PENGARUH POHON PENAUNG LEDA (Eucalyptus deglupta Bl.) DAN SUREN (Toona sureni Merr.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI (Coffea arabica L.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH POHON PENAUNG LEDA (Eucalyptus deglupta Bl.) DAN SUREN (Toona sureni Merr.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI (Coffea arabica L."

Transkripsi

1 PENGARUH POHON PENAUNG LEDA (Eucalyptus deglupta Bl.) DAN SUREN (Toona sureni Merr.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI (Coffea arabica L.) R. ALFYANI FATHURROHMAH DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan Suren (Toona sureni Merr.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi (Coffea arabica L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, November 2014 R. Alfyani Fathurrohmah NIM E

4 ABSTRAK R. ALFYANI FATHURROHMAH. Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan Suren (Toona sureni Merr.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi (Coffea arabica L.). Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO. Perum Perhutani BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan mengembangkan agroforestri kopi di bawah tegakan. Agroforestri kopi ini menggunakan beberapa jenis pohon penaung, antara lain leda dan suren. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan pengaruh pohon penaung leda (E. deglupta) dan suren (T. sureni) terhadap pertumbuhan dan produksi kopi (C. arabica). Parameter yang diamati adalah parameter pertumbuhan dan produksi kopi. Parameter pertumbuhan yang diamati yaitu diameter pangkal dan tinggi kopi, sedangkan parameter produksi yang diamati yaitu jumlah cabang produktif, jumlah tandan tiap cabang, jumlah buah tiap tandan, dan berat buah kopi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji-t parameter pertumbuhan, leda dan suren memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter kopi dan pengaruh yang berbeda terhadap tinggi kopi. Tinggi kopi di bawah pohon penaung suren ( cm) lebih besar dibandingkan dengan tinggi kopi di bawah pohon penaung leda ( cm). Leda memberikan produksi kopi yang lebih baik dibandingkan dengan suren. Berdasarkan hasil uji-t, parameter jumlah cabang produktif dan berat buah kopi memiliki nilai yang berbeda nyata. Jumlah cabang produktif dan berat buah kopi di bawah pohon penaung leda lebih besar dibandingkan dengan kopi di bawah pohon penaung suren. Hasil produksi kopi dengan pohon penaung leda lebih besar ( kg/ha) daripada suren ( kg/ha). Kata kunci: agroforestri kopi, pertumbuhan, pohon penaung, produksi ABSTRACT R. ALFYANI FATHURROHMAH. The Influence of the Shade Tree Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) and Suren (Toona sureni Merr.) on the Growth and Production of Coffee (Coffea arabica L.). Supervised by NURHENI WIJAYANTO. Agroforestry of coffee in Perum Perhutani BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan was established. Coffee were planted under E. deglupta and T. sureni. The difference of species shade tree may give influence on the growth and production of coffee. The purpose of this research was to compare the influence of shade tree E. deglupta and T. Sureni on the growth and production of coffee (C. arabica). The growth parameters of coffee consisting of diameter and height, while the production parameters of coffee consisting of productive branch, bunches of branch, fruit of bunches, and coffee cherries weight. The result of t- test showed that diameter of coffee was not significantly different. Height of coffee was significantly affected by the species of shade tree. The average height coffee under T. Sureni ( cm) greater than the height coffee under E. deglupta ( cm). However, leda provide better coffee production compared to suren. Based on the result of t-test, the number of productive branches and

5 coffee cherries weight have significantly different values. The number of productive branches and coffee cherries weight under leda bigger than coffee under suren. Production of coffee under leda ( kg/ha) greater than suren ( kg/ha). Keywords: agroforestry of coffee, growth, production, shade tree

6

7 PENGARUH POHON PENAUNG LEDA (Eucalyptus deglupta Bl.) DAN SUREN (Toona sureni Merr.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KOPI (Coffea arabica L.) R. ALFYANI FATHURROHMAH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Silvikultur DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan Suren (Toona sureni Merr.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi (Coffea arabica L.) Nama : R. Alfyani Fathurrohmah NIM : E Disetujui oleh Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Pembimbing Diketahui oleh Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 sampai Maret 2014 ini ialah agroforestri, dengan judul Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan Suren (Toona sureni Merr.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi (Coffea arabica L.). Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingannya, Bapak Supriyatna Dinuri selaku ketua LMDH Rahayu Tani, dan pihak Perum Perhutani KPH Bandung Selatan. Selain itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada teman-teman satu bimbingan: Kumala, Yahayu, Rummi, dan Pak Dino, serta teman-teman Silvikultur 47: Fajar, Aurum, Nurel, Ade, Arina, dan teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik serta saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan dan pengembangan lebih lanjut. Harapan penulis ialah semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan kehidupan bermasyarakat. Bogor, November 2014 R. Alfyani Fathurrohmah

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODOLOGI 2 Waktu dan Tempat 2 Alat dan Bahan 2 Prosedur Penelitian 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Pertumbuhan Kopi 6 Produksi Kopi 7 SIMPULAN DAN SARAN 11 Simpulan 11 Saran 11 DAFTAR PUSTAKA 12 RIWAYAT HIDUP 13 x x

12 DAFTAR TABEL 1 Hasil pengukuran parameter pertumbuhan kopi rata-rata 6 2 Hasil uji-t parameter pertumbuhan kopi 6 3 Hasil pengukuran persen penutupan tajuk dan intensitas cahaya 7 4 Hasil pengukuran suhu dan kelembaban 7 5 Hasil pengukuran parameter produksi kopi rata-rata 8 6 Hasil uji-t parameter produksi kopi 8 7 Hasil analisis tanah 9 8 Hasil pengukuran serasah 10 DAFTAR GAMBAR 1 Petak contoh pengambilan data 3 2 Produksi kopi pada kedua jenis pohon penaung (kg/ha) 9

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan hutan yang dialihgunakan menjadi lahan pertanian menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dialihgunakan menjadi lahan usaha lain, seperti pertanian. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih guna lahan tersebut. Hairiah et al. (2003) menyebutkan bahwa agroforestri merupakan sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan/atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama atau bergiliran. Agroforestri merupakan salah satu sistem penggunaan lahan yang diyakini banyak orang dapat mempertahankan hasil pertanian secara berkelanjutan (Widianto et al. 2003). Agroforestri memiliki banyak keuntungan. Agroforestri memiliki beberapa fungsi dan peran yang menyerupai hutan baik dalam aspek biofisik, sosial maupun ekonomi. Bagi Perum Perhutani agroforestri digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi penjarahan hutan oleh masyarakat desa sekitar hutan melalui program PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat). PHBM ini menguntungkan masyarakat juga pihak Perhutani dalam pengelolaan hutan. Perum Perhutani BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan mengembangkan agroforestri kopi di bawah tegakan. Pengembangan ini diharapkan dapat mengurangi penjarahan hutan dengan pemanfaatan tanaman kopi. Kopi merupakan tanaman yang memerlukan sedikit cahaya dalam pertumbuhannya, sehingga diperlukan suatu tanaman penaung untuk kopi tumbuh dan berproduksi secara optimal. Tegakan suren dan leda di BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan, berpotensi untuk dimanfaatkan ruang di bawah tegakannya dengan menanam kopi. Namun, penanaman kopi di bawah tegakan leda dan suren perlu dikaji lebih lanjut. Salah satu aspek yang menarik untuk dikaji yaitu melihat pengaruh dari pohon penaung leda dan suren terhadap pertumbuhan dan produksi kopi. Perumusan Masalah Pemanfaatan ruang di bawah tegakan hutan leda dan suren dengan menanaminya dengan komoditi perkebunan berupa kopi tentu saja menimbulkan interaksi antara komoditi perkebunan dan kehutanan tersebut. Bertolak dari pemikiran tersebut dalam penelitian ini dimunculkan masalah tentang bagaimana pengaruh pohon penaung leda dan suren terhadap pertumbuhan dan produksi kopi.

14 2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan pengaruh pohon penaung leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan suren (Toona sureni Merr.) terhadap pertumbuhan dan produksi kopi (Coffea arabica L.). Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap pihak LMDH Rahayu Tani dan Perum Perhutani mengenai pertumbuhan dan produksi kopi di bawah pohon penaung leda dan suren, serta memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai pola kombinasi agroforestri kopi, suren, dan leda. METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai dengan Maret 2014 di BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan, Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Barat dan Banten. Lokasi yang dipilih yaitu lahan agroforestri kopi-leda dan kopi-suren. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, alat tulis, kamera, tali rafia, patok, pita ukur, meteran, densiometer, lux meter, termometer, ring tanah, golok, plastik, timbangan, dan komputer. Bahan yang digunakan adalah kopi arabika (klon sigarar utang) berumur 12 tahun. Penentuan lokasi penelitian Prosedur Penelitian Lokasi penelitian yang digunakan yaitu lahan agroforestri kopi dengan pohon penaung leda dan lahan agroforestri kopi dengan pohon penaung suren. Lokasi tersebut dipilih dengan memperhatikan kondisi yang homogen antara kedua lahan, dimana kedua lahan berada pada ketinggian dan kemiringan yang sama, serta tanaman kopi dan pohon penaung memiliki umur serta jarak tanam yang sama pula. Tanaman kopi berumur 12 tahun dan pohon penaung 6 tahun. Jarak tanam kopi sebesar 2.5 m x 2.5 m, sedangkan jarak tanam pohon penaung sebesar 5 m x 5 m.

15 3 Pembuatan petak Petak pengamatan yang dibuat yaitu petak persegi berukuran 20 m x 20 m sebanyak 5 buah untuk pengamatan pertumbuhan dan produksi kopi, serta petak persegi berukuran 1 m x 1 m untuk pengamatan serasah. Petak pengamatan serasah ditempatkan di dalam petak 20 m x 20 m, masing-masing sebanyak dua buah dan ditempatkan di ujung tengah plot secara berseling. Pemilihan bentuk serta penempatan petak didasarkan pada keterwakilan data yang akan diambil dan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian. Berikut gambar petak pengambilan data (Gambar 1). 100 m 20 m Keterangan: = plot pengukuran serasah Gambar 1 Petak contoh pengambilan data (Hairiah dan Rahayu 2007) Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Proses pengumpulan data primer yaitu melalui pengukuran langsung di lapangan. Data primer yang dikumpulkan meliputi parameter pertumbuhan kopi, parameter produksi kopi, intensitas cahaya, suhu dan kelembaban, sifat fisik dan kimia tanah, serta persen penutupan tajuk pohon penaung. Data sekunder yang dikumpulkan berupa informasi mengenai lokasi penelitian meliputi data letak dan luas lahan, pola penggunaan lahan, dan sejarah pengelolaan lahan. Data sekunder ini berfungsi sebagai data pendukung untuk data primer. Proses pengumpulan data sekunder yaitu melalui wawancara dengan pihak LMDH Rahayu Tani dan petugas lapang, selaku pengelola lahan, serta studi pustaka. Pengukuran pertumbuhan kopi Parameter pertumbuhan kopi yang diukur yaitu diameter pangkal dan tinggi kopi. Diameter pangkal yaitu diameter setinggi 0.5 meter dari permukaan tanah. Pengukuran dilakukan secara purposive sampling, dimana jumlah tanaman kopi yang diukur tiap petak (20 m x 20 m) sebanyak 60 tanaman kopi, sehingga total tanaman kopi yang diukur yaitu sebanyak 300 untuk masing-masing pola agroforestri.

16 4 Pengukuran produksi kopi Produksi kopi diukur melalui taksasi. Taksasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperkirakan produksi yang akan dihasilkan pada periode atau musim panen tertentu. Kegiatan taksasi meliputi pengukuran karakter agronomi kopi dan perhitungan berat buah segar. Adapun karakter agronomi kopi yang diukur antara lain: jumlah cabang produktif, jumlah tandan tiap cabang, dan jumlah buah tiap tandan. Jumlah cabang produktif dihitung dari banyaknya cabang yang berbuah dalam satu tanaman kopi. Pengukuran dilakukan secara purposive sampling, dimana jumlah tanaman kopi yang digunakan untuk pengamatan karakter agronomi kopi yaitu sebanyak 10 tanaman tiap petak (20 m x 20 m), sedangkan untuk perhitungan berat buah sebanyak 3 tanaman tiap petak. Pengukuran produksi kopi dilakukan melalui pemanenan buah, selanjutnya buah ditimbang untuk mengetahui rata-rata berat buah per pohon. Pengukuran persen penutupan tajuk pohon penaung Pengukuran penutupan tajuk dilakukan dengan menggunakan densiometer pada jarak 30 cm - 45 cm dari badan dengan ketinggian sejajar lengan. Masingmasing kotak dihitung persentase bayangan langit yang dapat tertangkap pada cermin dengan pembobotan. Terbuka penuh memiliki bobot 4 (100%), bobot 3 (75%), bobot 2 (50%), bobot 1 (25 %), dan bobot 0 (tidak ada bayangan langit yang bisa dilihat). Data pengukuran masing-masing titik selanjutnya dijumlahkan dan merupakan nilai pada titik. Bobot rata-rata pada masing-masing pola agroforestri dihitung dengan rumus: T i = 1,04 Keterangan: Ti : Keterbukaan tajuk Tn : Bobot pada masing-masing titik pengukuran N : Jumlah titik pengukuran 1,04 : Faktor koreksi Persentase penutupan tajuk (T) pada masing-masing lokasi dihitung dengan rumus: T = 100-Ti (Supriyanto dan Irawan 2001). Pengukuran intensitas cahaya Pengukuran intensitas cahaya matahari dilakukan dengan menggunakan lux meter. Bagian lux meter yang peka terhadap cahaya diarahkan pada pantulan datangnya cahaya, besarnya intensitas cahaya dapat dilihat pada skala. Pengukuran pada masing-masing lokasi dilakukan di empat titik yaitu di setiap arah mata angin. Lux meter bekerja dengan sensor cahaya. Layar penunjuknya akan menampilakn tingkat pencahayaan pada titik pengukuran.

17 5 Pengukuran suhu dan kelembaban Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan di setiap lokasi pengamatan, menggunakan termometer bola basah dan termometer bola kering. Termometer bola basah adalah termometer ukur biasa yang dibasahi dengan menggunakan kain kasa pada bagian ujungnya. Kedua termometer ini digantung pada ranting pohon. Termometer bola kering digunakan untuk perhitungan suhu, sedangkan termometer bola basah digunakan untuk pengukuran kelembaban dengan membandingkan nisbah data pada termometer bola kering. Pengukuran dilakukan pada pagi ( ), siang ( ), dan sore ( ) hari. Setiap pengukuran dilakukan tiga kali pengulangan dan dilakukan setiap 10 menit sekali selama 30 menit. Pengukuran dilakukan selama tiga hari berturut-turut. Pengambilan sampel dan analisis tanah Pengambilan sampel tanah menggunakan metode systematic sampling (SyS). Pengambilan sampel tanah melalui dua metode, yaitu metode tanah terusik dan metode tanah utuh (tidak terusik). Contoh tanah terusik diambil menggunakan golok sedalam 0-20 cm. Contoh tanah terusik diambil guna mengukur sifat kimia tanah meliputi ph, KTK, serta kandungan nutrisi berupa C-organik, N, P tersedia, K, dan unsur hara lain, sedangkan contoh tanah tidak terusik diambil guna mengukur sifat fisik tanah seperti tekstur, bobot isi, porositas, dan air tersedia. Contoh tanah tidak terusik diambil menggunakan ring tanah. Kedua sampel tanah ini diambil pada lima titik tempat di dalam petak yang masing-masing dapat mewakili kondisi tanah pada petak pengamatan. Selanjutnya tanah dianalisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB. Analisis Data Data hasil pengukuran di lapangan dibuat ke dalam bentuk tabel agar mudah diolah dan dianalisa. Data diolah menggunakan analisis statistik berupa uji sebaran t atau uji-t menggunakan software SPSS16. Uji-t digunakan untuk membandingkan dua peubah dalam satu populasi. HASIL DAN PEMBAHASAN BKPH Banjaran, KPH Bandung Selatan membudidayakan kopi dengan sistem agroforestri. Kopi merupakan tanaman yang membutuhkan pohon penaung selama fase hidupnya untuk tumbuh dan berproduksi secara optimal. Tanaman penaung merupakan salah satu aspek budi daya yang mempunyai peranan penting dalam sistem pengelolaan tanaman kopi. Tanaman penaung dapat mengontrol iklim mikro, menahan angin, dan menjaga tanaman kopi dari intensitas curah hujan yang tinggi. Selain itu, tanaman penaung juga menghasilkan serasah yang dapat menjaga tanah dan membantu ketersediaan hara tanah.

18 6 Parameter Pertumbuhan Kopi Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran baik pertambahan jumlah sel, volume, dan bobot. Seluruh ciri pertumbuhan dapat diukur, cara pengukuran yang biasa digunakan adalah pengukuran volume atau massa (Salisbury dan Ross 1995). Pengukuran pertumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran volume dengan cara mengukur diameter dan tinggi kopi. Tabel 1 menunjukkan rata-rata diameter kopi di bawah pohon penaung leda lebih besar daripada ratarata diameter kopi di bawah pohon penaung suren. Namun berbeda halnya dengan tinggi. Rata-rata tinggi kopi di bawah pohon penaung leda lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tinggi kopi di bawah pohon penaung suren. Tabel 1 Hasil pengukuran parameter pertumbuhan kopi rata-rata Parameter Agf1 Agf2 Diameter (cm) Tinggi (cm) Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Pertumbuhan kopi di bawah pohon penaung leda dan suren dibandingkan dengan pengujian statistik berupa uji-t. Uji-t atau uji sebaran t merupakan salah satu pengujian untuk menguji dua peubah yaitu pertumbuhan kopi di bawah pohon penaung leda dan suren. Hasil uji-t dapat dilihat dalam Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji-t parameter pertumbuhan kopi Parameter Nilai Sig. (hasil uji-t) Diameter (cm) tn Tinggi (cm) * *=nilai sig.<0.05 berbeda nyata, tn=nilai sig.>0.05 tidak berbeda nyata Diameter merupakan salah satu parameter yang dapat dilihat dalam pertumbuhan suatu tanaman. Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 2, parameter diameter memiliki nilai yang tidak berbeda nyata. Artinya, pohon penaung leda dan suren memberikan pengaruh yang sama terhadap diameter kopi. Hal ini diduga karena diameter kopi mengalami pertumbuhan yang lambat dengan riap diameter yang kecil, sehingga kedua jenis pohon penaung memberikan pengaruh yang sama terhadap diameter kopi. Perbedaan diameter kopi untuk masing-masing pohon penaung pun memiliki selisih angka yang kecil. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pohon penaung leda ataupun suren tidak berpengaruh terhadap diameter kopi. Tinggi juga merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang sering diamati selain diameter. Berdasarkan hasil uji-t pada Tabel 2, parameter tinggi kopi memiliki nilai yang berbeda nyata. Artinya pohon penaung leda dan suren memberikan pengaruh yang berbeda terhadap tinggi kopi. Perbedaan ini dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata tinggi kopi di bawah pohon penaung suren lebih besar dibandingkan dengan rata-rata tinggi kopi di bawah pohon penaung leda. Perbedaan hasil pertumbuhan tinggi kopi di bawah pohon penaung leda dan suren disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain: suplai makanan (nutrisi), suplai air, suplai oksigen, suhu, cahaya, dan hormon pertumbuhan. Selain itu faktor genetik

19 dan bahan tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah intensitas cahaya. Intensitas cahaya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil pengukuran intensitas cahaya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil pengukuran persen penutupan tajuk dan intensitas cahaya Agroforestri Persen penutupan tajuk (%) Intensitas cahaya (10 1 LUX) Agf Agf Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Intensitas cahaya yang tertinggi terdapat pada pola agroforestri dengan pohon penaung suren ( x 10 1 Lux). Semakin besar intensitas cahaya matahari maka pertumbuhan juga semakin cepat. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari berpengaruh terhadap laju fotosintesis dari suatu tanaman. Daniel et al. (1987) menyebutkan bahwa intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis. Bertambahnya intensitas cahaya, maka bertambah pula fotosintesis neto. Hasil dari fotosintesis berupa photosintat yang akan membantu pertumbuhan tanaman. Intensitas cahaya matahari dipengaruhi oleh tutupan tajuk. Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa persentase penutupan tajuk suren lebih kecil dibandingkan leda. Semakin kecil tutupan tajuk maka intensitas cahaya yang masuk akan semakin besar. Perbedaan intensitas cahaya ini diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perbedaan pertumbuhan tinggi kopi. Besarnya intensitas cahaya pada pola Agf2 menyebabkan pertumbuhan tinggi kopi yang lebih baik pada pola agroforestri dengan pohon penaung suren. Suhu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan suatu tanaman karena berpengaruh terhadap proses fotosintesis. Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil pengukuran suhu dan kelembaban Agroforestri Suhu ( o C) Kelembaban (%) Agf Agf Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Berdasarkan hasil pengukuran pada Tabel 4 pola Agf2 memiliki suhu lebih tinggi dibandingkan dengan pola Agf1. Menurut Siswoputranto (1993) kopi arabika menghendaki suhu harian antara 15 o C 24 o C dan dengan suhu di atas 25 o C kegiatan fotosintesis tumbuhannya akan menurun dan akan berpengaruh langsung pada hasil kebun. Jadi, pada suhu tersebut kopi mampu tumbuh dengan baik. Parameter Produksi Kopi Naungan merupakan salah satu upaya untuk menahan laju intensitas curah hujan atau penyinaran matahari yang terlalu tinggi. Manfaat naungan terhadap pembentukan buah kopi dijelaskan oleh Winaryo et al. (1991) yaitu tingkat persaingan buah yang lebih tinggi pada kopi tanpa naungan dalam hal asimilasi 7

20 8 menyebabkan biji kopi tidak tumbuh maksimum. Akibatnya ukuran biji kopi tanpa naungan lebih kecil dibandingkan ukuran biji kopi yang mendapat naungan. Di lain pihak tajuk naungan yang terlalu rapat menjadi faktor penghambat fotosintesis. Selain desain/pola agroforestri, faktor lain seperti pemeliharaan memegang peranan penting bagi produktivitas kopi. Salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di lahan agroforestri kopi ini yaitu pemangkasan. Pohon penaung dan pemangkasan adalah dua aspek penting yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kopi. Tujuan dasar pemangkasan adalah menciptakan lingkungan yang optimum untuk pertumbuhan kopi sehingga kopi dapat menghasilkan produktivitas yang optimal. Pengukuran produksi kopi dilakukan melalui kegiatan taksasi. Hal ini karena tidak adanya data yang dimiliki oleh pihak LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) mengenai produksi kopi pada kedua lahan agroforestri. Taksasi produksi merupakan kegiatan memperkirakan produksi yang akan dihasilkan pada periode atau musim panen tertentu. Parameter yang diukur yaitu karakter agronomi kopi (jumlah cabang produktif, jumlah tandan per cabang, jumlah buah per tandan) dan berat buah. Tabel 6 menunjukkan hasil pengukuran parameter karakter agronomi dan berat buah kopi. Tabel 5 Hasil pengukuran parameter produksi kopi rata-rata Parameter Agf1 Agf2 cabang produktif tandan/cabang buah/tandan 5 5 Berat buah/pohon (g) Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Parameter produksi kopi ini selanjutnya dibandingkan dengan pengujian statistik berupa uji-t. Uji-t atau uji sebaran t merupakan salah satu pengujian untuk menguji dua peubah yaitu produksi kopi di bawah pohon penaung leda dan suren. Hasil uji-t dapat dilihat dalam Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji-t parameter produksi kopi Parameter Nilai Sig. (hasil uji-t) cabang produktif * tandan/cabang tn buah/tandan tn Berat buah/pohon (g) * *=nilai sig.<0.05 berbeda nyata, tn=nilai sig.>0.05 tidak berbeda nyata Hasil uji-t pada Tabel 6 parameter produksi yang memiliki nilai sig. kurang dari 0.05 yaitu jumlah cabang produktif dan berat buah. Nilai sig. yang kurang dari 0.05 memiliki arti bahwa parameter jumlah cabang produktif dan berat buah kopi di bawah pohon penaung leda berbeda nyata dengan kopi di bawah pohon penaung suren. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil pengukuran parameter produksi kopi pada Tabel 6, dimana rata-rata jumlah cabang produktif dan berat buah pada pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan Agf2. Hal ini

21 dapat disimpulkan bahwa pohon penaung yang paling baik untuk parameter produksi jumlah cabang produktif dan berat buah adalah leda. 9 Produksi kopi (kg/ha) Perbandingan hasil produksi kopi di kedua jenis pohon penaung , ,74 Pohon penaung Gambar 2 Produksi kopi pada kedua jenis pohon penaung (kg/ha) Produksi kopi di kedua lahan agroforestri tergolong besar, yaitu lebih dari kg/hektar. Berdasarkan hasil pengukuran, perkiraan produksi kopi dengan pohon penaung leda memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan suren (Gambar 2). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi seperti: jenis pohon penaung, faktor lingkungan, kegiatan pemeliharaan yang tepat, serta kualitas tempat tumbuh. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap produksi kopi adalah unsur hara. Tanah merupakan perantara penyedia faktor unsur hara. Hasil analisis tanah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil analisis tanah Analisis Tanah Pola Agf1 Agf2 Tekstur lempung liat berdebu Liat Pasir (%) Debu (%) Liat (%) Permeabilitas (cm/jam) Porositas (%) ph C-Organik (%) N-Total (%) KTK (me/100 gr) Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Tekstur tanah adalah perbandingan relatif berbagai partikel tanah dalam suatu massa tanah terutama perbandingan antara pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah sangat penting dalam kaitannya dengan kapasitas menampung air dan udara tanah. Tekstur tanah pada kedua pola bersifat lempung liat berdebu dan liat, tergolong pada kelas tektur halus. Tanah dengan kelas tekstur halus mempunyai Leda Suren

22 10 luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 2007). Permeabilitas dan porositas pada pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan pola Agf2. Permeabilitas dan prositas tanah menunjukkan perbedaan besar pori-pori antara butir-butir tanah dan tingkat kemampuan tanah dalam meloloskan air. Hal ini menunjukkan bahwa tanah yang terdapat pada pola Agf1 memiliki kemampuan tanah yang lebih baik dalam meloloskan air dibandingkan dengan tanah pada pola Agf2, sehingga tanah pada pola Agf1 lebih mampu menyediakan air lebih baik untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Bahan organik pada analisis tanah pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan Agf2. Menurut Sutanto (2005), kandungan bahan organik biasanya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan C-organik pada tanah pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan Agf2. Artinya tanah pada pola Agf1 memiliki kandungan organik yang lebih tinggi dibandingkan Agf2. Jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kopi mengandung bahan organik paling sedikit 3% (Najiyatidan Danarti 1999). Kedua pola memiliki tanah dengan kandungan bahan organik yang sesuai dengan syarat tersebut. Kedua pola juga memiliki ph yang tergolong agak masam. Najiyati dan Danarti (1999) menyebutkan bahwa kopi arabika menghendaki tanah yang agak masam yaitu ph sebesar Kemasaman tanah (ph) memiliki fungsi untuk menentukan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Kedua pola memiliki tanah dengan ph yang sesuai dengan syarat tumbuh kopi arabika. Tabel 8 Hasil pengukuran serasah Agroforestri Tebal serasah (cm) Agf Agf Agf1: agroforestri kopi-leda, Agf2: agroforestri kopi-suren Salah satu hara makro yang disumbangkan oleh tanaman penaung melalui serasah yang dihasilkan adalah unsur Nitrogen (N). Nitrogen adalah salah satu unsur hara yang penting dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan produktivitas kopi (Soedradjad dan Syamsunihuri 2010). Kedua jenis pohon penaung memiliki laju dekomposisi serasah yang berbeda. Menurut Soedradjad dan Syamsunihuri (2010) semakin tinggi berat jenis suatu spesies laju dekomposisi serasahnya semakin lambat. Leda memiliki berat jenis sebesar 0.57 g/cm 3 dan suren 0.39 g/cm 3 (Seng 1964 dalam Muslich dan Sumarni 2008). Serasah leda lebih lama terdekomposisi karena berat jenisnya lebih besar dibandingkan dengan suren. Hal ini didukung oleh hasil pengukuran serasah dimana rata-rata tebal serasah pada pola Agf1 lebih tebal dibandingkan dengan pola Agf2 (Tabel 8). Namun, berdasarkan hasil analisis tanah pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kandungan N-total pada pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan pola Agf2. Artinya sumbangan N dari pohon penaung leda lebih tinggi. Hal ini diduga karena unsur hara yang terkandung pada serasah leda tidak mudah tercuci dan hilang oleh limpasan air tanah, walaupun laju dekomposisi serasahnya lebih lambat dibandingkan dengan serasah suren. Kapasitas Tukar Kation (KTK) sangat erat kaitannya dengan kesuburan tanah. Semakin tinggi KTK maka tanah semakin subur, karena mampu menjerat

23 dan menyediakan unsur hara yang lebih tinggi. Nilai KTK pada pola Agf1 lebih besar dibandingkan dengan Agf2. Artinya tanah pada lahan agroforestri kopi dengan pohon penaung leda lebih subur, dengan nilai C-organik dan N-total yang lebih besar pula. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab produksi kopi yang lebih baik di bawah pohon penaung leda dibandingkan dengan di bawah pohon penaung suren. Selain kualitas tempat tumbuh, jenis pohon penaung juga menjadi faktor yang mempengaruhi produksi kopi. Berdasarkan hasil pengukuran penutupan tajuk pada Tabel 3, pohon penaung suren memberikan tutupan tajuk yang lebih rendah dibandingkan dengan pohon penaung leda. Tutupan tajuk yang lebih rendah pada lahan agroforestri kopi dengan pohon penaung suren ini diduga menjadi penyebab produksi kopi yang lebih rendah pada lahan agroforestri kopi dengan pohon penaung suren. Tutupan tajuk yang rendah ini diduga menyebabkan kerontokan bunga akibat angin, sehingga buah kopi yang terbentuk menjadi lebih sedikit. 11 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil uji-t parameter pertumbuhan, antara pohon penaung leda dan suren memiliki pengaruh yang sama terhadap diameter kopi, akan tetapi memiliki pengaruh yang berbeda terhadap tinggi kopi. Tinggi kopi di bawah pohon penaung suren ( cm) lebih besar dibandingkan dengan tinggi kopi di bawah pohon penaung leda ( cm). Pohon penaung leda memberikan produksi kopi yang lebih baik dibandingkan dengan pohon penaung suren. Hal ini berdasarkan hasil uji-t bahwa parameter yang memiliki nilai yang berbeda nyata yaitu jumlah cabang produktif dan berat buah kopi. Jumlah cabang produktif dan berat buah kopi dengan pohon penaung leda lebih besar dibandingkan dengan kopi di bawah pohon penaung suren. Hasil produksi kopi dengan pohon penaung leda lebih besar ( kg/ha) daripada suren ( kg/ha). Saran 1. Perlu dilakukan uji unsur yang terkandung pada daun leda dan suren untuk mengetahui sumbangan hara yang dihasilkan oleh serasah dari kedua jenis pohon penaung tersebut. 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai parameter pertumbuhan lain yaitu perakaran kopi, leda, dan suren. 3. Perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk membandingkan produksi kopi pada saat musim hujan dan musim kemarau.

24 12 DAFTAR PUSTAKA Daniel TW, Helms JA, Baker FS Prinsip-Prinsip Silvikultur. Marsono D, penerjemah; Soeseno OH, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Principles of Silviculture. Hairiah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S Pengantar Agroforestri. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF). Hairiah K, Rahayu S Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF). Hardjowigeno S Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. Muslich M, Sumarni G Standardisasi mutu kayu berdasarkan ketahanannya terhadap penggerek di laut. PPI Standardisasi 2008; 2008 Nov 25; Jakarta, Indonesia. Jakarta: Puslitbang BSN. hlm Najiyati S, Danarti Budidaya Kopi dan Penanganan Pasca Panen. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Salisbury FB, Ross CW Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Lukman DR, Sumaryono, penerjemah. Bandung (ID): Penerbit ITB. Terjemahan dari: Plant Physiology 2 nd Edition. Siswoputranto Kopi Internasional dan Indonesia. Yogyakarta (ID): Kanisius. Sitompul SM, Guritno B Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Soedradjad R, Syamsunihuri A Produktivitas tanaman penaung dalam memasok nutrien makro sistem agroforestri berbasis tanaman kopi. Seminar Nasional Ketahanan Pangan dan Energi; 2010 Jun 14; Yogyakarta, Indonesia. Yogyakarta: UPN Yogyakarta. hlm Supriyanto, Irawan US Teknik Pengukuran Penutupan Tajuk dan Pembukaan Tajuk Tegakan dengan Menggunakan Spherical Densiometer. Bogor (ID): Seameo BIOTROP. Sutanto R Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta (ID): Kanisius. Widianto, Hairiah K, Suharjitno D, Sardjono MA Fungsi dan Peran Agroforestri. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF). Winaryo AM, Nur, Soenaryo Pengaruh kerapatan pohon penaung terhadap daya hasil kopi robusta berbatang ganda. Pelita Perkebunan. 7(3):

25 13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung, Jawa Barat pada tanggal 12 Februari 1992 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara pasangan R. Hamidin dan Lies Nurlaela. Penulis merupakan lulusan SMA Negeri 11 Bandung (2010) dan pada tahun yang sama penulis masuk IPB melalui Ujian Talenta Mandiri IPB (UTMI) di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan. Selama menuntut ilmu di IPB penulis aktif sebagai anggota Divisi Scientific Improvement Tree Grower Community pada tahun dan ketua Agroforestry Group Tree Grower Community pada tahun Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Indramayu dan Taman Nasional Gunung Ciremai, Jawa Barat (2012), Praktek Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) dan Praktek Kerja Profesi di PT. Bina Silva Nusa, Kalimantan Barat (2014). Selain itu penulis juga pernah menjadi Asisten Praktikum Silvikultur dan Praktikum Pemantauan Kesehatan Hutan (2014). Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Pohon Penaung Leda (Eucalyptus deglupta Bl.) dan Suren (Toona sureni Merr.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kopi (Coffea arabica L.) dibimbing oleh Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani yang mempunyai tanaman jati pada hutan rakyat di Desa Karanglayung, Desa Babakan Asem dan Desa Conggeang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan Pebruari 2012 di lahan agroforestri Desa Sekarwangi, Kecamatan Malangbong,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan Tanaman Jarak Pagar Agroforestri jarak pagar di bawah tegakan mahoni di BKPH Babakan Madang berada di dua macam jenis tegakan yaitu mahoni muda dan mahoni tua.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan waktu Penelitian lapangan dilaksanakan di areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Propinsi Kalimantan Tengah. Areal penelitian merupakan areal hutan yang dikelola dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter pangkal, diameter setinggi dada (dbh), tinggi total, tinggi bebas cabang, tinggi tajuk, panjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

METODE PENELITIAN. A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan II. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tegakan jabon dan vegetasi tumbuhan bawah yang terdapat

Lebih terperinci

Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.)

Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.) JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 198 Nurheni Wijayanto et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 03 Desember 2011, Hal. 198 204 ISSN: 2086-8227 Pengaruh Tegakan Mahoni (Swietenia macrophylla King) Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk ALFARED FERNANDO SIAHAAN DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA

MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA MODEL ALOMETRIK BIOMASSA PUSPA (Schima wallichii Korth.) BERDIAMETER KECIL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI RENDY EKA SAPUTRA DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kopi Kopi (coffea sp.) adalah tanaman yang berbentuk pohon termasuk dalam famili Rubiceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak, bercabang, dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengumpulan data dilakukan pada bulan Januari hingga Februari 2011 di beberapa penutupan lahan di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur (Gambar 1). Pengolahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Sari Bumi Kusuma, Unit S. Seruyan, Kalimantan Tengah. Areal hutan yang dipilih untuk penelitian

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian 5 2 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas: 1) Pengaruh alelopati daun dan ranting jabon terhadap pertumbuhan, produksi rimpang dan kandungan kurkumin tanaman kunyit, 2) Pengaruh pemupukan terhadap

Lebih terperinci

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi 5.2 Model Arsitektur Pohon 31 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Vegetasi Analisis vegetasi dilakukan dengan tahapan : menghitung nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominasi relatif (DR) yang penjumlahannya berupa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON

PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON PERTUMBUHAN STEK AKAR SUKUN (Artocarpus communis Forst.) BERDASARKAN PERBEDAAN JARAK AKAR DARI BATANG POHON SURYA DANI DAULAY 061202039 PROGRAM STUDI BUDIDAYA HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Tegakan Berdasarkan Tabel 3 produktivitas masing-masing petak ukur penelitian yaitu luas bidang dasar (LBDS), volume tegakan, riap volume tegakan dan biomassa kayu

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API (Avicennia marina Forssk. Vierh) DI DESA LONTAR, KECAMATAN KEMIRI, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN Oleh: Yulian Indriani C64103034 PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 di Laboratorium Pengaruh Hutan, Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS

STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS STUDI TERHADAP PRODUKTIVITAS SERASAH, DEKOMPOSISI SERASAH, AIR TEMBUS TAJUK DAN ALIRAN BATANG SERTA LEACHING PADA BEBERAPA KERAPATAN TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii), DI BLOK CIMENYAN, HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH :

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH : EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN UNTUK TANAMAN KOPI ARABIKA (Coffea arabica) SKRIPSI OLEH : AGNES HELEN R. PURBA 080303065 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh

STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH. Oleh STUDI MORFO-ANATOMI DAN PERTUMBUHAN KEDELAI (Glycine max (L) Merr.) PADA KONDISI CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH Oleh Baiq Wida Anggraeni A34103024 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI

PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI 1 PERBAIKAN SIFAT FISIKA TANAH PERKEBUNAN KARET (Havea brasiliensis) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BIOPORI Rina Maharany Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar, Pancing Medan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tumbuhan Bawah Tumbuhan bawah adalah komunitas tumbuhan pada lantai dasar tanah. Jenis-jenis vegetasi tumbuhan bawah ada yang bersifat annual, biannual atau perennial dengan

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 50 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):50-54, 2013 Vol. 1, No. 1: 50 54, Januari 2013 PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi :

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Pengambilan Data Metode Pengumpulan Data Vegetasi : METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus 2008 sampai dengan Februari 2009. Penelitian dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur Fakultas Kehutaan Institut

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA

PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA PENGARUH POHON INDUK, NAUNGAN DAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SUREN (Toona sinensis Roem.) RIKA RUSTIKA DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERNYATAAN Dengan ini

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

SKRIPSI. Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ AGROEKOTEKNOLOGI-BPP PENGARUH MEDIA TANAM TOP SOIL, DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG DAN KOMPOS JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TEMBAKAU DELI (Nicotiana tabacum L.) SKRIPSI Oleh: JOGI HENDRO SIAHAAN/ 100301068 AGROEKOTEKNOLOGI-BPP

Lebih terperinci

Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang

Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan Rakyat di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA 10 Asep Hendra Supriatno et al. J. Silvikultur Tropika Vol. 02 No. 0 Desember 2011, Hal. 10 15 ISSN: 208-8227 Pertumbuhan Tanaman Pokok Jati (Tectona grandis Linn F.) pada Hutan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI

TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI TEKNIK PEMANFAATAN ANAKAN ALAM PUSPA (Schima wallichii (DC) Korth) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT (HPGW), SUKABUMI FITRI APRIANTI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tinggi tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam menunjukan bahwa perlakuan pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman kedelai tahapan umur pengamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem agroforestry Register 39 Datar Setuju KPHL Batutegi Kabupaten Tanggamus. 3.2 Objek

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013. 30 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pekon Gunung Kemala Krui Kabupaten Lampung Barat. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

Lebih terperinci

ARDIAN HALOMOAN SIPAHUTAR PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ARDIAN HALOMOAN SIPAHUTAR PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN KAJIAN SIFAT KIMIA DAN FISIKA TANAH YANG MEMPENGARUHI SEBARAN AKAR KOPI ARABIKA (Coffea arabica L.) PADA KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA DI TANAH INCEPTISOL KECAMATAN LINTONG NIHUTA ARDIAN HALOMOAN SIPAHUTAR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian Limbah Pemanenan Kayu, Faktor Eksploitasi dan Karbon Tersimpan pada Limbah Pemanenan Kayu ini dilaksanakan di IUPHHK PT. Indexim

Lebih terperinci

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH

PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH PERAN MODEL ARSITEKTUR RAUH DAN NOZERAN TERHADAP PARAMETER KONSERVASI TANAH DAN AIR DI HUTAN PAGERWOJO, TULUNGAGUNG NURHIDAYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH :

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH : TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP DOSIS PUPUK KALIUM DAN FREKUENSI PEMBUMBUNAN SKRIPSI OLEH : NELSON SIMANJUNTAK 080301079 / BDP-AGRONOMI PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan Tanaman Porang (Amorphophallus onchophyllus)

Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) terhadap Pertumbuhan Tanaman Porang (Amorphophallus onchophyllus) JURNAL SILVIKULTUR TROPIKA Vol. 46 02 Nurheni No. 01 Wijayanto April 2011, et Hal. 46 51 ISSN: 2086-8227 J. Silvikultur Tropika Pengaruh Naungan dari Tegakan Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF

RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF RESPON UBIJALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) VARIETAS SHIROYUTAKA TERHADAP PEMUPUKAN FOSFOR DAN PEMANGKASAN DI BAWAH NAUNGAN KELAPA SAWIT PRODUKTIF Oleh: WIDI ATMOKO A34101038 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. C-organik Tanah Andosol Dusun Arca 4.1.1. Lahan Hutan Hasil pengukuran kadar C-organik tanah total, bebas, terikat liat, dan terikat seskuioksida pada tanah Andosol dari

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI Oleh NUR AYSAH NIM. 080500129 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani

KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN. Syekhfani 1 KONSERVASI TANAH DAN AIR DI LAHAN TAMAN HUTAN RAYA: UPAYA PENCEGAHAN DAN PERBAIKAN KERUSAKAN Syekhfani TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) 2 Fungsi: Tempat Rekreasi Sumber Plasma Nutfah Hutan Lindung (penyangga

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa TINJAUAN PUSTAKA Produksi Biomassa dan Karbon Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI 1 KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) Ferdi Asdriawan A.P (20110210016) Prodi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa Apakah mulsa itu? Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau, pada 3 tipe penggunaan lahan gambut yaitu; Hutan Alam, Kebun Rakyat dan Areal HTI Sagu, yang secara geografis

Lebih terperinci

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG

HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG HABITAT POHON PUTAT (Barringtonia acutangula) PADA KAWASAN BERHUTAN SUNGAI JEMELAK KABUPATEN SINTANG Muhammad Syukur Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : msyukur1973@yahoo.co.id ABSTRAKS:

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI PRODUKTIVITAS KACANG TANAH (Arachis hypogeae L) DIBAWAH TEGAKAN MANGLID DALAM SISTEM AGROFORESTRI Aris Sudomo Balai Penelitian Teknologi Agroforestry E-mail : arisbpkc@yahoo.com ABSTRACT The objective

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi umum daerah Wonorejo Kawasan mangrove di Desa Wonorejo yang tumbuh secara alami dan juga semi buatan telah diputuskan oleh pemerintah Surabaya sebagai tempat ekowisata.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Semester : Genap 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072 Rombongan : 12 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci