Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1"

Transkripsi

1 BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY BLS) Pendahuluan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung antara lain; pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan yakni sebesar 56,72% dari total PDB (BPS, 2004). Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS), yang bertujuan mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah. Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di daerah. Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat perubahan yang signifikan dalam penetapan Daftar Skala Prioritas yang semula menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada suatu komoditi/produk/jenis usaha di suatu kecamatan, menjadi penetapan komoditi/produk/jenis usaha (KPJU) unggulan daerah di kabupaten dengan menggunakan alat analisis Comparative Performance Index (CPI) dan Analityc Hierarchy Process (AHP). Comparative Performance Index (CPI) atau Teknis Perbandingan Indeks Kinerja merupakan indeks gabungan (composite index) yang digunakan untuk menentukan penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif Box 1. Hasil Penelitian BLS 19

2 berdasarkan beberapa kriteria. Sedangkan AHP adalah sebuah alat analisis yang didukung oleh pendekatan matematika sederhana dan dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas. Tujuan Penelitian BLS ini adalah untuk mengenal dan memahami profil daerah dan profil UMKM, kebijakan pemerintah yang terkait dengan pengembangan UMKM, peranan perbankan dalam pengembangan UMKM dan memberikan informasi tentang KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan serta memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah di suatu kabupaten/kota. Daerah penelitian meliputi 8 (delapan) kabupaten/kota di Propinsi Maluku Utara, yaitu Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Halmahera Barat, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Halmahera Tengah, Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula. Data dan informasi yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder sesuai dengan kebutuhan penelitian. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan. Pada tahap pertama, dilakukan pembobotan di tingkat propinsi terhadap tujuan, kriteria untuk CPI dan AHP serta sektor/sub-sektor di kecamatan dan kabupaten/kota. Penentuan pembobotan ini dilakukan pada forum FGD (Focus Group Discussion) tingkat propinsi dengan peserta berasal dari berbagai kalangan yang mewakili pengusaha/asosiasi usaha, Bappeda, dinas/instansi terkait tingkat propinsi, akademisi dan perbankan. Dari FGD Propinsi diperoleh hasil pembobotan sebagai berikut : a. Bobot tujuan penetapan KPJU unggulan Maluku Utara, terdiri dari 3 aspek, yaitu Penciptaan Lapangan Kerja (49,34%), Penciptaan Daya Saing (31,08%), Pertumbuhan Perekonomian (19,58%). Selanjutnya nilai pembobotan ini berlaku sama untuk semua kecamatan dan kabupaten/kota pada sektor/sub sektor; Box 1. Hasil Penelitian BLS 20

3 b. Bobot masing-masing 11 kriteria untuk penetapan KPJU unggulan tingkat kabupaten/kota yaitu Ketersediaan Pasar (15,58%), Penyerapan Tenagakerja (11,77%), Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal (11,02%), Harga (10,65%), Sumbangan Terhadap Perekonomian (10,32%), Sarana Produksi (9,22%), Ketersediaan Tenagakerja Terampil (8,98%), Teknologi (7,73%), Manajemen Usaha (4,13%), Bahan Baku (7,58%), Sosial Budaya (3,02%). c. Bobot 4 kriteria untuk analisis dengan metode CPI yaitu : Jangkauan Pasar (48,14%), Ketersediaan Bahan Baku/Sarana Produksi (29,54%), Jumlah Unit Usaha (13,09%), Kontribusi Terhadap Perekonomian Kecamatan (9,23%). d. Tahap kedua, yakni penentuan KPJU dengan CPI di kecamatan. Berdasarkan daftar KPJU seluruh kecamatan pada suatu kabupaten/kota yang diperoleh dari data sekunder atau narasumber, dilakukan pemilihan KPJU kecamatan dengan menggunakan 4 kriteria di atas (butir c). Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan narasumber di tingkat kecamatan, yaitu mantri pertanian (Petugas Penyuluh Lapangan), mantri statistik dan staf/seksi perekonomian. Berdasarkan analisis CPI ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor ekonomi di tingkat Kecamatan. Box 1. Hasil Penelitian BLS 21

4 Tahap ketiga, yakni penentuan KPJU dengan metode Borda di tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan hasil KPJU dari seluruh kecamatan di suatu kabupaten/kota dengan metode CPI, dilakukan pemilihan KPJU kabupaten/kota dengan metode Borda. Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat. Berdasarkan hasil perhitungan dengan metode Borda ditetapkan maksimal 10 (sepuluh) KPJU untuk setiap sektor/sub-sektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Tahap keempat adalah penentuan KPJU dengan AHP di tingkat kabupate/kota. Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan untuk menetapkan KPJU unggulan per sektor/sub-sektor pada tingkat kabupaten/kota. Adapun kriteria yang digunakan dengan bobot sesuai hasil FGD propinsi yang terdiri dari 11 aspek tersebut di atas. Penilaian setiap alternatif KPJU ditetapkan berdasarkan penilaian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui FGD tingkat kabupaten/kota. Narasumber FGD di tingkat kabupaten/kota adalah pejabat dinas/instansi, asosiasi, Kadin, Bappeda, perbankan dan peneliti/dosen perguruan tinggi. Pada forum tersebut juga dilakukan penilaian oleh narasumber terhadap tingkat kepentingan setiap alternatif kebijakan yang harus diambil dalam rangka pengembangan usaha KPJU unggulan yang telah teridentifikasi. Berdasarkan analisis AHP ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU untuk setiap sektor/sub sektor ekonomi di tingkat kabupaten/kota. Tahap kelima adalah penentuan KPJU dengan memberi mengalikan bobot sektoral kabupaten/kota dengan bobot komoditi unggulan sektoral kabupaten/kota menghasilkan 5 (lima) komoditi unggulan lintas sektoral kabupaten/kota. Berdasarkan perhitungan dengan metode normalisasi ditetapkan maksimal 5 (lima) KPJU lintas sektoral di tingkat kabupaten/kota. Tahap keenam adalah penentuan KPJU dengan metode Borda di tingkat propinsi yang merupakan proses seleksi lebih lanjut dalam penetapan KPJU unggulan setiap sektor ekonomi pada tingkat propinsi. Pada setiap KPJU dari setiap kabupaten dilakukan penjumlahan nilai skor dengan Box 1. Hasil Penelitian BLS 22

5 nilai rankingnya, sehingga pada setiap sektor ekonomi di propinsi diperoleh daftar KPJU unggulan berdasarkan urutan total nilai skornya. Selain itu, dihasilkan pula daftar ranking seluruh KPJU secara lintas sektor (seluruh sektor) di propinsi. Setelah diperoleh KPJU unggulan daerah pada tingkat kabupaten dan propinsi, selanjutnya peneliti memberikan rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemda atau sebagai referensi dalam perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah. Dengan demikian fungsi KBI sebagai advisor maupun penyedia data dan informasi bagi Pemerintah Daerah dapat diimplementasikan dari hasil penelitian ini. KPJU Unggulan UMKM Berdasarkan hasil FGD dengan metode AHP di masing-masing kabupaten dan kota diperoleh total skor terbobot tingkat kepentingan setiap sektor ekonomi. Penilaian tersebut diperlukan untuk penetapan ranking dan total skor KPJU unggulan di masing-masing kabupaten dan kota. Adapun hasil FGD dilakukan di tingkat kabupaten dan kota sebagai berikut: 1. Kabupaten Halmahera Barat Halmahera Barat adalah Sektor Perikanan, Peternakan, Perikanan dan Angkutan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Halmahera Barat yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Ikan Kecil, 2). Sapi, 3). Teripang, 4). Kapal Motor, 5). Ojek Sepeda Motor. 2. Kabupaten Halmahera Tengah Halmahera Tengah adalah Sektor Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Kehutanan dan Tanaman Pangan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Halmahera Tengah yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Wisata Pantai/bahari, 2). Angkutan Umum (Mikrolet), 3). Sapi, 4). Kayu Meranti, 5). Padi. Box 1. Hasil Penelitian BLS 23

6 3. Kabupaten Kepulauan Sula Kepulauan Sula adalah Sektor Pariwisata, Angkutan, Peternakan, Perdagangan dan Perikanan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Kepulauan Sula yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Wisata Pantai Manaf, 2). Longboat, 3). Sapi, 4). Kopra, 5). Tuna. 4. Kabupaten Halmahera Selatan Halmahera Selatan adalah Sektor Industri, Perkebunan, Angkutan, Perkebunan dan Tanaman Pangan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Halmahera Selatan yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Minyak Kelapa, 2). Kelapa, 3). Truk, 4). Pala, 5). Cabe. 5. Kabupaten Halmahera Utara Halmahera Utara adalah Sektor Pariwisata, Tanaman Pangan, Perdagangan, Industri dan Tanaman Pangan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Halmahera Utara yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Pantai Kupa-kupa, 2). Padi, 3). Kelapa, 4). Minyak Kelapa, 5). Kacang Tanah. 6. Kabupaten Halmahera Timur Halmahera Timur adalah Sektor Industri, Angkutan, Perkebunan, Peternakan dan Perkebunan. Adapun KPJU unggulan di Kabupaten Halmahera Timur yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Kopra, 2). Ojek Sepeda Motor, 3). Kelapa, 4). Sapi, 5). Pala. 7. Kota Ternate Ranking skor terbobot tingkat kepentingan sektor ekonomi untuk Kota Ternate adalah Sektor Perkebunan, Peternakan, Angkutan, Perikanan dan Peternakan. Adapun KPJU unggulan di Kota Ternate yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Pala, 2). Sapi, 3). Ojek Sepeda Motor, 4). Tongkol, 5). Kambing. 8. Kota Tidore Kepulauan Ranking skor terbobot tingkat kepentingan sektor ekonomi untuk Kota Tidore Kepulauan adalah Sektor Peternakan, Angkutan, Perikanan, Pariwisata dan Industri. Adapun KPJU unggulan di Kota Tidore Kepulauan yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1) peternakan sapi); 2) angkutan ojek sepeda motor); dan 3) perikanan cakalang); 4) pariwisata pantai Akesahu; dan 5) industri parang dan pisau. Box 1. Hasil Penelitian BLS 24

7 9. KPJU Unggulan Sektoral Propinsi Maluku Utara Penentuan KPJU unggulan sektoral tingkat propinsi dilakukan dengan metode Borda, yang merupakan proses seleksi lebih lanjut dalam penetapan KPJU unggulan. Dalam setiap KPJU unggulan setiap kabupaten, nilai skor dan nilai rankingnya dijumlahkan, sehingga pada setiap sektor ekonomi di propinsi diperoleh daftar KPJU unggulan berdasarkan urutan total nilai skornya. Selain itu, dihasilkan pula daftar ranking seluruh KPJU unggulan secara lintas sektor (seluruh sektor) di propinsi. Urutan KPJU Unggulan lintas sektoral Propinsi Maluku Utara adalah: (1) Tanaman Pangan (Jagung, Padi); (2) Peternakan (Sapi, Kambing); (3) Perkebunan (Kelapa, Pala, Kakao, Cengkeh); (4) Jasa (Pertukangan kayu dan batu); (5) Angkutan (Ojek Sepeda Motor). Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian BLS di atas, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan di masing-masing kabupaten/kota, maka direkomendasikan kepada instansi/dinas/badan/lembaga terkait hal-hal sebagai berikut: Bappeda : Mengembangkan dan melaksanakan fungsi dan peran sebagai koordinator kerjasama lintas sektoral antar instansi teknis/dinas-dinas terkait dalam program pengembangan produk-produk UMKM pada umumnya, khususnya KPJU unggulan Provinsi Maluku Utara. Program pengembangan KPJU unggulan dapat dilakukan dengan mendorong pertumbuhan kluster-kluster (cluster) agroindustri yang berdaya saing tinggi di lokasi-lokasi strategis melalui pemberian insentif yang menarik bagi investor, seperti kemudahan perizinan, keringanan pajak dan penyediaan lahan yang produktif. Merencanakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendukung (fasilitas kredit, sistem informasi, jaringan transportasi), untuk lebih mendorong peningkatan produksi dan pemasaran produk-produk UMKM pada umumnya, khususnya KPJU unggulan. Box 1. Hasil Penelitian BLS 25

8 kemudahan perizinan, keringanan pajak dan penyediaan lahan yang produktif. Merencanakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendukung (fasilitas kredit, sistem informasi, jaringan transportasi), untuk lebih mendorong peningkatan produksi dan pemasaran produk-produk UMKM pada umumnya, khususnya KPJU unggulan. Mengembangkan skim kredit bersubsidi/komersial berskala mikro bagi petani/nelayan, pengusaha, bekerjasama dengan bank yang memiliki jaringan cabang yang tersebar pada sentra-sentra produksi KPJU unggulan. Memperluas pemanfaatan jaringan informasi, riset dan teknologi yang difokuskan untuk mendukung peningkatan produktifitas dan daya saing kawasan dan KPJU unggulan; Mengembangkan dan memperkuat kelembagaan usaha UMKM khususnya yang mengembangkan KPJU unggulan daerah; Badan Koodinasi Penanaman Modal Daerah: Membangun dan mengembangkan kerjasama strategis antara pengusaha besar dengan UMKM; Melakukan kajian untuk pengembangan investasi khususnya yang terkait dengan potensi sumberdaya KPJU Unggulan daerah. Membangun dan mengembangkan jaringan sistem informasi mengenai peluang investasi daerah; Mempromosikan potensi sumberdaya dan peluang investasi daerah melalui berbagai media kepada calon investor dalam negeri maupun luar negeri. Menyediakan berbagai bentuk insentif kepada para investor, termasuk penyediaan sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, listrik, air bersih, kemudahan perizinan dan keringanan pajak. Dinas Perindustrian dan Perdagangan: Melakukan pendampingan terhadap pengusaha UMKM di bidang perdagangan, industri kecil dan menengah yang baru berkembang; Mengembangkan kerjasama dengan Dinas/Badan/instasi terkait dalam mempromosikan pembentukan kluster kepada pengusaha UMKM bidang industri dan memberikan motivasi mengenai pentingnya pembentukan kluster dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk dihasilkan; Box 1. Hasil Penelitian BLS 26

9 Melaksanakan fungsi dan peran sebagai agen dalam transfer teknologi tepat guna khususnya teknologi pengolahan produk-produk yang menggunakan KPJU unggulan (kelapa, kopi, pala, cengkeh, kakao) sebagai bahan bakunya; Meningkatkan kemampuan di bidang teknik-teknik manajerial bagi pengusaha UMKM; Memberikan bantuan peralatan produksi untuk usaha industri yang berskala UMKM dan berbasis bahan baku lokal, misalnya industri pengolahan makanan dan minuman (kue-kue kering, kripik, dan minuman). Menyederhanakan proses perizinan dan pemberian hak paten dan merek (labeling). Memberikan informasi mengenai pasar input dan pasar produk-produk yang akan dibuat khususnya pasar lokal; Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknik-teknik menjual produk yang dihasilkan; Mempromosikan produk-produk yang dihasilkan UMKM melalui berbagai media. Dinas Pertanian: Melakukan pendampingan terhadap pengusaha UMKM yang bergerak di bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan; Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja di sektor pertanian pada umumnya; Menyediakan sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan; Memfasilitasi dan memperkuat fungsi dan peran kelembagaan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan untuk meningkatkan produktifitas dan daya saing produksi; Mengembangkan teknologi pengolahan hasil-hasil pertanian khususnya komoditi kelapa, kopi, pala, cengkeh, kakao; Membangun dan memperkuat pola kemitraan dan koordinasi antara Pemda, Asosiasi, Perbankan, Koperasi dan petani dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas produksi dan jaringan pemasaran baik pasar lokal maupun antar daerah; Mengembangkan KPJU unggulan sesuai dengan potensi wilayah termasuk pengembangan kawasan sentra produksi; Box 1. Hasil Penelitian BLS 27

10 Dinas Perkebunan: Program pemetaan dan identifikasi wilayah-wilayah tertentu yang potensial untuk dijadikan sebagai sentra pengembangan komoditi unggulan perkebunan. Peremajaan tanaman yang telah tua (tidak produtif lagi), khususnya kelapa, kopi, pala, cengkeh dan kakao; Penerapan dan peningkatan teknologi penangan pasca panen. Membangun dan memperkuat pola kemitraan dan koordinasi antara Pemda, Asosiasi, Perbankan, Koperasi dan petani dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas produksi dan jaringan pemasaran baik dalam negeri maupun untuk ekspor; Mengembangkan program bantuan modal berbunga rendah untuk pengusaha UMKM yang bergerak di bidang komoditi perkebunan. Membangun jaringan sistem informasi produksi dan pemasaran. Dinas Kelautan dan Perikanan: Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana kelautan dan perikanan, seperti tempat pelelangan ikan, cold-storage, pabrik es dan distributor bahan bakar; Menyediakan fasilitas untuk pembangunan industri pengolahan ikan, antara lain lokasi bangunan, air bersih, jaringan listrik dan fasilitas pendukung lainnya; Meningkatkan pengetahun dan keterampilan mengenai teknologi tepat guna di bidang kelautan dan perikanan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan; Mamfasilitasi pengusaha UMKM di bidang kelautan dan perikanan untuk mengakses fasilitas kredit dari pihak perbankan; Meningkatkan kapasitas produksi kelautan dan perikanan pengembangan usaha industri pengelolaan hasil-hasil kelautan dan perikanan. Dinas Peternakan: Melakukan pendampingan terhadap pengusaha UMKM bidang peternakan; Memberikan pengetahuan dan keterampilan mengenai teknologi tepat guna di bidang peternakan; Menyediakan bibit unggul khususnya bagi peternak sapi dan kambing yang menjadi salah satu KPJU unggulan Maluku Utara. Membangun dan memperkuat pola kemitraan dan koordinasi antara Pemda, Asosiasi, Perbankan, Koperasi dan peternak dalam hal peningkatan kuantitas dan kualitas produksi dan jaringan pemasaran. Box 1. Hasil Penelitian BLS 28

11 Dinas Perhubungan: Merencanakan dan mengembangkan jalur transportasi reguler yang menghubungkan sentra-sentra produksi dengan daerah-daerah pemasaran masing-masing KPJU unggulan; Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi seperti jalan, jembatan dan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas lalu lintas barang antar kabupaten/kota dan antar provinsi. Membuat regulasi yang berpihak kepada pengusaha UMKM, antara lain yang terkait dengan pajak, retribusi, standar keselamatan dan lain-lain. Dinas Pariwisata: Merencanakan dan mengembangkan program pelestarian obyek-obyek wisata yang potensial; Mempromosikan obyek-obyek wisata daerah melalui berbagai media cetak, elektronik dan kegiatan pameran. Menjalin kerjasama dengan dinas/badan/kantor dan sektor swasta untuk meningkatkan arus kunjungan wisata ke Maluku Utara. Perbankan: Menyediakan fasilitas kredit untuk pengembangan usaha dengan persyaratan kredit yang dapat dipenuhi oleh pengusaha UMKM, khususnya yang mengembangkan KPJU unggulan; Menyediakan informasi potensi dan lokasi KPJU unggulan bagi calon investor yang berminat untuk mengembangkan KPJU unggulan tertentu. Memberikan bantuan dalam bentuk konsultasi teknis dalam pengembangan UMKM yang mengelola KPJU unggulan; Sudah saatnya digagas lintas instansi dan investor untuk dapat menjaring wisatawan potensial yang dapat mempromosikan potensi ekonomi daerah dan lamanya tinggal wisatawan di daerah. Perlu pertambahan sarana pendukung seperti dibangunnya golf court. Dinas Koperasi: Memberikan masukan dalam penyusunan kerangka acuan kerja pembentukan kluster; Menjalin kerjasama dengan dinas/badan/kantor/lembaga terkait dan para pemangku kepentingan dalam pengembangan KPJU unggulan; Memberikan bantuan dalam bentuk dana (permodalan) maupun konsultasi teknis dalam upaya pengembangan UMKM khususnya yang mengelola KPJU unggulan; Memfasilitasi pembentukan unit koperasi simpan pinjam bagi pengusaha UMKM Box 1. Hasil Penelitian BLS 29

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore. Muhammad Jibril Tajibu. Abstrak Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Tidore Oleh Muhammad Jibril Tajibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Abstrak Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki

Lebih terperinci

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan

Kerangka Berfikir MENCARI KOMODITI UNGGULAN. Penciptaan Lapangan Kerja. Manajeman Usaha. Sosial Budaya. Teknologi. Ketersediaan SUPLEMEN 3 RESUME PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) PROPINSI SUMATERA SELATAN Bank Indonesia Palembang bekerja

Lebih terperinci

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1

DIIA IPRODUKlJ P GEMBANGA. _~ --l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 P DIIA IPRODUKlJ IS P GEMBANGA A GGo A OTA AING 012 _~ -"-l~ ~/ Herla sama \ 1Pf _.: Unlvershas Neuerl Malanu denuan Bank Indonesia ~~.1 ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN

Lebih terperinci

BOKS 2. A. Latar Belakang

BOKS 2. A. Latar Belakang BOKS 2 PENELITIAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA (KPJU) UNGGULAN DI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2011 A. Latar Belakang Mengingat besarnya kontribusi UMKM terhadap perekonomian baik nasional maupun daerah di

Lebih terperinci

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005

REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 BOKS REKOMENDASI SEMINAR STRATEGI DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI 22 DESEMBER 2005 I. PENDAHULUAN Dinamika daerah yang semakin kompleks tercermin dari adanya perubahan

Lebih terperinci

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~

PENEllIIAN PENBEMBA A. KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20. Kerj ama. c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENEllIIAN PENBEMBA A KOMOOI IS ODUK/lENI UNGGUlAN UMKM KO 20 Kerj ama c ~~' UnIVersitas Negerl Malang dengan Bank Indonesia ~ PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUKlJENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA BATU

Lebih terperinci

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1.

Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Boks Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kalimantan Tengah 1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA. 4lD BANK IND NESIA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KABUPATE PASURUAN LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA 4lD BANK IND NESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASURUAN

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN

PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA DAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM KOTA PROBOLINGGO LAPORAN HASIL PENELITIAN KERJASAMA ~ BANK INDONESIA DAN TIM PENELITI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MALANG MALANG

Lebih terperinci

KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM

KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH (Baseline Economic Survey) PROVINSI ACEH 2010 di KABUPATEN PIDIE JAYA dan KOTA SUBULUSSALAM Kerjas ama antara : KANTOR BANK INDONESIA BANDA ACEH Dengan PERISCOPE

Lebih terperinci

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 PRIORITAS PEMBANGUNAN 2017 Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas.

KATA PENGANTAR. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa membimbing dan memberkahi kita sekalian dalam melaksanakan tugas. KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Komoditi/Produk/Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM Tahun

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA MENURUT SEKTOR/SUBSEKTOR USAHA

PENENTUAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA MENURUT SEKTOR/SUBSEKTOR USAHA PENENTUAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA MENURUT SEKTOR/SUBSEKTOR USAHA PENENTUAN BOBOT TUJUAN DAN KRITERIA PEMILIHAN KOMODITI/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN (TINGKAT PROVINSI). 1. Pengantar Penentuan Komoditi/Produk/Jenis

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI, 2005. Strategi Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Daerah Kota Bogor. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan IDQAN FAHMI. Sektor pertanian bukan merupakan sektor

Lebih terperinci

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini:

Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: BAB IV PENETAPAN PRODUK UNGGULAN DAERAH (PUD) Hasil analisis produk unggulan daerah kota Bima dilakukan berdasarkan 10 kriteria seperti pada tabel berikut ini: NO KRITERIA KECIL SEDANG BESAR 1. Ketersediaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN

ANALISIS PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN ANALISIS PERUMUSAN ARAHAN PENGEMBANGAN Variabel bahan baku Variabel lsdm/tenaga kerja Variabel ketersediaan Infrastruktur Pendukung Variabel kelembagaan Analisis Triangulasi ARAHAN PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TANGGAL.. INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM LAMPIRAN III PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TANGGAL.. LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM - 1 - LIMA TAHUNAN (KONSEPSI) ARAHAN PEMANFAATAN RUANG KAPET SERAM

Lebih terperinci

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah No Tujuan Indikator Kinerja Tujuan Kebijakan Umum Sasaran Indikator Sasaran Program Kegiatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Bagian I :

KATA PENGANTAR Bagian I : KATA PENGANTAR Segala Puji Syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rakhmat-nya sehingga pelaksanaan Penelitian Baseline Economic Survey-KPJu Unggulan UMKM Provinsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.105, 2015 SUMBER DAYA ALAM. Perkebunan. Kelapa Sawit. Dana. Penghimpunan. Penggunaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL :

LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 2 0 T A H U N TANGGAL : STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH PENDIDIKAN TK DAN SD PENDIDIKAN SMP DAN SM TENAGA PENDIDIKAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH PENGAJARAN TK DAN SD PENGAJARAN SMP DAN SM TENAGA

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN ALAT BANTU PRODUKSI LOKAL BAGI USAHA BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PEREKONOMIAN BERBASIS KERAKYATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI PAPUA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan

Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan Bagian Ketujuh Bidang Pengembangan Usaha Pasal 20 (1) Bidang Pengembangan Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi pengembangan usaha peternakan. pada

Lebih terperinci

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan pembahasan tentang studi pengembangan wilayah di Kapet Bima dapat dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kapet Bima memiliki beragam potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang dan masalah Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia menjadi sebuah negara industri yang tangguh dalam jangka panjang. Hal ini mendukung Peraturan

Lebih terperinci

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN 158 VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN Pengelolaan lahan gambut berbasis sumberdaya lokal pada agroekologi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Bengkalis dilakukan berdasarkan atas strategi rekomendasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMANFAATAN DANA KUMK SUP-005 UNTUK MEMBIAYAI SEKTOR PERTANIAN

PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMANFAATAN DANA KUMK SUP-005 UNTUK MEMBIAYAI SEKTOR PERTANIAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMANFAATAN DANA KUMK SUP-005 UNTUK MEMBIAYAI SEKTOR PERTANIAN Pusat Pembiayaan Pertanian Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian Tahun 2006 I. PENDAHULUAN Salah satu faktor

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat VII. PERANCANGAN PROGRAM 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat Mengacu pada Visi Kabupaten Lampung Barat yaitu Terwujudnya masyarakat Lampung Barat

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DAN PENGGUNAAN DANA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian nasional

Lebih terperinci

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni

Lebih terperinci

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) 5.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Produk Unggulan Daerah (PUD) Lamandau ditentukan melalui

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN

KEPALA DINAS BIDANG PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN BIDANG TANAMAN PANGAN BIDANG TANAMAN HORTIKULTURA BIDANG PETERNAKAN DINAS PERTANIAN KEPEG DAN KEU TANAMAN PANGAN TANAMAN HORTIKULTURA PETERNAKAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN SARANA PRASARANA TANAMAN PANGAN SARANA PRASARANA TANAMAN HORTIKULTURA SARANA PRASARANA

Lebih terperinci

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat :

HAMDAN SYUKRAN LILLAH, SHALATAN WA SALAMAN ALA RASULILLAH. Yang terhormat : SAMBUTAN KADISTAN ACEH PADA ACARA WORKSHOP/PERTEMUAN PERENCANAAN WILAYAH (REVIEW MASTER PLAN) PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH DI GRAND NANGGROE HOTEL BANDA ACEH TANGGAL

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di Indonesia sejak tahun 2001 berdasarkan UU RI Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang selanjutnya

Lebih terperinci

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR

Tabel 7.3 CAPAIAN KINERJA PROGRAM INDIKATOR Tabel 7.3 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Misi 3 RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 Misi 3 : Meningkakan penguatan sistem ekonomi kerakyatan, aksesibilitas dan kemampuan ekonomi rakyat, penanggulangan

Lebih terperinci

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Copyright (C) 2000 BPHN PP 32/1998, PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL *35684 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 32 TAHUN 1998 (32/1998) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN UMKM DI KABUPATEN NABIRE, PAPUA 1 Etty Puji Lestari 2 Abstrak Peranan UMKM dalam perekonomian nasional sangat penting dan strategis. Hal ini didukung oleh beberapa data

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KEPALA DINAS

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KEPALA DINAS LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH STRUKTUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PERENCANAAN PROGRAM, EVALUASI DAN PELAPORAN TK DAN PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH DAN KEJURUAN PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah menyadari pemberdayaan usaha kecil menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat dan sekaligus

Lebih terperinci

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya.

maupun sumberdaya alam akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation) serta multiplier effect lainnya. BOKS D PERAN SEKTOR KEUANGAN DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DI BALII Pariwisata di Indonesia dalam dua dekade terakhir ini berkembang cukup pesat setelah melewati masa-masa berat pada tahun 1970-an. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK. Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK POTENSI EKONOMI DAERAH BAGI PEMBIAYAAN PERBANKAN DI KABUPATEN SIAK Toti Indrawati dan Yusni Maulida Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Potensi Ekonomi Daerah Bagi Pembiayaan Perbankan Di Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 20 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 13

Lebih terperinci

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial

1. Rekomendasi Penetapan KPJU Unggulan dan Potensial i Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi UMKM cukup

Lebih terperinci

BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BAGIAN ADMINISTRASI SUMBER DAYA ALAM BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN

BUPATI WAKIL BUPATI SEKRETARIS DAERAH ASISTEN PEREKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN BAGIAN ADMINISTRASI SUMBER DAYA ALAM BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH NOMOR : 13 TAHUN 2008 TANGGAL : 8 MEI 2008 STRUKTUR ORGANISASI DAERAH BUPATI WAKIL BUPATI STAF AHLI : 1. EKONOMI DAN PEMBANGUNAN 2. HUKUM DAN POLITIK. 3. PEMERINTAHAN SEKRETARIS

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis 3.1.1 Kelembagaan Agro Ekonomi Kelembagaan agro ekonomi yang dimaksud adalah lembaga-lembaga yang berfungsi sebagai penunjang berlangsungnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha kecil merupakan bagian integral dari perekonomian

Lebih terperinci

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA Kesenjangan informasi (asymmetric information) antara produk perbankan beserta persyaratan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (KUKM) dewasa ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BENGKULU Dan WALIKOTA BENGKULU MEMUTUSKAN: WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 199 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS DAERAH KOTA

Lebih terperinci

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis 5Kebijakan Terpadu Pengembangan Agribisnis Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan kondisi yang makin seimbang. Persentase sumbangan sektor pertanian yang pada awal Pelita I sangat

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

UPT BUPATI PEKALONGAN,

UPT BUPATI PEKALONGAN, DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN LAMPIRAN I : PERATURAN DAERAH TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN UMUM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI 1 BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI, Menimbang : a. bahwa penanaman

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT -1- GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan penyediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia. Lebih dari setengah angkatan kerja

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional

Lebih terperinci

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja 156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH UMUM, PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING LUARAN PENELITIAN HIBAH BERSAING DESKRIPSI PRODUK-PRODUK UNGGULAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL DIPROVINSI LAMPUNG Tahun ke 2 dari Rencana 2 Tahun Nedi Hendri, S.E., M.Si., Akt. (Ketua Tim Pengusul) NIDN. 0020048101

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 08 TAHUN 2017 TENTANG PENGANEKARAGAMAN PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b.

FUNGSI : a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat b. 30 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS PERTANIAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan dan perikanan darat berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan yang berorientasi atau berbasis kegiatan ekonomi lokal menekankan pada kebijakan pembangunan pribumi (endogenous development policies) yang memanfaatkan

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN Paradigma pembangunan saat ini lebih mengedepankan proses partisipatif dan terdesentralisasi, oleh karena itu dalam menyusun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci