KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU"

Transkripsi

1 Sekretariat Pokja REDD Berau. Jl. Anggur No.265 Tanjung Redeb, Berau. Telp KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU J ika beberapa waktu lalu hanya stafnya saja yang berkunjung ke Berau, tapi kali ini (19/4/211) yang datang adalah Dubesnya langsung. Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scott Marciel berkesempatan berkunjung ke Berau selama 2 hari. Dengan didampingi oleh 6 orang staff Kedubes, beliau juga mengikut sertakan 9 orang yang merupakan orang-orang kunci dari beberapa perusahaan besar seperti BNI46, Cargill, Bumi Resource, PT Berau Coal, PT Mars, PT Smart. Rombongannya tiba di bandara Kalimarau Berau Selasa malam 19/4/211, dan langsung diterima oleh Makmur HAPK (Bupati Berau) di kediamannya sekaligus menjamu dengan hidangan malam malam Inside Issue: Penajaman Rencana Strategis PKHB Rapat Kerja Pokja REDD dengan Bupati Berau Hari Menanam Seratus Ribu Pohon Dalam Rangka Kegiatan Kaltim Green Kabupaten Berau Berau Siap Implementasikan REDD+ Skala Kabupaten Magang dan Pelatihan Metode-Metode Perhitungan Karbon khas Berau. Dalam jamuan ini, Bupati menyampaikan apresiasinya atas kunjungan Dubes USA ke Kabupaten Berau. Hal ini memberikan peluang bagi Berau untuk dapat menunjukkan komitmennya dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber daya alam yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Berau kepada dunia internasional. Sebagai ucapan terima kasih dan selamat datang, Scott diberikan sebuah mandau dan topi adat Dayak oleh Bupati. Pada Rabu 2/4/211 pagi, semua rombongan sudah bersiap di Hotel Bumi Segah untuk memulai perjalanan menuju Kawasan Lindung Sungai Lesan di Kecamatan Kelay. Iring-iringan pun (bersambung ke hal. 14) Kabupaten Berau Menjadi Daerah Pembelajaran REDD+ dari tim UKP4/Satgas REDD Talkshow Lestari Alamku di RRI Pro 1 Samarinda Konsultasi Nasional Stranas REDD Mengelola Kebun Karet Untuk Kehidupan yang Lebih Baik Kunjungan Tim Global Komparative Study CIFOR tentang REDD Ke Berau... 13

2 Volume X11 Hal. 2 PENAJAMAN RENCANA STRATEGIS PKHB P ada pertengahan Desember 21 lalu, POKJA REDD Berau melakukan refleksi terhadap draft Rencana Strategis PKHB di Pulau Derawan. Dari diskusi tersebut, disepakati untuk mempertajam draft renstra hingga pada strategi di tingkat tapak. Oleh karenanya bersama dengan para pihak mulai dengan unsur swasta yang bergerak di bidang kehutanan (HPH) hingga perkebunan termasuk unsur masyarakat yang diwakili oleh forum-forum masyarakat, POKJA REDD kembali melakukan penajaman renstra PKHB melalui beberapa seri diskusi terfokus. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 4-12 Januari 211 di Hotel Derawan Indah Tanjung Redeb. Keseluruhan sesi diskusi terfokus penajaman materi strategi program per tapak dari draft dokumen Rencana Strategis PKHB, dibuka oleh Ketua Pokja REDD Berau, Bapak Ir. Suparno Kasim pada hari pertama. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan beberapa hal sebagai landasan proses diskusi antara lain PKHB merupakan respon atas isu internasional tentang perubahan iklim, maka relasinya tidak bisa dilepaskan dari kerangka tindakan di tingkatan internasional, nasional, dan sub-nasional (baik di tingkat provinsi maupun kabupaten). PKHB adalah salah satu bentuk program nyata dalam upaya pembangunan berwawasan lingkungan dan pembangunan rendah emisi, terutama pada sektor kehutanan di Kabupaten Berau. Oleh karenanya konsolidasi dengan program sejenis lainnya dan integrasi PKHB dengan RPJMD merupakan keharusan mutlak. Dengan program yang memiliki wawasan tingkatan Kabupaten, juga harus disadari bahwa PKHB memiliki konsekuensi kebutuhan atas keterlibatan seluruh pihak dalam pengelolaannya, baik pemerintah, korporasi, LSM dan masyarakat. Harus disadari bahwa PKHB merupakan ruang bagi seluruh komponen untuk dapat bekerja bersama dalam mendorong pembangunan berkelanjutan Kabupaten Berau. Oleh karenanya keterlibatan dan masukan seluruh pihak dalam diskusi terfokus untuk penajaman strategi PKHB sangat diperlukan. Pada akhirnya, masyarakat harus menjadi penerima manfaat yang utama. Pengurangan kemiskinan, peningkatan kesejahteraan menjadi tujuan akhir dari PKHB. Oleh karenanya pelibatan masyarakat dalam setiap level program menjadi prinsip PKHB, misalnya: pengembangan alternatif mata pencaharian ekonomi masyarakat terutama di sekitar kawasan hutan. Juga penting untuk dilakukan upaya pengembangan mekanisme yang adil dalam proses distribusi manfaat dan alokasi insentif bagi seluruh komponen yang terlibat di PKHB ini. Kegiatan penajaman ini dibagi menjadi beberapa seri diskusi sesuai dengan tema yang spesifik. Pada hari pertama (4 Jan 211), diskusi dilakukan bersama dengan praktisi kehutanan baik manajer maupun staff lapangan yang membahas strategi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan pada kawasan hutan produksi. Selanjutnya pada hari kedua (5 Jan 11), diskusi dengan tema yang sama namun dilakukan di kawasan hutan lindung. Diskusi ini dilakukan bersama dengan unsur SKPD Pemkab Berau yang terkait dengan pengelolaan hutan (bersambung ke hal. 14)

3 Volume X11 Hal. 3 S udah menjadi salah satu tugas Kelompok Kerja (POKJA) REDD Kabupaten Berau dalam memberikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan fungsi serta masukan kepada Pemerintah Kabupaten Berau terkait dengan program yang akan dilaksanakan di Berau. Untuk itu, secara khusus POKJA REDD Berau melakukan rapat kerja yang dipimpin oleh Bupati Berau pada 2 Januari 211 di ruang rapat Semama SETDA Berau. Rapat ini dihadiri oleh kurang lebih 2 orang peserta yang sebagian besar merupakan anggota POKJA REDD Berau. RAPAT KERJA POKJA REDD DENGAN BUPATI BERAU Ada dua agenda utama yang akan disampaikan oleh POKJA REDD Berau, yaitu pertama, penyampaian pelaksanaan tugas dan fungsi serta rekomendasi POKJA dalam pengembangan program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD). Kedua, penyampaian perkembangan pembentukan kesatuan pengelolaan hutan (KPH) di Kabupaten Berau. Perkembangan POKJA REDD Sejak terbentuk dua tahun yang lalu (28) telah banyak hal positif yang dilakukan POKJA REDD Berau terutama membantu Pemerintah Daerah dalam mengembangkan program REDD dimana hingga Desember 21 ada dua capaian penting yaitu penyusunan rancangan strategis program karbon hutan Berau dan ditunjuknya Kabupaten Berau sebagai salah satu lokasi percontohan atau Demonstration Activities (DA) penerapan program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation/REDD) di Indonesia melalui kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Jerman. Rancangan rencana strategis merupakan upaya implementasi Pembangunan Rendah Emisi yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Berau disusun berdasarkan pada hasil kajian terhadap berbagai isu penting seperti penyusunan Data Serial, Reference Emission Level (REL), Baseline carbon stock, pelibatan masyarakat, kajian hukum dan kelembagaan, mekanisme pendanaan, strategi-strategi pada berbagai tipe lahan. Inisiatif program REDD+ yang dikembangkan di Kabupaten Berau antara lain adalah Program Karbon Hutan Berau dan Program ForClime (Forest and Climate Change Program). Kedua program ini secara bersamasama telah dikembangkan oleh POKJA REDD Kabupaten Berau dengan para pihak yang berkepentingan dengan pengelolaan sumber daya alam termasuk kalangan swasta dan lembaga swadaya masyarakat; Berdasarkan hasil kajian dan analisis yang dilakukan oleh POKJA REDD Kabupaten Berau disampaikan beberapa rekomendasi yaitu pertama, semangat dan komitmen Pemerintah Republik Indonesia terkait dengan isu perubahan iklim perlu diakomodir ke dalam RPJMD Kabupaten Berau Periode yang kemudian dijabarkan ke dalam arah kebijakan terutama pada bidang tata ruang, kehutanan dan lingkungan hidup. Kedua, Integrasi pola dan strategi kegiatan pengelolaan sumber daya alam yang rendah emisi sebagaimana telah disusun dalam Rancangan Rencana Strategis PKHB dapat menjadi referensi ke dalam RPJMD Kabupaten Berau sebagai upaya mendukung pelaksanaan Demonstration Activities (DA) REDD+ di Kabupaten Berau. Pembangunan KPH di Berau Dinas Kehutanan Kabupaten Berau telah melakukan analisis dan kajian yang kemudian mengusulkan rancang bangun KPH di Berau menjadi 4 (empat) KPH Produksi tingkat kabupaten. Hingga saat ini telah disetujui rancang bangun KPH yang diusulkan Berau tersebut. Pada bulan Nopember 21, juga telah keluar surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 649 tahun 21 yang isinya menetapkan salah satu KPH Produksi di Berau Barat sebagai KPH Model. Dengan penetapan KPH Model di Kabupaten Berau maka dapat (bersambung ke hal. 15)

4 Volume X11 Hal. 4 HARI MENANAM SERATUS RIBU POHON DALAM RANGKA KEGIATAN KALTIM GREEN KABUPATEN BERAU Y el-yel Kaltim Green yang disampaikan Bupati Berau Makmur HAPK. dalam sambutannya dibalas teriakan YES dengan semangat oleh ratusan peserta dan undangan pada acara puncak gerakan penanaman 1 ribu pohon di Kabupaten Berau. Acara puncak penanaman 1 ribu pohon yang dilakukan hari ini 29/1/211 dilaksanakan di kompleks Pesantren Al Ikhsan, Tanjung Redeb. Kegiatan penanaman satu juta pohon yang digagas oleh Provinsi Kalimantan Timur dilakukan melalui program Kaltim Green. Berau yang kebagian 1 ribu pohon kemudian melakukan penanaman di berbagai wilayah di Kabupaten Berau. Seluruh kecamatan yang ada di Berau kebagian untuk melakukan penanaman ini. Pelaksaan ini sendiri di masing-masing kecamatan dibantu oleh mitra kerja baik yang di sektor kehutanan, perkebunan, dan pertambangan yang ada dalam wilayah kecamatan tersebut. Untuk di wilayah Tanjung Redeb acara penanaman ini dipusatkan di halaman sekolah Yayasan pasantren Al-Ikhsan Tanjung Redeb. Pesantren ini memiliki lahan yang tidak seluruhnya rimbun. Ada bukit kecil yang sesuai untuk dilakukan penanaman, ditambah lagi halaman sekolah yang ada di kompleks tersebut. Diperkirakan, untuk halaman Pesantren Al Ikhsan, tak kurang dari 2 pohon dari berbagai jenis yang ditanam. Untuk jenis pohon yang ditanam ini antara lain bibit trembesi, mahoni serta tanaman keras lainnya seperti karet dan buah -buahan. Tak hanya di halaman sekolah maupun perumahan santri, penanaman ini juga dilakukan di bukit sekitar pesantren tersebut. Pada acara penanaman ini dilakukan penanaman pohon buah oleh bupati Berau yang kemudian diikuti oleh Pejabat Muspida Berau, Kepala Dinas, Perusahaan Swasta, dan LSM yang ada di Kabupaten Berau. (*mf)

5 Volume X11 Hal. 5 BERAU SIAP IMPLEMENTASIKAN REDD+ SKALA KABUPATEN K abupaten Berau mengukuhkan komitmennya untuk mendukung upaya pengurangan emisi baik di tingkat nasional maupuan internasional melalui peresmian Dewan Pengarah Program Karbon Hutan Berau (PKHB) yang dilaksanakan oleh Bupati Berau, H. Makmur HPAK pada tanggal 1 Maret 211 di Berau. Pada kesempatan yang sama, Bupati juga mengesahkan Rencana Strategis PKHB yang merupakan panduan resmi pelaksanaan program bagi seluruh mitra pelaksana. PKHB merupakan program percontohan REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation Plus) berskala kabupaten yang pertama di Indonesia. Melalui program ini Berau mengembangkan model pembangunan berbasis pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang rendah emisi. Dewan Pengarah PKHB akan menjadi kelembagaan resmi yang berfungsi untuk memberikan arahan dan kebijakan strategis pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta menyelaraskan PKHB dengan program pemerintah, terutama di tingkat kabupaten. Acara pengesahan Dewan Pengarah dan Rencana Strategis PKHB dipimpin langsung oleh Bupati Berau dan dihadiri oleh anggota Dewan Pengarah yang mewakili pemangku kepentingan utama dari Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur, Kementerian Kehutanan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Dalam Negeri. Bupati Berau menyampaikan bahwa pengesahan Dewan Pengarah dan Rencana Strategis menjadi momentum penting, karena dengan demikian Berau menjadi kabupaten pertama yang siap untuk mengimplementasikan program REDD+ berskala kabupaten di Indonesia. PKHB menawarkan suatu peluang untuk memperlihatkan bagaimana REDD+ dapat diterapkan dalam suatu wilayah berbasis kabupaten (district wide based) dengan kompleksitas yang cukup tinggi. Implementasi berskala kabupaten akan banyak memberikan pembelajaran untuk penerapan REDD+ baik di tingkat nasional maupun global. PKHB merupakan salah satu dari empat Program Percontohan REDD+ di Indonesia yang telah diluncurkan oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 6 Januari 21 di Jakarta. Program ini merupakan kemitraan antara Pemerintah Kabupaten Berau, Propinsi Kalimantan Timur, Kementerian Kehutanan, The Nature Conservancy (TNC) dan berbagai lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat serta lembaga donor lainnya untuk bersama-sama mengembangkan program percontohan pengurangan emisi karbon dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peningkatan stok karbon melalui kegiatan pengelolaan hutan secara lestari, konservasi hutan dan rehabilitasi hutan. Program ini dirancang untuk mencapai pengelolaan sumberdaya hutan dan sumber daya alam yang berkelanjutan di Kabupaten Berau. Dengan program ini diharapkan Kabupaten Berau dapat mencapai sasaran pembangunannya dengan tetap mengelola sumber daya alamnya secara berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan visi misi Berau untuk mempertahankan kelestarian hutan. Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan, Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung Kementerian Kehutanan RI, Ir. Sumarto Suharno, MM, menyatakan bahwa Kementerian Kehutanan sangat mendukung PKHB sebagai salah satu dari Demonstration Activities REDD+ di Indonesia. Program ini akan mengurangi emisi yang disebabkan oleh deforestasi dan degradasi hutan, meningkatkan cadangan karbon serta mendorong pengelolaan hutan yang berkelanjutan atau Sustainable Forest Management. Selain memberikan apresiasi dan dukungan nyata pada PKHB, Kementerian Kehutanan (bersambung ke hal. 16)

6 Volume X11 Hal. 6 MAGANG DAN PELATIHAN METODE-METODE PERHITUNGAN KARBON. P erhitungan emisi karbon merupakan salah satu aspek penting di dalam skema REDD. Oleh karenanya, sangat diperlukan data-data yang akurat dan diambil menggunakan metode yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing Negara yang akan masuk dalam skema REDD.. Dengan penggunaan metode yang tepat diharapkan dapat meningkatkan akurasi dalam perhitungan emisi gas rumah kaca (GRK) sehingga dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (Measurable, Reportable and Verifiable/ MRV). Saat ini Indonesia belum memiliki standar sistem penghitungan emisi karbon yang digunakan secara nasional, skala regional ataupun areal tertentu, khususnya penghitungan emisi karbon berbasis lahan. Penghitungan emisi karbon nasional berbasis lahan di Indonesia menjadi sangat penting karena : Untuk mengetahui emisi karbon nasional maupun regional berbasis lahan Untuk mengetahui stok karbon nasional maupun regional Untuk mengetahui perubahan emisi akibat penggunaan lahan Untuk mendapatkan kompensasi internasional dalam peranannya mengatasi emisi karbon dunia Dapat melakukan pengontrolan kegiatan-kegiatan berbasis lahan yang menyebabkan emisi karbon, dan lainlain. Sekala yang telah bekerjasama dengan Pemkab Kabupaten Berau dalam penyediaan data spatial menyelenggarakan pelatihan penghitungan karbon dengan menggunakan sistem informasi geografis. Pelatihan dan magang ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan para pengambil kebijakan dan para teknisi yang berkaitan dengan tata ruang wilayah, pengelolaan hutan, perkebunan,pertanian, dan penggunaan lahan lainnya. Pelatihan dan magang ini diselenggarakan dalam dua tahap, sebagai berikut: 1. Pelatihan untuk philosofi penghitungan karbon, meliputi: komponen data yang digunakan, analisis, evaluasi, dan monitoring yang dilakukan selama 3 hari. Metode perhitungan karbon yang disampaikan yaitu National Carbon Accounting System (NCAS), Carbon Accounting Simulation Software (CASS), The Open Source Impacts of REDD+ Incentives Spreadsheet (OSIRIS). 2. Magang untuk aplikasi teknis bagi para staf teknis dengan menggunakan metoda system informasi geografis yang dilakukan selama 7 hari. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengenalkan dan menyediakan informasi, pengetahuan dan teknologi tentang metode pengukuran dan pengembangan perhitungan karbon tersimpan dan serapan GRK di berbagai macam penggunaan lahan. Sehingga diharapkan peserta dapat mengenal dan memahami konsep perhitungan karbon secara teknis, mengetahui pentingnya potensi karbon, serta dapat menentukan kerangka metode yang sesuai dengan daerah masing-masing. Peserta yang mengikuti pelatihan ini dari Kalimantan Timur, Kabupaten Berau Adji Rachmad (Sekretariat Pokja Redd Berau), John Andreys (Dinas Kehutanan Berau), juga ada beberapa peserta yang berasal dari Kalimantan Barat diantaranya Iin Nisa (Bapedda) dan Veronika, sedangkan sebagai instruktur adalah Eko Ridarso (Senior RS-GIS) dan Riri. Selama kegiatan peserta diperkenalkan metode-metode perhitungan karbon dan bersimulasi bagaimana mengolah data, memasukkan data, menganalisi data dan bagaimana menyimpulkan hasil yang diperoleh berdasarkan dengan data-data yang tersedia sebagai bahan latihan. Sekilas tentang metode-metode perhitungan karbon National Carbon Accounting System (NCAS) Salah satu sistem penghitungan karbon nasional yang sudah diakui oleh UNFCCC (konvensi PBB untuk perubahan iklim) adalah sistem penghitungan karbon nasional di Australia, lebih dikenal dengan istilah NCAS (National Carbon Accounting System). NCAS adalah sebuah sistem terdepan yang digunakan untuk menghitung emisi gas rumah kaca berbasis lahan. Berikut tampilan dari program NCAS:

7 Volume X11 Hal. 7 Open Source Impact of REDD (OSIRIS) OSIRIS adalah yang dapat diakses secara gratis, opensource tool spreadsheet, berbasiskan Ms Excel. Osiris diharapkan dapat mendukung UNFCCC tentang REDD+ dengan memungkinkan pengguna untuk membandingkan pengurangan emisi, pencegahan deforestasi. OSIRIS menghitung nilai-nilai ini berdasarkan kondisi pasar lokal dan global, serta aturan REDD yang diusulkan (seperti tolok ukur untuk pengurangan karbon dan standar kelayakan). Berikut tampilan OSIRIS: UN-REDD System Program REDD PBB (UN-REDD), menawarkan dukungan secara ekstensif bagi negara berkembang untuk menghadapi isu deforestasi dan degradasi hutan. Program tersebut menawarkan pembangunan kapasitas, membantu merancang strategi nasional dan menguji pendekatan nasional serta perencanaan kelembagaan untuk mengawasi dan melakukan verifikasi pengurangan hilangnya hutan. UN-REDD beroperasi di sembilan negara: Bolivia, Republik Demokratik Kongo, Indonesia, Panama, Papua Nugini, Paraguay, Tanzania, Vietnam dan Zambia. Proyek percontohan sudah dimulai di beberapa kawasan hutan tropis dan akan dilakukan kajian secara khusus bagaimana praktek REDD akan berhasil dalam penerapannya. Metode UN-REDD peserta diajarkan bagaimana memperoleh data-data seperti data citra, kemudian dengan menggunakan software Arcgis 9.3 dan ArcView 3.3 peserta diajarkan bagaimana mengetahui nilai karbon pada tingkat kawasan. Untuk simulasinya peserta mencoba menghitung karbon di kawasan PT.Sumalindo Lestari Jaya HTI. (*adji) N P ETA ESTIMA SI PERHITUNG AN KARBO N DI P T SUMALINDO LJ 4 HTI KABUP ATE N BE RAU W E 1:25 S Legenda ; Model Carbon Accounting Simulation Software (CASS) Model CASS mensimulasikan stok karbon antara komponen utama dari siklus karbon, termasuk vegetasi, bahan tanaman yang membusuk (serasah), tanah, dan karbon yang berada dalam produk kayu yang dipanen, misalnya kertas dan konstruksi bahan. # # Kab. Berau PT. Sumalindo LJ4 HTI Estimasi Perhitungan Karbon Berikut tampilan CASS: Sumber Peta : 1. Basemap Tematik, 1:25. Departemen Kehutanan, Batas Administrasi, Bapedda Berau dan Kalimantan Timur, Peta Provinsi Kalimantan Timur, Bakosurtanal, Konsesi HPH dan HTI, Dinas Kehutanan Berau, Rencana Tata Ruang W ilayah Propinsi (RTRWP), BPKH IV Kaltim, Citra Landsat 7 Tahun Dataset Sekala, 29

8 Volume X11 Hal. 8 KABUPATEN BERAU MENJADI DAERAH PEMBELAJARAN REDD+ DARI TIM UKP4/ SATGAS REDD+ S enin, 23 Mei 211, waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, saat pesawat twin otter yang membawa tim UKP4 mendarat di bandara kalimarau. Ketua Pokja REDD Berau, Suparno Kasim telah menanti di ruang VIP bandara dan langsung mengajak tim untuk menikmati hidangan sarapan pagi khas Berau. Tak menunggu terlalu lama, setelah selesai menikmati hidangan tersebut, tim langsung berangkat ke Hulu Sungai Segah, tepatnya menuju kampung Long Pay dan Long Laai. Sebagai informasi, seharusnya tim ini tiba pada minggu (24 Mei 211) pada sore hari namun disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung memaksa pesawat kembali ke Balikpapan. Kunjungan ini merupakan bagian dari rangkaian tugas Satgas REDD+ yang dibentuk oleh Presiden RI melalui Keppres Nomor 19 Tahun 21 dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Satgas REDD+ ini diberikan mandat penuh untuk mengelola berbagai kegiatan persiapan implementasi dari letter of intent (LOI) antar Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Norwegia dalam pengembangan upaya menurunkan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Sebagai salah satu kabupaten yang mengembangkan program penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD) pada skala kabupaten di Indonesia, Kabupaten Berau menjadi salah satu daerah pembelajaran penting pengembangan program REDD terutama pada tahap readiness phase. Pemerintah Kabupaten Berau telah menunjukkan komitmennya untuk melakukan upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui pengelolaan hutan dan lahan yang lebih baik. Upaya ini kemudian banyak dibahas dalam satu Kelompok Kerja (POKJA) REDD yang dibentuk pada pertengahan tahun 28. Terobosan dilakukan dengan visi p e n e r a p a n s t r a t e g i pembangunan rendah emisi dalam skala kabupaten. Tim yang berjumlah 1 orang dipimpin oleh William Sabandar yang sebagai Staf Khusus Provinsi Percontohan untuk Satgas REDD+. Didalam tim juga diikuti oleh perwakilan dari kantor Pendukung REDD+ Kalimantan Tengah beberapa rekan media nasional. Kunjungan dilaksanakan pada Senin-Rabu, Mei 211 dengan agenda utama melakukan

9 Volume X11 Hal. 9 kunjungan lapangan ke kawasan yang menjadi kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Model Berau Barat, melihat kegiatan operasional HPH yang dilakukan untuk mendapatkan sertifikasi, serta tentunya berdiskusi dengan para pemangku kepentingan seperti masyarakat, kalangan swasta dan pemerintah daerah. Dengan didampingi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Berau beserta anggota POKJA REDD Berau, tim banyak berdiskusi tentang perkembangan pembangunan KPH Model di Kabupaten Berau sebagai salah satu upaya peningkatan tata kelola di sektor kehutanan. Juga disampaikan tantangan serta hambatan yang dihadapi dalam pembangunan ini. Yang menarik dalam pembangunan KPH Model ini, dimana kawasannya meliputi hulu sungai segah dan kelay, juga terdapat k e l o m p o k masyarakat yang tergabung dalam Badan Pengelola Hulu Segah. Badan Pengelola ini pada dasarnya adalah sebuah forum dari beberapa kampung yang ada di hulu segah dan bekerjasama dengan salah satu PT Sumalindo Jaya IV untuk melakukan pengelolaan sumber daya hutan secara bersamasama. Adanya forum ini juga menjadi pembelajaran bagi masyarakat dalam menghadapi setiap usulan pengelolaan hutan atau kawasan yang masuk di dalam wilayah administratifnya. Sebagaimana juga ditemukan oleh Satgas REDD/UKP4 dimana terjadi deforestasi dan degradasi dilapangan yang ternyata dilakukan oleh beberapa pengusaha yang tidak bertanggung jawab. Sekitar + 4. ha lahan telah dibuka untuk areal perkebunan sawit tetapi sampai sekarang lokasi tersebut belum dilakukan penanaman kepala sawit. Hal inilah mengapa masyarakat di kawasan hulu segah lebih berhati-hati lagi ketika ada investor yang masuk ke wilayah administratif mereka. Inisiatif pengelolaan bersama masyarakat juga menjadi salah satu strategi pelibatan masyarakat dalam program REDD+ agar masyarakat juga mendapatkan manfaat secara langsung adanya program ini. Dalam diskusi dengan Pokja REDD Berau dan beberapa lembaga swadaya masyarakat di Berau, tim Satgas REDD+ juga membahas peran dari masingmasing pihak pada program REDD ini., Memang diharapkan semua pihak akan terlibat secara langsung dalam program. Mengingat ternyata deforestasi dan degradasi hutan tidak hanya terjadi di kawasan hutan saja (hutan produksi dan hutan lindung) tetapi juga terjadi pada kawasan non hutan. Sehingga dengan keterlibatan semua pihak tentunya akan meningkatkan efektifitas upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Pada hari terakhir, tim UKP4/Satgas REDD+ dengan didampingi oleh TNC dan Sekretariat POKJA REDD Berau melakukan kunjungan ke PT. Rizki Kacida Reana untuk melihat proses pengelolaan hutan lestari yang dilakukan oleh perusahaan. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penerapan praktek pembalakan ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan Reduce Impact Logging/RIL dan pengelolaaan kawasan Konservasi Mangrove yang masuk dalam areal konsesi. Penerapan pengelolaan hutan lestari oleh unit-unit manajemen pemegang ijin konsesi juga merupakan salah strategi yang dikembangkan dalam program REDD di Kabupaten Berau. Seluruh rangkaian kunjungan ini memberikan gambaran bagi Satgas REDD+ bagaimana Pemerintah Kabupaten Berau mencoba melakukan upaya untuk menyelaraskan menyelaraskan antara kebutuhan pembangunan yang membutuhkan ruang tetapi tetap memperhatikan lingkungannya dan pelestarian sumber daya alam. Hal ini juga dianggap sebagai langkah berani dari Pemerintah Kabupaten Berau oleh Tim Satgas REDD+. Ada banyak pembelajaran yang menarik dalam mengembangkan dan mempersiapkan program REDD+ pada skala kabupaten terutama dari yang dilakukan oleh Kabupaten Berau. Hal ini tentunya akan menjadi bahan masukan bagi Satgas REDD+ dalam menyusun berbagai kebijakan terkait dengan upaya penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. (*adj).

10 Volume X11 Hal. 1 TALKSHOW LESTARI ALAMKU DI RRI Pro 1 SAMARINDA P erubahan iklim saat ini sudah merupakan permasalahan global, Indonesia pun saat ini tengah merasakan akibatnya. Bagi Indonesia, perubahan iklim merupakan ancaman yang serius. Krisis pangan karena kekeringan, rusaknya infrastruktur karena banjir, pulau-pulau yang tenggelam dan rusaknya daerah pesisir karena peningkatan permukaan laut merupakan aneka dampak perubahan iklim yang telah terjadi. Aktivitas manusia diyakini telah menimbulkan penumpukan karbon dioksida dan gas-gas rumah kaca (GRK) lainnya secara pesat di atmosfer. Kondisi itu menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat memicu perubahan iklim yang sangat drastis. Karenanya Indonesia berkomitmen menurunkan emisinya minimal 26% di tahun 22 dengan berbagai strategi yang salah satunya adalah penerapan program REDD+ di Indonesia. Konsep REDD ini pun coba dikembangkan di Kabupaten Berau melalui Program Karbon Hutan Berau (PKHB). Berkaitan dengan hal ini, RRI Pro 1 Samarinda yang mempunyai acara rutin tiap Jumat sore pukul wita dengan Rubrik Lestari Alamku bekerja sama dengan Sekretariat Pokja REDD Provinsi Kaltim untuk mengangkat topik PKHB ini. Untuk itu Sekretariat Pokja REDD Berau diundang hadir sebagai nara sumber. Dalam acara 1 jam ini penyiar Bang Haris memberikan pertanyaan seputar PKHB seperti apa itu PKHB, apa tujuan dan visinya, bagaimana strategi yang dikembangkan serta capaian yang telah diraih. Sepanjang acara terdapat tiga penelpon yang berasal dari Palaran, dan Samarinda. Penelpon memberikan apresiasi yang baik terhadap program yang dikembangkan. Salah satu penelpon Pak Bambang dari Palaran bahkan telah lama mengenal berau dan kondisi hutannya. Beliau menyampaikan masukan agar tetap menjaga kondisi tutupan hutan yang saat ini masih baik, selain itu juga mengingatkan akan tambang yang juga ada di berau agar dapat diawasi dengan baik dan jangan sampai dekat dengan pemukiman sebagaimana yang terjadi di Samarinda. Di akhir sesi acara, narasumber juga menyampaikan hubungan antar PKHB dengan Kaltim Green sebagai salah satu wujud pelaksanaan program propinsi di daerah.(*mf) Acara Lestari Alamku di RRI Pro 1 Samarinda Ini Dapat Anda Ikuti Setiap Hari Jumat Pukul Wita Melalui Jalur 97,6 FM atau Melalui Streaming Internet di listen.pls

11 Volume X11 Hal. 11 KONSULTASI NASIONAL STRANAS REDD+ S trategi Nasional REDD+ sangat diperlukan sebagai acuan bagi implementasi kegiatan REDD+ di tingkat nasional serta memberikan arahan bagi strategi daerah agar dapat menjawab permasalahan dan tantangan di tingkat sub nasional. Berdasarkan Keppres No. 19/21 mengenai Satuan Tugas Persiapan Pembentukan Kelembagaan REDD+ (Satgas REDD+), Satgas REDD+ bertugas antara lain memastikan adanya strategi nasional (Stranas) REDD+ yang dapat mengatasi akar masalah penyebab deforestasi dan degradasi hutan dan lahan gambut. Mengingat bahwa pengelolaan hutan dan lahan gambut bersifat lintas sektoral, Stranas REDD+ perlu bersifat komprehensif dan hanya dapat diimplementasikan melalui kerja sama dengan para pihak terkait. Proses penyusunan strategi nasional REDD+ telah dimulai oleh Bappenas yang juga meliputi proses konsultasi regional di 7 regio. Proses tersebut telah menghasilkan suatu rancangan dokumen strategi nasional REDD+ yang kemudian diserahkan kepada Satgas REDD+ pada bulan November 21. Srategi nasional REDD+ hanya dapat diimplementasikan secara konkret melalui kerja sama oleh berbagai pemangku kepentingan. Oleh karena itu, saat ini dilakukan upaya finalisasi lebih lanjut dari dokumen strategi nasional REDD+ agar dokumen yang ada bersifat lebih komprehensif dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak terkait. Konsultasi nasional merupakan salah satu mekanisme penting untuk menjangkau pemangku kepentingan di tingkat sub nasional maupun nasional. Konsultasi yang dilaksanakan pada tanggal 5-6 Maret 211 di Jakarta ini merupakan kelanjutan dari konsultasi yang telah dilakukan sebelumnya oleh Bappenas pada tahun 21. Tujuan konsultasi nasional adalah: 1) mengkomunikasikan rancangan strategi nasional dan 2) mendapatkan masukan mengenai contoh-contoh keberhasilan (best practices) di tingkat sub nasional melalui diskusi kelompok terfokus (FGD). Contohcontoh keberhasilan ini akan menjadi refleksi bagi implementasi strategi nasional. FGD ini akan difokuskan pada 5 aspek, yaitu: 1) kelembagaan dan kebijakan, 2) pembagian manfaat (benefit sharing), 3) penegakan hukum dan peraturan, 4) pengelolaan kawasan, dan 5) keberlanjutan dari contoh-contoh tersebut sejak peluncuran inisiatif/kegiatan. Strategi nasional REDD+ didasarkan pada 5 pilar utama yaitu: 1) Meluncurkan sistem kelembagaan REDD+, 2) Menelaah dan memperkuat kerangka hukum dan peraturan, 3) Meluncurkan program strategis, 4) Melakukan perubahan paradigma dan budaya kerja, dan 5) Melibatkan masyarakat hutan dan berbagai pemangku kepentingan. Mengingat bahwa strategi Nasional REDD+ akan menjadi acuan bagi pelaksanaan REDD+ di tingkat nasional maupun bagi penyusunan strategi di tingkat sub nasional, maka proses penyusunan Strategi Nasional akan berjalan efektif dan inklusif dengan keterlibatan pemangku kepentingan di tingkat nasional maupun sub nasional. Lebih penting lagi, masukan yang bersifat lebih konkret dari pemangku kepentingan di tingkat sub nasional akan membuat dokumen strategi nasional memiliki tingkat implementasi yang lebih tinggi. Sebagai salah satu contoh dalam fase persiapan implementasi REDD di Indonesia, Kabupaten Berau diberi kesempatan untuk menyampaikan proses yang berlangsung dalam pengembangan Program Karbon Hutan Berau. Pemaparan disampaikan langsung oleh Ketua POKJA REDD Berau yang juga sekaligus merupakan Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat Bapak Suparno Kasim. Dalam pemaparannya, diiuraikan visi dan misi dari PKHB; tujuan strategis yang akan dicapai dalam waktu lima tahun; tahapan program serta berbagai strategi yang akan dilaksanakan dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Dari proses yang berlangsung pembelajaran yang dapat dipetik antara lain a) program dikembangkan dengan melibatkan berbagai pihak baik ditingkat kabupaten, propinsi, nasional dan internasional termasuk swasta dan masyarakat; b) Berbagai studi dan pengembangan strategi yang kemudian terangkum dalam renstra PKHB; c) PKHB dikembangkan dengan tidak hanya berorientasi pada pasar karbon tetapi lebih pada upaya perbaikan tata kelola hutan. Selain itu, contoh lain yang dijadikan pembelajaran dalam konsultasi nasional ini juga disampaikan dari kalangan swasta yang berkomitmen untuk konservasi seperti PT SMART, pengelola Taman Nasional Alas Purwo, Yayasan Petak Danum, dan pelaksanaan PHPL di PT Sari Bumi Kusuma. Melalui kegiatan seperti ini tentunya akan sangat berarti bagi Berau dalam menyampaikan berbagai pembelajaran yang dapat dipetik. Juga menjadi pemicu semangat Pemerintah Daerah untuk terus menunjukkan komitmen kuatnya dengan bekerjasama dengan semua pihak demi kelestarian sumber daya alam di Kabupaten Berau. (*iw)

12 Volume X11 Hal. 12 MENGELOLA KEBUN KARET UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK Catatan perjalanan dan diskusi tim NORAD-Sekretariat POKJA REDD dengan masyarakat di Kecamatan kelay M entari sudah ada di atas kepala saat tim tiba di kampung Sidobangen, Kecamatan Kelay. Dengan penuh antusias, kami disambut oleh kelompok petani karet di pondok sederhana. Dalam suasana santai, diskusi pun mengalir. Diawali dengan penjelasan singkat oleh bapak Rohman sebagai ketua kelompok tentang bagaimana kelompok petani karet ini terbentuk, latar balakang dan tujuan terbentuknya, termasuk rencana ke depan. Pada dasarnya anggota dari kelompok yang berjumlah 1 orang ini merupakan mantan karyawan PT Belantara Pusaka yang masih bertahan di kampung Sidobangen setelah perusahaan HTI tersebut tidak aktif lagi. Sejak awal bekerja sebagai karyawan, masyarakat sudah diberikan bibit karet oleh perusahaan untuk ditanam pada lahan masyarakat,namun bibit yang diberikan tidak cukup baik dalam menghasilkan karet. Maklum, komoditas utama dari perusahaan adalah tanaman untuk kayu kertas seperti akasia dan gmelina. Berbekal pengalaman yang sudah ada, beberapa petani melakukan penelitian mandiri untuk mencari bibit karet yang unggul. Penelitian ini dilakukan secara sederhana dengan melakukan metode stem antara bibit yang sudah ditanam sebelumnya dengan bibit yang diperoleh dari daerah lain. Untuk mendukung upaya ini, petani juga menyediakan lahan sekitar + 1 hektar sebagai area ujicoba pengembangan bibit unggul ini. Selain itu, bekerjasama dengan TNC dan Perkumpulan Menapak membantu dengan menyediakan bibit unggul yang diambil dari Sumbawa beserta pendampingan dan penguatan kelompok. Ke depan, kelompok ini berharap dapat membantu masyarakat di kampung lain dalam hal penyediaan bibit karet unggul dan pendampingan antar petani. Hal ini sudah mulai dilakukan dengan membantu masyarakat kampung Lesan Dayak dalam pengembangan kebun karet skala rumah tangga di wilayahnya. Kenapa masyarakat memilih karet sebagai sumber ekonominya?. Faktor nilai ekonomis dari karet menjadi salah satu alasan. Tentu saja, bila dibandingkan dengan kelapa sawit misalnya, harga jual karet lebih stabil dan petani tidak tergantung dengan hanya satu pengumpul saja. Petani dapat bebas memilih pengumpul dengan harga yang kompetitif. Dari sisi penutupan lahan (land cover) tentunya perkebunan karet juga berkontribusi dalam meningkatkan tutupan lahan di Kabupaten Berau jika memang benar-benar dikelola dengan baik. Hal tentunya sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten yang melaksanakan program karbon hutan Berau dimana juga berupaya meningkatkan tutupan hutan dan lahan sebagai penyerap dan penyimpan karbon potensial. Berbagai informasi ini terungkap dalam diskusi dengan tim NORAD-TNC-Sekretariat POKJA REDD dan Perkumpulan Menapak yang dilakukan pada tanggal 1-12 April 211. Kunjungan dan diskusi ini selain dilakukan di Kampung Sidobangen, juga dilakukan di Kampung Lesan Dayak dan Long Duhung. Bersama dengan masyarakat kampung Long Duhung, tim banyak mendiskusikan bagaimana masyarakat kampung melakukan berbagai upaya perencanaan tata guna lahan serta pengembangan sumber ekonomi dan energi alternatif. Masyarakat Long Duhung telah menyusun perencanaan tata guna lahan kampungnya dengan memperhatikan perkembangan dan kebutuhan masyarakat ke depan. Masyarakat mengidentifikasi dan merencanakan kawasan kelola masyarakat baik untuk perkebunan, perburuan, perladangan hingga kawasan lindung desa. Pengembangan sumber ekonomi alternatif dilakukan dengan mengembangkan peternakan skala rumah tangga yang dikelola dengan sistem bergulir. Dari bibit ayam yang diberikan nantinya akan dikembalikan kepada pengelola yang juga berasal dari masyarakat sendiri. Kemudian akan disalurkan kepada anggota masyarakat lainnya. Selain ayam, juga dikembangkan kolam-kolam ikan air tawar seperti ikan mas dan ikan nila. Dengan perencanaan yang baik diharapkan dapat menurunkan tekanan terhadap kawasan hutan secara lebih baik. Hal ini juga harus didukung kerjasama yang kuat dengan perusahaan yang beraktifitas di kampung Long Duhung.(*iw)

13 Volume X11 Hal. 13 KUNJUNGAN TIM GLOBAL COMPARATIVE STUDY CIFOR TENTANG REDD KE BERAU. P rogram Karbon Hutan Berau (PKHB) yang digagas Kabupaten Berau sebagai komitmen untuk mendukung upaya pengurangan emisi baik di tingkat nasional maupun internasional, merupakan salah satu program percontohan REDD+ di Indonesia. Melalui program ini Berau mengembangkan model pembangunan berbasis pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang rendah emisi. Pelaksanaan program ini diperkuat dengan Rencana Strategis PKHB yang merupakan panduan resmi pelaksanaan program bagi seluruh mitra. Kelembagaan resmi untuk pengelolaan program ini pun sudah dibentuk, berupa Dewan Pengarah PKHB, yang berfungsi untuk memberikan arahan dan kebijakan strategis pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta menyelaraskan PKHB dengan program pemerintah, terutama di tingkat kabupaten. Inisiatif besar Kabupaten Berau ini mendapat apresiasi dari Tim CIFOR (Center for International Forestry Research) yang sedang melakukan Global Comparative Study mengenai REDD di beberapa negara termasuk Indonesia. Tokoh-tokoh Kabupaten Berau pun dipilih sebagai responden untuk kegiatan ini. Salah satu komponen dalam penelitian tersebut adalah menekuni inisiatif kebijakan dan strategi nasional, dengan melakukan analisa mengenai jejaring kebijakan berdasarkan survei dan wawancara langsung terhadap pelaku kunci dalam proses kebijakan nasional REDD di Indonesia. Tokoh kunci yang terlibat dalam proses audiensi ini terutama dalam pengembangan Program REDD di Kabupaten Berau dipilih Bupati Berau Drs. H. Makmur HAPK sebagai Kepala Pemerintahan Kab. Berau, Ketua Pokja REDD Berau Ir.Suparno Kasim yang juga sekaligus Asisten Adm. Pembangunan dan Kesra SETDA Berau, dan Hamzah, S.Hut dari staff Dinas Kehutanan Berau. Tim CIFOR yang tiba di Kabupaten Berau pada tanggal 23 Mei 211 terdiri dari Dr. Moira Moelliono dan Levania Santoso. Terkait studi CIFOR ini dan pelaksanaan Program REDD di Kabupaten Berau, tim menggali informasi terkait dengan sikap dan pilihan kebijakan PKHB dan Pokja REDD Berau berkaitan dengan Program REDD ini. Kemudian bagaimana pandangan atau pemikiran, termasuk kepentingan dan kegiatan Pokja REDD sehubungan dengan perdebatan REDD. Bupati Berau menyediakan waktu khusus untuk audiensi ini dengan didampingi Sekretaris Daerah Berau H Ibnu Sina Asyari, Kepala BLH Berau Drs. Basri Sahrin, dan Asisten II Pemkab Berau Ir. Suparno Kasim. Bupati Berau memberikan pendapat mengenai tantangan utama yang muncul dari strategi kebijakan REDD dan peluang-peluang yang muncul dari kebijakan REDD. Bupati juga diminta menilai aspek tata kelola dari proses konsultasi dalam strategi nasional REDD. Ketua Pokja REDD Berau memberikan penilaian terhadap kebijakan terkait REDD dan arahan kebijakan dari segi efektivitas, efisiensi biaya, kesetaraan dan pembagian manfaat tambahan lainnya. Tim CIFOR menyampaikan bahwa hasil penelitian dan analisis pada study ini diharapkan menjadi bahan masukan dalam merancang kebijakan menyangkut REDD secara efektif, efisien dan berkeadilan. (mf)

14 Volume XII Hal. 14 Sambungan Penajaman dari Hal.2 lindung. Sebagai informasi bahwa Berau memiliki kawasan hutan lindung seluas ,79 ha, namun belum dikelola secara maksimal. Jasa lingkungan yang dihasilkan dari kawasan ini tentunya bisa menjadi modal dasar bagi pengelolaan kawasan hutan lindung. Pembahasan strategi pengurangan emisi pada kawasan perkebunan bersama beberapa perusahaan perkebunan sawit di Kabupaten Berau dilakukan pada hari ketiga (6 Jan 211). Mendorong penerapan praktek pengelolaan kawasan perkebunan secara lestari menjadi bahasan utama. Juga bagaimana membangun forum komunikasi antar pihak dalam isu perkebunan juga mengemuka. Di sesi diskusi berikutnya pada 11 Jan 211, dibahas strategi pada kawasan kelola masyarakat (KKM). Sehingga, terdapat tiga tingkat pelibatan masyarakat. Pertama, pelibatan masyarakat secara menyeluruh dalam strategi lintas isu/sektor; kedua, pelibatan masyarakat pada masing-masing strategi tapak dan ketiga, pelibatan masyarakat dalam tapak Kawasan Kelola Masyarakat. Namun, diskusi tidak mampu menyepakati dan mengambil konsensus bersama atas definisi dan ruang lingkup KKM dalam konteks PKHB. Pada akhirnya, strategi pelibatan masyarakat difokuskan pada tingkat pertama dan kedua. Pada sesi terakhir yang dilaksanakan pada 12 Jan 11, dibahas strategi pada kawasan mangrove. Disadari bahwa kawasan yang berada di kawasan pesisir Berau juga memiliki potensi dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Selain sebagai kawasan yang mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang besar kawasan ini juga rentan terhadap kerusakan. Berbagai masukan dan informasi penting yang diperoleh selama proses penajaman renstra ini kemudian dijadikan dasar dalam penyusunan rencana strategis program karbon hutan Berau. (*iw) Kunjungan Dubes AS dari Hal.1 berjalan perlahan menyusuri jalan menuju kampung Muara Lesan yang ditempuh dalam 2,5 jam. Kondisi jalan yang rusak tidak menghambat perjalanan rombongan. Setiba di kampung Muara Lesan, rombongan segera bersiap untuk menaiki ketinting yang sudah disiapkan oleh masyarakat kampung Muara Lesan dan Lesan Dayak. Sekitar 1 jam berketinting, rombongan tiba di Stasiun Riset Sungai Lesan yang terletak di tepi sungai Lesan dan sekaligus pintu masuk kawasan lindung. Scott dan rombongan mendapatkan suguhan dari masyarakat Lesan Dayak berupa bubur putih sebagai ucapan selamat datang dan permohonan keselamatan selama berada di kawasan ini. Selama di kawasan, rombongan melakukan berbagai aktifitas seperti trekking di jalur penelitian pakan orangutan hingga ke menara pengamatan sejauh + 4km. Rombongan juga disuguhi atraksi menyumpit dan cara pengambilan madu secara tradisional oleh masyarakat Lesan Dayak. Dalam kondisi yang seadanya karena memang kawasan ini jauh dari fasilitas memadai seperti listrik, apalagi signal telepon, tidak membuat rombongan jenuh. Justru dengan kondisi ini, Scott dan rombongan dapat melepaskan semua penat pekerjaan yang tentunya menyita waktu dan fikiran. Hanya mata kamera saja yang terus merekam setiap obyek dan moment penting selama di kawasan menjadi hiburan sendiri bagi semua rombongan yang ikut. Bagi Berau, kunjungan ini menjadi penting mengingat saat ini sedang gencar-gencarnya Berau melaksanakan program pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan melalui program karbon hutan Berau yang tentunya akan sangat memerlukan dukungan dari semua pihak. Dengan kunjungan ini, komitmen ini dapat disampaikan kepada dunia internasional melalui Dubes USA di Indonesia. Perwakilan dari beberapa perusahaan juga telah berjanji untuk mendukung Berau dalam melaksanakan program perlindungan dan konservasi sumber daya alam yang akan diwujudkan dalam program-program lanjutan. (*iw)

15 Volume XII Hal. 15 Sambungan dikembangkan model pengelolaan yang juga akan didukung melalui pendanaan yang berasal dari kerjasama Pemerintah RI dengan Pemerintah Jerman. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan KPH antara lain adalah masih adanya perbedaan persepsi dalam melihat KPH sebagai upaya pengelolaan di tingkat daerah. Hal ini diupayakan dengan tetap melakukan diskusi dan koordinasi intensif dengan tim tata ruang kabupaten agar tetap sejalan dengan apa yang menjadi tujuan daerah. Selain itu tantangan lain adalah pendanaan pembangunan KPH. Untuk menjawab tantangan ini, pendanaan dapat diperoleh melalui kerjasama Pemerintah RI dengan Jerman melalui program ForClime untuk proses pembangunan dalam 5 (lima) tahun. Pemerintah pusat juga telah berkomitmen untuk membantu dalam pembangunan KPH Model karena ini merupakan salah program prioritas dari kementerian kehutanan. Arahan dan Masukan Rapat Kerja Pokja dari Hal.1 Menanggapai laporan dan rekomendasi yang disampaikan oleh POKJA REDD Kabupaten Berau, secara khusus Bapak Bupati memberikan arahan dan masukan sebagai berikut: Rekomendasi terhadap arah kebijakan pada di bidang tata ruang, kehutanan dan lingkungan hidup dapat diwujudkan dalam bentuk program nyata agar tidak hanya semboyan saja yang muncul tetapi berupa program konkrit yang dapat dilakukan. Hal ini dapat dikonsultasikan dengan SKPD terkait untuk dapat dipertajam kembali dalam arah kebijakannya dan agar dapat masuk ke dalam RPJMD ; Pelibatan secara aktif Universitas Mulawarman dalam pengembangan program-program konservasi dan perlindungan sumber daya hutan dan perikanan sehingga ada juga peningkatan sumber daya manusia di Kabupaten Berau melalui alih pengetahuan dan tehnologi; Pelibatan Dinas Perikanan dan Kelautan terutama dalam pengelolaan kawasan mangrove yang menjadi salah satu lokasi program; Perlu diperhatikan secara khusus tentang pelibatan masyarakat secara aktif di dalam program sehingga dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat di dalam maupun di sekitar hutan; Komitmen Berau dalam perlindungan sumber daya alamnya melalui program ini diharapkan juga dapat diperhatikan oleh pemerintah di daerah lain. (*iw) Komitmen ini dilakukan untuk kepentingan masyarakat Berau secara khusus dan juga untuk Indonesia secara umum. Walaupun hingga sekarang belum masuk ke dalam program perdagangan karbon (carbon trade); Pemerintah Kabupaten Berau tetap pada komitmennya. Insentif dari perdagangan karbon dapat dianggap sebagai tambahan keuntungan dari upaya yang telah dilakukan selain perlindungan dan kelestarian sumber daya alam. Perlunya mendorong percepatan penetapan peta RTRW Kabupaten Berau secara khusus mengingat dengan penunjukan sebagai lokasi percontohan REDD+ di Berau kepada Kementerian Kehutanan RI sehingga banyak program yang dapat segera dijalankan; Mendukung pembangunan KPH di Kabupaten Berau sebagai upaya pengelolaan hutan secara lestari. (*iw) INPRES MORATORIUM HUTAN Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akhirnya menandatangani Instruksi Presiden terkait penundaan (moratorium) pemberian izin baru bagi hutan alam primer dan lahan gambut serta penyempurnaan tata kelola hutan dan gambut. Menurut Sekretaris Kabinet Dipo Alam, dalam Inpres ini bukan hanya mengatur soal penundaan izin namun juga program riil penurunan emisi akibat dari deforestasi dan degradasi hutan (REDD). Inpres dikeluarkan setelah dilakukan kajian mendalam sehingga tidak terjadi pertentangan dengan aturan lainnya. Ditandatangani dan dikeluarkan, 2 Mei 211. Sebenarnya sudah diteken kemarin, tapi dipaskan dengan hari kebangkitan nasional. Kita tentu akan adakan monitoring Inpres dan Perpres. Bila ada kekurangan akan kita evaluasi lagi, kata Dipo saat menggelar konfrensi pers di kantornya, Jumat (2/5). Kebijakan moratorium yang tertuang dalam Inpres nomor 1 tahun 211 ini akan diberikan kepada 1 pejabat terkait. Yakni Menhut, Mendagri, Men KLH, Kepala UKP4, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Ketua Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional, Bakorsutranal, Ketua Satgas REDD+, seluruh Gubernur, Bupati dan Walikota se Indonesia. Untuk mendapatkan softcopy-nya, silahkan unduh di web karbonhutanberau.org melalui link inpress1-211

16 Volume XII Hal. 16 Sambungan Berau Siap Implementasikan dari Hal.5 berharap PKHB dapat menjadi percontohan bagi kabupaten-kabupaten lain. Demonstration Activities REDD+ di Kabupaten Berau dapat menghasilkan beberapa alternatif pembelajaran tentang metodologi, teknologi dan kelembagaan yang efektif dan efisien bagi program karbon hutan lainnya di tingkat subnasional. Program karbon hutan ini diharapkan dapat mendorong perbaikan tata kelola sumber daya alam di kabupaten Berau dan daerah lainnya di Indonesia atau bahkan di dunia. PKHB akan menjadikan masyarakat sebagai faktor dominan pembangunan. Tingkat keikutsertaan masyarakat dalam program ini akan merupakan indikator tingkat keberhasilan program. Selain berfokus pada hutan lindung, hutan produksi dan lahan perkebunan atau pertanian, PKHB juga akan mencakup kegiatan hidup masyarakat termasuk dalam skala rumah tangga. Dengan penerapan PKHB masyarakat akan didorong untuk melakukan praktik-praktik yang lebih ramah lingkungan misalnya hemat listrik, pemanfaatan sampah organik, pertanian organik, serta mengembangkan persemaian dan penanaman pohon skala rumah tangga, budidaya lebah madu, pembinaan habitat dan populasi satwa serta pemanfaatan energi alternatif misalnya mikro hidro. PKHB mulai dikembangkan sejak tahun 28. Mulai tahun 211 PKHB akan memulai tahapan percontohan selama lima tahun sebagai bagian dari periode persiapan (readiness), untuk kemudian diikuti dengan penerapan pengurangan emisi karbon secara menyeluruh pada skala kabupaten yang dimulai pada tahun 216. Program ini menerapkan strategi pembangunan rendah karbon melalui perbaikan pengelolaan dari berbagai macam sistem penggunaan lahan yang dapat mengurangi emisi karbon dan menciptakan mekanisme pendanaan jangkapanjang dalam rangka mendukung pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Tujuan strategis dan sasaran program pada tahapan percontohan lima tahun adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan dan penyempurnaan perencanaan, terutama terkait dengan penataan ruang, penatagunaan lahan, dan proses perijinan pemanfaatan ruang pada tingkat kabupaten, 2. Pengurangan emisi dan peningkatan stok karbon sekitar 1 juta ton CO2 selama periode lima tahun ke depan atau berkurang sedikitnya 1% dari Business As Usual (BAU) atautanpa rencana aksi, khususnya dari sektor kehutanan dan perubahan lahan. 3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat bagi 5. orang masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan. 4. Perlindungan ekosistem yang bernilai tinggi, keanekaragaman hayati dan fungsi daerah aliran sungai di sedikitnya pada 4. ha daerah aliran sungai Kelay dan Segah serta pada habitat orangutan Kalimantan. 5. Peningkatan kapasitas lembaga publik dan para pemangku kepentingan, terutama dalam aspek sumber daya manusia dan keberlanjutan pendanaannya. 6.Pembelajaran dan replikasi atas pelaksanaan tahap percontohan REDD+ berskala kabupaten, baik ke level nasional maupun internasional. (***) Redaksi Updates Media & Komunikasi Sekretariat Pokja REDD Berau fajri Iwied Adji Emi Ir. Suparno Kasim Ketua Umum Pokja REDD Berau suparno@karbonhutanberau.org Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax iwe139@gmail.com Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb hazbrou@gmail.com Updates Versi Online dapat Anda Akses melalui Web: Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak : Fakhrizal Nashr Manajer Berau Program The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 7/RW 7 Berau Tel ; Hp.: fnashr@tnc.org Achmad Pribadi Direktur Berau Program The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 7/RW 7 Berau Tel ; Hp.: apribadi@tnc.org Photo-Photo: Fajri (hal 1, 3, 4, 1), Adji (hal 2, 8, 9), Iwied (hal 5, 12)

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ 2014 Biduk- Biduk, 13-14 November 2014 1. Daftar Isi... 2 2. Latar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA, JANUARI 2007 Latar belakang Negosiasi Bilateral G-G, Oktober 2007 telah menyetujui program

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut SUMBER DAYA AIR Indonesia memiliki potensi lahan rawa (lowlands) yang sangat besar. Secara global Indonesia menempati urutan keempat dengan luas lahan rawa sekitar 33,4 juta ha setelah Kanada (170 juta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon

PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) I. PENDAHULUAN - IAFCP didasarkan pada Kesepakatan Kerjasama ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia 13 Juni 2008, jangka waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Balikpapan, 28 Februari 2012 Assalaamu

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth Memprioritaskan Investasi: Mewujudkan Pertumbuhan Ekonomi Hijau Oktober 2013 Kata Sambutan Dr Ir. Lukita Dinarsyah Tuwo, M.A Wakil Menteri Kementerian Perencanaan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah

- Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah - Saudara Kepala Dinas/Badan Lingkup Pemerintah SAMBUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PADA LOKAKARYA MENYIAPKAN SKEMA PENGELOLAAN HUTAN BERBASISKAN MASYARAKAT SEBAGAI PENERIMA MANFAAT UTAMA PENDANAAN KARBON

Lebih terperinci

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan

Lebih terperinci

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM

REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan

Lebih terperinci

REDD+: Selayang Pandang

REDD+: Selayang Pandang REDD+: Selayang Pandang Outline Paparan Tentang REDD+ Makna REDD+ bagi Masyarakat Adat Implikasi Operasional 1 1 REDD+ = Apa itu REDD+? Reduksi (=pengurangan) Emisi dari Deforestasi dan Degradasi hutan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN KERTAS KEBIJAKAN PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN Perhutanan Sosial yang menjadi salah satu agenda RPJMN diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan nasional yang juga terjadi

Lebih terperinci

Saudara-saudara yang saya hormati,

Saudara-saudara yang saya hormati, PIDATO PENUTUPAN MENTERI KEHUTANAN PADA KONFERENSI INDONESIA FORESTS: ALTERNATIVE FUTURES TO MEET DEMANDS FOR FOOD, FIBRE, FUEL, AND REDD+ Jakarta, 27 September 2011 Menteri Lingkungan Hidup Kerajaan Norwegia,

Lebih terperinci

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR 1 Provinsi Kalimantan Timur 2014 REFERENCE EMISSION LEVEL (REL) DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI

Lebih terperinci

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN Asef K. Hardjana dan Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Dalam rangka persiapan pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. /Menhut-II/2012 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer akibat berbagai aktivitas manusia di permukaan bumi, seperti

Lebih terperinci

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI Oleh Ir. H. BUDIDAYA, M.For.Sc. (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi) Disampaikan pada Focus Group

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2014P.47/MENHUT-II/2013 TENTANG PERDAGANGAN SERTIFIKAT PENURUNAN EMISI KARBON HUTAN INDONESIA ATAU INDONESIA CERTIFIED EMISSION REDUCTION

Lebih terperinci

Belajar dari redd Studi komparatif global

Belajar dari redd Studi komparatif global Belajar dari redd Studi komparatif global Studi komparatif global REDD dalam kurun waktu beberapa tahun yang diupayakan CIFOR bertujuan menyediakan informasi bagi para pembuat kebijakan, praktisi dan penyandang

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di

Lebih terperinci

Kebijakan Pelaksanaan REDD

Kebijakan Pelaksanaan REDD Kebijakan Pelaksanaan REDD Konferensi Nasional terhadap Pekerjaan Hijau Diselenggarakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional Jakarta Hotel Borobudur, 16 Desember 2010 1 Kehutanan REDD bukan satu-satunya

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Lampiran. FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi Kajian sistem pengelolaan dan rehabilitasi IUPHHK restorasi ekosistem Kajian Sistem Pengelolaan dan Rehabilitasi IUPHHK Restorasi Ekosistem Strategi Rehabilitasi

Lebih terperinci

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN Di sela-sela pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang ke-13 di Kuala Lumpur baru-baru ini,

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6149 KEUANGAN OJK. Efek. Utang. Berwawasan Lingkungan. Penerbitan dan Persyaratan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 281) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau Kalimantan Tengah, Indonesia Publikasi Mei 2015 RINGKASAN STRATEGI EKONOMI HIJAU Gambaran umum kabupaten adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak tepat di tengah Pulau Kalimantan.

Lebih terperinci

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020

SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 UPDATE PAPUA BARAT SRAP- REDD+ Papua Barat sebagai pendukung utama mi:gasi pengurangan emisi karbon Nasional Sampai Tahun 2020 MISI 1 2 Membangun komitmen stakeholder melalui legalisasi kelembagaan REDD+

Lebih terperinci

Assalamualaikum Wr. Wb.

Assalamualaikum Wr. Wb. SAMBUTAN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PROGRAM PRIORITAS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2018 Assalamualaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam Sejahtera untuk Kita

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL KALIMANTAN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL KALIMANTAN 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL KALIMANTAN Hari selasa, tanggal 8 Juli 2008 Di Hotel Kapuas Palace Pontianak Yth. Sdr. Sekretaris

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci