REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU"

Transkripsi

1 Nov - Des 2010 Volume 11 REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU S peedboad Pak Rehan yang Kami pakai untuk menuju Pulau Derawan, perlahan menepi begitu sampai di bibir pantai Pulau Derawan. Walau telah melalui perjalanan yang cukup melelahkan mungkin, peserta tetap tampak bersemangat begitu menginjakkan kaki di jetty Derawan Beach Cottage yang menjadi tempat persinggahan di pulau Derawan yang terkenal dengan keindahan bawah lautnya ini. Peserta yang mesti melakukan perjalanan naik bis selama 2 jam ke Pelabuhan Tanjung Batu dan kemudian dilanjutkan dengan 20 menit naik speedboat ini cukup lega begitu sampai di pulau tersebut. 20 orang peserta yang merupakan anggota Pokja REDD Berau selama 3 hari dari hari Selasa (14/12/2010) sampai hari Kamis (16/12/2010) akan berdiskusi dan membahas rancangan strategis program karbon hutan di berau. Inside Issue: Workshop Internasional Dan Pelatihan Teknis Pada Metode Estimasi Biomass Di Kawasan Tropis Penjangkauan & Konsultasi Masyarakat tentang Isu Perubahan Iklim & PKHB 3 Saling Berbagi Informasi Program Kampanye Sesama Penggiat Konservasi di Berau Program Karbon Hutan di Berau yang diinisiasi tahun 2007 telah memasuki periode penting dalam tahap pemulaan ujicoba/demonstrasi. Terbentuknya Dewan Pengarah diawal 2009 telah memberikan energy yang besar bagi terselenggaranya kemitraan yang kuat diantara para pemangku kepentingan di tingkat nasional, provinsi KALTIM dan kabupaten Berau. Sementara Rancangan Rencana Strategis Program yang telah dirumuskan dalam sebuah forum multi pihak Kelompok Kerja Bersama selama perlu segera diselesaikan sebelum memasuki tahun 2011 dimana proses implementasi dari phase Demonstrasi akan segera dimulai hingga Diskusi selama 3 hari ini diharapkan adanya pemahaman yang seragam bagi anggota POKJA tidak hanya terhadap dokumen Rencana Strategis yang telah diringkas dalam Ringkasan Eksekutif, (bersambung ke hal. 7) Menyusun Rencana Pembangunan Melalui Musrenbang RPJMD Kabupaten Berau Bank Of America Merrill Lynch Mendukung The Nature Conservancy Dalam Proyek Hutan Inovatif Di Kalimantan Sosialisasi KPH Di Kabupaten Berau Dan Propinsi Kaltim

2 Volume 11 Hal. 2 WORKSHOP INTERNASIONAL DAN PELATIHAN TEKNIS PADA METODE ESTIMASI BIOMASS DI KAWASAN TROPIS S alah satu hal penting yang menjadi perhatian dalam upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan atau biasa disebut dengan Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD) adalah bagaimana metode pendugaan biomassa karbon yang tersimpan di dalam hutan. Dengan penggunaan metode pendugaan yang akurat tentunya akan meningkatkan validitas data yang digunakan dalam program REDD. Berbagai lembaga penelitian, lembaga konservasi dan kalangan perguruan tinggi telah banyak mengembangkan metode-metode pendugaan ini. Walaupun hingga sekarang belum ada standarisasi metode yang digunakan sehingga tidak membuat kajian dan penelitian di bidang ini terhenti. Yang dilakukan pun adalah sharing informasi terhadap berbagai metode yang dikembangkan. Salah satu sarana sharing informasi tersebut dilakukan melalui workshop internasional terkait dengan metode estimasi (pendugaan) biomassa di kawasan tropis. Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama The Center for Climate Change Studies (C3S) Universitas Mulawarman dengan The Woods Hole Research Center (WHRC) yang dilaksanakan di Ruang Ruhuy Rahayu Kantor Gubernur Kalimantan Timur pada tanggal 8 Nopember Berbagai perwakilan negara-negara di kawasan Asia mengikuti kegiatan ini antara lain Malaysia, Thailand, Laos, Kamboja, Papua New Guniea, Vietnam, USA dan tentunya Indonesia. Pada dasarnya kegiatan ini membuka rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman Samarinda yaitu Pelatihan Program Pendugaan Biomass di kawasan tropis dengan menggunakan metode LIDAR-GLAS yang dilaksanakan mulai tanggal 9-12 Nopember Dalam sambutannya, Gubernur Kaltim banyak menjelaskan upaya dan komitmen Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur melalui Program Kaltim Hijau yang saat ini sedang dijalankan. Program ini memiliki visi bahwa Kalimantan Timur dapat menjadi provinsi hijau yang menerapkan pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi. Selain itu, program ini juga memiliki misi menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan kelestarian, menurunkan dampak lingkungan yang merusak, berperan aktif dalam menurunkan emisi karbon, pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan. Untuk Kaltim juga telah menetapkan beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam penurunan emisi karbon untuk mendukung program pemerintah RI yang telah berkomitmen dalam penurunan emisi nasional. Strategi ini dikembangkan dengan penerapan pembangunan rendah karbon, pengelolaan sumberdaya alam yang lebih baik, intergasi berbagai isu perubahan iklim dalam program-program pemerintah. Tak lupa, Gubernur juga mengajak seluruh peserta untuk dapat menikmati keindahan alam dan budaya yang dimiliki Kalimantan Timur. Workshop internasional ini dibuka secara resmi oleh ibu Dr. Nur Masripatin dari Kementerian Kehutanan mewakili Menteri Kehutanan. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan apreasiasi yang tinggi kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam pelaksanaan kegiatan ini terutama kepada C3S dan WHRC. Tentunya kegiatan ini dapat menjadi bagian dalam upaya Pemerintah Indonesia mewujudkan komitmennya yang akan menurunkan emisi sebesar 26% dengan pendanaan sendiri dan akan ditingkatkan hingga 41% sejalan dengan bantuan dari pihak lain. Disampaikan pula bahwa upaya penurunan emisi memerlukan metode yang akurat untuk melihat hal tersebut dan ini seharusnya dapat menjadi kerjasama yang baik dengan semua negara yang terlibat. PRESENTASI dan DISKUSI Melalui kegiatan ini banyak dipaparkan persiapan implementasi REDD+ di Indonesia yang disampaikan langsung oleh ibu Nur Masripatin mulai dari komitmen resmi Indonesia, upaya yang dilakukan dalam fase persiapan termasuk kerja sama yang dibangun dengan beberapa negara. Dilanjutkan dengan pembangunan sistem pengukuran, pelaporan dan verifikasi (MRV) dengan beberapa tingkat akurasi yang disampaikan oleh Syaiful Rahman dari Kemenhut RI. Program Karbon Hutan Berau juga menjadi salah satu materi yang disampaikan oleh Alfan Subekti sebagai pembelajaran persiapan program REDD+ yang dikembangkan oleh Pemerintah Daerah termasuk didalamnya bagaimana membangun sistem MRV di tingkat kabupaten. Sesi berikutnya disampaikan pula hasil dari penelitian yang dilakukan seperti penelitian tingkat penyerapan karbon pada beberapa jenis tumbuhan di Kalimantan Timur dan metodologi pendugaan karbon yang disampaikan oleh Dr Syahrinuddin dan Dr Fajar Pambudhi. Alessandro Baccini Wayne Walker juga menyampaikan pengembangan metode pendugaan biomass dengan menggunakan LIDAR-GLAS yang dikembangkan oleh WHRC dan diterapkan pada kawasan tropis. Hamdan Omar, salah satu peserta dari Malaysia menyampaikan penelitian yang (bersambung ke hal. 7)

3 Volume 11 Hal. 3 PENJANGKAUAN DAN KONSULTASI MASYARAKAT TENTANG ISU PERUBAHAN IKLIM DAN PROGRAM KARBON HUTAN BERAU I su-isu perubahan iklim saat ini telah menjadi isu yang hangat bagi dunia. Berbagai informasi tentang hal tersebut bisa diperoleh darimana saja, mulai dari media elektronik, cetak, dunia maya hingga diskusi warung kopi. Namun pertanyaannya, apakah informasi tentang hal ini juga bisa diperoleh masyarakat di sekitar hutan yang nota bene akan sangat berkaitan erat dengan isu hangat tersebut? Kenapa mesti terkait dengan hutan dan masyarakat yang hidup di dalam dan di sekitar hutan?. Hutan dan perubahan iklim tentunya akan sangat berkaitan erat, begitu pula dengan kaitan hutan dengan masyarakat yang hidup di dalam maupun di sekitar hutan. Apa dan bagaimana kaitannya, bagaimana perubahan iklim terjadi dan bagaimana dampaknya bagi masyarakat yang nun jauh ada di tepi sungai Kelay?. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang coba dibahas dan didiskusikan bersama dengan masyarakat di kampung Long Duhung dan Long Boi pada 6-8 Desember 2010 lalu. Sekretariat POKJA REDD Kabupaten Berau bekerjasama dengan tim Community Development TNC berinisiatif untuk menyebarluaskan berbagai informasi terkait dengan isu perubahan iklim, hutan dan fungsinya, upaya mengatasi dampak perubahan iklim melalui kegiatan pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, serta peran apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam upaya mengatasi dampak tersebut. Selain itu juga digali harapan dan masukan dari masyarakat terkait dengan pola-pola pemanfaatan lahan oleh masyarakat. Diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan ini maka dapat meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu perubahan iklim dan dampaknya terutama yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sekitar hutan; memberikan pandangan posisi dan peran masyarakat dalam upaya pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan; serta untuk mendapatkan masukan terhadap polapola pemanfaatan lahan masyarakat yang dapat berdampak pada upaya pengurangan emisi melalui deforestasi dan degradasi hutan. Kegiatan ini penting untuk dilaksanakan sebagai rangkaian menyebarluaskan komitmen Berau sebagai salah satu daerah yang ditunjuk sebagai daerah ujicoba persiapan Reducing Emission from Deforestation and forest Degradation (REDD) di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan upaya Pemerintah RI sebagaimana disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang telah berkomitmen menurunkan emisi-nya sebanyak 26% dengan pendanaan mandiri dan akan meningkat hingga 41% dengan bantuan pendanaan pihak lain. Berau yang mengembangkan Program Karbon Hutan Berau telah melakukan berbagai upaya persiapan diantaranya melakukan berbagai kajian yang salah satunya tentang keterlibatan masyarakat. Untuk itulah dengan dilaksanakan kegiatan ini juga dapat memberikan gambaran secara lebih jelas berbagai strategi pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan serta pelibatan masyarakat dalam Program Karbon Hutan Berau. (*iw)

4 Volume 11 Hal. 4 SALING BERBAGI INFORMASI PROGRAM KAMPANYE SESAMA PENGGIAT KONSERVASI DI BERAU. C afé Kampus Singkuang yang biasanya ramai dengan pengunjung yang ingin rehat ataupun menjadi tempat berkumpulnya muda-mudi, hari ini (30/11/2010) berubah menjadi ajang lokalatih bersama. Lokalatih ini yang dihadiri oleh 30an orang penggiat-penggiat konservasi yang ada di Berau. LSM Bestari, Menapak, Radio BBS, English Learning Community, Mahasiswa MAPALA (STIEM, STIT, dan STIPER), Kelompok Teater Bumi, Yayasan Penyu Berau, Kelompok Blom Melhing, Nemdoh Nemkay, Jaringan Masyarakat Nelayan Berau, TNC Terrestrial Berau, dan Sekretariat Pokja REDD Berau terlihat serius dan semangat berbagi pengalaman di hari pertama kegiatan ini. Pelatihan konservasi yang digagas oleh TNC Berau ini dilaksanakan selama 4 hari dengan tema Lokalatih Pendidikan Konservasi di Kabupaten Berau. Harus diakui bahwa keanekaragaman hayati sedang terancam kelestariannya, sehingga diperlukan upayaupaya yang sangat mendasar menyentuh jiwa setiap masyarakat akan pentingnya pelestarian lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan, salah satunya melalui pendidikan konservasi untuk penggiat lapangan. Di hari pertama kegiatan lokalatih pendidikan konservasi ini diisi dengan saling berbagi pengalaman di lembaga masing-masing bagaimana kampanye konservasi dan aktifitas yang berkaitan dengan penyebaran informasi, kampanye konservasi dan perlindungan lingkungan hidup yang pernah dilakukan. Di hari kedua dan selanjutnya lokalatih ini diisi dengan materi pendukung untuk mengoptimalkan produk dan kegiatan kampanye yang dilakukan seperti bagaimana memasarkan pesan dan mengubah sikap, merancang goal dan objektif yang diinginkan, bagaimana merancang slogan, pesan kunci, serta bagaimana membuat rencana kerja yang efektif untuk keberhasilan kampanye konservasi yang diinginkan. Singgih, salah satu peserta dari Mapala STIT Tanjung Redeb, mengungkapkan kesannya bahwa kegiatan ini perlu terus dilanjutkan untuk waktu mendatang. Disamping bisa mendapat teman dan informasi baru, ada hal yang paling penting yaitu pengalaman dari semua peserta yang dapat memacu untuk mengembangkan potensi kita mengenai konservasi baik dalam persiapan yang dilakukan serta tujuan yang ingin dicapai. Lokalatih Pendidikan Konservasi ini diharapkan dapat saling memperlengkapi dan meningkatkan kapasitas penggiat kampanye di Kabupaten Berau agar secara kolektif dapat membangun kemampuan dan keahlian dalam merancang dan mengimplementasikan program kampanye yang efektif dan efisien satu sama lain pada masing-masing lembaga. Lokalatih ini selain digagas sebagai salah satu cara untuk menularkan pengetahuan juga diharapkan sebagai wadah untuk meningkatkan rasa kepemilikan program-program seluruh mitra konservasi Berau sebagai tujuan besar bersama. Lokalatih dirancang partisipatif dimana antara peserta, nara sumber dan fasilitator saling berbagi pengalaman dan teknik dalam melakukan pendidikan konservasi di Kabupaten Berau. (*mf)

5 Volume 11 Hal. 5 MENYUSUN RENCANA PEMBANGUNAN MELALUI MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN BERAU U ntuk melengkapi konsep, materi dan program pada Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Berau, pemerintah Kabupaten Berau melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melaksanakan kegiatan Musrenbang draft RPJMD Kabupaten Berau Tahun dan sekaligus menjaring aspirasi masyarakat secara luas. Kegiatan ini dilakukan selama dua hari pada tanggal Desember 2010 dan diikuti oleh Kepala Dinas beserta staf dari masing-masing SKPD yang ada di lingkup Pemerintah Kabupaten Berau juga diikuti oleh perwakilan perusahaan, perguruan tinggi dan berbagai elemen masyarakat seperti MUI, Dewan Pendidikan, dan LSM termasuk di dalamnya Pokja REDD Berau. Musyawarah RPJM Daerah Kabupaten Berau ini perlu dilakukan bersama sama untuk dapat menyikapi perkembangan yang terjadi di tengah tengah masyarakat saat ini serta perkiraan perkembangan jauh kedepan apa yang akan kita lakukan. Dalam RPJM dirumuskan visi, misi dan arah kebijakan jangka panjang Kabupaten Berau melalui prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi yang mengacu pada tugas pokok dan tanggung jawab daerah, dibarengi dengan usaha yang semaksimal mungkin dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta mengakomodir masukan dari berbagai aspirasi masyarakat. Harapannya kebijakan yang disusun ini benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi dokumen sebagai acuan pelaksanaan pembangunan Kabupaten Berau hingga tahun Dalam pemaparan visi dan misi pembangunan Kabupaten Berau yang disampaikan langsung oleh Bupati Berau Bapak Drs. H. Makmur HAPK yang telah terpilih untuk kali kedua pada Pemilukada tahun 2010 yang lalu. Dijelaskan bahwa visi kabupaten Berau adalah Mewujudkan Kabupaten Berau sebagai daerah unggulan di bidang Agribisnis dan Tujuan Wisata, serta Energi Terkemuka menuju Masyarakat Sejahtera. Untuk mencapai visi tersebut telah disusun pula tujuh misi utama yang diemban antara lain mewujudkan masyarakat yang sehat, cerdas, terampil dan berahlak mulia; membangun, mengembangkan dan meningkatkan kawasan sentra produksi pertanian dalam arti luas dalam menunjang ekowisata dan agribisnis; mewujudkan pemenuhan infrastruktur dasar; mewujudkan perbaikan subsidi, perlindungan sosial dan pengentasan masyarakat miskin; mewujudkan pemberdayaan dan kemandirian kelembagaan masyarakat dengan pendekatan partisipatif; mewujudkan struktur ekonomi yang berdaya saing dan pro kerakyatan dengan konsep pembangunan berkelanjutan serta mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa. Pemaparan tentang strategi dan arah kebijakan untuk melaksanakan visi misi tersebut disampaikan secara lugas oleh Bapak Drs. Syamsul Abidin selaku Ketua Bappeda. Secara umum, strategi yang digunakan adalah strategi peningkatan kapasitas, strategi perluasan kesempatan dan strategi penataan kemitraan. Terkait dengan arah kebijakan telah disusun dalam draft RPJMD pada berbagai sektor mulai dari pendidikan, kesehatan, pengelolaan sumber daya alam, pemberdayaan masyarakat dan lain sebagainya. Sebagai pengaya diskusi dihadirkan pula narasumber dari Bappenas, Agus Mansyur, SE. MA., dari Departemen Dalam Negeri Dr. Herie Saksono, dari Bappeda Propinsi Dr. Rusmadi, dari Universitas Indonesia Dr. Uka Wikarya dan dari Unmul Ibu Sopialena, Ph.D. dan Dr. H.Zainal Ilmi. Nara sumber ini hadir untuk memberikan masukan dan sekaligus koreksi terhadap draft RPJMD Berau. Untuk mempertajam dan menurunkan arah kebijakan yang ada diskusi dilanjutkan dengan diskusi kelompok berdasarkan 4 bidang (tema) penting yaitu kelompok bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang fisik dan bidang pemerintahan. Diskusi kelompok ini dilaksanakan pada hari kedua.. Pada kesempatan ini, Pokja REDD bersama dengan TNC juga memberikan masukan terhadap draft RPJMD ini. Dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Berau perlu juga memperhatikan upaya dan komitmen pemerintah Republik Indonesia terkait dengan isu perubahan iklim dimana Indonesia telah berkomitmen menurunkan emisinya sebesar 26% pada tahun Selain itu juga adanya komitmen Pemerintah Propinsi Kaltim dengan program Kaltim Hjaunya. Oleh karenanya (bersambung ke hal. 7)

6 Volume 11 Hal. 6 BANK OF AMERICA MERRILL LYNCH MENDUKUNG THE NATURE CONSERVANCY DALAM PROYEK HUTAN INOVATIF DI KALIMANTAN Upaya di Indonesia Bagian dari Hibah $2 Juta dari Yayasan Amal Bank of America Guna Mengatasi Perubahan Iklim Global melalui Pelestarian Hutan. Yayasan Amal Bank of America mendukung kemitraan The Nature Conservancy dengan Pemerintah Kabupaten Berau dan masyarakat lokal dalam melakukan pelestarian hutan yang secara langsung dapat menurunkan emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim di Kabupaten Berau, dan dalam saat bersamaan melindungi keanekaragaman hayati dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Bank of America akan menyediakan dana sebesar dolar AS untuk mendukung program karbon hutan di Berau, Kalimantan Timur. Pendanaan di Indonesia ini adalah bagian dari hibah sejumlah total 2 juta dolar AS untuk mendukung upaya pelestarian hutan inovatif di Cina dan Brasil, yang didasarkan atas hubungan kerjasama antara Bank of America Merril Lynch dan The Nature Conservancy yang telah berlangsung selama 20 tahun. Perusakan hutan menghasilkan sekitar 15 persen dari emisi gas rumah kaca sedunia lebih banyak dari total emisi semua pesawat terbang, kereta api, dan kendaraan bermotor. Saat ini, banyak negara tidak memiliki cukup insentif ekonomi untuk melestarikan hutan. Mengatasi perubahan iklim memerlukan pengembangan insentif finansial untuk melindungi hutan yang masih ada dan menemukan ragam kegiatan pembangunan lestari yang dapat mengurangi emisi karbon. Dukungan dari Bank of America Merrill Lynch untuk memajukan pelestarian hutan dan membantu membuka pelbagai peluang pengembangan ekonomi yang lestari dan selaras dengan alam merupakan bagian dari prakarsa bisnis perusahaan senilai 20 milyar dolar selama 10 tahun yang terkait dengan lingkungan untuk mengatasi perubahan iklim melalui pinjaman, investasi, produk dan jasa, filantropi dan operasi lainnya. Ini merupakan proyek terobosan yang dapat membantu upaya perlindungan hutan dan pengurangan emisi, ujar Brian J. Brille, Presiden Bank of America Merrill Lynch se-asia Pasifik. Indonesia menunjukkan kepemimpinan penting dalam hal konservasi dan kami bangga bermitra dengan The Nature Conservancy dalam menjalankan sebuah proyek yang tidak hanya dapat mengatasi perubahan iklim, namun juga membantu masyarakat lokal guna meningkatkan kualitas hidup mereka. Kabupaten Berau yang meliputi sekitar 2,2 juta hektar lahan, di mana 75 persen darinya merupakan hutan sedang berusaha untuk menjadi kabupaten pertama di bawah program nasional yang menerapkan strategi baru pelestarian hutan dan secara terukur mengurangi jumlah karbon yang dikeluarkan ke atmosfir. Berau adalah satu dari empat proyek demonstrasi REDD (Reduksi Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan) yang dipilih oleh Pemerintah Indonesia. Ini adalah proyek demonstrasi pertama di Indonesia yang beroperasi dalam skala yang mencakup keseluruhan kabupaten. ujar Dicky Simorangkir, Direktur Program Kehutanan TNC Indonesia. Proyek berskala kabupaten akan benar-benar membantu mendemonstrasikan bagaimana sebuah sistem dapat bekerja dalam skala nasional. Dengan insentif finansial yang tepat, Indonesia bisa mendapatkan keuntungan dari melindungi hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya yang sama besarnya dengan keuntungan dari merusak mereka. Dengan bekerja sama menggandeng mitra seperti The Nature Conservancy, masyarakat setempat termasuk masyarakat adat pribumi, instansi pemerintah, dan dengan dukungan dari pelaku bisnis global seperti Bank of America Merrill Lynch, Kabupaten Berau tengah mengembangkan rencana untuk menggabungkan konservasi di lapangan, pelibatan masyarakat, insentif finansial, pengawasan ilmiah, dan aktivitas ekonomi lestari untuk: Melindungi dan memperbaiki pengelolaan kurang lebih 800 ribu hektar hutan; Mengurangi emisi karbon setidaknya sebesar 10 juta ton selama lima tahun ke depan; Melindungi salah satu populasi orangutan terbesar di dunia; Menstimulasi ekonomi daerah dan nasional; dan Menjamin kesehatan jangka panjang sumber air dan makanan yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk dapat bertahan hidup. Dengan memperbaiki berbagai praktik pengelolaan hutan dan pelestarian hutan guna mengurangi emisi karbon dan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat, Berau bisa menjadi contoh bagaimana negara berkembang dapat berpartisipasi di pasar kredit karbon global untuk meraup keuntungan dari melindungi hutan mereka, ketimbang alihalih merusaknya. Meningkatkan ekonomi Indonesia dan memenuhi tujuan pembangunan, sementara secara bersamaan menangani ancaman perubahan iklim membutuhkan jenis perencanaan ekonomi dan pengambilan keputusan baru. Mencapai tujuan tersebut tidak akan mudah. Namun pencapaian tujuan ini dapat dan harus dipenuhi, kata Agus Purnomo, Asisten Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Perubahan Iklim. Sukses akan membutuhkan upaya bersama dan kontribusi pemerintah, masyarakat sipil, bisnis dan komunitas lokal di semua tingkatan. Kemitraan Publik-Swasta untuk Konservasi, oleh karena itu, adalah cara inovatif untuk melindungi hutan dan memenuhi kebutuhan dasar manusia, tambah Agus yang juga mengepalai Sekretariat Dewan Nasional Perubahan Iklim.(***) Sumber: Siaran Pers The Nature Conservancy Indonesia, 3 Desember 2010.

7 Volume 11 Hal. 7 Sambungan dilakukan oleh RIM (sebuah lembaga riset Malaysia) dalam pengukuran biomass dan monitoring karbon di kawasan hutan Malaysia. Kajian tentang Strategi Pembangunan Rendah Karbon di Kalimantan Timur juga disampaikan oleh McKinsey yang merupakan mitra kerja Pemerintah Propinsi Kaltim untuk menyusun upaya yang dapat dilakukan oleh Kaltim dalam mendorong pembangunan rendah karbon sebagai cikal bakal program Kaltim Hijau. Beberapa negara yang mengikuti kegiatan ini juga diberikan kesempatan untuk menyampaikan upaya yang dilakukan dalam pengembangan REDD di negaranya masing-masing. Hingga saat ini, negara di Asia yang sedang mengembangkan program REDD antara lain Lao PDR, Vietnam, Papua New Guinea, Malaysia dan Thailand. PELATIHAN TEKNIS Estimasi Biomass dari Hal.2 Pelatihan teknis merupakan upaya yang dilakukan oleh WHRC untuk menyebarluaskan metode yang dikembangkan dengan LIDAR-GLAS dalam pendugaan dan monitoring biomass di kawasan tropis. Kegiatan ini dilaksanakan di kampung Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman selama empat hari. Selain pemberian materi di dalam ruangan, peserta pelatihan juga diajak untuk mempraktekkan metode ini dengan melakukan pengambilan data lapangan. Praktek lapangan ini dilakukan di kawasan Kebun Raya Unmul Samarinda (KRUS). Dalam praktek lapangan ini disimulasikan pengambilan data berupa diameter dan tinggi pohon yang masuk ke dalam plot penelitian. Plot ini ditentukan berdasarkan data GLAS yang sudah ditentukan. Materi yang disampaikan lebih banyak berbasis GIS (geographic information system) dimana memang pada dasarnya LIDAR-GLAS juga berbasis GIS. Peserta diberikan dasar-dasar pengolahan data lapangan untuk menentukan dan pendugaan biomass dengan menggunakan beberapa software yang telah ada dan dikembangkan oleh WHRC. Diharapkan dengan pelatihan ini dapat menambah referensi peserta dalam penerapan dan pengolahan data sehingga dapat pula meningkatkan akurasi data yang dihasilkan sebagai salah dasar dalam implementasi program REDD. (*iw) RPJMD Berau dari Hal.5 perlu juga adanya upaya untuk mengadopsi semangat dan respon terhadap isu global terutama berkaitan dengan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk dijabarkan secara jelas dalam arah kebijakan pembangnan Kabupaten Berau. Hal lain yang mendorong upaya ini adalah dengan ditunjuknya Kabupaten Berau sebagai salah satu kabupaten yang menjadi lokasi Demostration Activities (DA) REDD+ atau pengurangan emisi melalui deforestasi dan degradasi hutan di Indonesia. Bagi Kabupaten Berau hal ini dapat dilihat sebagai peluang dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola sumber daya alamnya dengan good governance yang lebih baik. Bersama dengan para pihak yang memiliki komitmen tinggi dalam kegiatan pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam, Pemerintah Kabupaten Berau mengembangkan Program Karbon Hutan Berau (biasa juga disebut dengan Berau Forest Carbon Program). Program ini disiapkan untuk melaksanakan pembangunan yang rendah karbon melalui pengelolaan hutan lestari yang pada gilirannya akan mendukung pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) dimana Kabupaten Berau akan melakukan transformasi pengelolaan serta pengaturan sumber daya alam termasuk didalamnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kapasitas kelembagaan serta mekanisme koordinasi. Diharapkan dengan masukan di atas kemudian dapat diwujudkan dan dintergrasikan ke dalam program dan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing SKPD di Kabupaten Berau ini.(*mf) Refleksi PKHB dari Hal.1 tetapi juga mendiskusikan pola-pola komunikasi & koordinasi dengan program-program lain yang akan diejawantahkan di Berau pada Diskusi di hari pertama dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Berau Ir. Darwis Syukur, MP. Beliau ini yang sekaligus Ketua 1 Pokja REDD Berau menyampaikan kepada semua peserta yang hadir untuk dapat memberikan masukan dan kritis terhadap penyempurnaan dokumen Rencana Strategis PKHB. Dari 20 peserta ini masing-masing terdiri dari perwakilan SKPD terkait di Kabupaten Berau seperti Dinas Kehutanan, Bappeda Berau, BLH Berau, Dinas Tata Ruang dan Perumahan, BKSDA Wilayah I Berau, LSM Bestari, perwakilan perusahaan HPH; PT Sumalindo LJ IV, PT Amindo Wana Persada, dan PT Aditya, TNC, dan secretariat Pokja REDD Berau. Dari kegiatan ini diperoleh beberapa kesepakatan yang meliputi penyempurnaan dan diskusi lebih lanjut di tapak terhadap dokumen rencana strategis PKHB, konsep pembangunan rendah emisi dalam rencana pembangunan daerah dengan langkah awal untuk dapat memasukkan dalam point-point RPJMD Berau, dan pengembangan kelembagaan PKHB berikut tugas dan fungsinya. (*mf)

8 Volume 11 Hal. 8 SOSIALISASI KPH DI KABUPATEN BERAU DAN PROVINSI KALTIM T antangan dan tekanan terhadap sumber daya hutan akan terus meningkat seiring dengan perkembangan manusia akan kebutuhan lahan dalam berbagai kegiatan. Hingga tahun 2007, total luas deforestasi yang direncanakan mencapai ha (Dirplan, 2008) dan hingga akhir 2009, hampir separuh kawasan hutan di Indonesia atau sekitar 46,5% setara dengan 55,93 juta hektare tidak dikelola dengan intensif (DKN, 2009). Belum lagi ditambah dengan degradasi hutan yang juga semakin meningkat dimana terdapat + 54% saja dari 324 unit IUPHHK Hutan Alam (luas ha) yang melakukan dan menerapkan kaidahkaidah kelestarian dalam pelaksanaan kegiatan usahanya. Selain itu masih ditambah dengan banyak konflik di kawasan hutan berupa tumpang tindih dan saling klaim antar masyarakat, perusahaan. Intensitas dan kapasitas pemerintah dalam mengelola kawasan konservasi dan hutan lindung juga masih sangat rendah. Dan masih banyak lagi tantangan dan tekanan yang dihadapi. Dibutuhkan upaya konkrit dari semua pihak bila ingin sumber daya hutan yang dimiliki Indonesia dapat terjamin kelestariannya. Bagi Kabupaten Berau, pembangunan KPH merupakan salah satu strategi Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) merupakan upaya pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak yang amanatkan dalam UU 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. KPH adalah wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dikelola secara efisien dan lestari. Oleh karenanya berdasarkan fungsinya KPH dapat terbagi menjadi KPH Konservasi, KPH Lindung dan KPH Produksi. Dalam menjalankan upaya pengelolaan maka setiap KPH akan memiliki organisasi KPH yang bertugas melaksanakan pengelolaan hutan yang mencakup tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan; rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan dan konservasi alam. yang dikembangkan untuk menerapkan tata kelola sumber daya hutan yang lebih baik dan lestari. Propinsi Kalimantan Timur telah mengajukan rancang bangun KPH yang terdiri dari 33 unit KPH kepada Menteri Kehutanan RI dimana salah satunya adalah KPH Model yang akan dibentuk di Kabupaten Berau sebagai KPH produksi. Sedangkan KPH Lindung Model telah ditetapkan oleh Menhut adalah KPHL Model Tarakan pada tahun Informasi ini disampaikan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim pada kegiatan Sosialisasi Pembangunan KPH di Kabupaten Berau dan Provinsi Kalimantan Timur yang dilaksanakan pada tanggal 23 Des 2010 di ruang Sangalaki Setda Berau dan tanggal 29 Des 2010 di Hotel Jamrud Samarinda. Sebagai narasumber dalam kegiatan sosialisasi ini antara lain dari Dirjen Bina Rencana Pemanfaatan Kawasan dan Usaha Kawasan, Dinas Kehutanan Propinsi Kaltim, BP2HP wilayah XIII Samarinda dan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Bagi Kabupaten Berau, pembangunan KPH merupakan salah satu strategi yang dikembangkan untuk menerapkan tata kelola sumber daya hutan yang lebih baik dan lestari. Oleh karenanya, Kabupaten Berau melalui Dinas Kehutanan Berau telah mengajukan pembangunan 4 unit KPH Produksi yaitu KPH Berau Barat, KPH Berau Utara, KPH Berau Tengah dan KPH Berau Pesisir. Salah satu KPH tersebut kemudian diusulkan menjadi KPH Model yaitu KPHP Berau Berau yang berada di Kecamatan Segah, Kelay, Sambaliung dan Teluk Bayur seluas ,37 ha. Dalam kegiatan sosialisasi ini juga disampaikan tantangan pembangunan KPH dimana ternyata tidak seluruh pemerintah daerah memberi dukungan dalam pembentukan organisasi KPH dengan alasan utama perlunya anggaran untuk menghidupkan organisasi KPH tersebut. Masih terbatasnya pengertian dan pemahaman terhadap fungsi dan manfaat KPH bagi pembangunan kehutanan. Hal ini didasari adanya kenyataan bahwa penetapan kewenangan pemerintah maupun pembentukan organisasi daerah tidak dipertimbangkan pentingnya pengelolaan wilayah atau organisasi berbasis teritorial, kerangka kerja pemerintah hanya didasarkan pada pemanfaatan komoditas dari sumberdaya alam. Selain itu tantangan lain adalah masih terbatasnya sumber daya manusia yang memahami dan mempunyai kapabilitas untuk menjalankan organisasi KPH. Diharapkan dengan terbentuknya KPH akan menjamin penyelenggaraan pengelolaan hutan akan tepat lokasi, tepat sasaran, tepat kegiatan dan tepat pendanaan; menjadi salah satu bagian dalam menjalankan fungsi MRV dalam proses mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta menjembatani optimalisasi pemanfaatan potensi pendanaan perubahan iklim sektor kehutanan untuk kepentingan pembangunan masyarakat.(*iw) Redaksi Updates Media & Komunikasi Sekretariat Pokja REDD Berau fajri Iwied Adji Emi Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax iwe13009@gmail.com Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb hazbrou@gmail.com Photo-Photo: Adjie R (hal 1, 4, ), Fajri (hal5), Iwied (hal 3) Updates Versi Online dapat Anda Akses melalui Web: Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak : Ir. Suparno Kasim Ketua Umum Pokja REDD Berau suparno@karbonhutanberau.org Fakhrizal Nashr Berau Program Leader The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau Tel ; Hp.: fnashr@tnc.org Alfan Subekti REDD Field Manager The Nature Conservancy Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112, Telp.: asubekti@tnc.org

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ 2014 Biduk- Biduk, 13-14 November 2014 1. Daftar Isi... 2 2. Latar

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa UPAYA DEPARTEMEN KEHUTANAN DALAM ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM DEPARTEMEN KEHUTANAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL Planet in Peril ~ CNN Report + Kenaikan

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai Para Peserta) Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ini dibuat oleh Center for Internasional Forestry Research (CIFOR) dan tidak bisa dianggap sebagai terjemahan resmi. CIFOR tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia menunjukkan nilai rata-rata 33,37 1 pada skala 1 sampai dengan 100. 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kondisi kawasan hutan di semua kabupaten di provinsi Jambi menurut hasil pengukuran indeks tata kelola hutan di 9 Kabupaten di provinsi oleh PGA UNDP

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.42/Menhut-II/2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU

BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU Sept - Okt 2010 Volume 10 BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU P rogram REDD yang dikembangkan di Berau sebagai salah satu bagian

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

Pembangunan Kehutanan

Pembangunan Kehutanan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Pembangunan Kehutanan Sokoguru Pembangunan Nasional Berkelanjutan Dr. Ir. Hadi Daryanto, DEA (Sekretaris Jenderal) Disampaikan dalam Seminar

Lebih terperinci

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan

Rencana kerja Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Kabupaten Sumbawa Tahun 2017 disusun sebagai bahan acuan penyelenggaraan program dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Kabupaten Sumbawa pada tahun anggaran 2017 telah menyusun tema pembangunan daerah yang berorientasi pada upaya Pemantapan Pelayanan Publik dan Percepatan

Lebih terperinci

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Jul - Agust 2010 Volume 9 BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) B upati Berau, H. Makmur HAPK, Selasa (10/08/2010) memimpin rapat pembentukan Dewan Pengarah Program Karbon Hutan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI Versi 01-1 Juli 2014 Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI 2 Hibah Kemitraan Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI: Kemitraan

Lebih terperinci

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN)

BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA ( KEDEPAN) BAB VI PROSPEK DAN TANTANGAN KEHUTANAN SULAWESI UTARA (2014 - KEDEPAN) Gambar 33. Saluran Listrik Yang Berada di dalam Kawasan Hutan 70 Kiprah Kehutanan 50 Tahun Sulawesi Utara Foto : Johanes Wiharisno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc

Bogor, November 2012 Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Dr. Ir Kirsfianti L. Ginoga, M.Sc Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas tersusunnya Prosiding Workshop MRV dalam rangka REDD+ di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Prosiding ini merupakan hasil dari workshop dengan judul yang sama yang dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR

TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR TAMAN PESISIR KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN BERAU DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014 A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Kabupaten Berau termasuk dalam 10 (sepuluh)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar Oleh : Ir. HENDRI OCTAVIA, M.Si KEPALA DINAS KEHUTANAN PROPINSI SUMATERA BARAT OUTLINE Latar Belakang kondisi kekinian kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilaksanakan terus-menerus untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang sejahtera lahir dan batin. Proses tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim kedalam Rencana Pembangunan Daerah di Kabupaten Gorontalo Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) I. PENDAHULUAN - IAFCP didasarkan pada Kesepakatan Kerjasama ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia 13 Juni 2008, jangka waktu

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI TATA KELOLA SUMBERDAYA ALAM DAN HUTAN ACEH MENUJU PEMBANGUNAN YANG BERKELANJUTAN DAN RENDAH EMISI VISI DAN MISI PEMERINTAH ACEH VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Profil Provinsi Kalimantan Timur HARI JADI: 9 Januari IBUKOTA: Samarinda DASAR

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAKORNIS KOPERASI & UKM, KERJASAMA, PROMOSI DAN INVESTASI SE-KALIMANTAN BARAT Selasa, 6 Mei 2008 Jam 09.00 WIB Di Hotel Orchard Pontianak Selamat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Balikpapan, 28 Februari 2012 Assalaamu

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Juli Agustus 2009 Volume 3 Edisi kali ini: Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Program Karbon Hutan Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Pokok-Pokok Pikiran DPRD Provinsi Jawa Tengah Untuk Pembangunan Jawa Tengah Tahun

Pokok-Pokok Pikiran DPRD Provinsi Jawa Tengah Untuk Pembangunan Jawa Tengah Tahun Pokok-Pokok Pikiran DPRD Provinsi Jawa Tengah Untuk Pembangunan Jawa Tengah Tahun 2013-2018 Yth. Bp. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas ; Ysh. Menteri Dalam Negeri yang diwakili

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur

DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur Kalimantan Timur RENCANA AKSI KEGIATAN KOORDINASI DAN SUPERVISI (KORSUP) ATAS GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TIMUR DR. H. AWANG FAROEK ISHAK Gubernur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI BATULANTEH KABUPATEN SUMBAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017

SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA. Jakarta, 17 Juni 2017 SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI PADA HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN SEDUNIA Jakarta, 17 Juni 2017 Assalaamu alaikum wr. wb. Salam sejahtera Om swastiastu Perkenankanlah kami mengajak

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,

Lebih terperinci

Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan

Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan Dapat disiarkan segera Perhutanan Sosial Dapat Menjadi Sarana Efektif Bagi Pengentasan Kemiskinan Pemerintahan baru wajib memperhatikan kesejahteraan masyarakat di 33.000 desa di dalam dan sekitar hutan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU Sekretariat Pokja REDD Berau. Jl. Anggur No.265 Tanjung Redeb, Berau. Telp. 21232 www.karbonhutanberau.org KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU J ika beberapa waktu lalu hanya stafnya saja yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Joint Working Group II

Joint Working Group II Volume 4 September Oktober 2009 Edisi kali ini: Joint Working Group II Joint Working Group II 1 Mengenal lebih dekat dengan REDD, apa dan bagaimana..? 2 FGD:Mempertajam 3 hasil kajian Pengembangan Kerangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan sebagai modal dasar pembangunan perlu dipertahankan keberadaannya dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Luas kawasan hutan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan

kebijakan yang menyebutkan pengembangan masyarakat dan desa dalam kerangka desentralisasi pembangunan. Namun kenyataannya, masyarakat, desa dan LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI DAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN TERPADU ANTAR DESA (PPTAD) DALAM RANGKA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT (PKPBM) TAHUN 2012 KEGIATAN Fasilitasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang

Lebih terperinci