susut hasil (losses); (5) belum terpenuhinya kebutuhan pupuk dan benih sesuai rekomendasi spesifik lokasi serta belum memenuhi enam tepat (tepat waktu, jumlah,kualitas, jenis, harga, dan lokasi; (6) lemahnya permodalan petani, (7) harga komoditas pangan jatuh dan sulit memasarkan hasil pada saat panen raya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 106

118 Presiden RI melalui Program Nawacita telah menetapkan target swasembada padi, jagung dan kedelai pada Tahun Program Upaya Khusus (Upsus) peningkatan produksi padi jagung kedelai tahun 2015 telah digulirkan oleh Kementerian Pertanian sebagai dukungan terhadap program Nawacita bidang Kedaulatan Pangan. Program Upsus diwujudkan dalam dukungan beberapa program kegiatan yang dialokasikan bagi kawasan dan non kawasan sentra tanaman pangan di seluruh Indonesia. Adapun target produksi yang harus dicapai pada tahun 2015 adalah produksi padi 73,40 juta ton dengan pertumbuhan 2,21%/tahun, jagung 20,33 juta ton dengan pertumbuhan 5,57 persen/tahun, dan kedelai 1,50 juta ton dengan pertumbuhan 60,81 persen/tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1243/Kpts/OT.160/12/2014 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, Direktur Pascapanen telah ditunjuk menjadi Koordinator Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi Jagung Kedelai Provinsi Sumatera Selatan. Dalam dinamika pembangunan Provinsi Sumatera Selatan semakin maju dan berkembang, tantangan pembangunan dalam lima tahun mendatang ( ) adalah melakukan transformasi dan akselerasi pembangunan agar dapat mengatasi berbagai masalah terutama belum optimalnya kinerja birokrasi dalam pelayanan publik; belum terpadunya pengelolaan prasarana dan sarana transportasi, sanitasi dan energi; belum optimalnya penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup; belum tuntasnya penanganan kemiskinan dan pengangguran; serta belum meratanya pembangunan antara daerah kabupaten/kota. Berbagai tantangan tersebut perlu dipecahkan secara dini, terpadu, terencana dan berkelanjutan sesuai dengan potensi dan prioritas pembangunan di setiap wilayah kabupaten/kota. Cakupan kegiatan pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan terdiri atas beberapa jenis kegiatan yang dikelompokkan dalam beberapa Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 107

119 sub sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Untuk sektor tanaman pangan, Sumatera Selatan memiliki lawan sawah seluas ha yang terdiri dari lahan sawah yang ditanami padi seluas dan lahan sawah yang tidak ditanami padi seluas ha. Lahan sawah yang ditanami padi terdiri dari lahan sawah irigasi seluas ha, lahan sawah tadah hujan seluas ha, lahan sawah pasang surut seluas , dan lahan sawah rawa lebak seluas ha. Saat ini lahan sawah abadi di Sumatera Selatan seluas ha, terdiri atas ha atau 55 persen lahan sawah irigasi ha atau 15 persen lahan sawah pasang surut, sawah lebak dan sawah tadah hujan dan sisanya ha atau 30 persen adalah lahan sawah yang belum ditanami. PembinaanUPSUS Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai kami lakukan di Provinsi Sumatera Selatan dan telah menempatkan Sumatera Selatan sebagai Provinsi peringkat ke 2 dengan peningkatan produksi padi terbesar setelah Provinsi Aceh. Sedangkan produksi jagung dan kedelai mengalami peningkatan terbesar se Indonesia. Berikut perkembangan program UPSUS PJK Provinsi Sumatera Selatan: a. Padi 1) Luas Tanam Padi Periode Oktober Maret 2015 seluas ha, atau 89,94 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 2) Luas Tanam Padi Periode April - September 2015 seluas ha, atau 71,79 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 3) Total Luas Tanam Padi Periode Oktober September 2015 seluas ha atau 80,05 persen dari target seluas ha dengan sisa luas tanam seluas ha. 4) Luas Tanam Padi Periode Oktober Maret 2016 seluas ha, atau 7,25 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 108

120 5) Luas Panen Padi Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 seluas ha atau 102,56 persen dari luas panen tahun 2014 seluas ha. 6) Produksi Padi Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 sebesar ton atau 85,05 persen dari target sebesar ton. 7) Total Produksi Padi Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar ton (ARAM II) atau 116,04 persen dari produksi tahun 2014 sebesar ton. b. Jagung 1) Luas Tanam Jagung Periode Oktober Maret 2015 seluas ha, atau 70,53 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 2) Luas Tanam Jagung Periode April - September 2015 seluas ha, atau 67,32 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 3) Total Luas Tanam Jagung Periode Oktober September 2015 seluas ha atau 68,11 persen dari target seluas ha dengan sisa luas tanam seluas ha. 4) Luas Tanam Jagung Periode Oktober Maret 2016 seluas 452 ha, atau 2,49 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 5) Luas Panen Jagung Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 seluas ha atau 137,63 persen dari luas panen tahun 2014 seluas ha. 6) Produksi Jagung Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II November 2015 sebesar ton atau 67,95 persen dari target sebesar ton. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 109

121 7) Total Produksi Jagung Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar ton (ARAM II) atau 163,88 persen dari produksi tahun 2014 sebesar ton. c. Kedelai 1) Luas Tanam Kedelai Periode Oktober Maret 2015 seluas ha, atau 57,36 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 2) Luas Tanam Kedelai Periode April - September 2015 seluas ha, atau 57,30 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 3) Total Luas Tanam Kedelai Periode Oktober September 2015 seluas ha atau 57,31 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 4) Luas Tanam Kedelai Periode Oktober Maret 2016 seluas 110 ha, atau 3,44 persen dari target seluas ha, dengan sisa luas tanam seluas ha. 5) Luas Panen Kedelai Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II Nopember 2015 seluas ha atau 134,99 persen dari luas panen tahun 2014 seluas ha. 6) Produksi Kedelai Periode Januari - Desember 2015 hingga minggu ke II Nopember 2015 sebesar ,98 ton atau 72,05 persen dari target sebesar ton. 7) Total Produksi Kedelai Periode Januari - Desember 2015 diperkirakan sebesar ton (ARAM II) atau 152,96 persen dari produksi tahun 2014 sebesar ton. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 110

122 11. Pengawalan Dukungan Sarana Pascapanen TP (APBN-P) Dalam rangka mendukung upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, maka Pemerintah memberikan dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dari dana APBN-P TA 2015 dalam bentuk sarana pascapanen tanaman pangan berupa penyediaan sarana Combine Harvester Kecil sebanyak 3.056, Vertical Dryer padi kapasitas 3,5 6 ton + bangunan/rehap sebanyak 166 unit, Corn Sheller sebanyak unit, vertical dryer jagung kapasitas 3,5 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 207 unit dan Power Thresher Multiguna sebanyak unit, Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit, flat bad dryer sebanyak 6 unit dan Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit. Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan dapat membantu petani pada proses penanganan panen, mengamankan produksi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani Pengawalan dan monev pelaksanaan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan (APBN-P) tahun 2015 antara lain: 1. Melakukan pengawalan dan monitoring bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun 2015 yang bersumber dari APBN-P Memperoleh informasi mengenai permasalahan dalam kegiatan pascapanen tanaman pangan. 3. Melakukan evaluasi sebagai bahan untuk perencanaan program dan kegiatan pada tahun Pengawalan dan monitoring sarana pascapanen tanaman pangan pada dana APBN-P 2015 diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Pengawalan dan monev bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada dana APBN-P 2015 dilaksanakan pada 27 (dua puluh tujuh) provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Jawa Barat, Bengkulu, Gorontalo, Bangka Belitung, Riau, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 111

123 Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, Papua. 2. Jumlah bantuan sarana pascapanen APBN-P 2015 setelah revisi DIPA 13 November 2015 sebanyak unit, terdiri dari combine harvester kecil sebanyak unit, vertical dryer padi kapasitas 3,5 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 166 unit, corn sheller sebanyak unit, vertical dryer jagung kapasitas 3,5 6 ton + bangunan/rehab sebanyak 207 unit, power thresher multiguna sebanyak unit, combine harvester besar sebanyak 125 unit, flat bed dryer sebanyak 6 unit dan corn combine harvester sebanyak 11 unit. 3. Bantuan sarana pascapanen Combine Harvester kecil sebanyak unit dialokasikan di 32 provinsi, realisasi Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB) unit (100%), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (87,32%), penghematan/efisiensi Rp ,-. 4. Bantuan sarana pascapanen Vertical Dryer Padi (kap. 3,5-6 ton) + bangunan/rehab bangunan dryer sebanyak 166 unit dialokasikan di 22 provinsi, realisasi BASTB 165 unit (99,40%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (87,71%), penghematan /efisiensi Rp ,-, sisa mati/tidak terserap Rp ,-. 5. Bantuan sarana pascapanen Vertical Dryer Jagung (kap. 3,5-6 ton) + bangunan/rehab bangunan dryer sebanyak 207 unit dialokasikan di 21 provinsi, realisasi BASTB 205 unit (99,03%), dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (85,61 %), penghematan /efisiensi Rp ,- dan sisa mati/tidak terserap Rp ,-. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 112

124 6. Bantuan sarana pascapanen Corn Sheller sebanyak unit dialokasikan di 31 provinsi, realisasi BASTB unit (100%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (81,49%), penghematan/efisiensi Rp ,-. 7. Bantuan sarana pascapanen Power Thresher Multiguna sebanyak unit dialokasikan di 30 provinsi. Realisasi BASTB unit (89,65%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (73,18%), penghematan/efisiensi Rp ,- dan sisa mati/tidak terserap Rp ,-. 8. Bantuan sarana pascapanen Combine Harvester Besar sebanyak 125 unit dialokasikan di 3 provinsi, realisasi BASTB 70 unit, dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (93,78%), penghematan/efisiensi Rp ,-. 9. Bantuan sarana pascapanen Flat Bed Dryer sebanyak 6 unit dialokasikan di 1 provinsi realisasi BASTB 6 unit (100%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (97,79 %), penghematan/efisiensi Rp , Bantuan sarana pascapanen Corn Combine Harvester sebanyak 11 unit dialokasikan di 2 provinsi, realisasi BASTB 11 unit (100%), Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebesar Rp ,- (98,41 %), penghematan /efisiensi Rp , Berdasarkan revisi sisa hasil penghematan tanggal 13 November 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan sumber dana APBN-P sebesar Rp ,- sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sumber APBN-P menjadi Rp ,- (semula Rp ,- naik 9,85%) yang terdiri dari anggaran kegiatan dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen sebesar Rp ,- (semula Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 113

125 Rp ,- naik 8,28%) dan pembinaan/monev sebesar Rp ,- (semula Rp ,- naik 2,78%). Realisasi fisik dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar unit (97,43%) dari target unit, sedangkan realisasi keuangan (SP2D) sebesar Rp (85,58%) terhadap pagu Rp ,- dan 99,81% terhadap nilai kontrak Rp ,-. Dari realisasi tersebut terdapat penghematan/efisiensi sebesar Rp ,- (13,37%) dari pagu dan terdapat sisa mati/tidak terserap sebesar Rp (1,04)% terhadap pagu. Seiring berjalannya kegiatan, dari penghematan anggaran yang ada terdapat revisi anggaran penghematan sehingga terdapat realisasi penambahan alat berupa 6 unit Combine Harvester Kecil (Provinsi Lampung), 44 unit Combine Harvester Besar (Provinsi Lampung 25 unit dan Provinsi Sulawesi Tengah 19 unit). Dengan adanya revisi anggaran penghematan, maka realisasi fisiknya sebesar unit (98,09%) dari target unit. Sedangkan realisasi keuangan (SP2D) sebesar Rp (87,25%) terhadap pagu, 99,81% terhadap nilai kontrak Rp ,-, dan sisa penghematan/efisiensi sebesar Rp ,- (12,58) terhadap pagu dan terdapat sisa mati/tidak terserap sebesar Rp (1,04%) terhadap pagu. F. Rapat Koordinasi Pascapanen 1. Rapat Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan a) Rapat Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan (APBN Refocusing Jagung). Rapat koordinasi pascapanen merupakan media untuk menyamakan persepsi antara pusat dan daerah terhadap kebijakan dan program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 114

126 dari. Dengan adanya kesamaan persepsi ini diharapkan akan menimbulkan sinergi pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan., Direktorat Jenderal Tanaman Pangan pada tanggal Februari 2015 menyelenggarakan Pertemuan Koordinasi Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Batangkaluku, BadanPenyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Pertemuan diawali dengan sambutan selamat datang oleh Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Selatan, dilanjutkan Sambutan Direktur Jenderal Tanaman Pangan yang diwakili oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, dan sekaligus membuka Acara Pertemuan. Narasumber pertemuan berasal dari Biro Perencanaan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian; Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Sekretaris Executive Asosiasi Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT); Direktorat Budidaya Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; dan Kelompok Tani Tani Karya pengguna Corn Combine Harvester dari Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur. Peserta pertemuan berasal dari Eselon II Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan; Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang menangani kegiatan pascapanen dan produksi tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi di 32 Provinsi dan 20 Kabupaten/Kota dari Provinsi Sulawesi Selatan; 1 Kabupaten dari Provinsi Riau(Kabupaten Indragiri Hulu); 1 Kabupaten dari Provinsi Sumatera Selatan (Kabupaten OKI); 1 Kabupaten dari Sulawesi Tengah (Kabupaten Toli-toli); 3 Kabupaten dari Provinsi Papua Barat (Kabupaten Nabire, Manokwari, Sorong); 12 produsen/pabrikan sarana pascapanen tanaman pangan;serta staf lingkup. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 115

127 Berdasarkan materi dan hasil diskusi pada Pertemuan Koordinasi diperoleh poin-poin penting sebagai berikut : 1) Salah satu strategi dalam upaya mencapai target produksi tanaman pangan tahun 2015, dilakukan melalui pengamanan produksi tanaman pangan khususnya penanganan pascapanen yang baik dan benar di tingkat petani. Kegiatan ini penting karena mempunyai peranan yang besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional (National Food Security). 2) Penanganan pascapanen memiliki peranan secara langsung dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil dan meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pendapatan petani. Sedangkan secara tidak langsung, untuk masa yang akan datang memberikan dukungan terhadap pangan nasional. 3) Dalam rangka mengupayakan pencapaian swasembada pangan maka tahun 2015 ini kegiatan bantuan sosial pascapanen difokuskan pada sarana pascapanen jagung yang dialokasikan pada daerah kawasan jagung dan non kawasan (reguler). Sarana bansos jagung untuk kawasan terdiri : 1) Corn Sheller (pemipil jagung) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 provinsi, 7 kabupaten; 2) Vertical dryer jagung + bangunan sebanyak 29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten; Corn combine harvester (mesin pemanen jagung) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Sarana bansos jagung untuk regular terdiri : 1) Corn sheller (pemipil jagung) sebanyak 90 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten; 2) Flat bed dryer + bangunan sebanyak 35 unit dialokasikan di 21 Provinsi, 35 Kabupaten; 3) Corn combine harvester (mesin pemanen jagung) sebanyak 7 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten; 4) Power thresher multiguna (mesin perontok serbaguna) sebanyak 1 unit dialokasikan di 1 Provinsi, 1 kabupaten. Bantuan sarana pascapanen tersebut merupakan belanja bantuan sosial dalam bentuk transfer barang kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 116

128 Gapoktan/Poktan dengan sistem pengadaan oleh Tim Pengadaan Barang/Jasa dimasing-masing Dinas Pertanian Provinsi. 4) Pelaksanaan kegiatan pascapanen tanaman pangan khususnya jagung tahun 2015 perlu diatur dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Jagung sehingga proses penetapan CPCL kelompoktani penerima bantuan sesuai kebutuhan kelompok sasaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 5) Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Jagung yang diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan segera dijabarkan menjadi Petunjuk Pelaksanaan ditingkat Provinsi dengan menjabarkan spesifikasi teknis minimal yang diperlukan dan ketentuan teknis disesuaikan dengan kondisi setempat. 6) Pada saat proses pengadaan barang perlu diperhatikan prinsipprinsip dasar terhadap akuntabel, efisien, efektif, transparan, terbuka, dan tidak diskiminatif dan sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga dan Permentan Nomor 137/Permentan/ OT.140/12/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 sedangkan proses pengadaan akan diupayakan melalui e-catalog, maka bantuan sosial sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 berupa transfer barang yang ketentuan pengadaannya sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 117

129 7) Tim Pengadaan Barang/Jasa ditingkat Provinsi agar memperhatikan spesifikasi teknis minimal (SNI/test report) yang ada di Pedoman Teknis dan materi/keaslian dalam pengadaan, juga memperhatikan jaminan pelayanan purna jual, jaminan pelayanan suku cadang barang minimal 1-2 tahun, dan sertifikat pelatihan operator sarana pascapanen dari produsen/pabrikan. 8) Setiap Provinsi maupun Kabupaten/Kota diharapkan agar dalam pengembangkan sistem pengelolaan pascapanen dapat melakukan pemetaan dan kondisi pascapanen dalam rangka penerapan konsep penanganan pascapanen yang baik dan benar, sehingga akan diperoleh sasaran program penanganan pascapanen yang tepat. 9) Bansos dan pemberdayaan sosial Ditjen Tanaman Pangan dialokasikan kepada kelompok tani dengan akun 57 dalam bentuk transfer barang. 10) Tahapan kegiatan pengadaan perlu dilakukan pembobotan untuk kegiatan sosialisasi, pembuatan pedoman/petunjuk teknis, pengadaan, penetapan pemenang, penyaluran dan pemanfaatan bansos. 11) Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada APBN-P tahun 2015 wajib dilengkapi dengan e-proposal. Waktu pembukaan e-proposal sampai dengan tanggal 28 Februari Mengingat waktu yang sangat sempit, daerah meminta perpanjangan waktu pengajuan e-proposal. 12) Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan bantuan sarana pascapanen sebagai berikut : (a) Bantuan sarana yang telah diterima tahun agar dimanfaatkan secara optimal karena menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan dan agar disiapkan kegiatan tahun 2015 dengan baik. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 118

130 (b) (c) Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan harus dilakukan dengan cermat agar bantuan yang diterima benar-benar dimanfaatkan. Melakukan pengawalan dan evaluasi terhadap bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang kepada Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. b) Rapat Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan (APBN-P). Dalam rangka mengkoordinasikan, mengintegrasikan, serta mensinergikan pemahaman kegiatan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2015 antara Pusat dan Daerah, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan menyelenggarakan Rapat Koordinasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan daritanggal 6-8 April 2015 di Hotel Bahtera PT.Pelni, Cipayung Bogor. Pertemuan diawali dengan pembukaan oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan yang diwakili oleh Kasubdit Padi, dilanjutkan dengan workshop perkembangan persiapan pelaksanaan bantuan sosial sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun Pengarahan dan penyampaian kebijakan penanganan pascapanen tanaman pangan tahun 2015 disampaikan oleh Direktur Pascapanen Tanaman Pangan dan pengarahan tentang kebijakan pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P tahun 2015 dalam mendukung Upsus Padi Jagung dan Kedelai oleh Sekretaris Jenderal Ditjen Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian. Sedangkan narasumber pertemuan lainnya berasal dari perwakilan Direktur E-Procurement, Deputi Bidang Monitoring Evaluasi dan Pengembangan Informasi, LKPP; Inspektur Jenderal II Kementan; dan Badan Pengawas Keuangan Pemerintah. Peserta pertemuan berasal dari Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang menangani Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 119

131 kegiatan pascapanen dan produksi tanaman pangan pada Dinas Pertanian Provinsi di 32 Provinsi dan 7 Kabupaten dari 4 Provinsi ; yaitu Kabupaten Sungai Penuh dari Provinsi Jambi; Kabupaten Jembrana, Klungkung dan Buleleng dari Provinsi Bali; Kabupaten Barito Timur dari Provinsi Kalimantan Selatan, Kabupaten Gorontalo dan Boalemo dari Gorontalo; 16 produsen/pabrikan sarana pascapanen tanaman pangan; serta staf lingkup Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Berdasarkan materi dan hasil diskusi pada Pertemuan Koordinasi diperoleh poin-poin penting sebagai berikut : 1) Pemerintahan Kabinet Kerja telah menetapkan target pencapaian swasembada berkelanjutan padi, dan jagung serta pencapaian swasembada kedelai dapat dicapai pada tahun Untuk mewujudkan sasaran tersebut, Kementerian Pertanian telah menetapkan upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai melalui kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tersier dan kegiatan pendukung lainnya yang dialokasikan tahun ) Dalam rangka mendukung upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai tersebut, maka Pemerintah memberikan salah satu dukungan fasilitasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan berupa penyediaan bantuan social sarana pascapanen tanaman pangan melalui transfer barang yang bersumber dana APBN-P tahun 2015 pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut: (a) Combine Harvester Kecil senilai Rp ,- dialokasikan di 32 provinsi 338 kabupaten; (b) Vertical Dryer Padi senilai Rp ,- dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp ,- dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 120

132 bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp ,- termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang dialokasikan di 22 provinsi 112 kabupaten; (c) Corn Sheller senilai Rp ,- dialokasikan di 31 provinsi 250 kabupaten; (d) Vertical Dryer Jagung senilai Rp ,- dengan rincian : paket sarana dryer senilai Rp ,- dan bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp ,- termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang dialokasikan di 21 provinsi 109 kabupaten; Sarana pengering/dryer sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan/rehabilitasi bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia. (e) Power Thresher Multiguna senilai Rp ,- dialokasikan di 30 provinsi 232 kabupaten; Diharapkan dengan bantuan sarana pascapanen tersebut akan dapat membantu petani pada proses penanganan panen, mengamankan produksi, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 3) Proses pengadaan barang/sarana pascapanen tanaman pangan melalui system e-purchasing/e-katalog, kecuali bangunan/rehab bangunan vertical dryer melalui pelelangan umum. Ketentuan teknis, mekanisme dan spesifikasi teknis sarana dijabarkan dalam Pedoman Teknis Pengelolaan Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan (APBN-P) tahun 2015 yang diterbitkan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sedangkan ketentuan pengadaan barang mematuhi ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 121

133 Presiden Nomor 70 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010, Peraturan Presiden Nomor 172 tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga dan Nomor 4 tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga dan Permentan Nomor 137/Permentan/ OT.140/12/2014 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran ) Tim Pengadaan Barang/Jasa ditingkat Provinsi agar memperhatikan spesifikasi teknis minimal (SNI/test report) yang ada di Pedoman Teknis dan materi/keaslian dokumen dalam pengadaan, juga memperhatikan jaminan pelayanan purna jual, jaminan pelayanan suku cadang barang minimal 1-2 tahun, dan sertifikat pelatihan operator sarana pascapanen dari produsen/pabrikan. 5) Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pelaksanaan bantuan sarana pascapanen : (a) (b) Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada APBN-P tahun 2015 wajib dilengkapi dengan e-proposal dan didukung dengan proposal manual. Bantuan sosial ini merupakan pendorong/treager bagi membantu petani dalam upaya pemberdayaan petani dalam rangka mendukung meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai. Pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan melalui e-purchasing dengan pertimbangan volume kebutuhan sarana yang tinggi, barang diproduksi oleh pabrikan dan harga barang/pasar kompetitif. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 122

134 (c) E-purchasing/e-katalog memberi kemudahan kepada K/L/D dalam melaksanakan barang/jasa pemerintah untuk kebutuhan instansinya. E-purchasing memberi kepastian spesifikasi teknis dan harga produk seragam. Negosiasi antara pejabat pengadaan dan produsen dimungkinkan berdasarkan hasil survey dan jumlah pemesanan barang banyak. Pemilihan jenis produk dalam e-katalog berdasarkan kebutuhan, anggaran dan preferensi. (d) (e) (f) Identifikasi dan verifikasi calon penerima bantuan harus dilakukan dengan cermat pada kelompoktani penerima bantuan kegiatan rehablilitasi jaringan irigasi tersier (RJIT) dalam program upaya khusus pencapaian swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai, agar bantuan yang diterima benar-benar dimanfaatkan terutama pemanfaatan vertical dryer. Pengadaan sarana ini harus segera dilaksanakan untuk mengejar luas panen dan produksi April September terutama di 13 provinsi sentra produksi padi, sehingga perlu dilakukan pengawalan dan evaluasi terhadap bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang kepada Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Pengadaan sarana pascapanen juga harus memperhatikan mekanisme dan penyaluran sampai dengan titik bagi. Dalam proses pengadaan dan penyaluran bantuan sarana pascapanen tanaman pangan harus memperhatikan titik kritis dari setiap tahap kegiatan untuk dapat diantisipasi, sehingga kegiatan dapat berjalan lancer dan bantuan dapat dimanfaatkan secara optimal. (g) Apabila daerah mengusulkan realokasi dengan argumentasi yang kuat, maka realokasi antar provinsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 123

135 maka perlu di pengawalan dan evaluasi terhadap bantuan yang telah diterima serta melaporkan secara berkala dan berjenjang kepada Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. (h) (i) Pelaksana kegiatan dan POK di provinsi agar mengikuti eselon I Kementan. Pemecahan dan penggabungan paket pengadaan dilarang apabila menghindari pelelangan. Pemecahan dan penggabungan paket pengadaan diperbolehkan apabila pertimbangan efisiensi dalam hal jarak antar lokasi penerima bantuan sangat jauh, transportasi dan biaya material yang mahal. (j) Agar Dinas Pertanian Provinsi segera melakukan pengadaan melalui sistem e-catalog, kecuali pengadaan bangunan melalui pelelangan umum. (k) Dimintakan kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKKP) agar segera memproses penayangan e-katalog untuk produk sarana pascapanen yang belum ditayangkan dalam e-katalog. (l) Jika terdapat masalah agar dapat dikonsultasikan ke auditor. 2. Rapat Focus Group Discussion (FGD) Pascapanen. Dalam rangka Pengembangan Sistem dan Kelembagaan Operasional Pascapanen Pada Kawasan Tanaman Pangan dan sebagai tindaklanjut Focus Group Discussion (FGD) di Tahun 2013 dan 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada melanjutkan topik manajemen pascapanen tanaman pangan melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Keterpaduan Aspek Pascapanen, Pengolahan dan Pemasaran di Kawasan Tanaman Pangan Menuju Agroindustri. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 124

136 Hasil Focus Group Discussion (FGD) Pascapanen, sebagai berikut : a. Pola Kemitraan dan Peran Bulog Dalam Mendukung Keberlanjutan Usaha Pascapanen dan Pengolahan Hasil 1) Bulog berperan dalam penugasan stabilisasi harga beberapa komoditas melalui : a) Menjaga stabilitas harga tingkat produsen, b) Menjaga stablitas harga tingkat konsumen, c) Menjaga stok pada jumlah tertentu untuk melakukan intervensi pasar pada saat dibutuhkan oleh pasar. 2) Penugasan Bulog untuk Ketahanan Pangan (Inpres No 5 Tahun 2015). a) Melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan HPP (Mendukung Pilar Ketersediaan). b) Menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah (Mendukung Pilar Keterjangkauan). c) Menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan (Mendukung Pilar Stabilitas) 3) Penyerapan gabah/beras dilakukan melalui pembelian dari Petani/Poktan/Gapoktan dan Mitra Kerja Pengadaan (MKP) untuk disalurkan melalui mekanisme PSO dan pasar komersil. 4) Alternatif kebijakan dalam stabilisasi harga dan manajemen cadangan beras yaitu dengan sistem resi gudang dan perdagangan berjangka. 5) Kebijakan Bulog dengan fungsi sebagai Jaminan pasar yaitu Bulog membutuhkan jaminan pasokan, dengan mekanisme HPP selama ini, Bulog terkendala tidak adanya jaminan pasokan. Pasokan yang diperoleh melalui poktan/gapoktan hanya bersifat jangka pendek. Pola bisnis kedepan diharapkan pasokan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 125

137 diperoleh dengan pola kemitraan melalui sinergi dengan BUMN, rice estate company, kemitraan on farm sehingga pasokan lebih terjamin. 6) Dengan adanya ketentuan bahwa untuk mendapatkan kuota impor maka importir harus menyerap produksi dalam negeri, diharapkan dapat mengoptimalkan serapan beras dalam negeri. 7) Pola kemitraan yang telah dibangun oleh Bulog melalui penyerapan gabah/beras dari poktan/gapoktan dengan mekanisme HPP belum dapat menjamin pasokan secara berkelanjutan, sehingga Bulog menyusun pola bisnis agar pasokan gabah/beras ke Bulog lebih terjamin. 8) Pola kemitraan yang dibangun Poktan/Gapoktan dalam penjualan hasilnya yaitu dengan menjalin kemitraan dengan Bulog dengan perjanjian kontrak. Keuntungan dari kemitraan ini adalah poktan/gapoktan tidak memerlukan modal yang besar karena Bulog langsung membayar gabah/beras poktan/gapoktan (Cash and Carry) dan Poktan/Gapoktan memperoleh jaminan pasar yang lebih baik dibandingkan menjual sendiri ke pasar komersil. 9) Pola kemitraan kedepan dapat mengikuti pola yang diterapkan Kementan/BKP mulai 2015 yaitu mengembangkan Toko Tani Indonesia yang bertujuan untuk memotong rantai pasar (menjadi lebih pendek); membuka outlet-outlet pasar/ memperluas aspek pemasaran (produk segar dan olahan); dan stabilisasi harga. b. Bentuk Pendampingan Penguatan Kelembagaan Poktan/ Gapoktan Dalam Pengelolaan Usaha Pascapanen dan Pengolahan. Dalam upaya mewujudkan Agrobisnis/agroindustri komoditi Tanaman Pangan berbasis Gapoktan perlu diperhatikan pendampingan pada pemilihan Calon Petani-Calon Lokasi yang tepat yaitu gapoktan/memenuhi skala ekonomi usaha, penyusunan RUKK yang sesuai rencana usaha, pengelola Usaha yang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 126

138 profesional (site manager dan asisten), uji Coba Komersial dan pola kerjasama ABCG (Academic, Business, Community, Government). c. Pola Hubungan Kelembagaan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani Dengan Kelembagaan Lain Yang Mendukung Usaha Agribisnis Petani Menjadi Berkembang dan Menguntungkan. 1) Poktan/Gapoktan bekerja sama dengan poktan/gapoktan di luar bidang tanaman pangan sehingga terbentuk integrasi lintas sektor bidang pertanian dalam suatu kawasan yang ideal secara ekonomi. 2) Poktan/Gapoktan menjalin kerjasama dengan kelompok lain dalam penyediaan sarana pertanian misalnya pompa air dengan sistem bagi hasil sehingga memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. d. Sistem Kerjasama Poktan/Gapoktan dengan Pelaku Usaha Untuk Menjamin Kualitas dan Kuantitas Produksi Kendala yang dihadapi Poktan/Gapoktan dalam memasuki pasar komersial selain dengan Bulog yaitu kualitas beras yang dihasilkan hanya mencapai grade Medium. Hal ini disebabkan belum tertatanya sistem produksi dalam suatu skala kawasan produksi yang menguntungkan usaha ekonomi dengan memperhatikan pasar, sehingga satuan produksi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pasar. Disamping itu untuk memenuhi kualitas yang diinginkan pasar masih harus dipenuhi sesuai dengan permintaan konsumen di pasar tujuan, hal ini karena keterbatasan sarana pengolahan sehingga diharapkan Pemerintah melalui Ditjen Tanaman Pangan dapat memfasilitasi sarana pengolahan yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas berasnya. e. Kondisi Agroindustri Tanaman Pangan 1) Saat ini kondisi Agroindustri Tanaman Pangan diantaranya a) Agribisnis di tingkat petani tidak menjamin masa depan dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 127

139 belum terencana dengan baik, b) Usaha Agribisnis skala ekonomi belum dimiliki petani, hanya dimiliki pemilik modal, c) Potensi dan informasi pasar belum dioptimalkan dan dimanfaatkan oleh petani dan pemilik modal. 2) Permasalahan yang menjadi kendala pengembangan agroindustri adalah Alih fungsi lahan, kesenjangan (pertumbuhan ekonomi vs peningkatan kemiskinan), skala usaha pertanian, kebijakan perdagangan berkeadilan belum ada, implementasi kebijakan yang ada belum berjalan baik, koordinasi antar K/L antar eselon 1 antar pusat dan daerah belum optimal. f. Agroindustri Tanaman Pangan ke Depan 1) Manajemen kawasan pascapanen ideal berbasis agroindustri yang diharapkan ke depan adalah mampu menghadapi tuntutan terhadap efisiensi persaingan di pasar global, dimana proses produksi harus bercirikan : a) Bermuatan inovasi teknologi maju sehingga proses produksi berlangsung efisien; b). Menghasilkan produk yang berkualitas dan bernilai tambah; c). Mempunyai daya saing; d). Penguasaan pasar yang luas; e). Meningkatnya peran stakeholder dan swasta; f). Adanya dukungan pemerintah daerah dan pusat yang kondusif dan tepat sasaran. 2) Sistem usaha yang diarahkan untuk menghasilkan produk akhir yang bernilai tambah tinggi harus didukung dengan teknologi, sumberdaya manusia berketrampilan tinggi dan modal finansial serta sosio-budaya setempat yang memadai. 3) Pengembangan pasar perlu dibarengi dengan pembenahan manajemen rantai pasok (supply chain management), sehingga produk yang dipasarkan dapat diterima di tangan konsumen dengan kualitas yang baik dan keuntungan yang terdistribusi secara proporsional pada setiap pelaku usaha Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 128

140 serta adanya jaminan pasokan. Potensi pasar yang ada perlu dieksplorasi secara optimal, antara lain melalui upaya kajian pasar (tujuan, kontinuitas permintaan, kualitas, jumlah dll), penyediaan informasi pasar, pengembangan jaringan pasar dan promosi. 4) Para pelaku usaha di setiap mata rantai dari produksi sampai pasar diberdayakan untuk mendorong keberhasilan agroindustri tanaman pangan yang berbasis bisnis, didukung kemitraan antara kelembagaan usaha di tingkat petani dengan perusahaan/swasta berakses pasar. 3. Rapat Evaluasi Pelaksanaan Bantuan Sarana Pascapanen Penanganan pascapanen perlu dilaksanakan secara baik dan benar dalam rangka untuk mencapai tujuan pascapanen antaranya penyelamatan hasil, menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu dan meningkatkan daya saing. Sehubungan dengan itu maka keterampilan petugas perlu ditingkatkan dan juga diperlukan fasilitasi bantuan sarana. Sejak tahun 2011, telah mengalokasikan bantuan sarana yang diterima oleh poktan maupun gapoktan. Untuk mengetahui pemanfaatan bantuan tersebut perlu dilaksanakan evaluasi bantuan sarana pascapanen tanaman pangan tahun Hasil evaluasi ini diharapkan akan dapat menjadi acuan untuk kebijakan di masa yang akan datang. Rapat Evaluasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan dilaksanakan pada tanggal 4-6 November 2015 di Yogyakarta. Pertemuan dihadiri oleh Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kepala Dinas Pertanian D.I Yogyakarta, perwakilan Direktorat Aneka Kacang dan Umbi, Kepala Bidang/Kepala Seksi Tanaman Pangan/ Bidang PPHP yang menangani kegiatan pascapanen tanaman pangan, PPK dan Bendahara dari 31 provinsi (minus Provinsi Kalimantan Utara), stake holders terkait dan peserta pusat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 129

141 Narasumber Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Direktur Pengolahan dan Pengolahan Tanaman Pangan, Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian, Direktur Perbendaharan Kementerian Keuangan dan Kasubdit lingkup. Hasil Rapat Evaluasi Pelaksanaan Dukungan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan sebagai berikut : a. Workshop evaluasi dari laporan pelaksanaan bantuan sarana pascapanen tahun 2015 (posisi 6 November 2015) sebagai berikut 1) Pagu APBN 2015 sebesar Rp ,- terealisasi penyerapan keuangan sebesar Rp ,- (44,43%) sebelum workshop hanya 38,62% dengan realisasi fisik (BASTB) mencapai 85,85%. 2) Pagu APBN-P 2015 sebesar Rp ,- terealisasi penyerapan keuangan sebesar Rp ,- (42,36%) sebelum workshop hanya 34,46% dengan realisasi fisik (BASTB) mencapai 88,29%. b. Dalam upaya mempercepat penyerapan pelaksanaan pengadaan sarana APBN dan APBNP 2015 serta mengingat waktu tersedia semakin terbatas (1,5 bulan) maka hal-hal untuk mendapat perhatian antara lain: 1) Dinas Pertanian sebagai penanggungjawab pelaksanaan Tugas Pembantuan Pascapanen untuk mendorong seluruh perangkat satker bekerja menyelesaikan Dokumen Teknis dan Administratif terkait pengadaan Bansos Sarana Pascapanen, serta aktif mengawal proses di ULP sehingga tidak terjadi keterlambatan, untuk mencegah terjadinya pemborosan keuangan negara maka pelaksanaan penyaluran bantuan mengacu pada Permenkeu No.18/PERMENTAN/ PMK.05/2012 tanggal 1 Juni 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; dan Permentan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 130

142 No.137/PERMENTAN/OT.140/12/2012 tanggal 22 Desember 2012 tentang Pedoman Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian TA ) PPK menyampaikan dokumen kontrak ke KPPN paling lambat 5 hari kerja setelah penandatangan kontrak sedangkan SPM disampaikan ke KPPN paling lambat 2 hari kerja setelah SPM terbit. Untuk proses penyelesaian tagihan maksimal 17 hari kerja. Apabila melewati batas waktu masa kontrak maka KPA menyampaikan permohonan dispensasi kepada KPPN. Adapun Adendum kontrak maksimal 50 hari dalam tahun berjalan. Sebagian besar kesalahan dalam SPM yang diajukan ke KPPN disebabkan tidak sesuai dengan ADK supplier, untuk itu KPA agar memperhatikan batas pengajuan SPM khusunya pada batas akhit tahun. c. Bantuan sarana pascapanen yang telah diterima oleh kelompok tani/gabungan kelompoktani segera dimanfaatkan dengan dilakkan secara professional dan terkoordinir. Selama ini, penanganannya masih dilakukan secara parsial dan belum ada pengorganisasian pada Kelompoktani/Gapoktan penerima. Untuk lebih optimal pemanfaatan dan pengelolaan bantuan sarana pascapanen di daerah maka perlu memperhatikan titik kritis penyaluran dan pemanfaatan (critical point), sehingga perlu dukungan provinsi/kabupaten berupa pendampingan bimbingan teknis, penguatan manajemen, komunikasi dengan sector hilir untuk meningkatkan jaminan pembelian hasil produk pascapanen serta pelaporan pemanfaatan bantuan sehingga dampak bantuan dan kontribusi bantuan sarana yang diberikan terhadap pengurangan susut panen. d. Dengan memperhatikan pengalaman selama ini pada proses pelaksanaan kegiatan bantuan sarana pascapanen tanaman pangan untuk perbaikan pada tahun yang akan dating maka perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 131

143 1) Seleksi poktan/gapoktan penerima dilakukan lebih cermat serta disesuaikan dengan kondisi lahan dan sosial budaya setempat 2) Titik kritis pelaksanaan bantuan perlu diantisipasi sesuai hasil analisa yang telah dilakukan agar temuan permasalahan tidak selalu berulang 3) Apabila bantuan tidak dapat dimanfaatkan oleh poktan/gapoktan dalam satu tahun, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten segera melakukan realokasi dengan memperhatikan potensi dan kemampuan calon poktan/gapoktan penerima selanjutnya melaporkan ke Pusat. e. Dengan terbitnya Permentan Nomor 43 Tentang Organisasi dan Tata Kerja kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ke depan tidak hanya menangani Aspek Hulu namun terintegrasi juga dengan Aspek Hilir yaitu pengolahan dan pamasaran hasil tanaman pangan. f. Apabila terjadi peningkatan produksi beras dalam negeri, diupayakan daerah dapat merintis ekspor seperti yang telah dilakukan oleh Provinsi Jawa Barat berupa ekspor beras organic dan beras ketan hitam. Persyaratan izin ekspornya lebih mudah dibandingkan beras premium. Kelompoktani penghasil produk ekspor akan difasilitasi oleh Permerintah dalam bentuk bantuan sarana dan sertifikasi produk. Hasil informasi yang dikumpulkan Gapoktan/poktan dan pelaku usaha padi organic yang telah tersertifikasi saat ini tersebar di provinsi antara lain: Provinsi DI. Yogyakarta, Jawa timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Barat. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 132

144 III. ORGANISASI DAN KETATAUSAHAAN A. Organisasi 1. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pascapanen Tanaman Pangan. Agar pelaksanaan Peraturan Menteri Pertanian tersebut diatas dapat operasional, telah ditetapkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 53/Permentan/OT.140/9/2011 tanggal 28 September 2011 tentang Rincian Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; 3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma, pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; 4. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan 5. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 133

145 2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan terdiri dari Sub Direktorat Padi, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi, Sub Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat/Sub Bagian adalah sebagai berikut : a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi dibidang pascapanen padi. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen padi. b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain menyelenggarakan fungsi : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 134

146 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain. c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka kacang. Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen aneka umbi. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 135

147 Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi menyelenggarakan fungsi : 1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi. e. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat serta kearsipan. f. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada setiap atau masing-masing Sub Direktorat (Subdit) terdapat 2 (dua) Seksi, sebagai berikut : (a) Sub Direktorat Padi terdiri dari : (1) Seksi Teknologi (2) Seksi Sarana (b) Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain terdiri dari : (1) Seksi Teknologi (2) Seksi Sarana (c) Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang terdiri dari : (1) Seksi Teknologi (2) Seksi Sarana (d) Sub Direktorat Aneka Umbi terdiri dari : (1) Seksi Teknologi (2) Seksi Sarana Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 136

148 Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor : 45 tentang Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian terdapat perubahan nomenklatur Unit Kerja menjadi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan dan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 495/Kpts/KP.230/8/2015 tanggal 6 Agustus 2015, telah dilantik Ir. Tri Agustin Satriani, M.M. dari Jabatan Kasubdit Padi menjadi Pj. Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan sekaligus sebagai Penanggungjawab Teknis kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan TA. 2015, guna menyelesaikan kegiatan sampai dengan diangkatnya seluruh Pemangku Jabatan sesuai Struktur Organisasi baru. B. Ketatausahaan Sebagai fungsi pelayanan, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pelayanan dalam bidang sebagai berikut : 1. Administrasi Umum a) Surat Menyurat Surat masuk dan surat keluar dibukukan dalam buku agenda dan diarsipkan menurut kodefikasi surat. Surat yang sifatnya penting dan mendesak dikirim via , faksimili, kilat khusus. Selama tahun 2015 realisasi surat masuk sebanyak 880 pucuk surat sedangkan surat keluar sebanyak 805 pucuk surat. b) Perpustakaan Perpustakaan diharapkan dapat memberi informasi literatur, buku dan informasi lainnya. Buku-buku yang tersedia di perpustakaan sebagian besar berupa laporan dari Direktorat lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sedangkan buku-buku yang berupa literatur, Lembaran Negara dan lain-lain masih sangat kurang. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 137

149 Buku/laporan pusat yang dihasilkan pada tahun 2015 sebanyak buku. 2. Kepegawaian Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan didukung oleh 64 orang pegawai, yang terdiri dari 1 orang Direktur, 4 orang Kepala Sub Direktorat, 8 orang Kepala Seksi dan 1 orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha serta 50 orang Staf. a. Komposisi Pegawai 1) Jumlah Pegawai Berdasarkan Golongan/Pangkat Jumlah pegawai berdasarkan golongan/pangkat adalah sebagai berikut : a) Golongan IV b / Pembina Tingkat I : 4 orang b) Golongan IV a / Pembina : 4 orang c) Golongan III d / Penata Tingkat I : 7 orang d) Golongan III c / Penata : 5 orang e) Golongan III b / Penata Muda Tingkat I :18 orang f) Golongan III a / Penata Muda :12 orang g) Golongan II d / Pengatur Tingkat I : 5 orang h) Golongan II c / Pengatur : 4 orang i) Golongan II b / Pengatur Muda Tingkat I : 2 orang j) Golongan II a / Pengatur Muda : 3 orang 2) Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan a) S2 : 16 orang b) S1 : 25 orang c) D3 : 7 orang d) SLTA : 15 orang e) SD : 1 orang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 138

150 Susunan kepegawaian masing-masing Sub Direktorat dan Tata Usaha selengkapnya disajikan pada Tabel Lampiran ) Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin a) Laki-laki : 32 orang b) Perempuan : 32 orang b. Mutasi, Pelimpahan, Pensiun, Kenaikan Gaji Berkala, Kenaikan Pangkat, Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), Penerima Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS) dan Kartu-kartu. Selama periode Januari s/d Desember 2015 telah terjadi mutasi alih tugas/melimpah, pensiun, penyematan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya dan pembuatan kartu-kartu dengan rincian sebagai berikut : 1) Mutasi Dalam tahun 2015 pegawai yang promosi, mutasi dan alih tugas ke Unit kerja lain sebanyak 7 orang yaitu : a) Ir. Pending Dadih Permana, M.Ec.Dev. Direktur Pascapanen Tanaman Pangan, mutasi Promosi menjadi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Pertanian. b) Ir. Tri Agustin Satriani, M.M. Kepala Subdit Padi, promosi menjadi Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. c) Muhammad Yusuf, S.TP. Kepala Seksi Sarana pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi ke Sekretariat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. d) Betty Mailina, S.P. Staf Seksi Teknologi Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi pindah ke Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 139

151 e) Andiko Eko Pramono, S.P. Staf Seksi Teknologi Subdit Kedelai dan Aneka Kacang mutasi pindah ke Pemkab Bantul D.I. Yogyakarta. f) Kholifatul Arifa, S.TP. Staf Seksi Sarana Subdit Padi mutasi pindah ke Pemkot Kediri Jawa Timur. g) Yuni Alfika, A.Md. Staf seksi Sarana Subdit Aneka Umbi mutasi pindah ke Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Padang Mangatas Sumatera Barat. 2) Pelimpahan. Dalam tahun 2015 terdapat Pelimpahan pegawai dari instansi lain ke sebanyak 4 orang yaitu : a) Ir. Dhanny Permadi, M.M. Mutasi Jabatan dari Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan sebagai Kepala Seksi Sarana Subdit Kedelai dan Aneka Kacang. b) Ir. Nur Sulistiati, mutasi alih tugas dari Badan Ketahanan Pangan. c) Ruth Teratai Mekar Beata Virgo Kaluti, S.TP, M.P. mutasi alih tugas dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. d) Warsan mutasi alih tugas dari Direktorat Budidaya Serealia. 3) Pensiun Dalam tahun 2015 pegawai an. Ir. Sri Hartati, M.Si. Kepala Seksi Teknologi Subdit Jagung dan Serealia Lain yang mengajukan pensiun dini terhitung mulai 1 September ) Kenaikan gaji berkala Selama tahun 2015 (Januari s/d Desember 2015) kenaikan gaji berkala sebanyak 32 (Tiga puluh dua) orang. Surat Keputusan sudah terbit 100%. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 140

152 5) Kenaikan pangkat Pada tahun 2015 realisasi kenaikan pangkat sebanyak 16 (Enam belas) orang, terdiri dari : a) Periode April 2015 : 13 orang b) Periode Oktober 2015 : 3 orang Surat Keputusan sudah terbit 100%. 6) Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (Capeg) Dalam tahun 2015 terdapat pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil sebanyak 4 orang yaitu : a) Dwi Rizkyanto Utomo, A.Md. b) Catur Parah Gumantri Putri, A.Md. c) Indah Pratiwi, A.Md. d) Reny Kartika Asmara, A.Md 7) Tanda Kehormatan Satya Lencana Karya Satya (SLKS) Sampai dengan tahun 2015 telah diberikan tanda kehormatan Satya Lencana Karya Satya kepada pegawai yang berhak dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Satya Lencana Karya Satya XXX Tahun : 4 orang b) Satya Lencana Karya Satya XX Tahun : 8 orang c) Satya Lencana Karya Satya X Tahun : 19 orang 8) Kartu-kartu Selama tahun 2015 (Januari s/d Desember 2015) pengurusan Kartu Pegawai (Karpeg / Karsu / Karis, Taspen, Askes, KORPRI dan NPWP) disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 141

153 Tabel 26 : Karpeg/Karsu/Karis, Taspen, Askes, KORPRI dan NPWP No Macam Selesai Sedang Kartu Proses Belum Keterangan 1 Karpeg 60-4 CPNS 2 Karis/Karsu 49-5 Belum Berkeluarga 3 Askes/BPJS Taspen 60-4 CPNS 5 KORPRI NPWP c. Rumah Tangga dan Perlengkapan Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan melaksanakan tugastugas pokok antara lain penyediaan Alat Tulis Kantor, Blangkoblangko/Kop Surat, kebersihan/pemeliharaan gedung/halaman kantor, pemeliharaan kendaraan dinas, pemeliharaan dan inventarisasi barang milik Negara, keamanan kantor, serta melakukan urusan surat menyurat dan kearsipan. Kegiatan yang dilaksanakan : 1) Membukukan barang-barang inventaris dari hasil pengadaan barang tahun 2015 seperti : a) Pengadaan Alat pengolahan Data seperti Ms. Office 8 unit (Subdit Padi), Kamera Digital 1 unit (Subdit Padi), Printer 2 unit (Subdit Padi), Desktop PC 2 unit (Subdit Jagung), Printer Warna 2 unit (Perencanaan + Subdit Jagung), Eksternal Hardisk 12 unit (4 unit Perencanaan), Printer 2 unit, Notebook 1 unit, Ultrabook 1 unit. b) Pengadaan Peralatan Perkantoran seperti Meja Kantor 1 unit, Kursi Kantor 8 unit, Digital voice recorder 5 unit, Televisi LCD 42 1 unit, Whiteboard 1 unit, Camera Digital 1 unit, Dispenser 1 unit, mesin penghancur kertas 1 unit, Gerobak sampah 2 unit, mesin pemotong rumput 1 unit. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 142

154 2) Melakukan opname fisik barang inventaris, baik barang yang bergerak (kendaraan dinas) maupun yang tidak bergerak (meja, kursi, lemari, komputer, printer, laptop, desktop PC, notebook, proyektor, mesin tik manual, AC, camera DSLR, handycam, camera digital, televisi LCD, mic wireless, mesin potong rumput, mesin penghancur kertas) dan membuat data inventaris barang tahun ) Pemeliharaan Gedung/Halaman Kantor a) Telah dilakukan pemeliharaan perbaikan/rehab gedung kantor, meliputi ruang kerja Direktur, toilet, ruang rapat, pengecatan dinding depan dan samping serta perbaikan saluran air, pemasangan paving block halaman dan pengecatan trotoar. b) Telah dilakukan peningkatan penerangan halaman gedung kantor dengan menambah dan mengganti lampu penerangan halaman dan gedung kantor. c) Setiap 2 (dua) minggu sekali dilakukan penataan lingkungan dengan melakukan pemangkasan tanaman pagar dan rumput halaman. d) Telah dilakukan pemeliharaan instalasi listrik, air dan pengadaan sarana sound system ruang rapat sarana jaringan internet WIFI. 4) Pelaksanaan pengamanan kantor dilaksanakan oleh delapan (8) orang tenaga security dengan cara bergilir setiap hari 2 orang, 1 hari jaga malam 1 hari jaga siang dan 1 hari libur. Fasilitas perlengkapan kantor/barang inventaris kantor sampai dengan tahun 2015 yang dimiliki Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, selengkapanya dapat dilihat pada Tabel Lampiran 15. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 143

155 C. Keuangan Berdasarkan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, menuntut adanya perubahan Manajemen Keuangan Negara. Perubahan tersebut diantaranya berupa pendekatan baru dalam sistem penganggaran yaitu sistem anggaran terpadu Berbasis Kinerja dalam kerangka Pembangunan Jangka Menengah. Anggaran terpadu artinya anggaran rutin dan anggaran pembangunan dipadukan sebagai satu kesatuan. Anggaran berbasis kinerja berarti kegiatan tidak lagi berdasarkan pada input, tetapi berorientasi pada output dan outcome. Anggaran dalam kerangka jangka menengah berarti penganggaran pada tahun sekarang memperhatikan realisasi tahun-tahun sebelumnya dan kebutuhan anggaran tahun mendatang. Perubahan ini mencakup perubahan mendasar dalam proses perencanaan, penyusunan anggaran, pengelolaan maupun pelaporannya sebagai penyelenggaraan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas dana dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara secara transparan dan akuntable. Sejak tahun 2005 penyusunan dan penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara telah menggunakan sistim anggaran belanja terpadu atau Unified Budget yang pelaksanaannya dikelola oleh Satuan Kerja di Unit Eselon I atau Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang dikelola oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), dalam hal ini dilaksanakan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 49/Kpts/OT.160/I/2015 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 5171/Kpts/KU.410/12/2013 tanggal 10 Desember 2013 tentang Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 144

156 Penerimaan Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Tahun Anggaran Urusan keuangan pada di dalam pengelolaannya dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam hal ini selaku atas nama Kuasa Pengguna Anggaran Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/I/2015 tanggal 8 Januari 2015 tentang Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen dan Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Nomor : 22/KPA/SK.310/C/6/2015 tanggal 1 Juni 2015 tentang Perubahan atas Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan Selaku Kuasa Pengguna Anggaran Nomor : 1/KPA/SK.310/C/6/2015 Tentang Penetapan Pejabat Pembuat Komitmen Dan Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Sesuai penetapan KPA, sebagai pembantu PPK telah ditetapkan Petugas/Staf Pengelola Keuangan, yang terdiri dari Pemegang Uang Muka (PUM) selaku Pembantu Bendahara Pengeluaran, Petugas Verifikasi Dokumen Tagihan dan Petugas Pengelola Belanja Pegawai (Pembuat Daftar Gaji) serta Pejabat Pengadaan Barang/Jasa dan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan/Pengurus Barang. Satuan Kerja Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2015, guna untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di tingkat PPK dalam proses penyelesaian administrasi pertanggungjawaban. Untuk melaksanakan kegiatan pascapanen tanaman pangan tahun 2015, maka berdasarkan Surat Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Tahun Anggaran 2015 Nomor : SP DIPA /2015 tanggal 14 November 2014, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mendapatkan alokasi anggaran APBN sebesar Rp ,- dengan rincian a) anggaran Pusat Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 145

157 Rp ,- b) Dekonsentrasi Rp ,- c) Tugas Pembantuan (provinsi) Rp ,- meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung Rp ,- dan pembinaa/monev Rp ,- Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 dan Revisi ke-2 POK (APBN-P) tanggal 9 Maret 2015 terdapat penambahan anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai (alokasi dana APBN-P) sebesar Rp , pembinaan dan pengawalan UPSUS (Sumsel) Rp ,-sehingga total anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menjadi Rp ,- (semula Rp , naik 9,79%) yang terdiri dari anggaran Pusat sebesar Rp ,-(semula Rp , naik 82,46 %) Dekonsentrasi sebesar Rp ,- (semula Rp ,- naik 22,89%) dan Tugas Pembantuan Provinsi sebesar Rp ,- (tidak mengalami perubahan) meliputi kegiatan dukungan sarana pascapanen jagung sebesar Rp ,- dan pembinaan/monev sebesar Rp Anggaran Pusat sebesar Rp diprediksi tidak dapat direalisasikan sampai dengan bulan Desember 2015, untuk itu dilakukan usulan rancangan penghematan untuk penanggulangan kekeringan sebesar Rp ,- namun usulan revisi tersebut tidak mendapat persetujuan Dirjen Anggaran dan dikembalikan pada unit unit kerja masing-masing, tidak terserap karena jumlah anggaran yang dialokasikan sangat besar melebihi jumlah personil, dan waktu pelaksanaan yaitu kegiatan Perjalanan dinas Tim UPSUS dan LO dalam rangka pembinaan. Realisasi serapan Anggaran menurut satuan kerja tahun 2015, selengkapanya disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 146

158 Tabel 27 : Realisasi Serapan Anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Menurut Satuan Kerja. No Satuan Kerja Pagu Realisasi *) (Rp) (Rp) % I. DIPA TANAMAN PANGAN 1 Pusat - Ditjen TP Pusat 11,948,500,000 8,155,144, Dekonsentrasi - Dinas Prop 8,590,500,000 6,981,015, Tugas Pembantuan - Dinas Prop 57,959,554,000 45,312,559, Jumlah 78,498,554,000 60,448,719, Ket : Posisi s/d 31 Des (update posisi tgl 08 Januari) Sesuai revisi ke-5 POK tanggal 29 Mei 2015, Rincian alokasi anggaran kegiatan disajikan pada tabel berikut : Tabel 28 : Jumlah Anggaran per Kegiatan atau per MAK. Jumlah Anggaran Kode Uraian Kegiatan/Sub Kegiatan/Akun (Rp) % 1765 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 11,948,500, Rancangan Kebijakan Pascapanen 329,840, Pedoman Bidang Pascapanen 597,357, Bahan Informasi Bidang Pascapanen 748,048, Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen TP. 8,900,439, ,765,009 Rapat koordinasi pasca panen 542,339, Layanan Perkantoran 357,820, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 182,353, Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 91,892, Gedung/Bangunan 198,412, Rincian jumlah anggaran berdasarkan Jenis Belanja/Pengeluaran disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 147

159 Tabel 29 : Jumlah Anggran Per Jenis Belanja/Pengeluaran No Jenis Belanja Jumlah Anggaran Rp % 1 Belanja uang honor yang terkait kegiatan 16,450, Belanja bahan 1,163,871, Belanja barang persediaan 285,500, Belanja jasa lainnya 30,750, Belanja jasa profesi 232,680, Belanja perjalanan dinas 9,620,830, Belanja modal 454,657, Belanja jasa sewa 97,548, Belanja pengiriman surat 46,214, Jumlah 11,948,500, Realisasi Fisik. Dari anggaran yang tersedia pada Tahun Anggaran 2015, realisasi fisik kegiatan sampai dengan bulan Desember 2015 telah mencapai 100%. Realisasi fisik tersebut dihitung berdasarkan bobot pekerjaan dan pencapaian penyelesaian pekerjaan, yaitu seberapa jauh pekerjaan tersebut dilaksanakan dan hasil yang telah dicapai. Walaupun di dalam pelaksanaannya ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan karena adanya hambatan teknis dan waktu pelaksanaan kegiatan yang tidak memungkinkan lagi untuk di realisasikan. 2. Anggaran. Anggaran yang dialokasikan untuk Kegiatan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun Anggran 2015 sebesar Rp ,- dan Realisasi anggaran berdasarkan SPM yang terbit sampai dengan bulan Desember 2015 sebesar Rp ,- atau sebesar 68.25%. Sisa anggaran sebesar Rp ,- atau sebesar 31.75% diantaranya perjalanan dinas Tim UPSUS dan LO dalam rangka pembinaan sebesar Rp ,-. atau sebesar 17.57% dan dari sisa pengadaan serta sisa kegiatan yang tidak direalisasikan. Realisasi anggaran per sub kegiatan atau per MAK dan Realisasi anggaran per jenis/pengeluaran disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 148

160 Tabel 30 : Realisasi Anggaran per Sub Kegiatan atau per MAK Kode Uraian Kegiatan/Sub Kegiata/Akun Jumlah Anggaran Realisasi Anggaran Sisa Anggaran (Rp) (Rp) % (Rp) % 1765 Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan 11,948,500,000 8,155,144, ,793,355, Rancangan Kebijakan Pascapanen 329,840, ,092, ,747, Pedoman Bidang Pascapanen 597,357, ,419, ,937, Bahan Informasi Bidang Pascapanen 748,048, ,090, ,957, Laporan Kegiatan Penanganan Pascapanen TP. 8,900,439,000 5,597,008, ,303,430, ,765,009 Rapat Koordinasi Pascapanen 542,339, ,932, ,406, Layanan Perkantoran 357,820, ,005, ,814, Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 182,353, ,885, ,467, Peralatan dan Fasilitasi Perkantoran 91,892,000 86,130, ,762, Gedung/Bangunan 198,412, ,580, ,832, Tabel 31 : Realisasi Anggaran per Jenis Belanja/Pengeluaran No. Jenis Belanja Jumlah Anggaran Realisasi Anggaran Sisa Anggaran (Rp.) (Rp.) % (Rp) % 1. Belanja uang honor yang terkait kegiatan 16,450,000 13,800, ,650, Belanja bahan 1,163,871, ,013, ,857, Belanja barang persediaan 285,500, ,865, ,634, Belanja jasa lainnya 30,750,000 27,383, ,366, Belanja jasa profesi 232,680, ,005, ,675, Belanja perjalanan dinas 9,620,830,000 6,286,014, ,334,815, Belanja modal 454,657, ,962, ,695, Belanja jasa sewa 97,548,000 77,276, ,271, Belanja pengiriman surat 46,214,000 16,823, ,390, JUMLAH 11,948,500,000 8,155,144, ,793,355, Sebagai gambaran dari realisasi anggaran per bulan disajikan pada tabel berikut : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 149

161 Tabel 32 : Target dan Realisasi Anggaran per Bulan No. Bulan Target ROK Realisasi (Rp.) % (Rp.) % 1. Januari Pebruari 160,401, ,365, Maret 246,897, ,042,746, April 1,419,959, ,718,201, Mei 2,309,035, ,554,048, Juni 3,125,811, ,152,966, Juli 3,747,436, ,558,856, Agustus 4,297,458, ,012,118, September 4,759,399, ,101,013, Oktober 5,827,816, ,812,304, Nopember 6,589,261, ,417,239, Desember 8,265,424, ,155,144, Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa realisasi pada bulan Januari 2015 masih kosong hal ini disebabkan karena belum adanya dana untuk kegiatan yang dapat direalisasikan pada bulan Januari tersebut. Sedangkan pencapaian realisasi keuangan sampai dengan bulan Desember 2015 tidak sesuai target 100 % karena adanya sisa mati dan penghematan dari beberapa kegiatan yang tidak terealisasikan diantaranya Perjalanan Tim UPSUS dan LO, Rapat Koordinasi serta Pengadaan Alat Pengolahan Data dan beberapa kegiatan yang tidak dapat direalisasikan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 150

162 IV. PERMASALAHAN DAN UPAYA TINDAK LANJUT A. Permasalahan Permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat pascapanen meliputi aspek administrasi, teknis, SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain : 1. Aspek Administrasi a) Penetapan CP/CL tidak sesuai Pedoman Teknis (Penetapan PPK dan Pengesahan KPA). b) SK CPCL belum siap atau seringkali berubah pada saat barang akan dikirimkan ke titik bagi. c) Sebagian sarana Pascapanen masih import sehingga butuh waktu dalam penyediaannya (corn combine harvester & combine harvester kecil). d) Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah, sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu. e) Menunggu antrian di ULP karena prioritas kegiatan APBD & terbatasnya SDM di Pokja Daerah. f) Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis). g) Tidak semua perusahan memproses uang muka/dp (+ 30%) karena proses pencairan lebih lama dalam penyiapan dokumen. Produsen lebih memilih percepatan distribusi barang secara langsung h) Kurang koordinasi di Dinas Pertanian Provinsi (satker APBN-P di Bidang PSP dengan Bidang Tanaman Pangan/ Pelaksana Kegiatan) i) Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 151

163 j) Belum tersosialisasinya penggunaan aplikasi e-faktur pajak dalam proses pembayaran (diberlakukannya Peraturan Dirjen Pajak No.Per-16/PJ/2014 tgl 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang diberlakukan mulai 1 Juli 2015 untuk wilayah Jawa-Bali-Madura). 2. Aspek Teknis a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi disebabkan jarak yang terlalu jauh. b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang menyebabkan CPCL sering berubah-ubah. c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test report. d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin mengalami kerusakan. e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan. f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas lapang g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam merekap data. 3. Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi CPCL. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 152

164 b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan pendampingan dari petugas Kabupaten c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker. e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen ditangani pada bidang Binus/P2HP. g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan bantuan dari Pemerintah Pusat. h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi. j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana pascapanen yang rusak. k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses penanganan pascapanen. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 153

165 B. Upaya Tindak Lanjut 1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon, SMS/ WA, , Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala pelaksanaan kegiatan di lapangan. 2. Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai dengan kondisi di wilayahnya masing-masing. 3. Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota. 4. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang identifikasi CPCL. 5. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan terselenggara tepat waktu. 6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan pelaksana kegiatan. 7. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses lelang ulang. 8. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 154

166 9. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi. 10. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan penanganan pascapanen tanaman pangan. 11. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen. 12. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut. 13. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan ke tingkat kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 155

167 V. PENUTUP 1. Kegiatan pascapanen merupakan kegiatan strategis sebagai faktor pendukung dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi pertanian. 2. Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan pascapanen ke depan, diperlukan penguatan SDM baik di pusat maupun di daerah, database yang akurat dan mekanisme pelaporan yang sistematis 3. Agar pelaksanaan kegiatan pascapanen dapat diimplementasikan dengan baik, sangat diperlukan sinkronisasi dan koordinasi yang baik antara pusat dengan daerah maupun instansi terkait lintas sektor. 4. Kegiatan Direktorat Pascapanen yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan di tahun berikutnya. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 156

168 A. APBN BANTUAN SARANA PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 Lampiran 1 : Realisasi Corn Sheller APBN No Prov/kab/Kota Jumlah Realisasi Fisik dan Keuangan Nilai Kontrak Corn Sheller Pagu Anggaran BASTB SP2D (unit) (Rp) (unit) % Rp. % 1 ACEH 8 264,000, ,600, ,600, ,400,000-2 SUMATERA UTARA 2 66,000,000 47,380, ,380, ,619,070-3 SUMATERA BARAT 6 198,000, ,582, ,582, ,418,000-4 RIAU 2 66,000,000 48,353, ,353, ,646,200-5 JAMBI 2 66,000,000 42,607, ,607, ,392,600-6 SUMATERA SELATAN 8 264,000, ,840, ,840, ,160,000-7 BENGKULU 2 66,000,000 45,080, ,080, ,919,070-8 LAMPUNG 4 132,000,000 90,349, ,349, ,650,140-9 JAWA BARAT 4 132,000,000 78,682, ,682, ,318, JAWA TENGAH 3 99,000,000 66,600, ,600, ,400, DI. YOGYAKARTA 3 99,000,000 68,400, ,400, ,600, JAWA TIMUR 4 132,000,000 98,288, ,288, ,712, KALIMANTAN BARAT 2 66,000,000 51,650, ,650, ,350, KALIMANTAN SELATAN 2 66,000,000 52,000, ,000, ,000, KALIMANTAN TIMUR 2 66,000,000 52,600, ,600, ,400, KALIMANTAN TENGAH 6 198,000, ,000, ,000, ,000, SULAWESI UTARA 4 132,000,000 74,050, ,050, ,950, SULAWESI TENGAH ,000, ,188, ,188, ,812, SULAWESI SELATAN 8 264,000, ,690, ,690, ,310, SULAWESI TENGGARA 9 297,000, ,387, ,387, ,613, BALI 1 33,000,000 23,000, ,000, ,000, NUSA TENGGARA BARAT ,000, ,508, ,508, ,491, NUSA TENGGARA TIMUR ,000, ,970, ,970, ,030, MALUKU 3 99,000,000 89,743, ,743, ,256, PAPUA 3 99,000,000 98,550, ,550, , MALUKU UTARA 4 132,000, ,000, ,000, GORONTALO 3 99,000,000 79,900, ,900, ,100, SULAWESI BARAT 3 99,000,000 77,400, ,400, ,600, KALIMANTAN UTARA 2 66,000,000 46,000, ,000, ,000,000 - TOTAL I Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 132 4,356,000,000 3,311,402, ,311,402, ,044,597,995 - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 157

169 Lampiran 2 : Realisasi Flat Bed Dryer + Bangunan APBN No Prov/kab/Kota Jumlah Realisasi Fisik dan Keuangan Nilai Kontrak FBD Jagung Pagu Anggaran BASTB SP2D + Bangunan (unit) (Rp) (unit) % Rp. % Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 1 ACEH 1 359,000, ,550, ,550, ,450,000-2 SUMATERA BARAT 3 1,077,000, ,210, ,210, ,790, ,000,000 3 JAMBI 2 718,000, ,700, ,700, ,300,000-4 SUMATERA SELATAN 1 359,000, ,630, ,630, ,370,000-5 BENGKULU 2 718,000, ,422, ,422, ,578,000-6 LAMPUNG 3 1,077,000,000 1,016,120, ,016,120, ,880,000-7 JAWA BARAT 2 718,000, ,837, ,837, ,162,340-8 JAWA TIMUR 1 359,000, ,894, ,894, ,106,000-9 KALIMANTAN BARAT 1 359,000, ,380, ,380, , KALIMANTAN SELATAN 1 359,000, ,000, ,000, ,000, KALIMANTAN TIMUR 1 359,000, ,789, ,789, , SULAWESI UTARA 3 1,077,000, ,000, ,000, ,000, SULAWESI TENGAH 2 718,000, ,554, ,554, ,446, SULAWESI SELATAN 3 1,077,000,000 1,071,750, ,071,750, ,250, SULAWESI TENGGARA 1 359,000, ,300, ,300, ,700, BALI 1 359,000, ,750, ,750, ,250, NUSA TENGGARA BARAT 2 718,000, ,961, ,961, ,039, NUSA TENGGARA TIMUR 1 359,000, ,100, ,100, ,900, GORONTALO 1 359,000, ,750, ,750, , SULAWESI BARAT 2 718,000, ,915, ,915, ,085, KALIMANTAN UTARA 1 359,000, ,000,000 TOTAL II 35 12,565,000,000 11,368,612, ,368,612, ,387, ,000,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 158

170 Lampiran 3 : Realisasi Corn Combine Harvester APBN Jumlah Realisasi Fisik dan Keuangan Nilai Kontrak No Prov/kab/Kota Corn Combine Pagu Anggaran BASTB SP2D Harvester (unit) (Rp) (unit) % Rp. % Penghematan/ efisiensi sisa mati/tidak Terserap 1 ACEH 1 500,000, ,175, ,175, ,825,000-2 SUMATERA SELATAN 1 500,000, ,000, ,000, ,000,000-3 KALIMANTAN TENGAH 2 1,000,000, ,000, ,000, ,000,000-4 SUMATERA BARAT 1 500,000, ,000,000 5 SULAWESI UTARA 1 500,000, ,650, ,650, ,350,000-6 SULAWESI TENGAH 2 1,000,000, ,600, ,600, ,400,000-7 SULAWESI TENGGARA 2 1,000,000, ,350, ,350, ,650,000-8 NUSA TENGGARA BARAT 2 1,000,000, ,950, ,950, ,050,000-9 NUSA TENGGARA TIMUR 1 500,000, ,000, ,000, ,000, GORONTALO 1 500,000, ,430, ,430, ,570, SULAWESI BARAT 1 500,000, ,650, ,650, ,350,000 - TOTAL III 15 7,500,000,000 5,061,805, ,061,805, ,938,195, ,000,000 Lampiran 4 : Realisasi Vertical Dryer Jagung + Bangunan APBN No Prov/kab/Kota Jumlah VDj (unit) Pagu Anggaran Realisasi Fisik dan Keuangan nilai kontrak BASTB SP2D (Rp) (unit) % Rp. % Penghematan/ efisiensi sisa mati/tidak Terserap 1 ACEH 4 3,832,000,000 3,102,000, ,102,000, ,000,000-2 SUMSEL 4 3,832,000,000 3,240,164, ,240,164, ,836,000-3 KALTENG 5 4,790,000,000 4,378,600, ,378,600, ,400,000-4 SULTENG 4 3,832,000,000 3,266,743, ,266,743, ,257,000-5 SULTRA 4 3,832,000,000 3,500,000, ,500,000, ,000,000-6 NTB 4 3,832,000,000 3,166,558, ,166,558, ,442,000-7 NTT 4 3,832,000,000 3,214,470, ,530,000 3,214,470,000 TOTAL IV 29 27,782,000,000 23,868,535, ,654,065, ,913,465,000 3,214,470,000 Ket : realisasi s/d 31 Desember 2015 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 159

171 B. APBN-P Lampiran 5 : Realisasi Combine Harvester Kecil APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai kontrak Revisi BASTB Pagu Revisi (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) Penghematan/ Sisa mati/tidak efisiensi Terserap 1 ACEH ,800,000,000 7,800,000, ,800,000, SUMUT ,470,000,000 11,533,670, ,533,670, ,936,330,000-3 SUMBAR ,900,000,000 3,783,792, ,783,792, ,208,000-4 RIAU ,290,000,000 4,133,500, ,133,500, ,500,000-5 JAMBI 47-6,984,100,000 6,976,550, ,976,550, ,550,000 Tambahan (10) 57-6 SUMSEL ,920,000,000 23,380,800, ,380,800, ,200,000 Tambahan (63) BENGKULU ,460,000,000 5,342,400, ,342,400, ,600,000-8 LAMPUNG*) ,840,000,000 16,556,412, ,556,412, ,283,588,000-9 JAWA BARAT ,950,000,000 40,824,700, ,824,700, ,300, JAWA TENGAH ,490,000,000 50,393,678, ,393,678, ,096,322,000 - % terhdp Pagu % terhdp kontrak 11 D.I.YOGYAKARTA ,120,000,000 2,551,824, ,551,824, ,176, JAWA TIMUR ,500,000,000 46,013,504, ,013,504, ,486,496, KALBAR ,810,000,000 3,734,200, ,734,200, ,075,800, KALTENG ,500,000,000 4,956,000, ,956,000, ,544,000, KALSEL ,500,000,000 6,240,000, ,240,000, ,000, KALTIM ,600,000,000 2,598,000, ,598,000, ,000, SULUT ,160,000,000 3,242,200, ,242,200, ,800, SULTENG ,060,000,000 7,058,800, ,058,800, ,001,200, SULSEL ,710,000,000 28,849,500, ,849,500, ,860,500, SULTRA ,460,000,000 5,460,000, ,460,000, BALI ,240,000,000 4,904,950, ,904,950, ,335,050, NTB ,890,000,000 5,878,100, ,878,100, ,011,900, NTT ,460,000,000 5,430,600, ,430,600, ,400, MALUKU ,250,000,000 3,016,875, ,016,875, ,125, PAPUA 28 29,610,000,000 27,326,900, ,326,900, ,283,100,000 - Tambahan (200) MALUT ,250,000,000 3,250,000, ,250,000, BANTEN ,380,000,000 3,172,000, ,172,000, ,000, BABEL ,210,000,000 2,210,000, ,210,000, GORONTALO ,250,000,000 3,247,500, ,247,500, ,500, PAPUA BARAT ,080,000,000 2,050,550, ,050,550, ,450, SULBAR ,344,122,000 2,344,127, ,344,127, (5,634) - 32 KALTARA ,560,000,000 1,560,000, ,560,000, TOTAL I 2,797 3, ,048,222, ,821,132,634 3, ,821,132, ,227,089,366 - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 160

172 Lampiran 6 : Realisasi Vertical Dryer Padi + Bangunan APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai Kontrak Revisi BASTB Pagu Revisi (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) Penghematan/ Sisa mati/tidak % terhdp % terhdp efisiensi Terserap Pagu kontrak 1 ACEH 5 5 4,675,000,000 3,973,950, ,973,950, ,050,000 2 SUMUT ,285,000,000 8,608,310, ,608,310, ,676,690,000 3 SUMSEL ,635,000,000 15,877,024, ,877,024, ,942,975, ,000,000 4 BENGKULU 6 6 5,610,000,000 4,661,701, ,661,701, ,299,000 5 LAMPUNG 7 7 6,545,000,000 5,468,912, ,468,912, ,076,087,653 6 JAWA BARAT 4 4 3,740,000,000 2,935,240, ,935,240, ,760,000 7 JAWA TENGAH 4 4 3,740,000,000 3,056,093, ,056,093, ,907,000 8 JAWA TIMUR 4 4 3,740,000,000 3,148,423, ,148,423, ,576,727 9 KALBAR 6 6 5,610,000,000 4,694,285, ,694,285, ,714, KALTENG 6 6 5,610,000,000 4,836,736, ,836,736, ,264, KALSEL 3 3 2,805,000,000 2,403,060, ,403,060, ,940, KALTIM 4 4 3,740,000,000 3,182,370, ,182,370, ,630, SULUT 3 3 2,805,000,000 2,257,833, ,257,833, ,167, SULTENG ,700,000,000 15,739,173, ,739,173, ,960,827, SULSEL ,180,000,000 22,563,704, ,563,704, ,616,296, SULTRA ,090,000,000 10,710,000, ,710,000, ,380,000, BALI 4 4 3,740,000,000 3,058,291, ,058,291, ,709, NTB 7 7 6,545,000,000 5,403,475, ,403,475, ,141,525, BANTEN ,000, ,694, ,694, ,306, BABEL 3 3 2,805,000,000 2,261,634, ,261,634, ,366, SULBAR 3 3 2,383,701,000 2,383,703, ,383,703, KALTARA 2 2 1,870,000,000 1,575,677, ,575,677, ,323,000 TOTAL II ,788,701, ,572,289, ,572,289, ,401,411, ,000,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 161

173 Lampiran 7 : Realisasi Corn Sheller APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai Kontrak Revisi BASTB Pagu Revisi (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) % terhdp Pagu % terhdp kontrak Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 1 ACEH ,980,000,000 1,796,700, ,796,700, ,300,000-2 SUMUT ,850,000,000 2,303,506, ,303,506, ,493,500-3 SUMBAR ,050,000, ,134, ,134, ,866,000-4 RIAU ,000, ,585, ,585, ,414,500-5 JAMBI ,325, ,622, ,622, ,702,500-6 SUMSEL 80 5,940,000,000 4,727,800, ,727,800, ,212,200,000 - Tambahan (118) 198 #DIV/0! 7 BENGKULU ,800,000,000 1,421,842, ,421,842, ,158,000-8 LAMPUNG ,900,000,000 2,935,520, ,935,520, ,480,000-9 JAWA BARAT ,200,000,000 3,604,300, ,604,300, ,700, JAWA TENGAH ,250,000,000 3,861,100, ,861,100, ,388,900, D.I.YOGYAKARTA ,000, ,200, ,200, ,800, JAWA TIMUR ,900,000,000 4,987,040, ,987,040, ,912,960, KALBAR ,800,000,000 1,529,220, ,529,220, ,780, KALTENG ,000, ,800, ,800, ,200, KALSEL ,710,000,000 1,453,560, ,453,560, ,439, KALTIM ,000, ,295, ,295, ,705, SULUT ,490,000,000 1,640,150, ,640,150, ,850, SULTENG ,250,000,000 2,010,945, ,010,945, ,054, SULSEL ,740,000,000 4,161,319, ,161,319, ,680, SULTRA ,050,000, ,054, ,054, ,946, BALI ,000, ,525, ,525, ,475, NTB ,300,000,000 2,841,000, ,841,000, ,000, NTT ,580,000,000 2,068,152, ,068,152, ,848, MALUKU ,000, ,532, ,532, ,467, PAPUA ,000, ,000, ,000, MALUT ,000, ,000, ,000, BANTEN ,000, ,724, ,724, ,275, GORONTALO ,132,698,000 2,132,700, ,132,700, (2,000) - 29 PAPUA BARAT ,000, ,702, ,702, ,297, SULBAR ,000, ,000, ,000, KALTARA ,000, ,000, ,000, TOTAL III 2,000 2,088 61,841,023,000 50,392,031,768 2, ,392,031, ,448,991,232 - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 162

174 Lampiran 8 : Realisasi Vertical Dryer Jagung + Bangunan APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai kontrak Revisi Tidak BASTB (SP2D) Penghematan/ Sisa mati/tidak Pagu Revisi Terserap/sisa mati % terhdp % terhdp efisiensi Terserap (unit) (Rp) (Unit) % Rp Pagu kontrak 1 ACEH ,155,000,000 9,010,500,000 1,870,000, ,010,500, ,274,500,000 1,870,000,000 2 SUMUT ,025,000,000 12,027,762, ,027,762, ,997,238,000 3 SUMBAR RIAU #DIV/0! - 5 JAMBI 3 3 2,462,575,000 2,362,575, ,362,575, ,000,000 6 SUMSEL 6 4 3,740,000,000 3,254,030, ,254,030, ,969,500 7 BENGKULU 6 6 5,610,000,000 4,775,227, ,775,227, ,773,000 8 LAMPUNG ,960,000,000 12,955,700, ,955,700, ,004,299,648 9 JAWA BARAT ,155,000,000 11,317,646, ,317,646, ,354, JAWA TENGAH ,895,000,000 13,117,618, ,117,618, ,777,382, D.I.YOGYAKARTA JAWA TIMUR ,830,000,000 14,371,904, ,371,904, ,458,095, KALBAR 2 2 1,870,000,000 1,616,282, ,616,282, ,718, KALSEL 5 5 4,675,000,000 4,061,645, ,110, ,899,534, ,355, ,110, SULUT ,090,000,000 10,501,010, ,501,010, ,588,990, SULTENG ,155,000,000 10,557,988, ,557,988, ,597,011, SULSEL ,375,000,000 20,625,705, ,625,705, ,749,294, SULTRA 4 4 3,740,000,000 3,500,000, ,500,000, ,000, NTB ,155,000,000 10,232,052, ,232,052, ,922,948, NTT 7 7 6,545,000,000 5,732,213,000 1,367,862, ,364,350, ,787,000 1,367,862, BANTEN 3 3 2,805,000,000 2,375,256, ,375,256, ,743, GORONTALO 9 9 7,012,273,000 6,912,274, ,912,274, ,999, SULBAR 7 7 5,665,491,000 5,665,493, ,665,493, (2,000) TOTAL IV ,920,339, ,972,883,079 3,399,973, ,442,909, ,077,455,921 3,399,973,557 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 163

175 Lampiran 9 : Realsiasi Power Thresher Multiguna APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai Kontrak Revisi BASTB Pagu Revisi (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) % terhdp Pagu % terhdp kontrak Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 1 ACEH ,500,000,000 1,218,500, ,218,500, ,500,000 2 SUMUT ,530,000,000 1,185,368, ,185,368, ,631,117 3 SUMBAR RIAU ,000, ,784, ,784, ,215,500 5 JAMBI 95 Tambahan (37) SUMSEL 37 Tambahan (90) 127 2,706,000,000 2,698,751, ,698,751, ,248,500 3,810,000,000 3,061,300, ,061,300, ,700,000 7 BENGKULU ,000, ,750, ,750, ,250,000 8 LAMPUNG ,200,000, ,160, ,160, ,840,000 9 JAWA BARAT ,180,000,000 4,695,770, ,695,770, ,484,230, JAWA TENGAH ,800,000,000 3,688,300, ,688,300, ,111,700, D.I.YOGYAKARTA ,000, ,248, ,248, ,752, JAWA TIMUR ,150,000,000 4,294,162, ,294,162, ,855,837, KALBAR ,000, ,918, ,918, ,082, KALTENG ,000, ,690, ,690, ,310, KALSEL ,000, ,252, ,252, ,747, KALTIM ,000, ,250, ,250, ,750, SULUT ,200,000,000 1,051,500, ,051,500, ,500, SULTENG ,820,000,000 2,371,348, ,371,348, ,651, SULSEL ,370,000,000 1,926,650, ,926,650, ,350,000 Tambahan di LUAR MAK 148 4,440,000, ,440,000, SULTRA ,320,000,000 1,096,477, ,096,477, ,523, BALI ,000, ,865, ,865, ,135, NTB ,620,000,000 1,297,470, ,297,470, ,530, NTT ,000, ,250, ,250, ,750,000 Tambahan di LUAR MAK 34 1,020,000,000 1,020,000, ,020,000, MALUKU ,000, ,536, ,536, ,463, PAPUA ,560,000,000 1,560,000, ,560,000, MALUT ,000, ,000, ,000, BANTEN ,000, ,108, ,108, ,891, GORONTALO ,450, ,450, ,450, PAPUA BARAT ,000, ,100, ,100, ,900, SULBAR ,500, ,500, ,500, KALTARA (Tambahan di luar MAK) TOTAL V ,137, ,137,000 1,500 1,836 53,245,087,000 38,963,462,015 1, ,963,462, ,945,487,985 5,336,137,000 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 164

176 Lampiran 10 : Realisasi Flat Bed Dryer + Bangunan APBN-P Jumlah Realisasi Jumlah Nilai Kontrak Revisi BASTB No Prov/kab/Kota Sarana Pagu Revisi (unit) (unit) (Rp) (Unit) % Rp PAPUA 6 4,239,900,000 4,146,040, ,146,040, ,860,000 a. alat 1,630,290,000 1,630,290,000 b. bangunan 2,515,750,000 2,515,750,000 TOTAL VI (SP2D) Penghematan/ Sisa mati/tidak efisiensi Terserap % terhdp Pagu % terhdp kontrak - 6 4,239,900,000 4,146,040, ,146,040, ,860,000 - Lampiran 11 : Realisasi Combine Harvester Besar APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai Kontrak Revisi Pagu Revisi BASTB (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) % terhdp Pagu % terhdp kontrak Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 1 SUMATERA SELATAN 98 39,900,000,000 37,271,020, ,271,020, ,628,980,000-2 PAPUA 22 8,690,000,000 8,190,820, ,190,820, ,180,000-3 SULBAR (Diluar MAK) 5 1,687,980,000 1,687,980, ,687,980, TOTAL VII ,277,980,000 47,149,820, ,149,820, ,128,160,000 - Lampiran 12 : Realisasi Corn Combine Harvester APBN-P No Prov/kab/Kota Jumlah Sarana (unit) Jumlah Realisasi Nilai Kontrak Revisi BASTB Pagu Revisi (unit) (Rp) (Unit) % Rp (SP2D) % terhdp Pagu % terhdp kontrak Penghematan/ efisiensi Sisa mati/tidak Terserap 1 SUMATERA SELATAN 6 2,100,000,000 2,039,600, ,039,600,000 60,400,000-2 GORONTALO 5 1,707,150,000 1,707,150, ,707,150, TOTAL VIII ,807,150,000 3,746,750, ,746,750, ,400,000 - TOTAL I - VIII - 7, ,168,402, ,764,409,066 7, ,234,435, ,382,855,934 9,551,110,557 Revisi anggaran penghematan CHK Lampung 690,400, ,400,000 CHB Lampung 8,619,500, ,619,500,000 CHB Sulteng 5,949,863, ,949,863,432 TOTAL V 7, ,168,402, ,024,172,498 7, ,494,198, ,144,229,502 9,551,110,557 Ket : realisasi s/d 31 Desember 2015 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 165

177 Lampiran 13 : Nama Pejabat Eselon II, III dan IV Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. NO NAMA/ NIP GOLONGAN JABATAN 1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM IV/b Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 2 Ir. Bambang Jaya, M.Eng IV/b Kasubdit Jagung dan Serealia Lain Ir. Suhartini, M.Si IV/b Kasubdit Kedelai dan Aneka Kacang Ir. Setya Prakosa, MM IV/b Kasubdit Aneka Umbi Ir. Dian Handayani, M.Si IV/a Kasi Sarana pada Subdit Padi Ir. Dhany Permadi, MM IV/a Kasi Sarana pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang 11 Amirruddin, SP.MP IV/a Kasi Teknologi pada Subdit Padi Ir. Dwi Elisya Apriana III/d Kasi Teknologi pada Subdit Kedelai dan Aneka Kacang 8 Djatmiko, S.Sos III/d Kasubbag Tata Usaha Lilis Suryani, SP.Msi III/d Kasi Teknologi pada Subdit Aneka Umbi Tiurmauli Silalahi, SP.MM III/d Kasi Sarana pada Subdit Jagung dan Serealia Lain Kepala Sub Bagian Tata Usaha Djatmiko, S.Sos Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 166

178 Lampiran 14 : Daftar Nominatif Pegawai Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT No Ket Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P I. Golongan IV/d 1.1 Ir. Tri Agustin Satriani, MM Pembina Tk. I 1. IPB Jur. Ilmu Tanah Th Direktur Pengolahan dan Pemasara T IV/b 2. Pasca Sarjana (S2) Univ. Wijaya Putra Hasil Tanaman Pangan P Jakarta, Jur. SDM Th II. Golongan IV/b 2.1 Ir. Bambang Jaya, M.Eng Pembina Tk. I 1. Fak. Pertanian UNAND Jur Mekanisasi Kasubdit Jagung dan Serealia T IV/b Pertanian Th Lain L Bayur (Maninjau), Pasca Sarjana (S2) AIT Jur Post Harvest Teknologi Th Ir. Setya Prakosa, MM Pembina Tk. I 1. Fak. Pert UNS Jur Agronomi Th 84 Kasubdit Aneka Umbi T IV/b 2. STIE IPWIJA Jur Pemasaran Th 04 L Surakarta, Ir. Suhartini, M.Si Pembina Tk. I 1. Sarjana Pertanian IPB. Sosek Th. 83 Kasubdit Kedelai dan Aneka T IV/b 2. S2. STIA YAPPANN Th.08 Jur Kacang P Surabaya, Administrasi Publik III. Golongan IV/a 5.1 Ir. Dian Handayani, M.Si Pembina 1. Fak. Pertanian UNILA Jur Budidaya Kasi Sarana pada Subdit Padi T IV/a Pertanian Th P Kotabumi, Pasca Sarjana (S2), IPB Jur Teknologi Industri Pertanian Th Ir. Dhanny Permadi, MM Pembina 1. Sarjana Pertanian UNSIL Jur. Budidaya Kasi Sarana pada Subdit Kedelai T IV/a Pertanian Th dan Aneka Kacang L Jakarta, S2 STIE IPWIJA Jur Manajemen Th Erlina, S.P, M.Si Pembina 1. Fak. Pertanian UNAND Jur. Ilmu Tanah Staf Seksi Sarana Subdit Aneka T IV/a Th Umbi P Sipirok, S2 Univ Andalas Jur Pembangunan Wilayah Pedesaan Th Amirruddin, SP, MP Pembina 1. Fak. Pert. USU Jur. Ilmu Tanah Kasi Teknologi pada Subdit Padi T IV/a Th L Medan, Pasca Sarjana (S2) USU Jur. Ilmu Tanah Th IV. Golongan III/d 9.1 Ir. Dwi Elisya Apriana Penata Tk. I Fak. Pertanian USU Th Kasi Teknologi pada Subdit T III/d Kedelai dan Aneka Kacang P Medan, Djatmiko, S.Sos Penata Tk. I STIA Menarasiswa Jur. Administrasi Kasubbag Tata Usaha NT III/d Negara Th L Jakarta, Suparni, SP Penata Tk. I 1. SMA IPS Th Staf Seksi Sarana pada Subdit T III/d 2. Sarjana Pertanian SATYAGAMA Aneka Umbi P Surakarta, Jur. Sosek Th. 04 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 167

179 No Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P Ket Ricky Nelson, SH Penata Tk. I Fak. Hukum, UNKRIS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/d L Jakarta, 14 Mei Lilis Suryani, SP. M.Si Penata Tk. I 1. Fak. Pertanian (UNAS) Jur Agronomi Kasi Teknologi pada Subdit Aneka T III/d Th Umbi P Cidaun, 23 Pebruari Pasca Sarjana (S2) STIA YAPPANN Jur Administrasi Publik Th Nur Indriastuti, SE Penata Tk. I Fak. Ekonomi Univ. Tunas Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/d Pembangunan Solo Th P Klaten, Tiurmauli Silalahi, SP, MM Penata Tk. I 1. Fak Pertanian Univ. Borobudur Jurusan Kasi Sarana pada Subdit T III/d Sosek Th Jagung dan Serealia Lain P Pematangsiantar, Pasca Sarjana (S2) Mercubuana Jur SDM Th V. Golongan III/c 16.1 Ruth Teratai Mekar Beata Virgo Kaluti, S.TP,M.P Penata Staf Seksi Teknologi Subdit Padi 1. Fak. Pertanian Univ. UNSRAT Manado T III/c Jurusan Pengolahan Hasil Pertanian P Sangele, Pasca Sarjana (S2) Univ. UGM Yogya Jurusan Ilmu & Teknologi Pangan 17.2 Jane Carolina Ch Haumahu, SP, M.S Penata 1. Fak. Pertanian UNPATI Jur Ilmu Tanah Staf Seksi Teknologi Subdit T III/c Th. 98 Jagung dan Serealia Lain P Allang, S2 Univ Respati Indonesia (URINDO) Jur Ilmu Administrasi Niaga Th Pandu Tri Kurniawan, SP Penata Fak. Pertanian UNB Jur. Agronomi Staf Seksi Teknologi Subdit T III/c Th Aneka Umbi L Serang, Nurihyatun Sardjono, SP, MP Penata 1. Fak. Pertanian IPB Jur. Budidaya Staf Seksi Teknologi pd Subdit T III/c Pertanian Th Aneka Umbi P Bogor, Pasca Sarjana (S2) Univ. Brawijaya Jur. Teknologi Industri Pertanian Th Fatriwati, SP Penata Fak. Pertanian UNAND Th Staf Seksi Teknologi Subdit Padi T III/c P Padang, VI. Golongan III/b 21.1 Suparmo Penata Muda Tk. I STM Bangunan Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/b L Kebumen, Raden. Wahyono Penata Muda Tk. I SMA Jur. Sosial Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/b L Jakarta, Ir. Nur Sulistiati Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian Univ. UPN Veteran Th 2006Staf Seksi Sarana pd Subdit T III/b Aneka Umbi P Jakarta, Aris Puji Sunarso, S.TP, M.Eng Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian IPB Jur Industri PertanianStaf Seksi Teknologi pada T III/b Th Subdit Padi L Pati, S2 Univ. Gajamadah Jur. Perencanaan Kota dan Daerah Th Deasy Fitriati, S.TP, M.Si Penata Muda Tk. I 1. Fak. Pertanian UGM Jur Mekanisasi PertStaf Seksi Sarana pada T III/b Th. 03 Subdit Jagung dan Serealia Lain P Pontianak, S2 Institut Pertanian Bogor Thn Restu Widianti Penata Muda Tk. I SMA Th Staf Seksi Teknologi Subdit NT III/b Aneka Umbi P Jakarta, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 168

180 No Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P Ket Ratna Dwi Astuti, SP Penata Muda Tk. I UNMUH Malang Jur, Budidaya Pertanian Staf Seksi Sarana Subdit T III/b Th Kedelai dan Aneka Kacang P Madiun, 18 Januari Diyah Puji Astuti, SP Penata Muda Tk. I UNSOED Jur. Agrobisnis Th Staf Seksi Teknologi pada Subdit T III/b Kedelai dan Aneka Kacang P Banjarnegara, 9 Maret Ririkumaladewi, SP Penata Muda Tk. I UNHAS Jur. Agronomi Th Staf Seksi Teknologi pada Subdit T III/b Aneka Umbi P Rappang, Bubun Muhammad Hasbulloh, S.TP Penata Muda Tk. I IPB Jur. Teknik Pertanian Th Staf Seksi Sarana pada Subdit T III/b Aneka Umbi L Kuningan, 22 September Dede Risanda, SP Penata Muda Tk. I Fak. Pertanian IPB Jur. HPT Th Staf Seksi Sarana Subdit Jagung T III/b dan Serealia Lain L Tebingtinggi, Anita Retnawati, SP, M.Si Penata Muda TK. I 1. SMA Jur. IPA Th Staf Seksi Sarana pada Subdit T III/b 2. Univ. Satyagama Jur. Agrobisnis Kedelai dan Aneka Kacang P Jakarta, Th S2 Pasca Sarjana STIA Yappan Jur. Administrasi Publik th Sri Rosmayanti, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Th Staf Seksi Sarana Subdit T III/b Jagung dan Serealia Lain P Jakarta, Maya Puspita Sari, SE Penata Muda TK. I S-1 Agribisnis IPB Th Staf Seksi Sarana Subdit Kedelai T III/b dan Aneka Kacang P Jakarta, Kirtana Aska Brata, SP Penata Muda TK. I Fak. Pertanian UPN Veteran Jur. Sosial Staf Seksi Teknologi Subdit T III/b Ekonomi Pertanian Th Jagung dan Serealia Lain L Yogyakarta, Ermi Herawati, S.Sos Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/b 2. Sarjana Ilmu Administrasi Negara STIA P Brebes, YAPPANN jur Adm. Negara Thn Angga Wijaya, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPS Th Staf Seksi Sarana pada Subdit T III/b 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Jagung dan Serealia Lain L Jakarta, Jur. Agrobisnis Thn Miftakhul Jannah, SP Penata Muda TK. I 1. SMA IPA Th.1997 Staf Seksi Sarana pada Subdit T III/b 2. Sarjana Pertanian Univ. Respati IndonesPadi P Boyolali, Jur. Agroteknologi Thn VII. Golongan III/a 39.1 Isandi, S.Kom Penata Muda S-1 Sistem Informasi Univ. Gunadarma Staf Seksi Sarana Subdit Padi T III/a Th L Air Putih (Palembang), Franciscus Xaverius Surwiyanto,SE Penata Muda 1. SMA IPA Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a 2. S-1 Univ. Tama Jagakarsa Jur Manajemen L Semarang, Th Evie Rahayu Tugiyanto Penata Muda SMEA Jur. Tata Buku Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a P Magetan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 169

181 No Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P Ket Yuliadi Penata Muda SMA Jur. IPS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a SATPAM L Jakarta, Ridwan Husin, SE Penata Muda 1. SMA Jur. IPS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a 2. Sarjana Ekonomi Univ. Pamulang Jur L Palembang, Manajemen Th Agung Prabowo, SP Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Th Staf Sub Bagian Tata Usaha T III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama L Jakarta, Jur. Agrobisnis Thn Ariyati Penata Muda SMA Jur. Biologi Th Staf Seksi Teknologi pada Subdit NT III/a Padi P Salatiga, Rodearni Purba, S.P Penata Muda 1. SMA Biologi Thn 1995 Staf Seksi Teknologi pd Subdit NT III/a 2. (D3 Akubank Swadaya Jurusan Jagung dan Serealia Lain P Marubun Lokkung, Pertanian Thn S1 Sarjana Pertanian Univ. Satyagama Jur. Agribisnis Thn Lina, S.P. Penata Muda 1. SMEA Tata Buku Th Staf Sub Bagian Tata Usaha T III/a 2. Sarjana Pertanian Univ. Satyagama P Jakarta, Jur. Agrobisnis Thn Ahmad Naseh Penata Muda SMEA Jur. Tata Buku Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a L Jakarta, Sayuti Penata Muda MAN Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT III/a L Jakarta, Rohim Penata Muda STM Th, 1991 Staf Sub Bagian Tata Usaha T III/a L Jakarta, VIII. Golongan II/d 51.1 Ade Kosasih Pengatur Tk I SMEA Perdagangan Th Staf Seksi Teknologi Subdit NT II/d Jagung dan Serealia Lain L Jakarta, Opik Ahmad Ropik, A.Md Pengatur Tk I (D3) IPB Jur, Budidaya Pertanian Th Staf Seksi Teknologi pada Subdit T II/d Kedelai dan Aneka Kacang L Tasikmalaya, 17 Oktober Riskiria Putri, A.Md Pengatur Tk I D-III Manajemen Informasi UGM Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/d P Muaradua Ogan Komering Ulu, Nitam Kasim, A.Md Pengatur Tk I D-III Pertanian UNG Th Staf Seksi Sarana Subdit Padi T II/d L Marisa, Lukman Pengatur Tk I SMA IPS Th, 1993 Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/d L Tanjung Karang, IX. Golongan II/c 56.1 Dwi Rizkyyanto Utomo, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian IPB Th Staf Seksi Teknologi Subdit T II/c Kedelai dan Aneka Kacang L Bogor, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 170

182 No Nama NIP Pangkat Pendidikan Jabatan Penugasan T / NT Tempat / Tgl Lahir Gol. Ruang Jurusan, Tahun Ijazah Pada Bidang L / P Ket Reny Kartika Asmara, A.Md Pengatur D-III Agroindustri UGM Th Staf Seksi Sarana Subdit Padi T II/c P Karanganyar, Catur Parah Gumantri Putri, A.Md Pengatur D-III Budidaya Pertanian UNAND Th Staf Seksi Sarana Subdit T II/c Jagung & Serealia Lain P Bengkalis, T 59.4 Indah Pratiwi, A.Md Pengatur D-III Agronomi Pertanian IPB Th Staf Seksi Teknologi Subdit Padi P II/c Pematang Siantar, X. Golongan II/b 60.1 Rudy Pengatur Muda Tk. I SMA IPS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/b L Jakarta, Iip Miftahudin Pengatur Muda Tk. I SMK Teknik Mesin Thn 2002 Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/b (SATPAM) L Subang, 31 Desember XI. Golongan II/a 62.1 Mahmud Pengatur Muda SD Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/a SATPAM L Jakarta, Aman Pengatur Muda SMA IPS Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/a L Depok, Warsan Pengatur Muda SMA Th Staf Sub Bagian Tata Usaha NT II/a L Tambak Negara, Jakarta, Oktober 2015 Kepala Sub Bagian Tata Usaha Djatmiko, S.Sos Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 171

183

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan subsektor tanaman pangan merupakan salah satu strategi dalam upaya memacu pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh sebab itu, komoditas tanaman pangan memegang peranan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015 Bahan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian Nasional 3 4 Juni 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan pendapatan, serta sumber devisa.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 LAK KIP (LAPORAN KINERJA IN NSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPAN NEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2014 DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Scanned

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan pertanian yang telah dilakukan sampai saat ini masih banyak memerlukan penanganan yang cermat dan cepat. Tantangan pembangunan pertanian yang dihadapi

Lebih terperinci

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *)

Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Evaluasi Kegiatan TA 2016 dan Rancangan Kegiatan TA 2017 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian *) Oleh : Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, MS, DAA Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian *) Disampaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Juli Sekretaris Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Dr. Ir. Maman Suherman, MM NIP 2017 Laporan Kinerja Triwulan II KATA PENGANTAR Dalam rangka memonitor capaian kinerja kegiatan Ditjen Tanaman Pangan pada triwulan II TA 2017 serta sebagai bahan penilaian aspek akuntabilitas kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN Jakarta, 2012 Direktorat Jenderal Tanaman

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017 Disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Tanggal 4 Januari 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OUTLINE 1. Evaluasi 2016 2. Sasaran luas tanam

Lebih terperinci

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018 Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 30 Mei 2017 CAPAIAN INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN PERKEBUNAN NO.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017 HASIL SEMBIRING DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN JAKARTA, 31 MEI 2016 PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013

EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN EVALUASI KEGIATAN FASILITASI PUPUK DAN PESTISIDA TAHUN 2013 DIREKTUR PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN Pada Konsolidasi Hasil Pembangunan PSP

Lebih terperinci

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR

Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas karunia-nya kami dapat menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Perbenihan Tanaman

Lebih terperinci

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015

PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 PEMANTAUAN CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN KEMENKES TA 2015 OLEH: BIRO PERENCANAAN & ANGGARAN JAKARTA, 7 DESEMBER 2015 Penilaian Status Capaian Pelaksanaan Kegiatan/ Program Menurut e-monev DJA CAPAIAN KINERJA

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2012 IKHTISAR EKSEKUTIF IKHTISAR EKSEKUTIF, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dibentuk berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/10/2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN

FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN FOKUS PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016 UNTUK PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DALAM PENINGKATAN NILAI TAMBAH DAN DAYA SAING (NTDS) PRODUK HASIL PERTANIAN MUSYAWARAH PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Lebih terperinci

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017

PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA TA 2017 PELAKSANAAN PENYALURAN 1. Penyaluran melalui KPPN dilaksanakan berdasarkan PMK nomor 112/PMK.07/2017 tentang Perubahan PMK nomor 50/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018 Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Perecanaan Pembangunan Pertanian Tahun 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 1 SASARAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN USAHA PANGAN MASYARAKAT (PUPM) TAHUN 2016 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 1 Petani sering merugi Bulog belum hadir di petani Rantai pasok panjang Struktur

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN

PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI KPPN KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PENGELOLAAN PERBENDAHARAAN NEGARA DAN KESIAPAN PENYALURAN DAK FISIK DAN DANA DESA MELALUI DISAMPAIKAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN DALAM SOSIALISASI

Lebih terperinci

I. EVALUASI UPSUS 2015

I. EVALUASI UPSUS 2015 OUTLINE I. EVALUASI UPSUS 2015 A. Realisasi Tanam Okmar 2014/15 B. Realisasi Tanam Bulan April dan Mei 2015 C. Evaluasi Serapan Anggaran Bansos D. Evaluasi Serapan Anggaran Kontraktual II. RANCANGAN KEGIATAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... i ii iii iv v iv I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Kedudukan,

Lebih terperinci

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014

CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 CAPAIAN PRODUKSI PADI TAHUN 2014 Bahan Rapat Koordinasi Dengan Bupati/Walikota se Provinsi Jawa Timur Terkait Rekomendasi Dewan Pertimbangan Presiden Tentang Ancaman OPT Dan Progrnosa Produksi Padi Tahun

Lebih terperinci

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015

PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 PUSAT DISTRIBUSI DAN CADANGAN PANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI DAN STABILITAS HARGA PANGAN TAHUN 2015 Workshop Perencanaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional Tahun 2015

Lebih terperinci

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran.

6. Tanggung jawab terhadap kebenaran alokasi yang tertuang dalam DIPA Induk sepenuhnya berada pada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran. -,.. DS:598-75-3511-324 Jakarta. 7 Desember 215 A.N MENTERI KEUANGAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN / rv ASKOLANI NIP.19666111992211 t SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 1

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan 1 Rencana Strategis 1 Rencana Strategis KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya sehingga Rencana Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.97,2012 KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Pelimpahan. Sebagian Urusan. Dekonsentrasi PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.6-/21 DS264-891-4155-6432 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1

Lebih terperinci

SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting

SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting SINERGITAS KOORDINASI PEMBINANAAN DAN PENGAWASAN BPKP DALAM PENGEMBANGAN SIMDA TERINTEGRASI e-budgeting EMPAT FOKUS PENGAWASAN BPKP Integritas Inovasi Independen 2 PERAN BPKP Regulasi Berperan aktif dalam

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia ISI PAPARAN I II III IV PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS LINGKUP DITJEN PSP TA. 2017 REALISASI ANGGARAN PROGRAM/KEGIATAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TA. 2018

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TA. 2018 KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TA. 2018 PROGRAM PENYEDIAAN DAN PENGEMBANGAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2018 oleh: ABDUL MADJID

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PROGRAM KERJA TAHUN 2013 DAN RENCANA KERJA TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Oleh: EUIS SAEDAH Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian B A H A N

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016 PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, maka diperlukan suatu pedoman dan arahan yang jelas sebagai acuan untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Pedoman dan arahan dituangkan dalam

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2015-2019 Musrenbang Regional Kalimantan Jakarta, 24 Februari 2015 AGENDA 7 NAWACITA : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan

Lebih terperinci

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya

Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Keragaan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya No Kategori Satuan Aceh Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung Babel Kepri Potensi Lahan Ha Air 76.7 0 7.9 690.09 0.9 60. 069.66 767.9 79.6. Air

Lebih terperinci

PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016

PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN. Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016 PELAPORAN DATA STOCK GABAH DAN BERAS DI PENGGILINGAN Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Jakarta, 7 April 2016 1 OUT LINE A. PENDAHULUAN B. STOK BERAS DAN SEBARANNYA C. HASIL MONITORING DAN PELAPORAN

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian yang menjadi dasar pelaksanaan program dan kegiatan pada periode tahun 2015-2019 adalah Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah

Lebih terperinci

EVALUASI KEGIATAN TAHUN 2017 & RANCANGAN KEGIATAN TAHUN 2018 DITJEN TANAMAN PANGAN

EVALUASI KEGIATAN TAHUN 2017 & RANCANGAN KEGIATAN TAHUN 2018 DITJEN TANAMAN PANGAN Direktorat Jenderal Tanaman Pangan - Kementan EVALUASI KEGIATAN TAHUN 2017 & RANCANGAN KEGIATAN TAHUN 2018 DITJEN TANAMAN PANGAN disampaikan oleh: Direktur Jenderal Tanaman Pangan MUSRENBANGTAN 2018 Jakarta

Lebih terperinci

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa

5. Pupuk dan benih belum enam tepat; 6. Lemahnya permodalan petani; 7. Fluktuatif harga komoditas Harus bisa 1. Alih fungsi lahan 2. Rusaknya infrastruktur jaringan irigasi; 3. Tenaga kerja berkurang dan mahal, kurangnya peralatan mekanisasi Pertanian; 4. Masih tingginya susut hasil (losses); 5. Pupuk dan benih

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP

SELAYANG PANDANG SIMLUH KP SELAYANG PANDANG SIMLUH KP Jakarta, 29 April 2014 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2014 IMPLEMENTASI SISTEM PENYULUHAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS INSENTIF PETUGAS PENGAMAT TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Kegiatan Insentif Petugas

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3

PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN INSENTIF TENAGA LAPANGAN DIKMAS (TLD)/ FASILITATOR DESA INTENSIF (FDI) Lampiran 3 Lampiran 3 DAFTAR NAMA TLD/FDI PENERIMA DANA INSENTIF TAHUN 2012 PROVINSI :... NO NAMA ALAMAT *) KAB/KOTA NAMA BANK CABANG/UNIT NO. REKENING MASA KERJA (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) *) sesuai dengan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PELATIHAN PETUGAS PENGAMAT OPT PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Pelatihan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Kepala Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan. Dr. Benny Rachman i KATA PENGANTAR Sesuai dengan arah, kebijakan, program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan, Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan Pengembangan Sistem Distribusi dan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.1-/216 DS286-9928-784-242 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.115, 2010 Kementerian Perumahan Rakyat. Pelimpahan wewenang. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/PERMEN/M/2010 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015

PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PENGANTAR WORKSHOP PEMUTAKHIRAN, VALIDASI DAN EVALUASI DATA SIMLUHKP TAHAP I TAHUN 2015 BPPP Banyuwangi, 4 Februari 2015 PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PENETAPAN KINERJA TAHUN 2011 DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 21 MOR SP DIPA-32.1-/21 DS553-54-8921-629 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN 2010 1 Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.1-/215 DS8665-5462-5865-5297 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Timur, sebagai salah satu lumbung pangan nasional, telah mampu memberikan sumbangan yang cukup besar dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional melalui pembangunan

Lebih terperinci

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN Pada bab V telah dibahas potensi dan kesesuaian lahan untuk seluruh komoditas pertanian berdasarkan pewilayahan komoditas secara nasional (Puslitbangtanak,

Lebih terperinci

Click to edit Master subtitle style

Click to edit Master subtitle style Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia LAPORAN BULANAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM PERIODE APRIL 2017 Sekretariat Kementerian Koperasi dan UKM KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018

LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAT PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LAPORAN MINGGUAN DIREKTORAERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN PERIODE 18 MEI 2018 LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI 1. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN PADI MK 2018 2. LUAS SERANGAN OPT UTAMA PADA TANAMAN

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Koordinasi

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN PRODUKSI TANAMAN ANEKA KACANG DAN UMBI TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT ANEKA KACANG DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan merupakan salah satu unit Kerja Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman pangan yang ditetapkan berdasarkan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci