ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI"

Transkripsi

1 ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis Regresi Terpotong dengan Beberapa Nilai Amatan Nol adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 Nurhafni G

3 ABSTRACT NURHAFNI. Truncated Regression Analysis with Some Zero Observations. Supervised by SISWADI and N. K. KUTHA ARDANA. In social research survey, the use of household data is often hindered by the occurrence of zero consumption or zero expenditure in the sample. Such zero observations arise as households participating in the survey typically do not consume certain commodity. The aim of this thesis is to evaluate truncated regression with some zero observations on dependent variable. This implies on the method of estimating the regression parameters. The estimation methods used in this research are Ordinary Least Square (OLS), Weighted Least Square (WLS), and Heckman s two step method. The data applied in this paper are generated using software SAS 9.1 with 8% proportion of zero observations. The following results are obtained. Based on the bias, variance, and Mean Square Error (MSE) of the estimates as well as the MSE for model validation, OLS and WLS methods have relatively similar results. They tend to be better compared to the Heckman s two step method. Therefore, for the similar pattern of the data, it is recommended to use OLS since it is a well known and simple method. Keywords : truncated regression, Ordinary Least Square (OLS), Weighted Least Square (WLS), Heckman s two step estimator

4 RINGKASAN NURHAFNI. Analisis Regresi Terpotong dengan Beberapa Nilai Amatan Nol. Dibimbing oleh SISWADI dan N. K. KUTHA ARDANA. Dalam penelitian survei ekonomi sosial, penggunaan data rumah tangga sering diusik dengan kehadiran zero consumption atau zero expenditure dalam sampel. Nilai amatan nol tersebut terjadi karena rumah tangga yang berpartisipasi pada survei tidak mengonsumsi komoditas tertentu, yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya variasi pada preferensi konsumsi/rumah tangga, harga komoditas yang relatif tinggi, kesalahan pada pelaporan dan survei hanya dicatat pada periode tertentu, tidak bertepatan dengan pembelian aktual. Model regresi merupakan suatu alat untuk menganalisis data survei dan parameter yang diduga dari suatu model regresi tersebut sering memberikan gambaran secara umum. Dari sudut pandang pemodelan statistika, masalah tersebut berimplikasi pada metode pendugaan yang sesuai untuk menduga parameter dari model yang dipakai. Penelitian sebelumnya membandingkan model regresi biasa, model Tobit dan regresi terpotong (Truncated Regression) pada data konsumsi rumah tangga, dengan mengikutkan zero consumption dan tanpa zero consumption. Dalam penelitian tersebut digunakan metode pendugaan OLS dan MLE dan hasilnya menyatakan bahwa metode OLS lebih baik dari MLE. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi regresi terpotong dengan beberapa nilai amatan nol pada peubah respons pada model, yaitu. Pendugaan parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square, OLS), metode kuadrat terkecil terboboti (Weighted Least Square, WLS) dan penduga dua tahap Heckman (Heckman s two step estimator). Selanjutnya adalah untuk mengetahui metode manakah di antara ketiga metode tersebut yang akan menghasilkan penduga yang baik pada proporsi nol yang dicobakan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bangkitan dari distribusi normal dengan proporsi nilai amatan nol sekitar 8% (16 amatan nol dari 192 amatan contoh), pembangkitan dilakukan dengan software SAS 9.1 Hasil penelitian menunjukan nilai bias dugaan parameter dari ketiga metode dapat dikatakan sama antara satu dengan yang lain walaupun ada kecenderungan metode WLS lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain. Nilai bias dugaan pada bernilai positif atau nilai dugaan berbias ke atas. Sedangkan nilai bias dugaan pada yang bernilai negatif atau berbias ke bawah. Nilai ragam dugaan dari setiap parameter pada metode dua tahap Heckman relatif lebih besar dibandingkan dengan dua metode yang lain. Nilai ragam dugaan metode OLS dan WLS dapat dikatakan sama walaupun ada kecenderungan nilai ragam metode OLS lebih kecil dibandingkan dengan metode WLS. Nilai MSE metode dua tahap Heckman relatif paling besar dibandingkan dua metode yang lain. Nilai MSE metode OLS dan WLS dapat dikatakan sama pada semua parameter, tetapi secara keseluruhan nilai MSE metode WLS cenderung lebih kecil dibandingkan dengan OLS. Begitu juga dari nilai MSE validasi model, metode OLS dan WLS relatif lebih baik dari metode dua tahap Heckman.

5 Secara umum penduga OLS dan WLS lebih baik dan lebih efisien dari metode dua tahap Heckman. Dari hasil tersebut maka disarankan untuk data yang mempunyai pola yang sama, metode OLS dapat digunakan. Selain memberi sifatsifat yang baik, metode ini sudah umum dikenal, mudah dipahami, prosedur komputasinya sederhana dan banyak tersedia pada software statistika.

6 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh hasil karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilimiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

7 ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Retno Budiarti, MS

9 Judul Tesis : Analisis Regresi Terpotong dengan Beberapa Nilai Amatan Nol Nama : Nurhafni NIM : G Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Siswadi, M.Sc Ketua Ir. N. K. Kutha Ardana, M.Sc Anggota Diketahui Ketua Program Studi Matematika Terapan Dekan Sekolah Pasca Sarjana Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS Tanggal Ujian : 20 Agustus 2008 Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2007 ini adalah membandingkan metode pendugaan parameter, dengan judul Analisis Regresi Terpotong dengan Beberapa Nilai Amatan Nol. Penulis sangat berterima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Siswadi, M.Sc dan Bapak Ir. N. K. Kutha Ardana, M.Sc selaku pembimbing atas saran, bimbingan dan nasehatnya selama penelitian dan penulisan tesis ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Ir. Retno Budiarti, MS sebagai penguji luar komisi yang telah banyak memberikan masukan untuk perbaikan tesis ini selama dalam persidangan tesis. Terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan izin dan bantuan beasiswa kepada penulis untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Matematika Terapan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Kepada suamiku Sumarhalin, anakku tersayang Fascha Ahmad, orang tua serta seluruh keluarga, terima kasih atas segala kasih sayang, pengertian dan doanya. Terakhir, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan atas segala bantuannya dan doanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2008 Nurhafni

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tanjung Pura pada tanggal 28 Agustus 1976 dari ayah Ahmad Mansyuruddin dan ibu Helmi Yus. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Tahun 1994 penulis lulus dari SMA Negeri Tanjung Pura Kabupaten Langkat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk USU Medan. Penulis memilih Jurusan Matematika pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan selesai pada tahun Tahun 1999 penulis bekerja sebagai tenaga honorer di Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjung Pura sampai tahun Tahun 2005 penulis masuk PNS di Departemen Agama, bekerja sebagai staf pengajar diperbantukan di Madrasah Tsanawiyah Swasta (MTsS) Jam iyah Mahmudiyah Tanjung Pura sampai sekarang. Pada tahun 2006 penulis masuk Program Magister Program Studi Matematika Terapan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama Republik Indonesia dan menyelesaikannya pada tahun 2008.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Tujuan dan Manfaat... 3 TINJAUAN PUSTAKA Metode Kuadrat Terkecil Biasa... 4 Metode Kuadrat Terkecil Terboboti... 5 Regresi Terpotong... 8 Regresi Tobit... 8 Model Probit Penduga Dua Tahap Heckman Sifat-sifat Penduga yang Baik METODE PENELITIAN Sumber Data Tahap Analisis HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pendugaan Parameter Evaluasi Metode Pendugaan Validasi Model KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 40

13 DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai peubah penjelas pada data asal Nilai bias dugaan dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Nilai ragam dugaan dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Nilai MSE dugaan dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman... 32

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Flowchart dari tahap analisis penelitian Diagram kotak nilai dugaan untuk keseluruhan parameter pada tahap pendugaan parameter Diagram kotak nilai dugaan untuk tiap-tiap parameter pada tahap pendugaan parameter Grafik nilai bias dugaan dari keseluruhan parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Grafik nilai bias dugaan dari tiap-tiap parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Grafik nilai ragam dugaan dari keseluruhan parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Grafik nilai ragam dugaan dari tiap-tiap parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Grafik nilai MSE dugaan dari keseluruhan parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Grafik nilai MSE dugaan dari tiap-tiap parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Diagram kotak nilai MSE untuk validasi model dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman... 34

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Program simulasi data Program pendugaan parameter OLS WLS Dua tahap Heckman Hasil pendugaan parameter yang diperoleh dari masing-masing metode pendugaan parameter Nilai MSE validasi model dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman... 51

16 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu metode penelitian sosial ekonomi yang sangat luas penggunaannya adalah metode penelitian survei. Penelitian survei bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena sosial ekonomi tertentu, mengadakan evaluasi dan melakukan prediksi mengenai fenomena tersebut. Salah satu penelitian survei yang rutin dilakukan di Indonesia adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan oleh Biro Pusat Statistik (BPS). Salah satu peubah sasaran adalah konsumsi/pengeluaran rumah tangga yang dikumpulkan setiap tiga tahun sekali. Survei ini biasanya dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai barang dan jasa yang dibeli konsumen serta berapa besar pengeluarannya. Data yang terkumpul digunakan untuk mempelajari perilaku konsumen, memonitor tingkat kesejahteraan pada kelompok masyarakat, dan untuk pengambilan kebijakan pajak maupun politik pemerintah (BPS, 2003). Perkembangan ilmu sosial ekonomi menuntut analisis kuantitatif untuk melihat dan menganalisis hubungan peubah-peubah yang saling terkait. Dimulai dari hubungan dalam teori ekonomi lalu diformulasikan ke persamaan matematika dengan membuat model, sehingga dapat diukur. Model regresi merupakan suatu alat untuk menganalisis data survei dan parameter yang diduga dari suatu model regresi tersebut sering memberikan gambaran secara umum. Dari sudut pandang pemodelan statistika, masalah tersebut berimplikasi pada metode pendugaan yang sesuai untuk menduga parameter dari model yang dipakai. Permasalahan yang sering dihadapi pada survei konsumsi/pengeluaran rumah tangga adalah diperolehnya nilai amatan nol. Hal tersebut sering dijumpai karena adanya rumah tangga yang tidak mengonsumsi komoditas tertentu, dikenal dengan istilah zero consumption/zero expenditure. Akibatnya akan menyulitkan penggunaan data rumah tangga karena peubah respons pada fungsi permintaannya mengandung zero consumption/zero expenditure. Ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena zero consumption/zero expenditure, di antaranya adalah 1) adanya variasi pada preferensi konsumen atau rumah tangga, 2) harga

17 2 komoditas yang cukup mahal, 3) kesalahan pada pelaporan 4) survei hanya dicatat pada periode tertentu, tidak bertepatan dengan pembelian aktual. Bagaimanapun di antara rumah tangga terdapat variasi yang luas dalam kuantitas atau jumlah yang dikonsumsi, sehingga kemungkinan ada sejumlah nilai amatan nol. Kemalawaty (1999) yang menggunakan data Susenas dalam penelitian mengenai sistem permintaan makanan di daerah Aceh menggabungkan beberapa rumah tangga sesuai dengan interval besar anggaran pengeluaran untuk mencegah nilai amatan nol, padahal model yang digunakan menghendaki semua rumah tangga contoh mengkonsumsi semua komoditas yang dianalisis. Ada juga sebagian peneliti tidak menganalisis data zero consumption, hal ini tentu saja mengurangi informasi, ukuran sampel dan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya karena berkurangnya rumah tangga contoh. Virgantari (2005), membandingkan model regresi biasa, model Tobit dan regresi terpotong (Truncated Regression) pada data konsumsi rumah tangga, dengan mengikutkan zero consumption dan tanpa zero consumption. Dalam kajian penerapan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square, OLS) dan metode kemungkinan maksimum (Maximum Likelihood, ML), disimpulkan bahwa berdasarkan nilai Mean Square Error (MSE) serta penyimpangan asumsi, secara umum dapat dikatakan metode OLS memberikan hasil yang lebih baik daripada menggunakan metode ML. Banyak metode pendugaan yang biasa digunakan dalam analisis regresi atau untuk menduga parameter model yang digunakan. Metode kuadrat terkecil biasa sangat populer digunakan, karena secara teori metode tersebut mudah dan cukup baik apabila asumsi klasik dipenuhi. Semakin banyak nilai amatan nol pada data yang diperoleh akan menyebabkan terjadinya penyimpangan asumsi klasik, sehingga diperlukan metode pendugaan yang lain, seperti metode kuadrat tekecil terboboti (Weighted Least Square, WLS) dan metode penduga dua tahap Heckman (Probit dan OLS) yang akan dibahas dalam penelitian ini.

18 3 Tujuan dan Manfaat Tujuan penelitian ini mengevaluasi model regresi terpotong dengan beberapa nilai amatan nol, dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS), metode kuadrat terkecil terboboti (WLS) dan penduga dua tahap Heckman (Probit dan OLS) untuk memperoleh metode pendugaan yang terbaik. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh suatu metode pendugaan parameter yang terbaik dalam penelitian yang banyak melibatkan nilai amatan nol seperti pada pola konsumsi/pengeluaran rumah tangga, sehingga diharapkan pendugaan pola konsumsi dan model fungsi permintaan dapat memberikan gambaran yang lebih rinci dan tepat tentang perilaku konsumsi rumah tangga. Informasi yang dihasilkan dapat bermanfaat lebih jauh bagi perencanaan kebijakan dan peningkatan konsumsi pangan.

19 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendugaan parameter pada model regresi dapat diselesaikan dengan metode pendugaan yang berbeda, seperti OLS, WLS, penduga dua tahap Heckman yang akan digunakan dalam tulisan ini. Metode Kuadrat Terkecil Biasa (OLS) Persamaan regresi linear adalah persamaan antara satu peubah respons (Y) dengan satu atau lebih peubah penjelas (X 1, X 2, X 3,, X p ). Hubungan antara peubah-peubah tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan, (1) Atau dalam bentuk matriks, dengan X adalah matriks peubah penjelas berukuran n k, Y adalah vektor peubah respons berukuran n 1, adalah vektor parameter berukuran k 1, adalah vektor galat atau sisaan berukuran n 1 (n adalah banyaknya amatan dan k = p + 1 adalah banyaknya parameter ). Asumsikan,. Pendugaan parameter dalam model regresi linear dilakukan dengan meminimumkan kuadrat sisaan atau (2) Sebagai nilai dugaan, maka dipilih ß sedemikian rupa sehingga nilai minimum. Caranya adalah dengan mendiferensialkan persamaan (2) terhadap ß dan kemudian disamakan dengan nol, yaitu: (3) Sehingga diperoleh: (4) dengan matriks koragam dari penduga adalah : (5) dengan adalah matriks non singular (Draper and Smith, 1981).

20 5 Jika matriks singular, maka penduga ß dicari dengan matriks kebalikan umum. Penduga tersebut tidak bersifat unik, dan solusi umumnya (Kshirsagar, 1983) adalah: (6) di mana adalah matriks idempoten berukuran p p yang mempunyai sifat pangkat H = pangkat S = pangkat X = tr H; dan z adalah vektor sembarang, sedangkan (7) di mana adalah kebalikan umum dari S=. Metode OLS merupakan metode pendugaan yang sering dipakai pada analisis regresi klasik. Hal ini berdasarkan pada kenyataan bahwa penduga OLS relatif lebih mudah dan selalu tersedia pada software statistika, penduga OLS merupakan penduga tak bias linear terbaik (BLUE). Metode Kuadrat Terkecil Terboboti (WLS) Asumsi yang biasa dibuat mengenai model regresi linear adalah. Kadang-kadang asumsi tersebut tidak terpenuhi, dan modifikasi metode kuadrat terkecil diperlukan ketika, di mana merupakan matriks n n. Jika matriks diagonal dengan elemen diagonal yang tidak sama, maka amatan Y tidak berkorelasi tetapi mempunyai ragam yang berbeda. Jika selain elemen diagonal pada adalah tak nol, maka amatan Y ada yang saling berkorelasi. Secara formal, andaikan model (8) diketahui, tidak perlu diketahui penduga kuadrat terkecil biasa tidak lagi sesuai. Pendekatan masalah ini dilakukan dengan transformasi model pada himpunan amatan baru yang memenuhi asumsi kuadrat terkecil dan selanjutnya menggunakan OLS pada data yang telah ditransformasi. Karena merupakan matriks koragam dari galat, adalah sebarang matriks tak singular dan definit positif, maka terdapat matriks simetrik tak singular K berukuran n n, di mana Matriks K disebut akar kuadrat dari.

21 6 Definisikan peubah-peubah baru maka model regresi menjadi atau (10) Dengan demikian elemen mempunyai nilai tengah nol, ragam konstan dan tak berkorelasi. Karena galat pada persaman (10) memenuhi asumsi biasa, sehingga OLS dapat digunakan. Fungsi kuadrat terkecil adalah (11) Dengan pendiferensialan secara parsial terhadap dan menyamakan hasil yang diperoleh dengan nol, sehingga diperoleh persamaan normal kuadrat terkecil, (12) dan solusi persamaan tersebut adalah : (13) disebut penduga kuadrat terkecil umum (Generalized Least Square, GLS) dari, dengan matriks koragam dari penduga adalah : (14) (Montgomery and Peck, 1992). Jika struktur dari matriks koragam tidak diketahui, atau matriks tidak diketahui maka untuk metode pendugaaan parameter GLS pada persamaan (13) perlu diduga dari data selain pendugaan parameter dengan menggunakan metode OLS. Metode GLS secara khusus memerlukan proses iterasi. Dalam prakteknya, secara khusus tidak diketahui, maka pendugaan parameter dengan metode GLS tidak dapat diperoleh. Dengan menggantikan penduga untuk pada persamaan (13) menghasilkan penduga yaitu (15) dengan yang berunsur n(n+1)/2 parameter, sehingga terlalu banyak untuk diduga dari n amatan. Pendugaan yang tepat dari tidak akan mungkin kecuali pembatasan pada elemen ditentukan atau strukturnya harus ditentukan pada model jika diproses.

22 7 Jika galat mempunyai ragam tak sama, maka = diag dan bentuk khusus dari GLS ini disebut sebagai metode kuadrat terkecil terboboti (Weighted Least Square, WLS). Dalam kasus ini K = diag = dan. Diasumsikan struktur sederhana dari sehingga merupakan matriks diagonal dengan elemen diagonal yang mungkin berbeda, (16) yang artinya elemen Y tidak berkorelasi tetapi mempunyai ragam yang berbeda. Untuk menentukan penduga WLS, tansformasi matriks yang diinginkan adalah, (17) Algoritma WLS jika struktur tidak diketahui dapat ditulis dalam langkahlangkah sebagai berikut : 1 Regresikan Y dengan konstanta dan semua peubah bebas atau menduga parameter dengan OLS, menghasilkan sebagai dugaan awal. 2 Tentukan galat dari regresi pada langkah pertama. 3 Analisis galat dan tentukan pembobot atau dugaan dari yaitu yang merupakan matriks diagonal. 4 Duga kembali parameter dengan menyelesaikan persamaan (15) untuk memperoleh yang baru, atau dilakukan dengan memerhatikan bahwa dapat didekomposisikan sebagai dan dugaan parameter dapat diperoleh dengan membentuk pembobot dan melakukan regresi kuadrat terkecil terboboti dengan mentransformasi semua peubah pada langkah pertama dengan mengalikan setiap peubah termasuk konstanta dengan bobot yang dibentuk pada langkah sebelumnya. 5 Ulangi langkah 2, 3, 4 sampai dianggap tidak berubah (konvergen).

23 8 Regresi Terpotong Menganalisis data survei rumahtangga misalnya pengeluaran rumahtangga pada suatu barang dengan menggunakan model regresi dengan memerhatikan kenyataan bahwa pengeluaran (peubah respons pada model regresi) tidak mungkin negatif. Peubah respons dalam model regresi diamati pada seluruh daerah hasil (range). Peubah respons dikatakan terpotong jika sebagian dari amatan merupakan nilai minimum atau maksimum, karena peubah terpotong tidak diamati pada seluruh daerah hasil. Sebuah sampel dikatakan terpotong jika data hanya diperoleh pada himpunan bagian dari keseluruhan populasi. Dalam studi ini peubah respons dikatakan terpotong pada titik c bila nilainya c dianggap bernilai c atau Y didefinisikan sebagai berikut : (18) (Maddala, 1983). Model Tobit Model ini pertama kali dibicarakan oleh Tobin (1958), yang menganalisis pengeluaran rumahtangga pada suatu barang menggunakan model regresi dengan memerhatikan kenyataan bahwa pengeluaran (peubah respons pada model regresi) tidak mungkin negatif. Untuk data dengan beberapa nilai amatan nol, metode kuadrat terkecil tidak sesuai karena asumsi klasik tidak terpenuhi. Karena Tobin menghubungkan studinya pada analisis Probit, maka model ini juga disebut model Tobit oleh Goldberger (Amemiya, 1984). Maddala (1983) mendefinisikan model Tobit sebagai berikut: (19) Pada model ini, adalah vektor parameter berukuran k 1, adalah vektor peubah penjelas berukuran k 1, termasuk unsur 1 bila dengan intersep, dan adalah galat yang saling bebas dan berdistribusi normal dengan nilai tengah nol dan ragam.

24 9 Pendugaan parameter menurut Maddala (1983) dilakukan dengan memisahkan amatan peubah respons yang bernilai nol dan positif. Misalkan N 0 adalah banyaknya amatan di mana y i = 0 dan N i adalah banyaknya amatan y i > 0, dan didefinisikan: (20) (21) (22) (23) dan masing-masing merupakan fungsi kepekatan peluang dan fungsi distribusi kumulatif normal baku yang dievaluasi pada. Misalkan, (24) merupakan vektor N 1 amatan tak nol berukuran 1 N 1 merupakan matriks nilai-nilai untuk amatan tak nol berukuran k N 1 merupakan matriks nilai-nilai untuk amatan 0 berukuran k N 0 merupakan vektor nilai-nilai untuk amatan Untuk amatan 0 berukuran 1 N 0 0, diketahui bahwa Untuk amatan 0, diperoleh (25) Pada model regresi linear fungsi kemungkinan merupakan fungsi kepekatan peluang bersama dari peubah respons Y. Karena faktor sisaan merupakan peubah

25 10 acak yang saling bebas, maka juga merupakan peubah acak yang saling bebas sehingga fungsi kemungkinan persamaan (19) adalah (26) di mana suku pertama meliputi N 0 amatan untuk untuk 0 dan log-fungsi kemungkinan adalah 0 dan suku kedua N 1 amatan (27) di mana penjumlahan S o meliputi N 0 amatan untuk 0 dan S 1 meliputi N 1 amatan untuk Dengan memaksimumkan log-fungsi kemungkinan dengan menggunakan turunan pertama log L terhadap ß dan s 2 akan diperoleh (28) (29) sehingga solusi persamaan (28) dan persamaan (29) adalah (30) (31) di mana merupakan penduga yang diperoleh dari N 1 nilai amatan tak nol. Persamaan (31) menunjukkan hubungan antara penduga kemungkinan maksimum (ML) dan OLS yang diperoleh dari nilai amatan tak nol. Model Probit Jika peubah respons merupakan peubah boneka (dummy variable), regresi OLS tidak sesuai. Regresi OLS akan menghasilkan ramalan-ramalan yang tidak tepat, yang dapat bernilai lebih besar dari 1 atau kurang dari 0, selain akan melanggar asumsi homogenitas karena sifat diskret peubah respons (Salvatore and Reagle, 2002). Sebuah pendekatan alternatif untuk mengatasi masalah peubah respons bersifat dikotomi, disebut model analisis Probit (Golberger, 1964), diasumsikan bahwa terdapat peubah respons y i yang didefinisikan dengan hubungan regresi

26 11 (32) dan berdistribusi normal baku,. Dalam prakteknya tidak teramati, yang diamati peubah boneka Y yang didefinisikan (33) Dalam kasus ini nilai-nilai amatan Y merupakan realisasi dari proses binomial sehingga fungsi kemungkinan diasumsikan mengikuti distribusi binomial. Dari (32) dan (33), peluang dari amatan adalah: = (34) di mana merupakan fungsi distribusi kumulatif (cdf) untuk. Asumsikan saling bebas, diperoleh fungsi kemungkinan sebagai berikut (35) Notasi dan masing-masing merupakan fungsi kepekatan dan fungsi distribusi kumulatif normal baku, sehingga fungsi kemungkinan model Probit yang berkaitan dengan persamaan (33) dapat ditulis (36) dan log fungsi kemungkinan (37) Turunan log L terhadap ß menghasilkan (38) Penduga kemungkinan maksimum dapat diperoleh sebagai solusi dari persamaan 0. Persamaan tersebut tidak memberikan bentuk tertutup sehingga akan diselesaikan secara numerik (Maddala, 1983).

27 12 Penduga dua tahap Heckman (Probit dan OLS) Pendugaan parameter model Tobit dengan OLS untuk semua amatan atau hanya amatan positif akan menghasilkan penduga parameter yang bias dan tidak konsisten, sehingga diperlukan alternatif lain. Selain menggunakan metode kemungkinan maksimum, pendugaan parameter model Tobit dapat dilakukan dengan dua tahap atau lebih dikenal dengan istilah Heckman s two step estimator (Maddala, 1983 dan Amemiya, 1985). Andaikan model pada persamaan (19) dan amatan positif diperoleh, (39) di mana suku terakhir pada ruas kanan secara umum tak nol. Hal ini menyebabkan sifat bias penduga OLS menggunakan amatan positif. Karena asumsi kenormalan pada, persamaan (39) dapat ditulis menjadi (40) di mana dan masing-masing merupakan fungsi kepekatan peluang dan fungsi distribusi kumulatif normal baku yang dievaluasi pada. Alternatif yang ditemukan Heckman (1976b) pada dasarnya terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan aspek kualitatif dan kemudian pendugaan aspek kuantitatif dari model Tobit (Maddala, 1983). Tahap pertama: Aspek kualitatif dari model Tobit menggunakan model Probit. Didefinisikan peubah boneka yaitu: dan, dimana Dengan menggunakan model Probit, diperoleh penduga kemungkinan maksimum dari sehingga dengan hasil tersebut diperoleh nilai penduga dari dan. Tahap kedua: Aspek kuantitatif dari model Tobit yang berkaitan dengan amatan positif (41) Dengan demikian persamaan (41) dapat ditulis, (42)

28 13 di mana Dengan mengunakan metode kuadrat terkecil (OLS) pada persamaan (42) akan diperoleh penduga parameter dan yang konsisten, di mana menggantikan posisi sebagai peubah bebas yang nilainya diperoleh pada tahap sebelumnya. Sifat-sifat penduga yang baik Penduga (estimator) adalah fungsi dari contoh acak yang tidak bergantung pada parameter, sedangkan dugaan (estimate) adalah nilai dari penduga. Ada beberapa kriteria yang dapat dipakai untuk mendapatkan penduga yang baik tersebut di antaranya adalah sifat tak bias, ragam minimum, konsisten, minimum MSE, konsisten serta sifat asimtotis (Koutsoyiannis, 1973). 1 Tak bias Bias suatu penduga didefinisikan sebagai selisih antara nilai harapan penduga dengan nilai parameter yang sebenarnya, atau (43) Jadi dikatakan penduga tak bias dari ß jika nilai harapan dari sama dengan nilai ß atau sebaliknya jika maka dikatakan penduga tak bias. Dengan kata lain suatu penduga dikatakan tak bias jika nilai biasnya sama dengan nol. 2 Ragam minimum Suatu penduga dikatakan penduga terbaik apabila ragam dari mempunyai nilai minimum dibandingkan dengan ragam dari penduga-penduga tak bias lainnya, atau (44) di mana adalah penduga lain dari parameter ß.

29 14 3 Konsisten Suatu penduga dikatakan penduga konsisten dari ß jika konvergen peluang ke ß, yaitu plim = ß. Jadi untuk setiap, (45) 4 Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) Suatu penduga dikatakan penduga tak bias linear terbaik jika memenuhi: a. merupakan fungsi linear dari amatan sampel b. bersifat tak bias atau c., di mana adalah penduga lain dari parameter ß. 5 Mean Square Error (MSE) Minimum Kriteria ini juga merupakan kombinasi dari sifat ketakbiasan dan ragam minimum. Suatu penduga dikatakan mempunyai MSE minimum jika nilai harapan kuadrat selisih antara penduga dengan nilai parameter populasinya mempunyai nilai paling kecil, atau dirumuskan sebagai berikut: 6 Sifat Asimtotis Sifat ini dimaksudkan untuk melihat perilaku dari distribusi sampling penduga dalam ukuran sampel yang cukup besar. Distribusi sampling penduga pada umumnya berubah dengan berubahnya ukuran sampel. Sifat-sifat asimtotis yang diinginkan dari suatu penduga adalah tak bias asimtotis, konsisten dan efisien asimtotis, sebagai berikut : a. adalah penduga tak bias asimtotis dari ß jika b. Dapat dibuktikan bahwa syarat cukup agar merupakan penduga konsisten bagi ß adalah dipenuhi syarat-syarat berikut: adalah penduga tak bias asimtotis dari ß konvergen menuju nol jika

30 15 c. merupakan penduga yang efisien asimtotis jika (48) di mana merupakan penduga konsisten yang lain dari. erupakan penduga yang efisien asimtotis dari ika memenuhi ketiga syarat berikut: i. mempunyai distribusi asimtotis dengan nilai tengah dan ragam tertentu ii. konsisten iii. Tidak ada penduga konsisten lain dari yang mempunyai ragam asimtotis yang lebih kecil dari.

31 16 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bangkitan (generated) dari software statistika, yaitu SAS 9.1 dengan proporsi nilai amatan nol 8% (16 amatan nol dari 192 amatan contoh) seperti kasus yang diperoleh pada penelitian sebelumnya, yaitu proporsi nilai amatan nol pada konsumsi ikan (Virgantari, 2005). Tahap Analisis Tahap analisis meliputi hal-hal berikut: a. Simulasi/pembangkitan data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data simulasi yang dibangkitkan dengan software SAS 9.1. Simulasi merupakan suatu proses membuat desain logika matematika dari suatu sistem real dengan melibatkan batasan-batasan tertentu untuk memecahkan suatu masalah. Jadi langkah awal yang dilakukan pada tahap simulasi/pembangkitan data adalah pembentukan model atau penyusunan model. Spesifikasi Model Pada penelitian ini model yang digunakan merupakan hasil dari penelitian sebelumnya (Virgantari, 2005), yaitu model Almost Ideal Demand System (AIDS) (49) dengan anggaran pengeluaran komoditas ke-i harga unit komoditas ke-j total pengeluaran indeks harga Stone, didefinisikan parameter model, berturut-turut untuk intersep, pengeluaran harga dan jumlah anggota rumah tangga Data yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah data sekunder berupa data mentah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2002 yang

32 17 dilakukan oleh Biro Pusat Stastistik (BPS), di mana data yang dipakai adalah nilai pengeluaran dan konsumsi pangan sumber protein hewani yaitu ikan, daging, dan telur di wilayah DKI Jakarta. Setelah dianalisis dan diduga parameternya diperoleh model regresi, khususnya untuk konsumsi ikan yang akan digunakan untuk pembangkitan data dalam penelitian ini. Model regresi yang dikaji adalah: (50) Algoritma pembangkitan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1 Diberikan nilai parameter dari penelitian sebelumnya, yaitu = (0.0206, -6.37E-7, , , , ). 2 Menentukan nilai X berdasarkan kombinasi berbagai nilai data asal pada penelitian sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 1, sehingga diperoleh 192 kombinasi. Tabel 1 Nilai peubah penjelas pada data asal Peubah penjelas Nilai data asal 0.5; ; ; ; -0.4; 1.0; ; 3.5; 4.5; 5.5; 6.5; Merumuskan fungsi 4 Membangkitkan bilangan acak 5 Menggunakan kombinasi X dan nilai untuk memperoleh nilai Y dengan proporsi nilai amatan nol sebanyak 8% (16 amatan). 6 Jika pada iterasi pertama belum diperoleh nilai Y 0 sebanyak 16 amatan maka iterasi akan terus berlanjut dan proses akan berhenti jika sudah diperoleh 16 amatan nol, sehingga data yang dibangkitkan berukuran 192 sesuai dengan kombinasi nilai X. 7 Langkah 1-6 dilakukan sebanyak 100 kali dan data bangkitan tersebut dibagi menjadi dua sampel, di mana sampel yang pertama digunakan untuk pendugaan dan sampel kedua untuk validasi.

33 18 b. Pendugaan parameter Dari sampel pertama yang diperoleh pada tahap simulasi data, ada 50 nilai amatan (N = 50) dengan proporsi nilai amatan nol yang dicobakan, dan selanjutnya dilakukan pendugaan dengan menggunakan metode OLS, WLS dan penduga dua tahap Heckman. Nilai-nilai dugaan tersebut akan dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang distribusi sampling dari dan selanjutnya akan digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang bias, ragam dan MSE dari nilai dugaan yang diperoleh. c. Evaluasi penduga parameter Penduga-penduga yang dihasilkan pada tahap sebelumnya dievaluasi dengan kriteria sifat ketakbiasan, ragam penduga, dan nilai kuadrat tengah galat (MSE) yang minimum. Sifat-sifat distribusi sampling yang diperiksa adalah nilai harapan dan ragam yang selanjutnya digunakan untuk menduga bias dan kuadrat tengah galat sebagai berikut: Nilai bias dugaan Nilai bias dari diperoleh dengan mengurangkan rata-rata dari dugaan yag diperoleh dengan nilai ß yang sebenarnya, (51) Ragam dugaan Ragam dari distribusi sampling untuk menduga ragam yaitu: diduga dengan menggunakan rumus biasa (52) Kuadrat tengah galat (MSE) Nilai MSE dari diduga berdasarkan rata-rata dari kuadrat selisih antara penduga dengan nilai sebenarnya yaitu: (53)

34 19 d. Validasi model Validasi dilakukan dengan membandingkan nilai amatan yang dibangkitkan, Y, dengan nilai dugaan padanannya,, yang diperoleh dengan menggunakan dugaan parameter pada tahap pendugaan. Berdasarkan nilai tersebut kemudian dihitung nilai rata-rata penyimpangan kuadrat (MSE) dari masing-masing contoh dengan cara: (54) dan kemudian nilai tersebut dirata-ratakan dari 50 sampel yang ada. Metode yang terbaik adalah metode yang memberikan nilai MSE yang paling kecil.

35 20 Tahap-tahap dari analisis tersebut dapat dilihat pada flowchart dan algoritma berikut: Mulai Perumusan Model i = 0 Simulasi Data i = i +1 Sampel 1, ulangan ke i Y ij, j = 1,2,..., 192 Sampel 2, ulangan ke i Y ij, j = 1,2,..., 192 Pendugaan parameter OLS GLS Heckman Nilai dugaan dan validasi ya i < 50 tidak Evaluasi penduga dan validasi tidak Metode terbaik Selesai Gambar 1 Flowchart dari tahap analisis penelitian.

36 21 Algoritma: Langkah 1: Perumusan model, yaitu : ß = (0.0206, -6.37E-7, , , , ) X ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa nilai data asal, yaitu: 0.5; 2.5, 2.5; 3.5, 2.5; 3.5, -1.1; -0.4; 1; 1.7, 2.5; 3.5; 4.5; 5.5; 6.5; 7.5, Tetapkan : i 0 (belum dilakukan proses ulangan); N 50 (banyaknya ulangan); Proporsi nilai amatan nol 8% (16 amatan) Langkah 2: Melakukan simulasi data berdasarkan model pada langkah 1 i = i + 1: simulasi untuk ulangan ke i Gunakan kombinasi semua peubah,,,, n nrow(x); ; ; ; ; ; Pembangkitan data dilakukan sekaligus 2 kali untuk memperoleh dua sampel. Sampel pertama digunakan untuk pendugaan parameter dan sampel kedua untuk validasi. Langkah 3: Melakukan pendugaan parameter pada sampel pertama dengan metode OLS, GLS, dua tahap Heckman sehingga untuk masingmasing metode diperoleh dan Langkah 4: Melakukan validasi dengan membandingkan nilai amatan pada sampel kedua, Y, dengan nilai dugaan padanannya, pada langkah 3

37 22 Langkah 5: Selama i < 50, proses kembali ke langkah 2 untuk ulangan ke i, selain itu proses berhenti Langkah 6: Mengevaluasi penduga parameter dari distribusi sampling penduga yang diperoleh pada langkah 4 Langkah 7: Menentukan metode yang terbaik berdasarkan hasil evaluasi dan validasi pada langkah 7

38 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini disajikan hasil utama dari penelitian, yang terdiri atas bagian utama, yaitu hasil pendugaan parameter, evaluasi dari masing-masing metode pendugaan parameter dan bagian berikutnya adalah validasi model regresi yang digunakan. Dalam penelitian ini hasil pendugaan parameter, nilai MSE validasi model disajikan dalam bentuk diagram kotak (boxplot), sedangkan untuk evaluasi nilai dugaan masing-masing metode dan analisis validasi model menggunakan grafik garis. Dalam statistik deskriptif, diagram kotak merupakan cara yang tepat untuk menyajikan kelompok data secara ringkas, menyampaikan informasi tentang lokasi dan variasi kelompok data. Diagram kotak juga berguna untuk menampilkan perbedaan antara populasi atau kelompok data, spasi antara bagian berbeda dari kotak membantu untuk menunjukkan tingkat dispersi/penyebaran dan kecondongan dalam data. Hasil Pendugaan Parameter Pada tahap ini model regresi pada persamaan (50) diduga dengan menggunakan ketiga metode yaitu OLS, WLS dan dua tahap Heckman. Pendugaan parameter dilakukan dengan menggunakan data pada sampel pertama, di mana masing-masing metode menghasilkan 50 nilai dugaan untuk tiap parameter (Lampiran 3). Nilai-nilai dugaan tersebut akan dapat digunakan untuk mendapat gambaran tentang distribusi sampling dari. Hasil statistik deskriptif pendugaan parameter ketiga metode untuk masing-masing parameter dapat dilihat pada diagram kotak yang diberikan pada Gambar 2 dan 3.

39 24 Boxplot Nilai Dugaan Parameter Nilai dugaan OLS b_0 WLS b_0 Heckman b_0 OLS b_1 WLS b_1 Heckman b_1 19 OLS b_2 WLS b_2 Heckman b_2 OLS b_ WLS b_3 Heckman b_3 OLS b_4 WLS b_4 Heckman b_4 OLS b_5 WLS b_5 Heckman b_5 Gambar 2 Diagram kotak dari nilai dugaan untuk keseluruhan parameter pada tahap pendugaan parameter. 1.5 Boxplot b_ Boxplot b_ Data 0.0 Data OLS WLS Heckman OLS WLS Heckman Boxplot b_2 Boxplot b_ Data 0.1 Data OLS WLS Heckman -0.3 OLS WLS 41 Heckman Boxplot b_ Boxplot b_5 Data 0.10 Data OLS WLS Heckman OLS WLS Heckman Gambar 3 Diagram kotak dari nilai dugaan masing-masing parameter pada tahap pendugaan parameter.

40 25 Dari Gambar 2 diperoleh informasi atau gambaran tentang nilai dugaan ketiga metode pada tahap pendugaan parameter sehingga dapat mendeteksi lokasi dan dapat membandingkan ukuran pemusatan (central tendency), keragaman (variability), kecondongan (skewness) dan pencilan (outlier) himpunan data ketiga metode tersebut. Secara umum dari keseluruhan metode dan parameter pada Gambar 2 diketahui bahwa metode dua tahap Heckman mempunyai median relatif paling tinggi dibandingkan dengan metode OLS dan WLS. Nilai kisaran (range) dan antar kuartil (interquartil) metode dua tahap Heckman lebih besar, sehingga ada kecenderungan ragamnya lebih besar dibandingkan dengan metode OLS dan WLS. Nilai kisaran dan antar kuartil metode OLS dan WLS untuk keseluruhan parameter relatif sama, jadi ada kecenderungan ragamnya sama. Pola distribusi dari data pada himpunan data ketiga metode berbeda untuk tiap parameter walaupun ada kecenderungan metode OLS dan WLS mempunyai kecondongan yang sama. Data pencilan sering terjadi pada metode dua tahap Heckman untuk keseluruhan parameter, kecuali pada dan Dari Gambar 2 juga dapat dilihat bahwa secara umum keragaman data untuk parameter cenderung berbeda untuk ketiga metode. Keragaman paling besar terjadi pada jika dibandingkan dengan parameter yang lain. Pencilan banyak ditemukan pada dibandingkan dengan parameter lain, kecuali pada dan tidak terdapat pencilan. Untuk lebih terperinci dari Gambar 3 dapat dilihat nilai dugaan untuk tiap parameter. Pada dapat dilihat bahwa metode dua tahap Heckman mempunyai median yang relatif paling tinggi dibandingkan dengan dua metode yang lain. Nilai kisaran dan antar kuartil ketiga metode berbeda, sehingga mempunyai ragam yang berbeda. Keragaman metode dua tahap Heckman relatif lebih besar dibandingkan dengan dua metode yang lain. Metode OLS dan WLS mempunyai kisaran dan antar kuartil yang hampir sama, sehingga keragamannya relatif sama. Pola distribusi data dari himpunan data metode OLS adalah simetris, sedangkan pola distribusi himpunan data metode WLS condong ke kiri. Tidak ada pencilan pada data yang diperoleh pada kedua metode tersebut. Pola distribusi data dari himpunan data metode dua tahap Heckman adalah condong ke kiri dan terdapat 2 nilai pencilan, yaitu data ke - 49 ( ) dan data ke - 25 ( ).

41 26 Pada dapat dilihat bahwa metode dua tahap Heckman mempunyai median yang relatif paling tinggi dibandingkan dengan dua metode yang lain. Untuk ketiga metode mempunyai kisaran dan antar kuartil yang berbeda, sehingga keragamannya berbeda. Keragaman metode dua tahap Heckman relatif lebih besar dibandingkan dengan dua metode yang lain. Pola distribusi dari data pada himpunan data untuk metode OLS dan WLS sama, yaitu condong ke kiri, sedangkan untuk metode dua tahap Heckman polanya condong ke kanan. Untuk ketiga metode pendugaan parameter tidak terdapat pencilan pada himpunan datanya. Pada terlihat metode WLS mempunyai median yang relatif paling rendah dibandingkan dengan dua metode yang lain. Untuk ketiga metode mempunyai kisaran dan antar kuartil yang berbeda, keragaman data metode dua tahap Heckman relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode OLS dan WLS. Metode OLS dan WLS mempunyai kisaran dan antar kuartil yang hampir sama, sehingga keragamannya relatif sama. Pola distribusi data dari himpunan data metode OLS dan WLS adalah condong ke kanan dan untuk metode dua tahap Heckman polanya simetris. Terdapat nilai pencilan pada himpunan data metode dua tahap, yaitu data ke - 29 ( ). Pada, metode dua tahap Heckman mempunyai median yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan dua metode yang lain. Untuk ketiga metode mempunyai kisaran dan antar kuartil yang semakin menurun, sehingga terjadi pengurangan keragaman data dari metode OLS ke metode dua tahap Heckman. Keragaman metode dua tahap Heckman relatif lebih kecil dibandingkan dengan metode OLS dan WLS. Pola distribusi data dari himpunan data metode OLS dan WLS adalah condong ke kanan, sedangkan metode dua tahap Heckman polanya simetris dan ada nilai pencilan, yaitu data ke - 41 ( ). Pada, metode OLS mempunyai median yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan dua metode yang lain. Untuk ketiga metode mempunyai kisaran dan antar kuartil yang berbeda dan semakin menaik dari metode OLS ke metode dua tahap Heckman, sehingga keragamannya semakin besar. Keragaman metode dua tahap Heckman relatif lebih besar dibandingkan dengan metode OLS dan WLS. Metode OLS dan WLS mempunyai kisaran dan antar kuartil yang

42 27 hampir sama, sehingga keragamannya relatif sama. Pola distribusi data dari himpunan data metode WLS adalah condong ke kanan, sedangkan OLS dan dua tahap Heckman mempunyai pola condong ke kiri dan terdapat banyak nilai pencilan pada himpunan data untuk ketiga metode. Pada, metode dua tahap Heckman mempunyai median yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan dua metode yang lain. Metode OLS dan WLS mempunyai kisaran dan antar kuartil yang relatif sama walaupun keragaman metode OLS cenderung lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain, sedangkan metode dua tahap Heckman mempunyai kisaran dan antar kuartil yang lebih besar, sehingga keragaman metode dua tahap Heckman lebih besar dibandingkan dengan dua metode yang lain. Pola distribusi data dari himpunan data ketiga metode berbeda, OLS berpola condong ke kanan, WLS mempunyai pola distribusi condong ke kiri dan metode dua tahap Heckman berpola simetris. Untuk ketiga metode tidak terdapat nilai pencilan. Evaluasi Metode Pendugaan Tahap evaluasi metode pendugaan parameter dilakukan untuk melihat sifatsifat parameter dan perilaku metode pendugaan parameter yang diperoleh dari tahap sebelumnya. Jadi dengan mudah dapat ditentukan metode pendugaan parameter yang terbaik. Pada tahap ini evaluasi dilakukan dengan bantuan Excel 2007 dan Minitab 14. Adapun kriteria evaluasi metode pendugaan berdasarkan nilai bias, ragam dan MSE sebagai berikut : 1 Nilai bias dugaan. Selanjutnya menentukan nilai bias dugaan dari hasil pendugaan parameter pada tahap sebelumnya dengan menggunakan persamaan (51), sehingga diperoleh nilai bias dugaan untuk masing-masing metode, yaitu OLS, WLS dan dua tahap Heckman. Hasilnya diberikan pada Tabel 2 dan secara grafik diberikan pada Gambar 4 dan 5. Dari Gambar 4 secara umum diperoleh bahwa nilai bias dugaan parameter dari ketiga metode dapat dikatakan relatif sama antara

43 28 satu dengan yang lain walaupun ada kecenderungan nilai bias metode WLS lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain. Nilai bias dugaan pada dan bernilai positif artinya bahwa rata-rata nilai dugaan lebih besar dari nilai yang sebenarnya atau nilai dugaan berbias ke atas. Sedangkan nilai bias dugaan pada dan yang bernilai negatif artinya bahwa rata-rata nilai dugaan lebih kecil dari nilai yang sebenarnya atau berbias ke bawah. Nilai bias metode OLS dan WLS dapat dikatakan relatif sama pada semua nilai dugaan. Perbedaan bias metode dua tahap Heckman dengan metode OLS dan WLS paling besar dapat dilihat pada sedangkan pada parameter yang lain perbedaannya tidak terlalu besar. Untuk keseluruhan parameter nilai bias yang diperoleh dari ketiga metode pada relatif lebih kecil dibandingkan dengan parameter yang lain. Tabel 2 Nilai bias dari dugaan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Parameter Bias OLS Bias WLS Bias Heckman ß ß ß ß ß ß Nilai bias Bias OLS Bias WLS Bias Heckman ß_0 ß_1 ß_2 ß_3 ß_4 ß_5 Gambar 4 Nilai bias dugaan untuk keseluruhan parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman.

44 29 Nilai bias OLS Bias b_0 WLS Metode Heckman Nilai bias OLS Bias b_1 WLS Metode Heckman Nilai bias OLS Bias b_2 WLS Metode Heckman Nilai bias OLS Bias b_3 WLS Metode Heckman Nilai bias Bias b_4 Nilai bias Bias b_ OLS WLS Metode Heckman OLS WLS Metode Heckman Gambar 5 Nilai bias dugaan untuk tiap-tiap parameter dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman. Untuk gambaran khusus dari Gambar 5 dapat dilihat nilai bias dugaan untuk tiap parameter. Pada dan, nilai bias dugaan ketiga metode bernilai positif (berbias ke atas) dan nilai bias dugaan metode WLS relatif lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lainnya. Perbedaan bias ketiga metode tidak terlalu besar, dapat dikatakan relatif sama. Pada nilai bias dugaan metode OLS dan WLS bernilai negatif (berbias ke bawah), sedangkan untuk metode dua tahap bernilai positif (berbias ke atas). Nilai bias dugaan metode WLS cenderung lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain. Perbedaan nilai bias ketiga metode terlihat besar terutama pada metode dua tahap Heckman. Pada, nilai bias dugaan ketiga metode bernilai negatif (berbias ke bawah) dan nilai bias dugaan metode dua tahap Heckman relatif lebih kecil dibandingkan

45 30 dengan dua metode yang lain. Perbedaan nilai bias ketiga metode tidak terlalu besar. Nilai bias dugaan dan bernilai negatif (berbias ke bawah) untuk ketiga metode. Perbedaan bias ketiga metode tidak terlalu besar atau relatif sama walaupun ada kecenderungan nilai bias dugaan metode WLS lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain. 2 Ragam dugaan Selanjutnya menentukan nilai ragam dugaan dari hasil pendugaan parameter pada tahap sebelumnya dengan menggunakan persamaan (52), sehingga diperoleh nilai ragam dugaan untuk masing-masing metode, yaitu OLS, WLS dan dua tahap Heckman. Hasilnya diberikan pada Tabel 3 dan secara grafik diberikan pada Gambar 6 dan 7. Tabel 3 Nilai ragam dugaan dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman Parameter Ragam OLS Ragam WLS Ragam Heckman ß ß ß ß ß ß Nilai ragam Ragam OLS Ragam WLS Ragam Heckman ß_0 ß_1 ß_2 ß_3 ß_4 ß_5 Gambar 6 Nilai ragam dugaan keseluruhan parameter ( ) dengan metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman.

46 31 Nilai ragam OLS Ragam b_0 WLS Metode Heckman Nilai ragam OLS Ragam b_1 WLS Metode Heckman Nilai ragam Ragam b_2 Nilai ragam Ragam b_ OLS WLS Metode Heckman OLS WLS Metode Heckman Ragam b_ Ragam b_5 Nilai ragam Nilai ragam OLS WLS Metode Heckman OLS WLS Metode Heckman Gambar 7 Nilai ragam dugaan tiap-tiap parameter ( metode OLS, WLS dan dua tahap Heckman. ) dengan Dari Gambar 6 secara umum nilai ragam dugaan yang diperoleh dari metode dua tahap Heckman relatif lebih besar dibandingkan dengan dua metode yang lain. Dari keseluruhan parameter, nilai ragam dugaan metode OLS dan WLS dapat dikatakan sama walaupun ada kecenderungan nilai ragam metode OLS lebih kecil dibandingkan dengan dua metode yang lain. Perbedaan ragam yang paling besar antara penduga dua tahap Heckman dengan dua metode yang lain dapat dilihat pada sedangkan pada parameter yang lain perbedaannya tidak terlalu besar atau relatif sama. Nilai ragam pada untuk ketiga metode relatif lebih kecil dibandingkan dengan parameter yang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa penduga OLS lebih efisien daripada penduga WLS dan dua tahap Heckman.

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI

ANALISIS REGRESI TERPOTONG BEBERAPA NILAI AMATAN NURHAFNI ANALISIS REGRESI TERPOTONG DENGAN BEBERAPA NILAI AMATAN NOL NURHAFNI SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU

PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU v PERBANDINGAN METODE PENDUGAAN PARAMETER DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL LA MBAU Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Matematika SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN

PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN PENDUGAAN PARAMETER BEBERAPA SEBARAN POISSON CAMPURAN DAN BEBERAPA SEBARAN DISKRET DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITME EM ADE HARIS HIMAWAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE

PERBANDINGAN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE PERBANDINGANN METODE INTERPOLASI ABRIDGED LIFE TABLE DAN APLIKASINYA PADA DATAA KEMATIAN INDONESIA VANI RIALITA SUPONO SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS

PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS PERBANDINGAN ANTARA UNWEIGHTED LEAST SQUARES (ULS) DAN PARTIAL LEAST SQUARES (PLS) DALAM PEMODELAN PERSAMAAN STRUKTURAL MUHAMMAD AMIN PARIS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH

RISIKO GEMUK (FAT-TAILED ADRINA LONY SEKOLAH PENENTUAN BESARNYA PREMI UNTUK SEBARAN RISIKO YANG BEREKOR GEMUK (FAT-TAILED RISK DISTRIBUTION) ADRINA LONY SEKOLAH PASCASARJANAA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah analisis statistik yang mempelajari bagaimana memodelkan sebuah model fungsional dari data untuk dapat menjelaskan ataupun meramalkan suatu

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN

PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN PENENTUAN PELUANG BERTAHAN DALAM MODEL RISIKO KLASIK DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI LAPLACE AMIRUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H

KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H KAJIAN MODEL HIDDEN MARKOV KONTINU DENGAN PROSES OBSERVASI ZERO DELAY DAN APLIKASINYA PADA HARGA GABAH KERING PANEN T A M U R I H SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. INJAUAN PUSAKA.1 Penduga Area Kecil Rao (003) mengemukakan bahwa suatu area disebut kecil apabila contoh yang diambil pada area tersebut tidak mencukupi untuk melakukan pendugaan langsung dengan hasil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen

TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen 4 TINJAUAN PUSTAKA Spesifikasi Model Berbagai model dalam pemodelan persamaan struktural telah dikembangkan oleh banyak peneliti diantaranya Bollen (1989). Namun demikian sebagian besar penerapannya menggunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN

PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN E-Jurnal Matematika Vol. 3, No.2 Mei 2014, 45-52 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN REGRESI ROBUST PENDUGA MM DENGAN METODE RANDOM SAMPLE CONSENSUS DALAM MENANGANI PENCILAN NI PUTU NIA IRFAGUTAMI 1, I GUSTI

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING

MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING MODEL MATEMATIKA STRUKTUR UMUR INFEKSI VIRUS HIV DENGAN KOMBINASI TERAPI OBAT MUHAMMAD BUWING SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI

MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI MODEL DISTRIBUSI PERTUMBUHAN EKONOMI ANTARKELOMPOK PADA DUA DAERAH ADE LINA HERLIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK GANDA DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH REGULASI OPTIMAL HASBY ASSIDIQI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil

Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased Prediction (EBLUP) Pada Pendugaan Area Kecil Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Karakteristik Pendugaan Emperical Best Linear Unbiased M. Adi Sidauruk, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, FMIPA Universitas Lampung E-mail:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pencilan Dalam proses pengumpulan data, peneliti sering menemukan nilai pengamatan yang bervariasi (beragam). Keberagaman data ini, di satu sisi sangat dibutuhkan dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI

FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI FORMULASI HAMILTONIAN UNTUK MENGGAMBARKAN GERAK GELOMBANG INTERNAL PADA LAUT DALAM RINA PRASTIWI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI

PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI PENDUGAAN ANGKA PUTUS SEKOLAH DI KABUPATEN SEMARANG DENGAN METODE PREDIKSI TAK BIAS LINIER TERBAIK EMPIRIK PADA MODEL PENDUGAAN AREA KECIL SKRIPSI Disusun Oleh: NANDANG FAHMI JALALUDIN MALIK NIM. J2E 009

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO

PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO PERBANDINGAN KEKONVERGENAN BEBERAPA MODEL BINOMIAL UNTUK PENENTUAN HARGA OPSI EROPA PONCO BUDI SUSILO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 ABSTRAK EFI RESPATI. Analisis VAR (Vector Autoregression)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam proses penelitian untuk mengkaji karakteristik penduga GMM pada data panel ini, penulis menggunakan definisi, teorema dan konsep dasar yang berkaitan dengan pendugaan parameter,

Lebih terperinci

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA

REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA REGRESI ROBUST MM-ESTIMATOR UNTUK PENANGANAN PENCILAN PADA REGRESI LINIER BERGANDA SKRIPSI Disusun Oleh : SHERLY CANDRANINGTYAS J2E 008 053 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas

Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Vol. 14, No. 1, 93-99, Juli 2017 Metode Regresi Ridge dengan Iterasi HKB dalam Mengatasi Multikolinearitas Nurhasanah Abstrak Regresi berganda dengan peubah bebas saling berkorelasi (multikolinearitas)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan

TINJAUAN PUSTAKA. Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Matriks 2.1.1 Matriks Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat. Bilangan-bilangan dalam susunan itu disebut anggota dalam matriks tersebut. Suatu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER

PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER PERBANDINGAN HASIL PENGGEROMBOLAN METODE K-MEANS, FUZZY K-MEANS, DAN TWO STEP CLUSTER LATHIFATURRAHMAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER

Lebih terperinci

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen

Tingkat Efisiensi Metode Regresi Robust dalam Menaksir Koefisien Garis Regresi Jika Ragam Galat Tidak Homogen Tingkat Efisiensi Metode Robust dalam Menaksir Garis Jika Ragam Galat Tidak Homogen Harmi Sugiarti dan Andi Megawarni e-mail: harmi@mailutacid dan mega@mailutacid Abstract This paper aims to compare the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas tentang matriks, metode pengganda Lagrange, regresi linear, metode kuadrat terkecil, restriksi linear, multikolinearitas, regresi ridge, uang primer, dan koefisien

Lebih terperinci

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI

PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI PENDUGAAN TURUNAN PERTAMA DAN TURUNAN KEDUA DARI FUNGSI INTENSITAS SUATU PROSES POISSON PERIODIK SYAMSURI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 3 (2014), hal 163-168. METODE ORDINARY LEAST SQUARES DAN LEAST TRIMMED SQUARES DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI KETIKA TERDAPAT OUTLIER

Lebih terperinci

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE

METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE METODE LEAST MEDIAN OF SQUARES (LMS) PADA ANALISIS REGRESI DENGAN PENCILAN AMIR A DALIMUNTHE DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) =

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA = (2.2) = BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regresi Linear Berganda Regresi linear berganda adalah regresi dimana variabel terikatnya dihubungkan atau dijelaskan dengan lebih dari satu variabel bebas,,, dengan syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Statistika adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur yang digunakan dalam pengumpulan, penyajian, analisis dan interpretasi data. Statistika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel prediktor terhadap variabel respons. Hubungan fungsional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Dalam ilmu statistika, metode yang dapat digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara satu variabel atau lebih dengan satu variabel atau lebih lainnya

Lebih terperinci

Pengaruh Outlier Terhadap Estimator Parameter Regresi dan Metode Regresi Robust

Pengaruh Outlier Terhadap Estimator Parameter Regresi dan Metode Regresi Robust Pengaruh Outlier Terhadap Estimator Parameter Regresi dan Metode Regresi Robust I GUSTI AYU MADE SRINADI Jurusan Matematika Universitas Udayana, srinadiigustiayumade@yahoo.co.id Abstrak. Metode kuadrat

Lebih terperinci

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER

ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER ESTIMASI REGRESI ROBUST M PADA FAKTORIAL RANCANGAN ACAK LENGKAP YANG MENGANDUNG OUTLIER Siswanto 1, Raupong 2, Annisa 3 ABSTRAK Dalam statistik, melakukan suatu percobaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ROBUST LEAST TRIMMED SQUARE (LTS) DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI LINEAR BERGANDA UNTUK DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN SKRIPSI

KAJIAN METODE ROBUST LEAST TRIMMED SQUARE (LTS) DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI LINEAR BERGANDA UNTUK DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN SKRIPSI KAJIAN METODE ROBUST LEAST TRIMMED SQUARE (LTS) DALAM MENGESTIMASI PARAMETER REGRESI LINEAR BERGANDA UNTUK DATA YANG MENGANDUNG PENCILAN SKRIPSI ADE AFFANY 120803016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS

KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS KAJIAN MODEL MIKROSKOPIK DAN MODEL KINETIK LALU LINTAS KENDARAAN DAN SIMULASINYA DESYARTI SAFARINI TLS SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 1 EVALUASI KINERJA KEUANGAN SATUAN USAHA KOMERSIAL PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DARSONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA

Lebih terperinci

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 PENDEKATAN LOGIKA FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI IPK AKHIR MAHASISWA MATEMATIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANA MARNIDA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI

REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI REGRESI KEKAR SIMPANGAN MUTLAK TERKECIL DENGAN MODIFIKASI SIMPLEKS MUHAMMAD YUSUF DWIHARJANGGI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI

PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI PENGKAJIAN KEAKURATAN TWOSTEP CLUSTER DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA GEROMBOL POPULASI KUDSIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi, BAB II LANDASAN TEORI Beberapa teori yang diperlukan untuk mendukung pembahasan diantaranya adalah regresi linear berganda, pengujian asumsi analisis regresi, metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan teknik statistik untuk investigasi dan pemodelan hubungan antar variabel. Hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan analisis

Lebih terperinci

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT

PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT PEMODELAN VARIABEL-VARIABEL PENGELUARAN RUMAH TANGGA UNTUK KONSUMSI TELUR ATAU SUSU DI KABUPATEN MAGELANG MENGGUNAKAN REGRESI TOBIT SKRIPSI Disusun Oleh : VILIYAN INDAKA ARDHI 24010211140090 JURUSAN STATISTIKA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS

PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp. 8-13 ISSN: 2303-1751 PERBANDINGAN TRANSFORMASI BOX-COX DAN REGRESI KUANTIL MEDIAN DALAM MENGATASI HETEROSKEDASTISITAS Ni Wayan Yuni Cahyani 1, I Gusti

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI

MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE JUMADI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks Matriks adalah himpunan bilangan real yang disusun secara empat persegi panjang, mempunyai baris dan kolom dengan bentuk umum : Tiap-tiap bilangan yang berada didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan teknik statistik untuk investigasi dan pemodelan hubungan antar variabel. Hubungan antara dua variabel dapat dilihat dengan analisis

Lebih terperinci

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN: APLIKASI SISTEM PERSAMAAN SEEMINGLY UNRELATED REGRESSIONS PADA MODEL PERMINTAAN PANGAN Kim Budiwinarto 1 1 Progdi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta Abstrak Fenomena ekonomi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari dua bagian. Pada bagian pertama berisi tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya dan beberapa teori penunjang berisi definisi-definisi yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan kendala menjadi model penuh tanpa kendala,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan kendala menjadi model penuh tanpa kendala, 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam penelitian ini akan didiskusikan tentang transformasi model tak penuh dengan kendala menjadi model penuh tanpa kendala, pendugaan parameter, pengujian hipotesis dan selang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA

PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA PERBANDINGAN METODE MCD-BOOTSTRAP DAN LAD- BOOTSTRAP DALAM MENGATASI PENGARUH PENCILAN PADA ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Ni Luh Putu Ratna Kumalasari 1, Ni Luh Putu Suciptawati 2,, Made Susilawati

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Sumber Data

METODE PENELITIAN Sumber Data 13 METODE PENELITIAN Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan hasil simulasi melalui pembangkitan dari komputer. Untuk membangkitkan data, digunakan desain model persamaan struktural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan atau berpengaruh satu sama lain. Ilmu statistika

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan atau berpengaruh satu sama lain. Ilmu statistika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, seringkali peneliti dihadapkan dengan suatu kejadian yang saling berhubungan atau berpengaruh satu sama lain. Ilmu statistika mengenal metode

Lebih terperinci

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO

PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO PEMODELAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL DENGAN METODE SUR PAULUS BASUKI KUWAT SANTOSO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West Judul : Penerapan Metode Newey West dalam Mengoreksi Standard Error ketika Terjadi Heteroskedastisitas dan Autokorelasi pada Analisis Regresi Nama : Zakiah Nurlaila NIM : 1208405019 Pembimbing : 1. Made

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI.

ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang SKRIPSI. ESTIMASI PARAMETER PADA MODEL REGRESI LINIER MULTILEVEL DENGAN METODE RESTRICTED MAXIMUM LIKELIHOOD (REML) abang Semarang PT Jasa Marga ro) C SKRIPSI Disusun Oleh : ISNI RAKHMI DIANTI J2E 006 018 PROGRAM

Lebih terperinci

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA

PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA PENETAPAN HARGA JAMINAN POLIS ASURANSI JIWA DENGAN PREMI TAHUNAN DAN OPSI SURRENDER WELLI SYAHRIZA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN

KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN KETERKONTROLAN BEBERAPA SISTEM PENDULUM SAKIRMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Keterkontrolan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan sebuah alat statistik yang memberi penjelasan tentang pola hubungan (model) antara dua peubah atau lebih (Draper dan Smith, 1992).

Lebih terperinci

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID

PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID PEMODELAN STOK GABAH/BERAS DI KABUPATEN SUBANG MOHAMAD CHAFID SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : PEMODELAN STOK GABAH/BERAS

Lebih terperinci

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005

PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 PENGGUNAAN REGRESI SPLINE ADAPTIF BERGANDA UNTUK DATA RESPON BINER AZWIRDA AZIZ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 2 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

PEMBANDIIQGAN BEBERAPA MODEL NONLINEAR DALAM HUBUNGAN PARASITOID - IHANG

PEMBANDIIQGAN BEBERAPA MODEL NONLINEAR DALAM HUBUNGAN PARASITOID - IHANG PEMBANDIIQGAN BEBERAPA MODEL NONLINEAR DALAM HUBUNGAN PARASITOID - IHANG Oleh B. BUNAWAN SUNARLIM 89088 PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT PERTAflIAW BOGOR 1991: RINGKASAN B. BUNAWAN SUNARLIM. Pembandingan

Lebih terperinci

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO

MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO MODEL PEMBERIAN KOMPENSASI BAGI PENGANGGUR UNTUK MENCAPAI KESEJAHTERAAN EKONOMI HADI KUSWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara sederhana, ekonometrika berarti pengukuran indikator ekonomi. Meskipun pengukuran secara kuantitatif terhadap konsep konsep ekonomi seperti produk domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Regresi adalah metode statistika yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (dependen, respon, YY) dengan satu atau lebih variabel bebas

Lebih terperinci

REGRESI ROBUST UNTUK MENGATASI OUTLIER PADA REGRESI LINIER BERGANDA. Isma Hasanah

REGRESI ROBUST UNTUK MENGATASI OUTLIER PADA REGRESI LINIER BERGANDA. Isma Hasanah REGRESI ROBUST UNTUK MENGATASI OUTLIER PADA REGRESI LINIER BERGANDA Isma Hasanah isma_semangat@yahoo.co.id Agustini Tripena, Br. Sb Universitas Jenderal Soedirman ABSTRACT. Regression analysis is statistic

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Proses estimasi pada metode IRLS ini dengan meminimumkan fungsi residu, yang dapat dituliskan sebagai berikut.

BAB IV PEMBAHASAN. Proses estimasi pada metode IRLS ini dengan meminimumkan fungsi residu, yang dapat dituliskan sebagai berikut. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai estimasi parameter model Regresi M- kuantil, penurunan model Regresi M-kuantil, dan contoh penerapan model Regresi M-kuantil pada pengaruh pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Analisis regresi adalah analisis yang dilakukan terhadap dua jenis variabel yaitu variabel independen (prediktor) dan variabel dependen (respon). Analisis

Lebih terperinci

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN

METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN METODE BINOMIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA OPSI CALL INDONESIA DAN STRATEGI LINDUNG NILAINYA JAENUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA

PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 2 Hal. 26 34 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERMASALAHAN AUTOKORELASI PADA ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA NADIA UTIKA PUTRI, MAIYASTRI, HAZMIRA

Lebih terperinci

ANALISA DATA. Mayang Adelia Puspita

ANALISA DATA. Mayang Adelia Puspita ANALISA DATA Mayang Adelia Puspita www.caknun.com PENDEKATAN EKONOMETRIK DALAM ANALISIS DATA Konsep dasar Ekonometrik Ekonometrika merupakan suatu ilmu tersendiri yang merupakan penggabungan dari teori

Lebih terperinci

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI

ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI ESTIMASI PARAMETER PADA SISTEM PERSAMAAN SIMULTAN DENGAN METODE LIMITED INFORMATION MAXIMUM LIKELIHOOD (LIML) SKRIPSI Oleh : IPA ROMIKA J2E004230 PROGRAM STUDI STATISTIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Regresi Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan hubungan fungsional antara variabel respon dengan satu atau beberapa variabel prediktor.

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan beberapa tinjauan pustaka sebagai landasan teori pendukung penulisan penelitian ini. 2.1 Analisis Regresi Suatu pasangan peubah acak seperti (tinggi, berat)

Lebih terperinci

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR

METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR METODE PEMOTONGAN DERET FOURIER UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN GERAK GELOMBANG INTERNAL YANG PERIODIK PADA FLUIDA DUA LAPISAN MUHBAHIR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci