BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU"

Transkripsi

1 Sept - Okt 2010 Volume 10 BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU P rogram REDD yang dikembangkan di Berau sebagai salah satu bagian dari upaya di Indonesia dalam menjawab tantangan global dari perubahan iklim dan pemanasan global, perlu mendapat dukungan dan keterlibatan oleh semua pihak. Kesadaran dan kemudian opini dari semua lapisan masyarakat dapat turut menjadi dinamika pengembangan program ini. Penyampaian informasi yang bersifat membangun kesadaran dan opini yang positif akan sangat membantu terlaksananya program dengan baik. Siswa sekolah yang dalam hal ini siswa sekolah menengah umum di Berau di mana program REDD ini dikembangkan, Inside Issue: Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil Takshow Radio RSPD Berau Konsultasi Para Pihak Dalam Rangka Analisis Distribusi Insentif dan Peran REDD dan REDD Diskusi CCBA Standart Pelatihan Pengukuran, Pelaporan, dan Verifikasi merupakan bagian penting dari lapisan masyarakat ini. Keberadaan mereka sebagai pioneer pengembangan/ penerapan ilmu yang mereka dapat tentu akan sangat berpengaruh pada prilaku dan tindakan mereka terhadap lingkungan hari ini dan ke depannya. Karenanya informasi yang berkaitan dengan program ini perlu disebarluaskan ke mereka tentu dengan penyesuaian tingkat pendidikan dan penerimaan mereka terhadap informasi dan ilmu pengetahuan. Berkaitan dengan hal ini sekretariat Pokja REDD Berau melalui pengembangan media dan komunikasi bekerja sama dengan BKSDA Kaltim Wilayah 1 (bersambung ke hal. 10) Berbagi Informasi dengan Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat Focus Group Discussion Strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur Identifikasi Keterlibatan Stakeholder Dalam Pelaksanaan REDD+ Di Daerah dan Penggalian Masukan Dalam Distribusi Insentif Lanjutan Pengumpulan Data Lapangan LIDAR GLAS

2 Volume 10 Hal. 2 BELAJAR MENCINTAI ALAM SEJAK KECIL Talkshow Lingkungan di Radio Siaran Pemerintah Daerah (RSPD) Berau B elakangan ini, isu lingkungan sudah menjadi isu yang paling popular. Ini dikarenakan dampak nyata dari perubahan lingkungan telah dirasakan oleh masyarakat kita di berbagai daerah. Mulai dari tanah longsor, kekeringan, gagal panen, bahkan banjir bandang pun sudah merupakan hal yang biasa terjadi di beberapa daerah. Sebagian besar dari bencana alam ini tidak lepas dari akibat kerusakan lingkungan yang terjadi dan akibat perubahan iklim yang belakangan tidak dapat lagi diprediksi. Kita yang berada di Berau yang mungkin saat ini belum mengalami hal tersebut di atas, karenanya demikian perlu melakukan hal-hal yang positif terhadap lingkungan kita agar dampak buruknya tidak terjadi. Peningkatan kesadaran lingkungan pun diperlukan dilakukan kepada masyarakat umum dan lebih terpenting lagi adalah bagaimana mengenalkan pendidikan lingkungan hidup kepada anak-anak kita sejak dini. Berkaitan dengan hal ini Sekretariat Pokja REDD Berau melalui pengembangan media dan komunikasi bekerja sama dengan Radio SPD Berau mengadakan acara talkshow radio dengan tema lingkungan hidup. Acara talkshow lingkungan yang digagas RSPD dengan TNC yang rutin digelar mingguan setiap hari Rabu pukul wita, kali ini Rabu tanggal 1 September 2010 digelar dengan tema Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil dengan pembicara dari Sekretariat Pokja REDD Berau dan Mahasiswa Mapala STIEM Berau. Pembicara dalam acara ini masing-masing M.Fajri dari sekretariat Pokja REDD, Singgih mahasiswa Mapala STIEM Berau serta dipandu oleh penyiar RSPD Pak Asri. Tema yang diangkat kali ini lebih difokuskan pada bagaimana Belajar Mencintai Alam Sejak Kecil. Dengan semangat Asri penyiar radio RSPD Berau ini menyapa para pendengar setia mereka. Sesaat setelah menyapa pendengarnya, beliau kemudian memperkenalkan para pembicara dan tema yang akan dibahas. Selesai perkenalan dan penyampaian tema tersebut kemudian berlanjut dengan pembahasan apa itu lingkungan hidup dan siapa sebenarnya yang berperan aktif dalam isu lingkungan ini serta bagaimana tandatanda lingkungan itu sudah mulai rusak. Kemudian pembahasan difokuskan pada mengapa mencintai alam atau pengenalan lingkungan hidup harus dimulai sejak dini atau sejak kecil. Kita tahu bahwa pendidikan dasar merupakan masa yang paling penting untuk menentukan masa depan seseorang. Begitu pun untuk pembentukan sifat dan keperibadiannya. Tak terkecuali untuk urusan lingkungan hidup. Kepedulian untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup haruslah dimulai sejak dini. Dengan begitu, kesadaran anak-anak terhadap pentingnya lingkungan dapat dibawa hingga ia dewasa. Agar dapat berperilaku dan memperlakukan alam secara arif, alam perlu dikenali. Pengenalan dan pemberian kesempatan untuk mengerti akan pentingnya alam dan perannya terhadap kehidupan perlu dilakukan kepada setiap orang dan haruslah dapat segera diberikan sejak usia dini. Anak usia dini memiliki kepekaan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Kepekaan yang tinggi mampu menyimpan memori yang tinggi. Karena kepekaan dan rasa ingin tahu ini, maka proses pembelajaran kesadaran lingkungan, menyikapi, memahami dan bagaimana memperlakukan alam dan lingkungannya inilah yang perlu kita kuatkan. Acara ini berlangsung sampai pukul wita dan ditutup dengan penyampaian tindakan-tindakan nyata yang bisa dilakukan lingkungan terkecil kita di rumah. Pengurangan penggunaan bahan plastik yang sekali pakai, bagaimana penanganan sampah rumah tangga yang organic mau non organic, dan bagaimana menyisihkan sampah yang bisa didaur ulang, serta bagaimana berlaku hemat juga disampaikan. (*mf) RALAT Pada artikel Updates Volume 9 (Juli-Agustus 2010) halaman 6 tentang Presentasi Perubahan Iklim Pada Pelatihan Perpustakaan Kampung dan Taman Bacaan terdapat kesalahan ketik dimana disebutkan pelatihan tersebut kerjasama antara TNC dan MAPALA STIT Tanjung Redeb, harusnya tertulis adalah kerjasama TNC dan MAPALA STIEM Tanjung Redeb. Mapala STIT Tanjung Redeb hadir hanya sebagai peserta pelatihan yang diundang inisiator kegiatan (MAPALA STIEM dan TNC). Demikian ralat ini kami sampaikan, mohon maaf atas kekeliruan ini. Tim Redaksi Updates

3 Volume 10 Hal. 3 KONSULTASI PARA PIHAK DALAM RANGKA ANALISIS DISTRIBUSI INSENTIF P erhatian pemerintah baik negara berkembang maupun negara maju terhadap dampak dari perubahan iklim dalam beberapa tahun belakangan ini sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari upaya berbagai negara dalam mitigasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim tersebut melalui suatu kerangka kerjasama antar negara yaitu UNFCCC atau United Nations Framework Convention on Climate Change. Semua negara yang sudah meratifikasi UNFCCC mempunyai kewajiban untuk mengatasi perubahan iklim berdasarkan prinsip permasalahan bersama dengan tanggung jawab berbeda (common but differentiated responsibilities). Mekanisme pendanaan yang telah dihasilkan dari COP (Conference of the Parties) sebagai otoritas tertinggi dari UNFCCC ke-13 di Bali dan ke-14 di Poznan yang dapat diimplementasikan di negara berkembang termasuk Indonesia adalah REDD dan REDD plus. Keberhasilan implementasi REDD dan REDD plus akan sangat tergantung pada kesiapan infrastruktur yang digunakan. Infrastruktur yang baik menentukan keberlanjutan implementasi REDD dan REDD plus dalam jangka panjang. Sampai sekarang infrastruktur tersebut masih dalam tahap persiapan. Salah satu infrastruktur yang harus dipersiapkan adalah distribusi insentif yang efektif, efisien dan berkeadilan. Distribusi insentif dibawah REDD-plus tidak hanya digunakan untuk mengurangi deforestasi dan degradasi hutan, namun juga akan digunakan untuk melakukan konservasi cadangan karbon di hutan, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan cadangan karbon hutan melalui kegiatan penanaman pohon dan rehabilitasi lahan yang terdegradasi. Mekanisme ini memiliki keuntungan dengan membuka kesempatan bagi berbagai pihak yang memiliki situasi nasional yang berbeda untuk dapat diikutsertakan (CIFOR 2009). Harga karbon yang layak serta besarnya pungutan atas CER yang dijual telah dihitung, tetapi bersifat site specific. Disamping bersifat site specific, harga karbon juga bersifat buyer atau donor specific. Sampai saat ini transaksi karbon melalui mekanisme REDD di Indonesia belum terjadi, maka penelitian ini lebih menekankan pada harga karbon yang bersifat site specific. Agar hasil kajian lebih komprehensif, maka diperlukan kajian lebih lanjut DAN PERAN REDD DAN REDD+ mengenai distribusi insentif di beberapa lokasi yang berbeda dan diperluas untuk mekanisme REDD plus yang belum dianalisis pada tahun Berkaitan dengan hal ini Tim Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan Kementerian Kehutanan telah melakukan analisa awal berkaitan dengan distribusi insentif ini dan peran parak pihak dalam REDD dan REDD+. Bertempat di ruang pertemuan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Berau, Kamis 7 Oktober 2010 tim ini mempresentasikan hasil kajian dengan tema Konsultasi Para Pihak Dalam Rangka Analisis Distribusi Insentif Dan Peran Para Pihak Dalam REDD Dan REDD Plus. Dari presentasi ini diharapkan adanya validasi dan verifikasi hasil analisis data dan dapat menghimpun masukan untuk perbaikan hasil kajian. Pertemuan ini dibuka langsung oleh Ketua Pokja REDD Berau Ir. Suparno Kasim dan dihadiri oleh anggota Pokja REDD Berau lainnya seperti Kepala Dinas Kehutanan, Badan Lingkungan Hidup Berau, BPN Berau, Dinas Tata Ruang, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, TNC, LSM Lokal, dan undangan lainnya sekitar 20 orang. Dalam sambutannya, Ketua Pokja Berau mengatakan bahwa Kabupaten Berau telah mulai menginisiasi program REDD sejak dilaksanakannya COP 13 di Bali 2007 yang lalu. Perlahan tapi pasti salah satu daerah di Berau pun mulai dipersiapkan sebagai Demonstration Areas /DA REDD. Namun memang sampai saat ini belum sedikit pun membahas secara gamblang tentang insentif yang diberikan/didapat maupun distribusinya. Karenanya ini juga kita di daerah, Berau dalam hal ini perlu juga kejelasan porsinya, dan Bersambung Ke Hal.11

4 Volume 10 Hal. 4 D alam pelaksanaan REDD, secara internasional telah ditetapkan beberapa standar yang wajib dipenuhi bagi setiap pihak yang mengembangkan dan melaksanakan program ini. Salah satu standar yang ada adalah CCB Standart atau Climate, Community and Biodiversity Standart yang disusun oleh CCB Alliance yang merupakan gabungan dari beberapa lembaga non pemerintah internasional, lembaga peneliti dan perusahaan. TNC juga merupakan salah satu lembaga yang terlibat dalam mengembangkan standar ini. Pada dasarnya standar yang disusun bertujuan untuk melihat dampak baik positif maupun negatif dari proyek/program yang dilaksanakan terhadap perubahan iklim yang terjadi, masyarakat dan keanekaragaman hayati. Program Karbon Hutan Berau tentunya juga harus memenuhi standar tersebut agar dapat diakui dan memudahkan masuk dalam skema REDD secara internasional. Upaya sosialisasi dan persiapan kearah tersebut mulai dilakukan dengan diskusi yang dilaksanakan pada 19 Oktober 2010 di Sekretariat POKJA REDD Berau. Dalam diskusi ini disampaikan banyak hal tentang CCB Standart itu sendiri oleh Jill (person in charge from TNC on CCBA) dan Mark Poffenberger (Community Forestry International) yang menyampaikan pengalamannya dalam pengembangan masyarakat di India dan Vietnam. Diskusi ini dihadiri oleh anggota POKJA REDD Berau dari Bappeda, Dinas Pertambangan, BLH dan Dinas Tata Ruang Kabupaten Berau. Selain diskusi yang dilakukan, Jill dan Mark dengan didampingi oleh TNC Berau dan Sekretariat POKJA REDD Berau juga melakukan kunjungan lapangan dan berdiskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat di Kabupaten Berau. Kunjungan lapangan ini dimulai dengan tujuan pertama kampung Long Laai di Kecamatan Segah pada tanggal 20 Oktober Di Kampung Long Laai ini, tim diterima oleh Badan Pengelola Hulu Segah (BP Segah) dengan hangat. Pada sore harinya, tim juga berkesempatan berkunjung ke kampung Long Oking yang berada di hulu sungai Okeng sekitar 1 jam perjalanan dengan perahu. Kampung tersebut menawarkan jernihnya air sungai yang membuat tim tidak bisa menahan rasa untuk berenang dan bermain dengan ikan-ikan sungai yang masih bisa nampak dari permukaan air. Sayangnya tim tidak DISKUSI CCBA STANDART bertemu dengan warga kampung Long Oking untuk berbagi cerita karena ternyata warga kampung ini masih berada di hutan untuk berburu, mengumpulkan buah dan kegiatan lain yang memang telah menjadi budaya masyarakat suku dayak punan. Diskusi dengan pengurus BP Segah dilakukan pada malam hari bertempat di Pos TNC kampung Long Laai. Pertemuan yang dihadiri oleh pengurus BP Segah juga dihadiri oleh Pemerintah Kampung Long Laai. Diskusi dilakukan seputar kegiatan yang dilakukan oleh BP Segah, sejarah pembentukannya, visi misinya dan juga termasuk rencana kedepan. Tim sangat terkesan dengan komitmen dan upaya yang dilakukan oleh BP Segah dalam melindungi kawasan hutannya untuk kepentingan warga di 4 kampung sebagai anggota dari BP Segah. Keempat kampung tersebut adalah Long Laai, Long Pai, Long Oking dan Long Ayap. Kami hanya ingin hutan tetap menjadi hutan untuk kepentingan hidup kami demikian alasan yang dikemukakan oleh pak Jones saat ditanya alasan adanya komitmen tersebut. karena alasan itu pula hingga saat ini masyarakat di empat kampung menolak adanya perkebunan sawit yang akan masuk ke dalam wilayah mereka. Karena menurut mereka sawit bukanlah hutan melainkan hanya kebun saja. Secara khusus BP Segah meminta masukan dari tim terkait dengan pengelolaan yang dapat dilakukan pada kawasan hutan mereka yang berbasis masyarakat dan dapat mendukung upaya perlindungan yang mereka lakukan. Hal ini menjadi peluang yang baik dalam pengembangan dan pelibatan masyarakat dalam program REDD+. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke kampung Long Duhung yang berada di tepi sungai Kelay. Bersambung Ke Hal.11

5 Volume 10 Hal. 5 PELATIHAN PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN VERIFIKASI E stimasi penghitungan emisi di Indonesia pada tahun 1990-an menunjukkan hasil yang sangat bervariasi yaitu antara Juta Ton, dengan serapan karbon antara Juta Ton (Boer et al., 1999). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan activity data (misalnya luas hutan, luas grassland, konversi dan penggunaan lahan lainnya), konsumsi kayu, faktor emisi, metode pengukuran serta asumsi yang digunakan dalam analisis. Untuk kepentingan inventarisasi emisi dalam kegiatan REDD diperlukan data yang akurat dan metode yang diakui internasional untuk melaporkan perkembangannya. Hal ini untuk mendukung tercapainya program mitigasi perubahan iklim dengan hasil perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (Measurable, Reportable and Verifiable/ MRV) untuk pengembangan kegiatan perdagangan karbon di Indonesia baik melalui mekanisme pasar sukarela atau wajib. GTZ Forclime dan Pokja REDD Kaltim sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan perhatian terhadap isu pengurangan emisi akibat degradasi dan deforestasi hutan (REDD) pada tingkat provinsi harus membangun perangkat yang memadai dalam menyediakan data potensi karbon di Provinsi Kalimantan Timur khususnya sebagai bagian dari program pembangunan kehutanan yang berkelanjutan. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan dan menyediakan informasi, pengetahuan dan teknologi tentang metode pengukuran dan pengembangan perhitungan karbon tersimpan dan serapan GRK diberbagai macam penggunaan lahan. Sehingga diharapkan peserta dapat mengenal dan memahami konsep perhitungan karbon secara teknis, mengetahui pentingnya potensi karbon, serta dapat menentukan menentukan kerangka acuan emisi di daerah masingmasing. Selama 3 hari mulai dari tanggal September 2010 kegiatan ini dilakukan di Town House BDI untuk materi kelasnya dan untuk materi lapangan peserta diajak ke Kebun Raya Balikpapan. Suasana yang penuh keakraban dan santai membuat 28 peserta lebih semangat dalam menerima materi pelatihan, walaupun dengan latar belakang pekerjaan yang berbeda-beda, seperti dari Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda, BPKH Wilayah IV, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kaltim, Balai Diklat Kehutanan Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Provinsi Kaltim, Bappeda Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Malinau, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Barat, DED Kabupaten Malinau, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Komda APHI, Unit Pelaksana Hutan Lindung Sungai Wain dan DAS Manggar Kota Balikpapan, Balitbangda Provinsi Kaltim, Center for Climate Change Studies Universitas Mulawarman, Sekretariat Pokja REDD Provinsi Kaltim, Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Timur, Pusat Perhutanan Sosial (CSF) Universitas. Materi-materi yang disampaikan diantaranya Pengantar umum MRV yang disampaikan oleh Delon Marthinus, S.Si, M. Sc dari CER Indonesia, pemateri menjelaskan apa itu MRV dan kenapa harus ada MRV. MRV bukan sesuatu yang baru, konsepnya hampir sama dengan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Bersambung Ke Hal.11

6 Volume 10 Hal. 6 BERBAGI INFORMASI DENGAN STAF KEDUTAAN BESAR AMERIKA SERIKAT S elasa (21/09/2010) pukul wita di ruang kantor TNC sekitar 30 orang yang masingmasing dari LSM Bestari, Menapak, TNC, Sekretariat Pokja REDD Berau, Mahasiswa MAPALA STIT/STIEM Berau, dan perwakilan masyarakat berkesempatan mendapat kunjungan dan berdiskusi dengan staf Kedutaan Besar Amerika Serikat. Staf Kedutaan Besar Amerika Serikat yang berkunjung ini terdiri dari Ibu Kerry Yeagen USAID, Bapak Hugo Yon Sekretaris Pertama & Kepala Bagian Lingkungan Hidup, Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kesehatan, dan Ibu Sri Murniati Spesialist Lingkungan Hidup, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kesehatan - datang ke Berau yang juga merupakan bagian kunjungan mereka disamping ke Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur dan Kabupaten Malinau. Dari diskusi yang berlangsung sekitar satu setengah jam ini mendiskusikan lebih dalam tentang tantangan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Kabupaten Berau termasuk penanganan dan pemberantasan pembalakan liar, konservasi dan rehabilitasi hutan, hubungan antara pemerintah daerah dengan NGO serta serta kaitannya dengan perekonomian masyarakat pedalaman serta prioritas dukungan yang diharapkan. Berbagai masukan dan informasi disampaikan oleh para peserta diskusi yang memang dari berbagai lembaga ini dapat memberikan gambaran yang ingin diperoleh tim terhadap isu-isu. Setelah pertemuan ini rombongan kemudian diterima oleh Bapak Bupati Berau di ruang kerjanya bersama dengan Asisten Administrasi Pembangunan yang juga Ketua POKJA REDD Berau beserta Kepala Dinas Kehutanan, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Kampung dan BAPPEDA. Bupati menyambut baik kunjungan yang dilakukan dan berharap dapat bekerjasama dalam meningkatkan tata kelola sumberdaya hutan yang lebih baik. Tim juga mendapatkan gambaran terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau termasuk komitmen yang ditunjukkan oleh Berau dalam upaya melestarikan sumberdaya alam tersebut. Melalui kunjungan ini pada intinya tim berharap memperoleh informasi yang komprehensif tentang tata kelola pemerintahan khususnya tata kelola lingkungan dan kehutanan di Kalimantan Timur. (*mf)

7 Volume 10 Hal. 7 FGD STRATEGI PEMBANGUNAN RENDAH KARBON DI KALIMANTAN TIMUR P emerintah Provinsi Kalimantan Timur yang memiliki visi Terwujudnya Masyarakat yang Adil dan Sejahtera melalui Pembangunan Berkelanjutan telah mendeklarasikan terwujudnya Kaltim Hijau 2013 pada Kaltim Summit Kaltim Hijau bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Kalimantan Timur secara menyeluruh dan seimbang, mengurangi ancaman bencana ekologis, mengurangi terjadinya pencemaran dan kerusakan kualitas ekosistem. Selain itu, program ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan melembagakan kesadaran diseluruh kalangan masyarakat akan pentingnya pelestarian sumber daya alam terbaharui serta pemanfaatan secara bijak sumber daya alam tak terbaharui. Kaltim Hijau merupakan dimulainya sebuah proses pelaksanaan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan (green development) dengan basis tata kelola pemerintahan yang berwawasan lingkungan (Green Governance). Program Kaltim Hijau sebagai kerangka besar Pembangunan Kalimantan Timur, merupakan sebuah strategi dan bentuk kontribusi Kalimantan Timur dalam mewujudkan upaya pengurangan emisi, serta mendukung komitmen Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pengurangan emisi sebesar 26% oleh Indonesia secara mandiri atau hingga 41 % dengan dukungan internasional di tahun Sebagai langkah lanjut, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur bekerjasama dengan Dewan Perubahan Iklim Nasional (DNPI) melakukan studi inventarisasi dan identifikasi permasalahan dalam menuju pembangunan yang ramah lingkungan, terutama pada sektor sektor yang berpotensi memiliki dampak langsung terhadap upaya pengurangan emisi karbon di wilayah Provinsi Kalimantan Timur. Dalam studi yang dihasilkan telah diidentifikasi berbagai sektor yang menjadi kontributor utama dalam menyumbang konsentrasi Gas Rumah Kaca yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Selain itu juga diidentifikasi berbagai upaya yang dapat dikembangkan melalui inisiatif-inisiatif yang dapat dilakukan dalam upaya menurunkan emisi yang dihasilkan. Studi yang mencakup seluruh kabupaten/kota di Kalimantan Timur ini kemudian disosialisasikan dan didiskusikan bersama dengan stakeholder terkait terutama Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mendapatkan masukan dan kritik demi penyempurnaan hasil studi dan masukan terhadap tawaran inisiatif yang dapat dilakukan oleh Daerah dalam melakukan pembangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Selain itu juga untuk mendapatkan kesepahaman bersama para pihak di setiap Kabupaten/Kota tentang maksud dan tujuan implementasi strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur sebagai bagian kerangka besar pembangunan berkelanjutan di Kalimantan Timur. Sebagai rangkaian dari kegiatan tersebut, pada tanggal 29 Oktober 2010 dilaksanakan sosialisasi dan diskusi bersama dengan Pemerintah Kabupaten Berau di ruang rapat Kakaban Setda Berau dan dihadiri oleh kurang lebih 24 orang dari unsur SKPD terkait. Kegiatan yang dibuka langsung oleh Bapak Basri Syahrin selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau sekaligus Wakil Ketua POKJA REDD Berau menyambut baik upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kaltim dan mengharapkan dapat pula dilakukan singkronisasi dengan program yang saat ini juga dikembangkan oleh Pemerintah Berau yaitu Program Karbon Hutan Berau yang pada dasarnya memiliki konsep dan strategi yang sama. Dalam paparan hasil studi yang dilaksanakan oleh McKinsey untuk membantu DNPI dan Pemprov Kaltim dalam merumuskan strategi pembangunan ramah lingkungan rendah emisi oleh Prof. Deddy Hadriyanto, diketahui bahwa Berau menempati urutan kelima sebagai emitor CO 2 e dari 14 kabupaten/kota di Kaltim dengan menghasilkan lebih dari 21 MtCO2e emisi pertahun atau 10 persen dari total emisi Kalimantan Timur (Studi McKinsey, DNPI, Pemprov Kaltim, 2010). Pelepasan CO 2 e ini berasal dari sektor kehutanan, perkebunan, agrikultur dan pertambangan. Untuk sektor kehutanan sendiri lebih banyak disebabkan oleh banyaknya lahan rusak dan terjadinya deforestasi dengan angka kehilangan lebih dari 24,000 ha hutan pertahun. Sektor kehutanan bertanggung jawab atas lebih dari 10 MtCO2e per tahun, terutama dari pembalakan yang tidak ramah lingkungan dalam konsesi HPH. Selain itu, ada izin lokasi untuk membuka 100,000 ha konsesi minyak kelapa sawit, yang akan memberikan tekanan tambahan pada hutan Berau. Emisi kabupaten, terutama berasal dari perubahan penggunaan lahan, setara dengan emisi 4.5 juta mobil. Walaupun emisi akan tumbuh di bawah skenario bisnis seperti biasa, Berau dapat mengurangi emisi sebesar lebih dari 18 MtCO2e per tahun hingga tahun 2030 (Studi McKinsey, DNPI, Pemprov Kaltim, 2010). Inisiatif tunggal terbesar Berau adalah untuk mengimplementaskan pembalakan dengan dampak yang telah dikurangi (RIL) dalam konsesi HPH (pengurangan 4.7 MtCO2e ); pertama-tama kabupaten dapat menargetkan tiga perusahaan yang masing-masing memiliki konsesi lebih dari 100,000 ha. Pengurangan lebih lanjut sebesar 3.7 MtCO2e dan 1.8 MtCO2e dimungkinkan dengan penggunaan lahan kritis bagi ekspansi HTI dan konsesi kelapa sawit. Kabupaten ini memiliki lebih dari 125,000 lahan sangat kritis dan kritis yang dapat digunakan untuk inisiatif ini. Tambahan pengurangan diperoleh dari sektor pertanian dan batu bara. Dengan pemaparan kondisi tersebut kemudian digali berbagai masukan terkait dengan inisiatif yang dapat dilakukan oleh Daerah termasuk didalamnya kendala yang mungkin dihadapi. Masukan inisiatif ini disampaikan dalam bentuk form untuk kemudian menjadi bahan bagi penyempurnaan hasil studi. (*iw)

8 Volume 10 Hal. 8 IDENTIFIKASI KETERLIBATAN STAKEHOLDER DALAM PELAK- SANAAN REDD+ DI DAERAH DAN PENGGALIAN MASUKAN DALAM DISTRIBUSI INSENTIF Proyek REDD+ merupakan kegiatan mitigasi perubahan iklim sektor kehutanan melalui upaya penyerapan dan atau penyimpanan karbon. Upaya ini merupakan salah satu jenis usaha pemanfaatan jasa lingkungan pada hutan produksi dan hutan lindung. Atas pelaksanaan proyek REDD+, pengelola proyek akan memperoleh sertificate Verified Emission Reduction (VER) sebagai bukti keberhasilan proyek dalam menyerap atau menyimpan karbon. Jumlah VER yang diperoleh akan ditentukan berdasarkan jumlah karbon yang dapat diserap atau disimpan dalam area hutan yang menjadi proyek REDD. VER ini dapat dijual, dan hasil penjualannya disebut dengan Nilai Jual Jasa Lingkungan (NJ2L). Dalam pelaksanaannya, REDD+ melibatkan banyak pihak, baik ditingkat pemerintah pusat maupun di daerah. Setiap pihak memiliki peran dan tanggung jawab yang spesifik dengan bobot yang berbeda. Seyogyanya semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan REDD+ mendapat bagian secara adil. Berkaitan dengan hal tersebut, pada tahun 2009 Kementerian Kehutanan melalui Permenhut no. 36/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung telah mengatur distribusi NJ2L dalam bentuk persentase bagi pemerintah, masyarakat dan pengembang. Namun pada kenyataannya, banyak pihak mempertanyakan dasar atau pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan formula distribusi NJ2L tersebut. Untuk itu, Kementerian Keuangan RI membentuk tim tersendiri yang berupaya mencari masukan dari berbagai pihak untuk mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan REDD+ didaerah, berikut dengan peran dan tanggungjawabnya. Data dan informasi yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk menyempurnakan distribusi NJ2L pada Permenhut no. 36/Menhut-2/2009. Kaltim yang merupakan salah satu propinsi yang saat ini sedang gencar mempersiapkan diri untuk dapat terlibat langsung dari program REDD dan berperan aktif dalam program pengurangan emisi yang telah dicetuskan oleh Presiden RI sebanyak 26%. Tentunya sudah ada beberapa hal yang dibahas secara rutin pada tingkat propinsi dalam hal distribus ini juga. Untuk itu tim Kemenkeu melakukan kunjungan dan diskusi dengan POKJA REDD Propinsi Kaltim dan Kabupaten Berau. Dalam diskusi dengan POKJA REDD Berau pada tanggal 29 Oktober 2010 bertempat di Sekretariat POKJA REDD Berau yang dihadiri oleh Dinas Kehutanan, PT Amindo Wana Persada, PT Sumalindo LJ IV, BP Segah dan Forum Kampung ini terungkap banyak masukan yang menjadi bahan bagi tim Kemenkeu. Beberapa hal yang menjadi topik pembahasan dasar penentuan persentase NJ2L, komponen yang menjadi bahan perhitungan termasuk upaya dan peran dari masing-masing pihak seperti pemerintah, kalangan swasta dan masyarakat. Dalam diskusi peserta memberikan masukannya yaitu antara lain: 1) Pemberian distribusi NJ2L sebaiknya didasarkan pada penilaian kinerja atau upaya yang dilakukan para pihak yang bertujuan mengurangi dan atau menghindari terjadinya emisi; 2) Diperlukan identifikasi yang lebih jelas dalam definisi masyarakat yang ternyata masih banyak interpretasi yang berbeda terkait dengan definisi masyarakat yang mendapatkan insentif dari program ini; 3) Kalangan swasta juga akan melakukan kajian lebih jauh terkait dengan persentase yang ditetapkan apakah dari sisi bisnis Bersambung Ke Hal.11

9 Volume 10 Hal. 9 LANJUTAN PENGUMPULAN DATA LAPANGAN LIDAR-GLAS M etode pendugaan biomassa di kawasan hutan telah berkembang sangat pesat dengan dukungan berbagai tehnologi terutama penggunaan citra satelit. Salah satu metode yang dikembangkan oleh The Woods Hole Research Center (WHRC) adalah metode penggunaan citra GLAS- LIDAR. Metode ini juga dilakukan dalam pendugaan biomassa di kabupaten Berau dengan tujuan untuk memperkaya studi dan data base pendugaan biomassa di kawasan hutan Berau. Pada dasarnya pendugaan biomassa dapat dilakukan melalui penggunaan data LIDAR yang berbasis radar pada beberapa titik yang telah diketahui. Namun tentunya diperlukan ground checking agar data yang diperoleh dapat lebih akurat. Dengan dilakukan ground checking dan pengambilan data ini dapat menjadi basis data yang lebih lengkap sehingga analisis yang dilakukan dapat maksimal. Untuk itu, pada bulan Maret-Juni 2010 tim Sekretariat POKJA REDD melakukan kegiatan pengambilan dan pengumpulan data lapangan di Kabupaten Berau untuk melengkapi data stock biomassa tersimpan, di beberapa lokasi yaitu Kecamatan Segah (kampung Gunung Sari) dan Kecamatan Pulau Derawan (Kampung Merancang) dengan total jumlah plot sebanyak 20 titik. Data yang dikumpulkan adalah diameter pohon dan tinggi pohon serta identifikasi lokasi plot termasuk didalamnya tipe penggunaan lahan, akses dari pemukiman, sumber air dan jalan. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan pada bulan Oktober- November 2010 oleh tim yang terdiri dari TNC (The Nature conservancy) dan Sekretariat POKJA REDD BERAU dengan lokasi pengambilan data di berbagai tipe kawasan seperti Hutan Produksi diantaranya kawasan konsesi PT Hutan Sanggam Labanan Lestari, Plot STREK, PT. Daisy Timber dan PT. Sumalindo Lestari Jaya IV. Selain itu juga pada kawasan hutan lindung yang terdapat di Kecamatan Segah dan Kelay. Pengambilan data tahap kedua ini diharapkan dapat dilakukan pada 40 plot/titik, namun karena keterbatasan waktu dan aksesibilitas ke lokasi plot maka tim hanya dapat mengumpulkan data pada 15 plot/titik saja. Hal ini karena titik yang ditentukan berada di lokasi yang sangat sulit dijangkau dan membutuhkan waktu yang lebih lama. Dalam pelaksanaan di lapangan, tim juga dibantu oleh pihak Perusahaan dan juga Dinas terkait seperti Balitbang Diptokarpa Samarinda dan Dinas Kehutanan Berau. Data yang dikumpulkan kemudian akan dianalisis bersama untuk melengkapi basis data yang dimiliki oleh Kabupaten Berau setelah sebelumnya dilakukan juga analisis pendugaan dengan metode RACSa (Rapid Assesment Carbon Stock Analysis) yang dikembangkan oleh ICRAF bersama CSF Unmul. (*aji/iw)

10 Volume 10 Hal. 10 Sambungan. Berbagi Informasi Umum Tentang Hutan, Pemanasan Global Dan Perubahan Iklim dari Hal.1 Berau mengadakan semacam kegiatan penyuluhan berkaitan dengan hutan, pemanasan global dan perubahan iklim. Kegiatan ini direncanakan dengan mendatangi sekolah-sekolah menengah umum SMP dan SMA yang ada di Berau. SMP Negeri 1 Tanjung Redeb Pada pelaksanaan pertama sesuai jadwal yang telah disepakati dengan sekolah, Sabtu, 02 Oktober 2010 dua sekolah menengah umum SMP Negeri 1 Tanjung Redeb pada jam wita dan SMK Negeri 1 Tanjung Redeb pada jam wita. Dengan metode diskusi yang diawali dengan pemaparan presentasi singkat dari Pak Heri Sofyan dan dilanjutkan dengan pemutaran film singkat, siswa-siswa yang hadir yang merupakan perwakilan dari kelas mereka masing-masing sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan aktif memberikan pendapat mereka dan mengajukan pertanyaanpertanyaan. Di ruangan multi media sekolah yang dipakai pada kegiatan ini, sekitar 40-an siswa dengan aktif mengikuti kegiatan ini. Walau materi yang disampaikan berbeda dengan materi pelajaran yang mereka terima di sekolah, tapi hal ini tidak menghambat keingintahuan mereka. Hal ini tergambar dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan seperti oleh siswa SMPN 1 Matias Santoso yang menanyakan tentang pemanasan global yang tiap tahun meningkat, bagaimana cara mengatasinya? Demikian juga rekannya Yoga yang menanyakan tentang informasi Jakarta yang akan tenggelam, bagaimana ini bisa terjadi dan langkah yang mesti dilakukan untuk mengatasinya. SMK Negeri 1 Tanjung Redeb Demikian juga dengan di SMKN 1 Tanjung Redeb, walau mungkin pelajaran di sekolah mereka tidak pernah menyinggung tentang hutan dan lingkungan hidup namun keaktifan mereka untuk berbagi pendapat dan mengajukan pertanyaan juga sangat antusias. Slamet siswa kelas 3 Akuntansi ini menanyakan tentang konservasi alam dan apa sangsinya kalau seseorang melanggar. Demikian juga Juni Iskandar menanyakan tentang ciri-ciri hutan yang dibagi berdasarkan jenis-jenis hutan, Hasrina yang menanyakan tentang perlindungan yang dilakukan di Lesan, dan juga ada siswa yang menanyakan apa yang bisa dilakukan oleh siswa dari hal-hal yang kecil atau mudah untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan. SMA Negeri 1 Tanjung Redeb. Kegiatan ini terus dilanjutkan ke sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Redeb. Kegiatan ini dilakukan tanggal 8 Oktober 2010 pukul wita. Walau jumlah siswa sekitar 30 orang yang mengikuti kegiatan ini namun karena kesemuanya dari satu kelas dan merupakan siswa baru, mereka tidak seantusias siswa-siswa lain seperti SMP 1 maupun SMK 1 Tanjung Redeb yang sebelumnya dikunjungi. Siswa tidak ada yang memberikan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan berkaitan dengan presentasi yang disampaikan maupun dengan film yang mereka tonton. Mereka hanya sesekali menjawab pertanyaan yang kami ajukan. Kegiatan ini bersangsung 2 jam pelajaran sesuai dengan waktu yang disepakati. SMA Negeri 4 Sambaliung Esok harinya tanggal 9 Oktober 2010 pukul wita, kami kembali berkunjung ke SMA Negeri 4 Sambaliung yang sebelumnya merupakan SMA Plus Berau. Sama dengan sekolah-sekolah lain, waktu yang disepati selama 2 jam pelajaran atau sekita 90 menit. Pada sesi diskusi, siswa bergantian memberikan tanggapan pada film pendek yang baru saja mereka tonton. Masing-masing dari mereka memberikan pendapat bagaimana pemanasan global itu terjadi dan apa dampaknya dari perubahan iklim yang saat ini sering diberitakan di media. SMP Negeri 4 Gunung Tabur Kegiatan ini kembali dilakukan di sekolah menengah pertama. SMP Negeri 4 Gunung Tabur kali ini mendapat giliran. Jumat tanggal 15 Oktober 2010, walau harus menempuh perjalanan 10KM dengan sepeda motor, kami dapat datang tepat waktu pada jam wita yang telah disepakati. Di ruang kelas yang masih baru, 30-an siswa SMPN 4 Gunung Tabur ini antusias mengikuti kegiatan yang juga telah kami laksanakan di beberapa SMP dan SMA yang ada di Berau. Dimulai dengan penyampaian presentasi tentang hutan dan dilanjutkan dengan pemutaran film pendek tentang perubahan iklim dan pemanasan global, siswa diajak untuk saling memberikan pendapatnya setelah melihat presentasi dan film tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tentang banjir dan kekeringan diajukan, sampai-sampai pertanyaan mengapa Jakarta diramalkan tenggelam dalam beberapa tahun kedepan pun turut dilontarkan. Kegiatan ini akan terus dilanjutkan ke semua sekolah menengah umum di Berau, bahkan direncanakan untuk mendatangi sekolah-sekolah menengah umum yang ada di pedalaman yang pada hakekatnya lebih dekat dan mungkin saja sangat tergantung kehidupan keluarganya pada hutan.(*mf)

11 Volume 10 Hal. 11 Konsultasi Para Pihak dari Hal.3 Tim dari Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan ini sendiri terdiri dari 3 orang. Dari presentasi yang disampaikan digambarkan lokasi penelitian yang telah dilakukan di 4 daerah yang meliputi Kapuas- Kalimantan Tengah, Kabupaten Musi Banyuasin- Sumatera Selatan, Jambi, dan di Kabupaten Berau sendiri. Dari presentasi ini tergambar usulan para pihak dan perannya dalam mekanisme distribusi pembayaran, juga memuat rancangan mekanisme distribusi yang diusulkan. Dari sesi diskusi ini beberapa pertanyaan terlontar kepada tim peneliti ini, baik dari segi pihak-pihak yang berperan, pembagian antara daerah, propinsi, maupun pusat, sisialisasinya ke masyarakat dan belum adanya penyampaian yang gambling ke masyarakat mengenai insentif ini karena belum adanya kejelasan insentif yang nantinya akan diberikan. Berkenaan dengan hal tersebut, Deden Djaenudin salah satu dari tim ini mengatakan bahwa saat ini masih terus berdiskusi panjang mengenai insentif dan distribusi ini, dan akan terus menggali informasi dari lapangan metode -metode apa yang cocok. Untuk sementara ini kami berpayung pada ketetapan hukum yang sudah ada saat ini dan inilah mekanisme yang saat ini kami anggap cocok. Hasil dari kajian ini belum merupakan final dan belum merupakan keputusan pusat. (*mf) Identifikasi Keterlibatan Steakholder dari Hal.8 menguntungkan atau tidak agar dapat lebih menarik minat lebih banyak kalangan swasta dapat terlibat dalam program ini; 4) Diperlukan mekanisme yang lebih jelas terkait dengan dana-dana yang masuk sebagai dana persiapan dalam implementasi REDD+. Penggalian masukan ini akan dilakukan bersama dengan daerah lain yang juga mengembangkan program REDD+ sehingga memperkaya kajian yang dilakukan oleh tim. (*Iwied) Diskusi CCBA Standar dari Hal.4 Tim ini diterima oleh pengurus Forum Kampung Hulu Kelay dan pemerintah kampung Long Duhung. Sama dengan sajian keindahan alam hutan tropis, tim juga disuguhkan dinginnya air sungai yang menjadi lokasi pembangunan listrik mikro hidro yang dikembangkan oleh salah satu LSM lokal bersama masyarakat kampung Long Duhung. Lokasi ini tak jauh dari kampung, hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Pada malam harinya, tim melakukan diskusi dengan pengurus Forum Kampung Hulu Kelay (FK Kelay) yang diketuai oleh bapak Zenas Daring dan pemerintah kampung beserta beberapa masyarakat lainnya. Diskusi dilakukan seputar sejarah pembentukan FK Kelay,apa yang dilakukan, rencana kedepan dan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan. Selain itu juga perkembangan kampung Long Duhung sendiri yang merupakan binaan dari salah satu HPH yang ada. Disini juga terungkap beberapa kasus yang terjadi dan konflik antar perusahaan dengan masyarakat serta bagaimana upaya penanganan yang dilakukan. Selanjutnya tim berkunjung ke desa Bukit Makmur yang merupakan desa transmigrasi sejak tahun 1990-an. Desa ini terletak di konsesi PT Inhutani I dan saat ini dikelola oleh PT Hutan Sanggam Labanan Lestari (BUMD Kabupaten Berau). Di sini tim berupaya mengidentifikasi dan menggali informasi terkait dengan konflik yang terjadi antar masyarakat dengan perusahaan, upaya yang dilakukan serta harapan ke depan dari masyarakat dalam mengelola kawasannya. Banyak informasi yang diperoleh, bukan hanya dari masyarakat tetapi juga dari pihak perusahaan PT HSLL yang ikut mendampingi tim dalam pertemuan sehingga informasi yang diperoleh tidak berat sebelah. Dari berbagai diskusi ini tentunya menjadi bahan bagi tim dalam penyusunan upaya yang dilakukan berkaitan dengan pemenuhan kriteria dalam CCB standart yang akan diikuti oleh Berau nantinya. Sehingga proses menuju kesana bisa dilakukan secara bertahap. (*iw) Pelatihan Pengukuran dari Hal.5 tetapi ditambahkan lagi satu kegiatan verifikasi (dapat dibuktikan oleh pihak independen). Fajar Pambudhi memberikan materi tentang Desain Inventarisasi Karbon Hutan dan dilanjutkan dengan Pengembangan Alometrik untuk menghitung biomassa pohon yang akan berguna dalam pendugaan cadangan karbon. Solihin yang biasa dipanggil ichin memberikan materi tentang Inventarisasi karbon stok, dan analisis citra satelit guna mengistimasi karbon tingkat kawasan. Untuk materi lapangan dilakukan di Kebun Raya Balikpapan, peserta mencoba mengaplikasi materi kelas berupa inventarisasi/pengambilan data dilapangan untuk menduga biomassa, nekromassa., pengambilan sample pohon untuk diukur berapa biomassa keseluruhan. Secara keseluruhan acara berjalan dengan baik dari segi isi materi maupun cara penyampaian, dan peserta merasa perlu ada penambahan waktu sehingga tujuan materi bisa dicapai dengan maksimal. (*aji)

12 Volume 10 Hal. 12 S aat ini, internet sudah menjadi bagian penting di keseharian kita. Koneksi ke jaringan global ini sudah relative mudah untuk dapat kita lakukan. Mulai dari ponsel, akses speedy telkom di rumah, di kantor pun kita kita bisa terhubung ke jaringan internet. Mungkin juga saat membaca artikel ini, anda sedang asyik online ber-facebook-an ria ;) Di zaman globalisasi ini internet sangat berperan penting di berbagai segi kehidupan kita. Ambil saja contohnya di pendidikan, banyak ilmu yang didapat di internet. Dari internet itu bisa melihat dunia luar, tidak kalahnya dengan buku yang dahulu disebut sebagai jendelanya dunia. Sekarang internet bisa disimpulkan juga seperti itu, dari internet itu pula memudahkan hubungan antar daerah, dunia bahkan bisa pula seluruh dunia. Oleh karenanya Pokja REDD merasa perlu untuk membangun media informasi online yang dapat diakses di mana saja dan bahkan dari mana saja kita berada. Dengan kemudahan ini, kita berharap informasi tentang program REDD yang dilaksanakan di Kabupaten Berau ini dapat pula diakses oleh khalayak ramai. Pertengahan bulan Juli 2010 lalu, Sekretariat Pokja REDD Berau meluncurkan media online/situs berbasis internet ini. Alamat situs ini di internet dapat diakses dengan nama Melalui situs ini masyarakat dapat mengakses informasi tentang Program Karbon Hutan Berau dan data-data tentang Pokja REDD Berau. Data dan informasi yang ada juga dilengkapi dengan artikel -artikel update yang berkaitan dengan aktifitas atau kegiatan yang dilakukan pada saat itu. Pada setiap artikel di situs ini disertakan kolom tanggapan. Anda dapat memberikan tanggapan ataupun masukan di sana yang berkaitan dengan artikel terkait sehingga dapat terjadi diskusi diantara pembaca dan pada akhirnya dapat memberikan tambahan pengetahuan dan informasi kepada pengunjung lainnya. Silahkan dipergunakan media ini semaksimal mungkin untuk kemajuan pelaksanaan REDD ini di masa mendatang. (*mf) Redaksi Updates Media & Komunikasi Sekretariat Pokja REDD Berau fajri Iwied Adji Emi Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak : Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax iwe13009@gmail.com Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb hazbrou@gmail.com Photo-Photo: Adji R (hal 1, 3, 4, 5 ), Fajri (hal 6, 8)Iwied (hal 7, 9) Ir. Suparno Kasim Ketua Umum Pokja REDD Berau suparno@karbonhutanberau.org Fakhrizal Nashr Berau Program Leader The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau Tel ; Hp.: fnashr@tnc.org Alfan Subekti REDD Field Manager The Nature Conservancy Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112, Telp.: asubekti@tnc.org

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU

REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU Nov - Des 2010 Volume 11 REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU S peedboad Pak Rehan yang Kami pakai untuk menuju Pulau Derawan, perlahan menepi begitu sampai di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN Asef K. Hardjana dan Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Dalam rangka persiapan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat. Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau Daddy Ruhiyat news Dokumen terkait persoalan Emisi Gas Rumah Kaca di Kalimantan Timur

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

Joint Working Group II

Joint Working Group II Volume 4 September Oktober 2009 Edisi kali ini: Joint Working Group II Joint Working Group II 1 Mengenal lebih dekat dengan REDD, apa dan bagaimana..? 2 FGD:Mempertajam 3 hasil kajian Pengembangan Kerangka

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Juli Agustus 2009 Volume 3 Edisi kali ini: Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Program Karbon Hutan Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (PAN-RAP Karbon) Nomor: SK. 494/Menhut-II/2013 Hutan Rawa Gambut Tropis Merang-Kepayang Sumatera Selatan, Indonesia Oleh: PT. GLOBAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Hutan berperan penting dalam menjaga kesetabilan iklim global, vegetasi hutan akan memfiksasi CO2 melalui proses fotosintesis. Jika hutan terganggu maka siklus CO2

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA, JANUARI 2007 Latar belakang Negosiasi Bilateral G-G, Oktober 2007 telah menyetujui program

Lebih terperinci

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ 2014 Biduk- Biduk, 13-14 November 2014 1. Daftar Isi... 2 2. Latar

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan

Lebih terperinci

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Jul - Agust 2010 Volume 9 BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) B upati Berau, H. Makmur HAPK, Selasa (10/08/2010) memimpin rapat pembentukan Dewan Pengarah Program Karbon Hutan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Balikpapan, 28 Februari 2012 Assalaamu

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Peran dan fungsi jasa lingkungan ekosistem hutan makin menonjol dalam menopang kehidupan untuk keseluruhan aspek ekologis, ekonomi dan sosial. Meningkatnya perhatian terhadap

Lebih terperinci

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs

Pandangan Indonesia mengenai NAMAs Pandangan Indonesia mengenai NAMAs 1. Nationally Appropriate Mitigation Action by Non-Annex I atau biasa disingkat NAMAs adalah suatu istilah pada Bali Action Plan yang disepakati Pertemuan Para Pihak

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PENGESAHAN. Agreement. Perubahan Iklim. PBB. Kerangka Kerja. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 204) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN BADAN LITBANG KEHUTANAN, Jl. Gunung Batu No. 5, Bogor 16610. PO BOX 272. Telp +622518633944;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 Provinsi Kalimantan Timur 2014 REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat diperbaharui (renewable resources), yang dapat memberikan manfaat ekologi, ekonomi, sosial dan budaya kepada

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber daya alam yang menyimpan kekayaan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam lain yang terdapat di atas maupun di bawah tanah. Definisi hutan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+

PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+ PENYIAPAN REGULASI: DISTRIBUSI TANGGUNGJAWAB DAN INSENTIF REDD+ Prof. Dr. Singgih Riphat Ketua Tim Manajemen Iklim Kementerian Keuangan Jakarta, 28 April 2011 APA ITU REDD+? Mekanismepenurunanemisisektorkehutanan,

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU Sekretariat Pokja REDD Berau. Jl. Anggur No.265 Tanjung Redeb, Berau. Telp. 21232 www.karbonhutanberau.org KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU J ika beberapa waktu lalu hanya stafnya saja yang

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Pendahuluan Daniel Murdiyarso

Pendahuluan Daniel Murdiyarso Pendahuluan Daniel Murdiyarso 1 Daftar isi dari presentasi ini: - Apakah toolbox itu? - Apakah IPN? - Apakah SWAMP? - Kenapa lahan gabut tropis penting? - Cakupan Toolbox IPN - Para penulis Toolbox IPN

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Rehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang

Rehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang Tropenbos International Indonesia Programme TBI INDONESIA Rehabilitasi dan Reklamasi Pasca Tambang Mewujudkan Bentang Alam yang Produktif Making Knowledge Work for Forest and People Mewujudkan Bentang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU PEKANBARU, JULI 2010 Kawasan Hutan Provinsi Riau berdasarkan TGHK SK Menhut No. 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 No PERUNTUKAN LUAS (Ha) ( % ) 1. Hutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2009

Lebih terperinci

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kabupaten Berau termasuk dalam 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 UPDATE PAPUA BARAT SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 MISI 1 2 Membangun komitmen stakeholder melalui legalisasi kelembagaan REDD+

Lebih terperinci

Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi

Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi Lokakarya Community of Practice Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan Iklim dan Pembangunan Rendah Emisi Balikpapan, 24-25 November 2014 Dr. H. Awang Faroek Ishak Gubernur Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Didorong oleh issue perubahan iklim dunia yang menghangat belakangan ini dan perubahan tersebut terjadi akibat dari ulah manusia yang terus mengambil keuntungan dari

Lebih terperinci

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009

MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009 MEKANISME DISTRIBUSI PEMBAYARAN REDD : Studi Kasus Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan PUSLITSOSEK 2009 Pendahuluan Upaya-upaya mitigasi dan adaptasi disepakati secara global dalam kerjasama antar negara,

Lebih terperinci

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program Tujuan Tersedianya aliran finansial yang stabil untuk kegiatan konservasi dan pengembangan masyarakat melalui penciptaan kredit karbon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang manfaat serta fungsinya belum banyak diketahui dan perlu banyak untuk dikaji. Hutan berisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI ANTISIPASI PEMANASAN GLOBAL DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI KALTIM HIJAU Tahun

RENCANA AKSI ANTISIPASI PEMANASAN GLOBAL DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI KALTIM HIJAU Tahun RENCANA AKSI ANTISIPASI PEMANASAN GLOBAL DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM MELALUI KALTIM HIJAU Tahun 2010-2014 Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak MEMPERHATIKAN HASIL Governors Climate Forest

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan konsentrasi karbon di atmosfer menjadi salah satu masalah lingkungan yang serius dapat mempengaruhi sistem kehidupan di bumi. Peningkatan gas rumah kaca (GRK)

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Lampiran. FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF TAHUN 2015 2019 KODEFIKASI RPI 13 KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM Koordinator Ari Wibowo Sub Koordinator Niken Sakuntaladewi Deden Djaenudin

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2) 1) Disampaikan pada Lokakarya Nasional Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN DEMONSTRATION ACTIVITIES PENGURANGAN EMISI KARBON DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah - Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut

BAB I. PENDAHULUAN. menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kadar CO 2 di atmosfir yang tidak terkendali jumlahnya menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Pemanasan tersebut disebabkan oleh adanya gas

Lebih terperinci

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Profil Provinsi Kalimantan Timur HARI JADI: 9 Januari IBUKOTA: Samarinda DASAR

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif Lokakarya Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim: Kerjasama Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan Japan International Cooperation Agency Pontianak, 1-2 Oktober 2013 Agenda Tentatif

Lebih terperinci