Kata kunci: jumlah bakteri; kontaminasi; susu segar; kualitas ABSTRACT
|
|
- Lanny Susanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 On Line at : KAJIAN KUALITAS SUSU SEGAR DARI TINGKAT PETERNAK SAPI PERAH, TEMPAT PENGUMPULAN SUSU DAN KOPERASI UNIT DESA JATINOM DI KABUPATEN KLATEN (Quality of Raw Milk From Dairy Farm, Milk Collection Center and Dairy Cooperative Jatinom Kabupaten Klaten) R. J. Yudonegoro, Nurwantoro dan D. W. Harjanti* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang *fp@undip.ac.id ABSTRAK Penelitian ini membandingkan tingkat kontaminasi bakteri pada susu segar yang dianalisis dengan uji reduktase, uji alkohol, kadar asam, dan standard plate count (SPC). Susu segar didapatkan dari lokasi peternakan, tempat pengumpulan susu (TPS) dan Koperasi Unit Desa (KUD). Hasil dari seluruh sampel susu yang didapat jumlah bakteri dalam susu melebihi SNI : Sampel susu milik KUD adalah yang paling tinggi ( P < 0,05) diantara sampel susu yang lain dan tidak terdapat perbedaan antara jumlah bakteri antara peternak dan TPS. Meskipun jumlah bakteri melebihi standar SNI, rata rata waktu reduktase diatas 8 jam, yang diindikasikan bahwa susu tersebut dalam kualitas yang baik. Jumlah bakteri akan meningkat ketika dibawa dari peternakan sampai ke KUD. Meskipun beberapa sampel terdapat hasil positif dalam uji alkohol, kadar asam dalam semua sampel masih dalam standar SNI. Kesimpulannya adalah peternak dan pemerintah harus memperhatikan higiene pemerahan, penanganan dan perlunya rantai dingin untuk memperlambat pertumbuhan bakteri. Kata kunci: jumlah bakteri; kontaminasi; susu segar; kualitas ABSTRACT This research was conducted to determine the level of bacterial contamination in raw milk as analyzed by the reductation test, alcohol test, total acid and standard plate count. The raw milk samples were collected from dairy farm, milk collection centre (MCC) and dairy cooperative. Results indicated that the bacterial count in all of milk samples were higher than SNI :2001 standard. The dairy cooperative milk sample had the highest (P<0.05) bacterial count among the samples and there is no different (P>0.05) in the bacterial count between the dairy farm and MCC. Although the bacterial counts were above the SNI standard, however, the average of reductation time were above 8 hours, indicating good quality of raw milk. The number of bacteria increase when the shipping time from farm to dairy cooperative increased. Although some of the samples were positive in the alcohol test, the acid concentrations in all samples were in the range of SNI standard. In conclution, farmers and government should pay attention to milking hygiene, handling and cold chain to prevent the bacterial contamination in raw milk. Keywords: bacterial count; contamination; raw milk; quality
2 PENDAHULUAN Susu murni adalah cairan yang berasal dari hasil pemerahan dari sapi perah, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah suatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu sebagai salah satu sumber pangan yang baik karena mengandung banyak nutrisi. Nutrisi yang tinggi dalam susu ini justru rentan dapat digunakan oleh bakteri dalam menjadi media pertumbuhan yang dapat mengurangi manfaat yang baik dari susu tersebut sehingga susu cepat rusak bila tidak segera dilakukan penanganan yang baik. Kasus keracunan susu dalam skala nasional tercatat terdapat kasus tahun (Tempo,2011) diduga terjadi peningkatan angka kuman bila kurang diperhatikan angka kuman dapat melampaui batas yang akan membahayakan konsumen karena dapat keracunan akibat susu yang mengandung jumlah kuman yang melampaui batas standar 10 6 CFU/ml ( Legowo et al., 2009). Masalah dalam penanganan susu segar dalam mengurangi dampak kontaminasi bakteri pada susu dimulai dari tingkat peternak sampai ke tempat pengolahan susu bila kurang diperhatikan sanitasi pemerahan, penampungan susu dan diduga selama waktu distribusi perjalanan dari peternakan sampai ke KUD juga terjadi peningkatan bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas susu segar pada susu yang berasal dari tingkat peternakan, TPS, dan KUD di Kabupaten Klaten. Kabupaten Klaten menjadi lokasi yang diambil dalam penelitian ini karena daerah tersebut merupakan salah satu daerah pengembangan peternakan sapi perah di Jawa Tengah. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah hasil berupa informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat khususnya peternak sapi perah tentang kualitas susu yang berasal dari Kabupaten Klaten dan dapat dijadikan rujukan terhadap penelitian lebih lanjut, serta dapat sebagai rujukan kepada pemerintah setempat dalam menyusun kebijakan dan strategi dalam penanganan susu di kabupaten Klaten agar kualitas susu yang dihasilkan meningkat dan terjaga kualitasnya. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada 3 Januari 4 Februari 2014 yang bertempat di Peternakan, Tempat Pengumpulan Susu (TPS) dan KUD yang terdapat di Kabupaten Klaten serta lokasi pengujian sampel dilakukan pada Pusat Kesehatan Hewan (PUSKESWAN) di Desa Glagah Kecamatan Jatinom. 324
3 Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah susu segar yang didapat dari 22 peternak sapi perah, 6 TPS dan 1 KUD di Kabupaten Klaten, kemudian dalam menguji sampel susu menggunakan alkohol 70% untuk uji alkohol, cairan Methylen Blue (MB) untuk uji reduktase, larutan NaOH 0,1 N serta menggunakan larutan Phenolpthalein (PP) 0,1% untuk uji total asam dan juga aquades yang akan digunakan pada uji total bakteri. Dalam penelitian ini menggunakan tabung reaksi dan pipet berskala yang akan digunakan untuk uji alkohol dan uji reduktase, petrifilm dengan merk 3M, pipet tetes dan inkubator untuk uji total bakteri. Pada uji total asam menggunakan buret dengan skala 0,1 ml, tabung pengukur, dan botol erlenmeyer 100 ml. Data yang diperoleh kemudian diuji menggunakan beberapa pengujian yang dibantu dengan aplikasi SPSS, pengujian data yang dilakukan diantaranya: 1. Uji regresi-korelasi untuk mengetahui hubungan antara waktu reduktase- total bakteri, hubungan antara total asam dan total bakteri, dan lama penanganan susu terhadap total bakteri. 2. Uji t-test untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kualitas susu yang berasal dari peternak, TPS, dan KUD 3. Uji deskriptif untuk memaparkan manajemen peternak, kegiatan TPS dan KUD di kabupaten klaten. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Susu Pada Peternak, TPS, dan KUD Hasil yang diperoleh dari data pada Tabel 1 yaitu uii alkohol, angka reduktase, kadar asam dan total bakteri. Tabel 1.Rataan Uji Alkohol, Reduktase, Kadar Asam, dan Total Bakteri Peternak TPS KUD Uji Alkohol Angka Reduktase 7,43 a 6,83 a 8 b Kadar Asam % 0.23 a 0.19 b 0,18 b Total Bakteri (log Cfu/ml) 7,57 a 7,52 a 9,11 b Keterangan : - Superskrip yang berbeda (a,b) pada angka reduktase yang menunjukan ada beda nyata ( P < 0,05) antara susu peternak dengan susu KUD, dan susu TPS dengan susu KUD (P < 0,05 ) - Superskrip yang berbeda (a,b) pada uji kadar asam yang menunjukan ada beda ( P < 0,1) antara susu peternak dengan susu KUD, dan susu TPS dengan susu KUD (P > 0,05). - Superskrip yang berbeda (a,b) pada uji total bakteri menunjukan beda nyata (P < 0,05) antara susu peternak dengan susu KUD, dan susu TPS dengan susu KUD ( P < 0,05 ). 325
4 Hasil yang diperoleh dari data pada tabel diatas bahwa untuk uji alkohol pada tingkat peternak didapatkan 7 peternak dan 2 TPS mendapatkan hasil positif. Hal ini disebabkan dalam recording kepemilikan ternak dalam satu peternak pernah terjangkit mastitis yang dipengaruhi juga dengan sanitasi kandang dan peralatan yang kurang baik. Susu yang dihasilkan dari ternak yang terjangkit mastitis klinis susu terlihat baik secara fisik namun terdeteksi saat uji alkohol karena kestabilan protein susu terganggu. Hal ini sesuai dengan pendapat Fajrin et al. (2013) semakin tinggi tingkat mastitis maka semakin rendah produksi dan kualitas susu. Menurut Wahyu (2010) bahwa Sebagian besar tingkat kejadian mastitis dipengaruhi oleh sanitasi perumahan, memerah waktu, perumahan kebersihan danperalatan yang digunakan. Bedasarkan hasil uji reduktase, kadar asam, total bakteri pada tabel 1. menunjukan bahwa tingkat peternak diperoleh lama reduktase 7,43 jam sedangkan lama reduktase TPS 6,83 jam. Hasil tersebut pada Hadiwiyoto (1999) bahwa masuk dalam golongan susu dengan kualitas cukup dengan perkiraan bakteri 4 x x 10 7 CFU/ml. Hasil dari analisis variansi data menunjukkan bahwa uji reduktase susu sapi dari tingkat peternak tidak berbeda nyata (P > 0,05) terhadap susu sapi tingkat TPS. Hal tersebut karena adanya persamaan faktor kontaminasi yang mencemari susu pada tingkat peternak dan pada tingkat TPS seperti keadaan kandang yang tidak bersih sebelum melakukan pemerahan, dan dekatnya tempat penumpukan kotoran sapi dengan kegiatan pemerahan serta dalam sanitasi peralatan dan penyimpanan peralatan yang masih kurang baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sudono et al. (2003) yang menyatakan bahwa lingkungan sekitar kandang yang tidak bersih dapat mempengaruhi kualitas susu. Keadaan kandang yang kotor, masih adanya feses, urin dan kotoran lain dalam kandang dapat mencemari susu yang dihasilkan. Angka reduktase peternak dan TPS lebih rendah (P < 0,05) dari susu KUD. Sedangkan tidak ada perbedaan nyata antara angka reduktase antara peternak dan TPS (P > 0,05). Hal ini disebabkan oleh faktor penananganan di KUD susu telah mengalami perlakuan dingin sehingga bakteri mengalami dorman, berbeda dengan susu yang berasal dari peternak dan TPS yang tidak ada perlakuan pendinginan pada susu sehingga didapatkan nilai reduktase yang lebih rendah yang diprediksikan jumlah bakteri lebih tinggi daripada jumlah bakteri KUD. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismanto et al., (2013) bahwa pendinginan susu bertujuan untuk menahan agar mikroba perusak susu jangan sampai berkembang, sehingga susu tidak mengalami kerusakan dalam waktu yang relatif singkat. Menurut Rofi i (2009) penyimpanan sampel susu pada suhu 326
5 rendah (< 10 C) lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas enzimatisnya dibandingkan dengan penyimpanan pada suhu ruangan Bedasarkan hasil rataan uji kadar asam pada tingkat peternak diperoleh rataan kadar asam sebesar 0,23 % sedangkan rataan kadar asam TPS sebesar 0,19%. Kadar asam peternak lebih tinggi (P < 0,05) dari susu KUD. Sedangkan tidak ada perbedaan nyata antara angka reduktase antara peternak dan TPS (P > 0,05). Kadar asam susu peternak berbeda dengan kadar asam KUD karena faktor terjadi pembiaran susu dalam suhu ruang selama penanganan susu sampai KUD tanpa tersentuh penanganan pendinginan hingga sampai di KUD sehingga memberi kesempatan mikroba untuk tumbuh, sedangkan kadar asam susu TPS dan KUD tidak berbeda nyata hal ini disebabkan oleh pada susu tingkat TPS dan KUD menunujukan kadar asam yang lebih rendah hal ini dikarenakan tercampurnya susu dari berbagai macam peternak yang memiliki susu yang baik maupun susu yang kurang baik yang diterima. Kadar asam laktat dalam susu segar menurut SNI : 2011 adalah berkisar antara 0,10 0,26%, hal ini menunjukan bahwa susu tingkat peternak, TPS dan KUD yang diambil dari tingkat peternak masih masuk dalam SNI. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi kadar asam laktat seperti kontaminasi bakteri pada susu yang menghasilkan asam laktat sehingga kadar asam juga ikut meningkat Menurut Sudarmaji (2010) citarasa masam yang muncul pada susu karena adanya asam laktat dimana bakteri mampu memanfaatkan laktosa menjadi asam laktat. Kemampuan bakteri yang mampu memanfaatkan laktosa menjadi asam laktat menjadi salah satu uji mutu susu apabila terjadi penyimpangan mutu. Bedasarkan hasil rataan uji total bakteri pada tingkat peternak diperoleh rataan total bakteri sebesar 7,56 log CFU/ml sedangkan rataan kadar asam TPS sebesar 7,52 log CFU/ml. Total bakteri peternak dan TPS lebih rendah (P < 0,05) dari susu KUD. Sedangkan tidak ada perbedaan nyata antara angka reduktase antara peternak dan TPS (P > 0,05). Hasil rataan total bakteri susu dari tingkat peternak dan TPS dimana melewati batas normal bahwa untuk batas normal total bakteri susu adalah 6 log CFU/ml SNI : Hal total bakteri pada susu dapat melebihi normal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor yang terjadi di lapangan seperti keadaan kandang yang kotor, persiapan pemerahan dan penangan susu pasca pemerahan yang kotor, keadaan kesehatan sapi yang pernah sakit, kebersihan pemerah dan kebersihan sapi, kebersihan alat-alat dan penyimpanan alat, serta dalam rantai penanganan susu perlu dipercepat pendinginan pada susu agar memperlambat laju pertumbuhan susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuanita et al. (2013) bahwa susu dengan kualitas baik atau 327
6 kualitas A (No. 1), jumlah bakteri yang terdapat dalam susu segar tidak lebih dari 4,0 log Cfu/ml. Menurut Lukman et al. (2009) bahwa jumlah total mikroorganisme dalam susu segar dapat bertambah karena beberapa faktor, antara lain pencemaran dari tangan, baju pemerah, alat perah, lingkungan seperti kandang, dan air. B. Total Bakteri dan Lama Penangananan Susu Total Bakteri (Log CFU/ml) y = 0,59x + 7,375 R² = 0,4588 r = 0, ,5 1 1,5 2 2,5 Lama penanganan susu (jam) Gambar 1. Persamaan Garis Regresi Linier Sederhana antara Total Bakteri (X) dengan Lama Perjalanan Susu (Y) Pada gambar diatas menunjukan bahwa lama penanganan dan perjalanansusu sampai didinginkan maka akan diikuti dengan kenaikan jumlah mikroba hal ini disebabkan peningkatan bakteri pada susu disebabkan mikroba mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Keeratan hubungan regresi variabel-variabel diketahui melalui besarnya koefisien korelasi (r) antara hasil uji total bakteri dengan lama penanganan susu didapatkan nilai koefisien korelasi (r) sebesar Angka tersebut menunjukan koefisien korelasi yang kuat yang menunjukan bahwa total bakteri memiliki hubungan yang kuat dengan lama perjalanan pada susu. Berikutnya koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,458 angka tersebut menunjukan bahwa 45% total bakteri susu yang yang berkembang dalam susu dipengaruhi oleh lama transportasi susu. Semakin lama penanganan dan perjalanan susu sampai didinginkan maka akan diikuti dengan kenaikan jumlah mikroba hal ini disebabkan peningkatan bakteri pada susu disebabkan mikroba mengalami pertumbuhan dan perkembangan. bakteri berkembang dengan cepat pembelahan diri. Susu merupakan media pertumbuhan mikroba yang baik karena kaya akan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan makhluk hidup termasuk bakteri. Hal ini sesuai dengan pendapat Habibah dan Khadafi (2011) bahwa total bakteri dalam susu akan meningkat seiriing dengan lama transportasi. Menurut Sudjana (2003) bahwa interval koefisien sebesar 0,60 0,799 menunjukan bahwa tingkat hubungan kuat. Oleh karena itu diperlukan penanganan dengan suhu dingin untuk meminimalkan perkembangan bakteri total kebanyakan baru dapat 328
7 dilakukan pada tingkat penyetoran susu. Apabila penyetoran susu/transportasi dari peternak ke koperasi lebih dari 1 jam mikroba akan terus berkembang dalam susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutrisno et al. (2012) bahwa waktu pengangkutan susu menit suhu yang paling baik adalah 10 C agar mendapatkan kualitas yang baik dari jumlah kuman dan kandungan nutrisi. B. Keadaan Umum Peternakan, TPS dan KUD Kondisi peternakan rakyat pada daerah Kecamatan Jatinom dan Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten sejauh ini masih belum semua peternak memperhatikan sanitasi lingkungannya, sanitasi lingkungan diantaranya kebersihan sekitar kandang, meliputi kebersihan udara, lantai, dinding dan langit langit. Lantai, dinding dan langit langit yang konstruksinya sulit untuk menjaga sanitasinya, akan tetapi struktur yang licin dan lembab akibat feses dan kotoran-kotoran lainnya dapat menjadi sumber kontaminan bakteri yang dapat mencemari susu jika tidak dibersihkan dan dipelihara secara teratur serta pada ternak terlihat kotor dengan kotoran yang menempel pada kulit karena saat sebelum diperah jarang dimandikan hal ini juga dapat menjadi salah satu sumber kontaminan pada susu yang akan diperah dari sapi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Gustiani (2009) bahwa proses pencemaran mikroba pada susu dimulai ketika susu diperah karena adanya bakteri yang tumbuh di sekitar ambing, sehingga saat pemerahan bakteri tersebut terbawa dengan susu. Menurut Legowo et al., (2009) pencemaran pada susu terjadi sejak proses pemerahan, dari berbagai sumber seperti kulit sapi, ambing, air, tanah, debu, manusia, peralatan, dan udara. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Peternakan Sapi Perah 329
8 Penerimaan susu pada TPS yang berlangsung 2 kali pada kedua kecamatan Jatinom dan Tulung yaitu pada pukul 5.30 WIB dan WIB. Kegiatan yang dilakukan adalah menguji tiap susu yang akan ditampung dari peternak dan uji yang dilakukan uji berat jenis dan uji rasa, bau, warna kemudian dilanjutkan pencatatan volume susu tiap peternak saat melakukan penyetoran susu dan selang satu jam kemudian truk dari KUD datang untuk membawa susu dari TPS untuk ditampung dalam cooling unit. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kondisi Penerimaan Susu di TPS Peralatan yang digunakan masing-masing TPS dalam melakukan penerimaan susu dari peternak relatif sama dengan penampungan menggunakan milkcan besar dengan volume 40 liter namun yang membedakan adalah sarana piranti kebersihan, penyimpanan alat-alat dan saringan yang digunakan dalam penerimaan susu dari peternak. Beberapa TPS menggunakan saringan yang terbuat dari kain dan ada yang menggunakan saringan plastik.hal perlu diperhatikan adalah kebersihan sebelum dan sesudah menggunakan alat-alat setelah melakukan penampungan. Pencucian menggunakan sabun dan disinfektan dirasa perlu dilakukan pada TPS untuk membersihkan kotoran-kotoran bekas susu yang menempel pada saringan dan milkcan, kemudian disimpan pada tempat yang kering. Hal ini sesuai dengan pendapat Tanti et.,al (2007) bahwa proses pembersihan ruangan membuktikan bahwa desinfektan merupakan zat kimia yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Hal lain yang dapat menyebabkan kontaminasi adalah wadah pendistribusian susu 330
9 yang tercemari bakteri dari luar, air yang dipakai untuk mencuci wadah pendistribusian, dan dari Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Peralatan Penampungan Susu Peternak. Pengiriman susu dari TPS ke KUD menggunakan truk yang mengangkut milkcan dari tiap-tiap TPS kemudian, setelah sampai ke KUD petugas dari KUD melakukan pengujian berat jenis BJ dan uji warna dan rasa pada tiap-tiap milkcan. Apabila terdapat susu yang tidak lolos dalam uji tersebut susu dalam milkcan tersebut tidak akan diikutkan ditampung dalam cooling unit dan akan dikembalikan ke desa asal TPS tersebut. Hal tersebut dilakukan agar tidak merusak susu yang lain yang telah lolos dari uji. Setelah melakukan penampungan milkcan dicuci disikat dan disiram dengan air menggunakan selang lalu, milkcan dinaikkan kembali keatas truk untuk dikembalikan ke asal TPS. Hal yang perlu dicermati dalam kegiatan di KUD adalah perlunya meningkatkan sanitasi peralatan menggunakan sabun dan perlu juga dilakukan penyaringan kembali untuk mengurangi dampak kontaminasi yang dapat mengurangi kualitas susu. Kemudian perlu dilakukan pula uji alkohol agar dapat mendapatkan kualitas yang lebih baik dari susu yang didapat dan mecegah susu jelek yang tercampur dengan susu yang kualitasnya baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Herendra (2009) proses pendistribusian dapat meningkatkan jumlah kuman yang ada di dalam susu sapi. Hal ini disebabkan oleh karena peralatan yang kurang bersih, kebersihan pekerja yang masih kurang, tidak digunakannya sabun antiseptik dalam 331
10 pencucian peralatan. Menurut Habibbah dan Khadafi (2011) higienitas dari susu harus dikontrol sejak dari peternakan, pemindahan susu dari peternakan ke mobil pengangkut dan kebersihan dari alat transportasi itu sendiri. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan penelitian tentang studi kasus tingkat cemaran bakteri pada susu sapi segar dari lokasi peternakan sampai koperasi unit desa (KUD di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Total bakteri tingkat peternak dengan TPS tidak berbeda, dan akan terakumulasi dalam jumlah total bakteri paling banyak pada susu di tingkat KUD. Jumlah bakteri dari tingkat peternak, TPS dan KUD semua diatas ambang batas SNI. 2. Peningkatan total bakteri diikuti dengan meningkatnya kadar asam susu yang meningkat seiring dengan lama proses penanganan susu dari tingkat peternak sampai ke KUD untuk segera didiinginkan. 3. Masih kurangnya kesadaran peternak dalam proses pemerahan susu yang baik agar dapat mengurangi dampak kontaminasi bakteri ke dalam susu. Begitu juga halnya pada TPS dan KUD yang kurang memperhatikan higiene sanitasi sarana peralatan dalam menampung susu. Proses penanganan susu sangat rentan sekali dengan kontaminasi sehingga jumlah bakteri dalam susu meningkat, oleh karena itu dalam penanganan susu perlu meningkatkan kebersihan sarana produksi, ternak dan lingkungan. Begitu pula dalam strategi menghambat pertumbuhan bakteri untuk segera dilakukan proses pendinginan pada susu untuk memberikan ruang waktu sempit bakteri untuk tumbuh. DAFTAR PUSTAKA Fajrin, R., Sarwiyono, dan P Surjowardojo Hubungan Level Mastitis Terhadap Produksi Dan Kualitas Susu Sapi Perah. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya. Malang. Gustiani, E Pengendalian cemaran mikroba pada bahaya pangan asal ternak (daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. J. Litbang Pert. 28(3): Habibah dan M. Khadhafi Pertumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan susu pasteurisasi pada suhu rendah. Agroscie. 18(3): Hadiwiyoto, S Teori dan Prosedur Pengujian Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty. Jakarta. 332
11 Harendra M.H.P Pengaruh Proses Distribusi Terhadap Peningkatan Angka Kuman Pada Susu Sapi Segar Di Peternakan RAM Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Fakultas Kedokteran. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. (Skripsi). Ismanto, T. S. Utami, dan H. A. Suratim Pengaruh lama penyimpanan dalam refrigerator terhadap berat jenis dan viskositas susu kambing pasteurisasi. J. Ilmiah Pet. 1(1): Munadiyan, I., P. Soediarto, dan M. Indradji Kajian jumlah bakteri, kadar asam laktat, dan daya tahan susu kambing sapera di Cilacap dan Bogor. J. Ilmiah Pet. 1(3): Legowo, A.M., Kusrahayu, dan S. Mulyani Ilmu dan Teknologi Susu. Universitas Diponegoro. Semarang. Misgiyarta, A.Budiyanto, dan R.Sunarlim Pengaruh Lama Waktu Transportasi Susu Segar Terhadap Tingkat Kontaminan Mikroba ( Studi Kasus Di Wilayah KUD Sarwamukti, Lembang, Jawa Barat). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor. Yuanita.P.Y., Sarwiyono, dan P. Surjowardojo Pengaruh prosedur sebelum pemerahan terhadap kualitas susu bedasarkan uji reduktase dan California Mastitis Test. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang. Rofi i, F Hubungan Antara Jumlah Total Bakteri Dan Angka Katalase Terhadap Daya Tahan Susu. Fakultas Kedokteran Hewan. Institut Pertanian. Bogor. (Skripsi). Sari, M., I. B. N.Swacita., dan K.K. Agustina Kuliatas susu kambing peranakan etawah post-thawing ditinjau dari waktu reduktase dan angka katalase. Indonesia Medic. Vet. 2(2): Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) :2011. Susu Segar. Badan Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta. Sudono, A., R.F. Rosdiana, dan B.S. Setiawan Beternak Sapi Perah Secara Intensif. Agromedia pustaka. Jakarta Sudjana Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Para Peneliti. Bandung: Tarsito. Sutrisno, D.A., S. Kumalanigsih, dan A.F. Mulyadi Studi Stabilitas Pengangkutan Susu Segar Pada Suhu Rendah Yang Layak Secara Teknis dan Finansial (Kajian Suhu dan Lama Waktu Pendinginan). Jurusan Teknologi Industri Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Tanti, E., Y. A. Hidayati, dan W. Juanda Kualitas Mikroba Pada Ruang Penampungan Susu Dan Pengaruhnya Terhadap Jumlah Bakteri Dalam Air Susu. Makalah. Fakultas Peternakan. Universitas Padjajaran. Bandung. Tempo Korban Keracunan Bertambah, Pembagian Susu 'Bupati' Dihentikan. Tempo Interaktif, Kediri. Usmiati, S dan Abubakar Teknologi Pengolahan Susu. Seminar Nasional hari pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor. 333
EVALUASI KUALITAS SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN (Milk Quality Evaluation In Klaten Regency)
EVALUASI KUALITAS SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN (Milk Quality Evaluation In Klaten Regency) Dian Wahyu Harjanti*, Ridho Julio Yudhonegoro, Priyo Sambodho dan Nurwantoro Fakultas Peternakan dan Pertanian;
Lebih terperinciEVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI. Oleh : JAAFAR RIFAI
EVALUASI CEMARAN BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DALAM DISTRIBUSI SUSU DI KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI Oleh : JAAFAR RIFAI PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciKualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase
Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase MURNI SARI, IDA BAGUS NGURAH SWACITA, KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesmavet, Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
Lebih terperinciMENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU
MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu
Lebih terperinciGAMBARAN TOTAL ANGKA BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DI KUD KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG
GAMBARAN TOTAL ANGKA BAKTERI PADA SUSU SAPI SEGAR DI KUD KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG Ridha Nurhayati*), Martini**), Lintang Dian Saraswati**) *) Mahasiswa Peminatan EPID Kesehatan Masyarakat, FKM UNDIP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik sekali untuk diminum. Hasil olahan susu bisa juga berbentuk mentega, keju,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah suatu sekresi kelenjar susu dari sapi yang sedang laktasi, atau ternak lain yang sedang laktasi, yang diperoleh dari pemerahan secara sempurna (tidak
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016
STATUS MIKROBIOLOGI (TOTAL PLATE COUNT, COLIFORM, DAN Escherichia coli) SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN Microbiological Status (Total
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan
Lebih terperinciEVALUASI CEMARAN BAKTERI SUSU YANG DITINJAU MELALUI RANTAI DISTRIBUSI SUSU DARI PETERNAK HINGGA KUD DI KABUPATEN BOYOLALI
Info Artikel Diterima September 2016 Disetujui Oktober 2016 Dipublikasikan April 2017 EVALUASI CEMARAN BAKTERI SUSU YANG DITINJAU MELALUI RANTAI DISTRIBUSI SUSU DARI PETERNAK HINGGA KUD DI KABUPATEN BOYOLALI
Lebih terperinciUji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar
Uji Didih, Alkohol dan Derajat Asam Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar DESKI CITRA DWITANIA DAN IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas
Lebih terperinciJURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di
HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: dipping; total bakteri; derajat keasaman; sapi perah ABSTRACT
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN DERAJAT KEASAMAN SUSU SAPI PERAH AKIBAT PERBEDAAN LAMA WAKTU DIPPING MENGGUNAKAN LARUTAN IODOSFOR SEBAGAI DESINFEKTAN Total Plate
Lebih terperinciEVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI
EVALUASI JUMLAH BAKTERI KELOMPOK KOLIFORM PADA SUSU SAPI PERAH DI TPS CIMANGGUNG TANDANGSARI EULIS TANTI MARLINA, ELLIN HARLIA dan YULI ASTUTI H Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciMutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang
Mutu Susu Kambing Peranakan Etawa yang Disimpan pada Suhu Ruang THE QUALITY OF GOAT HYBRID ETAWA MILK AT ROOM TEMPERATURE Maria Yasinta Manuama 1, I Ketut Suada 1, I Putu Sampurna 2 1. Laboratorium Kesehatan
Lebih terperinciJUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG
JUMLAH TOTAL BAKTERI DAN COLIFORM DALAM AIR SUSU SAPI SEGAR PADA PEDAGANG PENGECER DI KOTA SEMARANG 1. Dr. Ludfi Santoso, MSc, DTM & H 2. Dra. MG. Isworo Rukmi M. Kes 3. Oneik Lestari Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciPENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT)
PENGARUH LAMA WAKTU TRANSPORTASI SUSU SEGAR TERHADAP TINGKAT KONTAMINAN MIKROB (STUDI KASUS DI WILAYAH KUD SARWAMUKTI, LEMBANG, JAWA BARAT) (The Effect of Transportation Periode of Fresh Milk an Microbial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia dengan kelezatan dan komposisinya yang ideal karena susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan
Lebih terperinciKetahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase
Ketahanan Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Tingkat Keasaman, Didih, dan Waktu Reduktase (THE ENDURANCE OF FRESH MILK AT ROOM TEMPERATURE STORAGE VIEWED BY ACIDITY LEVEL TEST (ph),
Lebih terperinciKANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA
Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL
Lebih terperinciScreening sumber cemaran bakteri pada kegiatan pemerahan susu di peternakan sapi perah rakyat Kabupaten Semarang
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 25 (1): 66-71 ISSN: 0852-3581 E-ISSN: 9772443D76DD3 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Screening sumber cemaran bakteri pada kegiatan pemerahan susu di peternakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kawasan peternakan sapi perah rakyat Kebon Pedes berada di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dengan jarak tempuh ke pusat pemerintahan kota
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Total Bakteri; ph; Susu; Sapi Friesian Holstein. ABTRACT
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN PH SUSU SEGAR SAPI PERAH FRIESIAN HOLSTEIN DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH DAN PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL MULYOREJO TENGARAN- SEMARANG
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel
Lebih terperinciSusu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting
Lebih terperinciSTUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)
STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI) Elok Zubaidah *, Joni Kusnadi *, dan Pendik Setiawan ** Staf Pengajar Jur. Teknologi Hasil
Lebih terperinciAlat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah
TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Hasil analisis sifat fisik susu kambing segar. 9,70±0,10 8,37 10,45 3) Minimal 8,0
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Karakterisasi sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi susu kambing segar Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik, kimia, dan mikrobiologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
xxix HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel daging ayam beku yang diambil sebagai bahan penelitian berasal dari daerah DKI Jakarta sebanyak 16 sampel, 11 sampel dari Bekasi, 8 sampel dari Bogor, dan 18 sampel dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris, dengan jumlah penduduk sebagian besar bermata pencaharian di bidang pertanian, sedangkan kegiatan pertanian itu sendiri meliputi pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi mastitis subklinis dengan rebusan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap jumlah koloni Staphylococcus
Lebih terperinciHUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR
HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Hubungan Konsumsi Bahan Kering dan Protein Pakan terhadap Produksi, Bahan Kering dan Protein Susu Sapi Perah di Kabupaten Klaten telah dilaksanakan di Peternakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu yang baru keluar dari kelenjar mamae melalui proses pemerahan merupakan suatu sumber bahan pangan yang murni, segar, higienis, bergizi, serta mengandung sejumlah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Susu Susu adalah salah satu bahan makanan alami yang berasal dari ternak perah yang sehat dan bersih yang digunakan untuk bahan utama makanan yang sangat komplit. Susu merupakan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen
Lebih terperinciKualitas Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman dan Angka Katalase
Kualitas Susu Segar pada Penyimpanan Suhu Ruang Ditinjau dari Uji Alkohol, Derajat Keasaman dan Angka Katalase (THE ENDURANCE of FRESH MILK at ROOM TEMPERATURE STORAGE VIEWED by ALCOHOL TEST, DEGREES ACID
Lebih terperinciKinerja peternak sapi perah PFH (Studi kasus pada anggota Koperasi Agro Niaga) di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 61-68 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Kinerja peternak sapi perah PFH (Studi kasus pada anggota Koperasi Agro Niaga) di Kecamatan Jabung
Lebih terperinciUji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar
Uji Organoleptik dan Tingkat Keasaman Susu Sapi Kemasan yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Denpasar I GUSTI AYU FITRI DIASTARI DAN KADEK KARANG AGUSTINA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah ( fruit juice) adalah minuman ringan yang dibuat dari sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan Fakultas Ilmu
Lebih terperinciKualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar
Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing pada Penyimpanan Suhu Kamar EMI HAMIDAH, I MADE SUKADA, IDA BAGUS NGURAH SWACITA Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Ternak Perah Sapi Perah, Laboratorium Ilmu Makanan Ternak, Laboratorium
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : dipping; total bakteri; derajat keasaman (ph); susu sapi FH; iodosfor ABSTRACT
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TAMPILAN TOTAL BAKTERI DAN ph PADA SUSU SAPI FRIESIEN HOLSTEIN (FH) AKIBAT PERBEDAAN KONSENTRASI IODOSFOR Total Bacteria and Potential Hydrogen
Lebih terperinciKATEGORI KUALITAS SUSU SAPI SEGAR SECARA MIKROBIOLOGI DI PETERNAKAN X CISURUPAN - GARUT
KATEGORI KUALITAS SUSU SAPI SEGAR SECARA MIKROBIOLOGI DI PETERNAKAN X CISURUPAN - GARUT R. Suhartati, Depi Irma Aryani Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada ABSTRAK Susu sapi segar merupakan media
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Susu merupakan bahan pangan yang baik bagi manusia karena mengandung zat gizi yang tinggi, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Susu adalah suatu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Susu
TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
Lebih terperinciAnalisa Mikroorganisme
19 Analisa Mikroorganisme Pemeriksaan awal terhadap 36 sampel daging ayam dan 24 sampel daging sapi adalah pemeriksaan jumlah mikroorganisme. Hasil yang diperoleh untuk rataan jumlah mikroorganisme daging
Lebih terperinciKetahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol
Ketahanan Susu Kambing Peranakan Ettawah Post-Thawing pada Penyimpanan Lemari Es Ditinjau dari Uji Didih dan Alkohol Andriawino Berdionis Sanam, Ida Bagus Ngurah Swacita, Kadek Karang Agustina Lab. Kesmavet-Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan tentang gizi mendorong orang untuk mendapatkan bahan pangan yang sehat dan berkualitas agar dapat diandalkan untuk meningkatkan dan memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitan dengan judul Tampilan Protein Darah Laktosa dan Urea Susu akibat Pemberian Asam Lemak Tidak Jenuh Terproteksi dan Suplementasi Urea pada Ransum Sapi FH dilakukan
Lebih terperinciKualitas Susu Kambing Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan Kekentalan
Kualitas Susu Kambing Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang Berdasarkan Berat Jenis, Uji Didih, dan Kekentalan (THE QUALITY OF PERANAKAN ETAWAH GOAT DURING STORAGETEMPERATURE SEEN FROMMASS TEST, BOILING TEST
Lebih terperinciBahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.
Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar maupun yang sudah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging merupakan bahan pangan yang penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi manusia. Selain mutu proteinnya tinggi, daging juga mengandung asam amino essensial yang lengkap
Lebih terperinciREDUKSI BAKTERI DAN BIRU METILEN, SERTA PERUBAHAN INTENSITAS PENCOKLATAN DAN ph SUSU AKIBAT PEMANASAN PADA SUHU 80 C DALAM PERIODE YANG BERVARIASI
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj REDUKSI BAKTERI DAN BIRU METILEN, SERTA PERUBAHAN INTENSITAS PENCOKLATAN DAN ph SUSU AKIBAT PEMANASAN PADA SUHU 80 C DALAM PERIODE YANG BERVARIASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan produk hewani yang umum dikonsumsi oleh manusia mulai dari anak-anak hingga dewasa karena kandungan nutrisinya yang lengkap. Menurut Codex (1999), susu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE)
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DALAM SUHU BEKU TERHADAP KADAR PROTEIN,KADAR LEMAK DAN KADAR ASAM LAKTAT SUSU KAMBING PERANAKAN ETTAWA (PE) Siti Amanah, Hanung Dhidhik Arifin, dan Roisu Eni Mudawaroch Program
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna coklat ataupun
Lebih terperinciTOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI
Animal Agricultural Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 12 21 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TOTAL BAKTERI DAN ph SUSU AKIBAT LAMA WAKTU DIPING PUTING KAMBING PERANAKAN ETTAWA LAKTASI
Lebih terperinciTINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA
TINGKAT PENDAPATAN UNIT USAHA SUSU PASTEURISASI PADA KOPERASI SUSU WARGA MULYA KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA (Revenue Rate of Pasteurized Milk Unit of "Warga Mulya" Economic Enterprise Sleman Regency Yogyakarta)
Lebih terperinciAnalisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten
Sains Peternakan Vol. 9 (), Maret 20: 4-52 ISSN 693-8828 Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten Sugiharti Mulya Handayani dan Ivana Nurlaila 2 Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2016 bertempat di Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium Pengujian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PKM PENELITIAN JUDUL PROGRAM
1 LAPORAN AKHIR PKM PENELITIAN JUDUL PROGRAM PEMBUATAN SABUN SAPI PERAH DENGAN PEMANFAATAN TALLOW SEBAGAI UPAYA MEMINIMALKAN JUMLAH BAKTERI DALAM SUSU CAIR oleh : Rizka Normalita Sari D14090139 / 2009
Lebih terperinciJIMVET. 01(2): (2017) ISSN :
TOTAL BAKTERI Escherichia coli PADA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI KELURAHAN IBUH KECAMATAN PAYAKUMBUH BARAT PROVINSI SUMATERA BARAT The Total of Escherichia coli Count in Fresh Milk of Etawah Cross
Lebih terperinciSusu segar-bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Susu segar-bagian 1: Sapi ICS 67.100.01 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. observasi kandungan mikroorganisme Coliform dan angka kuman total pada susu
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian deskripsi dengan metode observasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi kandungan
Lebih terperinciKUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU
1 KUALITAS MIKROBA PADA RUANG PENAMPUNGAN SUSU DAN PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH BAKTERI DALAM AIR SUSU MAKALAH Oleh : Eulis Tanti Marlina, S.Pt, MP. Dr. Ir. Yuli Astuti Hidayati, MP. Ir. Wowon Juanda, MS.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Wiersma (seperti dikutip dalam Emzir, 2008), eksperimen didiefinisikan sebagai situasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salmonella merupakan salah satu anggota dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella sp merupakan salah satu bakteri patogen yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut
Lebih terperinciSUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.
SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BENZALKONIUM KLORIDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI. Saeful Hidayat, Rival Ferdiansyah, Akhmad Depi Juniarto
PENGARUH PENGGUNAAN BENZALKONIUM KLORIDA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SUSU SAPI Saeful Hidayat, Rival Ferdiansyah, Akhmad Depi Juniarto Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Abstrak Telah diamati efektivitas
Lebih terperinciPENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK
PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK Bayu Nor Khotib 1, Yuliana Prasetyaningsih 2, Fitri Nadifah 3 1,2,3 D3 Analis Kesehatan STIKes Guna Bangsa
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Susu Peternakan Rakyat di Boyolali melalui Program Penyuluhan dan Pendampingan Peternak Sapi Perah
November 2016, Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat ISSN 2460-8572, EISSN 2461-095X Peningkatan Kualitas Susu Peternakan Rakyat di Boyolali melalui Program Penyuluhan dan Pendampingan Peternak Sapi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi masalah kesehatan
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2 Komposisi dan Nutrisi Susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam 3 bentuk yaitu a) sebagai larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia
Lebih terperinciTHE INFLUENCE OF PRE MILKING ON MILK QUALITY BASED ON REDUCTATION TEST AND CALIFORNIA MASTITIS TEST ABSTRACT
THE INFLUENCE OF PRE MILKING ON MILK QUALITY BASED ON REDUCTATION TEST AND CALIFORNIA MASTITIS TEST Yuanita Putri Yuliana 1, Sarwiyono 2 and Puguh Surjowardojo 2 1 Student Faculty of Animal Husbandry,
Lebih terperinciKualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci
Kualitas dan Potensi Dadih Sebagai Tambahan Pendapatan Peternak Kerbau di Kabupaten Kerinci Afriani 1 Intisari Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi dan kualitas dadih serta potensi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE
15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang.
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE PENELITIAN
12 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Industri Pengolahan Hasil Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Laboratorium
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Lebih terperinciABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE
ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas fisik, kimia dan profil mikroba daging sapi lokal dan impor yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan minuman sumber protein yang diperoleh dari hasil
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman sumber protein yang diperoleh dari hasil pemerahan sapi atau hewan menyusui lainnya, yang dapat langsung diminum atau dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan 1. Kualitas susu sapi wilayah Surabaya dan Malang belum memenuhi Standar Nasional Indonesia No 01-0341-1998, terutama terhadap persyaratan total coliform. Namun demikian
Lebih terperinciIV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK
IV. MACAM DAN SUMBER PANGAN ASAL TERNAK Pada umumnya sumber pangan asal ternak dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) macam, yaitu berupa daging (terdiri dari berbagai spesies hewan yang lazim dimanfaatkan
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENDINGINAN TERHADAP KEASAMAN DAN ANGKA REDUKTASE SUSU PASTEURISASI
175 Buana Sains Vol 10 No 2: 175-180, 2010 PENGARUH BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENDINGINAN TERHADAP KEASAMAN DAN ANGKA REDUKTASE SUSU PASTEURISASI Akhadiyah Afrila 1) dan Wahyu Windari 2) 1)PS. Produksi Ternak,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan nama sapi Grati. Bentuk dan sifat sapi PFH sebagian besar
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan antara bangsa-bangsa sapi asli Indonesia (Jawa dan Madura)
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA PROSES PEMERAHAN SUSU SAPI DI TINGKAT PETERNAK (KASUS KOPERASI SUSU SARWAMUKTI KEC. CISARUA KAB. BANDUNG TAHUN 2005) (Application of Hazard
Lebih terperinci