Pendanaan Kesehatan di Indonesia: Penyakit Kronis yang Berkomplikasi Kebodohan dan Kemiskinan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pendanaan Kesehatan di Indonesia: Penyakit Kronis yang Berkomplikasi Kebodohan dan Kemiskinan"

Transkripsi

1 Pendanaan Kesehatan di Indonesia: Penyakit Kronis yang Berkomplikasi Kebodohan dan Kemiskinan Hasbullah Thabrany 1 Pendahuluan Faktafakta menunjukkan bahwa orang bodoh umumnya melihat kepentingan saat ini atau esok, mereka tidak memiliki horizon berfikir jangka panjang. Orang pandai atau terdidik biasanya memiliki horizon berfikir jangka panjang dan melihat kepentingan jangka panjang yang jauh ke depan. Kebanyakan orang Indonesia, harus diakui, tidak memiliki visimisi jangka panjang yang jelas. Dalam konteks ini, penduduk Indonesia, secara umum termasuk yang berpendidikan rendah alias umumnya bodoh dan jangan heran kalau kebanyakan penduduk Indonesia baru mampu melihat kepentingan jangka pendek. Berbagai demonstrasi oleh mahasiswa dan bahkan tokoh masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM, akibat kekeliruan nasional yang sudah berlangsung lama yaitu mensubsidi harga bahan bakar minyak, yang secara ekonomis bukanlah komoditas yang pantas disubsidi, merupakan contoh nyata. Banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa tingkat kecerdasan, kekayaan, dan kemakmuran suatu bangsa bukan dipengaruhi oleh usia negara itu atau ketersediaan sumber daya alam. Memang, usia dan ketersediaan sumber daya alam mempunyai sedikit peran, akan tetapi peran terpenting adalah mutu sumber daya manusia, bukan sumber daya alam, suatu negara. Banyak pihak yang tidak memahami dan tidak bertindak konsisten dengan kenyataan bahwa mutu sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh mutu gizi, kesehatan dan pendidikan di usia dini dan masa perumbuhan anak. Akibat ketidakfahaman, banyak kebijakan diambil yang tidak menunjang perkuatan dasar atau bahan baku sumber daya manusia. Banyak pemimpin negeri ini yang berbicara bahan 1 Dekan dan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

2 baku yang bagus (berkualitas tinggi) untuk industri, bibit unggul untuk tumbuhan atau ternak, akan tetapi sedikit yang memahami bahwa bahan baku sumber daya manusia di Indonesia sesungguhnya sangat rendah. Banyak pemimpin yang berupaya meningkatkan proses pembentukan sumber daya manusia dengan penekanan pendidikan yang berkualitas, tanpa menyadari bahwa bahan baku ( manusia Indonesia ) yang diproses dalam pabrik fasilitas pendidikan adalah bahan baku yang kurang baik. Akibatnya, banyak dana dan fasilitas yang sudah disediakan dan didanai kurang memberikan hasil yang baik. Manusia Indonesia yang menjalani proses peningkatan kualitas pendidikan, alias para guru dan dosen, juga sudah terjebak dalam mementingkan kepentingan jangka pendek diri sendiri, kurang mengedepankan kepentingan bangsa ke depan. Akibatnya, kualitas proses pendidikan kita juga rendah. Ini adalah ancaman bangsa di masa depan. Masalah Pendanaan Kesehatan Suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa bangsa kita adalah bangsa yang sakitsakitan, bodoh, dan miskin. Hal ini ditunjukan dari Indeks Pembangunan Manusia yang secara nasional kita berada pada urutan ke 110 dari 191 negara. Kenapa kita sakitsakitan? Karena kita belum bisa berprilaku hidup sehat karena pengetahuan kita tentang faktor yang membuat kita tetap sehat masih rendah (masih bodoh), lingkungan hidup kita (udara, biologis, kimiawi, sosal dll) masih jauh dari lingkungan yang memungkinkan kita hidup sehat dan produktif dari hari ke hari, dan kualitas pelayanan kesehatan kita masih jauh dari baik. Salah satu akar masalah terpenting adalah pendanaan (financing) program dan pelayanan kesehatan di Indonesia yang jauh dari memadai. Selama ini, kita mengucurkan dana publik maupun dana privat hanya sekedar untuk mengatakan saya sudah danai. Tingkat kecukupan dana yang dikucurkan, masih jauh dari memadai. Mengambil contoh pemberian obat sakit kepala yang seharusnya diminum satu tablet, tetapi kalau kita hanya berikan seperlima tablet, maka sakit kepala tidak akan sembuh. Ibarat kebutuhan makan yang seharusnya satu piring, tetapi kita hanya makan seperlima piring, jelas tidak memadai dan tidak punya arti untuk kebugaran dan produktifitas. Begitulah pendanaan kesehatan kita, masih jauh dari mencukupi sehingga efeknya masuh jauh dari memadai. Hal ini menunjukan komitmen kita yang rendah untuk masa depan yang sehat dan produktif. Hasbullah Thabrany 2 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

3 Ada beberapa masalah pokok yang menjadi penyebab penting dalam rendahnya pendanaan kesehatan di Indonesia yang kemudian berakibat rendahnya mutu manusia Indonesia. Pola Pikir Jangka Pendek Kebanyakan masyarakat Indonesia, termasuk para pimpinan bangsa ini, masih terjebak kepada kepentingan jangka pendek dengan programprogram pemerintah yang lebih mengutamakan pembanguan yang tampak dengan mata seperti membangun gedung kantor yang bagus, taman yang indah, pembelian alat canggih dan sebagainya. Kita memacu pemberian insentif di hilir, belum dihulu. Ambil contoh perdebatan insentif pajak, berapa banyak berita yang mempermasalahkan pemberian insentif pajak untuk pembangunan SDM? Yang ramai dibahas adalah insentif untuk dunia usaha. Pembangunan sumber daya manusia masih jauh tertinggal. Pembanguan sumber daya manusia baru pada taraf proforma debat publik dan belum merupakan program nyata. Masalah terbesar adalah mindset yang kita miliki yang ingin cepat menghasilkan dan karenanya proyekproyek yang didanai yang bersifat tahunan. Hampir semua pegawai pemerintah terjebak pada proyekproyek yang sifatnya tahunan dan sering tidak sinambung dari tahun ke tahun. Proyekproyek yang bersifat jangka panjang pada umumnya merupakan proyek pinjaman dan seringkali lebih banyak habis untuk meningkatkan kapasitas pengelola, alias pegawai negeri melalui belanja beasiswa dan pendidikan, dan sedikit yang sampai ke masyarakat dalam rangka pembentukan bahan baku manusia. Pola pikir kebanyakan kita memang masih didominasi kepentingan jangka pendek. Masih didominasi kepentingan sendiri, baik perorangan maupun kelompok, belum benarbenar memikirkan kepentingan bangsa dan generasi di masa depan, meskipun kita sendiri tidak menikmatinya. Pendidikan kebangsaan yang bisa menanamkan kesadaran perlunya kita membangun bangsa yang kuat dan berkesinambungan, mungkin perlu digalakan, paling tidak kepada caloncalon pimpinan kita, baik di eksekutif maupun di legislatif dan yudikatif. Memang, membangun SDM, apalagi mulai dari persiapan bahan baku yaitu otak yang tumbuh baik yang hanya dapat dibentuk apabila gizi ibu hamil, gizi anak balita, dan Hasbullah Thabrany 3 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

4 tubuh ibu hamil dan anak balita yang selalu sehat, tidak terserang penyakit, memakan waktu panjang. Apabila kita menginginkan pemuda yang cerdas, produktif, berbudi luhur, dan mempunyai komitmen bangsa di usia 24 tahun, ketika mereka selesai kuliah, maka kita harus melakukan investasi selama paling tidak 25 tahun. Dalam kondisi politik sekarang ini, dimana calon pimpinan suatu parpol kemungkinan besar hanya berkuasa selama satu pilkada, alias lima tahun, adakah pimpinan kita yang mau berfikir memulai program jangka panjang 25 tahun. Selama satu periode Pilkada atau anggota legislatif, hasil pembangunan atau menanam manusia belum akan akan tampak tandatanda keberhasilannya. Jika ada satu partai, seorang pimpinan daerah atau nasional yang akan memulai, adakah partai, pimpinan daerah atau nasional yang mungkin memenangkan pemilihan berikutnya, bersedia melanjutkan program yang hasilnya juga tidak akan tampak dengan mata kepala sendiri di masa kekuasaannya? Salah Terap Pelayanan Kesehatan: Sumber dana daerah Investasi (menanam atau membangun) SDM yang kuat memang membutuhkan waktu lama dan banyak orang tidak melihat manfaat pembangunan jangka panjang. Meskipun ada pihak swasta yang mampu melihat manfaat jangka panjang, mereka tidak tertarik untuk menanam manusia karena memang pihak swasta, meskipun memiliki visi jangka panjang, umumnya berorientasi kepentingan sendiri. Dengan demikian, pihak swasta tidak akan menanam modalnya untuk pembangunan manusia yang hasilnya belum tentu mereka nikmati atau petik setelah 2025 tahun menanam dan memupuk terusmenerus. Pihak swasta memang tertarik untuk membangun rumah sakit di derah dimana pendapatan penduduk relatif tinggi. Membangun rumah sakit memang memakan waktu hanya satu atau dua tahun saja. Setelah itu, pelayanan sudah dapat diberikan. Apabila pihak swasta berhasil merayurayu pimpinan daerah dengan menyodorkan bangunan fisik yang megah dan alatalat yang cangguh yang mengagumkan, maka pihak swasta dapat dukungan pimpinan Pemda. Pemda bangga ada rumah sakit mewah dan lengkap (meskipun harganya mahal). Pimpinan Pemda ikut mempromosikan investasi swasta jangka pendek tersebut. Dalam 45 tahun ke depan, modal yang ditanam pihak swasta akan kembali. Rakyat di daerah tersebut akan bayar mahal, apabila ia sakit dan berupaya Hasbullah Thabrany 4 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

5 untuk sehat kembali untuk bisa berproduksi. Pemerintah bahkan ikut menikamti biaya yang ditarik oleh rumah sakit terhadap penduduknya yang terkena musibah sakit yang harus membayar mahal dengan menarik pajak penghasilan dan pajakpajak lain. Dengan kata lain, pemerintah mengambil keuntungan yang cukup besar, dalam hitungan rupiah jangka pendek, dari rakyatnya yang sakit. Namun sesungguhnya pemerintah telah menciptakan kerugian besar jangka panjang, karena banyak rakyat yang sakit akan tidak mampu berobat dan berpotensi mempunyai tingkat produktifas rendah karena sakit kronis atau cacat yang sesungguhnya menjadi beban daerah dan masyarakat dalam jangka panjang. Itulah sebabnya, negaranegara maju, yang melek akan masa depannya, yang cerdas dan visioner, tidak akan membiarkan hal seperti itu terjadi. Memang, kalau kita melihat jangka pendek, orang sakit akan membayar berapapun yang ditagih rumah sakit. Tidak ada pilihan! Sebab semua orang takut mati karena penyakit, apalagi di masa mudanya. Ketakutan itu menyebabkan setiap orang berani membayar mahal, untuk menyelematkan jiawanya. Meskipun ia tidak memiliki uang tunai, harta benda akan dijualnya agar ia bisa sembuh. Amat mengherankan, bahwa banyak Pemda yang terkecoh dengan kemauan membayar penduduk yang sesungguhnya terpaksa membayar. Jujur saja, banyak pemda ingin membangun rumah sakit bagus di daerahnya untuk gengsi daerah, atau lebih menyedihkan lagi untuk menambah pendapatan (uang) daerah. Bukan, untuk menyehatkan rakyatnya yang sedang terkena musibah penyakit. Apa yang dilakukan Pemda DKI Jaya tahun lalu yang berlanjut tahun ini, yaitu mengubah status RSUD Pasar Rebo, RSUD Cengkareng, dan RS Haji (yang sesungguhnya harta wakaf) menjadi Perusahaan Perseroan Terbatas merupakan contoh kesalahan kebijakan yang fatal. Meskipun argumennya bukan untuk mencari laba, tetapi dengan mengubah status RSUD dari LTD, seperti yang digariskan UU 32/2004 pasal 125, menjadi Perusahaan, maka Pemda DKI justeru menambah beban rakyat yang sakit dan memiskinkan banyak rakyat yang sakit karena harus membayar biaya rumah sakit yang lebih mahal. Dengan status PT, yang sesungguhnya status usaha mencari laba pihak swasta sesuai dengan UU nomor 1 tahun 1995, maka pemda tidak boleh secara langsung mengalokasikan dana APBD/dana publik ke rumah sakit. Tampaknya Pemda DKI Jaya Hasbullah Thabrany 5 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

6 tidak mengerti posisinya sebagai pengawal negara, pengayom dan pelayanan rakyat dan mencampur adukannya sebagai pengusaha di bidang kesehatan. Ini adalah contoh nyata salah terap kebijakan kesehatan yang harus dihindari oleh semua Pemda dan harus dihindari oleh semua partai dan pimpinan yang berkuasa. Untunglah Pemerintah Pusat telah menentukan sikap yang tidak sejalan dengan apa yang dilakukan Pemda DKI. Rumah sakit yang dahulu berstatus Perjan, yang merupakan juga kekeliruan masa lalu, telah diubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan PP 23/1005. Dari namanya saja sudah berbeda, BLU adalah badan yang fokus utamanya adalah layanan dan bukan perusahaan yang fokus utamanya adalah uang. Memberikan layanan kepada rakyat adalah tugas pemerintah, sebagai pengawal negara, yang sesuai dengan amanat UUD45 pasal 34 ayat 3 yang berbunyai Negaara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan penyediaan fasilitas umum yang layak. Pasal ini sesungguhnya sudah dirumuskan lebih operasional dalam UU Otoda (32/2004) yang mewajibkan Pemda menyediakan fasilitas kesehatan (pasal 22 hurup h) dan menetapkan bentuk rumah sakit sebagai Lembaga Teknis Daerah. Sampai saat ini, jangankan memikirkan kepentingan bangsa jangka panjang, maih banyak diantara kita yang memihak kepada rakyat yang sedang sakit saja, yang jangka pendek tetapi bukan kepentingan diri sendiri, masih tega memberikan layanan rumah sakit dengan lebih kuat pertimbangan uang. Banyak diantara kita yang tidak merasa prihatin atas banyaknya rakyat yang sakit yang tidak mampu membayar biaya berobat (tidak selalu yang miskin) dan bahkan masih banyak rumah sakit publik (rumah sakit pemerintah atau yang dibiayai dari dana APBN/APBD) yang masih mengutamakan uang muka dari pelayanan. Mentalitas pejabat publik kita masih banyak yang lebih cocok disebut mentalitas pengusaha ketimbang pelayanan publik yang dalam bahasa Inggrisnya pegawai negeri disebut civil servant untuk menekankan bahwa tugas utamanya adalah pelayanan publik. Hasbullah Thabrany 6 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

7 Belum Dipahami: Sumber Daya (Modal) atau Sumber Biaya (Beban) Negara keempat dengan penduduk terbanyak, tapi negara ke 110 dalam indeks pembangunan manusia, tetapi urutan daya saing bangsa yang ke 74 dari 117 negara. Lima tahun lalu, tingkat daya saing kita adalah ke 49, tetapi dari 49 negara yang disurvei. Katanya masalah besar Indonesia adalah penduduk yang besar. Ini merupakan indikasi pengakuan bahwa penduduk adalah beban bukan modal. Kurang Prioritas dan Kurang Komitmen. Bagaimana Kita Bersaing dengan Mereka? Perhatian atau prioritas pembangunan manusia (modal tahan lama) di Indonesia sejak Orde Baru boleh dikatakan kurang besar dibandingkan dengan prioritas pembangunan modal tidak tahan lama (prasarana dan industri). Kesan tersebut dapat diambil dari kecendrungan belanja pemerintah untuk kesehatan, yang dilihat dari belanja sektor kesehatan, yang selama 20 tahun lebih tidak mengalami perubahan berarti, jika dihitung dalam dolar Amerika. Memang, jika dihitung belanja pemerintah per orang per tahun dalam Rupiah, terdapat peningkatan. Namun demikian, peningkatan belanja dalam rupiah tidak bisa diartikan sebagai peningkatan riil karena inflasi dan rendahnya nilai tukar rupiah dari waktu ke waktu. Gambar 1 menunjukan betapa belanja Pemerintah dalam nilai dolar Amerika tidak banyak mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Padahal, banyak komponen kesehatan, misalnya obat, yang hampir seratus persen harus diimpor dengan valuta asing. Gambar 1 Perkembangan Belanja Kesehatan Pemerintah, per Orang per Tahun, Tahun dalam Rupiah dan Dolar AS. Rp (000)/US $ Rp 000 US $ 79/80 81/82 83/84 85/86 87/88 89/90 Hasbullah Adaptasi dari: Thabrany Pujianto 7 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM Tahun 91/92 93/94 95/96 97/98 99/00,01

8 Gambar 2 Perbandingan Belanja Kesehatan per Orang per Tahun di Beberapa Negara Berkembang Asia, (Sumber UNDP,2005) 300 Afghanistan Cambodia China Indonesia Viet Nam 250 $ internasional Tahun Gambar 2 memperlihatkan bagaimana Indonesia hanya mengalahkan Afganistan, yang sampai saat ini masih dalam keadaan perang dan tidak stabil, dalam belanja kesehatan per kapita atau per orang pertahun yang diukur dengan nilai dolar internasional. Pengukuran dengan nilai dolar internasional sudah memperhitungkan perbedaan biaya hidup di masingmasing negara, sehingga besaran belanja per kapita tersebut dapat membandingkan. Data lima tahun tersebut menunjukan bahwa Indonesia belum memprioritaskan kesehatan sebagaimana mestinya, yang berdampak amat buruk bagi kualitas sumber daya manusia Indonesia. Belanja kesehatan kita lebih sedikit dari belanja kesehatan Vietnam dan juah lebih rendah dari belanja kesehatan China. Jangan heran dan jangan terkejut jika dalam waktu dekat kita akan jauh tertinggal dalam berbagai hal dibandingkan Vietnam dan China, yang pada beberapa dekade yang lalu Hasbullah Thabrany 8 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

9 mereka lebih miskin dari kita. Tanpa pemahaman yang dalam akan arti investasi kesehatan dan tekad yang kuat untuk membangun manusia Indonesia, dengan investasi yang memadai dalam bidang kesehatan dan pendidikan, Indonesia akan tertinggal jauh dan akan mempertahankan status sebagai bangsa kuli yang haus korupsi. Gambar 3. Belanja Kesehatan Relatif Relatif yang Diukur Sebagai Prosentase Produk Domestek Bruto (PDB) Beberapa Negara Asia, (Sumber UNDP,2005) Afghanistan Cambodia China Indonesia Viet Nam 10 % PDB Tahun Gambar 3 menunjukan keadaan yang lebih memprihatinkan. Kalau pada gambar sebelumnya tampak bahwa Indonesia mengeluarkan uang sedikit lebih banyak Hasbullah Thabrany 9 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

10 dibandingkan dengan Afganistan, maka pada Gambar ini Indonesia berada di paling bawah. Apabila diukur dengan prosentase PDB yang dibelanjakan untuk kesehatan, kita ternyata paling pelit mengeluarkan belanja kesehatan yang merupakan investasi untuk pembangunan manusia. Pengeluaran porsentase terhadap PDB mengukur seberapa penting kita menilai belanja kesehatan, terlepas dari tingkat kemiskinan kita. Ternyata negara yang lebih miskin dari kita seperti Kamboja dan Afganistan telah mengeluarkan belanja kesehatan yang secara konsisten lebih banyak dalam lima tahun tersebut. Memang pada umumnya negara berkembang mengeluarkan dana, baik dari sumber pemerintah maupun dari sumber masyarakat, yang tidak terlalu banyak. Hal ini disebabkan karena kebanyakan negara memandang pendanaan kesehatan dengan keliru, yaitu hanya sebagai beban pengeluaran jangka pendek. Padahal pengeluaran tersebut merupakan investasi modal manusia jangka panjang yang sangat strategis dan memiliki nilai politis yang tinggi. Tabel 1 menunjukan bahwa Indonesia hanya mengalahkan India dalam belanja kesehatan dan Indonesia dikalahkan Filipina. Namun demikian, perlu disadari bahwa dalam dua tahun belakangan ini, India telah menyadari nilai investasi kesehatan dan karenanya telah meningkatkan anggaran belanja kesehatan negaranya. Jika kita tidak mengikuti peningkatan belanja kesehatan tersebut, maka manusia Indonesia akan semakin tertinggal. Jangan lupa, dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi India jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini ditunjang dengan kebijakan India yang mulai membuka pintu bagi investor asing yang memungkinkan kembalinya orangorang pintar India yang hidup di negaranegara maju. Sementara Indonesia tidak memiliki banyak orang pintar Indonesia yang bekerja dan hidup di negaranegara maju. Apabila kita menerapkan kebijakan yang salah lagi dalam pembangunan manusia, maka bisa jadi suatu ketika kita akan menjadi kuli di India dan China. Selanjutnya Tabel 2 dan Tabel 3 menyajikan belanja relatif, persentase belanja kesehatan terhadap total belanja negara dan persentase belanja jaminan sosial yang merupakan sumber pendanaan yang tidak disatukan dalam APBN tetapi dikelola secara independen yang bersumber dari iuran wajib penduduk dan majikan, yang menunjukan bahwa Indonesia jauh tertinggal. Ketertinggalan Indonesia merupakan indikasi tidak Hasbullah Thabrany 10 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

11 fahamnya kita akan invesasi pembangunan manusia dan pendeknya pandangan pengamabil kebijakan di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan berat pemimpin di tingkat pusat maupun daerah. Tabel 1 Perbandingan Belanja Kesehatan per Orang per Tahun ($ internasional) Beberapa Negara Terpilih, (sumber UNDP 2005) Belanja Kesehatan Pemerintah per Orang per Tahun, (dalam Dolar Internasional) Australia Brunei Perancis Jerman India Indonesia Israel Itali Jepang Malaysia Belanda Filipina Muangtai Turki Tabel 2 Perbandingan Belanja Jaminan Sosial Pemerintah Terhadap Belanja Kesehatan Pemerinah (%), (Sumber: UNDP 2005) Prosentase Belanja Jaminan Sosial Pemerintah Terhadap Belanja Kesehatan Pemerintah (%) Tahun Perancis 96,8 96,7 96,6 96,5 96,8 Jerman 87 87,2 87,3 87,1 87,4 India 3,8 4,2 4,1 4,1 4,6 Indonesia 8,7 6,8 6,8 8,0 9,3 Israel 65,1 63,4 62,5 61,7 62,4 Itali * 0,1 0,1 0,1 0,3 0,1 Jepang 80,9 81,2 80,9 80,5 80,5 Malaysia * 0,9 1,0 0,9 1,1 1,0 Belanda 93,9 93,8 93,9 93,8 93,8 Hasbullah Thabrany 11 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

12 Prosentase Belanja Jaminan Sosial Pemerintah Terhadap Belanja Kesehatan Pemerintah (%) Tahun Filipina 8,9 11,5 14,9 18,2 23,4 Muangtai 26,8 26,9 27,6 31,0 21,8 Turki 50,6 53,0 55,5 56,9 49,6 *) Rendahnya belanja Jaminan Sosial di negeri tersebut, karena belanja kesehatan termasuk dalam APBN negara tersebut, yang tidak dipisahkan. Tabel 3 Perbandinagan Belanja Kesehatan Pemerintah Terhadap APBN (%) Beberapa Negara Terpilih, (Sumber: UNDP, 2005) Prosentase Belanja Kesehatan Pemerintah Terhadap Total Belanja Negara (%) Tahun Australia 15,7 16,3 16,4 16,7 17,1 Brunei 5,1 4,8 5,1 4,6 4,7 Perancis 13,1 13,2 13,4 13,7 13,8 Jerman 17,1 17,1 18,2 17,5 17,6 India 5,2 4,8 4,6 4,4 4,4 Indonesia 3,3 3,8 3,5 4,7 5,4 Israel 11,5 11,2 11,1 11,8 10,9 Itali 11,1 11,5 12, ,3 Jepang 14,0 15,9 16,1 16,9 17,0 Malaysia 5,1 6,0 6,1 6,5 6,9 Belanda 11,2 11,2 11,5 11,7 12,2 Filipina 6,5 6,5 7,0 5,8 4,7 Muangtai 12,4 11,5 11,8 11,5 17,1 Turki 11,5 10,3 9,8 8,1 10,3 Solusi Pendanaan Prinsip Dasar Pendanaan Pendanaan kesehatan merupakan indikasi dari suatu tanggung jawab. Benar bahwa kesehatan merupakan hak asasi, namun demikian penjabaran tentang apa yang merupakan hak dan bagaimana hak itu diperoleh, seringkali luput. Hak dapat diperoleh secara alamiah, seperti hak hidup, dan ada yang diperoleh secara upaya (kewajiban) seperti hak terhadap upah hanya dapat diperoleh setelah seseorang melaksanakan Hasbullah Thabrany 12 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

13 pekerjaan yang menjadi kewajibannya. Apakah hak kesehatan merupakan hak alamiah, artinya semua orang berhak hidup sehat secara alamiah, dan karenanya kalau ia sakit maka seseorang atau suatu lembaga berkewajiban menyembuhkannya? Hak atas hidup memang alamiah, karena apabila seseorang terancam hidupnya, maka orang lain disekitarnya atau badan, seperti pemerintah, berkewajiban mencegah seseorang mati, meskipun si orang tersebut tidak melakukan kewajiban apapun terhadap yang menolongnya. Pada kasus kecelakaan atau bencana alam sangat mudah difahami bahwa orang atau suatu badan yang mengetahui dan punya kesempatan (waktu, dana, jarak, dsb) untuk menolong secara universal diakui bahwa orang lain atau badan tersebut wajib menolong. Dalam Islam, hukum menolong ini disebut fardu kipayah atau kewajiban publik. Tetapi apakah hak kesehatan seperti itu? Oleh karena banyak faktor yang menentukan kesehatan seseorang atau masyarakat, maka para pengambil keputusan sering berdebat akan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Hendrik Blum (1982) secara umum menjelaskan bahwa faktor terbesar yang mempengaruhi kesehatan seseorang adalah prilakunya, kemudian disusul oleh lingkungannya (baik fisik, biologis, maupun kimiawi), genetik atau sifat turunannya, dan baru yang terakhir adalah pelayanan kesehatan. Sehingga, esktrimnya, kalau seseorang sering sakit radang tenggorok karena ia suka merokok kemudian pengobatan penyakit radang tenggoroknya harus dibiayai oleh publik/masyarakat atau pemerintah, maka hal itu tidak sesuai dengan teori Blum dan akan membuat orang lain bertanggungjawab atas prilaku buruk orang tersebut. Tentu hal ini akan menimbulkan keberatan publik, karena orang tersebut sesungguhnya mampu (paling tidak seharusnya mampu) menghindari diri dari penyakit radang tenggorok, jika prilaku hidupnya sehat yaitu tidak merokok. Dalam kondisi seperti itu, maka semua orang sependapat bahwa suatu risiko atau suatu penyakit yang diakibatkan oleh prilaku dirinya sendiri, maka orang tersebut harus bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Oleh karenanya, pengobatan penyakit radang tenggorok yang diderita si perokok, harus dibiayai oleh orang tersebut, kalau orang tersebut mau memperoleh hak hidupnya untuk hidup sehat dan produktif. Ilustrasi diatas sesungguhnya jelas menggambarkan bahwa ada hak sehat yang menjadi tanggung jawab perorangan, bukan tanggungjawab publik. Hasbullah Thabrany 13 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

14 Promosi Proteksi khusus Oleh Pemerintah Fokus: KIA Obati Segera Rehabilitasi Oleh Masy, melalui JKN, UU 40/04 Mati Gambar: Gambaran Skematis Tanggung Jawab Pendanaan Kesehatan Yang Memadai Namun demikian, harus kita sadari bahwa ada penyakitpenyakit yang diluar kontrol tiaptiap orang dan tidak selalu terkait dengan prilaku orang tersebut. Penyakti TBC menyerang orang yang tidak pernah tahu orang disekitarnya, di pasar, di kendaraan umum, di sekolah, dan di tempat umum lainnya serta pada waktu yang ia tidak tahu. Tentu tidak pantas, tidak adil, dan tidak boleh orang yang sakit TBC tersebut harus menanggung sendiri biaya pengobatan dirinya atau keluarganya. Maka masyarakat sekitar, termasuk pemerintah, atau kita sebut saja publik harus bertanggungjawab membiayai, terlepas apakah orang tersebut miskin atau kaya. Orang tersebut termasuk orang tidak mampu. Jadi meskipuan sifatnya pengobatan perorangan, maka publik (pemerintah) bertanggung jawab atas pendanaannya. Memang idealnya setiap orang harus menjada dirinya agar tidak sakit, seperti berprilaku hidup sehat, memakan makanan yang bergizi seimbang, menghindarkan diri dari segala sumber penyakit, termasuk polusi udara dan air minum, dan berbagai pola hidup sehat agar kelak tidak terkena kanker atau serangan jantung. Namun demikian, tidak semua orang memiliki kemampuan pengetahuan, kemampuan memahami faktorfaktor risiko kesehatan, menghindarkan diri dari pencemaran udara, air, dan lingkungan biologis (misalnya jauh dari kehidupan unggas atau seragga yang bisa menularkan Hasbullah Thabrany 14 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

15 penyakit) yang memungkinkannya hidup sehat. Apakah orang semacam ini harus dihukum dengan kewajiban membayar segala biaya pengobatan penyakitnya. Disini berlaku hukum bahwa orang yang tidak mampu wajib ditolong oleh lingkungannya yang mampu atau diupayakan agar ada lingkungan yang mampu. Oleh karenanya harus ada lingkungan manusia yang menjelaskan, mendidik, memberi tahu, memberi peringatan yang terus menerus dan sebagainya tentang caracara menghindari diri dari risiko sakit. Idealnya, lingkunan manusia itu adalah lingkungan sekitarnya atau masyarakat itu sendiri atau pihak swasta. Tidak perlu pemerintah turun tangan. Namun demikian, pihak masyarakat dan swasta memiliki keterbatasan. Pihak masyarakat lingkungan sekitar tempat tinggal atau tempat kerja seseorang tidak selalu statis dan karenanya tidak selalu efisien dan efektif. Masyarakat sekitarnya sering juga samasama tidak tahu dan tidak punya sumber dana. Pihak swasta yang punya uang, orang kaya, investor, dan perusahaan hampir selalu tidak tertarik untuk melakukan pendidikan, penyuluhan kesehatan, atau memberi peringatan akan adanya bahaya kesehatan. Swasta atau investor umumnya (kecuali pada keadaan atau waktu tertentu saja) hanya tertarik kalau ada keuntungan atau laba atau uang yang diperolehnya. Pada umumnya, upaya penyuluhan, pendidikan kesehatan, dan pemberian peringatan dini tidak akan dilakukan secara memadai dan terus menerus oleh masyarakat, pemodal atau pihak swasta. Oleh karenanya, maka upaya promosi dan pencegahan/preventif penyakit harus didanai dari dana publik pemerintah (pusat dan daerah) seperti terlihat dalam Gambar diatas. Begitu juga penyakit demam berdarah, tifus, tekanan darah tinggi, kencing manis, kanker, gagal ginjal, dan banyak penyakit lainnya. Banyak orang berprilaku sehat, berupaya berprilaku sehat untuk menghindari diri dari segala sumber penyakit dan mencegah agar ia tidak terkena penyakit, tetapi penyakit tidak pernah 100% bisa dihindari atau dicegah. Sementara ia tidak punya cukup uang untuk membayar semua biaya jasa dokter, jasa rumah sakit, obatobatan dan biayabiaya lain yang terkait dengan penyembuhannya. Ia tidaklah miskin, ia punya penghasilan yang cukup untuk hidup seharihari, bahkan untuk rekreasi sebulan sekali. Namun, ketika suatu penyakit datang, ia tidak sanggup membayar seluruh biaya yang memungkinkannya hidup sehat dan produktif. Apakah orang semacam ini harus juga menanggung beban biaya yang diluar Hasbullah Thabrany 15 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

16 kemampuannya ketika itu? Apakah ia harus dihukum menanggung sendiri segala risiko hidup yang memberatkan ekonomi rumah tangganya. Katakanlah orang itu mempunyai penghasilan Rp 3 juta sebulan, tetapi biaya berobat besarnya mencapai Rp 3 juta sebulan. Kalau ia harus bayar sendiri seluruh biaya pengobatan tersebut, maka seluruh penghasilannya sebulan habis untuk biaya berobat. Lalu anakistrinya harus makan apa? Jelas, biaya pengobatan tersebut diluar kemampuan orang tersebut. Biaya berobata tersebut tidak terjangkau, karena memang kita tidak pernah tahu kapan kita akan sakit dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk berobat, pada waktu sebelum kita sakit. Dalam kondisi seperti itu, maka setiap orang harus diwajibkan untuk menabung atau membayar iurang asuransi atau jaminan kesehatan kesehatan yang besarnya terjangkau dari penghasilannya. Konsep ini, sudah dituangkan dalam UU Sistem Jaminan Sosial Nasional, dimana semua orang yang berpenghasilan wajib mengiur prosentase tertentu, (bisa jadi, 3%, 4%, 5%, 6% dan seterusnya tergantung berapa kebutuhan dana secara nasional) untuk asuransi kesehatan nasional. Apabila orang tersebut sakit, suatu ketika, maka seluruh biaya menjadi tanggungan Badan Penyelenggara. Inilah konsep asuransi kesehatan nasional yang terjangkau semua orang, karena yang harus dibayar setiap bulan hanyalah prosentase tertentu dari penghasilan atau gajinya. Hal ini harus berlaku bagi seluruh rakyat, jangan sampai ada egodesentralisasi yang menolak hal ini. Karena sakit bisa terjadi ketika penduduk, dari daerah manapun, berada dimana saja. Jadi harus ada skema nasional, yang menjamin pemenuhahn kebutuhan kesehatan yang mendasar, yaitu yang memungkinkan seseorang bisa produktif. Pendanaan Publik Sebagai Tulang Punggung Pendanaan promosi dan prevensi, termasuk edukasi dan peringatan dini, haruslah didanai publik. Hal ini terkait dengan sifat edukasi, promosi dan prevensi yang mempunyai nilai ekternalitas tinggi sehingga masingmasing orang ataupun pihak swasta tidak cukup memadai mendanai programprogram tersebut. Pada saat pihak swasta atau masyarakat tidak memadai atau gagal mendanai suatu program yang mempunyai manfaat bersama, seperti halnya keamanan nasional, maka pendanaan harus bertumpu pada dana Hasbullah Thabrany 16 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

17 publik atau dana pemerintah. Inilah prioritas yang harus dilakukan pemerintah yang mempunyai hak memaksa rakyat membayar pajak. Sebagai imbalannya, pemerintah wajib menyelenggarakan pelayanan yang tidak cukup atau tidak memadai dilaksanakan oleh masingmasing orang atau pihak swasta. Itulah sebabnya pelayanan kesehatan dan pendidikan disebut sebagai pelayanan dasar dan merupakan komponen terpenting dalam pengukuran kualitas manusia dan kualitas pembangunan yang diukur dalam dengan indeks pembangunan manusia atau human delevolopment index (HDI). Pelayanan kesehatan perorangan, seperti pengobatan dan perawatan di rumah sakit memang tidak memiliki eksternalitas tinggi, tetapi tetap memiliki eksternalitas. Selain itu, pelayanan kesehatan perorangan ini tidak pasti jumlah dan waktunya dan karenanya tidak bisa dibebankan kepada masingmasing penduduk. Secara universal, pemerintah yang telah mempelajari dan mengalami permasalahan kesehatan mendanai pelayanan kesehatan dari sumber dana publik (negara) atau dari sistem jaminan sosial yang berdasarkan sistem asuransi sosial atau asuransi wajib. Asuransi yang wajib, atau disebut juga asuransi sosial atau asuransi publik, juga harus dikelola publik, karena bukan dagang atau komersial yang merupakan domain swasta. Asuransi atau jaminan sosial tidak dikelola dengan prinsipprinsip dagang dan karenanya tidak tepat dan tidak akan berhasil jika dikelola oleh swasta atau oleh BUMN yang harus mencari laba. Pengelolaan jaminan sosial, sebagai sumber dana kuasi publik, harus dikelola oleh badan khusus dan dikelola secara nirlaba secara nasional, sesuai dengan amanat UUD45 pasal 34 ayat 2. Inilah yang harus kita wujudkan sesegera mungkin guna menjamin pembangunan manusia Indonesia yang utuh dan mampu mengejar ketertinggalan dari negaranegara tetangga. Kesimpulan dan Rekomendasi Penduduk adalah subyek dan sekaligus obyek pembangunan. Pembangunan fisik yang tidak atau kurang mempersiapkan pembangunan manusia hanya akan menambah beban negara dan hanya akan memboroskan sumbersumber alam yang dimiliki negara. Di dunia, negaranegara maju telah membuktikan bahwa sumber daya alam tidak penting Hasbullah Thabrany 17 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

18 lagi dalam mencapai kesejahteraan, kemakmuran, dan kekuatan suatu negara. Akan tetapi sumder daya manusialah yang paling penting dan paling menentukan. Pembangunan sumber daya manusia atau pembangunan manusia harus dimulai sejak sangat dini yaitu sejak calon ibu, atau perempuan kita, berusia anakanak. Komponen terpenting dalam pembangunan manusia adalah gizi, kesehatan, dan pendidikan. Manusia yang lahir dari ibu yang bergizi baik, tidak sering sakitsakitan, dan kemudian hidup selama masa anakanak sampai dewasa dengan sehat, selalu mendapat pengobatan memadai apabila sakit, dan mendapat pendidikan yang bermutu akan menjadi sumber daya manusia yang bermutu dan sanggup membangun bangsa yang kuat. Sebaliknya, apabila jaminan gizi yang baik, kesehatan yang baik, dan pendidikan yang baik mutunya tidak bisa tersedia, maka manusia yang banyak hanya akan menjadi beban. Penduduk yang terjamin kesehatan dan pendidikannya akan hidup tenang, produktif dan senang, pemerintah nya akan menang dan kuat. Tidak heran, pepatah China mengatakan jika kamu ingin mendapatkan hasil dalam satu tahun tanamlah sayuran, jika kamu ingin mendapatkan hasil dalam sepuluh tahun tanamlah pohon buahbuahan, tetapi jika kamu ingin mendapatkan hasil untuk seratus tahun atau lebih tanamlah manusia. Mari menanam manusia Indonesia yang unggul. Hasbullah Thabrany 18 Pendanaan Kesehatan dan Risiko SDM

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah

Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah Rumah Sakit Perjan: Konsep Salah Kaprah Hasbullah Thabrany 1 Jika kita memperhatikan prilaku masyarakat Indonesia, maka terdapat dua perbedaan sikap yang sangat menyolok terhadap dua jenis institusi sosial

Lebih terperinci

Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial

Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial Perlu Tekad Baja Untuk Jaminan Sosial Hasbullah Thabrany 1 Belum lama ini terjadi kerusuhan akibat terlalu Amendemen keempat besarnya minat menjadi pegawai negeri di Departemen UUD 45 telah Keuangan. Dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

Masalah dan Tantangan Pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia

Masalah dan Tantangan Pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Masalah dan Tantangan Pendanaan dan Pembiayaan Kesehatan di Indonesia Hasbullah Thabrany Email: hasbullah.thabrany@cheps.or.id Sistematika 1. Kondisi dan Tantangan Kesehatan Indonesia 2. Upaya-upaya yang

Lebih terperinci

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)

BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN) BELANJA FUNGSI KESEHATAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBN) 1. Ketentuan pasal 171 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 menjadikan alokasi belanja di bidang kesehatan sesuatu yang mutlak dipenuhi

Lebih terperinci

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum

Nama: Herna Dwiatna NPM: /A. Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat. TEORI H.L blum Nama: Herna Dwiatna NPM: 114101084/A Mata Kuliah:Ilmu Kesehatan Masyarakat TEORI H.L blum Konsep hidup sehat H.L.Blum sampai saat ini masih relevan untuk diterapkan. Kondisi sehat secara holistik bukan

Lebih terperinci

Investor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife

Investor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife TSX/NYSE/PSE: MFC SEHK:945 Untuk disiarkan segera Investor Indonesia Sangat Mendukung Dinaikkannya Usia Pensiun Resmi dari 55 Tahun Survei Manulife Hampir tiga perempat investor mendukung dinaikkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu agenda yang tercantum di dalam Nawa Cita Pembangunan Nasional adalah meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) menegaskan bahwa cabang-cabang produksi yang

Lebih terperinci

CBT SBMPTN TPA SBMPTN

CBT SBMPTN TPA SBMPTN CBT SBMPTN Buku ini dilengkapi aplikasi CBT SBMPTN android yang dapat di download di play store dengan kata kunci genta group atau gunakan qr-code di bawah. Kode Aktivasi Aplikasi: kxx TPA SBMPTN Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Investasi atau penanaman modal merupakan instrumen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang ada di suatu negara atau wilayah. Karena pada dasarnya, investasi

Lebih terperinci

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN

JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN (JPK) SEBAGAI SISTEM PENDANAAN KESEHATAN MASYARAKAT DI MASA DEPAN Oleh: HENNI DJUHAENI SEMINAR JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT KABUPATEN BANDUNG Januari 2007 1

Lebih terperinci

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA

TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA TUGAS IPS INTERAKSI ANTAR RUANG DALAM KAWASAN ASIA TENGGARA A. Pengertian Interaksi Antar Ruang Interaksi berasal dari kata interaction (bahasa inggris) yang berarti suatu tindakan(action). Ruang merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program pencapaian pembangunan. Dalam skala internasional dikenal tujuan pembangunan milenium (Millenium

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Kajian Kebijakan Privatisasi Pendidikan dan Kebijakan Relevansinya Dengan Ketimpangan

Kajian Kebijakan Privatisasi Pendidikan dan Kebijakan Relevansinya Dengan Ketimpangan Kajian Kebijakan Privatisasi Pendidikan dan Kebijakan Relevansinya Dengan Ketimpangan Koalisi Perempuan Indonesia Untuk Keadilan dan Demokrasi Mike Verawati Tangka Pendidikan dan Kesehatan dalam Konstitusi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah

Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah BAB. 3 AKUNTABILITAS KINERJA A. PENGUATAN IMPLEMENTASI SAKIP PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Sebagai sebuah instansi sektor publik, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah mempunyai rencana strategis

Lebih terperinci

KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1

KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN. Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN. Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 KOALISI MASYARAKAT UNTUK KESEHATAN Usulan Untuk Amendemen UUD 45 dan GBHN Hak Terhadap Pelayanan Kesehatan 1 Prolog Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami kecelakaan di Lampung, namun sesampainya di

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan

Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan Sistem Jaminan Sosial, Peluang dan Tantangan KOMPAS/LUCKY PRANSISKA / Kompas Images Sejumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) yang dideportasi dari Malaysia menjalani pemeriksaan kesehatan setibanya di Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan zaman membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan dunia, tidak terkecuali yang terjadi pada perkembangan di dunia kesehatan. Sejalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variable Penelitian 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, pendapatan

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Salah satu ciri dari negara berkembang adalah sebagian besar masyarakatnya bekerja sebagai petani. Kegiatan pertanian yang dilakukan masih menggunakan peralatan tradisional,

Lebih terperinci

Hak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay

Hak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay Hak Pelayanan Kesehatan dan Forced to Pay Hasbullah Thabrany Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Beberapa tahun lalu seorang ibu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 9/PUU-X/2012 Tentang Peserta Jaminan Sosial, Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Hari Tua

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 9/PUU-X/2012 Tentang Peserta Jaminan Sosial, Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Hari Tua RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 9/PUU-X/2012 Tentang Peserta Jaminan Sosial, Jaminan Kecelakaan dan Jaminan Hari Tua I. PEMOHON 1. Pemohon I, Fathul Hadie Utsman; 2. Pemohon II,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian status gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Jika keseimbangan tadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia. Resensi Buku Judul: CHINDIA, How China and India Are Revolutionizing Global Business Editor: Pete Engardio Penerbit: McGraw-Hill Companies Tahun: 2007 Tebal: 384 termasuk Reference dan Indeks Oleh: Mas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendekatan pelayanan kesehatan yang digunakan pada abad ke-21, mengacu kepada pandangan terhadap konsep sehat dengan perspektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu

Lebih terperinci

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi

Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. ekonomis (Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009) (1). Pada saat ini telah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa saat ini sistem perekonomian setiap Negara saling berhubungan dan memiliki tingkat ketergantungan yang mutualis. Artinya kondisi

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU 2.1. Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun Lalu dan Capaian Renstra Evaluasi pelaksanaan RENJA tahun lalu ditujukan untuk mengidentifikasi sejauh mana kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009 Â Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak 2008 lalu telah memberikan dampak yang signifikan di berbagai sektor perekonomian, misalnya

Lebih terperinci

Asuransi Kesehatan Nasional (dalam SJSN) Penangkal Kebodohan Bangsa

Asuransi Kesehatan Nasional (dalam SJSN) Penangkal Kebodohan Bangsa Asuransi Kesehatan Nasional (dalam SJSN) Penangkal Kebodohan Bangsa Hasbullah Thabrany 1 Untuk BEM Universitas Indonesia Abstrak: Indonesia adalah satu dari sedikit negara berkembang yang mengalami masalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 1 TOPIK LOMBA DEBAT KENEGARAAN SE-JATIM 2016 HIMPUNAN MAHASISWA PRODI ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Tema: Peran Pemuda Dalam kebijakan Pembangunan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan yang kuat, stabil dan berkesinambungan memegang peranan yang amat vital untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1999/2000 I. UMUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur

I. PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Utang luar negeri yang selama ini menjadi beban utang yang menumpuk yang dalam waktu relatif singkat selama 2 tahun terakhir sejak terjadinya krisis adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Menyelesaikan Desentralisasi Pesan Pokok Pemerintah daerah (Pemda) di Indonesia kurang memiliki pengalaman teknis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang

Nama:bayu prasetyo pambudi Nim: Analisis negara maju negara berkembang Nama:bayu prasetyo pambudi Nim:1106341 Analisis negara maju negara berkembang Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan negara berkembang

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016

SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PADA PERINGATAN HARI KESEHATAN NASIONAL 14 NOVEMBER 2016 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua, Saudara-saudara sekalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengelola anggaran, bahkan legislatif dan yudikatif yang memiliki peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korupsi merupakan musuh bersama setiap negara, karena hal ini sudah menjadi fenomena mendunia yang berdampak pada seluruh sektor. Tidak hanya lembaga eksekutif tersandung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Belanja Modal Belanja Modal merupakan salah satu jenis Belanja Langsung dalam APBN/APBD. Menurut Erlina dan Rasdianto (2013) Belanja Modal adalah pengeluaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN. daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era otonomi daerah telah diberikan kewenangan lebih besar pada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Hal ini berarti idealnya pelaksanaan

Lebih terperinci

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya

BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya BANGKITNYA INDONESIA. Prioritas Kebijakan untuk Tahun 2010 dan Selanjutnya Pelayanan Kesehatan Berkualitas untuk Semua Pesan Pokok 1. Pelayanan kesehatan di Indonesia telah membaik walaupun beberapa hal

Lebih terperinci

1) Nasionalis. 2) Pemberani

1) Nasionalis. 2) Pemberani KOPI - Seorang presiden adalah sosok yang terpenting di Indonesia karena presiden di negara ini tak hanya berperan sebagai kepala negara, tetapi juga sebagai kepala pemerintahan. Negara ini dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran

ekonomi Kelas X PELAKU KEGIATAN EKONOMI KTSP & K-13 A. RUMAH TANGGA KELUARGA a. Peran Rumah Tangga Keluarga Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 Kelas X ekonomi PELAKU KEGIATAN EKONOMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan rumah tangga keluarga, rumah tangga produsen, rumah tangga pemerintah,

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia Yang berhak membuat hukum hanyalah Allah SWT. Namun masih saja ada kaum Muslim yang turut dalam Pemilu legislatif (DPR/DPRD) dengan berdalih dalam

Lebih terperinci

Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat

Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat Reformasi Pelayanan Kesehatan Harus Lebih Memihak Kepada Masyarakat Hasbullah Thabrany 1 Krisis mata uang yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan kepercayaan yang kemudian menjadi depresi ekonomi, karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN

Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN Kebijakan Umum Prioritas Manfaat JKN dr. Sigit Priohutomo, MPH KETUA DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL (DJSN) Jakarta, 8 April 2017 1 Mengenal DJSN UU 40 Tahun 2004 tentang SJSN Untuk penyelenggaraan SJSN

Lebih terperinci

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional*

MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* MENEROPONG PROBLEM PENDIDIKAN DI INDONESIA Refleksi Hari Pendidikan Nasional* O. Nurhilal, M.Si Jurusan Fisika FMIPA Universitas Padjadjaran Alamat email : o.nurhilal@unpad.ac.id Abstrak Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan suatu proses yang memerlukan transformasi paradigma dalam penyelenggaraan pemerintah di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kini perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Setelah sukses dengan Kartu Indonesia Sehat, pemerintah saat ini bekerja melalui BPJS sebagai salah satu subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional yaitu fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, baik oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpijak dari kesehatan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, dimana hal tersebut merupakan indikator bagi pengukuran kesejahteraan manusia. Maka dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengingat kondisi keuangannya yang tidak mencukupi untuk berobat ke dokter. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan segala kegiatan atau pekerjaannya, masyarakat dihadapkan pada suatu risiko yang beragam bagi setiap orangnya. Risiko tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Sawahlunto Tahun 2013-2018, adalah rencana pelaksanaan tahap ketiga (2013-2018) dari Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi sekarang ini terlihat sangat pesat. Perkembangan ini tidak hanya melahirkan era informasi global tetapi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita

Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Tugas Kajian Keislaman dan Keindonesiaan OPINI TERHADAP SISTEM EKONOMI PASAR Diena Qonita Teori Adam Smith, yang menyatakan bahwa pasar memiliki kekuatan tidak terlihat yang akan membawa pasar kepada keseimbangan,

Lebih terperinci

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK Disampaikan oleh : Drs. H. S. Eko Prijono, MM pada Seminar 1 hari Kriteria Pelayanan sosial RS dan Konsesi Pajak untuk RS non-profit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang dan masyarakatnya sedang giat membangun. Salah satu aspek penting dari pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, di mana dunia

Lebih terperinci

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016

Manulife Investor Sentiment Index Study Q Indonesia. Februari 2016 Manulife Investor Sentiment Index Study Q4 2015 Indonesia Februari 2016 1 TENTANG MANULIFE INVESTOR SENTIMENT INDEX (MISI) Apakah Manulife Investor Sentiment Index (MISI)? Kelas aset utama Dana tunai/

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN BAB II LANDASAN PEMIKIRAN 1. Landasan Filosofis Filosofi ilmu kedokteran Ilmu kedokteran secara bertahap berkembang di berbagai tempat terpisah. Pada umumnya masyarakat mempunyai keyakinan bahwa seorang

Lebih terperinci

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN BAB II EKONOMI MAKRO DAN KEBIJAKAN KEUANGAN 2.1 EKONOMI MAKRO Salah satu tujuan pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat, sehubungan dengan itu pemerintah daerah berupaya mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2.1.1.1 Pengertian APBD Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi dasar dalam pelaksanaan pelayanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan

I. PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini, Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan sebuah tolak ukur yang

Lebih terperinci

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA) Oleh : Benny Gunawan Ardiansyah, Peneliti Badan Kebijakan Fiskal 1. Pendahuluan Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945

Lebih terperinci

Makalah Tentang Masalah Kesehatan

Makalah Tentang Masalah Kesehatan Makalah Tentang Masalah Kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehat adalah sebuah kondisi maksimal, baik dari fisik, mental dan sosial sehingga dapat melakukan suatu aktifitas yang menghasilkan

Lebih terperinci