PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS"

Transkripsi

1 PRAKTIKUM BIOKIMIA KLINIS Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim FARMASI V BD Kelompok 6 Anggota : FARADHILA NUR S TIARA APRILIA EUIS CHODIDJAH ARINI EKA PRATIWI RIFDA NAILIL M EVI NURUL H AGENG HASNA F RIZKA NURBAITI MAW. KHAIRURRIJAL PUTRI NUR H RAFYAN WAHYU P KELAS B KELAS D Jedul Judul praktikum Tujuan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Landasan Teori Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2 I. Judul Praktikum Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim II. Tujuan dan Landasan Teori i. Tujuan : Memperlihatkan kecepatan reaksi enzimatik sampai suhu tertentu sebanding dengan kenaikan suhu. Reaksi enzimatik mempunyai suhu optimum. Membuktikan bahwa keasaman (ph) mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Membuktikan bahwa kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim. ii. Landasan Teori : Enzim Enzim adalah suatu protein yang mengikat zat lain yang bukan protein. Zat tersebut disebut kofaktor atau kokatalis. kofaktor dapat berupa organik atau kofaktor ion logam. kofaktor yang terikat kuat dengan proteinnya disebut gugus prostetik, sedangkan kofaktor yang mudah lepas dari proteinnya disebut koenzim. agar enzim bekerja, harus terdapat holoenzim yang merupakan penggabungan dari bagian protein enzim yang disebut apoenzim atau feron dan koenzim atau agon. Enzim adalah protein yang berfungsi sebagai katalisator, senyawa yang meningkatkan kecepatan reaksi kimia. Ezim katalisator berikatan dengan reaktan, yang disebut substrat, mengubah reaktan menjadi produk, lalu melepaskan produk. Walaupun enzim dapat mengalami modifikasi selama urutan tsb, namu pada akhir reaksi enzim kembali ke bentuk asalanya. Enzim sebagai katalisator. suatu enzim berikatan dengan substrat reaksi menjadi produk. Substrat berikatan dengan tempat pengikatan substrat spesifik yang terdapat pada enzim melalui interaksi dengan residu asam amino enzim. Geometri ruang yang diperukan untuk semua interaksi antara substrat dan enzim menyebabkan 1

3 setiap enzim selektif bagi substratnya, dan memastikan bahwa yang dihasilkan hanyalah produk spesifik. Tempat pengikatan substrat tumpang tindih dengan tempat katalitik enzim, daerah pada enzim dimana reaksi berlangsung. Dalam tempat aktif, gugus fungsional residu asam amino enzim, senyawa yang disebut koenzim, dan logam erat yang melekat erat berpartisipasi dalam reaksi. Gugus fungsional di tempat aktif enzim mengaktifkan substrat dan menurunkan energi yang dibutuhkan untuk membentuk stadium antara reaksi yang berenergi tinggi (stadium transisi). Sebagian strategi katalitik yang digunakan enzim, misalnya katalis asam basa umum, pembentukan zat antara kovalen, san stabilisasi stadium transisi. Kecepatan suatu enzim dapat dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, produk, aktivator, dan inhibitor. Produk dan inhibitor fisiologis reversibel lainnya dapat berkompetisi dengan substrat untuk berikatan pada tempat aktif, sehingga reaksi menjadi lebih lambat. Keberadaan enzim juga memungkinkan tubuh mengontrol kecepatan reaksi. Horon dan faktor pengatur lainnya mengubah kecepatan langkah reaksi kunci pada jalur metabolik dengan mempengaruhi aktifitas enzim. Kecepatan, spesifitas, dan kendali pengaturan terhadapa reaksi enzim adalah akibat dari urutan asam amino spesifik yang unik membentuk enzim serta mengikat dan mengaktifkan molekul substrat. Enzim dihasilkan oleh organ-organ hewan dan tanaman yang secara katlitik menjalankan berbagai reaksi seerti pemecahan hidrolisis, oksidasi, reduksi, isomerasi, adisi, transfer radikal dan kadang-kadang pemutusan rantai karbon. Kebanyakan enzim yang terdaat di dalam alat-alat atau organ-organ organisme hidup berupa larutan kolodial dalam cairan tubuh, seperti air ludah, darah,cairan lambung dan caiiran pankreas. enzim terdapat di bagian dalam sel. Hal ini terkait erat dengan protoplasma. Enzim juga ada di dalam mitokondria dan ribosom. Beberapa enzim, seperti pepsin, tripsin, dan kimotripsin yang hanya terdiri atas satu rantai polipeptida disebut enzim monomerik. Enzim lain, seperti heksokinase, laktat dehidrogenase, enolase, dan piruvat kinase yang terdiri atas dua atau lebih rantai polipeptida disebut enzim oligomerik. Seperti protein, enzim dpat mengalami denaturasi, misalnya akibat pengaruh pemanasan, gelombang ultrasonik dan radiasi ultraviolet atau pengaruh penambahan asam, basa dan pelarut organik 2

4 tertentu. Denaturasi ini menyebabkan enzim menjadi tidak aktif atau tidak dapat bekerja. Pati Pati adalah salah satu senyawa cadangan di dalam tumbuhan. Pati alami terdiri dari dua senyawa yang dapat dipisahkan, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa terdiri dari rantai panjang unit-unit glukosa yang tidak bercabang dan saling berikatan melalui ikatan a-(1,4), sedangkan amilopektin terdiri dari rantai glukosa yang bercabang pada ikatan a-(1,4) dan a-(1,6). Enzim yang dapat menghidrolisis pati terdiri dari 3 kelompok. Enzim a-amilase (a-1,4-glucan glucanohydrolase), disebut juga endoamilase. Enzim a-amilase menghidrolisis iktan a-1,4-glukosidik pada amilosa dan amilopektin (tetapi bukan pada maltosa hasil hidrolisis) secara random untuk menghasilkan dekstrin dan maltosa. selanjutnya produk tersebut akan dihidrolisi lebih lanjut oleh enzim glukogenik lain menjadi glukosa : anzim a-amilase (a-1,4- glucan maltohydrolase), disebut juga eksoamilase. Enzim tersebut menghidrolisis rantai pada pilo sakarida melalui pemutusan rantai pada unit-unit maltosa dari ujung nonpereduksi pada rantai. Enzim glukoamilase (a-1,4-glucan glucohydrolase) diwakili oleh pullulanase dan isoamilase. 3

5 Amilum dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagi zat pati atau zat tepung, yang merupakan suatu glukosan dan cadangan persediaan makanan bagi tanaman. Dalam tanaman, amilum terutama terdapat pada akar, umbi, atau biji tanaman. Poliosa ini merupakan sumber kalori yang sangat penting untuk tubuh, karena sebagian besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk amilum. Rasa amilum tidak manis dan terbentuk pada proses asimilasi dalam tanaman. Tanaman yang banyak mengandung amilum antara lain ubi kayu, kentang, sagu, dan jenis gandum. Amilum praktis tidak larut dalam air dingin, tetapi apabila dipanaskan dengan air yang cukup, ternyata zat terdiri dari dua fraksi. Fraksi yang larut air disebut amilosa dan fraksi yang tidak larut air disebut amilopektin. Kadar amilosa dalam berbagai jenis amilum umumnya tidak sama sekitar 10-25%. Amilosa dengan penambahan iodium memberikan warna biru yang segera hilang bila dipanaskan dan timbul kembali steleah didinginkan. Secara osmotik, bobot molekul amilosa diketahui Struktur kimia amilosa berupa rantai tidak bercabang dan tersusun atas satuan a-d-glukopiranosa, dengan iktan ikatan glikosida 1,4. Berdasarkan susunan tersebut, amilosa dapat dianggap sebagai polimer glukosa atau polimer maltosa. Suatu penelitian membuktikan bahwa strukur molekul amilosa buakan berbentuk rantai lurus, melainkan berupa polimer berantai panjang berbentuk spiral (a-heliks). Hidrolisis amilum dengan asam mineral encer akan menghasilkan molekulmolekul glukosa. Namun, bila amilum dihidrolisi dengan amilase, bukan glukosa yang diperoleh, tetapi maltosa. Hidrolisis amilum oleh pengaruh enzim amilase menjadi molekul-molekul maltosa tidak berjalan spontan, tetapi bertahap dengan hasil antar berua dekstrin. Tiga buah dekstrin yang penting sebagi hasil antar hidrolisis amilum adalah amilodekstrin, yang dengan iodium memberikan warna ungu; eritrodekstrin, yang dengan iodium memberikan warna merah; dan akrodekstrin, yang dengan iodium tidak memberikan warna. Tidak seluruh amilum dapat diubah menjadi maltosa oleh pengaruh enzim amilase. 4

6 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan enzim: a. ph ( Derajat Keasaman) Enzim sangat peka terhadap perubahan derajat keasaman dan kebasaan (ph) lingkungannya. Enzim dapat nonaktif bila berada dalam asam kuat atau basa kuat. Perubahan ph dapat mempengaruhi perubahan asam amino kunci pada sisi aktif enzim, sehingga menghalangi sisi aktif bergabung dengan substratnya. Setiap enzim dapat bekerja baik pada ph optimum, masing-masing enzim memiliki ph optimum yang berbeda. Pada umumnya, enzim intrasel bekerja efektif pada kisaran ph 7,0. Jika ph dinaikkan atau diturunkan di luar ph optimumnya, maka aktivitas enzim akan menurun dengan cepat. Tetapi, ada enzim yang memiliki ph optimum sangat asam, seperti pepsin, dan agak basa, seperti amilase. Pepsin memiliki ph optimum sekitar 2 (sangat asam). Sedangkan, amilase memiliki ph optimum sekitar 7,5 (agak basa). Seperti protein pada umumnya, struktur ion enzim tergantung pada ph lingkungannya. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion negatif, atau ion bermuatan ganda. Dengan demikian perubahan ph lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim substrat. Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, ph rendah, atau ph tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktifitas enzim. Terdapat suatu nilai ph tertentu atau daerah ph yang 5

7 dapat menyebabkan kecepatan reaksi paling tinggi. ph tersebut dinamakan ph optimum. b. Suhu Tiap kenaikan suhu 10º C, kecepatan reaksi enzim menjadi dua kali lipat. Hal ini berlaku dalam batas suhu yang wajar. Kenaikan suhu berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik pada molekul substrat dan enzim. Pada suhu yang lebih tinggi, kecepatan molekul substrat meningkat. Sehingga, pada saat bertubrukan dengan enzim, energi molekul substrat berkurang. Hal ini memudahkan molekul substrat terikat pada sisi aktif enzim. Peningkatan suhu yang ekstrim dapat menyebabkan atom-atom penyusun enzim bergetar sehingga ikatan hidrogen terputus dan enzim terdenaturasi. Denaturasi adalah rusaknya bentuk tiga dimensi enzim dan menyebabkan enzim terlepas dari substratnya. Hal ini, menyebabkan aktivitas enzim menurun, denaturasi bersifat irreversible (tidak dapat balik). Setiap enzim mempunyai suhu optimum, sebagian besar enzim manusia mempunyai suhu optimum 37º C. Sebagian besar enzim tumbuhan mempunyai suhu optimum 25º C. Karena reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim itu adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan reaksi. Peningkatan suhu meningkatkan reaksi enzim yang terkatalisis dan yang tidak terkatalisis dengan cara meningkatkan energi kinetic dan frekuensi tubrukan dari besarnya molekul. Bagaimanapun energy panas dapat meningkatkan energy kinetic dari enzim ke titik yang mana kelebihan energy pelindung untuk dapat mengganggu interaksi non-kovalen yang berfungsi mengatur struktur tiga dimensi dari enzim. Cincin polipeptida kemudian mulai terbuka atau terdenaturasi, yang disertai dengan pengurangan kecepatan dari aktivitas katalisis. Pada temperatur tertentu sebuah enzim berada dalam keadaan stabil, konformasi, kompetensor katalisis tergantung 6

8 suhu normal sel, yang mana enzim itu berada. Enzim pada umumnya stabil pada temperatur C. Sebaliknya, enzim pada mikroorganisme termofilik yang berada pada sumber mata air panas gunung berapi, atau pada lubang hidrotermal bawah laut dapat stabil pada suhu kurang lebih 100 C. Enzim tersusun oleh protein, sehingga sangat peka terhadap suhu. Peningkatan suhu menyebabkan energi kinetik pada molekul substrat dan enzim meningkat, sehingga kecepatan reaksi juga meningkat. Namun suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan rusaknya enzim yang disebut denaturasi, sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat menghambat kerja enzim. Pada umumnya enzim akan bekerja baik pada suhu optimum, yaitu antara C. c. Konsentrasi Pada reaksi dengan konsentrasi enzim yang jauh lebih sedikit daripada substrat, penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi ini terjadi secara linier. Akan tetapi, jika konsentrasi enzim dan substrat sudah seimbang, laju reaksi akan relatif konstan. Penambahan konsentrasi substrat pada reaksi yang dikatalisis oleh enzim awalnya akan meningkatkan laju reaksi. Akna tetapi, setelah konsentrasi substrat dinaikan lebih lanjut, laju reaksi akan mencapai titk jenuh dan tidak bertambah lagi. Setelah mencapai titik jenuh, penambahan kembali konsentrasi substrat tidak berpengaruh terhadap reaksi. Pada keadaan laju reaksi oleh konsentrasi substrat, penambahan konsentrasi enzim dapat meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju reaksi oleh peningkatan konstrasi enzim akan meningkatkan laju reaksi hingga terbentuk titik jenuh baru. Jumlah enzim menentukan lamanya waktu yang digunakan untuk mecapai keseimbangan. bila menggunakan enzim yang masih murni dan belum rusak, kecepatan reaksi atau aktivitas enzim berbanding lurus dengan konsentrasi enzimnya, walaupun konsentrasi substrat dapat membatasi aktivitasnya. Jika ph dan suhu suatu sistem enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat berlebihan, maka laju reaksi sebanding dengan jumlah enzim yang ada. jika ph, suhu, dan konsentasi enzim dalam keadaan konstan, maka reaksi awal hingga batas tertentu sebanding dengan jumlah substrat yang ada. Jika enzim emerlukan suatu koenzim atau ion kofaktor, maka konsentrasi substrat dapat menentukan laju reaksi. 7

9 III. Metodologi Praktikum a. Pengenceran liur Prosedur kerja Membuat liur dengan pengenceran 100x : Menampung air liur sebanyak 1 ml Kemudian menambahkannya dengan aquades sebanyak 99 ml Menghomogenkan campuran tersebut Membuat liur dengan pengenceran 200x : Mengambil 10 ml (dari pengenceran liur 100x) Kemudian menambahkannya dengan aquades sebanyak 10 ml Menghomogenkan campuran tersebut Membuat liur dengan pengenceran 400x : Mengambil 10 ml (dari pengenceran liur 200x) Kemudian menambahkannya dengan aquades sebanyak 10 ml Menghomogenkan campuran tersebut Membuat liur dengan pengenceran 800x : Mengambil 10 ml (dari pengenceran liur 400x) Kemudian menambahkannya dengan aquades sebanyak 10 ml Menghomogenkan campuran tersebut b. Pengaruh suhu Alat : - Tabung reaksi - Mikropipet - Spektrofotometer - Inkubator - Pipet tetes - Stopwatch - Waterbath - Beaker glass - Gelas ukur Bahan : - Amilase liur, diencerkan 100 x - Larutan pati 0,4 mg/ml dan Larutan Iodium 8

10 c. Pengaruh ph Alat : - Tabung reaksi - Mikropipet - Spektrofotometer - Inkubator - Pipet tetes - Stopwatch - Waterbath - Beaker glass - Gelas ukur Bahan : - Amilase liur, diencerkan 100 x - Larutan pati 0,4 mg/ml pada berbagai ph (1, 3, 5, 7, 11) - Larutan Iodium d. Pengaruh konsentrasi enzim Alat : - Tabung reaksi - Mikropipet - Spektrofotometer - Inkubator - Pipet tetes - Stopwatch - Waterbath - Beaker glass - Gelas ukur Bahan : - Liur dengan pengenceran 100x, 200x, 400x, dan 800x - Larutan pati 0,4 mg/ml dan Larutan Iodium 9

11 IV. Skema Kerja a. Pengaruh suhu Suhu 0 C Suhu 25 C Suhu 37 C Suhu 60 C Suhu 100 C Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Menambahkan Pati 1 ml pada setiap tabung blangko dan uji dari setiap suhu Menginkubasi pasangan tabung dari tiap suhu minimal 5 menit Menambahkan liur dengan pengenceran 100x sebanyak 200 µl hanya pada tabung uji dari setiap suhu Mencampur baik-baik (pati ke dalam liur), kemudian menginkubasinya selama 1 menit Menambahkan Larutan Iodium pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 1 ml dari tiap suhu (untuk suhu 60 C dan 100 C, melakukannya di luar pengangas) Menambahkan Aquades pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 8 ml dari tiap suhu Membaca serapan (A) tiap tabung pada λ=680 nm 10

12 b. Pengaruh ph ph 1 ph 3 ph 5 ph 7 ph 11 Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Menambah Pati 1 ml berdasarkan ph pada setiap tabung blangko dan uji Menginkubasi pasangan tabung pada suhu 37 C min. 5 menit Menambahkan liur dengan pengenceran 100x sebanyak 200 µl hanya pada tabung uji dari setiap suhu Mencampur baik-baik (pati ke dalam liur), kemudian menginkubasinya selama 1 menit Menambahkan Larutan Iodium pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 1 ml pada berbagai ph Menambahkan Aquades pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 8 ml pada berbagai ph Membaca serapan (A) tiap tabung pada λ=680 nm 11

13 c. pengaruh konsentrasi enzim Pengenceran liur 100x Pengenceran liur 200x Pengenceran liur 400x Pengenceran liur 800x Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Blangko Uji Menambahkan Larutan pati sebanyak 1 ml pada setiap tabung blangko dan uji tiap pengenceran liur Menginkubasi pasangan tabung pada suhu 37 C, minimal 5 menit Menambahkan liur berdasarkan pengencerannya, hanya pada tabung uji sebanyak 200 µl Mencampurkan baik-baik, kemudian menginkubasinya selama 1 menit Menambahkan Larutan Iodium pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 1 ml pada tiap pengenceran Menambahkan Aquades pada setiap tabung blangko dan uji sebanyak 8 ml pada tiap pengenceran Membaca serapan (A) tiap tabung pada λ=680 nm 12

14 A/ menit (V) V. Hasil Hasil Pengaruh Suhu Terhadap Reaksi Enzimatis Suhu ( C) A B A U A/ menit (V) 0 0,000 0, ,000 0,008-0, ,000 0,001-0, ,000-0,036 0, ,010-0,003 0,013 Keterangan : A B : serapan blangko A U : serapan uji Kurva Hubungan Suhu Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatik Suhu ( o C) kurva hubungan suhu terhadap kecepatan reaksi enzimatik Hasil Pengaruh ph terhadap reaksi Enzimatis ph A B A U Δ A / menit (v) 1 0,474 0,473 0, ,839 0,704 0, ,044 0,018 0, ,037 0,025 0, ,201 0,167 0,034 Keterangan : A B : serapan blangko A U : serapan uji A/ menit (v) = A B A U 13

15 A/ menit (V) A/ menit (V) Kurva Hubungan PH Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatik ph Kurva Hubungan PH Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatik Hasil Pengaruh konsentrasi terhadap reaksi Enzimatis Pengenceran Konsentrasi A B A U Δ A / menit (v) 100x 0,01 0,032 0,056-0, x ,032 0,064-0, x 0,0025 0,032 0,064-0, x 0, ,032 0,074-0,042 Keterangan : A/ menit (v) = A B A U Konsentrasi = Kurva Hubungan Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatik Pengenceran (x) Kurva Hubungan Konsentrasi Enzim Terhadap Kecepatan Reaksi Enzimatik 14

16 VI. Pembahasan Pada praktikum ini kami melakukan percobaan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim amylase yang terdapat pada air liur dalam memecah larutan pati. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim diantaranya adalah suhu, konsentrasi ph, dan konsentrasi enzim. Pengaruh Suhu Suhu mempengaruhi aktivitas katalisis enzim. Suhu ini harus dalam keadaan optimum agar terjadi benturan antara molekul enzim (E) dan substrat (S). Akibatnya kompleks E-S yang sangat penting dalam reaksi enzimatik akan terbentuk, sehingga produk (P) juga akan terbentuk. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka akan menyebabkan enzim tersebut terdenaturasi. Meskipun benturan E dan S semakin sering, namun kompleks E-S tidak terbentuk karena enzim terdenaturasi. Akibatnya, pembentukan P berkurang. Denaturasi enzim dapat terjadi ireversibel teritama bila suhu lingkungan jauh melampaui suhu optimum. Pada percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, yang pertama dilakukan adalah pengenceran air liur hingga 100 kali. Disini digunakan larutan ti e i t n i nt me i t tivit en im m e t n ti im n e m t n e i e n m n em i n iin i e m menit n n m in -masng suhu dibuat blanko dan uji ete iin i t n ti i m n e m m i i em i n iin i em i e m menit n it m n t n i i m m m m e t m in - m in t n nt n e i i i n i en ngas, perlakuan tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya bumping selama proses pemanasan. Setelah itu dilakukan pengukuran serapan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 680 nm, dan dihitung kecepatan reaksi enzimatik serta dibuat kurva yang menghubungkan kecepatan reaksi dengan suhu. Berdasarkan data hasil pengamatan, perubahan absorbansi per menit yang diperoleh dari absorbansi larutan blanko dan absorbansi larutan uji dapat dilihat dari kurva tersebut. Adapun kurva hasil pecobaan memperli t n e i i en im em in e t ei in e t m n ini te i t en i n i 15

17 in ini te i en n e te m in mi n e e n mem ent m n en i n i in te i en n n reaksi yang diakibatkan oleh benturan antara enzim dan substrat yang disebabkan karena enzim mengalami denaturasi. Jika suhu jauh lebih dari suhu optimum, maka kompleks E- S tidak terbentuk walapun sering terjadi benturan E dan S sehingga produk juga makin sedikit dan ini terlihat dari kurva laju reaksi yang semakin menurun. Dari hasil percobaan yang didapatkan, kami tidak dapat membuktikan bahwa keasaman mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Hal ini dapat disebabkan karena kurang ketelitian kami dalam melakukan prosedur pengerjaan praktikum ini. Selain itu juga dapat disebabkan oleh spektrofotometri yang tidak sesuai atau error. Sehingga, i t n i n i ni i A/ menit n men i min Pengaruh ph Pada pencernaan, saliva berperan dalam membantu pencernaan karbohidrat. Enzim amilase merupakan golongan enzim yang dapat merombak pati, glikogen dan polisakarida lain. Enzim amilase dpat memecah karbohidrat dari bentuk majemuk menjadi yang lebih sederhana. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim, sehingga enzim tidak dapat melakukan akitivitasnya dengan baik. Faktor-faktor tersebut yaitu : ph, konsentrasi, dan suhu. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian aktivitas enzim terhadap ph. Enzim yang digunakan yaitu enzim amilase yang terdapat di saliva atau air liur. Dilakukan pengujian enzim amilase terhadap beberapa ph, yaitu ph 1, ph 3, ph 5, ph 7, ph 11. Tiap ph dilakukan pengujian dengan dua tabung, yaitu tebung pertama sebagai blanko dan tabung kedua sebagai uji. Tabung yang sebagai blanko dan uji di isi dengan larutan pati berdasarkan ph nya. Lalu tabung tersebut di inkubasi pada suhu 37 o selama 5 menit. Setelah itu masing-masing tabung di tambahkan dengan air liur dengan pengenceran 100x, menghasilkan larutan bening. Yang merupakan sebagai enzim amilase. Lalu, di inkubasi pada suhu 37 o selama 1 menit. Dengan tujuan untuk mengkondisikan enzim tersebut tetap berada seperti di dalam tubuh. Kemudian ditambahkan larutan iodium ke dalam setiap tabung. Larutan iodium tersebut sebagai indikator warna untuk menandai aktivitas enzim amilase pada larutan pati. Menghasilkan warna kuning pada larutan uji dengan ph 5 dan ph 7, lalu ph 1,3,11 berwarna biru. Warna kuning menandakan bahwa larutan pati tersebut sudah berubah menjadi maltosa. Sedangkan warna biru menandakan bahwa larutan pati tetap menjadi polisakarida. Pada 16

18 larutan blanko setelah penambahan larutan iodium menghasilkan warna biu. Yang berarti menandakan masih terdapatnya polisakarida. Selanjutnya ditambahkan aquadest di setiap tabungnya. Dengan tujuan untuk menghidrolisis pati. Setelah itu dilakukan pembacaan serapan tiap tabungnya menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis bouble beem. Hasil pembacaan tersebut menunjukkan bahwa pada ph 3 memiliki aktivitas en im n i en n A/menit v e n n A/menit A/menit A/menit n A/menit 0,034. Namun berdasarkan literatur ph yang optimum enzim amilase pada saliva yaitu ph 6-7. ph tersebut enzim amilase bekerja dengan optimum. Pengaruh Konsentrasi Enzim Berdasarkan teori kecepatan reaksi enzimatik berbanding lurus dengan konsentrasi enzim, sehingga peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik dan sebaliknya penurunan konsentrasi enzim dapat menurunkan kecepata reaksinya. Teori ini diperkuat oleh teori yang mengatakan bahwa frekuensi tumbukan molekul berbanding lurus dengan konsentrasi molekul-molekul yang bersangkutan. Untuk dua molekul yang berbeda A dan B, ferkuensi tumbukan antara keduanya akan menjadi dua kali lipat jika konsentrasi A atau B dinaikkan dua kali lipat. Jika konsentrasi A dan B digandakan, kemungkinan tumbukan akan meningkatat empat kali lipat. Untuk reaksi kimia yang berlangsung pada suhu tetap dan melibatkan satu molekul A dan satu molekul B, A + B P Jumlah molekul yang memiliki energi kinetik memadai untuk mengatasi hambatan energi aktivasi akan tetap. Dengan demikian, jumlah tumbukan dengan energi yang memadai untuk menghasilkan produk P akan berbanding lurus dengan jumlah tumbukan antara A dan B, dan karenanya, konsentrasi molar keduanya, yang ditandai dengan tanda kurung besar, Laju [ ][ ] Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim ini, konsentrasi enzim amylase dari air liur yang berbeda-beda didapatkan dari pengenceran larutan air liur. Larutan air liur diencerkan menjadi 100x, 200x, 400x dan 800x. Konsentrasi yang di dapat yaitu 0,01; 0,005; 0,0025; dan 0, Dari hasil percobaan pengaruh konsentrasi enzim terlihat pada pergerakan laju reaksi dari 0,0025 hingga 0,005 konstan dimana seharusnya laju reaksi semakin 17

19 meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi dari enzim. Ketidaksesuaian hasil praktikum dengan teori tersebut dapat terjadi karena larutan uji maupun larutan blanko telah terjai degradasi atau penguraian substrat yang lebih lama karena pengukuran absorbansi pada larutan uji tersebut tidak dilakukan segera setelah metode persiapan larutan uji telah selesai dilakukan. Kecepatan reaksi enzimatik secara keseluruhan dari konsentrasi liur 0,00125 sampai 0,01 mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan konsentrasi enzim (liur). Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan yang tertera diliteratur sehingga hasil pengujian pengaruh konsentrasi enzim yang kami lakukan dapat membuktikan teori yang menyebutkan hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim adalah berbanding lurus. Jadi, makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi yang tertera pada kurva. Hasil absorbasi yang didapat bernilai minus, karena absorbasi dari blako spektrometri (aquades) memilki daya serap yang lebih besar dari larutan yang dianalisis. Hal ini terjadi akibat pengenceran liur yang dilakukan terlalu besar sehingga absorbansinya terdeteksi sangat kecil. Pada pengujian pengaruh konsentrasi enzim, semua larutan uji berubah menjadi wana kuning setelah pemberian liur dan iodium namun memiliki perbedaan dalam intensitas warnanya pada masing-masing konsentrasi, dimana warna kuning yang paling pekat (kuning kecoklatan) adalah liur dengan konsentrasi 0,00125 ml dan warnanya semakin memudar seiring dengan peningkatan konsentrasi enzimnya. Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan Semakin sedikit enzim yang berperan memecah amilum maka akan semakin banyak amilum yang tidak terhidrolisis dan warna yang dihasilkan juga akan semakin pekat. Reaksi pada pengujian anatara pati dan liur (enzim amylase ) adalah sebagai berikut: Pati (amilum) + Enzim amylase hidrolisis Disakarida (maltosa) 18

20 VII. Kesimpulan Berdasarkan praktikum kali ini, dapat disimpulkan bahwa : Laju reaksi dari enzim semakin cepat ei in e t m n m n en i n i in te i en n n e i n diakibatkan oleh benturan antara enzim dan substrat yang disebabkan karena enzim mengalami denaturasi. Hasil pengujian pengaruh konsentrasi terhadap aktivitas enzim tidak sesuai dengan teori, seharusnya konsentrasi berbanding lurus dengan peningkatan aktivitas enzim. Kemungkinan hal ini disebabkan oleh penguraian substrat karena pengukuran absorbansi tidak dilakukan segera setelah penyiapan bahan uji. Pada pengujian pengaruh ph kami tidak dapat membuktikan bahwa keasaman mempengaruhi kecepatan reaksi enzimatik. Hal ini dapat disebabkan karena kekurang telitian praktikan atau kemungkinan adanya error pada alat. PH optimum enzim berdasarkan pengujian juga tidak sesuai dengan literatur yang ada. 19

21 A. Pengaruh Suhu LAMPIRAN FOTO Gambar 1. Pengadukan Air Liur yang Dicampur dengan Aquades Gambar 2. Proses Pengenceran Air Liur Gambar 3. Hasil Pengenceran Air Liur Gambar 6. Alat Inkubasi 37 o C Gambar 5. Alat Inkubasi 0 o C (Termos) Gambar 4. Pati Sebelum DItambahkan Air Liur Gambar 7. Alat Inkubasi 60 o C 20 Gambar 8. Proses Inkubasi Pati pada Suhu 0 0 C Gambar 9. Proses Inkubasi Pati pada Suhu 27 0 C

22 Gambar 12. Proses Inkubasi Pati pada Suhu C Gambar 11. Proses Inkubasi Pati pada Suhu 60 0 C Gambar 10. Proses Inkubasi Pati pada Suhu 37 0 C Gambar 15. Pasca Penambahan Air Liur Suhu 60 0 C Gambar 14. Pasca Penambahan Air Liur Suhu 37 0 C Gambar 13. Pasca Penambahan Air Liur Suhu 27 0 C Gambar 16. Pasca Penambahan Air Liur Suhu 60 0 C 21 Gambar 17. Sampel+Blanko 25 0 C Siap Uji dengan Spektrofotometer Gambar 18. Sampel+Blanko 37 0 C Siap diuji dengan Spektrofotometer

23 Gambar 19. Sampel+Blanko 60 0 C Siap diuji dengan Spektrofotometer Gambar 20. Sampel+Blanko C Siap diuji dengan Spektrofotometer Gambar 21. Sampel+Blanko C Siap diuji dengan Spektrofotometer Gambar 21. Alat Spektrofotometer 22

24 B. Pengaruh ph Gambar 1. Hasil Pengenceran 100x Air Liur Gambar 2. Larutan Pati dengan ph 1,3,5,7,11. Gambar 3. Proses Inkubasi Gambar 6. Larutan Blanko+Aquades Gambar 5. Penambahan Larutan Iodium Gambar 4. Penambahan Larutan Air Liur Gambar 7. Larutan Uji Siap Diuukur dengan Spektrofotometer Gambar Pengukuran dengan Spektrofotometer

25 C. Pengaruh Konsentrasi Gambar 1. Hasil Pengenceran Air Liur (100x, 200x, 400x, 800x) Gambar 2. Pasca Injeksi Air Liur pada Larutan Pati berph Gambar 3. Proses Penambahan Aquades pada Larutan Pati BerpH Gambar 5. Pengukuran dengan Spektrofotometer Gambar 4. Larutan Blanko dan Sampel Siap diuukur dengan Spektrofotometer 24

26 Daftar Pustaka Sumardjo, Damin Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Brahm Biokimia Kedokteran Dasaar : Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta : Penerbit EGC. Gandjar, Indrawati Mikologi : Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Aziz, Pradhana Enzim dan factor-faktor yang mempengaruhi laju kerja enzim. Biochemical Experiment.Thenawijaya, Maggy Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. Sadikin, Mohamad Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika 25

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H

PERCOBAAN VII PENGARUH ph TERHADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM : RR. DYAH RORO ARIWULAN NIM : H LAPRAN PRAKTIKUM BIKIMIA PERCBAAN VII PENGARU p TERADAP KEAKTIFAN SUATU ENZIM NAMA : RR. DYA RR ARIWULAN NIM : 411 10 272 KELMPK : VI (EMPAT) ARI / TANGGAL : RABU/ 9 NVEMBER 2011 ASISTEN : MU. SYARIF AQA

Lebih terperinci

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb. Anabolisme = (biosintesis) Proses pembentukan senyawa

Lebih terperinci

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis)

Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Ekstraksi dan Pengujian Aktivitas Enzim Amilase (Hidrolisis Pati secara Enzimatis) Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase

Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase Kecepatan Reaksi Hidrolisis Amilum Oleh Enzim Amilase TUJUAN PRAKTIKUM Adapun tujuan praktikum kali ini antara lain sebagai berikut: 1. Menetapkan konstanta Michaelis-Menten 2. mempelajari pengaruh penanbahan

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Jurnal BIOKIMIA Praktikum ke-2, 2011 KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Riska Pridamaulia, Hafiz Alim, Eka Martya Widyowati, dan Maharani Intan Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan Saluran Pencernaan Mulut (Kelenjar Ludah / Saliva) Lambung (Kelenjar Lambung) Pankreas (Saluran Pankreas) Usus (Kelenjar Usus) Nama enzim dan fungsinya

Lebih terperinci

AKTIVITAS ENZIM AMILASE

AKTIVITAS ENZIM AMILASE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II PERCOBAAN I AKTIVITAS ENZIM AMILASE OLEH : NAMA : ALFONSUS A. TOSARI NIM : H 411 06 056 KELOMPOK : III (TIGA) ASISTEN : BELINAYANTI, S.Si LABORATORIUM BOTANI JURUSAN

Lebih terperinci

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2017 METABOLISME Metabolisme adalah proses-proses

Lebih terperinci

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik

Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik E N Z I M Sukarti Moeljopawiro Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Protein ENZIM Mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan tenaga aktivasi Tidak mengubah kesetimbangan reaksi Sangat spesifik ENZIM

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS

KINETIKA REAKSI ENZIMATIS LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA BIOPROSES KINETIKA REAKSI ENZIMATIS KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 KINETIKA REAKSI ENZIMATIS 1. Pendahuluan Amilase

Lebih terperinci

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA

ENZIM. Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM Ir. Niken Astuti, MP. Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, UMB YOGYA ENZIM ENZIM ADALAH PROTEIN YG SANGAT KHUSUS YG MEMILIKI AKTIVITAS KATALITIK. SPESIFITAS ENZIM SANGAT TINGGI TERHADAP SUBSTRAT

Lebih terperinci

II. KARAKTERISTIK ENZIM

II. KARAKTERISTIK ENZIM II. KARAKTERISTIK ENZIM 2.1. Definisi Enzim Enzim merupakan katalisator suatu reaksi, artinya dapat mempercepat suatu reaksi tanpa terjadinya perubahan yang permanen dalam struktur enzim itu sendiri. Kata

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PENDAHULUAN Karbohidrat disebut juga sakarida. Karbohidrat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Actinomycetes Amilolitik Terpilih 1. Isolat Actinomycetes Terpilih Peremajaan isolat actinomycetes dilakukan dengan tujuan sebagai pemeliharaan isolat actinomycetes agar

Lebih terperinci

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN

1. Pengertian Enzim. Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Makalah Baru Amilase I. PENDAHULUAN Peranan enzim sebagai biokatalisator dalam berbagai bidang industri semakin penting. Enzim yang diproduksi secara komersial, telah banyak digunakan dalam bidang industri,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700824) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik)

abc A abc a = koefisien ekstingsi (absorpsivitas molar) yakni tetap b = lebar kuvet (jarak tempuh optik) I. NOMOR PERCOBAAN : 6 II. NAMA PERCOBAAN : Penentuan Kadar Protein Secara Biuret III. TUJUAN PERCOBAAN : Menentukan jumlah absorban protein secara biuret dalam spektroskopi IV. LANDASAN TEORI : Protein

Lebih terperinci

ENZIM IKA PUSPITA DEWI

ENZIM IKA PUSPITA DEWI ENZIM IKA PUSPITA DEWI 1 2 Enzim Klasifikasi enzim Komponen dan struktur enzim Kerja enzim sebagai katalisator 3 Enzim Enzim merupakan Polimer biologis yang mengkatalisis reaksi kimia Protein yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Industri tapioka merupakan salah satu industri yang cukup banyak menghasilkan limbah padat berupa onggok. Onggok adalah limbah yang dihasilkan pada poses pengolahan

Lebih terperinci

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret

laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret laporan praktikum penentuan kadar protein metode biuret V.1 HASIL PENGAMATAN 1. TELUR PUYUH BJ = 0,991 mg/ml r 2 = 0,98 VOLUME BSA ( ml) y = 0,0782x + 0,0023 KONSENTRASI ( X ) 0,1 0,125 0,010 0,2 0,25

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Meutia Atika Faradilla ( ) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Hadiyatur Rahma (147008004) Tanggal Praktikum : 10 Maret 2015 Tujuan Praktikum : Meutia Atika Faradilla (147008014)

Lebih terperinci

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu

ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu ENZIM Enzim : adalah protein khusus yang mengkatalisis reaksi biokimia tertentu terikat pada satu atau lebih zat-zat yang bereaksi. Dengan demikian enzim menurunkan barier energi (jumlah energi aktivasi

Lebih terperinci

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan HASIL DAN DATA PENGAMATAN 1. Uji molish warna cincin ungu pada batas larutan pati cincin ungu pada batas larutan arabinosa cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Pembahasan. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density) inkubasi D75 D92 D110a 0 0,078 0,073

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI Kelompok V : Amir Hamzah 1415005 Umi Kulsum 1415018 AKADEMI KIMIA ANALISIS CARAKA NUSANTARA CIMANGGIS, KELAPA DUA DEPOK, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010

DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XII IPA 2009/2010 DIKTAT 2 METABOLISME Standar Kompetensi : Memahami pentingnya metabolisme pada makhluk hidup Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan fungsi enzim dalam proses

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Karbohidrat Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Definisi Karbohidrat Turunan aldehida atau keton yang memiliki rumus umum (CH 2 O) n atau C n H 2n O n. Karbohidrat terbentuk dari sintesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam mengajarkan kita untuk merenungkan ciptaan Allah yang ada di bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa bertambah. Salah satu tanda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd

SMA Negeri 1 Nunukan Selatan  METABOLISME. Pertemuan 2. Oleh. SUPARMUJI, S.Pd SMA Negeri 1 Nunukan Selatan www.sman1nusa.com METABOLISME Pertemuan 2 Oleh SUPARMUJI, S.Pd moejie01@gmail.com TUJUAN BELAJAR Mengetahui Sifat-Sifat Enzim Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri)

LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri) LAPORAN PRAKTIKUM Metabolisme Glukosa, Urea dan Trigliserida (Teknik Spektrofotometri) Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Maya Anjelir Antika Tujuan

Lebih terperinci

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME

SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA XII (DUA BELAS) BIOLOGI METABOLISME Metabolisme adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses

Lebih terperinci

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan 4 Metode Penelitian ini dilakukan pada beberapa tahap yaitu, pembuatan media, pengujian aktivitas urikase secara kualitatif, pertumbuhan dan pemanenan bakteri, pengukuran aktivitas urikase, pengaruh ph,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 47 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : IPA Biologi Materi Pokok : Metabolisme Kelas/ Semester : XII /1 Pertemuan ke : 1 (satu) Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Standar

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan

TINJAUAN PUSTAKA. dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Probiotik Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan ternak tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI K E L O M P O K 4 PENENTUAN KADAR PROTEIN SECARA SPEKTROFOTOMETRI L/O/G/O www.themegallery.com Pend. Kimia Rombel 3 1 2 Vepy Iandasari 46 Gustiyani Eka. S 48 3 4 Anggun Dwi Astiningsih 49 Nurul Anggi Ayuningtias

Lebih terperinci

I. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol.

I. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol. Menentukan Kadar Protein Dengan Metode Titrasi Formol I. Tujuan Percobaan menentukan kadar protein yang terdapat dalam sampel dengan metode titrasi formol. II. Tinjauan Pustaka Protein berasal dari bahasa

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim - 3

Enzim dan koenzim - 3 Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Enzim dan koenzim - 3 Substansi

Lebih terperinci

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim

Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim Macam-macam enzim Cara kerja enzim Sifat kinetik enzim Faktor-faktor yang mempengaruhi katalisis enzim Regulasi dan aktivitas enzim Enzim dan koenzim - 2 Substansi yang terdapat didalam

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT

PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT PENENTUAN RUMUS ION KOMPLEKS BESI DENGAN ASAM SALISILAT Desi Eka Martuti, Suci Amalsari, Siti Nurul Handini., Nurul Aini Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jenderal

Lebih terperinci

Definisi Umum Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator

Definisi Umum Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator ENZIM Definisi Umum Dlm system biologi reaksi kimia selalu memerlukan katalis. Tanpa katalis sangat lama shg diperlukan Enzim yg berfungsi sbg biokatalisator protein yang berfungsi untuk mempercepat reaksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaplek (Manihot esculenta Crantz) Gaplek (Manihot Esculenta Crantz) merupakan tanaman perdu. Gaplek berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Kezia Christianty C NRP : 123020158 Kel/Meja : F/6 Asisten : Dian

Lebih terperinci

Hidrolisis Pati Enzimatis. Abstrak

Hidrolisis Pati Enzimatis. Abstrak Hidrolisis Pati Enzimatis Mochamad Iqbal Fernanda, 230110130132, Kelompok 10, Kelas B Jurusan Perikanan, Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung-Sumedang KM.21 Jatinangor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan eksperimental. B. Tempat dan Waktu Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan

Lebih terperinci

Metabolisme karbohidrat

Metabolisme karbohidrat Metabolisme karbohidrat Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Unila PENCERNAAN KARBOHIDRAT Rongga mulut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : dewi maya sarah Tanggal Praktikum : 10Maret2015 Tujuan Praktikum : i) Mengerti prinsip prinsip dasar mengenai

Lebih terperinci

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ)

KONVERSI ENZIMATIK (ENZ) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA KONVERSI ENZIMATIK (ENZ) Disusunoleh: Arti Murnandari Dr. Retno Gumilang Dewi Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Termasuk penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini terdapat kontrol sebagai acuan antara

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PERCOBAAN IV PENENTUAN KOMPOSISI ION KOMPLEKS DISUSUN OLEH : NAMA : FEBRINA SULISTYORINI NIM : 09/281447/PA/12402 KELOMPOK : 3 (TIGA) JURUSAN : KIMIA FAKULTAS/PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu reaksi kimia, khususnya antara senyawa organik, yang dilakukan dalam laboratorium memrlukan suatu kondisi yang ditentukan oleh beberapa faktor, speerti suhu,

Lebih terperinci

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama

UJI KUANTITATIF DNA. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama UJI KUANTITATIF DNA Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Ahli Pertama A. PENDAHULUAN Asam deoksiribonukleat atau lebih dikenal dengan DNA (deoxyribonucleid acid) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP :

LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM. Nama : SantiNurAini NRP : LAPORAN PRAKTIKUM DINAMIKA KIMIA JUDUL PERCOBAAN : PENENTUAN LAJU REAKSI IODINASI ASETON DALAM SUASANA ASAM Nama : SantiNurAini NRP : 1413100048 Tanggal Praktikum : 28 April 2015 Nama Asisten : Mas Mattius

Lebih terperinci

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT

VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT VI. KONSEP DASAR ENZIM DR. EDY MEIYANTO MSI APT Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Mahasiswa setelah mengikuti kuliah bagian ini mampu menyebut sifat dan jenis-jenis enzim serta menjelaskan konsep dasar

Lebih terperinci

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase Skripsi Sarjana Kimia Oleh WENI ASTUTI 07132011 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer (poly = banyak, meros = bagian) merupakan molekul besar yang terbentuk dari susunan unit ulang kimia yang terikat melalui ikatan kovalen. Unit ulang pada polimer,

Lebih terperinci

PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO

PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO Laporan Praktikum Evaluasi Nilai Biologis Komponen Pangan PENENTUAN DAYA CERNA PROTEIN IN VITRO DAN PENGUKURAN DAYA CERNA PATI SECARA IN VITRO Dosen: Dr. Ir. Endang Prangdimurti, Msi dan Ir. Sutrisno Koswara,

Lebih terperinci

R E A K S I U J I P R O T E I N

R E A K S I U J I P R O T E I N R E A K S I U J I P R O T E I N I. Tujuan Percobaan Memahami proses uji adanya protein (identifikasi protein) secara kualitatif. II. Teori Dasar Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian di Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang cukup tinggi, sumber vitamin (A, C,

Lebih terperinci

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu

Waktu (t) Gambar 3.1 Grafik hubungan perubahan konsentrasi terhadap waktu 3 LAJU REAKSI Setelah mempelajari bab ini, kamu diharapkan mampu: Menghitung konsentrasi larutan (molaritas larutan). Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (konsentrasi, luas permukaan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Enzim α-amilase Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan menanam isolat bakteri dalam media inokulum selama 24 jam. Media inokulum tersebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Pengertian, Macam-Macam Enzim dan Fungsinya

Pengertian, Macam-Macam Enzim dan Fungsinya Pengertian, Macam-Macam Enzim dan Fungsinya Pengertian, Macam-Macam Enzim dan Fungsinya Terdapat berbagai macam jenis enzim yang berfungsi dalam organ tubuh seperti pencernaan, dan organ tubuh lainnya.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS. i ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenaipenentuan aktivitas enzim amilase dari kecambah biji jagung lokal Seraya (Zea maysl.). Tujuan dari penelitian ini adalahuntuk mengetahui waktu optimum dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI OLEH : KELOMPOK III Nama : Rifqi Munip (061330401022) Riska (061330401023) Sarah Swasti Putri (061330401024) Siti Nurjanah (061330401025)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau

BAB 1 PENDAHULUAN. energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi,

Lebih terperinci

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit LAMPIRAN 10 11 Lampiran 1 Skema metode Bernfeld (1955) 1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS Dididihkan 5 menit Didinginkan 5 menit Absorbansi diukur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN

LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN LAPORAN PRAKTIKUM II.3 BIOKIMIA (AKKC 223) DENATURASI PROTEIN Dosen Pengasuh : Drs. H. Hardiansyah, M. Si Dra. Noorhidayati, M. Si Asisten : Istiqamah Muhammad Robbi Febian Oleh: Widya Rizky Amalia A1C211018

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan merupakan organisme yang tidak dapat bergerak bebas yang pertumbuhan dan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar seperti suhu, kelembaban,

Lebih terperinci

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM

ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM ANALISIS KADAR GLUKOSA PADA BIOMASSA BONGGOL PISANG MELALUI PAPARAN RADIASI MATAHARI, GELOMBANG MIKRO, DAN HIDROLISIS ASAM Oleh: Qismatul Barokah 1 dan Ahmad Abtokhi 2 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n

KARBOHIDRAT. Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n KARBOHIDRAT Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Februari 2010 Karbohidrat berasal dari kata karbon (C) dan hidrat atau air (H 2 O). Rumus umum karborhidrat dikenal : (CH 2 O)n Karbohidrat meliputi sebagian zat-zat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di

III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di 31 III METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Universitas

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN KARBOHIDRAT KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, heksosa, pentosa, maupun karbohidrat dengan berat molekul yang tinggi seperti pati,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( )

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Yuliandriani Wannur ( ) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Dinno Rilando (157008006) Tanggal Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : Yuliandriani Wannur (157008004)

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT 1 Karbohidrat Karbohidrat adalah biomolekul yang paling banyak terdapat di alam. Setiap tahunnya diperkirakan kira-kira 100 milyar ton CO2 dan H2O diubah kedalam molekul selulosa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dilaboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA MODUL PRAKTIKUM BIOKIMIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PROTEIN A. REAKSI UJI PROTEIN 1. PENGENDAPAN PROTEIN OLEH GARAM-GARAM

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 4-5. METABOLISME Ada 2 reaksi penting yang berlangsung dalam sel: Anabolisme reaksi kimia yang menggabungkan bahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Bab ini terdiri dari 6 bagian, yaitu optimasi pembuatan membran PMMA, uji kinerja membran terhadap air, uji kedapat-ulangan pembuatan membran menggunakan uji Q Dixon, pengujian aktivitas

Lebih terperinci