Joint Working Group II

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Joint Working Group II"

Transkripsi

1 Volume 4 September Oktober 2009 Edisi kali ini: Joint Working Group II Joint Working Group II 1 Mengenal lebih dekat dengan REDD, apa dan bagaimana..? 2 FGD:Mempertajam 3 hasil kajian Pengembangan Kerangka Hukum, Kelembagaan dan Mekanisme Keuangan Mengulas Keterli- 4 batan Masyarakat dalam Skema REDD Mengukur potensi deforestasi pada kawasan hutan produksi di Kabupaten Berau 5 Agenda ke depan 6 Ketenangan dan keindahan Hotel Novotel Bogor merupakan tempat diskusi yang nyaman bagi anggota kelompok-kelompok kerja yang tergabung dalam Joint Working Group BFCP (Berau Forest Carbon Program). Pertemuan ini merupakan yang kali kedua dilaksanakan dan sudah menjadi agenda tetap bagi kelompok kerja yang terdiri dari pokja pada tingkat kabupaten Berau, propinsi Kalimantan Timur dan tingkat pemerintah pusat (nasional). Selama dua hari sejak tanggal Oktober 2009, dibahas perkembangan beserta isu-isu penting yang sudah pernah teridentifikasi termasuk langkah-langkah konkritnya. Untuk kali ini pertemuan diikuti perwakilan dari pemerintah Berau yaitu dari Dinas Kehutanan, Dinas Tata Ruang, BKSDA dan Yayasan Bestari serta didampingi oleh Sekretariat POKJA Berau. Perwakilan dari pemerintah Propinsi hadir pula dari Universitas Mulawarman, BKSDA Kaltim, Dinas Kehutanan Propinsi (UPTD PPA), Balai Besar Dipterocarpa serta PT Sumalindo Samarinda. Sedangkan dari pemerintah pusat, hadir pula Direktur PJL-WA Ditjen PHKA Departemen Kehutanan, Direktur Bina Pengelolaan Hutan Alam, BPK Dephut, Bappenas, Ditjen Planologi, serta berbagai lembaga non pemerintah seperti ICRAF, WE, TNC, IHSA, Sekala. Pertemuan ini dibuka oleh bapak Tonny Soehartono yang merupakan Direktur PJL-WA Ditjen PHKA Dephut dengan menggambarkan upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh Indonesia dalam berperan aktif menghadapi dampak perubahan iklim dan harapannya agar dapat lebih bermanfaat bagi kabupaten Berau yang telah berperan aktif dalam pengembangan program karbon hutan Berau (Berau Forest Carbon Program/BFCP). Dilanjutkan dengan pemaparan hasil kajian-kajian yang telah dilakukan oleh konsultan dalam rangka menjawab 13 aspek penting yang telah diidentifikasi dalam pertemuan JWG I di Balikpapan beberapa waktu lalu. Pemaparan dimulai dengan kajian terhadap faktor pendorong perubahan penggunaan lahan oleh Prof. Mustofa Agung dan analisa profitabilitas oleh bapak Suseno (ICRAF) dilanjutkan dengan carbon accounting oleh Gerry (Daemeter Consulting), keterlibatan komunitas oleh Ilya Moelyono (WE) serta analisa legal, kelembagaan dan mekanisme keuangan oleh Sulaiman Sembiring (IHSA). Bersambung ke halaman 6

2 Volume 3 Halaman 2 Mengenal lebih dekat dengan REDD, apa dan bagaimana..? Salah satu Keputusan pada Conference of Parties (COP 13) di Bali Desember 2007 adalah mendorong para pihak untuk mendukung upaya pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan sebagai upaya mitigasi perubahan iklim di sektor kehutanan. Walaupun pada kenyataannya masih banyak ketidak jelasan dan perbedaan pendapat tentang REDD, namun proses-proses persiapan untuk kegiatan-kegiatan REDD sudah berjalan di berbagai tingkat di Indonesia. Hal ini akan memerlukan keterlibatan dan komitmen yang luas dari berbagai stakeholder. Namun demikian, sebagai sebuah isu yang baru dan masih sedang berkembang, pemahaman yang jelas tentang REDD, konteksnya dan bagaimana para pihak bisa terlibat dalam mekanisme ini masih sangat terbatas terutama di tingkat daerah. Ada ketimpangan pemahaman, pengetahuan dan keterampilan terkait mekanisme REDD, perkembangannya sebagai sebuah dialog global, persiapan secara nasional, bagaimana daerah bisa terlibat dalam implementasi REDD, apa implikasi, serta peran dan tanggung jawab apa yang dituntut dari stakeholder lokal. Untuk menjamin berjalannya ujicoba (demonstration activity) REDD, proses peningkatan kapasitas menjadi sangat dibutuhkan. Terkait dengan hal tersebut atas kerjasama antar GTZ dan The Nature Concervancy menyelenggarakan pelatihan Introductory Course on Reducing Emission from Deforestation and Forest Degradation (REDD). Tujuan utama pelatihan ini adalah untuk memberikan pemahaman dasar kepada peserta tentang REDD, perkembangannya pada tingkat nasional dan internasional, pelaksanaan dan hal-hal lainnya terkait implementasi REDD. Pelatihan yang dilaksanakan di Hotel Sagita Balikpapan pada tanggal 6-8 Oktober ini diikuti oleh berbagai perwakilan dari beberapa kabupaten yaitu Malinau, Berau, Kutai Timur, Samarinda, Pontianak, Kapuas Hulu. Rata-rata peserta merupakan perwakilan dari Dinas Kehutanan, Bappeda, Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup dan lembaga organisasi non pemerintah. Pemahaman tentang apa dan bagaimana perubahan iklim berlaku serta dampaknya pada kondisi alam disampaikan secara lugas oleh Prof. Deddy Hadriyanto termasuk fungsi hutan dalam perubahan iklim. Hal ini penting karena Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang memiliki hutan tropis, sehingga dalam skema REDD menjadi penting untuk terlibat dalam upaya mengatasi perubahan iklim di tingkat global. Dilanjutkan dengan materi deforestasi dan degradasi hutan beserta strategi pengurangannnya yang disampaikan oleh Deforestasi: perubahan secara permanen dari areal berhutan menjadi tidak berhutan yang di akibatkan oleh kegiatan manusia, sedangkan degradasi : penurunan kuantitas tutupan hutan dan stok karbon selama periode tertentu yang di akibatkan oleh kegiatan manusia Tomy. Banyak factor yang bisa menjadi penyebab terjadinya deforestasi, baik langsung maupun tidak langsung. Prof. Mustofa Agung Sardjono sebagai salah satu penggiat program REDD ini menjadi pemateri dari aspek kelembagaan dan REDD. Konsep kelembagaan yang paling tepat dan sesuai dalam implementasi REDD masih menjadi perdebatan yang serius di setiap daerah. Isu penting yang sering muncul adalah bentuk kelembagaan tersebut. Efektivitas dan efisiensi merupakan kata REDD merupakan mekanisme untuk mengurangi GRK dengan cara memberikan kompensasi kepada para pihak yang melakukan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan tugas dan fungsinya masing-masing. kunci yang juga harus diperhatikan agar tidak terjadi tumpang tindih antar dinas atau kantor yang saat ini sudah ada Materi tentang berbagai elemen teknis REDD, aspek hukum dan aturan REDD, aspek social serta pengenalan pasar karbon dikupas habis secara berurutan oleh bung Tunggul Butar-butar, Alfan Subekti, Rahmina dan Prof Mustofa. Besar harapan agar pelatihan seperti dapat pula dilakukan di Kabupaten Berau sehingga akan lebih banyak pihak yang memahami lebih dalam apa dan bagaimana REDD dapat diimplementasikan. (Iwied)

3 Volume 3 Halaman 3 Focus discussion group: Mempertajam hasil kajian Pengembangan Kerangka Hukum, Kelembagaan dan Mekanisme Keuangan Menindaklanjuti proses kajian yang dilakukan oleh Institut Hukum Sumberdaya Alam (IHSA) yang telah dilakukan pada bulan Juli dan Agustus 2009 lalu, pada tanggal 21 Oktober 2009 bertempat di ruang pertemuan kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupatem Berau dilaksanakan Focus Discussion Group (FGD) yang bertujuan untuk menyampaikan laporan hasil studi hukum, kebijakan, kelembagaan dan mekanisme keuangan untuk mendukung pelaksanaan Program Karbon Hutan di Berau serta rencana strategis implementasinya. Selain itu juga untuk mendapatkan masukan, saran dari kelompok kerja REDD Berau dan pihak terkait lainnya untuk penyempurnaan hasil studi hukum, kebijakan, kelembagaan dan mekanisme keuangan untuk pelaksanaan Berau Forest Carbon Program (BFCP). Diskusi ini dibuka dengan sambutan oleh Bapak Basri Syahrin sebagai Wakil Ketua POKJA Berau sekaligus Kepala Dinas BLH Kabupaten Berau. Disampaikan oleh beliau bahwa Kabupaten Berau telah berkomitmen untuk mengelola sumberdaya alamnya dengan memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian. Hal ini dapat dilihat dengan proses penyusunan tata ruang yang didasarkan pada berbagai aspek baik fisik, biofisik maupun aspek social. Sebagai contoh, kabupaten Berau juga menetapkan kawasan lindung seluas hektar yang semula merupakan kawasan non hutan di kecamatan Kelay. Selain itu juga, BLH sebagai lembaga yang mengawasi perlindungan lingkungan juga bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang ada di Berau untuk selalu menjaga proses kerja masingmasing agar memiliki dampak yang seminimal mungkin bagi lingkungan baik perusahaan tambang, perkebunan dan perusahaan lain yang sering kali dituding sebagai perusak lingkungan. Diharapkan kerjasama ini dapat menurunkan kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berkembangnya kegiatan ekonomi produksi. Saat ini sudah ada perhatian serius pemerintah mengenai pemanfaatan dan perlindungan sumberdaya alam dan lingkungan dengan munculnya undang-undang lingkungan hidup yang cukup tegas bagi para pengerusak SDA dan lingkungan. Pemerintah Kabupaten Berau juga berharap kegiatan (REDD) seperti ini terus berlanjut. Hasil studi yang dilakukan disampaikan oleh bapak M. Nasir yang juga merupakan dosen pada Fakultas Hukum Universitas Balikpapan. Kemudian dilanjutkan dengan rancangan rencana strategis yang bisa dilakukan dalam proses pengembangan ke depan. Beberapa temuan yang teridentifikasi antara lain: 1) terdapat 9 bidang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan REDD, antara lain bidang agraria, lingkungan hidup, kehutanan, perkebunan, tata ruang, pengaturan kewenangan, kelembagaan, dan keuangan dan perpajakan, keterbukaan informasi dan pengaturan penyusunan peraturan perundangundangan. 2) Rangkaian pengaturan perubahan iklim serta kegiatan mitigasinya, baik dari tingkat Internasional yang sudah diratifikasi maupun tingkat nasional, propinsi dan Kabupaten masih belum diterjemahkan ke dalam bentuk program. 3) dari sisi kelembagaan diketahui bahwa pada tingkat nasional telah dibentuk Komisi Nasional REDD dan Surat Keputusan Ketua Bappenas No. 44 Tahun 2009 tentang Pembentukan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF); pada tingkat propinsi dibentuk Tim Pengkaji REDD dan Mitigasi Perubahan Iklim di Sektor Kehutanan Propinsi Kaltim melalui SK Gubernur No. 522 tahun 2008 dan pada tingkat kabupaten Kelompok Kerja REDD Kabupaten melalui SK Bupati Berau No. 313 Tahun ) dari sisi mekanisme keuangan dapat diatur dalam mekanisme keuangan yang terkait dengan Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Lingkungan (IUP JL); namun dengan adanya peraturan Menteri Kehutanan No.P36 Tahun 2009 tentang tata cara Perizinan Usaha Pemanfaatan Penyerapan dan/atau Penyimpanan Karbon Pada Hutan Produksi dan Hutan Lindung ternyata berpotensi bertentangan dengan UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak sehingga hal ini harus dikaji kembali. Selain berbagai temuan-temuan tersebut juga disampaikan isu -isu lain yang akan berimplikasi pada pengembangan program ini ke depannya, antara lain: masih minimnya kawasan hutan yang memiliki kepastian tata batas dan yang telah dikukuhkan dan di sisi lain unit pengelolaan hutan berdasarkan PP. 6 Tahun 2007 (KPH) belum dibentuk. Adanya isu pemekaran wilayah kabupaten yang akan membagi Berau menjadi wilayah administratif baru yang berdampak pada pembagian kawasan hutan. Juga belum jelas status keberadaan masyarakat hukum adat, masyarakat lokal yang berdiam di dalam dan sekitar hutan menjadi isu tersendiri. Isu lainnya adalah berkurang mutu/kualitas hutan yang berimplikasi pada inisiatif dari sektor lain di luar kehutanan untuk mengubah status kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan dengan pertimbangan pertumbuhan ekonomi dan investasi. Masukan dari berbagai stakeholder untuk menjawab hal tersebut diatas disampaikan secara terbuka dalam diskusi yang dilaksanakan satu hari ini. Diskusi yang dihadiri oleh perwakilan dari pemerintah kabupaten Berau yang juga sebagai POKJA REDD Berau seperti BLH, Bappeda, Dinas Tata Ruang, dan juga dari DPRD Kabupaten Berau. Masukan-masukan tersebut tentunya akan mempertajam analisis dalam kajian yang dilakukan oleh IHSA. (Iwied)

4 Volume 3 Halaman 4 Mengulas Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD Salah satu persyaratan REDD adalah dapat dipastikannya partisipasi dan manfaat bagi masyarakat. Selain bahwa partisipasi sudah menjadi salah satu benang merah dalam nyaris semua kebijakan pembangunan pasca reformasi di Indonesia, hal ini juga mengacu kepada standar CCBA (The Climate, Community & Biodiversity Alliance) yang menjadi salah satu acuan dunia internasional dan kepada Piagam PBB tentang hak-hak masyarakat asli. Kajian tentang keberadaan masyarakat dan peluang pelibatannya dalam REDD dimulai pada bulan Juli 2009 dan sekarang masih berlangsung. Sebagai lanjutan proses ini dilakukan pula lokakarya pada tanggal 22 Okto-ber 2009 di ruang pertemuan Kantor Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Berau yang dihadiri oleh perwakilan dari dinas dan kantor di lingkungan Pemerintah Kabupaten Berau, kalangan perusahaan HPH, Perkebunan dan juga perwakilan dari masyarakat. Dalam lokakarya ini disampaikan hasil sementara dari kajian yang dilakukan oleh World Education (WE) untuk menjawab pertanyaan kajian yang utama adalah Bagai-mana melibatkan masyarakat secara bermakna dalam Skema REDD? Informasi kajian dikumpulkan dari beberapa pihak, yakni pemerintah, masyarakat di kampung-kampung, dan perusahaan, dan DPRD, dengan sampling sebagai berikut: Kampungkampung yang dikunjungi di hulu Sungai Kelay adalah Long Pai, Long Sului, Long Lamcin, Long Boy, Long Dohung dan Merabu. Kampung di wilayah KBNK: Merapun, Sido Bangen, Lesan Dayak, Merasa. Kampung Transmigran: Labanan Makarti, Labanan Jaya, Labanan Makmur dan Melati Jaya. Dan kampung Pesisir: Mataritip, Tanjung Batu, Semanting, dan Kasay. Karena ini barulah kajian awal, maka yang dijumpai masih terbatas pada Kepala Kampung, beberapa tokoh masyarakat dan beberapa warga masyarakat lainya. Selain itu juga dilakukan konsultasi dengan pihak perusahaan perkebunan dilakukan dengan PT. Yudha. Sementara perusahaan kayu (HPH) yang dijumpai adalah PT. Mardhika Insan Mulia, PT. Amindo Wana Persada, dan PT. INHUTANI I. Sementara instansi pemerintah yang dijumpai adalah Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kantor Bupati (Assisten II), dan Dinas Kehutanan. Beberapa temuan penting dijelaskan oleh bapak Ilya Moelyono mulai dari kondisi umum kampung-kampung termasuk ketergantungannya terhadap hutan, kelembagaan dan kepemimpinan yang ada di kampong tersebut serta hubungannya dengan perusahaan yang selama ini beraktifitas di sekitar wilayah kampung baik perusahaan HPH maupun perusahaan perkebunan. Tentunya kondisi ini dapat menjadi factor penguat sekaligus peluang dalam pelibatan masyarakat kedepan dalam program ini. Untuk itu disampaikan pula beberapa gagasan yang bisa dilakukan dalam pengembangan program, seperti memastikan hak-hak masyarakat atas sumberdaya alam sebagaimana yang telah diamanatkan dalam peraturan dengan mengacu pada Permenhut no.30 tahun 2009 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pengurangan Emisi Dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (REDD), kita ketahui bahwa selain pada berbagai bentuk hutan negara, REDD dapat dilakukan pada Hutan Adat dan Hutan Desa sehingga hal ini dapat menjadi peluang. Selain itu juga penguatan terhadap kelembagaan kampung dengan meningkatkan pemahaman aparat kampong terhadap peran dan fungsinya dalam bingkai kebijakan otonomi desa/ kampong serta revitalisasi peran pimpinan dan lembaga adat dalam menguatkan kembali kekuatan adat dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Termasuk juga pengembangan peraturan-peraturan kampung (perkam) dalam kerangka pengelolaan sumberdaya alam untuk menjamin keberlanjutan sumberdaya alam yang bersangkutan. Kewenangan untuk membuat peraturan kampung juga memberikan ruang partisipasi warga masyarakat untuk turut mengelola sumberdaya alam di wilayahnya. Hal yang lain adalah perencanaan internal kampong melalui mekanisme musrenbang dengan penggunaan dengan metoda Kajitindak Partisipatif (Participatory Action Research) sehingga dalam hal pengelolaan sumberdaya alam proses Musrenbang-kam itu bisa menjadi proses yang benar-benar sistematis dan bermakna; dimulai dari proses pengkajian dan penyadaran masalah, peng-kajian prioritas, pengembangan alternatif, dan seterusnya. Melalui kajian yang mendalam terhadap isu keterlibatan masyarakat ini diharapkan dapat menjawab tantangan yang dihadapi dalam implementasi program karena masyarakat merupakan salah satu komponen utama dalam program ini. Masukan dari semua pihak masih sangat diharapkan dalam mempertajam hasil kajian yang dilakukan. (disarikan dari resume kajian keterlibatan masyarakat oleh World Education Iwied).

5 Volume 3 Halaman 5 Mengukur potensi deforestasi pada kawasan hutan produksi di Kabupaten Berau Salah satu aspek penting dalam REDD adalah mengukur tingkat deforestasi yang dapat terjadi akibat kegiatan manusia terutama pada kawasan-kawasan hutan produksi. Bekerjasama dengan Winrock sebuah lembaga penelitian yang cukup berpengalaman dalam penerapan metode-metode pengukuran tingkat deforestasi ini, TNC dan POKJA REDD Berau melakukan kegiatan pengukuran tingkat deforestasi yang dapat menyebabkan terjadinya pengurangan emisi karbon di beberapa areal HPH di Kabupaten Berau. Perusahaan HPH yang menjadi lokasi pengambilan data adalah PT Inhutani I Labanan, PT Sumalindo Lestari Jaya IV dan PT Amindo Wana Persada. Adapun waktu pelaksanaan adalah pada tanggal Oktober biomassa ini diambil dari lokasi lokasi yang merupakan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperkirakan kawasan hutan alam yang masih perawan namun masih pengurangan karbon per unit area lahan, karbon per unit di dalam RKT Metode ini menggunakan plot untuk proberupa lingkaran yang terbagi dalam 3 sub duksi plot dengan jari-jari 5, 12, dan 20 meter. Unkayu, dan tuk plot 5 meter data yang diambil berupa karbon jenis pohon dengan diameter 10 cm ke atas, per unit di dalam plot 12 meter data yang diambil jenis area untuk pohon yang memiliki diameter 30 cm ke atas keterbusedangkan untuk plot 20 m data yang diambil kaan kaadalah pohon dengan diameter 50 cm ke atas. wasan Selanjutnya kegiatan untuk memetakan jalur yang diakisarad dengan cara membuat peta manual dan batkan setiap persimpangan dan ujung jalan sarad dari akan diambil titik koordinat, selain itu jumlah kegiatan tunggul yang berada di sekitar jalan sarad juga penebandihitung. gan di kawasan hutan alami yang terdapat di Kabupaten Berau. Data-data yang dikumpulkan akan dianalisis kembali sehingga bisa Adapun metode yang digunakan adalah Logging Plot, diketahui secara Tree Crown, Bio-massa, dan pemetaan jalan sarad. Tar- pasti tingkat penget yang harus dicapai untuk logging plot adalah sekitar gurangan karbon 100 titik, pada metode ini data-data yang dikumpulkan pada kawasan adalah data diameter kayu/log (bawah dan atas), pola hutan produksi di kerusakan akibat rebahan pohon yang ditebang, jarak kabupaten Berau. antar tunggul dan bagian atas bebas cabang, jenis-jenis vegetasi yang mengalami kerusakan di sekitar lokasi. Na- Semoga kerja mun tidak semua tunggul yang berada di sekitar jalan keras kita untuk sarad bisa diambil datanya karena ada beberapa perdalam melaksyaratan seperti top-nya (tajuknya) masih ada dan belum sanakan kegiatan dipindahkan. Sedangkan untuk target Tree Crown yang REDD ini dapat harus dicapai adalah sebanyak 7 titik, serta data yang memberikan kedikumpulkan terdiri dari tinggi dan diameter pohon serta baikan bagi Kabupola tajuknya. Dan untuk menghitung Biomassa target paten Berau. yang harus dicapai adalah 21 titik, dalam perhitungan (@djie)

6 JWG II (Sambungan halaman 1) Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak : Iwied Wahyulianto Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau Telp/Fax iwe13009@gmail.com ; iwied@cbn.net.id Hamzah As-Saied Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb hazbrou@gmail.com Fakhrizal Nashr Berau Program Leader The Nature Conservancy JL. Cempaka No. 7 - RT 07/ RW 07 Berau Tel Hp.: fnashr@tnc.org Alfan Subekti REDD Field Manager The Nature Conservancy Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112, Telp.: Fax.: asubekti@tnc.org Dari hasil pemaparan hasil kajian tersebut diajukan beberapa pertanyaan kunci yang kemudian dibahas dalam diskusi kelompok. Peserta kemudian dibagi menjadi empat kelompok besar yang bertugas untuk membahas beberapa pertanyaan kunci tersebut. Kelompokkelompok tersebut akan membahas pertanyaan terkait dengan perencanaan tata ruang; perundangan dan kelembagaan; strategi pengurangan emisi berbasis site; dan isu-isu komunitas. Dalam diskusi kelompok dihasilkan berbagai macam ide dan gagasan yang dapat dikembangkan dalam program ke depan. Hasil diskusi kelompok disampaikan pada peserta lain dihari kedua. Sebagai tindak lanjut, direncanakan adanya pertemuan dengan pemerintah Kabupaten Berau pada minggu kedua bulan November 2009 untuk menyampaikan kemajuan proses sampai saat ini. Juga pembahasan draft SK Menhut yang mengarahkan pelaksanaan BFCP oleh pemerintah Kabupaten, Provinsi, dan Pusat, bersama LSM dan pihak pemangku kepentingan lainnya; penyusunan rencana bisnis program; pembangunan kerangka kerja bersama; pengumpulan dana dan persiapan menghadapi COP 15 di Copenhagen dimana BFCP akan dijadikan side event oleh delegasi Indonesia dan juga disampaikan dalam Forest Day yang dilaksanakan bersama dengan CIFOR. (Iwied) Agenda bulan November Desember Pelatihan Tingkat Lanjut GIS dan Penginderaan Jauh 2. Pembahasan tindak lanjut Joint Working Group Meeting 3. Pertemuan COP 15 di Copenhagen Pokja REDD Updates merupakan lembar informasi internal bagi seluruh anggota Pokja REDD Kabupaten Berau yang diterbitkan oleh Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau setiap akhir bulan untuk memberikan berbagai perkembangan program REDD di Kabupaten Berau Sekretariat menerima tulisan dari semua pihak yang ingin terlibat aktif dalam program REDD di Kabupaten Berau. Foto-foto: Adji R, Ebe, Iwied, Aji Wihardandi (halaman 1); Aji Wihardandi (halaman 2); Adji Rahmad (halaman 3 dan 4); Aliansyah dan Adji R (halaman 5); Ebe (halaman 6)

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Juli Agustus 2009 Volume 3 Edisi kali ini: Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Program Karbon Hutan Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN 1 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL LALAN KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat

Lebih terperinci

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau

Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau Kabar dari Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 6, September 2001 Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Salam sejahtera, jumpa lagi dengan Tim Pendamping Pengelolaan Hutan Bersama.

Lebih terperinci

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan

Pusat Penelitian Perubahan Iklim dan Kebijakan ANALISIS SOSIAL BUDAYA REDD+ 2011 Penyusunan Kriteria Indikator Pemilihan Lokasi dan Strategi Keberhasilan Implementasi REDD dari Perspektif Struktur Sosial Budaya Tim Peneliti PUSPIJAK Pusat Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di dunia,

Lebih terperinci

REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU

REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU Nov - Des 2010 Volume 11 REFLEKSI DAN DISKUSI TERFOKUS RANCANGAN STRATEGI PROGRAM KARBON HUTAN DI BERAU S peedboad Pak Rehan yang Kami pakai untuk menuju Pulau Derawan, perlahan menepi begitu sampai di

Lebih terperinci

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN Asef K. Hardjana dan Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Dalam rangka persiapan pelaksanaan

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Terdegradasinya keadaan hutan menyebabkan usaha kehutanan secara ekonomis kurang menguntungkan dibandingkan usaha komoditi agribisnis lainnya, sehingga memicu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu

BAB 1. PENDAHULUAN. Kalimantan Tengah pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 292 MtCO2e 1 yaitu 1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam skenario BAU (Business As Usual) perdagangan karbon di indonesia, Kalimantan Tengah akan menjadi kontributor signifikan emisi gas rumah kaca di Indonesia

Lebih terperinci

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+ MENTERI KEHUTANAN LETTER OF INTENT (LOI) ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH NORWEGIA TENTANG KERJASAMA PENGURANGAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI KEHUTANAN JAKARTA,

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Lampiran. FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015 Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah

Lebih terperinci

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+

Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ Pelatihan untuk Pelatih Kelompok Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) ditingkat Akar Rumput Mengenai Perubahan Iklim dan REDD+ 2014 Biduk- Biduk, 13-14 November 2014 1. Daftar Isi... 2 2. Latar

Lebih terperinci

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN

Lebih terperinci

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan + Muhammad Zahrul Muttaqin Badan Litbang Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada Lokakarya Community of Practice : Penguatan Kerangka Kerja Kelembagaan Provinsi Mengenai Perubahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang

Lebih terperinci

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP) I. PENDAHULUAN - IAFCP didasarkan pada Kesepakatan Kerjasama ditandatangani oleh Presiden RI dan Perdana Menteri Australia 13 Juni 2008, jangka waktu

Lebih terperinci

BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU

BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU Sept - Okt 2010 Volume 10 BERBAGI INFORMASI UMUM TENTANG HUTAN, PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM DENGAN SISWA SEKOLAH MENENGAH DI BERAU P rogram REDD yang dikembangkan di Berau sebagai salah satu bagian

Lebih terperinci

Pertemuan Koordinasi GCF

Pertemuan Koordinasi GCF Didanai oleh Uni Eropa Pertemuan Koordinasi GCF Bali, 23-25 Juni 2014 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan pelopor global dalam hal komitmen negara berkembang untuk melakukan aksi mitigasi secara nasional

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN KEHUTANAN JAKARTA, JANUARI 2007 Latar belakang Negosiasi Bilateral G-G, Oktober 2007 telah menyetujui program

Lebih terperinci

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon Platform Bersama Masyarakat Sipil Untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dan Iklim Global Kami adalah Koalisi Masyarakat Sipil untuk Penyelamatan Hutan

Lebih terperinci

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM

PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM PENDANAAN REDD+ Ir. Achmad Gunawan, MAS DIREKTORAT MOBILISASI SUMBERDAYA SEKTORAL DAN REGIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM OUTLINE ISU PENDANAAN REDD+ PROGRESS PENDANAAN REDD+ di INDONESIA

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan ISSN : 2085-787X Volume 5 No. 2 Tahun 2011 Transfer Fiskal antara Pemerintah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Jul - Agust 2010 Volume 9 BERAU BENTUK DEWAN PENGARAH PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) B upati Berau, H. Makmur HAPK, Selasa (10/08/2010) memimpin rapat pembentukan Dewan Pengarah Program Karbon Hutan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi prioritas dunia saat ini. Berbagai skema dirancang dan dilakukan

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktik-Praktik REDD+ yang Menginspirasi MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI PENGUKURAN KARBON PARTISIPATIF DI INDONESIA Apa» Pengukuran karbon

Lebih terperinci

West Kalimantan Community Carbon Pools

West Kalimantan Community Carbon Pools Progress Kegiatan DA REDD+ Mendukung Target Penurunan Emisi GRK Kehutanan West Kalimantan Community Carbon Pools Fauna & Flora International Indonesia Programme Tujuan: Pengembangan proyek REDD+ pada areal

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.

Lebih terperinci

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara

BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara BAB VI LAMPIRAN A. Tabulasi Focus Group Discussion di Desa Batu Tangkui Kecamatan Kahayan Hulu Utara Pemilik Lahan Bukan Pemilik Lahan Perangkat Desa Pemahaman mengenai Program Belum mengetahui mengenai

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

REVITALISASI BP HLSL DALAM PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN

REVITALISASI BP HLSL DALAM PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN Mar - Apr 2010 Volume 7 REVITALISASI BP HLSL DALAM PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG SUNGAI LESAN P emerintah Kabupaten Berau saat ini menyadari betul keberadaan potensi sumberdaya hutan beserta ancaman potensialnya,

Lebih terperinci

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON KKI WARSI LATAR BELAKANG 1. Hutan Indonesia seluas + 132,9

Lebih terperinci

Transparansi merupakan komponen kunci

Transparansi merupakan komponen kunci Berkaca Dari Pengalaman SAMPAN Kalimantan Provinsi Kalimantan Barat MENDORONG PARTISIPASI UNTUK MEMPERKUAT TRANSPARANSI Oleh Dede Purwansyah (SAMPAN Kalimantan) Transparansi merupakan komponen kunci untuk

Lebih terperinci

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif

Pontianak, 1-2 Oktober Agenda Tentatif Lokakarya Mendukung Mitigasi Perubahan Iklim: Kerjasama Kementerian Kehutanan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, dan Japan International Cooperation Agency Pontianak, 1-2 Oktober 2013 Agenda Tentatif

Lebih terperinci

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah Negara Indonesia yang terdiri dari 17.058 pulau itu memiliki keanekaragaman tumbuhan, hewan jasad renik yang lebih besar daripada negara-negara tetangganya.

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Barat West Papua Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Papua Barat - Abraham Octavianus Atururi West Papua Governor Preface - Abraham Octavianus

Lebih terperinci

PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM

PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM PELUANG PENGELOLAAN HUTAN OLEH MUKIM DAN PENYIAPAN MASYARAKAT ADAT UNTUK MENGANTISIPASI PERUBAHAN IKLIM Oleh: Syaifuddin FFI Aceh Program Governor s Climate Forest Task Force Meeting 2010 Banda Aceh, 18-22

Lebih terperinci

Profil Wilayah Heart Of Borneo

Profil Wilayah Heart Of Borneo Profil Wilayah Heart Of Borneo Dewasa ini kesadaran pentingnya aspek lingkungan dirasakan semakin meningkat, bahkan menjadi topik yang sering dibicarakan seiring dengan terjadinya berbagai gejala perubahan

Lebih terperinci

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Oleh: Rini Pahlawanti rpahlawanti@watala.org Fokus Diskusi Group Membedah implementasi skema Pemberdayaan Masyarakat dalam PP. 3/2008 Bandar Lampung,

Lebih terperinci

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan Iman Santosa T. (isantosa@dephut.go.id) Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan

Lebih terperinci

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF Peran Penting Masyarakat dalam Tata Kelola Hutan dan REDD+ 3 Contoh lain di Bantaeng, dimana untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian, pemerintah kabupaten memberikan modal dan aset kepada desa

Lebih terperinci

RPPI 14 Keekonomian/Daya Saing Industri dan Kebijakan Tata Kelola LHK

RPPI 14 Keekonomian/Daya Saing Industri dan Kebijakan Tata Kelola LHK RPPI 14 Keekonomian/Daya Saing Industri dan Kebijakan Tata Kelola LHK Koordinator Satria Astana Wakil Elvida Y S Pembina Prof. Ir. Dulsalam, MM Outline Presentasi Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan

Lebih terperinci

Mengarusutamakan Masyarakat Adat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim

Mengarusutamakan Masyarakat Adat dalam Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Doc: AMAN Posisi Konstitusional Masyarakat Adat di Indonesia Komunitas-komunitas adat telah hidup dan berkembang selama ribuan tahun di Kepulauan Nusantara, kawasan yang sekarang menjadi Republik Indonesia.

Lebih terperinci

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014 FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014 Latar Belakang TFCA Kalimantan adalah kemitraan antara Pemerintah Amerika Serikat (USG), Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESIAPAN TIGA KABUPATEN DI KALIMANTAN DALAM UPAYA MENDUKUNG IMPLEMENTASI REDD+ Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN

ANALISIS KESIAPAN TIGA KABUPATEN DI KALIMANTAN DALAM UPAYA MENDUKUNG IMPLEMENTASI REDD+ Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN ANALISIS KESIAPAN TIGA KABUPATEN DI KALIMANTAN DALAM UPAYA MENDUKUNG IMPLEMENTASI REDD+ Suryanto Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Penelitian pendahuluan ini bertujuan untuk menyediakan data

Lebih terperinci

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Strategi Nasional, Pengembangan Kelembagaan, dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011 Perhatian khusus terhadap hutan bukan hal baru 2007 2008 2009 Jan 2010 Mei 2010

Lebih terperinci

Oleh/ By : Indartik, Nunung Parlinah, Deden Djaenudin dan Kirsfianti L. Ginoga

Oleh/ By : Indartik, Nunung Parlinah, Deden Djaenudin dan Kirsfianti L. Ginoga PERSEPSI PARA PIHAK TENTANG MEKANISME DISTRIBUSI INSENTIF REDD+ MELALUI DANA PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH ( Stakeholders Perception on Incentive Distribution Mechanism of REDD+ Through Fund Balancing Between

Lebih terperinci

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011

Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Terjemahan Tanggapan Surat dari AusAID, diterima pada tanggal 24 April 2011 Pak Muliadi S.E yang terhormat, Terima kasih atas surat Anda tertanggal 24 Februari 2011 mengenai Kalimantan Forests and Climate

Lebih terperinci

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut www.greenomics.org KERTAS KEBIJAKAN Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut 21 Desember 2009 DAFTAR ISI Pengantar... 1 Kasus 1:

Lebih terperinci

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief

C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h. Governance Brief C e n t e r f o r I n t e r n a t i o n a l F o r e s t r y R e s e a r c h Program Forests dan Governance Nomor 15b Peluang dan Tantangan untuk Mengembangkan Hutan Kemasyarakatan Pengalaman dari Malinau

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks global emisi gas rumah kaca (GRK) cenderung meningkat setiap tahunnya. Sumber emisi GRK dunia berasal dari emisi energi (65%) dan non energi (35%). Emisi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta meningkatkan suhu global. Kegiatan yang menyumbang emisi gas rumah kaca dapat berasal dari pembakaran

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT. PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT. BELAYAN RIVER TIMBER) Bogor, Mei 2018 LEGALITAS/PERIZINAN PT.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI Izin Usaha Pemanfaatan Penyerapan Karbon dan/atau Penyimpanan Karbon (PAN-RAP Karbon) Nomor: SK. 494/Menhut-II/2013 Hutan Rawa Gambut Tropis Merang-Kepayang Sumatera Selatan, Indonesia Oleh: PT. GLOBAL

Lebih terperinci

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia ISSN : 2085-787X Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL, EKONOMI, KEBIJAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM Jl. Gunung Batu No.

Lebih terperinci

Meeting Tim POKJA TNC dengan Wakil Bupati Berau

Meeting Tim POKJA TNC dengan Wakil Bupati Berau Volume 5 November Desember 2009 Meeting Tim POKJA TNC dengan Wakil Bupati Berau Edisi kali ini: Meeting Tim POKJA TNC dengan Wakil Bupati Berau 1 Workshop New Ap2 proaches for Measuring and Monitoring

Lebih terperinci

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH

OLEH: LALU ISKANDAR,SP DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH MANAJEMEN PENGELOLAAN HUTAN DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH OLEH: LALU ISKANDAR,SP KEPALA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN LOMBOK TENGAH DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA REDD+ KOICA-FORDA-CIFOR SENGGIGI,

Lebih terperinci

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU

KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU Sekretariat Pokja REDD Berau. Jl. Anggur No.265 Tanjung Redeb, Berau. Telp. 21232 www.karbonhutanberau.org KUNJUNGAN DUTA BESAR AMERIKA SERIKAT KE BERAU J ika beberapa waktu lalu hanya stafnya saja yang

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN. Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Kerangka Acuan Kerja PEGAWAI TIDAK TETAP (51) BIDANG KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2015 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PTT (51) Bidang Kehutanan I. Pendahuluan Asisten

Lebih terperinci

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI Oleh Ir. H. BUDIDAYA, M.For.Sc. (Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi) Disampaikan pada Focus Group

Lebih terperinci

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan. Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor; Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924; Email:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasca runtuhnya Uni Soviet sebagai salah satu negara adi kuasa, telah membawa agenda baru dalam tatanan studi hubungan internasional (Multazam, 2010). Agenda yang awalnya

Lebih terperinci

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002

Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002 Kunjungan ke Desa-Desa di Hulu Sungai Malinau November Desember 2002 Kabar dari Bapak-bapak dan ibu-ibu yang baik, Tim Pengelolaan Hutan Bersama Hulu Sungai Malinau No. 12, Maret 2003 Seperti biasa sekali

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Pukul : 08.30 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat (TGHK) 1 seluas 140,4 juta hektar terdiri atas kawasan hutan tetap seluas 113,8 juta hektar

Lebih terperinci

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim Profil Provinsi Kalimantan Timur HARI JADI: 9 Januari IBUKOTA: Samarinda DASAR

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI KONTRIBUSI NON-PARTY STAKEHOLDERS (NPS) DI KALIMANTAN TIMUR DALAM PEMENUHAN NDC FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI Niken Sakuntaladewi (niken_sakuntaladewi@yahoo.co.uk) Pusat Litbang Sosial,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU

PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU PERKEMBANGAN LOI RI-NORWAY DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU PEKANBARU, JULI 2010 Kawasan Hutan Provinsi Riau berdasarkan TGHK SK Menhut No. 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 No PERUNTUKAN LUAS (Ha) ( % ) 1. Hutan

Lebih terperinci

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan

Lebih terperinci

Kalimantan Timur Dipersentasikan Oleh: Dr. Fadjar Pambudhi

Kalimantan Timur Dipersentasikan Oleh: Dr. Fadjar Pambudhi Safeguard Sosial dan Lingkungan REDD+ Kalimantan Timur Dipersentasikan Oleh: Dr. Fadjar Pambudhi Presentation Title Kerjasama: Pokja Redd+ Kaltim dan Lembaga Ekolabel Indonesia Program REDD+ Pemanasan

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Apa» Perencanaan dan pemetaan partisipatif penggunaan lahan membangun kesiapan REDD+ dan memperkuat kepemilikan lahan diantara masyarakat

Lebih terperinci

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang

Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang Pelatihan Penyusunan Peraturan Desa di Bidang Tata Ruang Kabar dari TIM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA HULU SUNGAI MALINAU No. 20, Oktober 2004 Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang baik, Sudah hampir setahun kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai desain media komunikasi untuk pendidikan konservasi berdasarkan preferensi masyarakat dan efeknya terhadap perubahan pengetahuan,

Lebih terperinci

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon Untuk informasi lebih lanjut, silakan menghubungi: Nita Murjani n.murjani@cgiar.org Regional Communications for Asia Telp: +62 251 8622 070 ext 500, HP. 0815 5325 1001 Untuk segera dipublikasikan Ilmuwan

Lebih terperinci

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Papua Papua Province Indonesia Governors limate & Forests Task Force Provinsi Papua Papua Province Indonesia Kata pengantar Gubernur Papua Lukas Enembe Papua Governor Preface Lukas Enembe Salam sejahtera buat kita semua Puji Tuhan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap sumberdaya alam memiliki fungsi penting terhadap lingkungan. Sumberdaya alam berupa vegetasi pada suatu ekosistem hutan mangrove dapat berfungsi dalam menstabilkan

Lebih terperinci

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua

Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua Oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Konservasi Provinsi Papua MATERI DISAMPAIKAN PADA LOKAKARYA MP3I DAN PEMBANGUNAN RENDAH EMISI Merauke,6 Mei 2013 I. Pengurusan Hutan di Papua II. Perkembangan Kawasan Hutan

Lebih terperinci

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+

Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Rekomendasi Kebijakan Penggunaan Toolkit untuk Optimalisasi Berbagai Manfaat REDD+ Dr. Henry Barus Konsultan UN-REDD untuk Optimalisasi Multiple Benefit REDD+ Disusun Berdasarkan Pengalaman dan Evaluasi

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan Prof. Dr. Singgih Riphat Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan PENYUMBANG EMISI CO 2 TERBESAR DI DUNIA Indonesia menempati urutan ke 16 dari 25 negara penyumbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa sehubungan dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 November 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PENUGASAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN TAHUN

Lebih terperinci

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002

Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, April 2002 Lokakarya Bangun Agenda Bersama III di Tanjung Nanga, 23-25 April 2002 Kabar dari TIM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA HULU SUNGAI MALINAU No. 9, Agustus 2002 Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu yang baik, Lokakarya yang

Lebih terperinci