Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan"

Transkripsi

1 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jl. Taman Suropati No. 2, Jakarta 10310, Telp. (021) Facsimile (021) pkps@bappenas.go.id JASA KONSULTASI Pendampingan Penyiapan Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU) Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi Manado Tahun 2016

2 LEMBAR PENYATAAN (DISCLAIMER) 1. Dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case/OBC) ini disusun oleh PT. Marga Graha Penta dalam rangka penyiapan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sesuai Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri PPN/Bappenas No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. 2. Dokumen OBC tidak untuk dipergunakan sebagai acuan oleh pihak lain atau untuk tujuan lain selain dalam rangka penyiapan proyek KPBU. 3. Penyusunan dokumen OBC merujuk kepada data dan informasi resmi yang diterbitkan atau diberikan oleh Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) tanpa eksepsi. 4. Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan sumber daya yang tersedia dalam penyusunan dokumen OBC, beberapa analisa merujuk kepada asumsi dan/atau referensi bersumber dari data sekunder yang diperoleh dari PJPK dan/atau lembaga/institusi resmi lainnya. 5. PT. Marga Graha Penta menyatakan bahwa hasil analisa dan rekomendasi dalam dokumen OBC dapat dipertanggungjawabkan sesuai arahan Pemberi Kerja. Direktur Utama PT. Marga Graha Penta Ir. Suwendi, Msc Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU i

3 KATA PENGANTAR Sesuai dengan dokumen kontrak antara Satuan Kerja Direktorat Pengembangan Kerjasama Pemerintah dan Swasta ( PKPS ) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dengan PT. Marga Graha Penta mengenai Jasa Konsultan, pada Pekerjaan Pendampingan Penyiapan Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha, Tahun Anggaran 2016, berdasarkan No Kontrak : 50/SPK/PKPS/ /06/2016, Tanggal 03 Juni 2016 yang antara lain menyebutkan bahwa salah satu kewajiban konsultan adalah membuat dan menyerahkan Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan. Atas dasar hal tersebut di atas, maka kami menyusun Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan Pengadaan Jasa Konsultansi Pendampingan Penyiapan Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. Materi yang disajikan dalam laporan ini meliputi: 1. Pendahuluan dan Tinjauan Wilayah Studi; 2. Kajian Hukum dan Kelembagaan: 3. Kajian Teknis: 4. Kajian Ekonomi dan Komersial; 5. Kajian Lingkungan dan Sosial; 6. Kajian Bentuk Kerjasama dalam Penyediaan Infrastruktur; 7. Kajian Risiko; 8. Kajian Kebutuhan Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah; dan 9. Kesimpulan dan Rekomendasi Semoga dengan adanya Laporan Kajian Awal Prastudi Kelayakan ini dapat menjadi pedoman bagi Konsultan dan pemberi tugas untuk pemantauan pelaksanaan kegiatan. PT. Marga Graha Penta Direktur Utama Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU ii

4 DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN (DISCLAIMER)... i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL...xi DAFTAR GRAFIK... xvi DAFTAR LAMPIRAN... xvii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sulwesi Utara Kota Manado Tujuan Lingkup Kegiatan Keluaran Hasil Studi Waktu Pelaksanaan Kesimpulan BAB 2 KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN Analisa Peraturan Perundang-undangan Infrastruktur Pendidikan Tinggi Pendirian Badan Usaha Penanaman Modal Persaingan Usaha Lingkungan Ketenagakerjaan Pengadaan Tanah Pembiayaan KPBU Perpajakan Peraturan-peraturan Terkait Lainnya Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU iii

5 2.3 Kajian Atas Penyempurnaan Peraturan Perundang-undangan atau Penerbitan Peraturan Perundang-undangan Yang Baru Perizinan/Persetujuan Yang Diperlukan Terkait Pelaksanaan Proyek Rencana dan Jadwal Untuk Memenuhi Persyaratan Hukum Analisis Kelembagaan Dasar Pertimbangan untuk Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Untuk Bertindak Sebagai PJPK Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Untuk Proyek KPBU Peran dan Tanggung Jawab PJPK untuk Proyek KPBU Perangkat Regulasi Kelembagaan dalam Proyek KPBU Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan Kesimpulan Atas Proyek BAB 3 KAJIAN TEKNIS Analisis Tapak Kesesuaian Tapak dengan RTRW Kesesuaian Tapak Dengan Kebutuhan Operasional dan Bahan Baku Ketersediaan Pelayanan Jasa dan Bahan Baku Kondisi tapak dan kesesuaian dengan kebutuhan KPBU Konfirmasi Kepemilikan Tanah dan Hambatan-hambatannya Perkiraan Biaya Pengadaan Tanah dengan Berbagai Skenario Rencana Jadwal Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali Rancang Bangun Awal Standar Kinerja Teknis Operasi Rancangan Teknis Dasar Lingkup KPBU Spesifikasi Keluaran Standar Pelayanan Minimal Kapasitas Keluaran dan Standard Teknis Yang Diperlukan, Serta Menyiapkan Rancangan Awal Yang Layak Secara Teknis Jadwal Konstruksi dan Pengadaan Peralatan Kepatuhan atas Lingkungan, sosial dan keselamatan Persyaratan Pengalihan Aset Sesuai Perjanjian KPBU Pemantauan Dan Pengawasan Indentifikasi Ketersediaan Pasokan Sumber daya Untuk Keberlangsungan KPBU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU iv

6 Sistem Mekanikal RSPTN UNSRAT Sistim Elektrikal Sistem Pencahayaan Power Outlet Sistem Pentanahan Sistem Peredam Petir Sistem Sensor Kebakaran Sistem Tata Suara Sistem Telepon Sistem Data & IT Sistem Security Sistem MATV (Master TV) Sistem BMS Diversifikasi Energi Sistem Penyediaan Listrik Kesimpulan BAB 4 KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL Pendahuluan Analisa Permintaan Analisa Pasar Konsultasi Publik dan Market Sounding Pemetaan dan Preferensi Peserta PreMarket Sounding (PMS) Tanggapan dan penilaian calon investor terhadap kelayakan, risiko dan dukungan dan atau jaminan pemerintah untuk KPBU Pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangaan nasional/internasional mengenai potensi pemberian pinjaman Strategi mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan dalam KPBU Penilaian struktur pasar untuk meningkatkan tingkat kompetisi Perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU (FCR) Identifikasi pembayaran tarif awal, mekanisme penyesuaian tarif, dan indeksasinya Identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal : Analisa Struktur Pendapatan KPBU Analisis Biaya Manfaat dan Sosial Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU v

7 4.4.1 Manfaat Biaya Hasil Evaluasi Analisa Sensitivitas Analisa Keuangan Informasi Ekonomi Makro Analisis Biaya Modal Biaya Operasi dan Pemeliharaan (Operation & maintenance/o&m) Biaya Penyusutan Pendapatan dan Biaya Lain-lain Biaya Mitigasi dan Risiko Perhitungan Pendapatan Proses Analisa Keuangan Analisa Rasio Modal Analisa Biaya Rata-rata Modal Tertimbang (WACC) Analisa Rasio Pengembalian Utang (DSCR) Analisa Rasio Financial Net Present Value (FNPV) dan Financial Interest Rate of Return (FIRR) Analisa Dukungan Pemerintah dalam bentuk pembayaran tetap terhadap pembangunan Gedung dan Pengadaan Alat medis melalui mekanisme Ketersediaan Layanan atau Availability to Payment (AP) Proyeksi Arus Kas, Laba (Rugi) dan Neraca Kesimpulan BAB 5 KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL Kajian Lingkungan Yang Wajib AMDAL Penapisan Pelingkupan Peningkatan Kapasitas dan Program Pelatihan Perkiraan Biaya Proses Izin Lingkungan Rencana dan Jadwal Kepatuhan Lingkungan Analisis Sosial Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan Rekomendasi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU vi

8 BAB 6 KAJIAN BENTUK KERJASAMA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR Bentuk Kerjasama Dengan Mempertimbangkan Bentuk Kerjasama Penyelenggaraan RSPTN Lingkup Kerjasama Jangka Waktu dan Pentahapan Keterlibatan Pihak Ketiga Skema Pemanfaatan Barang Milik Negara / Daerah BAB 7 KAJIAN RISIKO Identifikasi Risiko Penilaian Risiko Alokasi Risiko Mitigasi Risiko BAB 8 KAJIAN DUKUNGAN PEMERINTAH Dukungan Pemerintah Penjaminan Pemerintah BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan Rekomendasi Isu-Isu Kritis dan Rencana Tindak Lanjut Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Ilustrasi Kebutuhan RSPTN Gambar 1.2 Peta Kota Manado Gambar 1.3 FK Unsrat Gambar 2.1 Pola Pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri Gambar 2.2 Kerjasama Perguruan Tinggi dengan Dunia Usaha Gambar 2.3 Tata Cara Pendirian Badan Usaha Gambar 2.4 Mekanisme Penyusunan Dokumen Amdal dan Perolehan Izin Lingkungan 2-35 Gambar 2.5 Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Gambar 2.6 Skema Project Development Fund Gambar 2.7 Skema Penetapan Daftar Infrastruktur Prioritas oleh KPPIP Gambar 3.1 Site RSPTN Unsrat Gambar 3.2 Block Plan RSPTN Unsrat Gambar 3.3 Peta Lokasi dan Block Plan Bangunan RSPTN Unsrat Gambar 3.4 Site Plan Basic Desain Gambar 3.5 Denah Lantai Gambar 3.6 Denah Lantai Gambar 3.7 Denah Lantai Gambar 3.8 Denah Lantai Gambar 3.9 Denah Lantai Gambar 3.10 Denah Lantai Gambar 3.11 Denah Lantai Gambar 3.12 Prespektif Tampak Gambar 3.13 Prespektif Tampak Gambar 3.14 Prespektif Tampak Gambar 3.15 Prespektif Tampak Gambar 3.16 Ilustrasi Kamar Kelas Gambar 3.17 Ilustrasi Kamar Kelas Gambar 3.18 Ilustrasi Kamar Kelas VIP_ Gambar 3.19 Ilustrasi Kamar Kelas VIP_ Gambar 3.20 Sistem Air Bersih Gambar 3.21 Sistem air Bersih dengan Gravitasi Gambar 3.22 Blok Diagram Instalasi Air Buangan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU viii

10 Gambar 3.23 Rancana Induk Sistem Air Kotor dan Bekas Gambar 3.24 Blok Diagram Hydrant dan Spinkler Gambar 3.25 Aliran Udara AC Ruang Operasi Gambar 3.26 Sistem Air Conditioning menggunakan Split Duct Gambar 3.27 Sistem Air Conditioning menggunakan VRV Gambar 3.28 Sistem Ventilasi Udara Gambar 3.29 Sumber Udara Tipikal Gambar 3.30 Sistem Perpipaan Gas Medik Gambar 3.31 Bed Lift Gambar 3.32 Dumb Waiter Gambar 3.33 Macam-macam Stop Kontak Gambar 3.34 Rangkaian Listrik TNS 5-wire system Gambar 3.35 Sistem peredam petir Gambar 3.36 Sfesifikasi dan komponen peredam petir Gambar 3.37 Ilustrasi umum pemasangan peredam petir Gambar 3.38 Main Central Fire Alarm Gambar 3.39 Smoke Detector Gambar 3.40 Heat Detector Gambar 3.41 Diagram Skematik Sistem Fire Alarm Gambar 3.42 Sistem Skematik Tata Suara Gambar 3.43 Sistem Telepon Gambar 3.44 Sistem Data dan IT Gambar 3.45 Sistem Security Gambar 3.46 Penempatan TV Gambar 3.47 Sistem BMS Gambar 3.48 Sistem Diverifikasi Energi Gambar 3.49 Solar Cell Gambar 3.50 Skema Penyediaan Listrik Gambar 4.1 Alur Kegiatan Perancanan Model Keuangan RS Gambar 4.2 Jenis Revenue dan Opex, Pendekatan BMC Gambar 4.3 Dokumentasi Konsultasi Publik RSPTN Gambar 4.4 Dokumentasi Market Sounding RSPTN Gambar 4.5 Diagram Analisa Biaya Manfaat Sosial Gambar 4.7 Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN Gambar 5.1 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Pra Konstruksi Gambar 5.2 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Konstruksi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU ix

11 Gambar 5.3 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Operasi Gambar 6.1 Proses Bisnis RS PTN Unsrat Gambar 6.2 SkemaTanggung Jawab Pemerintah-Swasta Gambar 6.3 Bagan Alur Tata Kelola Keuangan RSPTN Unsrat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU x

12 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kota ke Ibukota ProvinsI Di Provinsi Sulawesi Utara (km), Jumlah Penduduk Tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Tabel 1.6 Jumlah Peserta Wajib Asuransi Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun Tabel 1.7 Jumlah Kunjungan/Layanan Pasien Lama dan Baru di Poliklinik RSUP Manado Menurut Penanggung Jawab Biaya, Tahun Tabel 1.8 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun Tabel 1.9 Jumlah Rumah Sakit Menurut Jenis Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Tabel 1.10 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun Tabel 1.11 Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Umum Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Tabel 1.12 Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin Menurut Kecamatan di Kota Manado, Tabel 1.13 Penduduk Kota Manado Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 1.14 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado Tahun Tabel 1.15 Jumlah Kasus 10 Penyakit terbanyak di Kota Manado, Tabel 1.16 Banyaknya Penduduk, Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur menurut Kecamatan di Kota Manado,Tahun Tabel 1.17 Jumlah Tenaga Dokter Menurut Jenis Spesialis Di RSUP. Prof. Kandou Manado Tabel 1.18 Jumlah Tenaga Medis RSUP Kandou Menurut Satus Kepegawaian Tahun Tabel 1.19 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi di Sarana Pelayanan Kesehatan, Tabel 1.20 Jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Program Pendidikan Dokter Spesialis tahun Tabel 1.21 Banyaknya Mahasiswa Pendidikan Dokter, PPDS dan Jumlah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xi

13 Tabel 1.22 Perkembangan Lulusan Fakultas Kedokteran dan Program PPDS Universitas Sam Ratulangi Tahun Tabel 1.23 Perkembangan Jumlah Tenaga edukatif Universitas Sam Ratulangi Tahun Tabel 1.24 Jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tahun akademik 2015/ Tabel 2.1 Tahapan Kegiatan Memperoleh Izin Lingkungan Tabel 2.2 Kerangka Acuan Risiko Jaminan Pemerintah Tabel 2.3 Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi Tabel 2.4 Perizinan Terkait Pelaksanaan Proyek Tabel 2.5 Tahapan, Kegiatan dan Keluaran Penyiapan Proyek Tabel 3.1 Luas Bangunan per lantai Tabel 3.2 Area Pelayanan dan Area Pendidikan Gedung Poliklinik Tabel 3.3 Ruang Inap RSPTN UNSRAT Tabel 3.4 Outlet Gas Medis Tabel 3.5 Area Kuat Pencahayaan Tabel 3.6 Intensitas Suara Per Area Tabel 4.1 Tabel 4.2 Perbandingan Kebutuhan dan Kesediaan Jumlah Tempat Tidur yang tersedia di Kota Manado dan Provinsi SULUT Perbandingan jumlah Dokter dan Dokter Spesialis di Kota Manado dan Provinsi SULUT Tabel 4.3 Jumlah TT terhadap Jumlah Penduduk Tabel 4.4 Data Pembanding, RSUP Kandou-Manado, type B Tabel 4.5 Jumlah Mahasiswa Fak Kedokteran dan Rasio Dosen Mahasiwa UNSRAT Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi Utara Tabel 4.7 Karakteristik Peserta PreMarket Sounding RSPTN UNSRAT Tabel 4.8 Tabel 4.9 Preferensi/keinginan Calon Investor Peserta Calon PreMarket Sounding (PMS) terhadap Proyek KPBU RSPTN UNSRAT Perhitungan Keseimbangan Antara Biaya dan Pendaptan KPBU RSPTN Unsrat Type B Tabel 4.10 Tarif Visit Rumah Sakit Type B Tabel 4.11 Tarif Kamar Rumah Sakit Type B Tabel 4.12 Tarif Rawat Jalan Rumah Sakit Type B Tabel 4.13 Tarif Pengambilan Resep Rumah Sakit Type B Tabel 4.14 Tarif Laboratorium & Radiologi Rumah Sakit Type B Tabel 4.15 Tarif Tindakan Operasi Rumah Sakit Type B Tabel 4.16 Tarif Persalinan Partus Normal Rumah Sakit Type B Tabel 4.17 Tarif Persalinan Section Caesaria Rumah Sakit Type B Tabel 4.18 Kenaikan Biaya KPBU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xii

14 Tabel 4.19 Pertumbuhan jumlah penduduk dan masyarakat Tabel 4.20 Rata-rata Jumlah Pasien RAJAL per Poliklinik periode 5 tahunan Tabel 4.21 Rincian Pendapatan Pasien RAJAL Umum, periode 5 tahunan Tabel 4.22 Rincian Pendapatan Pasien RAJAL JKN, periode 5 tahunan Tabel 4.22 Rincian Instalasi Farmasi Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.23 Rincian Instalasi Farmasi Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.24 Rincian Instalasi Laboratorium Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.25 Rincian Instalasi Laboratorium Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.26 Rincian Instalasi Radiologi Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.27 Rincian Instalasi Radiologi Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.28 Rincian Jasa USG Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.29 Rincian Jasa USG Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.30 Rincian Jasa Endoscopy Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.31 Rincian Jasa Endoscopy Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.32 Rincian Jasa CT Scan Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.33 Rincian Jasa CT Scan Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.34 Rincian Jasa MRI Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Tabel 4.35 Rincian Jasa MRI Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Tabel 4.36 Rencana Jumlah Tempat Tidur Type B Tabel 4.37 Rencana Bed Operating Rate (BOR) Type B Tabel 4.38 Rencana Length of Stay (LOS) Type B Tabel 4.39 Proyeksi Jumlah Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.40 Proyeksi Jumlah Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.41 Proyeksi Jumlah Hari Perawatan Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.42 Proyeksi Jumlah Hari Perawatan Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.43 Rencana Tarif Visit Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.44 Rencana Tarif Kamar Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.45 Proyeksi Pendapatan Visit Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.46 Proyeksi Pendapatan Kamar Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.47 Rencana Tarif Visit Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.48 Rencana Tarif Kamar Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.49 Proyeksi Pendapatan Visit Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.50 Proyeksi Pendapatan Kamar Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.51 Proyeksi Jumlah Pasien RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.52 Proyeksi Rata-rata Nilai Pengambilan Resep RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.53 Proyeksi Pendapatan Instalasi Farmasi RS PTN UNSRAT Type B Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xiii

15 Tabel 4.54 Proyeksi Pendapatan Jasa Laboratorium RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.55 Proyeksi Pendapatan Jasa Radiologi RS PTN UNSRAT Type B Tabel 4.56 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Operasi Kecil RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Tabel 4.57 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Pactus Normal RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Tabel 4.58 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Secto Caeseria RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Tabel 4.59 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Operasi Kecil RS PTN UNSRAT Tabel 4.60 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Pactus Normal RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Tabel 4.61 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Secto Caeseria RS PTN UNSRAT Tabel 4.62 Perhitungan Standard Conversion Facto Tabel 4.63 Penyediaan Kebutuhan Tempat Tidur Tabel 4.64 Penyerapan Tenaga Kerja Tabel 4.65 Penghematan Biaya Mahasiswa Tabel 4.66 Penurunan Residual Value Tabel 4.67 Penurunan Residual Value Tabel 4.68 Evaluasi Kelayakan Ekonomi Tabel 4.69 Analisa Sensitivitas Tabel 4.70 Informasi Ekonomi Makro Tabel 4.71 RAB/Investasi RS PTN UNSRAT type/kelas B Tabel 4.72 Rincian Pembelian/Pengadaan Alat Medis tahap-1, RS PTN type B Tabel 4.73 Rencana Pengeluaran RAB/Investasi RS Type B Tabel 4.74 Beberapa Asumsi Penyusunan Biaya O & M RSPTN Type B Tabel 4.75 Proyeksi Biaya Variabel RS PTN type B Tabel 4.76 Proyeksi Biaya Tetap RS PTN type B Tabel 4.77 Proyeksi Biaya O & M Gedung & Peralatan Medis RS PTN type B Tabel 4.78 Mata Anggaran Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tabel 4.79 Proyeksi Biaya UKT Mahasiswa RS PTN type B Tabel 4.80 Rekapitulasi Proyeksi Pendapatan Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B (dalam juta rupiah) Tabel 4.81 Rekapitulasi Proyeksi Pendapatan Pasien Umum RS PTN UNSRAT dan Gabungan Tabel 4.82 Rasio Perbandingan Modal dan Pinjaman Tabel 4.83 Asumsi dan Hasil Perhitungan Tabel 4.84 Hasil Perhitungan DSCR RSPTN Type B Tabel 4.85 Perhitungan FNPV dan FIRR, RS PTN UNSRAT Type B Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xiv

16 Tabel 4.86 Hasil perhitungan FNPV dan FIRR, RS PTN type B Tabel 4.87 Rincian Perhitungan AP Tabel 4.88 Proyeksi Laba (Rugi) RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan Tabel 4.89 Proyeksi Arus Kas RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan Tabel 4.90 Proyeksi Neraca RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan Tabel 4.91 Hasil Perhitungan Rasio Ekonomi dan Keuangan Tabel 5.1 Matriks Identifikasi Dampak Potensial Tabel 5.2 Matriks Dampak Potensial Tabel 5.3 Dampak Penting Hipotetik Tabel 5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Tabel 5.5 Jadwal Pelaksanaan Pelaporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tabel 6.1 Skema KPBU Tabel 6.2. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Tabel 7.1 Tabel Risiko RSPTN Unsrat Tabel 9.1 Tabel Isu Kritis dan Rencana Tindak Lanjut Tabel 9.2 Jadwal Penyelesaian Isu Kritis dan Pelaksanaan KPBU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xv

17 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Tahun Grafik 1.2 Rasio Dokter Spesialis terhadap Penduduk Indonesia tahun Grafik 1.3 Rasio Dokter Umum Terhadap Penduduk di Sulawesi Utara Grafik 1.4 Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Manado (km2), Grafik 1.5 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RS di Kota Manado, Grafik 1.6 Kunjungan Pasien Rawat Inap di RS di Kota Manado, Grafik 4.1 Pembayaran AP Meningkat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xvi

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Laporan Market Sounding Lampiran 2 : Undangan Peserta Konsultasi Publik Lampiran 3 : Daftar Hadir Konsultasi Publik Lampiran 4 : KAK Market Sounding Lampiran 5 : Undangan Peserta Market Sounding Lampiran 6 : Daftar Hadir Market Sounding Lampiran 7 : Informasi Memorandum Lampiran 8 : Materi Market Sounding Lampiran 9 : Surat Penyataan Minat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU xvii

19 1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga Negara yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan. Didalam Undang-undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional disebutkan bahwa jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan diberlakukannya SJSN maka kebutuhan akan penyelenggara pelayanan kesehatan akan semakin meningkat, hal ini tentunya akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan tenaga kesehatan, khususnya dokter. Oleh karena itu institusi penyelenggara pendidikan kedokteran dituntut pula untuk berperan dalam menghasilkan tenaga dokter yang cukup, baik dalam jumlah (ku antitas) maupun secara kualitas, hal tersebut dapat dicapai melalui sistem pendidikan yang mampu menjawab tuntutan kompetensi tenaga dokter dan tuntutan kualitas layanan termasuk didalamnya adalah kualitas dokter. Sesuai dengan UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU No.20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran serta UU no 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dalam upaya menghasilkan dokter layanan primer yang profesional dan kompeten, Fakultas Kedokteran disetiap Perguruan Tinggi wajib menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran yang berorientasi kepada kepentingan Nasional. Pendidikan Kedokteran diselenggarakan melalui dua tahap yaitu Program Pendidikan Sarjana Kedokteran dan Program Pendidikan Profesi Dokter. Pendidikan kedokteran merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan dan penelitian serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi sehingga dapat menghasilkan dokter dan dokter gigi yang bermutu, kompeten dan berorientasi pada keselamatan pasien guna memenuhi kebutuhan dokter dan dokter gigi di seluruh Wilayah NKRI dan meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi. Untuk menghasilkan lulusan dokter yang kompeten maka dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran harus berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun Pada Pendidikan Profesi Dokter setiap Fakultas Kedokteran wajib mempunyai Rumah Sakit Pendidikan sebagai tempat pendidikan profesi dokter sesuai yang diamanahkan UU No 20 tahun Didalam UU nomor 20 tahun 2013 Pasal 6 disebutkan bahwa salah satu satu syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi adalah memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran. Rumah sakit tersebut akan digunakan sebagai tempat pendidikan profesi dokter dan / atau dokter gigi. Hal tersebut adalah untuk menjawab tutuntan yang diamanatkan dalam UU Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 45: Setiap satuan pendidikan formal dan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-1

20 nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pasal 41 ayat (1): sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi wajib disediakan, difasilitasi, atau dimiliki oleh Perguruan Tinggi sesuai dengan Program Studi yang dikembangkan. Salah satu sumber belajar yang dimaksud pasal 41 ayat (1) adalah rumah sakit. Keberadaan Rumah sakit Pendidikan maupun Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri bukan hanya merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional tetapi menjadi bagian yang terintegrasi dalam Sistem Kesehatan Nasional, hal ini tercantum dalam PP No 72 tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dimana disebutkan bahwa Pengelolaan kesehatan adalah proses atau cara mencapai tujuan pembangunan kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen, informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Sumber daya manusia dan pengembangannya pada Sistem Kesehatan Nasional termasuk didalamnya adalah dokter layanan primer yang dihasilkan dari Pendidikan Profesi Dokter di RS Pendidikan. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang Pendidikan Kedokteran, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi. Rumah sakit yang akan menjadi rumah sakit pendidikan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan antara lain Kelas rumah sakit minimal Kelas B. Rumah Sakit Kelas B merupakan rumah sakit rujukan tersier yang menangani kasus-kasus rujukan subspesialistik sehingga hal tersebut akan menyulitkan bagi peserta didik program profesi dokter ( Co-ass) dalam mendapatkan kasus yang sesuai dengan kompetensinya. Gambar 1.1 Ilustrasi Kebutuhan RSPTN Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-2

21 Menurut informasi yang disampaikan oleh Menteri Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) (dalam Republika.co.id, Jakarta, 29 Juni 2015), Kemenristek Dikti kembangkan 24 RSPTN, salah satunya adalah RS PTN Unsrat. Pembangunan RSPTN merupakan salah satu program Kemenristekdikti Rumah Sakit PT merupakan rumah sakit pendidikan milik pemerintah, yang dikelola perguruan tinggi ditujukan untuk menjadi wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu. Konsep dasar pelayanan di rumah sakit PT adalah memberikan pelayanan yang dapat memberikan paparan kepada peserta didik untuk dapat memenuhi kompetensi sesuai SKDI. Pembangunan rumah sakit Pendidikan PT Unsrat telah dimulai sejak tahun 2009, pembangunan rumah sakit sempat terhenti dan sampai saat ini masih terkendala dana. Didalam Renstra Kemenristekdikti untuk pendanaan programprogram, selain bersumber dari APBN dan Pinjaman Luar Negeri, Kemenristekdikti akan berupaya agar pihak swasta dapat memberikan dukungan pendanaan untuk kegiatan-kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek melalui skema Public Private Partnership (PPP) atau KPBU. Untuk itu, dalam rangka mempercepat implementasi pembangunan proyek Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi ini serta merujuk kepada Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur dan Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur, diperlukan penyiapan proyek kerjasama investasi, secara khusus penyelesaian dokumen kajian akhir prastudi kelayakan ( Final Business Case) dan penyiapan dokumen lelang. Keluaran kegiatan ini diharapkan menjadi salah satu rujukan untuk pelaksanaan pelaksanaan lelang penyelenggara prasarana layanan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi di Kota Manado (khususnya) dan Provinsi Sulawesi Utara. Mengingat RSPT Unsrat adalah rumah sakit pemerintah yang dikelola oleh Universitas Sam Ratulangi, dan kelembagaan Unsrat saat ini adalah Satker maka yang menjadi PJPK adalah Kemensristekdikti Provinsi Sulwesi Utara A. Letak Geografis Secara geografis, Provinsi Sulawesi Utara terletak di bagian paling utara Pulau Sulawesi dan merupakan salah satu dari tiga provinsi yang terletak di sebelah utara garis khatulistiwa. Letak geografis Provinsi Sulawesi Utara pada Lintang Utara dan Bujur Timur. Batas Wilayah Propinsi: Sebelah utara : Laut Sulawesi, Republik Philipina, Laut Pasifik Sebelah timur : Laut Maluku Sebelah selatan : Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo Sebelah barat : Teluk Tomini dan Provinsi Gorontalo Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-3

22 Luas wilayah Sulawesi Utara tercatat km 2 Kabupaten dan empat Kota. yang terbagi atas sebelas Tabel 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten/Kota Luas (km 2 ) Persentase Kabupaten 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-4

23 Diolah dari Sumber Sulewesi Utara dalam Angka 2016 Grafik 1.1 Luas Wilayah Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, Tahun 2016 Tabel 1.2 Jarak dari Ibukota Kabupaten/Kota ke Ibukota ProvinsI Di Provinsi Sulawesi Utara (km), 2015 Kabupaten Kabupaten/Kota Ibukota Kabupaten/ Kota 1. Bolaang Mongondow Lolak Minahasa Tondano 31,26 3. Kepulauan Sangihe Tahuna 244,00 4. Kepulauan Talaud Melonguane 65,00 5. Minahasa Selatan Amurang 27,00 6. Minahasa Utara Airmadidi 23,00 7. Bolaang Mongondow Utara Baroko 146,00 8. Siau Tagulandang Biaro Ondong Siau 115,00 9. Minahasa Tenggara Ratahan 115, Bolaang Mongondow Selatan Bolang uki 389, Bolaang Mongondow Timur Tutuyan 229,30 Jarak ke Ibukota Provinsi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-5

24 Kabupaten/Kota Ibukota Kabupaten/ Kota Jarak ke Ibukota Provinsi Kota 1. Manado Manado - 2. Bitung Bitung 41,39 3. Tomohon Tomohon 24,00 4. Kotamobagu Kotamobagu 183,72 Sumber: Sulawesi Utara dalam Angka 2016 B. Kependudukan Penduduk merupakan subyek dan sekaligus obyek dari pembangunan kesehatan. Masalah kependudukan yang mencakup jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan kesehatan. Berdasarkan data publikasi BPS diketahui bahwa jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013 adalah sebesar jiwa. Jumlah ini meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Menurut data yang terdapat dalam Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka 2016, jumlah penduduk di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2014 adalah sebesar jiwa dan pada tahun 2015 meningkat lagi dengan laju pertumbuhan penduduk pertahun 1.07 dibanding tahun sebelumnya. Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Tahun Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2015 Kabupaten Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk 2013* Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-6

25 Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk 2013* Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Sumber: * Sulawesi Utara dalam Angka 2014 dan Sulawesi Utara dalam Angka 2016 Tabel 1.4 Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2015 Kabupaten Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Sumber: Sulawesi Utara dalam Angka 2016 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-7

26 Tabel 1.5 Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2015 Kelompok Umur (Tahun) Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Total Total Data diolah dari Sumber Sulawesi Utara Dalam Angka 2016 C. Ekonomi Salah satu indikator ekonomi yang mencerminkan produktivitas perekonomian suatu daerah adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB pada tingkat provinsi menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Dalam penyusunan PDB dan PDRB, Provinsi Sulawesi Utara menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan lapangan usaha (menurut sumber kegiatan ekonomi) dan pengeluaran (komponen penggunaannya). Nilai PDRB Provinsi Sulawesi Utara terus meningkat seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan perekonomian di provinsi ini. Pada tahun 2010 nilai PDRB baik atas dasar harga berlaku sama dengan harga konstannya yaitu sebesar 51,72 triliun rupiah. Berdasarkan harga berlaku (ADHB) nilai PDRB tersebut meningkat menjadi 91,28 triliun rupiah pada tahun Sementara itu, PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 (ADHK 2010) yang secara umum menggambarkan dinamika produksi seluruh aktifitas perekonomian di Provinsi Sulawesi Utara, pada tahun 2015 diperkirakan bernilai 70,42 trilliun rupiah. Nilai tersebut lebih tinggi 6,12 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 66,36 trilliun rupiah. Kategori pertanian, kehutanan dan perikanan dari tahun 2011 peranannya cenderung menurun, meskipun kategori pertanian, kehutanan dan perikanan masih menjadi kategori dengan peranan terbesar. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan nilai tambah di kategori lainnya seperti kategori administrasi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-8

27 pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, kategori jasa pendidikan dan kategori transportasi dan pergudangan yang selama kurun waktu lima tahun terakhir cenderung menunjukkan tren yang semakin meningkat. Sejalan dengan tren perlambatan ekonomi nasional, perekonomian Sulawesi Utara pada tahun 2015 masih menunjukkan kecenderungan untuk tumbuh melambat yakni sebesar 6,12 persen. Namun demikian, pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan nasional yang hanya tumbuh sebesar 4,9 persen pada tahun Seluruh lapangan usaha mencatat pertumbuhan yang positif di tahun Adapun lima kategori lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi diantaranya kategori Konstruksi tumbuh sebesar 9,49 persen, kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 8,99 persen, kategori Informasi dan Komunikasi sebesar 8,95 persen, kategori Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum mencatat sebesar 8,52 persen, kategori Pertambangan dan Penggalian sebesar 8,17 persen. (Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka, 2016). D. Kesehatan dan Sarana Kesehatan 1. Akses ke Pelayanan Kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yaitu hak rakyat untuk memperoleh akses atas kebutuhan pelayanan kesehatan. Pembangunan kesehatan juga harus dipandang sebagai suatu investasi dalam kaitannya untuk mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar Jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar merupakan suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan azas usaha bersama dan kekurangan, berkesinambungan, dengan mutu yang terjamin dan biaya yang terkendali. Peran serta masyarakat adalah syarat mutlak bagi keberhasilan, kelangsungan dan kemandirian pembangunan di bidang kesehatan yang diwujudkan antara lain sebagai penyelenggara berbagai upaya pelayanan kesehatan dan dalam membiayai pemeliharaan kesehatan. Peran serta dalam pembiayaan pemeliharaan kesehatan terlaksana antara lain dalam bentuk pengeluaran biaya langsung untuk kesehatan, dana sehat, asuransi sosial di bidang kesehatan dan berbagai bentuk pembiayaan kesehatan prabayar. Perkembangan peserta jaminan kesehatan di Provinsi Ulawesi Utara cukup positif. Kepesertaan jaminan kesehatan tahun 2015 sebanyak 62,15% dari total penduduk. (Data diolah dari sumber data: Provinsi Sulawesi Utara dalam Angka, 2016.) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-9

28 Tabel 1.6 Jumlah Peserta Wajib Asuransi Kesehatan di Sulawesi Utara Tahun 2015 Kabupaten Kabupaten/Kota Peserta wajib Istri/ Suami Anak Tambahan Total 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Sumber BPJS Kesehatan dalam Provinsi Sulawesi Dalam Angka 2016 Kunjungan di Sarana Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Cakupan kunjungan rawat jalan dan kunjungan rawat inap di sarana pelayanan kesehatan pada tahun 2015, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-10

29 Tabel 1.7 Jumlah Kunjungan/Layanan Pasien Lama dan Baru di Poliklinik RSUP Manado Menurut Penanggung Jawab Biaya, Tahun 2015 Penanggung Jawab Biaya Pasien Baru Pasien Lama Total Askes Umum UC JKN IKS TOTAL Diolah dari Sumber Sulawesi Utara dalamangka 2016 Keterangan: UC = Universal Coverage IKS = Ikatan Kerjasama 2. Fasilitas Kesehatan Dalam upaya pencapaian pembangunan kesehatan diperlukan sarana/fasilitas Kesehatan untuk melayani penduduk. Fasilitas pelayanan kesehatan terdiri Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (Puskesmas, Balai Kesehatan) dan Fasilitas Pelayanan Lanjutan (Rumah Sakit) Tabel 1.8 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun Tahun Rumah sakit Rumah Bersalin Puskesmas Posyandu Klinik/Balai Kesehatan Polindes Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka, 2016 Rumah Sakit Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dalam Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2016, Provinsi Sulawesi Utara memiliki 40 Rumah Sakit dengan distribusi terbesar ada di kota Manado. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-11

30 Tabel 1.9 Jumlah Rumah Sakit Menurut Jenis Rumah Sakit Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2015 Kabupaten Kabupaten/Kota RSU RSK RS Swasta RS TNI/ Polri 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Total Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Sumber: Sulawesi Utara dalam Angka 2016 Tenaga Kesehatan Berdasarkan Berdasarkan Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 Tahun 2013 tentang Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan Tahun , telah ditetapkan sejumlah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2014, rasio dokter spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per penduduk, rasio dokter umum sebesar 40 dokter umum per penduduk, rasio perawat sebesar 158 perawat per penduduk dan bidan sebesar 100 bidan per penduduk. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-12

31 Kabupaten Tabel 1.10 Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Kecamatan di Provinsi Sulawesi Utara tahun 2015 Kabupaten/Kota Tenaga Medis Tenaga Keperawatan Tenaga Kesehatan Tenaga Kebidanan Tenaga Kefarmasian Tenaga Kesehatan lainnya 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan 11. Bolaang Mongondow Timur Kota 1. Manado Bitung Tomohon Kotamobagu Sulawesi Utara Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2016 a) Dokter Spesialis Dokter spesilais yang memberikan pelayanan kedokteran di sarana kesehatan di Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2014 berjumlah 810 orang. Dengan Jumlah dokter sepsialis yang ada maka rasio DS spesialis per penduduk Sulawesi Utara idealnya (10 dokter Spesialis/ penduduk) sudah terpenuhi. Pada tahun 2014 rasio DS/ penduduk sebesar Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-13

32 Tabel 1.11 Jumlah Dokter Spesialis dan Dokter Umum Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2014 Kabupaten Kabupaten/Kota Dokter Spesialis Dokter Umum 1. Bolaang Mongondow Minahasa Kepulauan Sangihe Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Bolaang Mongondow Utara Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Kota 1) Manado ) Bitung ) Tomohon ) Kotamobagu - 28 Sulawesi Utara Sumber: Dinas Kesehatan Sulawesi Utara dalam Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-14

33 Sumber: Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 Grafik 1.2 Rasio Dokter Spesialis terhadap Penduduk Indonesia tahun 2014 b) Dokter umum Ratio Dokter Umum di Indonesia pada tahun 2013 masih berada dibawah target 40 DU/ penduduk, hanya delapan Provinsi yang terlah mencapai, salah satunya adalah Provinsi Sulawesi Utara. Rasio DU per penduduk di Provinsi Sulawesi Utara besar 82.3 DU, namun demikian secara Kabupaten/Kota baru dua Kabupaten yang mencapai rasio tersebut, yaitu Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa, sedangkan untuk Wilayah Kota, keempat Kota yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara rasio DU/ penduduk telah terpenuhi, dengan rasio tertinggi di kota Manado yang mencapai 310,1 DU. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-15

34 Sumber : Sekretariat Konsil Kedokteran Indonesia, update sampai dengan Juni 2013 Sumber: Ringkasan Eksekutif Data dan Informasi Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Grafik 1.3 Rasio Dokter Umum Terhadap Penduduk di Sulawesi Utara Kota Manado A. Letak Geografiis Kota Manado terletak di bagian utara Pulau Sulawesi dan merupakan kota terbesar di Sulawesi Utara dengan luas wilayah daratan 157,26 km 2.. Manado adalah Ibu kota Propinsi Sulawesi Utara yang terletak diantara (B1) 40 Lintang Utara dan (B2) 50 Bujur Timur Batas Wilayah: Sebelah utara : Kabupaten Minahasa Utara Sebelah timur : Kabupaten Minahasa Utara dan Kabupaten Minahasa Sebelah selatan : Kabupaten Minahasa Sebelah barat : Laut Sulawesi Secara administratif, Kota Manado terbagi dalam 11 wilayah Kecamatan dan 87 Kelurahan/desa Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-16

35 23% 3% 3% Gambar 1.2 Peta Kota Manado Grafik 1.4 Persentase Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Manado (km2), 2014 B. Kependudukan 11% 11% 1% 32% 5% manadokota.bps.go.id Jumlah Penduduk Kota Manado berdasarkan sensus BPS tahun 2015 adalah Jiwa dengan distribusi yang seimbang antara Laki-Laki dan Perempuan. 4% 5% 2% Malalayang Sario Wanea Wenang Tikala Paal Dua Mapanget Singkil Tuminting Bunaken Bunaken Kepulauan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-17

36 Tabel 1.12 Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin Menurut Kecamatan di Kota Manado, 2015 Kecamatan Jumlah Penduduk Laki-Laki Perempuan Total Sex Rasio Malalayang Sario Wanea Wenang Tikala Paal Dua Mapanget Singkil Tuminting Bunaken Bunaken Kepulauan Manado Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 Tabel 1.13 Penduduk Kota Manado Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2015 Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki Penduduk Perempuan Laki-Laki + Perempuan N % N % N % Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-18

37 Kelompok Umur (Tahun) Laki-Laki Penduduk Perempuan Laki-Laki + Perempuan N % N % N % Manado Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 C. Keuangan Daerah Realisasi Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota adalah realisasi/perhitungan APBD Kabupaten Kota pada tiap tahun anggaran. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut verdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. Pada tahun 2015 Pemerintah Daerah Kota Manado menganggarkan pendapatan sebesar Rp rupiah dari sumber-sumber yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan penerimaan lain-lain yang sah. Besarnya persentase PAD adalah sebesar 16.35%. Pada tahun 2015 Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Kota Manado sebesar Rp Tabel 1.14 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Manado Tahun Jenis Pendapatan PAD 178,307, ,871, ,392, ,525,557 Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan yang sah Sumber: Kota Manado Dalam Angka, D. Kesehatan dan Fasilitas Kesehatan Pembangunan kesehatan merupakan faktor penting untuk meningkatkan kesehateraan rakyat. Pembangunan kesehatan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia akan dapat berhasil dengan baik juga ditentukan dari mutu pelayanan kesehatan serta ketersediaan fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas dan juga sumber daya lainnya yang memadai antara lain ketersediaan tenaga kesehatan dan ketersediaan obat. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-19

38 1. Jumlah Kunjungan ke Rumah Sakit a) Kunjungan Rawat Jalan Jumlah kunjungan rumah sakit baik rumah sakit umum daerah maupun rumah sakit Swasta sebanyak orang. Kunjungan tertinggi berasal dari RSU. Pancaran Kasih orang, sedangkan yang paling rendah dari RSK. Kirana sebesar 741 orang (sumber: Profil Kesehatan kota Manado, 2015). Jumlah Kunjungan pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit di Kota Manado, Sumber: Profil Kesehatan Kota Manado, 2015 Grafik 1.5 Kunjungan Pasien Rawat Jalan di RS di Kota Manado, 2015 b) Kunjungan Rawat Inap Grafik 1.6 Kunjungan Pasien Rawat Inap di RS di Kota Manado, 2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-20

39 c) 10 Kasus Penyakit terbanyak. Tabel 1.15 Jumlah Kasus 10 Penyakit terbanyak di Kota Manado, 2015 Jenis Penyakit Jumlah Kasus 1. Infeksi penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas Hipertensi Penyakit pada saluran pernafasan bagian atas Gastritis Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Pada sistem Otot dan Jaringan Pengikat Penyakit Kulit Alergi Diabetes Mellitus Tonsilitis TB Paru 2789 Manado Sumber: Kota Manado Dalam Angka, Sarana Kesehatan Kota Manado memiliki 12 Rumah Sakit untuk melayani masyarakat Kota Manado. Rasio kebutuhan Tempat tidur per 1000 penduduk di Kota Manado sudah terpenuhi. Penduduk Kota Manado berjumah dan jumlah tempat tidur yang tersedia di rumah sakit sebesar 2.120, tetapi distribusinya tidak merata. Kapasitas TT terbanyak berada di Kecamatan Malalayang. Tabel 1.16 Banyaknya Penduduk, Rumah Sakit dan Kapasitas Tempat Tidur menurut Kecamatan di Kota Manado,Tahun 2015 Kecamatan Rumah Sakit Nama Rumah Sakit Malalayang RSUP. Prof Kandow, RS. Kasih Ibu Tempat Tidur Sario RS. Ratumbuysang 250 Wanea RS. Bhayangkara, RS Advent, RS. Wolter Monginsidi Wenang RS. Siloam, RS Kirana, RS. P Kasih Tikala RS. Permata Bunda 64 Paal Dua Mapanget RS. TNI AU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-21

40 Kecamatan Rumah Sakit Nama Rumah Sakit Tempat Tidur Singkil Tuminting RS. Siti Maryam 76 Bunaken Bunaken Kepulauan Manado Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 RSUP Kandou RSUP Prof Dr R.D Kandou Manado pada awalnya didirikan pada jaman pendudukan Hindia Belanda pada tahun 1936 dengan nama Koningen Wilhelmina Ziekenheuis atau Rumah Sakit Ratu Wilhelmina. Rumah Sakit Kandou berlokasi di Jl Raya Tanawangko no 56 Kecamatan Malalayang. Pada tahun 1995, rumah sakit Malalayang. ini kemudian ditetapkan menjadi RSUP Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No 730/Menkes/SK/VI/2004 RSUP Malalayang berubah nama menjadi RSUP Prof RD Kandou Manado dan pada tahun 2005 diresmikan oleh Menteri Kesehatan yang diwakili oleh Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik. Pada tahun 2007 berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI ni 756/MENKES/SK/VI/2007 RSUP Prof Kandou ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pemerintah yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum Pada tahun 2015 dalam keputusan menteri tentang izin operasional RSUP Kandou, rumah sakit ini ditetapkan sebagai rumah sakit umum kelas tipe A dan merupakan rumah sakit rujukan nasional dan pada tahun 2015 RSUP Kandou mendapat sertifikat terakreditasi paripurna. a. Tenaga Dokter Sebagai Rumah Sakit Kelas A dan rumah sakit rujukan Nasional maka pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan spesialistik. Untuk menyelenggarakan pelayanan spesialistik RSUP didukung oleh SDM Kesehatan (khususnya dokter spesialis dan Subspesialis) se suai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam Permenkes 56 Tahun Sebagai rumah Sakit Pendidikan, RSUP Kandou didukung pula oleh dokter spesialis yang berfungsi sebagai tenaga edukatif. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-22

41 Tabel 1.17 Jumlah Tenaga Dokter Menurut Jenis Spesialis Di RSUP. Prof. Kandou Manado 2015 No Tenaga Dokter S3 Kedokteran S2 Kedokteran Kerja Dokter Gigi dan Mulut Dokter Spesialis THT Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Dokter Spesialis Bedah Dokter Spesialis Bedah Onkologi Dokter Spesialis Bedah Digestif Dokter Spesialis Bedah Saraf Dokter Spesialis Bedah Orthopedi Dokter Spesialis Bedah Plastik Dokter Spesialis Bedah Thoraks Dokter Spesialis Obs gyn Dokter Spesialis Saraf Dokter Spesialis Jiwa Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Dokter Spesialis Mata Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik Dokter Spesialis Forensik Dokter Spesialis Patologi Anatomi Dokter Spesialis radiologi Dokter Spesialis Anestesi Dokter Spesialis Patologi klinik Dokter Spesialis Kardiologi Dokter Spesialis Paru Dokter Spesialis Urologi Dokter Spesialis Mikrobiologi klinik Dokter Umum Dokter PPDS Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2016 Jumlah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-23

42 No Tabel 1.18 Jumlah Tenaga Medis RSUP Kandou Menurut Satus Kepegawaian Tahun 2015 Jenis Tenaga 1 Dokter Umum 2 Dokter Spesialis 3 S3 Kedokteran 4 S2 Kedokteran Kerja Kemenkes Swasta/ Kontrak/dll Status Kepegawaian Kemendikbud Tenaga Profesional/ tenaga Konsultan Jumlah Jumlah Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka Tenaga Kesehatan Kebutuhan tenaga dokter Umum dan dan Dokter Spesialis untuk Kota Manado secara rasio sudah terpenuhi. Kebutuhan Dokter umum (DU) per penduduk adalah sebesar 40 DU, sedangkan kebutuhan Dokter Spesialis per penduduk adalah 10DS/ penduduk. Tabel 1.19 Banyaknya Dokter Spesialis, Dokter Umum dan Dokter Gigi di Sarana Pelayanan Kesehatan, 2015 Unit Kerja Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Puskesmas Rumah Sakit Institusi Diknakes/Diklat Sarana Kesehatan lainnya Dinas Kesehatan TOTAL Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-24

43 E. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Fakultas Kedokteran didirikan pada tanggal 28 Mei 1959 (selanjutnya diperingati sebagai tanggal lahirnya Fakultas Kedokteran UNSRAT) dalam lingkungan Universitas Sulawesi Utara Tengah (UNSUT) berdasarkan Surat Pekuper Nomor 522/Pert/Pekuper/1958 tertanggal 5 Mei 1959 yang selanjutnya diakui sebagai Fakultas Kedokteran Negeri pada tanggal 26 Desember 1961 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan RI Nomor 8242/UP/II/61 dan kemudian dengan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 227 Tahun 1965 ditetapkan sebagai Fakultas Kedokteran UNSRAT. Gambar 1.3 FK Unsrat FK UNSRAT memiliki visi dan misi yang tidak bisa dipisahkan dengan Visi dan Misi Universitas Sam Ratulangi, yaitu menjadi Fakultas Kedokteran yang unggul, berbudaya, inovatif dan mengabdi kepada kepentingan bangsa dan kemanusiaan. Tata kelola fakultas yang baik, transparan dan akuntabel merupakan hal yang sangat penting saat ini. Karena itu rencana strategis dan rencana operasional fakultas ditetapkan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, yang merupakan panduan agar fokus pada tujuan dan dapat mengembangkan program prioritas yang komprehensif, terpadu, efektif dan efisien. Upaya-upaya sinergis yang ditempuh antara lain melalui akselerasi FK UNSRAT sebagai institusi pembelajaran berbasis riset, yang memiliki reputasi internasional di bidang pendidikan, riset dasar, klinik maupun translasional dan pengabdian masyarakat yang berkesinambungan. Upaya lainnya adalah penjaminan mutu internal. Penjaminan mutu internal selalu ditingkatkan baik di bidang akademik, administrasi dan keuangan. Inovasi dan upaya perbaikan di bidang kurikulum dan pembelajaran agar setiap lulusan mampu memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), serta mampu bersaing di tingkat global dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan. (sumber Web Universitas SAM Ratulangi, diunduh pada tanggal 6 Agustus 2016). Fakultas Kedokteran Unsrat memiliki dua kampus tempat kuliah yaitu Kampus Kleak Manado, dan Kampus Malalayang. Dalam rangka menunjang proses pendidikan dan upaya meningkatkan kompetensi lulusan dokter, Universitas Sam Ratulangi saat ini sedang menyiapkan pembangunan Rumah sakit perguruan tinggi negeri Unsrat untuk pendidikan klinis/profesi, Rumah sakit perguruan tinggi negeri Universitas Sam Ratulangi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-25

44 dimaksudkan sebagai RSP Utama bagi Fakultas Kedokteran Universitas Unsrat, sehingga seluruh atau sebagian besar modul pembelajarannya dilakukan di RSP tersebut, saat ini beberapa mitra kerjasama rumah sakit pendidikan adalah RSUP Prof. Kandouw, RSU Tkt I. Teling, RS Betehesda Tomohon (sebagai Mitra Kerjasama Bidang pendidikan Dokter dan Dokter Spesialis). Tabel 1.20 Jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Program Pendidikan Dokter Spesialis tahun Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Pendidikan Dokter Spesialis Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 Tabel 1.21 Banyaknya Mahasiswa Pendidikan Dokter, PPDS dan Jumlah Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, 2015 Tahun Jumlah Mahasiswa Dokter PPDS Jumlah Dosen Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 Tabel 1.22 Perkembangan Lulusan Fakultas Kedokteran dan Program PPDS Universitas Sam Ratulangi Tahun No Fakultas Kedokteran PPDS Sumber: Profinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2016 Tabel 1.23 Perkembangan Jumlah Tenaga edukatif Universitas Sam Ratulangi Tahun No Fakultas Kedokteran Sumber: Provinsi Sulawesi Utara Dalam Angka 2016 Berdasarkan informasi yang didapat dari Tim Unsrat bahwa sejak tahun 2014 penerimaan mahasiswaprogram Studi Kedokteran diturunkan mengikuti kuota nasional berdasarkan kriteria Akreditasi Fakultas Kedokteran (Akreditasi B) dan Kelulusan Uji Kompetensi Kedokteran Indonesia (< 50%). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-26

45 Tabel 1.24 Jumlah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Tahun akademik 2015/2016 Program Studi Jumlah Pendidikan Dokter 210 Pendidikan Dokter Gigi 106 Ilmu Keperawatan 207 Sumber: Unsrat Dalam Angka, Alasan Kebutuhan Proyek a. Sebagai upaya memenuhi komitemen nasional dimana Pergurun tinggi yang menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran (Fakultas Kedokteran) harus memiliki rumah sakit pendidikan atau rumah sakit yang bekerjasama dengan rumah sakit pendidikan. b. Untuk Memenuhi kebutuhan tempat tidur bagi Penduduk Wilayah Provinsi Sulawesi Utara, khususnya Kota Manado. Meskipun Rasio Tempat Tidur : Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi Utara dan Kota Manado secara statistik sudah mencapai rasio ideal yang ditetapkan tetapi jika dilihat penyebaran/distribusinya belum merata di wilayah Kabupaten/Kota. Sebagain besar tempat tidur merupakan kontribusi RSUP Kandou yang merupakan Rumah Sakit Rujukan Nasional, sehingga seharusnya perhitungan jumlah penduduk yang dilayani tidak terbatas pada wilayah dimana rumah sakit itu berlokasi (di Kecamatan Malalayang) tetapi juga mencakup wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara serta Provinsi di sekitar Provinsi Sulawesi Utara, misalnya Provinsi Papua, Provinsi Maluku Utara, dll. Berdasarkan informasi dan perhitungan jumlah penduduk yang dilayani (dengan menghitung jumlah Penduduk Kabupaten yang berdekatan dengan Kota Manado) maka masih terdapat kekurangan 700 Tempat Tidur c. Pemenuhan Kebutuhan Wahana Pembelajaran klinik/profesi Khususnya Pendidikan Dokter Umum. Jumlah mahasiswa program profesi yang membutuhkan pasien sebagai bahan ajar ditentukan berdasarkan rasio 1 mahasiswa: 3 pasien artinya 1 Mahasiswa : 3 TT. Pada tahun 2015, jumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi adalah 210, ini berarti bahwa diperlukan 630 TT sebagai sumber pembelajaran profesi. RSUP Kandou yang menjadi rumah sakit pendidikan memiliki 785 TT, namun tidak semua TT dapat menjadi tempat pembelajaran profesi dokter umum yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai sehingga masih diperlukan TT yang akan digunakan sebagai wahana pendidikan dokter umum. d. Untuk mencapai standar kompetensi dokter Umum Untuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia, mahasiswa kedokteran harus terjun langsung untuk mendapatkan pengalaman dalam menangani berbagai macam penyakit untuk itu diperlukan RS Pendidikan sebagai tempat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-27

46 penyelenggaraan kegiatan akademik (pendidikan/pelatihan medis) yang menyediakan pelayanan kesehatan dasar, sekunder maupun tersier dan pelayanan medis pasien rawat jalan dan rawat inap. Rumah sakit perguruan tinggi negeri merupakan fasilitas yang sangat krusial dalam pendidikan kedokteran sebagai langkah untuk peningkatan mutu pelayanan, pendidikan, penelitian kedokteran dan ilmu terkait lainnya. Kebutuhan akan Rumah sakit perguruan tinggi negeri Universitas Sam Ratulangi Manado yang menjadi lahan pembelajaran klinik bagi mahasiswa program dokter maupun Program Pendidikan Dokter Spesialis dirasakan sudah mendesak, untuk dapat menjawab tantangan pembangunan kesehatan secara umum serta untuk meningkatkan kompetensi lulusan. Saat ini RS yang digunakan sebagai RS Pendidikan bagi peserta pendidikan Profesi (Co-Ass) FK Unsrat adalah RSUP Kandou yang merupakan Rumah Sakit Kelas A, dimana pelayanannya merupakan pelayanan rujukan tersier, sehingga kasus yang ditangani di RSUP Kandou tidak sesuai dengan kasuskasus yang dibutuhkan bagi kompetensi dokter umum, oleh karena itu diperlukan RS PTN yang dapat mengakomodir kebutuhan pembelajaran/ kasus yang sesuai dengan kompetensi dokter umum, yaitu Rumah Sakit dengan tipe kelas C Pada tahun 2014 terdapat 225 orang lulusan FK Unsrat tidak mendapatkan ijazah dokter karena tidak lulus dalam Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI), hanya 50% lulusannya yang lulus UKDI. e. Sejak tahun 2009 Universitas Sam Ratulangi sudah mulai membangun Rumah sakit perguruan tinggi negeri, namun pembangunan terhenti pada tahun 2012 dan 2013 karena tidak mendapatkan alokasi APBN. Pada tahun 2014 dan 2015 pembangunan dilanjutkan, namun sampai saat ini bangunan Fisik yang direncanakan belum juga selesai karena ketiadaan anggaran. f. Pada bulan April 2016, Bangunan Poliklinik RS pendidikan Universitas Sam Ratulangi diresmikan dan mulai difungsikan sebagai polkilinik bagi Mahasiswa, Dosen, Karyawan dan keluarga Universitas Sam Ratulangi, Poliklinik belum dibuka untuk masyarakat Umum. 2. Profil Proyek KPBU: Rumah Sakit Universitas Manado Rumah sakit perguruan tinggi negeri Universitas Sam Ratulangi Manado yang berlokasi di dalam kompleks Universitas Sam Ratulangi mulai dibangun pada tahun 2009 dengan dana dari APBN. Rumah sakit perguruan tinggi negeri Universitas Sam Ratulangi pada tahap awal akan beroperasi sebagai rumah sakit kelas C. Pembangunan rumah sakit sempat terhenti pada tahun 2012 dan 2013 karena ketidaktersediaan dana akibat alokasi APBN tidak turun pada tahun tersebut. Pembangunan sempat dilanjutkan pada tahun , tetapi sampai saat ini fisik bangunan belum selesai. Bangunan yang direncanakan akan terdiri dari dua gedung berlantai tujuh baru selesai kurang dari 50%. Gedung yang direncanakan untuk poliklinik saat ini sudah difungsikan sebagai poliklinik Universitas yang melayani mahasiswa, dosen, karyawan dan keluarga Universitas Sam Ratulangi. Rumah sakit belum melayani masyarakat umum. Peresmian Gedung poliklinik RSP Unsrat sudah dilakukan pada bulan April Gedung poliklinik yang rencananya terdiri dari 6 lantai baru selesai 3 lantai. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-28

47 Rumah sakit perguruan tinggi negeri Universitas Sam Ratulangi belum memiliki izin operasional sebagai rumah sakit berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 56 tahun 2004, hal ini disebabkan karena fisik bangunan yang belum selesai. Kelengkapan administrasi untuk proses perijinan rumah sakitpun belum lengkap, sarana dan prasarana rumah sakit kelas C sesuai Permenkes 56/2004 belum tersedia. Sebagai Rumah Sakit Kelas C, proses izin Operasional Rumah Sakit diberikan oleh Kepala Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari pehabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kota (Peermenkes 56/2014). Untuk mengurus izin operasional rumah Sakit sebagaimana yang dijelaskan diatas, maka Pemilik dalam hal ini Universitas Sam Ratulangi harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Kota Manado dengan melampirkan: a. Studi kelayalan; b. Master plan; c. Detail Engineering Design; d. Dokumen Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan; e. Fotokopi sertifikat tanah/ bukti kepemilikan tanah atas nama badan hokum pemilik rumah sakit; f. Izin Undang-Undang Gangguan (Hinder Ordonantie/HO); g. Surat Izin Tempat Usaha (SITU); h. Izin Mendirikan Bangunan (IMB); i. Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Kota (sumber: Permenkes No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan rumah Sakit) 3. Status Persiapan Proyek Alternatif Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dapat meliputi: a. Kerjasama untuk menyelesaikan pembangunan fisik bangunan rumah sakit sesuai dengan master plan b. Kerjasama untuk menyelesaikan pembangunan fisik Gedung Rumah Sakit, proses perizinan serta kelengkapan sarana dan prasarana c. Kerjasama mulai dari penyelesaian pembangunan rumah sakit sampai menyelenggarakam manajemen operasional Rumah Sakit. Persiapan Proyek KPBU dimulai dengan melakukan Pra Studi Kelayakan, Pembuatan Pra Studi Kelayakan dapat dilakukan dengan bantuan Konsultan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-29

48 1.2 Tujuan Tujuan dari pekerjaan ini adalah menyusun dokumen Kajian Awal Prastudi Kelayakan ( Outline Business Case) Proyek Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi, agar Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK) mempunyai landasan/basis apakah Proyek layak/tidak untuk ditransaksikan. 1.3 Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan Kajian Awal Prastudi Kelayakan Penyediaan Infrastruktur Rumah Sakit Perguruan Tinggi Universitas Sam Ratulangi, Manado secara umum meliputi substansi sebagai berikut: 1. Pengumpulan data di sektor kesehatan khususnya tentang rumah sakit terutama mengenai kebutuhan dan ketersediaan tempat tidur di Kota Manado, kebutuhan tempat tidur bagi proses pembelajaran klinik bagi peserta pendidikan profesi dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, baik data sekunder maupun data primer yang didapat melalui wawancara. 2. Penyiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case) Penyediaan Infrastruktur Rumah Sakit Perguruan Tinggi Universitas Sam Ratulangi berdasarkan Peraturan Menteri PPN No 4 Tahun 2015 yang terdiri dari: a. Kajian Hukum dan Kelembagaan, meliputi: Analisis Peraturan Perundang-undangan Analisis Kelembagaan b. Kajian Teknis, meliputi: Analisa teknis; Penyiapan tapak; Rancangan Bangun Awal; dan Spesifikasi Keluaran c. Kajian Ekonomi dan Komersial, meliputi: Analisa Permintaan; Analisa Pasar; Analisa Struktur Pendapatan KPBU; ABMS; dan Analisa Keuangan. d. Kajian Lingkungan dan Sosial Kajian Lingkungan Hidup yang wajib AMDAL Analisa Sosial Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali e. Kajian Bentuk Kerjasama dalam penyediaan infrastruktur Bentuk Kerjasama yang mempertimbangkan: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-30

49 1) waktu ketersediaan infrastruktur 2) optimalisasi investasi 3) maksimalisasi efisiensi 4) kemampuan badan usaha 5) alokasi risiko 6) transfer knowledge Bentuk Kerjasama 1) lingkup kerjasama 2) jangka waktu dan penetapan 3) keterlibatan pihak ketiga 4) skema pemanfaatan barang milik Negara/daerah 5) stasus asset KPBU, jangka waktu perjanjian dan pengalihan aset f. Kajian Risiko, meliputi: Identifikasi Risiko Besaran/penilaian Risiko Alokasi Risiko Mitigasi Risiko g. Kajian Kebutuhan Dukungan dan/atau Jaminan Pemerintah, meliputi: Dukungan Pemerintah Jaminan Pemerintah h. Identifikasi Isu Kritis dan Kesiapan Pemerintah: Identifikasi Isu Kritis Rencana Penyelesaian Isu Kritis Jadwal Penyelesaian Isu Kritis 1.4 Keluaran Hasil Studi Lingkup kegiatan pekerjaan yang dihasilkan meliputi: 1. Review Kesiapan Awal PJPK 2. Draft Kajian Awal Prastudi kelayakan 3. Final Laporan Awal Prastudi kelayakan/outline Business Case (OBC); 1.5 Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan sejak awal Juni hingga akhir Desember Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-31

50 1.6 Kesimpulan 1. Penyelesaian pembangunan RSPTN UNSRAT sangat diperlukan untuk menjawab tantangan kebutuhan ketersediaan dokter yang kompeten seuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Hal tersebut dapat dicapai dengan adanya rumah sakit yang dapat digunakan sebagai wahana pendidikan profesi bagi dokter/dokter gigi yang dimiliki oleh Fakultas Kedokteran UNSRAT. 2. Keberadaan RSPTN UNSRAT akan menjawab tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap tempat tidur sesuai dengan rasio ideal 1 TT: Penduduk. 3. Keterbatasan anggaran pemerintah untuk menyelesaikan pembangunan RSPTN UNSRAT dapat diatasi dengan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam penyes iaan Infrastruktur RSPTN UNSRAT. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang dalam Renstra Kemenristekdikti untuk pendanaan program-program, selain bersumber dari APBN dan Pinjaman Luar Negeri, Kemenristekdikti akan berupaya agar pihak swasta dapat memberikan dukungan pendanaan untuk kegiatan-kegiatan penelitian, pengembangan dan penerapan Iptek melalui skema Public Private Partnership (PPP) atau KPBU. 4. Agar RSPTN UNSRAT dapat segera beroperasi perlu diperhatikan kepatuhan terhadap aspek legal yang terkait dengan proses perijinan rumah sakit yang terdiri dari (a.) Izin Mendirikan dan (b) Izin Operasional RS. 5. Untuk dapat memenuhi tujuan pendidikan profesi dokter/dokter gigi, RSPTN UNSRAT dirancang sebagai rumah sakit umum dengan kelas RS B. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 1-32

51 2 BAB 2 KAJIAN HUKUM DAN KELEMBAGAAN 2.1 Analisa Peraturan Perundang-undangan Dalam menyusun Kajian Hukum dan Kelembagaan atas proyek pembangungan gedung, penyediaan peralatan dan pemeliharan gedung Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi ( atau selanjutnya disebut sebagai Proyek ) yang diajukan, kajian dalam ini diuraikan sesuai dengan ruang lingkup sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagai Peraturan Pelaksana dari Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Mengacu kepada Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2015, kajian dalam bab ini disusun dengan melakukan analisis peraturan perundang-undangan, yang dilakukan dengan tujuan untuk: 1) Memastikan bahwa KPBU dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan aspek-aspek: a) Pendirian Badan Usaha; b) Penanaman Modal; c) Persaingan Usaha; d) Lingkungan; e) Keselamatan Kerja f) Pengadaan Tanah; g) Pembiayaan KPBU, termasuk mekanisme pembiayaan dan pendapatan; h) Perizinan KPBU; i) Perpajakan; dan j) Peraturan-peraturan terkait lainnya, meliputi: i) Rumah Sakit PTN; ii) Bentuk Pengembalian Investasi; iii) Konstruksi; iv) Dukungan Pemerintah; dan v) Jaminan Pemerintah; dan vi) Penggunaan Aset Milik Pemerintah Untuk Pelaksanaan Proyek. 2) Menentukan risiko hukum dan strategi mitigasinya; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-1

52 3) Mengkaji kemungkinan penyempurnaan peraturan perundang-undangan; atau penerbitan peraturan perundang-undangan yang baru; 4) Menentukan jenis-jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan; dan 5) Menyiapkan rencana dan jadwal untuk memenuhi persyaratan peraturan dan hukum berdasarkan kajian pada jenis perizinan/persetujuan yang diperlukan. Dalam penyusunan Kajian Awal Prastudi Kelayakan untuk pembangunan infrastruktur Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha ( KPBU ) akan mengacu kepada: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, yang telah diubah beberapa kali terakhir oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 ( UU 7/1983 ); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 ( UU 10/1995 ); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ( UU 5/1999 ); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi ( UU 18/1999 ); 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( UU 13/2003 ); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ( UU 20/2003 ); 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ( UU 1/2004 ); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( UU 25/2004 ); 9. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ( UU 25/2007 ); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ( UU 26/2007 ); 11. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ( UU 40/2007 ); 12. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( UU 28/2009 ); 13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ( UU 32/2009 ); 14. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( UU 36/2009 ); 15. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit ( UU 44/2009 ); 16. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ( UU 2/2012 ); 17. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi ( UU 12/2012 ); Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-2

53 18. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran ( UU 20/2013 ); 19. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang telah diubah beberapa kali terakhir oleh Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 ( UU 23/2014 ); 20. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan ( UU 36/2014 ); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang telah diubah terakhir oleh Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 ( PP 99/2000 ); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ( PP 26/2008 ); 23. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang ( PP 15/2010 ); 24. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan ( PP 27/2012 ); 25. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( PP 50/2012 ); 26. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi ( PP 4/2014 ); 27. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah ( PP 27/2014 ); 28. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum ( PP 26/2015 ): 29. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2015 tentang Rumah Sakit Pendidikan ( PP 93/2015 ); 30. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan ( Perpres 9/2009 ); 31. Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Yang Dilakukan Melalui Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur ( Perpres 78/2010 ); 32. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang telah diubah beberapa kali terakhir oleh Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2015 ( Perpres 71/2012 ); 33. Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas ( Perpres 75/2014 ); 34. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ( Perpres 2/2015 ); 35. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ( Perpres 13/2015 ); 36. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Perpres 38/2015 ); Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-3

54 37. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2015 tentang Jaminan Pemerintah Pusat atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung Dari Lembaga Keuangan Internasional Kepada Badan Usaha Milik Negara ( Perpres 82/2015 ); 38. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal ( Perpres 44/2016 ); 39. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warga Negara Asing ( Permenkes 67/2013 ); 40. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit ( Permenkes 56/2014 ); 41. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 93 Tahun 2014 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Kesehatan di Badan Koordinasi Penanaman Modal ( Permenkes 93/2014 ); 42. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 85 Tahun 2015 tentang Pola Tarif Nasional Rumah Sakit ( Permenkes 85/2015 ); 43. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit ( Permenkes 24/2016 ); 44. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 4 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Permen Bappenas 4/2015 ); 45. Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas ( Permenko 12/2015 ); 46. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan ( PMK 84/2006 ); 47. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.010/2009 tentang Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur ( PMK 100/2009 ); 48. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 260/PMK.011/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penjaminan Infrastruktur Dalam Proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha ( PMK 260/2010 ); 49. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.011/2012 tentang Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( PMK 223/2012 ); 50. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 143/PMK.011/2013 tentang Panduan Pemberian Dukungan Kelayakan Atas Sebagian Biaya Konstruksi Pada Proyek Kerja Sama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( PMK 143/2013 ); 51. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 164/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyediaan Infrastruktur, yang telah diubah oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.06/2016 ( PMK 164/2014 ); 52. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas Dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur sebagaimana telah diubah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-4

55 oleh Peraturan Menteri Keuangan Nomor 129/PMK.08/2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 265/PMK.08/2015 tentang Fasilitas Dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( PMK 265/2015 ); 53. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup ( Permen LH 5/2012 ); 54. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup ( Permen LH 16/2012 ); 55. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2/V/PB/2013 dan Menteri Kesehatan Nomor 38 Tahun 2013 tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri ( Peraturan Bersama Mendikbud dan Menkes tentang RS PTN ); 56. Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 15 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ( Permenristekdikti 15/2015 ); 57. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2/V/PB/2013 dan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2013 tentang Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri ( Peraturan Bersama tentang RS PTN ) 58. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 14 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Izin Prinsip Penanaman Modal, yang telah diubah oleh Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Nomor 6 Tahun 2016 ( Perka BKPM 14/2015 ); 59. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal ( Perka BKPM 15/2015 ); 60. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 95 Tahun 2015 Tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia ( Perka BPS 95/2015 atau KBLI 2015 ); 61. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 19 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengadaan Badan Usaha Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur ( Perka LKPP 19/2015 ); 62. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamtan Kerja Di Rumah Sakit; dan 63. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-11/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha atau Kegiatan Yang Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( Kepmen LH No. KEP-11/MENLH/3/1994 ) Infrastruktur Pendidikan Tinggi A. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Berdasarkan Pasal 6 UU 12/2012, Pendidikan Tinggi diselenggarakan dengan prinsip: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-5

56 a. Pencarian kebenaran ilmiah oleh Sivitas Akademika; b. Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya, kemajemukan, persatuan, dan kesatuan bangsa; c. Pengembangan budaya akademik dan pembudayaan kegiatan baca tulis bagi Sivitas Akademika; d. Pembudayaan dan pemberdayaan bangsa yang berlangsung sepanjang hayat; e. Keteladanan, kemauan, dan pengembangan kreativitas Mahasiswa dalam pembelajaran; f. Pembelajaran yang berpusat pada Mahasiswa dengan memperhatikan lingkungan secara selaras dan seimbang; g. Kebebasan dalam memilih Program Studi berdasarkan minat, bakat, dan kemampuan Mahasiswa; h. Satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna; i. Keberpihakan pada kelompok Masyarakat kurang mampu secara ekonomi; dan j. Pemberdayaan semua komponen Masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan Pendidikan Tinggi. Dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi, maka berdasarkan pasal 41 UU 12/2012 diatur bahwa sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi wajib disediakan, difasilitasi, atau dimiliki oleh Perguruan Tinggi sesuai dengan Program Studi yang dikembangkan. Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka program studi yang dikembangkan merupakan Pendidikan Kedokteran. B. Pendidikan Kedokteran Pendidikan Kedokteran merupakan bagian dari pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Berdasarkan Pasal 4 UU 20/2013, Pendidikan Kedokteran bertujuan untuk: a. Menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu, berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial tinggi; b. Memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berkeadilan; dan c. Meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi. Perguruan tinggi yang akan membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran wajib membentuk Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas 1 Pasal 2 UU 20/2013 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-6

57 Kedokteran Gigi. Fakultas tersebut hanya dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berbentuk universitas atau institut. 2 Berdasarkan Pasal 6 ayat 3 UU 20/2013, Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi paling sedikit harus memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut: a. Memiliki Dosen dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Memiliki gedung untuk menyelenggarakan pendidikan; c. Memiliki laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, serta laboratorium kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat; dan d. Memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran. C. Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri ( RS PTN ) merupakan Rumah Sakit Milik Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang dikelola perguruan tinggi negeri. RS PTN ditujukan untuk menjadi wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu. Pengembangan dan pengelolaan RS PTN dilakukan kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Pasal 8 Peraturan Bersama tentang RS PTN, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan: a. Seluruh aset rumah sakit; b. Sumber daya manusia; c. Anggaran untuk investasi, operasional, dan kepentingan manajemen rumah sakit. Sedangkan Kementerian Kesehatan mendukung: a. Proses penetapan menjadi rumah sakit pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Manajemen dalam bentuk jejaring dan pengampuan; c. Keberlangsungan pendidikan, pelayanan, dan penelitian. Dalam pengelolaan keuangan, berdasarkan Pasal 4 Peraturan Bersama tentang RS PTN diatur bahwa pengelolaan keuangan RS PTN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya dalam Pasal 4 ayat 2 hingga 4 Peraturan Bersama tentang RS PTN diatur mengenai alokasi biaya yang terdiri dari: 2 Pasal 6 ayat 1 dan 2 UU 20/2013 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-7

58 a. Biaya operasional RS PTN untuk pelayanan kesehatan tidak didanai oleh dana yang bersumber dari mahasiswa; b. Biaya operasional RS PTN untuk proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa bersumber dari APBN dan dari mahasiswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan c. Biaya penelitian sebagai bagian dari pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi bersumber dari APBN. D. Pengelolaan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pengelolaan keuangan RS PTN dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan maka pengelolaan keuangan RS PTN dilakukan dengan memperhatikan peraturan perundangundangan di bidang pendidikan tinggi dan rumah mengingat bahwa RS PTN dikelola oleh perguruan tinggi yang dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Pola Pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri Berdasarkan Pasal 27 PP 4/2014, Pola pengelolaan PTN terdiri atas 3 (tiga), yakni: a. PTN dengan pola pengelolaan keuangan negara pada umumnya; b. PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum ( PPK-BLU ); atau c. PTN sebagai badan hukum. Penetapan dan perubahan pola pengelolaan PTN dilaksanakan berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri terhadap PTN. Evaluasi kinerja terhadap PTN dilakukan oleh tim independen yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri. Setiap pola pengelolaan PTN dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Perguruan Tinggi Negeri dengan Pola Pengelolaan Keuangan Negara pada umumnya Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya mengenai tugas dan wewenang dari Menristekdikti dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendiidkan tinggi, maka Menristekdikti dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis ( UPT ). Pasal 606 ayat (1) Permenristekdikti 15/2015 mengatur bahwa untuk melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau tugas teknis penunjang di lingkungan Kemenristekdikti dapat dibentuk UPT. Lebih lanjut dalam Pasal 7 ayat (1) Permenristekdikti 50/2015 diatur bahwa Pendirian PTN merupakan pembentukan perguruan tinggi sebagai satuan kerja Kementerian yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau selanjutnya disebut sebagai PTN-Satker. Sebagai satuan kerja dalam Kementerian yang diselenggarakan oleh Pemerintah dengan demikian pola pengelolaan keuangan yang digunakan penyelenggaraan PTN ini yaitu pola pengelolaan keuangan negara pada umumnya yang artinya dikelola berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai keuangan negara dan juga pendanaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-8

59 Pendirian PTN ini harus memenuhi syarat minimum akreditasi Program Studi dan perguruan tinggi, sesuai standar nasional pendidikan tinggi yang harus dimuat dalam dokumen yang relevan untuk Pendirian PTN. Berdasarkan Pasal 8 ayat (2) huruf d Permenristekdikti 50/2015, salah satu syarat dari pendirian PTN-Satker yakni memiliki organisasi dan tata kerja PTN yang disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebaga suatu satker dalam lingkungan Kemenristekdikti, Organisasi dan Tata Kerja UPT ditetapkan oleh Menristekdikti setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang aparatur negara dan reformasi birokrasi, yaitu Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ( Menpan-RB ). Berdasarkan Pasal 29 PP 4/2014, Organisasi PTN paling sedikit terdiri atas: Senat Universitas/Institut/Sekolah Tinggi/Politeknik/Akademi/Akademi Komunitas sebagai unsur penyususn kebijakan, yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan kebijakan akademik; Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai unsur pelaksana akademik, yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan nonakademik dan Pengelolaan Perguruan Tinggi untuk dan atas nama Menteri; Satuan pengawas internal yang dibentuk oleh Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai unsur pengawas, yang menjalankan fungsi pengawasan nonakademik untuk dan atas nama Pemimpin Perguruan Tinggi; dan Dewan penyantun atau nama lain yang menjalankan fungsi pertimbangan nonakademik dan fungsi lain yang ditetapkan dalam Statuta. Berdasarkan Pasal 29 ayat (9) PP 4/2014, Organisasi PTN tersebut menjalankan fungsi masing-masing dengan saling menilik dan mengimbangi satu terhadap yang lain ( checks and balances principle). Organisasi PTN selanjutnya diatur dalam Peraturan Menteri tentang Statuta 3 sebagai peraturan dasar Pengelolaan Perguruan Tinggi yang digunakan sebagai landasan penyusunan peraturan dan prosedur operasional di Perguruan Tinggi. b) Perguruan Tinggi Negeri dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum PPK-BLU adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam PP 23/2005, sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Suatu PTN dapat ditetapkan menggunakan PPK-BLU berdasarkan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 27 PP 4/2014, Penetapan PTN dengan PPK-BLU dilakukan dengan penetapan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan, yaitu Menteri 3 Pasal 66 ayat (2) UU 12/2012 jo. Pasal 29 ayat (10) PP 4/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-9

60 Keuangan ( Menkeu ), atas usul Menristekdikti. Selain itu juga, PTN harus memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif, yang terdiri atas: Persyaratan Substantif terpenuhi apabila PTN menyelenggarakan layanan umum berhubungan dengan: Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum; Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat; Persyaratan Teknis terpenuhi apabila: Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaiman direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditunjukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. Persyaratan Administratif terpenuhi apabila PTN dapat menyajikan seluruh dokumen sebagai berikut: Pernyataan kesanggupann untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; Pola tata kelola; Rencana strategi bisnis; Laporan keuangan pokok; Standar pelayanan minimum; dan Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. Berdasarkan Pasal 31 PP 23/2005, dalam hal instansi pemerintah perlu mengubah status kelembagaannya untuk menerapkan PPK-BLU, perubahan struktur kelembagaan dan instansi pemerintah tersebut berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh Menpan-RB. Pejabat pengelola BLU terdiri atas Pemimpin, Pejabat Keuangan, dan Pejabat Teknis. Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri atas pegawai negeri sipil (PNS) dan/at au tenaga profesional non-pegawai negeri sipil (Non-PNS) sesuai dengan kebutuhan BLU. Akan tetapi secara khusus, pejabat perbendaharaan pada BLU tersebut yang meliputi Kuasa Pengguna Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-10

61 Anggaran, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Pengeluaran harus dijabat oleh PNS. 4 Selanjutnya, berkaitan dengan pendapatan yang diperoleh BLU, berdasarkan Pasal 14 PP 23/2005, dapat diperoleh dari: a. APBN/APBD; b. Tarif Jasa Layanan; c. Hibah; dan/atau d. Hasil Kerja Sama. Pendapatan yang diperoleh dari APBN/APBD, Tarif Jasa Layanan, dan Hasil Kerja Sama dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran. Kemudian untuk perolehan pendapatan dari Tarif Jasa Layanan, Hibah, dan Hasil Kerja Sama harus dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan pajak (PNBP). c) Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum PTN Badan Hukum (PTN -BH) merupakan PTN yang sepenuhnya milik negara dan tidak dapat dialihkan kepada perseorangan atau swasta. Berdasarkan Pasal 65 UU 12/2012, PTN Badan Hukum memiliki: Kekayaan awal berupa kekayaan negara yang dipisahkan kecuali tanah; Tata kelola dan pengambilan keputusan secara mandiri; Unit yang melaksanakan fungsi akuntabilitas dan transparansi; Hak mengelola dana secara mandiri, transparan, dan akuntabel; Wewenang mengangkat dan memberhentikan sendiri Dosen dan tenaga kependidikan; Wewenang mendirikan badan usaha dan mengembangkan dana abadi; dan Wewenang untuk membuka, menyelenggarakan, dan menutup Program Studi. Organisasi dari PTN-BH paling sedikit terdiri atas: Majelis wali amanat sebagai unsur penyusun kebijakan, yang menjalankan fungsi penetapan, pertimbangan pelaksanaan kebijakan umum, dan pengawasan non-akademik; Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai unsur pelaksanan akademik, yang menjalankan fungsi Pengelolaan Perguruan Tinggi dan bertanggung jawab kepada majelis wali amanat; dan 4 Pasal 33 ayat (3) PP 74/2012 tentang Perubahan atas PP 23/2005 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-11

62 Senat akademik yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan, pemberian pertimbangan, dan pegawasan di bidang akademik. Suatu PTN dapat berubah menjadi PTN-BH berdasarkan evaluasi kinerja oleh Meneristekdikti terhadap PTN. Berdasarkan Pasal 17 Permenristekdikti 50/2015, Perubahan PTN harus memenuhi syarat pendirian PTN. Pemenuhan persyaratan tersebut harus dimuat dalam dokumen perubahan PTN yang terdiri atas: Studi kelayakan; Rancangan organisasi dan tata kerja; Rancangan semua Program Studi; dan Rekomendasi Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (L2 Dikti) di wilayah PTN yang akan berubah. Berdasarkan Pasal 89 ayat (2) UU 12/2012, Dana Pendidikan Tinggi untuk PTN-BH diberikan sesuai dengan bentuk dan mekanisme pendanaan pada PTN-BH yang diatur dalam PP 26/2015. Berdasarkan Pasal 2 PP 26/2015, Pendanaan PTN-BH dapat bersumber dari APBN dan selain APBN. Pendanaan yang bersumber dari APBN diberikan dalam bentuk: Bantuan Pendanaan PTN-BH; dan/atau Bentuk lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bantuan Pendanaan PTN-BH tersebut dialokasikan dalam APBN setiap tahun anggaran pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Pendidikan Tinggi, yakni Kemenristekdikti. 5 Berdasarkan Pasal 5 PP 26/2015, Bantuan Pendanaan PTN-BH digunakan untuk mendanai biaya operasional, biaya dosen, biaya tenaga kependidikan, biaya investasi, dan biaya pengembangan. Namun untuk pendanaan yang bersumber dari APBN yang diberikan dalam bentuk lain, berupa pinjaman yang dilaksankaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 6 Selanjutnya, dalam hal Pendanaan PTN-BH yang bersumber selain dari APBN, berdasarkan Pasal 11 PP 26/2015, dapat bersumber dari: Masyarakat; Biaya pendidikan; Pengelolaan dana abadi; Usaha PTN Badan Hukum; 5 Pasal 4 ayat (1) PP 26/ Pasal 7 PP 26/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-12

63 Kerja sama tridharma Perguruan Tinggi; Pengelolaan kekayaan PTN Badan Hukum; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ( APBD ); dan/atau Pinjaman. Pendanaan PTN-BH tersebut merupakan penerimaan PTN-BH yang dikelola secara otonom dan bukan merupakan penerimaan negara bukan pajak. 7 Dalam penyelenggaraannya, PTN-BH memiliki otonomi pengelolaan yang secara khusus sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dalam bagian otonomi pengelolaan PTN. Gambar 2.1 Pola Pengelolaan Perguruan Tinggi Negeri 2. Pola Pengelolaan Rumah Sakit Berdasarkan Pasal 2 Permenkes 56/2014, Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah merupakan unit pelaksana teknis ( UPT ) dari instansi Pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan ataupun instansi pemerintah lainnya. Instansi Pemerintah lainnya meliputi Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian. UPT tersebut harus diselenggarakan berdasarkan pengelolaan keuangan badan layanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 8 7 Pasal 4 ayat (3) jo. Pasal 11 ayat (3) PP 26/ Pasal 3 Permenkes 56/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-13

64 Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. 9 Badan Layanan Umum dibentuk untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PKK-BLU) apabila memenuhi syarat sebagai berikut: a. Persyaratan substantif Persayaratan ini terpenuhi apabila instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan: Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum; Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum; dan/atau Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat. b. Persyaratan teknis Persyaratan teknis dapat dipenuhi apabila Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fugsinya dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya; dan Kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana ditujukkan dalam dokumen usulan penetapan BLU. c. Persyaratan administratif Persyaratan administrative dpaat dipenuhi instansi pemerintah yang bersangkutan apabila dapat menyajikan seluruh dokumen berikut: Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi masyarakat; Pola tata kelola; Rencana strategis bisnis; Laporan keuangan pokok; Standar pelayanan minimum; dan Laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen. 9 Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara, Pasal 1 angka 23. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-14

65 Dokumen - dokumen tersebut kemudian diberikan kepada menteri / pimpinan lembaga / kepala SKPD untuk mendapatkan persetujuan sebelum disampaikan kepada Menteri Keuangan / Gubernur / Bupati / Walikota, sesuai dengan kewenangannya. Berdasarkan PP 23/2005, Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri atas pegawai negeri sipil dan/atau tenaga professional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU, namun untuk Pejabat Perbendaharaan pada BLU pada kementerian Negara/lembaga maupun pemerintah daerah yang meliputi Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Pengeluaran harus dijabat oleh pegawai negeri sipil. Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka terdapat dua alternatif kelembagaan yang terdiri dari: BLU dibentuk dalam lingkungan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi; atau BLU dibentuk pada RS PTN UNSRAT. a) Pendirian Rumah Sakit Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan, Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. 10 Penetapan klasifikasi Rumah Sakit didasarkan kepada: 11 Pelayanan; Sumber daya manusia; Peralatan; dan Bangunan dan prasarana. Berdasarkan Pasal 63 Permenkes 56/2014, Setiap Rumah Sakit wajib memiliki memiliki izin. Izin yang diperlukan bagi Rumah Sakit terdiri atas Izin Mendirikan dan Izin Operasional. Untuk Izin Mendirikan diajukan oleh pemillik Rumah Sakit, sedangkan untuk Izin Operasional diajukan oleh pengelola Rumah Sakit. b) Perizinan Rumah Sakit Izin Mendirikan Rumah Sakit Izin Mendirikan Rumah Sakit ( IMRS ) diberikan untuk mendirikan bangunan baru atau mengubah fungsi bangunan lama untuk difungsikan sebagai Rumah Sakit. IMRS diberikan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) tahun. 10 Pasal 11 Permenkes 56/ Pasal 13 Permenkes 56/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-15

66 Namun IMRS dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan selambat-lambat 2 (dua) bulan sebelum jangka waktu IMRS. Berdasarkan Pasal 67 Permenkes 56/2014, Pemilik atau pengelola yang akan mendirikan Rumah Sakit mengajukan permohonan IMRS secara tertulis kepada pemberi izin sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit yang akan didirikan, dengan melampirkan: Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kecuali instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah; Studi kelayakan; Master plan; Detail Engineering Design; Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan; Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan hukum pemilik rumah sakit; Izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie/HO); Surat Izin Tempat Usaha ( SITU ); Izin Mendirikan Bangunan ( IMB ); Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit. Pemberi izin harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan belum lengkap kepada pemilik atau pengelola yang mengajukan permohonan IMRS dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima. Kemudian dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas diterbitkan, pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau menolak permohonan IMRS. Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu 14 (empat belas) hari kerja sebagaimana dimaksud sebelumnya, pemberi izin dapat memperpanjang jangka waktu pemrosesan izin paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pemohon. Penetapan pemberian atau penolakan permohonhan IMRS dilakukan setelah pemberi izin melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan. Dalam hal permohonan IMRS ditolak, pemberi izin harus memberikan alasan penolakan yang disampaikan secara tertulis kepada pemohon. Namun apabila pemberi izin tidak menerbitkan IMRS atau tidak menolak permohonan hingga berakhirnya batas waktu, permohonan IMRS dianggap diterima. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-16

67 Izin Operasional Rumah Sakit Berdasarkan Pasal 70 Permenkes 56/2014, Izin Operasional Rumah Sakit ( IORS ) merupakan izin yang diberikan kepada pengelola rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan. IORS berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi persyaratan. Namun IORS dapat diperpanjang dengan melakukan pengajuan permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya IORS. Untuk memperoleh IORS, pengelola mengajukan permohonan secara tertulis kepada pejabat pemberi izin sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit dengan melampirkan dokumen: 12 IMRS, bagi permohonan IORS untuk pertama kali; Profil Rumah Sakit, meliputi visi dan misi, lingkup kegiatan, rencana strategi, dan struktur organisasi; Isian instrumen self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana; Gambar desain ( blue print) dan foto bangunan serta sarana dan prasarana pendukung; Izin penggunaan bangunan (IPB) dan sertifikat laik fungsi; Dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan; Daftar sumber daya manusia; Daftar peralatan medis dan nonmedis; Daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan; Berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan berkas izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk peralatan tertentu; dan Dokumen administrasi dan manajemen. Akan tetapi dalam hal Rumah Sakit telah memiliki IORS, Rumah Sakit tersebut dapat mengajukan permohonan perubahan Izin Operasional secara tertulis. Perubahan IORS dilakukan jika terjadi perubahan: 13 Kepemilikan; Jenis Rumah Sakit; Nama Rumah Sakit; dan/atau Kelas Rumah Sakit. 12 Pasal 72 ayat (1) Permenkes 56/ Pasal 73 ayat (2) Permenkes 56/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-17

68 Perubahan IORS diajukan dengan melampirkan: 14 Akta notaris, surat keputusan dari pejabat yang berwenang, dan/atau putusan pengadilan tentang perubahan status kepemilikan Rumah Sakit; Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit; Studi kelayakan dan rencana strategis perubahan jenis Rumah Sakit yang memuat kelayakan pada aspek pelayanan, sosial ekonomi, kebijakan dan peraturan perundang-undangan; dan Surat pernyataan pengajuan perubahan IORS dari pemilik Rumah Sakit. 3. Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit Berdasarkan Pasal 3 Permenkes 24/2016, persyaratan teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit. Persyaratan Bangunan Rumah Sakit meliputi persyaratan: a. Administratif; b. Teknis bangunan pada umumnya; dan c. Teknis Bangunan Rumah Sakit. Dalam pasal 7 Permenkes 24/2016 diatur bahwa persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit terdiri atas: a. Rencana Blok Bangunan; b. Massa Bangunan; c. Tata Letak Bangunan (site plan); d. Pemanfaatan Ruang; dan e. Desain tata ruang dan komponen bangunan. Dengan demikian, pelaksanaan Proyek harus memenuhi persyaratan teknis Bangunan Rumah Sakit yang telah diatur dalam Permenkes 24/2016. Selain itu, dalam pasal 18 Permenkes 24/2016 diatur bahwa Prasarana Rumah Sakit meliputi: a. Instalasi air; b. Instalasi mekanikal dan elektrikal; c. Instalasi gas medik dan vakum medik; 14 Pasal 73 ayat (3) Permenkes 56/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-18

69 d. Instalasi uap; e. Instalasi pengelolaan limbah; f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran; g. Petunjuk, persyaratan teknis dan sarana evakuasi saat terjadi keadaan darurat; h. Instalasi tata udara; i. Sistem informasi dan komunikasi; dan j. Ambulans. Oleh karena itu, pelaksanaan Proyek harus dipastikan untuk memenuhi prasarana Rumah Sakit yang telah diatur dalam Permenkes 24/2016. E. Kerja Sama Pendidikan Tinggi Berdasarkan Pasal 48 ayat (1) UU 12/2012, Perguruan Tinggi berperan aktif menggalang kerja sama antar Pergururan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha, dunia industri, dan Masyarakat dalam bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Selain itu, berdasarkan Pasal 79 ayat (1) UU 12/2012, Pemerintah memfasilitasi kerja sama dan kemitraan antar Perguruan Tinggi dan antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha, industri, alumni, Pemerintah Daerah, dan/atau pihak lain. Kerja sama perguruan tinggi adalah kesepakatan antara perguruan tinggi di Indonesia dengan perguruan tinggi, dunia usaha, atau pihak lain, baik di dalam maupun di luar negeri. 15 Pada dasarnya kerja sama perguruan tinggi dilaksanakan dengan prinsip: 16 a. Mengutamakan kepentingan pembangunan nasional; b. Menghargai kesetaraan mutu; c. Saling menghormati; d. Menghasilkan peningkatan mutu pendidikan; e. Berkelanjutan; dan f. Mempertimbangkan keberagaman kultur yang bersifat lintas daerah, nasional, dan/atau internasional. Berdasarkan Pasal 4 Permendikbud 14/2014, Perguruan Tinggi dapat melakukan kerja sama bidang akademik dan/atau bidang non-akademik dengan perguruan tinggi lain, dunia usaha, atau pihak lain, baik dalam negeri maupun luar negeri. Yang dimaksud dengan dunia usaha adalah orang perseorangan dan/atau badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang melakukan kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran untuk mencapai tujuan mencari laba. 15 Pasal 1 angka 1 Permendikbud 14/ Pasal 3 Permendikbud 14/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-19

70 Sehubungan dengan pelaksanaan proyek ini, maka pihak PTN akan bekerja sama dengan badan usaha. Kerja sama antara PTN dengan badan usaha/dunia usaha dapat dilakukan dalam bidang akademik dan/atau non-akademik. Dalam bidang akademik, kerja sama dilakukan melalui: 17 a. Pengembangan sumber daya manusia; Kerja sama melalui pengembangan sumber daya manusia merupakan kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, pemagangan, dan/atau layanan pelatihan. b. Penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat; Kerja sama melalui Penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat merupakan kerja sama dalam bidang penelitian terapan, penelitian pengembangan, dan/atau penelitian evaluatif dan hasilnya diabdikan bagi kemaslahatan masyarakat secara bersama. c. Pemerolehan angka kredit dan/atau satuan lain yang sejenis; Kerja sama melalui Pemerolehan angka kredit dan/atau satuan lain yang sejenis merupakan kerja yang dilaksanakan dengan cara mengakui: i) Hasil kegiatan dosen, tenaga kependidikan, dan/atau mahasiswa yang diperoleh dari dunia usaha; atau ii) Hasil kegiatan karyawan dunia usaha yang diperoleh dari perguruan tinggi. d. Pemanfaatan bersama berbagai sumber daya; Kerja sama melalui Pemanfaatan bersama berbagai sumber daya merupakan kerja sama yang dilaksanakan dengan cara saling memanfaatkan sumber daya yang dimiliki baik oleh perguruan tinggi maupun oleh dunia usaha. e. Penerbitan terbitan/jurnal berkala ilmiah; Kerja sama melalui Penerbitan terbitan/jurnal berkala ilmiah merupakan kerja sama yang dilaksanakan dengan cara: i) Perguruan tinggi dan dunia usaha menerbitkan terbitan berkala ilmiah secara bersama; atau ii) Perguruan tinggi dan dunia usaha saling memberikan artikel ilmiah untuk dimuat di dalam terbitan berkala ilmiah masing-masing. f. Penyelenggaraan seminar bersama; Kerja sama melalui Penyelenggaraan seminar bersama merupakan kerja sama yang dilaksanakan dengan cara: i) Perguruan tinggi dan dunia usaha menyelenggarakan seminar atau kegiatan akademik sejenis secara bersama; atau ii) Perguruan tinggi dan dunia usaha memanfaatkan sumber daya manusia masing-masing untuk menyampaikan pemikiran dan/atau hasil penelitian di dalam seminar atau kegiatan akademik sejenis. 17 Pasal 23 Permendikbud 14/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-20

71 g. Layanan keahlian praktis oleh dosen tamu yang berasal dari dunia usaha; Kerja sama melalui Layanan keahlian praktis oleh dosen tamu yang berasal dari dunia usaha merupakan kerja sama yang dilaksanakan dengan cara perguruan tinggi memanfaatkan narasumber dari dunia usaha untuk memperkaya pengalaman praktik mahasiswa, dosen, dan/atau tenaga kependidikan. h. Pemberian beasiswa atau bantuan biaya pendidikan; Kerja sama melalui Pemberian beasiswa atau bantuan biaya pendidikan merupakan kerja sama yang dilaksanakan dengan cara penyediaan dana oleh dunia usaha kepada: i) Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik dalam bentuk beasiswa; atau ii) Mahasiswa yang berasal dari tingkat sosio-ekonomi rendah dalam bentuk bantuan biaya pendidikan. i. Bentuk lain yang dianggap perlu. Kerja sama melalui bentuk lain yang dianggap perlu ditetapkan oleh Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun bilamana kerja sama dalam bidang non-akademik dilakukan antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan/atau pihak lain, kerjasama tersebut dapat dilakukan melalui: 18 a. Pendayagunaan aset; Kerja sama melalui pendayagunaan aset merupakan kerja sama yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan dunia usaha dan/atau pihak lain dengan cara saling memanfaatkan sarana dan prasarana dimiliki masing-masing untuk penyelenggaraan kegiatan di bidang non-akademik. 19 b. Penggalangan dana; Kerja sama melalui penggalangan dana merupakan kerja sama yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan dunia usaha dan/atau pihak lain dengan cara saling memanfaatkan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing dalam penggalangan dana. c. Jasa dan royalti hak kekayaan intelektual; Kerja sama melalui jasa dan royalti hak kekayaan intelektual merupakan kerja sama dengan cara memanfaatkan hak kekayaan intelektual yang dimiliki oleh masing-masing tanpa imbal jasa dan pembayaran royalti. d. Pengembangan sumberdaya manusia; Kerja sama melalui pengembangan sumberdaya manusia merupakan kerja sama dalam bidang: 18 Pasal 38 Permendikbud 14/ Pasal 39 Permendikbud 14/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-21

72 i) Layanan pelatihan; ii) Internship/praktek kerja; iii) Bursa tenaga kerja. e. Pengurangan tarif; Kerja sama melalui Pengurangan tarif merupakan kerja sama dengan cara dunia usaha dan/atau pihak lain memberikan tarif khusus untuk pengadaan sarana non-akademik oleh perguruan tinggi. f. Koordinator kegiatan; Kerja sama melalui Koordinator kegiatan merupakan kerja sama dengan cara perguruan tinggi menjadi koordinator pelaksanaan kegiatan non-akademik yang diselenggarakan oleh dunia usaha dan/atau pihak lain, atau sebaliknya. g. Pemberdayaan masyarakat; Kerja sama melalui Pemberdayaan masyarakat merupakan kerja sama dengan cara dunia usaha dan/atau pihak lain memanfaatkan sumber daya manusia perguruan tinggi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh dunia usaha dan/atau pihak lain, atau sebaliknya. h. Bentuk lain yang dianggap perlu. Kerja sama melalui bentuk lain yang dianggap perlu ditetapkan oleh Direktur Jenderal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Gambar 2.2 Kerjasama Perguruan Tinggi dengan Dunia Usaha Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-22

73 2.1.2 Pendirian Badan Usaha Melalui skema KPBU, pelaksanaan Proyek dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana yang didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau yang ditunjuk langsung melalui kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana yang dilakukan oleh PJPK melalui Panitia Pengadaan pada tahap transaksi KPBU. 20 Kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana dilaksanakan melalui Pelelangan atau Penunjukan Langsung dengan cara sebagaimana diatur dalam Perka LKPP 19/2015 yang merupakan amanat dari Pasal 40 Perpres 38/2015 yang mengatur bahwa tata cara pengadaan Badan Usaha Pelaksana melalui pelelangan atau penunjukan langsung diatur dalam peraturan lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintah dibidang kebijakan pengadaan barang atau jasa pemerintah. Setelah ditetapkannya Pemenang Lelang, maka akan dilaksanakan penandatanganan perjanjian KPBU. Badan Usaha Pelaksana harus telah didirikan secara sah selambat-lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dikeluarkannya Surat Penetapan Pemenang Lelang oleh PJPK. 21 Badan Usaha Pelaksana adalah Perseroan Terbatas yang didirikan oleh Badan Usaha pemenang lelang atau yang telah ditunjuk secara langsung. Dengan demikian pendirian Badan Usaha Pelaksana harus dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang perseroran terbatas. 22 Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pendirian badan usaha berupa Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU 40/2007, yaitu: 1. Pendiri perseroan terdiri dari 2 (dua) orang atau lebih Pendirian perseroan harus terdiri dari minimal 2 (dua) orang atau lebih. Orang yang dimaksud dalam pendirian Perseroan Terbatas ini adalah orang-perorangan (Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing) ataupun Badan Hukum. Kedua orang tersebut mendirikan Perseroan Terbatas dengan terlebih dahulu membuat perjanjian. 2. Jangka waktu berdirinya Badan Usaha Pelaksana Berdasarkan Pasal 6 UU 40/2007, suatu perseroan terbatas dapat didirikan untuk jangka waktu terbatas atau tidak terbatas sebagaimana ditentukan dalam anggaran dasar perseroan terbatas. Sehubungan dengan pelaksanaan proyek, maka Badan Usaha Pelaksanaan dibentuk untuk melaksanakan Proyek dengan jangka waktu perjanjian yang telah ditentukan oleh PJPK. Dengan demikian, jangka waktu berdirinya Badan Usaha Pelaksana harus ditentukan berdasarkan Perjanjian KPBU beserta pertimbangan untuk melakukan perpanjangan. 3. Membuat Akta Pendirian yang berbentuk Akta Notaris Pasal 7 ayat (1) UU 40/2007 mengatur bahwa pendirian perseroan harus dilakukan dengan cara tertulis dengan bentuk akta notaris dalam Bahasa Indonesia. Akta pendirian yang dimaksud harus memuat Anggaran Dasar dan keterangan lainnya yang mencakup: 20 Berdasarkan Permen PPN 4/ Berdasarkan ketentuan dalam lampiran Permen PPN 4/ Berdasarkan Pasal 1 angka 9 Permen PPN 4/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-23

74 a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir/tempat kedudukan, pekerjaan, tempat tinggal/alamat lengkap dan kewarganegaraan dari pendiri perorangan/pendiri perseroan; b. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal dan kewarganegaraan anggota Direksi dan Dewan Komisaris; c. Nama pemegang saham yang telah mengambil bagian saham, rincian jumlah saham, dan nilai nominal saham yang telah ditempatkan dan disetor. 4. Setiap pendiri wajib mengambil bagian saham Kewajiban ini diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU 40/2007. Kewajiban ini mengharuskan setiap pendiri sudah mengambil bagian saham saat para pendiri menghadap notaris untuk kemudian dicatat dalam Akta Pendirian (Pasal 8 ayat (2) huruf c UU 40/2007). 5. Organ Perseroan Terbatas Suatu Perseroan Terbatas harus memiliki organ perseroan yang ditentukan dalam anggaran dasar Perseroan Terbatas. Organ Perseroan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris. 6. Memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Tata cara untuk memperoleh keputusan pengesahan status badan hukum dan menteri terdiri dari: a. Permohonan pengesahan diajukan oleh pendiri maupun oleh notaris sebagai kuasa dari pendiri; b. Permohonan diajukan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk, dalam hal ini adalah Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (Dirjen AHU); c. Bentuk permohonan pengesahan, melalui sistem administrasi badan hukum (Sisminbakum) yang dilakukan melalui jasa teknologi informasi badan hukum secara elektronik; pengajuan permohonan melalui Sisminbakum ini dilakukan dengan mengisi format isian akta notaris. Permohonan melalui Sisminbakum ini dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak Akta Pendirian ditandatangani dan permohonan dilengkapi dengan keterangan dokumen pendukung; d. Kemudian Menteri atau Dirjen AHU dapat menyatakan menerima atau menolak permohonan secara langsung Sisminbakum; e. Apabila menteri atau Dirjen AHU menyatakan menerima, maka notaris wajib menyampaikan permohonan pengesahan secara fisik; dan f. Jika semua persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka Menteri atau Dirjen AHU menerbitkan keputusan pengesahan badan hukum Perseroan. 7. Pengalihan Saham Berdasarkan peraturan perundang-undang yang berlaku di Indonesia, keabsahan suatu badan usaha diartikan sebagai memperoleh status badan hukum. Berdasarkan Pasal 7 ayat (4) UU 40/2007, Perseroan memperoleh status badan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-24

75 hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ( Menkumham ) mengenai pengesahan badan hukum Perseroan. Untuk memperoleh keputusan Menkumham mengenai pengesahan badan hukum Perseroan, pendiri mengajukan permohonan melalui jasa teknologi informasi sistem administrasi badan hukum ( sisminbakum ) secara elektronik kepada Menkumham dengan mengisi format isian yang memuat sekurangkurangnya: a. Nama dan tempat kedudukan Perseroan; b. Jangka waktu berdirinya Perseroan; c. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan; d. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor; e. Alamat lengkap Perseroan. Permohonan untuk memperoleh Keputusan Menkumham mengenai pengesahan tersebut harus diajukan kepada Menkumham paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi keterangan mengenai dokumen pendukung. Apabila semua persyaratan terebut telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menkumham menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik. Dalam hal pengalihan saham kepada Badan Usaha Pelaksana, berdasarkan Perpres 38/2015, Pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana sebelum Penyediaan Infrastruktur secara komersial hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dan berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh PJPK. Selain itu, pengalihan saham tidak boleh menunda jadwal mulai beroperasinya KPBU. Sementara itu, berdasarkan Permen PPN 4/2015, apabila terjadi pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana sebelum proyek KPBU beroperasi secara komersial, Simpul KPBU melakukan kegiatan yang meliputi: a. Penetapan kriteria pengalihan saham oleh PJPK yang meliputi: i. Pengalihan saham tidak boleh menunda jadwal mulai beroperasinya KPBU; dan ii. Pemegang saham pengendali yang merupakan pemimpin konsorsium dilarang untuk mengalihkan sahamnya sampai dengan dimulainya operasi komersial dari KPBU. b. Melakukan kualifikasi terhadap calon pemegang saham baru Badan Usaha Pelaksana yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada saat dilaksanakan prakualifikasi pelelangan umum Badan Usaha Pelaksana; c. Mengajukan persetujuan kepada PJPK, apabila calon pemegang saham baru telah memenuhi seluruh kriteria pengalihan saham yang telah ditetapkan dan memenuhi persyaratan kualifikasi; dan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-25

76 d. Menyiapkan konsep persetujuan pengalihan saham yang akan ditandatangani oleh PJPK. 8. Kegiatan Usaha Badan Usaha Pelaksana Berdasarkan Pasal 18 UU 40/2007, suatu perseroan terbatas harus mempunyai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha yang dicantumkan dalam anggaran dasar perseroan terbatas sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Penentuan kegiatan usaha yang dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana dapat dilakukan dengan mengacu dengan KBLI 2015 yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik. Menimbang setiap ketentuan yang terdapat KBLI 2015, maka kegiatan usaha Badan Usaha Pelaksana, terdiri dari: a. KBLI No tentang Konstruksi Gedung Kesehatan; b. KBLI No tentang Konstruksi Gedung Pendidikan; c. KBLI No tentang Aktivitas Rumah Sakit Pemerintah; dan/atau d. KBLI No tentang Penyalur Alat Kesehatan. A. Tata Cara Pendirian Badan Usaha Pendirian Perusahaan dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan Perjanjian Pembuatan Akta Pendirian Perusahaan di hadapan Notaris Membuat Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) di Kantor Kelurahan/Kecamatan setempat Pengajuan Permohonan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Mengajukan permohonan Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi Perushaan di KPP atau KP2KP Melakukan Pendaftaran Perusahaan untuk mendapatkan Tanda Daftar Perusahaan Gambar 2.3 Tata Cara Pendirian Badan Usaha Berikut adalah penjelasan atas skema diatas: 1) Pendirian perusahaan dilakukan dengan perjanjian antara 2 orang atau lebih; 2) Pendiri perusahaan lalu menghadap notaris untuk membuat Akta Pendirian Perusahaan; 3) Setelah membuat Akta Pendirian Perusahaan, dokumen yang harus didapatkan selanjutnya adalah Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU). SKDU dapat diperloeh dengan cara: Meminta Surat Pengantar dari RT setempat yang ditandatangani oleh Ketua RT dan RW setempat; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-26

77 Kemudian mendatangi Kantor Kelurahan untuk melakukan pengisian formulir permohonan SKDU, namun untuk beberapa daerah permohonan SKDU ini harus dilakukan sampai ke tingkat Kecamatan; Kemudian dalam waktu satu sampai dengan satu minggu, SKDU akan dikeluarkan oleh Kelurahan/Kecamatan yang bersangkutan. 4) Kemudian Perusahaan harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). NPWP untuk suatu badan dapat diperoleh dengan cara: Pendaftaran dapat dilakukan secara elektronik atau secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP); Dokumen yang dilakukan dalam rangka pendaftaran Wajib Pajak adalah sebagai berikut: Fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri; Fotokopi NPWP Wajib Pajak salah satu pengurus; Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang atau surat keterangan tempat kegiatan usaha dari Pejabat Pemerintah Daerah sekurang-kurangnya Lurah atau Kepala Daerah atau lembar tagihan listrik dari Perusahaan Listrik/bukti pembayaran listrik. Apabila KPP atau KP2KP telah menerima seluruh persyaratan Permohonan Pendaftaran secara lengkap, maka akan diterbitkan Bukti Penerimaan Surat; Setelah diterbitkannya Bukti Penerimaan Surat, KPP atau KP2KP akan menerbitkan Kartu NPWP dan Surat Keterangan Terdaftar paling lambat 1 hari setelah diterbitkannya Bukti Penerimaan Surat. 5) Selanjutnya, untuk dapat dinyatakan sebagai sebuah Perseroan Terbatas, Perusahaan harus mendapatkan Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 6) Setelah mendapatkan Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan, Perusahaan harus mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). SIUP diperlukan oleh suatu perusahaan agar suatu Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan usahanya. SIUP dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut: Pengajuan SIUP dapat dilakukan di Kantor Dinas Perdagangan di tingkat Kabupaten atau Kotamadya atau di Kantor Perizinan setempat (di beberapa daerah ada Kantor Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T)). Pengajuan pendaftaran SIUP dilakukan dengan mengisi formulir pendaftaran yang diisi secara lengkap dan ditandatangani oleh Direktur Utama/Penanggungjawab Perusahaan atau pemegang sahamnya; Setelah mengisi formulir pendaftaran, kemudian membayar tarif pembuatan SIUP yang berbeda-beda setiap kotamadya/kabupaten, dan diatur dalam Peraturan Daerah di masing-masing wilayah; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-27

78 Dokumen yang dibutuhkan dalam rangka permohona SIUP ini adalah sebagai berikut: Fotokopi KTP Direktur Utama/Penanggungjawab Perusahaan atau pemegang sahamnya; Fotokopi Kartu Keluarga (KK) jika penanggungjawabnya seorang perempuan; Fotokopi NPWP Perusahaan; Surat Keterangan Domisili Usaha; Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia; Surat Izin Gangguan (HO); Izin Prinsip; Neraca Perusahaan; Pasfoto Direktur Utama Penanggungjawab Perusahaan atau pemegang sahamnya berukuran 4x6; Materai Rp 6.000; Izin teknis dari instansi terkait jika diminta. Apabila telah dipenuhi semua persyaratan diatas, kemudian SIUP akan diterbitkan dalam waktu kurang lebih 2 minggu setelah seluruh syarat terpenuhi. 7) Terakhir, Perusahaan harus mengurus Tanda Daftar Perusahaan (TDP). Tanda Daftar Perusahaan adalah daftar catatan resmi yang diadakan menurut atau berdasarkan ketentuan undang-undang dan/atau peraturan-peraturan pelaksanaannya, dan memuat hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran perusahaan. Tanda daftar Perusahaan dapat diperoleh dengan cara: Paling lama 3 bulan setelah perusahaan beroperasi, Perusahaan harus didaftarkan ke Kantor Pendaftaran Perusahaan di masing-masing Kabupaten/Kota/Kotamadya tempat kedudukan perusahaan yang bersangkutan. Pengajuan permohonan ini dapat dilakukan oleh pemilik atau pengurus perusahaan secara langsung atau melalui perwakilan dengan bukti surat kuasa; Dalam permohonan tersebut dilakukan pengisian formulir disertai dengan dokumen-dokumen yang diperlukan, yaitu: Fotokopi Akta Pendirian Perusahaan; Fotokopi KTP Direktur Utama/Penanggungjawab Perusahaan atau pemegang sahamnya; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-28

79 Fotokopi Izin Teknis sesuai dengan bidang usahanya; Fotokopi NPWP perusahaan/perorangan. Apabila telah lengkap seluruh dokumen yang menjadi persyaratan, maka dalam waktu paling lama 10 hari sejak formulir pendaftaran diterima, Kepala Kantor Pendaftaran Perusahaan Kabupaten/Kota/Kotamadya melakukan pengesahan atas pendaftaran perusahaan dan menerbitkan TDP. Berdasarkan penjelasan diatas, maka perizinan/persetujuan yang dibutuhkan dalam pendirian badan usaha terdiri dari: a. Surat Keterangan Domisili Usaha; b. Nomor Pokok Wajib Pajak; c. Akta Pendirian Perusahaan; d. Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Perusahaan; e. Tanda Daftar Perusahaan; dan f. Surat Izin Usaha Perdagangan Penanaman Modal Penanaman modal di Indonesia dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yakni Penanaman Modal Dalam Negeri ( PMDN ) dan Penanaman Modal Asing ( PMA ). Berdasarkan ketentuan dalam UU 25/2007, penanaman modal dalam negeri diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal negeri, sedangkan penanaman modal asing diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. Berdasarkan Pasal 5 UU 25/2007, penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Namun, untuk penanaman modal asing wajib dalam bentuk Perseroan Terbatas ( PT ) berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut sebagai PT PMA. Baik penanam dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk PT dilakukan dengan mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas, membeli saham, dan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa kegiatan usaha Badan Usaha Pelaksana terdiri dari Konstruksi Gedung Kesehatan, Konstruksi Gedung Pendidikan, Aktivitas Rumah Sakit Pemerintah, dan/atau Penyalur Alat Kesehatan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-29

80 Setiap kegiatan tersebut tidak tercantum Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan ( Daftar Negatif Investasi ) 23. Dalam kaitannya dengan penanam modal untuk Badan Usaha Pelaksana KPBU, baik dalam negeri maupun asing, untuk memulai kegiatan usahanya wajib memiliki Izin Prinsip. 24 Bagi perusahaan PMDN, dalam rangka memperoleh Izin Prinsip tidak ditentukan besaran nilai investasi dan permodalannya. Akan tetapi, bagi perusahaan PMA, persyaratan nilai investasi dan permodalan, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan, harus memenuhi ketentuan: 25 a. Total nilai investasi lebih besar dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah), diluar tanah dan bangunan; b. Nilai modal ditempatkan sama dengan modal disetor, sekurang-kurangnya sebesar Rp ,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah); c. Penyertaan dalam modal perseroan, untuk masing-masing pemegang saham sekurang-kurangnya Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) dan persentase kepemilikan saham dihitung berdasarkan nilai nominal saham. Permohonan Izin Prinsip PMDN dapat diajukan sebelum atau setelah perusahaan berbadan usaha atau berbadan hukum Indonesia. Begitu halnya untuk permohonan Izin Prinsip PMA, dapat diajukan sebelum atau setelah perusahaan berbadan hukum Indonesia. Berdasarkan Pasal 20 Perka BKPM 14/2015, Izin Prinsip PMA dan PMDN diterbitkan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar. Namun, Izin Prinsip dapat juga diterbitkan dalam jangka waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) jam kerja sejak diterimanya permohonan yang benar dan benar. Berdasarkan Pasal 30 26, percepatan Izin Prinsip pada perusahaan atas proyekproyek baru maupun perluasan dapat dilakukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Nilai investasi paling sedikit Rp ,00 (seratus miliar rupiah); b. Penyerapan tenaga kerja Indonesia paling sedikit (seribu) orang; c. Industri tertentu, kawasan atau tempat tertetnu yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri ( Inland Free Trade Arrangement), sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian, dengan tetap memperhatikan ketentuan pada huruf a dan/atau b; d. Perusahaan di bidang usaha industri tertentu yang menjadi bagian dari mata rantai produksi ( supply chain), dengan persyaratan menyampaikan surat pernyataan atau nota kesepahaman sebagai pemasok dari perusahaan penggguna produk yang akan dihasilkan; e. Perusahaan yang berlokasi di Kawasan Ekonomi Khusus; dan/atau f. Proyek infrastruktur di sektor tertentu Mengacu kepada Perpres 44/ Pasal 9 ayat (3) Perka BKPM 14/ Pasal 13 Perka BKPM 14/ Perka BKPM 6/2016 tentang Perubahan atas Perka BKPM 14/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-30

81 Selanjutnya, Perusahaan yang telah memiliki Izin Prinsip dan akan melakukan kegiatan usaha produksi/operasi wajib memiliki Izin Usaha. 28 PT PMA dapat mengajukan Izin Usaha dengan total nilai realisasi investasi lebih besar dari Rp ,00 (sepuluh miliar rupiah) diluar nilai investasi dan bangunan. Izin Usaha diterbitkan selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja sejak diterimanya permohonan yang lengkap dan benar atau sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka perizinan yang dibutuhkan dalam hal Penanaman Modal adalah Izin Usaha dan Izin Prinsip Persaingan Usaha Pelaku usaha di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan kepentingan umum. Oleh karena itu, berdasarkan UU 5/1999, jenis kegiatan usaha yang dilarang meliputi oligopoli, penetapan harga, alokasi pasar, boikot, kartel, larangan melakukan penggabungan/merger dengan kriteria tertentu ( trust ), oligopsoni, monopoli, monopsoni, pengendalian pangsa pasar, persekongkolan, penjualan di bawah ongkos biaya, dan penyalahgunaan posisi dominan. Dalam kaitannya dengan Proyek, dapat diasumsikan bahwa skema kegiatan usaha proyek ini tidak dilarang untuk dilakukan berdasarkan ketentuan pengecualian yang diatur dalam Pasal 50 huruf a UU 5/1999 yang mengatur bahwa perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikecualikan dari ketentuan UU 5/1999. Namun, Badan Usaha Pelaksana KPBU yang telah ditetapkan PJPK dapat dimungkinkan untuk melakukan Monopoli atau penyalahgunaan posisi dominan. Akan tetapi, berdasarkan Pasal 51 UU 5/1999 diatur bahwa Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk atau ditunjuk oleh Pemerintah. Selain itu, PJPK dalam melaksanakan kewenangannya untuk pelaksanaan Proyek ini harus memperhatikan ketentuan perundang-undangan lainnya, yakni memastikan bahwa pelaksanaan pengadaan Badan Usaha Pelaksana sesuai dengan mekanisme dan ketentuan yang berlaku yang diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai KPBU yaitu Perpres 38/2015 dan Perka LKPP 19/ 2015 yang dilaksanakan melalui pelelangan dengan prinsip efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel Lingkungan Berdasarkan Pasal 22 UU 32/2009, Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Kemudian lebih lanjut diatur dalam Pasal 2 PP 27/2012 yang menyatakan bahwa setiap usaha 27 Diatur dalam Pasal 30 ayat 1 huruf f Perka BKPM No. 6/2016 tentang Perubahan atas Perka BKPM No. 14/ Pasal 13 Perka BKPM 15/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-31

82 dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Amdal atau UKL-UPL wajib memiliki Izin Lingkungan. Izin Lingkungan diperoleh melalui tahapan kegiatan yang meliputi: a. Penyusunan Amdal dan UKL-UPL; b. Penilaian Amdal dan pemeriksaan UKL-UPL; dan c. Permohonan dan penerbitan Izin Lingkungan. Tabel 2.1 Tahapan Kegiatan Memperoleh Izin Lingkungan Jenis Kegiatan Pembangunan Bangunan Gedung Luas Lahan, atau Bangunan Skala / Besaran 5 ha m 2 Alasan Ilmiah Khusus Besaran diperhitungkan berdasarkan: a. Pembebasan lahan; b. Daya Dukung Lahan; c. Tingkat kebutuhan air sehari-hari; d. Limbah yang dihasilkan; e. Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara, dan lainlain); f. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Luas Bangunan (KLB); g. Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang; h. Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang memiliki kepadatan tinggi); i. Struktur bangunan bertingkat tinggi dan basement menyebabkan masalah dewatering dan gangguan tiangtiang pancang terhadap akuifer sumber air sekitar; j. Bangkitan pergerakan (traffic) dan kebutuhan permukiman dari tenaga kerja yang besar; k. Bangkita pergerakan dan kebutuhan parkir pengunjung; l. Produksi sampah, limbah domestik; dan/atau m. Genangan/banjir lokal. Amdal disusun oleh Pemrakarsa pada tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan. Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang dimaksud wajib sesuai Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-32

83 dengan rencana tata ruang. Berdasarkan Pasal 5 PP 27/2012, penyusunan Amdal dituangkan ke dalam dokumen Amdal yang terdiri atas: a. Kerangka Acuan; b. Andal; dan c. RKL-RPL. Kerangka Acuan sebagaimana dimaksud menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Berdasarkan Pasal 20 PP 27/2012, Kerangka Acuan disusun oleh Pemrakarsa sebelum penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka Acuan yang telah disusun diajukan kepada: a. Menteri, melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat; b. Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi; atau c. Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota. Berdasarkan pengajuan tersebut, sekretariat Komisi Penilai amdal memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi Kerangka Acuan. Bila telah dinyatakan lengkap maka Kerangka Acuan tersebut dinilai oleh Komisi Penilai Amdal. Jangka waktu penilaian dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari ke rja terhitung sejak Kerangka Acuan diterima dan dinyatakan lengkap secara administrasi. Dalam hal hasil penilaian tim teknis menyatakan Kerangka Acuan dapat disepakati, Komisi Penilai Amdal menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan. Setelah itu Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL. Berdasarkan Pasal 27 PP 27/2012, Pemrakarsa menyusun Andal dan RKL-RPL berdasarkan: a. Kerangka Acuan yang telah diterbitkan persetujuannya; atau b. Konsep Kerangka Acuan, dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 telah terlampaui dan Komisi Penilai Amdal belum menerbitkan persetujuan Kerangka Acuan. Andal dan RKL-RPL yang telah disusun diajukan kepada: a. Menteri melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Pusat, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Pusat; b. Gubernur melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Provinsi, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal Provinsi; atau c. Bupati/walikota melalui sekretariat Komisi Penilai Amdal Kabupaten/kota, untuk Kerangka Acuan yang dinilai oleh Komisi Penilai Amdal kabupaten/kota. Berdasarkan pengajuan tersebut, sekretariat Komisi Penilai Amdal memberikan pernyataan tertulis mengenai kelengkapan administrasi dokumen Andal dan RKL- Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-33

84 RPL. Setelah itu, Komisi Penilai Amdal melakukan penilaian Andal dan RKL-RPL sesuai dengan kewenangannya. Kemudian, Komisi Penilai Amdal, berdasarkan hasil penilaian Andal dan RKL-RPL menyelenggarakan rapat Komisi Penilai amdal. Komisi Penilai Amdal menyampaikan rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL kepada Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya. Rekomendasi tersebut dapat berupa rekomendasi kelayakan lingkungan atau rekomendasi ketidaklayakan lingkungan. Jangka waktu penilaian Andal dan RKL-RPL dilakukan paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja, terhitung sejak dokumen Andal dan RKL-RPL dinyatakan lengkap. Berdasarkan Pasal 32 PP 27/2012, Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota berdasarkan rekomendasi penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal menetapkan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup. Jangka waktu penetapan keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup dilakukan paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya rekomendasi hasil penilaian atau penilaian akhir dari Komisi Penilai Amdal. Dalam hal izin lingkungan, berdasarkan Pasal 42 PP 27/2012, permohonan Izin Lingkungan diajukan secara tertulis oleh penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan selaku Pemrakarsa kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya, bersamaan dengan pengajuan penilai Andal dan RKL-RPL. Permohonan izin lingkungan harus dilengkapi dengan: a. dokumen Amdal atau formulir UKL-UPL; b. dokumen pendirian Usaha dan/atau Kegiatan; dan c. profil Usaha dan/atau Kegiatan. Setelah permohonan izin Lingkungan diterima, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib mengumumkan permohonan Izin Lingkungan. Pengumuman dilakukan melalui multimedia dan papan pengumuman di lokasi Usaha dan/atau Kegiatan paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dokumen Andal dan RKL- RPL yang diajukan dinyatakan lengkap secara administrasi. Berdasarkan Pasal 47 PP 27/2012, Izin Lingkungan diterbitkan oleh: a. Menteri, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup yang diterbitkan oleh Menteri; b. Gubernur, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup yang diterbitkan oleh gubernur; dan c. Bupati/walikota, untuk Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup yang diterbitkan oleh bupati/walikota. Izin tersebut diterbitkan setelah dilakukannya pengumuman permohonan Izin Lingkungan dan dilakukan bersamaan dengan diterbitkannya Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup. Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota wajib diumumkan melalui media massa dan/atau multimedia dalam jangka waktu 5 (lima) hari kerja sejak diterbitkan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-34

85 Gambar 2.4 Mekanisme Penyusunan Dokumen Amdal dan Perolehan Izin Lingkungan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-35

86 2.1.6 Ketenagakerjaan Berdasarkan UU 23/2007, setiap pemberi kerja harus memperhatikan ketentuan mengenai ketenagakerjaan yang berkaitan dengan hubungan kerja, penggunaan tenaga kerja asing, pengupahan, jam kerja, manfaat kerja, dan keselamatan kerja berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam bidang kesehatan terdapat tenaga khusus yang di bidang kesehatan. Berdasarkan Pasal 8 UU 36/2014, Tenaga di bidang kesehatan terdiri atas: a. Tenaga Kesehatan; dan b. Asisten Tenaga Kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu. Sedangkan Asisten Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan di bawah jenjang Diploma Tiga. Dalam Pasal 22 UU 36/2014 diatur bahwa pendayagunaan tenaga kesehatan dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan perundangan. Dengan demikian, sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka PJPK bertanggung jawab untuk melaksanakan pendayagunaan tenaga kesehatan. Selain itu, berkaitan dengan pelaksanaan Proyek, lebih lanjut didalam Pasal 87 UU 23/2007 bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, selanjutnya disebut sebagai SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. 29 SMK3 meliputi: 30 a. Penetapan kebijakan K3; b. Perencanaan K3; c. Pelaksanaan rencana K3; d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3; dan e. Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3. Berdasarkan Pasal 5 PP 50/2012, Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya. Kewajiban tersebut berlaku bagi perusahaan yang empekerjakan 29 Pasal 1 angka 1 PP 50/ Pasal 6 angka 1 PP 50/2012 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-36

87 pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. A. Penetapan Kebijakan K3 Dalam menyusun kebijakan, pengusaha paling sedikit harus: 1) Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi: a) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; b) Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik; c) Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan; d) Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan; dan e) Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan 2) Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan 3) Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh. Kebijakan K3 paling sedikit memuat mengenai: a. Visi; b. Tujuan perusahaan; c. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan; dan d. Kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional. B. Perencanaan K3 Berdasarkan Pasal 9 ayat 2 PP 50/2012, rencana K3 disusun oleh pengusaha dengan harus mempertimbangkan: a. Hasil penelahaan awal; b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko; c. Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya; dan d. Sumber daya yang dimiliki. Rencana K3 paling sedikit memuat: a. Tujuan dan sasaran; b. Skala prioritas; c. Upaya pengendalian bahaya; d. Penetapan sumber daya; e. Jangka waktu peelaksanaan; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-37

88 f. Indikator pencapaian; dan g. Sistem pertanggungjawaban. C. Pelaksanaan Rencana K3 Berdasarkan Pasal 10 ayat 2 PP 50/2012, Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 didukung oleh sumber daya manusia di bidang K3, prasarana dan sarana. Sumber daya tersebut harus memiliki: a. Kompetensi kerja yang dibutuhkan dengan sertifikat; dan b. Kewenangan di bidang K3 yang dibuktikan dengan surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang berwenang. Prasarana dan sarana yang dimaksud sebelumnya, paling sedikit terdiri dari: a. Organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang K3; b. Anggaran yang memadai; c. Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian; dan d. Instruksi kerja. Pengusaha dalam melaksanakan rencana K3 harus melakukan kegiatan dalam pemenuhan persyaratan K3. Kegiatan paling sedikit meliputi: a. Tindakan pengendalian; b. Perancangan (design) dan rekayasa; c. Prosedur dan instruksi kerja; d. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan; e. Pembelian/pengadaan barang dan jasa; f. Produk akhir; g. Upaya menghadapi keadaan darurat kecelakaan dan bencana industri; dan h. Rencana dan pemulihan keadaan darurat. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, pengusaha harus : a. Menunjuk sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi kerja dan kewenangan di bidang K3; b. Melibatkan seluruh pekerja/buruh; c. Membuat petunjuk K3 yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di perusahaan, dan pihak lain yang terkait; d. Membuat prosedur informasi; e. Membuat prosedur pelaporan; dan f. Mendokumentasikan seluruh kegiatan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-38

89 D. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3 Berdasarkan Pasal 14 PP 50/2012, Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dilakukan melalui pemeriksaan, pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3 dilakukan oleh sumber daya manusia yang kompeten. Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya untuk melakukan pemantauan dan evaluasi kinerja K3, perusahaan dapat menggunakan jasa pihak lain. 31 E. Peninjauan dan Peningkatan Kinerja SMK3 Berdasarkan Pasal 15 ayat 2 PP 50/2012, Peninjauan wajib dilakukan oleh pengusaha terhadap kebijakan, perencanaan, pelasakanaan, pemantauan, dan evaluasi. Hasil peninjauan digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja. Perbaikan dan peningkatan kinerja dapat dilaksanakan dalam hal: a. Terjadi perubahan peraturan perundang-undangan; b. Adanya tuntutan dari pihak yang terkait dan pasar; c. Adanya perubahan produk dan kegiatan perusahaan; d. Terjadi perubahan struktur organisasi perusahaan; e. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk epidemiologi; f. Adanya hasil kajian kecelakaan di tempat kerja; g. Adanya pelaporan; dan/atau h. Adanya masukan dari pekerja/buruh. F. Pelaksanaan K3 Rumah Sakit Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang bermanfaat bagi bagi Sumber Daya Manusia Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Pelayanan K3RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkan berbagai komponen yang ada dirumah sakit. Program K3RS terdiri dari: a. Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit; b. Standar Pelayanan Keselamtan Kerja di Rumah Sakit; c. Standar K3 Perbekalan Kesehatan di Rumah Sakit, yang terdiri dari standar manajemen, standar teknis sarana, prasarana, dan peralatan rumah sakit; dan d. Pengelolaan Barang Berbahaya dan Beracun Pengadaan Tanah Pengadaan tanah merupakan kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Pengadaan tanah 31 Pasal 14 ayat 4 PP 50/2012 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-39

90 dilakukan apabila tanah yang akan digunakan untuk membangun Proyek belum menjadi milik Pemerintah/Pemerintah Daerah. Tata cara penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini diatur dalam Peraturan Presiden No. 71 Tahun 2012 ( Perpres 71/2012 ) yang terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: 1) Perencanaan Tahap perencanaan ini terbagi lagi menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1. PJPK/Instansi yang memerlukan tanah berkewajiban untuk membuat rencana pengadaan tanah. Berdasarkan pasal 3 ayat (1) Perpres 71/2012, perencanaan pengadaan tanah harus didasarkan pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah ( RPJM ), Rencana Strategis ( Renstra ), dan Rencana Kerja ( Renja ) PJPK; 2. Kemudian, berdasarkan Pasal 5 Perpres 71/2012 rencana pengadaan tanah disusun dalam bentuk dokumen pengadaan tanah yang paling sedikit memuat maksud dan tujuan rencana pembangunan, kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Prioritas Pembangunan, letak tanah, luas tanah yang dibutuhkan, gambaran status tanah, gambaran umum status tanah, perkiraan jangka waktu pelaksanaan pengadaan tanah, perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan, perkiraan nilai tanah dan rencana penganggaran; 2) Persiapan Tahapan persiapan terdiri atas beberapa langkah, yaitu: 1. Dalam tahapan ini, PJPK melaksanakan tahapan kegiatan Persiapan Pengadaan Tanah setelah menerima dokumen perencanaan Pengadaan tanah dengan membentuk Tim Persiapan yang beranggotakan bupati/walikota, satuan kerja perangkat daerah provinsi terkait, instansi yang memerlukan tanah, dan instansi terkait lainnya; 2. Setelah terbentuk, tim persiapan melaksanakan pemberitahuan rencana pembangunan kepada masyarakat pada lokasi rencana pembangunan dalam waktu 20 hari kerja sejak dokumen perencanaan pengadaan tanah diterima secara resmi oleh gubernur. Pemberitahuan tersebut disampaikan kepada masyarakat pada rencana lokasi pembangunan dengan cara sosialisasi, tatap muka, atau surat pemberitahuan. Hasil dari sosialisaisi dan tatap muka kemudian dituangkan dalam bentuk notulen pertemuan; 3. Setelah dibuat notulen dari pertemuan yang telah dilakukan, kemudian akan dibuat pendataan awal lokasi rencana pembangunan. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan ini meliputi kegiatan pengumpulan data awal pihak yang berhak dan obyek pengadaan tanah. Hasil dari pendataan awal lokasi rencana pembangunan dituangkan dalam bentuk daftar sementara lokasi rencana pembangunan; 4. Kemudian daftar sementara lokasi rencana pembangunan dijadikan bahan untuk pelaksanaan konsultasi publik rencana pembangunan yang bertujuan untuk mendapatlkan kesepakatan lokasi rencana pembangunan dari pihak yang berhak; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-40

91 5. Apabila dari konsultasi publik tersebut telah tercapai kesepakatan, maka dilakukan penetapan lokasi pembangunan oleh gubernur. Penetapan lokasi pembangunan dilampiri peta lokasi pembangunan yang disiapkan noleh instansi yang memerlukan tanah; dan 6. Setelah dilakukan penetapan lokasi pembangunan untuk kepentingan unum, gubernur bersama instansi yang memerlukan tanah mengumumkan penetapan tersebut. 3) Pelaksanaan Tahapan selanjutnya dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN selaku ketua pelaksana Pengadaan Tanah yang dapat menugaskan kepada Kepala Kantor Pertanahan. Tahap pelaksanaan ini dibedakan menjadi beberapa tahapan, yaitu: 1. Berdasarkan lokasi pembangunan untuk kepentingan umum, instansi yang memerlukan tanah mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada ketua Pelaksana Pengadaan Tanah. Kemudian Ketua Pelaksana Pengadaan tanah menyiapkan pelaksanaan Pengadaan Tanah; 2. Dalam melaksanakan kegiatan penyiapan pelaksanaan pengadaan tanah, ketua pelaksana Pengadaan Tanah dapat membentuk satuan Tugas yang membidangi inventarisasi dan identifikasi atas: a. data fisik penguasaan pemilika, penggunaan dan pemanfaatan tanah; dan b. data pihak yang berhak dan objek pengadaan tanah; Hasil dari inventarisasi dan identifikasi berbentuk peta bidang tanah dan daftar normatif. Peta bidang tanah dan daftar normatif ini kemudian diumumkan dalam di Kantor kelurahan/desa. 3. Hasil pengumuman tersebut menjadi dasar untuk menentukan pihak yang berhak dalam pemberian ganti kerugian. Mengenai penetapan besarnya nilai ganti kerugian dilakukan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah berdasarkan penilaian jasa penilai atau penilai publik; 4. Setelah penilaian dari Penilai diterima oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah, Pelaksana Pengadaan Tanah melaksanakan musyawarah dengan pihak yang berhak dengan mengikutsertakan instansi yang membutuhkan tanah. Hasil kesepakatan dari musyawarah ini kemudian dituangkan dalam berita acara kesepakatan; 5. Setelah terdapat kesepakatan, maka kemudian dilakukan pemberian ganti kerugian yang berdasarkan Pasal 74 ayat (1) Perpres 71/2012 dapat berupa uang, tanah pengganti, pemukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lainnya yang disetujui oleh kedua belah pihak. 6. Berdasarkan Pasal 96 Perpres 71/2012, setelah mendapatkan ganti kerugian, maka akan dilaksanakan pelpasan hak objek pengadaan tanah yang dilakukan oleh pihak yang berhak kepada negara di hadapan kepada kantor Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-41

92 pertanahan setempat yang dituangkan dalam berita acara pelepadan hak objek pengadaan tanah; 7. Setelah dilakukan pelepasan hak objek pengadaan tanah, maka hubungan hukum antara pihak yang berhak dan tanahnya hapus demi hukum. 4) Penyerahan Hasil Berdasarkan Pasal 48 UU 2/2012, Lembaga Pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah kepada Instansi yang memerlukan tanah setelah: a) Pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak dan Pelepasan Hak telah dilaksanakan; dan/atau b) Pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri. c) Penyerahan hasil pengadaan tanah tersebut dialkukan dengan berita acara yang selanjutnya akan digunakan oleh instansi yang memerlukan tanah guna pendaftaran/persertipikatan. Setelah itu, PJPK dapat mulai melaksanakan kegiatan pembangunan setelah dilakukan serah terima hasil Pengadaan Tanah Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, pengadaan tanah akan dilakukan oleh instansi yang membutuhkan tanah dalam hal ini yaitu PJPK. apabila masih terdapat kebutuhan lahan, maka PJPK melakukan proses pengadaan tanah dengan menyusun Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah untuk memperoleh Penetapan Lokasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum Pembiayaan KPBU Berdasarkan Pasal 42 Perpres 38/2015 jo. Pasal 37 Permen PPN 4/2015, Badan Usaha Pelaksana KPBU wajib memperoleh pembiayaan atas KPBU paling lambat dalam jangka wakktu 12 (dua belas) bulan setelah menandatangani perjanjian KPBU. Pembiayaan KPBU dapat melalui Lembaga Keuangan Indonesia dan juga Pinjaman Luar Negeri. A. Lembaga Keuangan Indonesia Badan Usaha Pelaksana KPBU, dalam upayanya untuk memperoleh pembiayaan melalui Lembaga Keuangan Indonesia, dapat mempertimbangkan beberapa pilihan, yakni melalui Bank, Perusahaan Pembiayaan, dan/atau Kredit Sindikasi. 1. Bank Badan Usaha Pelaksana KPBU dapat memperoleh pembiayaan dari bank di Indonesia yang menyediakan pinjaman kredit dan pembiayaan. Namun harus dipertimbangkan bahwa terdapat keberlakuan batasan pinjaman maksimum untuk setiap pembiayaan yang disediakan oleh Bank Indonesia. Batasan tersebut dikualifikasi berdasarkan status peminjam, yaitu: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-42

93 a. Jika penyediaan dana dilakukan kepada Pihak Terkait dengan Bank, jumlah maksimum pembiayaan yang dapat diberikan adalah 10 % (sepuluh persen) dari modal bank. b. Jika penyediaan dana dilakukan kepada Pihak Yang Tidak Terkait (tunggal) dengan Bank, jumlah maksimum pembiayaan yang dapat diberikan adalah 20 % (dua puluh persen) dari modal bank. c. Jika penyediaan dana dilakukan kepada Pihak Yang Tidak Terkait (kelompok) dengan Bank, jumlah maksimum pembiayaan yang dapat diberikan adalah 25 % (dua puluh lima persen) dari modal bank. 2. Perusahaan Pembiayaan Badan Usaha Pelaksana KPBU dapat memperoleh pembiayaan dalam rangka pelaksanaan proyek KPBU melalui perusahaan pembiayaan. Berdasarkan Pasal 1 huruf b PMK 84/2006, Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan. Selain itu, Badan Usaha Pelaksana KPBU dapat memperoleh pembiayaan dari Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dalam rangka pelaksanaan proyek KPBU ini. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk melakukan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana pada proyek infrastruktur. 32 Berdasarkan Pasal 2 PMK 100/2009, kegiatan usaha Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur meliputi: a. Pemberian pinjaman langsung ( direct lending) untuk Pembiayaan Infrastruktur; b. Pembiayaan Ulang ( refinancing) atas infrastruktur yang telah dibiayai pihak lain; dan/atau c. Pemberian pinjam subordinasi ( subordinated loans) yang berkaitan dengan pembiayaan infrastruktur. Selain itu, untuk mendukung kegiatan usaha tersebut, Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur dapat pula melakukan: a. Pemberian dukungan kredit ( credit enhancement), termasuk penjaminan untuk Pembiayaan Infrastruktur; b. Pemberian jasa konsultasi (advisory services); c. Penyertaan modal (equity investment); d. Upaya mencarikan swap market yang berkaitan dengan Pembiayaan Infrastruktur; dan/atau e. Kegiatan atau pemberian fasilitas lain yang terkait dengan Pembiayaan Infrastruktur setelah memperoleh persetujuan Menteri. 32 Pasal 1 angka 2 PMK 100/2009 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-43

94 Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur, dalam kaitannya dengan pemberian pinjaman langsung ( direct lending), dapat mengajukan pinjaman langsung yang disediakan oleh Lembaga Keuangan Internasional berdasarkan perjanjian pinjaman dengan syarat dan ketentuan secara dengan pinjaman Pemerintah Pusat. Pinjaman Langsung tersebut dapat diberikan Jaminan oleh Pemerintah Pusat secara khusus bagi BUMN yang melakukan kegiatan Penyediaan Infrastruktur dan Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur Milik Negara yang akan diterus pinjamkan kepada BUMN untuk melakukan kegiatan penyediaan infrastruktur Kredit Sindikasi Kredit Sindikasi adalah bentuk pinjaman yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari berbagai bank dan/atau lembaga keuangan lainnya, kepada seorang debitur, yang biasanya berbentuk badan hukum, untuk membiayai satu atau beberapa proyek milik debitur. Pinjaman tersebut diberikan secara sindikasi mengingat jumlah yang dibutuhkan untuk membiayai proyek tersebut sangat besar, sehingga tidak mungkin dibiayai oleh kreditur tunggal. Oleh karena kredit sindikasi diberikan dalam rangka membiayai suatu proyek, yang dapat ditentukan kapan dimulainya dan saat berakhirnya pembangunan proyek tersebut, maka ditinjau dari sifatnya, suatu kredit sindikasi dapat digolongkan sebagai term loan. 34 B. Pinjaman Luar Negeri Dalam hal pembiayaan KPBU dilakukan melalui pinjaman luar negeri, Badan Usaha Pelaksanan KPBU wajib untuk mengajukan permohonan disertai dengan bahan keterangan secara lengkap mengenai rencana penggunaannya kepada Tim Pinjaman Komersial Luar Negeri ( Tim PKLN ) untuk mendapatkan persetujuan mencari pinjaman komersial luar negeri. 35 Selain itu, Badan Usaha Pelaksana KPBU memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan pinjaman komersial luar negeri yang diperoleh. 36 Pinjaman yang termasuk ke dalam jenis pinjaman yang dikoordinasi pengelolaannya oleh Tim PKLN, yaitu: a. Pinjaman yang berhubungan dengan proyek-proyek pembangunan yang pembiayaannya bersifat non-recourse, limited-recourse, advanced payment, trustee borrowing, leasing dan sebagainya; b. Pinjaman yang berhubungan dengan proyek-proyek pembangunan yang pembiayaannya didasarkan kepada Build, Operate, Transfer ( BOT ), Build and Transfer ( B&T ), dan sebagainya. Sementara itu, Badan Usaha Pelaksana KPBU juga harus mematuhi peraturan mengenai pinjaman luar negeri sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia 33 Pasal 3 Perpres 82/ Karim, Iswahjudi A., Makalah Kredit Sindikasi, Diktum Kesembilan Keppres 39/ Diktum Keduabelas Keppres Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-44

95 mengenai pelaporan kegiatan lalu lintas devisa dan pelaporan kegiatan penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan hutang luar negeri korporasi nonbank. Dalam PBI No. 16/22/PBI/2014, Badan Usaha Pelaksana KPBU memiliki 2 (dua) kewajiban dalam melakukan pinjaman luar negeri, yaitu Kewajiban Pelaporan dan Penerapan Prinsip Kehati-hatian. (1) Kewajiban Pelaporan Setiap perusahaan yang memiliki tujuan untuk mendapatkan pinjaman luar negeri wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia, dengan prosedur sebagai berikut: a) Laporan Lalu Lintas Devisa Berdasarkan Pasal 2 PBI No. 16/22/PBI/2014, Laporan Lalu Lintas Devisa ( LLD ) meliputi keterangan dan data mengenai: i) Transaksi perdagangan barang, jasa, dan transaksi lainnya antara Penduduk dengan bukan Penduduk; ii) Posisi dan perubahan Aset Finansial Luar Negeri ( AFLN ) 37 dan/atau kewajiban Finansial Luar Negeri ( KFLN ) 38 ; dan/atau iii) Rencana dan/atau realisasi Utang Luarg Negeri. Selain itu, LLD wajib dilengkapi dengan keterangan dan data pendukung mengenai kegiatan LLD, pelapor LLD dan/atau nasabah pihak lainnya. Kegiatan LLD yang dilaporkan mencakup kegiatan untuk kepentingan Pelapor LLD sendiri maupun nasabah atau pihak lain. 39 Berdasarkan Pasal 4 PBI No. 16/22/PBI/2014, Pelapor LLD wajib menyampaikan Laporan LLD kepada Bank Indonesia secara lengkap, benar, dan tepat waktu. Penyampaian Laporan tersebut dilakukan secara online. Kegiatan tersebut dilakukan secara bulanan paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Namun, khusus untuk Laporan LLD yang berupa rencana Utang Luar Negeri (ULN) selama tahun berjalan disampaikan setiap awal tahun, paling lambat tanggal 15 Maret, untuk rencana ULN dan disampaikan paling lambat 1 Juli, untuk perubahan rencana ULN. 40 b) Laporan Penarikan Devisa Utang Luar Negeri Berdasarkan Pasal 2 PBI No. 13/22/PBI/2011, setiap Devisa Utang Luar Negeri ( DULN ) wajib ditarik oleh Debitur Utang Luar Negeri melalui Bank 37 AFLN adalah aktiva Penduduk pada bukan Penduduk aik dalam Valuta Asing maupun Rupiah, antara lain dalam bentuk kas Valuta Asing, simpanan, piutang dagang/usaha, surat berharga, dan penyertaan modal. 38 KFLN adalah pasiva Penduduk pada bukan Penduduk baik dalam valuta asing maupun Rupiah, antara lain dalam bentuk Utang Luar Negeri (ULN) dan ekuitas dari bukan Penduduk. 39 Pasal 2 ayat 2 dan 3 PBI No. 16/22/PBI/ Pasal 6 PBI No. 16/22/PBI/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-45

96 Devisa 41. Laporan penarikan tersebut wajib diberikan kepada Bank Indonesia secara benar dan lengkap serta tepat waktu dengan menggunakan laporan data realisasi penarikan ULN. Selanjutnya, Bank Indonesia akan meneliti kebenaran atas laporan penarikan DULN yang disampaikan oleh Pelapor DULN. Apabila terdapat keraguan atas kebenaran penarikan DULN, Bank Indonesia dapat meminta penjelasan kepada Pelapor DULN yang disampaikan paling lama 6 (enam) bulan sejak berakhirnya jangka waktu kewajiban penyampaian laporan. Jika Pelapor DULN tidak menyampaikan laporan dalam jangka waktu tersebut, maka Pelapor DULN dianggap tidak melakukan penarikan DULN melalui Bank Devisa. Selain itu, apabila Pelapor DULN terlambat dan tidak menyampaikan laporan, maka akan dikenakan sanksi administratif. 42 2) Penerapan Prinsip Kehati-hatian Berdasarkan Pasal 2 ayat 1 PBI No. 16/20/PBI/2014, Badan Usaha yang memiliki ULN dalam valuta asing wajib menerapkan prinsip kehati-hatian. Hal ini ditujukan untuk melakukan manajemen terhadap beberapa risiko, yaitu risiko nilai tukar, risiko likuiditas, dan risiko utang yang terlalu tinggi atau berlebihan (overleverage). Penerapan prinsip kehati-hatian meliputi pemenuhan Rasio Lindung Nilai, Rasio Likuiditas, dan Peringkat Utang Perpajakan Dalam pelaksanaan Proyek KPBU, Badan Usaha Pelaksana KPBU memiliki kewajiban untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan yang mencakup kewajiban atas: 1) Pajak Penghasilan Badan Usaha; 44 2) Pajak Penghasilan Karyawan; 45 3) Pajak Impor; 46 4) Pajak atas Pelaksanaan Transaksi; dan 5) Pajak Daerah dan Retribusi. 47 Namun Pemerintah memberikan fasilitas kepada penanam modal/investor untuk melakukan penanaman modal di Indonesia. Berdasarkan Pasal 18 ayat (3) UU 41 Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia.. 42 Pasal 10 PBI No. 13/22/PBI/ Pasal 2 ayat 2 PBI No. 16/22/PBI/ Berdasarkan ketentuan dalam UU 7/ Berdasarkan ketentuan dalam UU 7/ Berdasarkan ketentuan dalam UU 10/ Berdasarkan ketentuan dalam UU 28/2009 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-46

97 25/2007, penanaman modal yang mendapat fasilitas harus memenuhi kriteria, antara lain: a. Menyerap banyak tenaga kerja; b. Termasuk skala prioritas tinggi; c. Termasuk pembangunan infrastruktur; d. Melakukan alih teknologi; e. Melakukan industri pionir; f. Berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau daerah lain yang dianggap perlu; g. Menjaga kelestarian lingkungan hidup; h. Melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi; i. Bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah, atau koperasi; atau j. Industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri. Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal dapat berupa: a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai tingkat tertentu terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan dalam waktu tertentu; b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal, mesin, atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri; c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan persyaratan tertentu; d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai atas impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka waktu tertentu; e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat; dan f. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan, khususnya untuk bidang usaha tertentu, pada wilayah atau daerah atau kawasan tertentu Peraturan-peraturan Terkait Lainnya A. Bentuk Pengembalian Investasi Berdasarkan Pasal 11 Perpres 38/2015, pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana atas Penyediaan Infrastruktur bersumber dari i) pembayaran oleh pengguna dalam bentuk tarif; ii) pembayaran Ketersediaan Layanan ( Availability Payment), dan/atau iii) bentuk lainnya sepanjang tidak bertentangan peraturan perundang-undangan. Terkait dengan pelaksanaan Proyek maka mekanisme yang dimungkinkan sebagai bentuk pengembalian investasi kepada Badan Usaha Pelaksana yaitu Pembayaran Ketersediaan "Layanan/Availability Payment ( AP ) oleh PJPK terhadap pelaksanaan Proyek. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-47

98 Dalam hal pengembalian investasi Badan Usaha Pelaksana KPBU ditetapkan bersumber dari Pembayaran atas AP, PJPK menganggarkan dana pembayaran AP untuk penyediaan infrastruktur yang dilakukan oleh Badan Usaha Pelaksana pada masa operasi selama jangka waktu yang diatur dalam Perjanjian Kerja Sama. Penganggaran dana pembayaran AP tersebut, dilakukan dengan memperhitungkan: a. Biaya modal; b. Biaya operasional; dan/atau c. Keuntungan Badan Usaha Pelaksana. Berdasarkan Pasal 4 PMK 190/2015, Pembayaran AP dilaksanakan untuk KPBU yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Untuk penyediaan infrastruktur ekonomi dan penyediaan infrastruktur sosial yang memiliki manfaat besar bagi masyarakat selaku pengguna Layanan; b. Untuk penyediaan infrastruktur yang pengembalian investasinya tidak diperoleh dari pembayaran oleh pengguna layanan kepada Badan Usaha; dan c. Untuk KPBU dengan pengadaan Badan Usaha yang dilakukan melalui tahapan pemilihan yang adil, terbuka, dan transparan, serta memperhatikan prinsip persaingan usaha yang sehat. Pembayaran AP dilakukan apabila Perjanjian KPBU paling kurang memuat ketentuan mengenai: a. Spesifikasi keluaran dan indikator kinerja yang obyektif dan terukur atas Layanan yang disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana kepada masyarakat; b. Formula perhitungan Pembayaran AP yang menjadi dasar perhitungan kewajiban Pemerintah c.q. PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana; c. Sistem pemantauan yang efektif terhadap indikator kinerja; d. Pembayaran AP oleh Pemerintah c.q. PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana yang dimulai setelah infrastruktur selesai dibangun dan siap beroperasi; e. Sistem penarikan pembayaran yang efektif dan transparan dalam hal KPBU menetapkan bahwa PJPK berhak atas pembayaran berupa tarif dari masyarakat selaku pengguna Layanan; dan f. Mekanisme Pembayaran AP oleh Pemerintah c.q. PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana selama masa pengoperasian infrastruktur oleh Badan Usaha Pelaksana, yang disesuaikan dengan indikator kinerja atas Layanan yang disediakan oleh Badan Usaha Pelaksana kepada masyarakat selaku pengguna sebagaimana dimaksud dalam poin a dan poin d, yang tidak bergantung kepada tarif sebagaimana dimaksud pada poin e. B. Konstruksi 1. Jasa Konstruksi Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-48

99 pengawasan pekerjaan konstruksi. 48 Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) UU 18/1999, jenis usaha jasa konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan konstruksi, dan usaha pengawasan konstruksi yang masing-masing dilaksanakan oleh perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi. Sehubungan dengan pelaksanaan proyek KPBU ini, Badan Usaha Pelaksana KPBU nantinya akan bertindak sebagai pengguna jasa. Pengguna jasa adalah orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi. 49 Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 15 UU 18/1999, Badan Usaha Pelaksana KPBU sebagai pengguna jasa konstruksi, harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan konstruksi yang didukung dengan dokumen pembuktian dari lembaga perbankan dan/atau lembaga keuangan bukan bank. Bukti kemampuan membayar yang dimaksud dapat diwujudkan dalam bentuk lain yang disepakati dengan mempertimbangkan lokasi, tingkat kompleksitas, besaran biaya, dan/atau fungsi bangunan yang dituangkan dalam perjanjian tertulis antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Berdasarkan Pasal 17 UU 18/1999, pengikatan dalam hubungan kerja jasa konstruksi dilakukan berdasarkan prinsip persaingan yang sehat melalui pemilihan penyedia jasa dengan cara pelelangan umum atau terbatas. Pelelangan terbatas hanya boleh diikuti oleh penyedia jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi. Akan tetapi, dalam keadaan tertentu, penetapan penyedia jasa dapat dilakukan dengan cara pemilihan langsung atau penunjukan langsung. Pemilihan penyedia jasa harus memperhatikan kesesuaian bidang, keseimbangan antara kemampuan dan beban kerja, serta kinerja penyedia jasa. Dalam keadaan lain, pengguna jasa dilarang memberikan pekerjaan kepada penyedia jasa yang terafiliasi untuk mengerjakan satu pekerjaan konstruksi pada lokasi dan dalam kurun waktu yang sama tanpa melalui pelelangan umum atau pelelangan terbatas. Berdasarkan Pasal 21 ayat (2) UU 18/1999, ketentuan mengenai tata cara pemilihan penyedia jasa konstruksi, penerbitan dokumen dan penetapan penyediaaan jasa diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, yakni Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, yang telah diubah oleh Peraturan Pemerintah No. 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 2. Kontrak Kerja Konstruksi Berdasarkan Pasal 22 ayat (1) UU 18/1999, pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum perundang-undangan yang berlaku harus dituangkan dalam kontrak kerja konstruksi. Kontrak Kerja Konstruksi sekurang-kurangnya harus mencakup uraian mengenai: 50 a. para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak; 48 Pasal 1 angka 2 UU 18/ Pasal 1 angka 4 UU 18/ Pasal 22 ayat (2) UU 18/1999. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-49

100 b. rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan; c. masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa; d. tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi; e. hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi. f. cara pembayaran, yang memuat ketentuan tentang kewajiban pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi; g. cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan; h. penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat ketidaksepakatan; i. pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak; j. keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak. k. kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan tentang kewajiban penyedia jasa dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan; l. perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial; m. aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang lingkungan. Selain dari ketentuan yang telah disebutkan, Kontrak Kerja Konstruksi: a. harus memuat ketentuan tentang hak atas kekayaan intelektual; b. dapat memuat kesepakatan para pihak tentang pemberian insentif; c. dapat memuat ketentuan tentang sub-penyedia jasa serta pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan yang harus memenuhi standar yang berlaku; d. dibuat dalam bahasa Indonesia, namun apabila dibentuk dengan pihak asing, maka dapat dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. 3. Sub-penyedia Jasa Konstruksi Berdasarkan Pasal 24 ayat (1) UU 18/1999, penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat menggunakan sub-penyedia jasa yang mempunyai Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-50

101 keahlian khusus sesuai dengan masing-masing tahapan pekerjaan konstruksi. Subpenyedia jasa konstruksi harus memenuhi persyaratan 51 yang telah diatur oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku 52. Penyedia jasa konstruksi yang hendak menggunakan sub-penyedia jasa wajib memenuhi hak-hak sub-penyedia jasa yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. Sementara itu, subpenyedia jasa wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa. 53 C. Dukungan Pemerintah Dalam pelaksanaan Proyek melalui skema KPBU, berdasarkan Pasal 15 Perpres 38/2015, PJPK dapat memberikan Dukungan Pemerintah terhadap proyek KPBU sesuai dengan lingkup kegiatan KPBU. Dukungan Pemerintah tersebut dicantumkan dalam dokumen pengadaan Badan Usaha Pelaksana. Dengan demikian, berdasarkan Pasal 16 Perpres 38/2015, Menteri Keuangan dapat menyetujui pemberian Dukungan Pemerintah dalam bentuk Dukungan Kelayakan dan/atau insentif perpajakan berdasarkan usulan PJPK, sesuai dengan peraturan perundangundangan. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) PMK 223/2012, Dukungan Kelayakan merupakan Belanja Negara yang diberikan dalam bentuk tunai kepada Proyek Kerjasama atas porsi tertentu dari seluruh Biaya Konstruksi Proyek Kerjasama. Dalam ayat selanjutnya disebutkan bahwa Biaya Konstruksi Proyek Kerjasama meliputi biaya konstruksi, biaya peralatan, biaya pemasangan, biaya bunga atas pinjaman yang berlaku selama masa konstruksi, dan biaya-biaya lain terkait konstruksi namun tidak termasuk biaya terkait pengadaan lahan dan insentif perpajakan. Kriteria yang diharus dipenuhi untuk memperoleh Dukungan Kelayakan, berdasarkan pasal 8 PMK 223/2012, yakni: a. Proyek KPBU yang telah memenuhi kelayakan ekonomi namun belum memenuhi kelayakan finansial; b. Proyek KPBU dalam poin a menerapkan prinsip pengguna membayar; c. Proyek Kerja Sama dalam poin a dan poin b dengan total biaya investasi paling kurang senilai Rp ,- (seratus miliar rupiah); d. Proyek KPBU sebagaimana dimaksud poin a, poin b, dan poin c dijalankan oleh Badan Usaha Penandatangan Perjanjian KPBU yang dibentuk oleh Badan Usaha Pemenang Lelang yang ditetapkan oleh PJPK melalui proses lelang yang terbuka dan kompetitif sesuai dengan peraturan tentang KPBU; e. Proyek KPBU sebagaimana dimaksud poin a, poin b, poin c, dan poin d dilaksanakan berdasarkan Perjanjian Kerja Sama yang mengatur skema pengalihan aset dan/atau pengelolaannya dari Badan Usaha Penandatangan Perjanjian KPBU kepada PJPK pada akhir periode kerja sama; dan f. Hasil Prastudi Kelayakan pada Proyek KPBU sebagaimana dimaksud poin a, poin b, poin c, poin d, dan poin e: 51 Pasal 24 ayat (2) UU 18/ Persyaratan yang dimaksud diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 UU 18/ Pasal 24 ayat (3) dan (4) UU 18/1999. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-51

102 i. Mencantumkan pembagian risiko yang optimal antara PJPK di satu pihak dan Badan Usaha Penandatangan Perjanjian KPBU/Badan Usaha Pemenang Lelang di pihak lain; ii. iii. Menyimpulkan bahwa Proyek KPBU tersebut layak secara ekonomi, yang juga meliputi aspek teknis, hukum, lingkungan, dan sosial; dan Menunjukan bahwa Proyek KPBU tersebut menjadi layak secara finansial dengan diberikannya Dukungan Kelayakan. Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek dikarenakan pengembalian investasi kepada Badan Usaha dilakukan dengan menggunakan Pembayaran Ketersediaan Layanan (AP) maka sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (2) PMK 223/2012, bahwa terhadap pelaksanaan Proyek tidak dapat diberikan Dukungan Pemerintah dalam bentuk kontribusi fiskal yang bersifat finansial (dukungan kelayakan). Lebih lanjut kajian mengenai Dukungan Pemerintah terkait dengan pelaksanaan Proyek dijelaskan dalam BAB 8 tentang Dukungan Pemerintah dan Jaminan Pemerintah. D. Jaminan Pemerintah Berdasarkan Pasal 17 Perpres 38/2015, Pemerintah dapat memberikan Jaminan Pemerintah terhadap Proyek KPBU. Jaminan Pemerintah tersebut diberikan dalam bentuk Penjaminan Infrastruktur. Pemberian Jaminan Pemerintah dilakukan dengan memperhatikan prinsip pengelolaan dan pengendalian risiko keuangan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( AP BN ) yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan. Berdasarkan Pasal 17 ayat (5) Perpres 38/2015, Menteri Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berkaitan dengan pemberian Jaminan Pemerintah, berwenang untuk: a. Menetapkan kriteria pemberian Jaminan Pemerintah yang akan diberikan kepada KPBU; b. Meminta dan memperoleh data serta informasi yang diperlukan dari pihak yang terkait dengan KPBU yang diusulkan untuk diberikan Jaminan Pemerintah; c. Menetapkan bentuk, tata cara, dan mekanisme Jaminan Pemerintah yang diberikan kepada suatu KPBU; dan d. Menetapkan pemberian Jaminan Pemerintah kepada Badan Usaha dalam rangka penyediaan infrastruktur. Untuk melaksanakan proses penjaminan Proyek KPBU, Pemerintah telah membentuk suatu BUMN Penjaminan Infrastruktur, yaitu PT Penjaminan Infrastruktur (Persero) atau PT PII yang berfungsi untuk menjalankan peran single window policy dalam pemrosesan penjaminan proyek-proyek infrastruktur dengan skema KPBU. Rangkaian proses Penjaminan Infrastruktur tersebut meliputi Proses Pemberian Jaminan, serta proses klaim dan pembayaran Berdasarkan Pasal 2 PMK 260/2010, bentuk penjaminan infrastruktur pada proyek KPBU terdiri dari Penjaminan Pemerintah yang dilakukan berdasarkan Perjanjian Penjaminan Pemerintah dan Penjaminan PT PII yang dilakukan berdasarkan Perjanjian Penjaminan PT PII. Selain itu mengenai cara pelaksanaannya, Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-52

103 berdasarkan Pasal 3 PMK 260/2010, penjaminan infastruktur pada Proyek KPBU dilakukan dengan cara: a. Penjaminan hanya oleh BUPI (PT PII), yang dapat mencakup seluruh atau sebagian Risiko Infrastruktur dalam satu Proyek KPBU; atau b. Penjaminan BUPI (PT PII) bersama-sama dengan Penjaminan Pemerintah untuk risiko Infrastruktur yang berbeda dalam satu Proyek KPBU yang didasarkan pada suatu pembagian Risiko Infrastruktur antara BUPI (PT PII) dengan Menteri Keuangan. Risiko Infrastruktur yang dapat diberikan Penjaminan Infrastruktur adalah Risiko Infrastruktur yang: a. Terjadinya diakibatkan oleh tindakan atau tiadanya tindakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK dalam hal-hal menurut hukum atau peraturan perundangan PJPK atau Pemerintah selain PJPK memiliki kewenangan atau otoritas untuk melakukan tindakan tersebut; b. Diakibatkan oleh kebijakan PJPK atau Pemerintah selain PJPK; c. Diakibatkan oleh keputusan sepihak dari PJPK atau Pemerintah selain PJPK; d. Diakibatkan oleh ketidakmampuan PJPK dalam melaksanakan suatu kewajiban yang ditentukan kepadanya oleh Badan Usaha berdasarkan Perjanjian KPBU (breach of contract). Berdasarkan Pasal 5 Perpres 78/2010, Penjaminan Infrastruktur diberikan sepanjang Perjanjian Kerja Sama dalam rangka melaksanakan Proyek KPBU memuat paling kurang ketentuan-ketentuan mengenai: a. Pembagian Risiko Infrastruktur antara kedua belah pihak sesuai dengan Alokasi Risiko; b. Upaya mitigasi yang relevan dari kedua belah pihak untuk mencegah terjadinya risiko dan mengurangi dampaknya apabila terjadi; c. Jumlah Kewajiban Finansial PJPK dalam hal Risiko Infrastruktur yang menjadi tanggung jawab PJPK terjadi, atau cara perhitungan untuk menentukan Kewajiban Finansial PJPK dalam hal jumlah tersebut belum dapat ditentukan pada saat Perjanjian Kerja Sama ditandatangani; d. Jangka waktu yang cukup untuk melaksanakan Kewajiban Finansial PJPK termasuk masa tenggang (grace period); e. Prosedur yang wajar untuk menentukan kapan PJPK telah berada dalam keadaan tidak sanggup untuk melaksanakan Kewajiban Finanasial PJPK; f. Prosedur penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul antara PJPK dan Badan Usaha sehubungan pelaksanaan Kewajiban Finansial PJPK yang diprioritaskan melalui mekanisme alternatif penyelesaian sengketa dan/atau lembaga arbitrase; g. Hukum yang berlaku adalah hukum Indonesia. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-53

104 Penjaminan Infrastruktur diberikan sepanjang PJPK sanggup: 1) Menerbitkan surat pernyataan mengenai keabsahan Perjanjian Kerja Sama; dan 2) Memberikan komitmen tertulis kepada Penjamin untuk: a) Melaksanakan usaha terbaiknya dalam mengendalikan, mengelola atau mencegah, dan mengurangi dampak terjadinya Risiko Infrastruktur yang menjadi tanggung jawabnya sesuai Alokasi Risiko sebagaimana disepakati dalam Perjanjian Kerja Sama selama berlakunya Perjanjian Penjaminan; b) Memenuhi Regres, yang dituangkan dalam bentuk perjanjian dengan Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur. Tabel berikut akan menjelaskan mengenai kerangka acuan mengenai risiko yang dapat diberikan jaminan pemerintah. 54 Tabel 2.2 Kerangka Acuan Risiko Jaminan Pemerintah No. Risiko Deskripsi 1. Lisensi, Izin, dan Persetujuan 2. Keterlambatan/Kegagal an Financial Close 3. Perubahan Regulasi dan Peraturan Perundang-undangan Cakupan terhadap risiko akibat keterlambatan atau kegagalan dalam memberikan lisensi, izin, atau persetujuan (keterlambatan yang berdampak negatif terhadap biaya pendanaan dan dimulainya peroleh pendapatan). Cakupan terhadap risiko keterlambatan atau kegagalan financial close yang diakibatkan tindakan/tidak bertindaknya PJPK (selain isu lahan dan isu perizinan). Cakupan terhadap kerugian sebagai dampak dari perubahan regulasi/perundangan yang berdampak negatif terhadap proyek, seperti peraturan pajak, struktur tarif, atau peraturan yang mempengaruhi spesifikasi teknis proyek dan menyebabkan perubahan biaya. Berlaku hanya jika kontrak secara eksplisit terhadap dan terikat dengan regulasi/perundangan yang berlaku (melindungi terhadap perubahan regulasi/perundangan), dimana lazim bagi PJPK untuk menanggung risiko perubahan regulasi/perundangan yang bersifat diskriminatif. 4. Wanprestasi Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK yang melanggar kontrak, atau merubah kontrak secara sepihak. 5. Integrasi dengan Jaringan Cakupan terhadap tindakan/tidak bertindaknya PJPK (atau otoritas yang berwenang) yang mempengaruhi operasional/pendapatan proyek karena kegagalan (atau tidak memadainya) integrasi dengan jaringan eksisting atau yang direncanakan. 54 Acuan Alokasi Risiko oleh PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-54

105 No. Risiko Deskripsi 6. Risiko Fasilitas Pesaing Cakupan terhadap risiko adanya fasilitas/infrastruktur sejenis yang dibangun dan akan bersaing dengan penyediaan layanan yang diperjanjikan. 7. Risiko Pendapatan Cakupan terhadap pemenuhan/penerapan kewajiban PJPK terhadap pendapatan proyek. Cakupan berlaku hanya jika PJPK secara kontraktual menyetujui pembayaran atas layanan infrastruktur/proyek (anuitas/dukungan fiskal terhadap kesenjangan kelayakan/pendapatan minimum) 8. Risiko Permintaan Cakupan terhadap perubahan, yang ditanggung Badan Usaha akibat tindakan PJPK, yang mempengaruhi permintaan layanan proyek 9. Risiko Harga Cakupan terhadap pemenuhan tingkat pendapatan yang tidak tercapai akibat perubahan tarif secara sepihak 10. Risiko Ekspropriasi Cakupan terhadap tindakan pengambilalihan proyek oleh PJPK atau otoritas lainnya yang menyebabkan berakhirnya kontrak proyek. 11. Risiko Tidak Dapat dilakukannya Konversi dan Transfer Mata Uang 12. Risiko Parastatal atau Sub-nasional 13. Risiko Kahar yang mempengaruhi PJPK Cakupan terhadap risiko pendapatan/profit dari proyek tidak dapat dikonservasi ke mata uang asing dan/atau tidak dapat direpatriasi ke negara asal investor. Cakupan terhadap risiko suatu entitas sub-nasional atau parastatal yang bertindak sebagai PJPK pada suatu proyek yang gagal memenuhi pembayaran kontraktual atau kewajiban materil lainnya (karena keputusan sepihak) Cakupan terhadap risiko bahwa suatu kejadian diluar kendali kedua belah pihak (bencana alam atau akibat tindakan manusia) yang akan terjadi dan dapat menyebabkan keterlambatan atau kegagalan PJPK untuk memenuhi kinerja kewajiban kontraktual. 14. Risiko Interface Cakupan terhadap risiko bahwa metode atau standar layanan sektor publik akan menghambat layanan kontraktual atau sebaliknya. Risiko ini termasuk jika kualitas pekerjaan oleh pemerintah tidak sesuai dengan apa yang telah dikerjakan Badan Usaha. Lebih lanjut kajian mengenai Jaminan Pemerintah terkait dengan pelaksanaan Proyek dijelaskan dalam BAB 8 tentang Dukungan dan Jaminan Pemerintah. E. Penggunaan Aset Milik Pemerintah Untuk Pelaksanaan Proyek Pelaksanaan proyek KPBU dapat menggunakan aset milik pemerintah. Aset yang dapat dan juga akan digunakan adalah berupa tanah yang terdiri dari bidang tanah untuk prasarana, dan bidang tanah untuk tujuan komersial yang dikelola oleh Badan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-55

106 Usaha. Aset berupa ( BMN/BMD ). 55 tanah tersebut merupakan Barang Milik Negara/Daerah Secara umum, pemanfaatan Barang Milik Negara/Daerah dilaksanakan oleh: 56 a. Pengelola Barang 57, untuk BMN yang berada dalam penguasaannya; b. Pengelola Barang dengan persetujuan Gubernur/Bupati/Walikota, untuk BMD yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang; c. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang; atau d. Pengguna Barang dengan persetujuan Pengelola Barang, untuk BMD berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna Barang, dan selain tanah dan/atau bangunan. Sehubungan dengan penyediaan infrastruktur melalui skema KPBU, dalam Pasal 4 PMK 164/2014 diatur bahwa pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dilaksanakan dalam bentuk: a. Sewa; b. Kerja Sama Pemanfaatan ( KSP ); c. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur ( KSPI ). Objek pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur meliputi: a. BMN yang berada pada Pengelola Barang; b. BMN yang berada pada Pengguna Barang 58 ; Dan juga dapat berupa: 59 a. Tanah dan/atau bangunan, baik keseluruhan maupun sebagian; dan/atau b. Selain tanah dan/atau bangunan. Jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan dalam rangka pemanfaatan BMN, berdasarkan Pasal 15 ayat (4) PMK 164/2014, meliputi: 55 Pasal 1 angka 1 PP 27/2014 mengatur bahwa Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN ) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, sedangkan Pasal 1 angka 2 PP 27/2014 mengatur bahwa Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBD ) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 56 Pasal 26 PP 27/ Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) PP 27/2014, Menteri Keuangan selaku bendahara umum negara adalah Pengelola Barang Milik Negara. 58 Berdasarkan Pasal 1 angka 3 PMK 164/2014, Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan Penggunaan BMN. 59 Pasal 5 ayat (2) PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-56

107 a. Pekerjaan konstruksi untuk membangun atau meningkatkan kemampuan infrastruktur; b. Kegiatan pengelolaan infrastruktur; dan/atau c. Pemeliharaan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kemanfaatan infrastruktur. Berdasarkan Pasal 16 PMK 164/2014, jangka waktu pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur paling lama 50 (lima puluh) tahun sejak perjanjian ditandatangani dan dapat diperpanjang. Dalam rangka penyediaan infrastruktur, berdasarkan Pasal 28 PMK 164/2014, jenis infrastruktur yang menjadi hasil kegiatan Pemanfaatan BMN berupa: a. Bangunan konstruksi infrastruktur beserta sarana dan fasilitasnya; b. Pengembangan infrastruktur berupa penambahan dan/atau peningkatan terhadap kapasitas, kuantitas dan/atau kualitas infrastruktur; dan/atau c. Hasil penyediaan infrastruktur lainnya. Akan tetapi, infrastruktur yang menjadi hasil kegiatan Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur diserahkan oleh mitra Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur sesuai perjanjian atau pada saat berakhirnya perjanjian. 60 Barang hasil pemanfaatan BMN tersebut menjadi BMN sejak diserahkan kepada Pemerintah. 61 Berdasarkan Pasal 79 PMK 164/2014, Mitra Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur wajib melakukan pengamanan dan pemeliharaan atas BMN objek Pemanfaatan dan/atau atas barang hasil pemanfaatan BMN berdasarkan perjanjian. Pengaman dan Pemeliharaan tersebut ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi dan hilangnya BMN objek Pemanfaatan dan hasil Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur; serta untuk menjaga kondisi dan memperbaiki BMN objek Pemanfaatan dan hasil Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur agar selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Seluruh biaya pengamanan dan pemeliharaan atas BMN objek Pemanfaatan dan barang hasil Pemanfaatan BMN sepenuhnya menjadi beban mitra Pemanfaatan BMN. 1. Mitra Pemanfaatan BMN Pihak yang dapat menjadi mitra Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur, yakni: 62 a. Badan Usaha atau badan hukum yang dapat menjadi penyewa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Sewa BMN, untuk sewa; b. Semua pihak yang dapat menjadi mitra Pemanfaatan BMN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang KSP BMN, untuk KSP; 60 Pasal 28 ayat (2) PMK 164/ Pasal 29 PMK 164/ Pasal 14 ayat (1) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-57

108 c. Badan Usaha Milik Negara/Daerah, badan usaha swasta yang berbentuk perseroan terbatas, badan hukum asing, atau koperasi, untuk KSPI. Berdasarkan Pasal 10 PMK 164/2014, Mitra Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur memiliki kewenangan dan tanggung jawab: a. Menerima BMN yang akan dimanfaatkan dalam rangka penyediaan infrastruktur dari: Pengelola Barang, untuk Sewa dan KSP BMN yang berada pada Pengelola Barang; Pengguna Barang, untuk Sewa dan KSP BMN yang berada pada Pengguna Barang; Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN 63, untuk pemanfaatan KSPI. b. Menandatangani perjanjian Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur; c. Memanfaatkan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur sesuai perjanjian; d. Membayar kontribusi penerimaan negara terkait Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur sesuai perjanjian; e. Melaksanakan penyediaan infrastruktur sesuai perjanjian; f. Memelihara objek dan barang hasil Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dan infrastruktur yang disediakan; g. Menanggung segala biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur; h. Melakukan pegawasan dan pengendalian atas BMN yang menjadi objek Pemanfaatan dalam rangka penyediaan infrastruktur dan infrastruktur yang disediakan; i. Menyerahkan BMN yang telah selesai dimanfaatkan dan infrastruktur yang disediakan kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang atau Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN sesuai perjanjian; dan j. Kewenangan dan tanggung jawab lainnya yang ditugaskan oleh Pengelola Barang/Pengguna atau Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN. Dalam pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud, mitra Pemanfaatan BMN dilarang; a. Memanfaatkan BMN selain dalam rangka pelaksanaan Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur; b. Menjaminkan, menggadaikan, atau memindahtangankan BMN yang menjadi objek Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur. 63 Berdasarkan Pasal 13 PMK 164/2014, Pihak yang ditunjuk dan/atau ditetapkan sebagai PJPK dalam rangka pelaksanaan kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur bertindak sebagai Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-58

109 2. Sewa Barang Milik Negara Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dapat dilaksanakan melalui sewa untuk infrastruktur sosial, infrastruktur ekonomi, dan infrastruktur lainnya, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN dan peraturan perundang-undangan yang mengatur kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. 64 Berdasarkan Pasal 19 PMK 164/2014, Hasil Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur berupa Uang Sewa dan Infrastruktur beserta fasilitasnya dalam rangka penyediaan infrastruktur, jika diperjanjikan. Uang Sewa tersebut merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak ( PNBP ) yang wajib disetorkan ke rekening Kas Umum Negara. 65 Besaran Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur ditetapkan oleh: 66 a. Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang; b. Pengguna Barang, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang. Perhitungan Besaran Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur ditetapkan melalui: 67 a. Surat persetujuan Sewa dari Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada Pengelola Barang; b. Keputusan Sewa dari Pengguna Barang, setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Pengelola Barang, untuk BMN yang berada pada Pengguna Barang. Berdasarkan Pasal 22 PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014, besaran Sewa BMN dalam rangka penyediaan infastruktur dibedakan untuk: a. BMN berupa tanah; b. BMN berupa bangunan; c. BMN berupa tanah dan bangunan; d. BMN selain tanah dan/atau bangunan. Besaran Sewa BMN dapat termasuk nilai wajar Sewa BMN berupa prasarana bangunan. 68 Besaran Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dihitung berdasarkan nilai wajar sewa yang dihasilkan oleh Penilai dikalikan dengan faktor penyesuai Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur, serta dapat mempertimbangkan nilai keekonomian dari masing-masing jenis infrastruktur Pasal 15 ayat (1) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Pasal 19 ayat (2) PMK 164/ Pasal 20 ayat (1) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Pasal 20 ayat (2) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Pasal 22 ayat 2 PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Pasal 20 ayat (3) dan (4) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-59

110 Pembayaran Uang Sewa BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dapat dilakukan secara sekaligus atau bertahap. 70 Dalam hal Uang Sewa BMN dibayar sekaligus, penyewa harus membayar Uang Sewa secara sekaligus dengan cara menyetorkan ke rekening Kas Umum Negara paling lambat (2) hari kerja sebelum perjanjian ditandatangani. Sementara itu, dalam hal Uang Sewa BMN dibayar secara bertahap, pembayarannya dilakukan dengan mekanisme: a. Pembayaran tahap pertama dilakukan paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum tanggal penandatanganan perjanjian dengan jumlah paling sedikit sebesar yang tertinggi dari: 5 % (lima persen) dari total Uang Sewa BMN; atau Perhitungan Uang Sewa BMN untuk 2 (dua) tahun pertama dari keseluruhan jangka waktu Sewa; dan b. Pembayaran tahap berikut sebesar sisanya dilakukan secara bertahap sesuai dengan perjanjian, serta dengan memperhitungkan nilai sekarang dari setiap tahap pembayaran berdasarkan hasil perhitungan besaran Sewa BMN. Pembayaran Uang Sewa BMN secara bertahap dilakukan sepanjang penyewa tidak memiliki kemampuan yang cukup dari aspek finansial untuk membayar secara sekaligus, dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani oleh penyewa yang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai ketidakmampuan tersebut dan pernyataan tanggung jawab untuk membayar lunas secara bertahap. Dalam hal nya mengenai perpanjangan waktu Sewa BMN, permohonan perpanjangan jangka waktu diajukan paling lama 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu Sewa. 71 Berdasarkan Pasal 53 PMK 164/2014, tahapan pelaksanaan Sewa BMN yang berada pada Pengguna Barang dalam rangka penyediaan infrastruktur penyediaan infrastruktur meliputi: a. Permohonan; b. Penelitian administrasi; c. Penelitian; d. Perhitungan besaran Sewa; e. Persetujuan; f. Penerbitan keputusan; g. Pembayaran Uang Sewa tahap pertama; h. Penandatanganan perjanjian; i. Pelaksanaan; j. Pengamanan dan pemeliharaan; k. Pembayaran Uang Sewa tahap berikutnya; dan l. Pengakhiran. 70 Pasal 34 ayat (1) PMK 164/ Pasal 18 ayat (1) huruf a PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-60

111 3. Kerja Sama Pemanfaatan Barang Milik Negara KSP BMN dengan Pihak dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan daya guna dan hasil guna BMN dan/atau meningkatkan penerimaan negara. 72 Berdasarkan Pasal 15 ayat (2) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014, pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dapat dilaksanakan melalui KSP untuk infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, infrastruktur sumber daya air, infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah, infrastruktur persampahan, infrastrkutur ketenagalistrikan, infrastruktur telekomunikasi, dan infrastruktur minyak dan/atau gas bumi, sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN. Berdasarkan Pasal 24 PMK 164/2014, Hasil KSP BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur terdiri atas penerimaan negara yang harus disetorkan selama jangka waktu KSP BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dan infrastruktur beserta fasilitasnya hasil KSP BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur. Penerimaan negara tersebut terdiri atas kontribusi tetap dan pembagian keuntungan. Kontribusi tetap dan pembagian keuntungan atas KSP BMN untuk penyediaan infrastruktur dengan mitra berbentuk BUMN/D dapat memperhitungkan faktor penyesuai. Dalam hal kontribusi tetap dan pembagian keuntungan diperhitungkan faktor penyesuai, faktor tersebut ditetapkan paling rendah sebesar 10 % (sepuluh persen) dan paling tinggi sebesar 70 % (tujuh puluh persen). Penetapan faktor penyesuai tersebut didasarkan pada kondisi keuangan BUMN/D dan hasil analisis kelayakan bisnis KSP oleh Pengelola Barang serta dengan mempertimbangkan usulan Pengguna Barang. Dalam hal nya mengenai perpanjangan waktu KSP BMN, permohonan perpanjangan jangka waktu diajukan paling 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu KSP. 73 Berdasarkan Pasal 36 PMK 164/2014, tahapan pelaksanaan KSP BMN yang berada pada Pengelola Barang dalam rangka penyediaan infrastruktur meliputi: a. Permohonan; b. Penelitian administrasi; c. Pembentukan tim dan pelaksanaan Penilaian; d. Perhitungan besaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan; e. Pemilihan mitra; f. Penerbitan keputusan; g. Pembayaran kontribusi tetap pertama kali; h. Penandatanganan perjanjian; i. Pelaksanaan; j. Pengamanan dan pemeliharaan; k. Pembayaran kontribusi tetap dan pembagian keuntungan; dan 72 Pasal 31 PP 27/ Pasal 18 ayat (1) huruf b PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-61

112 l. Pengakhiran. 4. Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur Barang Milik Negara Pemanfaatan BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur dapat dilaksanakan melalui KSPI untuk infrastruktur sosial, infrastruktur ekonomi, dan infrastruktur lainnya sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. 74 Berdasarkan Pasal 26 PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2016, Hasil dari KSPI BMN dalam rangka penyediaan infrastruktur terdiri atas: a. Barang hasil KSPI berupa infrastruktur beserta fasilitasnya yang dibangun oleh mitra KSPI 75 ; dan b. Pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback) yang diperoleh dari yang ditentukan pada saat perjanjian dimulai, jika ada. Pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback) tersebut merupakan PNBP yang harus disetorkan ke rekening Kas Umum Negara dengan mempertimbangkan keuntungan pada masing-masing proyek. Pembebanan pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback) ditiadakan dengan ketentuan: 76 a. PJPK mengajukan peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback); atau b. PJPK tidak perlu mengajukan peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback) dalam hal permohonan KSPI diajukan oleh Kementerian/Lembaga selaku Pengguna Barang atau PJPK selaku Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN kepada Pengelola Barang sampai dengan tanggal 31 Desember 2020, dan merupakan proyek pembangunan infrastruktur yang tercantum dalam: 1. Daftar rencana Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha; 2. Peraturan Presiden mengenai percepatan proyek strategis nasional; dan/atau 3. Dokumen Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas ( KPPIP ). PJPK bertanggung jawab penuh secara formil dan materiil terhadap usulan peniadaan pembebanan pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback) yang dituangkan dalam surat pernyataan. Peniadaan pembagian atas kelebihan 74 Pasal 15 ayat (3) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Berdasarkan Pasal 39 ayat (4) PP 27/2014, penetapan mitra KSPI dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 50 PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014, Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN menetapkan mitra KSPI berdasarkan hasil pengadaan Badan Usaha pelaksana melalui pelelangan atau penunjukan langsung dari Proyek Kerja Sama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kerja sama pemerintah dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur. Penetapan mitra KSPI dilaporkan oleh Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN kepada Pengelola Barang paling lama 1 (satu) bulan setelah tanggal ditetapkan. 76 Pasal 26 ayat (3) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-62

113 keuntungan ( clawback) dilakukan terhadap KSPI dengan jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun. 77 Besaran pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback) ditetapkan oleh Pengelola Barang. Penetapan besaran pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback) dilakukan dengan memperhatikan hasil kajian dari tim KSPI yang dibentuk oleh Pengelola Barang. Dalam hal proyek kerjasama merupakan gabungan dari 2 (dua) atau lebih jenis infrastruktur, maka besaran pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback) ditetapkan untuk masing-masing proyek. Perhitungan pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback) dilakukan dengan mempertimbangkan: 78 a. Karakteristik infrastruktur; b. Nilai investasi pemerintah; c. Nilai investasi mitra KSPI; d. Risiko yang ditanggung mitra KSPI; e. Dukungan pemerintah; f. Jaminan pemerintah atas Proyek Kerja Sama; dan g. Keuntungan yang disepakati pada saat awal kontrak kerja sama. Dalam hal PJPK mengusulkan peniadaan pembagian atas kelebihan keuntungan (clawback), penetapan besaran pembagian atas kelebihan keuntungan ( clawback) didasarkan atas usulan PJPK. Berdasarkan Pasal 41 PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014, tahapan pelaksanaan KSPI BMN yang berada pada Pengelola Barang meliputi: a. Permohonan; b. Penelitian administrasi; c. Pembentukan tim KSPI; d. Pelaksanaan penilaian; e. Perhitungan besaran penerimaan negara dari KSPI berupa pembagian atas keuntungan (clawback); f. Penerbitan keputusan; g. Penyerahan BMN dari Pengelola Barang kepada Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN; h. Pemilihan mitra; i. Penandatanganan perjanjian; j. Pelaksanaan; k. Pengamanan dan pemeliharaan; l. Pembayaran bagian atas kelebihan keuntungan (clawback); dan 77 Pasal 26 ayat (4) dan (5) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/ Pasal 27 ayat (4) PMK 65/2016 tentang Perubahan atas PMK 164/2014. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-63

114 m. Pengakhiran. Dengan demikian, terhadap pelaksanaan Proyek yang akan memanfaatkan barang milik negara maka harus dipastikan mengenai mekanisme pengelolaan BMN yang digunakan pada tahap transaksi awal KPBU sebagaimana disyaratkan dalam lampiran Permen PPN 4/ Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi Berdasarkan kajian diatas, maka berikut akan dijelaskan mengenai risiko hukum yang dapat terjadi dalam pelaksanaan Proyek beserta strategi mitigasi atas resiko tersebut. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-64

115 Tabel 2.3 Risiko Hukum dan Strategi Mitigasi No. Kategori Risiko Deskripsi Strategi Mitigasi Tahap Penyiapan 1 Ketidaktersediaan Anggaran 2 Persetujuan Para Stakeholders 3 Jaminan Pemerintah 4 Penetapan Lokasi untuk Proyek Anggaran harus tersedia untuk pelaksanaan kegiatan pada Tahap Penyiapan agar tidak pelaksanaan Proyek dapat terus berjalan Persetujuan dan komitmen dari setiap stakeholders memegang peranan penting dalam pelaksanaan. Sehingga apabila belum diperolehnya persetujuan dan komitmen dari stakeholders dapat menghambat pelaksanaan Proyek Apabila Proyek teridentifikasi membutuhkan adanya Jaminan Pemerintah, maka pengajuan atas Jaminan Pemerintah dapat mempengaruhi pelaksanaan Proyek, seperti keterlambatan atau gagal dalam memperoleh Jaminan Pemerintah. Sebagaimana diatur dalam Perpres 38/2015 jo. Permen PPN 4/2015 bahwa penandatanganan perjanjian baru dapat dilakukan setelah adanya penetapan lokasi. Sehingga apabila terjadi keterlambatan atau gagal dalam memperoleh penetapan Lokasi dapat mempengaruhi pelaksanaan Proyek Penganggaran pada APBD; Mengajukan fasilitasi dari Kementerian yang memiliki kewenangan. Mengajukan permohonan Project Development Fund untuk penyelesaian FBC dan pendampingan pada tahap transaksi. Koordinasi dengan setiap stakeholders. Penyusunan Dokumen Permohonan Jaminan Pemerintah yang sesuai dengan acuan dari BUPI; Koordinasi lebih awal dengan BUPI. Identifikasi atau penyelidikan tanah. Penyusunan dokumen yang dibutuhkan untuk memperoleh penetapan lokasi yang sesuai dengan peraturan perundangundangan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-65

116 No. Kategori Risiko Deskripsi Strategi Mitigasi 5 Konsultasi Publik 6 Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Tahap Transaksi 1 Pengadaan Badan Usaha Pelaksana 2 Perjanjian KPBU Tahap Manajemen Pelaksanaan 1 Risiko Konstruksi Apabila terjadi keterlambatan atau kegagalan untuk melaksankan Konsultasi Publik maka pelaksanaan Proyek dapat mengakibatkan pelaksanaan Proyek membutuhkan waktu yang lebih lama bahkan mengakibatkan terhentinya pelaksanaan Proyek Perlu dipastikan bahwa pelaksanaan Market Sounding tidak terlambat dan terlaksana Kegiatan ini dapat dipengaruhi dengan adanya perubahan peraturan perundangundangan yang signifikan, keterlambatan atau kegagalan dalam memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Pada tahap ini, maka harus dipastikan bahwa penyusunan dokumen perjanjian KPBU telah mengakomodasi seluruh kepentingan dari stakeholders sehingga Perjanjian KPBU dapat ditandatangani dan dilaksanakan Risiko Konstruksi yang dapat terjadi antara lain: Terlambatnya penyelesaian konstruksi; dan/atau Memastikan seluruh stakeholders untuk terlibat dalam kegiatan konsultasi publik. Memastikan seluruh stakeholders untuk terlibat dalam kegiatan market sounding. Penyelesaian dokumen/perizinan yang dipersyaratkan sesuai dengan acuan yang telah diatur dalam peraturan perundangundangan. Pembentukan panitia pengadaan yang tepat waktu. Pelaksanaan pengadaan Badan Usaha pelaksana yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Negosiasi dengan pemenang lelang dengan memperhatikan kepentingan dari setiap stakeholders. Mitigasi atas risiko yang dapat dilakukan antara lain: Pemilihan kontraktor yang handal; dan/atau Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-66

117 No. Kategori Risiko Deskripsi Strategi Mitigasi 2 Risiko Finansial 3 Risiko Operasi 4 Risiko Politik 5 Risiko Force Majeure Kenaikan biaya konstruksi. Kesepakatan atas faktor eskalasi harga dalam kontrak. Risiko finansial yang dapat terjadi antara lain: Kegagalan memperoleh pembiayaan (financial close); Tingkat inflasi yang mempengaruhi lifecycle cost; dan/atau Suku bunga yang mengalami fluktuasi. Risiko Operasi yang dapat terjadi antara lain: Kegagalan manajemen Proyek; dan/atau Kenaikan biaya Operational & Maintenance Risiko politik yang dapat terjadi antara lain: Perubahan regulasi yang berdampak signifikan terhadap pelaksanaan Proyek (tidak termasuk pajak); dan/atau Kegagalan/keterlambatan memperoleh perizinan/persetujuan. Risiko Force yag dimaksud antara lain: Bencana alam; Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat; Force Majeure Berkepanjangan. Mitigasi atas risiko yang dapat dilakukan antara lain: Koordinasi dengan setiap potential lenders Faktor indeksasi tarif; dan/atau Lindung nilai tingkat suku bunga. Mitigasi atas risiko yang dapat dilakukan antara lain: Penyusunan rencana manajemen operasi yang dilakukan secara profesional; Pemilihan operator yang handal; dan/atau Faktor eskalasi yang telah disepakati dalam kontrak. Mitigasi atas risiko yang dapat dilakukan antara lain: Penyelesaian sengketa diluar pengadilan; Penjaminan Pemerintah; dan/atau Ketentuan kontrak yang jelas beserta kompensasinya Mitigasi atas risiko yang dapat dilakukan antara lain: Asuransi; dan/atau Ketentuan dalam kontrak untuk mengakhiri perjanjian KPBU. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-67

118 2.3 Kajian Atas Penyempurnaan Peraturan Perundangundangan atau Penerbitan Peraturan Perundangundangan Yang Baru Dalam Perpres 38/2015 telah diatur bahwa infrastruktur kesehatan dan infrastruktur pendidikan dapat dikerjasamakan. Akan tetapi peraturan perundang-undangan sektor, khususnya yang mengatur mengenai RS PTN belum mengatur secara jelas mengenai kerjasama dengan Badan Usaha dalam penyediaan infrastruktur RS PTN. Sehingga butuh dilakukan penyempurnaan dan/atau penerbitan peraturan perundang-undangan yang baru. Sehubungan dengan pola pengelolaan RS PTN, di dalam Permen Bersama tentang RS PTN diatur bahwa RS PTN merupakan Rumah Sakit milik Pemerintah yang dikelola oleh PTN. Selanjutnya dalam UU 44/2009 bahwa Rumah Sakit milik Pemerintah harus berbentuk Unit Pelaksana Teknis dengan pola pengelolaan Badan Layanan Umum. Dengan demikian, Badan Usaha tidak dapat terlibat sepenuhnya dalam pengoperasian Rumah Sakit milik Pemerintah karena peraturan perundangundangan yang berlaku tidak memberikan kesempatan bagi Badan Usaha. Seharusnya peraturan perundang-undangan sektoral membuka bagi Badan Usaha untuk dapat ikut mengoperasikan Rumah Sakit milik pemerintah agar pembangunan seluruh RS PTN menjadi lebih menarik bagi Badan Usaha karena Badan Usaha juga ikut dalam pengoperasian RS PTN. Hal ini sejalan dengan semangat pelaksanaan KPBU dalam infrastruktur kesehatan maupun pendidikan. Dan juga diperlukan harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait RS PTN (Kemenristekdikti) dengan peraturan perundang-undangan dalam sektor kesehatan (Kemenkes). 2.4 Perizinan/Persetujuan Yang Diperlukan Terkait Pelaksanaan Proyek Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka terdapat berbagai perizinan yang harus didapatkan oleh Badan Usaha Pelaksana KPBU. Dengan demikian, Badan Usaha Pelaksana KPBU perlu memastikan bahwa setiap instansi Pemerintah yang berwenang dapat menerbitkan perizinan yang diperlukan bagi pelaksanaan Proyek. Dalam upaya memenuhi persyaratan dalam setiap perizinan terkait dengan pelaksanaan Proyek yang dilakukan secara berkesinambungan selama jangka waktu kerjasama, maka Badan Usaha Pelaksana KPBU perlu untuk menyusun mitigasi risiko atas setiap proses penerbitan perizinan. Perizinan yang harus diperoleh oleh Badan Usaha Pelaksana KPBU dalam pelaksanaan Proyek dapat disampaikan dalam Tabel dibawah. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-68

119 Tabel 2.4 Perizinan Terkait Pelaksanaan Proyek No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan PENDIRIAN BADAN USAHA 1 Persetujuan Menteri Hukum dan HAM ( Menkumham ), mengenai pendirian perushaan Mengajukan permohonan secara elektronik dengan cara mengisi Format Pendirian Perseroan dan dilengkapi dengan dokumen pendukung. Dokumen pendukung tersebut, meliputi: Minuta akta pendirian Perseroan atau minuta akta perubahan pendirian perseroan; Minuta akta peleburan dalam hal pendirian Perseroan dilakukan dalam rangka peleburan; Bukti setor modal Perseroan, berupa: a. Fotokopi slip setoran atau fotokopi surat keterangan bank atas nama Perseroan atau rekening bersama atas nama para pendiri atau asli surat pernyataan telah menyetor modal Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris Perseroan, jika setoran modal dalam bentuk uang; b. Asli surat keterangan penilaian dari ahli yang tidak terafiliasi atau bukti pembelian barang jika setoran modal dalam bentuk lain selain uang yang Menteri Hukum dan HAM UU 40/2007 Permenkumham No. 4/2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-69

120 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan 2 Pendaftaran akta notaris yang telah disetujui tentang pembentukan Badan Usaha KPBU dengan tanda daftar perusahaan di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia 3 Surat keterangan domisili perusahaan ( SKDP ), yang disertai bukti pengumuman dalam surat kabar jika setoran dalam bentuk benda tidak bergerak; Surat pernyataan kesanggupan dari pendiri untuk memperoleh keputusan, persetujuan, atau rekomendasi dari instansi teknis untuk Perseroan bidang usaha tertentu atau fotokopi keputusan, persetujuan, dan rekomendasi dari instnsi terkait untuk Perseroan bidang usaha tertentu; dan Fotokopi surat keterangan mengenai alamat lengkap Perseroan dari pengelola gedung atau instansi yang berwenang atau asli surat pernyataan mengena alamat lengkap Perseroan yang ditandatangani oleh semua anggota direksi bersama-sama semua pendiri serta semua anggota dewan komisaris perseroan. Pendirian Badan Usaha Menteri Hukum dan HAM UU 40/2007 Permenkumham No. 4/2014 SKDP dapat diperoleh dengan cara: Meminta Surat Pengantar dari RT setempat Diatur dalam peraturan perundang-undangan Diatur dalam Peraturan Daerah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-70

121 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan diterbikannya oleh Kepala Desa/Kelurahan yang ditandatangani oleh Ketua RT dan RW setempat; Mengisi formulir permohonan SKDP di Kantor Kelurahan, namun untuk beberapa daerah permohonan SKDP ini harus dilakukan sampai ke tingkat Kecamatan; Dalam waktu satu sampai dengan satu minggu, SKDP akan dikeluarkan oleh Kelurahan/Kecamatan yang bersangkutan. 4 Nomor Pokok Wajib Pajak Dokumen yang dilakukan dalam rangka pendaftaran Wajib Pajak adalah sebagai berikut: Fotokopi Akta Pendirian atau dokumen pendirian dan perubahan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri; Fotokopi NPWP Wajib Pajak salah satu pengurus; Fotokopi dokumen izin usaha dan/atau kegiatan yang diterbitkan oleh Instansi yang berwenang 5 Surat Izin Usaha Perdagangan Permohonan diajukan dengan melampirkan dokumen: Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan; Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada); Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari Kantor Pelayanan Pajak UU 6/1983 PP 74/2011 PMK 20/2008 BPPT Manado UU 3/1982 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-71

122 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan 6 Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Kemenkumham; Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/Direktur Utama Perusahaan; Surat pernyataan dari pemohon tentang lokasi usaha peerusahaan; Foto Penanggungjawab atau Direktur Utama perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar); dan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Permohonan diajukan dengan melampirkan dokumen: Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan; Fotokopi Akte Perubahan Perusahaan (apabila ada); Fotokopi Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum Perseroan Terbatas dari Kemenkumham; Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Penanggungjawab/Direktur Utama Perusahaan; Surat pernyataan dari pemohon tentang lokasi usaha peerusahaan; Foto Penanggungjawab atau Direktur Utama perusahaan ukuran 3x4 cm (2 lembar); dan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak. Kantor Daftar Perusahaan UU 3/1982 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-72

123 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan PENANAMAN MODAL 7 Surat Registrasi Penaman Modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal / BKPM 8 Izin Prinsip Penanaman Modal Asing Untuk mendapatkan persetujuan awal dari Pemerintah untuk rencana penanaman modal Permohonan Izin Prinsip bagi perusahaan yang belum berbadan hukum Indonesia: Dokumen identitas pemegang saham pada Folder Perusahaan; Keterangan rencana kegiatan: a. Untuk industri, berupa diagram alir produksi (flow chart of production) dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku hingga menjadi produk akhir; b. Untuk sektor jasa, berupa kegiatan yang akan dilakukan, rincian investasi (apabila diperlukan), dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan; dan Surat Kuasa asli apabila pengurusan permohonan tidak dilakukan secara langsung oleh pemohon dan dokumen penerima kuasa, ketentuan mengenai surat kuasa dan dokumen penerima kuasa yang diatur dalam Perka 14/ Izin Usaha dari BKPM Untuk melaksanakan kegiatan produksi / produksi komersial dari barang atau jasa BKPM UU 25/2007 BKPM BKPM Perka BKPM 15/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-73

124 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan 10 Persetujuan daftar induk barang modal impor dari Kepala BKPM 11 Angka Pengenal Importir- Produsen (API-P) (jika diperlukan) oleh BKPM Untuk mendapatkan fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang, dan bahan untuk pembangunan industri Fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya serta pengesahan dari Kemenkumham; Fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perushaan yang masih berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau kontrak tempat berusaha; Fotokopi NPWP perushaan sesuai dengan domisilinya; Fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); Fotokopi izin usaha di bidang perdagangan impor yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-U; Fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip Penanaman Modal, izin usaha di bidang industri, atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-P; Fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), khusus untuk tenaga kerja asing yang menandtangani API; Referensi dari Bank Devisa, untuk API-U; Fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa Direksi; dan BKPM Perka BKPM 15/2015 BKPM Perka BKPM 15/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-74

125 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan PENGADAAN TANAH Pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Direksi dan kuasa Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3x4 cm. 12 Izin Lokasi Formulir Pendaftaran Akte Pendirian Perusahaan Sertifikat Tanah UPL/UKL Risalah Teknis Pertanahan Advice Plan KONSTRUKSI 13 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Formulir Permohonan Surat Keluasan Perjanjian Sewa Menyewa Persetujuan Tetangga Akta Pendirian Perusahaan Sertifikat Tanah UPL/UKL Sketsa Situasi Lokasi Gambar Bangunan Foto Bangunan/Lokasi Gambar Reklame Jaminan Kekuatan Struktur Persetujuan Dinas Pekerjaan Umum BPPTSP Kota Manado Permen ATR 5/2015 BPPTSP Kota Manado UU 28/2002 PP 36/2005 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-75

126 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan 14 Izin Gangguan (Hinder Ordonantie/HO) 15 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) LINGKUNGAN HIDUP Provinsi Mengisi formulir permohonan izin; Melampirkan fotokopi akta pendirian usaha bagi yang berbadan hukum; dan Melampirkan fotokopi status kepemilikan tanah. Digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan daerah, dalam rangka untuk menentukan kelayakan lingkungan digunakan untuk bisnis/kegiatan yang dapat menimbulkan dampak yang signifikan/penting terhadap lingkungan 16 Izin Lingkungan Setiap bisnis yang memerlukan AMDAL juga wajib mendapatkan izin lingkungan 17 Izin yang berkaitan dengan manajemen limbah dan bahan berbahaya beracun: Izin dari Penampungan Limbah Sementara; Izin Limbah Koleksi; Izin Pemanfaatan Limbah; Izin Pengolahan Limbah; dan Izin Penimbunan Limbah BPPTSP Kota Manado UU Gangguan Perka BKPM 15/2015 Permendagri 27/2009 Walikota Manado PP 27/2012 Permen LH 5/2012 Walikota Manado PP 27/2012 Untuk mengelola limbah dan racun Gubernur Provinsi Sulawesi Utara untuk skala Provinsi Walikota Manado untuk skala Kotamadya Permen LH 18/1999 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-76

127 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan KETENAGAKERJAAN 18 Persetujuan yang berkaitan dengan pemanfaatan karyawan asing RUMAH SAKIT 19 Izin Mendirikan Rumah Sakit 20 Izin Operasional Rumah Sakit Penggunaan Tenaga Kerja Asing BP2T Kota Manado UU 13/2003 Permenaker 12/2003 Perka BKPM 15/2015 Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; Studi kelayakan; Master plan; Detail Engineering Design; Dokumen pengelolaan dan pemantauan lingkungan; Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah atas nama badan hukum pemilik rumah sakit; Izin undang-undang gangguan (Hinder Ordonantie); Surat Izin Tempat Usaha (SITU); Izin Mendirikan Bangunan (IMB); Rekomendasi dari pejabat yang berwenang di bidang kesehatan pada Pemerintah Daerah provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan klasifikasi rumah sakit. Izin Mendirikan Rumah Sakit; Profil Rumah Sakit,meliputi visi dan misi, Walikota Manado / BP2T Pemberi izin menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan yang telah lengkap atau memberikan infomasi apabila permohonan belum lengkap paling lama 6 (enam) hari sejak berkas permohonan diterima; Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari, pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau menolak permohonan Izin Mendirikan Walikota Manado / BP2T Kota Manado Pemberi izin harus menerbitkan bukti Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-77

128 No. Jenis Perizinan Persyaratan Institusi Penerbit Izin Keterangan lingkup kegiatan, rencana strateg, dan struktur organisasi; Isian instrumen self assessment sesuai klasifikasi Rumah Sakit yang meliputi pelayanan, sumber daya manusia, peralatan, bangunan dan prasarana; Gambar desain (blue print) dan foto bangunan serta sarana dan prasarana pendukung; Izin penggunaan bagunan (IPB) and sertifikat laik fungsi; Dokumen pengelolaan lingkungan berkelanjutan; Daftar sumber daya manusia; Daftar peralatan medis dan nonmedis; Daftar sediaan farmasi dan alat kesehatan; Berita acara hasil uji fungsi peralatan kesehatan disertai kelengkapan berkas izin pemanfaatan dari instansi berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan untuk peralatan tertentu; dan Dokumen administrasi dan manajemen. penerimaan berkas paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima; Melakukan visitasi dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja Penyampaian laporan hasil vitasi paling lama 7 (tujuh) hari kerja Penyampaian rekomendasi pemberian atau penolakan dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak laporan diterima Penerbitan izin dilakukan paling lama 14 (empat belas) hari kerja Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-78

129 2.5 Rencana dan Jadwal Untuk Memenuhi Persyaratan Hukum PJPK perlu memastikan bahwa segala pendelegasian kewenangan yang diperlukan dalam pemberian Izin Mendirikan Rumah Sakit, Izin Operasional Rumah Sakit, Amdal, dan juga Perizinan Tenaga Kesehatan, serta persetujuan penjaminan pemerintah dan dokumen pendukung lainnya dapat diterbitkan sebelum dilaksanakannya pelelangan atau pada saat sebelum disampaikannya final Request For Proposal ( RFP ) kepada peserta lelang pada tahap transaksi. 2.6 Analisis Kelembagaan Pada bagian ini, analisis kelembagaan akan dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 79 a. Memastikan kewenangan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi untuk bertindak sebagai PJPK dalam melaksanakan KPBU termasuk penentuan PJPK dalam proyek multi infrastruktur; b. Melakukan pemetaan pemangku kepentingan ( stakeholders mapping) dengan menentukan peran dan tanggung jawab lembaga-lembaga yang berkaitan dalam pelaksanaan KPBU; c. Menentukan peran dan tanggung jawab Tim KPBU berkaitan dengan kegiatan penyiapan kajian awal Prastudi Kelayakan, dan penyelesaian kajian akhir Prastudi Kelayaan, serta menentukan sistem pelaporan Tim KPBU kepada PJPK; d. Menentukan dan menyiapkan perangkat regulasi kelembagaan; dan e. Menentukan kerangka acuan pengambilan keputusan Dasar Pertimbangan untuk Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Untuk Bertindak Sebagai PJPK Oleh karena Proyek dilaksanakan dengan menggunakan skema KPBU, maka landasan hukum yang digunakan untuk menentukan PJPK adalah Perpres 38/2015 dan Permen PPN 4/2015, serta peraturan sektoral yang relevan dengan Proyek. Berdasarkan Pasal 6 Perpres 38/2015, dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku PJPK. Sementara itu, dalam bagian lampiran Permen PPN 4/2015, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD bertindak sebagai PJPK pada tahap penyiapan berdasarkan studi pendahuluan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Kemudian, dalam pengimplementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ( RPJM Nasional ), berdasarkan Pasal 3 Perp res 2/2015, Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah melaksanakan program dalam RPJM Nasional yang dijabarkan dalam Rencana Strategis Kementerian/Lembaga dan RPJM daerah. 79 Berdasarkan ketentuan dalam Lampiran Permen PPN 4/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-79

130 Berdasarkan Pasal 7 UU 12/2012, Menteri bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Tanggung jawab Menteri atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi mencakup pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi. Selanjutnya, Universitas Sam Ratulangi dibentuk berdasarkan Permendikbud 61/2011, dimana Unsrat adalah perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan akademik dan pendidikan vokali dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni serta jika memenuhi persyaratan dapat menyelenggarakan pendidikan profesi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 49/2013, Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) merupakan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Unsrat berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan secara fungsional dibina oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kedudukan Unsrat sebagaimana diatur dalam Statuta Unsrat sejalan dengan ketentuan Pasal 616 ayat (1) Permenristekdikti 15/2015 yang mengatur bahwa PTN bertanggung jawab kepada Menteri dan pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekertaris Jenderal. Gambar 2.5 Organisasi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Pada prinsipnya, Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi, yang terdiri dari pengelolaan: 1) Bidang Akademik; a) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelasanaan pendidikan terdiri atas: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-80

131 i) Persyaratan akademik mahasiswa yang akan diterima; ii) Kurikulum Program Studi; iii) Proses pembelajaran; iv) Penilaian hasil belajar; v) Persyaratan kelulusan; dan vi) Wisuda; b) Penetapan norma, kebijakan operasional, serta pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat; dan 2) Bidang Non-Akademik; a) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan organisasi terdiri atas: i) Rencana strategis dan rencana kerja tahunan; dan ii) Sistem penjaminan mutu internal; b) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan keuangan terdiri atas: i) Membuat perjanjian dengan pihak ketiga dalam lingkup Tridharma Perguruan Tinggi; dan ii) Sistem pencatatan dan pelaporan keuangan, Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan kemahasiswaan terdiri atas: i) Kegiatan kemahasiswaan intrakurikuler dan ekstrakurikuler; ii) Organisasi kemahasiswaan; dan iii) Pembinaan bakat dan minat mahasiswa; d) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan ketenagaan terdiri atas: i) Penugasan dan pembinaan sumber daya manusia; dan ii) Penyusunan target kerja dan jenjang karir sumber daya manusia; dan e) Penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan pemanfaatan sarana dan prasarana terdiri atas: i) Penggunaan sarana dan prasarana; ii) Pemeliharaan sarana dan prasarana; dan iii) Pemanfaatan sarana dan prasarana; sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perguruan Tinggi Negeri dipimpin oleh seorang Pimpinan Perguruan Tinggi, yaitu Rektor. Dalam menjalankan fungsi sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi, Rektor bertindak sebagai unsur pelaksana akademik untuk dan atas nama Menristekdikti. Dengan demikian, pihak yang diusulkan menjadi PJPK dalam proyek KPBU ini Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-81

132 adalah Menristekdikti berdasarkan Pasal 6 Perpres 38/2015, dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku PJPK dan Pasal 5 Permen PPN 4/2015, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat mewakili kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor Infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehingga dalam pelaksanaannya, Menristekdikti dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Rektor Unsrat, sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri, yang dapat bertindak untuk dan atas nama Menristekdikti dalam pengelolaan perguruan tinggi negeri. PJPK dalam melakukan tugas dan kewajibannya dapat dibantu oleh Badan Penyiapan. Badan Penyiapan adalah Badan Usaha dan lembaga/institusi/organisasi nasional atau internasional, yang melakukan pendampingan dan/atau pembiayaan kepada PJPK pada tahap penyiapan atau pada tahap penyiapan hingga tahap transaksi KPBU. Ruang lingkup tugas Badan Penyiapan meliputi pendampingan dalam penyiapan dan transaksi KPBU atau membantu PJPK dalam melakukan transaksi KPBU Peran dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Untuk Proyek KPBU Peran dan Tanggung Jawab dalam penyelenggaran Proyek oleh setiap pemangku kepentingan, antara lain: A. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi ( Kemenristekdikti ) memiliki tanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi. Tanggung jawab Kemenristekdikti c.q. Menristekdikti mencakup pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi. Tugas dan wewenang Menrisdikti atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi meliputi: a. Kebijakan umum dalam pengembangan dan koordinasi Pendidikan Tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional untuk mewujudkan tujuan Pendidikan Tinggi; b. Penetapan kebijakan umum nasional dan penyusunan rencana pengembangan jangka panjang, menengah, dan tahunan Pendidikan Tinggi yang berkelanjutan; c. Peningkatan penjaminan mutu, relevansi, keterjangkauan, pemerataan yang berkeadilan, dan akses Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan; d. Pemantapan dan peningkatan kapasitas pengelolaan akademik dan pengelolaan sumber daya Perguruan Tinggi; e. Pemberian dan pencabutan izin yang berkaitan dengan penyelenggaraan Perguruan Tinggi kecuali pendidikan tinggi keagamaan; f. Kebijakan umum dalam penghimpunan dan pendayagunaan seluruh potensi masyarakat untuk mengembangkan Pendidikan Tinggi; g. Pembentukan dewan, majelis, komisi, dan/atau konsorsium yang melibatkan Masyarakat untuk merumuskan kebijakan pengembangan Pendidikan Tinggi; dan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-82

133 h. Pelaksanaan tugas lain untuk menjamin pengembangan dan pencapaian tujuan Pendidikan Tinggi. Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek, maka Kementeroan Ristek, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memiliki peran untuk melaksanakan seluruh kegiatan pada tahap perencanaan hingga tahap transaksi KPBU termasuk manajemen pelaksanaan KPBU sebagaimana diatur dalam Perpres 38/2015 jo. Permen PPN 4/2015. B. Pemerintah Kota Manado Dalam kaitannya dengan pelaksanaan proyek KPBU ini, Pemerintah Kota Manado memiliki peran dan tanggung jawab yang vital. Sebagai Pemerintah Daerah, Kota Manado memiliki hak untuk mengatur dan menjalan sendiri pemerintahannya. Pada dasarnya, Pemerintah Kota Manado memiliki kewenangan untuk: a. Menetapkan Peraturan Daerah yang berlaku di Kota Manado; b. Menetapan Peraturan Kepala Daerah; c. Melalukan pengaturan dalam hal: 1) Perencanaan dan pengendalian pembangunan; 2) Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; 3) Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; 4) Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5) Penanganan bidang kesehatan; 6) Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya manusia potensial; 7) Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota; 8) Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota; 9) Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota; 10) Pengendalian lingkungan hidup; 11) Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota; 12) Pelayanan kependudukan dan catatan sipil; 13) Pelayanan administrasi umum pemerintahan Kota Manado; 14) Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota; dan 15) Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Permenkes 56/2014, Pemerintah Kota Manado memiliki peran dalam pelaksanaan Proyek terkait dengan perizinan. Perizinan tersebut meliputi Izin Mendirikan Rumah Sakit dan Izin Operasional Rumah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-83

134 Sakit Kelas C dan Rumah Sakit Kelas D setelah mendapat rekomendasi pejabat yang bewenang di bidang kesehatan pada Kota Manado. C. Kementerian Kesehatan Secara umum, Kementerian Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintah bidang kesehatan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan Proyek, pasal 3 ayat 3 Peraturan Bersama tentang RS PTN mengatur peranan Kementerian Kesehatan. Peran Kementerian Kesehatan yakni mendukung: a. Proses penetapan menjadi rumah sakit pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. Manajemen dalam bentuk jejaring dan pengampuan; c. Keberlangsung pendidikan, pelayanan, dan penelitian. Berdasarkan Pasal 18 PP 93/2015, Rumah Sakit Pendidikan sebelum menyelenggarakan fungsi pelayanan, pendidikan, dan peneliltian wajib mendapat penetapan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, yaitu Menteri Kesehatan. Berkenaan dengan penetapan Rumah Sakit Pendidikan, Menteri Kesehatan memiliki kewajiban untuk membentuk Tim Penilaian Rumah Sakit Pendidikan untuk melakukan evaluasi terhadap berkas permohonan penetapan Rumah Sakit Pendidikan. D. Kementerian Keuangan Berdasarkan ketentuan yang diatur dalam peraturan mengenai KPBU, Pemerintah dapat memberikan dukungan melalui kontribusi fiskal yang bersifat finansial terhadap proyek KPBU. Tujuan dari dukungan ini adalah untuk meningkatkan kelayakan finansial proyek KPBU sehingga menimbulkan minat dan partisipasi Badan Usaha pada proyek KPBU, meningkatkan kepastian pengadaan proyek KPBU dan pengadaan Badan Usaha pada proyek KPBU sesuai dengan kualitas dan waktu yang direncanakan, dan mewujudkan layanan publik yang tersedia melalui infrastruktur dengan tarif yang terjangkau oleh masyarakat. 80 Berdasarkan tujuan tersebut, Menteri Keuangan telah menerbitkan PMK 223/2012 dan PMK 143/2013. Dukungan Kelayakan diberikan dalam bentuk tunai kepada proyek KPBU atas porsi tertentu dari seluruh Biaya Konstruksi Proyek KPBU yang meliputi biaya konstruksi, biaya peralatan, biaya pemasangan, biaya bunga atas pinjaman yang berlaku selama masa konstruksi, dan biaya-biaya lain terkait konstruksi namun tidak termasuk pengadaan lahan dan insentif perpajakan. Berdasarkan Pasal 9 PMK 223/2012, dalam rangka pemberian Dukungan Kelayakan, Menteri Keuangan membentuk Komite Dukungan Kelayakan yang memiliki tugas sebagai berikut: 80 Pasal 2 PMK 223/2012 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-84

135 a. Mengusulkan anggaran Dukungan Kelayakan kepada Menteri Keuangan untuk dialokasikan sesuai mekanisme APBN dengan memperhatikan prinsip yang telah diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; b. Mengevaluasi setiap usulan dan laporan dalam rangka pemberian Dukungan Kelayakan yang disampaikan oleh PJPK kepada Menteri Keuangan; dan c. Memberikan rekomendasi kepada Menteri Keuangan berdasarkan hasil evaluasi dari usulan dan laporan. Menteri Keuangan menyetujui pemberian Dukungan Kelayakan setelah memperoleh rekomendasi dari Komite Dukungan Kelayakan. Proses persetujuan ini meliputi empat tahap, yaitu: a. Usulan Persetujuan Prinsip; b. Usulan Persetujuan atas Besaran Dukungan Kelayakan; c. Usulan Persetujuan Final; dan d. Penerbitan Surat Dukungan Kelayakan. Berdasarkan Pasal 10 PMK 223/2012, Dukungan Kelayakan diberikan oleh Pemerintah c.q. PJPK terhadap proyek KPBU dalam Dokumen Persetujuan Pemberian Dukungan Kelayakan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian KPBU. Selain itu, Menteri Keuangan dapat memberikan fasilitas dalam rangka penyiapan dan pelaksanaan transaksi KPBU. Fasilitas Penyiapan Proyek/Project Development Fund (PDF) diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas dalam Pasal 21 ayat (1) dan (2) dan Pasal 24 ayat (4) dan (5), yang mengatur bahwa Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang keuangan menyediakan fasilitas untuk bantuan teknis ( project development fund) berupa penyiapan kajian akhir Prastudi Kelayakan (final business case) terhadap Penyediaan Infrastruktur Prioritas Kerja Sama Pemerintah dan Swasta. Lebih lanjut diatur dalam Pasal 24 bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan Transaksi Penyediaan Infrastruktur Prioritas, Kementerian yang menyelenggarakan urusana pemerintah di bidang keuangan menyediakan fasilitas pendanaan untuk bantuan teknis (project development fund) berupa pendampingan transaksi terhadap Penyediaan Infrastruktur Prioritas Kerja Sama Pemerintah dan Swasta. Berdasarkan ketentuan diatas, pengaturan lebih lanjut mengenai Project Development Fund diatur oleh PMK 265/2015 tentang Fasilitas Dalam Rangka Penyiapan dan Pelaksanaan Transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur. Fasilitas Penyiapan Proyek atau project development facility (PDF) adalah dukungan pemerintah dalam bentuk penyiapan proyek yang dilaksanakan dengan skema KPBU. Selama ini permasalahan utama proyek KPBU berada pada tahap penyiapan proyek. Penyiapan proyek yang seadanya membuat investor tidak tertarik untuk berinvestasi di dalamnya. Dukungan ini diberikan dengan tujuan untuk menghasilkan kemasan proyek menarik bagi investor. Selain itu, PDF juga dimaksudkan untuk mewujudkan proses pengadaan badan usaha yang kompetitif, transparan, dan akuntabel. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-85

136 Berdasarkan pasal 1 angka 7 dalam PMK 265/2015, Fasilitas yang diberikan pada tahap penyiapan proyek dan/atau pelaksanaan transaksi ( Fasilitas ) adalah fasilitas fiskal yang disediakan oleh Menteri Keuangan kepada PJPK yang dibiayai dari sumber-sumber sebagaimana diatur dalam PMK 265/2015. Lebih lanjut di dalam Pasal 3 PMK 265/2015 diatur bahwa mengenai peruntukkan dan jenis penyediaan fasilitas yang disediakan oleh Menteri Keuangan kepada PJPK yaitu: a. Proyek KPBU Prioritas; dan b. Proyek KPBU lainnya yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam PMK 265/2015. Jenis fasilitas yang disediakan untuk Proyek KPBU meliputi: a. Fasilitas Penyiapan Proyek, yang meliputi penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan dan penyiapan kajian dan/atau dokumen pendukung untuk Kajian Akhir Prastudi Kelayakan. b. Fasilitas Pendampingan Transaksi, yang meliputi kegiatan pelaksanaan pengadaan Badan Usaha, pelaksanaan penandatanganan Perjanjian KPBU, dan perolehan pembiayaan untuk Proyek KPBU ( financial close), sepanjang merupakan bagian dari tanggung jawab yang dialokasikan kepada PJPK berdasarkan Perjanjian KPBU. Namun terdapat persyaratan agar penyediaan fasilitas dapat diberikan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 5 PMK 265/2015 yang mengatur bahwa Fasilitas untuk Proyek KPBU Prioritas dapat disediakan apabila: a. Proyek KPBU telah memenuhi seluruh kriteria dan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas. b. Jenis Fasilitas yang dimohonkan adalah: i. Fasilitas Penyiapan Proyek untuk penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan; ii. Fasilitas Pendampingan Transaksi. Selanjutnya, untuk Proyek KPBU lainnya, Fasilitas dapat disediakan apabila: a. PJPK telah melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding); dan b. Hasil penjajakan Minat Pasar ( Market Sounding) tersebut diketahui bahwa Proyek KPBU yang bersangkutan diminati oleh para calon investor. Berikut adalah skema dari Project Development Fund. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-86

137 Gambar 2.6 Skema Project Development Fund E. Badan Usaha Penjaminan Infrastruktur ( BUPI ) atau PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia ( PT PII ) BUPI merupakan badan usaha yang dibentuk secara khusus oleh Pemerintah untuk melakukan penjaminan infrastruktur melalui skema KPBU. BUPI/PT PII didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) di bidang Penjaminan Infrastruktur, sebagai upaya pemerintah untuk mempercepat pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan memberikan jaminan secara akuntabel, transparan, dan kredibel. Selain itu, keberadaan PT PII juga diharapkan dapat mendorong masuknya dana swasta untuk sektor infrastruktur di Indonesia dengan meningkatkan kelayakan kredit proyek KPBU yang dapat menurunkan biaya dana proyek infrastruktur. Tujuan pembentukan PT PII adalah untuk: a. Meningkatkan kelayakan kredit dan kualitas proyek-proyek infrastruktur KPBU melalui kerangka evaluasi dan pengelolaan klaim atas penjaminan; b. Meningkatkan tata kelola dan transparansi pelaksanaan penyediaan penjaminan; c. Memfasilitasi serta mendorong keberhasilan transaksi bagi PJPK dengan penyediaan penjaminan untuk proyek KPBU yang baik; d. Memagari ( ring-fence) kewajiban kontinjensi Pemerintah dan meminimalisir kejutan langsung (sudden shock) kepada APBN. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-87

138 Berkenaan dengan penjaminan infrastruktur, bilamana dibutuhkan oleh proyek ini, PJPK nantinya akan menandatangani Perjanjian Penjaminan dengan PT PII sebagai penjamin. Apabila PJPK tidak dapat memenuhi kewajiban finansial nya kepada Badan Usaha Pelaksana KPBU, Penjamin akan menyelesaikan kewajiban keuangan PJPK kepada Badan Usaha Pelaksana KPBU berdasarkan Perjanjian Penjaminan yang telah dibuat. Setelah penyelesaian kewajiban oleh Penjamin / PT PII telah dilakukan, maka PJPK berkewajiban untuk memenuhi regres. Regres adalah hak Penjamin untuk menagih PJPK atas apa yang dibayarkannya kepada Badan Usaha Pelaksana KPBU dalam rangka memenuhi kewajiban finansial PJPK. F. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ( BAPPENAS ) Kementerian PPN / Bappenas memiliki peran dalam setiap tahapan KPBU. Berdasarkan Permen PPN 4/2015, Bappenas berperan untuk menyusun Daftar Rencana KPBU yang terdiri atas KPBU siap ditawarkan dan KPBU dalam proses penyiapan. Selain itu, Bappenas juga melakukan penyeleksian dan penilaian terhadap usulan PJPK berdasarkan dokumen pendukung yang terdiri atas: a. Dokumen pendukung untuk usulan KPBU dalam proses penyiapan terdiri atas: 1) Dokumen penyiapan KPBU; dan 2) Lembar ringkasan dari dokumen penyiapan KPBU b. Dokumen pendukung untuk usulan KPBU siap ditawarkan terdiri atas: 1) Dokumen Prastudi Kelayakan; 2) Lembar ringkasan dari Dokumen Prastudi Kelayakan; dan 3) Surat penyataan persetujuan prinsip Dukungan Pemerintah dan/atau Jaminan Pemerintah bilamana diperlukan. Kemudian, pada tahapan penyiapan KPBU, Bappenas berperan untuk melakukan pemantauan terhadap persiapan Kajian Awal Prastudi Kelayakan dan juga penyiapan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan. Selanjutnya pada tahapan transaksi KPBU, Bappenas juga berperan untuk melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan transaksi KPBU. G. Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional ( BPN ) BPN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Berdasarkan Pasal 3 Perpres 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, dalam melaksanakan tugasnya, BPN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan penetapan kebijakan di bidang pertanahan; b. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan; c. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penetapan hak tanah, pendaftaran tanah, dan pemberdayaan masyarakat; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-88

139 d. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengaturan, penataan, dan pengendalian kebijakan pertanahan; e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah; f. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengendalian dan penanganan sengketa dan perkara pertanahan; g. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN; h. Pelaksanaan koordinasi tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan BPN; i. Pelaksanaan pengelolaan data informasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan informasi di bidang pertanahan; j. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan; dan k. Pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BPN dikoordinasikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang. 81 Sehubungan dengan pelaksanaan Proyek KPBU ini, BPN memiliki peranan dan tanggung jawab dalam kaitannya dengan pemberian perizinan terkait dengan lokasi untuk proyek seperti penerbitan Izin Lokasi ataupun membantu dalam hal dilakukannya pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum atau pembebasan lahan. H. Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ) Dalam kaitannya dengan proyek KPBU dalam penyediaan infrastruktur, BKPM memiliki fungsi sebagai fasilitator dalam menyelesaikan berbagai hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, BKPM juga memiliki peranan dalam pelaksanaan kegiatan promosi terpada atau penjajakan minat pasar dengan melibatkan kementerian dan instansi terkait, PJPK, serta perwakilan pemerintah Indonesia di luar negeri. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, nantinya BKPM akan menginformasikan profil proyek KPBU yang siap ditawarkan, serta memberikan penjelasan secara detail tentang tahapan alur pelaksanaan dari pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU hingga penandatanganan perjanjian. Peran BKPM dalam kaitannya dengan penjajakan minat pasar bertujuan untuk memperoleh masukan, tanggapan, dan mengetahui minat atas proyek KPBU, dimana PJPK melakkukan penjajakan minat pasar antara lain melalui kegiatan pertemuan dua ( one-on-one meeting) dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak lain yang memiliki potensi dalam pelaksanaan proyek KPBU. 81 Pasal 4 Perpres 20 Tahun 2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-89

140 I. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ( LKPP ) Berdasarkan Pasal 35 Permen PPN 4/2015, dalam rangka melaksanakan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU, PJPK membentuk panitia pengadaan. Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK, yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi. 82 Berdasarkan Pasal 8 Perka LKPP 19/2015, Panitia Pengadaan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Menetapkan Dokumen Pengadaan dan perubahannya (apabila ada) setelah mendapatkan persetujuan PJPK; b. Mengelola data dan informasi pada Ruangan Data dan Informasi (Data Room); c. Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan; d. Menilai kualifikasi Peserta melalui Prakualifikasi; e. Memberikan penjelasan Dokumen Pengadaan; f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan finansial terhadap penawaran Peserta; g. Melakukan diskusi optimalisasi pada metode pelelangan dua tahap; h. Melakukan negosiasi; i. Mengusulkan pemenang Seleksi atau Pelelangan; j. Mengusulkan penetapan Badan Usaha Pelaksana melalui Penunjukan Langsung; k. Berkoordinasi dengan Tim KPBU selama proses Pengadaan; l. Melaporkan proses pelaksanaan Pengadaan secara berkala kepada PJPK; m. Menyerahkan dokumen asli proses Pengadaan kepada simpul KPBU setelah proses Pengadaan selesai; dan n. Menyerahkan salinan dokumen proses Pengadaan kepada PJPK. Panitia Pengadaan dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh tenaga ahli profesional dan/atau Badan Penyiapan. J. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian / Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas ( KPPIP ) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian ( Kemenko Perekonomian ) melalui KPPIP memiliki peran dalam tahapan KPBU pada proses perencanaan yaitu dimana Penetapan Daftar Rencana KPBU ( PPP Book) menjadi acuan penetapan penyediaan infrastruktur prioritas oleh KPPIP yang disusun menjadi daftar infrastruktur prioritas oleh KPPIP. Tabel berikut merupakan ilustrasi tahapan penyusunan Daftar Rencana KPBU ( PPP Book) yang menjadi acuan daftar infrastruktur prioritas oleh KPPIP. 82 Pasal 1 angka 19 Perka LKPP 19/2015 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-90

141 Gambar 2.7 Skema Penetapan Daftar Infrastruktur Prioritas oleh KPPIP Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa apabila teridentifikasi proyek KPBU yang akan menjadi proyek prioritas maka tahapan selanjutnya yaitu tahap penyiapan akan dilakukan melalui skema KPPIP sebagaimana diatur dalam Perpres 75/2014 dan peraturan pelaksananya yaitu Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastruktur Prioritas Peran dan Tanggung Jawab PJPK untuk Proyek KPBU Dalam pelaksanaan proyek infrastruktur melalui skema KPBU, PJPK memiliki peran dan tanggung jawab dari tahap penyiapan hingga tahap transaksi termasuk manajemen pelaksanaan KPBU. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya dalam pelaksanaan KPBU, PJPK membentuk Tim KPBU dalam tahap penyiapan hingga tahap transaksi dan dapat dibantu oleh badan penyiapan. A. Tim KPBU Berdasarkan ketentuan yang terdapat lampiran Permen PPN 4/2015, PJPK membentuk Tim KPBU dalam tahap penyiapan KPBU dan dapat dibantu oleh Badan Penyiapan. Tim KPBU memiliki peran dan tanggung jawab untuk: a. Melakukan kegiatan tahap penyiapan KPBU meliputi, kajian awal Prastudi Kelayakan dan kajian akhir Prastudi Kelayakan; b. Melakukan kegiatan tahap transaksi KPBU hingga tercapainya pemenuhan pembiayaan ( financial close), kecuali kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU; c. Menyampaikan pelaporan kepada PJPK secara berkala melalui Simpul KPBU; dan d. Melakukan koordinasi dengan Simpul KPBU dalam pelaksanaan tugasnya. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-91

142 B. Badan Penyiapan Berdasarkan Pasal 1 angka 10 Permen PPN 4/2015, Badan Penyiapan adalah Badan Usaha dan lembaga/institusi/organisasi nasional atau internasional, yang melakukan pendampingan dan/atau pembiayaan kepada PJPK dalam tahap penyiapan atau dalam tahap penyiapan hingga tahap transaksi KPBU. Pada Tahap Penyiapan, ruang lingkup tugas Badan Penyiapan meliputi: a. Melakukan pendampingan dalam penyiapan dan transaksi KPBU; atau b. Membantu PJPK dalam melakukan transaksi KPBU. Dalam hal PJPK dibantu oleh Badan Penyiapan, biaya Badan Penyiapan dibayarkan dengan tata cara pembayaran secara berkala ( retainer fee), pembayaran secara penuh (lump sum), gabungan pembayaran secara berkala dan penuh, dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri/Kepala Lembaga/Direksi BUMN/Direksi BUMD sebagai PJPK dengan Badan Penyiapan. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam lampiran Permen PPN 4/2015, Badan Penyiapan pada tahap transaksi adalah: a. Badan Penyiapan yang melakukan tugas dari tahap penyiapan sampai tahap transaksi; atau b. Badan Usaha yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas di tahap transaksi. Biaya Badan Penyiapan pada tahap transaksi KPBU, dibayarkan dengan tata cara pembayaran secara berkala ( retainer fee), pembayaran secara penuh ( lump sum), gabungan pembayaran secara berkala dan penuh, dan/atau tata cara lain yang disepakati antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD dengan Badan Penyiapan. Badan Penyiapan dapat memperoleh Imbalan Keberhasilan (success fee) dalam hal tercapainya pemenuhan pembiayaan (financial close) berdasarkan kesepakatan dengan Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN/Direksi BUMD. PJPK menetapkan biaya Imbalan Keberhasilan ( success fee) maksimum sebesar 25 % (dua puluh lima persen) dari total biaya yang dikeluarkan oleh Badan Penyiapan. C. Panitia Pengadaan Berdasarkan Permen 4/2015 Panitia Pengadaan adalah tim yang dibentuk PJPK, yang memiliki peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan dan melaksanakan proses Pengadaan Badan Usaha Pelaksana pada tahap transaksi. Panita Pengadaan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mempersiapkan melaksanakan proses Pengadaan Badan Usaha setelah menyelesaikan Dokumen Prastudi Kelayakan, mulai dari proses prakualifikasi, pengadaan, penyiapan dan pemasukan penawaran, evaluasi dan penetapan pemenang, serta finalisasi pengadaan dengan ditandatanganinya perjanjian KPBU. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-92

143 D. Simpul KPBU Simpul KPBU dibentuk oleh PJPK dalam rangka melaksanakan kegiatan KPBU. Simpul KPBU merupakan unit kerja di kementerian/lembaga pada tingkat nasional atau unit kerja pada tingkat daerah, yang dibentuk baru atau melekat pada unit kerja atau bagian yang sudah ada, dengan tugas dan fungsi perumusan kebijakan dan/atau sinkronisasi dan/atau koordinasi tahap penyiapan dan/atau pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen pelaksanaan KPBU. Simpul KPBU dibantu oleh tim KPBU dalam melaksanakan kegiatan pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU, serta panitia pengadaan dalam melaksanakan kegiatan pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU. Dengan demikian, Simpul KPBU memiliki tugas antara lain: a. Meneruskan laporan yang disampaikan oleh Tim KPBU kepada PJPK; b. Berkoordinasi dengan Tim KPBU terkait dengan pelaksanaan tugas KPBU; c. Pada tahap transaksi KPBU (setelah ditandatanganinya perjanjian KPBU), Simpul KPBU membantu PJPK untuk melakukan pengawasan dan mengendalikan jalannya pelaksanaan KPBU sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati dan tercantum dalam perjanjian KPBU; d. Pada tahap transaksi KPBU (masa prakonstruksi), Simpul KPBU bertugas melaksanakan pengawasan pelaksanaan perjanjian KPBU dan pemenuhan pembiayaan (financial close); e. Pada tahap transaksi KPBU (masa konstruksi), Simpul KPBU melaksanakan manajemen pelaksanaan atas: 1) Rancangan fasilitas baru atau penjelasan atas pelayanan yang akan disediakan; 2) Penggabungan fasilitas baru dengan fasilitas yang telah ada; 3) Hak untuk menyampaikan permasalahan terkait dengan kegagalan dan ketidakmampuan Badan Usaha Pelaksana untuk memenuhi perjanjian KPBU; 4) Penundaan atau perubahan jadwal konstruksi; 5) Variasi desain konstruksi, apabila diminta oleh PJPK; 6) Kesiapan pekerjaan/operasi; 7) Pemantauan atas kesesuaian perencanaan teknik dengan pelaksanaan konstruksi; 8) Permasalahan mengenai tenaga kerja; dan 9) Risiko yang ditanggung oleh PJPK. f. Pada tahap transaksi KPBU (masa konstruksi), apabila terjadi pengalihan saham Badan Usaha Pelaksana KPBU sebelum proyek KPBU beroperasi secara komersial, Simpul KPBU melakukan kegiatan yang meliputi: 1) Penetapan kriteria pengalihan saham oleh PJPK 2) Melakukan kualifikasi terhadap calon pemegang saham baru Badan Usaha Pelaksana yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan yang ditetapkan pada saat dilaksanakan prakualifikasi pelelangan umum Badan Usaha Pelaksana; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-93

144 3) Mengajukan persetujuan kepada PJPK, apabila calon pemegang saham baru telah memenuhi seluruh kriteria pengalihan saham yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan kualifikasi; dan 4) Menyiapkan konsep persetujuan pengalihan saham yang akan ditandatangani oleh PJPK. g. Pada tahap transaksi KPBU (masa operasi), Simpul KPBU melaksanakan manajemen pelaksanaan terhadap: 1) Pelaksanaan perjanjian KPBU; dan 2) Pemantauan standar kinerja jasa/layanan sesuai dengan perjanjian KPBU. Dalam hal pemantauan pelaksanaan pemberian penjaminan pada masa operasi, Simpul KPBU melakukan koordinasi dengan BUPI / PT PII. h. Pada tahap transaksi KPBU (masa berakhirnya Perjanjian KPBU), Simpul KPBU mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1) Pengalihan kembali aset kepada PJPK (jika bentuk KPBU menggunakan opsi pengalihan); 2) Perjanjian KPBU harus mengatur secara spesifik kondisi proyek yang dikehendaki pada saat jangka waktu perjanjian KPBU berakhir dan KPBU dialihkan kepada PJPK; dan 3) Setiap sektor maupun subsektor memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga diperlukan pertimbangan terhadap situasi dimana keadaan infrastruktur secara fisik dan ekonomi sudah tidak layak lagi sehingga diperlukan rehabilitasi atau renovasi. i. Sehubungan dengan pengalihan aset, Simpul KPBU melakukan: 1) Penilaian Aset, yang meliputi kegiatan: a) Meneliti dan menilai semua komponen sarana/sistem yang termasuk dalam perjanjian KPBU (penilaian dilakukan terhadap kondisi atau kinerja dan sisa usia masing-masing komponen sesuai tolak ukur yang disepakati); b) Menghitung perkiraan biaya yang dibutuhkan untuk operasi dan pemeliharaan rutin dan non rutin selama sisa usia; c) Menilai ketersediaan suku cadang untuk sarana dan sistem yang secara teknis mungkin sudah tidak layak; d) Melakukan evaluasi ketersediaan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PJPK; dan e) Melakukan evaluasi terhadap efisiensi manajemen pelaksanaan selama kerjasama berlangsung. 2) Pengalihan Aset, yang meliputi kegiatan: a) Menyiapkan dan mengajukan izin pemeriksaan/pengujian terhadap semua aset KPBU untuk kepentingan pengalihan aset; b) Melakukan pengujian dan pemeriksaan sarana fisik dan semua peralatan untuk kepentingan pengalihan aset sesuai dengan perjanjian KPBU; Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-94

145 c) Melakukan tindakan administrasi yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan sehingga semua aset tercatat atas nama PJPK; dan d) Menyiapkan dan membuat Berita Acara Serah Terima Aset yang ditandatangani oleh Badan Usaha Pelaksana KPBU dan PJPK Perangkat Regulasi Kelembagaan dalam Proyek KPBU Perangkat Regulasi Kelembagaan dalam Proyek KPBU yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan proyek KPBU, yakni: 1) Keputusan PJPK untuk membentuk Simpul KPBU untuk perumusan kebijakan dan/atau sinkornisasi dan/atau koordinasi pada tahap perencanaan dan tahap penyiapan dan/atau pengawasan dan evaluasi tahap penyiapan dan tahap transaksi, termasuk manajemen pelaksanaan KPBU; 2) Keputusan PJPK untuk membentuk Tim KPBU untuk membantu pengelolaan KPBU pada tahap penyiapan dan tahap transaksi KPBU (tidak termasuk pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU); 3) Keputusan PJPK untuk membentuk Panitia Pengadaan Badan Usaha Pelaksana KPBU; dan 4) Keputusan PJPK untuk menyusun dokumen rencana mitigasi risiko Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan Kerangka Acuan Pengambilan Keputusan oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi sebagai PJPK dalam Proyek meliputi Tahap Penyiapan KPBU dan Tahap Transaksi KPBU. Tabel dibawah akan menunjukan daftar kegiatan dan hasil keluarannya yang perlu ditindaklanjuti berkaitan dengan penyiapan proyek. Tabel 2.5 Tahapan, Kegiatan dan Keluaran Penyiapan Proyek TAHAPAN KEGIATAN KELUARAN Penyiapan Penyusunan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan Konsultasi Publik Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) AMDAL Pengadaan Tanah Jaminan Pemerintah Dukungan Pemerintah Penyiasatan Perangkat Perizinan Dokumen FBC Kesesuaian rencana Proyek dengan rencana pengembangan infrastruktur Mendapatkan feedback pasar atas rencana proyek Izin Lingkungan dokumen rencana pengadaan tanah danpemukiman kembali Pengajuan jaminan pemerintah (apabila diperlukan) Pengajuan dukungan pemerintah (apabila diperlukan) Pemetaan Perizinan terkait Proyek sesuai dengan kewenangannya Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-95

146 TAHAPAN KEGIATAN KELUARAN Transaksi Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) baik melalui one-on-one meeting dan promosi KPBU Pengajuan Penetapan Lokasi Proyek Dukungan Pemerintah Jaminan Pemerintah Penyiapan Dokumen Pengadaan Pengadaan Badan Usaha Pelaksana Penandatanganan Perjanjian KPBU Pemenuhan Pembiayaan (financial close) bagi Badan Usaha Pelaksana Memperoleh masukan, tanggapan dan mengetahui minat terhadap KPBU, alokasi risiko dan aspek komersial Penetapan Lokasi Proyek Dokumen Persetujuan Prinsip, Dokumen Persetujuan Prinsip Dukungan Kelayakan Dokumen Penjaminan Pemerintah, Dokumen Perjanjian Regres RFQ dan RFP, penentuan bidang parameter, penetapan panitia pengadaan Penetapan Pemenang Lelang Dokumen Perjanjian KPBU termasuk alokasi risiko Dokumen Perjanjian dengan Lembaga Pembiayaan 2.7 Kesimpulan Atas Proyek Berdasarkan penjelasan diatas, baik mengenai Kajian Pemenuhan Peraturan Perundang-undangan maupun Kajian Kelembagaan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut: 1) Berdasarkan Pasal 5 Perpres 38/2015 jo. Pasal 3 huruf q Permen PPN 4/2015, salah satu jenis infrastruktur yang dapat dikerjasamakan oleh Pemerintah dengan Badan Usaha adalah infrastruktur kesehatan, antara lain: a) Rumah sakit, seperti bangunan rumah sakit, prasarana rumah sakit, dan peralatan medis; b) Fasilitas pelayanan kesehatan dasar, seperti bangunan, prasarana, dan peralatan medis baik untuk puskesmas maupun klinik; dan/atau c) Laboratorium kesehatan, seperti bangunan laboratorium kesehatan, praasarana laboratorium kesehatan dan peralatan laboratorium. 2) Pasal 616 ayat (1) Permenristekdikti 15/2015 yang mengatur bahwa PTN bertanggung jawab kepada Menteri dan pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal. Unsrat merupakan Perguruan Tinggi Negeri yang yang memilki Fakultas Kedokteran, sehingga berdasarkan Pasal 6 ayat (3) UU 20/2013, Unsrat berkewajiban memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-96

147 3) Berdasarkan Pasal 4 Permendikbud 14/2014, Perguruan Tinggi dapat melakukan kerja sama bidang akademik dan/atau bidang non-akademik dengan perguruan tinggi lain, dunia usaha, atau pihak lain, baik dalam negeri maupun luar negeri. Dengan demikian, PTN dapat melakukan kerja sama dengan badan usaha untuk Proyek. 4) RS PTN harus berbentuk BLU karena berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Peraturan Bersama Mendikbud dan Menkes, RS PTN merupakan Rumah Sakit Milik Pemerintah c.q. Kemenristekdikti yang dikelola perguruan tinggi. Hal tersebut merupakan amanat dari Pasal 7 ayat (3) UU 44/2009 yang mengatur bahwa RS milik Pemerintah harus berbentuk UPT dengan PPK-BLU. Dengan demikian, pelaksanaan Proyek melalui skema KPBU berdasarkan Perpres 38/2015 hanya dapat dilakukan terhadap kegiatan pembangunan gedung, penyediaan alat kesehatan serta pemeilharaan baik bangungan ataupun alat oleh karena pengelolaan Rumah Sakit Milik Pemerintah harus dilakukan oleh UPT-BLU. 5) Yang bertindak sebagai PJPK yaitu Menristekdikti berdasarkan Pasal 6 Perpres 38/2015 yang mengatur bahwa dalam pelaksanaan KPBU, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah bertindak selaku PJPK dan Pasal 5 Permen PPN 4/2015, Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah sebagai PJPK dapat mendelegasikan kewenangannya kepada pihak yang dapat mewakili kementerian/lembaga/pemerintah daerah yang ruang lingkup, tugas, dan tanggung jawabnya meliputi sektor Infrastruktur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sehingga dalam pelaksanaannya, Menristekdikti dapat mendelegasikan kewenangannya kepada Rektor Unsrat, sebagai Pimpinan Perguruan Tinggi Negeri, yang dapat bertindak untuk dan atas nama Menristekdikti dalam pengelolaan perguruan tinggi negeri. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 2-97

148 3. BAB 3 KAJIAN TEKNIS Kajian teknis dilakukan terhadap dokumen Proposal Pembiayaan Lanjutan Pembangunan RSPTN Universitas Sam Ratulangi; dokumen laporan akhir Pekerjaan Review Desain dan Penyusunan DED; Dokumen Perhitungan Hasil Pekerjaan ME; Dokumen Perhitungan Pekerjaan Struktur Revisi Desain dan Penyusunan DED Rumah Sakit Pendidikan UNSRAT Analisis Tapak Lahan yang dipersiapkan untuk RSPTN Unsrat terletak di kawasan kampus Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) di area Fakultas Kedokteran. Dalam Perencanaan Tapak, bangunan rawat inap akan terletak pada lokasi yang tenang, aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas atau pencapaian dari sarana Penunjang rawat inap (laporan akhir DED,2014), rawat jalan (polklinik) maupun dari Instalasi Gawat Darurat karena adanya hubungan antar ruangan dari masing-masing area tersebut. Lokasi Tapak yang cukup strategis juga tidak menjadi kendala terhadap pelayanan jasa dan bahan baku. Untuk skala besar, penyediaan bahan baku dapat didatangkan dengan memperhatikan jadual pelaksanaan konstruksi nantinya. Dalam hal ini diperlukan system manajemen yang terpadu dari si Pengelola kegiatan bisnis ini. Lahan secara legal merupakan milik pemerintah (Unsrat), sehingga isu-isu pembebasan tanah tidak menjadi hal yang akan menghambat berjalannya pelaksanaan dan pengoperasian Rumah sakit Kesesuaian Tapak dengan RTRW Rencana Pembangunan Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi di Kota Manado sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kota sebagai kawasan pendidikan. Peraturan Daerah Kota Manado No. 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun Lokasi rencana kegiatan berada di Kecamatan Malalayang dalam Rencana Pola Ruang Kota Manado sebagai Kawasan Budidaya dengan pola pemanfaatan merupakan kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan pelayan umum berupa pemantapan dan pengembangan fasilitas kesehatan rumah sakit tipe A, dan B Kesesuaian Tapak Dengan Kebutuhan Operasional dan Bahan Baku Site RSPTN Unsrat merupakan tapak yang sudah ditentukan, bahkan sudah dibangun walaupun belum selesai pembangunannya. Sehingga tidak ada wacana untuk memindahkan penduduk ke tempat lain. Pencapaian ke dalam tapak pun Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-1

149 sangat mudah, karena sudah difassilitasi oleh jalan-jalan yang memadai. Namun apabila ingin membuat akses alternatif lain masih memungkinkan. Misalnya untuk memisahkan jalur pasien atau pengunjung Rumah sakit dengan jalur akademis. Gambar 3.1 Site RSPTN Unsrat Pelaksanaan pembangunan gedung RSPTN UNSRAT sudah dimulai sejak tahun 2009 dan hingga akhir tahun 2015 bangunan yang selesai ±30%. Dalam perencanaan awal bangunan yang akan didirikan meliputi: (Dokumen RAB Revisi design dan Penyusunan DED RSPTN UNSRAT, 2014) 1) Gedung Poliklinik Rawat Jalan, terdiri dari 6 lantai 2) Gedung A (Gedung Utama I) terdiri dari 7 lantai 3) Gedung B (Gedung Utama I) terdiri dari 6 lantai 4) Gedung Laundry 5) Gedung RSGMP, terdiri dari 7 lantai 6) Ruang Genset 7) Ruang Pompa Pembangunan Poliklinik dan Ruang Genset sudah selesai sedangkan bangunan lain masih berupa struktur Ketersediaan Pelayanan Jasa dan Bahan Baku Sesuai dengan fungsinya, RSPTN Unsrat akan memberikan pelayanan kesehatan bagi mahasiswa, dosen dan para pekerja Unsrat, masyarakat di sekitar lokasi Unsrat dan masyarakat Menado pada umumnya; pendidikan serta penelitian. Pemberi layanan jasa kesehatan, pendidikan dan penelitian berasal dari dosen-dosen Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-2

150 Fakultas Kedokteran Unsrat, sedangkan untuk tenaga manajemen dan administrasi dapat berasal dari Unsrat ataupun luar Unsrat melalui rekrutmen baru. Dalam penyelesaian bangunan RSPTN Unsrat, akan membutuhkan bahan baku yang sebagian besar berasal dari Surabaya, Jakarta ataupun luar negeri (terutama untuk peralatan medis) dan sebagian kecil dari Manado, terutama untuk bahan bangunan Kondisi tapak dan kesesuaian dengan kebutuhan KPBU Sebagian kondisi tapak RSPTN Unsrat, merupakan daerah rawa atau daerah tergenang air, yang memerlukan rekayasa teknis dalam penyelesaian bangunan dan pengaturan sistem drainase yang baik. Sesuai dengan peruntukannya, sebagai rumah sakit perguruan tinggi negeri, maka luas kawasan yang dapat di KPBU-kan cukup memadai. Akan tetapi, karena sebagian besar tiang-tiang bangunan sudah terpasang, apabila diperlukan perubahan desain bangunan, maka akan memerlukan waktu untuk mencabut kembali tiang-tiang tersebut Konfirmasi Kepemilikan Tanah dan Hambatan-hambatannya Kepemilikan lahan yang merupakan tapak proyek adalah lahan milik Universitas Sam Ratulangi, dan tidak menjadi kendala atau hambatan dalam pelaksanaan konstruksi RS PTN Unsrat Perkiraan Biaya Pengadaan Tanah dengan Berbagai Skenario Tidak diperlukannya pengadaan tanah tambahan sehingga tidak perlu dianggarkan biaya untuk proses pembebasan Rencana Jadwal Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali Karena lokasi pembangunan RSPTN berada di lingkungan kampus Universitas SAM Ratulangi dan pembangunan sudah dilaksanakan maka tidak diperlukan pemukiman kembali tidak perlu disusun. 3.2 Rancang Bangun Awal Standar Kinerja Teknis Operasi Beberapa Standar kinerja yang digunakan dalam Perencanaan Arsitektur yang terkait dengan desain rumah sakit, mengikuti peraturan-peraturan dan Pedoman sebagai berikut adalah: a. Peraturan Undang-Undang RI No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia Nomor: 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-3

151 Peraturan Menteri Kesehatan No 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Peraturan Menteri Kesehatan No 2306 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi elektrikal Rumah Sakit Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Peraturan Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Angkut dari Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Peraturan Daerah Kota Manado Nomor 1 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado tahun b. Pedoman Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit kelas B - Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Operasi - Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Gawat Darurat - Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Rawat Inap - Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Ruang Rehabilitasi medik Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit, Sistem Instalasi Gas medik dan Vakum Medik - Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik Dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 Data Arsitek yang dikeluarkan Neufert dan beberapa guidelines untuk rumah sakit yang banyak dikeluarkan secara internasional. c. Standar Perencanaan Struktur banyak menggunakan peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah peraturan internasional diantaranya: - SNI : Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain. - SNI : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Gedung dan Non Gedung. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-4

152 - ASCE / SEI 7-10: Minimum Design Loads for Buildings and Other Structures. - IBC 2009: International Building Codes. - SNI : Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung. - ACI 318M 11: Building Code Requirements for Structural Concrete and Commentary. - SNI : Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Perencanaan Mekanikal dan Elektrikal mengikuti : - Standar Nasional Indonesia SNI No tentang Sistem Plambing Pada Bangunan Gedung. - Standar Nasional Indonesia SNI No tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Plambing. - Standar Nasional Indonesia SNI No tentang Tata Cara Pemilihan dan Pemasangan Ven Pada Sistem Plambing. - Kecepatan Aliran dan Tekanan - Standard Nasional Indonesia tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Pipa Tegak dan Silang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran. - Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. - Standar Nasional Indonesia tentang Instalasi Pompa Untuk Proteksi Kebakaran. - SNI , Tata cara perancangan pengkondisian udara pada bangunan gedung. sistem ventilasi dan - SNI , Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. - ASHRAE a) Fundamentals Handbook, 1993 b) HVAC Aplications Handbook, 1991 c) Refrigeration Handbook, 1994 d) Inside Design Condition, Standard No e) Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality, Standard No f) Technical Data Bulletin, Volume 8 No. 2,3,4. - SMACNA a) Low Velocity Duct Constructions Standards Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-5

153 b) HVAC Systems; Testing, Adjusting and Balancing - M. David Egan, Concepts in Building Fire Safety - Butcher, E.G. & Parnell,A.C., Smoke Control in Fire Safety Design - Dossat, R.J. Principles of Refrigeration SNI (Standar Nasional Indonesia) Nomor tentang Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung Rancangan Teknis Dasar Lingkup proyek pembangunan RSPTN UNSRAT disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik rumah sakit yang selain nantinya akan digunakan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tetapi juga memiliki fungsi sebagai wahana pendidikan profesi bagi dokter/dokter gigi dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Untuk itu Rumah Sakit ini dirancang sebagai rumah sakit umum Kelas B dimana pembangunan gedung disesuaikan dengan jenis pelayanan yang harus tersedia pada rumah sakit kelas B sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Pada prinsipnya bangunan gedung RSPTN Unsrat dirancang dan dibangun untuk difungsikan sesuai kebutuhan masyarakat akan fasilitas pelayanan kesehatan dan sesuai dengan tujuan pendiriannya yaitu sebagai lahan untuk pendidikan klinis bagi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Oleh karena itu rancangan bangunan gedung RSPTN harus memenuhi standar-standar terkait berbagai aspek yang berhubungan dengan karakteristik manusia penggunanya dimana secara konstruksional dan arsitektural bangunan gedung rumah sakit harus mempertimbangkan aspek keamanan (security), keselamatan dan kesehatan (safety and Health) serta kenyamanan (comfort) para pengguna layanan RSPTN. Perencanaan pembangunan RSPTN Unsrat dengan klasifikasi rumah sakit kelas B sudah mengacu pada Pedoman Teknis Rumah Sakit Kelas B yang diterbitkan oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2012 serta mengikuti Peraturan Menteri Kesehatan No 24 tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit. Persyaratan Teknis Bangunan rumah Sakit meliputi: 1. Rencana Blok Bangunan (Block plan). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-6

154 Gambar 3.2 Block Plan RSPTN Unsrat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-7

155 Gambar 3.3 Peta Lokasi dan Block Plan Bangunan RSPTN Unsrat Rencana Block Plan RSPTN Unsrat telah memenuhi persyaratan peruntukan lokasi bangunan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-8

156 Lingkup KPBU 1. Besaran proyek Bangunan Gedung RSPTN dibangun diatas lahan seluas (luas site): m2. Berdasarkan Type Rumah sakit yang dibangun, maka RSPTN Unsrat masuk dalam type Rumah Sakit type B. Karena ini merupakan proyek yang sebetulnya sudah didesain dan sebagian sudah dibangun maka pekerjaan selanjutnya adalah melanjutkan pekerjaan namun tetap harus ada review desain. Luas Total Bangunan: m2, seperti terlihat pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Luas Bangunan per lantai Bangunan Luas (dalam m2) 1. Basement Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai No Total Sumber: Laporan Akhir Revisi design dan Penyusunan DED 2014, diolah Gedung Poliklinik Pada gedung Poliklinik terdapat area untuk fungsi pelayanan dan area untuk fungsi Pendidikan Tabel 3.2 Area Pelayanan dan Area Pendidikan Gedung Poliklinik Ruang Jumlah AREA PELAYANAN Lantai 1 Poliklinik 14 ruang Ruang Tindakan 1 Ruang Ko-Ass 1 Ruang Kuliah/Diskusi 1 Lantai 2 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-9

157 Ruang Jumlah AREA PELAYANAN Poliklinik 14 ruang Ruang Tindakan 1 Ruang Ko-Ass 1 Ruang Kuliah/Diskusi 1 Ruang Perpustakaan Lantai 3 Poliklinik 14 ruang Ruang Tindakan 1 Ruang Ko-Ass 1 Ruang Kuliah/Diskusi 1 Lantai 4 Poliklinik 14 ruang Ruang Tindakan 1 Ruang Ko-Ass 1 Ruang Kuliah/Diskusi 1 AREA PENDIDIKAN Lantai 5: Ruang OSCE 12 Ruang Pengendali 1 Ruang Briefing/R tunggu Pengajar 1 Ruang Loker 1 Ruang Briefing/Ruang tunggu Pasien 1 Ruang Programmer 1 Ruang Kuliah/Diskusi 4 Lantai 6 Ruang OSCE 12 Ruang Pengendali 1 Ruang Briefing/R tunggu Pengajar 1 Ruang Loker 1 Ruang Briefing/Ruang tunggu Pasien 1 Ruang Programmer 1 Ruang CBT (Computer Based Training) 1 Sumber: Dokumen ME DED RSPTN, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-10

158 Ruang Rawat Inap RSPTN UNSRAT dalam rancangannya akan dikelompokkan dalam Tipe Kamar seperti terlihat dalam table berikut: Tabel 3.3 Ruang Inap RSPTN UNSRAT No Tipe Kelas Ruang Rawat Inap Jumlah TT 1. VIP Kelas Kelas Kelas TOTAL 261 Sumber: Laporan Akhir Revisi design dan Penyusunan DED 2014 Sebagai rumah sakit kelas B, RSPTN akan memiliki jenis pelayanan sesuai dengan SPM Rumah Sakit berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit yaitu: a) Pelayanan gawat darurat; b) Pelayanan rawat jalan; c) Pelayanan rawat inap; d) Pelayanan bedah; e) Pelayanan persalinan dan perinatologi; f) Pelayanan intensif; g) Pelayanan radiologi; h) Pelayanan laboratorium patologi klinik; i) Pelayanan rehabilitasi medik; j) Pelayanan farmasi; k) Pelayanan gizi; l) Pelayanan transfusi darah; m) Pelayanan keluarga miskin; n) Pelayanan rekam medis; o) Pengelolaan limbah; p) Pelayanan administrasi manajemen; q) Pelayanan ambulans/kereta jenazah; r) Pelayanan pemulasaraan jenazah; s) Pelayanan laundry; t) Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit; u) Pencegah Pengendalian Infeksi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-11

159 2. Massa Bangunan Massa Bangunan RSPTN Unsrat dirancang dengan memperhatikan syarat sirkulasi udara dan pencahayaan, kenyamanan. Keselarasan dan keseimbangan dengan Lingkungan. Dalam Laporan Akhir Revisi Desain dan Penyusunan DED RS Pendidikan UNSRAT tercantum bahwa RSPTN UNSRAT dirancang sebagai rumah sakit dengan konsep bangunan green building yang mampu meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia. 3. Tata Letak Bangunan (site plan) Tata letak bangunan RSPTN dirancang dengan memperhatikan syarat zonasi, dimana terjadi pemihan zona berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit, zonasi berdasarkan privasi dan zonasi berdasarkan pelayanan atau kedekatan hubungan fungsi antar ruang Pelayanan. (sumber: Laporan Akhir Revisi Desain dan Penyusunan DED 2014) 4. Pemanfaatan Ruangan Pemanfaatan ruangan dalam bangunan gedung RSPTN Unsrat sesuai dengan funsinya, yaitu fungsi pelayanan kesehatan (sesuai dengan jenis pelayanan yang harus ada dalam rumah sakit menurut KMK 129/2008) dan fungsi pendidikan. Didalam Laporan akhir Review DED,2014 tercantum kebutuhan ruangan yang dikelompokkan dalam 8 (delapan) zona, yaitu: 1) Fasilitas Umum 2) Fasilitas Khusus 3) Fasilitas Pelayanan 4) Fasilitas Pendidikan 5) Fasilitas Servis 6) Fasilitas Rawat Inap 7) Manajemen 8) Hall Besaran ruangan ditentukan untuk masing-masing kegiatan dengan menggunakan pendekatan: Kementerian Kesehatan (A) dan Emst Neufert, Data Arsitek (B).(Lampiran 1) 5. Desain Tata ruang dan Komponen Bangunan Desain tata ruang RSPTN telah memperhatikan aspek upaya meminimalisir penyebaran infeksi serta alur sirkulasi/kegiatan petugas dengan pengunjung rumah sakit. 6. Kualitas dan Teknologi Dalam pembangunan RSPTN UNSRAT, semua pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti dan memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang tertera dalam persyaratan Normalisasi Indonesia (NI) dan Peraturanperaturan Nasional maupun peraturan setempat yang berlaku sehingga Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-12

160 kualitas bangunan rumah sakit terjaga (Laporan akhir Revisi Design dan Penyusunan DED,2014). RSPTN meskipun sudah ada desain sebelumnya, namun perlu adanya pembenahan agar dari segi arsitektur dapat mencapai kualitas yang sesuai dengan jamannya. Sebagai bangunan yang memiliki persyaratan yang spesifik, hal ini berpengaruh terhadap pemilihan material finishing. Saat ini semakin berkembang material-material yang mendukung pencapaian persyaratan rumah sakit. Sebagai contoh lantai untuk di area pasien, sebaiknya dipilih type material lantai yang tidak memungkinkan bakteri bersembunyi, misalnya bahan vinyl. Plint di pinggir lantai pun perlu dipilih type Hospital Plint. Sedangkan untuk langit-langit diupayakan yang tidak membuat bakteri bisa bersembunyi. Saat ini type pengkondisian udara khusus untuk ruang OK (kamar operasi) sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dari type konvensioanl hingga type yang betul-betul mampu menahan bakteri masuk sudah semakin berkembang. Namun sekuanya berpulang lagi dari kemampuan RS itu sendiri. RS perlu menentukan prioritas fasilitas mana yang akan dijadikan unggulan tergantung karakteristik dari pelayanan yang ditentukan. Teknologi Pelayananpun mempunyai beberapa kategori, dari yang terndah hingga yang tertinggi. Dukungan IT yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pelayanan RS sangat dibutuhkan. Sebetulnya semua bertujuan untuk memberikan kenyamanan baik untuk Pasien, Dokter, Pengantar Pasien, Paramedis, dan pegawai RS. Pemilihan material yang tepat sangat diperlukan, agar jika ada material yang rusak dan perlu diganti dapat segera memperoleh material pengganti tersebut dengan mudah di pasaran. 7. Masa pelaksanaan Pembangunan RSPTN Unsrat akan merupakan kelanjutan dari pembangunan sebelumnya, konstruksi pelaksanaan diperkirakan akan memerlukan waktu lebih kurang 1 tahun yang akan dimulai pada tahun 2018 dan diharapkan RSPTN UNSRAT akan beroperasi pada tahun 2019, dengan catatan pengembang harus menunjuk kontrak yang benarbenar berpengalaman dalam melaksanakan konstruksi bangunan Rumah Sakit. Hal yang paling perlu diperhatikan dalam masa pelaksanaan adalah masalah pengadaan material yang perlu didatangkan dari luar Menado terutama dari Surabaya dan Jakarta. Karena Kontraktor harus secara cermat memperhitungkan lamanya datang material terhadap jadual waktu yang telah ditetapkan. 3.3 Spesifikasi Keluaran Standar Pelayanan Minimal Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib Rumah Sakit yang berhak diperoleh setiap pengunjung Pasien Rumah Sakit Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-13

161 Sebagai bangunan pelayanan umum, Rumah Sakit memiliki standard pelayanan minimal yang spesifik karena menyangkut kepada kesehatan dan keselamatan manusia. Jenis jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit meliputi : 1. Pelayanan gawat darurat 2. Pelayanan rawat jalan 3. Pelayanan rawat inap 4. Pelayanan bedah 5. Pelayanan persalinan dan perinatologi 6. Pelayanan intensif 7. Pelayanan radiologi 8. Pelayanan laboratorium patologi klinik 9. Pelayanan rehabilitasi medik 10. Pelayanan farmasi 11. Pelayanan gizi 12. Pelayanan transfusi darah 13. Pelayanan keluarga miskin 14. Pelayanan rekam medis 15. Pengelolaan limbah 16. Pelayanan administrasi manajemen 17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah 18. Pelayanan pemulasaraan jenazah 19. Pelayanan laundry 20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit 21. Pencegah Pengendalian Infeksi Kapasitas Keluaran dan Standard Teknis Yang Diperlukan, Serta Menyiapkan Rancangan Awal Yang Layak Secara Teknis Keluaran dari hasil kajian teknis dan kebutuhan adalah berupa Basic Design yang mengacu kepada peraturan-peraturan yang berlaku dan kelayakan dari sebuah rancangan. Basic Design atau dengan kata lain biasa disebut rancangan awal ini menjadi acuan untuk mendapatkan nilai ekonomi dan perhitungan biaya operasional dari kegiatan Rumah Sakit. Sebagai gambaran dari hasil basic desain yang mereview desain sebelumnya dapat dilihat sebagai berikut : Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-14

162 Gambar 3.4 Site Plan Basic Desain Gambar 3.5 Denah Lantai 1 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-15

163 Gambar 3.6 Denah Lantai 2 Gambar 3.7 Denah Lantai 3 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-16

164 Gambar 3.8 Denah Lantai 4 Gambar 3.9 Denah Lantai 5 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-17

165 Gambar 3.10 Denah Lantai 6 Gambar 3.11 Denah Lantai 7 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-18

166 Gambar 3.12 Prespektif Tampak 1 Gambar 3.13 Prespektif Tampak 2 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-19

167 Gambar 3.14 Prespektif Tampak 3 Gambar 3.15 Prespektif Tampak 4 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-20

168 Gambar 3.16 Ilustrasi Kamar Kelas 3 Gambar 3.17 Ilustrasi Kamar Kelas 2 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-21

169 Gambar 3.18 Ilustrasi Kamar Kelas VIP_1 Gambar 3.19 Ilustrasi Kamar Kelas VIP_2 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-22

170 Jadwal Konstruksi dan Pengadaan Peralatan Pelaksanaan konstruksi sangat bergantung kepada kesiapan dan kemampuan pelaksana nantinya. Semakin cepat pelaksanaan semakin besar jumlah tenaga kerja dan peralatan pendukung. Untuk di daerah Manado, maka kontraktor besar harus mempu menyiapkan peralatan besar seperti tower crane. Tidak hanya satu tapi beberapa sekaligus agar pekerjaan biasa dikerjakan secara simultan. Disamping itu jadual pemasokan material bangunan juga harus tepat waktu. Diperkirakan masa pembangunan lanjutan akan memerlukan waktu sekitar 1 tahun Kepatuhan atas Lingkungan, sosial dan keselamatan Dalam proses pembangunan lanjutan gedung bangunan RSPTN UNSRAT dilaksanakan dengan memperhatikan aspek lingkungan, sosial dan keselamatan sesuai dengan perturan yang ditetapkan antara lain kesesuaian dengan Perda Kota Manado No 1 tahun 2014, serta keselamatan dan kesehatan kerja baik dalam tahapan konstruksi maupun setelah rumah sakit beroperasi Persyaratan Pengalihan Aset Sesuai Perjanjian KPBU Bangunan yang sudah dibangun akan dikelola oleh pihak Swasta selama waktu yang sesuai kesepakatan. Dalam waktu pengalihan asset tersebut harus dibuat semacam review kembali, bagian mana saja yang harus dibenahi kembali atau diperbaiki, karena asset-aset ini harus dialihkan ke Pemerintah dalam keadan baik, masih layak dan dapat beroperasi dengan bailk. Tidak hanya sekedar fisik saja namun juga perlu review peralatan pendukungnya. Perlatan rusak harus diperbaiki atau bahkan diganti dengan yang baru agar bangunan ini dapat tetap beroperasi seperti sedia kala Pemantauan Dan Pengawasan a. Konstruksi Selama masa konstruksi, pemantauan dan pengawasan dilakukan melalui manajemen konstruksi yang termasuk dalam bagian kontrak pembangunan. b. Operasi Selama masa operasi, pemantauan tidak hanya dari segi fisik bangunan dalam pemeliharaan bangunan saja, namun juga dari pengoperasin kegiatan Rumah Sakit terutama dari segi Pelayanan dan Manajemen. c. Berakhirnya perjanjian KPBU Perjanjian KPBU berakhir berarti RSPTN sudah beralih kepemilikan manajemen kembali ke Pemerintah. Dari sini yang dipantau adalah dari segi pendapatan dari masuknya pasien yang dirawat termasuk obatobatan hingga layanan medis lainnya. Tentunya akan terjadi perubahan skema dari yang tadinya murni dijalani oleh pihak swasta diserahkan kepemilikan murni ke pemerintah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-23

171 3.4 Indentifikasi Ketersediaan Pasokan Sumber daya Untuk Keberlangsungan KPBU Sistem Mekanikal RSPTN UNSRAT Lingkup Pekerjaan Mekanikal, meliputi: Sistem Air Bersih Sistem Air Kotor dan Air Bekas Sistem Pemadamaan Kebakaran (Hydran), Spinkler dan Fire extuingsher Sistem Tata Udara (AC dan Ventilasi) Sistem Gas Medis Sistem Transportasi Vertikal A. Sistem Air Bersih: Sumber Air dan Sistem Penyediaan Air Bersih 1. Sumber Air Bersih Perkiraan kebutuhan air bersih mengikuti persyaratan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit yaitu 500 liter/tempat tidur/hari. Pendekatan kebutuhan air bersih dalam Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT adalah sekitar 700 lier/tt/hari. Sumber air utama untuk Rumah sakit Pendidikan UNSRAT berasal dari jaringan PDAM yang ditampung dalam Clean Water Tank (CWT). Sumber air bersih cadangan direncanakan berasal dari Deep Well ditampung di Raw Water Tank. \ 2. Sistem penyediaan air bersih Sistem penyediaan air bersih untuk Rumah Sakit Pendidikan UNSRAT adalah sebagai berikut air bersih dari PDAM ditampung di Clean Water Tank (CWT) dan dari Sumber air Deep Well di tampung di Raw Water Tank. Selanjutnya di treatment terlebih dahulu dan hasil treatment tersebut ditampung di dalam Clean Water Tank (CWT). Air dari Clean Water Tank (CWT) dialirkan ke tangki penampung atap (Roof Tank) dengan menggunakan pompa transfer. Dari tangki penampungan atap (Roof Tank) didistribusikan ke seluruh bangunan dengan menggunakan Packaged Booster Pump dan sistem gravitasi. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-24

172 Gambar 3.20 Sistem Air Bersih Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Gambar 3.21 Sistem air Bersih dengan Gravitasi Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-25

173 B. Sistem Air Kotor Air buangan dari seluruh bagian bangunan kecuali air hujan dan air buangan yang berasal dari pengurasan Ground Reservoir/Pit/lantai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Air kotor dari public area toilet; terdiri dari seluruh air buangan kloset & urinoir. Air bekas dari public area toilet, terdiri dari seluruh air buangan lavatory &floor drain. Air buangan yang berasal dari sink kitchen/pantry. Gambar 3.22 Blok Diagram Instalasi Air Buangan Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-26

174 Gambar 3.23 Rancana Induk Sistem Air Kotor dan Bekas Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 C. Sistem Pemadaman Kebakaran Dalam Dokumen Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 diperkirakan jumlah persediaan air untuk hydrant yang disumsikan untuk 30 menit adalah sebesar 57 m3. Pompa Hydrant utama menggunakan pompa listrik dan diesel dengan kapasitas minimum Q 600 galon/menit. Total Head minimum= 75 m dengan daya motor 55 kw, Pompa Jockey dengan daya 7,5 kw dan head minimum= 80 m 1. Kriteria Perancangan Standard peraturan yang digunakan: Standard Nasional Indonesia tentang Tata Cara Perencanaan Sistem Pipa Tegak dan Silang Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran. Standar Nasional Indonesia tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Springkler Otomatis Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung. Standar Nasional Indonesia tentang Instalasi Pompa yang dipasang tetap untuk Proteksi Kebakaran. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-27

175 2. Sistem Pemadam Kebakaran Sumber Air Sumber air dari Deep Well ditampung di Raw Water Tank. Selanjutnya air tersebut dipergunakan sebagai sumber air untuk pemadam kebakaran Sistem Hydrant kawasan. Kebutuhan sumber air untuk pemadam kebakaran (Fire Hydrant dan Fire Sprinkler) diambil dari Raw Water Tank. Selanjutnya air tersebut dipergunakan sebagai sumber air untuk pemadam kebakaran bangunan rumah sakit. Sistem Pemadam Kebakaran Perencanaan penanggulangan pemadam kebakaran pada bangunan ini menggunakan sistem Fire Sprinkler dan Fire Hydrant, Fire Extinguisher dan Fire Suppression untuk ruang server. Pompa Kebakaran yang digunakan dalam perencanaan ini melayani sistem Hydrant untuk bangunan Rumah Sakit Pendidikan UNSRAT menggunakan system hydrant dan sprinkler. Pompa pemadam kebakaran terdiri dari : - Pompa Utama Elektrik - Pompa Cadangan (Diesel) - Pompa Jockey Gambar 3.24 Blok Diagram Hydrant dan Spinkler Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-28

176 D. Sistem Mekanikal Pengkondisian Udara dan Ventilasi Beban AC adalah seluruh lantai dengan fungsi yang berbeda. Dalam perancanaan desainnya kapasitas pendinginan masing-masing ruangan dibedakan sesuai kebutuhan dan fungsi. Sebagai pendekatan sementara digunakan angka acuan sebagai berikut: (Dokumen HAsil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT 2014) Ruang OK : 700 Btu/h/m2 Ruang ICu/ICCU : 600 Btu/h/m2 Ruang IGD : 600 Btu/h/m2 Ruang kerja : 550 Btu/h/m2 Ruang Rapat : 600 Btu/h/m2 Gambar 3.25 Aliran Udara AC Ruang Operasi Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, Kriteria Perancangan a. Kondisi Udara Setempat (Design Condition) Suhu udara luar :950 FDB, 860 FWB Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-29

177 (Referensi : Data Cuaca di Indonesia, Badan Meteorologi dan Geofisika, Departemen Perhubungan RI) Daily range : 180 FDB Suhu dalam ruang :750 FDB Kelembaban : 50% RH 10 % b. Orientasi Bangunan Solar Haze Factor : 5% Kecepatan Angi : 7 mph c. Parameter Perhitungan Sistem Ventilasi Toilet :15 kali pergantian udara setiap jam (ACH = 15) Pantry :15 kali pergantian udara setiap jam (ACH = 15) Lobby :10 cfm/person dengan kelipatan 30 org/1000 ft2 Gudang :7 kali pergantian udara setiap jam (ACH = 7) Ruang Kerja: 7,5 cfm/person dengan kelipatan ft2/person (Referensi : ASHRAE Pocket Handbook for Air Conditioning, Heating Ventilating, Refrigeration tahun 1987) d. Parameter Dalam Perhitungan Peralatan Bantu Evakuasi Kecepatan aliran udara pada pintu terbuka = 80 m/menit Beda tekanan dalam keadaan seluruh pintu tertutup maksimum 0,2 inwg atau 5 mm kolom air. Jenis pintu adalah single leaf fire door. 2. Peraturan dan Literatur yang Digunakan a. Peraturan yang diikuti : Pemasangan Pesawat Ventilasi/Penghembus (Blower) Pada Bangunan SNI , Tata cara perancangan pengkondisian udara pada bangunan gedung. sistem ventilasi dan SNI , Sistem Pengendalian Asap Kebakaran pada Bangunan Gedung. b. Literature dan/atau Reference : CARRIER Co, Handbook of Air-Conditioning System Design ASHRAE, Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-30

178 - Fundamentals Handbook, HVAC Aplications Handbook, Refrigeration Handbook, Inside Design Condition, Standard No Ventilation for Acceptable Indoor Air Quality, Standard No Technical Data Bulletin, Volume 8 No. 2,3,4. SMACNA - Low Velocity Duct Constructions Standards - HVAC Systems; Testing, Adjusting and Balancing M. David Egan, Concepts in Building Fire Safety Butcher, E.G. & Parnell,A.C., Smoke Control in Fire Safety Design Dossat, R.J. Principles of Refrigeration 3. Aplikasi Sistem Tata Udara dan Ventilasi a. Aplikasi Sistem Tata Udara (Air Conditioning) Ruang - ruang yang dikondisikan pada setiap ruang dalam masing - masing bangunan direncanakan adalah system Split, yang merupakan kombinasi antara Type Wall Mounted dan Cassete. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-31

179 Gambar 3.26 Sistem Air Conditioning menggunakan Split Duct Gambar 3.27 Sistem Air Conditioning menggunakan VRV Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-32

180 c. Aplikasi Sistem Ventilasi Exhaust toilet, ruang panel, ruang pompa dll., menggunakan sistem parsial dengan menggunakan kombinasi antara jenis Axial Fan dan extract fan yang disesuaikan dengan dimensi toilet yang dilayani. Gambar 3.28 Sistem Ventilasi Udara 4. Metoda Perhitungan a. Moteda Perhitungan Beban AC Beban AC dihitung menggunakan Software E20-II CARRIER dengan kriteria sebagai berikut : - Room design temperature : 75oFDB - Relative Humidity (RH) : 50% 10%, - Ventilation : 7,5 cfm Input Data, Input data terdiri dari data masing-masing space untuk tiap-tiap lantai yang terdiri dari : - Nilai U untuk setiap bahan bangunan seperti dinding, kaca (termasuk shading factors untuk kaca) dan atap. - Daya listrik untuk penerangan dan peralatan lainnya. - Jumlah penghuni dalam ruangan. - Jam operasi dari gedung/ruangan tersebut. Langkah-langkah Perhitungan, Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-33

181 - Dilakukan perhitungan secara terpisah antara pengelompokkan beban untuk zone yang berbeda sesuai dengan arah hadapan ruangan dari masing-masing lantai, jenis kegiatan dan jam operasinya. - Perhitungan Cooling Load Ruangan dengan Hourly Analisis Program untuk setiap zona. - Dilakukan Analisis Psykrometrik berdasarkan hasil perhitungan 'Hourly Analisis Program dengan menyerta-kan faktor kompensasi terhadap Piping Heat Gain yang akan dipergunakan untuk penentuan dari kapasitas unit pendingin. b. Metoda Dalam Perhitungan Ventilasi Metoda dalam perhitungan sistem ventilasi adalah sebagai berikut : Perhitungan kebutuhan udara langsung buang/masuk pada ruang terpolusi seperti toilet, pantry dan lain-lain sesuai dengan parameter tersebut di atas. Perhitungan ini disesuaikan dengan fungsi masing-masing ruangan yang terpolusi. Pemilihan unit dilakukan berdasarkan kapasitas dari kebutuhan udara buang/masuk ditambah faktor kompensasi terhadap external static pressure-nya. c. Metoda Perhitungan Peralatan Bantu Evakuasi Perhitungan kebutuhan udara tekan pada kompartemen tangga kebakaran dan kebutuhan udara buang berasap berdasarkan kriteria yang sesuai terhadap peraturan yang berlaku. Penentuan Kapasitas Peralatan. Kapasitas peralatan ditentukan sesuai dengan hasil perhitungan kebutuhan udara yang telah dikoreksi terhadap pengaruh external static pressure dan hasil perhitungan ini dicantumkan pada gambar Skedul Peralatan Fan. d. Metoda Perhitungan Saluran Udara Perhitungan menggunakan metoda "Equal Friction" dimana friction loss sebesar 0,1 in.wg./100 feet. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Duct Design dari software E20-II CARRIER. Konstruksi saluran mengikuti ketentuan yang tercantum dalam buku "SMACNA, LowVelocity Duct Construction Standard". e. Metoda Perhitungan Pipa Refrigeran Merupakan perhitungan friction loss untuk aliran refrijeran dalam pipa tembaga untuk menentukan diameter pipa. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-34

182 Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Refrigerant Piping Design dari software E20-II CARRIER. Batasan-batasan dalam perhitungan ini adalah, pressure drop maksimum yang diperbolehkan pada refrigerant lines sebagai berikut, - Suction lines : 3 psig - Discharge lines : 6 psig - Liquid lines : 6 psig Perhitungan kehilangan kapasitas (capacity loss) digunakan untuk memeriksa penurunan kapasitas dari mesin AC. E. Sistem Gas Medik Di Rumah Sakit Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-35

183 Gambar 3.29 Sumber Udara Tipikal Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-36

184 Gambar 3.30 Sistem Perpipaan Gas Medik Sumber: Dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN UNSRAT, 2014 Sistem gas medis merupakan instalasi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan gas medis di tiap ruangan rumah sakit. Jenis-jenis gas medis yang dibutuhkan untuk keperluan rumah sakit adalah : Oxygen (O2) Nitrous Oxide (N2O) Nitrogen (N2) Medical Compressed Air (Breathing Air) Medical Vacum (Suction) Carbon Dioxide (CO2) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-37

185 Berikut ini adalah Outlet Gas Medis : Tabel 3.4 Outlet Gas Medis F. Sistem Transportasi Vertikal Sistem Instalasi Transportasi Vertikal yang Direncanakan Pada bangunan ini, disediakan sarana transportasi vertical sebagai berikut 1. Sarana utama transportas vertical adalah menggunakan Bed Lift Gambar 3.31 Bed Lift Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-38

186 a. Bed Lift difungsikan pula sebagai lift petugas pemadam kebakaran (Firemen s lift) b. Dumb waiter difungsikan sebagai pengantar makanan atau obat-obatan Gambar 3.32 Dumb Waiter Dilobby lift kebakaran lantai 1, terpasang fire return switch, yang bila difungsikan akan menggerakkan unit lift secara otomatis ke lantai tersebut, yang untuk selanjutnya dapat digunakan oleh petugas pemadam kebakaran. 2. Kriteria Perencanaan Perencanaan instalasi bed lift pada bangunan ini didasarkan pada criteria untuk bangunan perkantoran yaitu : a. Kapasitas angkut (Handling Capacity) dalam waktu 5 menit tidak kurang dari 12 % dari jumlah penghuni. (SNI : Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung) b. Waktu antar keberangkatan kereta (Interval Time) antara detik. 3. Instalasi Lift yang Direncanakan Lift service dan Kebarkaran : Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-39

187 Lift difungsikan pula sebagai lift Service dan lift kebakaran. Maka, kriteria perancangan harus sesuai dengan persyaratan sebagai lift kebakaran, baik jumlah kapasitas maupun kecepatan. Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : o Jumlah ( untuk perkantoran ) lantai. : 1 buah untuk setiap m2 per (SNI : Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung) o Waktu tempuh maksimum : 60 detik dari lobby utama ke lantai teratas. (SNI : Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung) o Jumlah lantai yang dilayani : minimal lobby utama sampai dengan lantai teratas. (SNI : Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung) o Kapasitas : dapat mengangkut 1 orang pemadam kebakaran dan peralatannya seberat 30 kg. Ukuran Kereta : luas dalam minimal 2.0 m2 Lebar pintu : minimal 1.1 m2 4. Operasi lift pada waktu kebakaran : Dengan mendudukan posisi fire return switch pada posisi ON, maka semua lift tanpa melihat sedang bergerak naik atau turun, secara otomatis akan segera menuju ke lantai dasar untuk mengeluarkan seluruh penumpang yang ada didalamnya. Pada waktu bergerak turun, lift tersebut tidak akan melayani panggilan dari lantai lantai yang dilalui, dan semua panggilan / permintaan yang telah terdaftar akan dibatalkan secara otomatis. Untuk selanjutnya semua lift akan berhenti beroperasi kecuali untuk unit lift yang telah ditunjuk sebagai lift kebakaran (firemen s lift). 5. Operasi Lift bila aliran listrik (PLN) putus : Lift selain mendapat sumber daya listrik dari PLN, terhuhung juga dengan sumber daya listrik darurat dari Diesel Generator Set. Pada saat aliran dari PLN terputus, secara otomatis lampu darurat menyala, fan untuk vertilasi didalam kereta lift tetap bekerja dan system intercom antara kereta dengan lift dengan panel supervisory dan panel di ruang mesin lift tetap berfungsi, dengan sumber listrik diambil dari battere, dan pada saat itu juga lift tersebut akan berhenti dilantai terdekat, selanjutnya membuka pintu untuk mengeluarkan penumpang. Setelah Diesel Generator Set bekerja dan memberikan daya ke panel lift, maka lift secara otomatis akan bekerja kembali secara normal. Penggantian Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-40

188 sambungan dari PLN ke Diesel Generator set dan sebaliknya, dilakukan secara otomatis di panel utama. 6. Kelengkapan Lift : Setiap lift dilengkapi dengan : Fan ventilasi Intercom, yang terhubungan ke ruang mesin diatap dan ruang control di lantai satu Tombol alarm yang terhubung ke ruang mesin diatap dan diruang control lantai dasar. Lampu petunjuk posisi lift dan arah gerak lift disetiap lantai. Bel kedatangan kereta lift di setiap lantai. Automatic Rescue Device (ARD) Dan standard kelengkapan lift lainnya. 7. Standar Dan Peraturan SNI (Standar Nasional Indonesia) Nomor tentang Tata Cara Perancangan Sistem Transportasi Vertikal dalam Gedung. PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 tahun 1991 tentang Bangunan dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERDA (Peraturan Daerah) Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 tahun 1992 Tentang penanggulangan Bahanya Kebakaran Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Peraturan Lift Listrik, Pesawat Angkat dan Angkut dair Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Stein Reynolds / McGuinness : Mechanical and Electrical Equipment for buildings edition 6th John Wiley & Sons 1986, Canada Sistim Elektrikal Lingkup Pekerjaan Elektrikal, meliputi: Sistem Tenaga Listrik dan lampu penerangan Sistem Tenaga Listrik Cadangan (Genset) dan UPS Sistem Komunikasi (telepon) Sistem Tata Suara (Sound system dan Car call) Sistem fire alarm Sistem CCTV dan MATV Sistem Nurse call Sistem IT Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-41

189 Sistem Penangkan Petir Lingkup pekerjaan elektrikal secara detail tertuang dalam dokumen Hasil Perhitungan Pekerjaan ME RSPTN Unsrat Kriteria Perancangan 1. Standar yang digunakan Sistim elektrikal dirancang dengan menggunakan peraturan-peraturan yang berlaku di indonesia dengan mempertimbangkan segi keamanan, hemat energi dan ekonomis, dan juga mudah dari segi pengoperasian serta pemeliharaan. Peraturan dan Standar lokal (Indonesia) akan diprioritaskan penggunaannya dalam perencanaan dan pelaksanaan. Apabila untuk hal tertentu tidak terdapat peraturan maupun standar yang dapat menjadi acuan, maka standar-standar internasional seperti japanese, US, British, Australian Germany dapat digunakan : - SNI tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) Tahun SNI tentang Sistem Proteksi Petir Pada Bangunan Gedung. - The Protection of Structure againts Lightning, British Standart Instution DIN dan IEC : Lightning Protection System Peraturan dan Standar Internasional yang dikenal secara umum seperti : - IEC (International Electric Commision) - Pedoman Perencanaan Penangkal Petir, Departemen Pekerjaan Umum DPU Sound s Guidance dan beberapa katalog pabrik dari terkenal seperti Philips, National dan TOA. - Peraturan Departemen Tenaga Kerja No.8, Pengawasan Instalasi Penyalur Petir. 2. Konsep Rancangan Sumber daya listrik UTAMA berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan penyambungan pada sisi Tegangan Rendah 380 Volt, 3 Fasa, 50Hz. Sumber daya listrik CADANGAN berasal dari Diesel Generatorset yang beroperasi pada tegangan 380/220 Volt, 3 Fasa, 4 kawat, 50-Hz, dan akan mensuplai ±100% dari total kebutuhan daya listrik. Sumber daya listrik DARURAT untuk beban-beban tertentu, yang dapat berupa NiCad Battery ataupun Seal-Lead Acid dengan waktu operasi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-42

190 minimum 3 jam dan juga berupa UPS (Un-iterruptible Power Supply) untuk peralatan khususs. Sistem kelistrikan terbagi atas dua bagian : Sistem Arus Kuat & Sistem Arus Lemah Sistem Arus Kuat Sistem Arus Lemah 1. Sistem Power distribution 1. Sistem Fire Alarm 2. Sistem Penerangan 2. Sistem Tata Suara 3. Sistem Kontak-kontak 3. Sistem Telepon, Data & IT 4. Sistem Pentanahan 4. Sistem Security 5. Sistem Peredam Banjir 5. Sistem MATV / IPTV 6. BAS Sistem Pencahayaan Intensitas Kuat Pencahayaan Perhitungan pencahayaan direncanakan berdasarkan tingkat kuat pencahayaan yang biasa diterapkan pada bangunan modern, yang sesuai dengan standar ; - Standar Internasional seperti DIN 5035, AS1680, AS Standar yang dikeluarkan Departemen Pertambangan dan Energy - Standar Nasional Indonesia (SNI) katalog dari beberapa pabrik lampu ternama seperti ; Philips, National, General Electric, Osram. Kuat Pencahayaan Tabel 3.5 Area Kuat Pencahayaan Area Kuat Pencahayaan [Lux] Ruang Kerja Ruang Tamu Lobby Hall Ruang Rapat Area Umum 200 Counters & Kantor 500 Restoran/Kantin 300 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-43

191 Area Kuat Pencahayaan [Lux] R. Peralatan Mekanik 200 Koridor 200 Tangga/Toilet 150 R. Komputer 750 Gudang 200 Dapur 500 Ruang Panel Jalan Utama 40 Ruang Kontrol / Monitor Ruang Mesin dan Daerah Utilitas Parkir/Halaman ± Note : Daerah/ruangan yang belum tersebut pada tabel disamping, intensitas kuat pencahayaan akan disesuaikan dengan fungsi dan perencanaan Interrior Power Outlet Sesuai Standart Nasional Indonesia (SNI) 2000 Stop kontak harus dirancang sedemikian rupa sehingga ketika dihubungkan tidak mungkin terjadi sentuhan tak sengaja dengan bagian aktif. Bahan stop kontak harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tahan lembab dan secara mekanik cukup kuat. Stop kontak dengan kuata arus 16 A. Sambungan antara stop kontak dan kabel fleksibel harus baik untuk menghindari kerusakan mekanis. Stop kontak dinding dalam ruangan lembab harus dilengkapi dengan lobang pembuang air. Stop kontak yang dipasang diluar bangunan dan terkena oleh cuaca, atau dipasang dalam ruang basah, harus dari jenis tertutup kedap cuaca, juda dalam keadaaan kontak stop dimasukan. Stop kontak mempunyai 2 kutub + 1 kutup untuk pentanahan. Tipe stop kontak anakan disesuaikan dengan tipe peralatan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-44

192 Gambar 3.33 Macam-macam Stop Kontak Sistem Pentanahan Sistem Pentanahan : menggunakan type kombinasi TNC & TNS. TNS 5-wire system Gambar 3.34 Rangkaian Listrik TNS 5-wire system Sistim TNS adalah kabel Netral dan Grounding (arde) terpisah pada panel distribusi, tetapi akan digabung pada saat pentanahan. Apabila penampang kabel yang digunakan 10 mm2. Maka type pentanahanharus berupa type TNS. Grounding Cable : BC 70 mm2 (CADWELD method) Sistem Peredam Petir Sistim peredam petir direncanakan menggunakan metode Faraday Cage sehingga dapat mengamankan bangunan dari bahaya yang diakibatkan oleh sambaran petir langsung, dan mengamankan dari bahaya induksi akibat sambaran petir tidak langsung. Sistim peredam petir terdiri dari Copper Tape, penyalur arus petir (Down Conductor), terminal penta nahan (Earth-Terminal), Clem Terminal, dll. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-45

193 Asumsi tingkat sambaran rata-rata ±25 KA dan sudut perlindungan ±30 (HighProtection) dan asumsi jarak sambaran (strike distance) menggunakan grafik GOLDE Kabel penyalur arus petir (Down Conductor) akan ditempatkan pada setiap kolom yang terdapat pada bangunan. Setiap penurunan pada setiap kolom akan ditanahkan masing-masing dan kemudian akan digabung dengan sistim ring. Untuk mengamankan bangunan dari bahaya induksi akibat sambaran petir tidak langsung, maka setiap incoming pada panel utama akan disediakan Arresetr baik Primer, sekunder dan fine tunning. Gambar 3.35 Sistem peredam petir Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-46

194 Gambar 3.36 Sfesifikasi dan komponen peredam petir Berikut ini adalah sistem Instalasi Peredam Petir Terhadap Pentanahan Gambar 3.37 Ilustrasi umum pemasangan peredam petir Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-47

195 Sistem Sensor Kebakaran 1. Standardan Peraturan a. NFPA72: National Fire Alarm Code (USA) b. Departemen Pekerjaan Umum1987: Panduan sistim deteksi dan alarm kebakaran. 2. Sistim Peralatan Sistim pengindera & alarm kebakaran direncanakan dari tipe Semi Addressable yang akan membunyikan tanda peringatan / alarm setelah menerima sinyal dari Detector, Manual Call Point dan Sprinkler Flow Switch. a. Main Central Fire Alarm (MCFA): Central Fire Alarm mempunyai fasilitas yang mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: Memantau/monitoring kejadian pada daerah yang dilindungi. Memantau kondisi kerja dari peralatan-peralatannya sendiri seperti adanya kondisi yang tidak. Penginderaan dan pemberitahuan kebakaran. Memantau kondisi dan mengatur ON Pressurized Fan. Pengaturan pemutusan aliran listrik secara zoning atau secara keseluruhan. Memberikan sinyal ke sistim control elevator. Memantau sprinkler head, firedetector, manual call button yang bekerja. Gambar 3.38 Main Central Fire Alarm Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-48

196 b. Repeater Fire Alarm Control: Penyediaan alat ini dimaksudkan untuk menduplikasi informasi yang terdapat pada MCFA ke tempattempat yang strategis seperti lobby utama gedung, ruang kontrol dan pos keamanan pada saat yang bersamaan. c. Jenis Alat Pengindera dan Alarm. Smoke Detector (Detektor Asap) untuk ruang umum (public area) Gambar 3.39Smoke Detector Heat Detector (Detektor Panas) dari tipe kombinasi antara "Rate of Rise Temperature "dengan" Fixed Temperature" untuk daerah tangga dan ruang-ruang mekanikal-elektrikal. Gambar 3.40Heat Detector Manual Call Point ditempatkan pada pintu-pintu evakuasi dan pada lokasi dimanater dapat Box Hydrant. Lampu Flicker, Sirine (Horn Speaker) dan socket / connector untuk peralatan komunikasi Fireman ditempatkan pada lokasi dimanater dapat Box Hydrant. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-49

197 Gambar 3.41 Diagram Skematik Sistem Fire Alarm Sistem Tata Suara Instalasi sistim tata suara dirancang berdasarkan teknik akustik umum yang biasa dipakai pada bangunan modern dan disesuaikan dengan standar/katalog referensi dari pabrik sistim tata suara yang terkenal seperti: a. Sistim Philips Public Address System b. TOA, Designof Public Address System c. National Quality of Sound System Technical Information Konfigurasi sistim tata suara terdiri dari: Sistim paging / public address untuk semua areal dalam bangunan dilengkapi dengan sistim seleksi (speaker selector system). Sistim tata suara (car calling) untuk areal luar (exterior) dan daerah parkir. Tabel 3.6 Intensitas Suara Per Area Area Intensitas Suara [db] Lobby Ruang Kerja Cafe / Kantin Ruang Kontrol / monitor Koridor dan daerah tangga Toilet Ruang Mesin dan daerah utilitas Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU ± ±

198 Area Parkir / Halaman Intensitas Suara [db] Note : Daerah/ruangan yang belum tersebut pada tabel diatas, intensitas suaranya akan disesuaikan dengan fungsi masing-masing. Gambar 3.42 Sistem Skematik Tata Suara Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-51

199 Sistem Telepon Gambar 3.43 Sistem Telepon Sistem Data & IT Sistem Basis Data adalah suatu sistem menyusun dan mengelola record-record menggunakan computer untuk menyimpan atau merekam serta memelihara data operasional lengkap sebuah organisasi/perusahaan sehingga mampu menyediakan informasi yang optimal yang diperlukan pemakai untuk proses mengambil keputusan. Salah satu cara menyajikan data untuk mempermudah modifikasi adalah dengan cara pemodelan data. Model yang akan dipergunakan adalah Entity Relationship Model yang merupakan representasi logika dari data pada suatu organisasi atau area bisnis tertentu dengan menggunakan Entity dan Relationship. Dalam pemrosesan&pengiriman data salah satu penunjang utama baik tidaknya pengiriman data sangat ditentukan oleh conectivitas (wire). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-52

200 Gambar 3.44 Sistem Data dan IT Sistem Security Gambar 3.45 Sistem Security Sistem MATV (Master TV) MATV adala hsistem TV yang diperuntukan untuk hiburan bagi para pengunjung. MATV sistim yang dirancang untuk menerima dan memproduksi sinyal video melalui antenna parabola atau berlangganan ke salah satu provider serta antenna UHF dan VHF. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-53

201 Sinyal yang diterima akan diproses untuk menghasilkan sinyal video pada setiap socket outlet TV dengan besaran 60 70µdB. Peralatan utama (Head End) MATV yang direncanakan adalah dari type CommercialUseType (bukan Home UseType) Peralatan utama (HeadEnd) MATV terdiri dari: a) Satellitedish 1 2feet with Dual Feed Horn b) Antenna UHF 5 4Elementand UHF Amplifier c) AntennaVHF 22 Elementand VHF Amplifier d) IF Line Amplifier e) Satellite Processorc/w modulato rstereo f) Headline Modulator stereo g) Terrestrial Converter h) Combiner Amplifier i) Splitter j) Distribution Amplifier k) TV monitor14 l) VCD Player Gambar 3.46 Penempatan TV Sistem BMS BMS adalah sistem komputerisasi dalam suatu bangunan/ gedung yang berfungsi untukme-manage sistem, peralatan/ekuipment ekuipment didalam bangunan/ gedung itu sendiri.tujuannya menjadikan gedung itu menjadi gedung/ bangunan yang smart, safety, hemat energy. Building Automation( HVAC, pompa, dll) Kontrol untuk sistem penerangan Pengukuran energy listrik, tataudara (AC), air, dll Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-54

202 Sistem Penerangan emergency Sistem akses kontrol (waktu, kehadiran,dll) Video monitoring system Fire Alarm Burglar Alarm LeakageAlarm Othe requipment /facility /system dalam bangunan Gambar 3.47 Sistem BMS Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-55

203 Diversifikasi Energi Gambar 3.48 Sistem Diverifikasi Energi Solar Panel dikoneksikan ke Regulator untuk mencharge Battery (Automatic Switch Discharge) secara bergantian. Sistem Switching ini dikendalikan oleh Main Contreller untuk mengatur switch. Menggunakan unti UPS yang dilegkapi dengan system By Pass Internal dimana bila daya pada Energi Solar tidak mencukupi atau masa Back up time telah habis sesuai dengan perhitungan maka beban akan ditransfer ke Utility (PLN/Genset). Tujuan menggunakan UPS adalah unttuk mendapatkan Sinkronasi antara Input (PLN/Genset) dengan output mengingatkan phase yang digunaan adalah 220V / 380 / 3Ph. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-56

204 Gambar 3.49 Solar Cell Penggunaan Lampu Penggunaan Photo Sensor Switch Penggunaan Automatic Switch Power Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-57

205 Sistem Penyediaan Listrik Gambar 3.50 Skema Penyediaan Listrik 3.5 Kesimpulan 1. Secara teknis rencana pembangunan dan pembangunan lanjutan bangunan gedung RSPTN UNSRAT memenuhi persyaratan teknis bangunan rumah sakit umum kelas B. 2. Mengingat sebagian bangunan sudah dibangun sejak tahun 2009 maka perlu dilakukan uji kelayakan bangunan gedung yang sudah berdiri. Berdasarkan informasi, audit kelayakan telah dilaksanakan pada November 2016 dengan hasil bangunan layak secara teknis, namun dokumen hasil audit belum didapatkan dari pihak UNSRAT. Untuk itu pada FBC dokumen tersebut harus disertakan. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-58

206 Lampiran Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-59

207 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-60

208 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-61

209 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-62

210 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-63

211 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 3-64

212 4. BAB 4 KAJIAN EKONOMI DAN KOMERSIAL 4.1 Pendahuluan Untuk mencapai perhitungan model keuangan yang paling efektif dan efisien dalam rencana pembangunan RSPTN UNSRAT, diperlukan beberapa prasyarat awal, antara lain: (1) Latar belakang dan ide gagasan pembangunan RSPTN UNSRAT; (2) Model pendekatan KPBU yang paling cocok untuk RSPTN UNSRAT; (3) Kajian terkait aspek regulasi, keinginan dan kebutuhan pasar serta aspek lingkungan yang pada akhirnya akan menentukan Klasifikasi dan kelas rumah sakit yang akan dibangun; (4) Kajian dukungan organisasi, sarana dan prasrana, kebutuhan modal kerja untuk mengoperasionalkan rumah sakit sesuai tipe yang disepakati; (5) Kajian rencana pelayanan dan teknologi yang akan digunakan oleh RSPTN UNSRAT; Gambar 4.1 Alur Kegiatan Perancanan Model Keuangan RS Setelah semua data dan informasi terkumpul, barulah dapat dilakukan permodelan keuangan untuk menghitung besaran capital expediture, pengaturan arus kas dan rencana meililih alternatif yang terbaik agar proyek dapat dikatakan layak secara perbankan (bankability). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-1

213 Jenis Revenue & OPEX Secara umum potensi revenue dan operational expenditure (OPEX) RS PTN UNSRAT dapat digambarkan di dalam suatu proses bisnis dengan pendekatan model bisnis kanvas (BMC). Proses BMC dibagi dalam 2 (dua) kegiatan utama, pertama adalah bagian pelayanan rumah sakit yang pada akhirnya akan bermuara pada revenue stream; kedua adalah bagian aktivitas rumah sakit yang pada akhirnya bermuara pada cost structure. Kedua kegiatan utama ini akan dibahas dalam 9 (sembilan) sub kegiatan seperti terlihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.2 Jenis Revenue dan Opex, Pendekatan BMC 1. Customer Segment, adalah target pelanggan yang akan disasar oleh RS PTN UNSRAT, misalnya: (a) Sebagai wahana pendidikan, penelitian dan pelayanan (Co As) Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRAT; (b) Sebagai wahana pendidikan, penelitian dan pelayanan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan/Kesehatan Masyarakat diluar UNSRAT; (c) sebagai pelayanan kepada Pasien Umum/Masyarakat; (d) sebagai pelayanan kepada Pasien JKN/Asuransi; (e) sebagai mitra usaha bagai Perusahaan lainnya, untuk kerjasama non core business seperti kantin, jasa penjualan makanan/minuman/buah-buahan, jasa laundry, jasa perparkiran, jasa layanan perbankan untuk ATM dan lain-lain; 2. Value Proposition, menggambarkan nilai-niliai apa saja yang akan disampaikan kepada pelanggan RS PTN UNSRAT, antara lain misalnya: (a) Wahana Pendidikan Klinis/Profesi Dokter dan Dokter Gigi yang terbaik di wilayah Indonesia bagian Timur; (b) Sumber belajar terbaik bagi mahasiswa fakultas Ilmu Keperawatan/Kesehatan Masyarakat/Akademi Perawatan/ Akademi Kebidanan yang terbaik di wilayah Indonesia bagian Timur; (c) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-2

214 sebagai Teaching Hospital yang berkualitas di Indonesia bagian Timur; (d) Penyedia Tenaga Medis yang berkualitas sesuai kebutuhan dan jadwal. 3. Customer Relation, menggambarkan bagaimana upaya yang akan dilakukan oleh RS PTN UNSRAT untuk mendapatkan nilai tambah melalui kerjasama dengan target pelanggan, misalnya melalui (a). education gathering; (b). kunjungan ke PTN/PTS setempat; (c). kemitraan dengan lembaga asuransi/bpjs. 4. Channels, menggambarkan bagaimana upaya yang dilakukan oleh RS PTN UNSRAT untuk mensosialisasikan/mempromosikan semua jasa layanan yang dimilikinya kepada pelanggan, misalnya melalui: (a) website/it; (b) sharing pengalaman melalui brosur/proposal. 5. Revenue stream, menggambarkan sumber penerimaan (pendapatan) RS PTN UNSRAT, yang dapat diperoleh melalui: (a) alokasi dana Availability Payment (AP) untuk pembangunan dan pemeliharaan gedung, pengadaan dan pemeliharaan alat medis (se lisih pembayaran Pinjaman Jangka Panjangpendapatan tarif RS); (b) Jasa layanan kesehatan RS; (c) Jasa layanan Penunjang medik ( laboratorium/farmasi/ USG/MRI/CT Scan); (d ) jasa pendidikan/riset; (f) jasa ambulan; (g) jasa RS lainnya (non core). 6. Key Partners, menggambarkan siapa saja mitra bisnis utama RS PTN UNSRAT, misalnya: (a) Kemenristek DIKTI untuk mendapatkan alokasi pendanaan dalam membiayai investasi/operasional RS; (b) Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan penilaian/akreditasi RS; (c) Kementeria n Keuangan untuk mendapatkan pembayaran investasi metoda AP; (d) Fakultas Kedokteran UNSRAT untuk menyiapkan tenaga medis dan mahasiswa Co As; (e) BUP sebagai mitra pelaksana operasional/pemeliharaan RS; (f) Kontraktor sebagai perusahaan yang mengadakan gedung dan peralatan medis RS; (g) Supplier sebagai perusahaan yang mengadakan bahan/material kesehatan sesuai kebutuhan operasional RS. 7. Key Activities, merupakan kegiatan utama dan pendukung pelaksanaan kegiatan rumah sakit, misalnya: (a) penyusunan jadwal dan kegiatan RS; (b) pelaksanaan proses pelayanan medis kepada pasien; (c) proses elayanan keperawatan; (d) proses operasionalsasi kegiatan RS; (e) proses pemeliharaan sarana/prasarana RS. 8. Key Resources, yang meliputi seluruh sumber daya yang digunakan oleh RS, seperti: (a) penyiapan lahan dan perizinan; (b) penyiapan perlatan dan kendaraan; (c) penyiapan sarana pendukung RS antara lain listrik, teknologi/it, telepon dan air; (d) penyiapan SDM RS baik tenaga kesehatan maupun enaga umum; (e) penyiapan bahan/material medis kesehatan dan non medis lainnya. 9. Cost Structure, merupakan rangkaian dari seluruh kegiatan utama dan pendukung yang berakhir dengan timbulnya biaya, yang meliputi: (a) biaya tenaga medis dan non medis; (b) biaya penggunaan bahan/material/obat untuk keperluan RS; (c) biaya operasional penyelenggaraan RS; (d) biaya pemeliharaan RS; (e) biaya bunga pinjaman jangka panjang (gedung dan peralatan medis) RS; (f) biaya penyusutan gedung dan peralatan medis RS; (g) biaya-biaya sumber daya lainnya (listrik, IT, telepon, air). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-3

215 4.2 Analisa Permintaan Analisa permintaan didasarkan atas kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan rawat inap di rumah sakit yang ditandai dengan ketersediaan tempat tidur sesuai dengan rasio ideal 1 TT:1.000 penduduk. Meskipun secara statistik rasio tersebut sudah terpenuhi baik di Provinsi Sulawesi Utara maupun di Kota Manado namun distribusinya tidak merata serta perhitungan jumlah penduduk berdasarkan jumlah penduduk pada masing-masing wilayah. Untuk kecamatan Malalayang rasio ini jauh melampaui angka ideal akibat kontribusi RSUPN Kandou, sementara cakupan penduduk yang dilayani oleh RSUPN Kandou tidak terbatas pada masyarakat Kecamatan Malalayang, tetapi juga mencakup wilayah lain termasuk wilayah di luar Provinsi Sulawesi Utara. Jika perhitungan jumlah penduduk yang dilayani megikutsertakan jumlah penduduk Kecamatan/Kota yang berada di sekitar atau dekat Kota Manado maka rasio 1 TT: 1000 penduduk belum terpenuhi. Berdasarkan informasi Kota Manado masih kekurangan ±700 tempat tidur. Selain itu keberadaan rumah sakit juga diperlukan bagi proses pendidikan profesi bagi dokter umum sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Saat ini rumah sakit yang menjadi tempat belajar bagi pembelajaran klinik adalah RSUPN Kandou yang merupakan Rumah Sakit Kelas A dan merupakan rumah sakit rujukan tersier yang menangani kasus-kasus rujukan subspesialistik sehingga hal tersebut akan menyulitkan bagi peserta didik program profesi dokter (Co -ass) dalam mendapatkan kasus yang sesuai dengan kompetensinya. Tabel 4.1 Perbandingan Kebutuhan dan Kesediaan Jumlah Tempat Tidur yang tersedia di Kota Manado dan Provinsi SULUT Sulawesi Utara Kota Manado Kebutuhan TT sesuai Standar TT yang tersedia Kebutuhan TT sesuai Standar TT yang tersedia Jumlah Tempat Tidur Sumber: Kota Manado dalam Angka 2016, diolah. Jumlah Kebutuhan Dokter Umum dan Dokter Spesialis di Provinsi Sulut dan Kota Manado sudah memenuhi. Tabel 4.2 Perbandingan jumlah Dokter dan Dokter Spesialis di Kota Manado dan Provinsi SULUT Sulawesi Utara Kota Manado Jenis Kesehatan Tenaga Kebutuhan Sesuai Standar Existing Kebutuhan Sesuai Standar Existing Dokter Umum Dokter Spesialis Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-4

216 Gambar 4.3 Jumlah TT terhadap Jumlah Penduduk Sebagai catatan: Jumlah TT yang tersedia di Malalayang cukup banyak adalah di RSU Kandou, namun RS ini sudah menjadi RS type/kelas A (rujukan Nasional), sehingga pelayanannya tidak terbatas pada masyarakat di kota Manado dan provinsi Sulawesi Utara, tetapi meliputi wilayah Indonesia bagian Timur; Jika dibandingkan terhadap jumlah penduduk yang harus dilayani, sesuai catchment area standard dari WHO, di kecamatan Malalayang masih dibawah rasio WHO yaitu 0,6 TT per 1000 penduduk, maka kekurangannya adalah sebesar 0,3 TT/500 penduduk atau kurang 605 TT. Real Demand Survey Survey kebutuhan rumah sakit dilakukan terhadap data sekunder dan wawancara dengan Pimpinan Fakultas Kedokteran UNSRAT (Dekan, Wakil Dekan I dan Wakil DekanII). Konsultan tidak melakukan real demand survey untuk menentukan kebutuhan jumlah rumah sakit dan kelengkapan pelayanannya kepada masyarakat sekitar, namun mengacu pada kebutuhan real di kota Manado, dimana tingkat pertumbuhan jumlah pasien yang rata-rata meningkat selama kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir dan sejalan dengan jumlah pertumbuhan penduduk selama 4 (empat) tahun terakhir. Sebagai perbandingan RSUP Prof. dr. R.D. Kandou yang memiliki 745 TT dan merupakan rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan pelayanan kesehatan Provinsi Sulawesi Utara dan Indonesia Timur. Pada tanggal 26 Juni 2007 RSUP Prof. dr. R.D. Kandou Manado ditetapkan sebagai instansi yang merupakan PPK-BLU dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 756/Menkes/SK/VI/2007 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 272/Keu pada tanggal 21 Juni Dengan kata lain, RS ini harus dapat membiayai diri sendiri. Sejak tahun 2015 berbagai upaya dan perjuangan berbagai pihak, Pemerintah Pusat kemudian memberikan status sebagai RS tipe A sebagai RS Rujukan Nasional. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-5

217 Berikut data pembanding untuk RSUP Kandou di kota Manado periode (sumber: Rencana Strategik RSUP Kandou ,diolah): Tabel 4.3 Data Pembanding, RSUP Kandou-Manado, type B NO KETERANGAN Pasien - Rawat Jalan - Rawat Inap - Jumlah Hari Rawat Kunjungan Rawat Darurat Indikator Pelayanan - Rata-rata BOR 85% 80,41% 86,16% 84,67% - Rata-rata LOS 9 hari 6,8 hari 5 hari 5 hari 3 Instalasi Rawat Intensif - ICU ICCU NICU Haemodialisa Operasi Bedah Sentral Pelayanan (jumlah) Resep Pendapatan (juta) - Rawat Jalan n/a n/a Rp Rp Rawat Inap n/a n/a Rp Rp Usaha Penunjang lainnya n/a n/a Rp Rp Total Pendapatan Rp Rp APBN - APBN Murni Rp Rp APBN Investasi Rp Total Pendapatan Rp Rp Beban (juta) - beban Layanan Rp Rp Beban Umum & Adm Rp Rp Beban lainnya Rp 92 Total Beban Rp Rp Surplus/(Defisit) Rp Rp Sumber: Rencana Strategik BLU RSUP Kandou , diolah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-6

218 Untuk mendukung RS PTN UNSRAT sebagai teaching hospital, berikut disampaikan, jumlah mahasiwa dan dosen di UNSRAT periode 2010 sd (sumber BPS Kota Manado, 2015, diolah): Tabel 4.4 Jumlah Mahasiswa Fak Kedokteran dan Rasio Dosen Mahasiwa UNSRAT NO KETERANGAN Kedokteran Pend. Dokter Spesialis Kesehatan Masyarakat Teknik Ekonomi Hukum Lainnya Total Mahasiswa Dosen Fak. Kedokteran Total Dosen Rasio Mahasiswa Dosen - Fak Kedokteran 6,8% 6,4% 6,5% 8,1% 9,4% - Total UNSRAT 9,5% 9,0% 7,7% 7,3% 6,7% Sumber: BPS Kota Manado, UNSRAT, 2015, diolah Mengacu pada peningkatan jumlah penduduk yang bertumbuh sebesar 1,23% per tahun di provinsi Sulawesi Utara dan semakin bertumbuhnya jumlah Rumah Sakit di kota Manado dan sekitarnya memberi peluang positif bagi investor untuk dapat meningkatkan perannya. Jumlah tempat tidur yang tersedia di kota Manado dibanding provinsi masih kurang, hal ini sesuai dengan pertumbuhan rasio jumlah penduduk dan jumlah tempat tidur bagi pasien sesuai standar yang ditetapkan oleh Pemenkes. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk di provinsi Sulawesi Utara, selama 4 (empat) tahun terakhir sebesar 1,23 yang akan dipergunakan dalam perhitungan jumlah pasien sebagai berikut : Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sulawesi Utara Kabupaten/Kota Bolaang Mongondow Minahasa Kep.Sangihe Talaud Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-7

219 Kabupaten/Kota Bolaang Mongondow Utara Kep.Siau Tagulandang Biaro Minahasa Tenggara Bolaang Mongondow Selatan Bolaang Mongondow Timur Kota Manado Kota Bitung Kota Tomohon Kota Kotamobagu JUMLAH Sumber: Manado dalam Angka 2015, diolah 4.3 Analisa Pasar Konsultasi Publik dan Market Sounding 1. Konsultansi Publik Konsultansi publik dilaksanakan di kota Manado pada tanggal 17 Desember 2016, dalam proses konsultansi publik tersebut yang dihadiri oleh 49 orang wakil dari masyarakat dan stakeholder. Gambar 4.4 Dokumentasi Konsultasi Publik RSPTN Resume Hasil Konsultasi Publik: a. Kelas Rumah Sakit: Masukan dari Ditjen Pelayanan Kesehatan, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan: Karena RSPTN Unsrat dimaksudkan sebagai wahana pendidikan profesi bagi peserta pendidikan profesi dokter dan dokter gigi (juga bagi tenaga kesehatan lainnya) maka sebaiknya Kelas RSPTN adalah Rumah Sakit Umum Kelas B dan disiapkan untuk menjadi Teaching Hospital. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-8

220 Berdasarkan Undang-Undang No. 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit, bahwa kelas Rumah Sakit Pendidikan minimal kelas Type B; Masukan dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara: Kota Manado masih kekurangan rumah sakit umum kelas B, saat ini Kota Manado hanya memiliki 1 RS Kelas B, selain itu dengan adanya program JKN dan Sistem Rujukan Berjenjang keberadaan RS Umum Kelas B sangat diperlukan sehingga perlu penambahan RS dengan klasifikasi Rumah Sakit Umum, tipe Kelas B. Kesimpulan: RSPTN Unsrat diharapkan adalah Rumah Sakit Umum Kelas B b. Percepatan Penyelesaian Pembangunan RSPTN. Masukan dari Dekan Fakultas Kedokteran Unsrat Penyelesaian bangunan RSPTN Unsrat diperlukan sebagai sarana pendidikan bagi profesi kedokteran yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan dokter; Masukan dari masyarakat Kecamatan Malalayang: Pembangunan RSPTN agar segera dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas Pelayanan Kesehatan c. Isu Dampak Lingkungan: Limbah rumah Sakit Masyarakat sekitar Kecamatan Malalayang (sekitar lokasi RSPTN Unsrat) Perlu memperhatikan aspek lingkungan dan sosial setelah RSPTN Unsrat beroperasi karena RSPTN Unsrat berada dalam lingkungan perumahan. Perlu memperhatikan aksesibilitas ke/dari RSPTN Unsrat yang terbuka selama 24 jam, karena lokasi Rumah Sakit berada di lingkungan Unsrat; 2. Market Sounding Market Sounding dilaksanakan di kota Jakarta pada tanggal 28 Desember 2016, dihadiri oleh stakeholder dan 11 calon investor yang sudah berpengalaman dalam bisnis perumahsakitan (pembangunan dan operasional RS) dan pengadaan Alat Kesehatan dan Bahan Farmasi. Acara dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof dr Ali Gufron Mukti. MSc.,PhD. Kegiatan Market sounding dilakukan dengan cara diskusi umum (pemaparan dari nara sumber) dan one on one meeting. Dari kegiatan Market sounding didapatkan pernyataan minat dari 7 (tujuh) calon investor. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-9

221 Gambar 4.5 Dokumentasi Market Sounding RSPTN Resume Hasil Market Sounding dan One on One Meeting : a. Jaminan atas struktur bangunan gedung RS yang sudah dibangun sejak tahun Pada bulan November 2016 telah dilakukan audit oleh BPKP dan PU untuk menilai bangunan RS. Beberapa uji telah dilakukan antara lain: Hammer test: untuk menguji kekuatan beton yang dilakukan di plat, kolom, balok. Hasil audit: layak Theodolit test untuk mengukur kemiringan/kelurusan/kerataan muka tanah, untuk melihat kelurusan tiang. Hasil audit: Layak Hasil Audit Dinas PU Prov Sulut menunjukkan bahwa gedung layak diteruskan secara teknis. (Prof. Dr. Ir Sangkertadi, DEA. Warek IV Universitas Sam Ratulangi). b. Metode Pembayaran dan Risiko pembayaran cicilan kepada Badan Usaha terkait pendapatan operasional rumah sakit KPBU sudah memperhitungkan metoda pembayaran AP selama 20 tahun. Saat ini investasi untuk RSPTN Unsrat seperti yang sudah diperhitungkan, masih ada 23 Univ lainnya yang menunggu, UNSRAT merupakan pilot project. ( Drs Sri Bagus Guritno, Ak, MSc, CA, Bappenas). Badan Usaha tetap akan menerima pembayaran cicilan sesuai yang telah disepakati. Badan usaha tidak terpengaruh oleh pendapatan RS karena adanya penjaminan dari PT PII. c. Jaminan terhadap nilai IRR Terkait keuangan, khususnya IRR, saat ini dokumen Pra FS (OBC) sudah dihitung dengan tingkat IRR 15%, dengan catatan sudah termasuk bantuan operasional 3 tahun sebesar Rp. 25 miliar per tahun dan 40% dari biaya tenaga kerja (PNS). Namun kajian ini akan dilengkapi dalam dokumen FBC, sehingga nilai IRR mungkin saja akan bergerak lagi karena adanya perubahan berdasarkan kajian keuangan yang lebih dalam dan akurat. Tingkat IRR tidak dijamin, justrru investor Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-10

222 harus mampu memberikan nilai tambah yang terbaik untuk memenangkan kompetisi. d. Dukungan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII). PT. PII akan mendukung proyek ini karena terdapat 10 Kunci keberhasilan KPBU RSPTN Unsrat Komitmen PJPK, solusi mengatasi keterbatas APBN (24 Univ), Berbagai hal dan upaya teknis PJPK; Komitmen Rektor Sudah ada success story KPBU, dan regulasi sektor kesehatan Aspek teknis, bisa menjadi dasar untuk meneruskan proyek dan batasan risiko Komersial dan finansial 15% Equity IRR, akan daikaji lebih jauh Enviroment dan social impact akan dikaji ulang Lahan -> sudah ada dan tersedia, untuk RS 2.4 Ha dari seluruh 24 Ha di UNSRAT; Good governance Swasta harus proaktif; Aspek waktu, dengan dukungan Kemenkeu, optimis bisa close sehingga jadi benchmark teaching hospital. e. AMDAL. Amdal RSPTN sudah pernah disusun oleh Universitas Sam Ratulangi, namun sesuai dengan rekomendasi perlu dilakukan AMDAL ulang. f. Proses Perijinan Rumah Sakit. Perijinan rumah sakit, terdiri dari 2 (dua) yaitu Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Operasional RS. Sebagai rumah sakit Kelas B maka proses perijinan berada di Provinsi, Dinkes hanya memberikan rekomendasi (sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS). Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-11

223 4.3.3 Pemetaan dan Preferensi Peserta PreMarket Sounding (PMS) Berdasarkan hasil PMS dapat di petakan karateristik dan preferensi peserta PMS, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.6 Karakteristik Peserta PreMarket Sounding RSPTN UNSRAT NO NAMA PERUSAHAAN GROUP JENIS PERUSAHAAN BUMN SWASTA INVESTOR PENGEMBANG JENIS USAHA/BISNIS MANAJEMEN RS PERALATAN MEDIS RS 1 PT. PPP Indonesia 2 Hermina Grup 3 PT. RNI 4 Indofarma 5 PT. Adhkarya 6 Bakrie Global Unit bisnis dari Bakrie Grup 7 Bakrie Land Development Unit bisnis dari Bakrie Grup 8 Siloam Hospital Tabel 4.7 Preferensi/keinginan Calon Investor Peserta Calon PreMarket Sounding (PMS) terhadap Proyek KPBU RSPTN UNSRAT NO NAMA PERUSAHAAN Tambah Lahan Tambah Bisnis Tingkat Keuntungan (EIRR)) (dalam dok PMS tertulis 15,05%) Jk Waktu KPBU dapat ditambah (dalam dok PMS tertulis 20 tahun) Jk Waktu Pengembalian Modal 7 tahun (dalam dok PMS tertulis 7,18 tahun) Desain Bangunan/DED yang sudah ada tidak mengikat 1 PT. PPP Indonesia 2 Hermina Grup 3 PT. RNI 4 Indofarma 5 PT. Adhkarya 6 Bakrie Global 7 Bakrie Development Land 8 Siloam Hospital Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-12

224 Berdasarkan hasil PMS, terdapat 8 (delapan) calon investor yang berminat terhadap Proyek KPBU RSPTN Unsrat. Para investor berminat karena EIRR yang cukup menarik, yaitu 15,05% untuk rumah sakit dengan Type B. Calon investor juga meminta kepastian terhadap jaminan EIRR, dan mengusulkan agar desain teknis proyek KPBU dapat berubah Tanggapan dan penilaian calon investor terhadap kelayakan, risiko dan dukungan dan atau jaminan pemerintah untuk KPBU 1. Kelayakan Proyek Hasil analisa keuangan RS PTN UNSRAT type B, menunjukkan angka equity IRR sebesar 15%. Hal ini bisa terjaga apabila ada dukungan pemerintah dalam ikut membiayai operasional RS PTN selama 3 tahun sebesar Rp. 25 miliar per tahun, dan dukungan sekitar 40% dari total biaya pegawai yang merupakan PNS selama perode kerjasama. 2. Risiko Proyek PT PII akan mendukung proyek ini, namun ada 10 Kunci keberhasilan KPBU RSPTN UNSRAT, diantaranya adalah: Komitmen PJPK, solusi mengatasi keterbatasan APBN di 24 Universitas lainnya yang sedang menunggu, Berbagai hal dan upaya teknis PJPK telah dilakukan, seperti: - Komitmen Rektor - Sudah ada success story KPBU, dan regulasi sektor kesehatan - Aspek teknis, bisa menjadi dasar untuk meneruskan proyek dan batasan risiko - Komersial dan finansial, tingkat 15% Equity IRR, akan dikaji lebih jauh dalam proses pembuatan FBC - Enviroment dan social impact juga akan dikaji ulangl - Lahan sudah tersedia, untuk RS 2,4 Ha dari seluruh total wilayah 24 Ha UNSRAT; - Good governance Swasta harus proaktif; Aspek waktu, dengan dukungan Kemenkeu, optimis transaksi ini bisa close sehingga jadi benchmark teching hospital lainnya. 3. Jaminan Pemerintah Jamin pemerintah adalah menggunakan metoda pembayaran AP (ada kepastian pembayaran), tidak ada profit sharing, karena sudah dijamin sejak kontrak KPBU dan dalam unsur pembayaran AP termasuk CAPEX, OPEX dan ROI swasta Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-13

225 Dalam perhitungan ini juga sudah dimasukkan interest sebesar 12% p.a., apabila investor mendapatkan dibawah angka tersebut berarti akan dapat lebih menghemat biaya Pengumpulan tanggapan dan penilaian lembaga keuangaan nasional/internasional mengenai potensi pemberian pinjaman Konsultan melakukan diskusi dengan lembaga perbankan yaitu CIMB Niaga Syariah, Mandiri, dan BNI terkait dengan kelayakan proyek secara perbankan ( project bankability), khususnya sehubungan dengan pinjaman perbankan dan struktur proyek. Hasil diskusi tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Skema BOT atau AP cukup menarik bagi perbankan, selama mitigasi atas risiko proyek memiliki langkah yang jelas. 2. Penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia akan memberikan keyakinan lebih bagi perbankan dalam memberikan pinjaman. Jenis risiko yang diharapkan dapat dijamin diantaranya risiko politik dan regulasi, risiko tarif dan penyesuaiannya, risiko pembayaran AP dan penyesuaiannya (jika skema AP), dan risiko demand jika dimungkinkan. 3. Pinjaman perbankan nasional dalam bentuk rupiah, baik konvensional maupun syariah, memiliki bunga di sekitar 12%. Tingkat suku bunga dapat lebih kecil selama mendapat persetujuan Dewan Direksi. Akan tetapi penurunan tersebut tidak akan menurunkan hingga 11%, biasa disekitar 11,75%. Tingkat suku bunga kredit sangat tergantung dengan suku bunga Bank Indonesia (SBI). 4. Biaya adminstrasi finansial sekitar 1% atau lebih kecil dari nilai pinjaman. 5. Proyek disukai jika memiliki masa payback period di bawah 7 tahun. 6. Tenor sekitar tahun. Masa grace period bisa selama konstruksi. 7. Tingkat FIRR sekitar 15% cukup menarik bagi swasta. 8. Jika pinjaman kepada Lembaga non perbankan yang diperoleh melalui bantuan Private Equity, biasanya dikenakan biaya administrasi finansial hingga 3% dari nilai pinjaman Strategi mengurangi risiko pasar dan meningkatkan persaingan dalam KPBU 1. Dalam perhitungan di OBC menggunakan skenario pesimis, dimana jumlah pasien hanya sekitar pasien per tahun dan kenaikan atau growth sebesar 1,23% sesuai pertumbuhan jumlah penduduk di kota Manado; 2. Untuk perhitungan RS type B, rasio perbandingan pasien Umum dan JKN (10%:90%); 3. Strategi pemenangan pasar, menggunakan tarif RS umum yang berlaku di kota Manado dan untuk pasien JKN menggunakan tarif sesuai Permenkes 64 tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 tahun 2016 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-14

226 4. Strategi lainnya adalah kenaikan tarif rumah sakit dilakukan 2 tahun sekali sebesar 2 x tingkat inflasi yang berlaku, dalam analisis keuangan OBC ini adalah sebesar 9%; Penilaian struktur pasar untuk meningkatkan tingkat kompetisi Jumlah seluruh pasien per tahun diperkirakan sebesar 24% untuk type B dan 16% untuk type C, dari jumlah penduduk di kota Manado. Jumlah ini akan semakin meningkat sesuai pertumbuhan jumlah penduduk. 1) Struktur pasar RS PTN UNSRAT dibagi kedalam 2 kelas, yaitu: a. Pasien Umum, diasumsikan sebesar 10% b. Pasien JKN, diasumsikan sebesar 90% 2) Pasien umum dikenakan tarif normal dan dapat menggunakan kelas sampai level VVIP; 3) Tarif pasien JKN sesuai dengan Permenkes No 64 tahun 2016 tentang Perubahan atas Permenkes No 52 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Perhitungan keseimbangan antara biaya dan pendapatan KPBU (FCR) Dengan menggunakan pendekatan Net Present Value, atas seluruh rencana pendapatan (pendapatan tarif pasien umum dan JKN, penerimaan mahiswa UKT, dan pendapatan non core business). Sedangkan dari sisi rencana biaya meliputi capex, opex dan interest. Berdasarkan perhitungan tersebut selanjutnya dibandingkan antara pendapatan dan biaya untuk mengetahui keseimbangannya dan memastikan kebutuhan dukungan pemerintah. Berikut disampaikan hasil perhitungan rumah sakit Kelas B: Tabel 4.8 Perhitungan Keseimbangan Antara Biaya dan Pendaptan KPBU RSPTN Unsrat Type B PENDAPATAN Jasaa Pelayanan RS Pasien Umum NPV (JUTA RP) Capex Capex+Opex+Interest NPV (JUTA RP) Jasa Pelayanan RS Pasien JKN Opex_langsung Pendapatan Mahasiswa UKT Opex Tak Langsung Bantuan Operasional dan SDM Interest Pendapatan Lain-lain (Non Core) NPV Capex+Opex NPV Pendapatan Total Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-15

227 NPV Pendapatan NPV Capex NPV Non Core NPV Opex Total Pendapatan NPV ,4% Total NPV Biaya VGF Type B 0,6% Identifikasi pembayaran tarif awal, mekanisme penyesuaian tarif, dan indeksasinya Tarif awal rumah sakit type B, adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Tarif Visit Rumah Sakit Type B TARIF VISIT UMUM JKN SVIP/VVIP Rp VIP Rp Kelas 1 Rp kelas 2 Rp Kelas 3 Rp Isolasi Rp NICU/PICU Rp ICU Rp Rp Rp Rp Tabel 4.10 Tarif Kamar Rumah Sakit Type B TARIF KAMAR UMUM JKN SVIP/VVIP Rp VIP Rp Kelas 1 Rp kelas 2 Rp Kelas 3 Rp Isolasi Rp NICU/PICU Rp ICU Rp Rp Rp Rp Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-16

228 Tabel 4.11 Tarif Rawat Jalan Rumah Sakit Type B TARIF RAWAT JALAN UMUM JKN 1. Tarif Poli Rp Rp Tarif HD Rp Rp Tarif UGD Rp Rp Tabel 4.12 Tarif Pengambilan Resep Rumah Sakit Type B Rata-rata Nilai Pengambilan Resep Umum JKN SVIP+VIP+Isolasi+NICU/PICU+ICU Rp Kelas 1 Rp Rp Kelas 2 Rp Rp Kelas 3 Rp Rp Rawat Jalan Rp Rp Rata-rata pengambillan Resep-R. Inap 40% 60% Tabel 4.13 Tarif Laboratorium & Radiologi Rumah Sakit Type B Laboratorium Nilai a. R. Jalan Umum Rp b. R. Jalan JKN Rp c. R. Inap-Pasien UMUM Rp d. R. Inap-Pasien JKN Rp Radiologi-UMUM Nilai a. R. Jalan Rp b. R. Inap Rp c. USG Rp d. Endoscopy Rp e. CT Scan Rp f. MRI Rp Radiologi-JKN Nilai a. R. Jalan Rp b. R. Inap Rp c. USG Rp d. Endoscopy Rp e. CT Scan Rp f. MRI Rp Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-17

229 Tabel 4.14 Tarif Tindakan Operasi Rumah Sakit Type B Tindakan Operasi T.P. UMUM T.P. JKN a. Operasi Kecil Rp Rp b. Operasi Sedang Rp Rp c. Operasi Besar Rp Rp Tabel 4.15 Tarif Persalinan Partus Normal Rumah Sakit Type B Tarif Persalinan Partus Normal UMUM JKN VIP Rp Normal Paket 1 Rp Rp Normal Paket 2 Rp Rp Tabel 4.16 Tarif Persalinan Section Caesaria Rumah Sakit Type B Tarif Persalinan Section Caesaria UMUM JKN VIP Rp Normal Paket 1 Rp Rp Normal Paket 2 Rp Rp Identifikasi dampak terhadap pendapatan dalam hal : 1. Kenaikan Biaya KPBU Apabila terjadi kenaikan biaya kerjasama (KPBU), karena adanya peningkatan komponen biaya pemeliharaan gedung, biaya pemeliharaan elektrikal dan mekanikal, dan/ kenaikan biaya pemeliharaan peralatan medis, maka akan berdampak pada perubahan nilai dukungan pemerintah yang diperlukan (VGF), ekuitas IRR dan jangka waktu pengembalian investasi (payback periode). Type B: o Per tahun 35% jumlah penduduk kota Manado yang berobat ke RS PTN o Skenario pesimis, 80% dari asumsi yang betul-betul datang ke RS PTN Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-18

230 Tabel 4.17 Kenaikan Biaya KPBU Kondisi Normal Biaya Naik 10% Biaya Naik 15% Biaya Naik 20% VGF - 1,0% 1,2% 1,4% Equity IRR, 25 tahun 15,05% 14,63% 14,43% 14,22% Payback Period 7,18 7,12 7,09 7,06 2. Pembangunan KPBU selesai lebih awal Tidak berpengaruh terhadap aspek keuangan, karena masa pembangunan hanya diperkirakan selama (maksimum) dua tahun, seluruh biaya sudah memperhitungkan batasan waktu tersebut mengingat sudah ada bangunan rumah sakit sebelumnya. Namun demikian, hal ini akan berpengaruh pada persiapan aspek sumber daya manusia (SDM), karena BLU RS PTN UNSRAT harus melakukan proses asesmen terlebih dahulu sebelum rumah sakit dapat beroperasi. 3. Pengembalian KPBU melebihi tingkat maksimum yang ditentukan Masa pengembalian sesuai dengan KPBU telah memperhitungkan jangka waktu kerjasama yang paling ideal, apabila equity IRR lebih besar dari tingkat Cost of Equity (WACC + interest), minimal sebesar 13,96%. Berdasarkan hasil analisa keuangan, untuk pembangunan rumah sakit type B diperkirakan membutuhkan waktu kerjasama minimal 20 tahun. Terkecuali apabila ada peningkatan yang luar biasa atas biaya KPBU. Jika diperhatikan pada butir a diatas, proyek KPBU RS PTN UNSRAT type B memiliki fleksibilitas ekuitas IRR sampai dengan batas kenaikan 20% Analisa Struktur Pendapatan KPBU 1. Analisa Struktur Pendapatan Berdasarkan hasil pertemuan dengan Tim KPBU RS Pendidikan UNSRAT, diperoleh informasi bahwa saat ini jumlah pasien di kota Manado terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan kegiatan masyarakat. Hal ini ditandai dengan semakin bertumbuhnya jumlah wisatawan, jumlah hotel dan perdagangan. Kondisi ini pada akhirnya menciptakan perubahan kegiatan kemasyarakatan, termasuk usaha untuk menjadi hidup lebih sehat. Kondisi-kondisi ini pada akhirnya menciptkan peluang bagi usaha di bidang kesehatan. Sehingga beberapa rumah sakit swasta mulai beroperasi di kota Manado. Kondisi lainnya, dengan meningkatnya peran RSU Kandou menjadi RS tipe A (rujukan di Provinsi Sulawesi Utara), maka sebagian besar pasien Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-19

231 berpindah ke RS Swasta dan RSUD di tingkat Kabupaten/Kota, namun hal ini di lapangan menjadi peluang bagi RS Pendidikan UNSRAT. Beberapa bahan yang diperoleh konsultanselama 2 (dua) kali kunjungan, terkait rencana pendapatan RS Pendidikan UNSRAT, dapat bersumber dari: a. Pendapatan Operasional (Operating Revenue) Pendapatan Rawat Jalan Pendapatan Rawat Inap Pendapatan Tindakan Medis Pendapatan Unit Penunjang: Farmasi, Radiologi, Laboratorium, Fisioterapi Pendapatan dari pelayanan jasa Pasien Pendapatan Sewa Ambulan. b. Pendapatan Non Operasional (Non Operating Revenue) Pendapat sewa lahan parkir Pendapat sewa ruang perdagangan (tempat untuk ATM, Kantor Bank, Kantin/Café, Toko kecil/swalayan, dll) c. Pendapatan sebagai Lahan Pendidikan dan Penelitian (kerjasama) Tenaga Medis/Kesehatan Berikut disampaikan rincian pendapatan RS PTN UNSRAT apabila dibangun sesuai standar kelas rumah sakit type B: Pendapatan Rawat Jalan (RAJAL) Struktur pendapatan RAJAL diperkirakan akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan penduduk di kota Manado. Asumsi yang dibuat mengacu pada rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk selama 5 (lima) tahun terakhir yanitu sebesar 1,23, namun angka akan menurun di setiap lima tahun ketiga menjadi 1,17% dan kemudian turun lagi menjadi 1,08% (lihat Tabel 4.19) Tabel 4.18 Pertumbuhan jumlah penduduk dan masyarakat Keterangan Pertumbuhan penduduk 1,23% 1,23% 1,17% 1,08% 1,08% 1,08% Total Penduduk Masyarakat yg menjadi pasien RSP PTN Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-20

232 Jumlah pasien RAJAL per tahun diperkirakan sebesar 35% dari jumlah penduduk kota Manado dan dengan skenario pesimis maka angka ini kemudian dikalikan lagi dengan faktor sebesar 80%. Total Pasien RAJAL tersebut kemudian diproyeksi rata-rata per tahun berdasarkan jenis penyakit di kota Manado atau sesuai jenis pelayanan rawat jalan/poliklinik spesialis. Tabel 4.20 berikut menggambarkan total pasien RAJAL periode 5 tahunan, selama masa KPBU. Tabel 4.19 Rata-rata Jumlah Pasien RAJAL per Poliklinik periode 5 tahunan TAHUN JUMLAH PASIEN Poli Internis Poli Obygin Poli Bedah Poli Anak Poli Mata Poli THT Poli Saraf Poli Jantung Poli Paru Poli Kulit dan Kelamin Poli Rehabilitasi Medis Poli Psikiatri Poli Ortopedi Poli gigi Poli Bedah Mulut Poli Bedah Anak Kunjungan Hemodialisa Pendapatan Pasien RAJAL Sesuai skenario bahwa jumlah pasien RAJAL Umum diperkirakan sebanyak 10% dan dikalikan dengan tarif per pasien seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat diperoleh Pendapatan RAJAL Pasien Umum sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-21

233 Tabel 4.20 Rincian Pendapatan Pasien RAJAL Umum, periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Poli Internis Poli Obsgin Poli Bedah Poli Anak Poli Mata Poli THT Poli Saraf Poli Jantung Poli Paru Poli Kulit dan Kelamin 11.Poli Rehabilitasi Medis Poli Psikiatri Poli Ortopedi Poli gigi Poli Mulut 16.Poli Anak Bedah Bedah SUB TOTAL Kunj.HD- UMUM PEND. UMUM RAJAL Sesuai skenario bahwa jumlah pasien RAJAL JKN diperkirakan sebanyak 90% dan dikalikan dengan tarif per pasien seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka dapat diperoleh Pendapatan RAJAL Pasien JKN sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-22

234 Tabel 4.21 Rincian Pendapatan Pasien RAJAL JKN, periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Poli Internis Poli Obsgin Poli Bedah Poli Anak Poli Mata Poli THT Poli Saraf Poli Jantung Poli Paru Poli Kulit dan Kelamin 11.Poli Rehabilitasi Medis 12.Poli Psikiatri 13.Poli Ortopedi Poli gigi Poli Bedah Mulut 16.Poli Bedah Anak SUB TOTAL Kunj.HD- JKN PEND. RAJAL- JKN Pendapatan Instalasi Farmasi Dengan asumsi 40% pasien RAJAL Umum menebus obat di RS PTN, dan dengan asumsi per resep yang akan ditebus sebesar Rp di tahun pertama dan jasa farmasi sebesar 30%, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi farmasi sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-23

235 Tabel 4.22 Rincian Instalasi Farmasi Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Nilai Pengambilan Resep per Pasien-Umum Rata=2 Pasien menebus Resep Dokter Jumlah Pasien menebus Resep Dokter % Pendapatan Resep PENDAPATAN RESEP R. JALAN-UMUM Rp Rp Rp Rp Rp Rp % % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 60% pasien RAJAL JKN menebus obat di RS PTN, dan dengan asumsi per resep yang akan ditebus sebesar Rp di tahun pertama dan jasa farmasi sebesar 30%, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi farmasi sebagai berikut: Tabel 4.23 Rincian Instalasi Farmasi Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Nilai Pengambilan Resep per Pasien-Umum Rata=2 Pasien menebus Resep Dokter Jumlah Pasien menebus Resep Dokter % Pendapatan Resep PENDAPATAN RESEP R. JALAN-UMUM Rp Rp Rp Rp Rp Rp % % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Instalasi Laboratorium Dengan asumsi 5% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas jasa labororium di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi laboratorium sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-24

236 Jenis Pendapatan Tabel 4.24 Rincian Instalasi Laboratorium Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Prosentase Lab 5% Tarif per Lab Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pasien Yang Menggunakan Jasa Lab % Pendapatan Resep PENDAPATAN JASA LAB PASIEN UMUM % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 10% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa labororium di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi laboratorium sebagai berikut: Tabel 4.25 Rincian Instalasi Laboratorium Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Lab 10% Tarif per Lab Rp Pasien Yang Menggunakan Jasa Lab % Pendapatan Resep PENDAPATAN JASA LAB PASIEN JKN Rp Rp Rp Rp Rp % Rp Rp Rp Rp Rp R Pendapatan Instalasi Radiologi Dengan asumsi 5% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas jasa radiologi di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi radiologi sebagai berikut: Tabel 4.26 Rincian Instalasi Radiologi Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Radiologi Tarif per Keg Radiologi % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pasien Yang Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-25

237 Jenis Pendapatan Menggunakan Jasa Radiologi PENDAPATAN JASA RADIOLOGI PASIEN UMUM Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 10% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa radiologi di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan dari instalasi radiologi sebagai berikut: Tabel 4.27 Rincian Instalasi Radiologi Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Radiologi Tarif per Keg Radiologi Pasien Yang Menggunakan Jasa Radiologi PENDAPATAN JASA RADIOLOGI PASIEN JKN % 10% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Jasa USG Dengan asumsi 20% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas jasa USG di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan Jasa USG sebagai berikut: Tabel 4.28 Rincian Jasa USG Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Pasien-USG Tarif per Keg USG Pasien Yang Menggunakan Jasa USG PENDAPATAN JASA USG PASIEN UMUM % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-26

238 Dengan asumsi 30% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa USG di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan Jasa USG sebagai berikut: Tabel 4.29 Rincian Jasa USG Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Jasa USG Tarif per Keg USG Pasien Yang Menggunakan Jasa USG PENDAPATAN JASA USG PASIEN JKN % 10% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Jasa Endoscopy Dengan asumsi 2% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas jasa Endoscopy di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan Jasa Endoscopy sebagai berikut: Tabel 4.30 Rincian Jasa Endoscopy Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Pasien-USG Tarif per Keg Endoscopy Pasien Yang Menggunakan Endoscopy PENDAPATAN JASA USG PASIEN UMUM % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 6% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa Endoscopy di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun pertama, maka dapat dihitung penerimaan Jasa Endoscopy sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-27

239 Tabel 4.31 Rincian Jasa Endoscopy Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Endoscopyi Tarif per Keg Endoscopy Pasien Yang Menggunakan Jasa Endoscopy PENDAPATAN JASA ENDOSCOPY PASIEN JKN % 10% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Jasa CT Scan Dengan asumsi 2% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas jasa CT Scan di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun ketiga, maka dapat dihitung penerimaan Jasa CT Scan sebagai berikut: Tabel 4.32 Rincian Jasa CT Scan Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Pasien-CT Scan Tarif per Keg CT Scan Pasien Yang Menggunakan Jasa CT Scan PENDAPATAN JASA CT SCAN PASIEN UMUM % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 6% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa CT Scan di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun kedua, maka dapat dihitung penerimaan Jasa CT Scan sebagai berikut: Tabel 4.33 Rincian Jasa CT Scan Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase CT Scan 6% Tarif per Keg CT Scan Pasien Yang Menggunakan Jasa CT Scan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-28

240 Jenis Pendapatan PENDAPATAN JASA CT SCAN PASIEN JKN Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Jasa MRI Dengan asumsi 1% pasien RAJAL Umum menggunakan fasilitas MRI di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun ketiga, maka dapat dihitung penerimaan Jasa MRI sebagai berikut: Tabel 4.34 Rincian Jasa MRI Pasien RAJAL Umum periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase Pasien- MRI 1% Tarif per Keg MRI Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pasien Yang Menggunakan Jasa MRI PENDAPATAN JASA MRI PASIEN UMUM Rp Rp Rp Rp Rp Rp Dengan asumsi 3% pasien RAJAL JKN menggunakan fasilitas jasa MRI di RS PTN, dan dengan asumsi per pasien dikenakan tarif sebesar Rp pada tahun kedua, maka dapat dihitung penerimaan Jasa MRI sebagai berikut: Tabel 4.35 Rincian Jasa MRI Pasien RAJAL JKN periode 5 tahunan Jenis Pendapatan Prosentase MRI Pas Tarif per Keg MRI Pasien Yang Menggunakan Jasa MRI PENDAPATAN JASA MRI PASIEN JKN % Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendapatan Rawat Inap (RANAP) RS PTN Type B Proyeksi pendapatan rawat inap (ranap) RS PTN UNSRAT type B, dihitung berdasarkan beberapa asumsi, sperti jumlah tempat tidur, tingkat BOR, LOS dan proyeksi jumlah pasien. Berikut disampaikan tabel rencana dan proyeksi RS PTN type B RS PTN UNSRAT. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-29

241 Tabel 4.36 Rencana Jumlah Tempat Tidur Type B Hari Pelayanan SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU TOTAL TT Tabel 4.37 Rencana Bed Operating Rate (BOR) Type B SVIP/VVIP 40% 60% 70% 80% 80% 80% VIP 50% 70% 80% 85% 85% 85% Kelas 1 60% 80% 85% 85% 85% 85% kelas 2 60% 80% 85% 90% 90% 90% Kelas 3 60% 80% 85% 90% 90% 90% Isolasi 50% 60% 70% 80% 80% 80% NICU/PICU 50% 60% 80% 85% 85% 85% ICU 50% 60% 70% 80% 80% 80% Tabel 4.38 Rencana Length of Stay (LOS) Type B SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-30

242 Tabel 4.39 Proyeksi Jumlah Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU JUMLAH PASIEN UMUM Tabel 4.40 Proyeksi Jumlah Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Kelas Kelas Kelas JUMLAH PASIEN JKN Tabel 4.41 Proyeksi Jumlah Hari Perawatan Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU JUMLAH HP Pas Umum Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-31

243 Tabel 4.42 Proyeksi Jumlah Hari Perawatan Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Kelas Kelas Kelas JUMLAH PASIEN JKN Tabel 4.43 Rencana Tarif Visit Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU Tabel 4.44 Rencana Tarif Kamar Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-32

244 Tabel 4.45 Proyeksi Pendapatan Visit Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU JUMLAH Tabel 4.46 Proyeksi Pendapatan Kamar Pasien Umum RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) SVIP/VVIP VIP Kelas kelas Kelas Isolasi NICU/PICU ICU JUMLAH Tabel 4.47 Rencana Tarif Visit Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Kelas Kelas Kelas Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-33

245 Tabel 4.48 Rencana Tarif Kamar Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B Kelas Kelas Kelas Tabel 4.49 Proyeksi Pendapatan Visit Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Kelas Kelas Kelas JUMLAH Tabel 4.50 Proyeksi Pendapatan Kamar Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Kelas Kelas Kelas JUMLAH Tabel 4.51 Proyeksi Jumlah Pasien RS PTN UNSRAT Type B TOTAL PASIEN A. PASIEN UMUM SVIP+VIP+Isolasi+NICU/PICU+ICU Kelas Kelas Kelas Sub Total A Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-34

246 TOTAL PASIEN B. PASIEN JKN Kelas Kelas Kelas Sub Total B Tabel 4.52 Proyeksi Rata-rata Nilai Pengambilan Resep RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) TOTAL PASIEN A. PASIEN UMUM SVIP+VIP+Isolasi+ NICU/PICU+ICU Kelas Kelas Kelas B. PASIEN JKN Kelas Kelas Kelas Tabel 4.53 Proyeksi Pendapatan Instalasi Farmasi RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) TOTAL PASIEN A. PASIEN UMUM SVIP+VIP+Isolasi+ NICU/PICU+ICU Kelas Kelas Kelas Sub Total A Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-35

247 TOTAL PASIEN B. PASIEN JKN Kelas Kelas Kelas Sub Total B Tabel 4.54 Proyeksi Pendapatan Jasa Laboratorium RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) ProsenLab Pasien Umum 24% Tarif per Lab Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pasien Yang Menggunakan Jasa Lab PENDAPATAN JASA LAB P. UMUM Prosen Pasien JKN Lab 56% Tarif per Lab Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pasien Yang Menggunakan Jasa Lab PENDAPATAN JASA LAB P. JKN Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-36

248 Tabel 4.55 Proyeksi Pendapatan Jasa Radiologi RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) Prosen Rad Pasien Umum Tarif per keg Radiologi Pasien Yang Menggunakan Jasa Radiologi PENDAPATAN JASA RADIOLOGI P. UMUM 5% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Prosen Rad Pasien JKN Tarif per keg Radiologi Pasien Yang Menggunakan Jasa Radiologi PENDAPATAN JASA RADIOLOGI P. JKN 15% Rp Rp Rp Rp Rp Rp Tabel 4.56 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Operasi Kecil RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) A. PASIEN UMUM JT Operasi - Kecil JT Operasi - Sedang JT Operasi - Besar Tarif JT Operasi -Kecil Tarif JT Operasi -Sedang Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-37

249 A. PASIEN UMUM Tarif JT Operasi -Besar Rp Rp Rp Rp Rp Rp PENDAPATAN JASA JT Operasi_Kecil PENDAPATAN JASA JT Operasi_Sedang PENDAPATAN JASA JT Operasi_Besar Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Tabel 4.57 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Pactus Normal RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) A. PASIEN UMUM VIP Normal Paket Normal Paket Tarif VIP Tarif P Tarif P PENDAPATAN JASA PN VIP PENDAPATAN JASA PN P-1 PENDAPATAN JASA PN P Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-38

250 Tabel 4.58 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Secto Caeseria RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) A. PASIEN UMUM VIP Normal Paket Normal Paket Tarif VIP Tarif P Tarif P PENDAPATAN JASA SC VIP PENDAPATAN JASA SC P-1 PENDAPATAN JASA SC P Tabel 4.59 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Operasi Kecil RS PTN UNSRAT (dalam rupiah) B. PASIEN JKN JT Operasi - Kecil JT Operasi - Sedang JT Operasi - Besar Tarif JT Operasi - Kecil Tarif JT Operasi - Sedang Tarif JT Operasi - Besar PENDAPATAN JASA Operasi_Kecil JT PENDAPATAN JASA JT Operasi_Sedang PENDAPATAN JASA Operasi_Besar JT Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-39

251 Tabel 4.60 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Pactus Normal RS PTN UNSRAT Type B (dalam rupiah) B. PASIEN JKN VIP Normal Paket Normal Paket Tarif VIP Tarif P Tarif P PENDAPATAN JASA PN VIP PENDAPATAN JASA PN P-1 PENDAPATAN JASA PN P Tabel 4.61 Proyeksi Pendapatan Jasa Tindakan Secto Caeseria RS PTN UNSRAT (dalam rupiah) B. PASIEN JKN VIP Normal Paket Normal Paket Tarif VIP Tarif P Tarif P PENDAPATAN JASA SC VIP PENDAPATAN JASA SC P-1 PENDAPATAN JASA SC P Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-40

252 4.4 Analisis Biaya Manfaat dan Sosial Menurut Permen PPN No. 4/2015, kelayakan ekonomi proyek KPBU dievaluasi dengan menggunakan Analisa Biaya Manfaat Sosial (ABMS). ABMS adalah metode untuk mengukur nilai kontribusi sosial dan ekonomi dari proyek terhadap masyarakat dan negara secara keseluruhan. ABMS dihitung dengan membandingkan nilai ekonomi biaya dan nilai ekonomi manfaat dengan ada atau tanpa ada proyek. Gambar 4.6 Diagram Analisa Biaya Manfaat Sosial Manfaat Pengembangan RSP Unsrat memberikan manfaat tidak hanya bagi Unsrat tetapi juga bagi masyarakat dan pemerintah. Berikut adalah beberapa manfaat yang diperoleh dari pengembangan RSP Unsrat: Mempermudah akses terhadap sarana pendidikan, terutama bagi mahasiswa Unsrat, yang berdampak pada penghematan biaya mahasiswa; Mempermudah akses terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar; Membuka lapangan pekerjaan; Meningkatkan kualitas SDM kesehatan; Meningkatkan penelitian di bidang kesehatan; Meningkatkan reputasi universitas; Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar; dan lainnya. Tidak semua manfaat diperhitungkan dalam ABMS. Manfaat yang dapat diperhitungkan adalah manfaat-manfaat langsung yang dapat dikuantifikasi dengan mempertimbangkan paling kurang manfaat/penghematan bagi masyarakat dan bagi negara. Pada model ABMS pengembangan RSPTN ini, manfaat yang diperhitungkan adalah sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-41

253 1. Mempermudah akses terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa berdasarkan informasi dan perhitungan jumlah penduduk yang dilayani dengan menghitung jumlah penduduk kabupaten yang berdekatan dengan Kota Manado, maka masih terdapat kekurangan 700 tempat tidur. Keberadaan RSPTN ini diharapkan mampu menjawab kekurangan tempat tidur tersebut meskipun kapasitas dari RSPTN tidak dapat menjawab seluruh kebutuhan. Besaran manfaat adalah sebesar pendapatan yang diterima dari ketersediaan tempat tidur di RSPTN tersebut. 2. Penyerapan tenaga kerja Seperti disampaikan sebelumnya bahwa RSPTN akan menyerap sekitar 255 tenaga kerja untuk mengisi posisi di 25 unit, mulai dari dokter, perawat, asisten perawat, serta tenaga administraso dan umum, dengan perkiraan total manfaat (gaji) yang diterima adalah sebesar Rp22 milyar per tahun. 3. Penghematan biaya mahasiswa Dengan dibangunnya RSPTN yang berlokasi di kompleks universitas maka mahasiswa akan memperoleh kemudahan akses untuk kegiatan prakteknya. Kemudahan akses tersebut memberikan dampak manfaat bagi mahasiswa berupa penghematan waktu tempuh dan penghematan biaya transportasi. Mulai tahun 2015 kapasitas jumlah mahasiswa pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Unsrat adalah ±100 orang per tahun. Mengingat setiap mahasiswa pendidikan dokter berkewajiban untuk praktek selama 2 tahun, maka jumlah rata-rata mahasiswa yang akan memanfaatkan fasilitas RSPTN mencapai 200 orang per tahunnya. 4. Penurunan residual value Saat ini RSPTN Unsrat telah berdiri sebagian dengan menghabiskan dana Rp108 milyar. Namun, dikarenakan kekurangan dana untuk melanjutkan pembangunan maka RSPTN tersebut belum dapat berfungsi sebagaimana seharusnya. Hal ini berpotensi hilangnya dana APBD tanpa memberikan manfaat bagi masyarakat dan negara. Dengan dilanjutkannya pembangunan RSPTN maka akan menurunkan potensi terbengkalainya bangunan tersebut. 5. Penerimaan APBN dalam bentuk pajak Salah satu sumber penerimaan utama APBN adalah pajak. Seperti badan usaha lainnya, maka kegiatan ini juga berpotensi memberikan kontribusi terhadap pajak. Pada perhitungan ABMS ini, komponen pajak yang diperhitungkan hanyalah pajak penghasilan badan yang besarannya diperoleh dari perhitungan pada analisa keuangan Biaya Biaya yang dihitung dalam ABMS mengacu pada perhitungan estimasi biaya pada analisa keuangan dan mencakup biaya penyiapan KPBU, biaya modal, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan biaya-biaya lain akibat dari adanya proyek. Besaran biaya penyiapan KPBU dan biaya-biaya lain akibat dari adanya proyek ini diasumsikan sebesar 1% dari CAPEX. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-42

254 1. Faktor Konversi Komponen biaya dan manfaat di atas masih dalam nilai finansial dan perlu dikonversi menjadi nilai ekonomi dengan menggunakan faktor konversi (conversion factor) untuk masing-masing komponen penyusun, yang terdiri dari: - Tradable, persentase item-item yang diperdagangkan secara internasional; - Non-tradable, persentase item-item yang tidak diperdagangkan secara internasional; - Skilled labor, persentase tenaga kerja terlatih yang terlibat; - Unskilled labor, persentase tenaga kerja tidak terlatih yang terlibat. Faktor konversi untuk komponen non-tradable, atau biasa disebut sebagai standard conversion factor, dihitung dengan menggunakan data dan diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.62 Perhitungan Standard Conversion Facto Year Export at FOB prices Import at CIF prices Taxes and Duties on Imports SCF ,433, ,232, , ,786, ,557, , ,782, ,798, , ,907, ,950, , Untuk faktor unskilled labor digunakan asumsi Hasil Perhitungan Berikut adalah hasil perhitungan manfaat yang diperhitungkan dalam ABMS yang telah dikonversi ke dalam nilai ekonomi: a. Mempermudah akses terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar Tabel 4.63 Penyediaan Kebutuhan Tempat Tidur Penyediaan Tempat Tidur - Ekonomi (juta IDR) Total Manfaat Tempat Tidur (rupiah) 31,688 45,006 52,651 49,306 46,877 44,207 b. Penyerapan tenaga kerja Tabel 4.64 Penyerapan Tenaga Kerja Penyerapan Tenaga Kerja - Ekonomi (juta IDR) Total Manfaat Penyerapan Tenaga Kerja (rupiah) 20,138 20,138 20,138 20,138 20,138 20,138 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-43

255 c. Penghematan biaya mahasiswa Tabel 4.65 Penghematan Biaya Mahasiswa Penghematan Biaya Mahasiswa - Ekonomi (juta IDR) Jumlah penerimaan mahasiswa (orang) Jumlah mahasiswa praktek (orang) Penghematan waktu tempuh (rupiah) Penghematan biaya transportasi (rupiah) ,073 1,431 1,431 1,431 Total Manfaat Penghematan Mahasiswa (rupiah) 813 1,219 1,523 2,031 2,031 2,031 d. Penurunan residual value Tabel 4.66 Penurunan Residual Value Penurunan Residual Value - Ekonomi (juta IDR) Penurunan Residual Value 59,875 41,164 22,453 3, e. Penerimaan APBN dari pajak Tabel 4.67 Penurunan Residual Value Penerimaan APBN dari Pajak - Ekonomi (juta rupiah) PPh Badan (rupiah) - - 6,590 11,336 22,372 20, Hasil Evaluasi Evaluasi kelayakan ekonomi dilakukan dengan membandingkan biaya dan manfaat dan tingkat kelayakannya diukur dengan pendekatan Economic Internal Rate of Return/EIRR dan Economic Net Present Value/ENPV pada tingkat diskonto yang ditetapkan. Tingkat diskonto pada perhitungan ABMS ini diasumsikan sebesar 12%. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa pengembangan RSPTN LAYAK secara ekonomi karena nilai EIRR lebih besar dari Economic Opportunity Cost of Capital/EOCC (> 12%) dan nilai ENPV 0. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-44

256 Tabel 4.68 Evaluasi Kelayakan Ekonomi Economic Cost and Benefit Stream and Evaluation Indices (juta IDR) (1) (2) Manfaat Penyediaan Tempat Tidur 31,688 45,006 52,651 49,306 46,877 44,207 Penyerapan Tenaga Kerja 20,138 20,138 20,138 20,138 20,138 20,138 Penghematan Mahasiswa 813 1,219 1,523 2,031 2,031 2,031 Penurunan Residual Value 59,875 41,164 22,453 3, Penerimaan APBN dari Pajak - - 6,590 11,336 22,372 20,005 Total Manfaat 112, , ,355 86,553 91,418 86,381 Biaya Biaya Penyiapan dan Biaya Lainnya (2,914) CAPEX (116,393) (202,187) OPEX (40,727) (39,531) (38,241) (37,142) (36,740) (42,316) Total Biaya (119,307) (202,187) (40,727) (39,531) (38,241) (37,142) (36,740) (42,316) Balance (119,307) (202,187) 71,787 67,996 65,115 49,412 54,678 44,065 EIRR 18% ENPV 296,430 BCR Analisa Sensitivitas Analisa sensitivitas dilakukan untuk mengkaji pengaruh ketidakpastian pelaksanaan KPBU terhadap tingkat kelayakan ekonomi, seperti kenaikan biaya atau penurunan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dan pemerintah. Hasil analisa sensitivitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.69 Analisa Sensitivitas Parameter Hasil Evaluasi Biaya Manfaat EIRR ENPV (milyar rupiah) BCR Base case 18% % 12% % -15% 10% % 8% % 10% % -15% 9% % 7% (8) % 9% % -15% 7% % 6% (43) 1.1 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-45

257 Dari hasil tabel di atas dapat dilihat bahwa pengembangan RSPTN memiliki sensitivitas terhadap kenaikan biaya dan penurunan manfaat. Jika dalam pelaksanaannya terjadi kenaikan biaya sampai dengan 15% yang diiringi dengan penurunan manfaat sebesar 10%, rencana pengembangan RSPTN masih layak secara ekonomi. Namun, jika terjadi kenaikan biaya lebih besar lagi yang juga diiringi dengan penurunan manfaat maka rencana pengembangan RSPTN menjadi tidak layak secara ekonomi. Akan tetapi, perhitungan ini tidak menjadi satu-satunya dasar bagi pemerintah dalam melanjutkan rencana pengembangan RSPTN ini atau tidak. Pemerintah tentunya harus mempertimbangkan beberapa faktor lain, seperti kewajiban pemerintah dalam menyediakan sarana prasarana kesehatan yang mudah diakses, kebutuhan Unsrat untuk menyediakan sarana prasarana yang mendukung proses belajar mengajar, dan lainnya. 4.5 Analisa Keuangan Informasi Ekonomi Makro Tabel 4.70 Informasi Ekonomi Makro Suku bunga pinjaman investasi (BI, 2016) persen 12,0% Suku bunga pinjaman modal kerja persen 13,0% Pajak penghasilan BUP (UU Pajak, jika laba) persen 25,0% Discount factor persen 10,0% Jangka waktu Pinjaman: a. Kredit Investasi Bangunan tahun 20 b. Kredit Investasi peralatan medis tahun 7 c. Grace period Investasi Bangunan tahun 3 d. Grace period peralatan medis tahun 1 Proporsi pembiayaan investasi a. Kredit investasi bangunan persen 70% b. Kredit investasi Peralatan medis persen 70% Risk-free rate (Rf), Obligasi RI >20 tahun Persen 8,46% Beta (β), infrastruktur September 2016 Persen 0,99 Market return (Rm), Persen 14,0% Kenaikan harga per 2 (dua) tahun persen 9,0% Kenaikan inflasi per tahun persen 4,5% Deviden Pemilik per tahun persen 5% Biaya Penjaminan Keuangan persen 1,5% Biaya Pemeliharaan RS per tahun persen 5,0% Faktor Diskon persen 9,0% Pembulatan Harga Rupiah Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-46

258 4.5.2 Analisis Biaya Modal 1. Asumsi Rencana Anggaran Biaya/Investasi Pada awal diskusi di bulan September sampai dengan Oktober 2016 dengan tim KPBU RS PTN UNSRAT, telah dilakukan kajian terkait rencana pembangunan rumah sakit type/kelas B, dengan asumsi besarnya RAB/Investasi sebagai berikut Tabel 4.71 RAB/Investasi RS PTN UNSRAT type/kelas B NO A BIAYA PERSIAPAN KOMPOSI BIAYA TOTAL (IDR JUTA) A.1. Akses jalan Rp A.2. Pagar Pengamanan Sekeliling RS PTN Rp A.3. Pembangunan Gedung RS PTN Rp JUMLAH INVESTASI GEDUNG (B) Rp B PERALATAN MEDIS 1) Alat Medis-1 Rp Alat Medis-2 Rp TOTAL INVESTASI PERALATAN MEDIS Rp C SUB TOTAL INVESTASI (A+B) Rp D BIAYA KEUANGAN D.1. Interest During Construction Rp D.2. Biaya Penjaminan 2) Rp TOTAL BIAYA KEUANGAN (D) Rp E TOTAL SELURUH INVESTASI (C+D) Rp Catatan: 1) Pembelian alat medis tahap 2 dan tiga sudah memperhitungkan kenaikan harga karena inflasi 2) Angka perkiraan untuk penjaminan risiko dll 2. Rencana Pembelian Alat Medis RS PTN type B Pembelian/pengadaan alat medis dilakukan terhadap alt medis standar yang diperlukan oleh rumah sakit, dan tidak termasuk pembelian alat medis yang bernilai mahal (signifikan seperti CT scan, MRI dll). Alat -alat medis tersebut diadakan melalui kerjasama operasi dengan pihak ketiga (KSO), dan pembiayaannya dicadangkan melalui biaya sewa. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-47

259 Tabel 4.72 Rincian Pembelian/Pengadaan Alat Medis tahap-1, RS PTN type B NO KOMPOSI BIAYA JUMLAH HARGA SATUAN (IDR JUTA) TOTAL (IDR JUTA) 1 Peralatan Bedah 20 unit Peralatan Kamar Pasien 150 unit Peralatan kerja dan komputer 75 unit Peralatan medis pendukung 300 unit Peralatan kebutuhan dokter dan perawat 90 unit Peralatan khusus 10 unit Ambulance 3 unit Peralatan komunikasi 50 meter Peralatan pendukung lainnya 90 unit System IT RS JUMLAH INVESTASI PERALATAN MEDIS Untuk perlatan medis tahap 2, jumlahnya diperkirakan naik sebesar 120% dibanding dengan pembelian tahap 1, karena tidak perlu semua diganti. Asumsi lainnya, tidak semua peralatan dibeli, sebagian lagi (untuk peralatan yang canggih dan mahal) diadakan melalui mekanisme Kerjasama Operasi (KSO). Oleh karena itu pembiayaan ini masuk kedalam anggaran OPEX dalam bentuk biaya sewa. 3. Analisa Kebutuhan Biaya Modal Pembangunan RS PTN Analisa kebutuhan biaya modal pembangunan RS PTN UNSRAT, dilakukan dengan asumsi: Tanpa dukungan pemerintah Ekuitas swasta 30% dan pinjaman bank (swasta) 70%, Rencana pembangunan selama 2 (dua) tahun dengan asumsi pengeluaran 40% di tahun ke pertama pembangunan dan sisanya di tahun kedua. Biaya keuangan terdiri dari interest during construction (IDC) sebesar 12% dan gurantee fund (risiko penjaminan) sebesar 1,5%. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-48

260 Sehingga perhitungan kebutuhan biaya modal RS PTN type B adalah sebagai berkut: Tabel 4.73 Rencana Pengeluaran RAB/Investasi RS Type B (juta rupiah) KETERANGAN Pokok IDC FincFees Total Ekuitas Pinjaman INVESTASI GEDUNG Rp Rp Rp Rp Rp Rp Alat Medis-1 Rp Rp Rp 351 Rp Rp Rp Alat Medis-2 Rp Rp 421 Rp Rp 8,541 Rp SUB TOTAL Rp Rp Rp Rp 387,237 Rp Rp Biaya Operasi dan Pemeliharaan (Operation & maintenance/o&m) Dalam penyusunan biaya O & M RS PTN type B, ada beberapa asumsi, diantaranya: Tabel 4.74 Beberapa Asumsi Penyusunan Biaya O & M RSPTN Type B ASUMSI UMUM Tingkat inflasi Persentase Biaya Bahan Habis Pakai-R. Inap Persentase Biaya Bahan Habis Pakai-R. Jalan Persentase Bahan Laboratorium Persentase Bahan Radiologi 4,5% per tahun (sumber: Bank Indonesia/Badan Pusat Statistik) 15,0% terhadap Pend. R. Inap 10,0% terhadap Pend. R. Jalan 40% terhadap Pend. Jasa Lab Rajal & Ranap 12,5% terhadap Pend. Jasa Radiologi Rajal & Ranap Persentase Bahan USG 5% terhadap Pend. Jasa USG Rajal Persentase Bahan Endoscopy 5% terhadap Pend. Jasa Endoscopy Persentase Bahan CT Scan 5% terhadap Pend. Jasa CT Scan Persentase Bahan MRI 5% terhadap Pend. Jasa MRI Persentase Tindakan Operasi Rawat Inap 5% terhadap Pend. Tindakan Operasi RANAP Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-49

261 ASUMSI UMUM Persentase Tindakan Pasien Normal Rawat Inap Persentase Tindakan Secto Caeseria Rawat Inap 5% terhadap Pend. Tindakan P. Normal Ranap 5% terhadap Pend. Tindakan SC Ranap Administrasi Kantor 5,0% dari Biaya TK & Adm Sewa, Daya dan Jasa lain 30,0% dari Biaya TK & Adm Pemeliharaan 1,5% dari Biaya Variabel ASUMSI BIAYA MAHASISWA UKT: Pelaksanaan Penelitian & Pengabdian kpd Masyarakat 30% UKT Penambahan bahan praktikum/kuliah 20% UKT Bahan pustaka 10% UKT Penjaminan mutu 0,0005% Pend. Jasa Rajal JKN Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan 5% UKT Honor dosen non PNS/ANS Sudah masuk di By Mjn dan Gaji Staf Pengadaan dosen tamu 20% UKT Kegiatan lain "prioritas" renstra PTN 5% UKT ASUMSI BIAYA O & M GEDUNG DAN PERALATAN MEDIS Pemeliharaan gedung tahuan 1% dari Capex Pemeliharaan gedung lima tahuan 3% dari Capex Pemeliharaan M&E tahunan 0,5% dari Capex Pemeliharaan M&E lima tahunan 2% dari Capex Pemeliharaan Alat Medis tahuan 0,5% dari Capex Pemeliharaan M&E tahunan 1% dari Capex Hasil perhitungan Biaya O &M, per 5 tahunan, dibagi ke dalam biaya variabel, biaya tetap serta O & M Gedung dan Peralatan Medis. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-50

262 Tabel 4.75 Proyeksi Biaya Variabel RS PTN type B (dalam juta rupiah) Rincian Biaya Variabel RS PTN Biaya Tenaga Medis Bahan Habis Pakai-R. Inap Bahan Habis Pakai-R. Jalan Bahan Lab Bahan Radiologi Bahan USG Bahan Endoscopy Bahan CT Scan Bahan MRI Biaya Bahan Habis Pakai- Tindakan R. Inap Bahan Habis Pakai P. Normal Bahan Habis Pakai Secto Caseria Total Biaya Variabel Tabel 4.76 Proyeksi Biaya Tetap RS PTN type B (dalam juta rupiah) Rincian Biaya Tetap RS PTN Biaya Manajemen dan Tenaga *) Administrrasi 2. Biaya Administrasi Kantor Biaya Sewa, Daya Listerik dan Jasa lain 4. Biaya Pemeliharaan Alat Kantor Total Biaya Tetap Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-51

263 Tabel 4.77 Proyeksi Biaya O & M Gedung & Peralatan Medis RS PTN type B (dalam juta rupiah) Rincian Biaya O & M Pemeliharaan Rutin Gedung, tahunan Pemeliharan 5 tahunan Mekanikal & Elektrikal (incl Lift, Genset dll) Pemeliharan 5 tahunan Peralatan Medis Pemeliharan 3 tahunan Sub Total Pemeliharaan Biaya Penyusutan Biaya penyusutan merupakan pengalokasian biaya pengadaan/pembangunan aset selama periode usia aset tersebut. Beberapa asumsi terhadap biaya penyusutan, antara lain: a. Harga perolehan, merupakan harga beli atau harga untuk membangun aset sesuai RAB/rencana investasi; b. Masa penyusutan dihitung sesuai dengan umur/usia aset, yang diatur sebagai berikut: Gedung, Mekanikal dan Elektrikal = 20 tahun Peralatan Medis dan Kantor = 5 tahun c. Adapun hasil perhitungan penyusutan tahunan aset RS PTN type B adalah sebagai berikut: Gedung Mekanikal dan Elektrikal = Rp juta per tahun Alat Medis-1 = Rp juta per tahun Alat Medis-2 = Rp juta per tahun Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-52

264 4.8 Pendapatan dan Biaya Lain-lain Terdiri dari: a. Pendapatan lain-lain: Yang diperoleh dari hasil kerjasama dengan Fakultas Kedokteran UNSRAT berupa CoAss mahasiswa sebesar Rp. 10 juta per mahasiswa per tahun. Pendapatan ini naik sesuai kenaikan tarif yaitu 9% per dua tahun; Yang diperoleh dari hasil jasa parkir, jasa laundry, jasa penyewaan ruang untuk event, ATM dan toko kecil serta kantin di area rumah sakit, diiasumsikan sebesar 5% per tahun dari pendapatan rawat jalan dan rawat inap; b. Biaya lain-lain, merupakan biaya mahasiwa praktik UKT di RS PTN UNSRAT Mengacu pada UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan UU No.20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran serta UU no 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran dalam upaya menghasilkan dokter layanan primer yang profesional dan kompeten, Fakultas Kedokteran disetiap Perguruan Tinggi termasuk di dalamnya FK UNSRAT wajib menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran yang berorientasi kepada kepentingan Nasional. Pendidikan Kedokteran diselenggarakan melalui dua tahap yaitu Program Pendidikan Sarjana Kedokteran dan Program Pendidikan Profesi Dokter, dalam pelaksanaannya harus berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia tahun Pada Pendidikan Profesi Dokter setiap Fakultas Kedokteran wajib mempunyai Rumah Sakit Pendidikan sebagai tempat pendidikan profesi dokter. Pengelolaan keuangan RS PT mengikuti UU RS dengan PK BLU yang diselaraskan dengan perundangan dibidang keuangan, dan UU Pendidikan Tinggi. RS PT merupakan organ yang resmi dicantumkan dalam statuta PT. Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran RS PT harus menjadi bagian dari rencana kegiatan dan anggaran PT dan pengesahannya dilakukan oleh Rektor, dan dalam melakukan penyusunan LAKIP perlu dilakukan sinkronisasi dengan output Ditjen Dikti untuk dimasukkan pada RKAKL. Pengelolaan operasional keuangan untuk biaya investasi, perawatan dan operasional (pendidikan, penelitian dan pelayanan) sesuai dengan peraturan yang berlaku. Berikut adalah skema pengelolaan Keuangan RS PTN untuk PT BLU Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-53

265 Gambar 4.7 Skema Sumber Dana dan Peruntukannya dalam Kegiatan RS PTN Pembiayaan operasional RS PTN untuk proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa bersumber dari APBN dan dari mahasiswa berupa UKT. Sementara untuk biaya penelitian yang dilakukan oleh RS PT menjadi bagian dari biaya penelitian PT yang mendapatkan bagian sebesar 30 % dari BOPTN yang dialokasikan untuk RS PT. Pemenuhan kebutuhan operasional dan investasi RS PT berasal dari APBN/P dalam bentuk dana investasi, dana rutin, BOPTN. Selain itu, dapat berasal dari kerja sama dan hibah dengan/dari institusi lain. (sumber: Pedoman Rumah Sakit Perguruan Tinggi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013) Tabel 4.78 Mata Anggaran Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-54

266 Mengacu pada penjelasan dan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka dibuat proyeksi biaya mahasiswa UKT sebagai berikut: Tabel 4.79 Proyeksi Biaya UKT Mahasiswa RS PTN type B (dalam juta rupiah) Rincian Biaya Mahaswa UKT di RS PTN Pelaksanaan Penelitian & Pengabdian kpd Masyarakat Penambahan bahan praktikum/kuliah Bahan pustaka Pelaksanaan kegiatan kemahasiswaan Pengadaan dosen tamu Kegiatan lain "prioritas" renstra PTN Jumlah Biaya Mahasiswa UKT Biaya Mitigasi dan Risiko Biaya mitigasi dan risiko, dalam perhitungan keuangan ini tidak dimasukan, namun yang sudah dimasukkan adalah dalam bentuk biaya penjaminan risiko (politik, keuangan dll) sebesar 1,5% dari total aset yang dibangun atau dibeli. Biaya tersebut diakumulasikan dalam perhitungan Capex. Untuk RS type B, sebesar Rp juta 4.10 Perhitungan Pendapatan Rekapitulasi Pendapatan RAJAL dan RANAP RS PTN Type B Rekapitulasi pendapatan rawat inap (ranap) dan rawat jalan (rajal) RS PTN UNSRAT type B ini merupakan gabungan dari seluruh pendapatan berdasarkan hasil perhitungan yang telah dijelaskan diatas. Berikut disampaikan tabel rekapitulasi proyeksi RS PTN UNSRAT type B selama 25 tahun, untuk pasien JKN. Tabel 4.80 Rekapitulasi Proyeksi Pendapatan Pasien JKN RS PTN UNSRAT Type B (dalam juta rupiah) NO KETERANGAN RAWAT JALAN-JKN 1.140, , , , , ,36 2 KUNJUNGAN HD-JKN 23,04 27,43 32,54 42,12 50,11 64,87 3 VISITASI 317, , , , , ,50 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-55

267 NO KETERANGAN PELAYANAN KAMAR 1.048, , , , , ,29 5 PELAYANAN FARMASI-R. INAP 6 PELAYANAN FARMASI-R. JALAN 449, , , , , , , , , , , ,09 7 JASA LAB-R. INAP 127,22 405,06 510,41 903, , ,33 8 JASA LAB-R. JALAN 380,07 497,89 628,14 860, , ,19 9 JASA RADIOLOGI-R. INAP 10,28 22,50 44,31 79,49 93,89 121,54 10 JASA RADIOLOGI-R. JALAN 633,45 810,26 949, , , ,61 11 JASA USG 381,90 488,48 572,16 699,60 813,04 994,52 12 JASA ENDOSCOPY 179,20 309,88 362,65 443,43 515,21 628,76 13 JASA CT Scan - 549,61 644,35 788,54 916, ,15 14 JASA MRI 444,83 520,66 637,13 741,76 905,40 15 JASA TINDAKAN OPERASI 4.549, , , , , ,84 16 JASA PERSALINAN NORMAL 3.899, , , , , ,12 17 JASA PERSALINAN SC 5.778, , , , , ,83 SUB TOTAL PENDAPATAN PASIEN JKN , , , , , ,74 Proyeksi pendapatan pasien JKN RS PTN UNSRAT type B berdasarkan tarif, terus meningkat di tahun pertama operasi sebesar Rp. 20,05 miliar menjadi Rp. 125,57 di akhir periode tahun ke 25. Berikut disampaikan tabel proyeksi RS PTN type B, gabungan dengan JKN selama 25 tahun. untuk pasien Umum dan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-56

268 Tabel 4.81 Rekapitulasi Proyeksi Pendapatan Pasien Umum RS PTN UNSRAT dan Gabungan (dalam juta rupiah) NO KETERANGAN RAWAT JALAN 1.266, , , , , ,96 2 KUNJUNGAN HD 6,40 7,61 9,04 11,70 13,90 18,01 3 VISITASI 471,36 912, , , , ,47 4 PELAYANAN KAMAR 2.147, , , , , ,69 5 PELAYANAN FARMASI-R. INAP 6 PELAYANAN FARMASI-R. JALAN 723, , , , , , , , , , , ,24 7 JASA LAB-R. INAP 78,48 170,77 340,52 607,60 721,00 933,99 8 JASA LAB-R. JALAN-UMUM 950, , , , , ,59 9 JASA RADIOLOGI-R. INAP 11,50 25,03 49,42 87,94 104,26 135,17 10 JASA RADIOLOGI-R. JALAN 633,50 810,26 949, , , ,97 11 JASA USG 763,80 976, , , , ,53 12 JASA ENDOSCOPY 299,20 381,92 446,61 547,27 636,35 777,14 13 JASA CT Scan 914, , , , ,25 14 JASA MRI 741,20 868, , , ,00 15 JASA TINDAKAN OPERASI 390,00 727, , , , ,02 16 JASA PERSALINAN NORMAL 4.710, , , , , ,39 17 JASA PERSALINAN SC 7.670, , , , , ,92 SUB TOTAL PENDAPATAN PASIEN UMUM SUB TOTAL PENDAPATAN PASIEN JKN PENDAPATAN UKT MAHASISWA , , , , , , , , , , , ,74 800, , , , , ,00 PENDAPATAN LAIN-LAIN 2.123, , , , , ,48 TOTAL SELURUH PENDAPATAN , , , , , ,17 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-57

269 Proyeksi pendapatan pasien Umum RS PTN UNSRAT type B berdasarkan tarif, terus meningkat di tahun pertama operasi sebesar Rp. 22,4 miliar menjadi Rp. 113,9 di akhir periode tahun ke 25. Sementara itu pendapatan bagian dari proses UKT/CoAss Mahasiswa fakultas Kedokteran UNSRAT, mulai darirp. 800 juta meningkat menjadi Rp.4,4 miliar di akhir tahun ke 25. Sedangkan pendapatan non core business (parkir, laundry, penyewaan ruang untuk ATM dan toko kecil) Rp, 2,1 miliar di tahun pertama dan meningkat menjadi Rp. 11,9 miliar di akhir tahun ke 25. Secara keseluruhan pendapatan RS PTN UNSRAT type B dari tarif pasien JKN, Umum, dan lain-lain, diproyeksikan sebesar Rp. 45,3 miliar di tahun pertama operasi dan akan meningkat menjadi Rp. 255,86 miliar di akhir tahun ke Proses Analisa Keuangan Analisa Rasio Modal Rasio modal dan pinjaman untuk RS PTN UNSRAT type B dalam perhitungan ini menggunakan skenario 30% banding 70%. Rasio ini menunjukan bahwa pihak swasta (investor) diharapkan memiliki dana sendiri sebesar 30% dari total capital expenditure (capex) untuk membiayai proyek, sisanya (70%) diasumsikan diperoleh dari pinjaman. Namun demikian apabila rasio perbandingan ekuitas 30:70 ini berubah, maka dampaknya adalah sebagai berikut: Semakin besar ekuitas swasta, maka dukungan pemerintah yang diperlukan (VGF) akan semakin besar; Semakin besar ekuitas swasta maka equity IRR-nya akan semakin turun; Semakin besar ekuitas swasta maka rasio payback period akan semakin turun; Tabel 4.82 Rasio Perbandingan Modal dan Pinjaman Parameter 30:70 20:80 40:60 VGF - 3,6% - Equity IRR 15,05% 17,44% 14,06% Payback period 7,18 7,19 7, Analisa Biaya Rata-rata Modal Tertimbang (WACC) Analisa terhadap biaya rata-rata modal tertimbang (weighted average cost of capital atau WACC), dihitung berdasarkan formula keuangan sebagai berikut: Cost of Equity (Ke): Ke = Rf + (Rm-Rf) x β Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-58

270 Weighted Average Cost of Capital atau WACC: Dimana: D D D+E D+E WACC = x Kd (1-T) + x Ke E D Ke Kd market value of company s equity company s outstanding debt return on equity, expresses as a rate of return return on debt, example the cost of borrowing expressed as rate of interest Sumber: T% effective tax rate, in Indonesian tax rules is 25%. Michael Samonas, Financial Forecasting, Analysis, and Modelling, John Wiley and Sons Ltd, West Sussex, United Kingdom, 2015, p.125 Tabel 4.83 Asumsi dan Hasil Perhitungan Asumsi Debt Debt portion (D) : 70% Cost of debt (Kd) 1) : 12,00% Tax rate : 25% After-tax cost of debt : 9,00% Asumsi Equity Equity portion ( E ) : 30% Risk-free rate (Rf) 2) : 8,46% Beta (β) 3) : 0,99 Market return (Rm) : 14,0% Hasil Perhitungan: Cost of equity (Ke) : 13,94% WACC : 10,48% Sumber: 1) Rata-rata bunga pinjaman bank BUMN/Swasta di Indonesia ) Bunga obligasi pemerintah (ORI) diatas 15 tahun, IBRA ) Beta industri property, September Analisa Rasio Pengembalian Utang (DSCR) Analisa terhadap biaya pengembalian utang (debt service coverage ratio atau DSCR), dihitung berdasarkan beberapa formulasi sebagai berikut: DSCR = Arus Kas yang tersedia pada tahun ybs Utang Jk Panjang+Bunga Pinjaman tahun ybs Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-59

271 Hasil perhitungan DSCR RSPTN type B, pada skenario 30:70 adalah sebagai berikut: Tabel 4.84 Hasil Perhitungan DSCR RSPTN Type B ,21 1,19 1,43 1,12 1,12 1,1 1,03 1,1 1,3 1,1 1,5 1,8 1,8 1,8 1,6 1,9 2,0 1,9 2,1 1,7 Average DSCR 1,49 Minimum DSCR 1, Analisa Rasio Financial Net Present Value (FNPV) dan Financial Interest Rate of Return (FIRR) Analisa terhadap Finansial Net Present Value (FNPV) beberapa formulasi berikut: dan dihitung berdasarkan NPV n i1 ( Bi Ci) (1 r) i1 dimana: n : Periode perhitungan keuangan (jangka waktu = 25 tahun) Bi : Keuntungan pada tahun ke-i Ci : Biaya pada tahun ke-i Formulasi untuk menghitung FIRR Dimana: IRR mengikuti NPV sebagi fungsi pengembalian investasi; r adalah biaya bunga pinjaman jangka panjang; Cn adalah cashflow pada tahun ke n; Hasil perhitungan FNPV dan FIRR dengan alternatif RS PTN type B: Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-60

272 Tabel 4.85 Perhitungan FNPV dan FIRR, RS PTN UNSRAT Type B (dalam juta rupiah) KETERANGAN Arus Operasi Kas Pajak Penghasilan (7.987) (12.434) Arus Operasi Bersih Kas Arus Investasi Kas ( ) ( ) Penerimaan Pinjaman Biaya bunga Pinjaman Jangka Panjang Cicilan Pinjaman Jangka Panjang Penerimaan VGF Interest During Construction (30.330) (31.057) (26.546) (17.900) (3.963) - (8.666) (13.263) (16.493) (29.067) Arus Ekuitas Kas (19.354) (37.327) Tabel 4.86 Hasil perhitungan FNPV dan FIRR, RS PTN type B Masa KPBU 15 tahun 20 tahun Financial Project IRR 8,62% 10,85% Fiancial Project NPV (miliar rph) Rp (31) Rp 24 Equity Investor IRR 11,76% 15,05% Equity Investor NPV (miliar rp) Rp 9 Rp 36 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-61

273 Analisa Dukungan Pemerintah dalam bentuk pembayaran tetap terhadap pembangunan Gedung dan Pengadaan Alat medis melalui mekanisme Ketersediaan Layanan atau Availability to Payment (AP) Dalam pembicaraan selanjutnya di Kemenristek Dikti pada bulan November 2016 dan mengingat keterbatasan anggaran, maka dibuat asumsi rencana pembangunan sebagai berikut: 1. Pembangunan RS dan Pengadaan Alat Medis serta pemeliharaannya selama 20 tahun, menggunakan skema Availability Payment disingkat AP; 2. Pembayaran AP menggunakan sistem pembayaran yang jumlahnya meningkat, sesuai dengan rencana penerimaan berdasarkan tarif RS; 3. Penerimaan RS PTN UNSRAT menggunakan dua skenario jika pasien JKN sebanyak 90% dan pasien umum 10%. Berikut disampaikan perhitungan pembayaran AP untuk membayar cicilan pembangunan Gedung RS PTN UNSRAT dan pemeliharaan Gedung RS dan alat medis maksimal selama masa kerjasama (20 tahun) dengan skenario RS PTN Type B, dengan jumlah pasien JKN sebesar 90%. *) Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan no. 190/PMK.08/2015, tentang Pembayaran Ketersediaan Layanan dalam rangka Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Adapun formula untuk menghitung metoda AP adalah sebagai berikut: Availability Payment = Capex + Opex + ROI Jangka Waktu Pengembalian AP Capex: Capital Expenditure Opex: Operational Expenditure ROI: Return on Investment Hasil perhitungan metoda AP untuk RS PTN type B: Tabel 4.87 Rincian Perhitungan AP (dalam juta rupiah) Arus Pembayaran AP (Juta Rupiah) Biaya CAPEX ( ) ( ) (28.471) Biaya Operasi & Pemeliharaan (O&M) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-62

274 Arus Pembayaran AP (Juta Rupiah) Biaya Bunga Pinjaman Jangka Panjang ROI Total Alokasi 20 tahun AP ROI, 14% Pembayaran AP (jika flat) EBIT RS (Pend - Biaya seb bunga & pjk) --> Pasien JKN 90% Jika Pembayaran AP berdasarkan EBIT RS PTN Catatan: Jangka waktu KPBU (tahun) 20 DF 9% Inflasi per tahun 4,50% ROI 14% Pembayaran AP diskenariokan dengan tambahan keuntungan bagi investor (ROI) sebesar 14%, maka hasil penerimaan RS setelah dikurangi biaya operasional rumah sakit selanjutnya disetorkan ke BLU RS PTN UNSRAT untuk dibayarkan kepada investor (Badan Usaha Pelaksana) selama 20 tahun. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-63

275 Dengan Asumsi Pasien JKN 90% dan ROI 14% AP Meningkat Type B 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - (20,000) (40,000) (60,000) (80,000) (100,000) EBITDA RS Type B, JKN 90% Pembayaran AP Selisih EBITDA - Pembayaran AP Grafik 4.1 Pembayaran AP Meningkat Berdasarkan grafik 4.1 dapat apabila pembayaran AP besarannya meningkat sesuai pendapatan tarif RS UNSRAT, maka pada tahun ke 17 biaya pembangunan dan pemeliharaan akan lunas Proyeksi Arus Kas, Laba (Rugi) dan Neraca Berikut disampaikan proyeksi arus kas, laba (rugi) dan neraca proyek UNSRAT sesuai skenario rumah sakit type B. RS PTN Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-64

276 Tabel 4.88 Proyeksi Laba (Rugi) RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan (dalam jutaan rupiah) NO URAIAN A PENDAPATAN Jasa Pelayanan RS Pasien Umum Jasa Pelayanan RS Pasien JKN Pendapatan Mahasiswa UKT Bantuan Operasional PTN Bantuan APBN (RM) Pendapatan Lain-lain (Non Core) Total Pendapatan B BIAYA VARIABEL Biaya Operasional RS Biaya Mahasiwa UKT Total Biaya Variabel RS Margin Kontribusi (A-B) C Biaya Tetap Biaya Manajemen dan Administrasi RS Biaya O & M Gedung dan Peralatan Medis % Dampak Kenaikan KPBU Biaya Kebersihan, Keamanan & Ketertiban Biaya Penjaminan mutu Total Biaya Tetap D PENDAPATAN SBLM BUNGA PINJ. & PAJAK (A-B-C) E BIAYA PENYUSUTAN F PEBDPATAN SEBELUM BUNGA DAN PAJAK (D-E) G BIAYA BUNGA PINJAMAN H PENDAPATAN SEBELUM PAJAK (F-G) (15.628) (19.306) (6.119) I PAJAK PENGHASILAN (25%) J SISA PENDAPATAN SETELAH PAJAK (H-I) (15.628) (19.306) (6.119) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-65

277 Tabel 4.89 Proyeksi Arus Kas RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan (dalam jutaan rupiah) URAIAN A B C D ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 1 Penerimaan Kas a. Pendapatan Jasa RS c. Pendapatan (biaya) lain 2 Pendapatan Bunga (deposito) 3 Pembayaran untuk: a. Kegiatan Operasional (41.618) (54.078) (67.737) (83.715) ( ) b. Biaya bunga pinjaman Modal Kerja c. Aktivitas lainnya 4 Pajak Perusahaan (7.987) (12.434) PENERIMAAN KAS DARI KEGIATAN OPERASI (A) PENGELUARAN UNTUK KEGIATAN INVESTASI 1 Pengeluaran Investasi Gedung ( ) ( ) 2 Pengeluaran Investasi Peralatan Medis (27.653) (28.471) PENGELUARAN KAS UNTUK AKTIVITAS INVESTASI (B) ( ) ( ) - (28.471) PENGELUARAN KAS UNTUK PENDANAAN 1 Penerimaan Pinjaman Bank Biaya bunga Pinjaman Jangka Panjang (30.330) (31.057) (26.546) (17.900) (3.963) 3 Cicilan Pokok Pinjaman Jangka Panjang - (8.666) (13.263) (16.493) (29.067) 4 Pinjaman Modal Kerja 5 Ekuitas- Swasta a Ekuitas Proyek b Ekuitas Operasional (2.988) (2.988) 6 Dukungan Pemerintah (Investasi/VGF) Pembayaran Deviden NET ARUS KAS DARI KEGIATAN PENDANAAN (C) (30.330) (614) (39.809) (37.381) (36.018) SALDO KAS 1 Net Arus Kas Jumlah Kas Awal Periode Jumlah Kas Akhir Periode Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-66

278 Tabel 4.90 Proyeksi Neraca RS PTN UNSRAT type B, dalam skala 5 tahunan (dalam jutaan rupiah) URAIAN ASET Aset Lancar Kas & setara kas Aset lainnya Jumlah Aset Lancar Aset tetap Tanah Proyek dalam Pengusahaan Hak Pengusahaan RS (Investasi) Jumlah Aset Tetap Kurang: Akumulasi Penyusutan (22.086) ( ) ( ) ( ) ( ) Jumlah Aset Tetap Neto (setelah penyusutan) JUMLAH ASET KEWAJIBAN DAN EKUITAS KEWAJIBAN Kewajiban Lancar Utang Usaha Utang Lain-lain Jumlah Kewajiban Lancar Utang Jangka Panjang Utang Bank atas Pinjaman Investasi (0) Jumlah Utang Jangka Panjang (0) JUMLAH KEWAJIBAN (0) EKUITAS Ekuitas Proyek Dukungan Pemerintah (Investasi/VGF) (Hibah) Ekuitas Tambahan Operasional Laba Ditahan (15.628) (82.584) ( ) JUMLAH EKUITAS JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-67

279 4.13 Kesimpulan Mengacu pada hasil proyeksi perhitungan dan analisis ekonomi serta keuangan seperti yang telah dijelaskan diatas, maka secara analisis ekonomi dan keuangan RS PTN UNSRAT type B Layak untuk dilaksanakan untuk masa kerjasama selama 20 (dua puluh) tahun, dengan mempertimbangkan rasio-rasio ekonomi dan keuangan sebagai berikut: Tabel 4.91 Hasil Perhitungan Rasio Ekonomi dan Keuangan Jenis Rasio Parameter Rasio Hasil Perhitungan A. Ekonomi 1. Economic IRR 18% 2. Economic NPV (miliar) Rp Benefit to Cost ratio (BCR) 1,9 kali B. Keuangan 1. Project IRR 10,85% 2. Project NPV (miliar) Rp. 24,32 3. Equity IRR 15,05% 4. Equity NPV (miliar) Rp. 36,04 5. Average DSCR 1,49 kali 6. Minimum DSCR 1,03 kali 7. Payback Period 7,18 tahun Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 4-68

280 5. BAB 5 KAJIAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL 5.1 Kajian Lingkungan Yang Wajib AMDAL Penapisan Penapisan (Penyaringan) lingkungan hidup menjelaskan (1) Perundang -undangan dan Peraturan Lingkungan Hidup terkait persyaratan penapisan dalam menentukan jenis dokumen lingkungan hidup (AMDAL/UKL -UPL) serta perizinan lainnya yang dibutuhkan sebelum dilaksanakannya pekerjaan fisik. (2) Prosedur penapisan (3) Pelaporan hasil penapisan. Penentuan kegiatan jalan yang wajib dilengkapi AMDAL didasarkan atas beberapa pertimbangan sebagai berikut: 1) Berdasarkan jenis dan skala/ besaran rencana kegiatan. Kriteria jenis dan skala/ besaran rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL mengacu pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun ) Berdasarkan sensitifitas lingkungan di lokasi kegiatan dan sekitarnya. Berdasarkan Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Pada dasarnya, semua jenis rencana kegiatan pembangunan jalan yang melalui atau berbatasan langsung dengan kawasan lindung dan daerah sensitif lain, potensial menimbulkan dampak penting sehingga wajib dilengkapi AMDAL, walaupun skala/ besaran rencana kegiatannya tidak memenuhi kriteria yang tercantum pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 5 Tahun Untuk mengetahui apakah kegiatan yang direncanakan berdekatan atau berada pada kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam ( Peraturan PemerintahNo. 28 Tahun 2011), Kawasan Lindung ( Keputusan. Presiden No.32 Tahun 1990) dan Kawasan Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut ( Instruksi Presiden No.06 Tahun 2013) Pelingkupan Pelingkupan merupakan suatu proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting hipotesis yang terkait dengan rencana kegiatan. Pelingkupan umumnya dilakukan melalui tiga tahap yaitu: Identifikasi dampak potensial, evaluasi dampak potensial, dan klasifiksi dan skala prioritas dampak penting hipotetik. 1. Deskripsi Rencana Usaha/Kegiatan yang Akan Dikaji a. Status Studi AMDAL Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-1

281 Status rencana kegiatan Pembangunan Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi sudah mendapat arahan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Manado untuk melakukan penyusunan AMDAL. untuk mengetahui dampak penting dari rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak. b. Kesesuaian Lokasi Dengan Rencana Tata Ruang Rencana Pembangunan Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi di Kota Manado sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kota sebagai kawasan pendidikan. Peraturan Daerah Kota Manado No. 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado Tahun Lokasi rencana kegiatan berada di Kecamatan Malalayang dalam Rencana Pola Ruang Kota Manado sebagai Kawasan Budidaya dengan pola pemanfaatan merupakan kawasan peruntukan lainnya yaitu kawasan pelayan umum berupa pemantapan dan pengembangan fasilitas kesehatan rumah sakit tipe A, dan B. 2. Deskripsi Rencana Usaha/Kegiatan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan adalah Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi. Berdasarkan pembagian jenis kegiatannya pembangunan ini dibagi menjadi 3 (tiga) jenis kegiatan utama, yang pertama adalah kegiatan pra konstruksi, konstruksi, dan operasi. a. Tahap Pra Konstruksi Perizinan Koordinasi b. Tahap Konstruksi Mobilisasi material dan alat berat Mobilisasi tenaga kerja konstruksi Pembuatan dan pengoperasian bengkel, bedeng, dan gudang Penyiapan lahan dasar Pekerjaan pondasi Pekerjaan struktur Pekerjaan sarana dan utilitas Pembersihan akhir dan pekerjaan pertamanan/ penghijauan c. Tahap Operasi Penyerapan tenaga kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN dan Kampus FK UNSRAT Perawatan gedung dan fasilitasnya Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-2

282 3. Deskripsi Rona Lingkungan Hidup Awal Berdasarkan uraian lingkup rona lingkungan hidup awal, maka komponen lingkungan yang diidentifikasi terkena dampak sebagai berikut : a. Topografi Kota Manado memiliki topograpi tanah yang bervariasi untuk tiap kecamatan. Secara keseluruhan, Kota Manado memiliki keadaan tanah yang berombak sebesar 37,95 persen dan dataran landai sebesar 40, 16 persen dari luas wilayah. Sisanya dalam keadaan tanah berombak berbukit dan bergunung. Ketinggian dari permukaan laut pada tiap-tiap kecamatan di Kota Manado bervariasi. Secara keseluruhan, sebesar 92,15 persen dari luas wilayah Kota Manado terletak pada ketinggian dari permukaan laut. Hal ini disebabkan berombak dan berbukit. Terdapat dua gunung di Kota Manado. Keduanya terletak di Kelurahan Bunaken. Gunung tertinggi bernama Manado Tua dengan ketinggian sekitar 655 meter dan Tumpa dengan ketinggian sekitar 610 meter. b. Geoologi Sulawesi Utara terkenal dengan keindahan alamnya, taman laut Bunaken dan makanan khas, yaitu bubur Manado. Namun, Sulawesi Utara juga merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami di Indonesia. Penyebabnya, karena posisi Sulawesi Utara yang terletak dekat dengan sumber gempa bumi dan pembangkit tsunami, baik di darat maupun di laut yang terbentuk akibat proses tektonik. Sumbersumber gempa di darat berasal dari beberapa sesar aktif yang terletak di daratan Sulawesi Utara. Adapun sumber gempa di laut berasal dari penunjaman sublempeng Sulawesi Utara yang terletak di sebelah utara Pulau Sulawesi, lempeng Punggungan Mayu, dan lempeng Sangihe yang terletak di sebelah timur Sulawesi Utara. Sumber gempa di laut ini juga merupakan sumber pembangkit tsunami. c. Hidrologi Kondisi saluran-saluran yang ada di Kota Manado ini bisa dikatakan relatif baik. Hampir sebagian dari jumlah keseluruhan panjang saluran yaitu 47% atau sekitar 275,21 km merupakan saluran drainase dengan kondisi baik. Sedangkan 32% dalam kondisi baik, dan 21% dalam kondisi buruk. Sistem drainase di kota ini bisa dikatakan sangat buruk. Jika terjadi luapan air, maka genangan yang terjadi cukup lama juga. Walaupun frekuensi terjadinya genangan sekali dalam setahun, namun lamanya genangan bisa memakan waktu 4 jam dengan tinggi genangan 0,75 m. Tingginya genangan ini menunjukkan kurang baiknya sistem drainase di kota ini, terutama pada kawasan-kawasan tertentu seperti pasar-pasar di pusat kota. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ilegal dumping di dalam saluran-saluran drainase tersebut Hasil dari penelitian memperlihatkan daerah penelitian rawan banjir di Kota Manado memiliki tingkat tidak rentan banjir (seluas 603,34 ha), tingkat kerentanan sedang (seluas 54 67,01 ha), tidak rentan (seluas 6492,39 ha) dan tingkat sangat rentan (seluas 2180,11 ha) yang tersebar pada 10 kecamatan yaitu Bunaken, Malalayang, Mapanget, Sario, Singkil, Paal Dua, Tikala, Tuminting, Wanea dan Wenang. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-3

283 d. Biologi Flora Flora yang terdapat di sekitar lokasi kegiatan tergolong keberadaan jenis dan jumlahnya relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil inventarisasi keberadaan jenis dan tipe vegetasi. Berdasarkan hasil inventarisasi diketahui terdapat jenis tanaman yang merupakan vegetasi penghijauan yang tersebar di tepi jalan yaitu angsana (Pterocarpus indicus), beringin (Ficus benyamina) dan jenis lainnya seperti bambu. Sedangkan beberapa jenis tumbuhan yang terdapat di dalam tapak kegiatan antara lain: pisang, kelapa, mengkudu, mangga, jambu, mahoni, serta didominasi oleh alang-alang. Rendahnya keberadaan jenis dan tipe vegetasi ini karena daerah rencana kegiatan merupakan daerah perkotaan dimana lahan untuk daerah pekarangan sudah sangat terbatas. Berikut merupakan hasil investasi flora pada tapak proyek dan daerah sekitar tapak proyek. Fauna Keberadaan jenis fauna maupun kelimpahannya di lokasi rencana kegiatan dan sekitarnya tergolong rendah. Jenis-jenis yang ada adalah burung gereja (Passer montanus) dan burung layang-layang ( Apus apinis), burung pipit, capung, kumbang, dan belalang. Mamalia yang terdapat pada daerah studi adalah kucing dan anjing, sedangkan reptil adalah cicak dan kadal. Rendahnya keanekaragaman fauna disebabkan oleh lokasi studi merupakan pemukiman, pendidikan, dan perdagangan. e. Pendidikan Tingkat pendidikan rata-rata penduduk tergolong tinggi (SLTP ke atas). Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan dan informasi yang tergolong intensif, dimana akses ke pusat-pusat pendidikan, perkantoran dan informasi sangat dekat. Secara umum terjadi peningkatan jumlah sarana pendidikan formal dan nonformal dari waktu ke waktu. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat semakin menyadari akan pentingnya pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar untuk setiap manusia, sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan merupakan bagian dari upaya peningkatan kesejahteraan rakyat. Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK) tertinggi tahun 2015 berada pada jenjang pendidikan SD/MI, APM SD sebesar 93,97, SMP sebesar 73,02, dan SMA sebesar 62,23, sedangkan APK SD sebesar 111,23, SMP sebesar 91,06, dan SMA sebesar 86,30. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik saran maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Sebagai gambaran kota Manado sampai dengan tahun 2015 terdapat 141 unit Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar sebanyak 261 unit, SLTP sebanyak 85 Unit, SMA/SLTA/SMK sebanyak 79 unit serta sebanyak 33 perguruan tinggi. f. Agama Kehidupan beragama merupakan salah satu wujud keragaman yang terjadi di bangsa Indonesia termasuk Kota Manado. Kerukunan beragama di Kota Manado dapat dikatakan telah terbina dengan baik. Keanekaragaman agama Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-4

284 yang terjadi membutuhkan sarana peribadatan. Pada tahun 2015 tempat peribadatan umat Kristen tercatat sebanyak 550 gereja. Sedangkan tempat peribadatan umat Islam ada sebanyak 192 masjid dan 5 musholla. Disamping itu terdapat 3 pura dan 20 vihara/titd di kota Manado. g. Kesehatan Masyarakat Pembangunan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu, pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan dengan menciptakan akses pelayanan kesehatan dasar yang didukung oleh sumber daya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas, tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat) dan ketersediaan obat. Sepuluh jenis penyakit yang mendominsasi yaitu: 1. ISPA 2. Hypertensi 3. Penyakit lain pada saluran pernafasan bagian atas 4. Gastritis 5. Penyakit kulit infeksi 6. Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat 7. Penyakit kulit alergi 8. Diabetes melitus 9. Tonsilistis 10. TB paru h. Transportasi Jalan Jalan dalam Kota Manado menurut wewenang pembinaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu Jalan Negara, Jalan Propinsi dan Jalan Kota. Panjang jalan di seluruh wilayah Kota Manado pada tahun 2014 mencapai Kilometer. Panjang Jalan Negara adalah 46,40 Kilometer, Jalan Propinsi sepanjang 40,4 Kilometer, dan sisanya 540,68 Kilometer merupakan Jalan Kota.Jalan Kota dibagi ke dalam 4 kategori jalan menurut kondisi yaitu Baik, Sedang, Rusak Ringan dan Rusak Berat. Persentase panjang Jalan Kota menurut Kondisi Jalan ialah Baik 74%, Sedang 11%, Rusak Ringan 6% dan Rusak Berat 9%. Angkutan Darat, Laut dan Udara Disamping angkutan darat, angkutan laut juga memiliki peranan yang penting sebagai penghubung antara Kota Manado dengan daerah daerah kepulauan sekitar yang berdekatan dengan Kota Manado. Pada tahun 2015 kapal yang keluar masuk Pelabuhan Manado sebanyak kapal, atau naik sebesar 14 persen dari tahun 2014 (2.120 kapal). Sebagian besar merupakan kapal dalam negeri dankapal rakyat. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-5

285 Angkutan udara, juga menjadi salah satu sarana pengangkutan yang ada di Kota Manado. Melalui bandar udara Sam Ratulangi, angkutan udara menghubungkan Kota Manado dengan daerah lainnya di dalam negeri dan luar negeri Indonesia.Pada tahun 2014, banyaknya penumpang domestik yang berangkat melalui bandar udara Sam Ratulangi adalah sebanyak , penumpang domestik yang tiba sebanyak dan yang transit sebanyak Sedangkan untuk penumpang internasional, yang berangkat sebanyak dan yang tiba sebanyak Proses penentuan dampak penting hipotetik diperoleh melalui suatu proses pelingkupan yaitu: - Identifikasi Dampak Potensial Pada tahap ini diidentifikasi dan diinventarisasi dampak potensial yang mungkin timbul tanpa memperhatikan besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak sehingga belum ada upaya penilaian apakah dampak tersebut merupakan dampak penting atau tidak. Metode yang digunakan adalah metode matriks sederhana dengan cara menghubungkan antara komponen lingkungan yang mungkin terkena dampak dengan komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampaknya. Tabel 5.1 Matriks Identifikasi Dampak Potensial KOMPONEN KEGIATAN Pra Konstruksi Konstruksi Operasi KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP Perizinan Koordinasi Mobilisasi Material dan Alat Berat Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi Pembuatan dan pengoperasian bengkel, bedeng, dan gudang Penyiapan Lahan Dasar Pekerjaan Pondasi Pekerrjaan Struktur Pembersihan Akhir dan Pekerjaan Pertamanan/ Penghijauan Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN Perawatan Gedung dan Fasilitasnya Komponen Fisika Kimia Iklim Kualitas Udara X X X X X Kebisingan X X X X X X Getaran Air Larian X X X Kualitas Air Permukaan X X Kualitas Air Tanah Kualitas Air Limbah Muka Air Tanah Lalu Lintas X X Komponen Biologi Flora X X Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-6

286 KOMPONEN KEGIATAN Pra Konstruksi Konstruksi Operasi KOMPONEN LINGKUNGAN HIDUP Perizinan Koordinasi Mobilisasi Material dan Alat Berat Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi Pembuatan dan pengoperasian bengkel, bedeng, dan gudang Penyiapan Lahan Dasar Pekerjaan Pondasi Pekerrjaan Struktur Pembersihan Akhir dan Pekerjaan Pertamanan/ Penghijauan Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN Perawatan Gedung dan Fasilitasnya Fauna X Komponen Sosekbud Persepsi Masyarakat X X X X X X X X X X Kesempatan Kerja dan Berusaha X X X Kamtibmas X Komponen Kesehatan Masyarakat Kebersihan Lingkungan X X X X Pola Penyakit X Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-7

287 Gambar 5.1 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Pra Konstruksi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-8

288 Gambar 5.2 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Konstruksi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-9

289 Gambar 5.3 Bagan Alir Dampak Potensial Tahap Operasi Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-10

290 Hasil proses dengan matriks identifikasi dan bagan alir di atas, maka diperoleh dampak potensial sebagai berikut: Tabel 5.2 Matriks Dampak Potensial Sumber Dampak Tahap Pra Konstruksi Perizinan Koordinasi Dampak Potensial Perubahan Persepsi Masyarakat Perubahan Persepsi Masyarakat Tahap Konstruksi Mobilisasi Material dan Alat Berat Mobilisasi Tenaga Kerja Konstruksi Pembuatan dan pengoperasian bengkel, bedeng, dan gudang Penyiapan Lahan Dasar Pekerjaan Pondasi Pekerjaan Struktur Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Peningkatan Kebisingan Perubahan Persepsi Masyarakat Timbulan Limbah B3 Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Air Permukaan Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi Emisi Genset) Peningkatan Kebisingan Timbulan Sampah dan Limbah B3 Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP) Peningkatan Kebisingan Gangguan Flora Gangguan Fauna Peningkatan Kebisingan Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP) Peningkatan Kebisingan Peningkatan Air Larian Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-11

291 Sumber Dampak Pekerjaan Sarana dan Utilitas Pembersihan Akhir dan Pekerjaan Pertamanan/Penghijauan Tahap Operasi Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN dan Kampus FK UNSRAT (Pengadaan energi) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN dan Kampus FK UNSRAT (Pengelolaan sampah, Limbah B3, dan Limbah Medis) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN dan Kampus FK UNSRAT (Pengelolaan limbah cair) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT (Aktivitas lalu lintas) Perawatan Gedung dan Fasilitasnya Sumber : Analisis Konsultan, 2016 Dampak Potensial Timbulan Sampah dan Limbah B3 Perubahan Persepsi Masyarakat Timbulan Sampah dan Limbah B3 Perubahan Persepsi Masyarakat Peningkatan Keanekaragaman Flora Perubahan Persepsi Masyarakat Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Perubahan Persepsi Masyarakat Peningkatan Air Larian Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Gangguan Kamtibmas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi Emisi Genset) Peningkatan Kebisingan Timbulan Limbah B3 Timbulan Sampah, Limbah B3, dan Limbah Medis Perubahan Pola Penyakit Timbulnya Infeksi Nosokomial Perubahan Persepsi Masyarakat Penurunan Kualitas Air Permukaan (Peningkatan Konsentrasi TSS, BOD, COD, MBAS, KmnO 4, Minyak dan Lemak) Perubahan Persepsi Masyarakat Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Peningkatan Kebisingan Perubahan Persepsi Masyarakat Peningkatan Air Larian Perubahan Persepsi Masyarakat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-12

292 - Evaluasi Dampak Potensial Pelingkupan pada tahap ini bertujuan untuk menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting, sehingga diperoleh daftar prioritas dampak penting yang dipandang perlu dan relevan untuk ditelaah secara mendalam dalam studi AMDAL. Daftar dampak penting potensial ini disusun berdasarkan pertimbangan atas hal-hal yang dianggap penting oleh masyarakat di sekitar rencana kegiatan, instansi yang bertanggung jawab dan tim studi. Setelah diadakan diskusi dengan antar tenaga ahli, maka terdapat beberapa dampak potensial yang dihilangkan. Berikut adalah evaluasi dari dampakdampak potensial menjadi dampak penting hipotetik. Berikut adalah hasil evaluasi dampak potensial menjadi dampak penting hipotetik: Tabel 5.3 Dampak Penting Hipotetik Tahap Konstruksi Dampak Penting Hipotetik Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP) Peningkatan Kebisingan Persepsi Masyarakat Tahap Operasi Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Peningkatan Air Larian Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Gangguan Kamtibmas Timbulan Sampah, Limbah B3, dan Limbah Medis Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Peningkatan Kebisingan Perubahan Persepsi Masyarakat Sumber : Analisis Konsultan, 2016 Sumber Dampak Mobilisasi Material dan Alat Berat Mobilisasi Material dan Alat Berat Pekerjaan Struktur Pekerjaan Struktur Pekerjaan Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit UNSRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT (Pengelolaan sampah dan limbah B3) Kegiatan operasional Rumah Sakit UNSRAT (Aktivitas lalu lintas) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT (Aktivitas lalu lintas) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT (Aktivitas lalu lintas) Kegiatan operasional Rumah Sakit PTN UNSRAT (Aktivitas lalu lintas) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-13

293 5.1.3 Peningkatan Kapasitas dan Program Pelatihan Upaya untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dalam melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan perlu dilakukan dengan mengikutsertakan dalam program-program pelatihan ( Training) yang diselenggarakan oleh lembagalembaga seperti Perguruan Tinggi atau instansi yang terakreditasi. Pemantauan lingkungan sendiri adalah proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut prosedur standard tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu. Untuk mendapat hasil pemantauan yang baik dan terukur maka perlu diketahui teknik-teknik pemantauan atau pengukuran kualitas lingkungan seperti limbah cair, gas, kebisingan, getaran, dll. Diharapkan melalui pelatihan tersebut, peserta akan dapat, memahami prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan memahami teknik pemantauan lingkungan memahami teknik pengambilan sample lingkungan memahami standar kualitas lingkungan Adapun sasaran peserta yang akan diikutsertakan antara lain, staf, engineer, supervisor atau manajer lingkungan pada unit yang bertanggungjawab terhadap bidang kesehatan lingkungan (misal: Bagian Kesehatan Lingkungan) Perkiraan Biaya Proses Izin Lingkungan a. Perkiraan pembiayaan penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL) yang terdiri dokumen ANDAL, RKL dan RPL sampai dengan terbitnya Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKLL) dan Izin Lingkungan yaitu sebesar Rp ,-. b. Perkiraan pembiayaan penyusunan Laporan pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan yaitu sebesar Rp ,- per 6 (enam) bulan. c. Perkiraan pembiayaan penyelesaian dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) ya itu sebesar Rp ,- dikarenakan merupakan proses lanjutan dari konsep dokumen yang sudah disiapkan yaitu berupa proses konsultasi untuk mendapatkan rekomendasi Rencana dan Jadwal Kepatuhan Lingkungan a. Pelaksanaan kegiatan penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi adalah 6 (enam) bulan kalender atau 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Adapun rincian kegiatan penyiapan dokumen AMDAL. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-14

294 b. Frekuensi pelaporan pelaksanaan RKL dan RPL dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup. Pemrakarsa wajib memperhatikan ketentuan-ketentuan yang ada di dalam Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup (SKLL) tersebut. Dalam hal frekuensi pelaporan tidak ditetapkan dalam Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup, maka pelaporan dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-15

295 Tabel 5.4 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) No. I II III IV Tahapan Kegiatan Persiapan 1. Mobilisasi Tim Pelaksana 2. Studi Pustaka Pelaksanaan Lapangan AMDAL 1. Pengumuman di Media 2. Pengumpulan Data Sekunder 3. Public Hearing/Sosialisasi/Konsultasi 4. Pengumpulan Data Primer Pelaksanaan Pekerjaan 1. Kompilasi Data 2. Analisa Data Lapangan 3. Evaluasi Hasil Lapangan 4. Penyusunan Draft KA-ANDAL 5. Penyusunan Draft AMDAL (ANDAL, RKL & RPL) Pembahasan / Diskusi /Asistensi AMDAL 1. Pembahasan Konsep KA-ANDAL di Tim Teknis AMDAL 2. Pembahasan Konsep ANDAL,RKL/RPL di Tim Teknis dan Komisi AMDAL Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4 Bulan-5 Bulan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-16

296 No. V Tahapan Kegiatan Pelaporan 1. Laporan Konsep Kerangka Acuan ANDAL 2. Laporan Final Kerangka Acuan ANDAL 3. Laporan Konsep ANDAL, RKL dan RPL 4. Laporan Final ANDAL, RKL-RPL Bulan-1 Bulan-2 Bulan-3 Bulan-4 Bulan-5 Bulan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-17

297 Tabel 5.5 Jadwal Pelaksanaan Pelaporan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan No Kegiatan 1 Pekerjaan Persiapan 2 Laporan Pendahuluan 3 Survei Lapangan 4 Laporan Antara 5 Analisis Laboratorium 6 Analisis Hasil Laboratorium dan Perhitungan 7 Laporan Akhir Minggu Ke: I II III IV V VI VII VIII 5.2 Analisis Sosial Rencana kegiatan pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi, dimana status kepemilikan lahan adalah milik universitas, sehingga tidak memerlukan pembebasan dan/atau pemindahan penduduk. Dengan demikian tidak diperlukan kajian sosial melalui penyiapan dokumen LARAP (Lands Acquisition and Resettlement Action Plan) atau Rencana Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali. 5.3 Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan a. Sesuai Pasal 15 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Menteri LH nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Usaha Dan/atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), menyebutkan Pembangunan bangunan gedung dengan Luas lahan > 5 Ha atau Bangunan > m2. Sedangkan luas rencana pembangunan adalah m2, maka kegiatan pembangunan Pembangunan Rumah Sakit PTN Universitas Sam Ratulangi yang akan dilakukan oleh KPBU merupakan wajib memiliki dokumen AMDAL. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 2012, dalam penyusunan dokumen AMDAL ini, pemrakarsa wajib menggunakan pendekatan studi AMDAL Tunggal. b. Pada saat operasional kegiatan Rumah Sakti akan menyebabkan bangkitan pergerakan (traffic) dan dan kebutuhan parkir pengunjung. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-18

298 5.3.2 Rekomendasi a. Hal ini diperkuatkan dengan arahan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Manado pada suratnya tertanggal 8 Agustus 2016 yang mewajibkan untuk melakukan perubahan terhadap ijin lingkungan yang sudah ada, yang didahului oleh penyusunan dan penilaian AMDAL baru. b. Melakukan kegiatan pelaporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan merupakan wujud tanggung jawab pemrakarsa untuk memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup atas usaha dan/ atau kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya, serta memenuhi hak setiap orang untuk untuk mendapatkan informasi lingkungan hidup dan berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pedoman penyusunan laporan pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 tahun c. Melaksanakan konsultasi kepada Dinas Perhubungan Kota Manado untuk mendapatkan rekomendasi/ persetujuan atas Dokumen Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN) yang sudah disusun tahun Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 5-19

299 6 BAB 6 KAJIAN BENTUK KERJASAMA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR 6.1. Pertimbangan Bentuk Kerjasama Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Unsrat akan memiliki fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian bidang kedokteran, kedokteran gigi dan kesehatan lain (PP No. 93 tahun 2015, Pasal 3). Oleh karena itu, RSPTN Unsrat dirancang sebagai Rumah Sakit Kelas B yang akan berfungsi sebagai: wahana pelayanan kesehatan bagi masyarakat; wahana Pendidikan bagi mahasiswa peserta pendidikan profesi dokter dan dokter gigi serta tenaga kesehatan lainnya (perawat, Ahli Kesehatan Masyarakat, pendidikan Apoteker, Pendidikan elektromedik, dll); dan wahana penelitian di bidang kesehatan. Selain itu, keberadaan RSPTN Unsrat menjawab kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan dan ketersediaan bed (tempat tidur) untuk perawatan inap sehingga rasio ideal 1 Tempat Tidur per penduduk dapat terpenuhi. Dalam hal pelayanan, proses bisnis Rumah Sakit Pendidikan sama juga dengan Rumah Sakit pada umumnya, yaitu sebagai berikut : PROSES BISNIS RS PTN UNSRAT Kerjasama Pengadaan /Pembangunan (KPBU) REKTOR UNSRAT Gedung Sistem Peralatan Medis Peralatan Non Medis PASIEN MASUK UGD Farmasi Pemeriksaan Penunjang Perawatan? Kamar Operasi R. Inap Pengelolaan RS oleh BLU RS PTN PASIEN PULANG POLIKLINIK Pemeriksaan Penunjang R. Inap? R. Perawatan Intensive Care Pulang Dirujuk Meninggal Farmasi Kerjasama Pemeliharaan (KPBU/KSO) Gedung Sistem Peralatan Medis Peralatan Non Medis Gambar 6.1 Proses Bisnis RS PTN Unsrat Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-1

300 Terkait dengan aspek pendidikan dan penelitian bagi mahasisa kedokteran akan merupakan bagian dalam pelayanan kesehatan atau proses bisnis RS, mahasiswa kedokteran/co as, berperan sebagai observer, dan diperbolehkan terlibat dalam pelayanan kesehatan kepada pasien kelas III. Lingkup kerjasama Proyek KPBU RSPTN Unsrat akan mencakup: 1. penyelesaian bangunan gedung RS Pendidikan, yang meliputi bangunan gedung poliklinik, rawat inap, UGD, dan bangunan penunjang lainnya, 2. penyediaan peralatan RS (medis dan non medis), 3. pemeliharaan bangunan gedung dan lingkungan rumah sakit; 4. pemeliharaan peralatan medis dan non medis; dan 5. pengalihan aset setelah masa kerjasama berakhir. Pemilihan skema KPBU dilakukan dengan mempertimbangkan: 1. Terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai pembangunan RSPTN. KPBU untuk penyelesaian bangunan gedung RSPTN (design and built/db), dengan mempertimbangkan sebagian bangunan gedung utama sudah terbangun, akan tetapi beberapa gedung lainnya belum selesai terbangun, sehingga gedung RSPTN belum dapat beroperasi seutuhnya. Penyelesaian pembangunan gedung RSPTN secara lengkap sangatlah dibutuhkan sebagai tempat pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa/i fakultas kedokteran Unsrat. Diharapkan, dengan adanya badan usaha, bangunan gedung RSPTN dapat terbangun pada tahun Ketersediaan peralatan RSPTN, dengan terbatasnya anggaran Pemerintah, maka dibutuhkan peralatan RSPTN, yang akan digunakan untuk sarana pelayanan, pendidikan dan penelitian untuk mahasiswa/i fakultas kedokteran. Penyediaan peralatan RSPTN dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan. 3. Optimalisasi penggunaan aset Unsrat, dengan telah terbangunnya sebagian bangunan gedung RSPTN Unsrat, yang mana bangunan RS tersebut berada di wilayah kompleks Unsrat, dan lahannya merupakan hak milik Unsrat, maka perlu dilakukan percepatan penggunaan aset Unsrat tersebut, agar bangunan yang sudah terbangun ataupun sebagian rangka bangunan yang sudah ada tidak terbengkalai/mangkrak. 4. Optimalisasi investasi. Skema KPBU untuk penyelesaian pembangunan gedung RSPTN, merupakan salah satu alternatif untuk mengoptimalkan investasi pemerintah, dalam hal ini Kemenristek Dikti/Unsrat. Hal ini karena terbatasnya anggaran pemerintah, sedangkan kebutuhan akan prasarana dan sarana RSPTN menjadi prioritas bagi Fakultas Kedokteran/FKG Unsrat. 5. Maksimalisasi efisiensi. Pengalaman Badan Usaha di dalam mengoperasikan bangunan RS dan peralatan medis dan non medis tentunya dapat melakukan efisiensi biaya yang lebih maksimal dengan tidak mengurangi standar pelayanan yang ditetapkan. 6. Kemampuan badan usaha. Badan usaha nasional yang mampu mengelola rumah sakit telah banyak di Indonesia, seperti Grup Lippo dengan RS Siloam, Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-2

301 Grup Mayapada dengan RS Mayapada, Hermina Grup, Grup Sinar Mas dengan RS Eka, akan menjadi kandidat yang tepat untuk pelaksanaan KPBU. 7. Alokasi risiko. Mempertimbangkan sejarah terbengkalainya bangunan rumah sakit karena salah satunya isu pendanaan dan besarnya kerugian yang dialami dari tertundanya pengoperasian rumah sakit, risiko pembangunan dan pemeliharaan direncanakan dialihkan ke Badan Usaha. Pengoperasian tidak bisa dialihkan ke Badan Usaha karena tidak diperbolehkan secara regulasi. Oleh karena itu, pengalihan risiko perencanaan, pembangunan sebagai salah satu risiko utama kepada Badan Usaha akan menjadi langkah yang tepat. 8. Alih pengetahuan dan teknologi. Kerjasama ini diharapkan dapat terjadi alih pengetahuan di dalam pembangunan dan pemeliharaan RSPTN, serta alih teknologi di dalam pengoperasian peralatan medis yang lebih efisien dan efektif sehingga meningkatkan mutu pendidikan mahasiswa kedokteran, dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Gambar 6.2 SkemaTanggung Jawab Pemerintah-Swasta Berdasarkan pertimbangan di atas, pemilihan skema KPBU yang diusulkan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 6.1 Skema KPBU Jenis Bangunan Rancang (Design) Bangun (Build) Penyediaan Fasilitasi Peralatan Kesehatan (Purchase) Operasional (Operate) Pemeliharaan Gedung dan Peralatan Kesehatan (Maintenance) Pengalihan (Transfer) Bangunan Polikliinik Bangunan Mangkrak X X X X Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-3

302 Secara singkat skema di atas kita sebut sebagai skema FDBMT (Finance-Design- Build- Maintenance-Transfer) Bentuk Kerjasama Penyelenggaraan RSPTN Lingkup Kerjasama Dengan mempertimbangkan perlunya percepatan dalam penyelesaian pembangunan RSPTN sebagai tempat pendidikan bagi mahasiswa kedokteran, terbatasnya anggaran pemerintah dalam penyediaan infrastruktur pendidikan, dan perlunya pengoperasian serta pemeliharaan infrastruktur yang profesional dan terintegrasi, maka lingkup kerjasama akan difokuskan pada penyelesaian pembangunan rumah sakit, pembelian sarana medis, pemeliharaan prasarana dan sarana rumah sakit, serta pengalihan aset di akhir masa kerjasama. Aset pemerintah yang akan dikerjasamakan di dalam Proyek KPBU RSPTN Unsrat berupa tanah dan sebagian bangunan RS yang telah selesai dibangun. Saat ini kedua aset tersebut dikelola oleh UNSRAT. Dengan memperhatikan justifikasi di atas, maka perlu adanya konfirmasi terkait penentuan PJPK, apakah Menteri Ristek Dikti, Rektor Unsrat melalui penugasan Menristekdikti mengingat sampai dengan saat ini Unsrat masih berbentuk Satker yang sedang berproses mengajukan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK -BLU), atau Kementerian Ristek Dikti dapat menugaskan Direktur RSPTN Unsrat sebagai PJPK. Lingkup Kerjasama skema FDBMT secara rinci, meliputi: 1. Review DED RSPTN Unsrat yang sudah ada, 2. Penyelesaian bangunan rumah sakit, sehingga dapat beroperasi dan melayani fungsinya sebagai tempat pendidikan, pelayanan kesehatan dan penelitian 3. Penyediaan peralatan penunjang rumah sakit, baik peralatan medis dan non medis untuk kegiatan pendidikan, pelayanan kesehatan dan penelitian, termasuk sistem informasi manajemen rumah sakit. 4. Pemeliharaan bangunan dan lingkungan rumah sakit, termasuk bangunan poliklinik. 5. Pemeliharaan peralatan penunjang rumah sakit. 6. Pelaksanaan kegiatan capacity building terkait pengoperasian dan pemeliharaan peralatan medis dan non-medis. 7. Pengalihan seluruh aset kerjasama pada akhir masa kerja sama. 8. Menjaga kualitas dan kuantitas fasilitas aset eksisting yang digunakan hingga dilakukan proses pengalihan hak guna pada akhir masa konsesi. Badan usaha diberikan penugasan dalam penyelesaian bangunan rumah sakit, penyediaan peralatan RS baik peralatan medis dan non medis. Penyediaan SDM dan pelayanan kesehatan menjadi tanggung jawab pemerintah/pjpk. Pemerintah akan membayar badan usaha dengan skema AP. Alternatif ini menjadi pilihan, karena tanggungjawab dalam pemberian pelayanan kesehatan, pendidikan dan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-4

303 penelitian merupakan tanggungjawab Pemerintah/PJPK. Demikian juga dalam penyediaan SDM, merupakan tanggungjawab Pemerintah/Universitas Sam Ratulangi. Secara ringkas, skema KPBU, dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6.2. Skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Lingkup Kerjasama PJPK Badan Usaha Penyelesaian bangunan RSPTN Penyediaan Peralatan Fasilitas Kesehatan medis dan non medis Pemeliharaan Bangunan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Penyediaan SDM Pelayanan Kesehatan Operasional RS Pemilihan skema KPBU akan mempengaruhi jangka waktu kerjasama, dan mekanisme pembiayaan pemerintah Jangka Waktu dan Pentahapan Jangka waktu perjanjian kerjasama ini diusulkan selama 25 tahun, terhitung sejak kegiatan komersial dilakukan. Harapannya dengan waktu kerja sama yang tidak terlalu panjang akan memberikan waktu yang cukup dan tepat bagi Pemerintah untuk mengusahakan secara mandiri dan Badan Usaha mendapatkan keuntungan yang layak. Pembangunan akan dilakukan secara 1 tahap, sedangkan penyediaan peralatan akan dilakukan secara 2 tahap. Detil dapat dilihat pada Bab 4 Ekonomi dan Komersial Keterlibatan Pihak Ketiga Dalam Tata Kelola Keuangan skema KPBU, keterlibatan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) sebagai pihak ketiga adalah dalam hal penjaminan terhadap pembayaran AP apabila terjadi kendala, antara lain ketika pendapatan BLU tidak mencukupi untuk membayar cicilan yang telah disepakati dalam perjanjian. Keterlibatan Trustee Bank adalah dalam mengelola pendapatan bersih dari operasional RSPTN Unsrat dimana Trustee Bank akan membayar AP kepada BUP (Badan Usaha Pelaksana) sesuai dengan SLA (Service Level Agreement) Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-5

304 Gambar 6.3 Bagan Alur Tata Kelola Keuangan RSPTN Unsrat Skema Pemanfaatan Barang Milik Negara / Daerah Yang termasuk dalam Obyek Pemanfaatan Barang Milik Negara pada pembangunan RSPTN Unsrat adalah Tanah dan Bangunan RSPTN yang sudah berdiri. Skema Pemanfaatan Barang milik Negara adalah melalui Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha melalui penyediaan Infrastruktur. Skema pemanfaatan barang milik negara mengikuti ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 27 tahun Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 6-6

305 7. BAB 7 KAJIAN RISIKO Salah satu tujuan utama penyelenggaraan KPBU dalam pembangunan infrastruktur dilakukan untuk mendistribusikan resiko, antara Pemerintah dan Badan usaha. Pembagian resiko yang adil dan wajar akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dalam proyek infrastruktur. Penyelenggaraan KPBU dalam pembangunan serta pengoperasian dan pemeliharaan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) merupakan hal baru, karena KPBU Pembangunan RSPTN, biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah terutama sesuai dengan dalam peningkatan kualitas mahasiswa kedokteran, sarana pendidikan dan penelitian, serta tempat praktek mahasiswa kedokteran dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pembagian atau distribusi resiko antara Pemerintah/PJPK dengan Badan Usaha dipengaruhi oleh skema KPBU yang akan dipilih. Apabila PJPK, mengusulkan skema KPBU DBT (Design, Build and Transfer), dalam penyelenggaraan RSPTN, maka sebagian besar resiko akan dialokasikan kepada Pemerintah. Apabila skema KPBU yang diusulkan adalah DBOM (design, built, operation and maintenance), maka sebagian besar resiko akan dialokasikan kepada badan usaha, mulai dari tahap penyelesaian bangunan RSPTN sampai dengan pengoperasian dan pemeliharaan bangunan dan peralatan RSPTN. Akan tetapi, mengingat RS PTN merupakan milik Pemerintah, yang juga mempunyai fungsi pendidikan dan penelitian, selain pelayanan, maka berdasarkan regulasi yang ada, Badan Usaha tidak dapat terlibat dalam pelayanan pendidikan dan penelitian bagi mahasiswa fakultas kedokteran Unsrat. Dalam menentukan dan merumuskan upaya penanganan risiko melalui cara mengalokasikannya baik kepada pihak lain maupun menanggung risiko tersebut, dibutuhkan suatu prinsip yang dapat digunakan menjadi landasan bagaimana, sejauh mana dan kepada pihak mana risiko sebaiknya tersebut dialokasikan. Secara garis besar manajemen risiko akan mengacu kepada alur berikut: Identifikasi Risiko Penilaian Risiko Alokasi Risiko Langkah Mitigasi 7.1 Identifikasi Risiko Identifikasi risiko yang akan memberikan pengaruh dalam proses KPBU harus dilakukan sebagai langkah awal. Identifikasi risiko ini dengan mempertimbangkan lingkup (konteks) proyek, model bisnis proyek, sumber pendanaan, dan juga aspek eksternal proyek. Identifikasi risiko akan mencakup mulai dari tahap perencanaan pembangunan, tahap pelaksanaan pembangunan, tahap operasional RS PTN, risiko keuangan, risiko bisnis dan risiko legal. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-1

306 Identifikasi risiko akan merujuk kepada acuan alokasi risiko PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) dengan penyesuaian berdasarkan lingkup proyek dan benchmark. 7.2 Penilaian Risiko Pengukuran risiko merupakan tahap lanjutan setelah pengidentifikasian risiko. Pengukuran risiko adalah usaha untuk mengetahui besar/kecilnya resiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tinggi rendahnya risiko yang dihadapi Pemerintah dan Badan Usaha dalam melakukan lingkup proyek. Tujuan penilaian risiko agar Pemeintah dan Badan Usaha dapat mengetahui jenis risiko yang paling kritis sehingga bisa dilakukan langkah mitigasi yang tepat. Dimensi yang harus diukur: 1. Frekuensi atau probabilitas terjadinya risiko 2. Dampak dari risiko Penilaian risiko yang mencakup hal tersebut dapat dilakukan dengan secara kuantitatif ataupun kualitatif. Penilaian dilakukan dengan metode hipotesis, sensitivitas, volatilitas, Value at Risk (VaR), dan expert judgement. Pengukuran Dampak dengan melihat pengaruhnya kepada aspek finansial proyek. Misalnya risiko konstruksi dalam bentuk keterlambatan pasokan logistik akan menjadikan proyek terhambat dana akan menimbulkan biaya. Pada studi ini, penilaian risiko dilakukan secara kualitatif. 7.3 Alokasi Risiko Pengalokasian risiko diperlukan agar dapat menentukan dan merumuskan upaya penanganan risiko. Proses pengalokasian risiko membutuhkan suatu prinsip yang dapat digunakan menjadi landasan menentukan cara, cakupan, dan pihak yang terbaik dalam mengelola. Dalam konteks KPBU, penentuan kewajiban PJPK dalam Perjanjian KPBU perlu memenuhi prinsip Alokasi Risiko. Upaya menghasilkan suatu skema alokasi risiko yang optimal penting demi keberlangsungan proyek. Prinsip yang lazim diterapkan untuk alokasi risiko adalah bahwa, Risiko sebaiknya dialokasikan kepada pihak yang relatif lebih mampu mengelolanya atau dikarenakan memiliki biaya terendah untuk menyerap risiko tersebut. Jika prinsip ini diterapkan dengan baik, diharapkan dapat menghasilkan premi risiko yang rendah dan biaya proyek yang lebih rendah sehingga berdampak positif bagi pemangku kepentingan proyek tersebut. Secara konseptual, penerapan prinsip tersebut di proyek, adalah sebagai berikut: Risiko yang berdasarkan pengalaman sulit untuk dikendalikan Pemerintah agar memenuhi asas efektivitas biaya, sebaiknya ditanggung pihak Badan Usaha. Risiko yang berada di luar kendali kedua belah pihak, atau sama-sama dapat dipengaruhi kedua belah pihak sebaiknya ditanggung bersama (kejadian kahar). Risiko yang dapat dikelola Pemerintah, karena posisinya lebih baik atau lebih mudah mendapatkan informasi dibandingkan Badan Usaha (risiko peraturan atau legislasi) sebaiknya ditanggung Pemerintah. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-2 Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sam Ratulangi

307 7.4 Mitigasi Risiko Dalam konteks proses pengelolaan risiko secara umum, risiko yang terjadi perlu dilakukan penanganan/pengendalian (risk treatment/risk control). Secara garis besar, penanganan risiko termasuk: menanggung risiko, menghindari risiko, menghilangkan risiko, meminimalisasi risiko dan mengalihkan atau mengalokasikan risiko kepada pihak lain. Mitigasi risiko dapat dilihat di tabel risiko. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-3 Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sam Ratulangi

308 Tabel 7.1 Tabel Risiko RSPTN Unsrat Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko 1. RISIKO LOKASI Kontaminasi/polusi ke lingkungan lokasi Polusi udara, kebisingan, arus lalulintas selama pelaksanaan proyek x Penyusunan studi Amdal untuk bangunan RSPTN Risiko status tanah Konflik kepemilikan sertifikat tanah, antara Unsrat dengan Unima x Melaksanakan validasi status kepemilikan lahan; Dukungan dari otoritas terkait (BPN, Dinas Capilduk) Risiko akses masuk ke/dari RS RS berada di dalam lingkungan Kampus Unsrat x Membuka beberapa akses langsung dan angkutan ke/dari RS Unsrat Gagal menjaga keselamatan dalam lokasi RS berada di dalam lingkungan Kampus Unsrat x Implementasi prosedur keselamatan kerja yang baik 2. RISIKO DESAIN, KONSTRUKSI DAN UJI OPERASI Terlambatnya penyelesaian konstruksi Dapat termasuk apakah konstruksi yang sudah ada dapat digunakan/tidak atau konstruksi yang sudah ada harus dilakukan pembongkaran x Kontraktor yang handal dan klausul kontrak yang standar Kenaikan biaya konstruksi x Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak Kesalahan desain Desain konstruksi yang sudah ada perlu dibongkar x Kesepakatan faktor eskalasi harga tertentu dalam kontrak Risiko uji operasi Kesalahan estimasi waktu/ biaya dalam uji operasi teknis x Koordinasi kontraktor dan operator yang baik 3. RISIKO SPONSOR Default BU Default BU yang mengarah ke terminasi/step-in oleh financier x Konsorsium didukung sponsor yang kredibel dan solid Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-4

309 Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Default sponsor proyek 4. RISIKO FINANSIAL Kegagalan mencapai financial close Risiko struktur finansial Risiko nilai tukar mata uang Risiko tingkat inflasi Risiko suku bunga Risiko asuransi (1) 5. RISIKO OPERASI Deskripsi Publik Swasta Bersama Default pihak sponsor (atau anggota konsorsium) Tidak tercapainya financial close karena ketidakpastian kondisi pasar Inefisiensi karena struktur modal proyek yang tidak optimal x x x Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice Proses PQ untuk memilih sponsor yang kredibel Koordinasi yang baik dengan potential lenders Konsorsium didukung sponsor/lender yang kredibel fluktuasi (non ekstrim) nilai tukar x Instrumen lindung nilai; Pembiayaan dalam Rupiah Kenaikan (non ekstrim) tingkat inflasi terhadap asumsi dalam life-cycle cost fluktuasi (non ekstrim) tingkat suku bunga Cakupan asuransi untuk risiko tertentu tidak lagi tersedia di pasaran Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko Bisa juga karena conditions precedence tidak terpenuhi Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim x Faktor indeksasi tarif; Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim x Lindung nilai tingkat suku bunga Bisa dibagi dengan Pemerintah apabila fluktuasinya ekstrim x Konsultansi dengan spesialis/broker asuransi Ketersediaan fasilitas Akibat fasilitas tidak bisa terbangun x Kontraktor yang handal Penyediaan peralatan RS Buruk atau tidak tersedianya layanan Keterlambatan dalam penyediaan peralatan RS Akibat fasilitas tidak bisa beroperasi x Operator yang handal; Spesifikasi output yang jelas Aksi industri Aksi mogok, larangan kerja,dsb x kebijakan SDM, hubungan industrial yang baik Risiko sosial dan budaya lokal Risiko yang timbul karena tidak diperhitungkannya budaya atau x x Menerapkan program pengembangan masyarakat yang Khususnya untuk cakupan risiko terkait keadaan kahar Bisa oleh staf operator, subkontraktor atau penyuplai Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-5

310 Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko kondisi sosial lingkungan Unsrat dalam implementasi proyek people-oriented; Pemberdayaan masyarakat Kegagalan manajemen proyek Kegagalan atau ketidakmampuan Badan Usaha dalam mengelola operasional Proyek Kerjasama x Implementasi rencana manajemen operasi secara profesional Kegagalan kontrol dan monitoring proyek Terjadinya penyimpangan yang tidak terdeteksi akibat kegagalan kontrol x Menyusun rencana kontrol dan monitoring serta melakukan dan monitoring oleh Badan Usaha atau PJPK evaluasi berkala erhadap efektivitas rancangan dan pelaksanaan Kenaikan biaya O&M Akibat kesalahan estimasi biaya O&M atau kenaikan tidak terduga x Operator yang handal; Faktor eskalasi dalam kontrak Kesalahan estimasi biaya life cycle x Kesepakatan/kontrak dengan supplier seawal mungkin Kecelakaan lalu lintas atau isu keselamatan Lokasi RSPTN berada di lingkungan Usnrat, yang dilalui oleh kendaraan mahasiswa dan dosen x Asuransi kewajiban pihak ketiga Risiko pencemaran limbah medis yang bersifat bahan berbahaya beracun (B3) Kegiatan operasional rumah sakit /fasilitas kesehatan dapat berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan dari limbah medis yang dihasilkan x Melakukan studi analisis dampak lingkungan dan menyusun rencana pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi Membuat fasilitas pengelolan limbah medis yang memenuhi standar peraturan Pengelolaan limbah medis dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang telah memiliki sertifikasi dari instansi berwenang (KLHK) 6. RISIKO PENDAPATAN Perubahan proyeksi volume permintaan Risiko ini sangat tergantung dengan skema KPBU yang dipilih apakah BOT atau AP x x Kunjungan terhadap RS Pemerintah dan RS Swasta setempat untuk memastikan jml kunjungan pasien ; Pinjaman lunak di awal operasi Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan permintaan minimum dapat dipertimbangkan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-6

311 Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Kesalahan estimasi pendapatan dari model awal Komposisi Pasien BPJS lebih banyak daripada pasien non BPJS Kegagalan mencapai pendapatan dari non core Kegagalan mengajukan peningkatan pendapatan Penyesuaian tarif RS baik untuk BPJS dan non BPJS periodik terlambat Tingkat penyesuaian tarif BPJS lebih rendah dari proyeksi Kesalahan perhitungan estimasi tarif 7. RISIKO RUJUKAN Risiko rujukan (1) Risiko rujukan (2) Deskripsi Publik Swasta Bersama Risiko ini sangat tergantung dengan skema KPBU yang dipilih apakah BOT atau AP Akibat fungsi RSPTN sebagai tempat pendidikan dan penelitian serta tempat praktek mahasiswa kedokteran Akibat kegagalan / tidak optimalnya sistem sewa dengan tarif RSPTN Gagalnya peningkatan pendapatan karena BU tidak mampu memenuhi standar minimal yang disepakati RS menjadi tempat rujukan bagi RS lainnya RS menjadi tempat praktek bagi mahasiswa Fak kedokteran lainnya di Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice x x Kunjungan terhadap RS Pemerintah dan RS Swasta setempat untuk memastikan jml kunjungan pasien dan pendapatan non core box; x x x x x Sosialisasi yang baik ke publik, dan penambahasan fasilitas private wing, x x x x Survei user affordability and willingness yang handal pada RS pemerintah dan swasta setempat Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Kinerja operasi yang baik; Regulasi yang mendukung Survei user affordability and willingness yang handal pada RS swasta dan pemerintah Skema kerjasama afiliasi dengan RS lainnya Penyepakatan biaya pendidikan mahasiswa kedokteran dengan Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko Bila dipicu aksi Pemerintah, jaminan pendapatan minimum dapat dipertimbangkan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-7

312 Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko luar Unsrat badan usaha 8. RISIKO POLITIK Mata uang asing tidak dapat dikonversi Mata uang asing tidak tersedianya dan/atau tidak bisa dikonversi dari Rupiah x Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Mata uang asing tidak dapat direpatriasi Mata uang asing tidak bisa ditransfer ke negara asal investor x Pembiayaan domestik Akun pembiayaan luar negeri Penjaminan dari bank sentral Risiko ekspropriasi Nasionalisasi/pengambilalihan tanpa kompensasi (yang memadai) x Mediasi,negosiasi Asuransi Risiko Politik Penjaminan pemerintah Perubahan regulasi (dan pajak) yang umum Bisa dianggap sebagai risiko bisnis x Perubahan regulasi (dan pajak) yang diskriminatif dan spesifik Berbentuk kebijakan pajak oleh otoritas terkait (pusat atau daerah) x -Mediasi,negosiasi -Asuransi Risiko Politik -Penjaminan pemerintah Selain memiliki provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Keterlambatan perolehan persetujuan perencanaan Hanya jika dipicu keputusan sepihak / tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Gagal/terlambatnya perolehan persetujuan Hanya jika dipicu keputusan sepihak/tidak wajar dari otoritas terkait x Provisi kontrak yang jelas termasuk kompensasinya Biasanya terkait isu selain perencanaan 9. RISIKO FORCE MAJEURE Bencana alam x Asuransi, bila dimungkinkan Force majeure politis Peristiwa perang, kerusuhan, gangguan keamanan masyarakat x Asuransi, bila dimungkinkan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-8

313 Kategori Risiko dan Peristiwa Risiko Deskripsi Publik Swasta Bersama Strategi Mitigasi Sesuai Best Practice Cuaca ekstrim x Asuransi, bila dimungkinkan Force majeure berkepanjangan 10. RISIKO KEPEMILIKAN ASET Risiko nilai aset turun Transfer bisnis RSPTN eksisting Transfer aset RS eksisting Sumber: PT PII, analisa konsultan Jika di atas 6-12 bulan,dapat mengganggu aspek ekonomis pihak yang terkena dampak (terutama bila asuransi tidak ada) Kebakaran, ledakan, peralatan rusak, bangunan RS rusak, dsb Ketidakpastian kondisi bisnis setelah transfer dari badan usaha Tidak terantisipasinya kondisi RS dan peralatan yang sudah di operasikan x x Setiap pihak dapat mengakhiri kontrak KPS dan memicu terminasi dini Asuransi x Studi kelayakan bisnis yang baik dan lengkap (dalam Pra FS) x Studi kelayakan aset yang baik dan lengkap (dalam PFS) Kondisi Spesifik terkait Alokasi Risiko Terutama bila asuransi tdk tersedia untuk risiko tertentu Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 7-9

314 8. BAB 8 KAJIAN DUKUNGAN PEMERINTAH 8.1. Dukungan Pemerintah Proyek ini tidak menerapkan dukungan kelayakan (viability gap funding - VGF), karena proyek ini menggunakan skema Availability Payment (AP). Berdasarkan kebijakan di dalam penerapan skema AP di lingkungan Kementerian/Lembaga, proyek tidak boleh mendapatkan VGF jika menerapkan skema AP. Walaupun demikian, Badan Usaha Pelaksana (BUP) masih membutuhkan bantuan pemerintah untuk memberikan kemudahan dalam proses perizinan badan usaha dan pengoperasian. Dukungan pemerintah dalam bentuk insentif pajak tidak diperlukan di dalam skema ini Penjaminan Pemerintah Untuk memberikan kepastian usaha dan tingkat pengembalian investasi kepada Badan Usaha, proyek RS PTN Unsrat diusulkan untuk mendapatkan penjaminan dari Pemerintah. Risiko yang diusulkan untuk dijamin adalah: 1. Risiko politik & regulasi. Kondisi politik berubah sehingga dapat mengubah regulasi yang kemungkinan dapat menimbulkan risiko negatif bagi proyek. 2. Risiko penyesuaian pembayaran ( adjustment). Risiko terjadinya keterlambatan atau tidak dilakukannya penyesuaian pembayaran sesuai dengan inflasi per tahunnya. 3. Risiko pembayaran. Risiko terjadinya keterlambatan dalam pembayaran oleh BLU, penundaan atau tidak dilakukannya pembayaran oleh BLU/pemerintah hingga melewati batas waktu yang dijanjikan di dalam kontrak. Penjaminan atas risiko-risiko tersebut akan memberikan tambahan kenyamanan bagi investor dan lender. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 8-1

315 9. BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1 Kebutuhan akan penyelesaian pembangunan RSPTN Unsrat merupakan prioritas, selain untuk mendukung sarana pendidikan dan penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran juga untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Manado, Sulawesi Utara dan Indonesia Timur bagian timur. Keberadaan RSPTN Unsrat merupakan salah satu solusi penacapaian rasio ideal 1 TT: penduduk, sehingga secara ekonomi dan keuangan, adanya RSP Unsrat akan memberikan manfaat untuk peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. 2 Dengan terbatasnya anggaran pemerintah, lingkup KPBU RS dapat mencakup bangunan, penyediaan peralatan RS, serta pemeliharaan bangunan dan peralatan RS. 3 Berdasarkan kajian hukum atas peraturan perundang-undangan terkait, proyek ini dimungkinkan untuk di-kpbu-kan pada lingkup membangun, menyediakan peralatan RS serta pemeliharaan bangunan dan peralatan RS. 4 Jika proyek dilaksanakan secara KPBU, maka PJPK untuk proyek ini adalah Menteri Ristek Dikti atau Kemenristek Dikti dapat memberikan penugasan/pelimpahan wewenang kepada Unsrat. Hal ini sesuai regulasi dan juga dengan mempertimbangkan bahwa Unsrat masih berbentuk Satker dalam Kementerian Ristek Dikti, walaupun pemilik dan pengguna aset adalah Unsrat. 5 Lokasi RSPTN Unsrat, berada di dalam lingkungan Kampus Unsrat dan berdekatan dengan lokasi Fakultas Kedokteran Unsrat. Berdasarkan RTRW Kota Manado, lokasi RSPTN sudah sesuai dengan peruntukannya. 6 RSPTN Unsrat telah memliki AMDAL yang disusun tahun 2008 dan berdasarkan rekomendasi dari BLHD Kota Mando pada tanggal 8 Agustus 2012, karena adanya perubahan kegiatan berupa penambahan kapasitas, perubahan spesifikasi teknis dan perluasan bangunan, maka diperlukan penyusunan AMDAL yang baru. 7 Bentuk KPBU yang diusulkan adalah re-desain, penyelesaian pembangunan, penyediaan fasilitas RS serta pemeliharaan bangunan dan peralatan RS. Jangka waktu kerjasama 25 tahun. 8 Proyek KPBU RSPTN Unsrat tidak membutuhkan dukungan pemerintah karena secara finansial cukup layak dan memiliki Economic IRR 11,04%, Equity IRR 15,05 %; Economic NPV 46,73 Miliar dan equity NPV 36,04 Miliar dengan jangka waktu pengembalian 7,18 tahun, akan tetapi proyek membutuhkan penjaminan dari pemerintah,. Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 9-1

316 9.2. Rekomendasi Rekomendasi terkait proyek KPBU RSPTN Unsrat adalah sebagai berikut: 1. Penyelesaian bangunan RSPTN Unsrat merupakan prioritas, sehingga dibutuhkan komitmen tinggi dari PJPK, antara lain dukungan PJPK adalah perlu adanya Simpul KPBU dan Tim Panitia Pengadaan KPBU (lihat Bab 2 dan Perka LKPP No. 19 tahun 2015), 2. Apabila Menteri Ristekdkti sebagai PJPK, akan mendelegasikan kewenangan PJPK kepada Dirjen SDIptekDikti ataupun Rektor Universitas Sam Ratulangi, maka Menteri Ristekdikti, harus mengeluarkan SK tentang pendelegasian tugas dan tg jawab PJPK (lihat Permen PPN 4 tahun 2015). 3. Untuk pelaksanaan tahapan selanjutnya PJPK dapat mengajukan permohonan Project Development Facility (PDF) kepada Menteri Keuangan, untuk pendampingan dalam penyusunan Kajian Akhir Studi Kelayakan/Final Busines Case (FBC), pendampingan dalam transaksi-untuk seleksi Badan Usaha/calon investor, atau PJPK dapat melakukan langsung penyusunan FBC dan transaksi dengan cara mengalokasikan anggaran untuk kegiatan di atas melalui APBN Kementerian Ristekdikti. 4. Keterlibatan Simpul KPBU, yang terdiri atas berbagai disiplin ilmu, misal tenaga ahli kesehatan, hukum, teknis, dan keuangan, dapat dilakukan pada tahap kajian awal, 5. Desain fisik RSPTN harus memperhatikan sirkulasi dan luas bangunan antara pergerakan pasien, jenis penyakit, laboratorium, farmasi, ruang operasi, ruang IGD, dan ruang rawat inap, untuk memudahkan pergerakan di dalam ruang RSPTN. 6. Apabila skema yang dipilih termasuk pemeliharaan bangunan dan peralatan RS, maka Badan Usaha Pelaksana terpilih harus yang mempunyai pengalaman terkait ke dua hal di atas, atau menggandeng partner yang mempunyai pengalaman terkait ke dua hal tersebut. 7. Penentuan kelas RS, akan mempengaruhi nilai investasi, dan jangka waktu kerjasama sehingga diusulkan pada tahap awal untuk RSPTN Unsrat merupakan kelas RS type B. 8. Konfirmasi terkait status lahan, dengan memperoleh court clearance, dari pengadilan setempat, akan menimalkan resiko dalam pengoperasian RS dan menarik badan usaha pelaksana. 9. Peningkatan aksesibilitas ke/dari RSP Unsrat, mengingat lokasi RSPTN Unsrat di dalam lingkungan kampus Unsrat, maka diperlukan akses khusus dan jalur angkutan umum bagi masyarakat di luar kampus untuk dapat sampai ke RSPTN Unsrat, yang tidak menganggu/terganggu oleh pergerakan di dalam Kampus Unsrat. 10. PJPK perlu segera menyusun kembali AMDAL, sebelum dilakukannya proses pelelangan seleksi Badan Usaha. 11. Mengingat kajian yang dihasilkan berupa Kajian Awal Prastudi Kelayakan (Outline Business Case/OBC), yang mana analisa yang digunakan menggunakan pendekatan dan asumsi-asumsi, untuk itu perlu adanya kajian lebih lanjut yang akan dilaksanakan pada penyusunan Kajian Akhir Prastudi Kelayakan (Final Business Case/FBC). Dengan demikian isu yang disampaikan Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 9-2

317 pada saat premarket sounding, seperti skema kerjasama, waktu lamanya konsesi, waktu pengembalian investasi, usulan perubahan desain dan lain-lain, dapat di konfirmasi pada Dokumen FBC. 12. Perlu dilakukan review kembali atas DED yang telah disusun tahun 2014, untuk memastikan apakah DED telah mengikuti Pedoman yang berlaku untuk Rumah Sakit. Dalam kajian ini, review atas DED tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, karena dokumen DED yang diberikan dari Unsrat tidak lengkap. 13. Perlu segera dilakukan penyusunan Studi Kelayakan/Feasibilty Study (FS) untuk RSPTN Unsrat 14. karena belum ada FS RSPTN maka Analisa pendapatan RSPTN disusun berdasarkan hasil diskusi dengan Tim Pengembangan RSPTN dan data sekunder ( Best Practise) beberapa RS Swasta. Untuk itu agar kajian akhir (FBC) lebih komprehensif, RSPTN harus menyusun FS 15. Perlu dilakukan audit terhadap bangunan-bangunan (Poliklinik, ruang genset) yang sudah terbangun dan struktur bangunan yang mangkrak, untuk memastikan kelayakan bangunan dan strukturnya, mengingat jangka waktu KPBU sekitar 20 tahun. 16. PJPK dapat menginisiasi proses penjaminan ke PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) 17. Pengembangan private wing. Untuk menarik investasi bagi badan usaha, RS PTN Unsrat dapat mengembangkan private wing, untuk melayani masyarakat pendapatan menengah ke atas. Berdasarkan PMK 190/2015, bagi Badan Usaha yang pengembalian investasiya dilakukan melalui AP, maka BU tsb tidak diperbolehkan untuk menerima pendapatan dari sumber lainnya, sehingga pengembangan private wing dapat dilakukan setelah masa kerjasama selesai/berakhir, atau terdapatnya regulasi baru yang memungkinkan BU dapat memperoleh pendapatan lainnya, walaupun telah menerima AP 18. Kerjasama dengan RS lainnya. Dengan beroperasinya RSPTN Unsrat, diharapkan RS ini dapat menjadi rujukan dari RS lainnya yang berada di Kota Manado, dan Sulawesi Utara serta Indonesia Timur bagian timur, mengingat Fakultas Kedokteran Unsrat mempunyai spesialisasi keahlian yang cukup lengkap untuk wilayah Indonesia Timur bagian timur 9.3. Isu-Isu Kritis dan Rencana Tindak Lanjut Berdasarkan hasil kajian dan market sounding teridentifikasi beberapa isu kritis yang perlu ditindak lanjuti, seperti yang terlihat dalam dalam tabel 9.1 Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 9-3

318 Tabel 9.1 Tabel Isu Kritis dan Rencana Tindak Lanjut No Isu Kritis Rencana Tindaklanjut 1 BLU UU No 44/2009 tentang RS: Rumah Sakit milik pemerintah harus berbentuk UPT dengan PPK BLU 2 Proses Perijinan (Permenkes 56/2014): Izin Mendirikan: diberikan 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang 1 tahun Persyaratan: diperlukan dokumen FS dan Master Plan; DED; AMDAL; HO; SITU; IMB Perlu ditetapkan apakah BLU di Kemenristekdikti atau di Unsrat Proses Perijinan: Pengecekan masa berlaku IMRS Pemenuhan Dokumen yang dipersyaratkan 3 AMDAL Tindak lanjut rekomendasi BLH Kota Manado (8 Agustus 2016) yang mewajibkan untuk melakukan perubahan terhadap ijin lingkungan yang sudah ada, yang didahului oleh penyusunan dan penilaian AMDAL baru 4 Kelas RSPTN: RS Pendidikan: minimal Kelas B (sesuai regulasi) Adanya Kebutuhan RS Kelas B di Kota Manado Klasifikasi RSPTN Unsrat dirancang sebagai rumah sakit kelas B sesuai Surat Sekretaris Jenderal No 327/SJ/VII/ Identifikasi aset RS (BMN) yang sudah ada (existing) 6 Audit kelayakan Bangunan Gedung oleh BPK dan Dinas PU Informasi Warek IV: sudah dilakukan audit kelayakan pada bulan November 2016, hasil: secara teknis Layak. Ketetapan bahwa RSPTN UNSRAT adalah Kelas B Identifikasi Aset RS akan dilakukan pada saat FBC Dokumen hasil Audit yang telah dilakukan disertakan dalam dokumen FBC Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 9-4

319 Tabel 9.2 Jadwal Penyelesaian Isu Kritis dan Pelaksanaan KPBU Aktivitas Q1 Q2 Q3 Q4 Penetapan BLU Penyusunan FS RSPTN Penyusunan AMDAL Proses Transaksi FBC Pembentukan Simpul KPBU dan Panitia pengadaan Proses Seleksi Investor Penandatanganan Kontrak Pemenuhan Pembiayaan Konstruksi Operasional RS Pendampingan Penyiapan Proyek KPBU 9-5

320 Laporan Kegiatan Market Sounding KPBU Penyediaan Infrastruktur Kesehatan RSPTN Universitas Sam Ratulangi, Manado Pendahuluan Kegiatan Market Sounding (Penjajakan Minat Pasar) Penyediaan infrastruktur Kesehatan RSPTN Unsrat diselenggarakan dengan tujuan untuk memperoleh masukan, tanggapan dan mengidentifikasi minat calon investor, lembaga keuangan nasional, dan internasional serta pihak yang memiliki ketertarikan terkait dengan penyediaan infrastruktur RS PTN Universitas Sam Ratulangi di Kota Manado. Kegiatan ini diselenggarakan melalui diskusi terbuka dan one on one meeting dengan peserta yang merupakan para calon investor yang terkait dengan penyelesaian pembangunan RSPTN Universitas Sam Ratulangi Manado. Waktu, Tempat Penyelenggaraan dan Peserta Market Sounding Kegiatan market sounding diselenggarakan pada Hari : Rabu, 28 Desember 2016 Waktu : Pkl selesai Tempat : Hotel Aryaduta, Ruang Monas 5&6 Jalan Prapatan No 44 48, Gambir, Jakarta Pusat Daerah Khusus Ibukota Jakarta Kegiatan market sounding dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada tanggal 28 Desember dan 29 Desember 2016 (untuk undangan yang berhalangan hadir pada tanggal 28 Desember 2016). Jumlah peserta: Tanggal 28 Desember 2106: 40 orang (Daftar hadir terlampir) Tanggal 29 Desember 2016: 5 orang. Kegiatan market sounding dihadiri oleh: 1. Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi 2. Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Kemenristekdikti 3. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/ Bappenas 4. Direktur Kerjasama Pemerintah-Swasta dan Rancang Bangun Kementerian PPN/Bappenas 5. Direktur Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan Kementerian Bappenas 6. Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Keuangan 7. Wakil Rektor IV Universitas Sam Ratulangi, Manado 8. Direktur Utama PT PII 9. Direktur Operasi PT PII 10. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan 11. PT. SMI 12. LKPP

321 Perusahaan yang bergerak dalam bisnis perumahsakitan atau yang memiliki pengalaman atau ketertarikan pada industri rumah sakit yang datang pada acara market sounding adalah: 1. PT Pertamina Bina Medika 2. PT Hermina Hospital Group 3. PT Siloam Internasional Hospital 4. PT Awal Bros 5. PT Wijaya Karya 6. PT Adhi Karya 7. PT PPP Indonesia 8. PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) 9. PT Indofarma 10. PT Bakrie Global 11. PT Bakrieland Development 7 (tujuh) dari 11 perusahaan calon investor menyertakan pernyataan berminat terhadap proyek KPBU Penyediaan infrastruktur RSPTN Unsrat (terlampir). Pelaksanaan Kegiatan 1. Sambutan Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Pendidikan Tinggi Kemenristek Dikti

322 Kegiatan market sounding dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof. dr. Ali Gufron Mukti. MSc. PhD. Dalam sambutannya Prof Gufron menyampaikan bahwa misi utama pendidikan tinggi harus dicapai. Alternatif pembiayaan pembangunan infrastruktur RSPTN dapat melalui PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri), SBSN (Surat Berharga Syariah Negara) dan yang baru akan diterapkan melalui KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha). KPBU tidak simple, karena RSPTN bukan komersial, ada fungsi Pendidikan dan Penelitian. RS PTN harus mengintegrasikan antara pelayanan kesehatan, penelitian, dan pendidikan. Sehingga pelaksanaan KPBU RS PTN tidak murni secara komersial namun terdapat unsur sosial, yaitu untuk mendidik para dokter. 2. Sambutan Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/ Bappenas Dengan kerjasama melalui proyek KPBU, pihak swasta dilibatkan dan berkontribusi dalam proyek pemerintah. Dengan masuknya pihak swasta diharapkan akan lebih sustain.

323 3. Pemaparan dari Narasumber dan diskusi. Acara dipandu oleh Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur Kemenristekdikti Ir. Hari Purwanto MSc. DIC. Narasumber terdiri dari : a. Direktur Kerjasama Pemerintah Swasta dan Rancang Bangun, Drs Sri Bagus Guritno, Ak, MSc, CA 1) Kerjasamanya Pemerintah dan Badan Usaha untuk Proyek RS PTN Universitas Sam Ratulangi Manado meliputi: Membangun RS dan mengadakan perlatan serta pemeliharan (DBFM); 2) Sistem menggunakan AP, pengembalian investasi sesuai dengan waktu kerjasama (25 th); 3) Kerjasama PJPK melalui BUP namun pengelolaan tetap dibawah Manajemen UNSRAT (BLU Unsrat ) b. Konsultan : Ir. Nita Sarwani. MT

324 Penjelasan tentang Proyek Pembangunan RSPTN Unsrat (bahan terlampir). 4. Diskusi a. Windu (PT PII), mengajukan pertanyaan : 1) Bagaimana jaminan atas struktur yang telah terbangun? Jika setelah dibangun, 10 tahun kemudian roboh, maka siapa yang bertanggung jawab? 2) Untuk pembayaran pengembalian investasi selama 25 tahun? apakah sudah ditentukan atau belum? 3) Apakah mungkin badan usaha dapat memberikan masukkan dengan menambahkan tambahan ruangan/peralatan yang lebih canggih, agar nilai investasi tinggi. Jawaban: 1) Pada bulan November 2016 telah dilakukan audit oleh BPKP dan PU untuk menilai bangunan RS. Beberapa uji telah dilakukan antara lain: a) Hammer test: untuk menguji kekuatan beton yang dilakukan di plat, kolom, balok b) Theodolit test untuk mengukur kemiringan/kelurusan/kerataan muka tanah, untuk melihat kelurusan tiang. Hasil: Layak Hasil Audit Dinas PU Prov Sulut menunjukkan bahwa gedung layak diteruskan secara teknis. (Prof. Dr. Ir Sangkertadi, DEA. Warek IV Universitas Sam Ratulangi). 2) KPBU sudah memperhitungkan metoda pembayaran AP selama 20 tahun. 3) Saat ini investasi untuk RSPTN Unsrat seperti yang sudah diperhitungkan, masih ada 23 Univ lainnya yang menunggu, UNSRAT merupakan pilot project. (Drs Sri Bagus Guritno, Ak, MSc, CA, Bappenas). b. Synthia (Dirut PT PII) Akan mendukung proyek ini. 10 Kunci keberhasilan KPBU RSPTN Unsrat 1) Komitmen PJPK, solusi mengatasi keterbatas APBN (24 Univ), Berbagai hal dan upaya teknis PJPK; 2) Komitmen Rektor 3) Sudah ada success story KPBU, dan regulasi sektor kesehatan 4) Aspek teknis, bisa menjadi dasar untuk meneruskan proyek dan batasan risiko 5) Komersial dan finansial 15% Equity IRR, akan daikaji lebih jauh 6) Enviromenet dan social 7) Lahan -> sudah ada dan tersedia, untuk RS 24 Ha dari seluruh 24 Ha di UNSRAT; 8) Good governance 9) Swasta harus proaktif; 10) Aspek waktu, dengan dukungan Kemenkeu, optimis bisa close sehingga jadi benchamrk teching hospital

325 c. Rustamaji (PT Adhi Karya) Pertanyaan 1) Seberapa besar jaminan terhadap nilai IRR tersebut? 2) Dalam RS PTN akan terdapat bangunan fisik & perlengkapan medis. Terkait dengan perlengkapan medis tersebut, apakah badan usaha yang merawat / sewa? 3) Terkait AMDAL, siapa yang bertanggung jawab? 4) Apabila badan usaha diperbolehkan untuk redesain, waktu pekerjaan akan mundur, bagaimana perizinannya? Jawaban: 1) Terkait keuangan, khususnya IRR, saat ini dokumen Pra FS (OBC) sudah dihitung dengan tingkat IRR 15%, dengan catatan sudah termasuk bantuan operasional 3 tahun sebesar 25 miliar per tahun dan 40% dari biaya tenaga kerja (PNS). Namun kajian ini akan dilengkapi dengan dokumen FBC, sehingga nilai IRR mungkin saja akan bergerak lagi karena adanya perubahan berdasarkan kajian keuangan yang lebih dalam dan akurat. Tingkat IRR tidak dijamin, justeru investor harus mampu mmemberikan nilai tambah yang terbaik untuk memenangkan kompetisi; 2) Dalam perhitungan ini sudah dimasukkan biaya perawatan dan pemeliharaan berkala tahunan dan tiga tahunan (untuk perlatan medis) serta lima tahunan untuk gedung dan mekanikalnya; 3) Amdal RSPTN sudah pernah disusun oleh Universitas Sam Ratulangi 4) Perijinan rumah sakit, terdiri dari 2 (dua) yaitu Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Operasional RS. Sebagai rumah sakit Kelas B maka proses perijinan berada di Provinsi, Dinkes hanya memberikan rekomendasi (sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan RS). d. Yout Savitri (Dir Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan) Perijinan rumah sakit terdiri dari 2 (dua) yaitu Izin mendirikan dan izin operasional. Untuk izin mendirikan diperlukan Studi Kelayakan, Master plan dsb. Izin mendirikan berlaku 1 tahun. Izin operasional sesuai kelas rumah sakit,untuk kelas B izin operasional diberikan oleh Pemerintah Provinsi, hal ini juga merupakan Amanah UU No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah RS Pendidikan (Teaching Hospital), rumah sakit kelas B terutama ditentukan oleh ketersediaan dan kompetensi SDM serta Alat Kesehatan/Teknologi. Merupakan Academic Health System. RS Pendidikan diharapkan menjadi rujukan/ Center of Excellence.

326 Kementerian Kesehatan memiliki 14 RS Pendidikan, diharapkan RS milik Kemenristekdikti menjadi RS Kelas B e. Yulisar (Direksi PT. Hermina Hospital Group) Komentar: 1) Hermina Bisnis modelnya berbeda karena bukan investor. Hermina adalah operator dan dalam mendirikan rumah sakit kami mencari investor. Penawaran dari sisi pendanaan (IRR menarik), kami berbeda, kami tidak memiliki dana untuk berpartisipasi 2) Oportunity untuk maintain peralatan RS (KSO). Tanggapan: KPBU merupakan hal yang baru, meskipun bisnis modelnya berbeda dan Hermina sebagai operator, KPBU adalah opportunity, masuk ke bisnis baru mengelola aset pemerintah. (Synthia, Dirut PT PII). f. Yanto Togi (PT RNI) Komentar dan Pertanyaan PT RNI Sudah memiliki pengalaman kerjasama dengan rumah sakit melalui KSO dengan RS Kandou Manado untuk alat diaganostik dan jantung; 1) Apabila memungkinkan mengetahui lebih detail, mengingat lokasi dengan Kandou berdekatan, apa saja asumsinya dan bagaimana dengan sistemnya profit sharing? Supaya lebih intensif 2) Apakah ada interest yang lebih murah (insentif pemerintah). Jawaban: g. PT SMI 1) Menggunakan AP tidak ada profit sharing, karena sudah dijamin sejak kontrak KPBU (Sri Bagus) 2) Dalam perhitungan ini sudah dimasukkan interest sebesar 12% p.a., apabila investor mendapatkan dibawah angka tersebut berarti akan dapat lebih menghemat biaya. Di Indonesia belum ada contoh KPBU untuk infrastruktur RS, tetapi banyak negara sudah menjalankan PPP untuk infrastruktur RS, contohnya di Filipina. Dengan skema KPBU badan usaha tidak terpengaruh dengan revenue RS, karena dengan skema AP sudah ditetapkan cicilan yang akan dibayarkan. 5. One on One Meeting Peserta One On One Meeting adalah: a. PT RNI

327 b. PT Indofarma c. PT Bakrie Global d. Bakrieland development.

328

329 Draft Undangan: 1. Staf Ahli Menteri Bidang Infrastruktur, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 2. Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 3. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas 4. Direktorat Kerjasama Pemerintah-Swasta Rancang Bangun, Kementerian Bappenas 5. Direktorat Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan, Kementerian Bappenas 6. Direktorat Sarana dan Prasarana, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi 7. Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur, Kementerian Keuangan 8. Komite Bersama RSPTN - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dan Kementerian Kesehatan 9. Bappeda Provinsi Sulawesi Utara 10. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 11. Universitas Sam Ratulangi 12. Kantor Walikota Manado 13. Bappeda Kota Manado 14. Dinas Kesehatan Kota Manado 15. RSUP Kandou 16. Direktur Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Khusus, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) 17. PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia 18. PT Sarana Multi Infrastruktur 19. PPP Indonesia Mepcom Consortium 20. Bank Sulut 21. Perwakilan KADIN setempat 22. Perwakilan IDI 23. Perwakilan LSM 24. Perwakilan Media Massa Lokal 25. Perwakilan Masyarakat Kecamatan Malalayang 26. Perwakilan Konsultan PT. Marga Graha Penta

330

331

332

333

334

335

336

337

338

339

340 KERANGKA ACUAN KERJA PENJAJAKAN MINAT PASAR (MARKET SOUNDING) Direktorat Kerjasama Pemerintah - Swasta Dan Rancang Bangun, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KESEHATAN RUMAH SAKIT PERGURUAN TINGGI NEGERI (RSPTN) UNIVERSITAS SAM RATULANGI, MANADO

341 1. LATAR BELAKANG Mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak setiap warga Negara yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan perorangan, yaitu rumah sakit. Kebutuhan akan penyelenggara pelayanan kesehatan semakin meningkat sejak diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional. Didalam Undangundang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional disebutkan bahwa jaminan sosial merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Meningkatnya kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan membawa dampak meningkatnya kebutuhan akan tenaga kesehatan, khususnya dokter. Sampai tahun 2010 Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa Indonesia masih kekurangan 30 ribu tenaga dokter. Oleh karena itu institusi penyelenggara pendidikan kedokteran dituntut pula untuk berperan dalam menghasilkan tenaga dokter yang cukup, baik dalam jumlah (kuantitas) maupun secara kualitas. Salah satu upaya untuk pemenuhan kebutuhan tersebut adalah melalui pembangunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri. Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri merupakan rumah sakit pendidikan milik pemerintah, yang dikelola perguruan tinggi ditujukan untuk menjadi wahana pendidikan di bidang kedokteran dan kesehatan, penelitian dan pelayanan kesehatan secara terpadu. Keberadaaan rumah sakit ini selain sebagai wahana pendidikan profesi bagi tenaga dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya, juga dapat memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tidur agar mencapai rasio ideal yang ditetapkan WHO yaitu 1 tempat tidur untuk penduduk. Pembangunan RSPTN yang dimaksudkan sebagai tempat pembelajaran klinik/profesi merupakan jawaban atas tuntutan yang diamanahkan dalam Undang-Undang. Didalam UU nomor 20 tahun 2013 Pasal 6 disebutkan bahwa salah satu satu syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi adalah memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran. Pendidikan kedokteran merupakan bagian dari Sistem Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan dan penelitian serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi sehingga dapat menghasilkan dokter dan dokter gigi yang bermutu, kompeten dan berorientasi pada keselamatan pasien guna memenuhi kebutuhan dokter dan dokter gigi di seluruh Wilayah NKRI dan meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi. Menurut informasi yang disampaikan oleh Menteri

342 Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) (dalam Republika.co.id, Jakarta, 29 Juni 2015), Kemenristek Dikti kembangkan 24 RSPTN, salah satunya adalah RS PTN Unsrat. Pembangunan RSPTN merupakan salah satu program Kemenristekdikti. Pembangunan rumah sakit PTN Unsrat telah dimulai sejak tahun 2009, pembangunan rumah sakit sempat terhenti dan sampai saat ini masih terkendala dana. Percepatan pembangunan rumah sakit PTN Unsrat menjadi kebutuhan krusial dalam upaya menghasilkan tenaga dokter yang kompeten dan berkualitas. Berdasarkan kajian The Accreditation Council of Graduate Medical Education disimpulkan bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan memiliki korelasi terhadap tingkat kelulusan dalam ujian sertifikasi dokter, oleh karena itu jumlah tempat tidur di rumah sakit sebagai sarana pendidikan menjadi bagian yang diperhatikan dalam rangka menghasilkan lulusan dokter yang sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan tempat tidur di rumah sakit untuk Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki jumlah penduduk sebanyak jiwa ini sudah melampaui rasio ideal yang ditetapkan WHO yaitu 1 TT/1.000 penduduk. Provinsi Sulawesi Utara memiliki 40 rumah sakit (pemerintah maupun swasta) dengan kapasitas tempat tidur TT. Begitu pula dengan Kota Manado yang memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa, kebutuhan ideal tempat tidur untuk setiap penduduk sudah terpenuhi dengan Rasio 4.9 TT per penduduk. Jumlah tempat tidur tersedia di Kota Manado adalah TT. Jumlah tempat terbanyak berada di Kecamatan Malalayang dimana pada kecamatan ini terdapat RSUP Kandou yang merupakan rumah sakit rujukan Nasional dengan tipe Rumah Sakit Kelas A. Mengingat RSUP Kandou adalah rumah sakit rujukan nasional terutama untuk wilayah Indonesia bagian Timur, maka cakupan rumah sakit ini tidak hanya terbatas pada penduduk kota Manado dan Provinsi Sulawesi Utara saja, tetapi juga meliputi wilayah atau provinsi yang berada di Indonesia Bagian Timur. Hal ini menyebabkan kebutuhan tempat tidur meningkat sesuai dengan jumlah wilayah penduduk cakupannya yang meluas. Jika menggunakan formula catchment area dari WHO dengan standar ideal ratio tempat tidur dan penduduk 1:500 penduduk, maka rasionya menjadi 0.3 TT/500 penduduk, hal ini menunjukkan masih terbukanya peluang bagi Universitas Sam Ratulangi untuk mengembangkan institusi pelayanan kesehatan perorangan (rumah sakit), selain itu laju pertambahan penduduk juga semakin membuka peluang ini. Berdasarkan diskusi dengan tim Unsrat dan RSUP Kandou didapatkan informasi bahwa untuk wilayah kota Manado masih kekurangan sekitar 700 tempat tidur.

343 2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penjajakan minat pasar (market sounding) ini adalah untuk memperoleh masukan, tanggapan, dan mengidentifikasi minat calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak yang memiliki ketertarikan terkait dengan penyediaan infrastruktur RS PTN Unsrat di Kota Manado Tujuan yang diharapkan atas penjajakan minat pasar (market sounding) ini adalah sebagai berikut. a. Memberikan informasi kepada pihak yang berminat dan menjelaskan secara umum tentang investasi terkait mengenai rencana pembangunan RS PTN Universitas Sam Ratulangi, Manado yang merupakan komitmen nasional untuk melengkapi pendidikan kedokteran di Indonesia. b. Memperoleh pendapat tentang model rencana pembangunan RS PTN Unsrat dan rekomendasi berguna dalam memformulasikan konsep pelayanan RS PTN Unsrat 3. MATERI PENJAJAKAN MINAT PASAR (MARKET SOUNDING) Materi pembahasan dalam penjajakan minat pasar (market sounding) ini adalah sebagai berikut; a. Penjelasan tentang Perpres No 38 tahun 2015 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dalam penyediaan infrastruktur; b. Arah dan kebijakan pemerintah pusat maupun daerah terkait dengan pembangunan infrastruktur kesehatan; c. Kesiapan dunia usaha nasional dan perbankan untuk memberikan dukungan dan keikutsertaan dalam pembangunan proyek infrastruktur kesehatan d. Konsep desain Penyelesaian Pembangunan RS Perguruan Tinggi Unsrat 4. FORMAT ACARA Penjajakan minat pasar (market sounding) diselenggarakan melalui diskusi terbuka dengan peserta adalah para calon investor yang terkait dengan pembangunan RS Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi. Pada forum diskusi, narasumber/investor akan memaparkan materi dan bahasan terkait dengan penyelesaian bangunan RSPTN Unsrat. Setiap narasumber/investor akan diberi waktu kurang lebih 15 menit untuk memaparkan persentasinya. 5. PENYELENGGARAAN Waktu dan Tempat Penjajakan minat pasar (market sounding) Pembangunan RS Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sam Ratulangi akan diselenggarakan pada:

344 Hari, Tanggal : Desember 2016 Jam : selesai Peserta Jumlah peserta yang diundang sebanyak... orang yang terdiri dari : No Peserta Jumlah (orang) 1 Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian Bappenas 1 2 Direktorat Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Tekonologi dan 1 Pendidikan Tinggi, Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi 3 Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan 1 4 Direktorat Kerjasama Pemerintah-Swasta Rancang Bangun, Kementerian 2 Bappenas 5 Direktorat Pendidikan Tinggi, IPTEK dan Kebudayaan, Kementerian 2 Bappenas 6 Direktorat Sarana dan Prasarana, Kementerian Ristek dan Pendidikan 2 Tinggi 7 Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan, Kementerian Kesehatan 2 8 Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan 2 Infrastruktur, Kementerian Keuangan 9 Bappeda Provinsi Sulawesi Utara 2 10 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2 11 Universitas Sam Ratulangi Kantor Walikota Manado 2 13 Bappeda Kota Manado 2 14 Dinas Kesehatan Kota Manado 2 15 RSUP Kandou 2 16 PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia 2 17 PT Sarana Multi Infrastruktur 2 18 Direktur Pengembangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Khusus, 2 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) 19 Atase Perdagangan Kedutaan RRC 2 20 Atase Perdagangan Perwakilan Uni Eropa 2 21 Bank Sulut 2 22 Perwakilan KADIN setempat 2 23 Perwakilan IDI 2 24 Perwakilan LSM 2 25 Perwakilan Media Massa Lokal 2 26 Perwakilan Masyarakat Kecamatan Malalayang 2 27 Perwakilan Konsultan PT. Marga Graha Penta 5 28 PT. Pertamina Bina Medika 29 PT. Siloam International Hospital 30 PT. Hermina Hospital Group

345 31 PT. Mitra Keluarga Karya Sehat Tbk 32 PT. Awal Bros 33 PT. Bosowa 34 PT Wijaya Karya (Persero) Tbk 35 PT Adhi Karya (Persero) Tbk 36 CT Coorporation 37 Japan International Cooperation Agency (JICA) 38 PT Belefina Sarana Medika (Columbia Asia Hospital) 39 PT Indofarma 40 PT Kimiafarma 41 PT Philips 42 PT Mitsubishi Heavy Industri Indonesia 43 PT Nomura Indonesia 44 PT Rajawali Nusantara Indonesia 6. SUSUNAN ACARA WAKTU KEGIATAN KETERANGAN Registrasi Peserta Sesi 1: Pemaparan Proyek Sambutan dan pembukaan acara Market Sounding Pembukaan: Dirjen Sumber Daya IptekDikti, Kemenristekdikti Profil Investasi RSPTN Unsrat Direktorat Sarana dan Prasarana, Ditjen SDID, Kemenristekdikti Diskusi dan tanya jawab Penutupan Sesi I Direktorat Sarana dan Prasarana, Ditjen SDID, Kemenristekdikti Sesi 2: One on One Meeting Jadwal akan diinformasikan kemudian setelah ada konfirmasi dari investor atau lembaga keuangan Penutupan Sesi II Direktorat Sarana dan Prasarana, Ditjen SDID, Kemenristekdikti selesai Istirahat, Sholat dan Makan Siang 7. PENYELENGGARA

346 Penyelenggara penjajakan minat pasar (market sounding) ini adalah Direktorat Kerjasama Pemerintah - Swasta Dan Rancang Bangun, Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang bekerjasama dengan Konsultan PT. Marga Graha Penta. 8. PEMBIAYAAN Pembiayaan akan dilakukan dengan dana bersumber dari Kegiatan JASA KONSULTANSI PENDAMPINGAN PENYIAPAN PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA TAHUN ANGGARAN 2016 yang dilaksanakan oleh PT. Marga Graha Penta sesuai surat perjanjian Nomor 50/SPK/PKPS/ /06/2016 tanggal 3 Juni 2016, Program PPN XII Kementerian PPN/Bappenas Tahun Anggaran 2016.

347

348

349

350

351

352

353 PENDAMPINGAN PENYIAPAN PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA TA 2016 Informasi Memorandum Infrastruktur Kesehatan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Nama Proyek : RS PTN Universitas Sam Ratulangi Manado Penanggung Jawab Proyek : Menteri Riset, Teknologi dan Kerjasama Pendidikan Tinggi Unit Pelaksana : Universitas Sam Ratulangi Rencana Biaya Proyek : Rp. 387,24 Milyar Rencana Jangka Waktu Konsesi : 20 tahun Lokasi : Manado, Sulawesi Utara 1. Latar Belakang Keberadaaan Rumah Sakit Perguruan Tinggi diperlukan sebagai wahana pendidikan profesi bagi tenaga dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya. Kajian The Accreditation Council of Graduate Medical Education menyimpulkan bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan memiliki korelasi terhadap tingkat kelulusan dalam ujian sertifikasi dokter. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tidur agar mencapai rasio ideal yang ditetapkan WHO yaitu 1 tempat tidur untuk penduduk. Gambar 1 Lokasi Proyek

354 2. Deskripsi Proyek Pembangunan RSPTN UNSRAT yang pembangunannya telah dimulai sejak tahun 2009 terhenti karena terkendala anggaran. Kemenristek Dikti sepakat bahwa penyelesaian pembangunan rumah sakit dan penyediaan peralatan kesehatan agar rumah sakit dapat segera beroperasi akan dilaksanakan melalui proyek Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha (KPBU). Bangunan Rumah Sakit akan terdiri dari 3 gedung utama, IGD, Rawat Inap dan Poliklinik serta area pendukung. Saat ini pembangunan RS baru mencapai 30%. Bangunan yang telah selesai adalah Poliklinik (6 lantai) Gedung polklinik 6 lantai sdh terbangun Gambar 2 Lokasi Stadion Mandala 3. Tujuan Proyek Gedung IRNA, UGD,ICU,dll baru struktur hingga lt.6 Penyelesaian pembangunan rumah sakit ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas pelayanan kesehatan sehingga akses masyarakat ke fasilitas kesehatan semakin luas, serta pemenuhan kebutuhan wahana pendidikan bagi pendidikan profesi dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya. 4. Peluang Bisnis Investasi proyek akan didukung oleh Kemenristek Dikti dan Badan Usaha melalui skema Bangun, Penyediaan Peralatan Kesehatan dan Pemeliharaan.

355 5. Spesifikasi Teknis RSPTN merupakan Rumah Sakit Umum dengan tipe kelas Rumah Sakit B yang dilengkapi dengan sarana dan fasilitas Pendidikan (Ruang Kuliah, Ruang Co Ass). Komponen Infrastruktur RSPTN minimal adalah: a. Instalasi Rawat Jalan b. Instalasi Gawat Darurat c. Instalasi Rawat Inap d. Instalasi Perawatan Intensif e. Instalasi Bedah f. Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan g. Instalasi Rehabilitasi Medik Instalasi Penunjang Medik a. Instalasi Farmasi b. Instalasi Laboratorium c. Instalasi Radiodiagnostik Instalasi Penunjang Non Medik a. Instalasi sterlisasi Pusat b. Instalasi Gizi c. Laundry 6. Jadwal Kegiatan Aktivitas Des Q1 Q2 Q3 Q4 Pre Market Sounding M- 4 Proses transaksi/fbc Proses seleksi Investor Penandatanganan kontrak Pemenuhan pembiayaan Konstruksi Mulai beroperasi

356 7. Tahapan KPBU Saat ini sedang dalam proses penyiapan 8. AMDAL Telah disusun tahun 2008, perlu diupdate kembali 9. Analisa Ekonomi Parameter Hasil Evaluasi Biaya Manfaat EIRR ENPV (milyar rupiah) BCR Base case 39% % 30% % -20% 26% % 21% % 27% % -20% 22% % 18% % 24% % -20% 20% % 15% Economic IRR 11,40% 10. Analisa Keuangan Equity IRR 15,05% Economic NPV Rp.46,73 Miliar Equity NPV Rp.36,04 Triliun Benefit/Cost Ratio 1,17 kali Payback Period 7,18 tahun Jangka Waktu KPBU 25 tahun Total Capex,RS Type B Rp. 387,24 Miliar Interest 12%, p.a. Pelayanan, jumlah pasien JKN 90% dari total pasien Bantuan Operasional RS Rp. 25 miliar selama 3 tahun dan Biaya SDM 40% dari total

357 PENDAMPINGAN PENYIAPAN PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA TA 2016 Market Sounding Rumah Sakit Perguruan Tinggi Universitas Sam Ratulangi Jakarta, Desember 2016

358 Kegiatan Market Sounding [Perpres 38/2015] PJPK dapat melakukan Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) antara lain melalui kegiatan pertemuan dua pihak (one-on-one meeting) dan promosi KPBU dengan calon investor, lembaga keuangan nasional dan internasional, serta pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pelaksanaan KPBU. Tujuan kegiatan adalah memperoleh masukan dan tanggapan terhadap KPBU dari pemangku kepentingan yang berasal dari Badan Usaha/ lembaga/ institusi/ organisasi nasional atau internasional. Penjajakan Minat Pasar ini merupakan bagian dari penyusunan studi Kajian Awal Prastudi Kelayakan. 2

359 TAHAPAN KPBU 3

360 Materi Paparan

361 Dasar Hukum (RS PTN) Pasal 6 ayat 3 (d) Memiliki Rumah Sakit Pendidikan atau memiliki rumah sakit yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran UU 20/2013 Pendidikan Kedokteran Pasal 7 ayat 3 berbentuk Unit Pelaksana Teknis dengan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah UU 44/2009 Rumah Sakit Peraturan Bersama Mendikbud dan Menkes No 2/ V/PB/2013 No 38/2013 Rumah Sakit PTN UU 12/ 2012 Pendidikan Tinggi Pasal 41 Sumber belajar pada lingkungan pendidikan tinggi wajib disediakan, difasilitasi, atau dimiliki oleh Perguruan Tinggi sesuai dengan Program Studi yang dikembangkan (Rumah Sakit Pendidikan)

362 Dasar Pertimbangan PJPK MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI Pasal 7 ayat (1) dan (2) UU 12/2012 1) Menteri bertanggung jawab atas penyelenggaraan Pendidikan Tinggi 2) Tanggung jawab Menteri mencakup pengaturan, perencanaan, pengawasan, pemantauan, dan evaluasi serta pembinaan dan koordinasi Rektor Perguruan Tinggi organ yang menjalankan fungsi pengelolaan PTN PJPK Pasal 62 jo. Pasal 64 UU 12/2012 Perguruan Tinggi memiliki otonomi pengelolaan yang meliputi bidang akademik dan bidang non-akademik Pasal 64 ayat 2 UU 12/2012 Bidang Akademik, yaitu: Penetapan Norma dan Kebijakan Operasional serta pelaksanaan Tridharma Pasal 64 ayat 3 UU 12/2012 Bidang Non-Akademik, yaitu: Penetepan Norma dan Kebijakan Operasional serta pelaksanaan organisasi, keuangan, kemahasiswaan, ketenagaan, dan sarana prasarana Pasal 29 ayat 1 huruf b PP 4/2014 Pemimpin Perguruan Tinggi yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan nonakademik dan pengelolaan Perguruan Tinggi UNTUK DAN ATAS NAMA MENTERI Pasal 1 Peraturan Bersama Mendikbud dan Menkes No. 2/V/PB/2013 dan No. 38/2013 RS PTN merupakan rumah sakit milik Pemerintah c.q Menristekdikti), yang dikelola PTN

363 Dasar Pertimbangan KPBU RSPTN Unsrat Untuk penyelesaian pembangunan rumah sakit yang selama ini terkendala anggaran (pembangunan telah dimulai sejak tahun 2009) Keberadaaan rumah sakit ini diperlukan sebagai wahana pendidikan profesi bagi tenaga dokter, dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya. Kajian The Accreditation Council of Graduate Medical Education disimpulkan bahwa jumlah tempat tidur rumah sakit yang digunakan untuk pendidikan memiliki korelasi terhadap tingkat kelulusan dalam ujian sertifikasi dokter. Rasio ideal mahasiswa dan tempat tidur adalah 1 : 3 Untuk memenuhi kebutuhan penduduk akan tempat tidur agar mencapai rasio ideal yang ditetapkan WHO yaitu 1 tempat tidur untuk penduduk.

364 Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Sakit dan Tempat Tidur di Kota Manado Perkecamatan Bunaken Mapanget Malalayang 76 Keterangan : Sario Jumlah penduduk Wenang Jumlah tempat tidur Tuminting Wanea Singkil Tikala Paldua

365 Rasio Kebutuhan TT ideal Kota Manado Sulawesi Utara Jumlah Penduduk jiwa Jiwa Jumlah Tempat Tidur Tersedia Kebutuhan TT berdasarkan Rasio ideal Rasio 1 TT: 1000 Penduduk (*) (**) 426 (**) (**) 5 TT : Penduduk 2 TT : Penduduk (*)Sumber: Kota Manado Dalam Angka, 2016 (**): Olah data: Konsultan RS Kandou: Kelas A, rujukan Nasional

366 RSUP KANDOU, MALALAYANG Kelas A, Rujukan Nasional terletak di Kecamatan Malalayang Wilayah cakupan pelayanan: Tidak terbatas pada masyarakat Kota Manado dan Provinsi Sulawesi Utara saja tetapi juga meliputi wilayah Indonesia Timur Jumlah penduduk yang harus dilayani RSUP Kandou: jiwa, sehingga rasio 1 TT / penduduk di Kec Malalayang menjadi dibawah rasio ideal WHO, yaitu 0.6 TT/1.000 penduduk Jika menggunakan formula catchment area dari WHO dengan standar ideal ratio 1 TT:500 penduduk, maka rasionya menjadi 0.3 TT/500 penduduk RSPTN UNSRAT Sumber: Unsrat Dalam Angka, 2015 Masih butuh 605 TT

367 Materi Paparan

368 KONDISI EKSISTING RUMAH SAKIT Gedung polklinik 6 lantai sdh terbangun Gedung IRNA, UGD,ICU,dll baru struktur hingga lt.6 Lokasi rumah sakit dilihat dari Google.

369 Gedung Rawat Jalan Gedung Rawat Inap Bangunan Genset Terdiri dari 6 lantai, Lantai 1 3 sudah selesai dan dapat difungsikan. Saat ini difungsikan sebagai Poliklinik Universitas Struktur plat lantai 6. Perlu review kembali kekuatan struktur yang sudah terbangun Atap metal, tidak sesuai untuk bangunan genset, suhu di dalamnya akan meningkat sehingga mempengaruhi kinerja genset itu sendiri.

370

371

372

373

374 Sudah dibangun (Poliklinik) Konsep Desain RSPTN UNSRAT Semula di DED, Type B : 243 TT (7 lantai) Total Capex : Rp387,237 TT: tempat tidur 18

375 KAJIAN LINGKUNGAN... IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL 19

376 ISU-ISU (DAMPAK PENTING) DAMPAK PENTING HIPOTETIK Tahap Konstruksi Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Peningkatan Kebisingan Persepsi Masyarakat Tahap Operasi Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Peningkatan Air Larian Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Gangguan Kamtibmas Timbulan Sampah, Limbah B3, dan Limbah Medis Gangguan Lalu Lintas Penurunan Kualitas Udara (Peningkatan Konsentrasi TSP, CO, SO 2, NO 2 ) Peningkatan Kebisingan Perubahan Persepsi Masyarakat SUMBER DAMPAK Mobilisasi Material dan Alat Berat Mobilisasi Material dan Alat Berat Pekerjaan Struktur Pekerjaan Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT Kegiatan operasional Rumah Sakit Pendidikan UNSTRAT 20

377 Materi Paparan 21

378 Analisis Ekonomi Proyek Layak Secara Ekonomi Parameter Hasil Evaluasi Biaya Manfaat EIRR ENPV (milyar rupiah) BCR Base case 39% % 30% % -20% 26% % 21% % 27% % -20% 22% % 18% % 24% % -20% 20% % 15% Manfaat yang dikuantifikasi: Mempermudah akses terhadap sarana kesehatan bagi masyarakat sekitar Penyerapan tenaga kerja Penghematan biaya mahasiswa Penurunan residual value 22

379 Analisis Keuangan ASUMSI UMUM KPBU RS PTN NO ASUMSI SATUAN NILAI 1 Proyeksi kenaikan jumlah penduduk per tahun Persen 1.23% a. Jumlah Penduduk yang menjadi pasien Persen 35.0% b. Jumlah realiasi pasien RS PTN Persen 80.0% 2 Periode lama pasien inap hari Rata-rata jumlah pasien Rajal Orang/tahun 153,254 Rata-rata jumlah pasien Ranap Orang/tahun 12,924 4 Jumlah bulan per tahun bulan 12 5 Jumlah hari per bulan hari 30 6 Jumlah operasi rumah sakit a. Jumlah tindakan operasi berat Prosentase 10% b. Jumlah tindakan operasi ringan Prosentase 5% c. Jumlah tindakan medis lainnya Prosentase 5% d. Jumlah Layanan resep obat Prosentase 90% 23

380 Kelas B: Jumlah TT: 243 NO KOMPOSI BIAYA JUMLAH HARGA SATUAN A B BIAYA PERSIAPAN TOTAL (IDR JUTA) A.1. Akses jalan 9,000 m2 Rp2,500,000 Rp22,500 A.2. Pagar Pengamanan Sekeliling RS PTN 11,000 m2 Rp1,000,000 Rp11,000 A.3. Pembangunan Gedung RS PTN JUMLAH INVESTASI GEDUNG (A) PERALATAN MEDIS-1 JUMLAH INVESTASI PERALATAN MEDIS-1 (B) Rp246,393 Rp279,893 Rp23,375 C TOTAL INVESTASI TAHAP AWAL (A+B) Rp303,268 D INVESTASI PERALATAN MEDIS-2 (Th Ke 7) Rp28,050 E TOTAL INVESTASI SELURUH (C+D) Rp331,318 F BIAYA KEUANGAN F.1. Interest During Construction F.2. Biaya Penjaminan TOTAL BIAYA KEUANGAN (F) Investasi/RAB/CAPEX Rp50,949 Rp4,970 Rp55,919 H TOTAL INVESTASI Rp387,237 24

381 Analisis Keuangan Proyek Financial Projection Analysis Result 20 years Parameter Decision Project IRR 10,85% 10,48% Approved Equity IRR 15,05% 13,94% Approved Project NPV (in billion) Rp 24 Rp - Approved Equity NPV (in billion) Rp 36 Rp - Approved Average DSCR (x) 1,49 1,4 Approved Minimum DSCR (x) 1,03 1,0 Approved Payback Period (Years) 7,18 DECISSION ACCEPTED Analisa Sensitivitas Masa KPBU 15 tahun 20 tahun 25 tahun SPC IRR 8,62% 10,85% 11,79% SPC NPV (miliar rp) Rp (31) Rp 24 Rp 59 Equity IRR 11,76% 15,05% 16,96% Equity NPV (miliar rp) Rp 9 Rp 36 Rp 71 Kesimpulan Tolak Terima Terima 25

382 Materi Paparan 26

383 Proses Bisnis RS PTN Unsrat Kerjasama Pengadaan /Pembangunan (KPBU) REKTOR UNSRAT Gedung Sistem Peralatan Medis Peralatan Non Medis Farmasi Kamar Operasi Pengelolaan RS oleh BLU RS PTN PASIEN MASUK UGD Pemeriksaan Penunjang Perawatan? R. Inap PASIEN PULANG POLIKLINIK Pemeriksaan Penunjang R. Inap? R. Perawatan Intensive Care Pulang Dirujuk Meninggal Farmasi Keterangan: Wahana pendidikan profesi Kerjasama Pemeliharaan (KPBU/KSO) Gedung Sistem Peralatan Medis Peralatan Non Medis 27

384 SKEMA KPBU RSPTN USNRAT SWASTA PEMERINTAH Penyelesaian Pembangunan Utilitas Bangunan Hardware dan Software IT Parkir TANGGUNG JAWAB SWASTA Security Katering/ Kafetaria Linen/ Laundry Housekeeping Materials/ Logistic Equip. Procure/ Install Portering Operasional RS, Farmasi, Laboratorium Manajemen RS Infrastructure Clinical Service Serviced Infrastructure Soft Facility Management Pemerintah Tg Jawab Pemerintah/ Unsrat Dapat dikontrakkan/di pihak ke tiga kan 28

385 Skema KPBU Lingkup Kerjasama PJPK Badan Usaha Penyelesaian bangunan RSP Penyediaan Peralatan Fasilitas Kesehatan Pemeliharaan Bangunan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan Penyediaan SDM Layanan Kesehatan Operasional Rumah Sakit 29

386 Tata Kelola Keuangan : Struktur Aliran Uang Masuk dan Keluar KPBU RS PTN UNSRAT Alternative 1 3b 3a LENDER a) Lembaga Perbankan b) Lembaga Non- Perbankan (PT. SMI, IIF, dll) PJPK 1a BADAN USAHA PELAKSANA Pasal 7 ayat 3 UU 44/2009 RS milik Pemerintah harus berbentuk UPT dengan pengelolaan BLU 7 6 1b 6 Trustee Bank 4 Mahasiswa BLU UNSRAT 5 RS PTN UNSRAT LAYANAN Pasien Non Core PENJELASAN 1. Kemenristek Dikti c.q. BLU UNSRAT melakukan kontrak kerjasama dengan BUP untuk membangun dan memelihara Gedung RS serta mengadakan Peralatan Medis; 2. BUP melakukan kontrak kerjasama dengan perbankan/ lembaga keuangan untuk membiayai proyek RS PTN; 3. BUP melakukan kontrak kerjasama dengan PT PII (IIGF), dengan sepengetahuan Kemenristekdikti untuk penjaminan Proyek RS PTN; 4. BUP menyelesaikan pembangunan RSPTN dan menyediakan peralatan RSPTN; 5. RS PTN UNSRAT menyetor hasil Pendapatan Bersih (sudah dikurangi dengan biaya operasional RS) yang diperoleh atas jasa layanan kesehatan dan non core ke Trustee Bank dan menginformasikannya ke BLU UNSRAT; 6. Setelah RSPTN UNSRAT beroperasi, Trustee Bank membayar AP kepada BUP (sesuai SLA); 7. Tanggung jawab dan Risiko dalam pemeliharaan gedung serta peralatan medis RS PTN UNSRAT berada pada BUP, selama masa perjanjian kerjasama; 8. BUP membayar cicilan pinjaman proyek kepada perbankan/lembaga keuangan; 9. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran dari BLU UNSRAT, maka PT PII (IIGF) akan menalangi pembayaran AP proyek pembangunan dan pemeliharaan Gedung RS serta pengadaan Peralatan Medis kepada BUP. 30

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 37/05/Th. XI, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU)

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PENERANGAN JALAN UMUM (PJU) Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PERSAMPAHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR AIR MINUM Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

Jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,26 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,41 persen per tahun

Jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,26 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,41 persen per tahun Jumlah penduduk Sulawesi Utara berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 2,26 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,41 persen per tahun Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU)

FASILITAS PEMERINTAH UNTUK MENDUKUNG PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAN RISIKO Dipersiapkan untuk Market Sounding Proyek KPBU: Pengembangan Rumah Sakit Kanker Dharmais sebagai Pusat Kanker Nasional dan

Lebih terperinci

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR Direktorat Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur DJPPR Kebutuhan Pembangunan

Lebih terperinci

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN

CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN CHECKLIST DOKUMEN PRASTUDI KELAYAKAN KPBU SEKTOR PELABUHAN Checklist Dokumen Prastudi Kelayakan KPBU (Dokumen) ini bukan merupakan template yang bersifat WAJIB melainkan lebih kepada arahan mengenai hal-hal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/MENKES/PER/I/2010 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013 No. 12/02/71/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2013 Ekonomi Sulawesi Utara tahun 2013 tumbuh 7,45 persen, mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2012 yang tumbuh sebesar

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI PENGEMBANGAN RSUD DR. PIRNGADI

PELUANG INVESTASI PENGEMBANGAN RSUD DR. PIRNGADI PELUANG INVESTASI PENGEMBANGAN RSUD DR. PIRNGADI Seiring dengan perkembangan peran penting Kota Medan sebagai daerah metropolitan dan gerbang barat Sumatera, Kota Medan diharapkan untuk dapat memenuhi

Lebih terperinci

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga

, No.2063 melaksanakan penyiapan dan pelaksanaan transaksi Proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha dan Menteri Keuangan menyediakan Dukunga BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penyiapan. Pelaksanaan. Transaksi. Fasilitas. Penyediaan Infrastruktur. Proyek Kerjasama. Pemerintah dan Bahan Usaha. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Percepatan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT PEDOMAN PENYUSUNAN STUDI KELAYAKAN (FEASIBILITY STUDY) RUMAH SAKIT DIREKTORAT BINA PELAYANAN PENUNJANG MEDIK DAN SARANA KESEHATAN DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2012 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 No. 35/05/71/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2017 TUMBUH 6,43 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2017 yang diukur

Lebih terperinci

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara. UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015

Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara.  UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Utara 2010-2020 BADAN PUSAT STATISTIK UNITED NATIONS POPULATION FUND JAKARTA 2015 BADAN PUSAT STATISTIK Proyeksi Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR 1.5 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah daratan (tidak memiliki wilayah laut) yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.662, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS Kerjasama Pemerintah. Badan Usaha. Infrastruktur. Panduan Umum. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT KELAS C DAN D

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT KELAS C DAN D BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT KELAS C DAN D DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DAERAH KABUPATEN BLITAR Menimbang : Bahwa untuk menindaklanjuti

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.363, 2016 EKONOMI. Penyediaan Infrastruktur. Prioritas. Percepatan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U No.132, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Kedokteran. Akademik. Profesi. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5434) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS 1. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR

IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR IV. DINAMIKA PENDIDIKAN DASAR 4.1 Dinamika Pendidikan Dasar Sampai tahun 2012 Provinsi Sulawesi Utara mengalami pemekaran yang cukup pesat. Otonomi daerah membuat Sulawesi Utara yang sebelumnya hanya mempunyai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.662. www.djpp.depkumham.go.id 13 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI NEGARA PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PANDUAN UMUM PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PANDUAN UMUM PELAKSANAAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 4.2 Keadaan Umum Perikanan di Sulawesi Utara 58 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado terletak antara 0 15 5 34 Lintang Utara dan antara 123 07 127 10 Bujur Timur,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 33/05/Th. XI, 5 Mei 2017 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM Sulawesi Utara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2016 mengalami kemajuan yang ditandai dengan meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan

PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan PENGALAMAN KOTA MEDAN DAL AM PEL AKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA (KPBU) Pemerintah Kota Medan 1 SISTEMATIKA PAPARAN 1 PENDAHULUAN 2 3 KONSEP KPBU DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PELAKSANAAN

Lebih terperinci

Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Diolah dari data Kanwil Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara

Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Diolah dari data Kanwil Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara Bappeda Provinsi Sulawesi Utara Diolah dari data Kanwil Perbendaharaan Provinsi Sulawesi Utara DAFTAR ISI Pendahuluan. 1 Tren Pagu/Realisasi APBN 2011-2017 Sulut. 4 Total Pagu APBN Sulut T.A. 2017.. 5

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN KETERSEDIAAN LAYANAN DALAM RANGKA KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN BADAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di

Indonesia. Pertamedika memiliki visi menjadi korporasi bisnis kesehatan terdepan dan terpercaya yang memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan terhadap layanan kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan ini masyarakat akan berupaya untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kelautan dengan kekayaan laut maritim yang sangat melimpah, negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai yang terpanjang

Lebih terperinci

KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Muslim Patra Mokoginta 1 Nanang Setiawan 2 Eko Budi Santoso 3 ABSTRAK Rumah Sakit Umum Kaupaten Bolaang Mongondow dalam perkembangannya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 No. 58/08/71/Th. X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2016 TUMBUH 6,14 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2016 yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4

DAFTAR TABEL. Tabel Judul Halaman: 1.1 Nama Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan Luas Tanah Menurut Penggunaannya 4 DAFTAR ISI Halaman: KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Pemerintahan... 1 1.2 Kepegawaian... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD) kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)

Lebih terperinci

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u No.62, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Kerja Sama. Infrastruktur. Badan Usaha. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMEBERIAN INSENTIF DAN PEMEBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KONAWE SELATAN i! DITERBITKAN OLEH BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MINAHASA UTARA DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. iii

IKHTISAR EKSEKUTIF. iii i IKHTISAR EKSEKUTIF Penyusunan Laporan Kinerja Universitas Sam Ratulangi 2016 bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas Unsrat kepada pihak-pihak yang telah memberikan kepercayaan/mandat, mengkomunikasikan,

Lebih terperinci

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING

Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING Penjajakan Minat Pasar (Market Sounding) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur PLTSa RAWA KUCING 24 Januari 2017 Daftar Isi 1. Latar Belakang Penjajakan Minat Pasar 2. Tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang sibuk dan berkembang cepat, dalam satu hari menghasilkan timbulan sampah sebesar

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PRT/M/2016 TENTANG PEMBERIAN DUKUNGAN OLEH PEMERINTAH PUSAT

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, SALINAN BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 30 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN YANG MENERAPKAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 No. 35/05/71/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,96 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan I 2016 yang diukur

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR

PENGEMBANGAN RUMAH SAKIT DHARMA YADNYA DI TOHPATI-DENPASAR LANDASAN KONSEPSUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2012 By Design PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 42/06/Th. X, 15 Juni 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 IPM Sulawesi Utara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Utara pada tahun 2015 mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional yang diatur dalam Undangundang Nomor 25

Lebih terperinci

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat

- Laut Seram di sebelah utara - Papua Barat di sebelah timur - Laut Indonesia dan Laut Arafuru di sebelah selatan - Sulawesi di sebelah barat H a l a m a n 1-1 BAB 1 GAMBARAN UMUM 1.1 Geografis Provinsi Maluku terletak pada 124⁰ BT - 136⁰ BT dan - 2⁰30 LS - 9⁰ LS. Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 46.914 km 2. Provinsi Maluku terdiri dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit selalu berusaha melayani kesehatan masyarakat dengan performa terbaiknya, namun tidak semua rumah sakit mampu melayani pasien dengan efektif dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci