BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian baik berupa skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian baik berupa skripsi"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian baik berupa skripsi maupun tesis yang menganalisis tentang ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna. Penelitian-penelitian tersebut dijadikan sebagai referensi bahan perbandingan dan pertimbangan dalam penelitian ini. Beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut. Laksemini (2010) dalam tesisnya yang berjudul A Study on English Medical Terms of Physiology of Eyes Organs and Their Indonesian Equivalent, menggunakan teori jenis penerjemahan Larson (1984), ekuivalensi penerjemahan Catford (1965), ekuivalensi leksikal Larson (1984) dan fungsi organ Pearce (2002). Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Laksemini mengumpulkan data yang diambil dari buku medis berbahasa Inggris dengan judul Medical Physiology Tenth Edition yang ditulis oleh Arthur C. Guyton, M.D. dan Jhon E. Wall, Ph.D. dan dipublikasikan oleh W.B. Saunders Company, dari halaman 566 sampai halaman 600 sebagai bahasa sumber (BSu) serta buku terjemahannya yang berjudul Fisologi Kedokteran yang diterjemahkan oleh dr. Irawati Setiawan, dr. LMA. Ken Ariata Tengadi dan dr. Alex Santoso dan dipublikasikan oleh Buku Kedokteran EGC Jakarta, dari halaman 779 sampai halaman 810 sebagai bahasa sasaran (BSa). Data yang dikumpulkan adalah yang berhubungan dengan organ mata. Dalam penganalisisan data metode yang di- 15

2 16 gunakan adalah metode kualitatif dengan menjelaskan karakteristik dari data dan penyajian hasil analisis data adalah dengan menggunakan tabel. Hasil dari penelitian Laksemini menunjukkan bahwa terdapat 50 data yang berupa istilah medis yang berhubungan dengan organ mata yang ditemukan dalam sumber data baik yang terdiri dari satu kata atau lebih (berupa frasa), dan hanya terdapat ekuivalensi leksikal ketika konsep sama dan ketika konsep tidak diketahui. Data yang paling banyak terjadi adalah ekuivalensi leksikal ketika konsep tidak diketahui dengan jenis peminjaman kata. Persamaan penelitian Laksemini dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori ekuivalensi leksikal Larson sehingga penelitian Laksemini digunakan sebagai sumbangan informasi dalam menganalisis ekuivalensi leksikal dan memperkaya pemahaman ekuivalensi leksikal. Penelitian Laksemini berbeda dengan penelitian ini karena Laksemini hanya menganalisis tentang ekuivalensi leksikal sedangkan pada penelitian ini selain ekuivalensi leksikal juga menganalisis komponen makna untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna. Sumber data yang digunakan juga berbeda, Laksemini menggunakan buku medis sedangkan penelitian ini menggunakan manga. Ahdiyani (2011) dalam skripsinya yang berjudul Penerjemahan Kosakata Medan Makna Universitas, menggunakan banyak teori seperti teori diksi dalam penerjemahan Moch. Syarif (2010), medan makna Trier (2004) dan Chaer (1995), komponen makna Chaer (1995) dan Pateda (2010), kolokasi Kamalie (2007) dan Harimurti (2007) dan pembentukan kolokasi Al-Tahir A. Hafiz (2004). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskripsi analitis

3 17 yaitu dengan memaparkan dan mengaplikasikan teori-teori yang digunakan. Data yang digunakan diambil dari internet yang bersumber dari berita di Timur Tengah yang berhubungan dengan kosakata medan makna universitas dan beberapa sumber tertulis lain berupa studi pustaka. Hasil dari penelitian Ahdiyani adalah data kosakata medan makna universitas yang ditemukan dan dianalsis adalah rektor, dekan, dosen, mahasiswa/mahasiswi, SKS, KRS, fakultas, program studi, skripsi, tesis, disertasi, beasiswa, mata kuliah, indeks prestasi, BEM, UKM, dan sarjana. Berdasarkan analisis komponen makna, seluruh data tersebut memiliki ciri-ciri yang sama yang menunjukkan bahwa kata-kata tersebut merupakan satu medan makna yang mengacu pada kata universitas, sedangkan ciri pembeda menunjukkan setiap kata pasti memiliki perbedaan. Kosakata-kosakata tersebut jika diaplikasikan dengan konteks yang berbeda akan mengalami perubahan makna yang mengakibatkan perubahan medan makna. Analisis dengan menggunakan teori kolokasi mempengaruhi perubahan makna walaupun makna dasar suatu kata dalam suatu konteks tetap berpengaruh membentuk makna rasionalnya. Persamaan penelitian Ahdiyani dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan analisis komponen makna dalam menganalisis sumber data sehingga penelitian Ahdiyani digunakan sebagai sumbangan informasi dalam penggunaan analisis komponen makna dan memperkaya pemahaman penggunaan analisis komponen makna. Penelitian Ahdiyani berbeda dengan penelitian ini karena Ahdiyani juga membahas perubahan makna dari data yang dikumpulkan ketika diaplikasikan dengan konteks yang berbeda dengan menggunakan teori

4 18 kolokasi dan pembentukan kolokasi, sedangkan penelitian ini hanya membahas ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna yang digunakan untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna pada data-data yang telah dikumpulkan. Sumber data yang digunakan juga berbeda, Ahdiyani menggunakan data yang bersumber dari internet dan beberapa studi pustaka yang berhubungan, sedangkan penelitian ini menggunakan manga. Prasetya (2013) dalam skripsinya yang berjudul Ekuivalensi Leksikal dalam Penerjemahan pada Novel Halloween Party dan Terjemahannya Karya Agatha Christie, menggunakan teori prosedur penerjemahan Larson (1984) dan Newmark (1988), dan pergeseran makna Simatupang (1999) dan Catford (1965). Metode penelitian yang digunakan adalah metode komparatif deskriptif yang berfokus pada deskripsi prosedur penerjemahan. Prasetya mengumpulkan data yang diambil dari novel Halloween karya Agatha Christie sebagai bahasa sumber (BSu) dan novel terjemahannya sebagai bahasa sasaran (BSa). Hasil dari penelitian Prasetya adalah dari data-data yang ia teliti prosedur penerjemahan dalam ekuivalensi leksikal yang terjadi adalah berupa ekuivalensi modifikasi kata umum, ekuivalensi modifikasi kata pinjaman dan subtitusi kultural, dan dari segi semantis terdapat dua pergeseran makna yaitu makna generik ke spesifik dan spesifik ke generik. Persamaan penelitian Prasetya dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori dari Larson (1984) yang memfokuskan penelitian pada ekuivalensi leksikal. Sehingga penelitian Prasetya digunakan sebagai sumbangan informasi dalam menganalisis ekuivalensi leksikal dan memperkaya pemahaman

5 19 ekuivalensi leksikal. Penelitian Prasetya berbeda dengan penelitian ini karena Prasetya menganalisis tentang ekuivalensi leksikal dan jenis pergeseran makna yang terjadi sedangkan pada penelitian ini menganalisis ekuivalensi leksikal dan analisis komponen makna untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna pada data-data yang telah dikumpulkan. Sumber data yang digunakan juga berbeda, Prasetya menggunakan novel, sedangkan penelitian ini menggunakan manga. Suryawati (2015) dalam skripsinya yang berjudul Strategi Penerjemahan dan Pergeseran Makna Kosakata Budaya Material pada Novel Densha Otoko Karya Nakano Hitori serta Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, menggunakan teori strategi penerjemahan Mona Baker (1992), dan analisis komponen makna Roger T. Bell (1993). Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi pustaka dan teknik catat dalam pengumpulan data yang diperoleh dari novel Densha Otoko karya Nakano Hitori sebagai bahasa sumber (BSu) dan novel terjemahannya yang berjudul Train Man oleh Kanti Anwar sebagai bahasa sasaran (BSa). Metode deskriptif digunakan dalam menganalisis data dan metode formal dalam penyajian data. Hasil dari penelitian Suryawati terdapat lima strategi penerjemahan untuk menerjemahkan kosakata budaya material pada novel Densha Otoko yaitu; 1 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan kata yang lebih umum, 1 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan kata yang lebih netral, 14 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan penggantian budaya (cultural substitution), 16 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan kata pinjaman (loan word) atau kata pinjaman disertai

6 20 penjelasan dengan rincian 12 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan kata pinjaman (loan word), 4 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan kata pinjaman disertai penjelasan dan 10 data yang menggunakan strategi penerjemahan dengan parafrasa menggunakan kata yang berkaitan. Kosakata budaya material yang diterjemahkan dengan menggunakan strategi penggantian budaya (cultural substitution) dapat menimbulkan pergeseran makna terutama kategori makanan, rumah dan kota. Persamaan penelitian Suryawati dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori analisis komponen makna Roger T. Bell (1993) untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pergeseran makna pada data yang diteliti. Penelitian Suryawati berbeda dengan penelitian ini karena Suryawati juga menganalisis prosedur penerjemahan sedangkan pada penelitian ini adalah ekuivalensi leksikal. Sumber data yang digunakan juga berbeda, Suryawati menggunakan novel, sedangkan penelitian ini menggunakan manga. 2.2 Konsep Dalam penelitian ini digunakan beberapa konsep yang merupakan kata kunci dari suatu penelitian, konsep-konsep yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut Penerjemahan Beberapa pakar penerjemahan memiliki definisinya masing-masing tentang penerjemahan. Nida (1969:12) menyatakan translation consist of reproducing in the receptor language the closest natural equivalence of the source language

7 21 message, first in terms of meaning and secondly in terms of style yang berarti menerjemahkan adalah mereproduksi padanan yang wajar dan paling dekat dengan pesan BSu ke dalam BSa, pertama yang berhubungan dengan arti dan kedua berhubungan dengan gaya (dalam Hartono, 2009:1). Larson (1984:3) mengatakan translation is transferring the meaning of the source language into receptor language. This is done by going form the form of the first language to the form of a second language by way of semantic structure. It is meaning which is being transferred and must be held constant. Dalam definisi ini, Larson memunculkan sebuah kelengkapan dan keharmonisan antara bentuk bahasa dan struktur makna. Makna yang dikandung oleh teks sumber (TSu) harus mampu ditransfer ke teks sasaran (TSa) dengan penuh tanggung jawab (dalam Hartono, 2009:2) Ekuivalensi Leksikal Newmark (1988:48) mengatakan bahwa tujuan utama dari penerjemahan apapun adalah harus mencapai efek ekuivalensi. Ekuivalensi yaitu menghasilkan efek yang sama atau sedekat mungkin kepada pembaca terjemahan sebagai hasil yang telah diperoleh oleh seorang penerjemah. Hal ini juga disebut prinsip respon ekuivalen. Kridalaksana (1982:98), leksikal adalah bersangkutan dengan leksem (satuan leksikal dasar yang mendasari berbagai bentuk infleksi suatu kata, sebagai contoh kata slept dan sleeping adalah bentuk leksem dari sleep), bersangkutan dengan kata dan bersangkutan dengan leksikon (komponen bahasa yang memuat informasi tentang makna) dan bukan dengan gramatika.

8 22 Catford (1965:71-72) Ekuivalensi leksikal (lexical equivalence) adalah kesepadanan leksikal yang mengikuti penyesuaian proses infleksi atau derivasi bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa) Komponen Makna Chaer (2013:114) meyatakan komponen makna atau sering disebut dengan komponen semantik adalah setiap kata atau unsur leksikalnya terdiri atas satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutir, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan pengertian-pengertian yang dimilikinya. Bell (1993:87-88) menyatakan analisis komponen makna (componential analysis) dapat dimanfaatkan untuk mendeskripsikan komponen sistem semantik dari bahasa tertentu dan sangat berguna dalam mengetahui dan memperoleh persamaan dan perbedaan antar bahasa sehingga hal ini bernilai bagi penerjemah dan pembelajar bahasa. 2.3 Kerangka Teori Dalam sebuah penelitian, teori merupakan sebuah landasan yang akan menjadi acuan pokok dalam penganalisisan data. Penelitian ini menggunakan ekuivalensi leksikal yang dikemukakan oleh Larson (1984) dan analisis komponen makna yang dikemukakan oleh Bell (1993) Ekuivalensi Leksikal Penerjemahan dideskripsikan sebagai proses mempelajari kosakata, struktur gramatikal, dan situasi komunikasi dari teks bahasa sumber (BSu), lalu dianalisis

9 23 dengan tujuan mengetahui arti/maknanya, kemudian direkonstruksi kembali dengan menggunakan arti/makna yang sama dengan menggunakan bentuk natural dari bahasa sasaran (BSa). Seorang penerjemah akan selalu mencari ekuivalensi leksikal di antara bahasa sumber (BSu) dan bahasa sasaran (BSa) walaupun proses ini terkadang sangat rumit. Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam memilih ekuivalensi leksikal yang sesuai. Pertama, akan terdapat konsep pada teks sumber (TSu) yang telah diketahui pada bahasa sasaran (BSa) namun diterjemahkan dengan ekuivalensi yang tidak harfiah. Kedua, akan terdapat konsep pada bahasa sumber (BSu) yang tidak diketahui pada bahasa sasaran (BSa). Ketiga, terdapat unsur leksikal pada teks yang merupakan istilah-istilah kunci, yaitu suatu hal yang penting untuk tema dan perkembangan teks yang memerlukan perlakuan khusus (Larson, 1984:169). Secara garis besar pembagian ekuivalensi leksikal Larson dapat dilihat pada bagan berikut ini. Ekuivalensi Leksikal 1. Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Saling Mengetahui 2. Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Tidak Diketahui 3. Permasalahan Khusus dalam Menemukan Ekuivalensi Leksikal a. Ekuivalensi Leksikal yang Harfiah b. Ekuivalensi Leksikal yang Tidak Harfiah 1) Frasa Deskriptif 2) Menggunakan Kata yang Berhubungan sebagai Kesepadanan - Sinonim - Bentuk Kembar Sinonim - Bentuk Kembar Hubungan Umum-Khusus - Antonim atau Negasi Antonim - Unsur Leksikal Resiprokal 3) Kata Umum dan Khusus - Kata Umum-Kata Khusus - Kata Khusus-Kata Umum 4) Makna Sekunder dan Figuratif a. Bentuk dan Fungsi b. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Umum - Modifikasi dengan Mengutamakan Bentuk - Modifikasi dengan Pernyataan dari Fungsi - Modifikasi dengan Bentuk dan Fungsi - Modifikasi dengan Perbandingan c. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Asing d. Kesepadanan dengan Penggantian Budaya a. Kata-Kata Kunci b. Kata-Kata Simbolis c. Kombinasi Kata dan Kesalahan Penerjemahan Harfiah d. Salah Kawan e. Komponen Makna Eksplisit dan Implisit - Pasangan Leksikal yang Tidak Selaras - Eksplisit-Implisit - Implisit-Eksplisit Bagan 2. Ekuivalensi Leksikal Larson

10 Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Saling Mengetahui Meskipun sebagian besar konsep yang ada pada teks sumber juga terdapat pada bahasa sasaran, konsep ini diungkapkan dengan cara yang berbeda-beda. Terdapat inti pada komponen makna yang saling diketahui antar suatu bahasa, tetapi hal tersebut tidak dapat dianggap sebagai keselarasan mutlak. a. Ekuivalensi Leksikal yang Harfiah Ekuivalensi leksikal yang harfiah adalah kesepadanan dalam penerjemahan yang berusaha mengikuti bentuk dari bahasa sumber (BSu). Penerjemahan secara baris per baris (interlinear) merupakan penerjemahan harfiah mutlak, namun tidak umum digunakan karena biasanya terdengar tidak memiliki arti dan tidak memiliki nilai komunikasi (Larson, 1984:17). Contohnya adalah sebagai berikut : BSu : kan daro (Chuave, Papua Nugini) BSa : your-name call! (secara harfiah dalam bahasa Inggris) Hasil terjemahan pada BSa tidak memiliki banyak makna, penerjemahan yang lebih tepat seharusnya adalah what is your name?. Sebagian besar penerjemah yang cenderung menerjemahkan secara harfiah sebenarnya menggunakan penerjemahan harfiah yang telah disesuaikan. Penerjemahan ini mengubah urutan dan gramatika sedemikian rupa agar struktur kalimat menjadi jelas dan dapat diterima pada bahasa sasaran (BSa), tetapi unsur leksikalnya tetap diterjemahkan secara harfiah (Larson, 1984:18). Sebagai contoh adalah bahasa dari Papua Nugini yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris berikut ini:

11 25 BSu : ro ahombo ngusifu pamariboyandi BSa : I her heart I-fastened-her (harfiah mutlak) I fastened her in my heart (harfiah yang disesuaikan) Pada hasil penerjemahan harfiah yang disesuaikan, urutan berubah menyesuaikan menjadi struktur dalam bahasa Inggris yang lebih tepat, meskipun kalimat tersebut belum mampu menyampaikan makna dengan jelas. b. Ekuivalensi Leksikal yang Tidak Harfiah Setiap bahasa menggabungkan dan mengelompokkan komponen makna secara berbeda-beda, sehingga biasanya terjadi ketidak sepadanan di antara makna sekunder dan makna figuratif dari unsur leksikal di antara dua bahasa. Sebuah ide dapat diekspresikan dari perspektif yang berbeda, seperti secara figuratif pada suatu bahasa dan non figuratif pada bahasa lain, atau secara positif pada suatu bahasa dan secara negatif pada bahasa lain. Seorang penerjemah harus mengetahui bahwa sebuah kata pada bahasa sumber (BSu) bisa diterjemahkan hanya dengan satu kata atau beberapa kata dalam bahasa sasaran (BSa), dan beberapa kata pada teks sumber (TSu) dapat diterjemahkan dengan sebuah kata pada bahasa sasaran (BSa). Seringkali kata pada bahasa sumber (BSu) diterjemahkan dengan jumlah kata yang berbeda pada bahasa sasaran (BSa) (Larson, 1984:170). 1) Frasa Deskriptif Karena terdapat beberapa kata yang ada pada suatu teks yang secara semantik begitu kompleks, sering terjadi sebuah kata tersebut diterjemahkan dengan beberapa kata pada bahasa sasaran (BSa), yaitu

12 26 dengan frasa deskriptif. Maknanya tetap sepadan. Sebagai contoh kata glutton dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi one who eats to much. Contoh lain pada hubungan mata uang seperti five dollars dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan menjadi one hundres pesos jika nilai mata uang tersebut sepadan (Larson, 1984:171). 2) Menggunakan Kata yang Berhubungan sebagai Kesepadanan Seringkali dua bahasa tidak memiliki sinonim yang selaras sebagai contoh kata pegkeg dalam bahasa Aguaruna jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dapat menjadi kata goodness (kebaikan), holiness (kesucian), righteousness (kebenaran) dan virtue (kebajikan). Terjemahan dari bahasa Aguaruna tersebut akan tergantung pada jangkauan kolokasi dari setiap sinonim tersebut. Walaupun antar sinonim itu terdapat makna yang tumpang tindih, biasanya akan terdapat batasan kolokasi dan konotasi sinonim yang harus dipertimbangkan. Sebagai contoh kata policeman dan cop merupakan sinonim, namun pada sebagian besar konteks pemakaiannya tidak dapat ditukar-tukar. Sangat umum juga ditemukan kata-kata bersinonim atau ungkapan yang digunakan bersama sebagai bentuk kembar (doublets). Bentuk kembar terdiri dari dua kata atau frasa yang hampir bersinonim yang muncul sebagai satu unit. Sebagai contoh, spots dan blemishes, holy dan righteous, dan strangers dan foreigners. BSu perlu dipelajari untuk mengetahui alasan penggunaan bentuk kembar. Bentuk ini mungkin dipakai

13 27 menekankan maksud penulis, atau mengubah sedikit bidang makna, atau hanya sebagai alasan gaya bahasa. Pada beberapa bahasa juga terdapat bentuk kembar yang berdasarkan atas hubungan umum-khusus. Sebagai contoh bahasa Yunani menggunakan dua kata untuk berbicara sekaligus seperti answering said. Answering merupakan kata yang lebih khusus dan said lebih umum. Ekuivalensi leksikal juga kadang ditemukan dalam bentuk negasi antonim. Mungkin tidak terdapat padanan langsung dalam bahasa sasaran (BSa), namun terdapat unsur leksikal dengan makna yang berlawanan dan dengan menegasi hal tersebut akan diperoleh makna yang diinginkan. Sebagai contoh kata bad dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Aguaruna menjadi pegkegchau (not good). Jika menggunakan negasi antonim sebagai ekuivalensi leksikal, sangat penting memeriksa kolokasi agar tetap sesuai dengan konteks. Jangkauan kolokasi kata dan antonimnya (dan negasi antonim) jarang ada yang sama. Namun dengan menyadari antonim (dan negasi antonim) pada kedua bahasa akan membantu menemukan padanan yang diinginkan. Dalam beberapa situasi, penerjemah harus terbuka dengan kemungkinan penggunaan kesepadanan resiprokal yang dapat menjadi pilihan terbaik dalam ekuivalensi leksikal. Dalam menggunakan resiprokal, bentuk gramatikal biasanya diubah dari bentuk aktif ke pasif. Sebagai contoh John gave me the hat dan I received the hat from John (Larson, 1984: ).

14 28 3) Kata Umum dan Khusus Ekuivalensi leksikal yang melibatkan kata umum dan khusus adalah kemungkinan lain yang dapat menjadi sangat berguna. Sebagai contoh dalam bahasa Inggris hanya ada kata banana yang digunakan untuk semua jenis pisang. Sedangkan di dalam beberapa bahasa Amerindian terdapat banyak nama yang lebih spesifik. Contoh lain yaitu pada kalimat There was a light on the table, kata light merupakan kata umum. Pada bahasa sasaran (BSa) dapat digunakan kata candle atau lamp yang merupakan kata khusus dari light. Sedangkan contoh dari kata khusus ke umum adalah kata Lilies yang hanya diterjemahkan menjadi flowers (bunga) atau kata wolf yang hanya diterjemahkan menjadi wild dog-like animals (binatang buas menyerupai anjing). Dalam pembahasan mengenai taksonomi, disebutkan bahwa kata yang sama dapat memiliki beberapa tingkatan hierarki taksonomi. Sebagai contoh dalam bahasa Vietnam, kata rice yang dapat memiliki arti ke segala macam tanaman padi-padian atau tanaman gandum, atau kata pig dalam bahasa Papua Nugini yang menunjukkan pada large four-legged animals (hewan besar berkaki empat) (Larson, 1984: ). 4) Makna Sekunder dan Figuratif Makna sekunder dan figuratif pada bahasa sumber (BSu) hampir tidak pernah dapat diterjemahkan dengan unsur leksikal yang sepadan pada bahasa sasaran (BSa). Makna figuratif dan majas selalu memerlukan penyesuaian dalam penerjemahan. Semua penggunaan figuratif tidak boleh

15 29 dihilangkan dalam terjemahan. Kadang-kadang kata yang tidak figuratif dalam BSu diterjemahkan dengan padanan figuratif. Sebagai contoh kata hypocrite dalam bahasa Inggris dapat diterjemahkan menjadi man with two hearts, man with swollen tips, man with sweet mouth atau man who talks with two mouths dalam bahasa Nigeria atau a two-worded persons dalam bahasa Totonac, Meksiko (Larson, 1984: ) Ekuivalensi Leksikal Ketika Konsep Tidak Diketahui Salah satu masalah dari kesulitan yang dihadapi oleh penerjemah dalam penerjemahan adalah menemukan ekuivalensi leksikal untuk suatu objek atau peristiwa yang tidak diketahui dalam budaya bahasa sasaran (BSa) dan tidak ada kata atau frasa pada bahasa sasaran (BSa) yang mudah tersedia untuk terjemahan tersebut. Karena adanya perbedaan budaya, akan terdapat konsep pada bahasa sumber (BSu) yang tidak memiliki ekuivalensi leksikal pada bahasa sasaran (BSa). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan geografis, adat istiadat, kepercayaan, wawasan, dan faktor-faktor lainnya. Berikut ini adalah alternatif dasar bagi penerjemah agar dapat menemukan ungkapan/ekspresi yang sepadan dalam BSa (Larson, 1984:179). a. Bentuk dan Fungsi Pada saat penerjemah dihadapkan pada kata yang tidak mempunyai padanan dalam kosakata bahasa sasaran (BSa), ia harus mengerti benar makna kata tersebut dan penggunaannya dalam konteks. Suatu objek atau peristiwa dapat dilihat dari segi bentuk atau fungsi dari objek atau peristiwa tersebut. Perbedaan ini sangat penting dalam menemukan ekuivalensi leksikal.

16 30 Sebagai contoh kata pencil memiliki bentuk panjang, berujung lancip, terbuat dari kayu dengan batu grafit di bagian tengah dan kadang-kadang terdapat penghapus di bagian ujung lainnya. Fungsi dari pencil adalah untuk menulis. Sedangkan kata quill yang memiliki fungsi sama untuk menulis memiliki bentuk yang sangat berbeda dengan pencil. Bentuk merujuk pada aspek fisik objek atau peristiwa, sedangkan fungsi merujuk pada maksud, alasan, dan tujuan dari objek atau peristiwa tersebut. Memahami hubungan bentuk dan fungsi sangatlah penting untuk menemukan ekuivalensi leksikal yang baik. Terdapat empat kemungkinan, yaitu objek atau peristiwa dalam suatu bahasa dan budaya memiliki : 1) Bentuk dan fungsi yang sama dengan bahasa lain. 2) Bentuk mungkin sama tetapi fungsinya berbeda. 3) Bentuk berbeda, tetapi mempunyai fungsi yang sama. 4) Bentuk dan fungsi mungkin sama sekali tidak ada hubungannya. Jika tidak ada hubungan bentuk atau fungsi yang sepadan, maka dalam penerjemahan diperlukan penyesuaian (Larson, 1984: ). b. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Umum Penggunaan kata umum sebagai dasar untuk mengkonstruksi kesepadanan yang memadai sangatlah berguna. Seringkali kata umum banyak diperlukan untuk ditambahkan dengan tujuan untuk memperjelas bentuk atau fungsi atau keduanya. Contohnya adalah sebagai berikut :

17 31 i) Modifikasi dengan mengutamakan bentuk BSu : treasure (bahasa Inggris) BSa : lots of valuabe things (Mezahua, Meksiko) ii) Modifikasi dengan pernyataan dari fungsi BSu : rudder (bahasa Inggris) BSa : board to steer with (Tetelcingo Aztec, Meksiko) iii) Modifikasi dengan bentuk dan fungsi BSu : anchor (bahasa Inggris) BSa : irons to which they attached ropes in order that they would get stuck in the dirt so the boat would not move (Tetelcingo Aztec, Meksiko) Cara lain dalam memodifikasi kata umum dengan tujuan untuk menemukan ekuivalensi leksikal yang baik adalah dengan menggunakan perbandingan. Bentuk dan fungsi tidak dibuat eksplisit, melainkan dibandingkan dengan sesuatu yang sudah dikenal pada bahasa sasaran (BSa) dan mempunyai unsur leksikal (Larson, 1984: ). iv) Modifikasi dengan perbandingan BSu : rudder (bahasa Inggris) BSa : thing like an oar (Aguaruna, Peru) c. Kesepadanan dengan Memodifikasi Kata Asing Kata asing sering digunakan untuk nama orang, tempat, daerah, geografis, dan lain-lain. Kata asing adalah kata dari bahasa lain. Terdapat dua macam kata dari bahasa lain yaitu pertama, kata pinjaman (borrowed words) yang telah diserap ke dalam bahasa sasaran (BSa) sebelum proses penerjemahan.

18 32 Sebagai contoh dalam bahasa Inggris kata kindergarten yang berasal dari bahasa Jerman dan kata chauffeur yang berasal dari bahasa Italia. Kedua, peminjaman kata asing (loan word) yang benar-benar baru dalam bahasa sasaran (BSa). Sebagai contoh kata Chiriaco tidak akan memiliki arti/makna apapun dalam bahasa lain. Kata tersebut dapat digunakan sebagai kata asing dalam bahasa lain jika ditambahkan penggolong, yaitu the river called Chiriaco. Setelah ditambahi penggolong, kata asing tersebut menjadi bermakna; kata tersebut memiliki komponen umum sungai. Contoh lain adalah kata ajutap dalam bahasa Aguaruna yang tidak memiliki kesepadanan dalam bahasa Inggris. Penerjemah dapat mempertahankan kata asing tersebut dengan menggunakan frasa seperti ajutap, that power received through visions (Larson, 1984: ). d. Kesepadanan dengan Penggantian Budaya Terdapat waktu ketika unsur leksikal bahasa sumber (BSu) akan paling baik diterjemahkan dengan menggunakan kata untuk objek atau peristiwa yang tidak persis sama tetapi terdapat dalam bahasa sasaran (BSa). Rujukan ke dunia nyata dari kebudayaan sasaran menggantikan rujukan yang tidak dikenal dalam kebudayaan sumber. Sebagai contoh kata lamp dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bamboo torch di Papua Nugini. Kata foxes dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi bush rats di Afrika. Pengganti kebudayaan selalu berakibat penyimpangan makna tertentu dan tidak boleh digunakan kecuali jika tidak ada jalan keluar lain. Dilain hal, pengganti kebudayaan juga mampu membangun kesepadanan dinamis, yang

19 33 jika tidak digunakan, pesan sesungguhnya mungkin tidak dapat dimengerti (Larson, 1984: ) Permasalahan Khusus dalam Menemukan Ekuivalensi Leksikal Pada setiap proyek penerjemahan, akan terdapat beberapa masalah yang mungkin akan menimbulkan masalah khusus dalam setiap penerjemahan (Larson, 1984:195). a. Kata-Kata Kunci Kata kunci adalah kata yang digunakan berulang-ulang pada teks dan sangat penting bagi tema atau topik pembicaraan. Pada sebuah teks memungkinan adanya beberapa kata kunci. Seorang penerjemah harus mengidentifikasi kata-kata kunci sebanyak mungkin yang akan digunakan sebagai sebuah leksikal bahasa sasaran (BSa) yang terjadi pada setiap kata kunci. Karena kata kunci adalah kata yang paling sering muncul yang mewakili atau menjadi dasar sebuah konsep dari teks. Jika kata kunci tidak diterjemahkan seperti komunikasi dengan arti yang jelas, maka poin dari seluruh teks akan menghilang. Jika kata kunci diterjemahkan ke dalam berbagai kesepadanan ketika yang diinginkan adalah makna yang sama, teks akan menjadi kurang padu dan kurang jelas. Sebagai contoh untuk mencari kesepadanan dari kata priest, seorang penerjemah harus mempertimbangkan seluruh sistem dari aktivitas keagamaan dan mencoba untuk menyesuaikan fungsi dari setiap orang yang memiliki peranan yang berhubungan dengan agama dengan tujuan untuk menemukan satu dari yang paling mendekati atau

20 34 memiliki kesepadanan dengan kata priest. Contohnya Jewis priest di Israel tidak sama dengan Brahma priest di India (Larson, 1984: ). b. Kata-Kata Simbolis Pada banyak teks akan ditemukan kata-kata kunci yang mengandung nilai simbolis. Kata-kata tersebut mengadung makna figuratif atau metaforis selain makna dasar kata tersebut. Ketika hal tersebut terjadi maka diperlukan penyesuaian dalam terjemahan. Biasanya kata kunci yang mengandung makna simbolis terdapat pada dokumen agama atau politik (Larson, 1984: ). c. Kombinasi Kata dan Kesalahan Penerjemahan Harfiah Terdapat kelompok kata yang memiliki fungsi sama dengan sebuah kata. Sebagai contoh, frasa livre de classe dalam bahasa Prancis yang secara harfiah adalah book of class sepadan dengan kata textbook dalam bahasa Inggris. Kata pis mennyj stol dalam bahasa Rusia yang secara harfiah adalah writing table sepadan dengan kata desk dalam bahasa Inggris. Lalu kata pomme de terre dalam bahasa Prancis yang secara harfiah adalah apple of earth adalah potato dalam bahasa Inggris. Kadang-kadang penerjemah merasa puas dengan terjemahan harfiah kombinasi kata, karena ia tidak mengetahui bahwa ada bentuk lain yang lebih idiomatis. Sebagai contoh terjemahan harfiah naval infantery dan war fleet terlihat tidak masalah dalam bahasa Inggris, namun terjemahan yang lebih tepat adalah marines dan navy (Larson, 1984: ).

21 35 d. Salah Kawan Salah kawan (false friends) dapat di definisikan sebagai kata di dalam bahasa sumber (BSu) yang terlihat sangat mirip dengan kata pada bahasa sasaran (BSa) karena mereka berhubungan namun pada faktanya memiliki arti yang berbeda. Sebagai contoh kata asistir dalam bahasa Spanyol memiliki salah kawan dengan terjemahan Spanyol-Inggris. Hal ini dikarenakan asistir memiliki arti to attend dalam bahasa Inggris. Namun yang ada di benak para penerjemah ketika mendengar kata asistir pertama kali adalah to assist dalam bahasa Inggris. Contoh lain adalah kata vizit dalam bahasa Rusia yang sebenarnya memiliki arti official call (oleh dokter atau pendeta) daripada visit yang bersifat umum dalam bahasa Inggris (Larson, 1984: ). e. Komponen Makna Eksplisit dan Implisit Pada bagian ini menjadi jelas bahwa unsur leksikal dari bahasa sumber (BSu) jarang memiliki pasangan leksikal yang tepat dari bahasa sasaran (BSa). Terkadang terlihat lebih banyak ketidakselarasan daripada keselarasannya. Hal ini karena bukan dari sebuah kata yang diterjemahkan, melainkan arti atau makna secara keseluruhan dari kombinasi kata-kata tersebut baik klausa, kalimat, paragraf dan sebuah teks. Pada proses terjemahan beberapa komponen makna dari bahasa sumber (BSu) akan tidak lagi eksplisit pada bahasa sasaran (BSa), dan beberapa komponen yang tidak eksplisit pada bahasa sumber (BSu) menjadi eksplisit pada bahasa sasaran (BSa) dan akan selalu terdapat beberapa kehilangan atau penambahan (loss and gain) arti. Hal

22 36 ini dikarenakan tidak adanya dua sistem bahasa yang benar-benar sama (Larson, 1984:202) Analisis Komponen Makna Analisis komponen makna yang digunakan dalam penelitian ini merupakan teori yang dikemukakan oleh Bell (1993:87-88). Bell menyatakan, asumsi yang sangat diperlukan dalam analisis komponen makna adalah arti dari sebuah kata merupakan jumlah dari beberapa elemen makna yang dimiliki (ciri khusus semantik) dan elemen-elemen biner (yang berhubungan) tersebut ditandai dengan (+) jika elemen tersebut ada dan (-) jika elemen tersebut tidak ada. Sebagai contoh analisis komponen makna dapat digunakan untuk menentukan ciri semantis adalah kata-kata dalam bahasa Inggris seperti man, woman, boy, dan girl sebagai berikut. man + manusia woman + manusia + dewasa + dewasa + laki-laki - laki-laki boy + manusia girl + manusia - dewasa - dewasa + laki-laki - laki-laki Keempat kata tersebut memiliki karakteristik dari manusia. Kata man dan woman sama-sama memiliki ciri dewasa dan kata man dan boy memiliki ciri laki-laki. Berdasarkan hal tersebut, ketiga ciri tersebut cukup untuk membuat defiisi dari masing-masing kata tersebut sehingga membedakannya dari keambiguan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahasa memiliki peranan penting dalam hal berkomunikasi. Fungsi penting dari bahasa adalah menyampaikan pesan dengan baik secara verbal atau tulisan. Pesan yang disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan merupakan suatu kegiatan pengalihan makna atau pengungkapan kembali isi suatu teks ke bahasa lain. Mengalihkan dan memindahkan makna serta memilih

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan 192 BAB 6 PENUTUP Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan kewajaran (Larson, 1989:53). Ketepatan berarti bahwa terjemahan harus menyampaikan pesan sesuai dengan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini, penulis akan menjabarkan teori-teori yang digunakan penulis dalam menerjemahkan Komik Indonesia Nusantaranger karya Tim Nusantaranger. Agar dapat menerjemahkan komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Dalam menghadapi masalah ini, kegiatan penerjemahan memberikan solusi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa, baik lisan maupun tulisan merupakan alat yang penting dalam mendukung terjalinnya komunikasi antar individu. Dalam kegiatan komunikasi, tujuan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah ciri utama manusia dan merupakan alat komunikasi paling penting dalam kehidupan manusia. Manusia dapat mengungkapkan buah pikirannya, perasaannya,

Lebih terperinci

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, penerjemah lebih banyak menggunakan metode penerjemahan sama makna dan bentuk dengan total 208 kalimat. Metode penerjemahan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian penerjemahan dan metode penerjemahan yang akan digunakan untuk menganalisis data pada Bab 3. Seperti dikutip

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA

PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA PERGESERAN BENTUK DALAM TERJEMAHAN ARTIKEL DI MAJALAH KANGGURU INDONESIA Dewi Nurmala 1, Alfitriana Purba 2 1,2 Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah Medan Jl. Garu II No. 93 Medan Sumatera Utara email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative

BAB I PENDAHULUAN. Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku cerita bilingual Kumpulan Cerita Anak Kreatif - Tales for Creative Children merupakan buku cerita bilingual yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. penerima dan bahasa menjadi media dalam penyampaian informasi tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi menjadi tali penghubung dalam hubungan antar manusia. Dalam berkomunikasi, dibutuhkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK

PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK PENGGUNAAN METODE SETIA (FAITHFUL) DALAM MENERJEMAHKAN KARYA SASTRA BERUPA CERITA PENDEK Muhammad Aprianto Budie Nugroho Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Kuningan, Indonesia Emai: muh.apriantobn@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mempelajari bahasa Inggris terutama yang berkenaan dengan makna yang terkandung dalam setiap unsur suatu bahasa, semantik merupakan ilmu yang menjadi pengukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik.

BAB I PENDAHULUAN. Hyde mulai dari masa anak-anak hingga dewasa, yang awalnya ingin menjadi. seorang komikus kemudian beralih menjadi seorang pemusik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Autobiografi atau otobiografi adalah sebuah biografi atau riwayat hidup yang ditulis oleh pemiliknya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia otobiografi adalah riwayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan negara yang mempunyai empat musim, yaitu haru (musim semi), natsu (musim panas), aki (musim gugur), fuyu (musim dingin). Setiap musim mempunyai ciri

Lebih terperinci

Anak Agung Sagung Suryawati Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Abstract

Anak Agung Sagung Suryawati Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Abstract 1 STRATEGI PENERJEMAHAN DAN PERGESERAN MAKNA KOSAKATA BUDAYA MATERIAL PADA NOVEL DENSHA OTOKO KARYA NAKANO HITORI SERTA TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA Anak Agung Sagung Suryawati Program Studi Sastra

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penerjemahan merupakan suatu proses komunikasi antar dua bahasa. Maksudnya adalah menyampaikan kembali maksud atau isi pesan dalam teks sumber sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dari satu negara ke negara yang lain semakin mudah dan berkembang pesat. Akan tetapi, ada satu hal

Lebih terperinci

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS)

PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) 1 PENINGKATAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA MELALUI PENGENALAN TEORI PENERJEMAHAN TEKS BAHASA INGGRIS (SEBUAH KAJIAN TEORITIS) Oleh : Muchamad Latief Fahmi,SS,MSE (Widyaiswara Muda Balai Diklat Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak. kegiatan manusia yang tidak disertai oleh bahasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam berkomunikasi antar manusia dibutuhkan bahasa yang disepakati oleh pengguna bahasa itu sendiri. Bahasa mempunyai keterikatan dan keterkaitan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luasnya pemakaian bahasa menyebabkan makna sebuah kata mengalami pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur atau peneliti bahasa akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame

BAB I PENDAHULUAN. penerjemah tersebut adalah teks sastra berupa novel dengan judul Madame BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Karya sastra terjemahan merupakan peluang yang menjanjikan di abad ke- ini. Varietas karya sastra terjemahan yang diminati oleh masyarakat Indonesia terdiri atas empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara

BAB I PENDAHULUAN. sasaran (selanjutnya disingkat Bsa) se-alami mungkin baik secara arti dan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perbedaan bahasa sudah tidak lagi menjadi hambatan untuk mendapatkan informasi dari berbagai belahan dunia. Tuntutan mendapatkan informasi inilah yang memunculkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, penulis akan memberikan kesimpulan serta saran berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya. 5.1 Kesimpulan 5.1.1

Lebih terperinci

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia)

IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) IDEOLOGI DALAM PENERJEMAHAN (Farida Amalia Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pendahuluam Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan secara tertulis pesan dari teks suatu bahasa ke dalam teks bahasa lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Buku Hukum The Concept of Law karya H.L.A Hart dan terjemahannya Konsep Hukum merupakan buku teori hukum atau jurisprudence, bukan merupakan hukum secara praktek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tinjauan sintak..., Vandra Risky, FIB UI, 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Pokok Bahasan Bahasa adalah sebuah perangkat yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi. Adapun definisinya secara umum, adalah sistem tanda bunyi yang disepakati untuk

Lebih terperinci

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO A THESIS BY RINA SARI NAINGGOLAN REG. NO. 080705042 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam memahami konsep mengenai teori kebahasaan, linguistik sistemik fungsional berperan penting memberikan kontribusi dalam fungsi kebahasaan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Catford (1969:20)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Catford (1969:20) BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Terjemahan Translation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda.

Lebih terperinci

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42)

Contoh: (1) Tsu : A, a kibun onsenyado da ne korya. (CMCJ. Tsa Wah, nikmatnya scpcrti scdang berlibur ke pemandian air paiias saja (CMCI5:42) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menurut Koentjaraningrat merapakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur yang lainnya adalah sistem pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain, sehingga bahasa menjadi sesuatu alat yang tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana sekarang ini berkembang sangat pesat. Berbagai kajian wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut. Wacana berkembang di berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011.

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan minat baca paling rendah di dunia, setidaknya jika itu mengacu pada data yang dirilis oleh UNESCO ditahun 2011. Selain itu

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA

MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA MANUAL PROSEDUR DAN FORMAT PENULISAN TUGAS AKHIR PROGRAM DIPLOMA BAHASA PRANCIS SEKOLAH VOKASI UNIVERSITAS GADJAH MADA A. Manual Prosedur Tugas akhir Tugas akhir merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris

Bab I PENDAHULUAN. Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan teks, buku-buku dan informasi lain ke dalam bahasa Inggris telah dilakukan oleh praktisi atau pakar-pakar terjemahan untuk penyebaran informasi dari satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Era modern ini penggunaan bahasa merupakan kunci terpenting untuk menjalin suatu kerja sama, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik maupun kebudayaan. Menurut

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada zaman globalisasi ini, penerjemahan merupakan sebuah keniscayaan karena kebutuhan informasi dan ilmu pengetahuan yang semakin meningkat sehingga penerjemahan

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini Penulis akan menjabarkan tentang teori yang digunakan Penulis dalam menerjemahkan lirik lagu Sepasang Mata Bola karya Ismail Marzuki. Penerjemahan lirik lagu ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari dompet merupakan benda yang sangat penting guna menyimpan uang serta barang-barang berharga yang dianggap penting dan dapat diletakkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. juga bahasa asal novel yang berbeda dengan bahasa-bahasa di negara lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dalam bentuk novel masih terus tumbuh dan berkembang pesat hingga sekarang. Banyak penulis-penulis baru yang bermunculan. Meskipun demikian, tidak sedikit

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Bidang Ilmu: 613/Humaniora LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Drs. Zainal Arifin, M.Hum.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pengertian Penerjemahan. Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Penerjemahan Penerjemahan menurut Eugene A. Nida dan Charles R. Taber dalam buku yang berjudul Panggilan Menjadi Penerjemah adalah translating consists in reproducing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Setelah mengumpulkan dan menganalisis data dari hasil tes dan angket mengenai kesalahan dalam menerjemahkan teks jurnalistik pada mahasiswa semester V Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN

MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN MEANING DALAM PENERJEMAHAN OLEH MOH. FATAH YASIN Mencermati masalah makna dalam studi bahasa adalah kegiatan yang sangat penting karena makna tidak dapat dilepaskan dari kegiatan berbahasa sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kalimat yang ada pada suatu bahasa bukanlah satuan sintaksis yang tertinggi. Kalimat berperan sebagai unsur pembangun bahasa saja. Satuan yang tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah pengalihan makna dari bahasa sumber (BS) ke bahasa target (BT) dan makna BS harus dapat dipertahankan sehingga tidak terjadi pergeseran makna pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teks hukum merupakan jenis teks yang bersifat sangat formal dan sangat terstruktur. Teks hukum ini sangat beragam macamnya, yang paling mudah kita kenali adalah surat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu cerita anak banyak digunakan oleh orang tua untuk menyampaikan pesan moral kepada anak-anaknya. Di masa lalu, orang tua menceritakan kepada anak-anaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu media terpenting untuk berkomunikasi baik melalui lisan maupun tulisan. Salah satu bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Dewasa ini, bahasa semakin berkembang pesat. Oleh karena itu, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia yaitu sebagai sarana dalam berkomunikasi antara individu yang satu dengan lainnya. Dewasa ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana ialah satuan bahasa yang terdiri atas seperangkat kalimat yang mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk, 2006: 49). Menurut

Lebih terperinci

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH

STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH PRAGMATIK DALAM BUKU PRINCIPLES OF PRAGMATICS KARANGAN GEOFREY LEECH Cipto Wardoyo UIN Sunan Gunung Djati Bandung cipto_w@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mencoba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih.

BAB I PENDAHULUAN. atau sebuah konstruksi tata bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur bahasa terdiri atas beberapa tingkatan yaitu kata, frasa, klausa dan kalimat. Frasa merupakan satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa,

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM

PENGANTAR PENGERTIAN IDIOM PENGANTAR Dalam sebuah bahasa pastilah penuturnya mempunyai ungkapan-ungkapan tertentu untuk menunjukkan sebuah hal. Sesuatu tidaklah selalu diungkapkan secara denotatif atau terang-terangan tetapi bisa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif adalah penelitian

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL Faurina Anastasia Dosen Tetap IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Email: faurinaanastasia@gmail.com Abstract A good translation

Lebih terperinci

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia

KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU. Makalah Bahasa Indonesia KELOMPOK 1 Teknik Mesin UB DIKSI DAN KATA BAKU Makalah Bahasa Indonesia KATA PENGANTAR Syukur alhamdulilah kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah di limpahkannya. Sehingga penyusunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut

BAB I PENDAHULUAN. berbeda. Berbagai macam problematika pada proses komunikasi juga turut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat mendukung terjalinnya komunikasi di antara semua orang dari berbagai belahan dunia yang berbeda. Berbagai macam

Lebih terperinci

Penerjemahan Metafora

Penerjemahan Metafora Penerjemahan Metafora Parlindungan Pardede parlpard2010@gmail.com Universitas Kristen Indonesia Pendahuluan Metafora lazim digunakan dalam komunikasi sehari-hari untuk memperkenalkan objek atau konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini segala hal yang berkaitan dengan Korea menjadi begitu diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya Korean wave (Gelombang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi. Seiring dengan perkembangan zaman, banyak sekali bahasa yang dipelajari untuk mendukung berbagai aspek kehidupan. Salah satunya

Lebih terperinci

TERJEMAH DWIBAHASA Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik

TERJEMAH DWIBAHASA Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik TERJEMAH DWIBAHASA Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik Nurlaila Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar Korespondensi: Jl. Sawah tabing No. 10 Rambatan Batusangkar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini semakin banyak cara yang digunakan untuk mengetahui keadaan di seluruh dunia. Perbedaan bahasa kini sudah tidak menjadi pengahalang lagi bagi kita.

Lebih terperinci

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI

PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI PENERJEMAHAN INFORMASI IMPLISIT DARI BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA DALAM KARYA FIKSI Diana Chitra Hasan Universitas Bung Hatta Abstract A good translation must strive for dynamic equivalence, i.e.,

Lebih terperinci

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian aspek gramatikal dan aspek leksikal yang terdapat dalam surat kabar harian Solopos tahun 2015 dan 2016 ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan kalimat pada suatu karya tulis biasanya diterjemahkan secara semantik atau pragmatik. Kajian makna bahasa seharusnya tidak terlepas dari konteks mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang,

BAB I PENDAHULUAN. Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hobi adalah kegemaran; kesenangan istimewa pada waktu senggang, bukan pekerjaan utama. 1 Tujuan hobi adalah untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kesenangan. 2 Terdapat

Lebih terperinci

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat

Satu alat penting yang tidak dapat Anda tinggalkan adalah kamus teknis tentang topik yang sedang Anda terjemahkan. Dengan kamus itu, Anda dapat ix M Course Overview ata kuliah Translation 6 bertujuan memberikan bekal kemampuan menerjemahkan teks berbahasa Inggris ke bahasa Indonesia dan sebaliknya secara akurat, tepat dan wajar. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini yang bercirikan keterbukaaan, persaingan, dan kesalingtergantungan antar bangsa serta derasnya arus informasi yang menembus batas-batas

Lebih terperinci