HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi
|
|
- Ivan Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kawasan peternakan sapi perah rakyat Kebon Pedes berada di Kelurahan Kebon Pedes Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dengan jarak tempuh ke pusat pemerintahan kota ± 2 km dan dari pusat pemerintahan kecamatan ± 0,5 km. Kelurahan Kebon Pedes mempunyai luas sekitar 104 ha. Kelurahan Kebon Pedes berbatasan dengan Kelurahan Kedung Badak di sebelah Utara, Kelurahan Cibogor di sebelah Selatan, Kelurahan Ciwaringin di sebelah Barat dan Kelurahan Tanah Sareal di sebelah Timur. Kebon pedes memiliki topografi yang datar, berada pada ketinggian 250 dpl, curah hujan rata-rata m, suhu diantara o C dan kelembaban 55%-96%. Kebon Pedes kurang sesuai dijadikan wilayah peternakan sapi perah. Sutardi (1981) menyebutkan bahwa lokasi yang baik untuk ternak sapi perah pada ketinggian 800 m di atas permukaan laut. Suhu di Kebon Pedes juga tidak baik untuk sapi perah. Suhu rata-rata yang baik untuk sapi perah adalah 18,3 o C (Sutardi, 1981). Kawasan peternakan sapi perah Kebon Pedes berada di daerah padat penduduk. Keterbatasan lahan dapat menyulitkan peternak terutama dalam penyediaan lahan untuk menanam hijauan, penambahan luas kandang, dan pengolahan limbah. Penyediaan pakan hijauan sulit dilakukan karena peternak harus mencari hijauan lebih jauh dari kawasan peternakan. Peternak memanfaatkan alternatif hijauan dengan memanfaatkan limbah pasar berupa klobot jagung. Kandang sapi mempunyai ukuran yang kecil, sangat berdekatan dengan rumah warga bahkan menjadi satu dengan rumah peternak. Pengelolaan limbah menjadi masalah besar karena sebagian besar limbah langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini dapat mencemari lingkungan perairan dan lingkungan sekitarnya. Keterbatasan lahan peternakan tidak menghalangi peternak untuk melakukan usaha ternaknya. Lokasi peternakan merupakan daerah perkotaan memudahkan peternak dalam pemasaran susu. Setiap hari masyarakat sekitar datang membeli dan distributor lokal atau loper datang ke peternakan untuk membeli dan menjual kembali susu ke masyarakat. Peternak menjual sebagian produksi susunya ke Koperasi Peternak Sapi (KPS) karena peternak terhimpun sebagai anggota KPS. Peternak menjual susu sapi langsung kemasyarakat atau distributor lokal lebih 14
2 banyak dibanding menjual ke KPS. Susu dari peternak dihargai oleh KPS Rp. 3000/liter sedangkan non-kps membeli susu dari peternak Rp. 5000/liter. Terdapat selisih harga Rp. 2000/liter sehingga peternak lebih menyukai menjual susu langsung ke masyarakat ataupun distributor lokal. Tabel 2. Populasi dan Komposisi Sapi Perah di Kebon Pedes Tahun 2012 No. Uraian Jumlah (ekor) Satuan Ternak % Satuan Ternak 1 Sapi Laktasi 219,00 219,00 63,80 2 Kering kandang a. Tidak bunting 2,00 2,00 0,60 b. Bunting 12,00 12,00 3,50 3 Sapi dara a. Tidak bunting 29,00 14,50 4,22 b. Bunting 37,00 18,50 5,40 4 Jantan a. Muda 35,00 17,50 10,19 b. Dewasa 24,00 24,00 6,99 5 Anak a. Jantan 22,00 5,50 1,60 b. Betina 51,00 12,75 3,70 Total 431,00 343,25 100,00 Peternak sapi perah di Kebon Pedes berjumlah 29 orang. Sapi perah digunakan oleh peternak adalah bangsa sapi FH dan peranakan FH. Sapi perah terdapat di Kebon pedes berjumlah 431 ekor. Sebagian besar sapi dipelihara peternak adalah sapi sedang laktasi yaitu 63,8% (Tabel 2) dari total populasi. Bangunan kandang sapi di Kebon Pedes berdekatan dengan rumah bahkan terdapat kandang yang menyatu dengan rumah menyalahi syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi perah yang dikeluarkan Direktur Jenderal Peternakan (1982) menyatakan bahwa ketentuan lokasi perusahaan peternakan sapi perah, yaitu: 1. Lokasi peternakan sapi perah tidak bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum setempat. 15
3 2. Lokasi peternakan sapi perah tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukiman penduduk. 3. Letak atau ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa perusahaan tidak mencemari wilayah di sekitar perusahaan. Peternak Kebon Pedes tidak ingin sepenuhnya disalahkan karena kawasan peternakan sudah ada sebelum pemukiman di daerah sekitar menjadi padat. Mereka berpendapat bahwa masyarakat yang datang mendekati kawasan peternakan. Pemerintah Kota Bogor pada tahun 1995 merelokasi usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes ke wilayah Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Sebagian besar peternak menolak relokasi tersebut karena mereka menilai bahwa dilokasi baru akan mengalami kesulitan dalam hal pemasaran serta membutuhkan banyak biaya untuk membangun sarana dan prasarana peternakan. Umur Peternak Data hasil kajian penerapan Good Milking Practice berdasarkan umur peternak disajikan pada Tabel 3. Persentase peternak berumur antara tahun sebanyak 17,24%, menunjukkan bahwa ketertarikan golongan muda untuk bekerja sebagai peternak kurang dan lebih memilih bekerja di luar bidang peternakan. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya krisis peternak di tahun-tahun berikutnya. Peternak berusia muda dan sedang digolongkan peternak yang energik dan kreatif. Menurut Nadjib (1990), peternak berusia muda ialah peternak yang berumur antara tahun, peternak yang berumur antara tahun termasuk peternak yang berusia sedang. Mereka yang berumur antara tahun sudah digolongkan berusia agak lanjut dan peternak lebih dari 64 tahun termasuk berusia lanjut. Sebagian besar peternak Kebon Pedes berumur 50 tahun dengan persentase 44,82%, termasuk golongan agak lanjut dan lanjut. Golongan lanjut dan agak lanjut bertolak belakang dengan golongan muda. Umur mempengaruhi produktifitas peternak karena pada usia tua kemampuan berfikir dan fisik semakin berkurang seiring bertambahnya usia. 16
4 Tabel 3. Hasil Kajian Good Milking Practice dengan Kategori Umur Peternak Umur Peternak Jumlah Peternak Persentase (%) Nilai GMiP tahun 5 17,24 1, tahun 7 24,14 1, tahun 4 13,79 1, tahun 9 31,03 1,84 > 60 tahun 4 13,79 1,67 Total ,00 1,87 Rataan Good Milking Practice berdasarkan umur peternak sebesar 1,87. Hasil kajian GMiP menunjukkan bahwa nilai penerapan yang paling tinggi dihasilkan oleh peternak yang berumur antara tahun yaitu sebesar 1,98. Namun penerapan GMiP oleh peternak tersebut kurang baik. Umur tahun dikaitkan dengan pengalaman bekerja yang cukup, terlatih dalam bekerja dan memiliki etos kerja baik namun tidak terlalu tua untuk menghasilkan karya-karya kreatif dan terbuka dalam menerima perubahan. Nilai penerapan Good Milking Practice yang paling kecil ditunjukkan oleh peternak berumur diatas 60 tahun, yaitu sebesar 1,67 mungkin dikarenakan tenaga kurang untuk beternak dan kurang terbuka dalam menerima masukan. Pasaribu (2007) menjelaskan bahwa keterampilan seorang individu terutama kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi semakin menurun seiring dengan berjalannya waktu, kebosanan pekerjaan yang berlarut-larut, dan kurangnya rangsangan intelektual pada usia tua, dapat berpengaruh terhadap berkurangnya produktivitas. Lama Beternak Pengalaman beternak berpengaruh terhadap pengetahuan peternak tentang manajemen pemerahan yang baik. Hasil kajian penerapan Good Milking Practice oleh peternak Kebon Pedes ditinjau dari pengalaman beternak disajikan pada Tabel 4. Dapat dilihat pada tabel bahwa rata-rata peternak Kebon Pedes yaitu 56,52% memiliki pengalaman beternak lebih dari 20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa profesi beternak di peternakan sapi perah Kebon Pedes merupakan usaha yang sudah dilakukan secara turun menurun (Salundik, 2012). 17
5 Tabel 4. Hasil Kajian Good Milking Practice dengan Kategori Lama Beternak Lama Beternak Jumlah Peternak Persentase (%) Nilai GMiP <10 tahun 4 13,79 1, tahun 6 20,69 1, tahun 7 24,14 1, tahun 9 31,03 1,75 >40 tahun 3 10,35 1,86 Total ,00 1,89 Nilai GMiP tertinggi dihasilkan oleh peternak dengan lama beternak tahun sedangkan terendah dihasilkan oleh peternak dengan lama beternak 31-40, hasil ini kontradiktif dengan penjelasan Pasaribu (2007) menyatakan bahwa semakin lama masa kerja maka semakin banyak pula orang tersebut mendapatkan pendidikan dan pelatihan yang akan mendukung pekerjaan mereka sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerjanya akan tetapi penerapan GMiP oleh peternak kurang baik dengan nilai antara 1,01-2,00. Peternak meyakini manajemen pemeliharaan yang selama ini dilaksanakan sudah benar dan sulit menerima masukan-masukan baru, selain itu perkembangan pengetahuan peternak yang lambat mengenai teknologi peternakan karena informasi tidak terjangkau oleh peternak. Pendidikan Pendidikan peternak merupakan salah satu faktor berhasilnya usaha ternak. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan. Tabel 5 memperlihatkan bahwa peternak sapi perah Kebon Pedes sebagian besar lulusan SMA (37,93%) disusul lulusan SMP (27,59%) dan lulusan SD (20,69%). Peternak sapi perah Kebon Pedes yang tidak mengenyam pendidikan sebesar 3,45% dan hanya sedikit yang mengenyam pendidikan tinggi Diploma sebesar 3,45% dan Strata 1 sebesar 6,89%. Peternak sapi perah Kebon Pedes lulusan perguruan tinggi ternyata memiliki nilai GMiP lebih rendah (2,08) dibanding peternak yang sama sekali tidak bersekolah (2,17) akan tetapi penerapan GMiP kedua peternak itu sama-sama cukup (nilai GMiP 2,01-3,00). Hasil ini bertolakbelakang dengan pendapat Pasaribu (2007) yang menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan dan meningkatkan produktivitas pegawai. Pelatihan 18
6 bertujuan untuk meningkatkan keahlian dalam menjalankan suatu pekerjaan tertentu dan pendidikan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan lingkungan. Peternak berpendidikan tinggi seharusnya menghasilkan nilai GMiP lebih besar dibanding peternak berpendidikan rendah. Gejala ini mungkin disebabkan jurusan pendidikan yang diambil tidak sesuai dengan bidang peternakan. Tabel 5. Hasil Kajian Good Milking Practice dengan Kategori Pendidikan Pendidikan Jumlah peternak Persentase (%) Nilai GMiP Tidak Sekolah 1 3,45 2,17 SD/ Sederajat 6 20,69 1,96 SMP/Sederajat 8 27,59 1,71 SMA/ Sederajat 11 37,93 1,86 Akademi D1-D3 1 3,45 2,08 Strata 1 (S1) 2 6,89 2, ,88 Good Milking Practice Manajeman pemerahan meliputi manajemen sebelum pemerahan, manajemen saat pemerahan dan manajemen setelah pemerahan. Manajemen sebelum pemerahan meliputi pembersihan kandang, pembersihan peralatan pemerahan, pembersihan ambing dan kebersihan pemerah. Manajemen saat pemerahan meliputi tes mastitis, memerah, handling sapi, dan pemberian pakan. Manajemen setelah pemerahan meliputi pembersihan puting, penanganan susu dan penanganan sapi. Sebelum Pemerahan Pemerahan oleh peternak di Kebon Pedes dilakukan pada pagi dan sore hari. Pagi hari peternak memulai kegiatan memerah jam 3 pagi dan terdapat peternak memulai kegiatan memerah jam 6 pagi, sedangkan di sore hari peternak memerah jam 3 sore. Peternak memulai pemerahan jam 3 pagi mempunyai interval pemerahan 12:12 jam sedangkan peternak yang memulai pemerahan jam 6 pagi mempunyai interval pemerahan 9:15 jam. Schmidt (1971) menyatakan sapi diperah dengan selang pemerahan 12:12 jam memproduksi susu 1,8% lebih banyak dibandingkan dengan sapi yang diperah dengan selang pemerahan 15:9 jam. Jumlah produksi susu 19
7 dari sapi yang diperah dengan jarak pemerahan yang sama, misalnya 12:12, akan cenderung sama. Namun jika jarak pemerahan berbeda, maka jumlah produksi susu pagi hari akan lebih banyak daripada sore hari (Sudono et al., 2003). Tabel 6. Hasil Kajian Good Milking Practice Sebelum Pemerahan No Aspek pemerahan Nilai 1 Kebersihan kandang 2,72 2 Peralatan 1,55 3 Ambing 1,48 4 Pemerah 2,03 Kegiatan pemerahan di Kebon Pedes diawali dengan membersihkan kandang. Pembersihan kandang penting dilakukan sebelum pemerahan karena dapat menghindarkan kontaminasi susu dari feses sapi ataupun kotoran sisa pakan. Peternak sapi perah di Kebon Pedes membersihkan feses yang menempel di lantai dan di dinding kandang dilanjutkan dengan membersihkan kotoran sisa pakan yang terdapat di tempat pakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pemerahan dilakukan antara lain kandang terlebih dahulu dibersihkan dan menghindari mengerjakan aktifitas lain (Lukman et al., 2009). Sudono (1999) menyatakan bahwa sebelum sapi diperah, kandang tempat sapi harus dibersihkan dan dihilangkan dari bau, baik yang berasal dari kotoran sapi maupun dari makanan atau hijauan yang berbau atau silage karena air susu mudah sekali menyerap bau-bauan yang dapat mempengaruhi kualitas susu. Performa peternak dalam menerapkan GMiP pada aspek kebersihan kandang adalah cukup dengan nilai 2,72 (Tabel 6). Peternak sapi perah di Kebon Pedes umumnya menggunakan ember plastik bekas untuk menampung susu, hanya sebagian kecil yang menampung susu menggunakan ember stainless steel. Ember yang digunakan untuk memerah sudah kering karena telah dibersihkan setelah selesai digunakan pada saat pemerahan sebelumnya. Peternak sapi perah Kebon Pedes mencuci ember yang digunakan untuk memerah hanya menggunakan air dingin. Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (1998) pencucian peralatan misalnya ember, milk can, botol dan lain-lain sebaiknya dengan menggunakan air panas dan larutan klor. Hal ini dapat melarutkan lemak susu yang menempel pada alat alat tersebut. 20
8 Peralatan yang tidak bersih dalam penanganan susu mengakibatkan susu mengandung mikroorganisme. Peforma peternak dalam menerapkan GMiP aspek peralatan pemerahan kurang baik dengan nilai sebesar 1,55 (Tabel 6). Peralatan pemerahan terutama ember dan milk can yang digunakan untuk pemerahan harus sudah dalam keadaan bersih dan kering. Peralatan yang digunakan untuk pemerahan harus memiliki permukaan yang licin agar mudah membersihkannya. Ember plastik yang digunakan peternak untuk menampung susu sangat mudah tergores, sehingga susu dapat tertinggal disela-sela goresan dan menjadi tempat berkembang mikroba. Hasil pengamatan di lapangan memperlihatkan bahwa peternak sapi perah Kebon Pedes membersihkan ambing hanya dengan menyiramkan air dingin. Penerapan GMiP pada aspek kebersihan ambing kurang baik dilaksanakan peternak dengan nilai sebesar 1,48 (Tabel 6). Pembersihan dengan cara penyiraman air dapat mengakibatkan air yang disiramkan peternak dapat jatuh dan mengontaminasi susu. Proses pembersihan ambing dilakukan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada ambing. Pembersihan ambing dilakukan dengan cara membasuh ambing dengan air hangat menggunakan kain yang bersih kemudian pencelupan ambing ke larutan desinfektan. Khasanah (2010) menyatakan pencelupan puting akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang masuk melalui lubang puting, dengan cara merusak dinding sel mikroorganisme bagian luar dan membran sel sehingga desinfektan dapat masuk dalam sitoplasma sampai pada sel mikroorganisme, dengan demikian mikroorganisme tidak dapat berkembang biak hingga perkembangannya terhambat sampai akhirnya mikroorganisme tersebut mati, sehingga kontaminasi susu dapat dicegah sedini mungkin. Pembersihan ambing dapat sekaligus merangsang hormon pengeluaran susu. Rangsangan pada ambing dilakukan anak sapi atau oleh peternak. Rangsangan pada ambing secara otomatis memerintahkan otak untuk melepaskan hormon oksitosin. Proses pelepasan air susu saat pemerahan disebabkan adanya pelepasan hormon oksitosin dari lobus posterior kelenjar pituitari dan masuk ke dalam aliran darah. Oksitosin mencapai ambing dalam beberapa detik dan menyebabkan timbulnya kontraksi jaringan alveolus dan saluran-saluran kecil sehingga mendorong susu memasuki sistem saluran yang lebih besar. Pelepasan air susu hanya berlangsung 6 21
9 sampai 8 menit, maka pemerahan harus selesai dalam masa pelepasan itu agar diperoleh hasil yang maksimum (Blakely dan Bade, 1994). Peforma pemerahan dari aspek kebersihan peternak dan keselamatan kerja cukup dengan nilai sebesar 2,03 (Tabel 6). Kebersihan peternak dapat menjaga higienitas pemerahan karena peternak sebagai subjek pemerahan langsung terlibat dalam proses pemerahan. Selain itu, faktor keselamatan pekerja saat memerah perlu diperhatikan. Idealnya saat memerah peternak dalam keadaan bersih dan menggunakan sepatu bot, karet atau kulit untuk menghindarkan kaki peternak terinjak sapi dan menginjak feses. Pengamatan dilapangan memperlihatkan bahwa sebagian besar peternak sapi perah Kebon Pedes tidak mandi atau membersihkan diri sebelum melakukan pemerahan. Kontaminasi susu dapat berasal dari peternak, seperti dari tangan peternak yang kotor, pakaian dan kelengkapan pemerahan yang lain. Handayani dan Purwanti (2010) menyatakan bahwa tangan pemerah merupakan salah satu sumber kontaminasi mikroorganisme dalam susu, dengan ditemukannya mikroorganisme pathogen seperti Staphylococcus aureus (S. aureus) dan Escherichia coli (E. coli). Kesadaran peternak dalam menjaga keselamatan kerja sudah tinggi. Hal ini terbukti dengan peternak memakai sepatu bot setiap melakukan pemerahan. Saat Pemerahan Susu dari perahan pertama digunakan untuk menguji apakah sapi terjangkit mastitis. Susu hasil perahan pertama mengandung banyak mikroba ikut terbuang untuk digunakan sebagai uji mastitis. Menurut Usmiati dan Nurdjannah (2009) untuk menghindari kontaminasi silang, maka sapi terjangkit mastitis harus dipisah penanganannya serta diobati secara tuntas. Mastitis dalam keadaan parah dapat mematikan puting susu sehingga puting tidak berfungsi. Nilai untuk aspek Good Milking Practice ambing sangat buruk dengan nilai sebesar nol (Tabel 7) artinya belum ada kesadaran peternak untuk memperhatikan kesehatan ambing sapi perah. Sapi perah sehat dan kebutuhan gizi cukup tentu dapat menghasilkan produksi susu maksimal. Peternak sapi perah Kebon Pedes melakukan pemerahan secara manual dengan tangan menggunakan teknik memerah dua jari. Memerah dilakukan menarik puting dari atas ke bawah. Pemerahan dengan cara menarik puting susu dari atas ke 22
10 bawah dapat membuat puting menjadi panjang ke bawah (Siregar et al., 1996). Kelemahan pemerahan dengan dua jari adalah mudah terjadi perlukaan pada ambing, ambing dan puting selalu basah, dan sumber kontaminasi karena ambing terus bergerak dan tertarik. Keuntungan pemerahan dengan seluruh jari adalah memerah lebih cepat, puting tidak tertarik, dan puting tidak terlalu basah sehingga kotoran jarang atau sedikit terikut dalam susu (Lukman et al., 2009). Nilai peforma peternak untuk aspek teknik memerah sebesar nol artinya peforma peternak sangat buruk dalam teknik memerah. Tabel 7. Hasil Kajian Good Milking Practice Saat Pemerahan No Aspek pemerahan Nilai 1 Ambing 0,00 2 Memerah 0,00 3 Penanganan sapi 1,00 4 Pemerah 2,93 5 Pemberian pakan 2,76 Memerah sapi dibantu dengan pelicin berupa margarin ataupun vaselin. Sapi yang diperah dengan margarin dapat mempengaruhi kualitas susu. Saputro (2009) mengatakan, bahwa pelicin berupa margarin atau minyak kelapa bertujuan untuk mempermudah proses pemerahan dan sapi tidak merasa sakit, namun penggunaan pelicin dapat menyebabkan kontaminasi pada susu yang dihasilkan. Pelicin banyak mengandung lemak sering terbawa dalam susu sehingga menyebabkan mudah terjadi ketengikan. Hidayat et al. (2002) menambahkan bahwa penggunaan vaselin pada proses pemerahan akan menutupi permukaan puting. Bila terus menerus menggunakan pelicin (vaselin), maka penularan penyakit sulit untuk dihindari, sehingga sebaiknya vaselin tidak digunakan. Pelaksanaan yang buruk dalam menerapkan GMiP dengan aspek penanganan sapi dengan nilai sebesar 1,00 (Tabel 7). Menurut Sanjaya et al. (2007), Jumlah mikroba bertambah dengan adanya pencemaran dari sapi. Sapi yang akan diperah sebaiknya terlebih dahulu diikat kaki dan ekornya, sehingga tidak menyulitkan peternak yang memerah. Sapi yang tidak tenang dan banyak bergerak saat 23
11 pemerahan dapat menginjak susu yang telah ditampung dalam ember penampung susu. Kotoran dari ekor sapi dapat masuk ke dalam ember apabila tidak diikat. Peforma penerapan GMiP oleh peternak sapi perah di Kebon Pedes pada aspek pemerah adalah cukup dengan nilai sebesar 2,93 (Tabel 7). Kesadaran peternak untuk tidak merokok saat memerah sangat kurang. Merokok dapat mempengaruhi kualitas susu dan dapat memperlambat proses pemerahan. Keberhasilan pemerahan dipengaruhi oleh pengalaman peternak. Peternak berpengalaman memiliki ketelatenan tinggi sehingga sapi diperah dengan nyaman. Pengalaman dimiliki peternak di dapat secara otodidak untuk memelihara sapi perah bertahun-tahun maupun melalui penyuluhan yang mereka dapatkan. Salundik (2012) menyatakan bahwa sebagian besar peternak sapi perah di Kebon Pedes (65,72%) telah memiliki pengalaman beternak sapi perah sudah lebih dari 20 tahun. Sebagian besar peternak sapi perah di Kebon Pedes (97,14%) pernah mengikuti pendidikan informal seperti pelatihan-pelatihan terkait sebagai profesi peternak akan meningkatkan keterampilan sesuai dengan jenis pelatihan yang pernah diikuti. Pelatihan yang pernah diikuti peternak antara lain pelatihan budidaya sapi perah, pengolahan limbah dan pembuatan bio gas serta pengolahan susu dan pemeriksaan kualitas susu. Pola pemberian pakan sapi perah oleh Peternak di Kebon Pedes sangat beragam. Pemberian pakan konsentrat atau hijauan ketika pemerahan dilakukan peternak agar sapi tenang saat diperah. Performa peternak cukup baik dalam melaksanakan GMiP dengan aspek pemberian pakan saat pemerahan dengan nilai sebesar 2,76 (Tabel 7). Menurut Sudono et al. (2003), konsentrat diberikan kepada sapi yang akan diperah sehingga pada saat pemerahan, sapi makan dalam keadaan tenang. Tristy (2009) menambahkan bahwa pemberian hijauan yang baik adalah setelah pemerahan, sebab apabila diberikan sebelum pemerahan akan menurunkan kualitas susu. Hal ini berkaitan dengan baubauan hijauan yang dapat mengontaminasi susu. Hal tersebut dapat terjadi karena susu memiliki sifat mengabsorbsi bau-bauan disekitarnya. Setelah Pemerahan Peternak sapi perah di kebon Pedes setelah proses pemerahan, menstripping puting hingga susu di dalam ambing habis kemudian membersihkan puting dengan 24
12 cara menyiramkan air dingin ke puting. Pembersihan puting oleh peternak kurang baik dilaksanakan dengan nilai Good Milking Practice aspek kebersihan puting sebesar 2,00 (Tabel 8). Setelah pemerahan dilaksanakan, puting seharusnya diberi larutan desinfektan untuk menghilangkan mikroba yang menempel. Direktorat Jenderal Peternakan (2009) menyatakan, bahwa keuntungan melakukan suci hama adalah puting dapat terhindar dari mastitis. Pembersihan puting dengan menyiramkan air dingin akan memicu berkembangnya mikroba hingga bermuara menjadi penyakit mastitis. Sudono (1999) menyarankan selesai diperah puting dibersihkan dan dicelupkan ke dalam larutan desinfektan klorin atau iodophor dengan kepekatan 0,01%. Perlakuan pencelupan puting akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan cara merusak dinding sel mikroorganisme bagian luar dan membran sel sehingga desinfektan dapat masuk dalam sitoplasma sampai pada sel mikroorganisme. Mikroorganisme tidak dapat berkembang biak hingga perkembangannya terhambat sampai akhirnya mikroorganisme tersebut mati, sehingga kontaminasi susu dapat dicegah sedini mungkin (Khasanah, 2010). Tabel 8. Hasil Kajian Good Milking Practice Setelah Pemerahan No. Aspek pemerahan Nilai 1 Puting 2,00 2 Penanganan susu setelah pemerahan 2,14 3 Sapi setelah diperah 3,59 Susu didapat dari hasil pemerahan sebaiknya ditimbang terlebih dahulu dan disaring. Penimbangan berfungsi untuk mengetahui produksi susu sehingga peternak dapat memperhitungkan aliran keuangan serta dapat digunakan untuk menentukan langkah manajemen peternakan berikutnya. Kotoran tercampur dengan susu dapat tertahan apabila susu disaring. Peternak menyaring susu dengan kain. Nilai penerapan GMiP sebesar 2,14 (Tabel 8) yang berarti peternak cukup baik melaksanakan aspek pemerahan penimbangan dan penyaringan. Zakiah (2011) menyebutkan bahwa susu harus disaring segera setelah pemerahan selesai. Alat saring khusus merupakan alat yang paling efisien dan bersih untuk keperluan ini. Jenis kain yang cocok dapat dipakai asalkan sering-sering diganti dan dicuci dengan baik setelah digunakan. 25
13 Peternak sapi perah di Kebon Pedes memberikan pakan setelah selesai pemerahan. Pakan yang diberikan berupa sampah organik yang berasal dari pasar dan konsentrat yang dicampur dengan ampas tahu. Performa peternak dalam menerapkan GMiP dengan aspek penanganan sapi setelah diperah adalah baik dengan nilai sebesar 3,59 (Tabel 8). Sapi yang tetap berdiri setelah pemerahan akan mencegah penyakit mastitis. Rahman (2007) menyebutkan bahwa mastitis dapat disebabkan ambing kontak langsung dengan mikroorganisme patogen yang ada di lantai kandang. Mastitis dapat menjangkiti sapi yang langsung berbaring setelah diperah. Sapi yang baru selesai diperah, lubang putingnya masih besar, sehingga mikroba mudah masuk apabila sapi langsung berbaring. Butuh beberapa saat hingga puting kembali menutup sempurna. Akhir dari proses pemerahan dengan melakukan pemberian makan sapi dan membiarkan sapi tetap berdiri setelah selesai diperah sangat membantu dalam menjaga kesehatan sapi dan kesejahteraannya. Total Mikroba dan Kejadian Mastitis Total kandungan mikroba susu yang diambil dari dalam ember penampung sebesar 1, cfu/ml dan 1, cfu/ml (Tabel 9) sudah melebihi dari jumlah kandungan maksimal mikroba dalam susu segar yang terdapat pada peraturan SNI (2011) sebesar 10 6 cfu/ml. Keadaan lingkungan kurang bersih dapat mempermudah terjadinya pencemaran dan meningkatkan jumlah mikroba susu. Pencemaran dapat berasal dari berbagai sumber seperti kulit sapi, ambing, air, tanah, debu, manusia, peralatan, dan udara (Lukman et al. 2009). Pemerahan yang baik dan benar akan mengurangi jumlah total mikroorganisme dalam susu. Tabel 9. Nilai Good Milking Practice, TPC dan Mastitis Jumlah Peternak Nilai GMiP TPC (cfu/ml) Mastitis (%) 19 2 (1,73) 1, ,9% 10 3 (2,15) 1, ,1% Rataan 1,94 1, % Peternak dengan penerapan GMiP kurang baik sebanyak 19 orang dan peternak dengan penerapan GMiP cukup sebanyak 10 orang. Peternak dengan penerapan GMiP cukup memiliki jumlah Total Plate Count (TPC) lebih tinggi akan 26
14 tetapi persentase mastitisnya lebih rendah dibanding peternak dengan penerapan GMiP kurang baik. Hasil tersebut bertolakbelakang dengan pernyataan Hidayat et al. (2002) bahwa susu yang dihasilkan oleh sapi perah yang terkena mastitis mempunyai kandungan bakteri yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu yang dihasilkan dari sapi yang sehat. Peternak cukup baik melaksanakan GMiP akan tetapi peternak tidak melakukan pencegahan dan pengobatan mastitis. Hal ini terlihat dari penerapan GMiP kurang baik pada aspek pembersihan ambing; pencelupan puting dan menstripping puting serta tidak melakukan uji mastitis. Peternak tidak memisahkan sapi sehat dengan sapi terjangkit mastitis. Sapi terjangkit mastitis tidak dipisahkan dapat menyebabkan infeksi silang dengan sapi lain. Tabel 10. Persentase Kuarter Ambing Sapi Terjangkit Mastitis Kuarter Mastitis (%) Depan Kanan 23,26 Depan Kiri 20,93 Belakang Kanan 27,91 Belakang Kiri 27,91 Kuarter ambing sapi bagian belakang lebih banyak terkena mastitis (55,81%) dibanding kuarter depan (44,19%). Kuarter belakang lebih banyak terkena mastitis disebabkan lebih mudah terkena urin sehingga mikroba masuk ke dalam ambing. Henskh (1995) menyatakan terdapat korelasi erat antara kerentanan atau ketahanan terhadap mastitis dan bentuk, ukuran ambing, puting, tingkat pemerahan dan status imunologi sapi diamati. Hamana et al. (1994) menambahkan bahwa ukuran kuarter belakang ambing secara signifikan mempengaruhi jumlah bakteri. Tingginya infeksi mastitis pada kuarter belakang mungkin disebabkan paparan kotoran dan urin lebih sering, kapasitas dan massa lebih besar, kerentanan lebih besar terhadap trauma langsung dan relatif lebih dekat ke lantai dibandingkan dengan kuarter depan (Singh et al., 1991). 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu, air dan peralatan berasal dari tujuh peternak dari Kawasan Usaha Peternakan Rakyat (Kunak), yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel susu
Lebih terperinciEVALUASI GOOD MILKING PRACTICE PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KELURAHAN KEBON PEDES KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI KHAIRUL IKHWAN
EVALUASI GOOD MILKING PRACTICE PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KELURAHAN KEBON PEDES KECAMATAN TANAH SAREAL BOGOR SKRIPSI KHAIRUL IKHWAN DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS
Lebih terperinciAlat Pemerahan Peralatan dalam pemerahan maupun alat penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah dibersihkan. Bah
TEKNIK PEMERAHAN DAN PENANGANAN SUSU SAPIPERAH G. Suheri Balai Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor PENDAHULUAN Perkembangan dalam pemeliharaan sapi perah pada akhir-akhir ini cukup pesat dibandingkan tahun-tahun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sapi Friesian Holstein (FH)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Friesian Holstein (FH) Sapi perah FH berasal dari Belanda dengan ciri-ciri khas yaitu warna bulu hitam dengan bercak-bercak putih pada umumnya, namun ada yang berwarna coklat ataupun
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Peternakan Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi perah Fries Holland (FH) merupakan bangsa sapi perah yang banyak dipelihara di Indonesia. Bangsa sapi ini bisa berwarna putih dan hitam ataupun merah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu yang digunakan adalah sampel susu kuartir yang berasal dari Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) yang berlokasi di Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Total sampel yang
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire,
8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sapi Perah Sapi perah adalah suatu jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan susu. Terdapat beberapa bangsa sapi perah yaitu Ayrshire, Guernsey, Jersey dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (1) Sebelah Utara: Kabupaten Purwakarta dan Subang. (2) Sebelah Timur: Kabupaten Sumedang dan Garut
24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.2.1. Keadaan Geografi dan Topografi Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) terletak di Kecamatan Lembang, 15 km sebelah utara Kota
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein)
4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi perah (Peranakan Friesian Holstein) Sapi perah yang umum digunakan sebagai ternak penghasil susu di Indonesia adalah sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH). Sapi PFH merupakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mengkaji hubungan higiene dan sanitasi berbagai lingkungan peternakan dan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang penilaian higiene dan sanitasi tempat peternakan sapi dan tempat pemerahan susu sapi segar, jumlah bakteri Coliform
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Metode Penelitian
17 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian pada bulan Juni 2011 sampai Januari 2012 bertempat di Kabupaten Sukabumi. Metode Penelitian Populasi studi Populasi studi dalam penelitian ini
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Perkandangan Perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan kandang dan sarana maupun prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciLampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar
LAMPIRAN 47 Lampiran 1 Kuisioner Peternak Pemasok Susu Segar KUISIONER PETERNAK SAPI PERAH Wilayah Kabupaten : Kecamatan : Tanggal Wawancara : Nama Enumerator : I.Identitas Peternak 1. Nama Pemilik : 2.
Lebih terperinciJURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di
HUBUNGAN HIGIENE DAN SANITASI PEMERAHAN SUSU SAPI DENGAN Total plate count PADA SUSU SAPI DI PETERNAKAN SAPI PERAH DESA MANGGIS KABUPATEN BOYOLALI Dewik wijiastutik *) Alumnus FKM UNDIP, **) Dosen Bagian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu
TINJAUAN PUSTAKA Sifat Umum Susu Susu adalah sekresi yang dihasilkan oleh mammae atau ambing hewan mamalia termasuk manusia dan merupakan makanan pertama bagi bayi manusia dan hewan sejak lahir (Lukman
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Ternak Sapi Perah Perkembangan peternakan sapi perah di Indonesia tidak terlepas dari sejarah perkembangannya dan kebijakan pemerintah sejak zaman Hindia Belanda. Usaha
Lebih terperinciLampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji. Breed (jumlah sel somatis/ml) No Kuartir IPB-1
LAMPIRAN 25 26 Lampiran 1 Hasil Pengujian sampel susu menggunakan metode Breed dan uji mastitis IPB-1 No Kuartir IPB-1 Breed (jumlah sel somatis/ml) 1 Kanan depan 1+ 400 000 2 kanan belakang - 440 000
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu
HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
24 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Peternak Karakteristik peternak pemasok susu segar industri keju yang digambarkan dalam penelitian ini meliputi pendidikan, lama beternak, umur, dan pengalaman penyuluhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH)
TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah di Indonesia diklasifikasikan berdasarkan skala usahanya yaitu perusahaan peternakan sapi perah dan peternakan sapi perah rakyat (Sudono,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat.
PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah cairan bergizi berwarna putih yang dihasilkan oleh kelenjar susu mamalia. Susu memiliki banyak fungsi dan manfaat. Seseorang pada umur produktif, susu dapat membantu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu adalah bahan pangan dengan kandungan gizi lengkap yaitu terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu bahan pangan yang penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ambing merupakan alat penghasil susu pada sapi yang dilengkapi suatu saluran ke bagian luar yang disebut puting. Pada puting ini akan mengeluarkan susu sewaktu diperah.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil perkawinan antara kambing Kacang dengan kambing Ettawa sehingga mempunyai sifat diantara keduanya (Atabany,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016
STATUS MIKROBIOLOGI (TOTAL PLATE COUNT, COLIFORM, DAN Escherichia coli) SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) DI DESA SUNGAI LANGKA KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN Microbiological Status (Total
Lebih terperinciMATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel susu berasal dari 5 kabupaten yaitu Bogor, Bandung, Cianjur, Sumedang dan Tasikmalaya. Lima sampel kandang diambil dari setiap kabupaten sehingga jumlah keseluruhan sampel
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan Kunak, Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Sampel diuji di laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden (Keppres)
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Pembagian Skala Usahaternak Sapi Perah
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahaternak Sapi Perah 2.1.1 Pembagian Skala Usahaternak Sapi Perah Usahaternak di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan berdasarkan pola pemeliharaannya,
Lebih terperinciIV. ANALISIS DAN SINTESIS
IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Susu Susu merupakan salah satu pangan asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, mineral dan beberapa vitamin lainnya (Suwito dan Andriani,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain di sekitarnya oleh jalur transportasi
24 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas baik, mudah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Aplikasi Good Farming Practices (GFP) di Peternakan Sapi Perah Good Farming Practices (GFP) merupakan cara beternak yang baik dan benar, yang memperhatikan lingkungan dan memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang diperoleh dari hasil seleksi
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan yang diperoleh dari hasil seleksi keseluruhan oleh sel sekresi kelenjar susu yang didapat melalui pemerahan yang lengkap dari satu atau lebih
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA
LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA POUCOWPANTS TEMAN SETIA PENELITI ILMU NUTRISI DALAM PENGUMPULAN FESES BIDANG KEGIATAN : PKM-KARSA CIPTA Diusulkan oleh: Lukman Maulana D24110082 2011 Chressya
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.995, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyediaan dan Peredaran Susu. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PERMENTAN/PK.450/7/2017 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SUSU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2012). Sapi berasal dari famili Bovida, seperti halnya bison, banteng, kerbau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi merupakan hewan ternak yang menghasilkan daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh manusia, baik dalam bentuk segar maupun sudah diproses dalam bentuk produk. Susu adalah bahan pangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Yani dan Purwanto (2006) dan Atabany et al. (2008), sapi Fries Holland
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai prinsip fisik sebagai penghasil susu yang berasal dari sekresi fisiologis kelenjar susu dengan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Susu merupakan minuman dengan kandungan protein, karbohidrat, lemak dan mineral yang tinggi dan sangat penting bagi manusia, baik dalam bentuk segar maupun yang sudah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu: Aspek dinilai buruk jika nilai < 3 Aspek dinilai cukup
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Data yang diperoleh dari Dinas Kelautan, Perikanan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gorontalo memiliki 10 Tempat Pemotongan Hewan yang lokasinya
Lebih terperinciV. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar
V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. terletak di propinsi Jawa Barat. Batas wilayah kelurahan Cipageran yaitu :
42 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Keadaan Fisik Wilayah Penelitian Kelurahan Cipageran berada di kecamatan Cimahi Utara kota Cimahi yang terletak di propinsi Jawa Barat.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung Tilu, dengan ketinggian antara 1000-
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Wilayah Penelitian 4.1.1 Wilayah Kerja KPBS Pangalengan Wilayah kerja KPBS dikelilingi oleh tiga buah gunung, yaitu Gunung Malabar, Gunung Papandayan, dan Gunung
Lebih terperinciSusu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena. vitamin, mineral, dan enzim. Menurut Badan Standart Nasional (2000).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi tinggi karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap antara lain lemak, protein, laktosa, vitamin, mineral,
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada
Lebih terperinciA. Wibowo, T.H. Suprayogi dan Sudjatmogo* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj TAMPILAN TOTAL PLATE COUNT DAN Staphylococcus aureus PADA SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN AKIBAT DIPPING DENGAN IODOSFOR PADA BERBAGAI KONSENTRASI
Lebih terperinciMENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU
MENANGANI AIR SUSU MENGELOLA KOMPOSISI AIR SUSU Air susu mengandung zat-zat gizi yg sangat cocok utk perkembangbiakan bakteri penyebab kerusakan air susu. Proses produksi yg tdk hygienes, penanganan yg
Lebih terperinciANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga
VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat
Lebih terperinciSeminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENERAPAN HAZARD ANALYSIS AND CRITICAL CONTROL POINTS (HACCP) PADA PROSES PEMERAHAN SUSU SAPI DI TINGKAT PETERNAK (KASUS KOPERASI SUSU SARWAMUKTI KEC. CISARUA KAB. BANDUNG TAHUN 2005) (Application of Hazard
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.
BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero
KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan
Lebih terperinci15 Penanganan telur yang dilakukan oleh para pedagang di pasar tradisional di Provinsi Jawa Barat tidak menyimpan telur dengan pendinginan. Semua peda
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Pedagang, Tempat Penjualan, dan Penanganan Telur Data kuesioner mencakup pendidikan pedagang, lama waktu, jenis pemasok, lama waktu telur di tempat penjualan, cara penanganan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing
4 TINJAUAN PUSTAKA Anatomi dan Fisiologi Ambing Kelenjar mamaria atau ambing pada sapi letaknya di daerah inguinal yang terdiri dari empat perempatan kuartir. Setiap kuartir memiliki satu puting, keempat
Lebih terperinci- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI
- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan pangan yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Susu sangat berperan sebagai asupan untuk kesehatan, kecerdasan dan pertumbuhan manusia.
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi
12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh dipping puting sapi perah yang terindikasi mastitis subklinis dengan rebusan daun kersen (Muntingia calabura L.) terhadap jumlah koloni Staphylococcus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah merupakan sapi yang dapat menghasilkan susu yang dimanfaatkan sebagai produk utama (Sutarto dan Sutarto, 1998). Produktivitas susu sapi perah dipengaruhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tercemar kapan dan dimana saja sepanjang penanganannya tidak memperhatikan
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bakteri Patogen dalam Susu Susu merupakan media pertumbuhan yang sangat baik bagi bakteri dan dapat menjadi sarana potensial bagi penyebaran bakteri patogen yang mudah tercemar
Lebih terperinciBAB XII PEMERAHAN TERNAK RIMINANSIA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XII PEMERAHAN TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA
Lebih terperinciKEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm
IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi CV. Anugrah Farm CV. Anugrah Farm terletak di Simpang Curug RT.02/04 Kampung Baru, Desa Curug, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi
Lebih terperinciEVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG
EVALUASI KONDISI PERKANDANGAN DAN TATALAKSANA PEMERAHAN PADA PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KPSBU LEMBANG EVALUATION OF HOUSING CONDITION AND MILKING PROCEDURES ON DAIRY FARMER GROUP IN KPSBU LEMBANG
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah
Lebih terperinciDEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
DEPARTEMEN PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2006 IX. PEMERAHAN DENGAN MESIN PERAH 1. Pemerahan dengan Mesin (Machine milking) Telah diketahui bahwa dituntut kebiasaan yang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Susu
TINJAUAN PUSTAKA Susu segar Susu adalah susu murni yang belum mendapat perlakuan apapun kecuali proses pendinginan tanpa mempengaruhi kemurniannya. Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi
Lebih terperincidisusun oleh: Willyan Djaja
disusun oleh: Willyan Djaja 28 I PENDAHULUAN Salah satu bagian dari lingkungan adalah tatalaksana pemeliharaan. Peternak sebaiknya memperhatikan cara pemeliharaan agar memperoleh hasil yang diinginkan.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan
Lebih terperinciIII OBJEK DAN METODE PENELITIAN. yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan
19 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan objek adalah peternak sapi perah yang tergabung pada TPK Cibodas yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang,
Lebih terperinciStudi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012
Studi Sanitasi Dan Pemeriksaan Angka Kuman Pada Usapan Peralatan Makan Di Rumah Makan Kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo Tahun 2012 Febriyani Bobihu, 811408025 Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan yang istimewa bagi manusia
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,
35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari
Lebih terperinci