SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA
|
|
- Hadi Suharto Tanudjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Rumahtangga Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta). Jurnal Pangan Volume 12, Nomor 2, Juni Smith, Lisa. C,. dan Ali. S Measuring food Security Using Household Expenditure Surveys. International Food Policy Research Institute. Washington D.C. Soekirman Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Sumarmi, Sri Ketahanan dan Kerawanan Pangan. Pelangi Gizi UNAIR. Surabaya. Sukiyono, et all Status Wanita dan Ketahanan Pangan Rumahtangga Nelayan dan Petani Padi di Kabupaten Muko-Muko Provinsi Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi, Volume 26 No. 2, Oktober Suyastiri Diversifikasi Konsumsi Pangan Pokok Berbasis Potensi Lokal dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumahtangga Pedesaan di Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 13 No.1, April 2008, Hal Swindale, A., DAN P. Bilinsky Household Diet Diversity Score (HDDS) for Measurement of Household Food Access: Indicator guide. Food and Nutrition Technical Assistance (FANTA) Project and Academy for Educational Development (AED), Washington, D.C. Todaro, M. P, dan Smith Stephen C Pembangunan Ekonomi di Dunia. Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta.
2 Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada sebuah pengamatan di dalam model regresi. Dari grafik scatterplot dapat dilihat bahwa titik-titik tidak membentuk pola yang jelas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. SIMPULAN Kemiskinan diukur dengan menghitung Garis Kemiskinan (GK). Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Surakarta mengindikasikan terdapat peningkatan pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Skor PPH baru mencapai dari skor PPH idial yaitu 100. Setiap kelompok pangan di wilayah penelitian masih dibawah skor ideal kecuali skor padi-padian dan kacangkacangan. Rumah tangga miskin rata-rata masih mengkonsumsi 6 kelompok pangan tiap rumah tangga dan sudah termasuk dalam kategori tahan pangan Pendapatan Rumah Tangga, Pendapatan Wanita, Pendidikan Wanita, Harga Bahan Pangan, Banyak anggota rumah tangga, Balita, Informasi secara bersama berpengaruh nyata terhadap Pola konsumsi pangan. Secara individu yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan rumah tangga yaitu Pendapatan Rumah Tangga, Pendapatan Wanita, Pendidikan Wanita, Harga Bahan Pangan dan informasi. Untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga miskin, sebaiknya pemerintah lebih mengoptimalkan program penanggulangan kemiskinan terutama dalam hal lapangan pekerjaan. Anggota rumah tangga miskin juga harus memberikan respon positif terhadap bantuanbantuan yang diberikan. Informasi merupakan hal yang berpengaruh sehingga sebaiknya pemerintah dapat memberikan informasi baik secara lisan maupun tertulis tentang pola konsumsi pangan yang beragam Sebaiknya rumah tangga miskin tidak terpaku dengan jenis makanan yang sama. Rumah tangga miskin dapat mengurangi mengkonsumsi beras dengan menggunakan umbiumbian sebagai gantinya sehingga makanan yang dikonsumsi lebuh beragam. DAFTAR PUSTAKA Astuti, F. D dan T.F Sulistyowati Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dan Tingkat Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Anak Prasekolah Dan Sekolah Dasar Di Kecamatan Godean. KES MAS Vol. 7 No. 1, Maret BPS Data dan Informasi Kemiskinan Jawa Tengah Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. Semarang Kennedy, Guidelines for Measuring Household and Individual Dietary Diversity. Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). Lastinawaty, Endang Diversifikasi Pangan dalam mencapai Ketahanan Pangan. AgronobiS, Vol. 2, No. 4, September 2010 Puspitaningrum. Dwi A Ketahanan Pangan dan Peran Wanita untuk Mewujudkannya (Suatu Studi di Tingkat
3 terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai koefisien regresi harga bahan pangan yaitu sebesar 0,004 menggambarkan bahwa \ jika harga bahan pangan meningkat Rp 1 maka skor PPH akan meningkat sebesar 0,004. Hal ini dapat lebih kita utamakan kepada harga bahan pangan pokok. Ketika terjadi kenaikan harga pangan maka konsumsi bahan pangan akan berubah pula. Banyak anggota rumah tangga. Hasil uji t menunjukkan bahwa tingkat signifikansi banyak anggota rumah tangga sebesar 0,176 lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti variabel banyak anggota rumah tangga secara individu tidak berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Rumah tangga yang tergolong miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika anggota rumah tangga yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Balita. Hasil uji t dari balita menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,067 lebih besar dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti balita secara individu tidak berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada Tabel 11. Uji multikolinearitas tingkat kepercayaan 95 %. Ibu rumah tangga pada rumah tangga miskin tidak memperhatikan keberagaman konsumsi pangan untuk anaknya yang masih balita karena masih rendahnya pendapatan yang mereka peroleh. Informasi. Hasil uji t menunjukkan bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti informasi secara individu berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai koefisien regresi informasi yaitu sebesar menggambarkan bahwa jika informasi meningkat satu tahun maka skor PPH akan meningkat sebesar Hal ini disebabkan informasi yang didapat anggota rumah tangga terutama ibu rumah tangga akan menambah pengetahuan dan semakin sadar akan pentingnya bahan pangan yang akan dikonsumsi. Tabel 11 menunjukkan variabel yang menyebabkan multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance < 0,1 atau nilai VIF > 10. Dari output tersebut dapat dilhat bahwa nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF lebih kecil dari 10 sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas. No Variabel bebas Tolerance VIF 1 Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ Tahun) 0,404 2,473 2 Pendapatan Wanita (Rp/tahun) 0,556 1,797 3 Pendidikan Wanita (tahun) 0,557 1,794 4 Harga Bahan Pangan (Rp) 0,405 2,471 5 Banyak anggota rumah tangga (orang) 0,712 1,404 6 Balita 0,805 1,243 7 Informasi 0,923 1,084 Sumber : Analisis data Primer, 2013
4 Tabel 10. Analisis regresi faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga (Uji t) No Variabel bebas Koefisien regresi Sig 1 Pendapatan Rumah Tangga (Rp/ 2, ,010 Tahun) 2 Pendapatan Wanita (Rp/tahun) ,009 3 Pendidikan Wanita (tahun) 0,664,000 4 Harga Bahan Pangan (Rp) 0,004,001 5 Banyak anggota rumah tangga (orang) -0,381,176 6 Balita -1,685,067 7 Informasi 2,207,005 Sumber: Analisis data primer, 2013 Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai signifikansi Pendapatan Rumah Tangga, Pendapatan Wanita, Pendidikan Wanita, Harga Bahan Pangan, informasi lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 berarti variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen pola konsumsi pangan pada tingkat kepercayaan 95. Pendapatan rumah tangga. Tingkat signifikansi sebesar 0,010 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti variabel pendapatan rumah tangga secara individu berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai koefisien regresi Pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 2, yang berarti jika pendapatan rumah tangga naik sebesar Rp 1,00 maka skor PPH akan meningkat sebesar 2, Hal ini disebabkan rendahnya pendapatan rumah tangga menyebakan daya beli terhadap jenis makanan yang beragam tidak terpenuhi. Pendapatan wanita. Tingkat signifikansi sebesar 0,009 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti variabel pendapatan wanita secara individu berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai koefisien regresi Pendapatan wanita yaitu sebesar 4, yang berarti jika pendapatan wanita naik sebesar Rp 1 maka skor PPH akan meningkat sebesar 4, Pendapatan ibu yang rendah berdampak pada pilihan bahan pangan sedikit dan tidak beragam. Pendidikan wanita. Signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti variabel pendidikan wanita secara individu berpengaruh terhadap Pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 95 %. Nilai koefisien regresi pendidikan wanita yaitu sebesar 0,664 menggambarkan bahwa jika pendidikan meningkat satu tahun maka skor PPH akan meningkat sebesar 0,664. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan juga sikap yang pada akhirnya akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan dalam keluarga. Harga bahan pangan pokok. Signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,05 yang berarti variabel Harga bahan pangan secara individu berpengaruh
5 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Miskin Untuk melihat berbagai faktor yang diduga berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman konsumsi pangan (sebagai variabel Y) dilakukan dengan uji regresi linear berganda. Beberapa variabel yang diduga berpengaruh (sebagai variabel X) dan dimasukkan dalam uji regresi linear berganda meliputi pendapatan rumah tangga, pendapatan wanita, pendidikan wanita, harga bahan pangan pokok, jumlah anggota rumah tangga, balita dan informasi. Model regresi linear berganda faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan rumah tangga dapat kita lihat model persamaan yaitu sebagai berikut. Yi = b0 + b1x 1 + b2x 2 + b3x 3 + b4x 4 + b5x 5 + b6x 6 + b7x 7 + e...(1) Yi = , X 1 +4, X 2 + 0,664 X 3 + 0,004 X 4-0,381 X 5 1,685 D1 +2,207 D2 + e Keterangan: Yi = Pola Konsumsi bahan pangan pada tingkat rumahtangga ke I, b0 = Konstanta, bi = Koefisien regresi (i = 1,2,3,,, ), X 1 = Pendapatan rumahtangga (Rp/tahun), X 2 = Pendapatan wanita (Rp/tahun), X 3 = Pendidikan wanita (tahun), X 4 = Harga Bahan Pangan Pokok (Rp), X 5 = Jumlah anggota Tabel 8. Anova keluarga (jiwa), D 1 = Dummy balita ( D 1 = 1 artinya mempunyai balita dan D 1 = 0 artinya tidak mempunyai balita), D 2 = Dummy informasi (D 2 =1 artinya mempunyai akses terhadap informasi dan D 2 =0 artinya tidak mempunyai akses terhadap informasi, e = Error. Nilai adjusted R 2 sebesar 0,867 menunjukkan bahwa sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen yaitu sebesar 86,7 % sedangkan sisanya sebesar 13,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model ini seperti usia, selera,dll. Anova atau analisis varian merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) untuk menguji signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 8 yaitu tabel anova menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel independen sebesar 0,000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (α) 0,01 yang berarti variabel independen yaitu pendapatan rumah tangga, pendapatan wanita, pendidikan wanita, harga bahan pangan pokok, jumlah anggota rumah tangga, dummy balita dan dummy informasi secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yaitu pola konsumsi pangan rumah tangga pada tingkat kepercayaan 99%. Model Jumlah Derajat Rata-rata Kuadrat Kebebasan kuadrat F Sig Regresi 784, ,967 37,412,000 sisa 441, ,233 Total 1225, Sumber: Analisis Data Primer, 2013
6 Analisis Pola konsumsi pangan. Diversifikasi pangan pada dasarnya Untuk mengukur keanekaragaman memperluas pilihan masyarakat konsumsi pangan dalam penelitian ini digunakan dengan skor PPH (Pola dalam kegiatan konsumsi sesuai dengan cita rasa yang diinginkan dan Pangan Harapan). Pola Pangan menghindari kebosanan untuk Harapan adalah komposisi/susunan pangan atau kelompok pangan yang didasarkan pada kontribusi energinya mendapat pangan dan gizi yang sehat agar dapat hidup sehat dan aktif. Dari Tabel 7 dapat diketahui baik mutlak maupun relatif yang bahwa rata-rata skor PPH baru memenuhi kebutuhan gizi secara mencapai 47,27 dari skor PPH ideal kuantitas, kualitas, maupun yaitu 100. Kualitas konsumsi pangan keragamannya dengan dianggap baik dan terdiversifikasi mempertimbangkan aspek sosial, sempurna apabila skor PPH ekonomi, budaya, agama dan cita mencapai 100. Begitu pula bila rasa. dilihat per kelompok pangan, Skor PPH yaitu nilai yang sebagian besar skor PPH untuk setiap menunjukkan kualitas konsumsi kelompok pangan di wilayah pangan yang beragam, bergizi penelitian masih dibawah skor idial seimbang dan aman, yang dihitung kecuali skor padi-padian dan kacangkacangan. berdasarkan metode PPH. Sesuai Energi yang dikonsumsi konsep PPH, diversifikasi pangan tercapai pada saat skor PPH 100 dengan distribusi keragaman pada masyarakat masih bertumpu pada pangan sumber karbohidrat terutama padi-padian dan kacang-kacangan. kelompok pangan sesuai anjuran. Tabel 7. Penghitungan Pola Pangan Harapan No Kelompok Energi % % Gram Pangan Aktual Aktual AKE Bobot Skor Skor Skor Skor Aktual AKE Maks PPH 1. Padi- Padian ,4 66,9 53,07 0,5 33,5 26,5 25,0 25,0 2. Umbi- Umbian , , Pangan Hewani 11, ,14 1,21 0,957 2,0 2,41 1,91 24,0 1,91 4. Minyak dan 10, ,25 6,76 5,363 0,5 3,38 2,68 5,0 2,68 Lemak 5. Buah/Biji Berminyak , , Kacangkacangan 77, ,721 13,9 11,04 2,0 27,8 22,1 10,0 10,0 7. Gula 20 66,7 4,2 3,335 0,5 2,1 1,67 2,5 1,67 8. Sayur dan Buah 50,1 24,048 1,52 1,202 5,0 7,58 6,01 30,0 6,01 9. Lain-lain 14,525 87,15 5,49 4,358 0, Total 1586,41 100,0 9,32 76,8 60, ,27 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
7 Pola Konsumsi Pangan dan susu diperkirakan karena Analisis Diversifikasi Pangan harganya yang relatif mahal. sebagai dasar derajat ketahanan Derajat ketahanan pangan pangan. Indikator diversifikasi rumah tangga miskin ini dilihat dari pangan rumah tangga (HDDS/ beragam atau tidaknya pangan yang Household Dietary Diversivity mereka konsumsi. Tabel 6 Score) mengukur derajat ketahanan pangan berdasarkan skor keragaman menunjukkan kategori jenis makanan yang dikonsumsi oleh rumah tangga kelompok pangan yang dikonsumsi miskin. Setiap rumah tangga oleh rumahtangga. Konsumsi pangan mengkonsumsi jenis makanan padipadian, rumah tangga dibagi dalam 12 minyak, gula, dan kopi/teh. kategori, yaitu: (1) padi-padian, (2 ) Skor keragaman pangan rumah umbi, (3) sayur -sayuran, (4) buah - tangga miskin kota Surakarta yaitu buahan, (5) daging, (6) telur, (7) sebesar 5,97. Skor keragaman makanan laut, (8) kacang -kacangan, pangan yang diperoleh yaitu sebesar (9) susu, (10) minyak, (11) gula, (12) 5,97 sehingga tergolong pada kopi, teh. Skor keragaman pangan kategori sedang (4,5-6) yang berarti dihitung dengan menjumlahkan mengkonsumsi jumlah atau kelompok pangan yang dikonsumsi kelompok pangan rata-rata 6 macam oleh rumah tangga dalam periode 24 per rumah tangga dan dapat jam (Kennedy, 2011). diketahui bahwa rumah tangga Berdasarkan Tabel 6 diketahui miskin sudah termasuk dalam bahwa setiap rumah tangga kategori tahan pangan ( 5,6). Tahan mengkonsumsi jenis makanan padipadian, pangan meruapkan kebalikan dari minyak, gula, dan kopi/teh. rawan pangan. Skor keragaman Tidak ada rumah tangga yang pangan semakin tinggi menunjukkan mengkonsumsi umbi, buah-buahn semakin baiknya konsumsi pangan oleh rumah tangga, Tabel 6. Analisis diversifikasi pangan sebagai dasar derajat ketahanan pangan No Kelompok Pangan Total 1. Padi-padian umbi 0 3. Sayur-sayuran Buah-buahan 0 5. Daging 8 6. Telur 3 7. Makanan laut 8 8. Kacang-kacangan Susu Minyak Gula Kopi, teh 40 Total 239 Rata-rata 5,97 Sumber : Analisis Data Primer, 2013
8 Tabel 4. Tingkat Pendidikan Ibu rumah tangga miskin responden Tingkat Pendidikan (Tahun) Ibu Rumah Tangga Jumlah (orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 0 0 SD (6 tahun) 21 53,9 SMP (7-9 Tahun) 13 33,3 SMA (10-12 Tahun) 5 12,8 Akademi dan setingkat PT ( 12 Tahun) 0 0 Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 4 dapat tangga, Rumah tangga miskin pada diketahui bahwa tingkat pendidikan umumnya masih lebih formal yang paling banyak pada ibu mementingkan pemenuhan pangan rumah tangga reponden adalah secara kuantitas dan belum setingkat SD yaitu sebanyak 21 memperhatikan kandungan gizi di orang atau 55,9 % dari total dalam pangan sehingga terkesan responden, Banyaknya ibu rumah pangan yang dikonsumsi tidak tangga lulusan SMP sebanyak 13 bervariasi. Pendapatan wanita (istri) orang atau 33,3 % dari total dapat menjadi tambahan pemasukan responden, Banyaknya ibu rumah dalam rumah tangga, sehingga tangga lulusan SMA yaitu sebanyak pendapatan rumah tangga akan 5 orang atau 12,8% dari total bertambah sehingga dengan responden. bertambahnya pendapatan maka Pendapatan rumah tangga diharapkan terjadi diversifikasi Sumber pendapatan rumah tangga responden berasal dari pendapatan suami, istri, anak yang tinggal dalam pangan rumah tangga. Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga miskin satu rumah. Pekerjaan suami antara responden memiliki pendapatan lain buruh, pedagang, becak, supir, sekitar Rp 5,000,000,00 - Rp kondektur, serabutan, Pekerjaan istri 10,000,000,00. Tabel 5 juga antara lain buruh, PRT, penjahit, tukang pijat, pedagang. menunjukkan bahwa sebagian besar wanita (istri) di dalam rumah tangga Pendapatan rumah tangga miskin responden memiliki merupakan salah satu faktor dalam menentukan konsumsi pangan rumah pendapatan sebesar Rp Rp Tabel 5. Pendapatan Rumah tangga dan pendapatan Wanita Rumah tangga miskin di Kota Surakarta Pendapatan (Rp/ tahun) Jumlah Jumlah Wanita Rumah tangga (istri) Rp ,00 - Rp , Rp ,00 - Rp , Rp ,00 - Rp , Rp ,00 Rp , Jumlah Sumber : Analisis Data Primer, 2013
9 Tabel 2 menunjukkan bahwa di tahun 2011 terjadi penurunan pada kedua indeks tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan pengeluaran penduduk miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Selain itu ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga menjadi semakin kecil. Karakteristik Rumah Tangga Responden Karakteristik rumah tangga responden meliputi data-data identitas responden dan anggota keluarga responden, Data-data tersebut meliputi umur, tingkat pendidikan, banyaknya jumlah anggota keluarga dan pekerjaan yang dilakukan oleh rumah tangga responden. Karakteristik responden akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan keluarga. Pada penelitian ini yang menjadi responden ialah rumah tangga miskin di kecamatan Pasar Kliwon kota Surakarta, dimana sampel berjumlah 40 orang yang tersebar di tiap-tiap kelurahan. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata umur suami ialah 52 tahun sedangkan untuk istri adalah 49 tahun. Rata-rata umur suami dan istri responden masih berada pada usia produktif, sehingga mereka masih mampu untuk melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan mereka. Berdasarkan tabel 3 juga dapat diketahui bahwa lama pendidikan suami rata-rata 6 tahun dan lama pendidikan istri yaitu 7 tahun. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap pola pikir responden, Rendahnya pendidikan responden terutama disebabkan oleh faktor biaya. Pendapatan yang rendah menyebabkan keterbatasan untuk melanjutkan sekolah. Terkait dengan diversifikasi pangan, peran istri sebagai ibu rumah tangga sangat berpengaruh kepada pengambilan keputusan mengenai konsumsi pangan karena ibu rumah tangga yang menyiapkan makanan bagi seluruh anggota rumah tangganya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu rumah tangga maka pengetahuan gizinya juga semakin baik. Jumlah anggota rumah tangga berdasarkan tabel 3 ialah rata-rata sebanyak 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga mempengaruhi pengeluaran dan konsumsi keluarga, Semakin banyak anggota rumah tangga maka semakin banyak pengeluaran yang dikeluarkan dan semakin banyak konsumsi yang dibutuhkan. Tabel 3. Karakteristik responden rumah tangga miskin di Kota Surakarta No Uraian Rata-rata 1. Umur (Tahun) a. Suami b. Istri Lama Pendidikan a. Suami b. Istri Jumlah Anggota Rumah Tangga 4 Sumber : Analisis Data Primer (2013)
10 Tabel 1 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun Garis Kemiskinan Kota Surakarta selalu mengalami kenaikan. Persentase penduduk miskin terbanyak terdapat di tahun 2008 sebesar 16,13 persen sedangkan persentase penduduk miskin terendah selama satu dasawarsa ini sebanyak 12,90 persen terjadi di tahun Bila ditarik rata-rata kenaikan GK terhitung bahwa setiap tahunnya terdapat kenaikan GK kurang lebih sekitar Rp ,-. Hal ini menunjukkan bahwa untuk pengentasan kemiskinan diperlukan suatu komitmen bersama yang tinggi. baik dari pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat. Indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan. Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus dapat mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index - p1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Dimana semakin tinggi nilai P1 maka semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk miskin dari GK dan sebaliknya semakin rendah nilai P1 maka semakin dekat ratarata pengeluaran penduduk miskin dari GK. Indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index - p2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai p2 berarti menunjukan bahwa semakin tinggi pula ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin, dan apabila semakin rendah nilai p2 berarti menunjukan bahwa semakin rendah pula ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Tabel 2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Kota Surakarta Tahun Indeks keparahan kemiskinan (p 2) Tahun Indeks kedalaman kemiskinan (p 1) ,19 0, ,89 0,46 Sumber : BPS, 2013
11 Multikolinearitas dan uji HASIL DAN PEMBAHASAN Heteroskedastisitas. Profil Penduduk Miskin di Kota minimum untuk perumahan, Surakarta Badan Pusat Statistik (BPS) dalam sandang, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan absolut kota Surakarta. menentukan ukuran kemiskinan Cakupan kemiskinan absolut adalah menggunakan konsep kemampuan sejumlah penduduk yang tidak memenuhi kebutuhan dasar ( basic mampu mendapatkan sumber daya needs approach). Untuk itu metode yang cukup untuk memenuhi yang digunakan BPS adalah dengan kebutuhan dasar. Mereka hidup di menghitung Garis Kemiskinan (GK). bawah tingkat pendapatan riil Penduduk miskin adalah penduduk minimum tertentu atau di bawah yang memiliki rata-rata pengeluaran garis kemiskinan per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Dua komponen utama dari penghitungan GK seperti yang telah (Todaro dan Smith, 2003). Sejauh ini belum ada satu metode penghitungan yang sempurna dalam menentukan atau memotret disampaikan sebelumnya adalah kemiskinan. BPS seperti yang telah kebutuhan makanan dan non diterangkan sebelumnya, menghitung makanan, sehingga formula dari GK Garis Kemiskinan (GK) yang merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan merupakan batas kemiskinan absolut yang digunakan untuk menentukan Garis Kemiskinan Non Makanan bahwa penduduk dikategorikan (GKNM). Garis Kemiskinan miskin dan tidak miskin. GK dalam Makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang sisi pandang yang lain dapat dilihat sebagai jumlah minimum rupiah disetarakan dengan Kilo Kalori yang diperlukan oleh seseorang per kapita per hari. Garis Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan dasar Non Makanan adalah kebutuhan makanan dan bukan makanan. Tabel 1. Persentase Penduduk miskin dan Garis kemiskinan kota Surakarta tahun Tahun Persentase Penduduk Miskin Garis kemiskinan perkapita per bulan (Rp) , , , , , , , , , , Sumber: BPS, 2013
12 METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta. Kecamatan Pasar Kliwon merupakan kecamatan dengan proporsi jumlah KK miskin tertinggi, dengan jumlah penduduk miskin sebesar Metode pengambilan responden menggunakan metode Simple Random Sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 responden Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui wawancara secara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada anggota rumah tangga miskin di tiap kelurahan di Kecamatan Pasar Kliwon, serta menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan mengutip secara langsung dari instansi atau lembaga terkait dengan penelitian. Metode Analisis Data Metode analisis data untuk mengetahui Diversifikasi pangan atau ragam pangan yang menggambarkan ketahanan pangan diestimasi dengan cara menghitung jumlah jenis pangan atau kelompok pangan yang dikonsumsi oleh kelompok rumahtangga dimana survai dilakukan Swindale dan Bilinsky (2007) membagi derajat ketahanan pangan menjadi tiga, yaitu:tinggi, bila konsumsi pangan >6; Sedang bila konsumsi pangan 4,5 6; dan rendah bila konsumsi pangan < 4,5. Smith and Subandoro (2007) membagi derajat ketahanan pangan menjadi dua, yaitu rawan pangan, bila konsumsi pangan <5,6 dan tahan pangan bila konsumsi pangan 5,6. Untuk mengukur kualitas pangan sekaligus juga keragaman/ diversifikasi konsumsi pangan dilakukan dengan memperhatikan skor Pola Pangan Harapan (PPH). Kualitas konsumsi pangan dianggap baik dan terdiversifikasi sempurna apabila skor PPH mencapai 100 dan dapat dikatakan semakin tinggi skor, diversifikasi konsumsi pangan semakin baik. Untuk menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pola konsumsi bahan pangan dalam rangka diversifikasi pangan pada tingkat rumahtangga di Kota Surakarta digunakan model analisis sebagai berikut: Yi = b0 + b1x 1 + b2x 2 + b3x 3 + b4x 4 + b5x 5 + b6x 6 + b7x 7 + e...(1) dimana Yi = Pola Konsumsi bahan pangan pada tingkat rumahtangga, b0=konstanta,bi=koefisien regresi, X 1 = Pendapatan rumahtangga (Rp/tahun), X 2 = Pendapatan wanita (Rp/tahun), X 3 = Pendidikan wanita (tahun), X 4 = Harga Bahan Pangan (Rp), X 5 =Jumlah anggota keluarga (jiwa), D 1 = Dummy balita ( D 1 = 1 artinya mempunyai balita dan D 1 = 0 artinya tidak mempunyai balita), D 2 = Dummy informasi (D 2 =1 artinya mempunyai akses terhadap informasi seperti TV, Radio, Surat Kabar, dan D 2 =0 artinya tidak mempunyai akses terhadap informasi seperti TV, Radio, Surat Kabar). Pengujian model : Uji Adjusted R 2, Uji F, Uji t (t test), dan Uji Asumsi Klasik : Uji
13 PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling asasi. Konsumsi pangan hendaknya memperhatikan ketentuan zat gizi yang cukup berimbang, sesuai dengan kebutuhan. Diversifikasi pangan dimaksudkan untuk memperoleh keragaman zat gizi sekaligus melepas ketergantungan masyarakat atas satu jenis pangan pokok tertentu yaitu beras. Lastinawati (2010) mengatakan Penganekaragaman (diversifikasi) pangan merupakan salah satu pilar utama dalam upaya mengatasi msalah pangan dan gizi yang pada akhirnya dapat mewujudkan ketahanan pangan nasional. Diversifikasi pangan dan ketahanan pangan rumahtangga sangat dipengaruhi oleh posisi wanita. Secara kodrati, ibu rumahtangga adalah orang pertama yang berperan secara strategis dalam pemilihan bahan pangan, pengelolaan sampai mengolah dan menyajikan bagi anggota rumahtangganya ( Sukiyono, 2008). Puspitaningrum (2008) mengatakan wanita dari golongan berpendapatan rumahtangga rendah, konsumsi bahan pangan lebih pada pemenuhan bahan pangan yang mengenyangkan. Pendidikan wanita juga berpengaruh dalam diversifikasi pangan. Hasil penelitian Sari dalam Astuti dan Sulistyowati (2013) mengatakan Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pola konsumsi makanan sehingga akan terjadi status gizi yang baik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Kemiskinan akan sangat berpengaruh pada diversifikasi pangan karena rumahtangga miskin tidak mampu menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup, dan bergizi baik. Sumarmi ( 2010) mengatakan bahwa Kerawanan pangan terjadi manakala rumahtangga mengalami ketidakcukupan pangan untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan para individu anggotanya. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di wilayah Jawa Tengah. Pertubuhan penduduk menunjukkan angka yang fluktuatif dikarenakan mobilitas penduduk di Kota Surakarta yang cukup tinggi. Penduduk miskin dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2011 terus mengalami fluktuasi (naik turun). Berbagai upaya perbaikan gizi biasanya berorientasi pada tingkat pendapatan. Seiring makin meningkatnya pendapatan, maka kecukupan akan makanan dapat terpenuhi (Soekirman, 2000). Suyastiri (2008) mengatakan rumahtangga yang berpendapatan rendah pola konsumsi pangannya mengarah pada pangan pokok yang berbasis potensi lokal dan variasi pangan kurang mendapat perhatian sehingga pemenuhan gizinya masih perlu dipertanyakan. Oleh sebab itu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil penduduk miskin di Kota Surakarta, mengetahui Pola Konsumsi pangan dalam mewujudkan diversifikasi pangan rumah tangga miskin di kota Surakarta, dan menganalisis faktorfaktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam rangka diversifikasi pangan pada tingkat rumah tangga di kota Surakarta.
14 DIVERSIFIKASI PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KOTA SURAKARTA Grace M Sipayung, Kusnandar, Agung Wibowo, Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp./ Fax.(0271) grace.sipayung@yahoo.com. Telp Abstract : The purpose of this study was to determine the profile of the poor in Surakarta, knowing pattern of food consumption in creating diversified food poor households in the city of Surakarta, and analyze the factors that affect food consumption patterns in order to diversify the food at the household level in the city Surakarta. The method used is descriptive, method of data analysis used was diversification analysis, analysis of food consumption patterns with the approach of Pola Pangan Harapan (PPH) and analyzes the factors that influence food consumption patterns by using multiple linear regression analysis. The data used are primary and secondary data. The results of this study indicate that the majority of poor households of respondents had revenues of approximately Rp ,00 - Rp ,00 per year. Food diversity scores obtained in the amount of 5.97 so classified in the category (4.5-6) which means the amount or food groups consumed an average of 6 types and poor households are included in the category of food secure ( 5.6). The score of PPH is which PPH ideal score is 100 so it can be said that the quality of food consumption is not considered good and perfectly diversified. Household income, the income of women, women's education, food prices, together influence the food consumption patterns of poor households in the city of Surakarta with adjusted R 2 value of Under the assumptions of classical test did not reveal any multicollinearity and heterocedastisity. Keywords : food diversification, poor households, PPH Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penduduk miskin di Kota Surakarta, mengetahui Pola Konsumsi pangan dalam mewujudkan diversifikasi pangan rumah tangga miskin di kota Surakarta, dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan dalam rangka diversifikasi pangan pada tingkat rumah tangga di kota Surakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode analisis data yaitu analisis diversifikasi pangan, analisis pola konsumsi pangan dengan pendekatan Pola Pangan Harapan (PPH) dan analisis faktor -faktor yang mempengaruhi pola konsumsi pangan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah tangga miskin responden memiliki pendapatan sekitar Rp ,00 Rp ,00 per tahun. Skor keragaman pangan yang diperoleh yaitu sebesar 5.97 sehingga tergolong pada kategori sedang (4.5-6) yang berarti mengkonsumsi jumlah atau kelompok pangan rata-rata 6 macam per rumah tangga dan rumah tangga miskin sudah termasuk dalam kategori tahan pangan ( 5.6). Rata-rata skor PPH baru mencapai dari skor PPH ideal yaitu 100 sehingga dapat dikatakan kualitas konsumsi pangan belum dianggap baik dan terdiversifikasi sempurna. Pendapatan rumah tangga, pendapatan wanita, pendidikan wanita, harga bahan pangan, secara bersama-sama berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan rumah tangga miskin di kota Surakarta dengan nilai adjusted R 2 sebesar Berdasarkan uji asumsi klasik tidak ditemukan adanya multikolinearitas dan heterokedastisitas. Kata Kunci :Diversifikasi Pangan, Rumah Tangga Miskin, PPH
JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017
POLA KONSUMSI PANGAN PADA RUMAH TANGGA PETANI DI DESA RUGUK KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Food Consumption Patterns of Farmers Household at Ruguk Village Ketapang Sub District South Lampung
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016
No. 89/01/71/Th. XI, 03 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN
05/01/Th.XII, 03 JANUARI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016
No. 50/07/71/Th. X, 18 Juli 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2016 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei Sosial
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015
No. 04 / 01 /13/Th. XIX / 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada adalah 349.529 jiwa. Dibanding (379.609 jiwa) turun
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016
No. 04/01/13/Th. XX/3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 Garis Kemiskinan (GK) mengalami peningkatan 3,04 persen, menjadi Rp 438.075 per kapita per bulan dari Rp 425.141
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016
No. 42/7/13/Th. XIX/18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2016 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada 2016 adalah 371.555 jiwa. Dibanding (349.529 jiwa) naik sebanyak
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017
No. 38/07/13/Th. XX/17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2017 Garis Kemiskinan (GK) selama - Maret 2017 mengalami peningkatan 3,55 persen, yaitu dari Rp.438.075 per kapita per bulan
Lebih terperincisebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu se
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN
38/07/Th. XX, 17 JULI 2017 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2017
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN
07/07/Th. XI, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2016
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013
No. 31/07/91/Th. VI, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2013 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2012 sebesar
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015
No. 64/09/71/Th. IX, 15 September 2015 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN
BPS PROVINSI SULAWESI TENGGARA 07/01/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014
No. 42/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan lewat pengolahan
Lebih terperincisebanyak 160,5 ribu orang atau sebesar 12,98 persen. Pada tahun 2015, jumlah penduduk miskin mengalami sedikit kenaikan dibanding tahun sebelumnya, ya
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/11/33.08/Th.I, 08 November 2016 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2015 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2015 MENCAPAI 13,07 PERSEN Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciKEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017
No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015
No.55 /9 /13/Th. XVIII / 15 September 2015 september2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT MARET 2015 Garis Kemiskinan (GK) 2015 mengalami peningkatan 5,04 persen, menjadi Rp 384.277,00 perkapita
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014
No. 05 /1 /13/Th. XVIII / 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Barat pada September 2014 adalah 354.738 jiwa. Dibanding Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017
No. 34/07/91 Th. XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah ) di Papua Barat kondisi September 2016 sebesar 223,60 ribu
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2014
PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2014 No. 31/ 07/91/Th.VIII, 01 Juli 2014 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi September 2013 sebesar
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 26/07/31/Th XI, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 34/07/33/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011
No. 07/01/62/Th. VI, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan)
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 786,58 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 / 01 / 82 / Th. XIV, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU UTARA SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2014 BERTAMBAH 2,2 RIBU ORANG
Lebih terperinci1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Maluku Utara Maret 2009 September 2015
No. 05/01/82/Th. XV, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2015 BERKURANG 7,3 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Maluku
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN PROFIL KEMISKINAN SULAWESI SELATAN, MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 SEBESAR 9,38 PERSEN No. 39/07/73/Th. XI, 17 Juli 2017 Penduduk miskin di Sulawesi Selatan
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 30/07/31/Th. XIV, 2 Juli 2012 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 21/07/31/Th. XII, 1 Juli 2010 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2010 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta
Lebih terperinciKONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR
KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Nurul Annisa Prias Kusuma Wardani, Suprapti Supardi, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014
No. 05/01/75/Th.IX, 2 Januari 2015 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2014 Pada September 2014 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,41 persen. Angka ini turun dibandingkan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 58/09/12/Th. XVIII, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2015 MARET 2015, JUMLAH PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA NAIK 103.070 ORANG DIBANDING SEPTEMBER
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 06/01/12/Th. XVIII, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2014 sebanyak 1.360.600
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014
No. 05/01/17/IX, 2 Januari 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2014 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 316,50 RIBU ORANG - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2014 MENURUN DIBANDINGKAN
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. III/1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2009 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016
No. 40/07/82/Th. XV, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN MALUKU UTARA MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI MALUKU UTARA KEADAAN MARET 2016 SEBANYAK 74,68 RIBU ORANG ATAU SEBESAR 6,33 PERSEN Jumlah penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016
No. 03/01/91 Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi Maret 2016 sebesar
Lebih terperinciPERAN WANITA TANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi Kasus di Kecamatan Cilongok)
SEPA : Vol. 8 No. 2 Pebruari 2012 : 51 182 ISSN : 1829-9946 PERAN WANITA TANI DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi Kasus di Kecamatan Cilongok) ALTRI MULYANI, ALPHA
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN.
No. 55/09/17/Th.IX, 15 September 2015 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU MARET 2015 SEBESAR 17,88 PERSEN. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi Bengkulu
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 40/07/12/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA MARET 2017 PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA MARET 2017 SEBANYAK 1.453.870 ORANG (10,22%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 07/01/62/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014
No. 05/01/33/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2014 MENCAPAI 4,562 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang
Lebih terperinciKONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016
No. 05/01/75/Th.XI, 3 Januari 2017 KONDISI KEMISKINAN PROVINSI GORONTALO SEPTEMBER 2016 Berdasarkan survei pada September 2016 persentase penduduk miskin di Provinsi Gorontalo sebesar 17,63 persen. Angka
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013
No. 32/07/31/XV, 1 Juli 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2013 Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di DKI
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015
No. 05/01/15/Th X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 311,56 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012
No. 05/01/33/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 4,863 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015
No. 04 / 01 / 91 Th. X, 04 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2015 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi Maret 2015
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05 /01/52/TH.X, 4 JANUARI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 802,29 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015
No. 05/01/71/Th. X, 04 Januari 2016 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA SEPTEMBER 2015 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui Survei
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012
No. 04/01/31/Th. XV/ 2 Januari 2013 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA SEPTEMBER 2012 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di DKI Jakarta pada bulan September
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No. 6/07/33/Th. II/1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH MARET 2008 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Jawa Tengah pada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45 /07/52/TH.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 793,78 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014
No. 04/01//91/Th.XI, 02 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2014 Jumlah penduduk miskin (Penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Papua Barat kondisi Maret 2014 sebesar
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XIX, 04 Januari 2016 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September sebanyak 1.508.140 orang (10,79%),
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN
07/01/Th. IX, 2 Januari 2015 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Tenggara pada bulan September
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK No. 47/07/52/TH.X, 18 JULI 2016 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 804,44 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa Tenggara
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014
No. 07/07/62/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2014 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciBPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/12/1208/Th. XVII, 21 Desember 2015 PROFIL KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2014 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2014 sebanyak 76.970 jiwa (10,98%), angka ini berkurang
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.
BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG SEPTEMBER 2016 No. 08/07/18/TH.IX, 3 Januari 2017 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) September 2016
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG.
No. 04/01/91/Th. VII, 2 Januari 2013 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 SEBANYAK 223,24 RIBU ORANG. Jumlah penduduk miskin berkurang 6,75 ribu
Lebih terperinciBPS KABUPATEN MALINAU
BPS KABUPATEN MALINAU Profil Kemiskinan Kabupaten Malinau Tahun 2011-2016 No.02/06/Th.I, 20 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN MALINAU TAHUN 2011-2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2016 SEBESAR 7,15 PERSEN
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013
No. 07/07/62/Th. VII, 1 Juli 2013 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA UTARA PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 06/01/12/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2011 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara pada September 2011 sebanyak 1.421.400
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015
No. 66/09/33/Th. IX, 15 ember 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 4,577 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016
BPS KABUPATEN PESISIR SELATAN No.02/07/1302/Th I, 4 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN PESISIR SELATAN 2016 Garis kemiskinan (GK) Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2016 sebesar Rp. 366.228,- per kapita
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014
No. 34/07/31/Th. XVI, 1 Juli 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA MARET 2014 Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011
BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 28/07/31/Th.XIII, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN DI DKI JAKARTA TAHUN 2011 RINGKASAN Garis Kemisknan (GK) tahun 2011 sebesar Rp 355.480 per kapita per bulan, lebih tinggi dibanding
Lebih terperinciKEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 05/01/12/Th. XX, 03 Januari 2017 KEMISKINAN SUMATERA UTARA SEPTEMBER PENDUDUK MISKIN SUMATERA UTARA SEPTEMBER SEBANYAK 1.452.550 ORANG (10,27%) Jumlah penduduk miskin di
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009
No. 29/07/51/Th. III, 1 Juli 2009 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2009 Jumlah penduduk miskin di Bali pada bulan Maret 2009 tercatat sebesar 181,7 ribu orang, mengalami penurunan sebesar 33,99 ribu orang
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013
No. 05/01/33/Th. VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 4,705 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciKEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016
No. 05/01/17/XI, 3 Januari 2017 KEMISKINAN PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 325.600 ORANG (17,03 PERSEN) PERSENTASE KEMISKINAN SEPTEMBER 2016 TURUN JIKA DIBANDINGKAN
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.VIII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 SEBANYAK 154,20 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011
No. 36/07/51/Th. V, 1 Juli 2011 TINGKAT KEMISKINAN BALI, MARET 2011 Terjadi penurunan jumlah penduduk miskin di Bali pada Maret 2011 jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2010. Tingkat
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 57/07/21/Th. XI, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, MARET 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciBPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET PERKEMBANGAN PENDUDUK MISKIN DI LAMPUNG. No. 08/07/18/TH.
BPS PROVINSI LAMPUNG ANGKA KEMISKINAN LAMPUNG MARET 2016 No. 08/07/18/TH.VIII, 18 Juli 2016 Angka kemiskinan Lampung dari penghitungan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016 mencapai
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 125/07/21/Th. III, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014
B P S P R O V I N S I A C E H No. 31/07/Th.XVII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 881 RIBU ORANG RINGKASAN Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014
No. 40/07/33/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 4,836 JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN
BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA No. 05/01/34/Th.XVI, 02 Januari 2014 TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEPTEMBER 2013 SEBESAR 15,03 PERSEN RINGKASAN Garis kemiskinan di Daerah Istimewa
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016
No. 07/07/62/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 64 /09/52/TH.IX, 15 SEPTEMBER 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 823,89 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin di Nusa
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/09/53/Th.XVIII, 15 Sept 2015 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA TIMUR MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 1.159,84 RIBU ORANG (22,61PERSEN) Jumlah penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 05/01/36/Th.X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 690,67 RIBU ORANG Pada bulan ember 2015, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT
BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No.38/07/61/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT MARET 2017 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012
BADAN PUSAT STATISTIK No. 6/01/52/TH.VII, 2 JANUARI 2013 PROFIL KEMISKINAN DI NUSA TENGGARA BARAT SEPTEMBER 2012 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2012 MENCAPAI 828,33 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016
No. 49/07/33/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 4,507JUTA ORANG RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017
No.38/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 8,19 PERSEN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017
No. 06/07/62/Th. XI, 17 Juli 2017 1. PROFIL KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH MARET 2017 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan)
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010
No. 27/ 07/91/Th. IV, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA BARAT MARET 2010 Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2009 sebanyak 256.840 jiwa (35,71 persen) turun menjadi
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015
No. 05/01/17/Th. X, 4 Januari 2016 TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU SEPTEMBER 2015 - JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 MENCAPAI 322,83 RIBU ORANG (17,16 PERSEN) - TREN KEMISKINAN SEPTEMBER 2015
Lebih terperinciTINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007
BADAN PUSAT STATISTIK No. 38/07/Th. X, 2 Juli 2007 TINGKAT KEMISKINAN DI INDONESIA TAHUN 2007 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/10/1204/Th. XIX, 12 Oktober 2016 PROFIL KEMISKINAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Tapanuli Tengah pada Tahun 2015 mencapai
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016
10,00 5,00 0,00-5,00 4,91 1,37 0,83-0,60 0,44 0,43 1,18 Bahan Mkn Jadi, Mnman, Rokok & Tbk Perumahan Sandang No.05/05/15/Th. XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI SEPTEMBER 2016 JUMLAH
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015
No.54 /09/15/Th.IX, 15 September 2015 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI MARET 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2015 MENCAPAI 300,71 RIBU ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016
B P S P R O V I N S I A C E H No.04/01/Th.XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI ACEH SEPTEMBER 2016 Jumlah Penduduk Miskin Mencapai 841 Ribu Orang RINGKASAN Pada September 2016, jumlah penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 02 / 07 Th.XI / Juli PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI NTT MARET 2010 RINGKASAN Meskipun Penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No 07/01/21/Th. XII, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU, SEPTEMBER 2016 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan) di Provinsi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016
PROFIL KEMISKINAN DI JAWA TENGAH SEPTEMBER 2016 No. 05/01/33/Th. XI, 3 Januari 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 MENCAPAI 13,19 PERSEN Pada bulan ember 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinci