BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Pico Hydro merupakan salah satu jenis pembangkit listrik yang menghasilkan tidak lebih dari 5 kw dan hanya memerlukan head rendah. Pada Pico Hydro pemilihan turbin (Ramos dkk., 2009; Williamson et al., 2014) sangat mempengaruhi hasil dari perubahan energi potensial menjadi energi mekanik berdasarkan ketinggian (h) dan debit (Q). Dari berbagai macam jenis, turbin yang diaplikasikan pada pico hydro antara lain propeller (Ho-Yan, 2012; Adhikari dkk., 2013; Patel dkk., 2014), Pump As Turbine (Tasneem dkk., 2014), Croos Flow (Othman dkk., 2011; Razak dkk., 2011), dan lain-lain. Dalam menentukan rasio perbandingan transmisi tidak hanya berdasarkan kecepatan putar turbin dan generator, namun juga berdasarkan torsi turbin dan generator (Sholihah, 2011). Beberapa percobaan penggunaan trasmisi pada penelitian pembangkit listrik dilakukan oleh Razak dkk. (2011) mengaplikasikan sprocket pada pico hydro crossflow dengan beberapa variasi perbandingan transmisi, Sumiati dkk. (2014) mengaplikasikan belt pulley dengan perbandingan transmisi 1:5 pada rancang bangun micro turbin angin. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan menguji generator melalui mekanisme pembangkit untuk menghasilkan listrik, yaitu putaran poros (rpm), dan beban yang digunakan. Mustofa dkk. (2014) menguji perancangan generator hubungan beban dengan tegangan, dan beban dengan arus. Sholihah dkk. (2011) menguji prototype mikrohidro dengan variasi beban lampu menunjukkan hasil semakin banyak lampu yang digunakan semakin pelan putaran poros (rpm) pada sistem mikrohirdo semakin turun. Untuk memprediksi dan menganalisa distribusi tegangan pada struktur dapat dilakukan perhitungan teoritis dan simulasi metode elemen hingga. Beberapa penelitian menggunakan metode elemen hingga yaitu Atanasovska dkk. (2007) menganalisa distribusi tegangan bending pada spur gear. Marciniec dkk. (2009) menganalisa distribusi tegangan bending dan tegangan kontak pada spur gear dan membandingkan dengan commit perhitungan to user teoritis. Taufan dkk. (2012) 6

2 digilib.uns.ac.id 7 membandingkan kekuatan spur gear dengan profil gigi cycloid dan involute. Cojocaru dkk. (2014) menganalisa distribusi tegangan poros bertangga pada sistem roda gigi menggunakan metode elemen hingga, dan tegangan terbesar terjadi pada diameter poros terkecil. Williamson dkk. (2014) melakukan percobaan pemilihan turbin berdasarkan 6 buah kriteria (efisiensi, power, portability, civil work, perawatan, modularity) pada 13 jenis turbin (terdiri dari tipe implus, reaction, water wheels, archimedes screw). Pada percobaan semua turbin menggunakan variasi kriteia yang sama, diantaranya power yang dihasilkan 1,3 kw, head 0,5 1,3 m, dan debit yang bervariasi tergantung musim. Secara teknis, power density terbesar mendekati 10 Kw/m 3 pada turbin radial (draft tube) pada head 0,5 m; dan efisiensi terbesar mendekati 8,5% pada turbin singel jet pelton wheel pada head 2 m. Sedangkan secara multi kriteria weighted score terbesar pada turbin single-jet turgo wheel dengan nilai mendekati 0,8 pada head 3,5 m. Berdasarkan hasil tersebut membangun sistem pico hydro tidak hanya memahami aspek secara teknis, namun juga harus memahami aspek-aspek yang lain seperti 6 kriteria yang telah disebutkan pada percobaan. Razak dkk, (2011) mengaplikasikan sistem transmisi sprocet pada pico hydro dengan turbin croosflow. Variasi perbandingan transmisi antara penggerak dan yang digerakkan 50:12, 70:12, dan 12:108 dengan ketinggah (head) 1,2 meter dan flow rate 20 L/s. Pada perbandingan transmisi 50:12 generator menghasilkan tegangan (voltage) 9,50 V dengan arus (current) 3,10 A atau 29,45 Watt. Pada perbandingan 70:12 generator menghasilkan tegangan 11,2 V dengan arus 3,74 A atau 41,8 Watt. Pada perbandingan 108:12 generator menghasilkan tegangan 15,25 V dengan arus 4,52 A 68,93 Watt. Semakin besar perbandingan transmisi semakin besar pula daya yang dihasilkan, hal ini disebabkan semakin cepat generator berputar, semakin besar pula daya yang dihasilkan oleh generator. Anasovska dkk. (2007) melakukan penelitian kekuatan spur gear menggunakan metode elemen hingga tiga dimensi. Pada penelitian menganalisa distribusi tegangan bending dan tegangan kontak yang terjadi sepanjang lebar gigi. Hasil penelitian ini adalah tegangan bending terjadi pada akar roda gigi yang terjadi sepanjang ketebalan gigi, semakin commit to ke user tengah akan semakin meningkat dan

3 digilib.uns.ac.id 8 mencapai maksimal tepat di tengah dan berlaku simetris, sedangkan tegangan kontak yang terjadi merata sama besar sepanjang lebar roda gigi. Marciniec dkk. (2009) menganalisa distribusi tegangan bending dan tegangan kontak pada spur gear menggunakan metode elemen hingga dan membandingkan dengan perhitungan teoritis. Pada tegangan bending didapat tegangan maksimal terjadi pada tengah dari lebar gigi, sedangkan tegangan kontak didapat tegangan maksimum pada pitch line sepanjang lebar gigi. Pada perbandingan perhitungan teoritis dengan meode elemen hingga pada tegangan bending (persamaan lewis) didapat perbedaan 7,73%-8,2%, sedangkan perbedaan nilai pada tegangan kontak (persamaan hertz) sebesar 13-14%. Taufan dkk. (2012) melakukan penelilitan membandingkan kekuatan spur gear dengan profil gigi cycloid dan involute. Pada penelitian menunjukkkan tegangan yang terjadi pada profil gigi cycloid lebih rendah dari tegangan yang terjadi pada profil gigi involute. Pada profil gigi cycloid maupun involute distribusi tegangan yang terjadi pada bagian yang sama, yaitu ujung gigi semakin ke arah akar gigi maka tegangan yang terjadi akan semakin besar. Tegangan maksimal dari kedua profil gigi terletak di titik yang sama yaitu pada daerah fillet. Hal ini terjadi karena pada daerah fillet terjadi karena pembebanan momen bending dan karena bentuk dari fillet sendiri menyebabkan konsentrasi di daerah tersebut menjadi tinggi. Mustofa dkk. (2014) menguji perancangan generator permanen magnet. Pada pengujian generator tanpa beban menunjukkan semakin naik putaran generator, maka semakin naik tegangan (volt) yang dihasilkan. Pada pengujian generator menggunakan beban lampu didapat hubungan beban dengan tegangan dan beban dengan arus. Pada hubungan beban dengan tegangan didapat semakin besar beban lampu yang digunakan semakin menurun tegangan yang dihasilkan generator, hal ini disebabkan oleh adanya impedansi dan rugi-rugi tegangan stator generator terhadap beban sehingga terjadi tegangan jatuh pada generator. Pada hubungan beban dengan arus didapat semakin besar beban lampu yang digunakan semakin naik arus yang dihasilkan generator, hal ini disebabkan oleh upaya generator untuk memenuhi kebutuhan arus terhadap beban yang diterima..

4 digilib.uns.ac.id Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Air Pico Hydro Berdasarkan besarnya daya listrik yang dihasilkan, PLTA diklasifikasikan beberapa macam, seperti yang ditunjukan pada tabel 2.1 Pada PLTA dengan klasifikasi large untuk menghasilkan power lebih dari 100 MW pada umumnya memerlukan penampungan dengan kapasitas besar, seperti bendungan. Sedangkan untuk klasifikasi pico, tidak memerlukan penampung air, karena hanya digunakan untuk menghasilkan listrik tidak lebih dari 5 kw (Ho-Yan, 2012). Table 2.1 Klasifikasi PLTA berdasarkan dayanya (Ho-Yan, 2012) Classification Large Medium Small Mini Micro Pico Power Output > 100 MW MW 1-10 MW 100 kw I MW 5-100kW <5 kw PLTA pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah debit air per detik. Gambar 2.1 yang menunjukkan prinsip kerja pembangkt listrik turbin propeller, diman aliran air ini akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan energi mekanik. Energi ini selanjutnya menggerakkan generator dan generator menghasilkan listrik. Gambar 2.1 Skema pembangkit commit listrik to turbin user propeller (Ho-Yan, 2012)

5 digilib.uns.ac.id 10 Secara garis besar turbin dapat dibagi dalam dua kategori yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Gambar 4.2a menunjukkan contoh turbin implus, dan Gambar 4.2b menunjukkan contoh turbin reaksi. (a) (b) Gambar 2.2 Macam-macam turbin implus (Bonhomme, 2004) Tabel 2.2 menunjukan perbandingan nilai karakteristik pada macam-macam turbin, secara tidak langsung akan mempengaruhi biaya dan investasi dalam membuatnya. Pada proses pembuatannya, PLTA Pico Hydro memerlukan investasi yang relatif kecil atau murah, sehingga diperlukan karakteristik kontruksi dengan segala peralatan pendukungnya yang murah dan memiliki efisiensi yang baik (Ho-Yan, 2012). Tabel 2.2 Perbandingan pemilihan turbin berdasarkan karakteristiknya (Ho-Yan, 2012) Karakteristik Tipe Cross- Turbin Pelton Turgo Propeller Flow n Francis Kapalan PAT Efisiensi - Desain Efisiensi - Pembuatan Kontruksi Biaya Perawatan- Perbaikan Portabilitas Kemampuan Modularitas _ Ket : 0 = Cukup, + = Baik, - = Kurang

6 digilib.uns.ac.id Transmisi Roda Gigi Transmisi roda gigi atau juga disebut sistem gearbox dapat didefinisikan sebagai suatu kotak atau box yang berisi sistem roda gigi. Gearbox memiliki bervariasi ukuran, kapasitas, dan rasio kecepatan sesuai dengan daya yang akan direduksi. Melalui gearbox, kecepatan rotasi dari sistem penggerak sebagai input diubah menjadi output yang memiliki kecepatan yang lebih rendah dengan torsi yang lebih tinggi atau sebaliknya kecepatan yang lebih tinggi dengan torsi yang lebih rendah. Roda gigi yang menerima input biasanya disebut driving gear dan roda gigi menuju ke output disebut driven gear. A. Rasio Roda Gigi Rasio roda gigi biasanya dinyatakan dalam angka berupa pecahan desimal, yang menyatakan jumlah putaran poros input dibandingkan dengan jumlah putaran poros output. Secara sederhana dari rasio kecepatan transmisi seperti pada gambar 2.3, dimana poros input terdiri dari ω 1 dan n 1, sedangakan poros output terdiri dari ω 2 dan n 2. Dimana Speed (n) dinyatakan dalam revolutions per minute (RPM) dan ω adalah kecepatan sudut yang dinyatakan dalam rad/s. Gambar 2.3 Diagram sederhana gearbox (Bhatia, 2012) Dengan ω 1 n 1 sebagai input dan ω 2 n 2 sebagai output, maka rasio roda gigi dapat dinyatakan sebagai berikut : B. Torque Rasio roda gigi = ( ) ( ) =... (2.1) Sebuah poros yang berputar dengan daya P Watt dengan speed n RPM sehingga nilai torsi didapat dengan: T =... (2.2)

7 digilib.uns.ac.id 12 sehingga: Atau Pada keadaan ideal gearbox, Daya input dengan daya output adalah sama, n T = n T... (2.2a) = = Gear Rasio (GR)... (2.2b) T =... (2.2c) dimana P daya yang dipindahkan (Watt), n 1 putaran input (rpm), n 2 putaran output (rpm), T 1 torsi input (Nm), T 2 torsi output (Nm). Gearbox dengan jumlah gigi yang banyak akan selalu berputar lebih lambat dari kecepatan roda gigi dengan jumlah yang lebih kecil, namun akan menghasilkan torsi lebih besar. Sebaliknya apabila kecepatan meningkat, torsi akan berkurang. C. Rangkaian Roda Gigi Dalam rangkaian roda gigi meliputi dua atau lebih roda gigi penggerak yang bekerja secara bersama yang saling menghubungkan antar gigi dan berotasi satu sama lainnya dalam sistem untuk memindahkan daya. Berdasarkan bentuknya rangkaian roda gigi dapat dibagi menjadi beberapa sistem, yaitu: 1. Rangkaian sederhana Dalam rangkaian ini, masing-masing poros terdiri dari sebuah roda gigi saja.. Gambar 2.4 menunjukkan contoh rangkaian sederhana roda gigi, dengan arah putaran terbalik dari satu roda gigi dengan roda gigi lainnya Gambar 2.4 Rangkaian sederhana roda gigi (Bhatia, 2012)

8 digilib.uns.ac.id Rangkaian Compound (Gabungan) Dalam rangkaian ini setiap poros, kecuali yang pertama dan terakhir, terdiri dari dua buah roda gigi, dimana salah satu roda gigi menerima gerak dari roda pertama dan yang lain menggerakkan roda gigi berikutnya. Gambar 2.5 menunjukkan rangkaian gabungan dari empat roda gigi, dimana roda gigi B output dari pasangan pertama dan roda gigi C merupakan masukan dari kedua pasangan. Roda gigi B dan C terletak pada poros yang sama dan berputar pada kecepatan yang sama pula. Gambar 2.5 Rangkaian compound (gabungan) (Bhatia, 2012) 3. Rangkaian Planetary/Epicyclic Dalam rangkaian ini, pusat rotasi terdiri dari satu atau lebih roda yang terikat pada lengan yang berputar pada sumbu rotasi salah satu roda lainnya. Gambar 2.6 menunjukkan roda gigi B berada di ujung lengan A. Roda gigi B terikat dengan roda gigi C dan berputar di sekitarnya saat lengan berputar. Dimana roda gigi B disebut roda gigi planet dan roda gigi C disebut roda gigi matahari. Gambar 2.6 Rangkaian Planetary/Epicyclic (Bhatia, 2012) Macam-Macam Roda Gigi (Gear) Roda gigi digunakan untuk mentrasmisikan daya dan putaran dimana bentuk fisiknya memiliki gigi disekelilingnya, sehingga penerus daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkaitan. Roda gigi sering digunakan

9 digilib.uns.ac.id 14 karena dapat meneruskan putaran dan daya yang bervariasi dan lebih kompak daripada menggunakanalat trasmisi yang lainnya (Chan, 2011). A. Klasifikasikan Roda Gigi Pada umumnya roda gigi sering diklasifikasikan berdasarkan bentuk geometrinya, antara lain roda gigi lurus (spur gear), roda gigi miring (helical gear), roda gigi kerucut, dan roda gigi cacing (worm gear) (Setiyana, 2007). 1. Roda Gigi Lurus (Spur Gear) Berdasarkan bentuk geometrinya, spur gear merupakan jenis roda gigi yang paling sederhana dari semua jenis roda gigi. Gambar 2.4 menunjukkan posisi gigigigi dari spur gear berbentuk saling sejajar terhadap porosnya dan memindahkan daya diantara dua buah posos juga saling sejajar (Cheng, 2011). Gambar 2.7 Spur Gear (Cheng, 2011) 2. Roda Gigi Miring (Helical Gear) Helical gear biasanya digunakan untuk memindahkan gerakan (daya) diantara dua buah poros yang sejajar. Pada helical gear gigi memotong/membentuk sudut terhadap sumbu poros atau yang lebih dikenal dengan helix angel (ψ) seperti pada gambar 2.5 yang menunjukkan jenis helical gear ganda yang sejajar. Susunan dan bentuk dari helical gear ini memiliki kelebihan dibandingkan spur gear, yaitu memiliki suara lebih halus dan getaran yang lebih kecil (Cheng, 2011). Gambar 2.8 Helical commit Gear to user (Cheng, 2011)

10 digilib.uns.ac.id Roda Gigi Kerucut (Bevel Gear) Bevel gear digunakan untuk memindahkan gerakan (daya) diantara dua sumbu poros yang tidak sejajar atau saling berpotongan yang membentuk sudut 90 0 seperti ditunjukkan gambar 2.6 (Chan, 2011). Gambar 2.9 Bevel gear (Chan, 2011) 4. Roda Gigi Cacing (Worm Gear) Roda gigi cacing digunakan untuk memindahkan gerakan (daya) diantara dua sumbu poros yang saling bersilang mirip pada hypoid gear, namun ukuran dan bentuknya berbeda. Driving gear pada roda gigi ini berbentuk silinder ulir yang menyerupai screw (baut), sedangkan driven gear menyerupai helical gear namun permukaan giginya membentuk lengkungan ke dalam seperti yang ditunjukkan gambar 2.7. (Cheng, 2011). Gambar 2.10 Worm gear (Cheng, 2011) B. Terminology Roda Gigi Menurut Chan (2011) terdapat banyak istilah yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian dari roda gigi (terutama roda gigi lurus), seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9 dan gambar 2.10 Istilah dan bagian roda gigi tersebut adalah:

11 digilib.uns.ac.id Lingkaran pitch / pitch circle (D) Lingkaran khayal yang menggelinding tanpa terjadinya selip. Lingkaran ini merupakan dasar untuk memberikan ukuran roda gigi lainnya. 2. Pinion Roda gigi yang lebih kecil dalam suatu pasangan roda gigi. 3. Diameter lingkaran pitch / pitch circle diameter Merupakan diameter dari lingkaran pitch. 4. Diameteral pitch (DP) Jumlah gigi persatuan pitch diameter. z DP =...(2.3) D DP = z. m... (2.3a) dimana z = jumlah gigi, dan m = module 5. Modul / module (m) Perbandingan antara diameter lingkaran pitch dengan jumlah gigi. m = =...(2.4) 6. Jarak bagi lingkar / circulat pitch (C P ) Jarak sepanjang pitch antara profil dua gigi yang berdekatan atau keliling lingkaran pitch dibahi dengan jumlah gigi. 7. Addendum (Add) Jarak antara lingkaran kepala dengan lingkaran pitch diukur dalam arah radial. 8. Clearance Jarak ruang antar roda gigi yang diukur sepanjang lingkaran pitch. 9. Working Depth (W D ) Jumlah jari-jari lingkaran kepala dari sepasang roda gigi yang berkontak dikurangi dengan jarak poros. 10. Tebal gigi / tooth thickness (t) Lebar gigi diukur sepanjang lingkaran pitch. 11. Sudut tekan / preasure angle Sudut yang dibentuk dari garis normal dengan kemiringan dari sis kepala gigi. 12. Lebar gigi / face width Kedalaman gigi diukur sepanjang commit sumbunya to user

12 digilib.uns.ac.id Pitch point Titik singgung dari lingkaran pitch sepanjang roda gigi yang kontak, juga merupakan titik potong anatara garis kerja dan garis pusat. 14. Operating pitch circle Lingkaran-lingkaran singgung dari sepasang roda gigi yan berkontak dan jarak porosnya menyimpang dimana secara teoritis hal ini benar. Gambar 2.11 Terminology roda gigi (Bhatia, 2012) Gambar 2.12 Penampang permukaan roda gigi (Bhatia, 2012) 15. Kedalaman total / total depth Penjumlahan dari addendum dan dedendum. 16. Backlash Selisih antara tebal gigi dengan commit lebar ruang. to user

13 digilib.uns.ac.id Sisi kepala / face of tooth Permukaan gigi diatas lingkaran pitch. 18. Sisi kaki / flank of tooth Permukaan gigi dibawah lingkaran pitch. 19. Puncak kepala / top land Permukaan di puncak gigi. Apabila perbandingan antar roda gigi diketahui, maka jumlah gigi pada pinion (T P ) minimum didapat dengan persamaan: T =... (2.5) dimana A w Perbandingan addendum dengan modul, G Gear Ratio, dan θ Pressure angle (20 0 ). Sularso (1997) menyatakan berdasarkan daya yang direncanakan dan putaran penggerak, module roda gigi lurus dengan pressure angle 20 0 dapat dipilih sementara dari gambar Gambar 2.13 Pemilihan module roda gigi lurus (Sularso, 1997)

14 digilib.uns.ac.id 19 Sularso (1997) menyatakan umumnya harga b ditetapkan antara (6-10)m. Khurmi dan Gupta (2005) menunjukkan standar proporsional dan geometri pada Spur Gear berdasarkan ukuran module (m) dan pressure angel seperti yang ditunjukkan pada table 2.3. Tabel 2.3 Standar proporsional roda gigi lurus (Khurmi dan Gupta, 2005) No Particulars 14, full depth 20 0 stub involute system involute system 1 Addendum 1 m 1 m 0,8 m 2 Dedendum 1,25 m 1,25 m 1 m 3 Working Depth 2 m 2 m 1,6 m 4 Minimum Total Depth 2,25 m 2,25 m 1,8 m 5 Tooth Thickness 1,5708 m 1,5708 m 1,5708 m 6 Minimum Clearance 0,25 m 0,25 m 0,2 m 7 Fillet Radius in Root 0,4 m 0,4 m 0,4 m Dasar perhitungan mekanika roda gigi A. Tangential Load A. B. Gambar 2.14 Gaya-gaya pada gigi (Khurmi dan Gupta, 2005) Dengan menganggap sebuah gigi sebagai balok cantilever yang mendapat gaya oleh Normal Load (W N ) seperti yang ditunjukkan gambar Normal Load (W N ) dibentuk dari dua gaya, yaitu gaya tangential (W T ) dan gaya radial (W R ) yang bekerja tegak lurus dan sejajar dari titik pusat dari gigi. Gaya tangential (W T ) menyebabkan bending stress yang cenderung mematahkan gigi. Gaya radial (W R ) menyebabkan compressive stress yang relatif kecil efeknya, oleh karena itu efek dari gaya radial sering diabaikan. Sehingga bending stress digunakan sebagai dasar perencanaan roda gigi. Bagian kritis atau bagian yang menjadi titik maksimum bending stress ditunjukkan pada gambar pada bentuk parabola A dan

15 digilib.uns.ac.id 20 gaya tangential pada gigi ditunjukkan kurva B dan C. Bentuk parabola yang ditunjukkan 2.14 merupakan garis luar dari balok dengan gaya yang diterima seragam, jika gigi berbentuk parabola maka akan mendapat tekanan yang sama pada semua bagian. Namun gigi memiliki bentuk yang lebih besar dari parabola pada setiap bagian, kecuali bagian BC. Sehingga kurva BC merupakan bagian yang mengalami tegangan terbesar atau bagian paling kritis (Khurmi dan Gupta, 2005). Gaya tangential juga dapat dicari apabila telah diketahui daya (watt), speed (r.p.m), maupun torsi (Nm) yang akan dipindahkan. Selain variabel tersebut nilai W juga mempertimbangkan faktor penggunaan atau service factor (C ), dimana besaran nilainya ditunjukkan pada tabel 2.4 Sehingga persamaan tersebut menjadi: W =. C... (2.6) dimana, v =.....(2.6a) v kecepatan putar (m/s), W Gaya tangetial (N), P Power (Watt), diameter roda gigi (m), N Speed (r.p.m), C service factor. Tabel 2.4 Nilai service factor (C ) (Khurmi dan Gupta, 2005) Type of service Type of load 3 hour per day 8-10 hour per day 24 hour per day Steady 0,8 1,00 1,25 Light shock 1,00 1,25 1,54 Medium shock 1,25 1,54 1,80 Heavy shock 1,54 1,80 2,00 D B. Persamaan Lewis Nilai bending stress maksimum (σ ) atau yang disebut persamaan lewis pada kurva BC (gambar 2.12) didapat dengan: σ =...(2.7).. Berdasarkan jumlah giginya, nilai y dapat ditentukan dengan faktor bentuk gigi atau yang biasa disebut Lewis Factor yang ditunjukkan pada tabel 2.5 (untuk Pressure angel 20 0 Full Depth).

16 digilib.uns.ac.id 21 Tabel 2.5 Nilai y Lewis Factor (Khurmi dan Gupta, 2005) Number of Teth Y Number of Teth Y 12 0, , , , , , , , , , , , , , , ,371 Sularso (1997) menyatakan semakin besar kecepatan keliling roda gigi, semakin besar pula beban yang terjadi. Sehingga koreksi karena kecepatan ini diberikan dalam bentuk faktor dinamis, yang ditunjukkan pada tabel 2.6. Tabel 2.6 Nilai faktor dinamis (Sularso, 1997) Kecepatan Faktor Dinamis (f v ) Rendah (0,5-10 m/s) f = Sedang (5-20 m/s) f = Tinggi (20-50 m/s) f =,, Sehingga persamaan (2.8b) yang telah terkoreksi bebentuk: W = σ. b. m. y. f... (2.8) Maka, lebar sisi b dapat diperoleh: b = (2.8a) dimana W gaya tangetial (N), σ tegangan bending maksimal dari bahan (N/ mm), b lebar gigi (mm), m module (mm), y lewis factor, f faktor dimanis. C. Tegangan Kontak (Persamaan Hertz) Apabila tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu besar (gambar 2.16), maka gigi akan mengalami keausan semakin cepat. Selain itu gigi juga akan mengalami kerusakan karena keletihan oleh oleh beban yang berulang-ulang. Sehingga tekanan yang dikenakan pada permukaan gigi harus dibatasi. Besarnya

17 digilib.uns.ac.id 22 tekanan tersebut disebut dengan Tegangan Hertz yang dapat dinyatakan sebagai berikut: σ (2.9) dimana, c =... (2.9a) W gaya tangential (N), b lebar roda gigi (mm), v poisson s ratio bahan, E Young s modulus (MPa), d diameter roda gigi (mm). Gambar 2.15 Tegangan kontak pada roda gigi (Sularso, 2007) Dengan menambah koreksi faktor tegangan gesek (K H ) gigi pada bahan roda gigi. Harga faktor tegangan gesek (K H ) merupakan perbandingan antara bahan yang digunakan pada gear dan pinion. Sularso (1997) menyatakan apabila tegangan kontak (K H ) dikaitkan dengan gaya tangential yang terjadi, maka didapat persamaan sebagai berikut: W = f. K. b. D....(2.10) Maka, lebar sisi b dapat diperoleh: b = (... )... (2.10a) dimana W gaya tangetial (N), f faktor dimanis, K faktor koreksi tegangan gesek, b lebar gigi (mm), D diameter pinion (mm), T jumlah gigi pinion, T jumlah gigi gear.

18 digilib.uns.ac.id Poros dan Pasak A. Poros Transmisi Sularso (1997) menyatakan jika P (Watt) merupakan daya dari penggerak, maka berbagai macam faktor keamanan biasanya dapat diambil dalam perencanaan, sehingga koreksi pertama yang dapat diambil kecil. Jika faktor koreksi adalah f (Tabel 2.7), maka daya yang dapat direncanakan yaitu: P = P. f...(2.11) Tabel 2.7 Faktor koreksi daya yang dipindahkan Daya yang akan Dipindahkan Faktor Koreksi (f c ) Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 2 Daya maksimum yang diperlukan 0,8 1.2 Daya Normal 1,0 1,5 Jika momen puntir atau torsi yang direncanakan adalah T (N.m), maka: sehingga, P = T. T = 9,56. rencana (rpm).... (2.12)...(2.12a) dimana T torsi rencana (N.m), P d daya rencana (Watt), dan n putaran Apabila torsi rencana (T) dibebankan pada suatu diameter poros d s (mm), maka tegangan geser τ (N/mm 2 ) yang terjadi adalah τ =. / =,... (2.13) dimana τ tegangan geser (N/mm 2 ), T torsi (Nm), P s diameter poros (mm). Berdasarkan ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik σ T (N/mm 2 ). Untuk harga 18% ini faktor keamanaan diambil sebesar 1/0,18=5,6 dan faktor ini dinyatakan dengan Sf 1. Selanjutnya ditinjau apakah poros tersebut diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh konsentrasi tegangan yang cukup besar. Dengan pengaruh tersebut diambil faktor yang dinyatakan

19 digilib.uns.ac.id 24 sebagai Sf 2 dengan harga mulai 1,3 3,0. Dari hal tersebut maka besarnya tegangan geser yang terjadi dengan faktor keamanan, yaitu: τ a = σ T /( Sf 1 x Sf 2 )... (2.14) dimana τ a tegangan geser dengan faktor keamanan (N/mm 2 ), Sf 1 dan Sf 2 faktor keamanan. Berdasarkan ASME, koreksi besar torsi dinyatakan dengan K t dengan nilai 1,0 jika yang dikenakan secara halus, 1,0 1,5 jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan jika 1,5 3,0 jika beban yang dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar. Apabila diperkirakan terjadi beban lentur, maka digunakan faktor yang dinyatakan C b yang harganya 1,2 2,3. Sehingga dari persamaan 2.14 diperoleh rumus untuk menghitung diameter poros d 3 (mm) sebagai berikut: d 3 =,. K. C. T...(2.15) Tegangan geser maksimal yang terjadi pada poros dapat dihitung dengan diasumsikan berpenampang lingkaran yang dipuntir dengan torsi sebesar T, sehingga tegangan geser maksimal (τ maks ) didapat dengan: τ =.... (2.16) poros (mm). dimana, J = D... (2.16a) τ tegangan geser (N/mm 2 ), T torsi (Nmm), J inertia polar, D diameter B. Pasak Chan (2011) menyatakan pasak merupakan suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulley, kopling, dll. pada poros. Gambar 2.13 menunjukkan jenis pasak melintang benam segi empat dimana d adalah diameter poros, b lebar pasak, dan t ketinggian pasak. Ukuran lebar dan ketinggian pasak melintang benam segi empat dapat menggunakan standar IS : 2292 dan , sesuai yang ditunjukkan pada table 2.8

20 digilib.uns.ac.id 25 Gambar 2.16 Penampang pasak (Chan, 2011) Tabel 2.8 Ukuran pasak berdasarkan diameter poros Diameter Penampang Pasak Penampang Pasak Diameter Poros Lebar Tebal Lebar Tebal Poros (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Material Sudira (1999) menyatakan nylon dan ptfe adalah salah satu macam plastik industri yang dikembangkan dan diaplikasikan sebagai part atau komponen alat mekanis. Secara umum nylon memiliki sifat plastik yang kuat, unggul dalam pelumasan, ketahanan abrasi yang tinggi, ketahanan terhadap kimia. Karena keunggulan tersebut nylon banyak digunakan sebagai bantalan, bantalan luncur, roda gigi tanpa bunyi, cam, dan lain-lain. Menurut Sakurman (2012) bahan nylon atau polyamide yang sering digunakan untuk membuat roda gigi adalah nylon seri 6 atau polyamide 6, yang memiliki sifat-sifat mekanik ditunjukkan tabel 2.9. Sedangkan bahan ptfe atau teflon menurut Cambridge University (2003) dalam buku materials data book memiliki sifat mekanis ditunjukkan tabel Tabel 2.9 Sifat mekanik nylon 6 atau polyamide 6 No Sifat Nilai 1 Flexural Strength, yield 110 MPa 2 Modulus Elasticity 3300 MPa 3 Tensile Strength, yield 80 MPa 4 Tensile Strength, ultimate 82,7 MPa 5 Poisson's ratio 0.39

21 digilib.uns.ac.id 26 Tabel 2.10 Sifat-sifat mekanik ptfe atau teflon No Sifat Nilai 1 Shear Strength 7 MPa 2 Modulus Elasticity 520 MPa 3 Poisson's ratio 0,46 4 Tensile Strength, ultimate 30 MPa Joseph P (1957) menyatakan safety factor dapat tinjau berdasarkan nilai tegangan luluhnya. Untuk bahan yang diketahui sifat mekaniknya dan kondisi beban yang telah ditentukan, nilai yang safety factor digunakan yaitu 1,5 2,0. Sehingga nilai tegangan bahan yang diijinkan: σ ijin =... (2.17) Generator Generator adalah alat yang digunakan untuk mengubah gerakan mekanik menjadi listrik. Secara umum generator terdiri dari dua bagian, yaitu bagian yang bergerak atau yang disebut rotor dan bagian yang diam atau yang disbut stator. Rotor adalah bagian dari generator yang berupa susunan dari beberapa magnet yang berbentuk lingkaran dengan kutub yang berbeda-beda pada masing-masing sisinya. Sedangkan stator adalah bagian berupa kumparan kawat tembaga yang berbentuk silindris dan akan menerima induksi magnet dari rotor sehingga terdapat aliran fluks magnet yang mengalir pada kumparan tersebut atau arus listrik, sedangkan perbedaan jenis kutub magnet yang menginduksi kumparan stator menyebabkan GGL induksi yang berubah-ubah pada ujung-ujung kumparan yang biasa kita sebut sebagai beda potensial atau tegangan (Mustofa, 2012). Saat rotor berputar, maka akan muncul medan magnet pada stator, dimana besar kecil medan magnet tergantung frekuensi yang dihasilkan. Sedangkan nilai frekuensi dipengaruhi oleh speed putaran (rpm) dimana semakin cepat putaran, maka semakin frekuensi yang dihasilkan akan semakin besar oleh kutub-kutub medan magnet dalam menghasilkan tegangan listrik (Muchsin, 2013).

22 digilib.uns.ac.id Metode Elemen Hingga Irwan (2008) menyatakan metode elemen hingga sebagai salah satu metode numerik untuk menyelesaikan berbagai permasalahan rekayasa dan tidak terlepas dari perkembangan komputer dengan berbagai bidang terkait lainnya seperti computer aided design dan computer aided engineering. Secara umum perangkat lunak metode elemen hingga memiliki tiga tahapan utama, yaitu: 1. Preprocessing Pada tahap ini pengguna membuat model yang menjadi bagian untuk dianalisis dimana geometri tersebut dibagi menjadi sub-bagian yang atau disebut element, dihubungkan pada titik disebut node. Node tertentu akan ditetapkan sebagai bagian melekat yang kaku (fix displacement) dan bagian lain ditentukan sebagai bagian kena beban (load). 2. Analysis atau solving Pada tahap ini data-data yang dimasukkan pada tahap preprocessing sebelumnya akan digunakan sebagai input pada kode elemen hingga untuk membangun dan menyelesaikan sistem persamaan aljabar linier atau non linier. 3. Post-processing Menampilkan hasil akhir setelah menganalisa pada kasus preprocessing dengan menampilkan data displacements dan tegangan yang paling kritis pada geometri. Post-processor biasanya menampilkan grafis dengan kontur warna yang menggambarkan tingkatan tegangan yang terjadi pada geometri.

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana.

Sistem transmisinya lebih ringkas, putaran lebih tinggi dan daya yang besar. Sistem yang kompak sehingga konstruksinya sederhana. Teori Dasar Rodagigi Rodagigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Rodagigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TRANSMISI PLTA PICO HYDRO SEBAGAI PENUNJANG KONVERSI ENERGI MEKANIK MENJADI LISTRIK

OPTIMALISASI TRANSMISI PLTA PICO HYDRO SEBAGAI PENUNJANG KONVERSI ENERGI MEKANIK MENJADI LISTRIK OPTIMALISASI TRANSMISI PLTA PICO HYDRO SEBAGAI PENUNJANG KONVERSI ENERGI MEKANIK MENJADI LISTRIK SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : AKHMAD NURDIN I1413005

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Roda Gigi Roda gigi digunakan untuk mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat. Roda gigi memiliki gigi di sekelilingnya, sehingga penerusan daya dilakukan oleh gigi-gigi

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh Nopember Surabaya 2012

JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh Nopember Surabaya 2012 SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR - TM 091476 Oleh: NOVREZA ADITYA TAUFAN 2105 100 030 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. AGUS SIGIT PRAMONO, DEA JURUSAN TEKNIK MESIN Fakultas TeknologiIndustri Institur TeknologiSepuluh

Lebih terperinci

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang

Kopling luwes ( fleksibel ) memungkinkan adanya sedikit ketidaklurusan. sumbu poros yang terdiri atas: c. Kopling karet bintang KOPLING Defenisi Kopling dan Jenis-jenisnya Kopling adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransmisikan daya dari poros penggerak (driving shaft) ke poros yang digerakkan (driven shaft), dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

Perencanaan Roda Gigi

Perencanaan Roda Gigi Perencanaan Roda Gigi RODA GIGI Roda gigi adalah roda silinder bergigi yang digunakan untuk mentransmisikan gerakan dan daya Roda gigi menyebabkan perubahan kecepatan putar output terhadap input 1 Jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Transmisi bertujuan untuk meneruskan daya dari sumber daya ke sumber daya lain, sehingga mesin pemakai daya tersebut bekerja menurut kebutuhan yang diinginkan.

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar

BAB II TEORI DASAR. BAB II. Teori Dasar BAB II TEORI DASAR Perencanaan elemen mesin yang digunakan dalam peralatan pembuat minyak jarak pagar dihitung berdasarkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan buku-buku literatur yang ada.

Lebih terperinci

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan +

a. Turbin Impuls Turbin impuls adalah turbin air yang cara kerjanya merubah seluruh energi air(yang terdiri dari energi potensial + tekanan + Turbin air adalah alat untuk mengubah energi potensial air menjadi menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator.turbin air dikembangkan pada abad 19

Lebih terperinci

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air

BAB II 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Turbin Air BAB II 2 LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Air Turbin air atau pada mulanya kincir air adalah suatu alat yang sudah sejak lama digunakan untuk keperluan industri. Pada mulanya yang dipertimbangkan adalah ukuran

Lebih terperinci

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan Di dalam merencanakan suatu alat perlu sekali memperhitungkan dan memilih bahan-bahan yang akan digunakan, apakah bahan tersebut sudah sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal

STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE. Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN SYMMETRIC INVOLUTE Disusun oleh Mohamad Zainulloh Rizal 2110100112 STUDI KEKUATAN SPUR GEAR DENGAN PROFIL GIGI ASYMMETRIC INVOLUTE DAN

Lebih terperinci

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute

Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Studi Kekuatan Spur Gear Dengan Profil Gigi Cycloid dan Involute Novreza Aditya Taufan dan Agus Sigit Pramono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR 3.1 Data Perancangan Spesifikasi perencanaan belt conveyor. Kapasitas belt conveyor yang diinginkan = 25 ton / jam Lebar Belt = 800 mm Area cross-section

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi Sistem transmisi dalam otomotif, adalah sistem yang berfungsi untuk konversi torsi dan kecepatan (putaran) dari mesin menjadi torsi dan kecepatan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin. BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN A. Desain Mesin Desain konstruksi Mesin pengaduk reaktor biogas untuk mencampurkan material biogas dengan air sehingga dapat bercampur secara maksimal. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut;

BAB II DASAR TEORI. maka dari hukum Newton diatas dapat dirumuskan menjadi: = besar dari gaya Gravitasi antara kedua massa titik tersebut; BAB II DASAR TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori - teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan tugas akhir ini. Teori - teori yang digunakan adalah gaya gravitasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang menggunakan tenaga air

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut

Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut Perancangan Sistem Transmisi Untuk Penerapan Energi Laut Zeno (1) dan Irfan Syarif Arief, ST.MT (2) (1) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan ITS, (2),(3) Staff Pengajar Teknik Sistem Perkapalan ITS, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pengelasan secara umum a. Pengelasan Menurut Harsono,1991 Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Turbin Air Secara sederhana turbin air adalah suatu alat penggerak mula dengan air sebagai fluida kerjanya yang berfungsi mengubah energi hidrolik dari aliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar Ray Posdam J Sihombing 1, Syahril Gultom 2 1,2 Departemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Turbin Angin Turbin angin adalah suatu sistem konversi energi angin untuk menghasilkan energi listrik dengan proses mengubah energi kinetik angin menjadi putaran mekanis rotor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Perhitungan Sebelum mendesain mesin pemotong kerupuk hal utama yang harus diketahui adalah mencari tegangan geser kerupuk yang akan dipotong. Percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB III ANALISA PERHITUNGAN BAB III ANALISA PERHITUNGAN 3.1 Data Informasi Awal Perancangan Gambar 3.1 Belt Conveyor Barge Loading Capasitas 1000 Ton/Jam Fakultas Teknoligi Industri Page 60 Data-data umum dalam perencanaan sebuah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN Pada rancangan uncoiler mesin fin ini ada beberapa komponen yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan rancangan ini terdiri dari, motor penggerak,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

Roda Gigi Rack dan Pinion

Roda Gigi Rack dan Pinion Roda Gigi Rack dan Pinion Roda gigi rack merupakan roda gigi dengan gigi-gigi yang dipotong lurus. Sedangkan roda gigi penggeraknya dinamakan pinion. Roda gigi ini bertujuan untuk merubah gerak puitar

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL

PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL PERANCANGAN MESIN BOR RADIAL VERTIKAL Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNIK Jenjang Pendidikan Strata Satu (S1) TEKNIK MESIN Disusun oleh: Nama : Dhona Iwan Aryanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Gambaran Umum Mesin pemarut adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu atau serta mempermudah pekerjaan manusia dalam hal pemarutan. Sumber tenaga utama mesin pemarut adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Pemilihan Bahan Setiap perencanaan rancang bangun memerlukan pertimbanganpertimbangan bahan agar bahan yang digunakan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal penting

Lebih terperinci

Makalah Pembangkit listrik tenaga air

Makalah Pembangkit listrik tenaga air Makalah Pembangkit listrik tenaga air Di susun oleh : Muhamad Halfiz (2011110031) Robi Wijaya (2012110003) Alhadi (2012110093) Rari Ranjes Noviko (2013110004) Sulis Tiono (2013110008) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR Dalam pabrik pengolahan CPO dengan kapasitas 60 ton/jam TBS sangat dibutuhkan peran bunch scrapper conveyor yang berfungsi sebagai pengangkut janjangan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema Dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin pemotong krupuk rambak kulit ini adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan kepulley 2 dan memutar pulley 3 dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Mesin Press Mesin press adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong suatu bahan atau material dengan cara penekanan. Proses kerja daripada

Lebih terperinci

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH )

PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) PENGARUH SUDUT PIPA PESAT TERHADAP EFISIENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO ( PLTMH ) Naif Fuhaid 1) ABSTRAK Kebutuhan listrik bagi masyarakat masih menjadi permasalahan penting di Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan : A. POROS UTAMA IV. ANALISIS TEKNIK Menurut Sularso dan K. Suga (1997), untuk menghitung besarnya diameter poros yang digunakan adalah dengan menentukan daya rencana Pd (kw) dengan rumus : Pd = fcp (kw)...

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam penelitian, sehingga pelaksanaan dan hasil penelitian bisa untuk dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Standar Pengujian Tarik Standar pengujian tarik yang digunakan adalah American Society for Testing Materials (ASTM) E 8M-04 sebagai acuan metode pengujian standar pengujian tarik

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR 4.1 Sketsa rencana anak tangga dan sproket Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah horizontal adalah sebesar : A H x 1,732 A

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mesin Gerinda Batu Akik Sebagian pengrajin batu akik menggunakan mesin gerinda untuk membentuk batu akik dengan sistem manual. Batu gerinda diputar dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari konsep yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan perhitungan pada komponen komponen yang dianggap kritis sebagai berikut: Tiang penahan beban maksimum 100Kg, sambungan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA 3.1 Perancangan awal Perencanaan yang paling penting dalam suatu tahap pembuatan hovercraft adalah perancangan awal. Disini dipilih tipe penggerak tunggal untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN Dani Prabowo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta E-mail: daniprabowo022@gmail.com Abstrak Perencanaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DRAFT TUBE,TRANSMISI DAN PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS DENGAN KAPASITAS 500 L/MIN DAN HEAD 3,5 M

RANCANG BANGUN DRAFT TUBE,TRANSMISI DAN PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS DENGAN KAPASITAS 500 L/MIN DAN HEAD 3,5 M RANCANG BANGUN DRAFT TUBE,TRANSMISI DAN PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS DENGAN KAPASITAS 500 L/MIN DAN HEAD 3,5 M D III TEKNIK MESIN FTI-ITS Oleh: TRISNA MANGGALA Y 2107030056 Dosen Pembimbing: Dr. Ir. HERU

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh

METODE PENELITIAN. Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh III. METODE PENELITIAN Model tabung gas LPG dibuat berdasarkan tabung gas LPG yang digunakan oleh rumah tangga yaitu tabung gas 3 kg, dengan data: Tabung 3 kg 1. Temperature -40 sd 60 o C 2. Volume 7.3

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 Kelapa Muda Kelapa muda (cocos nucifera), merupakan buah dari pohon kelapa yang sengaja dipetik lebih cepat (sebelum buah kelapa itu tua atau jatuh sendiri dari pohonnya) dengan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perencanaan Proses perencanaan mesin modifikasi camshaft ditunjukkan pada diagram alur pada Gambar 3.1: Mulai Pengamatan dan pengumpulan data Perencanaan

Lebih terperinci

Pertemuan ke 17 DASAR SISTEM TRANSMISI RODA GIGI

Pertemuan ke 17 DASAR SISTEM TRANSMISI RODA GIGI Pertemuan ke 17 DASAR SISTEM TRANSMISI RODA GIGI Tujuan Pembelajaran Agar Mahasiswa dapat : Menghitung dan memilih jenis transmisi roda gigi sesuai dengan fungsi dan kegunaannya Deskripsi Materi Sistem

Lebih terperinci

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

BAB IV DESIGN DAN ANALISA BAB IV DESIGN DAN ANALISA Pada bab ini penulis hendak menampilkan desain turbin air secara keseluruhan mulai dari profil sudu, perhitungan dan pengecekan kekuatan bagian-bagian utama dari desain turbin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI...

BAB II LANDASAN TEORI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar tentang turbin air Turbin berfungsi mengubah energi potensial fluida menjadi energi mekanik yang kemudian diubah lagi menjadi energi listrik pada generator.

Lebih terperinci

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah:

PEGAS. Keberadaan pegas dalam suatu system mekanik, dapat memiliki fungsi yang berbeda-beda. Beberapa fungsi pegas adalah: PEGAS Ketika fleksibilitas atau defleksi diperlukan dalam suatu system mekanik, beberapa bentuk pegas dapat digunakan. Dalam keadaan lain, kadang-kadang deformasi elastis dalam suatu bodi mesin merugikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA 42 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA Sebelum melakukan perhitungan maka alangkah baiknya kita mengetahui dulu ketersediaan debit air di situ Cileunca

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN

BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 95 BAB IV PERENCANAAN PERANCANGAN 4.1 PERENCANAAN CUTTER 4.1.1 Gaya Pemotongan Bagian ini merupakan tempat terjadinya pemotongan asbes. Dalam hal ini yang menjadi perhatian adalah bagaimana agar asbes

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK

BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK BAB IV DESAIN STRUKTUR MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH JORONG AIA ANGEK Perangkat elektro mekanik merupakan salah satu komponen utama yang diperlukan oleh suatu PLTMH untuk menghasilkan energi listrik Proses

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA MESIN BALANCING RODA MOBIL

PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA MESIN BALANCING RODA MOBIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA MESIN BALANCING RODA MOBIL Dedi Suryadi 1), Restu Prayoga 1), A. Fauzan 1) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. WR. Supratman Kandang Limun,

Lebih terperinci

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KURNIAWAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

Bab IV Analisis dan Pengujian

Bab IV Analisis dan Pengujian Bab IV Analisis dan Pengujian 4.1 Analisis Simulasi Aliran pada Profil Airfoil Simulasi aliran pada profil airfoil dimaskudkan untuk mencari nilai rasio lift/drag terhadap sudut pitch. Simulasi ini tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi II. TINJAUAN PUSTAKA.1. Potensi Pemanfaatan Mikrohidro Kebutuhan listrik menjadi masalah yang tidak ada habisnya. Listrik menjadi kebutuhan yang mendasar saat ini, namun penyebarannya tidak merata terutama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum PLTMH Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan Hidro artinya air. Dalam prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun Mikro

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar-DasarPemilihanBahan Didalammerencanakansuatualatperlusekalimemperhitungkandanmemilihbahan -bahan yang akandigunakan, apakahbahantersebutsudahsesuaidengankebutuhanbaikitusecaradimensiukuranata

Lebih terperinci

BAB II LADASAN TEORI

BAB II LADASAN TEORI II-1 BAB II LADASAN TEORI.1. Proses Ekstraksi Proses ekstrasi adalah suatu proses untuk memisahkan campuran beberapa macam zat menjadi komponen komponen yang terpisah. Ekstrasi dapat dilakukan dalam dua

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2

2.3 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Rodagigi. Jika putaran rodagigi yang berpasangan dinyatakan dengan n 1. dan z 2 .3 Perbaningan Putaran an Perbaningan Roagigi Jika putaran roagigi yang berpasangan inyatakan engan n (rpm) paa poros penggerak an n (rpm) paa poros yang igerakkan, iameter lingkaran jarak bagi (mm) an

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Chen, dkk (2013) meneliti tentang Vertical Axis Water Turbine (VAWT) yang diaplikasikan untuk menggerakkan power generation untuk aliran air dalam pipa. Tujuannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL

BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL BAB IV ANALISA DESAIN MEKANIK CRUISE CONTROL Pengukuran Beban Tujuan awal dibuatnya cruise control adalah membuat alat yang dapat menahan gaya yang dihasilkan pegas throttle. Untuk itu perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Kapasitas Alat pencacah Plastik Q = 30 Kg/jam 30 kg = jam x 1 jam 60 menit = 0,5 kg/menit = 500 gr/menit Dimana : Q = Kapasitas mesin B. Perencanaan Putaran Pisau Jika

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gaya Dalam penggunaan sehari-hari, gaya sering dijumpai berupa gaya dorong dan gaya tarik yang bekerja secara kontak lansung. Beberapa gaya berkenaan dengan sifat tidak-kontak

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG. Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng.

MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG. Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng. MAKALAH ELEMEN MESIN II PENGGUNAAN RODA GIGI PADA PESAWAT TERBANG Dosen Pengampu: Catur Pramono, S.T., M.Eng. Disusun oleh: Irvan Usman Nur Rais (1510502006) Ahmad Bashori (1510502004) Laelan Farikh Aoladi

Lebih terperinci