Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal
|
|
- Fanny Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal 1. Pendahuluan Negara adalah ibarat suatu pohon yang harus berdiri kokoh, dan desa merupakan akarnya, dimana akar harus menghujam ke tanah hingga menumbuhkan tunas-tunas pada setiap cabang akar yang merambah. Dengan demikian maka Desa akan menjelma menjadi kekuatan dan akan melahirkan pohon-pohon yang kokoh dan merambah seluruh penjuru Negara kesatuan Republik Indonesia ini. Desa sebagai akar, kondisi saat ini kekuatan ekonomi desa tidak berdaya terhadap mekanisme pasar, dan desa selalu berada pada ketidakberdayaan dan ketidakseimbangan ketika berhubungan dengan kota, dalam menghadapi ancaman keterbelakangan dan ketidakadilan dalam pembangunan. Sebagai wilayah yang bertumpu pada potensi lokal, terutama perekonomian berbasis pertanian (dalam arti luas) dan UMKM di tengah pertumbuhan industri global, ternyata posisinya lemah. Ada semacam dilema, karena kemiskinan dan pengetahuan yang rendah menyebabkan pemanfaatan sumber daya kelewat batas untuk bertahan hidup, akan tetapi di sisi lain, banyak sember daya yang ternyata belum dimanfaatkan secara optimal, seperti matahari, air, angin, tanaman, ikan, ternak, dan tenaga manusia. Hal tersebut disebabkan karena masih terbelakangnya masyarakat desa, kurangnya modal, keterbatasan pengetahuan dan tingkat produktivitas yang rendah. Hal ini berimplikasi pada tingkat pendapatan yang rendah. Permasalahan lain yang ditemukan di pedesaan adalah masih lemahnya masyarakat dan aparat desa dalam merencanakan pembangunan, masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, masih lemahnya kegiatan ekonomi desa, dan masih lemahnya kapasitas aparatur pemerintah desa. Istilah Desa Inovasi adalah Desa yang mampu memanfaatkan sumber daya desanya dengan cara baru, mengacu pada gagasan bahwa desa dalam kehidupannya untuk melakukan kegiatan-kegiatannya bukan hanya sekedar rutinitas hidup saja, tetapi kehidupan yang selalu bergerak penuh dengan inovasi- 1
2 inovasi dalam meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Sebagaimana inovasi yang terus dilakukan oleh kota-kota lainnya, desapun perlu melakukan inovasi-inovasi. Terkait dengan hal tersebut, kegiatan studi penilaian Desa Inovasi ini bermaksud untuk mendukung terwujudnya hasil Penilaian Desa Inovasi yang mampu menciptakan inovasi dalam rangka peningkatan kesejahteraan. Inovasi dapat diartikan sebagai penemuan baru yang berbeda dari apa yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, baik berupa gagasan, metode atau alat. Bisa pula diartikan sebagai pembaharuan dari yang lama menyangkut pengembangan atau peningkatan produk baru dengan memanfaatkan potensi Sumber Daya alam; SDM (Sarjana asal desa di bidang masing-masing); dan Sumber Daya Lainnya untuk kesejahteraan masyarakat desanya (Bali Ndesa Mbangun Desa). Pengembangan desa inovasi dapat mejadi salah satu solusi percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Guna mengembangkan desa inovasi identifikasi potensi daerah secara menyeluruh. Identifikasi potensi wilayah merupakan aktivitas mengenal, memahami dan merinci secara keseluruhan potensi (SDA & SDM) yang dimiliki wilayah baik yang telah dimobilisir maupun yang belum dimobilisir yang dapat mendukung upaya meningkatkan kesejahteraan penduduk melalui pengembangan desa inovasi. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut dan sebagaimana telah sampaikan dalam subbab terdahulu, kegiatan ini bertujuan untuk melakukan studi penilaian desa inovasi di Kecamatan Boja dan kecamatan Weleri Kabupaten Kendal dengan mengidentifikasi seluruh potensi dan masalah dari unsur-unsur sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat di wilayah yang bersangkutan atau dalam pembangunan pada umumnya baik secara numerik/kuantitatif maupun kualitatif dengan bantuan table dan grafik, peta, dan lain sebagainya, sehingga dapat digunakan sebagai referensi dan acuan bersama bagi pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam mengembangkan wilayah yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam kajian digunakan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Secara terperinci, pendekatan-pendekatan yang digunakan yaitu : 2
3 a. Metode Location Quotient (LQ). b. Analisis Capital Output Ratio (COR) c. Analisis pergeseran (Shift-Share) d. Anailis terhadap dukungan sistem kelembagaan dan Infratrusktur desa e. Analisis terhadap kapasitas dan komiment aparatur desa f. Tersedianya informasi yang akurat tentang potensi dan masalah yang dihadapi desa g. Analisis sumberdaya dan IPTEK. h. Analisis sinergitas kebijakan. i. Analisis skalogram j. Analisis homogenitas aktivitas. k. Analisis daya dukung lingkungan dan, l. Analisis SWOT. Dengan menggunakan data primer, yaitu data terkait dengan penilaian stakeholder yang kompeten mengenai potensi ekonomi Kabupayen Kendal menurut Sektor, jenis maupun wilayah yang bersumber dari pembuat Kebijakan (Bappeda, Bagian Perekonomian, Maupun SKPD-SKPD terkait) serta focus group discussion (FGD) dan wawancara, maupun data sekunder yang meliputi antara lain PDRB Kabupaten Kendal dan Propinsi Jawa Tengah, data produksi/output menurut sektor, jenis dan kecamatan, sosial ekonomi masyarakat, RTRW, dan beberapa data lain. Data sekunder ini diharapkan dapat diperoleh dari BPS dan SKPD terkait. 2. Gambaran Umum Wilayah Kajian Kecamatan Boja dan Weleri merupakan dua 20 Kecamatan yang berada dalam wilayah administrasi Kabupaten Kendal. Kecamatan Boja memiliki ketinggian tanah meter dari permukaan laut. Sementara itu, wilayah Utara Weleri merupakan daerah dataran pantai denngan ketinggian antara 0-5 meter dari permukaan laut dan wilayah Selatan merupakan tanah hutan negara dengan ketinggian kurang lebih 10 meter dari permukaan laut. Kecamatan Boja yang 3
4 memiliki luas wilayah km2 atau sebesar 6.39% wilayah Kabupaten Kendal secara administratif, Kecamatan Boja Kabuapten Kendal tetdiri dari 18 desa. Kecamatan Weleri memiliki luas wilayah km2 atau sebesar 3.02% wilayah Kabupaten Kendal. Secara administratif, Kecamatan Weleri Kabuapten Kendal tetdiri dari 16 desa. Berdasarkan penggunaan tanah, penggunaan terbesar tanah Kecamatan Boja adalah untuk tanah pekarangan dan tanah sawah, masing-masing 31.84% dan 30.31%. Kecamatan Boja juga masih memiliki tanah tegalan yang cukup luas, 25.01% wilayah kecamatan. Tidak ada tanah yang digunakan untuk pengembangan tambak dan kolam. Di Kecamatan Weleri, penggunaan terbesar tanah adalah untuk tanah tanah sawah dan pekarangan, masing-masing 39.15% dan 21.10%. Kecamatan Weleri juga masih memiliki tanah hutan yang cukup luas, 14.39% wilayah kecamatan. Tidak ada tanah yang digunakan untuk pengembangan tambak dan kolam. Komposisi penduduk Kecamatan Boja dan Weleri relatif sama. Dari faktor jenis kelamin, proporsi penduduk laki-laki dan perembuan relatif sama dengan usia terbanyak antara tahun, tingkat pendidikan SD dan bekerja disektor pertanian. 3. Analisis Potensi Perekonomian Kabupaten Kendal mengalami peningkatan secara riil dari waktu ke waktu. Kondisi tersebut tercermin pada perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kendal atas dasar harga konstan 2000 selama periode Terkait dengan struktur ekonomi, tiga sektor penyumbang terbesar Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran. LQ sektoral Kabupaten kendal menunjukkan bahwa Sektor Pertanian, sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih merupakan sektor basis. Pada sektor pertanian, subsektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor basis. Dalam perencanaan pengembangan menurut wilayah, 4
5 kondisi tersebut dapat menjadi pertimbangan fokus dan arah pengembangan pada suatu wilayah di lingkungan Kabupaten Kendal sesuai dengan potensi wilayah. Sementara itu, hasil perhitungan Shift Share menunjukkan bahwa : 1) Angka Provinsial Share menunjukkan bahwa pada semua sektor PDRB Kabupaten Kendal memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan PDRB Propinsi Jawa Tengah. Sebagai sektor penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Kendal, Sektor Industri memiliki andil positif sebesar Rp.121, juta, sektor pertanian memberikan andil sebesar Rp 74, juta dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran memberikan andil sebesar Rp56, juta. 2) Industrial Mix (IM)/bauran Industri) secara sektoral menunjukkan bahwa sektor pertanian sebagai salah satu sektor terbesar memiliki angka IM negatif. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa laju pertumbuhan sektor pertanian di Kabupaten Kendal lebih rendah dibanding laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Akibatnya, dampak bauran industri sektor pertanian memiliki efek negatif, yakni sebesar Rp. 50, juta. Selain sektor Pertanian, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan juga memiliki efek negatif pada bauran industri sebesar Rp juta. 3) Competitive Effect Component yang mencerminkan daya saing relatif sektor pada suatu wilayah dibanding wilayah yang lain menunjukkan bahwa hanya sektor Pertanian dan sektor Pengangkutan serta Komunikasi yang memiliki angka positif. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa hanya dua sektor tersebut yang menunjukkan keunggulan daya saing lebih tinggi dibanding sektor yang sama pada daerah lain. 4) Secara keseluruhan, angka Shift Share menghasilkan angka positif pada semua sektor. Kondisi tersebut mencerminkan belum adanya transformasi struktural ekonomi selama periode yang diamati. Pada analisis Capital Output Ratio (COR), COR pada sektor industri skala kecil cenderung memiliki nilai COR yang lebih rendah dibanding industri skala besar. 5
6 4. Pengembangan Desa Inovasi Terkait dengan desa inovasi diperoleh gambaran sebagai berikut: Desa inovasi merujuk pada suatu kondisi desa Inovatif. Artinya, desa yang mampu memanfaatkan sumberdaya desa dengan cara baru. Untuk mengembangkan desa inovasi, penting bagi pemerintah untuk mengidentifikasi potensi, terutama karakter unik pada suatu desa yang memungkinkan dikembangkan menjadi desa inovasi. Pengembangan desa inovasi hendaknya sesuai dengan potensi yang ada. Hal yang sangat penting dalam pengembangan desa inovasi adalah komitmen dari semua pemangku kepentingan. Dalam tahap awal pengembangan desa inovasi, pemerintah akan memegang peran yang lebih besar sebagai fasilitator maupun pengembang jejaring maupun dalam hal pembiayaan. Masyarakat relatif mudah menerima perubahan, namun masyarakat cenderung memerlukan bukti untuk dapat sungguh-sungguh terlibat dalam pengembangan desa inovasi. Jenis-jenis potensi yang ada di Kecamatan Boja yakni padi, ubi jalar, durian, kopi, kambing, ayam petelor, ayam kampung, pariwisata (Makam Sunan Bromo, makam Nyai Dapu, kawasan pemancingan) dan industri (Cor Logam, Genteng dan Ceriping singkong. Dengan mengacu beberapa hal lain yang terkait dengan pengembangan potensi (luas lahan, populasi, mobilisasi sumberdaya ekonomi, dukungan saranya prasarana, basis/non basis serta keunikan), beberapa desa yang dapat menjadi alternatif desa inovasi yaitu Desa Boja/Bebengan (desa inovasi wisata religi/pusat budaya Islam), Desa Ngabean (pengembangan padi organik), Desa Meteseh (pusat industri Genteng) dan Banjarejo (desa Wisata all about durians ) Sementara itu, berbagai jenis potensi yang dapat menjadi prioritas pengembangan di Kecamatan Weleri yaitu: padi, jagung, tembakau, telor ayam kampung, Pariwisata Gua Maria Besakor, Pintu Air Kedung Asem dan tambang galian C. Atas dasar hal tersebut dan beberapa pertimbangan lain seperti pengembangan potensi (luas lahan, populasi, mobilisasi sumberdaya ekonomi, dukungan saranya prasarana, basis/non basis serta keunikan), beberapa desa yang dapat menjadi alternatif desa inovasi yaitu Desa Sidomukti (Wisata Religi Katolik), 6
7 Bumiayu (Desa Pengembangan padi berkualitas), Sumberagung (Desa Inovasi Produk berbasis jagung) dan Desa Sambongsari (Desa Wisata Kuliner) Penentuan Desa Inovasi 1) Penentuan Alternatif Desa Inovasi Kecamatan Boja Berbagai ragam sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta pariwisata menunjukkan bahwa Kecamatan Boja memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Pada tabel 1 berikut disajikan rakapitulasi potensi kecamatan menurut desa. 7
8 Tabel 1 Rekapitulasi Potensi Kecamatan Boja Menurut Desa Padi Ubi Jalar Durian Kopi Kambing Ayam Petelor Ayam Kampung Perikanan Industri Pariwisata 1. Purwogondo V V v Balai Benih Ikan 2. Kaligading V v 3. Salamsari V V 4. Blimbing V V v 5. Bebengan v V v v 6. Boja V v V 7. Meteseh V V V V 8. Trisobo V V 9. Campurejo V v V V 10. Tampingan V V v V 11. Karangmanggis V v 8
9 12. Ngabean v V v V 13. Kliris V v 14. Puguh V V v 15. Medono V v V v 16. Pasigitan V V v 17. Leban V v V 18. Banjarejo V v V Keterangan: 1. 1,2,3) Ranking luas lahan pertanian dan jumlah produksi 2. Produk potensial : a) Merupakan produk basis b) Tidak teridentifikasi sebagai produk basis namun berdasarkan survei lapangan dan informasi narasumber menunjukkan adanya potensi pengembanga c) Potensi pariwisata: Secara fisik telah tersedia obyek wisata 9
10 Tabel 2 Prioritas Wilayah Pengembangan Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi Pengembangan Keterangan Tanaman pangan Padi Ngabean, Boja, Campurejo, Pasigitan Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi prioritas didasarkan pada LQ, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Ubi Jalar Kaligading, Salamsari, Ngabean Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Perkebunan Durian Banjarejo Sentra Durian Ngabean Kopi Medono Sentra Kopi Ternak Besar Kambing Blimbing, Bebengan, Pasigitan Unggas Ayam Petelor Salamsari, Meteseh, Ngabean Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi. Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi Ayam Kampung Salamsari, Meteseh, Ngabean Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasarkan pada LQ, jumlah populasi 10
11 Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi Pengembangan Keterangan Perikanan Purwogondo Telah terdapat balai Benih Ikan Pariwisata Makam Sunan Bromo Makam Nyai Dapu Wisata Air Nusantara Bebengan - Boja - Ngabean Kawasan Pemancingan Boja, Meteseh,, Ngabean - Industri Cor Logam Campurejo Sudah eksis Criping Singkong Trisobo Mulai berkembang Genteng Meteseh Sudah eksis Titik-titik prioritas wilayah pengembangan kecamatan sebagaimana disajikan pada tabel 2 dijadikan sebagai dasar pemilihan desa inovasi. Dengan demikian, desa inovasi yang ditetapkan nantinya diharapkan memiliki efek multiplier yang besar dalam peningkatan kesehateraan masyarakat dan memiliki dukungan sarana prasarana yang memadai. Dalam penentuan alternatif desa inovasi berikut mengabaikan kondisi sumberdaya manusia dengan asumsi kondisi sumberdaya manusia di wilayah kecamatan Boja cenderung homogen dilihat dari sisi umur, pendidikan, pekerjaan, kelembagaan dan aparatur desa maupun sosial budaya termasuk keterbukaan terhadap perubahan. Pemilihan desa inovasi lebih 11
12 menekankan pada potensi sumber daya yang dimiliki. Pemilihan desa inovasi hendaknya disesesuaikan dengan titik-titik alternatif wilayah pengembangan. 12
13 Tabel 3 Skoring Penentuan alternatif Desa Inovasi Sesuai Wilayah Prioritas Pengembangan, Potensi dan Dukungan sarana Prasarana Kecamatan Boja N O Desa Pad i 1) Luas Lahan 2) Ubi Jala r 1) Luas Lahan 2) Duri an 3) Kopi 3) Kambi ng 1) Pop ulasi Pete -lor 1) Populasi 2) Ayam Kampung 1) Popula si 2) Perikanan 3) Pariwi sata 3) Keleng kapan Prasarana 4) Jumlah Prasa rana 4) Pasar 4) Indu stri 4) Tota l Nilai Ranking Usulan Desa Inovasi 1 Boja Bebengan Ngabean Campurejo Tampingan Meteseh Purwogondo Balai Benih Ikan 8 Kaligading Karangmangg
14 is 10 Pasigitan Kliris Trisobo Blimbing Leban Salamsari Puguh Banjarejo Medono Keterangan skoring : 1. Basis = 1, Non Basis =0 2. Nilai berdasarkan luas lahan (untuk padi dan ubi jalar)/populasi (untuk ternak) pada desa yang menjadi wilayah komoditas basis, semakin luas nilai semakin tinggi 3. Ada = 1, Tidak ada = 0 4. Sesuai jumlah yang ada di desa 5. Nilai Total merupakan penjumlahan skor keseluruhan 6. Ranking merupakan urutan dukungan sumberdaya dan sarana prasarana dan menjadi acuan desa yang diusulkan 14
15 Berdasakan tabel tabel 3 tersebut di atas, 3 alternatif desa yang dapat dikembangkan sebagai desa inovasi berdasarkan ranking potensi tertinggi adalah Desa Boja, Desa Bebengan dan Desa Ngabean. Namun demikian, seperti telah diketahui, Desa Metseseh yang secara urutan dukungan potensi sumberdaya menempati urutan ke-6, memiliki potensi khusus yang sudah terkenal sebagai sentra industri genteng yang mencerminkan keunikan. Atas dasar hal tersebut maka, Desa Meteseh dapat juga di usulkan sebagai Desa Inovasi. Deferensiasi yang juga dimiliki oleh Kecamatan Boja adalah produksi durian yang banyak diproduksi di desa Banjarejo. Oleh karena itu, Desa Banjarejo juga dapat dipertimbangkan sebagai alternatif Desa Inovasi. Infrastrutur utama yang harus dikembangkan adalah infrastruktur terkait dengan dukungan mobilitas sumberdaya, baik manusia, barang maupun jasa. 15
16 Tabel 4 Jenis/Tema Desa Inovasi yang Dikembangkan Di Kecamatan Boja Desa Potensi Kondisi Aletrnatif desa inovasi Keterangan 1 Boja Padi, Pariwisata Nyai Dapu, Boja merupakan pusat kota kecamatan, dukungan infrastrutur paling memadai, luas tanah pengembangan padi menempati urutan ke 3 luas lahan padi di Kecamatan Boja. Sebagaimana disebutkan dalam RTRW Kabupaten Kendal, Kecamatan Boja akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata budaya. Dari sisi lokasi, letak Desa Boja bersebelahan dengan Desa Bebengan yang di dalamya terdapat Obyek wisata Makam Sunan Bromo Alternatif pengembangan desa inovasi pusat budaya Islam dalam bentuk kawasan terutama dengan desa Bebengan Memerlukan dukungan pengembangan akomodasi dan tempat even dan pengembangan atraksi pendukung 16
17 2 Bebengan Ternak besar, pariwisata Makam Sunan Bromo Populasi kambing di Blimbing menempati urutan ketiga populasi kambing di kecamatan Boja. Pariwisata Sunan Bromo sudah mulai dikenal namun jenis potensi yang ada tidak terlalu terkait. Sebagaimana disebutkan dalam RTRW Kabupaten Kendal, Kecamatan Boja akan dikembangkan sebagai kawasan pariwisata budaya. Dari sisi lokasi, letak Desa Boja bersebelahan dengan Desa Bebengan yang di dalamya Alternatif pengembangan desa inovasi pusat budaya Islam dalam bentuk kawasan terutama dengan desa Boja Memerlukan dukungan pengembangan akomodasi dan tempat event dan pengembangan atraksi pendukung 17
18 terdapat Obyek wisata Makam Nyai Dapu 3. Ngabean Padi, ubi jalar, ayam kampung, pariwisata/wisata air, Durian Ketersediaan lahan pertanian masih luas/terluas di Kecamatan Boja, kesuburan tanah. Alternatif desa inovasi: Pertanian Organik Beberapa faktor pendukung lain:, populasi kambing/ternak besar terbanyak, dekat dengan loka si pengembangan pariwisata sehingga menjadi alternatif wisata edukasi bagi wisatawan, sesuai dengan Issue Startegis Degradasi Lingkungan/menurunnya daya dukung lingkungan akibat penggunaan pupuk dan obatobatan kimia dalam pengolahan pertanian, kesadaran hidup dengan makanan sehat, 4. Meteseh Ayam Petelor, ayam padaging, industri genteng Jumlah populasi ayam peletor menempati urutan ke tiga di Kecamatan Boja, Ayam pedaging menempati urutan kedua, genteng sudah terkenal Alternatif desa inovasi: Pusat Industri Genteng 18
19 5. Banjarejo Durian Produk unik dan sudah mulai terkenal Desa inovasi alternatif: Desa Wisata Durian, all abaout Durians Dekat dengan lokasi wisata, belum berkembang desa wisata makanan (kebanyakan desa wisata adalah batik dan kerajinan) 19
20 2) Penentuan Alternatif Desa Inovasi Kecamatan Weleri Kecamatan Weleri Berbagai ragam sumberdaya hayati dan sumberdaya alam lainnya serta pariwisata menunjukkan bahwa Kecamatan Weleri memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan. Pada tabel 5 berikut disajikan rakapitulasi potensi kecamatan menurut desa : Tabel 5 Rekapitulasi Potensi Kecamatan Menurut Desa Kecamatan Weleri Padi Jagung Tembakau Telor Ayam kampung Pariwisata Tambang 1. Sidomukti V V v 2. Penyangkringan V v 3. Bumiayu V 3) 4. Manggungsari V 2) V V 5. Sumberagung V V v 6. Ngasinan V V v 7. Weleri V V v 8. Nawangsari V 9. Karangdowo V v 10. Penaruban V V 11. Sambongsari V1) 12. Karanganom V V 13. Payung V V 14. Pucuksari V 15. Tratemulyo V V 16. Montongsari V V V Sumber: Kecamatan Weleri dalam Angka 2011, diolah dan data Primer. Keterangan : 1. 1,2,3) Ranking luas lahan pertanian dan jumlah produksi 2. Produk potensial : a) Merupakan produk basis b) Tidak teridentifikasi sebagai produk basis namun berdasarkan survei lapangan dan informasi narasumber menunjukkan adanya potensi pengembangan c) Potensi pariwisata: Secara fisik telah tersedia obyek wisata 20
21 Tabel 6 Prioritas Wilayah Pengembangan Kecamatan Weleri Sektor/Subsektor Jenis Potensi Titik Lokasi Pengembangan Keterangan Tanaman pangan Padi Bumiayu, sambongsari, Manggungsari Jagung Sidomukti, Sumberagung, Manggungsari Perkebunan Tembakau Ngasinan, Weleri, Tratemulyo, Manggungsari, Sumberagung, Montongsari Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi prioritas didasarkan pada LQ, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, merupakan Produk Basis Desa, merupakan 3 desa dengan luas lahan hasil padi terbesar dan tren pertumbuhan tinggi. Dikenal dengan Tembakau Weleri Unggas Telor Ayam Kampung Sumberagung, Sidomukti, manggungsari Merupakan produk basis Kecamatan, pemilihan lokasi didasakan pada LQ, jumlah populasi Pariwisata Goa Maria Sidomukti Tempat peziarahan umat Katolik Pintu air Kedung Asem Montongsari Masih berupa Wacana untuk dikembangkan Tambang Galian C Sidomukti Bukit 21
22 Titik-titik prioritas wilayah pengembangan kecamatan sebagaimana disajikan pada tabel 6 dijadikan sebagai dasar pemilihan desa inovasi. Dengan demikian, desa inovasi yang ditetapkan nantinya diharapkan memiliki efek multiplier yang besar dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat dan memiliki dukungan sarana prasarana yang memadai. Dalam penentuan alternatif desa inovasi berikut mengabaikan kondisi sumberdaya manusia dengan asumsi kondisi sumberdaya manusia di wilayah kecamatan Weleri cenderung homogen dilihat dari sisi umur, pendidikan, pekerjaan, kelembagaan dan aparatur desa maupun sosial budaya termasuk keterbukaan terhadap perubahan. Pemilihan desa inovasi lebih menekankan pada potensi sumber daya yang dimiliki. Pemilihan desa inovasi hendaknya disesesuaikan dengan titik-titik alternatif wilayah pengembangan serta RTRW Kabupaten Kendal sehingga pengembangan Desa Wisata sungguh-sungguh dapat bersinergi dengan rencana pengembangan wilayah yang lain. 22
23 Tabel V.7 Skoring Penentuan alternatif Desa Inovasi Sesuai Wilayah Prioritas Pengembangan, Potensi dan Dukungan sarana Prasarana Kecamatan Weleri No. Desa Padi Luas Lahan Jagung Luas Lahan Tembakau Ayam Kampung Populasi Pariwisata Tambang Jumlah Jenis Prasarana Jumlah Prasarana 1. Sidomukti Penyangkringan Bumiayu Manggungsari Sumberagung Ngasinan Weleri Nawangsari Karangdowo Penaruban Sambongsari Karanganom Payung Pucuksari Tratemulyo Montongsari Total Nilai Ranking Usulan Desa Inovasi 23
24 Tabel V.8 Jenis/Tema Desa Inovasi Sesuai Proritas Pengembangan Kecamatan Weleri Desa Potensi Kondisi Aletrnatif desa inovasi 1. Sidomukti Jagung, Telor ayam kampung, wisata religi goa Maria, tambang galian C Luas lahan jagung hanya pada kisaran 25% luas wilayah Kecamatan Weleri. Telor ayam kampung bukan merupakan komoditas basis. Potensi unggulan yang membedakan dengan desa-desa lain adalah Wisata Goa Maria sudah cukup terkenal dan banyak pengunjung Wisata Religi Katolik Keterangan Memiliki semua potensi hayati yang ada di Kecamatan Weleri namun tidak ada yang dominan. Potensi yang sudah terkenal adalah Goa Maria Besokor. Obyek wisata ini banyak dikenal sehingga dapat dikembangkan dengan memberdayakan masyarakat sekitar untuk penyediaan áncilary service termasuk cendera mata dan berbagai kelengkapan ziarah (bunga, lilin, dll) 2. Penyangkringan - 3. Bumiayu Padi Desa Bumiayu, meskipun hanya menempati urutan 10 dari dukungan sumberdaya, namun desa ini telah cukup dipersiapkan oleh pemerintah setempat. Wacana pengembangan Desa Inovasi Pusat studi Pengembangan padi Predikat desa Berkembang menjadi salah satu modal dasar pengembangan desa Inovasi Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal 24
25 4. Manggungsari Padi, jagung, Telor Ayam kampung 5. Sumberagung Jagung, Telor Ayam Kampung desa inovasi di Desa Bumiayu pada dasarnya didukung dengan ketersediaan lahan yang luas untuk pengembangan pertanian tanaman pangan padi (bukan merupakan lahan terluas namun telah diarahkan sebagai wilayah pengembangan padi). Saat ini telah menjadi percontohan pengembangan padi berkualitas di Provinsi Jawa Tengah. Desa basis jagung, namun dari luas wilayah hanya menempati urutan 3 dari 8 desa penghasil jagung. Luas lahan padi masih luas namun bukan yang terluas di kecamatan Weleri. Telor ayam kampung bukan merupakan komoditas basis di kecamatan Welerl Merupakan Desa basis jagung dengan luas lahan yang memungkinkan dilakukan ekstensisikasi/memiliki lahan terluas dibandingkan luas lahan jagung di wilayah Kecamatan Weleri. Merpakan basis produk telor ayam kampung namun bukan yang terbanyak di Wilayah Kecamatan Weleri. - - Desa Inovasi Produk berbasis jagung 6. Ngasinan Tembakau Sudah dikenal - 7. Weleri Tembakau Sudah dikenal - Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal 25
26 8. Nawangsari - 9. Karangdowo Penaruban Sambongsari Padi Luas lahan padi terluas di kecamatan Weleri 12 Karanganom - Desa Inovasi Pusat studi Pengembangan padi atau desa wisata Kuliner Kuliner yang dapat kembangkan secara khusus adalah kuliner berbasis jagung dan telor ayam kampung. Hal demikian disebabkan karena di desa Sambongsari memiliki ruang terbuka bekas terminal yang belum dikelola dengan baik. Lokasi Sambongsari sangat strategis dan telah menjadi pusat keramaian. 13 Payung - 14 Pucuksari - 15 Tratemulyo Tembakau 16 Montongsari Tembakau Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal 26
27 5. Analisis SWOT Analisis SWOT Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja Desa Ngabean untuk Pengembangan Pertanian Organik Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Eksternal Faktor Internal a. Luas Lahan Pertanian padi b. Berbatasan Langsung dengan Kota Semarang c. Ketersediaan dan ketrampilan sumberdaya manusia d. Dukungan pemerintah a. Teknologi sederhana b. Pengetahuan pertanian organik rendah c. Kualitas SDM d. Pengetahuan Desa Inovasi e. Faktor kelembagaan petani termasuk sistem informasi manajemen f. Keterbatasan anggaran Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Kesadaran masyarakat akan bahan makanan sehat b. Issue kelestarian lingkungan c. Pengembangan sawah lestari d. Pertumbuhan penduduk e. Perkembangan Tekonologi f. Kebijakan Pemerintah a. Melakukan edukasi dan sosialisasi b. Pembinaan dan bimbingan teksnis c. Melakukan promosi untuk pengembangan padi organik a. Pelatihan penguasaan/adopsi teknologi tepat guna b. Penyuluhan pertanian organik c. Membentuk kelompok usaha bersama petani/ membentuk kelompok tani d. Meningkatkan akses petani pada sumber-sumber pembiayaan Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 27
28 a. Tekanan kebutuhan petani b. Alih fungsi lahan pada masa yang akan datang. c. Faktor perubahan iklim e. Pengaturan/regulasi alih fungsi lahan pertanian f. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan b. Pengembangan komitment antar petanin c. Pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing d. Memberikan bantuan teknis kepada petani Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 28
29 Desa Banjarejo: Desa wisata All abaout Durians Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Eksternal Faktor Internal a. Populasi pohon durian di desa Banjarejo banyak b. Boja sudah dikenal dengan penghasil durian c. Kepemilikan oleh masyarakat d. Ketersediaan dan kesesuaian lahan pengembangan e. Mudah diakses a. Belum dikembangkan produk olahan durian b. Bersifat musiman Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Dukungan Pemerintah b. Jumlah penduduk c. Berada di wilayah dekat obyek pariwisata d. Peluang pemanfaatan online business g. Dukungan kebijakan pengembangan Industrimakanan olahan a. Meningkatkan keahlian pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan b. Pendampingan secara langsung baik pendampingan teknis maupun tenaga ahli. c. Pembentukan kelompok usaha bersama/penguatan kelompok d. Peningkatan penguasaan teknologi informasi dan fasilitasi infrastruktur. a. Pengayaan terhadap para pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan dengan pengetahuan tentang standardisasi produk. b. Fasilitasi pembentukan jejaring untuk meningkatkan akses pasar c. Pengaturan pola tanam dan peremaajan sehingga dapat dihasilkan sepanjang tahun Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 29
30 d. Peningkatan akses informasi pasar Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T a. Perekonomian global yang fluktuatif b. Adanya kemungkinan produk yang sama (berbasis gula kelapa) dari negara lain yang juga berkembang. a. Modernisasi proses/peralatan produksi berbasis kelapa b. Meningkatkan efisiensi sehingga daya saing meningkat c. Memperkuat struktur permodalan, jalur distribusi serta aspek manajemen yang lainnya d. Peningkatan kegiatan promosi a. Fasilitasi standardisasi kualitas bahan baku b. Peningkatan mutu produk c. Pengembangan klaster untuk meningkatkan dan kerjasama dalam IKM untuk meningkatkan pemanfaatan economies of scale. Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 30
31 Desa Boja/Bebengan: Pusat Budaya islam Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Eksternal Faktor Internal a. Wisata Religi yang sudah cukup terkenal b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah a. Belum dikelola secara optimal b. Kualitas Sumber Daya Manusia relatif rendah c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Kondosi atraksi, akomodasi, aksesabilitas danpendukung wisata lainnya kurang memadai Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Mayoritas Penduduk beragama Islam b. Pertumbuhan penduduk c. Daya beli masyarakat semakin tinggi d. Kebutuhan rekreasi rohani/ziarah a. Melakukan promosi untuk lebih mengenalkan obyek wisata b. Meningkatkan kualitas infratruktur c. Peningkatan pengetahuan produk pada masyarakat setempat a. Penerapan/peningkatan manajemen wisata b. Peningkatan kualitas Sumberdaya manusia dengan memberikan penyuluhan dan berbagai ketrampilan sesuai wisata yang akan dikembangkan c. Penyuluhan desa Inovasi d. Identifikasi pendukung manajemen wisata Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 31
32 Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T a. Persaingan b. Potensi gangguan lingkungan fisik dan non fisik a. Pemberdayaan masyarakat setempat b. Koordinasi dengan tokoh masyarakat terkait kemungkinan perubahan perilaku masyarakat c. Penyusunan rambu-rampu yang jelas terkait pemanfaat lingkungan secara fisik Bekerjasama dengan travel agent untuk pengembangan paket wisata Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 32
33 Desa Meteseh: Sentra Industri Genteng Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Eksternal Faktor Internal a. Dukungan bahan baku b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah e. Sudah dikenal sebagai desa penghasil genteng a. Kualitas relatif rendah (kadang-kadang presisi kurang tepat) b. Kualitas SDM c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Teknologi sederhana Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Berkembangnya industri prooerti b. Pertumbuhan penduduk c. Daya beli masyarakat semakin tinggi a. Melakukan promosi untuk lebih mengenalkan b. Membangun jejaring dengan developer/pelaku industri properti a. Pembinaan peningkatan kualitas produk b. Bantuan peralatan/mesin mesin yang lebih modern Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T a. Persaingan b. Berkembangnya industri substitusi genteng a. Menjaga kesinambungan ketersediaan bahan baku b. Peningkatan daya saing Upaya pengembangan produk sesuai dengan preferensi pasar Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 33
34 5.2. Analisis SWOT Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Weleri Desa Bumiayu untuk Desa Pusat Pengembangan Padi Berkualitas Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Internal a. Luas Lahan Pertanian padi b. Dukungan pemerintah c. Positioning yang telah terbentuk sebagai pusat pengembangan padi a. Pengetahuan desa Inovasi oleh masyarakat relatif rendah b. Dukungan sumberdaya manusia berkualitas c. Permodalan Faktor Eksternal Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Pengembangan sawah lestari b. Pertumbuhan penduduk c. Perkembangan Tekonologi d. Kebijakan Pemerintah a. Pembinaan dan bimbingan teksnis b. Pengembangan sarana prasarana pendukung a. Penyuluhan desa Inovasi b. Membentuk kelompok usaha bersama petani/ membentuk kelompok tani c. Peningkatan ketrampilan dan pengetahuan petani d. Meningkatkan akses petani pada sumber-sumber pembiayaan Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 34
35 a. Tekanan kebutuhan petani b. Alih fungsi lahan pada masa yang akan datang. c. Faktor perubahan iklim e. Pengaturan/regulasi alih fungsi lahan pertanian f. Pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya pertanian a. Meningkatkan kualitas Sumberdaya petani dan semua pemangku kepentingan b. Pengembangan komitment antar petanin c. Pengembangan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing d. Memberikan bantuan teknis kepada petani Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 35
36 Desa Sambongsari: Desa wisata kuliner Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Internal a. Lokasi ruang terbuka telah tersedia b. Lokasi strategis (kurang lebih 100m dari pusat kota Weleri c. Ketersediaan dan kesesuaian lahan pengembangan d. Mudah diakses e. Sarana dan prasarana mendukung a. Permodalan b. Kualitas SDM c. Pengetahuan Desa Inovasi Faktor Eksternal Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Jumlah penduduk b. Berada di wilayah pusat kota e. Dukungan kebijakan pengembangan Industri makanan olahan a. Meningkatkan keahlian pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan b. Pendampingan secara langsung baik pendampingan teknis maupun tenaga ahli. c. Pembentukan kelompok usaha bersama/penguatan kelompok d. Peningkatan penguasaan teknologi informasi dan fasilitasi infrastruktur. a. Pengayaan terhadap para pelaku IKM Makanan dan Minuman olahan dengan pengetahuan tentang standardisasi produk. b. Fasilitasi pembentukan jejaring untuk meningkatkan akses pasar c. Peningkatan akses informasi pasar Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 36
37 Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T Persaingan kuliner a. Peningkatan kegiatan promosi b. Pelatihan pengembangan produk olahan yang khas, khususnya yang berbasis pada potensi sumberdaya lokal a. Bantuan permodalan b. Meningkatkan akses sumber pembiayaan Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 37
38 Desa Sidomukti : Desa Wisata Religi Katolik Evaluasi Faktor Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan) Faktor Eksternal Faktor Internal a. Wisata Religi yang sudah cukup terkenal b. Aksesibilitas memadai c. Memiliki sarana dan prasarana yang mendukung seperti perbankan, akomodasi dekat dengan Kendal atau kota Semarang d. Dukungan pemerintah a. Belum dikelola secara optimal b. Kualitas Sumber Daya Manusia relatif rendah c. Pengetahuan Desa Inovasi d. Kondosi atraksi, akomodasi, aksesabilitas danpendukung wisata lainnya kurang memadai Opportunity (Peluang) Strategi S O Strategi W O a. Toleransi beragama masyarakt yang baik b. Pertumbuhan penduduk c. Daya beli masyarakat semakin tinggi d. Kebutuhan rekreasi rohani/ziarah a. Melakukan promosi untuk lebih mengenalkan obyek wisata b. Meningkatkan kualitas infratruktur c. Peningkatan pengetahuan produk pada masyarakat setempat a. Penerapan/peningkatan manajemen wisata b. Peningkatan kualitas Sumberdaya manusia dengan memberikan penyuluhan dan berbagai ketrampilan sesuai wisata yang akan dikembangkan e. Penyuluhan desa Inovasi f. Identifikasi pendukung manajemen wisata Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 38
39 Threat (Ancaman) Strategi S T Strategi W T a. Persaingan b. Potensi gangguan lingkungan fisik dan non fisik a. Pemberdayaan masyarakat setempat b. Koordinasi dengan tokoh masyarakat terkait kemungkinan perubahan perilaku masyarakat c. Penyusunan rambu-rampu yang jelas terkait pemanfaat lingkungan secara fisik Bekerjasama dengan travel agent untuk pengembangan paket wisata Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 39
40 6. Penutup Dengan teridentifikasinya potensi pengembangan desa inovasi dalam studi ini. Selajutnya dapat disusun program dan kegiatan yang sesuai. Untuk itu, agar dapat terjadi sinergi yang baik dalam berbagai macam kebijakan, maka program dan kegiatan yang disusun hendaknya sesuai dengan sasaran dan arah kebijakan pengembangan. Untuk mencapai hal tersebut, maka permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan desa inovasi menjadi hal yang penting. Dikombinasilakn dengan peluang, kekuatan yang dimiliki maka dapat disusun arah kebijakan dan sasaran sebagai berikut: Tabel 9 Permasalahan, Arah Kebijakan dan Sasaran Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten kendal Permasalahan Arah Kebijakan Umum Sasaran a. Pengetahuan masyarakat tentang desa inovasi masih rendah b. Dukungan aparatur maupun komitmen desa baik dan masyarakat memiliki sifat yang terbuka dan gotong royong namun pengembangan desa inovasi adalah terobosan baru yang membutuhkan konsistensi komitmen c. Faktor Keterbatasan anggaran d. Kuantitas sumberdaya memadai namun dari sisi kualitas sebagian besar sumberdaya manusia di kedua kecamatan memiliki tingkat pendidikan rendah. Bertitik tolak dari permasalahan utama pengembangan desa inovasi, kebijakan umum pengembangan desa inivasi hendaknya diarahkan pada penguatan faktor-faktor pendukung pengembangan Desa Inovasi baik fisik maupun non fisik e. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai desa inovasi f. Meningkatkan kesiapan masyarakut sebagai subyek pengembangan desa inovasi g. Meningkatkan dukungan kelembangaan h. Meningkatkan sistem pengelolaan potensi pendukung pengembangan desa Inovasi i. Dukungan infrastruktur yang makin memadai Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 40
41 Permasalahan Arah Kebijakan Umum Sasaran e. Pengelolaan potensi belum optimal (obyek wisata) Adapun, beberapa program dan kegiatan yang sesuai dengan arah permasalahan, arah kebijakan serta sasaran adalah sebagai berikut: Tabel 10 Program dan Sasaran Pengembangan Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Kecamatan Weleri Kabupaten kendal Program Kegiatan SKPD Terkait a. Peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakt terkait pengembangan desa inovasi b. Penguatan kelembagaan c. Peningkatan sistem pengelolaan potensi d. Penguatan infrastruktur pendukung a. Sosialisasi dan Penyuluhan desa inovasi kepada masyarakat b. Capasity Building untuk sumberdaya manusia pendukung dan pengarahan untuk keluar dari pola hidup subsisten c. Regulasi alih fungsi lahan (untuk pertanian organik dan pengembangan padi bermutu) d. Promosi (untuk desa wisata, desa kuliner dan industri genteng) e. Pembentukan forum pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah, pengusaha) f. Penyediaan tenaga kerja terampil g. Fasilitasi akses pembiayaan Dinas Pertanian (leading untuk pertanian organik), Disperindag (leading untuk industri genteng) dan Dinas Pariwisata (leading untuk desa wisata), Bappeda, Dinas tenaga kerja (untuk penyediaan tenaga kerja terampil), dinas Perhubungan, Binamarga dan Pengairan. h. Fasilitasi pembangunan jejaring i. Pembangunan/perbaikan infrastruktur (infrastruktur untuk Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 41
42 Program Kegiatan SKPD Terkait mobilisasi sumber/jalan, ketersediaan listrik, ketersediaan air dan telokomunisasi) Studi Penilaian Desa Inovasi Kecamatan Boja dan Weleri Kabupaten Kendal 42
KAJIAN POTENSI KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL 2013
KAJIAN POTENSI KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL 2013 Pembangunan adalah proses atau upaya terus menerus guna meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan harus dilakukan secara
Lebih terperinciKajian Potensi Kecamatan Boja Kabupaten Kendal 1
Kajian Potensi Kecamatan Boja Kabupaten Kendal 1. Pendahuluan. Otonomi daerah mengharuskan setiap daerah untuk menggali segenap potensi yang dimilikinya dalam upaya meningkatkan pembangunan di daerah yang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI
RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka. nasional, serta koefisien gini mengecil.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi suatu daerah pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan integral dari pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan terarah dan terus
Lebih terperinci3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis
3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan
Lebih terperinciAnalisis Isu-Isu Strategis
Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World
Lebih terperinciRANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal
Lebih terperinciBAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO
BAB III KERANGKA EKONOMI MAKRO 3.1. Perkiraan Kondisi Ekonomi Tahun 2006 Stabilitas perekonomian merupakan syarat untuk tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam hal ini pemerintah sebagai
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari
Lebih terperinciBAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis statistik Perekonomian Daerah, sebagai gambaran umum untuk situasi perekonomian Kota
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor
Lebih terperinciBAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA
BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI
PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ketidakseimbangan pembangunan antara wilayah desa sebagai produsen pertanian dengan kota sebagai pusat kegiatan dan pertumbuhan ekonomi mendorong aliran sumberdaya
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.
43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA
ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA OLEH MUHAMMAD MARDIANTO 07114042 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KAMPUNG WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR
4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Daya Saing Sektor Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Metode Shift Share Metode shift share digunakan dalam penelitian ini untuk melihat
Lebih terperinci5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan
5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON
BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON 4.1 Analisis Struktur Ekonomi Dengan struktur ekonomi kita dapat mengatakan suatu daerah telah mengalami perubahan dari perekonomian
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciPeningkatan Daya Saing Industri Manufaktur
XII Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur Globalisasi ekonomi menuntut produk Jawa Timur mampu bersaing dengan produk sejenis dari negara lain, baik di pasar lokal maupun pasar internasional. Kurang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka
Lebih terperinciBAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi
BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi Identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi pelayanan SKPD Badan Pelaksana
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1
BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY
Lebih terperinciIV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data
IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasus adalah sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Kendal. Studi kasus adalah metode
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan daerah di Indonesia pada dasarnya didasari oleh kebijaksanaan pembangunan nasional dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan daerah. Kebijaksanaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman
Lebih terperinciII PENDAHULUAN PENDAHULUAN
I II PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pembangunan dapat diartikan berbeda-beda oleh setiap orang tergantung dari sudut pandang apa yang digunakan oleh orang tersebut. Perbedaan cara pandang mengenai proses pembangunan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yang terkandung di dalamnya, tergenang secara terus menerus atau musiman, terbentuk secara alami di lahan yang relatif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki lahan pertanian yang sangat luas dan sebagian besar penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Jawa Barat merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam. Dalam hal ini pembangunan wilayah menjadi sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah diapit oleh dua provinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur, letaknya antara 5 40 dan 8 30 dan 111 30 bujur timur (termasuk Pulau Karimunjawa).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik potensi wilayah baik yang bersifat alami maupun buatan, merupakan salah satu unsur yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan pembangunan. Pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan
Lebih terperinci4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM
4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN 4.2.7.1 KONDISI UMUM Proses pembangunan sering kali dikaitkan dengan proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah beserta dengan perangkat kelengkapannya sejak penerbitan
Lebih terperinciDisampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016
Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciMETODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37
Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37 Penyusunan Master Plan Kawasan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Timur meliputi beberapa tahapan kegiatan utama, yaitu : 1) Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pariwisata Dan Wisatawan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata adalah kegiatan melaksanakan perjalanan untuk memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, mencari kepuasan, mendapatkan kenikmatan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai penyedia dan pemenuh kebutuhan pangan di Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan perekonomian nasional. Sektor pertanian
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciMagrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN
Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari
Lebih terperinciRENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015
RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam lokasi kawasan komoditas unggulan nasional pada komoditas padi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka peningkatan produksi pertanian komoditas unggulan di Kabupaten Bekasi, pembangunan pertanian berskala ekonomi harus dilakukan melalui perencanaan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan
Lebih terperinci4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah
4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah Mencermati isu-isu strategis diatas maka strategi dan kebijakan pembangunan Tahun 2014 per masing-masing isu strategis adalah sebagaimana tersebut pada Tabel
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,
Lebih terperinci