BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013). Departemen Pendidkan Nasional menjelaskan dalam visinya bahwa kecerdasan mencakup cerdas intelektual, cerdas emosional dan cerdas spiritual (Renstra Kemdiknas ). Sedangkan kemandirian merupakan salah satu dari tugas perkembangan yang harus dicapai siswa. Kondisi kemandirian siswa SMA dewasa ini (Sarlito Wirawan, 2003) cukup memprihatinkan. Umumnya siswa ragu dan tidak tahu kemana mereka harus melanjutkan studi. Banyak siswa yang belum dapat menentukan pilihan karier dan pendidikan di masa depan. Sejumlah siswa merasa yakin memilih jurusan bisnis yang dianggap favorit juga tidak memiliki alasan yang rasional. Mereka umumnya hanya ikut-ikutan berdasarkan trend yang terjadi di kalangan remaja. Salah satu penyebabnya adalah pengembangan kemandirian di sekolah maupun keluarga belum optimal. Belum ada iklim yang kondusif dalam membangun kemandirian siswa SMA. Sekolah dengan layanan yang dilakukan selama ini belum memberikan alternatif yang dapat dipilih dan diambil keputusan sebagai bentuk pengembangan kemandirian. Kurikulum tingkat satuan pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi peserta didik agar lebih optimal. Sekolah dapat mengembangkan kurikulum sesuai dengan karakteristik kebutuhan dan potensi peserta didik, masyarakat, dan lingkungan. Realitas menunjukkan bahwa peserta didik memiliki karakteristik yang beragam. Masingmasing memiliki kebutuhan dan potensi yang berbeda. Dengan mudah kita temukan bahwa kecepatan belajar, potensi belajar, serta minat peserta didik terhadap mata pelajaran tidak sama. Padahal peserta didik akan lebih sukses jika belajar sesuai dengan potensi dan minatnya. Dengan demikian diperlukan pola penyelenggaraan pendidikan yang dapat secara optimal melayani realitas tersebut. Pola pembelajaran Sistem Kredit Semester (SKS) yang memberikan kebebasan peserta didik dalam memilih beban belajar dan mata pelajaran dipandang dapat melayani keragaman lebih luas dibanding dengan Sistem Paket. Peserta didik dapat memilih mata pelajaran dan beban belajar sesuai dengan minat, potensi, dan kebutuhan. Dengan demikian kondisi belajar diharapkan merupakan upaya sadar yang diawali sejak pemilihan beban belajar dan mata 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 1

2 pelajaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang dimiliki. Kebebasan memilih beban belajar dan mata pelajaran dapat mendorong kesadaran dan motivasi yang tinggi sehingga memungkinkan prestasi belajar tercapai lebih optimal. Peraturan Menteri Pedidikan dan Kebuadayaan Nomor 81A (lampiran IV tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran) Tahun 2013 menjelaskan konsep dan strategi penerapan sistem kredit semester (SKS) di SMP/MTs dan SMA/MA/SMK. Dalam lampiran tersebut dijelaskan tentang kebijakan, konsep, dan prinsip penyelenggaraan SKS di sekolah. Penjelasan lampiran pedoman tersebut masih bersifat umum sehingga sekolah masih banyak mengalami kendala, diantaranya dalam menentukan beban belajar, menyusun struktur kurikulum, menfasilitasi pilihan beban belajar dan mata pelajaran, serta menyusun jadwal pelajaran fleksibel dengan pola on/off untuk mata pelajaran tertentu. Di sisi lain sekolah belum mampu memfasiltasi keragaman peserta didik dalam hal kecepatan belajar sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan studi dalam waktu yang beragam. Oleh karena itu diperlukan penjelasan teknis lebih rinci yang dapat digunakan sekolah untuk melaksanakan SKS. Sebagai respon atas temuan dan masukan tersebut, Direktorat Pembinaan SMA perlu menyusun panduan teknis yang memuat mekanisme dan teknik pelaksanaan SKS di SMA. B. Landasan 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemernitah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Pendidikan Nasional; 3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; 4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tentang Standar Penilaian Pendidikan; 6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tentang Implementasi Kurikulum. C. Tujuan Secara umum panduan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mekanisme pelaksanaan SKS di SMA. Secara khusus, panduan ini bertujuan: 1. Memberikan penjelasan teknis persiapan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan SKS di SMA; 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 2

3 2. Memberikan penjelasan tahapan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan SKS di SMA; 3. Memberikan penjelasan model penilaian SKS di SMA; dan 4. Mendorong kesiapan SMA untuk melaksanakan SKS sebagai layanan inovasi pendidikan untuk meningkatan mutu lulusan. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup naskah panduan SKS di SMA mencakup: 1. mekanisme dan teknik persiapan penyelenggaran; 2. strategi dan teknik pelaksanaan; 3. evaluasi dan tindak lanjut. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 3

4 BAB II PENGERTIAN DAN KONSEP A. Sistem Kredit Semester Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada SKS dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri. Penerapan SKS dalam pengelolaan pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia merupakan suatu upaya inovatif untuk menambah kekayaan pengelolaan pembelajaran. Selama ini sistem pengelolaan pendidikan hanya menggunakan satu cara, yaitu Sistem Paket. Melalui penerapan SKS dimungkinkan peserta didik dapat menyelesaikan program pendidikan lebih cepat sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Penyelenggaraan SKS pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia merupakan suatu upaya inovatif untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada hakikatnya, SKS merupakan perwujudan dari amanat Pasal 12 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal tersebut mengamanatkan bahwa Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak, antara lain: (b) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya; dan (f) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan. B. Prinsip Penyelenggaraan Penyelenggaraan SKS di SMA mengacu pada prinsip sebagai berikut. 1. Peserta didik menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti pada setiap semester sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; 2. Peserta didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi dapat mempersingkat waktu penyelesaian studinya dari periode belajar yang ditentukan dengan tetap memperhatikan ketuntasan belajar; 3. Peserta didik didorong untuk memberdayakan diri sendiri dalam belajar secara mandiri; 4. Peserta didik dapat menentukan dan mengatur strategi belajar dengan lebih fleksibel; 5. Peserta didik memiliki kesempatan untuk memilih kelompok peminatan, lintas minat, dan pendalaman minat, serta mata pelajaran sesuai dengan potensinya; 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 4

5 6. Peserta didik dapat pindah ke sekolah lain yang sejenis dan telah menggunakan SKS dan semua kredit yang telah diambil dapat dipindahkan ke sekolah yang baru (transfer kredit); 7. Sekolah menyediakan sumber daya pendidikan yang lebih memadai secara teknis dan administratif; 8. Penjadwalan kegiatan pembelajaran diupayakan dapat memenuhi kebutuhan untuk pengembangan potensi peserta didik yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan; dan 9. Guru memfasilitasi kebutuhan akademik peserta didik sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. C. Beban Belajar dan Struktur Kurikulum Beban belajar merupakan ukuran yang menunjukkan kuantitas yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk mengikuti tugas-tugas pembelajaran dalam bentuk kegiatan tatap muka, kegiatan penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri dalam rangka mencapai kompetensi yang dituntut oleh mata pelajaran. Beban belajar menuntut konsekuensi siswa meluangkan waktu dan tenaga untuk melakukan kegiatan yang telah didesain dalam silabus mata pelajaran yang waktunya telah ditentukan. Beban belajar mata pelajaran dengan kredit besar menuntut lebih banyak perjuangan siswa dalam melakukan tugas pembelajaran. Beban belajar mata pelajaran dihitung untuk kegiatan tiap semester dan dinyatakan dalam sks. Beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik di SMA yaitu minimal 130 sks, yang dapat ditempuh paling cepat 2 tahun (4 semester) dan paling lama 5 tahun (10 semester). Komposisi beban belajar untuk peserta didik SMA terdiri atas kelompok A (wajib), Kelompok B (wajib), dan salah satu dari kelompok C (peminatan, lintas minat dan/atau pendalaman minat). Beban belajar 1 (satu) sks terdiri atas 1 (satu) jam pembelajaran tatap muka, 1 (satu) jam penugasan terstruktur, dan 1 (satu) jam kegiatan mandiri. Beban belajar sks untuk SMA ditetapkan bahwa setiap pembelajaran dengan beban belajar 1 sks pada SKS sama dengan beban belajar 1.88 jam pembelajaran pada Sistem Paket. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Beban belajar kegiatan tatap muka untuk SMA/MA berlangsung selama 45 menit. Kegiatan terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 5

6 Kegiatan mandiri adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai kompetensi dasar. Waktu penyelesaiannya diatur oleh peserta didik atas dasar kesepakatan dengan pendidik. Penetapan beban belajar terlebih dahulu memadukan semua komponen beban belajar, baik untuk Sistem Paket maupun untuk SKS, sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1: Penetapan Beban Belajar sks di SMA berdasarkan pada Sistem Paket Kegiatan Sistem Paket SKS Tatap muka 45 menit 45 menit Penugasan terstruktur 60% x 45 menit = 45 menit Kegiatan mandiri tidak terstruktur 27 menit 45 menit Jumlah 72 menit 135 menit Berdasarkan Tabel 1 dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa untuk menetapkan beban belajar 1 sks yaitu dengan rumus sebagai berikut. 135 IP 1,88 jam pelajaran 72 Berdasarkan uraian di atas, penetapan beban belajar berpedoman pada perhitungan kesetaraan pada Sistem Paket dan SKS, yaitu 1 sks setara dengan 1,88 2 jam pelajaran, oleh sebab itu beban belajar tiap mata pelajaran dapat dihitung seluruh mata pelajaran kelompok A, kelompok B, dan kelompok C dengan jumlah minimal 130 sks.. Struktur kurikulum memuat beban belajar dan mata pelajaran kelompok A, kelompok B, dan kelompok C. Berdasarkan kesetaraan SKS dan paket bahwa 1 sks setara dengan 1,88 2 jam pelajaran, maka beban belajar mata pelajaran pada struktur kurikulum tersaji sebagai berikut. Tabel 2. Beban Belajar Mata Pelajaran Wajib No Mata Pelajaran KELOMPOK A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jml Jam 2 semester/ Kelas X XI XII Jml Total Jml sks Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Ingris , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 6

7 No KELOMPOK B Mata Pelajaran Jml Jam 2 semester/ Kelas X XI XII Jml Total Jml sks Seni Budaya (termasuk Mulok) Prakarya dan Kewirausahaan (termasuk Mulok) Penjas Orkes (termasuk Mulok) Seni Budaya (termasuk Mulok) Jumlah beban belajar (sks) wajib A dan B 72 Tabel 3. Beban Belajar Mata Pelajaran Peminatan (Kelompok C) Jml Jam 2 semester/ Jml No Mata Pelajaran Kelas Jml sks Total X XI XII KELOMPOK A 1 Matematika Fisika Kimia Biologi Lintas Minat Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPA 58 KELOMPOK B 1 Sejarah Ekonomi Sosiologi Geografi Lintas Minat Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPS 58 KELOMPOK C 1 Antropologi Bahasa dan Sastra Indonesia Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Asing Lintas Minat Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan Bahasa , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 7

8 D. Serial Mata Pelajaran Serial mata pelajaran adalah pengaturan mata pelajaran yang semula harus ditempuh selama tiga tahun yang tersusun dalam enem semester ditata ulang menjadi hanya empat seri. Tujuannya adalah untuk mengakomodasi kecepatan belajar peserta didik yang beragam dan dapat menyelesaikan seluruh beban belajar dan mata pelajaran paling cepat dua tahun (4 semester). Oleh karena itu mata pelajaran disusun sedemikian rupa sehingga maksimal terdiri atas empat seri. E. Pembelajaran Proses pembelajaran secara umum mengacu pada standar proses kurikulum 2013, yaitu diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antarmata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik dalam menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning). Secara khusus, pada SKS layanan pembelajaran memiliki karakteristik sebagai berikut. 1. Pemilihan beban belajar Dalam SKS peserta didik memilih beban belajar dan mata pelajaran pada setiap semester. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan beban belajar adalah sebagai berikut: a. Fleksibilitas dalam SKS yaitu peserta didik diberi keleluasaan untuk menentukan beban belajar pada setiap semester; 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 8

9 b. Pengambilan beban belajar oleh peserta didik didampingi oleh Pembimbing Akademik; c. Pengambilan beban belajar (jumlah sks) pada semester 1 sesuai dengan prestasi yang dicapai pada satuan pendidikan sebelumnya atau hasil tes seleksi masuk dan/atau penempatan peserta didik baru; d. Pengambilan beban belajar (jumlah sks) semester berikutnya ditentukan berdasarkan Indeks Prestasi (IP) yang diperoleh pada semester sebelumnya; dan e. Peserta didik wajib menyelesaikan mata pelajaran yang tertuang dalam Struktur Kurikulum mencakup mata pelajaran kelompok A (wajib), kelompok B (wajib, dan kelompok C (peminatan dan lintas minat/pendalaman minat) 2. Penjadwalan On/Off Layanan SKS memungkinkan peserta didik memilih mata pelajaran pada semester tertentu serta tidak memilihnya pada semester lain. Satuan pendidikan dapat mengatur penyajian mata pelajaran secara tuntas dengan prinsip on and off, yaitu suatu mata pelajaran bisa diberikan hanya pada semester tertentu dengan mempertimbangkan ketuntasan kompetensi pada setiap semester. 4. Peta Jalan (Roadmap) Pembelajaran Penyajian mata pelajaran dengan penjadwalan On/Off berdampak pada distribusi guru yang tidak merata jika didasarkan pada pilihan peserta didik semata. Oleh karena itu perlu dibuat distribusi on/off mata pelajaran tiap semester yang disusun sedemikian rupa sehingga program pembelajaran normal enam semester. Distribusi dibuat dalam bentuk peta jalan (roadmap) untuk mengakomodasi kecepatan belajar peserta didik rata-rata (enam semester), dan lebih cepat (4 atau 5 semester). Penyusunan roadmap pembelajaran bertujuan untuk menyajikan pilihan on/off bagi peserta didik dan mengakomodasi beban mengajar 24 jam bagi guru. F. Penilaian Secara umum penilaian mengacu pada standar penilaian Kurikulum 2013, yaitu dilakukan dalam bentuk penilaian autentik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman dan jurnal. Penilaian pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Sedangkan penilaian keterampilan dilakukan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 9

10 Penilaian melalui tes tertulis dilakukan melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulamgan akhir semester untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar (KD) dari kompetensi inti (KI) 3. G. Indeks Prestasi Indeks prestasi (IP) merupakan gabungan hasil penilaian kompetensi KD dari KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (Keterampilan) dari seluruh mata pelajaran yang diikuti tiap semester. Indeks prestasi menggunakan skala maksimal 4, jika dilakukan konversi maka dapat digunakan tabel berikut ini. INTERVAL PREDIKAT INDEKS PRESTASI 3.66 x 4.00 A x 3.66 A x 3.33 B x 3.00 B x 2.66 B x 2.33 C x 2.00 C x 1.66 C x 1.33 D x 1.00 D 1.00 Penghitungan IP tiap semester merupakan rata-rata dari gabungan hasil penilaian kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan yang dihitung dengan rumus sebagai berikut. ( N i xbi ) IP B i Keterangan: IP : Indeks Prestasi N i : Nilai tiap mata pelajaran B i : Beban belajar tiap mata pelajaran (sks) 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 10

11 H. Ketutasan Belajar Ketuntasan belajar menunjukan tingkat ketercapaian kompetensi peserta didik mengikuti pembelajaran yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peserta didik dinyatakan tuntas pada suatu mata pelajaran apabila memperoleh nilai Baik pada aspek sikap dan indeks prestasi minimal 2,66.. Ketuntasan belajar secara keseluruhan pada akhir masa studi. Jika peserta didik menyelesaikan seluruh mata pelajaran (kelompok A, B, dan C) dengan beban belajar minimal 130 sks dan memperoleh indeks prestasi kumulatif (IPK) minimal 2,66. I. Remedial dan Semeser Pendek Peserta didik yang belum tuntas pada KD tertentu berhak mengikuti remedial sehingga mencapai batas ketuntasan minimal. Remedial dilakukan sepanjang semester dengan cara melakukan perbaikan pembelajaran dan diikuti dengan penilaian yang relevan. Peserta didik yang tidak tuntas sampai akhir semester dapat mengikuti kegiatan semester pendek setelah menerima laporan akhir semester sampai mencapai batas ketuntas minimal. Semester pendek dilakukan melalui pembelajaran untuk memperbaiki nilai pada mata pelajaran yang tidak tuntas dalam jangka waktu tertentu. Semester pendek dilakukan pada libur akhir semester menjelang semester baru, atau pada hari belajar setelah jadwal pelajaran selesai. J. Kelulusan Peserta didik dinyatakan lulus apabila: 1. Menyelesaikan beban belajar minimal 130 sks mencakup minimal 72 sks pada mata pelajaran kelompok A dan B, minimal 58 sks pada mata pelajaran kelompok C, serta memperoleh IPK minimal 2,66; 2. Memperoleh nilai baik pada penilaian sikap; 3. Lulus ujian sekolah (US); dan 4. Lulus ujian nasional (UN). K. Moving Class Pelaksanaan SKS sering dikaitkan dengan pelaksanaan pola belajar berbasis mata pelajaran di mana kelas didesain sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Akibat penerapan pola ini, peserta didik akan berpindah dari satu ruang kelas ke ruang kelas lain sesuai dengan jadwal mata pelajaran. Dengan kondisi siswa yang sering bergerak untuk berpindah ruangan, maka hal tersebut dikenal dengan sebutan moving classroom (Pindah Kelas). Moving class adalah manajemen kelas berbasis mata pelajaran atau sebuah pola pembelajaran yang bercirikan kelas berkarakter mata pelajaran. Dengan moving class, pada saat pergantian 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 11

12 mata pelajaran, peserta didik akan berpindah menuju ruang kelas lain sesuai mata pelajaran yang dijadwalkan. Moving class bukan merupakan persyaratan mutlak bagi pelakasanaan SKS di SMA. Pola ini dapat mendorong kultur lebih kuat pada pelaksanaan SKS karena dipandang ada kesamaan karakter dimana peserta didik akan memilih mata pelajaran yang dimungkinkan berbeda dari teman seangkatannya. Perbedaan pilihan mata pelajaran tersebut memungkinkan pergerakan siswa dari satu kelas ke kelas lain. Prinsip penyelenggaraan moving class di SMA sebagai berikut. 1. Pembagian dan pengelolaan ruang kelas berdasarkan mata pelajaran. 2. Pada pelaksanaannya bersinergi dengan keseluruhan sistem yang dilaksanakan Satuan Pendidikan. 3. Jadwal pelajaran disusun berdasarkan mata pelajaran dengan memperhatikan ruang mata pelajaran. 4. Pembelajaran berpusat pada peserta didik. 5. Pengelolaan kelas sesuai karakter mata pelajaran. 6. Ruang kelas ditandai dengan nama mata pelajaran, misalnya Bahasa Inggris 1, Bahasa Inggris 2, atau Kimia. Moving class memiliki beberapa manfaat sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran lebih efektif. 2. Pendidik lebih leluasa mengembangkan proses pembelajaran dalam menggunakan berbagai metode seperti demonstrasi, penggunaan alat peraga, dan lain-lain. 3. Ruang kelas didesain sesuai dengan karakter mata pelajaran. 4. Ruang belajar membawa suasana khas sehingga peserta didik lebih fokus pada kompetensi yang dipelajari. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 12

13 BAB III STSRATEGI DAN IMPLEMENTASI A. Persiapan Penyelenggaraan Pelaksanaan atau penyelenggaraan SKS dilakukan secara bertahap dengan strategi phasing in/out dimulai tahun pertama. Sehingga penerapan SKS dimulai kelas X, sedangkan kelas XI dan XII menggunakan Sistem Paket. Pada tahun kedua, terdapat dua angkatan yang menerapkan SKS, dan pada tahun ketiga seluruh angkatan menerapkan SKS. Pada tahap awal penyelenggaraan SKS, satuan pendidikan. 1. Menyusun KTSP yang memuat struktur kurikulum dengan Sistem Paket dan SKS yang telah ditandatangani Dinas Pendidikan Provinsi. 2. Menyusun perangkat pembelajaran (Silabus dan RPP) SKS sesuai dengan serial mata pelajaran, minimal untuk tahun pertama. 3. Merancang jadwal mata pelajaran dan jadwal konsultasi Pembimbing Akademik (PA) dan Konselor/BK. 4. Mendapat izin tertulis dari Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Provinsi. Izin tersebut kemudian dilaporkan kepada Direktorat PSMA. 5. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan orangtua. Mekanisme persiapan disajikan pada skema berikut ini Deskripsi Kegiatan Tahapan Kepala Sekolah Tim Pelaksana Kurikulum Guru PA/BK Out Put Persiapan o Sosialisasi internal o Membentuk Tim Pelaksana o Mengajuka n ijin kepada Dinas Pendidikan o Membuat jadwal kegiatan o Membuat draft dokumen o Merancang sistem aplikasi pendukung o Merancang struktur kurikulum dan peta pembelajara n untuk 6 semester o Merevisi draft dokumen o Menyusun KI-KD serial mata pelajaran o Merancang Silabus dan RPP o Merancang program layanan o Merancang program konsultasi Dokumen KTSP dan Ijin Pelaksanaan 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 13

14 Deskripsi Kegiatan Tahapan Kepala Sekolah Tim Pelaksana Kurikulum Guru PA/BK Out Put Awal Pelaksanaan o Sosialisasi eksternal kepada masyarakat o Menetapka n tugas guru, PA, dan BK kelas X o Menghimpu n dokumen perangkat pembelajara n dan penilaian o Pembagian tugas guru/pa/bk o Menyusun peta pembelajara n enam semester o Menyusun jadwal pelajaran o Menyiapkan perangkat pembelajaran dan penilaian o Meningkatka n pemahaman pembelajaran SKS o Menyiapkan perangkat layanan dan konsultasi bimbingan o Dukungan warga sekolah dan publik o Kelengkapa n dokumen perangkat pembelajar an dan penilaian Pelaksanaan o Mengontrol dan mengevalua si pelaksanaa n o Memotivasi dan mengispiras i warga sekolah o Menjamin pelaksanaan pembelajara n dan penilaian o Menjamin penjadwalan dan pembagian tugas mengajar o o Melaksanaka n pembelajaran o Melakukan penilaian o Menganalisis hasil belajar o Melaksanaka n tindak lanjut hasil analisis o Melaporkan penilaian kompetensi peserta didik o Melaksanaka n layanan dan bimbingan o Menganalisis hasil layanan dan bimbingan o Menindaklanjuti hasil analisis o Melaporkan hasil layanan dan bimbingan Efektifitas pelaksanaan 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 14

15 1. Permohonan Ijin Penyelenggaraan Ijin pelaksanaan SKS diajukan kepada kepala Dinas Pendidikan Provinsi setelah dilakukan verifikasi terhadap dokumen-dokumen oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota kemudian mendapat rekomendasi. Untuk memperoleh verifikasi dan rekomendasi tersebut SMA pelaksana SKS perlu menyiapkan dokumen KTSP yang memuat struktur kurikulum ganda (paket dan SKS), roadmap pembelajaran, dan rancangan distribusi pembagian tugas mengajar guru. Ijin pelaksanaan dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi setelah dilakukan validasi terhadap dokumen-dokumen tersebut. 2. Penyusunan Serial Mata Pelajaran Penyusunan serial mata pelajaran merupakan bagian penting dalam menyiapkan KTSP yang tertuang pada struktur kurikulum dan beban belajar. Penyusunan serial mengacu pada kompetensi dasar dari KI-3 (pengetahuan) dan KI-4 (keterampilan). Pada dua spek ini (pengetahuan dan keterampilan) memiliki gradasi bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan fisik dan mental peserta didik. Dengan penyusunan serial, maka nomenklatur mata pelajaran dilengkapi dengan nomor seri, seperti Matematika 1, Matematika 2, dan seterusnya. Penyusunan serial mata pelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. a. Jumlah seri maksimal adalah 4 (empat) agar dapat mengakomodasi kemungkinan peserta didik menyelesaikan pembelajaran selama empat semester; b. Kompetensi inti disusun dengan gradasi bertahap sesuai Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013; c. Pengurutan KD dari KI-3 dan KI-4 mengacu pada urutan KD sesuai Permendikbud Nomor 69 Tahun 2013; d. Beban belajar dinyatakan pada setiap seri mata pelajaran; e. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan sesuai urutan serial, artinya dimulai dari seri 1, seri 2, dan seterusnya. Peserta didik yang mengambil mata pelajaran Bahasa Inggris 2 disyaratkan telah mengikuti mata pelajaran bahasa Inggris , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 15

16 Contoh serial mata pelajaran dan beban belajar. NO MATA PELAJARAN Seri ke.. JML sks KELOMPOK A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Ingris KELOMPOK B 7 Seni Budaya Prakarya dan Kewirausahaan Penjas Orkes NO Jumlah beban belajar (sks) kelompok A dan B (wajib) MATA PELAJARAN Seri ke KELOMPOK PEMINATAN IPA 1 Matematika IPA Fisika Kimia Biologi Lintas Minat* 14 Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPA 58 KELOMPOK PEMINATAN IPS 1 Sejarah Ekonomi Sosiologi Geografi Lintas Minat* 14 Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan IPS 58 KELOMPOK PEMINATAN BAHASA 1 Antropologi Bahasa dan Sastra Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Asing Lintas Minat* 14 Jumlah beban belajar Kelompok Peminatan Bahasa 58 *) Beban belajar mata pelajaran lintas minat bergantung pada pilihan peserta didik dengan jumlah minimal 14 sks. 72 JML sks 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 16

17 3. Pemetaan KD dan KI Serial Mata Pelajaran Konsekuensi dari penyusunan serial mata pelajaran adalah memetakan KI dan KD yang semula tersusun atas tingkatan kelas X, XI, dan XII menjadi KI dan KD yang tersusun menjadi serial mata pelajaran. Penyusunan KI dan KD mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: tingkat perkembangan fisik dan mental peserta didik; hierarki kompetensi inti dan kompetensi dasar; relevansi dan kontinuitas materi pelajaran dan antarmata pelajaran; dan kemudahan dalam keterpakaian. Penyusunan KI dan KD serial mata pelajaran dilakukan dengan cara mengurutkan KD sesuai serial dan beban belajar (sks) setiap seri dengan mengacu pada kesetaraan. Satu sks setara dengan 1,88 2 jam pelajaran. Berikut ini contoh ilustrasi konversi serial mata pelajaran. Tabel 8. Contoh Konversi Serial Mata Pelajaran Mata Pelajaran PPKn, Sejarah Indonesia, Seni Budaya, atau Bhasa Inggris Bahasa Indonesia atau Matematika Fisika, Ekonomi, Bahasa Arab, atau Bahasa dan Sastra Indonesia Alokasi (JP) tiap Semester Serial MP (sks) X XI XII , 2 2, 2 2, , 4 4, 4 4, , 3 4, 4 4, Keterangan o Seri 1 memuat KI-KD Kelas X o Seri 2 memuat KI-KD Kelas XI o Seri 3 memuat KI-KD Kelas XII o Seri 1 memuat KI-KD kelas X semester 1 dan sebagian semester 2 o Seri 2 memuat KI-KD dari sebagian semester 2 kelas X dan semester 1 kelas XI o Seri 3 memuat KI-KD kelas XI semester 2 dan sebagian semester 1 Kelas XII o Seri 4 memuat sebagian KI- KD kelas XII semester 1 dan KI-KD semester 2 Kelas XII o Seri 1 memuat KI-KD kelas X o Seri 2 dan 3 memuat KI-KD dari semester 1 dan 2 kelas XI dan semester 1 kelas XII o Seri 4 memuat KI-KD semester 2 kelas XII Selanjutnya KI dan KD yang sudah tersusun dalam serial mata pelajaran dijadikan dokumen KTSP serta acuan dalam mengembangkan Silabus dan RPP. Contoh hasil rekonstruksi KI-KD serial mata pelajaran tersaji pada lampiran. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 17

18 4. Penyusunan Roadmap Pembelajaran Penyusunan roadmap pembelajaran bertujuan untuk menyajikan pilihan on/off bagi peserta didik dan mengakomodasi beban mengajar 24 jam bagi guru. Penyusunan roadmap pembelajaran dilakukan dengan langkah sebagai berikut. a. Lakukan inventarisasi jumlah seluruh rombongan belajar kelas X yang diterima melalui PPDB, jumlah rombongan belajar tiap peminatan, dan jumlah rombongan kelas XI dan XII beserta penjurusan/peminatan yang ada. b. Setiap peminatan dibagi dalam beberapa kelompok pilihan dengan jumlah relatif sama. Misalnya, SMA HARAPAN menerima 8 rombongan belajar kelas X, masing-masing terdiri dari 4 kelas peminatan MIA dan 4 kelas peminatan IIS. Dari kelompok MIA dibagi menjadi dua kelompok pilihan MIA yaitu pilihan 1 kelas A dan B, dan pilihan 2 kelas C dan D. Begitu pula pada peminatan IIS, masing-masing pilihan 3 kelas E dan F, dan pilihan 4 kelas G dan H. c. Selanjutnya disusun peta jalan dalam tabel yang dilengkapi jumlah sks atau jam pelajaran untuk semester ganjil (1, 3, dan 5) dan semester genap (2, 4, dan 6). Dalam mengisi On/Off mata pelajaran perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut. (1) Prioritas utama rancangan adalah untuk mata pelajaran yang diujikan pada UN. Mata pelajaran ini disusun sedemikian rupa dengan seri terakhir paling lambat ada di semester 5. Hal ini dilakukan agar pada semester 6, peserta didik tidak lagi memiliki beban untuk mengikuti pembelajaran dan penilaian pada mata pelajaran tersebut melainkan lebih fokus pada persiapan UN. Maksudnya adalah semua mata pelajaran UN di semester 6 diberikan dalam bentuk pendalaman materi. (2) Pengaturan dilakukan sedemikian rupa sehingga mata pelajaran on pada semester tertentu pada pilihan 1 dan 3 maka pada pilihan 2 dan 4 dirancang menjadi off dan sebaliknya. (3) Penjumlahan jam pelajaran dan/atau sks setiap mata pelajaran digabungkan dengan kelas XI dan XII yang masih menggunakan sistem paket. (4) Dalam praktiknya jumlah jam pelajaran atau sks semester ganjil dan genap tidak selalu sama. Oleh karena itu peta jalan akan bersifat fleksibel penggunaannya. d. Peta jalan ini juga menyediakan pilihan bagi peserta didik khusus yang dapat menyelesaikan pembelajaran dalam jangka waktu 2 tahun (4 semester). Dengana acuan peta jalan yang dibuat, peserta didik diperbolehkan mengambil beban belajar dan mata pelajaran dengan prioritas pada mata pelajaran non UN. Contoh Roadmap disajikan pada lampiran. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 18

19 5. Pemberdayaan PA dan BK Pembimbing Akademik (PA) dan Bimbingan Konseling (BK) merupakan tenaga pendidik yang memegang peranan penting dalam pelaksanaan SKS. PA dan BK melayani konsultasi peserta didik dalam rangka mendorong optimalisasi potensi dan prestasi belajar di sekolah. PA adalah guru yang diberi tugas untuk membimbing perkembangan prestasi akademik peserta didik sampai akhir masa studinya. PA membimbing peserta didik maksimal 20 orang dengan tugas sebagai berikut: a. Memantau dan melakukan analisis terhadap data potensi, kebutuhan, minat, dan prestasi yang diperoleh dari Konselor/BK, serta memberikan rekomendasi konstruktif selama mengikuti pendidikan di sekolah agar potensi akademik peserta didik berkembang secara maksimal; b. Membimbing siswa pada saat pengisian kartu rencana studi (KRS), pemilihan jurusan, pembagian laporan capaian kompetensi (LCK), dan/ atau melaksanakan konsultasi akademik; c. Mengelola hasil penilaian akhlak mulia dan kepribadian berdasarkan hasil penilaian dari guru mata pelajaran pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan dan masukan guru mata pelajaran lainnya; d. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orangtua, Konselor/BK, dan guru mata pelajaran. Konselor/BK adalah pendidik profesional yang bertugas memberikan pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan formal; Konselor/BK memberikan bimbingan dan konsultasi pada peserta didik (konseli) agar mampu mengembangkan potensi dan mandiri dalam mengambil keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Dalam pelaksanaan SKS, Konselor/BK membimbing siswa dengan jumlah minimal 150 orang selama masa studi dengan tugas sebagai berikut: a. Memantau, menghimpun dan mendokumentasi data, serta melakukan analisis potensi, kebutuhan, minat, dan prestasi peserta didik; b. Memantau, mendeteksi, dan memberikan rekomendasi konstruktif agar peserta didik mampu mencapai tugas perkembangannya melalui kegiatan pengembangan diri di sekolah termasuk peserta didik yang membutuhkan layanan khusus; c. Memberikan bimbingan siswa pada saat kegiatan layanan dan kosultasi kelompok sesuai jadwal layanan, serta layanan individu sesuai dengan kebutuhan peserta didik; dan d. Melaporkan hasil penilaian kegiatan pengembangan diri tiap semester; e. Menjalin komunikasi dan kerjasama dengan orang tua, PA, dan guru mata peajaran. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 19

20 6. Penyusunan Perangkat Pembelajaran Tahapan persiapan yang perlu dilakukan penyesuian adalah perangkat pembelajaran, yaitu Silabus, Program Semester, dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyesuaian diperlukan karena paradigma tahunan yang biasanya dilakukan pada sistem paket harus disesuaikan dengan paradigma semesteran pada SKS. a. Silabus yang semula dirancang untuk kelas X, XI, dan XII perlu direkonstruksi sesuai dengan serial mata pelajaran. Rekonstruksi silabus dilakukan dengan cara memotong dan/atau menggabungkan kompetensi dan materi pokok sesuai dengan hasil pemetaan KD-KI yang disusun pada serial mata pelajaran. b. Program semester dirancang untuk satu semester dan dapat digunakan pada semester ganjil atau genap. Dengan demikian pada SKS tidak diperlukan program tahunan, karena acuan program pembelajaran adalah semesteran. Penghitungan alokasi waktu pada program semester mengacu pada ketentuan sebagai berikut. (1) Satu semester sekurang-kurangnya terdiri dari 18 minggu dengan rincian 16 minggu efektif pembelajaran dan 2 minggu untuk kegiatan UTS dan UAS. (2) UTS dilaksanakan pada minggu ke 9 dan UAS dilaksanakan pada minggu ke 18. (3) Alokasi waktu satu semester disesuaikan dengan beban belajar, yaitu untuk setiap sks setara dengan 2 jam pelajaran (JP). Perhatikan tabel berikut ini. Beban Belajar Alokasi per Minggu Alokasi per Semester 1 sks 2 JP 32 JP 2 sks 4 JP 64 JP 3 sks 6 JP 96 JP 4 sks 8 JP 128 JP (4) Kelebihan alokasi yang tersedia sesuai dengan kalender akademik dijadikan sebagai alokasi cadangan. c. Secara umum mekasisme, prosedur, dan teknik penyusunan RPP mengacu pada ketentuan Permendikbud Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum Namun demikian RPP perlu direvisi dan disesuaikan dengan alokasi waktu sesuai dengan program semester. Revisi yang diperlukan antara lain adalah: (1) Alokasi waktu pertemuan sesuai dengan jadwal pelajaran; (2) Perlu dilengkapi dengan kegiatan penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri; (3) Disarankan bahwa untuk mata pelajaran dengan beban 2 sks dirancang satu minggu untuk satu 4 JP. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 20

21 7. Persiapan Sarana Pendukung Pelaksanaan SKS di SMA memerlukan sarana pendukung sebagai upaya memaksimalkan pencapaian peningkatan mutu layanan. Sarana pendukung yang sebaiknya disiapkan antara lain: a. Program aplikasi untuk sistem administrasi penilaian. Beberapa hal yang mendorong pentingnya program aplikasi ini antara lain: (1) Dalam kelas paralel terjadi perbedaan beban belajar dan mata pelajaran dalam tiap semester; (2) Membantu tugas PA dan BK dalam mengontrol dan membimbing pseserta didik melalui data yang tersimpan dalam program tersebut; (3) Memudahkan data penilaian untuk mencetak laporan akhir semester dan laporan kumulatif setiap akhir semester; (4) Jika dimungkinkan dapat difasilitasi pengisian KRS (kartu rencana studi) digital melalui website sekolah. b. Bahan ajar mandiri yang dikembangkan sesuai dengan serial mata pelajaran termasuk yang tersedia dalam bentuk digital dan mudah diakses. Hal ini untuk mendorong kemandirian belajar peserta didik untuk mencapai keberhasilan belajarnya. c. Fasilitas dan waktu belajar yang fleksibel yang memberi layanan belajar lebih luas bagi peserta didik tertentu dengan kemampuan dan semangat belajar yang tinggi. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 21

22 B. Pelaksanaan Setelah memperoleh ijin pelaksanaan dari Dinas Pendidikan Provisni dan melaksankan sosialisasi kepada masyarakat, pelaksanaan SKS dimulai dari kelas X untuk tahun pertama. Peserta didik yang diterima melalui kegiatan PPDB (penerimaan peserta didik baru) sudah diklasifikasi sesuai dengan daya tampung peminatan di sekolah tersebut. Selanjutnya sesuai dengan roadmap pembelajaran yang sudah disusun maka perlu dilakukan beberapa tahapan langkah sebagai berikut. 1. Penugasan Guru Mata Pelajaran Penugasan guru mata pelajaran di kelas X perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. a. Memiliki kemampuan terbaik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dengan demikian pada tahun ke dua, guru yang ditugaskan dapat menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah ada dengan perbaikan dan penyesuaian yang diperlukan. b. Memiliki persiapan terbaik sebagai pembimbing, pembina, dan pemberi motivasi kepada peserta didik. c. Memiliki budaya belajar terbaik untuk terus berkembang dan integratis terbaik dalam menjalankan tugas. Penugasan guru mata pelajaran pada tahap awal menjadi langkah strategis dan faktor yang kuat pengaruhnya pada keberhasilan pelaksanaan SKS. 2. Penyusunan Jadwal Mata Pelajaran Jadwal mata pelajaan di tahun pertama memuat dua pola, yaitu pola homogen dan pola on/off. Pola homogen berlaku untuk kelas XI dan XII dengan mata pelajaran muncul di semua kelas. Sedangkan pola on/off berlaku untuk kelas X di mana sebagian mata pelajaran on atau off di kelas tertentu sesuai dengan roadmap pembelajaran yang telah disusun. Jadwal mata pelajaran kelas XI dan XII umumnya berlaku untuk satu tahun, sedangkan untuk kelas X hanya berlaku untuk satu semester. Jadwal kelas X di semester dua dan seterusnya mengikuti on/off pada roadmap pembelajaran dengan penyesuaian tambahan kelas/ mata pelajaran tertentu sebagai konsekuensi pengisian KRS. Mata pelajaran tambahan muncul karena peserta didik dengan IPK tertentu dapat mengambil beban belajar lebih dari 24 sks. 3. Pelaksanaan Layanan Konsultasi PA dan BK Pembimbing Akademik dan BK memberikan layanan bimbingan sesuai dengan tugas dan fungsinya serta bekerjasama untuk melayani peserta didik sampai lulus. PA bertugas membimbing maksimal 20 orang peserta didik sedangkan BK membimbing 150 orang peserta didik. Dengan demikian satu orang PA berpartner dengan 8 orang PA membimbing peserta didik sampai lulus. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 22

23 Layanan konsultasi PA dan BK dirancang dalam bentuk individu dan/ atau kelompok. Layanan individu disesuaikan dengan kebutuhuan peserta didik, sedangkan layanan kelompok dilaksanakan sesuai dengan rencana yang disusun dalam jadwal konsultasi/ layanan. Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan layanan, PA dan BK harus mengisi jurnal kegiatan layanan. Contoh jadwal kegiatan dan jurnal layanan PA dan BK tersaji pada lampiran. 4. Pelaksanaan UTS dan UAS UTS dan UAS dilaksanakan dalam jadwal semester yang tetap, yaitu UTS pada minggu ke 9 dan UAS pada minggu ke 18. Pada tahun pertama penyusunan jadwal UTS dan UAS memiliki dua pola, yaitu pola homogen bagi kelas XI dan XII dan pola on/off bagi kelas X. Bagi peserta didik kelas Xi dan XII harus mengikuti semua mata pelajaran yang tercantum dalam jadwal UTS/UAS setiap hari. Sedangkan peserta didik kelas X akan mengikuti mata pelajaran yang diikuti sesuai beban mata pelajaran yang diambil pada semester tersebut. Dengan demikian peserta didik kelas X dimungkinkan mengalami pergeseran ruang pada mata pelajaran atau hari tertentu. Sekolah pelaksana SKS dapat mendesain pengaturan bahwa instrument UTS/UAS disusun dalam bentuk pilihan ganda (PG) untuk memudahkan rekapitulasi data hasil. Begitu pula teknik pelaksanaan melalui media internet (papperles test) pada waktu dan hari tertentu dengan jaminan keautentikan yang terkotrol dengan baik. Dengan demikian dapat segera dianalisis hasilnya dan ditindaklanjuti untuk pertimbangan penilaian, perbaikan, dan penyempurnaan. Contoh jadwal UTS/UAS tersaji pada lampiran. 5. Penyusunan Laporan Capaian Kompetensi Laporan Capaian Kompetensi di akhir semester mengacu pada Surat Edaran Dirjen Pendidikan Menengah Nomor 717 Tahun 2013 dengan tambahan lembaran khusus, memuat indeks prestasi semester dan/ atau indeks prestasi kumulatif. Laporan Capaian Kompetensi diharapkan memenuhi minimal dua kriteria, yaitu representatif (menggambarkan karakter penilaian autentik pada aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai kurikulum 2013) dan user frendly (kemudahan pengguna dalam memanfaatkannya). Oleh karena itu selain tersaji nilai pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara rinci dan terpisah dibolehkan untuk menyajikan nilai kesatuan kedua aspek tersebut dalam satu nilai indeks prestasi. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 23

24 Berikut ini contoh lembaran khusus pada laporan hasil belajar pada SMA pelaksana SKS No Mata Pelajaran sks Pengetahuan Keterampilan Sikap N (B) Nilai Pred Nilai Pred MP B x N 1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 1 3 4,00 A 3,66 A- 3,83 SB 11,49 2. PPKn 1 2 3,00 B 2,66 B- 2,83 C 5,66 3. Bahasa Indonesia 2 3 2,66 B- 2,66 B- 2,66 B 10,64 4. Matematika 2 3 4,00 A 3,66 A- 3,83 SB 15,32 5. Fisika 2 3 3,33 B+ 2,33 C+ 2,83 B 5,66 Dan seterusnya Jumlah 24 81,84 Indeks Prestasi (IP) Semester = 81,84 24 = 3, 41 Indeks Prestasi (IP) atau Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) digunakan sebagai salah satu acuan yang digunakan peserta didik untuk mengikuti/memilih beban mata pelajaran di semester 2 dan seterusnya. (1) IP < 2.66 dapat mengambil maksimal 24 sks. (2) IP dapat mengambil maksimal 28 sks. (3) IP dapat mengambil maksimal 32 sks. (4) IP > 3.65 dapat mengambil maksimal 36 sks. Nilai kompetensi sikap paling rendah B. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 24

25 6. Pelaksanaan Kegiatan Semester Pendek Kegiatan semester pendek (SP) mulai dilaksanakan setelah pembagian rapor semester. Kegiatan semester pendek diberikan kepada peserta didik yang belum lulus untuk memperbaiki nilai mencapai batas minimal ketuntasan/kelulusan. Kegiatan semester pendek dapat dilaksanakan pada libur akhir semester, hari sabtu (bagi sekolah dengan 5 hari belajar), atau pada sore hari setelah jadwal pelajaran selesai. Kegiatan ini dikoordinasi oleh bagian kurikulum dengan jadwal kegiatan serta guru-guru yang diberi tugas. Proses pelaksanaan semester pendek dilakukan dengan langkah sebagai berikut. a. PA mengidentifikasi peserta didik bimbingannya yang harus mengikuti semester pendek dan melaporkan kepada wakil bidang akademik; b. Peserta didik mendaftar keikutsertaan pada kegiatan semester pendek; c. Bagian kurikulum merekap dan merekomendasikan mata pelajaran yang akan dijadwalkan serta jumlah peserta didik yang mendaftar; d. Dari rekap pendaftar kegiatan semester pendek, bagian kurikulum mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan guru untuk melaksanakan kegiatan; e. Merekomendasikan guru yang akan ditugaskan; f. Kepala sekolah menugaskan guru yang mengajar semester pendek; g. Bagian kurikulum mengotrol dan melaporkan hasil semester pendek. Laporan hasil semester pendek juga diberikan kepada PA yang terkait. Laporan ke PA merupakan bagian penting untuk secara bersama memantau kemajuan hasil belajar pseserta didik; h. Pada akhir semester, hasil penilaian semester pendek akan merevisi mata pelajaran yang tidak lulus pada semester sebelumnya. 7. Pelaksanaan Rapat Akhir Semester Rapat akhir semester merupakan kegiatan rutin untuk mengevaluasi hasil belajar dan pelaksanaan SKS. Kegiatan ini mirip seperti rapat akhir tahun bagi sekolah paket yang membahas keberhasilan dan hambatan selama satu tahun, termasuk masalah kenaikan kelas. Sekolah pelaksana SKS perlu melakukan rapat akhir semester yang membahas masalah kelulusan peserta didik pada tiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler dan tidak lagi membahas masalah kenaikan kelas. Beberapa masalah yang diagendakan dalam rapat akhir semester antara lain: a. Hasil belajar satu semester mencakup keberhasilan dan ketuntasan peserta didik dalam mata pelajaran; b. Rekapitulasi peserta didik yang akan dilayani melalui kegiatan semeser pendek; c. Mekanisme dan prosedur pengisian KRS sesuai dengan roadmap pembelajaran dan penyesuaian terhadap hasil pengisian KRS; d. Analisis hasil layanan PA dan BK selama satu semester; e. Pembagian tugas mengajar untuk semester yang akan dating; 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 25

26 f. Perencanaan kegiatan semester pendek. 8. Pelaksanaan Ujian Sekolah Ujian sekolah sebagai salah satu bentuk ujian tingkat kompetensi (UTK) dilaksanakan secara bertahap ketika sejumlah peserta didik telah menyelesaikan seri terakhir. Misalnya pada akhir semester 3, 4, dan/atau 5. Mekanisme pelaksanaan ujian sekolah (US) meliputi langkah sebagai berikut. a. PA dan BK memantau pencapaian hasil peserta didik yang menjadi bimbingannya. Kemudian merekapitulasi peserta didik yang telah menyelesaikan seri terakhir mata pelajaran. b. Bagian kurikulum melaporkan peserta didik dan mata pelajaran yang siap untuk diujikan dalam ujian sekolah untuk diusulkan segera dibuka jadwal US. c. Bagian kurikulum menjadwalkan kegiatan US pada mata pelajaran tertentu. d. Peserta didik mendaftar keikutsertaan pada US kepada bagian kurikulum. e. Kepala sekolah menetapkan penulis soal, panitia, dan pengawa US. f. Hasil ujian sekolah diumumkan kepada peserta didik dan PA/BK dan disimpan sebagai dokumen hasil US untuk data kolektif nilai sekolah (NS) pada penilaian akhir kelulusan. g. Peserta didik yang belum lulus US dapat mengikuti kembali pada jadwal US berikutnya. 9. Penyiapan Dokumen Pendukung Peserta Didik Pada akhir pembelajaran peserta didik dari SMA pelaksana SKS sering membutuhkan beberapa dokumen pendukung sebagai bukti autentik. Hal ini diperlukan ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi, mutasi ke sekolah lain, mendaftar beasiswa dan atau kebutuhan lainnya. Dokumen pendukung diperlukan karena dokumen rapor yang tidak persis sama seperti rapor SMA sistem paket. Dokumen pendukung yang diperlukan antara lain adalah pedoman konversi mata pelajaran paket dan seri (SKS), dokumen penjelasan rapor, dan dokumen penjelasan singkat rasional pelaksanaan SKS di sekolah. Beberapa fungsi dokumen pendukung antara lain: a. Pedoman dalam mengisi nilai semeser 1, 2, 3, 4, dan 5 pada saat pendaftaran peserta UN. b. Pedoman pengisian PDSS (pangkalan data siswa dan sekolah) untuk input SNMPTN. c. Pendukung verifikasi pada saat lapor diri bagi peserta didik yang diterima melalui SNMPTN. d. Pendukung penjelasan bagi peserta didik yang diterima melalui jalur beasiswa, pindah (mutasi), dan lainnya jika diperlukan. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 26

27 C. Evaluasi dan Tindak Lanjut 1. Pengorganisasian Evaluasi dilakukan secara meyeluruh baik sekolah sebagai institusi maupun guru sebagai individu pelaksana program. Secara institusional, SMA pelaksana SKS dapat melakukan evaluasi diri dengan instrumen tertentu dalam pengawasan Dinas Pendidikan Kab/Kota dan Provinsi. Secara individual, guru mata pelajaran yang mengajar di tahun pertama pelaksanaan SKS dapat melaksanakan evaluasi keterlaksanaan dan evaluasi hasil menggunakan instrumen evaluasi yang dikembangkan seperti contoh instrumen pada lampiran. Hasil evaluasi berguna untuk memotret keberhasilan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan untuk dijadikan pertimbangan melakukan perbaikan dan penyempurnaan. Informasi tersebut bermanfaat bagi sekolah penyelenggara dalam menyempurnakan program yang dilakukan pada periode berikutnya. Secara institusional sekolah melaksanakan evaluasi keterlaksanaan dan hasil penyelenggaraan SKS menggunakan instrumen yang dikembangkan dengan bimbingan dan pengawasan dinas pendidikan. Hasil evaluasi ini bermanfaat untuk penyempurnaan dan dukungan dari pemerintah melakukan perbaikan dan penyempurnaan. 2. Evaluasi Keterlaksanaan Evaluasi pelaksanaan SKS meliputi evaluasi kinerja satuan pendidikan yang dilakukan oleh satuan pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan oleh satuan pendidikan pada setiap akhir semester, meliputi: tingkat kehadiran peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan; pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler; hasil belajar peserta didik; hasil evaluasi dilaporkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Evaluasi terhadap kurikulum meliputi: a. Struktur beban belajar dan struktur kurikulum setiap program, b. Serial mata pelajaran, c. Susunan SK dan KD sesuai dengan serial mata pelajaran, d. Peraturan akademik, e. Mekanisme pemilihan beban belajar, f. Mekanisme penjurusan, g. Menentukan pembimbing akademik, h. Melaksanakan penilaian hasil belajar untuk menentukan Indeks Prestasi. Evaluasi terhadap pengelola dilakukan setahun sekali, mencakup: 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 27

28 a. tingkat relevansi pendidikan terhadap visi, misi, dan tujuan; b. tingkat pencapaian Standar Nasional Pendidikan oleh satuan pendidikan; c. tingkat efisiensi dan produktivitas satuan pendidikan; d. tingkat daya saing satuan pendidikan pada tingkat daerah, nasional, regional, dan global. 3. Evaluasi Hasil a. Evaluasi hasil dilakukan melalui analisis hasil belajar peserta didik dalam bentuk hasil tiap mata pelajaran dan perubahan perilaku. Setiap mata pelajaran memilki data hasil belajar pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Evaluasi dilakukan setiap semester hingga hasil akhir UTK, UMTK, UN, dan kelanjutan peserta didik di perguruan tinggi. b. Evaluasi terhadap prilaku dilakukan melalui survey dan pengamatan pada aspek kemandirian, motivasi, dan kepuasan terhadap layanan pembelajaran dan penilaian. c. Hasil evaluasi menjadi data pendukung bagi penguatan mutu pendidikan melalui pelaksanaan SKS. 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 28

29 DAFTAR PUSTAKA Anthono J. Nitco, (1996). Educational Assessment of Students. Ohio: Prentice Hall. Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company. James A, Athanasou (2002). A Teacher s Guide to Assessment. Sydney: Social Science Press. Mardapi, Dj. dan Ghofur, A, (2004). Pedoman Umum Pengembangan Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum. Mehrens, W.A, and Lehmann, I.J, (1991). Measurement and Evaluation in Education and Psychology. Fort Woth: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 pegganti Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta, 2013 Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, Jakarta, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Jakarta, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian, Jakarta, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA, Jakarta, Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, Jakarta, Popham,W.J., (1999). Classroon Asessment: What teachers need to know. Mass: Allyn-Bacon. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Fokus Media. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Fokus Media. Wirawan, Sarlito (2001), Faktor-Faktor Makro yang Menyebabkan Anak Malas Belajar, Artikel dalam website pribadi Rencana Strategis kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 29

30 LAMPIRAN-LAMPIRAN I. Contoh Kartu Rencana Studi KARTU RENCANA STUDI Nama Siswa :... Semester :... NIS :... Pilihan/Alt :... Pembimbing Akademik:... Mata Pelajaran dan Beban Belajar: No No Mata Pelajaran Mata Pelajaran Tambahan (pilihan)* JUMLAH *)dipilih dari mata pelajaran di semester atau seri berikutnya Beban Belajar (sks) Jakarta, 20 Desember 2012 Mengetahui Pembimbing Akademik Peserta Didik , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 30

31 II. Roadmap Pembelajaran Program Peminatan dan Semester Mata Pelajaran Jml Matematika dan Ilmu Alam sks Alternatif 1 (ABC) Alternatif 2 (DEF) Alternatif 4 (CI) Ilmu-ilmu Sosial (A,B) Kelompok Wajib Kelompok A 1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Bahasa Indonesia Matematika Sejarah Indonesia Bahasa Inggris Kelompok B 1 Seni Budaya Prakarya dan Kewirausahaan Penjasorkes Kelompok Peminatan ( C) Matematika dan Ilmu Alam 1 Matematika Biologi Fisika Kimia Ilmu-ilmu Sosial 1 Geografi Sejarah Sosiologi Ekonomi Pendalaman Minat atau Lintas Minat 14 1 sejarah 2 Geografi Ekonomi Sosiologi 3 5 Bahasa dan Sastra Inggris Bahasa Asing (Mandarin/Arab) Jumlah sks tiap-tiap Semester = , Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 31

32 III. Contoh Jadwal Mata Pelajaran 2014, Dit. PSMA, Ditjen Pendidikan Menengah Hal 32

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA A. Landasan 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Than 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12, 35, 37, dan 38; 2. Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Model Penyelenggaraan SKS

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Model Penyelenggaraan SKS KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Model Penyelenggaraan SKS

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Model Penyelenggaraan SKS KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau SMA Negeri 3 Batam Jl. Hang Nadim, Kel. Belian, Kec. Batam Kota W eb : sm an tib a tam. co.id T

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii

Model Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,

Lebih terperinci

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL

PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL PANDUAN LAYANAN KELAS INTERNASIONAL 1 A. Latar Belakang Tujuan pendidikan menengah umum adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH

PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH PANDUAN PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER UNTUK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH Badan Standar Nasional Pendidikan 2010 KATA PENGANTAR Segala

Lebih terperinci

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 A. Layanan Akademik SMA Negerri 78 Jakarta INFORNASI AKADEMIK SMA NEGERI 78 TAHUN PELAJARAN 0/05. Kelas Reguler a. Menggunakan Kurikulum 0. b. Proses Pembelajaran menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)

Lebih terperinci

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) / BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) sgifis48@gmail.com 08128533491/0817804183 Tujuan Umum : Mewujudkan Visi dan Misi SMAN 48 Tujuan Khusus : Meningkatkan Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. bab sebelumnya, kini saatnya peneliti menuliskan hasil dari temuan-temuan saat

BAB V PEMBAHASAN. bab sebelumnya, kini saatnya peneliti menuliskan hasil dari temuan-temuan saat 94 BAB V PEMBAHASAN Setelah peneliti memaparkan hasil temuannya di Lokasi Penelitian pada bab sebelumnya, kini saatnya peneliti menuliskan hasil dari temuan-temuan saat melakukan penelitian di lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1 PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL

PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL A. PENILAIAN KELAS X PEMERINTAH KOTA KENDARI DINAS PENDIDIKAN NASIONAL SMA NEGERI 1 KENDARI Jln. Mayjen Soetoyo No.102 Telp/Fax : (0401) 3121 814 - NPSN 40402619, NSS 300123010102 Web-site : www.sman1kendari.sch.id,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DENGAN SKS MODEL KONTINYU PADA PROGRAM PERCEPATAN DAN PENGAYAAN SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Dasar Hukum Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2013 PENDIDIKAN. Standar Nasional Pendidikan. Warga Negara. Masyarakat. Pemerintah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masingmasing satuan pendidikan. Letak Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 957, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Tingkat Satuan Pendidikan. Dasar. Menengah. Kurikulum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Tahun 006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM). Oleh karenanya, mengingat begitu pentingnya peran pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya,

Lebih terperinci

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA

Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA 2015,Direktorat Pembinaan SMA i Model Penyelenggaraan Peminatan di SMA KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA

PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SMA Departemen Pendidikan Nasional LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) Setiap akhir semester, guru menelaah hasil pencapaian belajar setiap peserta didik (semua

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN

PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN PEMBUKAAN PENGANTAR KEPALA SEKOLAH AGENDA MENJELANG UNBK UJIAN PRAKTEK, USBN, UNBK DAN SNMPTN AGENDA MENJELANG UNBK NO BULAN TANGGAL KETERANGAN 1 JANUARI 24-26 TRY OUT 2 2 FEBRUARI 1-3 TRY OUT 3 6-13 UJIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

MATRIKULASI KURIKULUM 2013 DI SMP

MATRIKULASI KURIKULUM 2013 DI SMP MATRIKULASI KURIKULUM 2013 DI SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama 2014 1 Latar Belakang Pelaksanaan Kurikulum 2013

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional a Pendidikan d Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar

Lebih terperinci

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Pengertian kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR TAHUN 006 TANGGAL 3 MEI 006 STANDAR ISI BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA

KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA KURIKULUM SMA NEGERI 1 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2013 / 2014 Peraturan Akademik DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO SMA NEGERI 1 KARTASURA : Jl. Raya Solo Jogya Km 13, Pucangan, Kartasura, ( 0271 ) 780593

Lebih terperinci

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP

INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP INSTRUMEN VERIFIKASI/VALIDASI DOKUMEN KTSP a. Cara Pengisian Instrumen: Beri tanda checklist (V) pada; ) 0 apabila tidak ada ) apabila Ada/Kurang atau tidak lengkap ) apabila Ada/Cukup /Cukup Lengkap )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian yang akan dilakukan, meliputi : latar belakang masalah, fokus penelitian, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,

Lebih terperinci

Introduction. Nursyamsuddin

Introduction. Nursyamsuddin Oleh Nursyamsuddin Introduction Lahir di Purwakarta, 7 Oktober 1967 SD, SMP, SMA di Purwakarta S-1 Fisika di Jakarta S-2 Magister Manajemen dan Magister Pendidikan di Jakarta Berkeluarga; 2 orang putra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG LAMPIRAN II KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM NOMOR: TAHUN 2016 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER PADA MADRASAH TSANAWIYAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1

IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL. Puskur Balitbang 1 IMPLIKASI UU DAN PP THD PENGEMBANGAN KURIKULUM PUSAT KURIKULUM - BALITBANG DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PENGERTIAN KURIKULUM (Pasal 1 UU No. 0 Tahun 00) Seperangkat rencana & pengaturan SNP Tujuan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang

Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DENGAN SISTEM KREDIT SEMESETER DI SMA NEGERI 2 MALANG TAHUN AJARAN 2011/2012 Halimatus Sa diyah Universitas Negeri Malang Email:

Lebih terperinci

1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA. 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP

1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA. 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP 1. Pembukaan 3. PAPARAN BK SMAN 21 JAKARTA 4. Sambutan kepala sman 21 jakarta 6. Lain-Lain 7. PENUTUP BIDANG KURIKULUM JUNDAN ISKANDAR, M.PD. DRA. RATMINI KADIRAN, S.KOM DRS. SAKSI GINTING RASIONAL Kurikulum

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data MAN Purwodadi adalah Madrasah Aliyah Negeri yang terletak di kabupaten Grobogan jawa tengah, tepatnya di jalan diponegoro no. 22 Purwodadi. Sekolah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan akademik ini disusun untuk meningkatkan kualitas layanan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 1 Pare. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah wajib

Lebih terperinci

Model Peminatan dan Lintas Minat

Model Peminatan dan Lintas Minat SAMBUTAN Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan KebuKurikulum 2013 dikembangkan untuk mempersiapkan peserta didik agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN HO-3D-01 PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN A. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan mampu mempercedaskan kehidupan bangsa. Seperti yang diamanatkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Pengelolaan SMA Berbasis Kurikulum 2013 KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Sosialisasi KTSP DASAR & FUNGSI PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMK NEGERI 1 BLITAR Nomor : 420 / 631.a / / 2017

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMK NEGERI 1 BLITAR Nomor : 420 / 631.a / / 2017 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 BLITAR Jl. Kenari No. 30 Telp./Fax. (0342) 801947 e-mail : info@smkn1blitar.sch.id BLITAR 66134 SURAT KEPUTUSAN KEPALA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses panjang yang berkelanjutan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan sang penciptanya, yaitu bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan posisi dirinya

Lebih terperinci

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah.

Memuat konsep-konsep yang terkait dengan kurikulum sekolah. TELAAH KURIKULUM DOC. 1 BAGIAN AWAL A. Cover Deskripsi 1. Ada logo sekolah. 2. Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah dan Tahun Pelajaran) 3. Menulis alamat sekolah dengan lengkap B. Lembar Pemberlakuan

Lebih terperinci

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 95 Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPS DALAM KTSP

PEMBELAJARAN IPS DALAM KTSP PEMBELAJARAN IPS DALAM KTSP Nana Supriatna Bahan matrikulasi pendidikan dasar-ips. 21-8-2007 PENYUSUNAN KTSP LANDASAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

KURIKULUM SMA BL Maju Bersama + Hebat Semua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KURIKULUM SMA BL Maju Bersama + Hebat Semua KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM KURIKULUM SMA BUDI LUHUR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 KURIKULUM SMA BL Maju Bersama + Hebat Semua BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PROSES PEMBELAJARAN DAN PENILAIAN SMA NEGERI 10 SAMARINDA TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Berdasarkan : Permendikbud no. 22/2016 Tentang Standar Proses endidikan Dasar &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK. Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut:

PERATURAN AKADEMIK. Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut: PERATURAN AKADEMIK Peraturan akademik yang berlaku di Program Magister Pendidikan Kimia adalah sebagai berikut: PERATURAN AKADEMIK PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN KIMIA UNIVERSITAS JAMBI BAB I KETENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK)

STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) STRUKTUR KURIKULUM SMK/MAK (GENERIK) KOMPONEN DURASI WAKTU (Jam) A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama 192 2. Pendidikan Kewarganegaraan 192 3. Bahasa Indonesia 192 4. Bahasa Inggris 440 5. Matematika

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011. Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA TAHUN PELAJARAN 2010 /2011 Digunakan untuk kalangan sendiri SMA NEGERI 1 WARUNGKIARA Jl. Palabuhanratu Km.29 Desa/Kec.Warungkiara Telp/Fax (0266)320248 Website:

Lebih terperinci

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah

Instrumen Review. Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1. Terdapat logo sekolah/daerah Instrumen Review KTSP Berikut ini Instrumen Penelaahan Kurikulum Sekolah (KTSP) Dokumen 1 1 Cover/halaman judul Terdapat logo sekolah/daerah Terdapat judul yang tepat (Kurikulum Sekolah...) Menulis alamat

Lebih terperinci

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK

BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK BAB XII PEMINATAN PESERTA DIDIK A. Hakekat Peminatan Implementasi kurikulum 2013 menghendaki agar peserta didik mampu menentukan pilihan peminatan dengan tepat. Baik dalam peminatan kelompok mata pelajaran

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP Landasan & Acuan Penyusunan & Pengembangan KTSP UU

Lebih terperinci

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Pengembangan KTSP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP Panduan Pengembangan KTSP KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit. KATA PENGANTAR Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mulai tahun pelajaran 2013/2014 telah menetapkan kebijakan implementasi Kurikulum 2013 secara terbatas di 1.270 SMA sasaran dan sejumlah SMA yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan dapat memberikan perubahan, perbaikan, dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan 1.1 Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan

Lebih terperinci

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Sosialisasi KTSP Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang STANDAR ISI (SI) Materi Minimal dan Tingkat Kompetensi Minimal, untuk Mencapai Kompetensi Lulusan Minimal Memuat : 1. Kerangka Dasar Kurikulum

Lebih terperinci

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*)

SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) SOSIALISASI PERMEN NO 22, NO 23, DAN NO 24*) Oleh : Badrun Kartowagiran**) PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2006 ============================= *) Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang berkembang pendidikan dipandang sebagai suatu kebutuhan penting dan sarana demi memajukan pembangunan negara. Pendidikan menjadi tuntutan wajib

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ki Hajar Dewantara (2004:21) menjelaskan bahwa pengajaran (onderwijs) tak lain dan tak bukan merupakan satu bagian dari pendidikan. Pengajaran adalah pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

Departemen Pendidikan Nasional. Sosialisasi KTSP

Departemen Pendidikan Nasional. Sosialisasi KTSP Departemen Pendidikan Nasional PENYUSUNAN LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) PESERTA DIDIK SD/MI LAPORAN HASIL BELAJAR (LHB) Setiap akhir semester, guru menelaah hasil pencapaian belajar setiap peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap manusia karena pendidikan memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang. Dengan adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku undang-undang pada saat ini adalah Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) BAB I PENDAHULUAN Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B) rumusan masalah, (C) tujuan penelitian, (D) manfaat penelitian, (E) definisi operasional. Berikut ini merupakan

Lebih terperinci

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO Click to edit Master title style PP 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Permendikbud

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci