6 IMPLEMENTASI. Gambar 32 Tampilan halaman utama SPK Intelijen PPIC Adaptif Industri Pangan (IPRADIPA).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6 IMPLEMENTASI. Gambar 32 Tampilan halaman utama SPK Intelijen PPIC Adaptif Industri Pangan (IPRADIPA)."

Transkripsi

1 6 IMPLEMENTASI 6.1 Implementasi SPK PPIC Adaptif Pada bab implementasi ini akan dilakukan pembahasan implementasi hasil rancang bangun SPK PPIC Adaptif (SPK IPRADIPA) dengan menggunakan data sistem produksi pada industri penghasil roti, PT NIC, Tbk. Data yang digunakan adalah data sampel untuk memudahkan penjelasan hasil rancang bangun SPK IPRADIPA. Gambar berikut adalah gambar Halaman Utama SPK IPRADIPA. Pada halaman utama terdapat text box untuk Log in ke menu yang tersedia pada SPK IPRADIPA. Proses Log in dilakukan oleh pengguna SPK IPRADIPA, yaitu Manajer Supply Chain Management atau Manajer Pabrik yang membawahi supervisor PPIC, supervisor Produksi, supervisor Penjualan dan Pemasaran, supervisor Gudang, supervisor Purchasing dan supervisor Distribusi. Gambar 32 Tampilan halaman utama SPK Intelijen PPIC Adaptif Industri Pangan (IPRADIPA).

2 104 Setelah diketik password yang tepat pada text box yang tersedia, tampilan Menu Utama SPK IPRADIPA akan terbuka. Berikut adalah tampilannya. Pada tampilan Menu Utama, tersedia Menu Bar PPIC meliputi : 1. Menu Demand Management untuk menjalankan model Prakiraan Permintaan Artificial Neural Network 2. Menu MPS untuk menjalankan model Penjadwalan Induk Produksi Fuzzy Multi Objective Linier Programming 3. Menu MRP untuk menjalankan model Perencanaan Persediaan Bahan Baku MRP-EOQ dan model Pengendalian Persediaan Bahan Baku Safety Stock Reorder Point 4. Menu Gangguan untuk menjalankan model Pengendalian Gangguan 5. Menu Genetic Algorithm untuk menjalankan model Penentuan Urutan Job Produksi Flowshop Genetic Algorithm Gambar 33 Tampilan menu bar SPK IPRADIPA.

3 Implementasi Model Prakiraan Permintaan Menu Demand Management meliputi sub menu sebagai berikut : 1. Input untuk meng-input data riwayat penjualan berbagai varian produk roti, pemilihan produk roti yang akan ditentukan prakiraan permintaannya serta pengisian parameter JST. 2. Neural Network untuk menjalankan proses pelatihan, pengujian dan perhitungan prakiraan permintaan. 3. Output untuk menampilkan hasil pengujian dan output data prakiraan permintaan. Gambar 34 Tampilan sub menu Demand Management. Setelah dipilih sub menu input data sistem akan menampilkan hasil sebagai berikut: Gambar 35 Tampilan menu input Demand Management.

4 106 Keterangan Gambar 35 : Tombol Open File digunakan untuk menginputkan data dalam bentuk file excel yang akan diramalkan. Dimana setelah tombol di RUN maka file excel akan terbuka. Tipe Data, pilih tipe data yang ingin diramalkan agar ketika proses penginputan akan memilih data yang sesuai. Tombol INPUT, tombol yang digunakan untuk menyimpan data yang telah dimasukan. Hasil tampilan input data untuk perhitungan JST dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 36 Tampilan input parameter JST. Berikutnya dilakukan proses perhitungan prakiraan permintaan berdasarkan metode Artificial Neural Network / Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dengan input parameter JST, kemudian dilakukan proses running. Penjelasannya adalah sebagai berikut.

5 107 1) Input, merupakaninformasi file data yang akandiramalkan. 2) Transfer Function, memilihfungsi transfer dalam Neural Network 3) Training Function, memilihfungsi training dalam Neural Network Kemudian dilakukan edit nilai-nilai pada text box Hidden Layer, Lr, Epochs, dan Goal jika memang diperlukan, karena nilai-nilai yang ada sudah memiliki default yang hasilnya telah sukses menyelesaikan training.tombol RUN dipilih untuk memulai proses training jika input variable yang diperlukan telah selesai diisi. Tombol Statusmenyatakan bahwa telah selesai dilakukan prosestraining dengan data hasil training yang tersimpan. Setelah selesai training maka akan muncul grafik : Target Training, Hasil Simulasi Training, Error Training, Target Testing, Hasil Simulasi Testing, Error Testing. Berikut ini adalah tampilan proses dan output yang dihasilkan sistem untuk model Demand Management berdasarkan JST (Artificial Neural Network/ANN). Gambar 37 Tampilan menu output JST produk roti.

6 108 Keberhasilan Neural Network Simulasi Gambar 38 Tampilan menu proses JST. Output ANN dapat dilihat tampilannya berikut ini. Gambar 39 Tampilan grafik MSE proses training JST setelah performansi terbaik diperoleh.

7 109 Output ANN ini menampilkan data dari hasil prakiraan permintaan yang dilakukan oleh ANN dengan keluaran yang akan menjadi masukan untuk perhitungan MPS berupa data prakiraan permintaan untuk 7 hari dan keluaran yang akan menjadi masukan perhitungan MRP untuk 35 hari. Gambar 40 Tampilan menu output model JST Implementasi Model Penjadwalan Induk Produksi Sistem memisahkan menu untuk model MPS dan model MRP. Tiap-tiap menu model juga akan memiliki sub menu input data dan proses optimasi ataupun perhitungannya.menu MPS akan menjalankan aplikasi untuk menentukan jadwal induk produksi varian produk roti selama periode perencanaan. Untuk mendapatkan jadwal induk produksi di PT NIC, Tbk.dilakukan perhitungan jadwal induk produksi (Master Production Scheduling/MPS) periode ke-1 (hari ke-1) untuk 6 item produk roti. Untuk kebutuhan perhitungan, dibutuhkan data biaya produksi untuk tiap item produk roti, data utilisasi untuk tiap item produk roti, data demand untuk ke enam item produk, data komposisi

8 110 bahan baku (recipe) untuk keenam item produk roti, data kebutuhan waktu produksi untuk pembuatan item produk roti, serta data persediaan bahan baku. Berikut ini adalah tampilan menu model Penjadwalan Induk Produksi hasil implementasi SPK PPIC Adaptif. Implementasi model dimulai dengan input datadata yang dibutuhkan meliputi data permintaan, data bahan baku yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan, data waktu produksi serta data koefisien fuzzy yang akan digunakan dalam model Fuzzy Multi Objective Linier Programming. Gambar 41 Tampilan menu MPS_Sub Menu Demand Total. Gambar 42 Tampilan menu MPS_Sub Menu Bahan Baku.

9 111 Gambar 43 Tampilan menu MPS_Sub Menu Waktu Produksi. Gambar 44 Tampilan menu MPS_Sub Menu Koefisien Fuzzy.

10 112 Gambar 45 Tampilan menu MPS_Sub Menu Linear Programming. Model Fuzzy Multi Objective Linier Programming yang memanfaatkan kurva-s termodifikasi dalam penentuan angka fuzzy merupakan model keputusan PPIC yang cukup handal untuk meningkatkan fungsi PPIC pada industri pangan. Model ini merupakan model optimasi yang sudah mengakomodir kebutuhan industri pangan dengan memungkinkan perhitungan angka fuzzy serta fungsi tujuan yang sesuai. Berikut ini adalah tampilan menu yanag menunjukkan output hasil optimasi.

11 113 Gambar 46 Tampilan menu optimasi MPS_Output Hari -1 MPS. Data output model Penjadwalan Induk Produksi adalah berupa jumlah produksi untuk tiap produk roti (RTS, RTG, ICK, IKJ, TOC dan RKJ). Output model ini akan dimanfaatkan untuk model Pengendalian Persediaan Bahan Baku. Hasil perhitungan optimasi MPS Hari- 1 berupa jumlah masing-masing varian produk yang akan diproduksi pada hari ke 1 akan mengurangi jumlah persediaan bahan baku pada awal hari ke-2. Pendekatan continuous review systemdigunakan untuk mengantisipasi kemungkinan berkurangnya jumlah stok dikarenakan karakteristik bahan baku agroindustri yang bervariasi dalam kualitas maupun kuantitas. Rancang bangun SPK menyediakan fasilitas untuk memasukkan input stok opname bahan baku hasil pengamatan kontinyu yang dilakukan Implementasi Model Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Setelah diketahui data kebutuhan bahan baku tiap varian, tahap perhitungan berikutnya adalah menentukan ukuran pemesanan ekonomis untuk tiap varian bahan baku (Economic Order Quantity/EOQ). Berikut ini adalah input data untuk perhitungan EOQ bahan baku di PT NIC.

12 114 Berdasarkan input data berupa data prakiraan permintaan jangka menengah, kemudian dilakukan perhitungan konversi data untuk mengetahui kebutuhan bahan baku untuk masing-masing bahan baku, meliputi : tepung terigu, gula pasir, filler keju, filler coklat, cheedar cheese, milk full cream, shortening dan telur ayam. Proses perhitungan kebutuhan baku dilakukan dengan mempertimbangkan komposisi/recipe untuk masing-masing produk roti. Gambar 47 Tampilan menu MRP_Sub Menu Peramalan Permintaan.

13 115 Gambar 48 Tampilan menu MRP_Sub Menu Kebutuhan Bahan. Gambar 49 Tampilan menu MRP_Sub Menu Deskripsi Bahan. Berikutnya, berdasarkan hasil konversi kebutuhan bahan baku selama periode perencanaan, dilakukan perhitungan ukuran pemesanan ekonomis berdasarkan metode EOQ

14 116 Gambar 50 Tampilan menu MRP_Sub Menu Perhitungan EOQ. Sesuai dengan hasil perhitungan EOQ yang merupakan fase Lotting dalam perhitungan MRP, data EOQ akan disesuaikan dengan ukuran pemesanan dan minimum order berdasarkan kesepakatan dengan masing-masing pemasok bahan baku. Proses perhitungan berikutnya adalah perhitungan titik pemesanan kembali (Reorder Point / ROP) berdasarkan data persediaan pengaman (safety stock) atau % persediaan pengaman Bahan Baku yang merupakan output dari model Pengendalian Gangguan. Tampilan menu perhitungan ROP dapat dilihat pada gambar 51. Selanjutnya sesuai dengan perhitungan berdasarkan metode MRP, dilakukan fase netting untuk menghitung kebutuhan bersih, dilanjutkan dengan penentuan planned order receipt dengan memasukkan nilai ukuran pemesanan EOQ yang telah disesuaikan, diakhiri dengan penentuan planned order release yang telah mempertimbangkan waktu ancang pemesanan bahan baku ke pemasok. Input data persediaan pengaman akan menjadi dasar penentuan pemesanan bahan baku ke pemasok dalam perhitungan perencanaan kebutuhan bahan baku (MRP) dalam penentuan planned order release. Proses perhitungan MRP ini dilakukan untuk tiap-tiap bahan baku untuk membuat roti yang termasuk klasifikasi A meliputi bahan baku tepung terigu, gula pasir, filler keju, filler coklat, cheedar cheese, milk full cream, shortening dan telur ayam.

15 117 Gambar 51 Tampilan menu MRP_Sub Menu Resume EOQ. Gambar 52 Tampilan menu MRP_Sub Menu Perencanaan Inventory. Gambar 52 menunjukkan contoh tampilan menu perhitungan MRP yang meliputi fase perhitungan kebutuhan bersih (netting) untuk mendapatkan Net Requirement, fase perhitungan penentuan ukuran lot (lotting) untuk penentuan

16 118 rencana pesanan harus sudah diterima (Planned Order Receipt) serta fase penyesuaian waktu (time offsetting) yang telah mempertimbangkan waktu ancang untuk penentuan jadwal pemesanan bahan baku ke pemasok berdasarkan rencana pemesanan dilakukan (Planned Order Release). Gambar 53 Tampilan menu MRP_Ketersediaan Bahan Baku mempertimbangkan output MPShari-1. Hasil perhitungan persediaan pengaman dan ROP akan menjadi dasar dalam penentuan revisi pemesanan bahan baku pada model Pengendalian Persediaan Bahan Baku. Dengan mempertimbangkan stock opname hasil perhitungan secara kontinyu (pagi hari dan sore hari) seperti yang terlihat pada gambar 53, apabila nilai stock opname mencapai titik ROP, maka dilakukan pemesanan bahan baku ke pemasok. Proses pengendalian persediaan bahan baku ini dilakukan untuk tiap bahan baku dan akan menjadi dasar pelaksanaan revisi pemesanan bahan baku ke pemasok apabila terjadi perbedaan dengan hasil perhitungan MRP Implementasi Model Penentuan Urutan Job Produksi Berikut ini akan diuraikan tampilan sistem untuk menu aplikasi metode Genetic Algorithm dalam penjadwalan rencana produksi hasil model MPS. Output

17 119 penjadwalan adalah berupa urutan job dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan job-job tersebut. Gambar 54 Tampilan menu input Genetic Algorithm. Setelah dilakukan klik untuk input data, tampilan excel data input dapat dilihat sesuai dengan tampilan berikut. Input data untuk penentuan urutan job/lot produksi memanfaatkan data yang merupakan output hasil perhitungan model penjadwalan induk produksi. Gambar 55 Tampilan input data menu Genetic Algorithm.

18 120 Setelah dilakukan input data, berikutnya dilakukan input nilai sesuai keterangan text box yang tersedia untuk perhitungan menggunakan algoritma genetika. Mula-mula dilakukan pemilihan data Lini serta Metode Reproduksi yang akan dijalankan oleh sistem. Pada menu SPK tersedia lini roti tawar dan lini roti manis yang akan menjalankan proses produksi pembuatan roti. Dalam proses perhitungan algoritma genetika, dengan memanfaatkan aplikasi yang disediakan matlab versi pelajar, dapat dilakukan pemilihan metode seleksi berdasarkan metode roulette wheel dan tournament selection serta metode Partiallly Mapped Crossover (PMX) untuk melakukan proses pindah silang/tukar silang (cross over). Setelah dilakukan pemilihan metode reproduksi, selanjutnya dilakukan pemilihan tombol Genetic Algorithm untuk menjalankan proses Genetic Algorithm. Hasil dari perhitungan algoritma genetika adalah berupa urutan job sesuai dengan tampilan hasil SPK pada gambar 56 berikut ini. Gambar 56 Tampilan output proses Genetic Algorithm.

19 121 Untuk memudahkan pengguna, SPK juga menyediakan sistem dialog berupa fasilitas tombol-tombol untuk melihat output penentuan urutan job produksi pada Lini 1, Lini 2 disertai Gantt Chart masing-masing lini. Dengan memilih tombol Lini 1 dan Lini 2 dapat diketahui urutan job yang paling optimum berdasarkan proses GA untuk ke 2 lini, sedangkan tombol Gantt Chart digunakan untuk melihat tampilan grafik urutan job nya. Gambar 57 Tampilan output urutan job produksi hasil Genetic Algorithm.

20 122 Gambar 58 Tampilan menu output Gantt Chart urutan job produksi Implementasi Model Pengendalian Gangguan Implementasi model pengendalian gangguan dilakukan dengan memilih menu bar Gangguan pada SPK IPRADIPA. Gambar 59 Tampilan Tool Bar Gangguan. Pada menu Pengendalian Gangguan, terdapat tiga sub menu, yaitu : 1. Sub Menu Aksi Pengendalian Gangguan Operasional 2. Sub Menu Kebijakan Lanjutan Pengendalian Gangguan 3. Sub Menu Toleransi Persediaan ( Update % persediaan pengaman) Aksi Pengendalian Gangguan Operasional Sub menu ini dioperasionalkan pada saat terjadi gangguan operasional dan kemudian ingin diketahui tindakan koreksi yang disarankan oleh SPK untuk

21 123 mengendalikan gangguan yang terjadi. Berikut adalah tampilan awal sub menu Aksi Pengendalian Gangguan Operasional. Gambar 60 Tampilan menu input Aksi Pengendalian Gangguan. Mula-mula dilakukan input waktu terjadinyanya gangguan. Gambar 61 Tampilan input waktu terjadinyanya gangguan.

22 124 Berikutnya dilakukan input masalah denganmengetikan masalah yang terjadi dan memilihkeyword yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Jika memilih yang lainnya maka text box akan aktif sehingga memasukan keyword yang tidak ada di pilihan. Setelah keyword dimasukkan, klik tombol check apakah ada yang sesuai. Lanjutnya, dilakukan pemilihanskala sebagai data input untuk penentuan nilai gangguan pada proses rekapitulasi yang dilakukan di akhir periode (misal akhir minggu). List Box Masalah adalah history dari permasalahan yang pernah ada. Tindakan koreksi akan muncul setelah melakukan pemilihan masalah pada list box.

23 125 Kemudian dilakukan input data sumber gangguan. Jika sumber gangguan penyebab terjadinya gangguan lebih dari satu, kita dapat menekanctrl pada keyboard. Setelah melihat tindakan koreksi dan sumber-sumber yang ada kemudian akan memilih akan kah dilakukan Tombol Simpan untuk menyimpan semua input gangguan yang telah diisikan atau tidak. Kebijakan Lanjutan Pengendalian Gangguan Menu ini menampilkan output mengenai kebutuhan kebijakan lanjutan atas hasil penilaian rekapitulasi gangguan yang terjadi selama periode pengamatan perlu di lakukan tindakan kebijakan lanjut (follow up) atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan nilai gangguan yang merupakan hasil perkalian skala frekuensi gangguan, tingkat keparahan gangguan dan dampak gangguan, SPK akan memberikan rekomendasi perlu tidaknya dilakukan kelanjutan proses pengendalian gangguan atas gangguan yang terjadi. Gambar 62 Tampilan menu output rekap nilai gangguan dan kebijakan lanjutan.

24 126 Perhitungan Toleransi Persediaan Pada sub menu yang tersedia ini, dilakukan proses perhitungan toleransi persediaan (% persediaan pengaman) dengan output % persediaan pengaman Bahan Baku dan % persediaan pengaman Produk Jadi yang akan megadaptasi model PPIC. Berikut ini adalah tampilan menu yang disediakan SPK IPRADIPA untuk perhitungan % persediaan pengaman. Gambar 63 Tampilan menu input perhitungan Toleransi Persediaan. Setelah diinput, dilakukan penekanan tekan tombol Simpan untuk menyimpan semua skala yang telah dipilih hasil perhitungan perubahan toleransi persediaan (% persediaan pengaman).

25 127 Gambar 64 Tampilan output perhitungan % persediaan pengaman. 6.2 Analisis Hasil Implementasi SPK IPRADIPA Dalam implementasi model prakiraan permintaan produk roti berdasarkan metode JST, dipilih data item produk RTG dengan grafik plot data penjualan sebagai berikut.

26 128 Gambar 65 Plot data penjualan produk RTG. Berdasarkan gambar plot data penjualan produk roti tawar gandum (RTG) di atas terlihat bahwa data memiliki kecenderungan musiman, sangat berfluktuasi bahkan ada data dengan nilai 0. Bila kita menggunakan metode peramalan time series untuk pengujian data penjualan produk RTG, maka dapat diperkirakan bahwa hasil pengujian akan memberikan nilai kesalahan yang sangat besar. Metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) memiliki kemampuan yang sangat efektif dalam mengenali pola data masa lalu untuk kebutuhan prakiraan permintaan. Dalam proses pengujian berdasarkan metode deret waktu, dilakukan perhitungan nilai kesalahan (error) untuk semua alternatif metode terpilih. Metode dengan akurasi terbaik (MAE, MSE atau MAPE terkecil) akan terpilih menjadi metode yang akan digunakan untuk melakukan prakiraan permintaan. Data prakiraan permintaan ini akan menjadi input data untuk melakukan perhitungan penjadwalan induk produksi (perhitungan Master Production Scheduling / MPS). Untuk industri pangan seperti PT NIC, Tbk yang menghasilkan produk roti, proses prakiraan permintaan juga dilakukan untuk perencanaan produksi jangka menengah, yaitu untuk mendapatkan prakiraan permintaan selama periode 1 3 bulan, sebagai input perencanaan persediaan bahan baku. Berdasarkan hasil pengujian peramalan dengan memanfaatkan beberapa metode yang berbeda, terlihat perbedaan nilai akurasi (MAE, MSE ataupun

27 129 MAPE) yang cukup signifikan. Metode Dekomposisi merupakan metode peramalan permintaan yang dianggap baik karena menggunakan pendekatan yang sudah mengantisipasi pola trend, siklis dan musiman dari data penjualan, sehingga hasil proyeksinya diharapkan sudah sesuai dengan pola data penjualan yang umumnya memiliki karakteristik trend, siklis dan musiman. Namun hasil pengolahan data menunjukkan bahwa JST memberikan hasil pengujian peramalan yang memberikan akurasi sangat baik (nilai kesalahan minimum). JST memiliki kemampuan untuk mempelajari pola data penjualan berdasarkan data input yang diberikan dengan sangat baik, sehingga mampu memproyeksikan nilai peramalan yang mendekati pola yang aktual. JST juga memiliki sejumlah besar kelebihan dibandingkan dengan metode perhitungan lainnya. antara lain adalah kemampuan untuk memproses pengetahuan secara efisien karena melakukan sistem paralel sehingga waktu yang diperlukan untuk mengoperasikannya menjadi lebih singkat. Kemampuan metode JST untuk mengenali pola data dengan sangat efektif menyebabkan JST mampu melakukan perkiraan permintaan dengan akurat (nilai kesalahan yang sangat kecil). Hal inilah yang menjadi kelebihan metode ini dibandingkan metode prakiraan permintaan yang lainnya. Keterbatasan metode JST dalam perkiraan permintaan adalah tingkat kesulitan yang cukup tinggi untuk mendapatkan struktur jaringan dimana dalam aplikasinya membutuhkan waktu dan usaha yang besar dalam melakukan percobaan-percobaan dan running program berbasis software Mathlab dibandingkan metode heuristik lainnya. Model Fuzzy Multi Objective Linier Programming yang memanfaatkan kurva-s termodifikasi dalam penentuan angka fuzzy merupakan model keputusan PPIC yang cukup handal untuk meningkatkan fungsi PPIC pada industri pangan. Model ini merupakan model optimasi yang sudah mengakomodir kebutuhan industri pangan dengan memungkinkan perhitungan angka fuzzy serta fungsi tujuan yang sesuai. Untuk mengendalikan persediaan bahan baku, diusulkan penggunaan model Pengendalian Bahan Baku yang telah mempertimbangkan hasil pemeriksaan persediaan secara kontinu (Continuous Review System) dengan

28 130 output Stock Opname untuk item bahan baku kelas A dimana untuk PT NIC, kegiatan ini dilakukan setiap hari. Selain itu, model ini juga mempertimbangkan output jadwal induk produksi (MPS). Apabila terjadi gangguan internal sistem produksi, dapat diketahui apakah perlu dilakukan penyesuaian atas MRP yang telah dibuat. Sesuai dengan kebutuhan tahapan model Penentuan Urutan Job Produksi berdasarkan metode Genetic Algorithm, mula-mula akan dilakukan penentuan representasi dari permasalahan sesuai dengan kebutuhan model penjadwalan untuk kasus Flowshop berdasarkan metode Genetic Algorithm atau sering disingkat dengan GAFS. Dengan menggunakan data kasus di PT NIC,Tbk. terdapat 17 job yang akan diselesaikan pada 18 mesin/stasiun kerja di Lini 1 Roti Tawar. Tiap job akan dibuat representasi kromosom yang memiliki gen sesuai dengan nomor job, yaitu no job 1 sampai dengan 17. Kriteria yang digunakan sebagai fitness function adalah waktu penyelesaian job (makespan). Output hasil yang diinginkan adalah urutan job yang memberikan nilai makespan minimum. Proses penentuan urutan job produksi berdasarkan metode Algoritma Genetika ini dalam aktual perhitungan secara manual membutuhkan tahapan pengembangan populasi awal. Populasi awal akan mengalami proses pertukaran silang (cross over dan mutasi) yang akan dievaluasi berdasarkan nilai fitness function. Untuk mempertahankan kromosom dengan fitness function terbaik, dilakukan proses yang menggunakan pendekatan elitisme, dimana dilakukan pemilihan 2 kromosom dengan nilai makespan minimum untuk tiap populasi awal pada masing-masing populasi yang tidak akan mengalami proses seleksi kromosom dalam rangka operasional cross over maupun mutasi. Urutan pengerjaan job tersebut membutuhkan makespan yang lebih kecil dibandingkan urutan pengerjaan job sebelum dilakukan proses FSGA. Model Pengendalian Gangguan yang diintegrasikan dengan model PPIC pada SPK IPRADIPA ini menjadi kebaruan dalam penelitian disertasi ini. Dalam aplikasi model, untuk mendapatkan manfaat yang cukup besar dari sistem, pengguna sistem adalah manajer pabrik yang memahami permasalahan dan gangguan sistem produksi.

29 Analisis Rancangan SPK IPRADIPA Berdasarkan hasil pemodelan sistem, rancang bangun sistem pendukung keputusan (SPK) IPRADIPA dan implementasi sistem, diketahui bahwa hasil rancang bangun SPK IPRADIPA memiliki keunggulan dan keterbatasan sesuai dengan uraian berikut ini Keunggulan SPK IPRADIPA. 1. SPK PPIC Adaptif memiliki basis model yang cukup handal yang dapat meningkatkan performansi fungsi PPIC dalam hal sebagai berikut: a. Akurasi prakiraan permintaan menggunakan metode Jaringan Syaraf Tiruan/Artificial Neural Network (ditunjukkan dengan nilai Mean Square Error (MSE) yang jauh dibawah nilai MSE berdasarkan metode Dekomposisi atau metode Time Series. b. Perencanaan jumlah produksi yang optimum menggunakan metode Fuzzy Multi Objective Linier Programming dengan mempertimbangkan tujuan minimasi biaya produksi dan maksimasi utilisasi produksi serta fungsi pembatas sumberdaya produksi (bahan baku, jam kerja mesin, kebutuhan demand). Sub model PPIC ini dapat memasukkan input persediaan pengaman (% persediaan pengaman Produk Jadi) yang merupakan hasil perhitungan model Pengendalian Gangguan yang telah diintegrasikan pada SPK IPRADIPA. c. Penentuan waktu dan jumlah pemesanan yang sudah mempertimbangkan ukuran pemesanan bahan baku yang ekonomis berdasarkan metode EOQ sekaligus sudah mempertimbangkan nilai persediaan pengaman (% persediaan pengaman Bahan Baku) yang diperbaharui nilainya secara periodic berdasarkan kebutuhan dan kondisi perusahaan. d. Penentuan revisi waktu pemesanan berdasarkan pendekatan Continuous Review System sesuai untuk diterapkan pada kondisi sistem produksi dengan permintaan yang tidak pasti. Penentuan titik pemesanan kembali (ROP) telah menambahkan nilai persediaan pengaman ( % persediaan

30 132 pengaman Bahan Baku) yang diperbaharui nilainya secara periodik berdasarkan gangguan sistem produksi yang terjadi pada perusahaan. e. Penentuan urutan penjadwalan job berdasarkan metode Algoritma Genetika yang memberikan hasil mendekati optimal memberikan hasil urutan job dengan makespan yang jauh lebih kecil dari makespan urutan job tanpa optimasi penjadwalan. 2. SPK IPRADIPA memiliki basis data dan basis kasus yang dapat diubah atau ditambahkan sehingga meningkatkan fungsi PPIC dalam hal sebagai berikut : a. Penentuan aksi pengendalian gangguan membantu perusahaan dalam menentukan tindakan aksi yang harus dilakukan apabila terjadi gangguan didukung oleh kasus data yang tersimpan dan dapat ditemukan kembali sesuai dengan kata kunci gangguan yang terjadi. b. Pemberian rekomendasi kebijakan lanjutan pengendalian gangguan membantu perusahaan dalam menentukan apakah diperlukan tindakan follow up kebijakan pengendalian gangguan dilengkapi dengan informasi mengenai pihak yang akan melakukan kebijakan lanjutan apabila gangguan terusterjadi walaupun sudah dilakukan aksi sesuai usulan sistem. c. Model pengendalian gangguan diharapkan akan membantu perusahaan untuk meningkatkan performansi sistem produksinya sekaligus memberikan solusi untuk meminimasi penyimpangan (variansi) yang terjadi yang disebabkan karena adanya gangguan sistem produksi. 3. SPK IPRADIPA memiliki menu dialog yang dilengkapi dengan informasi mengenai prosedur yang membantu mengingatkan dan memudahkan pengguna untuk menjalankan SPK Keterbatasan SPK PPIC Adaptif. Hasil rancang bangun SPK IPRADIPA memiliki keterbatasan sebagai berikut.

31 SPK IPRADIPA adalah prototipe sistem yang dirancang berdasarkan kebutuhan sistem produksi pada industri roti dengan menggunakan data sampel sistem produksi pada PT NIC, Tbk. Apabila ada industri pangan lain yang ingin memanfaatkan dan menggunakan SPK IPRADIPA, harus dilakukan modifikasi dan penyesuaian-penyesuaian tanpa harus merubah rangka, basis model serta aliran data. Modifikasi atau penyesuaian yang harus dilakukan mengikuti kebutuhan perusahaan terkait. 2. Model Pengendalian Gangguan khususnya sub model Aksi Pengendalian Gangguan pada SPK IPRADIPA dibangun dengan menggunakan mekanisme protokol atau rule base yang belum memanfaatkan sistem pakar dalam penentuan deteksi gangguan sistem produksi. 3. Rancang bangun model PPIC dan model Pengendalian Gangguan pada SPK IPRADIPA belum mempertimbangkan permasalahan kualitas bahan baku dan umur simpan bahan baku secara lebih spesifik. Pengembangan lebih lanjut model PPIC dan model Pengendalian Gangguan yang telah mempertimbangkan permasalahan kualitas bahan baku dan umur simpan bahan baku akan memberikan nilai tambah yang berarti. 4. SPK IPRADIPA dibangun atas dukungan dua sistem aplikasi yang berbeda, yaitu MATLAB dan Excell Solver Visual Basic. Hal ini terpaksa dilakukan karena kebutuhan model yang terdapat pada SPK IPRADIPA tidak dapat dirancang bangun pada satu sistem aplikasi yang sama. Hal ini mengakibatkan adanyaperbedaan tampilan menu model antar hasil rancang bangun sistem aplikasi, walaupun sudah diusahakan untuk mengintegrasikan kedua sistem aplikasi tersebut untuk memudahkan pengguna sistem. 6.4 Pemanfaatan SPK IPRADIPA Untuk Industri Pangan Lainnya Berdasarkan studi pustaka, studi lapang dan observasi industri yang dilakukan, diketahui bahwa industri pangan khususnya industri makanan memiliki

32 134 karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan input bahan baku, proses produksi dan output produk jadi yang dihasilkan. Hal ini juga terkait dengan strategi perusahaan untuk merespon permintaan konsumen (antara lain strategi make to order, assembly to order atau make to stock) yang diadopsi. Faktor lainnya yang akan membedakan pemanfaatan SPK IPRADIPA adalah karakteristik bahan baku (umur simpan), karakteristik produk jadi( umur simpan) produk jadi, kebijakan perusahaan pangan, serta perjanjian kerjasama dengan pemasok (fleksibilitas). Sesuai dengan gambar 66 berikut, faktor-faktor ini akan membedakan pemanfaatan SPK IPRADIPA dalam hal : periode perencanaan, teknik lot sizing yang diterapkan, kriteria fungsi tujuan dan fungsi pembatas yang ditetapkan, kriteria performansi yang ingin dicapai serta tingkat pemanfaatan model PPIC. FAKTOR PEMBEDA 1.Karakteristik Bahan Baku : umur simpan 2. Karakteristik Produk Jadi : umur simpan 3. Strategi Merespon Permintaan Konsumen : make to stock, assembly to order, make to order 4. Kebijakan Perusahaan 5. Perjanjian kerjasama dengan pemasok : tingkat fleksibilitas PEMANFAATAN SPK IPRADIPA PERBEDAAN : 1. Periode perencanaan 2. Teknik Lot sizing 3. Fungsi tujuan dan fungsi pembatas model optimasi 4. Kriteria performansi 5. Pemanfaatan Model PPIC Gambar 66 Faktor pembeda dalam pemanfaatan SPK IPRADIPA. Perusahaan penghasil makanan umumnya menggunakan input bahan baku yang bersifat perishable juga output produk jadi makanan yang bersifat perishable. Seperti yang terjadi pada PT NIC, Tbk misalnya, varian bahan baku di PT NIC, Tbk memiliki umur simpan bahan baku yang juga bervariasi dari hari-an hingga bulan-an, sedangkan produk jadi-nya memiliki umur simpan dalam hitungan hari (maksimum 5 hari). Umur simpan produk jadi yang relataif singkat ini menyebabkan data yang digunakan untuk model-model pada fungsi PPIC dirancang dengan periode harian. Waktu perencanaan menjadi faktor pembeda dan pertimbangan dalam proses rancang bangun SPK IPRADIPA.

33 135 Untuk perusahaan pangan yang menghasilkan produk jadi dengan umur simpan pada kisaran minggu-an atau bulan-an atau bahkan tahun-an, model prakiraan permintaan dilakukan berdasarkan periode minggu-an atau bulan-an, output model prakiraan permintaan akan menjadi input dalam model penjadwalan induk produksi dalam periode minggu-an. Berikutnya output penjadwalan induk produksi berupa jumlah produksi optimum produk jadi menjadi input untuk model perencanaan persediaan bahan baku dan selanjutnya menjadi rencana pemesanan bahan baku ke pemasok. Pendekatan Continuous Review System tetap dimanfaatkan namun dengan periode review lebih panjang (misalnya minggu-an). Pemanfaatan model penentuan urutan job produksi dan penentuan rute pengiriman sesuai dengan kebutuhan produksi dan pengiriman. Model Pengendalian Gangguan dapat dimanfaatkan dengan periode rekapitulasi untuk penilaian gangguan dan perhitungan perubahan % persediaan pengaman yang juga lebih panjang (misalnya menjadi bulan-an). Strategi untuk merespon permintaan konsumen juga menjadi faktor yang membedakan pemanfaatan model-model PPIC pada SPK IPRADIPA. Industri pangan dengan strategi make to order dengan umur produk jadi jangka menengah ( minggu bulan) akan memanfaatkan model Prakiraan Permintaan berdasarkan riwayat penjualan untuk merencanakan kebutuhan bahan baku ke pemasok. Jadwal Induk Produksi tidak perlu memanfaatkan model optimasi Fuzzy Multi Objective Linier Programming karena perusahaan lebih memprioritaskan pemenuhan pesanan konsumen dengan menjadwalkan pesanan konsumen sesuai dengan kapasitas produksi yang tersedia. Perusahaan akan memaksimumkan kapasitas produksinyamempertimbangkan bahwa produk jadi memiliki umur simpan yang relatif cukup dan tidak mengganggu kualitas produk jadi dengan melakukan kebijakan penyimpanan produk jadi untuk mengantisipasi adanya lonjakan permintaan. Faktor strategi ini juga akan membedakan kriteria performansi dalam pemanfaatan model Penentuan Urutan Job Produksi (misalnya menjadi minimasi keterlambatan). Periode perencanaan relatif tidak terpengaruh oleh faktor penentuan strategi merespon permintaan konsumen yang berbeda. Selain faktor pembeda yang telah disebutkan di atas, hal-hal yang juga menjadi pertimbangan dalam modifikasi atau penyesuaian SPK IPRADIPA

34 136 adalah ketersediaan pemasok dan perjanjian kerjasama yang dilakukan dengan pemasok akan menentukan model Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku khususnya dalam penentuan metode lot sizing yang akan diterapkan. Kebijakan perusahaan dapat membedakan fungsi tujuan dan fungsi pembatas dalam model optimasi penjadwalan induk produksi serta kriteria performansi yang digunakan dalam penentuan urutan job produksi dan penentuan rute pengiriman.

5 RANCANG BANGUN SISTEM

5 RANCANG BANGUN SISTEM 85 5 RANCANG BANGUN SISTE Pada bab ini akan diuraikan rancang bangun Sistem Pendukung Keputusan Intelijen PPIC Adaptif pada industri pangan yang untuk pembahasan berikutnya akan diberi nama S IPRADIPA.

Lebih terperinci

4 PEMODELAN SISTEM 4.1 Analisis Kebutuhan

4 PEMODELAN SISTEM 4.1 Analisis Kebutuhan 39 4 PEMODELAN SISTEM 4.1 Analisis Kebutuhan Tahapan analisis kebutuhan dilakukan untuk mendukung proses identifikasi permasalahan yang terjadi pada sistem produksi industri pangan terkait dengan kelemahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pangan menjadi salah satu industri terbesar di Indonesia dalam hal jumlah perusahaan dan nilai tambah. Dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka kebutuhan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran 1 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Ketidakpastian yang mempengaruhi proses produksi seperti yang telah diutarakan oleh Mula. et al. (2006) merupakan bentuk gangguan sistem produksi yang harus

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC) ADAPTIF PADA INDUSTRI PANGAN IVELINE ANNE MARIE

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC) ADAPTIF PADA INDUSTRI PANGAN IVELINE ANNE MARIE RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN INTELIJEN PRODUCTION PLANNING AND INVENTORY CONTROL (PPIC) ADAPTIF PADA INDUSTRI PANGAN IVELINE ANNE MARIE SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 126 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah 127 1 PENGUMPULAN DATA - Data spesifikasi produk - Data bahan baku - Data jumlah mesin

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika

Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Optimasi Persediaan Multi-item Fuzzy EOQ Di PT UWBM dengan Algoritma Genetika Disusun Oleh : Ainy Mahmudah 1307 100 002 Pembimbing I Pembimbing II : Dr. Irhamah, S.Si., M.Si : Dra. Sri Mumpuni R, M.Si

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat)

BAB V ANALISA HASIL. periode April 2015 Maret 2016 menghasilkan kurva trend positif (trend meningkat) 102 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Peramalan Metode peramalan yang digunakan dalam penelitian ini adalah proyeksi trend yang terdiri dari linier trend model, quadratic trend model, exponential growth curve trend

Lebih terperinci

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi...

Perhitungan Waktu Siklus Perhitungan Waktu Normal Perhitungan Waktu Baku Tingkat Efisiensi... ABSTRAK Perusahaan Biskuit X merupakan perusahaan swasta yang berdiri pada tahun 1995 dan memproduksi biskuit marie yang dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Untuk melakukan pemecahan masalah yang berkaitan dengan perencanaan bahan baku di PT. Mitra Manis Sentosa, maka dibawah

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Kerangka Pikir Pemecahan Masalah Adapun kerangka pemikiran pemecahan masalah dalam bentuk diagram, adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Flow Diagram Kerangka Pikir Pemecahan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya.

BAB V ANALISA HASIL. yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki. penyimpangan atau kesalahan dari keadaan aslinya. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Peramalan Permintaan Pada umumnya setiap metode peramalan hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk meramalkan keadaan yang akan datang memiliki penyimpangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini membahas tentang analisis dan interpretasi hasil perancangan dalam penelitian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Tujuan bab ini adalah memberikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data yang didapat dari departemen PPIC (Production Planning and Inventory Control) PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengendalian bahan baku kayu di perusahaan manufaktur Sagitria Collection yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD BLESSING adalah sebuah perusahaan di Kota Bandung yang memproduksi pakaian bayi (Jumper). Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen (job order). Pesanan dari konsumen dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan

BAB V ANALISA HASIL. Berdasarkan data permintaan produk Dolly aktual yang didapat (permintaan BAB V ANALISA HASIL Bab ini berisikan mengenai analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan MRP Dolly pada satu tahun yang akan datang yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 5.1 Analisa Peramalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi semakin sulit untuk diperkirakan. Selama ini, manajer PT. Focus

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Peramalan Kebutuhan Bahan Baku Pada bab ini berisikan tentang analisa hasil dari pengolahan data dalam perhitungan Forecasting dan MRP tepung terigu untuk 12 bulan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah Gambar 3.1 di bawah ini merupakan alur dari metodologi penelitian dan pemecahan masalah produksi webbing setengah jadi pada

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2005/2006 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Memenuhi Kebutuhan Bahan Baku Produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISIS MODEL. 5.1 Implementasi Model MRP untuk Perencanaan Pengadaan Firebrick

BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISIS MODEL. 5.1 Implementasi Model MRP untuk Perencanaan Pengadaan Firebrick BAB V IMPLEMENTASI DAN ANALISIS MODEL 5.1 Implementasi Model MRP untuk Perencanaan Pengadaan Firebrick 5.1.1 Penentuan Gross Requirement Firebrick Penentuan kebutuhan firebrick didasarkan pada penjelasan

Lebih terperinci

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan

Persyaratan Produk. I.1 Pendahuluan BAB I Persyaratan Produk I.1 Pendahuluan Perkembangan teknologi saat ini merupakan pemicu perusahaan untuk menggali potensi yang dimiliki perusahaan untuk dapat lebih meningkatkan performance perusahaan.

Lebih terperinci

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika M. Syafrizal, Luh Kesuma Wardhani, M. Irsyad Jurusan Teknik Informatika - Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017.

BAB III PEMBAHASAN. harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam bab ini diasumsikan sebagai data perkiraan harga minyak mentah di Indonesia dari bulan Januari 2007 sampai Juni 2017. Dengan demikian dapat disusun model Fuzzy

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perancangan sistem informasi akuntansi persediaan pada PT. Javan Indonesia dalam bab-bab sebelumnya, maka penulis memberikan kesimpulan

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP.

BAB V ANALISA HASIL. dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP. Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan hasil

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan perkiraan cuaca terutama curah hujan ini menjadi sangat penting untuk merencanakan segala aktifivitas mereka. Curah hujan juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Pindo Deli Pulp and Paper Mills merupakan sebuah perusahaan penghasil kertas yang dalam kegiatan produksinya, perusahaan tersebut menerapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam analisis pada PT.Tirta Aroma Sari, yang terkait dengan peramalan permintaan, persediaan, dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Dari hasil pengumpulan data yang didapat dari divisi produksi PT. Indotek Jaya, maka data tersebut diperlukan untuk membuat rancangan MRP (Material

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan X merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk berbahan baku besi dan stainless steel. Produk yang dihasilkan seperti cabinet, trolley, pagar, tangki

Lebih terperinci

4.10 Minimum Order Struktur Produk BAB 5 ANALISA 5.1 Pengolahan Data Perhitungan Coefficient of Variance

4.10 Minimum Order Struktur Produk BAB 5 ANALISA 5.1 Pengolahan Data Perhitungan Coefficient of Variance ABSTRAK Dalam industri manufaktur, ketersediaan bahan baku merupakan salah satu bagian yang penting dalam menunjang kelancaran operasi. Dengan ketersediaan bahan baku yang memadai, maka kegiatan produksi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang

BAB V ANALISA HASIL. Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan perencanaan kebutuhan material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11

BAB III METODE PENELITIAN. Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat di jalan Daan Mogot KM 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan telekomunikasi di Indonesia yaitu PT. Indosat, Tbk yang beralamat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi khususnya teknologi informasi berbasis komputer dewasa ini dirasa sangat pesat dan hal ini berpengruh terhadap aspek pekerjaan.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kerta Laksana adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan mesin, dimana pesanan pada perusahaan ini bersifat Job Order. Dalam menjadwalkan pesanan yang diterima, perusahaan

Lebih terperinci

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X)

PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) PENJADWALAN MESIN BERTIPE JOB SHOP UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA (STUDI KASUS PT X) Ria Krisnanti 1, Andi Sudiarso 2 1 Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan seluruh proses dalam perencanaan serta pelaksanaan suatu penelitian. Dan menurut Murti Sumarmi dan Salamah Wahyuni (2005, p47),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan

BAB III METODOLOGI. Jenis data Data Cara pengumpulan Sumber data 1. Jenis dan jumlah produk yang dihasilkan BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2011 sampai Mei 2011 di PT. Pindo Deli Pulp and Paper di bagian Paper machine 12. Lokasi Industri

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan survey dengan kuisioner mencari informasi dari media yang

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan survey dengan kuisioner mencari informasi dari media yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari hingga desember 2014. Dengan tempat penelitian pada Kominfo Jatim yang termasuk juga sebagai penyelenggara

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian 3.1.1 Studi Pendahuluan Dalam memulai penelitian ini, mula-mula dilakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi lapangan dan studi kepustakaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Gapura Citra Indonesia sebagai perusahaan yang memproduksi mainan anak edukatif, alat peraga sekolah, perlengkapan furniture anak dan

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING

PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING Aghia Hersandi R., Laila Nafisah, ST.,MT (1) Gunawan Madyono P., ST.,MT (2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas

Lebih terperinci

DENIA FADILA RUSMAN

DENIA FADILA RUSMAN Sidang Tugas Akhir INVENTORY CONTROL SYSTEM UNTUK MENENTUKAN ORDER QUANTITY DAN REORDER POINT BAHAN BAKU POKOK TRANSFORMER MENGGUNAKAN METODE FUZZY (STUDI KASUS : PT BAMBANG DJAJA SURABAYA) DENIA FADILA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijual kembali. Sebagai salah satu asset penting dalam sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk digunakan memenuhi kebutuhan tertentu, misalnya digunakan dalam proses produksi atau untuk dijual kembali.

Lebih terperinci

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES

PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE SELEKSI TURNAMEN UNTUK DATA TIME SERIES JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 65-72 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PELATIHAN FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA DENGAN METODE

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. yang dibangun, dikembangkan dengan bahasa pemrograman visual basic.net BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1. Implementasi Kebutuhan Sistem Dalam melakukan tahap implementasi program dilakukan penerapan dari analisa dan perancangan sistem yang telah dibuat sebelumnya. Perangkat

Lebih terperinci