RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM FITRI MUNAWAROH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM FITRI MUNAWAROH"

Transkripsi

1 1 RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM FITRI MUNAWAROH DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 i PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Desember 2014 Fitri Munawaroh NIM G

4 ii

5 iii ABSTRAK FITRI MUNAWAROH. Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam. Dibimbing oleh YONNY KOESMARYONO dan IMPRON. Tomat varietas Tora merupakan tomat non hibrida yang dibudidayakan dan dikembangkan oleh IPB. Tomat ini memiliki potensi produksi yang tinggi dan cocok ditanam di dataran rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi iklim mikro di sekitar tanaman tomat dan mengetahui pengaruh perlakuan mulsa perak dan hitam terhadap produktivitas. Lokasi penelitian dilakukan di lahan BMKG tepatnya di desa Situgede, Dramaga Bogor. Perlakuan yang dilakukan adalah dengan memberikan perlakuan mulsa perak dan mulsa hitam pada tanaman tomat, penelitian berlangsung dari bulan Februari sampai Juni Hasil penelitian menunjukkan tanaman tomat yang berada di mulsa perak lebih optimal dibandingkan dengan perlakuan di mulsa hitam. Komponen agronomis seperti tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering total yang diperoleh menunjukkan perlakuan mulsa perak lebih optimal namun secara statistik hanya berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun. Radiasi intersepsi pada perlakuan mulsa perak dan hitam berturut-turut adalah sebesar MJ m -2 dan MJ m - 2 dalam satu musim penanaman. Efisiensi radiasi surya total dalam semusim yang diperoleh adalah 1.7 g/mj pada mulsa perak dan 1.8 g/mj pada mulsa hitam. Perbandingan radiasi pantul dan radiasi yang datang pada mulsa perak ternyata lebih besar yaitu 0.53 sedangkan pada mulsa hitam yaitu Bobot buah total per tanaman pada mulsa perak sebesar 1370 g dan pada mulsa hitam sebesar 914 g. Kata kunci: indeks luas daun, akumulasi panas, radiasi global, luas daun spesifik

6 iv ABSTRACT FITRI MUNAWAROH. Response of Tora Tomato Plants Production in Difference Micro-climatic Condition Effect Using Silver and Black Mulches. Supervised by YONNY KOESMARYONO and IMPRON. Tora is non-hybrid tomatoes that cultivated and developed by IPB. This tomato has a high potential production and suitable to be planted in the low land. This research aims to analyze the condition of the microclimate around the tomato plants and determine the treatment effect of mulch types that different in productivity. Location of the research at BMKG precisely in Situgede, Dramaga Bogor. Treatment is done is by providing silver and black mulch on tomato plants, the research was done from February to June Result shows that tomato plants are growing more optimal in silver mulch than the black mulch treatment. Agronomic components such as plant height, leaf number, and total dry weight obtained that silver mulch treatment is optimal, but by the statistical treatment the significantly affect only in plant height and number of leaves. Interception of radiation in silver and black mulch treatment respectively amounted to MJ m -2 and MJ m -2 in planting season. Total of radiation use efficiency in a season was 1.7 g/mj on silver mulch and 1.8 g/mj on black mulch. The Comparison of the reflected radiation and the radiation that comes in silver mulch is 0.53, while the black mulch is Total fruit weight of each plant in silver mulch is 1370 g and the black mulch is 914 g.. Keywords: leaf area index, heat unit, global radiation, specific leaf area

7 v RESPON PRODUKSI TANAMAN TOMAT VARIETAS TORA TERHADAP PERBEDAAN KONDISI IKLIM MIKRO AKIBAT PEMAKAIAN MULSA PERAK DAN HITAM FITRI MUNAWAROH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Geofisika dan Meteorologi DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8 vi

9 vii Judul Skripsi : Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam Nama : Fitri Munawaroh NIM : G Disetujui oleh Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono, MS Pembimbing I Dr Ir Impron, M Agr Sc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Tania June, Msc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 viii

11 ix PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah agrometeorologi, dengan judul Respon Produksi Tanaman Tomat Varietas Tora Terhadap Perbedaan Kondisi Iklim Mikro Akibat Pemakaian Mulsa Perak dan Hitam. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Yonny Koesmaryono dan Dr Ir Impron selaku pembimbing.ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat. Bogor, Desember 2014 Fitri Munawaroh

12 x

13 xi DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 1 TINJAUAN PUSTAKA 2 Tomat 2 Tomat Varietas Tora IPB 2 Respon Tanaman Tomat Terhadap Cuaca 3 Radiasi Matahari 3 Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR) 4 Suhu Udara 4 Akumulasi Panas 5 Luas Daun Spesifik 5 Indeks Luas Daun 6 Mulsa 6 Curah Hujan 6 METODOLOGI 7 Tempat dan Waktu Penelitian 7 Bahan dan Alat 7 Metode Pelaksanaan 7 Persiapan lahan dan penanaman 7 Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman 7 Pengukuran kondisi iklim mikro 7 Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman 7 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat 8 Pengolahan data 8 HASIL DAN PEMBAHASAN 10 Kondisi Cuaca selama Penelitian 10 Radiasi Global Harian 12 Albedo 13 Akumulasi Panas Tanaman 13 Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat 15 Tinggi tanaman 15 Jumlah daun 16 Berat kering total per tanaman 17 Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman 19 Luas Daun Spesifik 20 Intersepsi Radiasi 21 Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya 22 Pengaruh Faktor Lain 22 Bobot Buah Total 23 xii xii xiii

14 xii KESIMPULAN DAN SARAN 24 Kesimpulan 24 Saran 24 DAFTAR PUSTAKA 25 LAMPIRAN 27 RIWAYAT HIDUP 39 DAFTAR TABEL 1 Akumulasi panas (AP) tanaman tomat 14 2 Laju truss tanaman tomat 15 3 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman 16 4 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman 18 5 Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman 19 DAFTAR GAMBAR 1 Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014) 3 2 Jarak antar tanaman dalam baris 7 3 Ilustrasi neraca radiasi 9 4 Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering dan bola basah 11 5 Kondisi curah hujan saat penelitian 11 6 Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian 12 7 Nilai albedo selama penelitian di sekitar tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) 13 8 Tinggi rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) 16 9 Jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Berat kering total rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) ILD tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Nilai SLA tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Nilai radiasi intersepsi tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Hama penyakit (a) ulat buah tomat (b) bercak kering alternaria (dokumen pribadi) Bobot buah tomat selama masa panen pada perlakuan mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) 23

15 xiii DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi tomat varietas Tora IPB 27 2 Data cuaca selama penelitian 29 3 Indeks luas daun dan radiasi intersepsi (nilai k = 0.75) 32 4 Radiasi global, radiasi transmisi dan radiasi reflektan 34 5 Bobot buah total per panen 36 6 Anggaran pengeluaran dan pendapatan 36 7 Gambar dokumentasi selama penelitian 37

16

17 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tomat adalah salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis penting dikarenakan tomat sangat digemari oleh masyarakat dan mempunyai nilai gizi yang tinggi. Tomat juga termasuk sayuran buah yang memberikan banyak manfaat untuk masyarakat. Buah tomat mengandung vitamin A, vitamin C dan sedikit vitamin B yang baik untuk kesehatan dan dapat mengurangi persentase kurang gizi yang sering terjadi di Indonesia. Buah tomat juga mengandung serat yang berfungsi memperlancar proses pencernaan makanan dalam perut, membantu memudahkan buang kotoran. Selain itu buah tomat juga mengandung potasium yang dapat menurunkan gejala tekanan darah tinggi (Cahyono 2008). Buah tomat termasuk komoditas holtikultura unggulan di Jawa Barat dan menjadi komoditas yang berkontribusi paling besar secara nasional pada tahun 2013 dengan nilai produksi sebesar ton (BPS 2013). Banyaknya manfaat dari tomat menyebabkan tanaman tomat mulai dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi. Pada tahun 2012, tomat mengalami kemerosotan nilai produksi yaitu 17% lebih rendah dibandingkan dengan produksi tahun 2013 (BPS 2013). Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang daerahnya termasuk dataran rendah dan memiliki curah hujan tinggi. Rata-rata tiap tahun curah hujannya mencapai mm. Oleh karena itu, untuk menghindari penurunan produksi di tahun tahun berikutnya, pembudidayaan tomat di wilayah Bogor juga perlu dioptimalkan. Pemakaian mulsa perlu dilakukan untuk membuat curah hujan yang tinggi di wilayah Bogor tidak begitu berpengaruh negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan tomat serta kualitas buahnya. Radiasi dan suhu lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat. Radiasi diperlukan dalam proses fisiologis tanaman maupun proses generatifnya (Purwati et al. 2007). Dalam hal ini radiasi matahari digunakan sebagai sumber energi fotosintesis. Untuk mendapatkan tanaman tomat dengan hasil yang baik maka diperlukan penyinaran matahari sepanjang hari di tempat yang terbuka. Selain itu, perbedaan suhu lingkungan yang besar antara siang dan malam hari dapat berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Suhu yang terlalu rendah dapat menghambat pertumbuhan tanaman tomat sedangkan suhu terlalu tinggi juga dapat menyebabkan berkurangnya produksi akibat meningkatnya kematian pada tanaman tomat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui produksi tanaman tomat terhadap kondisi iklim mikro akibat pemakaian tipe mulsa yang berbeda. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat bagi pembudidaya tanaman tomat untuk mendapatkan hasil yang optimal. Tujuan 1. Menganalisis kondisi iklim mikro seperti radiasi dan suhu lingkungan di sekitar tanaman tomat. 2. Menganalisis pengaruh pemakaian tipe mulsa plastik yang berbeda terhadap produktivitas tanaman tomat.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA Tomat Dalam botani atau ilmu tumbuh tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Superorder : Asteridae Order : Polemoniales Family : Solanaceae Genus : Lycopersicon Species : Lycopersicon esculetum Mill Tomat merupakan tanaman herba yang tumbuh tegak dengan tinggi berkisar antara m dan bercabang. Tomat memiliki akar tunggang, batang berbentuk silinder dan bercabang. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam tandantandan bunga yang disebut rasemosa dan terdiri atas 4-12 bunga per tandan. Tanaman tomat memiliki bunga hermaprodit dan bersimetri banyak. Buah tomat termasuk buah buni, berdaging dan beragam dalam bentuk maupun ukurannya. Warna buah ditentukan oleh pigmen likopen dan beta karoten. Likopen menyebabkan warna merah pada buah sedangkan betakaroten menyebabkan warna kuning (Wijonarko 1990). Berdasarkan tipe pertumbuhan, tanaman tomat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu (a) Tipe indeterminate (tidak terbatas) adalah tipe yang memiliki pola pertumbuhan tidak terbatas atau fase vegetatifnya tetap tumbuh meskipun telah memasuki masa generatif (b) Tipe determinate (terbatas) adalah tipe yang memiliki pola pertumbuhan terbatas, fase vegetatif berhenti setelah memasuki fase generatif (Purwati et al. 2007). Bunga pada tanaman tomat termasuk dalam kategori sempurna (hermaprodit) sehingga menurut Thompson et al. (1979), tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri sekaligus mampu melakukan penyerbukan silang dengan bantuan serangga seperti lebah. Bunga tomat berwarna kuning dan tersusun dalam satu rangkaian (dompolan) tergantung varietasnya. Bunga tomat dapat pula menghasilkan buah tanpa adanya persarian, yaitu dengan bantuan zat hormon (fruit-tone) yang disemprotkan langsung pada bunga. Bagian dalam buah memiliki ruang- ruang yang dipenuhi dengan biji. Biji tomat berbentuk pipih, berbulu dan berwarna putih kekuningan atau cokelat muda. Tanaman tomat tergolong tanaman C3 yang cepat jenuh radiasi (Syakur 2002). Tomat Varietas Tora IPB Tomat varietas Tora IPB merupakan tomat non hibrida yang dikembangkan oleh IPB. Tomat Tora IPB ini merupakan varietas tomat yang memiliki produktivitas tinggi dan cocok ditanam pada dataran rendah. Awalnya pengujian yang dilakukan adalah dengan mengombinasikan persilangan genotipe yang memiliki nilai daya gabung khusus dan heterosis sehingga menghasilkan varietas

19 3 hibrida yang berpotensial tinggi (Arif 2012). Tomat varietas Tora IPB dapat beradaptasi dengan baik di dataran rendah pada ketinggian mdpl. Tomat ini memiliki keunggulan yaitu memiliki potensi produksi yang tinggi. Gambar 1 Tomat varietas Tora (Faperta IPB 2014) Respon Tanaman Tomat Terhadap Cuaca Tanaman tomat tergolong dalam warm season crop yang memerlukan suhu optimum 20 0 C-28 0 C dengan variasi pergantian suhu sebesar 18 0 C pada malam hari dan 25 0 C pada siang hari pada masa pembungaannya. Nasir (1999) mengemukakan bahwa suhu udara optimum untuk tanaman tomat yaitu C dengan suhu minimum dan maksimum masing-masing 14 0 C dan 26 0 C. Suhu udara yang terlalu panas dan kering akan menyebabkan kepala putik cepat kering dan tempat serbuk sari tidak banyak yang tumbuh sehingga tidak banyak terjadi pembentukan buah. Tanaman tomat menyenangi tempat yang terbuka dan cukup sinar matahari. Kurangnya sinar matahari menyebabkan pertumbuhan memanjang (etiolasi), lemah dan pucat karena pembentukan kloroplas tidak sempurna. Namun radiasi surya yang terlalu terik kurang baik karena transpirasi akan meningkat serta bunga dan buah muda gugur (Syakur 2002). Tanaman tomat pada masa vegetatif memerlukan curah hujan yang cukup. Sebaliknya pada fase generatif memerlukan curah hujan yang sedikit. Curah hujan yang tinggi pada fase pemasakan buah dapat menyebabkan daya tumbuh yang lebih rendah. Curah hujan yang ideal selama pertumbuhan tanaman tomat berkisar antara mm/tahun. Curah hujan tidak menjadi faktor penghambat dalam penangkaran benih tomat, dimusim kemarau jika kebutuhan air dapat dicukupi dari air irigasi (Pitojo 2005). Radiasi Matahari Radiasi matahari merupakan sumber energi utama bagi proses-proses fisika atmosfer pembentuk cuaca dan iklim serta kehidupan di bumi, karena tanpa ada radiasi surya proses fotosintesis serta rantai makanan tidak akan terjadi. Lama penyinaran menentukan jumlah energi radiasi surya sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui proses fotosintesis. Sebaliknya panjang hari menentukan proses perkembangan tanaman melalui fotoperiodisme, yang tidak

20 4 bergantung pada intensitas energi radiasi surya melainkan periode pencahayaannya mulai matahari terbit hingga tenggelam (Handoko 1993). Suryani (1993) menyatakan bahwa, energi radiasi surya yang mengenai tajuk tanaman tidak sepenuhnya diteruskan ke permukaan tanah. Energi radiasi yang mengenai tajuk tanaman akan mengalami pengurangan saat menuju ke permukaan tanah sehingga radiasi yang berada di bawah tajuk tanaman jumlahnya tidak merata. Hal ini disebabkan adanya perubahan berkas sinar dari radiasi surya yang diintersepsi oleh tanaman akibat gerakan tanaman yang dipengaruhi angin dan perubahan posisi matahari. Transmisi radiasi merupakan radiasi yang diteruskan melewati kanopi tanaman atau energi radiasi yang lolos pada permukaan tanah dibawah tajuk. Transmisi radiasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu struktur kanopi dan jenis tanaman, ukuran luas daun sebagai kanopi dan sudut datang matahari (Rosenberg 1974). Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya (EPR) Efisiensi pemanfaatan radiasi surya adalah perbandingan antara bobot kering yang dihasilkan dengan total radiasi intersepsi yang diperoleh selama masa pertumbuhan (Sitaniapessy 1985). Produksi bahan kering untuk pertumbuhan dan penyimpanan pada akhirnya akan menghasilkan berat kering tanaman. Hasil panen ini akan setara dengan hasil berat kering tanaman yang merupakan keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menduga nilai RUE (Sinclair dan Muchow 1999). Metode pertama adalah dengan menghitung RUE menggunakan koefisien pemadaman tajuk (k), LAI dan tingkat pertumbuhan tanaman (Katsura et al. 2008). Metode kedua adalah dengan menentukan hubungan linier antara akumulasi biomassa dan akumulasi radiasi intersepsi selama musim pertumbuhan. Rata-rata nilai RUE pada percobaaan yang telah diteliti adalah berkidar antara 1.38g/ MJ. Nilai RUE sangat bergantung pada proses fotosintesis yang terjadi pada kanopi tanaman dan juga dapat dipengaruhi dari beberapa faktor seperti suhu yang ekstrim, air, dan nutrisi yang diterima tanaman. Menurut Stockle dan Kemanian (2009) nilai RUE dalam g/mj dari beberapa kelompok tanaman adalah sebagai berikut: tanaman C3 semusim ( ), tanaman C4 semusim ( ), tanaman umbi-umbian ( ). Tanaman tomat merupakan tanaman C3 semusim yang memiliki nilai RUE berkisar g/mj. Suhu Udara Perkembangan maupun pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh unsurunsur cuaca serperti suhu udara. Perubahan beberapa derajat saja sudah menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju pertumbuhan. Pada tahap tertentu dalam daur hidup tanaman mempunyai suhu minimum, suhu optimum dan suhu maksimum. Di bawah suhu minimum tanaman tidak akan tumbuh sedangkan pada rentang suhu optimum laju tumbuhnya paling tinggi, dan diatas suhu maksimum tanaman tidak akan tumbuh bahkan mati. Suhu tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan jaringan dalam selang waktu tertentu, namun juga pada saat

21 5 mengawali tahap kritis pada daur hidup tanaman seperti perkecambahan biji, awal pembungaan, dan induksi atau berakhirnya dormansi pada tanaman tahunan. Respon perkembangan tanaman itu sering dipengaruhi oleh faktor lingkungan selain suhu (Mavi 2004). Pengaruh suhu udara terhadap pertumbuhan terutama pada proses respirasi dan kecepatan proses biokimia dalam fotosintesis. Dalam proses respirasi hasil fotosintesis akan diubah menjadi CO2 dan H2O, sehingga semakin besar respirasi maka laju pertumbuhan tanaman menjadi berkurang. Fotosintesis dan respirasi merupakan reaksi kimia yang dikenal dengan nama proses biokimia intensitas atau kecepatan reaksinya sangat ditentukan oleh aktivitas katalisator (Sangadji 2001). Akumulasi Panas Konsep metode akumulasi panas (Heat unit) didasarkan pada teori bahwa perkembangan tanaman tergantung pada jumlah panas yang diakumulasi selama masa pertumbuhan. Jumlah panas yang dibutuhkan oleh tanaman setiap hari sangat tergantung dari suhu rata-rata udara, dimana suhu udara tersebut harus melebihi satu derajat di atas suhu dasar tanaman tertentu (Miller et al dalam Melati 2011). Metode jumlah panas pada hakikatnya adalah adanya hubungan antara pertumbuhan tanaman dengan suhu lingkungannya. Dalam hal ini, suhu dianggap sebagai faktor yang mewakili penggunaan energi oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Metode akumulasi panas juga dapat digunakan untuk menentukan umur saat panen yang dapat digunakan berdasarkan pendekatan secara klimatologis dan agronomis. Konsep ini hanya untuk tanaman netral yaitu yang tidak responsive terhadap panjang hari, dengan menganggap faktor lainnya seperti panjang hari tidak berpengaruh, laju perkembangan tanaman berbanding lurus dengan suhu (T) di atas suhu dasar (To). Karena tanaman tomat merupakan tanaman hari netral, maka laju perkembangan dan fenologinya didekati dengan konsep degree-day atau heat unit. Heat unit tidak dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam (Koesmaryono et al. 2002). Menurut Syakur (2002) tanaman tomat memiliki akumulasi panas total sebesar 1692 o C hari. Luas Daun Spesifik Luas daun spesifik atau SLA adalah luas daun per satuan berat kering daun. Indeks ini menunjukkan ketebalan daun yang dapat menggambarkan unit organela fotosintesis. SLA dapat ditentukan dari daur pertumbuhan tanaman dalam kanopi, atau perubahan perkembangan tanaman (Wilkerson et al 1983). Penambahan luas daun dihitung dengan mengalikan penambahan bobot kering oleh SLA. Oleh karena itu, perubahan luas daun dan berat kering sangat berhubungan. Nilai luas daun spesifik yang semakin besar mengindikasikan daun semakin tipis dan nilai luas daun spesifik tidak berpengaruh langsung pada bobot biji. Menurut Hauvelink (1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada musim panas adalah cm 2 /gr dan pada musim dingin adalah cm 2 /gr.

22 6 Indeks Luas Daun Indeks luas daun merupakan rasio antara luas kanopi tanaman dengan tempat berdirinya tanaman (Insani 2013). Kemampuan kanopi tersebut dapat dinyatakan dalam satuan koefisien pemadaman (k) dan besarnya dipengaruhi struktur kanopi tanaman. Indeks luas daun mencerminkan besarnya intersepsi radiasi yang diterima oleh tanaman. Meskipun bagian batang juga ikut mengintersepsi cahaya, tetapi aktivitas lebih efektif terjadi pada daun. Indeks luas daun meningkat dengan meningkatnya intesitas cahaya sampai batas optimum tanaman mengintersepsi. Menurut Pangaribuan et al. (2008), indeks luas daun optimum pada tomat adalah berkisar antara Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink 1995). Mulsa Penggunaan mulsa sebagai penutup tanah merupakan suatu bentuk modifikasi iklim mikro pada tanaman. Akibat penutupan ini akan diatur jenis spektrum matahari yang dibutuhkan oleh tanaman dengan menggunakan jenis penutup. Penggunaan mulsa akan menyebabkan terjadi perubahan pada iklim tanah dan iklim mikro dekat permukaan tanah. Secara umum, pemanfaatan mulsa yang menutup permukaan tanah dengan sisa tanaman atau plastik akan mempengaruhi iklim tanah dan pengaruhnya dapat dilihat pada suhu, kelembaban, hama penyakit, pertumbuhan gulma serta terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman. Mulsa dapat mencegah tanah dari curah hujan langsung sehingga mengurangi evaporasi dan mengurangi fluktuasi suhu tanah. Penggunaan mulsa pada tanaman ditujukan untuk menjaga kelembaban tanah (Muzirman et al. 2001). Pada mulsa hitam, warna hitam berfungsi sebagai UV stabilizer sehingga plastiknya tahan sengatan sinar matahari dalam waktu yang lama. Sedangkan mulsa warna perak memiliki fungsi ganda yaitu juga dapat memantulkan sinar matahari yang intensitasnya berlebihan. Fungsi mulsa perak antara lain menekan pertumbuhan gulma, menjaga kestabilan kelembaban udara saat musim penghujan ataupun musim kemarau, mengontrol jumlah air yang tersedia, mengirit pemupukan karena distribusi yang baik karena tidak hilang menguap, dan tidak dikonsumsi oleh tumbuhan lain (tanaman pesaing), mengurangi serangan hama dan penyakit karena pantulan sinar bagian plastik yang berwarna putih dan menghemat biaya tenaga kerja dan waktu (Cahyono 2008). Curah Hujan Curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman tomat adalah mm per tahun. Menurut Cahyono (2008), keadaan ini berhubungan erat dengan ketersediaan air tanah bagi tanaman, terutama di daerah yang tidak memiliki saluran irigasi teknis. Pada daerah yang tidak memiliki saluran irigasi teknis, biasanya petani hanya mengandalkan curah hujan untuk memenuhi kebutuhan air

23 7 bagi tanaman. Namun di daerah yang bercurah hujan tinggi akan timbul masalah dalam budi daya tomat. Menurut Marjadi (1992), di daerah beriklim basah tanaman tomat mudah terserang penyakit layu Fusarium dan penyakit-penyakit lainnya yang ditularkan melalui tanah. Dengan demikian pertumbuhan tanaman terhambat dan pada akhirnya produktivitas tanaman menurun. Curah hujan yang tinggi dapat menghambat persarian (pembuahan). METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari 2014 sampai Juni 2014 di lahan milik Stasiun Klimatologi Klas 1 BMKG Dramaga Kota Bogor dan Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah solarimeter, termometer bola basah dan bola kering, digital multimeter, alat budidaya, timbangan analitik, kamera, Microsoft office, Get pixel, Adobe photoshop dan SPSS Statistics 21. Bahan yang digunakan adalah bibit tomat varietas Tora IPB, pupuk, media tanam, mulsa, fungisida, furadan dan data cuaca selama penelitian dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dramaga. Metode Pelaksanaan Persiapan lahan dan penanaman Persiapan lahan yang dilakukan adalah pembersihan lahan dari gulma (rumput), lahan yang bersih akan dibentuk guludan yang juga dicampur dengan pupuk kandang. Bedeng yang dipersiapkan adalah sebanyak 6 dengan jarak antar Gambar 2 Jarak antar tanaman dalam baris

24 8 bedengan adalah 50 cm dengan jarak tanam 60 cm x 50 cm. Lebar bedengan adalah 100 cm. Populasi per bedeng adalah sebanyak 20 tanaman. Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman 1. Tinggi tanaman dan jumlah daun diukur pada 3 sampai 11 MST. Tanaman contoh ditentukan sebanyak satu tanaman di setiap ulangan perlakuan dan bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang sampai ujung daun tertinggi dan jumlah daun dihitung dari bawah sampai atas cabang. 2. Pengamatan perkembangan pada tomat dilakukan dengan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada tanaman seperti munculnya daun, kuncup dan bunga di logbook sesuai tanggal atau hari setelah semai. Pengukuran kondisi iklim mikro 1. Pengukuran radiasi dilakukan pada tiap perlakuan dengan menggunakan tube solarimeter yang diletakkan di bawah dan di atas tajuk tanaman tomat. Pengambilan data dilakukan diantara pukul dengan 3-5 kali pencatatan data. 2. Pengukuran suhu di sekitar tanaman dilakukan pada tiap ulangan dengan menggunakan termometer bola basah dan bola kering. Pengambilan data dilakukan pada pukul 07.00, dan WS. Pengukuran pertumbuhan dan perkembangan tanaman 1. Penimbangan bobot kering total dilakukan di lab terpadu Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB. Tanaman yang akan didestruktif merupakan tanaman acak yang bukan tanaman pinggir (untuk menghindari boundary effect). Bobot kering total didapatkan dari pengovenan tanaman destruktif yang dilakukan pada suhu 100 o C dalam 18 jam. 2. Pengukuran nilai Indeks Luas Daun (ILD) dan Luas Daun Spesifik (LDS) adalah dengan melakukan scan pada semua daun agar dapat diolah menggunakan Software Get Pixel. Pengolahan data 1. Radiasi yang diolah dalam penelitian adalah radiasi intersepsi, efisiensi pemanfaaatan radiasi surya dan albedo a. Nilai efisiensi pemanfaatan radiasi surya (EPR) dapat ditentukan dari kemiringan garis plotting akumulasi intersepsi radiasi(mj m -2 ) dan penambahan berat kering (biomassa) tanaman (g m -2 ). Efisiensi radiasi dapat dihitung dari persamaan sebagai berikut (Handoko 1994): ε = dw Qint ε = Efisiensi pemanfaatan radiasi surya (g MJ -1 ) dw = Penambahan biomassa tanaman (g m -2 ) Q int = Radiasi Intersepsi b. Intersepsi radiasi surya merupakan besarnya jumlah radiasi yang ditahan oleh tajuk tanaman sehingga tidak sampai ke permukaan tanah. Penghitungannya daat dilakukan dengan rumus dibawah ini: Qint = 1-Q trans

25 9 Qint = Qo x (1-exp(-k x ILD) Qint = Radiasi yang diintersepsi tajuk tanaman Qtrans = Transmisi radiasi surya k = Koefisien pemadaman ILD = Indeks Luas Daun c. Nilai albedo merupakan perbandingan antara radiasi yang datang dan dipantulkan. Nilai ini didapatkan dengan membandingkan antara radiasi yang terbaca pada tube solarimeter yang menghadap ke atas dan menghadap ke bawah. Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukkan neraca radiasi dalam penelitian Gambar 3 Ilustrasi neraca radiasi Qtrans = (Q/Q0) x 100% Qtrans = Transmisi radiasi surya (%) Qr = Radiasi pantul dari mulsa (MJ m -2 ) Q0 = Radiasi di atas tajuk (MJ m -2 ) 2. Akumulasi panas dalam penelitian dapat dihitung dengan persamaannya adalah sebagai berikut: n AP = s i=1 (Trataan Tdasar) AP = Akumulasi panas (C o hari); S = Fase perkembangan tanaman; Trataan = Suhu rata-rata harian; Tdasar = Suhu dasar tanaman tomat (10 o C) 3. Indeks luas daun (ILD) dihitung dengan menggunakan software getpixel. ILD dapat ditentukan dengan rumus: ILD (m 2 m -2 ) = luas daun/luas lahan x jumlah populasi. 4. Luas daun spesifik atau Specific leaf area (SLA) merupakan suatu nilai yang menggambarkan tingkat ketebalan daun. Nilai SLA didapatkan dengan menggunakan rumus: SLA (cm 2 g -1 ) = luas daun / berat kering daun.

26 10 5. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor yaitu warna mulsa. Warna mulsa yang digunakan yaitu mulsa hitam dan perak. Penelitian ini diulang tiga kali sehingga terdapat 6 bedeng tanaman. Yij = µ + αi+ e ij Yij = Hasil pengamatan perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ = Rataan umum αi = Pengaruh perlakuan hasil yang diperoleh dari perbedaan pemakaian mulsa ke-i e ij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j i = 1, 2 j = 1, 2, 3, Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji F, apabila terdapat pengaruh nyata (F hitung > F tabel) maka akan diuji lanjut dengan uji duncan multiple range test (DMRT). Analisis statistik dilakukan untuk melihat ada tidaknya perbedaan perkembangan dan pertumbuhan tanaman tomat akibat ada tidaknya pemakaian mulsa. Pengujian dilakukan menggunakan uji F. Pengaruh perlakuan dikatakan sebagai pengaruh nyata apabila F tabel lebih kecil daripada F hitung. F hitung = kuadrat tengah perlakuan kuadrat tengah galat HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Cuaca selama Penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan dramaga yang tepatnya berlokasi di desa Situgede. Berdasarkan data BMKG yang diperoleh telah tercatat bahwa selama penelitian daerah ini memiliki kondisi cuaca dengan suhu rata rata sebesar 25.7 o C, rata rata kelembaban 85.8 % dan curah hujan rata rata sebesar 16 mm. Pada Gambar 4 di bawah ini suhu rata-rata di sekitar mulsa perak adalah sebesar 29.5 o C sedangkan suhu suhu rata-rata di sekitar mulsa hitam adalah sebesar 28.6 o C. Suhu di sekitar mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam karena mulsa perak berperan untuk memantulkan cahaya di sekitar tanaman yang menyebabkan suhu semakin meningkat. Pada awal masa penyemaian, suhu di sekitar tanaman tomat tidak terlalu tinggi sehingga proses pertumbuhan pun tidak mengalami gangguan. Masa penyemaian membutuhkan keadaan yang relatif lembab dengan suhu yang tidak tinggi. Pada tinjauan pustaka mengenai iklim mikro khususnya suhu juga telah disebutkan bahwa perubahan beberapa derajat saja dapat menyebabkan perubahan yang nyata dalam laju pertumbuhan tanaman. Sehingga faktor suhu yang tinggi di sekitar tanaman tomat akan menyebabkan lebih cepatnya waktu pemanenan karena suhu sangat berpengaruh pada proses perkembangan tomat (Redaksi agromedia 2007).

27 11 Suhu ( O C) bb mulsa perak bk mulsa perak bk mulsa hitam bb mulsa hitam 0 05-Apr Apr Apr Apr Mei Mei-14 HST Gambar 4 Kondisi suhu rata-rata saat penelitian suhu bola kering dan suhu bola basah Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah adanya hari hujan di daerah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan hari tidak hujan. Hari terjadi hujan dan tidak hujan berturut turut tercatat sebanyak 82 hari dan 23 hari. Pada awal penanaman atau penyemaian tanaman tomat, curah hujan berada pada kisaran 2 sampai 58 mm per hari. 17-Mei Mei Mei Jun Jun CH (mm) Maret 2014 Pindah Tanam Hari Setelah Semai (HSS) Gambar 5 Kondisi curah hujan saat penelitian

28 12 Kisaran curah hujan tersebut menyebabkan pada saat fase penyemaian terjadi etiolasi pada pertumbuhan tanaman tomat. Hal ini akibat penutupan awan sepanjang masa penyemaian sehingga intensitas radiasi yang diterima tanaman tomat tidak optimal. Jumlah hari hujan yang banyak dari pemindahan tanam sampai awal masa panen tanaman tomat membuat ketersediaan air mencukupi walaupun tidak ada saluran irigasi teknis. Namun, curah hujan yang terlalu tinggi saat berlangsungnya penanaman tomat juga dapat menyebabkan terjadinya penghambatan proses persarian. Pada Gambar 5 tersebut juga dijelaskan bahwa awal mula pindah tanam dilakukan pada tanggal 23 Maret 2014 yang menunjukkan kondisi curah hujannya dalam tingkat sedang. Curah hujan yang terlalu tinggi pada saat melakukan pindah tanam dapat meningkatkan resiko tanaman tidak dapat bertahan hidup karena cabang dan batang yang masih lemah sehingga rentan dengan air hujan yang sangat deras. Radiasi Global Harian Pengukuran intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian ini merupakan data primer yang menggunakan tube solarimeter. Alat ini akan menunjukkan nilai radiasi sesaat yang diterima pada saat terdapat radiasi yang sampai ke permukaan tube solarimeter. Tidak meratanya intensitas radiasi yang didapatkan pada penelitian disebabkan adanya penutupan awan yang sering terjadi di daerah ini. Gambar 6 di bawah ini merupakan rataan Qo yang didapatkan dari kalibrasi dengan BMKG untuk mengetahui kondisi radiasi yang berada di atas tajuk selama penelitian. Radiasi global rata-rata yang diperoleh selama penelitian adalah sebesar 20 MJ/m 2 /hari sedangkan total radiasi global didapatkan sebesar 1447 MJ/m 2. Penerimaan radiasi di setiap wilayah sering mengalami perbedaan dikarenakan terjadinya penutupan awan yang berbeda dan penyinaran radiasi dalam panjang hari yang tidak sama. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya penerimaan radiasi yang tidak sama dikarenakan seperti jarak antara matahari dan bumi, sudut datang, dan pengaruh dari atmosfer. Menurut Handoko (1993) besar penerimaaan radiasi surya di permukaan bumi mengalami variasi dikarenakan perbedaan tempat dan waktu. Gambar 6 Nilai radiasi global rata rata harian selama penelitian

29 13 Albedo Albedo Radiasi surya yang sampai ke permukaan akan mengalami pemantulan dan penyerapan radiasi. Albedo adalah perbandingan antara radiasi surya yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Menurut Akbari (2008) vegetasi berdaun lebar memiliki nilai albedo 0.15 sampai Grafik albedo yang ada di bawah ini menunjukkan penutupan lahan yang dikarenakan oleh mulsa. Pada penelitian ini nilai albedo pada mulsa perak memiliki rata rata 0.53 sedangkan pada mulsa hitam memiliki rata rata Radiasi reflektansi adalah pola hamburan yang berasal dari permukaan yang seragam secara spasial seperti daun tanaman atau pun bisa zat lain yang dapat memantulkan cahaya berbeda dari unsur serupa di dekatnya. Permukaan yang berbeda juga memiliki albedo yang berbeda karena albedo sangat dipengaruhi oleh distribusi spektral dan sudut cahaya yang datang (Coakley 2003). Menurut Vukovich et al. (1987) nilai albedo dan temperatur udara permukaan tertinggi ditemui pada daerah dengan karakeristik vegetasi jarang dan pada musim kering. Nilai albedo terendah dan temperatur udara permukaan terendah ditemui pada daerah yang karakteristik vegetasi yang rapat dan pada musim basah. Nilai albedo pada Gambar 7 di bawah ini menunjukkan bahwa mulsa perak memiliki nilai lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam disebabkan karena mulsa perak cenderung semakin banyak memantulkan radiasi yang lebih banyak dibandingkan mulsa hitam. 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 waktu penelitian Gambar 7 Nilai albedo selama penelitian di sekitar tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Akumulasi Panas Tanaman Akumulasi panas yang diperlukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan masak fisiologis tanaman tomat sejak dari semai hingga buah masak pada penelitian ini adalah 1636 o C hari. Nilai ini diperoleh dari perhitungan akumulasi suhu rata-

30 14 rata harian dengan suhu dasar (10 o C). Rata-rata suhu udara di sekitar tanaman tomat adalah pada 26.3 o C. Menurut Koesmaryono (2002) degree day tidak dipengaruhi oleh perbedaan lokasi dan waktu tanam. Tanaman tomat ini merupakan tanaman netral yang fenologinya dapat diukur dihitung atau diduga dengan konsep degree day (heat unit). Penelitian sebelumnya tentang heat unit pada tanaman tomat telah dilakukan dengan akumulasi total sampai panen adalah 1692 o C hari (Syakur 2012). Nilai tersebut tidak berbeda jauh dengan akumulasi panas total dengan penelitian ini. Perbedaan jumlah akumulasi panas total dikarenakan penelitian sebelumnya dilakukan didalam rumah tanaman. Dalam rumah tanaman, suhu dan indikator cuaca yang lain dapat diatur sedangkan penelitian ini dilakukan di lapang yang kondisinya memang tergantung pada cuaca di sekitar lokasi penelitian. Akumulasi panas yang yang dibutuhkan saat muncul kuncup pertama sampai matang pertama adalah sebesar o C hari. Tabel 1 di bawah ini merupakan penggambaran fase perkembangan yang dialami oleh tanaman tomat sesuai dengan akumulasi panas yang diperoleh pada saat penelitian berlangsung. Tabel 1 Akumulasi panas (AP) tanaman tomat Akumulasi Panas HSS s ( C hari) Fase Perkembangan masa tanam muncul tunas muncul 2 daun muncul 4 daun cabang dan daun mulai terlihat banyak muncul kuncup (ditutup oleh kelopak) bunga mulai mekar bunga mengalami mekar sempurna (berwarna kuning) bunga menutup kembali dan berwarna kecoklatan bunga mulai gugur dan muncul bakal buah muncul truss pertama muncul truss kedua muncul truss kempat muncul truss ke-5 dan muncul truss ketujuh muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke buah masak

31 15 Pada Tabel 2 di bawah ini dapat dilihat bahwa rata-rata laju akumulasi panas munculnya truss tomat dari truss pertama sampai terakhir yang telah dihitung adalah 0.7 truss/hari. Namun laju truss dalam satuan truss/ C hari nilainya semakin meningkat dari awal kemunculan truss pertama sampai terakhir yaitu dari Hal ini menunjukkan bahwa semakin hari laju truss semakin meningkat karena semakin tinggi akumulasi panas yang didapatkan oleh tanaman menyebabkan proses perkembangan truss semakin cepat. Tabel 2 Laju truss tanaman tomat Akumulasi Laju Truss Laju Truss HSS Panas Perkembangan (truss/hari) (truss/ C hari) muncul truss kedua muncul truss ketiga muncul truss kempat muncul truss ke-5 dan muncul truss ketujuh muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke muncul truss ke Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Tomat Tinggi tanaman Tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kondisi lingkungan di sekitar, perlakuan, dan sifat genetik dari tanaman itu sendiri. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setelah pindah tanam dari fase penyemaian untuk mengetahui terjadinya perbedaan akibat diberikan perlakuan yang berbeda. Hasil rata rata tinggi tanaman tomat menunjukkan bahwa perlakuan pada mulsa perak memiliki tinggi rata rata yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan pada mulsa hitam. Tinggi rata-rata pada perlakuan mulsa perak dan hitam secara berturut-turut adalah 59 cm dan 45 cm. Tinggi maksimum pada tanaman tomat diperoleh sebesar 110 cm pada mulsa perak. Hal ini dikarenakan mulsa perak dapat memperbesar radiasi yang dapat diterima oleh tanaman untuk melakukan proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang lebih besar pada mulsa perak akan mempengaruhi kondisi fisiologis tanaman tomat. Oleh sebab itu, perlakuan mulsa perak menghasilkan tinggi rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam yang tidak dapat memantulkan radiasi yang diterima ke tanaman. Di bawah ini merupakan grafik tinggi tanaman tomat yang dimulai dari satu minggu setelah pindah tanam.

32 Tinggi Tanaman (cm) MST Gambar 8 Tinggi rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam. ( ) Hasil uji statistik pada tinggi tanaman tomat yang diperoleh menunjukkan bahwa perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada umur 7 sampai 10 MST namun pada saat setelah awal pindah tanam yaitu berkisar antara 1 sampai 6 MST perbedaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata karena selisih tinggi yang rendah di antara kedua perlakuan. Tabel 3 Pengaruh jenis mulsa terhadap tinggi rata-rata tanaman Umur Tinggi rata-rata (cm) Perak Hitam 1 MST a 7.83 a 2 MST ab 10 ab 3 MST b 16.5 bc 4 MST c 22.67c 5 MST 55 d d 6 MST 67 e e 7 MST 72 e f 8 MST 91.3 f 73 g 9 MST g h 10 MST h i Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5%

33 17 Jumlah daun Pertumbuhan tanaman tomat dilihat juga dari banyaknya jumlah daun yang muncul di tiap minggu. Jumlah daun rata-rata pada perlakuan mulsa perak lebih besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam. Jumlah daun rata-rata pada mulsa perak dan hitam secara berturut-turut adalah 255 dan 159 daun. Hal ini disebabkan oleh kemampuan mulsa perak yang dapat membuat radiasi yang diterima tanaman menjadi lebih besar karena pemantulannya sehingga proses fotosintesis untuk pembentukan daun juga berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan mulsa hitam. Di bawah ini merupakan grafik jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada 1 sampai 11 MST. Jumlah daun MST Gambar 9 Jumlah daun rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Pada Gambar 9 di atas terlihat bahwa selisih daun pada mulsa perak dan mulsa hitam sangat berbeda. Faktor utama yang menyebabkan besarnya perbedaan selisih jumlah daun ini adalah munculnya penyakit pada daun tomat di perlakuan mulsa hitam, tepatnya umur 7 MST saat tanaman tomat sudah mulai berbunga. Penyakit daun tersebut menyebabkan daun kering dan menghambat pertumbuhan bakal daun yang muncul sehingga jumlah daun pada kedua perlakuan memiliki perbedaan yang sangat signifikan. Pada grafik diatas, dapat dilihat pada 11 MST terjadi penurunan jumlah daun di kedua perlakuan. Hal ini dikarenakan terjadi pengalokasian konsentrasi energi yang biasanya ke daun telah berubah dan berpusat ke buah tomat sehingga daun yang hijau mulai berkurang di bagian bawah dan mengering. Hasil uji statistik yang diperoleh pada Tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa berpengaruh nyata pada jumlah daun saat umur 6 sampai 11 MST sedangkan pada saat awal setelah pindah tanam antara 1 sampai 5 MST perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

34 18 Tabel 4 Pengaruh jenis mulsa terhadap jumlah daun rata-rata tanaman Umur Jumlah daun rata-rata (cm) Perak Hitam 1 MST 11.0 a 9.0 a 2 MST 24.0 ab 15 a 3 MST 49 bc 23 a 4 MST 62 c 33 a 5 MST 121 d 56 b 6 MST 240 e 153c 7 MST 355 f 168 c 8 MST 426 g 227 d 9 MST 481 h 346 e 10 MST 503 hi 351 e 11 MST 530 i 368 e Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5% Berat kering total per tanaman Berat kering pada tanaman merupakan bukti suatu tanaman mengalami pertumbuhan. Rata-rata berat kering tanaman tomat pada perlakuan mulsa perak lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Berat rata-rata maksimum yang didapatkan adalah sebesar 89 g. 120 Biomassa Kering Total (g) MST Gambar 10 Berat kering total rata-rata tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Pada Gambar 10 diperoleh bahwa peningkatan berat kering juga menunjukkan bahwa tanaman mengalami pertumbuhan. Hal ini dikarenakan berat kering meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Peningkatan drastis

35 19 bobot kering total terjadi saat umur tanaman mencapai 11 MST. Hal ini dikarenakan proporsi buah yang mulai banyak muncul sehingga menambah bobot kering total pada kedua perlakuan meningkat secara signifikan. Tabel 5 Pengaruh jenis mulsa terhadap berat kering total rata-rata tanaman Umur Berat kering rata-rata Perak Hitam 3 MST 0.03 a 0.01 a 5 MST 0.69 a 0.25 a 7 MST 9.44 a 2.19 a 9 MST b b 11 MST c c Huruf yang sama pada masing masing baris yang dipisahkan garis menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut uji nilai tengah Duncan taraf nyata 5% Hasil uji statistik menyatakan bahwa perlakuan perbedaan jenis mulsa tidak berpengaruh nyata pada rata-rata berat kering total tanaman tomat. Selisih rata rata yang kecil menyebabkan perlakuan tidak berpengaruh nyata. Namun jika diliat dari kondisi berat kering rata-rata saat pengukuran tercatat bahwa perlakuan menggunakan mulsa perak lebih tinggi dibandingkan dengan mulsa hitam. Indeks Luas Daun dan Koefisien Pemadaman Indeks luas daun merupakan salah satu faktor yang menentukan besarnya radiasi intersepsi yang diterima oleh tanaman. Besarnya nilai ILD dapat menggambarkan kerapatan suatu tajuk tanaman. 1,6 1,2 ILD 0,8 0,4 0, MST Gambar 11 ILD tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( ) Pada Gambar 11, semakin besarnya nilai ILD akan mempengaruhi besarnya tajuk dan kerapatan pada tanaman. Hal ini akan menyebabkan radiasi yang sampai

36 20 di bawah permukaan tanah menjadi semakin sedikit. Nilai ILD pada penelitian ini menunjukkan nilai yang semakin meningkat dari umur terendah ke umur tertinggi. Nilai ILD tertinggi pada tanaman tomat didapatkan pada saat tanaman akan mengalami masa panen yaitu pada 11 MST dengan nilai 1.2. Menurut Pangaribuan et al. (2008) tanaman tomat mengalami indeks luas daun maksimum dengan nilai Nilai k (koefisien pemadaman) menunjukkan seberapa besar kekuatan tajuk tanaman tomat untuk menahan radiasi yang akan sampai ke permukaan tanah. Koefisien pemadaman pada tomat umumnya adalah berkisar 0.75 (Hauvelink 1995), pada penelitian ini nilai k rata rata adalah Nilai k yang terhitung ini sangat kecil dan selisihnya jauh dengan koefisien pemadaman pada rujukan. Nilai k = 0.75 menunjukkan bahwa radiasi transmisi pada tanaman tomat lebih kecil atau daunnya lebih lebat dibandingkan dengan tanaman tomat yang memiliki nilai k = Perbedaan selisih yang sangat jauh ini disebabkan oleh beberapa hal seperti munculnya penyakit pada daun tomat, proses pengukuran radiasi dan penempatan tube solarimeter. Koefisien pemadaman tajuk dipengaruhi oleh sifat optik daun, sudut daun, dan transmibilitas daun. Hasil pengukuran k yang didapat menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya nilai LAI maka nilai k semakin menurun. Menurut Boer dan Las (1994), penurunan nilai k dengan peningkatan ILD disebabkan belum sempurnanya penutupan tajuk tanaman sehingga alat tube solarimeter masih dapat menerima radiasi langsung. Luas Daun Spesifik Luas daun spesifik atau Specific Leaf Area (SLA) merupakan indikator yang menunjukkan ketebalan daun. Semakin besar nilai SLA maka akan menunjukkan bahwa daun yang terbentuk memiliki tekstur yang tipis. Berdasarkan gambar di bawah ini dapat dilihat pada saat awal pemindahan tanam, daun tomat memiliki SLA yang kecil karena daun yang muncul memiliki tekstur yang tebal dan luas daun yang rendah. SLA (cm²/gr) MST Gambar 12 Nilai SLA tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )

37 21 Pada umur pertengahan setelah pindah tanam yaitu pada umur 7-11 MST terlihat penurunan nilai SLA pada daun, pada nilai tersebut daun memiliki tekstur yang lebih tebal dengan luas daun yang lebar. Perlakuan mulsa perak dan hitam terhadap SLA dapat dilihat pada Gambar 12 menunjukkan bahwa rata rata nilai SLA pada perlakuan mulsa perak lebih rendah dibandingkan dengan mulsa hitam. Pada umur pertengahan tanaman tomat dapat dilihat bahwa antara mulsa perak dan hitam memiliki nilai yang hampir sama dengan grafik yang menurun. Hal ini menunjukkan bahwa SLA yang berbeda hanya terjadi pada awal penanaman, sedangkan pada umur 11 MST memiliki nilai SLA yang selisih nya sedikit. Perbedaan ketebalan pada daun yang tidak sama ini juga dipengaruhi oleh faktor sebaran daun dalam tajuk yang menyebabkan cahaya yang diterima oleh daun tidak selalu dalam jumlah yang sama dan rata. Menurut Hauvelink (1995) rata-rata SLA tanaman tomat pada musim panas adalah cm 2 /gr dan pada musim dingin adalah cm 2 /gr. Intersepsi Radiasi Intersepsi radiasi merupakan besarnya radiasi yang mampu di tahan oleh tajuk tanaman. Nilai yang didapatkan dari penelitian menunjukkan bahwa intersepsi radiasi mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya MST. Dalam hal ini intersepsi radiasi memiliki nilai tertinggi pada umur 11 MST yaitu sebesar MJ/m 2 /minggu pada perlakuan mulsa perak dan MJ/m 2 /minggu pada perlakuan mulsa hitam. Nilai tertinggi pada umur tanaman yang sama ini dikarenakan bahwa pada saat 11 MST tanaman masih mengalami masa vegetatif yang optimum. Dapat dilihat pada Gambar 13 di bawah ini bahwa perlakuan mulsa perak menghasilkan nilai intersepsi radiasi yang tinggi daripada mulsa hitam Qint MJ/m²/minggu MST Gambar 13 Nilai radiasi intersepsi tanaman tomat pada mulsa perak ( ) dan mulsa hitam ( )

38 22 Efisiensi Pemanfaatan Radiasi Surya Efisiensi pemanfaatan radiasi surya atau Radiation Use Efficiency (RUE) merupakan nilai yang menunjukkan efisiensi radiasi surya dalam proses fotosintesis tanaman untuk menghasilkan biomassa tanaman. Efisiensi pemanfaatan radiasi surya seperti yang telah dijelaskan pada metode penelitian dapat ditentukan dengan membuat plotting kemiringan antara penambahan biomassa dan akumulasi intersepsi radiasi yang diterima oleh tanaman tomat. Perlakuan mulsa perak lebih menghasilkan nilai RUE yang lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Semakin besar nilai RUE maka semakin efisien tanaman dalam menggunakan radiasi surya dan semakin besar pula biomassa yang dihasilkan. Nilai RUE semusim dapat diperoleh dari perbandingan antara penambahan biomassa dan jumlah akumulasi radiasi intersepsi selama musim penanaman berlangsung. Nilai RUE yang hasilkan dari penghitungan tersebut adalah 1.8 g/mj/musim untuk tanaman dengan perlakuan mulsa hitam dan 1.7 g/ MJ/ musim untuk tanaman dengan perlakuan mulsa perak. Nilai RUE untuk tanaman C3 semusim, termasuk tanaman tomat adalah g/mj (Stockle dan Kemanian 2009). Pengaruh Faktor Lain Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman selain suhu dan radiasi yang ada di sekitarnya. Curah hujan, kelembaban dan arah angin juga merupakan beberapa faktor yang dapat menentukan kondisi pertumbuhan tanaman. Dalam proses pertumbuhannya tanaman juga mengalami berbagai masalah yang berhubungan dengan hama dan penyakit. Curah hujan yang cukup dan kelembaban yang memadai membuat penyakit tanaman mudah muncul menyerang tanaman tomat selama dilakukan penelitian. Hama dan penyakit mulai menyerang saat tanaman tomat memasuki fase mulai munculnya buah. Hama yang muncul adalah ulat tomat buah, hama ini memiliki gejala yang serangannya adalah terdapat buah tomat yang berlubang. Buah tomat yang terserang hama ini akan menjadi busuk dan jatuh ke tanah. (a) (b) Gambar 14 Hama dan penyakit (a ) ulat tomat buah (b) bercak kering alternaria (dokumen pribadi)

39 23 Berbeda lagi gejalanya dengan penyakit yang menyerang tanaman tomat. Penyakit yang menyerang beberapa tanaman tomat juga ditemukan saat tanaman berada dalam fase munculnya buah. Penyakit yang menyerang tanaman tomat saat penelitian ini adalah bercak kering Alternaria. Penyakit ini disebabkan oleh patogen cendawan Alternaria solani. Gejala serangannya berupa bercak coklat dengan garis-garis melingkar berwarna lebih gelap pada daun tomat. Buah yang terserang penyakit ini juga menunjukkan gejala permukaan buah menjadi pecah-pecah (Setiawati et al. 2001). Bobot Buah Total Bobot buah total merupakan bobot buah yang dihitung secara kumulatif dari awal panen sampai akhir. Pada Gambar 15 di bawah ini bobot buah tiap panen dibedakan di tiap masing-masing tanaman untuk mengetahui bobot per tanaman pada varietas Tora. Menurut deskripsi varietas, tomat ini dapat menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar g. Pada penelitian yang telah dilakukan, tomat dengan perlakuan mulsa perak menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1412 g sedangkan perlakuan mulsa hitam menghasilkan bobot buah per tanaman sebesar 1124 g. Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas pada tomat dengan perlakuan mulsa perak lebih menghasilkan bobot per tanaman yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan mulsa hitam karena pada mulsa perak pemantulan radiasi lebih banyak diterima oleh tanaman dan suhu di sekitar tanaman lebih tinggi sehingga proses perkembangannya lebih cepat. Tomat varietas Tora memiliki tingkat produksi ton/ha. Biasanya dalam per hektar dibutuhkan sekitar sampai tanaman Bobot Buah (g) HST Gambar 15 Bobot buah tomat selama masa panen pada perlakuan mulsa perak ( ) dan mulsa hitam( ) Penghitungan biaya pengeluaran dan pendapatan yang dilakukan selama penelitian khusus dalam hal yang berhubungan dengan budidaya tomat telah

40 24 dilakukan (Lampiran 6). Hasilnya menyatakan bahwa pendapatan yang didapatkan dari hasil panen lebih besar dibandingkan pengeluaran. Namun hasil panen yang berkontribusi besar dalam pendapatan adalah panen dari tomat dengan perlakuan mulsa perak karena memang produksi pada perlakuan tersebut lebih besar dibandingkan dengan mulsa hitam. Hasil wawancara dengan petani tomat juga telah dilakukan, petani tomat mengakui bahwa penggunaan mulsa dapat memberikan manfaat positif yaitu tingkat panen yang 20% lebih besar dibandingkan dengan tanaman tomat yang tidak memakai mulsa. Namun kendala bagi para petani adalah berada pada modal awal, karena harga mulsa ini memang tidak murah yang menyebabkan para petani mengurungkan niat untuk memakai mulsa. Namun saat musim kedua penanaman tomat biasanya para petani berani untuk menggunakan mulsa karena telah memiliki modal awal dari panen tomat sebelumnya. Pembudidayaan tomat yang sering dilakukan berada di wilayah Cisarua Bogor karena memang ketinggian disana sangat cocok untuk dibuat sebagai tempat budidaya tomat sehingga bobot buah per tanaman dapat mencapai g per tanaman. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kondisi iklim mikro pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak dan hitam ternyata memiliki perbedaan. Radiasi intersepsi total di tanaman pada perlakuan mulsa perak dan hitam berturut-turut adalah sebesar MJ m -2 dan MJ m - 2 dengan nilai RUE semusimnya 1.7 g/mj dan 1.8 g/mj. Indek luas daun dari tanaman tomat yang menggunakan mulsa perak ternyata juga menghasilkan nilai yang lebih besar yaitu 1.2. Dari segi produksi, bobot buah per tanaman pada mulsa perak diperoleh sebesar 1412 g sedangkan pada mulsa hitam sebesar 1124 g dan biomassa kering total pada tanaman dengan perlakuan mulsa perak yang 13% lebih besar dibandingkan dengan tanaman dengan perlakuan mulsa hitam. Budidaya dengan menggunakan mulsa perak perlu dimanfaatkan sebagai modifikasi iklim mikro pada tanaman tomat untuk meningkatkan produksi dan pendapatan yang lebih baik. Saran Pemakaian mulsa untuk membudidayakan tanaman tomat lebih baik menggunakan mulsa perak untuk mengoptimalkan hasil panen. Mulsa yang disarankan untuk dipakai adalah mulsa yang agak tebal untuk menghindari terjadi kerusakan mulsa. Mulsa yang rusak atau robek dapat membuat gulma lebih cepat tumbuh dan akan mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman. Pemeliharaan tanaman juga harus dilakukan lebih intensif untuk menghindari hama dan penyakit tanaman yang dapat menurunkan produktivitas.

41 25 DAFTAR PUSTAKA Akbari H Saving energy and improving air quality in urban heat islands. Berkeley: American Institute of Physics Arif AB Pendugaan Heterosis dan Heterobeltiosis pada Enam Genotipe Cabai Menggunakan Analisis Silang Dialel Penuh. Jurnal Hortikultura, 22(2): Cahyono B Usaha Tani dan Penanganan Pascapanen pada Tomat. Yogyakarta: Kanisius Coakley JA Reflektance and Albedo Surface. USA: Elsevier Science Handoko Klimatologi Dasar. Jakarta: Pustaka Jaya Harjadi SS Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Heuvelink E Dry matter production in a tomato crop. Journal annals of botany, 75: Insani RC Kesesuaian Arah Baris Penerimaan Rasiasi Surya dan Kerapatan Populasi terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Katsura K, Maeda S, Lubis L, Horie T, Cao W, Shiraiwa T The high yield of irrigated rice in Yunnan China: a cross-location analysys. Field Crops Res 101, 1-11 Koesmaryono Y, Sangadji S, June T Akumulasi panas tanaman soba (Fagopyrum esculentum) cv. Kitaware pada Dua Ketinggian di Iklim Tropika Basah. Jurnal Agromet Indonesia, 15 (1):8-13 Marjadi SS Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Mavi HS, Tupper GJ Agrometeorology : Principles and Applications Of Climate Studies In Agriculture. USA: Haworth Press Muzirman, Hendri P Penggunaan Mulsa Plastik Hitam Perak pada Cabe Kering. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Pangaribuan D, Pujisiswanto H Pemanfaatan kompos jerami untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah tomat. Seminar Nasional Sains dan Teknologi, VII: 1-10 Purwati E, Khairunisa Budidaya Tomat Dataran Rendah. Jakarta: Penebar Swadaya Rosenberg NJ Microclimate : The Biological Environment. Newyork: John Wiley & Sons Thompson HC, Kelly Vegetable Crops. New York: McGraw Hill Book Co Sangadji S Pengaruh iklim tropis di dua ketinggian tempat yang berbeda terhadap potensi hasil tanaman soba (Fagopyrum esculentum Moench) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW Fisiologi Tanaman. Jilid 3. Bandung : Institut Teknologi Bandung Setiawati W, Sulastrini I, Gunaeni N Penerapan Teknologi PHT pada Tanaman Tomat. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran Sinclair TR, Muchow RC Radiation Use Efficiency. Adv. Agron 65, Sitaniapessy PM. Pengaruh Jarak Tanam dan Besarnya Populasi Tanaman terhadap Absorbsi Radiasi Surya dan Produksi Jagung (Zea mays L.) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor

42 26 Stockle CO, Kemanian AR Crop radiation capture and use efficiency: A framework for crop growth analysis. In Crop Physiology.Academic Press, Elsevier Inc.p Suryani R Karakteristik Beberapa Galur Kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada Berbagai Tingkat Ketersediaan Air Tanah [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Syakur A Pendekatan satuan panas (heat unit) untuk penentuan fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman tomat di dalam rumah tanaman (greenhouse). Jurnal Agroland, 19(2): Vukovich, Fred MT, David LM, Robert E Surface temperature and Albedo Relationships in Senegal derived from NOAA-7 satellite data. Remote Sensing of Enviroment, 22:413 Wijonarko Pengetahuan Praktis Tomat. Jakarta: CV Yasaguna Wilkerson GG, Jones JW, Boote KJ, Mishoe JW Modelling soybean growth for crop management. Journal of Agriculture, 26:63-73

43 27 LAMPIRAN Lampiran 1 Deskripsi tomat varietas Tora IPB Tomat varietas Tora IPB (Faperta IPB 2014) Asal : Dalam negeri Golongan varietas : Bersari bebas Tipe : Determinate Tinggi tanaman : cm Bentuk penampang batang : Segiempat Diameter batang : cm Warna batang : Hijau muda Bentuk daun : Tipe 3 UPOV Ukuran daun : Panjang cm Lebar cm Warna daun : Hijau gelap Warna kelopak bunga : Hijau muda Warna mahkota bunga : kuning Warna kepala putik : kuning Warna benang sari : kuning Umur mulai berbunga : HST Umur mulai panen : HST Bentuk buah : Agak lonjong Ukuran buah : Panjang cm Diameter cm Warna buah muda : Hijau muda Warna buah intermediet : Orange Warna buah tua : Merah mengkilap Tebal kulit buah : cm Rasa buah : Tidak asam Bentuk biji : pipih Warna biji : coklat Bobot per buah : g Jumlah buah per tanaman : buah Bobot buah per tanaman : g Hasil buah per hektar : ton per ha

44 28 Populasi per hektar : tanaman Penciri utama : Bentuk agak lonjong Buah tidak terlalu asam Keunggulan varietas : Varietas bersari bebas; Bobot buah besar; Potensi produksi tinggi Wilayah adaptasi : Dataran rendah

45 29 Lampiran 2 Data cuaca selama penelitian Tanggal BK ( o C) BB ( o C) Kelembaban (%) 20-Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Feb Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Mar Apr

46 30 Tanggal BK ( o C) BB ( o C) Kelembaban (%) 02-Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

47 Tanggal BK ( o C) BB ( o C) Kelembaban (%) 15-Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Jun Jun Jun Jun

48 32 Lampiran 3 Indeks luas daun dan radiasi intersepsi (nilai k = 0.75) minggu ke- ILD/hari (hitam) ILD/hari(perak) Qint (hitam) Qint (perak)

49 minggu ke- ILD/hari (hitam) ILD/hari(perak) Qint (hitam) Qint (perak)

50 34 Lampiran 4 Radiasi global. radiasi transmisi dan radiasi reflektan Tanggal Mulsa Perak Mulsa Hitam Qt Qr Qt Qr Qo 05-Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Apr Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei

51 35 Mulsa Perak Mulsa Hitam Tanggal Qt Qr Qt Qr Qo 13-Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Mei Jun Jun Jun Jun

52 36 Lampiran 5 Bobot buah total per panen Bobot buah (gram) Tanggal Panen ke- Perak (gram) Hitam (gram) 11-Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jun Jul Jul Lampiran 6 Anggaran pengeluaran dan pendapatan Nama Barang Harga per Jumlah Total (Rp) satuan (Rp) Total Pengeluaran Pupuk NPK kg Mulsa plastik hitam Untuk 2 kali Mulsa plastik perak penanaman Benih tomat insektisida /50 ml Furadan /kg ¼ kg Fungisida bubuk 5000/bungkus Total Total Pendapatan Tomat pada mulsa 6000/kg 36 kg perak Tomat pada mulsa 6000/kg 15 kg hitam Total

53 37 Lampiran 7 Gambar dokumentasi selama penelitian Pengolahan tanah Penyemaian Pindah tanam Munculnya kuncup Tanaman pada mulsa hitam Tanaman pada mulsa perak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Iklim Mikro di Dalam Rumah Tanaman Kondisi suhu udara di dalam rumah tanaman selama penelitian berlangsung disajikan pada Gambar 12. 40 36 Suhu ( o C) 32 28 24 20

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Morfologi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Kacang Tanah Kacang tanah tergolong dalam famili Leguminoceae sub-famili Papilinoideae dan genus Arachis. Tanaman semusim (Arachis hypogaea) ini membentuk polong dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakchoy (Brassica rapa L.) Pakchoy (Sawi Sendok) termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

STAF LAB. ILMU TANAMAN

STAF LAB. ILMU TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat 1) Botani dan morfologi tanaman tomat Dalam klasifikasi tumbuhan, tanaman tomat termasuk kelas Dicotyledonae (berkeping dua). Secara lengkap ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

PENDEKATAN SATUAN PANAS (HEAT UNIT) UNTUK PENENTUAN FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN TOMAT DI DALAM RUMAH TANAMAN (GREENHOUSE)

PENDEKATAN SATUAN PANAS (HEAT UNIT) UNTUK PENENTUAN FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN TOMAT DI DALAM RUMAH TANAMAN (GREENHOUSE) J. Agroland 19 (2) : 96-101, Agustus 2012 ISSN : 0854-641X PENDEKATAN SATUAN PANAS (HEAT UNIT) UNTUK PENENTUAN FASE PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TANAMAN TOMAT DI DALAM RUMAH TANAMAN (GREENHOUSE) Heat Unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan studi populasi tanaman terhadap produktivitas dilakukan pada dua kali musim tanam, karena keterbatasan lahan. Pada musim pertama dilakukan penanaman bayam

Lebih terperinci

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Bahan tanaman Bahan kimia Peralatan Metode Penelitian METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Rumah Plastik di Kebun Percobaan Ilmu dan Teknologi Benih IPB, Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) berasal dari benua Amerika Selatan, diperkirakan dari lereng pegunungan Andes, di negara-negara Bolivia, Peru, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Objek yang digunakan pada penelitian adalah tanaman bangun-bangun (Coleus amboinicus, Lour), tanaman ini biasa tumbuh di bawah pepohonan dengan intensitas cahaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan, diantaranya tanaman buah, tanaman hias dan tanaman sayur-sayuran. Keadaan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 7 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman di lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan Darmaga Bogor. Kebun percobaan memiliki topografi datar dengan curah hujan rata-rata sama dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 21 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Dramaga, keadaan iklim secara umum selama penelitian (Maret Mei 2011) ditunjukkan dengan curah

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 18 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Model pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dengan berbagai taraf penunasan dibangun melalui dua kegiatan yaitu (1) percobaan lapangan, dan (2) penyusunan model. Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Perlakuan kadar air media (KAM) dan aplikasi paclobutrazol dimulai pada saat tanaman berumur 4 bulan (Gambar 1a) hingga tanaman berumur 6 bulan. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN e-j. Agrotekbis 3 (6) : 717-724, Desember 2015 ISSN : 2338-3011 PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) PADA BERBAGAI PERSENTASE NAUNGAN Growth and Yield of Tomato (Lycopersicum

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini berlangsung di kebun manggis daerah Cicantayan Kabupaten Sukabumi dengan ketinggian 500 700 meter di atas permukaan laut (m dpl). Area penanaman manggis

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. 1.1. Pengamatan Selintas Pengamatan selintas merupakan pengamatan yang hasilnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan penelusuran studi pustaka dan percobaan. Penelusuran studi pustaka dimulai bulan April 2010 sampai dengan Juni 2011. Percobaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data penelitian yang diperoleh pada penelitian ini berasal dari beberapa parameter pertumbuhan anakan meranti merah yang diukur selama 3 bulan. Parameter yang diukur

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Jagung Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays untuk spesies jagung (Anonim, 2007). Jagung merupakan tanaman semusim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka semakin banyak jumlah makanan (pangan) yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan primer manusia ini. Kondisi ini dapat

Lebih terperinci

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013

PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH. 15/04/2013 PRINSIP AGRONOMIK BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH 1 BUDIDAYA UNTUK PRODUKSI BENIH Budidaya untuk produksi benih sedikit berbeda dengan budidaya untuk produksi non benih, yakni pada prinsip genetisnya, dimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family:

TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Subdivisio Angiospermae, Klas Monocotyledoneae, Ordo Liliaceae Family: Liliales, Genus Allium,SpeciesAllium

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill). SISCHA ALFENDARI KARYA ILMIAH PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Green House Fakultas Pertanian UMY dan Laboratorium Penelitian pada bulan Januari sampai April 2016. B. Bahan dan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Tanaman Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang sesuai dengan bentuk daunnya yang meruncing dan memanjang.

Lebih terperinci